• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS TOKOH DAN PENOKOHAN, LATAR , DAN ALUR PADA NOVEL SAMAN KARYA AYU UTAMI

2.1 Tokoh dan Penokohan

2.1.2 Tokoh Tambahan dalam Novel Saman

2.1.2.1 Tokoh dan Penokohan Laila

Laila memilih berpenampilan yang sesuai dengan profesinya. Penampilanya menunjukan kepada kepribadiannya yang dinamis. Dia mempunyai potongan rambut bob, dan ia berprofesi sebagai seorang fotografer pada sebuah rumah produksi yang dikelola dengan seorang temannya. Hal tersebut dapat dilihat dalam kutipan dibawah ini.

Perempuan itu memberi isyarat agar pilot berputar hingga sudut yang baik bagi dia untuk memotret tiang-tiang eksplorasi minyak bumi di bawah mereka.

Potonganya bob, tapi perias disalon membujuk dia agar dia juga memberibingblight bestnut. Dan iamenurut,(Utami,1998:7).

Laila juga mempunyai sifat yang perduli dengan apa yang terjadi disekitarnya. Rasa simpatinya sangat besar, terlebih jika terjadi sesuatu terhadap orang yang sangat berarti bagi dirinya.Hal tersebut dapat dilihat pada kutipan dibawah ini.

“Jangan lakukan itu lagi”

“Dia sahabat saya.kami selalu berpasangan kemana-mana”

“saya punya betadine, biar saya bersihkan dulu luka

kamu”(Utami,1998:18).

Selain sifatnya yang perduli dan simpati, Laila juga seorang yang penuh dengan alternatif pemikiran yang luas. Dia mampu memunculkan ide-ide yang masuk akal. Hal tersebut menunjukan bahwa Laila bukanlah orang yang bodoh melainkan termasuk orang yang pintar dan berpendidikan tidak rendah. Hal tersebut dapat dilihat pada kutipan dibawah ini.

“kenapa kasus ini tidak diajukan ke pengadilan saja?kelalaian yang

menyebabkan kematian juga termasuk pidana”(Utami, 1998:21).

“apa salahnya usul saya dicoba? Saya punya teman pengacara. Dia pasti mau bantu. Paling tidak kalau kita bikin tekanan, Texcoil harus mengeluarkan uang lebih banyak untuk membungkam orang-orang.Itu membuat dosa Rosano pada Texcoil lebih besar. Kalau tidak masuk penjara, sedikitnya dia harus dipecat….” (Utami, 1998:22).

“Di samping menggugat Texcoil, kasus ini harus dibuka dan

dikampanyekan di media massa.Harus ada orang-orang yang mau mendukung keluarga korbanjika terjadi tekanan-tekanan. Harus ada LSM-LSM yang memprotes dan mengusiknya terus. dan saya punya teman yang bisa menyelesaikan itu?” (Utami,1998: 22-23).

Selain Laila seorang wanita yang cerdas dan berpendidikan, dia jugaselalu memberikan perhatian yang besar kepada laki-laki yang dicintainya, bahkan ia pun rela berkorban demi laki-laki yang dicintainya. Hal tersebut dapat dilihat pada kutipan dibawah ini.

“setiap kali mencintai, laila begitu penuh perhatian. Jika hari ini si pria bilang kepingin sop konro, atau toge goreng, kaset atau kompakdisk lagu baru atau lama, atau pernik lain, dia akan berusaha mampir dan membelikanya ia tak pernah alpa memberi hadiah ulang tahun . Ia suka mengirim kartu, surat dan kata-kata”(Utami, 1998:155).

Sikap keraguan Laila sering muncul ketika ia ingin mengakui sesuatu hal yang sebenarnya ia lakukan tetapi, karena dalam diri Laila selalu muncul rasa gengsi sehingga terkadang ia menyangkal dengan semua prilaku-prilaku yang ia lakukan. Hal tersebut dapat dilihat pada kutipan dibawah ini.

“Kamu yakin akan begituan kalau betul-betul ketemu Sihar?” ia

menggeleng, ”Gak tau deh.Menurutmu gimana?”(Utami, 1998:127).

Jika sekali atau dua kali lagi kalian kencan, sanggupkan kamu tetap bertahan?.“Entah ya. Harus bias ahh,” jawabnya,(Utami. 1998:131). “Jadi apa sebetulnya yang kamu cari? Perkawinan bukan, seks bukan” “Aku cuman pengen sama-sama dia”(Utami, 1998: 131).

Laila mempunyai sikap yang sangat romantis, ia mampu merangkai kata-kata untuk mengungkapkan isi hatinya kepada laki-laki yang sangat dicintainya. Seperti pada umumnya wanita lain, Laila juga mempunyai gairah seksual kepada pasangan yang dicintainya.Hal tersebut dapat dilihat pada kutipan dibawah ini.

“Kalau kekasihku muncul dari gerbang itu, saya akan katakan padanya, kita sudah tidak berjumpa tigaratus enam puluh sembilan hari lamanya. Dan ia akan tertegun akan penantian saya. Dan ia akan terharu. Ia akan mengecup dahi saya. Lembut, seperti orang yang menyanyangi, yang tak

melulu birahi. Tapi akan saya katakana bahwa kali ini saya telah siap. Dan saya telah memilihnya sebagai lelaki yang pertama,(Utami, 1998:29).

Lalu ia akan berkata, “sudah lama saya menunggu saat ini,” dan mengecup bibir saya. Dan saya akan membalasnya dengan gemas sampai ia tak sanggup menahan lagi. Barangkali kami melakukanya di taman ini, disini, di bangku sebelah gelandangan yang tidur nyenyak, di antara biji-biji kitiran yang diterbangkan angin. Kami melakukanya tanpa melepaskan seluruh pakaian, sebab hari masih terlalu dingin untuk telanjang. Setelah itu mengulanginya di kamar hotel, tanpa berlekas-lekas, di mana kulit saya bias menikmati kulitnya, dan kulitnya menikmati kulit saya, sebab kami telah menanggalkan semua pakaian. Dan kami berkeringat. Lalu, setelah usai, kami akan bercinta satu sama lain.tentang apa saja,(Utami, 1998:30).

Laila juga seorang wanita yang berusaha bersikap setia kepada kekasihnya meskipun kekasihnya sudah mempunyai istri. Sebagai seorang wanita, Laila sadar bahwa keberadaanya diantara sihar dan istrinya serta keluarga Laila merupakan suatu hal yang tidak dapat diterima oleh orang-orang terdekatnya.

2.1.2.2 Tokoh dan Penokohan Sihar

Sihar adalah seorang Insyinyur analisis kandungan minyak. Ia mempunyai badan yang kekar, tidak putih, berkaca mata, beberapa helai uban telah tumbuh dan ada yang khas yaitu bau tembakau atau keringat. Hal tersebut dapat dilihat pada kutipan;

Lelaki itu memang selera temanku: atletis, tidak putih, berkaca mata, kalem, beberapa helai uban telah tumbuh dan odor yang khas tembakau atau keringat (Utami, 1998: 131)

Yang pertama adalah Sihar Situmorang, Insinyur analisis kandungan minyak, orang yang membuat Laila tertarik karena ketidakacuhannya dan posturnya yang liat. Juga rambutnya yang terlihat kelabu karena serat-serat putih mulai tumbuh berjarakan (Utami, 1998: 10).

Sihar yang berumur 35 tahun ini bekerja sebagai “ Compani Man” atau orang perusahaan. Hal tersebut dapat dilihat pada kutipan dibawah ini;

Ia menyebut “ orang servis” mereka menyebut dia “Company Man” atau “orang perusahaan” (Utami, 1998: 9).

Keduannya sebetulnya seusia, sekitar tiga puluh lima. Barangkali Rasono lebih muda (Utami, 1998:10).

Terkadang Sihar orang yang tidak bisa menahan emosinya dan ia dapat berbicara kasar kepada atasannya dalam pekerjaan. Tetapi tidak kepada perempuan. Hal tersebut dapat dilihat pada kutipan dibawah ini;

Sihar orang yang bisa bicara dengan kasar kepada atasannya atau dalam pekerjaan, seperti pada Rasono. Tetapi dengan perempuan tak ada satu kata omongannya yang keluar. Tidak juga canda yang cabul (Utami, 1998: 25).

Tokoh Sihar sudah menikah dan mempunyai seorang istri.

Seorang laki-laki seperti dia mestinya menikah dengan perawan yang manis, tetapi dia mengawini seorang janda beranak satu, anak perempuan (Utami, 1998: 25).

Meskipun Sihar sudah menikah, Laiala masih saja mengagumi Sihar. Sehingga mereka hubungan yang lebih dari seorang teman, keduanya saling menyukai.

Hari itu kami jadi berciuman. Ketika ia mengantar saya pulang, dia bilang ingin mengecup kening saya, yang ternyata adalah pagutan (Utami, 1998: 26).

Sihar yang sudah mempunyai istri dan anak tidak merasa segan mengajak Laila untuk bertemu disebuah hotel di tepi pantai.

Akhirnya ia membawa saya ke sebuah hotel di tepi pantai. Sebab ternyata ia masih mencintai laut. Tanggal 22 April 1995 itu. Tetapi itu justru menjadi klimaks pertemuan-pertemuan kami (Utami, 1998: 27).

Suatu hari, Sihar memutuskan untuk berangkat ke Amerika. Mendengar hal itu Laila tiba-tiba memutuskan untuk kesana juga.

Suatu hari kira-kira dua bulan sebelum hari ini, saya dengar ia akan ke

Amerika. Saya memberanikan diri memutar nomornya (Utami,

1998: 27).

“Aku juga akan kesan. Aku punya teman di New York” saya memutuskan tiba-tiba. Tak saya piker, tapi putusan itu bulat (Utami, 1998: 28).

Sihar yang sudah mempunyai istri bertemu dengan Laila di New York dan mereka hubungan semakin dekat. Sehingga pada waktu itu Sihar dan Laila melakukan hubungan seksual.

Barangkali, kami melakukannya di taman ini, disini, di bangku sebelah gelandangan yang tidur nyenyak di antara biji-biji yang diterbangkan angin. Kami melakukan tanpa melepaskan seluruh pakian, sebab hari masih terlalu dingin untuk telanjang. Setelah itu, mengulanginya dikamar hotel, tanpa berlekas-lekas, dimana kulit saya bisa menikmati kulitnya, dan kulitnya menikmati kulit saya, sebab kami telah menanggalkan semua pakian, dan kami berkeringat. Lalu, setelah usai, kami akan bercerita satu sama lain, tentang apa saja (Utami, 1998: 30).

Sihar yang bekerja sebagai “company man” menjalin hubungan dengan Laila. Mereka saling mencintai satu sama lainnya. Sihar yang sudah mempunyai istri dan seorang anak tidak mempengaruhi keinginannya bersama Laila yang masih perawan telah memberikan keperawanannya kepada Sihar laki-laki yang sangat dicintainya. Hubungan percintaan yang dialami oleh Sihar hanya sebatas itu saja tanpa ada pernikahan diantara mereka.