• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS TOKOH DAN PENOKOHAN, LATAR , DAN ALUR PADA NOVEL SAMAN KARYA AYU UTAMI

2.1 Tokoh dan Penokohan

2.1.2 Tokoh Tambahan dalam Novel Saman

2.1.2.4 Tokoh dan Penokohan Yasmin

Yasmin digambarkan sebagai seorang wanita yang sempurna dibandingkan teman-temannya. Secara fisik ia mempunyai daya tarik yang tinggi. Selain itu ia juga mempunyai rasa keperdulian yang tinggi kepada orang-orang yang hak ciptanya dilanggar. Hal tersebut dapat dilihat pada kutipan berikut.

Yasmin Monika adalah perempuan yang mengesankan banyak lelaki karena kulitnya yang bersih dan tubuhnya yang langsing (Utami, 1998:24).

Yasmin memang sering mengurusi orang-orang yang hak-haknya dilanggar.Kadang dia menyebut dirinya aktivis, (Utami, 1998:146-147).

Yasmin adalah wanita yang sangat menghargai orang tuanya.Ia selalu menuruti apa yang perintahkan orang tuanya. Keinginan orang tuannya selalu ia turuti meskipun terkadang ia merasa terpaksa. Hal tersebut dapat dilihat pada kutipan berikut.

Sejak kecil, ia dibentuk orangtuanya untuk menghabiskan waktu dengan hal yang produktif. Ibunya memaksanya kursus balet, piano, berenang, dan bahasa inggris sejak kelas 2 SD, dan ia menjadi serba bisa, (Utami, 1998: 146).

Tapi, orang tua sayang pada kita, guru tidak-Yasmin bertahan. Ayah ibu memelihara kita, bekerja untuk kita, melahirkan kita, (Utami, 1998:148).

Yasmin awalnya merupakan sosok wanita yang setia.Ia menganggap hubungan seks yang tanpa didasari dengan pernikahan menurut dia adalah suatu perzinahan.Ia selalu bersikap dingin terhadap laki-laki lain selain kekasihnya.Hal tersebut dapat dilihat pada kutipan berikut.

Kemudian, dengan malu-malu, Yasmin mengaku kepada kami bahwa ia sudah tidur dengan Lukas.“tapi kami mau menikah” tambahnya cepat-cepat, sebab ia merasa telah berzinah,(Utami, 1998: 153).

Setelah menikah, Yasmin bersikap bahwa ia tak biasa bersikap hanya dengan satu laki-laki saja. Ia tidak lagi setia kepada satu pasangan saja. Menurutnya, ia dapat memperdaya laki-laki. Fantasi- fantasi seks ia lakukan bukan dengan suaminya saja tetapi ia juga sudah berhubungan seks dengan seorang pastor dan sudah memurtatkan seorang pastor. Hal tersebut dapat dilihat pada kutipan dibawah ini.

Yasmin menagis.Aku memeluknya, hendak menenangkanya.Ia terus menangis, pilu bagaikan anak kecil, sehingga aku mendekapnya erat. Namun, tanpa aku pahami akhirnya justru akulah yang menjadi seperti anak kecil: terbenam di dadanya yang kemudian terbuka, seperti bayi yang haus. Tubuh kami terhimpit. Gemetar, selesai sebelum mulai, seperti tak sempat mengerti apa yang baru saja terjadi tapi ia tak perduli, ia menggandengku ke kamar. Aku tak tau bagaimana, aku akhirnya melakukanya.Ketika usai aku menjadi begitu malu.Namun ada perasaan lega yang luar biasa sehingga aku terlelap (Utami, 1998:177)

Terjaga dini hari atau tengah malam karena ada yang menggigit dekat

ketiakku.Kulihat tanganya masturbasi.Ia naik diatasku setelah

mencapainya. Aku tak tahu cara memuaskanya, (Utami, 1998:177). 23 April- terbangun dengan kacau.Sejak kabur dari paroki, aku tak pernah berfikir betul-betul meniggalkan kaulku.Kini tubuhku penuh pagutan.Tak tau bagaimana Yasmin tertarik padaku yang kurus dan dekil?Ia begitu cantik dan bersih. Hari itu ia terus membuat badanku terutul, aku sering garangan yang ditangkap. Ia menghisap habis tenagaku, (Utami, 1998:177).

Saman,

Forgive me. Please. Setelah kamu keluar dari diosesan, setelah kamu mengganti nama dan mengubah penampilan, setelah sering kamu meragukan keadilan Tuhan, bahkan keberadaan Tuhan, aku tidak menyangka kalau kamu masih punya keinginan kembali menjadi pastor. Aku tidak tau bagaimana harus meminta maaf, sampai-sampai dua hari ini aku tak berani membalas suratmu. Aku menyesal sekali, apakah kamu menganggap aku hawa yang menggoda Adam? (Utami, 1998:183).

Yasmin,

Aku tak tahu lagi apakah masih ada dosa.Seks terlalu indah. Barangkali karena itu Tuhan begitu cemburu sehingga ia menyuruh Musa merajam orang-orang yang berzinah? Tetapi perempuan selalu disesah dengan lebih bergairah.Kemanakah pria bersetubuh dengan wanita yang dibawa orang-orang Farisi untuk dilempari batu di luar gerbang yerusalem? Aku mencintaimu.Aku mencintaimu.

Aku tidak ingin kamu dihukum.

Tetapi kamu sungguh cantik, seperti dinyanyikan Kidung Raja Salomo. (tubuhmu seumpama pohon kurma, dan buah dadamu gugusnya kataku: aku ingin memanjat pohon itu dan memegang gugusnya, (Utami, 1998:184).

Yasmin mempunyai sikap ketergantungan terhadap Saman.Ia tidak dapat dengan mudah melupakan kejadian-kejadian yang sudah dialami bersama Saman. Fantasi-fantasi seksualnya yang tinggi dilakukan bersama Saman, hingga setiap Yasmin berhubungan seks dengan suaminya hanya wajah Saman yang selalu ia bayangkan. Hal tersebut dapat dilihat pada kutipan dibawah ini.

Saman, JAKARTA, 12 JUNI 1994

Aku terkena aloerotisme.Bersetubuh dengan Lukas tetapi

membayangkan kamu.Ia bertanya-tanya, kenapa sekarang aku semakin sering minta agar lampu dimatikan. Sebab yang aku bayangkan adalah wajah kamu, tubuh kamu, (Utami, 1998:195).

Saman, JAKARTA, 16 JUNI 1994

Orgasme dengan penis bukan suatu yang mutlak.Aku selalu orgasme jika membayangkan kamu.Aku orgasme karena keseluruhanmu.

Saman, JAKARTA, 20 JUNI 1994

Tahukan kamu, malam itu yang aku inginkan adalah menjamah tubuhmu, dan menikmati wajahmu ketika ejakulasi. Aku ingin datangke sana. Aku perkosa kamu. (Utami, 1998:196)

2.1.2.5 Tokoh dan Penokohan Upi

Upi digambarkan sebagai gadis yang mempunyai keterbelakangan mental.

Nama gadis itu Upi. Kemudian si ibu bercerita tentang anak perempuaannya yang gila (Utami, 1998:71)

Selain Upi mempunyai keterbelakangan mental ia juga, mempunyai sifat yang aneh dalam melampiaskan gairah seksualnya. Ia sering melampiaskan gairah seksualnya dengan menggosokan selangkangannya pada benda-benda seperti pada tongkat, pagar, dan sudut-sudut tembok.

Gadis itu dikenal di kota ini karena satu hal. Dia biasa berkeliaran di jalan-jalan dan menggosok-gosokan selangkangannya pada benda-benda, seperti: tongkat, pagar, sudut tembok seperti binatang yang merancap (Utami, 1998: 68).

Selain itu, ia juga melampiaskan seksualnya secara tidak lazim. Ia kerap terlihat melampiaskan seksualnya pada pohon-pohon, balok kayu serta hewan-hewan.

Semula, ketika orang-orang menyadap karet, dia malah suka merancap dengan pohon-pohon itu, menggosok-gosok selangkangannya, untungnya tanpa membuka celana (Utami, 1998: 71)

Lama-kelamaan ia juga tertarik pada binatang-binatang terutama kambing. Setiap kali, ia juga menganiaya hewan-hewan itu kadang sampai mati. Karena ia juga memperkosa dan menyiksa ternak tetangga, kami terpaksa memasungnya (Utami, 1998:71).

Upi yang mempunyai keterbelakangan mental mempunyai gairah seksual yang sama dengan manusia normal. Tetapi, untuk melampiaskan seksualnya ia tidak mempunyai objek seksual pada umumnya. Sehingga setiap ia bergairah dan ingin melakukan hubungan seksual, ia melampiaskan gairah seksualnya dengan benda-benda yang tidak wajar dan binatang-binatang juga sebagai objek seksual agar ia mendapat kepuasan seksualnya.

2.2 Latar

Latar merupakan salah satu unsur intrinsik dalam sebuah karya sastra. Latar merupakan suatu landasan bagi peristiwa yang dilakukan. Unsur latar dapat dibedakan kedalam tiga unsur pokok, yaitu tempat, waktu dan sosial. Ketiga unsur itu walau masing-masing menawarkan permasalahan yang berbeda dan dapat dibicarakan secara sendiri, pada kenyataanya saling berkaitan dengan saling mempengaruhi satu dengan yang lainya, (Nurgiyantoro,1995:227).

Dalam novel ini penulis ingin menjabarkan latar yang paling dominan yang berpengaruh pada gambaran identitas seksual yang di alami para tokoh yaitu Laila, Saman, Shakuntala, Yasmin, dan Upi.