• Tidak ada hasil yang ditemukan

(TON) BRUTTO PER-TON NETTO

Dalam dokumen KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA Tahun 2010 (Halaman 197-200)

Kinerja PT Holcim Indonesia 2004-

(TON) BRUTTO PER-TON NETTO

PRODUK SI BEBAN USAHA Jatim Jateng DIY Jabar Banten DKI

Data ini diolah dari hasil Laporan Keuangan Semen Gresik yang telah diaudit.

Melalui perhitungan di atas dapat dilihat dengan jelas bagaimana pengaruh komponen biaya distribusi yang tinggi sangat mempengaruhi Harga Jual Netto pabrik yang pastinya akan mempengaruhi perolehan Laba. Dengan keuntungan pada daerah-daerah DKI Jakarta, Jawa Barat, dan Banten yang relatif lebih kecil dibandingkan dengan laba kami di Jawa Timur, akan sangat masuk akal apabila Terlapor IV/SG lebih memprioritaskan pasokan untuk daerah Jawa Timur dan sekitarnya. Dengan demikian dapat dibuktikan bahwa tingginya biaya distribusilah yang menyebabkan laba kami rendah pada beberapa daerah tertentu, dan kecilnya laba inilah yang menyebabkan Terlapor IV/SG memilih untuk tidak memasok di daerah-daerah tersebut dengan volume yang besar. ---

Halaman 198 dari 425 2. 2. 4. Kapasitas Produksi yang telah penuh (full capacity) menyebabkan Terlapor IV/SG sulit untuk memasok produknya ke daerah lain melebihi dari jumlah yang telah dipasok pada saat ini

Hal lain yang dapat disampaikan sebagai alasan mengapa Terlapor IV/SG tidak dapat memasok produk kami lebih banyak ke daerah lain seperti DKI Jakarta, Jawa Barat, Banten dan Jawa Tengah adalah karena selama tahun 2005 sampai dengan tahun 2009 Terlapor IV/SG telah melakukan produksi semen secara maksimal sesuai dengan kapasitas terpasangnya (full capacity) sebagaimana dapat dilihat dalam Tabel berikut.---

Data ini diolah dari Laporan Tahunan Semen Gresik tahun 2008 dan data Laporan Produksi dan Pemasaran 2009---

Apabila kami ingin memanfaatkan kemampuan pasokan untuk kami pasarkan ke daerah- daerah seperti DKI Jakarta, Jawa Barat, Banten dan Jawa Tengah hal ini tentunya akan mempengaruhi jumlah pasokan Terlapor IV/SG ke daerah-daerah lain. Apabila hal ini dilakukan, kami khawatir akan terjadi kelangkaan pasokan semen pada daerah yang pasokannya dikurangi tersebut, yang pada akhirnya justru akan menimbulkan gejolak harga di wilayah tersebut.--- Dengan demikian ketidakmampuan kami untuk memasok lebih ke daerah-daerah tertentu juga disebabkan oleh karena Terlapor IV/SG telah melakukan produksi sesuai dengan kapasitas terpasang yang dimilikinya.---

Halaman 199 dari 425 2. 2. 5. Penambahan pasokan di suatu daerah hanya akan mengakibatkan pengurangan pasokan di daerah lain yang justru akan menyebabkan kerugian bagi perusahaan dan kemungkinan terjadinya gejolak pasar

Dalam hal kapasitas produksi telah memenuhi kapasitas terpasang suatu perusahaan, maka penambahan pasokan di suatu daerah hanya akan dapat dilakukan dengan mengurangi pasokan di daerah pemasaran lainnya. Pengurangan pasokan di suatu daerah tentu saja dapat berakibat langkanya semen di daerah tersebut. Apabila hal ini terjadi, tentu saja gejolak harga pun juga akan terjadi baik di daerah yang pasokan semennya dikurangi tersebut. Oleh karena itu supply di suatu wilayah sedapat mungkin disesuaikan dengan

demand wilayah tersebut.--- Hal inilah yang membuat para pelaku usaha tidak akan dengan mudahnya menambah dan/atau mengurangi pasokan semen di suatu daerah.--- Sebagai contoh dapat kami berikan ilustrasi perhitungan kerugian yang akan secara nyata diderita oleh Terlapor IV/SG dan kemungkinan terjadinya gejolak pasar pada daerah- daerah tertentu apabila kami bersikeras untuk bersaing dengan Terlapor I di DKI Jakarta, Jawa Barat dan Banten dengan cara menurunkan harga di wilayah-wilayah tersebut. --- Untuk mempertahankan tingkat pendapatan, maka penurunan harga di wilayah-wilayah tersebut harus dikompensasi dengan penambahan volume penjualan dengan mengurangi pasokan semen Terlapor IV/SG di daerah Indonesia Timur, sebagai salah satu lokasi yang labanya tergolong rendah.--- Agar penurunan harga secara efektif dapat terjadi, maka Terlapor IV/SG tidak hanya harus menurunkan harga semennya di wilayah-wilayah tersebut. Akibat dari penurunan harga tersebut, Terlapor IV/SG akan mengalami kehilangan pendapatan sebesar Rp 118,9 Milyar. Untuk memperoleh pendapatan yang tetap, maka SG harus menjual tambahan volume sebesar 188.254 ton ke pasar di wilayah-wilayah tersebut.

Halaman 200 dari 425

Data diolah dari hasil Laporan Keuangan dan Pemasaran Semen Gresik yang telah diaudit---

Karena pada tahun 2009 Terlapor IV/SG sudah mencapai utilisasi 103%, maka untuk mendapatkan tambahan volume penjualan sebesar 188.254 ton, Terlapor IV/SG harus memindahkan volume penjualan dari daerah yang jauh dari posisi pabrik dan dalam hal ini kami dapat memindahkan volume penjualan dari wilayah Indonesia Timur.--- Volume Penjualan Terlapor IV/SG ke Papua tahun 2009 mencapai 145.237 Ton, dengan demikian seluruh penjualan ke Papua harus dipindahkan. Namun itupun masih kurang 43.018 ton, sehingga kekurangan volume penjualan harus diambil dari volume penjualan ke Maluku. Dengan demikian, penjualan ke Maluku yang sebelumnya sebesar 61.944 Ton hanya tinggal menjadi 18.926 Ton. Pemindahan alokasi yang seperti ini tentu saja akan menimbulkan gejolak harga semen di wilayah Indonesia Timur secara umum dan khususnya di Papua dan Maluku.--- Apabila volume penjualan diambil dari wilayah Jawa Timur sebagai wilayah yang labanya paling besar, tentunya kerugian yang akan dialami oleh Terlapor IV/SG pun akan semakin tinggi. Perhitungannya ekonomisnya dapat dijelaskan sebagai berikut:---

Wilayah Vol. Penjualan Thn 2009 (Ton) Harga Netto (Rp/Ton) Revenue Saat Ini (Rp Milyar) Market Share Saat ini (%) Harga Netto Penurunan Rp 3.000 /zak (Rp/Ton) Asumsi Market Share karena Penurunan Harga(%) Volume Penjualan karena penurunan harga (Ton) Volume Penjualan Tambahan karena penurunan harga (Ton) Revenue Setelah Penurunan Harga (Rp Milyar) DKI JAKARTA BANTEN JABAR

Data diolah dari hasil Laporan Keuangan dan Pemasaran Semen Gresik yang telah diaudit--- Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa dengan menurunkan harga jual Semen Gresik di Jawa Barat, DKI Jakarta dan Banten sebesar Rp. 3.000/zak, maka Terlapor IV/SG berasumsi akan memperoleh kenaikan pangsa pasar sebesar 20% (untuk DKI dan Banten) serta 25% (untuk Jawa Barat). Dengan demikian, total volume penjualan Terlapor IV/SG menjadi 2,4 Juta Ton. Dengan adanya kenaikan volume penjualan tersebut di wilayah Jawa Barat, DKI Jakarta dan Banten, maka revenue Terlapor IV/SG pada wilayah-wilayah

Dalam dokumen KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA Tahun 2010 (Halaman 197-200)