• Tidak ada hasil yang ditemukan

Total Assets

Aset Tidak Lancar Non Current Assets

Aset Lancar Current Assets 3.806.314 13.088.294 4.137.883 11.120.887 2014 2013 A. Aset Lancar

Aset lancar turun sebesar Rp331,57 miliar atau 8,0% dari Rp4,14 triliun di tahun 2013 menjadi

Rp3,81 triliun. Turunnya jumlah aset lancar terutama

disebabkan oleh penurunan pada akun piutang lain-lain, pajak dibayar dimuka dan aset lancar lainnya.

(dalam jutaan Rupiah) (in million Rupiah)

Aset Lancar 2013 2014 Δ Current Assets

Kas setara kas 1.836.572 44,4% 1.885.535 49,5% 2,7% Cash and Cash Equivalents

Piutang usaha 361.708 8,7% 447.546 11,8% 23,7% Trade Receivables

Piutang lain-Lain 140.819 3,4% 41.372 1,1% -70,6% Other Receivables

Persediaan 638.527 15,4% 602.850 15,8% -5,6% Inventories

Pendapatan yang akan

diterima 249.168 6,0% 394.785 10,4% 58,4% Accrued Income

Uang muka 33.503 0,8% 362.500 9,5% 982,0% Advance Payment

Pajak dibayar dimuka 162.794 3,9% 16.897 0,4% -89,6% Prepaid Taxes Aset lancar lainnya 714.792 17,3% 54.829 1,4% -92,3% Other current Assets Jumlah Aset Lancar 4.137.883 100,0% 3.806.314 100,0% -8,0% Total Current assets

a. Kas dan setara kas naik 2,7% dari Rp1,84

triliun pada tahun 2013 menjadi Rp1,88 triliun.

Peningkatan jumlah kas setara kas termasuk kas anak perusahaan disebabkan oleh peningkatan kinerja operasi perusahaan, pencairan dana

Public Service Obligation (PSO) dari pemerintah dan pinjaman Kredit Modal Kerja (KMK).

In 2014, the Company’s total assets grew by 10.7% from Rp15.26 trillion at end of 2013 to Rp16.90 trillion.

The growth in assets was driven by an increase in

non-current assets of 17.7% from Rp11.12 trillion in

2013 to Rp13.09 trillion. While current assets fell by

8.0% from Rp4.14 trillion in 2013 to Rp3.81 trillion. In 2014 the composition of assets consisted of 23% current assets and 77% non-current assets.

A. Current Assets

Current assets decreased by Rp331.57 billion or 8.0% from Rp4.14 trillion in 2013 to Rp3.81 trillion.

The decreasing amount of current assets was mainly due to the decrease in other receivables, prepaid

taxes and other current assets.

a. Cash and cash equivalents increased by 2.7%

from Rp1.84 trillion in 2013 to Rp1.88 trillion. The increase in cash and cash equivalents included cash of subsidiaries due to improvement in the Company’s operational performance, Public Service Obligation (PSO) disbursement from the

b. Piutang usaha naik 23,7% dari Rp361,71 miliar pada tahun 2013 menjadi Rp447,55 miliar. Hal ini sejalan dengan naiknya kinerja angkutan perusahaan. Terutama kegiatan operasi angkutan

barang di tahun 2014.

c. Piutang lain-lain turun 70,6% dari Rp140,82 miliar di tahun 2013 menjadi Rp41,37 miliar karena membaiknya kinerja penagihan dalam proses penagihan piutang pihak ketiga.

d. Persediaan turun 5,6% dari Rp638,53 miliar pada tahun 2013 menjadi Rp602,85 miliar terutama disebabkan turunnya nilai persediaan suku cadang prasarana pokok sebesar Rp103,13 miliar. Hal ini terutama disebabkan

optimalisasi penggunaan barang persediaan

untuk perawatan/pemeliharaan aset perusahaan untuk mendukung kegiatan operasi Perseroan. Penurunan persediaan suku cadang prasarana pokok dikompensasi dengan kenaikan suku cadang sarana gerak sebesar Rp71,06 miliar untuk mendukung peningkatan kehandalan dan utilitas kereta api.

e. Pendapatan yang masih akan diterima naik 58,4%

dari Rp249,17 miliar pada tahun 2013 menjadi

Rp394,78 miliar terutama disebabkan oleh adanya

piutang subsidi PSO dari pemerintah yang belum diterima di tahun 2014 sebesar Rp380,42 miliar.

f. Uang muka naik signiikan sebesar 982,0% dari Rp33,50 miliar di tahun 2013 menjadi Rp362,50 miliar terutama disebabkan oleh pemberian uang muka pada pihak ketiga sebesar Rp358,06 miliar sebagai pembayaran dimuka kepada sub kontraktor dan biaya-biaya yang dikeluarkan untuk menyelesaikan proyek-proyek infrastruktur

yang sedang berjalan.

g. Aset lancar lainnya turun 92,3% dari Rp714,79 miliar pada tahun 2013 menjadi Rp54,83 miliar terutama disebabkan turunnya uang muka

penyelesaian letter of credit (LC) atas pembelian

suku cadang persediaan aset tetap pada Bank

BRI dan BNI.

b. Trade receivables increased by 23.7% from Rp361.71 billion in 2013 to Rp447.55 billion. The

is in line with the improved performance of freight transportation particularly operations of freight transportation in 2014.

c. Other receivables decreased by 70.6% from

Rp140.82 billion in 2013 to Rp41.37 billion due to improved performance in billing collection process of third-party receivables.

d. Inventories decreased by 5.6% from Rp638.53 billion in 2013 to Rp602.85 billion, mainly due to the

declining value of basic infrastructure spare parts amounted to Rp103.13 billion. This was mainly due to optimization of the use of basic infrastructure spare parts for assets maintenance to support the Company’s operations. The decline in basic infrastructure spare parts was compensated by an increase in moveable infrastructure spare parts of Rp71.06 billion to support the improved railway reliability and utilization.

e. Accrued income increased by 58.4% from

Rp249.17 billion in 2013 to Rp394.78 billion, primarily due to PSO subsidy receivables from the government that had not been received in 2014 and amounted to Rp380.42 billion.

f. Advances increased signiicantly by 982.0% from Rp33.50 billion in 2013 to Rp362.50 billion,

mainly due to advances to third parties amounted

to Rp358.06 billion as advance payments to sub-contractors and incurred expenses to complete

the ongoing infrastructure projects.

g. Other current assets decreased by 92.3% from Rp714.79 billion in 2013 to Rp54.83 billion, mainly

due to the decline in advances of letter of credit

(LC) settlement on purchase of ixed assets spare parts to Bank BRI and BNI.

B. Aset Tidak Lancar

Aset tidak lancar naik sebesar Rp1,97 triliun atau 17,7% dari Rp11,12 triliun di tahun 2013 menjadi Rp13,09 triliun di tahun 2014. Peningkatan jumlah aset tidak lancar terutama disebabkan naiknya nilai

aset tetap dan aset lain-lain.

(dalam jutaan Rupiah) (in million Rupiah)

Aset Tidak Lancar 2013 2014 Δ Non-Current Assets

Aset pajak tangguhan 168.414 2% 128.114 1% -23,9% Deferred tax assets

Aset tetap 10.312.017 93% 12.156.629 93% 17,9% Fixed assets

Properti investasi 698 0% 698 0% 0,0% Investment properties

Aset lain-lain 639.758 6% 802.853 6% 25,5% Other assets

Jumlah Aset Tidak Lancar 11.120.887 100.0% 13.088.294 100,0% 17,7% Total Non-Current assets

a. Aset tetap meningkat 17,9% dari Rp10,31

triliun pada tahun 2013 menjadi Rp12,16 triliun.

Peningkatan aset tetap terutama disebabkan adanya penambahan aset sarana gerak,

prasarana, fasilitas dan aset tetap dalam

penyelesaian yang jumlahnya setelah dikurangi penyusutan mencapai Rp1,84 triliun. Peningkatan

aset tetap perusahaan sebagian besar didominasi

oleh penambahan aset sarana (Lokomotif,

KRL, KRD dan Gerbong) secara langsung

akan berkontribusi positif kepada pendapatan perusahaan, baik jangka pendek maupun jangka

panjang.

B. Non-Current Assets

Non-current assets increased by Rp1.97 trillion or

17.7% from Rp11.12 trillion in 2013 to Rp13.09 trillion

in 2014. The increase in non-current assets was

mainly due to the increasing ixed assets and other

assets.

a. Fixed assets increased by 17.9% from Rp10.31

trillion in 2013 to Rp12.16 trillion. The increase in

ixed assets was primarily due to the addition of

moveable infrastructure, infrastructure, facilities

and ixed assets which amounted to Rp1.84

trillion after depreciation. The increase in the

Company’s ixed assets was largely dominated

by additional infrastructure (Locomotive, KRL,

KRD and wagons) wherein the additional ixed

assets would directly contribute positively to the Company’s revenue in short and long terms.

b. Aset lain-lain meningkat 25,5% dari Rp639,76 miliar di tahun 2013 menjadi Rp802,85 miliar. Aset lain-lain terdiri dari aset dalam konstruksi,

persediaan scrap, beban ditangguhkan, aset tak berwujud, hak pengoperasian aset prasarana, kerja sama operasi, dana pensiun swakelola dan lain-lain. Peningkatan signiikan terjadi pada: • Aset dalam konstruksi yang naik 88,8%

dari Rp27,54 miliar menjadi Rp51,98 miliar merupakan pekerjaan dalam proses, yaitu pemeliharaan sarana (Lokomotif, Kereta,

gerbong, KRD atau KRL) dan prasarana

(jembatan, gedung) yang belum diselesaikan

di tahun 2014.

• Kerja sama operasi yang naik 128,6% dari Rp26,22 miliar menjadi Rp59,94 miliar merupakan penyertaan modal kerja sama operasi PT KA Logistik dan PT KA Properti Manajemen dengan pihak ketiga.

• Hak pengoperasian aset prasarana yang naik 16,95%: dari 491,8 miliar menjadi 575,3 miliar merupakan hak pengoperasian atas proyek pekerjaan infrastruktur perkeretaapian di

Sumatera Utara dan Sumatera Selatan yang masih sepenuhnya selesai di tahun 2014.

• Lain-lain yang naik 239,1% dari Rp5,11 miliar menjadi Rp17,35 miliar merupakan biaya operasi ditangguhkan dari entitas anak.

Dalam dokumen Situs Resmi PT. Kereta Api Indonesia (Persero) (Halaman 194-197)