Hari/ tanggal : Senin, 2 Agustus 2015
Tempat : SMP N 7 Salatiga
Dian : Selamat pagi Pak SG : Selamat pagi Bu
Dian : Bolehkah saya diberi biodata Bapak? Nama Pak?
SG : Boleh, nama saya Sigih Pratisto Dian : Di sini menjabat sebagai?
SG : Sebagai Waka Kurikulum SMP 7 Dian : Mulai tahun berapa itu Pak?
SG : Ini mulai tahun, berapaya? Ini saya sudah menjabat sekitar 8 tahun
Dian : O lama sekali.Tempat tanggal lahir Pak? SG : Tempatnya di Pati, tanggal 24 Desember
1961
Dian : Baik Pak, terima kasih, saya mulai dengan pertanyaan tentang pola komunikasi ya Pak? Menurut Bapak seperti apa pola komunikasi yang Ibu Kepala Sekolah terapkan di SMP 7 ini. Mohon saya diberikan penjelasan, kemudian contohnya, baik yang berhasil maupun yang kurang maksimal. Monggo Pak
SG : Kalau menurut pengamatan saya, itu di sini kebanyakan dilaksanakan yang b, bottom up, dari atas ke bawah juga dari bawah ke atas karena memang dari, di pendidikan memang begitu, tidak seperti di ABRI begitu.
Dian : Contohnya Bapak?
174
memberikan tugas, kemudian dari tugas itu kemudian juga ada, apa istilahnya, ada istilahnya, diperiksa apa namanya itu, jadi ada pengawasan, ada pengawasan, itu nanti mesti akan berjalan baik. Kadang2 kalau, di sini kadang2 kalau pengawasannya kurang nanti akan kembali seperti semula lagi. Jadi kalau kebiasaan di Indonesia umumnya masih seperti itu.
Dian : Contoh konkret Pak, tentang apa Pak? SG : Di sini misalnya kalau jadi guru,
pembuatan perangkat untuk pembelajaran, untuk perangkat pembelajaran biasanya sudah ditugaskan, perangkat ke kurikulum kemudian ke Kepala Sekolah, itu sudah diberikan batas pengumpulan, Cuma itu pasti ada yang tertunda, apalagi kalau tidak kita kontrol setiap, sebelum hari H-nya sudah kita tanyakan dulu, kalau tidak kita kontrol pasti akan molor itu. Itu apa ini , kebiasaan yang masih ada di lingkungan kita ini.
Dian : Terima kasih Pak. Kemudian Pak,mengenai masalah atau tuntutan, seperti apa Ibu Kepala Sekolah dalam menghadapi masalah atau tuntutan, mohon penjelasan dari Bapak berikut contoh berhasil dan kurang maksimal.Monggo Pak.
SG : Yak, terima kasih.Memang sudah menjadi kebiasaan Ibu Kepala Sekolah, jadi setiap ada masalah atau program itu selalu mengumpulkan terutama dari Waka2nya dulu, dari Waka2 disimpulkan kemudian disampaikan kepada Bapak Ibu Guru. Nah kadang2,
175 ketika program sudah disampaikan memang juga mengalami kendala. Dari kendala itu nanti bisa disampaikan kepada Ibu Kepala Sekolah, nanti kita selesaikan juga bersama2 dengan Waka, seperti misalnya program untuk penambahan jam pelajaran misalnya, itu seperti les misalnya, itu memang kita buatkan program dulu lalu kita sampaikan pada Bapak Ibu Guru, ternyata di saat pelaksanaan juga ada kendala yaitu yg pertama, gurunya, tenaga pendidiknya memang di sini kadang kurang, tapi yang jadi masalah anak2nya ini, anak2nya meskipun untuk tambahan jam tidak dipungut biaya sepeser pun, banyak anak2 kendala di sini itu banyak yang, ada sebagian yang tidak hadir, ya begitu. Terus kemudian kita tidak henti2nya untuk memacu anak untuk pengarahan2, bahkan sampai kita jemput dari rumah itu supaya bisa mengikuti dalam penambahan jam pelajaran. Tapi mungkin karena di sini jauh dari lingkungan kota jadi anak2 masih dalam transisi antara desa dan kota. Jadi anak2 untuk semangat belajarnya masih kurang.
Dian : Jadi semangat belajarnya ya Pak?
SG : Iya, semangat belajarnya masih kurang. Dian : Terima kasih Pak. Pak Sigit, untuk gaya
kepemimpinan Ibu Kepala Sekolah, bagaimana Bapak mendeskripsikan gaya kepemimpinan Ibu Kepala Sekolah, monggo Pak
SG : Menurut pengamatan saya sudah kurang lebih 2 tahun ini Ibu Kepala
176
Sekolah menjabat di SMP 7 ini. Ini kalau menurut saya, gaya kepemimpinanya adalah gaya kepemimpinan demokrasi. Karena setiap ada hal-hal yang dijadikan program di SMP 7 ini, Ibu Kepala Sekolah selalu menyampaikan pada Bapak Ibu Guru, apakah program ini, apakah program ini baik apa tidak, dilaksanakan apa tidak gitu, jadi selalu Ibu Kepala Sekolah tidak langsung memutuskan sendiri, jadi semua program2 di SMP 7 ini selalu didiskusikan, jadi contohnya setiap kegiatan, sebelum awal tahun yang baru, selalu Ibu Kepala Sekolah membuat pembagian tugas mengajar dan pembagian tugas tambahan, itu juga selalu mengajak, terutama yang senior2, bersama dengan Wakil Kepala Sekolah itu diajak kira2 siapa yang menduduki bagian2 misalnya kesiswaan, kemudian kurikulum, kemudian humas, sarpras itu selalu didiskusikan. Setelah kira2 sudah disepakati oleh, oleh beberapa sesepuh dan wakil, nanti akan difloorkan kepada Bapak Ibu Guru semua. Itupun kalau Bapak Ibu Guru kira2 ada yang kurang cocok, itu masih bisa diterima, asal alasannya itu masih bisa diterima gitu. Jadi kalau menurut saya, gaya kepemimpinan, menurut saya sekali lagi condong ke demokrasi, begitu.
Dian : Dalam pengambilan keputusan konkret apa begitu Pak?
SG : Misalnya dalam urusan, misalnya apa ya, misalnya ada masalah seperti ada siswa yang mau pindah, misalnya, ada
177 siswa yang mau masuk ke SMP 7. Itu tidak sendiri,langsung diterima tidak. Itu pasti minta pertimbangan, dari kesiswaan, kemudian dari kurikulum. Itu pasti dua dua itu dimintai pertimbangan terus kemudian sebelum itu juga disampaikan pada Bapak Ibu Guru. Jadi untuk mengambil keputusan diterima atau tidak, beliau selalu mengajak untuk berdemokrasi, berdiskusi begitu, iya.
Dian : Terima kasih Pak
Salatiga, Agustus 2015 Menyetujui Kebenarannya,
178
Lampiran 8: Validasi Anak Tengah