• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hari/ tanggal : Senin, 27 Juli 2015 Tempat : SMP N 3 Salatiga Dian : Selamat Pagi Pak

S : Selamat Siang Mbak Dian.

Dian : Untuk pertanyaan nomor 1 tentang kewenangan dan tanggung jawab Pak, kira2 mana yang sesuai untuk Bapak kemudian mohon diberikan penjelasan dan mohon juga diberikan contoh baik yang berhasil maupun yang kurang berhasil. Monggo Pak.

S : Masalah kewenangan dan tanggung jawab, sayamendelegasikan sebagian besar wewenang dan tanggung jawab utama, contoh pekerjaan2 yang bisa saya delegasikan, saya delegasikan pada para wakil namun demikian masalah justifikasi atau pengambilan keputusan adalah tetap saya sebagai Kepala Sekolah. Namun tidak semua harus saya sendiri yang mengerjakan, nah saya wakilkan pada wakil, misalnya kaitan dengan kesiswaan, jadi saya berikan pada wakil kesiswaan, kaitan dengan kurikulum, maka saya berikan pada kurikulum. Ini ada informasi contoh ada kaitan dengan informasi beasiswa S2, berarti ini tidak usah saya mencari sendiri, tapi saya serahkan pada bagian kurikulum, sampaikan

139 pada para guru yang berminat, dengan adanya beasiswa S2 yang akan dilaksanakan oleh Pemerintah Kota Salatiga. Demikian Mbak.

Dian : Untuk contohnya Pak, baik yang berhasil maupun yang kurang berhasil, untuk pendelegasian ini.

S : Contoh berhasil dan kurang berhasil tentu ada. Target keberhasilan itu kan yang menilai saya. E contoh keberhasilan misalnya di bidang e apa kelulusan kelas 9. Saya memandang masih ada, perlu perbaikan karena sebagai sekolah di SMP 3 harapan saya, yang mencapai nilai maksimal 100, ya tentunya harapan saya lebih banyak dari yang sekarang. Sekarang kan hanya ada 4 siswa. Nah, maka itu saya evaluasi, maka besok e lebih ditingkatkan cara menggarap anak supaya bisa mendapat hasil yang maksimal. Kemudian contoh yang sudah berhasil misalnya, pendidikan non-akademis di SMP 3 itu pengelolaan anak2 baik yang mengikuti POPDA, maupun O2SN, muapun yang lain itu saya serahka pada bagian kesiswaan. Saya pandang, o ini sudah berhasil, mengapa saya katakan berhasil? Karena dari kegiatan itu, seleksi POPDA misalnya, ternyata dari piala yang disediakan contoh dari 9 cabang olahraga putra, 9

140

cabang olahraga putri, ternyat 8 cabang olahraga putra disabet anak-anak SMP3. Kemudian 9 cabang putrinya, disabet anak- anak SMP 3. Itu menandakan tugas yang saya limpahkan pada kesiswaan berjalan maksimal, gitu Mbak.

Dian : Untuk yang kurang berhasil Pak?

S : Ya tadi, kan saya menganggap hasil yang 100-nya 4 masih kurang berhasil menurut saya

Dian : Inginnya lebih?

S : Inginnya lebih. Kalau SMP 1 ada sekitar 27 ya ya ndak usah jauh2, kita ya mendekat, di atas 17 atau berapa, maksud saya begitu. Jadi kita ya sesuai dengan apa, sesuai dengan inputnya anak-anak itu cenderung selepas dari SMP 1 kan 2, 2 ke 3, sehingga ya kalau kita itu, secara outputnya itu kalah dengan 1, 2 ya wajar karena inputnya jauh lebih baik di sana. Namun demikian kami tidak juga berkecil hati atau pasrah, yo wis karena inputnya segitu kita sudah pantas di sini, kami hanya berusaha untuk mencapai yang maksimal.

Dian : Terima kasih Pak. Untuk nomor 2 Pak, penugasan terhadap bawahan. Bagaimana cara Bapak menugaskan bawahan. Mohon penjelasan, berikut contoh berhasil maupun kurang berhasil. Monggo Pak.

141 S : Ya, dalam memberikan penugasan terhadap

ya boleh bawahan atau teman2 saya begitu, dibagi berdasarkan partisipasi bawahan, dalam pengambilan keputusan. Maksudnya gini, dalam membagi tugas itu saya tidak, kamu senang di mana, bukan demikian, tapi saya berdasarkan penilaian selama kurun waktu tertentu, kemudian berdasarkan juga masukan dari teman-teman. Dari bootom up, kan saya ajak untuk sharing, misalnya ini, saya punya, kira2 yang cocok untuk ini, adalah ini. E kemudian mereka memberikan pendapat, ya Pak, tapi ini ada kelemahan di bidang ini, namun demikian bila saya pandang ini tetap layak untuk pasang ya tetap saya pasang, karena e saya memandang, batin saya itu terkadang iki iso tak pasrahi. Kadang kalau teman2 kan masih memandang suka atau tidak suka. Jadi misalnya saya mau memasang ini urusan kurikulum. Ini ternyata punya kompetensi saya lihat, punya kompetensi di bidang perkurikuluman, juga e wawasan tentang kurikulumnya cukup tinggi. Namun demikian ini belum masuk kepada kurikulum, jadinya saya sharing dengan teman2. Saya punya gambaran bilamana ini masuk di kurikulum, saya yakin akan lebih optimal karena bisa mengaktualisasi diri disitu, akan lebih tergali

142

potensi yang ada di kurikulum, sekalipun, sekalipun itu misalnya kalau di teman2 ada wah kurang pas Pak, kurang pas, kalau kurang pasnya itu hanya masalah penilaian subyektif, saya cenderung pasang. Tapi tidak, dia tidak mengutarakan alasan yang obyektif, maksudnya ukuran kuantitatif gitu ya, itu ya, nak pakai acuan kuatitatif ini ini ini gitu ya mesti akan saya akomodir. Saya akan ngetut, karena saya juga orang ilmiah sih. Tapi kalau hanya, Bapak ini ini ini, oh ini subyektifitas, kualitatif, sangat kecil kemungkinannya untuk akurat, sehingga ya sudah, jalan. Biar waktu yang akan akan menunjukkan ini bisa berhasil atau tidak, gitu. Namun demikian, karena di sini saya juga baru, saya belum bisa menilai tugas yang saya berikan itu maksimal atau tidak karena untuk menilai itu butuh waktu yang cukup lama. Contoh saya harus mengamati, tidak satu bulan, dua bulan, tiga bulan, ini harus satu tahun akumulasi itu, kalau sekilas saja, orang bisa berbuat bahasa tanda petiknya itu iso digawe-gawe. Tapi kalau nanti waktu itu sudah 1 tahun kan ketok asline, orang itu bagaimana. Namun demikian pasti pengambilan keputusan partisipatif, saya juga mengakomodir, meskipun dalam tanda petik tadi saya sampaikan, namun saya juga

143 renungkan, camkan, masalah kapannya, baik tidaknya, e saya rangkum dari pendapat teman2 yang saya anggap mereka itu layak untuk saya ajak berdiskusi, karena kan tidak semuanya, saya ambil yang senior, yang sudah tahu seluk beluknya, kemudian para wakil, para wakil itu walaupun junior kan sudah dianggap

Dian : Dituakan S : Ya, dituakan Dian : Contoh Pak

S : Contoh yang mana

Dian : Yang berhasil untuk penempatannya kemudian yang kurang berhasil

S : O begitu, ya, memang tentu, kalau yang sudah berhasil, ya tentu akan saya pertahankan situ, kan jenjang karir penugasan itu diawali dari, di kurikulum sendiri kan ada wakil kurikulum, ada koordinatornya kurikulum, ada anggota kurikulum. Kalau saya pandang layak, sebagai anggota kurikulum itu ternyata mumpuni tidak menutup kemungkinan nanti saya rotasi menjadi koordinator kurikulum. Begitu yang namanya reward pekerjaan yang memuaskan dan maksimal, kenapa tidak. Dian : Jadi yang bagian kurikulum ini bisa dianggap

berhasil gitu ya Pak?

144

kan terbagi, seorang pemimpin di sekolah itu dibantu oleh wakil kepala sekolah Mbak, Wakil Kepala Sekolah itu tergantung Kepala Sekolah masing-masing, ada sekolah yang mengangkat wakil itu 3, ada yang mengangkat wakil 2, ada yang 4, karena ada 3 urusan, 1 kurikulum, 2 kesiswaan, 3 sarana prasarana, dan 4nya humas. Semua bergerak di bidangnya masing2, kalau urusan perkurikuluman, kurikulum itu berarti manangani masalah anak kaitan dengan proses pembelajaran, kalau kesiswaan itu menangani kesiswaan di bidang kegiatan2 yang bisa mencakup intra maupun ekstra, misalnya lomba, anak kegiatan yang lain misal ada PBB ada yang lain itu ditangani oleh wakil kesiswaan. Di situ ada tim kesiswaan itu wakil kesiswaan, ada koordinator kesiswaan, ada anggota, maka saya memandangnya 1 pos, kesiswaan. Mengapa anak ini lebih, lebih pinter mendekati anak, lebih familier terhadap anak, lebih, lebih nyambung komunikasi dengan guru2 yang lain, tidak secret, tidak apa bahasanya itu apa tidak membatasi diri, tida apa ya, karena saya OSIS kok jauh dengan guru

Dian : Menjaga jarak?

145 Kalau itu lepas bisa dengan itu, saya katakan dengan anak kan bagus, hubungan dengan guru bagus, saya berikan tugas tepat waktu, selesai, ya bisa jadi anggota tadi saya angkat menjadi koordinator. Suatu saat kalau itu karirnya bagus ternyata memang, karirnya bagus, pekerjaannya bagus dan lain sebagainya, tidak menutup kemungkinan saya ganti untuk wakilnya karena memang wakil dan sebagainya itu kan yang memberikan tugas juga saya. Bisa saya rotasi, 2 tahun, 3 tahun, atau 1 tahun pun ndak papa, bilamana saya pandang perlu, tergantung kebutuhan.

Dian : Apakah ada Pak, sekiranya contoh yang kurang berhasil dalam pendelegasian ini? S : Contoh yang kurang berhasil dalam

pendelegasian, ya ada tapi kecil sekali,karena sudah saya tugaskan sesuai dengan job deskripsinya, mampu di bidang itu. Ini saya pasrahi Sarpras Insya Allah mampu, ini saya pasrahi kurikulum, Insya Allah juga, sehingga ya kalau kurang sempurna wajar tapi tidak berhasil hampir tidak ada. Tidak berhasil itu kan berarti gagal, tapi kalau kurang ya namanya manusia, dalam melaksanakan tugas misalnya tidak mencapai angka seratus itu ya wajar, tapi normatifnya kalau sudah mendapat nilai di

146

atas 8 kan sudah bagus itu. Jadi kalau dibuat angka nilai, ya sudah bagus, kurang dipoles di bidang ini. Begitu Mbak

Dian : Terima kasih Pak. Untuk nomor 3 Pak, mengenai pola komunikasi, manakah yang lebih sesuai untuk Bapak, mohon penjelasan berikut contoh baik yang berhasil maupun yang kurang berhasil. Monggo Pak.

S : E, untuk pola komunikasi, kami komunikasinya tidak bottom up, juga tidak top down. Jadi kami memformulasikan, juga terkadang, bottom up, juga terkadang top down, juga terkadang sesama rekan kerja, jadi suatu saat saya sharing dengan teman2, jadi untuk saya mengambil keputusan, saya sharekan dulu, kemudian saya rangkum, setelai saya rangkum, akhirnya saya putuskan. E hanya, bagian2 tertentu yang bersifat teknis, saya ambil sikap sendiri, nah, top down berarti, tapi kalau yang sifatnya untuk kepentingan bersama itu saya ambil bottom up, dari bawah. Kemudian juga mereka tak suruh mereka berdiskusi melalui perwakilan disampaikan kepada kami, baru kami pilah2, mana yang sesuai ya itu yang kami kerjakan, yang tidak sesuai ya kami ambil formula yang baru. Jadi pola komunikasi begitu yang efektif Mbak daripada kita menggunakan kekuasaan, top

147 down semua, setiap perintah harus dilaksanakan, karena kita kan orang yang bisa berpikir ya bukan robot ya, jadi semua bisa dirasakan, kabeh iso dirasakne, pola kepemimpinan, dari tahun ke tahun itu kan silih berganti sehingga mereka bisa merasakan, rasanya dipimpin denga pola otriter itu kaya begini, kalau dengan pola partisipatif kaya begini, pasti teman-teman bisa merasakan. Masalah keberhasilan atau kurang keberhasilan, njenengan selalu ada poin yang itu. Semuanya saya pikir sama Mbak, jadi ada yang berhasil karena pola- pola ini yang efektif, namun demikian kalau dikatakan tidak berhasil tidak, ya kurang maksimal, misalnya e , saya memutuskan sesuatu kemudian dilaksanakan, terkadang tidak sesuai dengan keinginan saya, itu yang dikatakan kurang maksimal. Tapi kalau mengerjakannya pola kolaborasi bottom up biasanya karena sesuai dengan keinginan mereka, bisa mengerjakan dengan sempurna, namun bagi saya ada hal2 yang kurang maksimal, itu perlu sinergi. Komunikasi itu yang perlu dikedepankan sehingga akan terjadi apa hasil rumusan yang maksimal, kita membuka diri, saya juga memberikan gambaran, arahan. Namun demikian tidak menutup kemungkinan dari teman2 juga

148

memberikan masukan, sehingga terjadilah keputusan yang boleh dikatakan keputusan bersama.

Dian : Dapatkah diberikan contoh konkret tentang pengambilan keputusan apa begitu Pak? S : Ya kalau sekedar keputusan, sekedar mau

ada halal bihalal, kemudian kyai.nya siapa? Ya silahkan saja, kan gitu, kyainya sopo kan yo rapopo, saya bilang gitu. Itu kan kegiatan yang sifatnya tidak prinsip ya, kemudian misalnya kemarin di sini ada kegiatan halal bihalal lagi juga contoh, ketuane sopo, yo ketuane ambilkan saja wakil Humas gitu. Kemudian lagi misalnya yang, o, ada mau mengirim Jambore, e ya sampaikan aja, kamu yang mau ikut siapa nanti tak berikan kebebasan bagi njenengan untuk mengakomodir dari yang ikut. Jadi tidak semacam2 itu tidak harus sampai ke tangan saya. Namun demikian keputusan seperti misalnya, e ini ada akan ada kegiatan UTS, Ujian Tengah Semester, itu kalau teman2 menyampaikan ini tanggalnya sekian, sekian, rentangnya tanggal sekian. Sebentar, saya juga lihat kadidu, pertimbangannya ini, ini, saya juga ini, ini, bedo pertimbangan gitu, laksanakan ini aja karena ini, di kegiatan ini saya juga padat sehingga mungkin saya jarang ada di sini, sehingga saya perlu

149 nunggoni di sini sehingga waktu yang demikian tidak mengubah jadwal yang sudah tersusun di dalam kalender pendidikan, misalnya lagi, ada siswa pindahan, misalnya ada orang mau minta tolong untuk di.anu sini, ternyata nilainya juga bagus, nah itu kan saya tidak ndadak minta pendapat yang lain gitu. Jadi ya sudah saya pandang ini perlu saya tolong, gitu, wong nilainya saja bagus. Ini karena mengikuti kepindahan orang tuanya, maka saya sudah kita menerima. Kemudian lapor ke kurikulum untuk pembinaan tentang atribut sekolah. Jadi yang prinsip itu.

Dian : Bila yang sudah ada keputusan kemudian kurang maksimal? Tentang hal apa Pak? S : Keputusan yang kurang maksimal? Sudah

saya putuskan tapi kurang maksimal?

Dian : Rupanya begitu, sudah diputuskan tapi kurang maksimal

S : Opo ya, keputusan opo yo? Yo contoh gini, keputusan, tadi sudah saya putuskan tadi, misal halal bihalal, ternyata saya berikan Probowaseso untuk mencari kyai dan sebagainya, namun setelah itu terjadi saya tidak menganggap itu kurang maksimal, kyai ne ora apik, kyaine itu keras, kyai ne itu bersimpangan dengan pemerintahan, walaupun mereka orang pemerintahan tapi

150

kurang puas dengan pemerintahan, itu kan batin saya tidak puas, itu kurang maksimal. Itu saya perintahkan, saya delegasikan ternyata kurang maksimal. Ndelalah, seandainya saya tahu itu lebih baik ora sah tak delegasikan, aku yang mutusi sekalian, saya yang cari

Dian : Baik, baik Pak. Untuk nomor 4, tekanan bagi bawahan Pak,manakah sekiranya yang akanBapak lakukan, atau yang selama ini dilakukan, kemudian mohon penjelasan berikut contoh yang berhasil ataupun yang kurang maksimal

S : Untuk pekerjaan yang saya berikan pada bawahan itu saya memberikan waktu Mbak ya, dateline begitu, supaya apa, pekerjaan itu teratur dan bisa diramalkan waktunya, selesai kapan, jadi progress fisiknya jelas. Saya bilamana memberikan suatu pekerjaan paling tidak H min 1 itu sudah selesai. Misalnya ini dateline ini hari Seloso, misalnya Dian : Dateline apa itu Pak

S : Misalnya, taruhlah membuat proposal misalnya, atau mengerjakan misalnya e kita mau membagikan rapor, itu kan ditangani kurikulum, misalanya saya bagikan tanggal 17 misalnya, ini gaweyane kurikulum.Maka sebelum tanggal 17, tanggal 16 itu harus bisa selesai di atas meja.

151 Dian : Tidak mepet

S : Jangan mepet, karena kita kendala waktu di lapangan itu tidak tahu, saya tidak suka bilamana pekerjaan itu nanti sing penting beres, walaupun ada tipikal2 semacam itu tapi saya tidak suka, karena kendala di lapangan pasti. Coba bayangkan mau nge- print, yang dibagikan tanggal 17, tanggal 16 belum jadi, belum ada di meja ini, apa ya kalo jaminan misalnya lampu tidak mati semalaman, apa iya tidak ada kerusakan di Dian : Cartridge

S : Iya itu, saya adalah orang yang punya tipikal pekerjaan itu step by step diselesaikan secara teratur. Saya sangat tidak suka yang namanya instan, yang penting ini rampung gitu saya tidak suka, walaupun ada teman2 yang punya tipikal seperti itu. Sekalipun itu monting2 pada saatnya rampung2, tapi saya lebih suka yang dikerjakan secara step by step, begitu. Itu lebih nyaman dan lebih apa ya, lebih suka saya daripada orang yang bekerja walaupun baik, walaupun tertib, namun dia akan selalu ngepaske batas waktunya. Itu biasanya orang2 yang ngepasne waktu itu biasanya orang2 yang kemampuannya tinggi, tapi kemauannya rodo setengah2 gitu, tapi kalau orang yang bagus, yang kemauannya tinggi pasti akan memilih

152

sing tadi. Karena perlu diketahui ada 4 orang, punya kemampuan tidak punya kemauan, tidak punya kemauan tapi punya kemampuan, kemudian yang nggregetke lagi itu yang tidak punya kemauan, tidak punya kemampuan, lha itu.

Dian : Yang kurang maksimal Pak? Sudah diberikan tekanan rupanya tetap kurang maksimal untuk itu

S : Ya nanti pada evaluasi akhir tahun, akhir tahun itu ada pembagian tugas, ya saya harus dengan berat hati saya rotasi ke tempat lain yang sekiranya tidak ada bagian, pekerjaan yang dituntut untuk selesai dalam waktu tertentu,kan ada pekerjaan yang tidak dituntut dalam waktu tertentu kan ada, misalnya di bagian sarana prasarana misalnya, kan yo tidak ada dateline waktu pekerjaan ini kudu rampung gitu ibaratnya semua ada dateline waktu tapi kan ada pekerjaan2 sing misale harus diselesaikan dalam waktu tertentu, ada yang batas waktunya agak longgar. Pasti akan saya tempatkan di pos2 semacam itu.Demikian kalau itu memang sudah tidak dapat diberikan tugas atau diberikan amanah semacam itu ya lebih baik kita berikan tugas yang lain, yang tidakmereka terbebani. Karena kalau sudah tidak mampu, tidak

153 punya kemauan itu kan, sudah tidak mampu dan tidak mau itu kan sulit. O ya malah suloyo. Lebih baik punya kemauan, kemampuannya kurang sithik itu malah lebih bagus. Namun demikian sing punya kemampuan tinggi tapi kemauane sedeng yo tadi, ngepasne tadi.

Dian : Jadi ini Pak, adakah contoh kecil ketika sudah diberikan tekanan, tetap saja tidak memenuhi tenggat waktu?

S : Ada

Dian : Misalnya Pak?

S : Misalnya, gini, e, yang sederhana Dian : Yang kecil saja

S : Ada, yang kecil, orang hidup itu kan dihadapkan pada masalah rumah tangga masing2 Mbak, rumah tangga masing2 dan rumah tangga itu kan kompleks, contoh misalnya e, disuruh seragam. Seragam hari Seloso itu ini. Ternyata mereka tidak seragam.

Dian : Tidak bisa

S : Tidak bisanya itu bukan karena dia menentang, tidak bisanya itu bukan karena dia menentang, tapi kondisinya ada yang njahitne itu sekian puluh bulan tidak diambil karena juga tidak ada gitu lo, ini contoh. Harusnya seragam, tapi sampai sekarang belum dipake karena tadi, dijahitne belum

154

diambil2 karena sampai keterbatasan anggaran. Itu kan gitu, kalau sudah begitu kan gimana lagi. Contoh berikutnya, misalnya koperasi, sudah saya nasehati, kalau misalnya njenengan tidak mampu untuk hutang, kan dibatasi, jangan dibiasakan hutang, tapi kan ono sing seneng hutang, nyaur utang e lali. Kemudian dari pengurus itu kan tak tugaskan rodo memfilter gitu, namun demikian karena roso tadi kan tidak bisa. Njenengan kalau misalnya di sana diberikan tugas menjadi bendahara koperasi, dan ada temannya menangis2, merengek2, ada kekuatan untuk menolak, tetapi roso tadi membelenggu, akhirnya semacam itu. Itu kan berarti tugas yang saya beri itu tidak maksimal. Harusnya maksimalnya gimana? Yo kenceng, tapi saya paham, dikencengi koyo ngopo nak melihat orang menangis, temannya menangis kan tidak itu gitu lo

Dian : Juga orang banyak ya Pak? S : Iya gitu. Terima kasih Pak

Dian : Nomer 5 Pak, inisiatif dari bawahan. Menurut Bapak apakah ini diperlukan?

S : Tentu Mbak sangat diperlukan, karena dengan banyak ide yang masuk, kita akan lebih bisa berkreatif. Bilamana saya pandang perlu, tentu inisiatif2 itu akan saya akomodir

155 menjadi satu keputusan yang akan dituangkan sebagai keputusan SMP 3, bukan keputusan si A, si B, si C, ataupun dari saya. Berarti keputusan sekolah

Dian : Kemudian Pak, berarti dalam pengambilan keputusan diperlukan inisiatif mereka?

S : Tentu, tadi dari awal sudah saya sampaikan, keputusan itu ada yang saya, bahasa tanda petiknya itu adalah partisipasi ya, saya untuk mengambil keputusan kemudian saya sharingkan dulu, Kalau ada kegiatan semacam ini kira2 baik ndak? Manfaat dan mudharatnya begitu, tentu ada yang gini Pak, tidak bagus, karena gini, gini. Ini pasti masukan bagus gitu. Di pintu gerbang, untuk menunggu kedatangan siswa dengan cara disalimi, gitu, itu juga banyak yang komentar Mbak. Kok kaya among tamu gitu, tapi kami punya prinsip, itu akan punya manfaat, e, berkahnya seorang guru, salimnya anak2 dengan Bapak Ibu itu kan menambah tawatibnya anak terhadap Guru. Saya yakin itu akan lebih bagus bila dilaksanakan. Itu saya laksanakan, ternyata hasilnya juga berdampak pada bagusnya pendidikan karakter.

Dian : Hingga sekarang

S : Hingga sekarang jalan, sekarang kita tinggal, ini kan belum dipatenkan jadwalnya, mulai

156

yang piket aja separo2, karena piketnya kan ada 10 orang. Ya sudah piketnya dari 10 itu dibagi 2, 5 Seloso ini, 5 Seloso depan. Itu sudah saya bedakan semacam itu.

Dian : Kemudian yang kurang maksimal Pak,