• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hari/ tanggal : Kamis, 6 Agustus 2015

Tempat : SMP N 3 Salatiga

Dian : Selamat siang Pak TG : Selamat siang

Dian : Mohon saya diberikan biodata Pak. Nama Bapak?

TG : Teguh Sugiyarto, S.Pd Dian : Jabatan di sini Pak?

TG : Wakil Kepala Sekolah Kurikulum Dian : Sudah berapa lama Bapak? TG : Sudah sekitar 6 tahun Dian : Lumayan ya Bapak? TG : Ya

Dian : Lalu Pak, tempat tanggal lahir Bapak? TG : Kabupaten Semarang, 14 Maret 1970 Dian : Baik, saya langsung ke pertanyaan

nomor 3 Bapak, mengenai pola komunikasi Bapak, mohon saya diberikan penjelasan, seperti apa pola komunikasi yang diterapkan Bapak Kepala Sekolah di sekolah ini. Mohon juga diberikan contoh baik yang berhasil maupun yang kurang maksimal. Monggo Bapak.

TG : Melihat dari pertanyaan yang njenengan sampaikan untuk Kepala Sekolah itu dalam memberikan apa ya mungkin, satu sisi aja lah, pembagian tugas bekerja maupun instruksi tentang regulasi yang berlaku di jajaran pendidikan, informasi2 yang lainnya tentunya berasal dari instansi atau para

189 pejabat di atas Kepala Sekolah. Dari Kepala Sekolah menyampaikan, koordinasi kepada para pembantu.Pembantu2 di sini yang saya maksud adalah Wakil Kepala Sekolah sesuai dengan urusan atau bidang masing2. Misalnya tentang kurikulum ya sampaikan ke Waka kurikulum, tentang kesiswaan, sampaikan ke Waka Kesiswaan, tentang urusan sarana prasarana juga sampaikan kepada sarana prasarana, tentang kehumasan juga sampaikan ke kehumasan. Dari situ juga akan melibatkan hubungan horisontal sesama rekan kerja, jadi walaupun jobnya misalkan tentang ujian nasional itu jobnya urusan kurikulum tapi tetap melibatkan rekan sekerja, dalam hal ini kesiswaan, juga sarana prasarana juga kehumasan,jadi itu beberapa ke berhasilan, keberhasilan dihasilkan dari model atau tipe koordinasi dari atas ke bawah, kemudian dari para pembantu2 beliau juga hubungan horisontal sesama rekan kerja. Namun ada dari sisi ini juga ada titik kurang keberhasilannya barangkali karena dalam menterjemahkan atau menginterpretasi e tugas yang diberikan, mungkin ada rasa jangan2 tumpang tindih, nah itu , tapi sebenarnya itu masih bisa disikapi, itu hanya kurang berhasilnya sedikit. Masalah komunikasi perlu dipertegas lagi, gitu.

Dian : Terima kasih Pak, e, dalam pengambilan keputusan apa Bapak, misal?

TG : Pengambilan keputusan misal, untuk pengadaan sarana prasarana misalnya,

190

untuk membantu kelancaran peserta didik memperoleh layanan pendidikan, melibatkan urusan sarana prasarana tentunya secara langsung. Kemudian juga melibatkan dari kurikulum dari hal untuk satu titik pelayanan terhadappeserta didik, pelayanan minimal paling tidak sehingga dibutuhkan koordinasi untuk mencari jalan keluar bersama2.

Dian : Terima kasih Pak. Kemudian Pak, mengenai gaya kepemimpinan, mohon saya dideskripsikan Pak seperti apa Bapak Kepala Sekolah dalam memimpin sekolah ini, monggo Pak.

TG : Untuk gaya kepemimpinan beliau menurut saya, beliau tidak anti untuk dikritik, juga tidak anti untuk diberi masukan sejauh mana kritikan juga masukan itu masuk akal dan tentunya untuk kemajuan sekolah. Beliau tidak apa, alergi untuk hal itu. Sehingga dari hal2 itu mungkin ada kritikan dan sebagainya akhirnya tentunya menjadi suatu pemikiran, sehingga kalau saya melihat model beliau itu seperti bisa menerima aspirasi ya, aspirasi dari bawah, tidak semata2 dari atas langsung ke bawah harus dilaksanakan tetapi beliau juga menerima, ada keputusan yang sekiranya memang sudah diputuskan bersama tetapidalam pelaksanaannya ada hal2 yang perlu dikaji ulang beliau tidak anti untuk melaksanakan itu. Mungkin beliau juga memegang sesuai dengan motto dari SMP Negeri 3 Salatiga, SEGAR, Santun, Energik, Gembira, Arif, dan Re-evaluasi,

191 barangkali untuk penerimaan kritik, saran, adalah bagian dari re-evaluasi. Dian : Kata apa Pak yang tepat untuk

menggambarkan ? Gaya Kepemimpinan ini Pak

TG : Ya, menurut saya beliau ini tipe aspiratif, jadi menerima apa yang menjadikan itu kendala atau apa yang ada di sekolah ini beliau menampung. Aspiratif, kemudian mengolah semua apa yang disampaikan itu untuk dirembug bareng2,menghasilkan suatu keputusan yang bisa dilaksanakan di sekolah ini.

TY : Terima kasih Pak. Kemudian Bapak, untuk menghadapi masalah atau tuntutan Pak, mohon saya dideskripsikan bagaimana cara beliau menghadapi masalah kemudian contoh yang berhasil maupun yang kurang maksimal, begitu, monggo Pak

Dian : Nggih, satu mungkin bisa dianggap masalah atau tuntutan karena SMP Negeri 3 Salatiga sudah hampir 5 tahunan lebih menjadikan salah satu sekolah untuk menampung kelas atlit di lingkungan kota Salatiga sesuai dengan SK Walikota Salatiga saat penerimaan peserta didik baru dengan kuota kurang lebih 28, targetnya seperti itu. Yang jadi beberapa permasalahannya karena untuk anak2 kelas atlit itu isinya macam2, tidak hanya atletik tapi isinya juga ada olahragawan sepakbola, karateka, tae kwon do, catur, bulutangkis, termasuk atletik dan lain2 masih banyak. Untuk proses masuk sekolah, masuk diterima, dia

192

menggunakan piagam minimal juara 1 Kota, kemudian domisili harus di Kota Salatiga, kemudian ada rekomendasi dari KONI.Hal yang mungkin menjadikan pemikiran kita bersama, nilai untuk anak2 tersebut, bisa jadi di bawah anak2 yang bersaing secara reguler, tidak menutup kemungkinan, contoh ada anak yang nilainya 18, 19 dengan jumlah nilai itu bisa masuk tapi karena persyaratan yang di atas tadi memang terpenuhi, jadi memang berbeda. Nah pelayanan yang diberikan untuk anak2 atlit itu tidak dijadikan 1 tapi disebar di semua kelas, jadi semua kelas tetap ada untuk mengkondisikan biar tidak ada perbedaan antara kelas atlit dan reguler. Keberhasilan2 yang sudah disampaikan beliau melalui pendekatan2 semacam itu, anak2 atlit ini membawa nama baik sekolah dan nama baik Kota Salatiga bahkan sudah bisa menyentuh ke provinsi maupun ke tingkat internasional, salah satu wujud adanya pelaksanaan tersebut. Namun dari pelaksanaan tersebut juga ada kekurangan. Kurang berhasilnya ya antara keinginan sekolah memajukan anak dalam bidang akademik, kalau yang non akademiknya kelas atlit jangan ditanyakan, jangan diragukan, tapi untuk yang akademik sekolah berupaya e mengkonsidikan anak supaya bisa berprestasi tapi di sisi lain, untuk pelatih2 mereka juga diberikan program2 khusus dalam rangka untuk mempertahankan prestasi dalam bidang atletiknya. Nah ini ada suatu bentuk

193 komunikasi atau dalam bentuk kesepakatan yang tentunya harus dilakukan danmemang harus bisa sama2 mentaati akan keputusan yang sudah berlaku, contoh anak atlit ini sudah duduk di bangku kelas 9. Kelas 9 itu mesti secara akademik ada jam2 tambahan, try out dan lain2, nah ini mesti ada anu kesepakatan untuk anak2 ini, supaya tidak terganggu secara akademiknya harus ada kesepakatan,nah kadang kala anak yang bisa jadi korban dalam hal ini karena mungkin bingung ingin mempertahankan prestasi dalam bidang atlit tapi saya akademiknya juga harus terpenuhi. Kurang berhasilnya mungkin ada kekurang komunikasian sedikit untuk mengkondisikannya.

Dian : Terima kasih Pak

Salatiga, Agustus 2015 Menyetujui Kebenarannya,

194

Lampiran 10: Validasi Anak Bungsu