• Tidak ada hasil yang ditemukan

TUGAS KHUSUS

Dalam dokumen Teknologi Pangan dan yang id (Halaman 169-197)

PEMURNIAN PADA PROSES PRODUKSI CRUDE PALM OIL (CPO)

V.1 Proses Pemurnian

Pada pabrik pengolahan kelapa sawit, proses pemurnian/ pemisahan yang sangat penting dan mutlak dilakukan, karena pada proses pemurnian ini akan diperoleh hasil pemisahan cairan yang sesuai dengan kadar dan mutu minyak yang diinginkan. Pada pabrik kelapa sawit, proses pemurnian dilakukan di stasiun pemurnian (klarifikasi). Menurut Pahan (2010) suatu proses pemurnian minyak menjadi CPO bertujuan untuk menghilangkan kadar air didalamnya sampai dengan 0,2

%, agar kualitas dari CPO itu baik. Suatu oil purifier adalah alat yang sangat penting fungsinya sebagai pemurnian minyak, walaupun proses sebelum ke oil purifier masih sangat banyak langkah-langkah pemurnian yang harus dilakukuan seperti pemisahan minyak kasar dari kadar lumpur dan air.

Dalam proses pemurnian diperlukan juga proses

pengenceran yang bertujuan sangat penting artinya dalam effisiensi pemisahan minyak dan kualitas minyak sawit. Jumlah air yang dianjurkan adalah sebanding dengan jumlah minyak yang terdapat dalam Cairan (Pasaribu, 2004). Hal tersebut sesuai yang diterapkan pada PKS Gunung Makmur ini dengan air yang di gunakan adalah 320 liter/ton TBS setara dengan 24000 liter/jam untuk mengolah 75 ton TBS/jam, dengan perincian 50% untuk screw press dan 50% untuk vibrating screen dan stasiun klarifikasi.

Menurut Hutahean (2008) bahwa pemakaian air yang terlalu banyak akan menyebabkan penurunan kualitas unit pengolahan PKS terutama pada alat pemurnian. Hal ini diatasi dengan memperpendek retention time pada setiap alat

pengolahan yang dapat mengakibatkan penurunan effisiensi ekstraksi, Dan sering menimbulkan penambahan instalasi yang seharusnya tidak perlu. Pemberian air pengencer tergantung pada desain unit pengolahan dan kandungan NOS, yang dapat dipengaruhi oleh kebersihan pemanen.

Didalam proses pemurnian ini terdapat beberapa langkah yang harus dilakukan. Adapun langkah-langkah proses pemurnian adalah:

a. Oil Gutter

Talang minyak mentah (Oil Gutter) adalah alat penampung minyak hasil dari screw press untuk selanjutnya dialirkan ke tangki penangkap pasir (Sand Trap Tank). Sebagian besar air suplesi (pengencer) sebanyak ± 20%. Pemberian air suplesi dimaksudkan untuk memperlancar penyaringan kotoran di Vibrating Screen dan memudahkan pemisahan minyak pada proses selanjutnya.

b. Sand Trap Tank

Sand trap tank adalah alat yang berbentuk silinder yang bekerja berdasarkan perbedaan berat jenis antara air dan

minyak dimana berat jenis air lebih tinggi dari minyak, sehingga dengan mudah minyak yang berada diatas air akan mengalir ke vibrating screen. Alat ini digunakan untuk memisahkan pasir dari cairan minyak kasar yang berasal dari stasiun pengempaan yaitu screw press, melalui oil gutter minyak dari screw press masuk sand trap tank, dan dipanaskan dengan

mempertahankan suhu 95°C. Dalam proses pemurnian

peralatan yang pertama kali mengeluarkan sludge adalah sand trap tank, dan pada sand trap tank terdapat buffle, yaitu suatu alat penangkap pasir atau kotoran-kotoran. Dalam hal ini Temperatur pada sand trap tank harus mencapai 95° C, agar

pada saat dilakukan pembuangan (blow down), lumpur (sludge) yang keluar tidak terlalu banyak mengandung minyak, sehingga dapat menyebabkan kehilangan minyak yang banyak. Selain itu menurut Ginting (2003) menyatakan bahwa Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi efektifitas sand trap tank adalah suhu, kondisi mesin buffle dan kondisi umpan. Di PKS Gunung Makmur terdapat 4 buah sand trap tank dengan kapasitas masing-masing 5 ton per jam.

c. Saringan Bergetar (Vibrating Screen)

Saringan bergetar digunakan untuk memisahkan minyak kasar (crude oil) dari pasir serta benda-benda lain yang terikut dengan dibantu oleh panas dari steam yang diinjeksikan ke dalam tangki yang bersuhu 90°– 95°C. Saringan berge tar terdiri 25

dari 2 tingkat saringan. Tingkat atas memakai saringan dengan ukuran 20 mesh, sedangkan pada tingkat bawah dipergunakan saringan 40 mesh. Crude oil yang telah diencerkan dialirkan ke vibrating screen dengan tujuan untuk memisahkan beberapa bahan asing seperti pasir, serabut dan bahan-bahan lain yang masih mengandung minyak dan dapat dikembalikan ke digester. d. Crude Oil Tank (COT)

Crude oil tank adalah tangki penampug minyak kasar yang dilengkapi pipa pemanas steam coil (suhu 90⁰C), yang telah disaring untuk dipompakan ke tangki pisah (Countinous Settling Tank). Crude oil tank dilengkapi dengan injector steam dengan

tekanan 3 kg/cm2. Injeksi steam ini digunakan untuk mempertahankan suhu COT pada kisaran 90 sampai 95 0C. Fungsi dan tujuan alat ini adalah untuk mengendapkan pasir/ NOS halus yang masih terikut dari vibrating screen dan sebagai tempat penampungan sementara crude oil dari vibrating screen sebelum dipompakan ke countinous sttling tank. Selain itu juga berfungsi untuk menambah panas dan sebagai transit tank. e. Countinous Settling Tank (CST)

Fungsi dari CSTadalah untuk memisahkan minyak, air dan sludge secara grativitasi, dimana minyak dengan berat jenis yang lebih kecil yaitu 0,8 gram/cm3 akan berada pada lapisan yang paling atas, sedangkan air yang berat jenisnya 1

gram/cm3 akan berada pada lapisan tengah, dan lumpur dengan massa jenis 1,3 gram/cm3 dari CST. Minyak hasil dari pemisahan gravitasi pada CSTdialirkan kedalam oil tank, sedangkan sludge dialirkan kedalam sludge tank. Untuk mengetahui bahwa performa kerja CSTtersebut masih bagus maka indikator yang dapat digunakan adalah kandungan minyak pada CSTdapat mempengaruhi kandungan minyak pada sludge di under flow. Ketebalan lapisan minyak dalam CST selalu dikontrol agar ketebalan bekisar 30-50 cm dengan temperature suhu 90°C dan dilakukan pengutipan minyak melalui s kimmer. Prinsip kerja didalam CST menggunakan prinsip keseimbangan antara larutan yang berbeda jenis.

f. Oil Tank

Oil tank berfungsi untuk menampung sementara minyak yang keluar dari CST sebelum masuk ke purifier. Pada tanki ini minyak diberikan pemanasan menggunakan steam pada suhu 86 – 90°C.Tujuan pemanasan adalah untuk menurunkan berat jenis minyak sehingga proses pemisahan kotoran dipurifier bisa berjalan lebih baik Di bagian bawah oil tank berbentuk kerucut yang bertujuan untuk mengumpulkan kotoran yang mengendap dan ujungnya terdapat pipa menuju crude oil tank. Pipa ini berfungsi untuk mendrain minyak yang kotor. Panas yang ada menyebabkan air dan kotoran akan turun ke lapisan bawah. Berdasarkan SNI (2006) pengoperasian standar minyak di oil tank adalah kandungan kotoran 0.5% - 0.7% dan kandungan air 0.1% - 0.3%, hal ini diterapkan pada SOP operasional di stasiun pemurnian PKS Gunung Makmur.

g. Oil Purifier

Oil purifier berfungsi memurnikan minyak dari kotoran dan kadar air. Alat ini dengan prinsip gaya sentrifugal, yaitu

memisahkan cairan antara air, minyak dan kotoran dengan cara membedakan berat jenisnya. Minyak yang mempunyai berat jenis lebih kecil yaitu 0,8 gram/m3 akan lebih ringan dibanding air yang berat jenisnya adalah 1 gram/m3, dan kotoran dengan berat jenis 1,3 gram/m3, sehingga fluida yang masa jenisnya lebih berat (kotoran dan air ) bergerak menuju dinding bowl dan minyak yang massa jenisnya lebih kecil bergerak menuju poros

melalui sudut (paring disc). Kotoran ini menempel pada dindingdinding bowl dan keluar pada saat pencucian sedangkan air

langsung keluar. Minyak yang keluar dari purifier dipompa menuju vacuum dryer sedangkan kotoran dan air akan masuk ke sludge collection tank.

h. Vacuum Dryer

Vacuum dryer merupakan alat yang berfungsi untuk

mengurangi kadar air dalam minyak. Kadar air dalam minyak perlu dipisahkan karena air dapat menyebabkan pembusukan pada minyak. Proses pemisahan tersebut menggunakan prinsip pemanasan vacuum dengan suhu dibawah tekanan atmosfer sebesar -600 sampai -720 mmHg dengan pengkondisian suhu sebesar 85°C. Kondisi tersebut menyebabkan air yang yang 27

terkandung dalam minyak akan menguap karena mendidih dibawah titik didihnya dengan kondisi tekanan dibawah atmosfer.

i. Storage Tank

Merupakan tempat penampungan minyak (CPO) murni

sebelum didistribusikan. Storage tank ini juga dilengkapi dengan pipa steam sebagai pemanas sehingga suhu didalam tangki dipertahankan berkisar antara 50-600 C dan kualitas minyak dapat terjaga hingga minyak dipasarkan. Storage tank yang ada di Pabrik Kelapa Sawit (PKS) PT. KMB ada 4 storage tank dengan kapasitas masing-masing 1350 ton CPO untuk storage

tank 1 dan 2 dan 2500 ton CPO untuk storage tank nomer 3 dan 4. Sebelum di distribusikan melalui truk tanki, CPO dari

storagetank di alirkan menuju ke oil dispacht untuk pengisian truk tanki yang akan mendistribusikan CPO untuk di pasarkan. j. Sludge Tank

Tangki untuk penampungan sementara sludge yang keluar dari CST sebelum dikirim ke Vibro Single Deck (ukuran 40 mesh). Jumlah alat 1 unit dengan kapasitas 12 ton. Cara kerja alatnya adalah sludge yang keluar dari CST yang masih

mengandung minyak dialirkan ke dalam sludgetank dan diolah lagi untuk mendapatkan minyak. Temperatur sludge di tangki 80-900C yang dipanaskan dengan steam injeksi.

k. Sand Cyclone

Sand cyclone berfungsi untuk memisahkan pasir yang

terkandung di dalam sludge oil dari sludge tank. Peralatan ini berbentuk silinder dan bagian bawah berbentuk kerucut, dibagian bawah terdapat tabung pengendapan pasir dan pipa drain untuk pembuangan pasir secara automatic dengan prinsip kerjanya berdasarkan gaya berat dan gaya sentrifugal.

l. Buffer Tank

Buffer tank merupakan tempat penampungan sludge

sementara sebelum masuk ke sludge centrifuge. Pabrik kelapa sawit (PKS) di PT. KMB memiliki 1 unit buffer tank. Cara kerja alatnya adalah sludge yang telah lolos penyaringan dari tahap sand cyclone dialirkan ke tangki bawah untuk dipompakan

dipompakan ke buffer tank kemudian dialirkan ke sludge centrifuge. Bila sludge di buffer tank penuh akan overflow ke 28

tangki bawah. Hal ini terjadi bila sludgecentrifuge tidak bekerja dengan baik ataupun tidak memenuhi kapasitas. Tujuan dari pemasangan tangki ini adalah untuk mendapatkan perbedaan ketinggian yang cukup sehingga aliran sludge ke sludge separator lebih kencang karena perbedaan ketinggian mengakibatkan perbedaan tekanan yang lebih besar. m. Sludge Centrifuge / Separator

Untuk memisahkan minyak dari sludge dengan jumlah alat 8 unit dengan kapasitas 6,5 ton per jam. Cara kerja alatnya adalah pemisahan terjadi akibat gaya sentrifugal yang

disebabkan putaran 1350 rpm. Dengan gaya sentrifugal minyak yang berat jenisnya lebih ringan bergerak menuju ke poros dan terdorong keluar melalui pipa. Cairan dan ampas yang

mempunyai berat jenis lebih berat, terdorong kebagian dinding bowl dan keluar melalui nozzle. Padatan yang menempel pada dinding bowl dibersihkan.

n. Low speed

Untuk memisahkan minyak dari sludge dengan jumlah alat 4 unit. Cara kerja alatnya adalah pemisahan terjadi akibat gaya sentrifugal yang disebabkan putaran 1200 rpm. Akibat gaya sentrifugal dan berat jenis maka lumpur akan terlempar lebih jauh menuju dinding bowl sedangkan minyak masuk melalui

nozzle dan mengalir ke drain tank. V.2 Analisa Pemurnian

Pada proses pemurnian, banyak hal yang perlu

diperhatikan, untuk diketahui kualitas dan efisiensi CPO yang di hasilkan. Hal – hal yang perlu di control pada pemurnian

produksi CPO, yaitu kadar oil losses pada tahapan proses pemurnian, kualitas produksi CPO (Asam lemak bebas, kadar air dan kadar kotoran), pengontrolan penggunaan suhu pada setiap penggunaan mesin, laju aliran pada tahapan proses pemurnian dan kebersihan unit-unit mesin dan lingkungan terjaga. Berikut analisa laboratorium dari tahapan pemurnian yang perlu di lakukan monitoring:

a. Oil Losses (minyak yang terbuang)

Analisa ini untuk diketahui berapa banyak minyak yang terbuang pada komponen cairan minyak (minyak, air, dan 29

sludge). Pengujian oil losess di lakukan pada beberapa titik pengambilan sampel, yaitu pada:

1. Sludge centrifuge, pada sludge separator 2. Sludge underflow, pada CST

3. Final effluent, pada Fat Pit

Pengambilan sampel sludge dilakukan setiap jam dan

ditampung pada jurigen. Setiap pengambilan diambil sebanyak 150 ml. Hasil tampungan sampel sludge yang diambil akan dilakukan analisanya di pagi hari. Dengan cara sludge yang

telah tercampur rata, diambil sampel 20 – 25 g, kemudian di keringkan dengan pengopenan selama 8 jam dengan suhu 105°C dengan wadah cawan petri. Sampel akan menjadi kering dan dimasukkan kedalam kertas saring untuk dilakukan

ekstraksi dengan metode soxhlet. Pelarut yang digunakan dengan menggunakan n-heksan sebanyak 250 ml. Proses ekstraksi dilakukan selama 6 jam. Setelah proses ekstraksi pada labu soxhlet didapatkan larutan heksan yang tertinggal dan minyaknya, maka proses selanjutnya yaitu menghilangkan heksan yang tercampur dengan minyak dengan di keringkan dengan open selama 2 jam, maka akan di dapatkan minyak ada di labu soxhlet dan dicatat sebagai minyak yang hilang (losess). Cara perhitungan:

- Menentukan kadar air

Sampel basah sebelum di open ditimbang beratnya,

kemudian di lakukan pengopenan selama 8 jam dan hasilnya ditimbang kembali. Selisih berat sampel basah dan sampel kering di analisakan sebagai kadar air yang terdapat pada sludge.

% moist = berat sampel basah – berat sampel kering x 100% Berat sampel basah

- Menentukan minyak yang losess pada sludge

Sampel yang sudah di ekstrak selama 6 jam dan didapat cairan kuning pada botol soxhlet. Cairan kuning tersebut adalah minyak dan n-heksan yang digunakan sebagai

pelarut proses ekstraksi. Hasil tersebut kemudian dikeringkan 30

dengan cara diopen selama 10 menit dengan suhu 105°C, maka heksan akan menguap dan hanya tersisa minyaknya. Minyaknya kemudian ditimbang dan dihitung sebagai minyak yang terbuang pada sampel.

% kadar oil losses = berat minyak hasil pengopenanx 100 % Berat larutan minyak hasil ekstraksi (minyak + heksan) b. Komposisi Crude Oil

Analisa ini bertujuan untuk mengetahui komponen yang terdapat pada crude oil dari hasil pengepresan buah sawit, sebelumtahap prosesinti pemurnian menjadi CPO. Selain itu sebagai monitoring kadar penggunaan air pada proses di stasiun press. Analisa ini menggunakan sampel crude oil yang diambil di buffer tank setelah terjadi pemisahan komponen minyak dan sludge di CST. Analisa sampel di lakukan setiap perjam dengan mengambil sampel dari buffer tank sebanyak 50 ml. Komponen yang di analisa yaitu: - Kadar minyak

- Kadar emulsi minyak dan air - Kadar air

- Kadar non oil solids (NOS) - Kadar asam lemak bebas

Pada saat pengambilan sampel, juga di lakukan monitoring suhu dan ketinggian minyak di CST. Hal ini dikarenakan

penggunaan suhu akan menentukan kuantitas minyak yang dihasilkan (terpisah dari komponen non minyak), hal ini ditentukan dengan ketinggian minyak yang ada pada bagian atas CST.

Cara analisa komponen crude oil yaitu Sampelcrude oil di masukkan pada tabung centrifuge yang berkapasitas 14,5 ml, kemudian disentrifuse dengan kecepatan 2000 rpm selama 5 menit dan diulangi dengan centrifuge manual dengan cara diputar-putar dengan alat sentrifuge manual, hal ini bertujuan untuk meratakan seluruh permukaan crude oil. Hasil yang Nampak setelah disentrifuge terbentuk 4 fase lapisan, berdasarkan berat jenis dari masing-masing lapisan, dengan urutan sebagi berikut dari lapisan paling atas ke bawah yaitu 31

minyak, emulsi (minyak dan air), air dan kotoran non lemak. Masing-masing fase diukur menurut ketinggian fase, dengan rumus perhitungan sebagai berikut :

- Kadar komponen minyak

% minyak = tinggi minyak x 100 % Tinggi tabung centrifuge

- Kadar emulsi

% emulsi = Tinggi emulsi yang terbentuk x 100% Tinggi tabung centrifuge

- Kadar air

Tinggi tabug centrifuge - Kadar NOS

% Kadar NOS = 100 – (Kadar minyak + kadar emulsi + kadar air)

Setelah di ketahui komponen masing-masing dari crude oil, maka dilakukan pengujian kadar asam lemak bebas, dengan metode titrasi NaOH. Cara pengujiannya sebagai berikut: - Diambil sampel crude oil sebanyak 3 g yang ditampung di erlenmeyer

- Ditambahkan 3 tetes indikator phenophylite - Ditambahkan 50 ml alkohol

- Dititrasi dengan larutan NaOH 0,097 N

- Dan dilakukan titrasi sampai warna minyak berubah menjadi kemerahan dan titrasi di hentikan.

- Dilakukan perhitungan dengan rumusnya yaitu:

%FFA = ml larutan NaOH titrasi x 25,6 x Normalitas NaOH Berat sampel (g)

c. Komposisi sludge di underflow (CST)

Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui kadar komponen yang ada pada sludgehasil dari pemisahan komponen minyak, air dan NOS pada proses pemisahan di COT dan untuk

mengontrol kadar penggunaan air pada stasiun press. Analisa dilakukan dengan pengambilan sampel sludge dari sludge underflow di CST. Pengujian dilakukan setiap jam dengan pengambilan sampel sebanyak 50 ml. Hal-hal yang diuji

pada pengujian ini yaitu: 32

- kadar minyak yang terikut pada sludge - kadar emulsi air dan minyak yang terbentuk - kadar air pada sludge

- dan kadar padatan non minyak (NOS).

Teknik pengujian dan rumus perhitungan seperti yang ada pada pengujian komponen crude oil yang telah dijelaskan

sebelumnya.

d. Penentuan mutu minyak produksi

Pengujian mutu minyak produksi dilakukan analisa sampel darivacuum dryer setelah tahapan proses pemurnian yang dilakukan setiap jam sekali sebelum CPO produksi dialirkan ke storage tank. Pengujian sampel ini diuji kadar asam lemak bebas minyak yang diproduksi. Teknik analisanya seperti pengujian asam lemak bebas crude oil yang telah dijelaskan sebelumnya.

Pengujian mutu CPO tidak hasil proses produksi, tetapi juga dilakukan pengujian mutu CPO ditempat penimbunan storage tank. Pengujian ini dilakukan satu kali sehari setiap pagi sebelum proses produksi. Pada pengambilan sampel di storage tank juga dilakukan pengukuran suhu di storage tank dan ketinggian minyak di storage tank, hal ini bertujuan untuk mengontrol pemberian suhu steam yang diberikan di storage tank untuk menjaga mutu CPO dan mengetahui banyaknya

produksi CPO harian.

Analisa mutu sampel CPO dari storage tank yang diuji adalah:

- Kadar air

- kadar kotoran CPO di storage tank, dan - Asam lemak bebas.

Cara pengujiannya yaitu: Analisa kadar air

- Dilakukan penimbangan beker glass - Diambil sampel sebanyak 10 g

- Diopen dengan suhu 105°C selama 30 menit - Dilakukan penimbangan berat wadah dan minyak - Di hitung kadar air, dengan rumus:

33

% kadar air = (Berat sampel sebelum di open– berat sampel setelah di open) / Berat sampel sebelum di open x

100 %

Analisa kadar kotoran

- Diambil sampel minyak dari pengopenan analisa kadar air sebelumnya

- Diencerkan dengan pelarut n-heksan sampai tanda batas - Diletakkan pada gelas desikator sampai penuh

- Diopen dengan suhu 105°C selama 10 menit - Ditimbang hasil pengopenan

% kotoran = (Berat sampel setelah diopen – berat sampel analisa kadar air) / Berat sampel analisa kadar air x 100 Analisa asam lemak bebas

Seperti analisa asam lemak bebas pada crude oil yang telah dijelaskan sebelumnya.

V.3 Kadar ALB

Kadar ALB merupakan salah satu indikator mutu minyak yang sangat cepat mengalami perubahan selama proses berjalan. Mutu suatu minyak sawit bisa dikatakan bagus jika kadar ALBnya memenuhi standar ketetapan konsumen (< 3,50%). Kenaikan kadar ALB sangat dipengaruhi pada saat TBS dipanen sampai diolah di pabrik. Kenaikan kadar ALB ini disebabkan adanya reaksi hidrolisa pada TBS ataupun minyak yang sedang diolah. Apabila kita membahas tentang masalah ALB, maka tentu tidak akan lepas dari masalah mutu TBS yang diolah.

Sistem pemanenan yang dilakukan di areal perkebunan PT. KMB bisa menjadi faktor yang mempengaruhi kenaikan kadar ALB pada TBS, hal ini misalnya pemanenan yang kurang tepat pada tingkat kematangan buah (terlalu matang / mentah),

sistem panen yang tidak langsung dikirim ke pabrik untuk diolah (restand) dan juga waktu kirim TBS yang terlalu lama dari kebun menuju pabrik. Semuanya faktor tersebut sangat mempengaruhi 34

berpengaruh pada mutu minyak yang dihasilkan.

Tingkat kematangan TBS mempunyai karakter sifat yang berbeda-beda, hal ini sangat penting untuk diketahui karena akan mempengaruhi pada mutu minyak yang dihasilkan. Buah yang terlalu matang mempunyai kadar ALB yang tinggi (>5%) hal ini karena aktivitas enzim akan meningkat pada keadaan buah yang terlalu matang. Dalam hal ini, pengetahuan pemanen mengenai derajat kematangan buah mempunyai arti penting sebab jumlah dan mutu yang akan diperoleh sangat ditentukan faktor ini. Selain itu criteria fraksi tandan yang diolah akan memiliki pengaruh terhadap rendemen yang di hasilkan. Sistem pemanenan yang dilakukan di PT. KMB dengan

sistem FIFO (First in First Out). Hal ini dilakukan dengan tujuan salah satunya adalah untuk menghindari kenaikan kadar ALB pada TBS karena buah menginap (restand).

Adapun faktor yang mempengaruhi terjadinya peningkatan kadar ALB selain dari bahan baku, yakni pada proses pengolahan. Adapun titik proses pengolahan yang dapat

meningkatkan nilai ALB, diantaranya: sortasi, perebusan, tangki pemurnian dan tangki timbun. Misalnya pada proses sortasi, jika kegiatan sortasi tidak sesuai dengan kriteria mutu TBS yang dikehendaki maka dapat menyebabkan tingginya kadar ALB pada minyak yang dihasilkan.

Pada proses perebusan dapat meningkatkan kadar ALB, hal ini dikarenakan jika proses perebusan tidak sesuai dengan

standar perebusan yang ditentukan pabrik maka masih ada kemungkinan terjadi aktivitas enzim yang tidak mati oleh perebusan. Kebersihan alat perebusan dan lori juga dapat mempengaruhi peningkatan kadar ALB karena tempat yang kotor bisa menjadi sumber mikroba yang menghasilkan enzim penghidrolisis minyak. Pada titik ini faktor alat dan manusia yang perlu dikontrol secara ketat untuk menghindari penurunan mutu minyak.

Pada titik tangki pemurnian akan memepengaruhi tingkat ALB, hal ini berkaitan dengan peralatan mesin yang digunakan harus sesuai dengan prosedur serta pengontrolan penggunaan suhu pada masing-masing mesin yang digunakan.dan tangki 35

timbun juga dapat mempengaruhi peningkatan kadar ALB karena pada tangki penimbunan ini akan terjadi pencampuran minyak lama kadar ALB berbeda dengan yang baru diproses.

Dalam dokumen Teknologi Pangan dan yang id (Halaman 169-197)