• Tidak ada hasil yang ditemukan

MPR SEBELUM DAN SESUDAH PERUBAHAN UUD 1945 A.MPR RI Sebelum Perubahan UUD 1945

3. Tugas dan Wewenang MPR

Sehubungan dengan Tugas dan kewenangan MPR, telah diatur dalam Pasal 3 dan Pasal 4 UUD 1945, yang berbunyi:

108

Pasal 2 UU No. 4 Tahun 1999 tentang Susunan dan Kedudukan Hukum MPR, DPR, DPRD, DPD, Lembaran Negara Tahun 1999 No. 24, Tambahan Lembaran Negara No. 3811.

60 Pasal 3

“Majelis Permusyawaratan Rakyat menetapkan Undang-Undang Dasar dan garis-garis besar dari pada haluan negara.”109

Pasal 4 UUD 1945 berbunyi: “a. Majelis berwenang membuat putusan-putusan yang tidak dapat dibatalkan oleh lembaga negara lain, termasuk penetapan GBHN yang pelaksanaannya ditugaskan kepada Presiden/Mandataris; b. Memberikan penjelasan yang bersifat penafsiran terhadap Putusan Majelis; c. Menyelesaikan pemilihan dan selanjutnya mengangkat Presiden dan Wakil Presiden; d. Meminta pertanggungjawaban dari Presiden/Mandataris mengenai pelaksanaan garis-garis besar daripada haluan negara dan menilai pertanggungjawaban tersebut; e. Mencabut mandat dan memberhentikan Presiden/Mandataris sungguh-sungguh melanggar garis-garis besar daripada haluan negara; f. Mengubah UUD; g. Menetapkan Peraturan Tata tertib Majelis; h. Menetapkan Pimpinan Majelis yang dipilih dari dan oleh Anggota; i. Mengambil, memberi keputusan terhadap anggota yang melanggar sumpah/janji anggota.

110

Rumusan Pasal 3 hendak menggambarkan kekuasaan MPR yang tidak terbatas sebagai konsekuensi ketentuan Pasal 1 ayat (2) UUD 1945. Dikatakan juga bahwa MPR ialah perumus kebijakan yang mewakili kemauan rakyat. Perumus kebijakan mewakili kemauan politik rakyat dijalankan melalui Garis-garis besar dari pada haluan negara. Kemudian MPR memberikan mandat kepada Presiden, setelah MPR terlebih dahulu menetapkan konsep pelaksanaanya lewat Repelita (Rencana Pembangunan Lima Tahun) yang merupakan hasil kesepakatan Presiden dan DPR yang ditetapkan oleh UU.111

109 Pasal 3 UUD 1945. 110 Pasal 4 UUD 1945. 111

I Dewa Gede Palguna, Constitutional Complain, Setara Press, Malang, 2015, hlm 91.

Kemudian Pasal 6 dan Pasal 7 UUD 1945 menetapkan bahwa presiden dipilih oleh MPR sekali lima tahun Presiden dan Wakil Presiden. Selanjutnya MPR juga berwenang untuk mengubah UUD. Dalam penjelasan UUD mengenai Sistem Pemerintahan Negara disebutkan bahwa MPR dapat diundang untuk melakukan persidangan istimewa untuk memintakan pertanggungjawaban Presiden jika DPR menganggap bahwa

61

Presiden sungguh telah melanggar haluan negara yang telah ditetapkan oleh UUD atau oleh MPR.112

Sebelum MPR pilihan rakyat lahir, maka kewenangan MPR dijalankan oleh MPRS. Dalam Peraturan Tata Tertib yang lama itu baik Keputusan MPRS No. I/MPRS/1966 maupun Keputusan MPRS No. VIII/MPRS/1968, yang judul Bab-nya ialah Tugas dan Kewenangan MPRS:

113

(1) Melakasanakan tugas dan wewenang Majelis Permusyawaratan Rakyat sesuai dengan Undang-Undang Dasar 1945;

Pasal 1

Sebelum terbentuknya Majelis Permusyawaratan Rakyat yang dipilih oleh rakyat, maka Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara berfungsi:

(2) Menetapkan dan mengawasi garis-garis besar darai pada haluan negara;

(3) Menetapkan acara sidang umum dan peraturan Tata Tertib Majelis Permusyawaratan Rakyat;

(4) Memilih Pimpinan Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara; (5) Menerima, menanggapi serta menilai laporan/pertanggungjawaban

Mandataris mengenai pelaksanaan Ketetapan-ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat.

Di samping itu, MPRS mengeluarkan TAP MPRS No. XX/MPRS/1966 yang menyatakan dirinya sebagai MPR sebelum MPR pemilihan umum terbentuk.114

112

A.S.S Tambunan, Op. Cit., hlm 24-25.

113

Ibid., hlm 28 114

Ketetapan MPRS RI No. X/MPRS/1966 tentang Kedudukan Lembaga-Lembaga Negara Tingkat Pusat dan Tingkat Daeerah Pada Posisi dan Fungsi yang diatur oleh Undang-Undang Dasar 1945, Pasal 1 berbunyi: Sebelum MPRS hasil Pemilihan Umum terbentuk maka MPRS berkedudukan dan berfungsi seperti MPR yang dimaksud dalam Undang-Undang Dasar 1945.

Oleh sebab itu, dalam praktik ketatanegaraan, MPRS baik orde lama dan orde baru, mempunyai tugas dan wewenang bukan menurut UUD 1945, akan tetapi terbatas. Keterbatasan itu selain karena kedudukan MPR yang sementara, juga adalah disebabkan pengaruh “lembaga negara” lain yang mengangkat keanggotaannya baik secara politik maupun yuridis. Pasal 1 Penpres No. 12

62

Tahun 1959 menjelaskan bahwa wewenang MPRS menurut Pasal 3 UUD 1945 adalah menetapkan Garis-garis besar dari pada haluan negara. Bahkan kemudian, tugas dan wewenang yang terbatas ini ditegaskan oleh Presiden Soekarno pada pembukaan Sidang Umum I MPRS di Bandung yang bersejarah ini memenuhi apa yang ditentukan pula Pasal 3 dari pada UUD kita, yaitu:

“MPR menetapkan UUD dan Garis-Garis Besar Haluan Negara. Tetapi karena saudara-saudara adalah MPR Sementara, tiap anggota dari pada DPR itu belumlah anggota yang dipilih oleh rakyat maka bagian pertama dari pada Pasal 3 ini yaitu menetapkan UUD, tidak saya minta untuk menetapkannya. Saya persilahkan saudara-saudara hanya menentukan garis-garis besar dari pada haluan Negara saja.”115

Keinginan Presiden itu kemudian diperkuat oleh surat Menteri Penghubung DPR/MPR tertanggal 30 November 1960 kepada pejabat Ketua MPRS yang menyatakan bahwa tugas MPRS menetapkan garis-garis besar haluan negara dan garis-garis besar pembangunan semesta. Pembatasan tugas MPRS itu kemudian dikukuhkan menjadi TAP MPRS No. I/MPRS/1960. Pasal 1 TAP MPRS No. I/MPRS/1960 berbunyi:116

1. Memperkuat manifesto Politik RI sebagai GBHN;

2. Menetapkan garis-garis besar haluan pembanguan yang harus sesuai dengan Garis-garis Besar Haluan Pembangunan seperti yang diamanatkan oleh Presiden kepada Depernas tanggal 28 Agustus 1959, baik yang diucapkan maupun tertulis serta amanat Presiden tanggal 9 Januari 1960; dan

3. Menetapkan pemberian kekuasaan penuh kepada Presiden untuk melaksanakan keputusan-keputusan Sidang Pertama MPRS.

Setelah terpilihnya MPR pilihan rakyat lewat Pemilihan Umum, maka tugas dan wewenang MPR berdasarkan UUD 1945. Melalui Pasal 3 UUD 1945,

115

Riri Nazriyah, Op.Cit., hlm 91

116

Aisya Amini, Pasang Surut Peran DPR-MPR 1945-2004, Jakarta: Yayasan Pancur Siwah, 2004, hlm. 36.

63

MPR sebagai lembaga tertinggi negara menurut S. Toto Pandoyo dalam bukunya Tholchah Mansoer, mempunyai kekuasaan seperti terperinci dibawah ini, yaitu:117

1. Melaksankan kedaulatan Rakyat (Pasal 1 ayat (2) UUD 1945); 2. Menetapkan UUD (Pasal 3 UUD 1945);

3. Menetapkan Garis-garis besar dari pada haluan negara (Pasal 3 UUD 1945);

4. Memilih kemudian mengangkat Presiden dan Wakil Presiden (Pasal 6 ayat (2) UUD 1945;

5. Mengambil sumpah atau janji Presiden dan Wakil Presiden sebelum memangku jabatannya masing-masing (Pasal 9 UUD 1945);

6. Mengubah UUD (Pasal 37 UUD 1945);

7. Menerima dan menilai isi pertanggungjawaban Presiden pada masa jabatan Presiden (Penjelasan UUD 1945)

8. Meminta dan menilai pertanggungjawaban Presiden dalam sidang istimewa MPR, apabila Presiden ssecara nyata ungguh melanggar UUD, GBHN, dan TAP MPR lainnya (penjelasan UUD 1945);

9. Mencabut kembali mandat yang telah diberikan kepada Presiden Mandataris MPR, apabila isi pertanggungjawaban Presiden tidak diterima oleh MPR;

10. Memilih dan mengangkat Wakil Presiden dalam sidang Istimewa, apabila terjadi kekosongan jabatan Wakil Presiden, karena wakil

117

Moh. Tholchah Mansoe. Demokrasi Sepanjang Konstitusi, Bina Cipta, Bandung, 1979, hlm 85-86.

64

Presiden yang lama menggantikkan Presiden yang berhalangan tetap (TAP MPR No. III/MPR/1978).

Menurut Pasal 1 ayat (2) UUD 1945 “kedaulatan rakyat adalah di tangan rakyat dan dilakukan sepenuhnya oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat.” Penjelasan pasal tersebut menyatakan dengan tegas bahwa Majelis ialah penyelenggara negara tertinggi, majelis ini dianggap sebagai penjelmaan rakyat yang memegang kedaulatan negara.118

1. Bahwa menurut UUD 1945, kedaulatan dalam negara Indonesia berada di tangan rakyat, maka rakyatlah yang memegang kedaulatan tertinggi.

Dari hal di atas ada tiga hal yang bisa disimpulkan:

2. Bahwa kedaulatan rakyat itu dilakukan oleh MPR.

3. Bahwa MPR adalah lembaga negara yang melakukan kedaulatan rakyat sepenuhnya.119

Ketentuan ini mengandung makna bahwa kita menganut falsafah kedaulatan rakyat atau “penjelmaan rakyat” yang sepenuhnya (supreme power) oleh MPR dan MPR no rival authority.