• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tujuan adalah dunia cita, yakni suasana ideal yang ingin diwujudkan. Dalam tujuan pendidikan suasana ideal itu nampak pada tujuan akhir (ultimate aims of

education). Tujuan akhir biasanya dirumuskan secara padat dan singkat.35 Sedangkan

tujuan umum dari pendidikan ialah membawa anak kepada kedewasaannya, yang berarti bahwa ia harus dapat menentukan diri sendiri dan bertanggung jawab sendiri.36

Secara umum, tujuan pendidikan Islam terbagi kepada: tujuan umum, tujuan sementara, tujuan akhir dan tujuan operasional. Tujuan umum adalah tujuan yang akan dicapai dengan semua kegiatan pendidikan baik dengan pengajaran atau dengan cara lain. Tujuan sementara adalah tujuan yang akan dicapai setelah anak didik diberi sejumlah pengalaman tertentu yang direncanakan dalam sebuah kurikulum. Tujuan akhir adalah tujuan yang dikehendaki agar peserta didik menjadi manusia-manusia yang sempurna (insan kamil) setelah ia menghabisi sisa umurnya. Sementara tujuan operasional adalah tujuan praktis yang akan dicapai dengan sejumlah kegiatan pendidikan tertentu.37

33 Saidan, Perbandingan Pemikiran Pendidikan Islam Antara Hasan Al-Banna dan Mohammad Natsir, (Jakarta: Kementerian Agama RI, 2011), h. 44

34 Jusuf Amir Feisal, Reorientasi Pendidikan Islam, (Jakarta: Gema Insani Press, 1995), cet. ke- 1, h. 96

35 Zuhairini, op.cit., h. 160

36 M. Ngalim Purwanto, op.cit., h. 19

37 Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Press, 2002), h. 18-19

Ada yang memerinci tujuan pendidikan dalam bentuk taksonomi (sistem klasifikasi) yang terutama meliputi:

a. Pembinaan kepribadian (nilai formil).

 Sikap (attitude).

 Daya pikir praktis rasional.

 Obyektivitas.

 Loyalitas kepada bangsa dan ideologi.

 Sadar nilai-nilai moral dan agama.

b. Pembinaan aspek pengetahuan (nilai materiil), yaitu materi ilmu sendiri. c. Pembinaan aspek kecakapan, keterampilain (skill) nilai-nilai praktis. d. Pembinaan jasmani yang sehat.38

Tujuan pendidikan nasional menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada Bab II, Pasal 3 yang berbunyi: “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warganegara yang demokratis serta bertanggung jawab”.39

Sedangkan, tujuan pendidikan Islam adalah untuk mempersiapkan anak didik atau individu dan menumbuhkan segenap potensi yang ada, baik jasmani maupun rohani, dengan pertumbuhan yang terus menerus agar dapat hidup dan berpenghidupan sempurna, sehingga ia dapat menjadi anggota masyarakat yang berguna bagi dirinya dan umatnya.40

38 Zuhairini, op.cit., h. 161

39 Direktorat Jenderal Pendidikan Islam, Undang-undang dan Peraturan Pemerintah RI tentang Pendidikan, (Jakarta: Departemen Agama RI, 2006), h. 8

Secara umum, tujuan pendidikan Islam itu adalah dengan mengacu pada QS. 51 : 56, yaitu menjadikan manusia sebagai insan pengabdi kepada Khaliqnya, guna mampu membangun dunia dan mengelola alam semesta sesuai dengan konsep yang telah ditetapkan Allah SWT.41

Rumusan tujuan ini diilhami oleh firman Allah sebagai berikut :

َتْقَلَخ اَمَو

َنْو د بْعَ ييل َايا َسْنياا َو َنيْلا

(

: تايرذلا

٦٥

)

“Dan Aku tidak menjadikan jin dan manusia melainkan supaya menyembah-Ku”.

(QS. Adz-Dzariyat : 56) 42

Dalam merumuskan tujuan pendidikan Islam, paling tidak ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu :

a. Tujuan dan tugas manusia di muka bumi, baik secara vertikal maupun horizontal.

b. Sifat-sifat dasar manusia.

c. Tuntutan masyarakat dan dinamika peradaban kemanusiaan.

d. Dimensi-dimensi kehidupan ideal Islam. Dalam aspek ini, setidaknya ada 3 macam dimensi ideal Islam, yaitu : (a) mengandung nilai yang berupaya meningkatkan kesejahteraan hidup manusia di muka bumi. (b) mengandung nilai yang mendorong manusia berusaha keras untuk meraih kehidupan yang baik, (c) mengandung nilai yang dapat memadukan antara kepentingan kehidupan dunia dan akhirat (fi al-dunya hasanah wa fi al-

akhirat al-hasanah).

Menurut al-Syaibani dalam Samsul Nizar mengemukakan bahwa tujuan tertinggi pendidikan Islam adalah mempersiapkan kehidupan dunia dan akhirat. Sementara tujuan akhir yang akan dicapai adalah mengembangkan fitrah peserta didik, baik ruh, pisik, kemauan, dan akalnya secara dinamis, sehingga akan terbentuk pribadi yang utuh dan mendukung bagi pelaksanaan fungsinya sebagai khalifah fil

41 Samsul Nizar, op.cit., h. 105 42 Abudin Nata, op.cit., h. 173

ardh. Pendekatan tujuan ini memiliki makna, bahwa upaya pendidikan Islam adalah pembinaan pribadi muslim sejati yang mengabdi dan merealisasikan “kehendak” Tuhan sesuai dengan syariat Islam, serta mengisi tugas kehidupannya di dunia dan menjadikan kehidupan akhirat sebagai tujuan utama pendidikannya.43

Tujuan pendidikan dalam konsep Islam harus mengarah pada hakikat pendidikan yang meliputi beberapa aspeknya yaitu tujuan dan tugas hidup manusia, memperhatikan sifat–sifat dasar manusia, tuntutan masyarakat, dan dimensi–dimensi ideal Islam.

Pertama, terkait dengan ontologi hakikat manusia sudah sangat jelas dalam

konsep Islam di mana manusia diciptakan bukan karena kebetulan atau sia – sia, ia diciptakan dengan membawa tujuan dan tugas hidup tertentu seperti dikatakan dalam QS. Ali „Imran [3] : 191. Tujuan diciptakan manusia adalah mutlak untuk Allah SWT, mendedikasikan dirinya baik sebagai wakil-Nya di muka bumi maupun sebagai „abd Allah SWT.

Kedua, memperhatikan sifat – sifat dasar manusia (nature of human) yang

oleh Allah SWT ditempatkan sebagai khalifah-Nya di muka bumi yang bertujuan untuk mengabdi kepada-Nya sebagaimana dilukiskan dalam QS. Al-Dzariyat [51] : 56 :

َنْو د بْعَ ييل َايا َسْنياا َو َنيلا َتْقَلَخ اَمَو

: تايراذلا(

٥٦

)

Artinya :

“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka

mengabdi kepada –Ku.” (QS. Adz-Dzariyat : 56)

Ketiga, tuntutan masyarakat baik berupa pelestarian nilai – nilai budaya yang

telah melembaga dalam kehidupan suatu masyarakat, maupun pemenuhan terhadap tuntutan kebutuhan hidupnya dalam mengantisipasi perkembangan dan tuntutan dunia modern.

43 Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam : Pendekatan Historis, Teoritis, dan Praktis, (Jakarta: Ciputat Press, 2002), cet ke-1, h. 35-36

Keempat, dimensi kehidupan ideal Islam mengandung nilai yang dapat meningkatkan kesejahteraan hidup manusia di dunia untuk mengelola dan memanfaatkan dunia sebagai bekal kehidupan di akhirat, serta mengandung nilai yang mendorong manusia berusaha keras untuk meraih kehidupan di akhirat yang membahagiakan sehingga manusia dituntut agar tidak terbelenggu oleh rantai kekayaan duniawi atau material yang dimiliki. Namun demikian, manusia dituntut untuk menempatkan secara selaras antara kebutuhan dunia dan akhirat secara proporsional seperti yang direkomendasikan dalam QS. Al-Qashash [28] : 77 :

َو اَيْ ُلا َنيم َكَبيسَن َسَْ ت َا َو َةَريخَااَراَدلا ها َكَت اَء اَمْييف يغَتْ باَو

يغْبَ ت َاَو َكْيَليا ها َنَسْحَا اَمَك ْنيسْحَا

َنْو ديسْف مْلا ُبي ُ َا َها َنيا يضْرَاا يِ َداَسَفْلا

: صصقلا(

٧٧

)

Artinya :

“Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai

orang – orang yang berbuat kerusakan.” (QS. Al – Qashash : 77)44

Menurut tugas dan fungsi manusia secara filosofis, tujuan pendidikan bisa dibedakan sebagai berikut :

a. Tujuan individual yang menyangkut individu, melalui proses belajar dengan tujuan mempersiapkan dirinya dalam kehidupan dunia dan akhirat. b. Tujuan sosial yang berhubungan dengan kehidupan masyarakat sebagai keseluruhan, dan dengan tingkah laku masyarakat umumnya serta dengan perubahan-perubahan yang diinginkan pada pertumbuhan pribadi, pengalaman dan kemajuan hidupnya.

c. Tujuan profesional yang menyangkut pengajaran sebagai ilmu, seni, dan profesi serta sebagai suatu kegiatan dalam masyarakat.

Dalam proses kependidikan, ketiga tujuan di atas dicapai secara integral, tidak terpisah, sehingga dapat mewujudkan tipe manusia paripurna seperti dikehendaki oleh ajaran Islam. 45

Menurut al-Qabisy dalam A. Fattah Yasin menyatakan:

“Tujuan pendidikan Islam itu adalah upaya menyiapkan peserta didik agar menjadi muslim yang dapat menyesuaikan hidupnya sesuai dengan ajaran- ajaran Islam. Dengan tujuan ini diharapkan peserta didik juga mampu memiliki pengetahuan dan mampu mengamalkan ajaran Islam, karena hidup di dunia ini tidak lain adalah jembatan menuju hidup di akhirat.”46

Menurut Prof. Muhammad Athiyah Al-Abrasyi dalam kajiannya tentang pendidikan Islam dalam Muzayyin Arifin telah menyimpulkan 5 (lima) tujuan yang asasi bagi pendidikan Islam yang diuraikan dalam “At-Tarbiyah Al-Islamiyah Wa

Falsafatuha”, yaitu :

a. Untuk membantu pembentukan akhlak yang mulia. Islam menetapkan bahwa pendidikan akhlak adalah jiwa pendidikan Islam – buitstu li

utammima makarimal akhlak – dan bahwa mencapai akhlak yang

sempurna adalah tujuan pendidikan yang sebenarnya. Dan bukanlah tujuan pendidikan dan pengajaran dalam rangka pemikiran Islam untuk mengisi otak pelajar dengan informasi–informasi kering dan mengajar mereka pelajaran–pelajaran yang belum mereka ketahui. Dapat diringkaskan tujuan asasi pendidikan Islam itu dalam suatu kata, yaitu “keutamaan” (al-

fadhilah). Menurut tujuan ini setiap pengajaran harus berorientasi pada

pendidikan akhlak, dan akhlak keagamaan di atas segala – galanya.

b. Persiapan untuk kehidupan dunia dan kehidupan akhirat. Pendidikan Islam tidak hanya menaruh perhatian pada segi keagamaan saja dan tidak hanya

45 Arifin, op.cit., h. 29

segi keduniaan saja, tetapi ia menaruh perhatian pada kedua–duanya sekaligus dan ia memandang persiapan untuk kedua kehidupan itu sebagai tujuan tertinggi dan terakhir bagi pendidikan.

c. Menumbuhkan ruh ilmiah (Scientific Spirit) pada pelajaran dan memuaskan keinginan hati untuk mengetahui (curiosity) dan memungkinkan ia mengkaji ilmu sebagai sekedar ilmu. Pada waktu pendidik–pendidik muslim menaruh perhatian kepada pendidikan agama dan akhlak dan mempersiapkan diri untuk kehidupan dunia dan akhirat dan mempersiapkan untuk mencari rezeki, mereka juga menumbuhkan perhatian pada sains, sastra, kesenian dalam berbagai jenisnya, sekedar sebagai sains, sastra dan seni.

d. Menyiapkan pelajar dari segi profesional, teknis, dan perusahaan tertentu, supaya ia dapat menguasai profesi tertentu, supaya dapat ia mencari rezeki dalam hidup dan hidup dengan mulia di samping memelihara segi kerohanian dan keagamaan. Pendidikan Islam, sekalipun menekankan segi kerohanian dan akhlak, tidaklah lupa menyiapkan seseorang untuk hidup dan mencari rezeki. Begitu juga ia tak lupa melatih badan, akal, hati, perasaan–perasaan, kemauan, tangan, lidah, dan pribadi.

e. Persiapan untuk mencari rezeki dan pemeliharaan segi–segi kemanfaatan. Pendidikan Islam tidaklah semuanya bersifat agama atau akhlak, atau spiritual semata–mata, tetapi menaruh perhatian pada segi kemanfaatan pada tujuan–tujuan, kurikulum, dan aktifitasnya. 47

Menurut Ahmad D. Marimba dalam Moh. Shofan mengemukakan bahwa suatu usaha tanpa tujuan tidak akan berarti apa-apa. Oleh karenanya, setiap usaha mesti ada tujuan dan begitu pula dalam pendidikan Islam sangat penting adanya tujuan pendidikan yang dilaksanakan. Ada empat fungsi tujuan dalam pendidikan Islam, yaitu :

Pertama, tujuan berfungsi mengakhiri usaha, dalam hal ini perlu sekali antisipasi ke depan dan efisiensi dalam tujuan agar tidak terjadi penyimpangan.

Kedua, tujuan berfungsi mengerahkan usaha, dalam hal ini tujuan dapat menjadi

pedoman sebagai arah kegiatan. Ketiga, tujuan dapat merupakan titik pangkal untuk mencapai tujaun lainnya, baik merupakan kelanjutan tujuan sebelumnya maupun bagi tujuan baru, dalam hal ini ada tujuan yang lebih luhur, mulia daripada usaha lainnya. Di samping itu tujuan bisa bersifat paralel ataupun garis lurus (linier), bisa juga tujuan dekat, jauh dan lebih jauh atau tujuan sementara (antara) dan tujuan akhir.48

Tujuan pendidikan Islam pada hakikatnya sama dan sesuai dengan tujuan diturunkannya agama Islam itu sendiri, yaitu untuk membentuk manusia muttaqin yang rentangannya berdimensi infinitum (tidak terbatas menurut jangkauan manusia), baik secara linear maupun secara algoritmik (berurutan secara logis) berada dalam garis-garis mukmin – muslim – muhsin dengan perangkat komponen, variabel, dan parameternya masing-masing yang secara kualitatif bersifat kompetitif.

Oleh karena itu, tujuan pendidikan Islam dapat dipecah menjadi tujuan-tujuan berikut ini:

a. Membentuk manusia muslim yang dapat melaksanakan ibadah mahdhah. b. Membentuk manusia muslim yang di samping dapat melaksanakan ibadah

mahdhah dapat juga melaksanakan ibadah muamalah dalam

kedudukannya sebagai orang perorang atau sebagai anggota masyarakat dalam lingkungan tertentu.

c. Membentuk warga negara yang bertanggungjawab kepada masyarakat dan bangsanya dalam rangka bertanggungjawab kepada Allah Penciptanya. d. Membentuk dan mengembangkan tenaga profesional yang siap dan

terampil atau tenaga setengah terampil untuk memungkinkan memasuki teknostruktur masyarakatnya.

e. Mengembangkan tenaga ahli di bidang ilmu (agama dan ilmu-ilmu islami lainnya). 49

Tujuan umum dalam pendidikan Islam adalah mencapai kepribadian yang sempurna dari segala aspek insaniah, seperti jasmaniah, ruhaniah, intelek, dan sebagainya. Sedangkan tujuan akhir dalam pendidikan Islam adalah perwujudan ketundukkan yang sempurna kepada Allah SWT.