• Tidak ada hasil yang ditemukan

3 EKSTRAKSI DAN BIOAKTIVITAS Brucea javanica, Tephrosia vogelii, DAN Piper aduncum

3.3 Hasil dan Pembahasan 1 Ekstraksi Tanaman

3.3.6 Uji Toksisitas Kombinasi Dua Jenis Ekstrak

Pengembangan lebih lanjut insektisida campuran dilakukan terhadap dua jenis ekstrak yaitu T. vogelii dan P. aduncum. Pengujian dilakukan dengan perbandingan seperti tampak pada Tabel 3.8. Berdasarkan nilai LC50 dan LC95 campuran T. vogelii : P. aduncum (1:5) memiliki aktivitas paling tinggi dengan nilai LC50 dan LC95 berturut-turut 0.014 dan 0.060. Selanjutnya diikuti oleh campuran T. vogelii : B. javanica (5:1), kemudian P. aduncum : B. javanica (2:1), dan P. aduncum : B. javanica (2.5:1).

Tabel 3.8 Analisis probit ekstrak campuran dua jenis tanaman terhadap C. pavonana dan sifat aktivitas campuran

Perlakuan* Nilai b ± SE LC50 (%)

LC95 (%)

Nilai IK pada taraf

LC50 LC95

A (Tv:Pa-1:5) 2.43 ± 0.21 0.014 0.06 0.099 0.244 B (Tv:Bj-5:1) 2.34 ± 0.68 0.024 0.12 0.427 0.704 C (Pa:Bj-2.5:1) 5.80 ± 0.49 0.078 0.15 0.394 0.474 D (Pa:Bj-2:1) 8.98 ± 1.03 0.079 0.12 0.408 0.375 *Tv= T. vogelii, Bj= B. javanica, Pa= P. aduncum

b= kemiringan regresi; SE= standar error

Aktivitas campuran dua jenis ekstrak tanaman ini menunjukkan sifat sinergistik kuat pada taraf LC50, sedangkan pada taraf LC95 perlakuan A, C, dan D bersifat sinergistik kuat kecuali perlakuan B. Sifat sinergistik lemah muncul pada perlakuan B (T. vogelii : B. javanica – 5:1). Hal ini sangat menarik karena pada perlakuan campuran tiga jenis tanaman T. vogelii adalah ekstrak yang bersifat dominan dengan sifat interaksi sinergistik kuat saat proporsi T. vogelii meningkat. Pada campuran T. vogelii : B. javanica dengan proporsi T. vogelii 83.33% aktivitas ekstrak mengalami penurunan. Hal ini kemungkinan ada efek penetralan dari senyawa kimia pada perbandingan tertentu. Bentuk penetralan bisa berupa peningkatan atau penurunan aktivitas ekstrak. Penelitian yang dilakukan Nailufar (2011) menunjukkan bahwa campuran T. vogelii : P. aduncum (5:1) menunjukkan aktivitas lebih rendah dibandingkan campuran 1:1 dan 1:5 terhadap serangga uji C. pavonana. Berdasarkan nilai LC50 dan LC 95, campuran T. vogelii : P. aduncum (1:5) pada penelitian ini menunjukkan aktivitas lebih baik dibandingkan yang dilakukan Nailufar (2011).

Pola kematian larva C. pavonana yang diberi perlakuan T. vogelii : P.

aduncum (1:5) tampak pada Gambar 3.4. Kematian larva dimulai pada hari

pertama perlakuan dan mencapai puncaknya pada hari ke dua perlakuan. Pada hari ke tiga, kematian larva hanya bertambah sedikit karena daun perlakuan diganti dengan daun tanpa perlakuan, akibatnya larva uji yang tidak mati ketika memakan daun perlakuan akan kembali pulih dan bertahan hidup. Cara kerja ini

menunjukkan bahwa sifat ekstrak lebih bersifat toksik dibandingkan sebagai penghambat pertumbuhan dan perkembangan (Lina et al. 2006, Lina et al. 2010)

Uji fitotoksisitas dilakukan terhadap kombinasi campuran dua jenis ekstrak tanaman dan diperoleh hasil seperti pada Gambar 3.5. Pada perlakuan B, C, dan D dimana pada setiap campuran ada ekstrak B. javanica hasil yang diperoleh sama seperti pengujian fitotoksisitas pada ekstrak tiga campuran, muncul gejala fitotoksik berupa bercak nekrotik pada daun brokoli. Pada perlakuan A yaitu campuran T. vogelii : P. aduncum (1:5), satu-satunya campuran yang tidak menunjukkan gejala fitotoksik pada daun brokoli. Hal ini dipastikan karena tidak terdapat ekstrak B. javanica pada campuran tersebut yang memiliki bahan aktif menghambat pertumbuhan tanaman dan degradasi membran seluler dan subseluler tanaman dikenal dengan gejala fitotoksik pada tanaman (Dayan et al. 1999). Morta li tas (%) Hari pengamatan

Gambar 3.4 Mortalitas larva Crocidolomia pavonana larvae yang diberi perlakuan ekstrak campuran T. vogelii dan P. aduncum (1:5)

Kontrol

A

B

C

D

Gambar 3.5 Gejala fitotoksik pada daun brokoli yang disemprot ekstrak campuran dua jenis tanaman, A (Tv:Pa-1:5); B (Tv:Bj-5:1); C (Pa:Bj-2.5:1); dan D (Pa:Bj-2:1) dimana Tv=T. vogelii, Bj= B. javanica, Pa= P. aduncum

3.4 Kesimpulan

Hasil ekstraksi B. javanica, P. aduncum, dan T. vogelii berturut-turut 8.07%, 12.42%, dan 9.46%. Ekstrak daun T. vogelii memiliki aktivitas tertinggi kemudian diikuti oleh ekstrak buah P. aduncum dan ekstrak buah B. javanica. Ekstrak daun T. vogelii, biji B. javanica, dan buah P. aduncum yang diuji secara tunggal dan campuran memiliki aktivitas insektisida dengan nilai LC95 < 0.5% dan menghambat perkembangan larva Crocidolomia pavonana jika dibandingkan dengan kontrol.

Campuran ketiga jenis ekstrak pada berbagai kombinasi memiliki aktivitas yang lebih baik dibandingkan dengan ekstrak tunggalnya dengan sifat sinergistik kuat pada taraf LC95 kecuali campuran T. vogelii:B. javanica:P. aduncum (1:0.5:2.5) bersifat sinergistik lemah.

B. javanica menyebabkan gejala fitotoksik pada daun brokoli baik pada

ektrak tunggal maupun ekstrak campuran. Pemisahan komponen tidak dapat menghilangkan gejala fitotoksik pada daun brokoli. Pengembangan lebih lanjut adalah dengan memanfaatkan dua jenis tanaman yaitu T. vogelii dan P. aduncum.

Secara keseluruhan campuran T. vogelii dan P. aduncum (1:5) memiliki aktivitas insektisida paling baik dan efek sinergisme paling tinggi dibandingkan perlakuan campuran tiga jenis tanaman dan dua jenis tanaman lainnya pada berbagai kombinasi. Campuran ini tidak menimbulkan gejala fitotoksik pada daun brokoli.

3.5 Daftar Pustaka

Abizar M, Prijono D. 2010. Aktivitas insektisida ekstrak daun dan biji Tephrosia

vogelii J.D. Hooker (Leguminosae) dan ekstrak buah Piper cubeba L.

(Piperaceae) terhadap larva Crocidolomia pavonana (F.) (Lepidoptera: Crambidae). JHPT Trop 10:1-12.

Almeida RRP, Souto RNP, Baston CN. Silva MHL, Maia JGS. 2009. Chemical variation in Pipper aduncum and biological properties of its dillapiol-rich Essential oil . Chemistra Biodiversity 6: 1427-1434.

Bernard CB, Krishnamurty HG, Chauret D, Durst T, Philogene BJR, Vindas PS, Hasbun C, Poveda L, Roman LS, Arnason JT. 1995. Insecticidal defenses of Piperaceae from the Neotropics. J Chem Ecol 21:801-814.

Bohmont BL. 1997. The Standar Pesticide User’s Guide. 4th Edition. New Jersey (US): Prenctice Hall.

Cabizza M, Angioni A, Melis M, Cabras M, Tuberoso CV, Cabras P. 2004. Rotenone and rotenoids in cube resins formulations, and residues or olives. J Agric Food Chem 52: 288-293.

Chiu SF. 1985. Recent research findings on Meliaceae and other promising botanical insecticidals in China. Zeitscrift fur pflanzenkrankheiten und pfanzenschultz 92:310-319.

Dadang, Prijono D. 2008. Insektisida Nabati: Prinsip, Pemanfaatan, dan

Pengembangan. Bogor (ID): Departemen Proteksi Tanaman, Institut

Pertanian Bogor.

Dayan FE, Watson SB, Galindo JCG, Hernandez A, Dou J, McChesney JD, Duke SO. 1999. Phytotoxicity of quassinoids: physiological responses and structural requirements. Pesticide Biochemistry and Physiology 65:15-24.

Delfel NE, Tallent WH, Carlson DG, Wolff IA. 1970. Distribution of rotenone and deguelin in Tephrosia vogelii and separation of rotenoid-rich fractions. J Agric Food Chem 188(3): 385-390.

Dono D. 2004. Aktivitas insektisida rokaglamida dan penghambatan respons imunitas larva Crocidolomia pavonana (F.) (Lepidoptera: Pyralidae) terhadap parasitoid Eriborus argenteopilosus (Cameron) (Hymenoptera: Ichneumonidae) [disertasi]. Bogor (ID): Sekolah Pascasarjana IPB.

Dono D, Prijono D, Manuwoto S, Buchori D, Dadang, Hasim. 2006. Fitotoksitas rokaglamida dan ekstrak ranting Aglaia odorata (Meliaceae) terhadap tanaman brokoli dan kedelai. J.Agrikultura 17: 7-14

Februlita YM. 2013. Aktivitas insektisida ekstrak Piper aduncum asal Riau terhadap larva Crocidolomia pavonana [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor, Program Pascasarjana, Program Studi Entomologi. Flores N, Jimenez IA, Gimenez A, Ruiz G, Gutierez D, Bourdy G, Bazzocchi IL.

2009. Antiparasitic activity of prenylated benzoic acid derivatives from Piper species. Phytochemistry 70:621-627.

Gaskins MH, White GA, Martin FW, Delfel NE, Ruppel EG, Barnes DK. 1972. Tephrosia vogelii: A Source of Rotenoids for Insecticidal and Piscicidal Use. Washington DC (US): United States Department of Agriculture. Georghiou GP. 1983. Management of resistance in arthropods. In Georghiou GP,

Saito T, editor. Pest Resistance to Pesticides. New York (AS): Plenum Press. Pp 769-792.

Guo Z, Vangapandu S, Sindelar RW, Walker LA, Sindelar RD. 2005. Biologically active quassinoids and their chemistry: Potential Leads for drug design. Current Medicinal Chemistry 12:173-190.

Grainge M, Ahmed S. 1988. Handbook of Plants with Pest Control Properties. New York (US): J Wiley.

Harborne JB, Baxter H, Moss GP. 1999. Phytochemical dictionary; A handbook

of bioactive compounds from plant. 2nd Edition. UK (GB): TJ International

LTd.

Hasyim DM. 2011. Potensi buah sirih hutan (Piper aduncum) sebagai insektisida botani terhadap larva Crocidolomia pavonana [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Hollingworth RM. 2001. Inhibitors and uncouplers of mitochondrial oxidative

phosphorylation. In Krieger R, Doull J, Ecobichon D, Gammon D,

Hodgson et al., editor. Handbook of Pesticide Toxicology. Vol 2: 1169- 1227. San Diego (US): Academic Press.

Houghton PJ, Raman A. 1998. Laboratory Handbook for the Fractionation of Natural Extracts. London (GB): Chapman & Hall.

Jantan BB, Ahmad AR, Ahmad AS, Ali NAM. 1994. A comparative study of the essential oils of five Piper species from Peninsular Malaysia. Flavour and Fragrance Journal 9: 339-342.

Lambert N, Trouslot MF, Campa CN, Chrestin H. 1993. Production of rotenoids by heterotrophic and photomixotrophic cell cultures of Tephrosia vogelii. Phytochemistry 34:1515-1520.

Lago JHG, Chen A, Young MCM, Guidaraes EF, de Oliveira A, Kato MJ. 2009. Prenylated benzoic acid derivatives from Piper aduncum L. and P. hosmannianum C. DC (Piperaceae). Phytochemistry Letters 2:96-98.

Lina EC, Arneti, Prijono D, Dadang. 2010. Potensi Insektisida Melur (Brucea

javanica L. Merr) dalam mengendalikan hama kubis Crocidolomia

pavonana (Lepidoptera: Crambidae) dan Plutella xylostella (Lepidoptera:

Yponomeutidae). Jurnal Natur Indonesia 12(2): 109-116.

Lina EC, Prijono D, Dadang. 2006. Pengaruh fraksi aktif Aglaia harmsiana terhadap fisiologi larva Spodoptera litura (F) (Lepidoptera: Noctuidae). Jurnal Tumbuhan Tropika 6(1) : 1-8.

Marston A, Msonthi JD, Hostettmann K. 1984. On the reported molluscicidal activity from Tephrosia vogelii leaves. Phytochemistry 23:1824-1825. Metcalf RL. 1982. Insecticides in pest management. Di dalam: Metcalf RL,

Luckman WH, editor. Introduction to Insect Pest Management. Ed ke-2. New York: J Wiley. hlm 217-253.

Miyakado M, Nakayama I, Ohno N. 1989. Insecticidal unsaturated isobutylamides from natural products to agrochemical leads. Di dalam: Arnason JT, Philogene BJR, Morand P, editor. Insecticides of Plant Origin. Washington DC: ACS. hlm 173-187.

Morgan DE, Wilson DI. 1999. Insect hormones and insect chemical ecology. Di dalam: Barton SD, Nakanishi K, Meth-Cohn O, Mori K, editor. Comprehensive Natural Products Chemistry. Vol 8. Amsterdam: Elsevier. hlm 264-364.

Morallo-Rejesus B. 1986. Botanical insecticides against the diamondback moth. http://www.avrdc.orgpdf86dbm86DBM23.pdf [16 Maret 2007].

Nailufar N. 2011. Aktivitas insektisida ekstrak daun Tephrosia vogelii (Leguminosae) dan buah Piper aduncum (Piperaceae) terhadap larva Crocidolomia pavonana [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Perry AS, Yamamoto I, Ishaaya I, Perry RY. 1998. Insecticides in Agriculture and

Environment: Retrospects and Prospects. Berlin: Springer-Verlag.

Prakash A, Rao J. 1997. Botanical Pesticides in Agriculture. Boca Raton: Lewis Publishers.

Prijono D. 1999. Prospek dan strategi pemanfaatan insektisida alami dalam PHT. Di dalam: Nugroho BW, Dadang, Prijono D, editor. Bahan Pelatihan Pengembangan dan Pemanfatan Insektisida Alami, Bogor, 9-13 Agustus 1999. Bogor: Pusat Kajian Pengendalian Hama Terpadu, IPB. Hlm 1-7. Prijono D. 2003. Teknik ekstraksi, uji hayati, dan aplikasi senyawa bioaktif

tumbuhan. Di dalam: Pelatihan Peningkatan Pengetahuan dan Keterampilan Pelaksana PHT Perkebunan Rakyat. Bogor: Kerjasama Pusat Kajian Pengendalian Hama Terpadu, IPB dengan agian Proyek Penelitian PHT Perkebunan Rakyat, Badan Litbang Pertanian. Hlm 1-29. Reuben SOWM, Masunga M, Makundi R, Misangu RN, Kilonzo B, Mwatawala

M, Lymo HF, Ishengoma CG, Msuya DG, Mulungu LS. 2006. Contol of cowpea weevil (Callosobruchus maculates L.) in stored cowpea (Vigna unguiculatus L.) grains using botanicals. Asian J Plant Sci 5: 91-97.

Saryanah NA. 2008. Toksisitas campuran ekstrak Piper retrofractum Vahl. (Piperaceae) dan Tephrosia vogelii Hook f. (Leguminosae) terhadap larva Crocidolomia pavonana (F.) (Lepidoptera: Pyralidae) [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Schoonhoven LM, Jermy T, Van Loon JJA. 1998. Insect Plant Biology: from physiology to evolution. London (GB): Chapman & Hall. P 409.

Stone ND, Makela ME, Plapp FW. 1988. Nonlinear optimization analysis of insecticide mixtures for the control of the tobacco budworm (Lepidoptera: Noctuidae). J Econ Entomol 81:989-994.

Syahputra E, Manuwoto S, Darusman LK, Dadang, Prijono D. 2004. Aktivitas insektisida bagian tumbuhan Calophyllum soulattri Burm.f. (Clusiaceae) terhadap larva lepidoptera. JHPT Trop 4(1):23-31.

Syahputra E, Prijono D, Dadang, Manuwoto S, Kadarusman LK. 2005. Bioaktivitas insektisida botani Calophyllum soulattri Burm.F. (Clusiaceae) sebagai pengendali hama alternatif [disertasi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Wulan RDR. 2008. Aktivitas insektisida ekstrak daun Tephrosia vogelii Hook. f. (Leguminosae) terhadap larva Crocidolomia pavonana (F.) (Lepidoptera: Pyralidae) [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

4

GANGGUAN FISIOLOGI DAN BIOKIMIA Crocidolomia