• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

3.5 Pengujian Validitas Konstruk

3.5.2 Uji validitas konstruk regulasi diri

Pada skala regulasi diri terdapat 17 item yang diuji dengan penjelasan sebagai berikut, Peneliti menguji apakah item-item tersebut bersifat unidimensional mengukur satu faktor yaitu regulasi diri. Dari hasil CFA yang dilakukan dengan model satu faktor ternyata hasilnya tidak fit dengan Chi-square = 581.63, df = 119, P-value = 0.00000, dan RSMEA = 0.129. Oleh karena itu, peneliti melakukan modifikasi terhadap model, dimana kesalahan pengukuran pada item dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya. Setelah dilakukan modifikasi sebanyak 34 (tiga puluh empat) kali, diperoleh model fit dengan Chi-square = 100.97, df = 86, value = 0.12889, dan RSMEA = 0.027. Nilai Chi-square menghasilkan P-value > 0.05 yang artinya model dapat diterima bahwa item mengukur satu variabel saja yaitu variabel regulasi diri.

Tahap selanjutnya adalah melihat apakah signifikan atau tidaknya item tersebut mengukur faktor yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item tersebut perlu di drop atau tidak. Maka, dilakukan pengujian dengan melihat nilai t bagi setiap koefisien muatan faktor. Jika nilai t > 1,96, maka item tersebut signifikan dan begitu juga sebaliknya. Koefisien muatan faktor untuk item pengukuran variabel regulasi diri dijelaskan dalam tabel 3.7. Berdasarkan tabel 3.7 diatas, dari 17 item yang di uji menunjukkan bahwa terdapat 14 item yang signifikan (t > 1,96) dan tiga item lainnya tidak signifikan (t < 1,96) yaitu item nomor 10, 15, dan 17. Dengan demikian, tiga item di drop yang artinya tidak

diikutsertakan dalam analisis perhitungan faktor skor. Sedangkan 14 item lainnya yang memiliki bobot nilai diikutsertakan dalam perhitungan faktor skor atau uji hipotesis.

Tabel 3.7

Muatan faktor item variabel regulasi diri

Item Lamda/Koefisien Error Nilai T Signifikan

1 0.53 0.06 8.13 √

Keterangan: (√) = signifikan, (X) = tidak signifikan 3.5.3 Uji validitas konstruk role ambiguity

Pada skala role ambiguity terdapat 6 item yang diuji dengan penjelasan sebagai berikut, peneliti menguji apakah item-item tersebut bersifat unidimensional mengukur satu faktor yaitu role ambiguity. Dari hasil CFA yang dilakukan dengan model satu faktor ternyata hasilnya tidak fit dengan Chi-square = 32.96, df = 9, P-value = 0.00014, dan RSMEA = 0.107. Oleh sebab itu, peneliti melakukan modifikasi sebanyak 3 (tiga) kali terhadap model, dimana kesalahan pengukuran pada item dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya, sehingga diperoleh model fit

dengan Chi-square = 55, df = 6, P-value = 0.27325, dan RSMEA = 0.033. Nilai Chi-square menghasilkan P-value > 0.05 yang artinya model dapat diterima bahwa item mengukur satu variabel saja yaitu variabel role ambiguity.

Tahap selanjutnya adalah melihat apakah signifikan atau tidaknya item tersebut mengukur faktor yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item tersebut perlu di drop atau tidak. Maka, dilakukan pengujian dengan melihat nilai t bagi setiap koefisien muatan faktor. Jika nilai t > 1,96, maka item tersebut signifikan dan begitu juga sebaliknya. Koefisien muatan faktor untuk item pengukuran variabel role ambiguity dijelaskan dalam tabel 3.8.

Tabel 3.8

Muatan faktor item variabel role ambiguity

Item Lamda/Koefisien Error Nilai T Signifikan

1 0.29 0.08 3.77 √

2 0.38 0.07 5.3 √

3 0.32 0.08 4.16 √

4 0.75 0.07 11.21 √

5 0.64 0.07 9.62 √

6 0.70 0.07 10.23 √

Keterangan: (√) = signifikan, (X) = tidak signifikan

Berdasarkan tabel 3.8 diatas, menunjukkan bahwa nilai t bagi koefisien muatan faktor keseluruhan item signifikan jika nilai t > 1,96 sehingga diketahui bahwa seluruh item signifikan yaitu item nomor 1, 2, 3, 4, 5 dan 6. Dengan demikian, keseluruhan item tersebut dapat diikutsertakan dalam analisis perhitungan skor faktor atau uji hipotesis.

3.5.4 Uji validitas konstruk role conflict

Pada skala role conflict terdapat 8 item yang diuji dengan penjelasan sebagai berikut, peneliti menguji apakah item-item tersebut bersifat unidimensional

mengukur satu faktor yaitu role conflict. Dari hasil CFA yang dilakukan dengan model satu faktor ternyata hasilnya tidak fit dengan chi-square = 100.97, df = 20, P-value = 0.00000, dan RSMEA = 0.132. Oleh sebab itu, peneliti melakukan modifikasi sebanyak 7 (tujuh) kali terhadap model, dimana kesalahan pengukuran pada item dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya, sehingga diperoleh model fit dengan chi-square = 18.99, df = 13, P-value = 0.12327, dan RSMEA = 0.044.

Nilai chi-square menghasilkan P-value > 0.05 yang artinya model dapat diterima bahwa item mengukur satu variabel saja yaitu variabel role conflict.

Tabel 3.9

Muatan faktor item variabel role conflict

Item Lamda/Koefisien Error Nilai T Signifikan

1 0.34 0.07 4.96 √

Keterangan: (√) = signifikan, (X) = tidak signifikan

Tahap selanjutnya adalah melihat apakah signifikan atau tidaknya item tersebut mengukur faktor yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item tersebut perlu di drop atau tidak. Maka, dilakukan pengujian dengan melihat nilai t. Jika nilai t > 1,96, maka item tersebut signifikan dan begitu juga sebaliknya.

Koefisien muatan faktor untuk item pengukuran variabel role conflict dijelaskan dalam tabel 3.9 diatas.

Berdasarkan tabel 3.9 diatas, menunjukkan bahwa nilai t bagi koefisien muatan faktor keseluruhan item signifikan jika nilai t > 1,96 sehingga diketahui

bahwa seluruh item signifikan yaitu item nomor 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7 dan 8. Dengan demikian, keseluruhan item tersebut dapat diikutsertakan dalam analisis perhitungan skor faktor atau uji hipotesis.

3.5.5 Uji validitas konstruk role overload

Pada skala role overload terdapat 9 item yang diuji dengan penjelasan sebagai berikut, Peneliti menguji apakah item-item tersebut bersifat unidimensional mengukur satu faktor yaitu role overload. Dari hasil CFA yang dilakukan dengan model satu faktor ternyata hasilnya tidak fit dengan chi-square = 274.96, df = 27, P-value = 0.00000, dan RSMEA = 0.199. Oleh karena itu, peneliti melakukan modifikasi terhadap model, dimana kesalahan pengukuran pada item dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya. Setelah dilakukan modifikasi sebanyak 13 (tiga belas) kali, diperoleh model fit dengan Chi-square = 20.00, df = 14, P-value = 0.13012, dan RSMEA = 0.043. Nilai Chi-square menghasilkan P-value > 0.05 yang artinya model dapat diterima bahwa item mengukur satu variabel saja yaitu variabel role overload.

Tabel 3.10

Muatan faktor item variabel role overload

Item Lamda/Koefisien Error Nilai T Signifikan

1 0.51 0.06 8.31 √

Keterangan: (√) = signifikan, (X) = tidak signifikan

Tahap selanjutnya adalah melihat apakah signifikan atau tidaknya item tersebut mengukur faktor yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item tersebut perlu di drop atau tidak. Maka, dilakukan pengujian dengan melihat nilai t bagi setiap koefisien muatan faktor. Jika nilai t > 1,96, maka item tersebut signifikan dan begitu juga sebaliknya. Koefisien muatan faktor untuk item pengukuran variabel role overload dijelaskan dalam tabel 3.10 diatas.

Berdasarkan tabel 3.10 diatas, dari 9 item yang di uji menunjukkan bahwa terdapat 7 item yang signifikan (t > 1,96) dan 2 item lainnya tidak signifikan (t <

1,96) yaitu item nomor 2 dan 8. Dengan demikian, 2 item tersebut di drop yang artinya tidak dikutsertakan dalam analisis perhitungan faktor skor. Sedangkan 7 item lainnya yang memiliki bobot nilai diikutsertakan dalam perhitungan faktor skor atau uji hipotesis.

3.5.6 Uji validitas konstruk keadilan distributif

Pada skala keadilan distributif terdapat 5 item yang diuji dengan penjelasan sebagai berikut, peneliti menguji apakah item-item tersebut bersifat unidimensional mengukur satu faktor yaitu keadilan distributif. Dari hasil CFA yang dilakukan dengan model satu faktor ternyata hasilnya tidak fit dengan chi-square = 148.09, df = 5, P-value = 0.00000, dan RSMEA = 0.350. Oleh karena itu, peneliti melakukan modifikasi terhadap model, dimana kesalahan pengukuran pada item dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya. Setelah dilakukan modifikasi sebanyak 2 (dua) kali, diperoleh model fit dengan Chi-square = 3.21, df = 3, P-value = 0.36030, dan RSMEA = 0.017. Nilai Chi-square menghasilkan P-P-value >

0.05 yang artinya model dapat diterima bahwa item mengukur satu variabel saja yaitu variabel keadilan distributif.

Tahap selanjutnya adalah melihat apakah signifikan atau tidaknya item tersebut mengukur faktor yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item tersebut perlu di drop atau tidak. Maka, dilakukan pengujian dengan melihat nilai t bagi setiap koefisien muatan faktor. Jika nilai t > 1,96, maka item tersebut signifikan dan begitu juga sebaliknya. Koefisien muatan faktor untuk item pengukuran variabel keadilan distributif dijelaskan dalam tabel 3.11.

Tabel 3.11

Muatan faktor item variabel keadilan distributif

Item Lamda/Koefisien Error Nilai T Signifikan

1 0.80 0.05 14.83 √

2 0.92 0.05 18.47 √

3 1.02 0.05 22.20 √

4 -0.15 0.06 -2.41 X

5 -0.13 0.07 -1.96 X

Keterangan: (√) = signifikan, (X) = tidak signifikan

Berdasarkan tabel 3.11 diatas, dari 5 item yang di uji menunjukkan bahwa terdapat 3 item yang signifikan (t > 1,96) dan 2 item lainnya tidak signifikan (t <

1,96) yaitu item nomor 4 dan 5. Dengan demikian, 2 item tersebut di drop yang artinya tidak dikutsertakan dalam analisis perhitungan faktor skor. Sedangkan 3 item lainnya yang memiliki bobot nilai diikutsertakan dalam perhitungan faktor skor atau uji hipotesis.

3.5.7 Uji validitas konstruk keadilan prosedural

Pada skala keadilan prosedural terdapat 5 item yang diuji dengan penjelasan sebagai berikut, peneliti menguji apakah item-item tersebut bersifat unidimensional mengukur satu faktor yaitu keadilan prosedural. Dari hasil CFA

yang dilakukan dengan model satu faktor ternyata hasilnya tidak fit dengan chi-square = 161.30, df = 5, P-value = 0.00000, dan RSMEA = 0.366. Oleh karena itu, peneliti melakukan modifikasi terhadap model, dimana kesalahan pengukuran pada item dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya. Setelah dilakukan modifikasi sebanyak 3 (tiga) kali, diperoleh model fit dengan Chi-square = 1.61, df = 2, P-value = 0.44758, dan RSMEA = 0.000. Nilai Chi-square menghasilkan P-P-value >

0.05 yang artinya model dapat diterima bahwa item mengukur satu variabel saja yaitu variabel keadilan prosedural.

Tahap selanjutnya adalah melihat apakah signifikan atau tidaknya item tersebut mengukur faktor yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item tersebut perlu di drop atau tidak. Maka, dilakukan pengujian dengan melihat nilai t bagi setiap koefisien muatan faktor. Jika nilai t > 1,96, maka item tersebut signifikan dan begitu juga sebaliknya. Koefisien muatan faktor untuk item pengukuran variabel keadilan prosedural dijelaskan dalam tabel 3.12.

Tabel 3.12

Muatan faktor item variabel keadilan prosedural

Item Lamda/Koefisien Error Nilai T Signifikan

1 0.50 0.06 8.17 √

2 0.42 0.06 6.71 √

3 0.97 0.05 19.79 √

4 0.91 0.05 17.77 √

5 1.00 0.05 20.86 √

Keterangan: (√) = signifikan, (X) = tidak signifikan

Berdasarkan tabel 3.12 diatas, menunjukkan bahwa nilai t bagi koefisien muatan faktor keseluruhan item signifikan jika nilai t > 1,96 sehingga diketahui bahwa seluruh item signifikan yaitu item nomor 1, 2, 3, 4, dan 5. Dengan

demikian, keseluruhan item tersebut dapat diikutsertakan dalam analisis perhitungan skor faktor atau uji hipotesis.

3.5.8 Uji validitas konstruk keadilan interpersonal

Pada skala keadilan interpersonal terdapat 4 item yang diuji dengan penjelasan sebagai berikut, peneliti menguji apakah item-item tersebut bersifat unidimensional mengukur satu faktor yaitu keadilan interpersonal. Dari hasil CFA yang dilakukan dengan model satu faktor ternyata hasilnya tidak fit dengan chi-square = 25.35, df = 2, P-value = 0.00000, dan RSMEA = 0.224. Oleh karena itu, peneliti melakukan modifikasi terhadap model, dimana kesalahan pengukuran pada item dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya. Setelah dilakukan modifikasi sebanyak 2 (dua) kali, diperoleh model fit dengan Chi-square = 0.00, df = 0, P-value = 1.00000, dan RSMEA = 0.000. Nilai Chi-square menghasilkan P-P-value >

0.05 yang artinya model dapat diterima bahwa item mengukur satu variabel saja yaitu variabel keadilan interpersonal.

Tabel 3.13

Muatan faktor item variabel keadilan interpersonal

Item Lamda/Koefisien Error Nilai T Signifikan

1 0.86 0.10 8.79 √

2 0.70 0.08 8.49 √

3 0.46 0.07 6.31 √

4 0.79 0.09 9.18 √

Keterangan: (√) = signifikan, (X) = tidak signifikan

Tahap selanjutnya adalah melihat apakah signifikan atau tidaknya item tersebut mengukur faktor yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item tersebut perlu di drop atau tidak. Maka, dilakukan pengujian dengan melihat nilai t bagi setiap koefisien muatan faktor. Jika nilai t > 1,96, maka item tersebut

signifikan dan begitu juga sebaliknya. Koefisien muatan faktor untuk item pengukuran variabel keadilan interpersonal dijelaskan dalam tabel 3.13 diatas.

Berdasarkan tabel 3.13 diatas, menunjukkan bahwa nilai t bagi koefisien muatan faktor keseluruhan item signifikan jika nilai t > 1,96 sehingga diketahui bahwa seluruh item signifikan yaitu item nomor 1, 2, 3, dan 4. Dengan demikian, keseluruhan item tersebut dapat diikutsertakan dalam analisis perhitungan skor faktor atau uji hipotesis.

3.5.9 Uji validitas konstruk keadilan informasional

Pada skala keadilan informasional terdapat 4 item yang diuji dengan penjelasan sebagai berikut, peneliti menguji apakah item-item tersebut bersifat unidimensional mengukur satu faktor yaitu keadilan informasional. Dari hasil CFA yang dilakukan dengan model satu faktor ternyata hasilnya tidak fit dengan chi-square = 103.56, df = 2, P-value = 0.00000, dan RSMEA = 0.467. Oleh karena itu, peneliti melakukan modifikasi terhadap model, dimana kesalahan pengukuran pada item dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya. Setelah dilakukan modifikasi sebanyak 1 (satu) kali, diperoleh model fit dengan Chi-square = 1.63, df = 1, P-value = 0.20178, dan RSMEA = 0.052. Nilai Chi-Chi-square menghasilkan P-value > 0.05 yang artinya model dapat diterima bahwa item mengukur satu variabel saja yaitu variabel keadilan informasional.

Tahap selanjutnya adalah melihat apakah signifikan atau tidaknya item tersebut mengukur faktor yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item tersebut perlu di drop atau tidak. Maka, dilakukan pengujian dengan melihat nilai t bagi setiap koefisien muatan faktor. Jika nilai t > 1,96, maka item tersebut

signifikan dan begitu juga sebaliknya. Koefisien muatan faktor untuk item pengukuran variabel keadilan interpersonal dijelaskan dalam tabel 3.14.

Tabel 3.14

Muatan faktor item variabel keadilan informasional

Item Lamda/Koefisien Error Nilai T Signifikan

1 0.68 0.06 11.14 √

2 0.78 0.06 13.18 √

3 0.95 0.06 16.88 √

4 0.42 0.07 6.46 √

Keterangan: (√) = signifikan, (X) = tidak signifikan

Berdasarkan tabel 3.14 diatas, menunjukkan bahwa nilai t bagi koefisien muatan faktor keseluruhan item signifikan jika nilai t > 1,96 sehingga diketahui bahwa seluruh item signifikan yaitu item nomor 1, 2, 3, dan 4. Dengan demikian, keseluruhan item tersebut dapat diikutsertakan dalam analisis perhitungan skor faktor atau uji hipotesis.

3.6 Teknik Analisis Data

Untuk menguji hipotesis penelitian, penulis menggunakan metode analisis regresi berganda (multiple reggression analysis) yaitu suatu metode untuk menguji signifikan tidaknya pengaruh dari sekumpulan variabel bebas (independent variable) yaitu regulasi diri, stres kerja dan keadilan organisasi terhadap variabel terikat (dependent variable) yaitu perilaku cyberloafing. Analisis regresi berganda digunakan agar dapat menjawab hipotesis nihil yang ada pada bab dua. Dalam penelitian ini dependent variable berjumlah satu variabel dan independent variable berjumlah sembilan variabel. Sehingga susunan persamaan garis regresi penelitian ini adalah:

Y1 : a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 + b6X6 + b7X7 + b8X8 + b9X9 + e

Keterangan:

Y = perilaku cyberloafing a = koefisien

b = koefisien regresi untuk masing-masing X X1 = regulasi diri

X2 = role ambiguity X3 = role conflict X4 = role overload X5 = keadilan distributif X6 = keadilan prosedural X7 = keadilan interpersonal X8 = keadilan informasional e = residu

Dalam analisis regresi berganda ini dapat diperoleh beberapa informasi, yaitu:

1. R2 (Rsquare) untuk mengetahui berapa persen (%) sumbangan independent variable terhadap dependent variable.

2. Dapat diketahui apakah secara keseluruhan independent variable berpengaruh secara signifikan terhadap dependent variable.

3. Diketahui signifikan atau tidaknya koefisien regresi dari masing-masing independent variable. Koefisien yang signifikan menunjukkan dampak yang signifikan dari independent variable yang bersangkutan.

4. Dapat diketahui besarnya sumbangan dari setiap independent variable pada dependent variable, dan melihat signifikansinya.

5. Semua perhitungan dan komputerisasi data dilakukan menggunakan software SPSS Statistics 22.

3.7 Prosedur Penelitian

Berikut beberapa tahapan prosedur yang dilakukan dalam penelitian ini:

1. Persiapan, meliputi perumusan masalah, kemudian menentukan variabel yang akan diteliti yaitu perilaku cyberloafing, regulasi diri, stres kerja, dan keadilan organisasi., lalu melakukan studi pustaka untuk mendapatkan gambaran dan landasan teori yang tepat terkait variabel penelitian.

2. Mempersiapkan alat ukur yang berasal dari jurnal-jurnal terpercaya yang akan digunakan dalam penelitian ini, yaitu alat ukur cyberloafing menggunakan alat ukur yang dikembangkan oleh Lim dan Chen (2009), lalu alat ukur regulasi diri menggunakan Short version of Self Regulation Questionnaire yang dikembangkan oleh Picardo et al (2014), kemudian alat ukur stres kerja yang dikembangkan oleh Blanchard dan Henle (2008), serta alat ukur keadilan organisasi yang dikembangkan oleh Rego dan Cunha (2006). Semua skala yang digunakan pada penelitian ini berbentuk skala model Likert.

3. Meminta dosen pembimbing selaku expert judgement untuk menilai apakah instrumen penelitian sudah tepat dan layak untuk disebarkan.

4. Menentukan populasi dan sampel penelitian dan melakukan pengambilan data dengan menyebarkan instrumen penelitian kepada aparatur sipil negara yang bekerja di kantor pusat Kementrian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Jl. Pattimura, No.20, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.

5. Setelah melakukan penyebaran data, dilakukan pengolahan data atau skoring terhadap hasil dari skala yang telah diisi oleh responden, menghitung dan mencatat tabulasi data yang diperoleh, menganalisa item mana saja yang valid menggunakan program software Lisrel 8.70. Kemudian dilakukan analisis regresi berganda menggunakan software SPSS Statistics 22 untuk mencari pengaruh antara variabel bebas (independent variable) dalam penelitian ini yaitu regulasi diri, stres kerja, dan keadilan organisasi terhadap variabel terikat (dependent variable) dalam penelitian ini yaitu perilaku cyberloafing.

71

BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Subyek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah 234 pegawai yang bekerja dikantor pusat Kementrian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat di Jalan Pattimura No.20, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Selanjutnya akan dijelaskan gambaran subjek berdasarkan dari jenis kelamin, usia dan tingkat pendidikan terakhir pada tabel 4.1 sebagai berikut :

Tabel 4.1

Gambaran umum subjek (N=234)

Karakteristik Subjek Penelitian Frekuensi Persentase (%) Jenis Kelamin

Berdasarkan tabel 4.1 dapat diketahui bahwa sebagian besar subjek dalam penelitian ini memiliki jenis kelamin laki-laki yaitu sebesar 52,1% dan perempuan sebesar 47,9%. Gambaran subjek berdasarkan usia mayoritas pada rentang 21-30 tahun yaitu sebesar 76,5%. Sedangkan untuk subjek dengan rentang usia 31-40 tahun dan >40 tahun masing-masing memiliki persentase 17,9% dan 5,6%.

Selanjutnya, gambaran subjek berdasarkan pendidikan terakhir didominasi oleh

Sarjana Strata 1 (S1) dengan persentase cukup besar yaitu 84,6%. Sedangkan untuk jenjang pendidikan terakhir S2 memiliki persentase sebesar 15,4%.

4.2 Analisis Deskriptif

Pada penelitian ini, skor yang digunakan dalam analisis statistik adalah skor yang dihitung untuk menghindari estimasi bias dari kesalahan pengukuran yang merupakan hasil proses konversi raw score, skor ini disebut true score. Proses ini dilakukan untuk memudahkan dalam melakukan perbandingan antara skor hasil penelitian variabel-variabel yang diteliti.

Dengan demikian, raw score pada setiap variabel harus diletakan pada skala yang sama. Untuk memperoleh deskripsi statistik, dihitung item-item yang valid dan positif, sehingga didapatkan faktor skor. Jadi, penghitungan skor faktor ini tidak menunjukan item-item variabel seperti pada umumnya, tetapi dihitung true score pada tiap skala. Skor faktor yang dianalisis adalah skor faktor yang bermuatan positif dan signifikan.

T-Score= (skor faktor x 10) + 50

Setelah didapatkan skor faktor yang telah dirubah menjadi true score, nilai baku inilah yang akan dianalisis dalam uji hipotesis korelasi dan regresi. Hal tersebut berlaku juga untuk semua variabel pada penelitan ini antara lain perilaku cyberloafing, regulasi diri, stres kerja, dan keadilan organisasi. Hasil analisis deskriptif mengenai nilai minimum, nilai maksimum, mean dan standar deviasi (SD) dari variabel penelitian ini yaitu regulasi diri, role ambiguity, role conflict, role overload, keadilan distributif, keadilan prosedural, keadilan interpersonal, dan keadilan informasional akan digambarkan pada tabel 4.2 sebagai berikut:

Tabel 4.2

Hasil analisis deskriptif

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation Cyberloafing 234 27,05 79,50 50,0000 10,00000 Regulasi diri 234 23,46 74,45 50,0000 10,00000 Role Ambiguity 234 21,48 80,25 50,0000 10,00000 Role Confilct 234 19,51 78,18 50,0000 10,00000 Role Overload 234 28,44 83,71 50,0000 10,00000 Keadilan Distributif 234 32,78 77,39 50,0000 10,00000 Keadilan Prosedural 234 15,98 73,39 50,0000 10,00000 Keadilan Interpersonal 234 6,41 68,30 50,0000 10,00000 Keadilan Informasional 234 19,39 72,06 50,0000 10,00000 Valid N (listwise) 234

Dari tabel 4.2 telah disajikan skor nilai dari setiap variabel dalam penelitian ini. Data pada tabel tersebut merupakan penjelasan mengenai gambaran umum deskripsi statistik dari variabel-variabel yang diteliti dengan indeks yang dijadikan acuan dalam perhitungan ini adalah skor maximum, minimum, mean, dan standard deviation (SD) dari setiap variabel penelitian.

Setelah sembilan variabel diletakkan pada skala yang sama, maka didapatkan mean pada setiap skala= 50,00 dan standard deviation (SD)= 10,00. Maka, dapat dilihat pada variabel pertama cyberloafing memiliki nilai minimum= 27,05 dan nilai maksimum= 79,50. Kedua, variabel regulasi diri memiliki nilai minimum=

23,46 dan nilai maksimum= 74,45. Ketiga, variabel role ambiguity memiliki nilai minimum= 21,48 dan nilai maksimum= 80,25. Keempat, variabel role conflict memiliki nilai minimum= 19,51 dan nilai maksimum= 78,18. Kelima, variabel role overload memiliki nilai minimum= 28,44 dan nilai maksimum= 83,71.

Keenam, variabel keadilan distributif memiliki nilai minimum= 32,78 dan nilai maksimum= 77,39. Ketujuh, variabel keadilan prosedural memiliki nilai minimum= 15,98 dan nilai maksimum= 73,39. Kedelapan, variabel keadilan

interpersonal memiliki nilai minimum= 6,41 dan nilai maksimum= 68,30. Dan variabel terakhir keadilan informasional memiliki nilai minimum= 19,39 dan nilai maksimum= 72,06.

4.3 Kategorisasi Variabel Penelitian

Kategorisasi dalam penelitian ini dibuat menjadi tiga kategori, skor variabel penelitian yaitu rendah, sedang, dan tinggi. Untuk mendapatkan norma kategorisasi tersebut dilakukan dengan menggunakan pedoman sebagai berikut:

Tabel 4.3

Setelah kategori tersebut didapatkan, maka akan diperoleh nilai persentasi kategori masing-masing variabel penelitian. Masing-masing variabel akan dikategorisasikan dengan kategori rendah, sedang dan tinggi. Penjelasannya seperti tabel 4.4 sebagai berikut :

Tabel 4.4 Dari tabel 4.4 diketahui bahwa pada variabel perilaku cyberloafing, sebesar 16,7% responden dalam penelitian ini berada pada kategori tinggi, sedangkan

66,2% responden berada pada kategori sedang dan 17,1% responden berada pada kategori rendah. Dari pemaparan tersebut dapat terlihat bahwa pada umumnya perilaku cyberloafing pegawai berada pada kategori sedang. Namun, pegawai degan tingkat perilaku cyberloafing rendah lebih dominan 0,4% dari pegawai dengan tingkat perilaku cyberloafing tinggi.

Pada variabel kedua yaitu regulasi diri diketahui sebesar 17,1% responden dalam penelitian ini berada pada kategori tinggi, sedangkan 69,2% responden berada pada kategori sedang dan 13,7% responden berada pada kategori rendah.

Dari pemaparan tersebut dapat terlihat bahwa pada umumnya regulasi diri pegawai berada pada kategori sedang. Namun, pegawai degan tingkat regulasi diri tinggi lebih dominan 3,4% dari pegawai dengan tingkat regulasi diri rendah.

Selanjutnya pada variabel ketiga yaitu stres kerja yang meliputi role ambiguity, role conflict, dan role overload. Pada dimensi role ambiguity diketahui bahwa sebesar 11,5% responden dalam penelitian ini berada pada kategori tinggi, sedangkan 70,5% responden berada pada kategori sedang dan 18,0% responden berada pada kategori rendah. Dari pemaparan tersebut dapat terlihat bahwa pada umumnya role ambiguity pegawai berada pada kategori sedang. Namun, pegawai degan tingkat role ambiguity rendah lebih dominan 6,5% dari pegawai dengan tingkat role ambiguity tinggi.

Dimensi kedua pada stres kerja yaitu role conflict. Sebesar 14,5% responden dalam penelitian ini berada pada kategori tinggi, sedangkan 75,7% responden

Dimensi kedua pada stres kerja yaitu role conflict. Sebesar 14,5% responden dalam penelitian ini berada pada kategori tinggi, sedangkan 75,7% responden