• Tidak ada hasil yang ditemukan

Upaya-Upaya Kantor Litbang dan Statistik Kota Magelang dalam Mengimplementasikan Program Krenova

Dalam dokumen Bh4eSo6P1Az8J3Ui Prosiding 2012 (Halaman 121-125)

KATEGORI KREATIF-INOVATIF-APLIKATIF DENGAN BIAYA KOMPETITIF)

5. HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS

5.2. Upaya-Upaya Kantor Litbang dan Statistik Kota Magelang dalam Mengimplementasikan Program Krenova

109

Berdasarkan gambar di atas, dapat dijelaskan bahwa ada lima tahap yang dilakukan oleh Kantor Litbang dan Statistik Kota Magelang dalam mengimplementasikan program Krenova yaitu, pra pelaksanaan, sosialisasi, penjaringan, pelaksanaan, dan hasil. Untuk tahap kesatu dan kedua dilakukan secara formal, sementara tahap penjaringan atau tahap ketiga dilakukan secara informal. Selanjutnya, tahap keempat dan kelima kembali dilakukan secara formal. Studi ini akan menguraikan kelima tahap tersebut, terutama akan lebih ditekankan pada tahap ketiga yaitu penjaringan masyarakat Krenova melalui pendekatan informal. 5.2.1. Tahap Pertama (Pra Pelaksanaan)

Para staf Kantor Litbang dan Statistik Kota Magelang melakukan persiapan dokumen seperti menyiapkan poster, leafleat, panduan kegiatan, formulir peserta, dan jadwal pelaksanaan. Selain itu, pembentukan tim panitia sebagai organizing committe dilakukan dengan melibatkan beberapa staf di kantor ini dan juga staf di dinas/instansi lain di lingkungan Kota Magelang. Sedangkan tim penilai diambil dari akademisi dari berbagai perguruan tinggi di Kota Magelang, serta praktisi/konsultan yang ahli di bidangnya. Pembebanan biaya penyusunan program dan pembentukan tim tersebut dianggarkan melalui Anggaran dan Pendapatan Belanja Daerah (APBD) Kota Magelang. Menurut konsep

Triple Helix, hal ini sudah menandakan bahwa Kota Magelang sudah memenuhi elemen kerjasama di ketiga sektor, yaitu government, private sector/industry, and academician. Triple Helix adalah konsep sinergi antara aktor-aktor yang mempengaruhi keberhasilan inovasi iptek, yaitu dari kalangan Academicians-Business-Governments (ABG). Untuk implementasi di Indonesia, diharapkan Society – masyarakat dapat turut dilibatkan dalam proses harmonisasi ABG-S untuk menghasilkan inovasi (Kemenristek, 2012).

5.2.2. Tahap Kedua (Sosialisasi)

Para staf Kantor Litbang dan Statistik Kota Magelang melakukan pengiriman informasi Krenova berupa brosur, leaflet, dan poster ke tempat-tempat umum atau kepada masyarakat secara langsung dan tidak langsung, serta menyiarkan iklan di radio dan surat kabar. Selain beberapa pengumuman Krenova yang dipampang di tempat/papan pengumuman publik, informasi dikirim ke satuan kerja perangkat daerah (SKPD) lain di lingkungan Pemkot Magelang dan beberapa pelaku usaha yang memiliki probabilita besar keterlibatannya dalam program Krenova ini, baik sebagai peserta maupun penyandang dana/fasilitas. Hingga saat ini, Pemkot Magelang selalu menampilkan pengumuman program Krenova terbaru yang lengkap beserta panduan program dan jadwalnya melalui website www.magelangkota.go.id atau www.litbang.magelangkota.go.id yang dapat diakses langsung oleh masyarakat umum secara gratis. Rose (2004) menguatkan bahwa informasi merupakan unsur penting untuk membangun komunikasi yang baik antara pemerintah dengan masyarakat, terlebih lagi jika masyarakat dapat mengakses informasi dari pemerintah yang didapat dari berbagai media seperti media massa atau media elektronik.

5.2.3. Tahap Ketiga (Penjaringan)

Tahap ini dibagi menjadi lima bagian, yaitu penerimaan pendaftaran peserta Krenova melalui surat, email, dan SMS; penyempurnaan proposal melalui pendekatan informal; penyesuaian tim penilai terhadap materi peserta yang mendaftar; pengumpulan proposal peserta untuk persiapan penilaian; dan penentuan aturan penilaian peserta melalui pembahasan dengan penilai secara informal. Semua kegiatan di tahap ketiga ini dilakukan secara informal oleh tim panitia Krenova, khususnya organizing committee dari Kantor Litbang dan Statistik Kota Magelang.

Beberapa aktor di dalam organisasi dalam berkomunikasi/berhubungan dengan pelanggan guna mencapai tujuan organisasi, umumnya membangun dan mempertahankan ikatan informal mereka di samping juga struktur formal (tidak mengganti struktur formal dengan ikatan informal). Hal ini seharusnya memberikan hasil kerjasama lebih besar daripada struktur formal bagi tiap aktor. Dengan kata lain, menumbuhkan dan mempertahankan hubungan langsung dari tiap aktor dapat menempuh cara lebih

110

pendek/singkat yang pada akhirnya dapat meminimalisir jarak antar aktor (Brass dalam Rank, 2008). Sebagaimana studi Brass tersebut, penjaringan masyarakat Krenova Kota Magelang juga didominasi oleh ikatan informal antara staf litbang dan statistik, akademisi dari Universitas Muhammadiyah Magelang, serta pelaku inovasi.

Proses penjaringan masyarakat inovator oleh para staf litbang bukanlah hal mudah. Studi menemukan bahwa beberapa kendala yang dihadapi antara lain jumlah dan jarak masyarakat inovator yang sporadis, masyarakat inovator masih tertutup (tidak mau membuka diri dengan pemerintah lokal), serta minat masyarakat Kota Magelang masih rendah terhadap produk buatan lokal.

Beberapa pendekatan informal penjaringan masyarakat Krenova dilakukan dengan memanfaatkan nilai-nilai lokal masyarakat Kota Magelang. Hal ini menguatkan studi Wilbur and Ing (1996) bahwa kelompok-kelompok kecil justru sering menggunakan komunikasi informal untuk meningkatkan kinerja kelompoknya. Beberapa komunikasi informal yang dilakukan oleh para staf litbang dan statistik Kota Magelang antara lain:

1. Kunjungan langsung staf kantor litbang ke rumah warga penemu (face to face) di luar jam kantor. Cara ini ditempuh agar warga penemu tersebut lebih dapat berkomunikasi tanpa dibebani rasa segan untuk mengungkapkan secara terbuka hasil temuan produk inovatifnya kepada salah satu staf Pemkot Magelang. Hal ini merupakan nilai-nilai Jawa yang mana jika seseorang menemui orang lain secara langsung di rumahnya merupakan suatu kehormatan/penghargaan tersendiri.

2. Ajakan untuk makan sambil berdiskusi bersama tentang industri kecil menengah (IKM) serta kontribusi apa yang bisa diberikan untuk pengembangan IKM di Kota Magelang melalui produk-produk inovatif yang dihasilkan. Karena budaya masyarakat di sana melalui “makan bersama” akan menjadikan hubungan antar pihak akan mencair, sehingga beberapa permasalahan dapat didiskusikan dan dicari jalan keluarnya.

3. Mengajak masyarakat innovator ke acara-acara seminar IKM, iptek, dan sebagainya dengan pembiayaan ditanggung oleh Pemerintah Kota Magelang atau dengan pembiayaan yang ditanggung bersama. Upaya pelibatan ini dilakukan agar masyarakat innovator merasa dirinya juga ikut dilibatkan dan bertanggungjawab terhadap produk-produk inovatif mereka. Sistem pembiayaan seperti ini di masyarakat Jawa akan menumbuhkan rasa kepercayaan kepada pemerintah, meminimalisir kerugian bagi masyarakat sendiri, dan menguatkan arti bahwa tanggung jawab pengembangan produk inovatif mereka akan dipikul bersama yaitu oleh Pemerintah Kota Magelang dan oleh masyarakat sebagai penemu.

Meminjam konsep Eisenberg et al (2010), fase momen ke momen untuk bekerja di luar

tekanan merujuk secara spesifik pada keseimbangan kreativitas (berpikir secara inovatif, memiliki kemauan untuk menguji kembali kegiatan dan rutinitas yang dianggap taken for granted, mendorong ide-ide baru dan lainnya) dan berbagai hambatan (pembentukan

realitas yang menghambat pilihan respon strategis individu, seperti deadline, batas finansial,

aturan organisasi dan lainnya). Upaya yang dilakukan oleh para staf litbang Kota Magelang melalui pendekatan informal dalam penjaringan masyarakat Krenova memang berbeda dari tatanan sistem formal pemerintah, namun tidak sepenuhnya mengabaikan tatanan formal tersebut. Menguatkan hal ini, Janowicz and Noordehaven (2008) mengemukakan bahwa perilaku di dalam suatu organisasi tidak sepenuhnya dilakukan secara terprogram/formal, tetapi juga secara informal untuk mencapai suatu tujuan.

Berbagai upaya penjaringan yang dilakukan secara informal tersebut didukung oleh beberapa potensi yang ada dan telah berkembang di Kota Magelang antara lain :

1. Sumber daya manusia kreatif di Kota Magelang yang telah menemukan berbagai produk inovatif yang telah memberikan nilai tambah ekonomi di Kota Magelang dan sekitarnya. 2. Beberapa fasilitas pendidikan tinggi di Kota Magelang seperti Universitas

Muhammadiyah Magelang, Universitas Tidar, Akademi Teknik Tirta Wiyata, dan lainnya merupakan institusi pendukung munculnya ide-ide kreatif-inovatif yang dapat membantu

111

masyarakat inovator mengembangkan produk mereka, bahkan memunculkan inovator baru.

3. Kesempatan dan dukungan dari Pemerintah Kota Magelang berbentuk fasilitas tempat, bantuan dana untuk pengembangan produk inovatif. Dukungan fasilitas misalnya diberikan dalam bentuk penyediaan tempat Sosialisasi Sentra Magelang Hak Kekayaan Intelektual dan Seminar Nasional HAKI yang bekerjasama dengan Kemenristek serta Universitas Muhammadiyah Magelang.

4. Dukungan dana berupa bantuan modal pengembangan sebesar Rp 15.000.000 kepada masyarakat paling inovatifdalam program Krenova Kota Magelang. Akses informasi yang terbuka luas telah diberikan oleh Kantor Litbang dan Statistik Kota Magelang dan dapat diakses oleh masyarakat umum baik secara online, melalui media massa, radio, pengumuman, maupun datang langsung ke kantor litbang.

Dalam perspektif hubungan nasional-daerah, koherensi kebijakan inovasi dalam penguatan SIN (Sistem Inovasi Nasional) di Indonesia perlu dibangun melalui kerangka kebijakan inovasi (innovation policy framework) yang sejalan, dengan sasaran dan

milestones terukur serta komitmen sumberdaya yang memadai baik pada tataran pembangunan nasional maupun daerah sebagai platform bersama (Taufik, 2012). Aplikasi konsep ini, sebagaimana dukungan penuh dari Walikota Magelang terhadap produk-produk kreatif-inovatif di Kota Magelang, terus ditingkatkan. Hal ini sesuai dengan salah satu misi Walikota Magelang yaitu memperkuat dan meningkatkan pertumbuhan perekonomian kerakyatan dengan mengoptimalkan potensi daerah yang didukung oleh kemandirian masyarakat (Bappeda Kota Malang, 2012). Meskipun demikian, Pemkot Magelang yang diwakili oleh Kantor Litbang dan Statistik Kota Magelang memberi kebebasan kepada masyarakat inovator terhadap produk-produknya untuk disosialisasikan, didesiminasikan, dan diaplikasikan di mana saja yang mereka mau. Hal ini agar produk-produk tersebut dapat berkembang lebih maju tidak hanya di wilayah Kota Magelang dan sekitarnya, akan tetapi juga di wilayah Indonesia bahkan lintas negara.

5.2.4. Tahap Keempat (Pelaksanaan)

Di sesi ini dibagi menjadi dua bagian yaitu paparan peserta Krenova dan peninjauan lapangan terhadap temuan peserta Krenova. Beberapa bagian di tahap keempat ini sudah dilakukan secara informal pula saat tahap penjaringan. Pada bagian pertama, pihak Kantor Litbang dan Statistik Kota Magelang memberikan kesempatan langsung dan terbuka kepada peserta yang lolos dalam penjaringan program Krenova dengan memaparkan hasil temuannya kepada tim panitia dan tim penilai baik di kantor litbang atau di tempat lain yang ditunjuk. Pemberian kesempatan ini merupakan bentuk partisipasi masyarakat Kota Magelang dalam program Krenova. Menguatkan hal ini, partisipasi tidak hanya menjadi cermin konkrit peluang ekspresi aspirasi dan jalan memperjuangkannya, tetapi yang lebih penting lagi bahwa partisipasi menjadi semacam garansi tidak akan diabaikannya kepentingan masyarakat (Juliantara dalam Purnamasari, 2008).

Selanjutnya di bagian kedua, tim panitia dan tim penilai akan membuktikan secara langsung hasil pemaparan produk unggulan milik peserta ke tempat/lapangan di mana para inovator tersebut mengkreasikan dan menciptakan produk kreatif-inovatif yang mereka ciptakan. Cara ini merupakan suatu bentuk “pembuktian” oleh tim penilai bahwa produk -produk inovatif yang dihasilkan tersebut benar-benar hasil karya mereka, khususnya - produk-produk yang belum ada di wilayah lain di Indonesia dan bahkan dunia. Upaya kantor litbang Kota Magelang ini merupakan salah satu ciri upaya pemerintah di negara maju dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat. Edes (2000) menguatkan hal ini bahwa di negara-negara Eropa, pihak pemerintah telah memberikan informasi kepada publik secara langsung serta melakukan riset dan penilaian terhadap opini dan kegiatan masyarakat.

112

5.2.5. Tahap Kelima (Hasil)

Tahap ini ialah seleksi produk inovatif sekaligus penentuan, pengumuman, dan penyerahan nominasi Krenova setelah paparan, peninjauan ke lapangan langsung, dan sidang penilai. Tim penilai akan menentukan bobot penilaian terhadap produk-produk unggulan yang telah ditemukan oleh penemu di Kota Magelang berdasarkan panduan Krenova yang telah ditetapkan oleh Kantor Litbang dan Statistik Kota Magelang seperti spesifikasi produk, potensi produk, manfaat produk, kualitas produk, dan biaya produksi. Produk-produk yang dinilai adalah yang kreatif-inovatif dan aplikatif dengan biaya kompetitif

(info lanjut unsur penilaian produk Krenova dapat di lihat di

www.litbang.magelangkota.go.id). Setelah memenuhi unsur penilaian/pembobotan oleh tim penilai, tim panitia selanjutnya akan menyusun nominasi produk-produk apa saja yang tergolong inovatif. Produk-produk yang masuk nominasi akan diumumkan secara langsung baik melalui surat resmi, website, maupun media pengumuman lain. Bagi produk yang telah masuk penilaian Krenova, pihak Kantor Litbang dan Statistik Kota Magelang akan memfasilitasi produk tersebut untuk diajukan melalui fasilitas Sentra MAHAKI untuk mendapat pengakuan Hak Kekayaan Intelektual dari Direktorat Jenderal Hak dan Kekayaan Intelektual di Kementerian Hukum dan HAM RI serta untuk mendapatkan penghargaan Anugerah Ristek Labdhakretya dari Kemenristek.

Upaya Pemerintah Kota Magelang ini merupakan kewajiban pemerintah dalam mendorong munculnya inovasi dengan memberikan dukungan kepada hasil temuan tersebut serta berupaya untuk mempertahankannya agar tidak diklaim oleh orang/pihak lain. Mendukung hal ini, Romadoni (2011) mengungkapkan bahwa peran pemerintah pada tahap inovasi ini adalah dengan menstimulasi pihak industri/entitas usaha untuk tergerak menyambut hasil-hasil penemuan, menetapkan kebijakan pengadaan barang dan jasa oleh pemerintah yang mendorong pemanfaatan produk inovasi dalam negeri, menerapkan produk perpajakan yang dapat mendorong tumbuhnya industri berbasis invensi, menjamin penegakan HAKI jika terjadi pelanggaran HAKI terhadap produk inovasi, menyelenggarakan birokrasi perizinan usaha dan investasi yang efisien, dan lain-lain. Apa yang dikemukakan oleh Romadoni dan upaya yang telah dilakukan Pemerintah Kota Magelang merupakan keharusan bagi suatu pemerintah untuk menumbuhkan suatu inovasi melalui kebijakannya

(innovation policy) (Taufik, 2005; World Bank, 2010).

6. PENUTUP

Dalam dokumen Bh4eSo6P1Az8J3Ui Prosiding 2012 (Halaman 121-125)