1. Program USAID-KINERJA
USAID-KINERJA adalah program bantuan teknis untuk 24 kabupaten/kota di 5 provinsi di Indonesia. Sampai dengan tahun 2013, terdapat 5 provinsi yang menjadi wilayah kerja USAID-KINERJA yaitu Aceh, Kalimantan
Barat, Sulawesi Utara, Jawa Timur, dan Papua. Program USAID-KINERJA dalam modul ini difokuskan pada pengembangan tata kelola pemerintahan khususnya di aspek pelayanan publik pada bidang kesehatan kecuali Papua.
Sesungguhnya konstitusi menjamin hak warga dalam pelayanan publik sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang Dasar 1945 terutama pasal 28H dan pasal 34 ayat (3). Selanjutnya diturunkan peraturan lebih implementatif melalui Undang-Undang Pelayanan Publik (UU No 25 tahun 2009). Walaupun sebelumnya sudah terbit beberapat peraturan Kementerian Aparatur Negara dalam peningkatan pelayanan publik terutama pada fasilitas pemerintah.
Pentingnya penekanan pada fasilitas pemerintah karena fasilitas pemerintah merupakan fasilitas kesehatan yang tidak memiliki risiko ketika fasilitasnya tidak dikunjungi oleh masyarakat. Bahkan sangat menguntungkan bagi pegawai negeri karena tidak banyak kerja dan tidak menambah laporan. Pada sisi lain, fasilitas kesehatan pemerintah secara tidak sadar masih terpengaruh oleh pola pikir masa kolonial Belanda.
Pada masa itu, penduduk Indonesia (lander) harus memberi penghormatan yang besar kepada pemberi layanan karena layanan itu adalah anugerah dari bangsa kolonial. Akibatnya, petugas pemberi layanan susah mendengar keluhan, berperilaku seenaknya dan tidak jelas berbagai pelayanan.
Era desentralisasi diharapkan terjadi perubahan ini tetapi tidak terjadi karena pemerintah daerah masih turut terpengaruhi pula pola pikir yang sama. Namun era demokrasi ini harus didorong ke arah tata kelola yang baik. Karena dampak utama dari demokrasi adalah pelayanan publik yang baik. Sehingga mampu meningkatkan kesejahteraan rakyat.
Penataan tatakelola pemerintahan yang baik (good governance) dalam pelayanan publik dengan menerapkan beberapa unsur tatakelola yaitu partisipasi, transparansi, daya tanggap dan akuntabilitas.
2. Dasar Desain Program
Persalinan Aman, Inisiasi
Menyusu Dini, dan ASI Eksklusif
Paket dukungan KINERJA dalam bidang kesehatan meliputi Persalinan Aman, IMD dan ASI Eksklusif. Program kesehatan ibu dan anak (KIA) memang merupakan salah satu prioritas pembangunan kesehatan nasional dan menjadi salah satu indikator utama dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005-2025, dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2010 – 2014. Tingginya Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) membuat pemerintah menempatkan upaya penurunan AKI dan AKB sebagai program prioritas nasional. Oleh karena itu prioritas pembangunan kesehatan di Indonesia sampai saat ini masih fokus pada program kesehatan
ibu dan anak. Modul ini fokus pada kesehatan anak.
Pembangunan kesehatan merupakan
pembangunan investasi sumber daya manusia (SDM). Investasi yang tepat waktu untuk investasi SDM jangka panjang adalah pada masa kehamilan dan usia di bawah lima tahun (balita). Pada fase ini sedang terjadi pertumbuhan otak yang sangat optimal.
Pertumbuhan otak ini sangat menentukan masa depan anak itu sendiri dan sekaligus masa depan suatu bangsa. Apabila suatu bangsa lolos memperhatikan investasi pada fase ini maka bangsa itu akan mendapatkan generasi yang hilang dimana suatu bangsa yang tidak dapat menjadi tuan rumah di negaranya sendiri.
Kesakitan dan kematian anak mereleksikan
suatu negara yang peduli pada rakyatnya. Kesakitan dan kematian balita menggambarkan kondisi sosial, ekonomi dan lingkungan anak- anak tinggal termasuk sistem pelayanan kesehatan yang memberikan perawatan kesehatan mereka. Apalagi anak balita merupakan populasi yang mudah terkena atau rentan terhadap suatu kondisi yang mengancam kesehatan mereka. Peningkatan status kesehatan anak akan berkontribusi positif
pada pemutusan rantai pemiskinan terutama pada keluarga tidak mampu melalui peningkatan kapabilitas anak sehingga mampu menciptakan mutu tenaga kerja yang baik67. Oleh karena itu, menurunkan kematian anak menjadi tujuan 4 dari tujuan pembangunan pada era millennium ini (Millennium Development Goals/MDGs).
Tren kecenderungan penurunan kematian anak berdasarkan data SKRT 1991 dan 2002 serta data Riskesdas 20078 menunjukkan bahwa Indonesia relatif sulit mencapai Goal 4 dari
Millennium Development Goals (MDGs) (lihat gambar 1). Angka kematian bayi dan balita menurut Riskedas 2007 berturut-turut adalah 34 dan 44 per 1000 kelahiran hidup. Sementara target angka kematian bayi dan balita menurut MDGs pada tahun 2015 berturut-turut 23/1.000 dan 32/1.000 kelahiran hidup.
Sesuai dengan tren sejak 2002 sampai 2007 menunjukkan penurunan kematian bayi dan balita dalam lima tahun adalah 1 bayi dan 2 balita. Apabila Indonesia tidak memiliki suatu rencana akselerasi penurunan kematian anak maka penurunan kematian balita pada tahun 2015 sekitar 2 bayi dan 4 balita atau penurunan kematian bayi dan balita hanya tercapai 32 dan 40 per 1000 kelahiran hidup.
6. Sach JD. Macroeconomics and Health: Investing in Health for Economic Development, Report of the Commission on Macroeconomics and Health, WHO, Geneva, 2001a: 1-114
7. Amartya Sen, Development As Freedom, Oxford University Press, 1999
8. Badan Penelitian dan pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan, Laporan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Nasional 2007, Jakarta, 2008
Gambar 1. Intervensi Hemat Biaya Untuk Menekan Kematian Anak
Gambar 2. Jenis Intervensi Kesehatan Anak yang Cost Efektif
Berdasarkan gambar di atas menunjukkan bahwa IMD dan ASI eksklusif dapat menekan kematian yang cukup besar dari berbagai jenis intervensi. Berbagai upaya penurunan kematian bayi, seperti pemberian ASI Eksklusif di negara-negara berkembang ternyata mampu menurunkan secara tajam angka kematian bayi dengan menurunkan penyakit diare dan infeksi lainnya. IMD juga dapat mengurangi 22% kematian bayi dengan mencegah penyakit diare dan penyakit infeksi lainnya. Menurut RISKESDAS 2010, angka ASI Eksklusif hanya mencapai 15,3% sedangkan angka IMD mencapai 29,3%. Indonesia menghadapi cukup banyak tantangan di bidang ini, termasuk minimnya promosi IMD dan ASI Eksklusif di semua tingkatan; budaya yang sering memberikan makanan tambahan sejak dini; promosi susu formula bayi oleh petugas kesehatan; dan kurangnya fasilitas pojok laktasi bagi ibu yang menyusui di tempat-tempat umum dan tempat kerja.
Pemerintah Indonesia telah mengeluarkan kebijakan tentang ASI Eksklusi yaitu PP 33/2012 tentang Air Susu Ibu. Namun, jauh sebelumnya, kebijakan pemberian ASI Eksklusif telah diatur dalam Permenkes 450/MENKES/SK/VI/2004 tentang ASI Eksklusif, Peraturan Bersama Menteri Negera Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Meneg PP dan PA), Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Mennakertrans), dan Menteri Kesehatan No: 48/MEN.PP/XII/2008, Per27/ MEN/XII/2008 dan 1177/MENKES/PB/XII/2008 mengenai pemberian ASI Eksklusif di tempat kerja, namun dalam pelaksanaan belum berjalan dengan semestinya.
Proyek KINERJA mendukung upaya Pemerintah Indonesia untuk mencapai MDG 4 melalui perbaikan tata kelola IMD dan ASI Eksklusif. Strategi
peningkatan cakupan Persalinan Aman dibahas dalam panduan pendampingan lain.
Dalam upaya peningkatan pelayanan publik sektor kesehatan ini mengacu kepada Standar Pelayanan Minimal (SPM) kesehatan sebagai ukuran kinerja utama dalam pelaksanaan pelayanan sektor kesehatan. IMD dan ASI Eksklusif belum terakomodasi dalam SPM tetapi beberapa penanggulangan penyakit menular dalam SPM terutama untuk anak sangat erat dengan IMD dan ASI Eksklusif. Perencanaan pencapaian SPM kesehatan secara khusus dibahas dalam laporan KINERJA yang lain.
Program KINERJA utama memberi bantuan kepada 19 kabupaten/kota yang tersebar dari 4 provinsi yaitu aceh (5 kabupaten/kota), Jawa Timur (5 kabupaten/kota), Kalimantan Barat (5 kabupaten/ kota), dan Sulawesi Selatan (4 kabupaten/kota).
Berdasarkan tinjauan teori dan konsultasi kabupaten /kota maka disusunlah beberapa kegiatan yaitu:
• Penguatan Kebijakan PA, IMD dan ASI
Eksklusif;
• Penguatan Partisipasi Masyarakat: Multi-
stakeholder Forum yang mampu melakukan monitoring, mediasi, dan advokasi;
• Peningkatan Manajemen Puskesmas:
– Manajemen organisasi (perencanaan dan penganggaran (APBD, BOK) yang
partisipatif, tranparansi dan akuntabel); – Manajemen program (kemitraan bidan
dan dukun, informasi pelayanan/kantung persalinan);
– Manajemen Pelayanan (janji perbaikan layanan, mekanisme pengelolaan pengaduan, SOP, pengaturan kerja).
• Peningkatan Pemahaman Masyarakat terhadap
hak-hak kesehatan ibu dan anak melalui strategi promosi yang partisipatif (keterlibatan pimpinan daerah, Kerjasama dengan Kementerian
Agama, Dinas Pendidikan, tokoh budaya, media, dan lainnya).
3. Strategi Pendekatan KINERJA
Program KINERJA memiliki dua sisi yaitu sisi pengguna layanan dan masyarakat (demand) dan sisi penyedia layanan (supply). Kedua sisi itu akan fokus pada prinsip-prinsip tata kelola yang baik (good governance). Pada sisi demand, KINERJA meningkatkan kepedulian, partisipasi dan keterlibatan masyarakat terhadap kualitas pelayanan yang disediakan oleh pemerintah daerah yang disebut sebagai insentif. Pada sisi supply, KINERJA meningkatkan kemampuan pemberi layanan untuk pengelolaan pelayanan berbasis inovasi, yaitu praktik yang baik yang disebut sebagai inovatif. Organisasi Mitra Pelaksana (OMP) melaksanakan kegiatan, dan mendokumentasi dan mereplikasi praktek yang baik dari hasil pendampingan KINERJA.