MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS SISWA SD MELALUI PENDEKATAN SAVI
4) Uji Mann-Whitney Gain
Untuk menguji apakah (peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa SD melalui pendekatan SAVI lebih baik daripada peningkatan kemampuan berpikir kreatif yang menggunakan pendekatan konvensional, maka digunakan uji non parametrik dengan uji Mann-Whitney. Hasilnya dapat terlihat pada tabel 4.5 berikut:
Tabel K.5 Output Uji Mann-Whitney Data Gain Ranks
Kelas N Mean Rank Sum of Ranks
Gain SAVI 27 32,70 883,00
Konvensional 27 22,30 602,00
Total 54
Test Statisticsa
Gain
Mann-Whitney U 224,000
Wilcoxon W 602,000
Z -2,432
Asymp. Sig. (2-tailed) ,015 Sumber: diambil dari data SPSS 19.
Hipotesis dalam pengujian ini adalah:
Ho : = (peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa SD melalui pendekatan SAVI sama dengan peningkatan kemampuan berpikir kreatif yang menggunakan pendekatan konvensional).
Ha : > (peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa SD melalui pendekatan SAVI lebih baik daripada peningkatan kemampuan berpikir kreatif yang menggunakan pendekatan konvensional).
Dengan kriteria pengujian: Ho diterima jika sig. > 0,05 dan Ha ditolak.
Ho ditolak jika sig. < 0,05 dan Ha diterima.
Dari tabel K.5 terlihat bahwa Sig. (2-tailed) lebih kecil dari 0,05, dengan demikian berdasarkan kriteria pengujian maka Ho ditolak. Ini berarti bahwa peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa SD melalui pendekatan SAVI lebih baik daripada kemampuan berpikir kreatif yang menggunakan pendekatan konvensional.
4.2. Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa ada peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa SD melalui pendekatan SAVI dan pendekatan SAVI ini lebih baik daripada pendekatan konvensional. Hal ini karena siswa dilatih berpikir kreatif dengan cara menggabungkan keempat unsur-unsur dalam SAVI yaitu belajar dengan bergerak dan berbuat (Somatis), belajar dengan berbicara dan mendengar (Auditori), belajar dengan mengamati dan menggambarkan (Visualisasi), dan belajar dengan memecahkan masalah dan merenung (Intelektual).
Bila keempat unsur SAVI tersebut bisa diterapkan dengan baik pada saat pembelajaran maka seluruh indera dan otak dari siswa akan bekerja lebih optimal. Sehingga, siswa dapat mengerti dengan baik materi dipelajarinya. Hernowo (2004: 14) mengatakan bahwa SAVI ini adalah semacam metode pembelajaran yang jika diterapkan serempak akan memfungsikan hampir seluruh indera dan otak.
152 Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika STKIP Siliwangi Bandung Berikut ini beberapa foto aktivitas siswa selama proses belajar dengan menggunakan pendekatan SAVI:
a. Pembelajaran Somatis terlihat pada gambar K.1 dan gambar K.2 berikut:
Gambar K.1
Siswa belajar dengan bergerak mengamati kelompok lain
Gambar K.2
Siswa belajar dengan berbuat mengamati bangun pada rangka kubus
b. Pembelajaran Auditori terlihat pada tabel K.3 berikut:
Gambar K.3
Siswa belajar berbicara mengemukakan pendapat dan mendengarkan pendapat siswa lainnya
c. Pembelajaran Visualisasi terlihat pada gambar K.4 dan gambar K.5 berikut:
Gambar K.4
Siswa belajar memperinci sifat-sifat balok dengan mengamati rangka balok
Gambar K.5
Siswa belajar dengan menggambar kubus dari hasil pengamatan pada rangka kubus
Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika STKIP Siliwangi Bandung 153 d. Pembelajaran Intelektual terlihat pada gambar K.6 berikut:
Gambar K.6
Siswa belajar menerangkan hasil pemecahan masalah yang dihadapi kelompoknya
Pada pembelajaran dengan metode SAVI siswa lebih aktif bertanya, mengemukakan pendapat, memberikan tanggapan, dan mampu memberikan penjelasan dalam pemecahan masalah yang dihadapinya karena seluruh kemampuan indera dan otak benar-benar dipergunakan dengan baik Sedangkan aktivitas siswa yang proses pembelajarannya dengan menggunakan pendekatan konvensional siswa kurang aktif berperan. Hal ini karena sumber ilmu sebagian besar berasal dari guru dan yang aktif hanya mereka dari siswa yang mengerti saja. Proses pembelajaran konvensional dapat terlihat seperti pada gambar K.7 dan gambar 4.8 berikut ini:
Gambar K.7
Siswa sedang mencatat penjelasan guru
Gambar K.8 Siswa sedang berlatih menyelesaikan soal-soal dari guru
Siswa yang kreatif akan memiliki banyak terobosan dalam pemikirannya dan terkadang imajinasinya jarang dipikirkan orang lain. Harsanto (2005: 63) berpendapat bahwa berpikir kreatif mengajak Anda untuk melepaskan diri dari pola umum yang sudah terpatri dalam ingatan. Ini berarti bahwa berpikir kreatif selalu mencoba cara baru yang inovatif dan bermakna.
Berdasarkan rumusan masalah pada penelitian ini, bahwa peneliti ingin melihat apakah peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa SD melalui pendekatan SAVI lebih baik daripada kemampuan berpikir kreatif yang menggunakan pendekatan konvensional, maka yang dianalisis adalah gain ternormalisasi pretes dan gain ternormalisasi postes untuk kelas SAVI dan kelas kontrol. Dari Gain ternormalisasi yang didapat pada hasil pretes dan postes, untuk kelas SAVI mengalami peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis, dan pendekatan SAVI memberikan pengaruh yang cukup signifikan bila dibandingkan dengan kelas kontrol. Hal ini dapat dilihat dari rata-rata skor gain ternormalisasi siswa kelas SAVI maupun kelas kontrol.
Berdasarkan dari kesimpulan uji normalisasi gain, diperoleh bahwa penggunaan pendekatan SAVI mampu membedakan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa kelas SAVI (eksperimen) dan kelas kontrol. Sehingga sebagai kesimpulan akhir bahwa hipotesis terpenuhi yaitu kemampuan
154 Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika STKIP Siliwangi Bandung berpikir kreatif matematis siswa SD melalui pendekatan SAVI lebih baik dari pada kemampuan berpikir kreatif yang menggunakan konvensional.
Berdasarkan pengamatan penulis di lapangan kelebihan pendekatan SAVI adalah:
1. Siswa menjadi lebih aktif dalam bekerjasama dan diskusi sehingga mampu menghasilkan ide-ide yang kreatif dalam menjawab setiap soal yang diberikan.
2. Memberikan peluang yang luas bagi siswa dalam mengembangkan kemampuan berpikir kreatif saat pembelajaran berlangsung.
3. Memupuk siswa dalam pengembangan intelektual dan emosional sehingga siswa mempunyai kepercayaan diri yang tinggi akan kemampuannya.
4.3. Hambatan dalam Penelitian
Hambatan yang dialami peneliti dalam menerapkan pendekatan SAVI adalah pada awalnya siswa mengalami kesulitan dalam mengembangkan kemampuan berpikir kreatifnya untuk mencari, memahami, dan merumuskan konsep kubus dan balok. Kesulitan tersebut dikarenakan mereka tidak terbiasa dengan proses belajar mengajar dengan pendekatan SAVI dan masih merupakan hal baru bagi mereka. Akan tetapi, setelah diberikan penjelasan akhirnya siswa dapat melaksanakannya dengan baik dan mereka merasa senang.
5. Kesimpulan dan Saran