• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGGUNAAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DALAM MENINGKATKAN SIKAP DAN KEBIASAAN BELAJAR PADA SISWA KELAS VIII DI SMP NEGERI 2 LAHAT SUMATERA SELATAN TAHUN AJARAN 2015/2016

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGGUNAAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DALAM MENINGKATKAN SIKAP DAN KEBIASAAN BELAJAR PADA SISWA KELAS VIII DI SMP NEGERI 2 LAHAT SUMATERA SELATAN TAHUN AJARAN 2015/2016"

Copied!
79
0
0

Teks penuh

(1)

VIII DI SMP NEGERI 2 LAHAT SUMATERA SELATAN TAHUN AJARAN 2015/2016

Oleh

VILA TUMUTI SUHARNO

Masalah penelitian ini adalah sikap dan kebiasaan belajar siswa yang negatif. Permasalahan penelitian ini adalah apakah layanan bimbingan kelompok dapat dipergunakan untuk meningkatkan sikap dan kebiasaan belajar pada siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Lahat Sumatera Selatan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bahwa bimbingan kelompok dapat dipergunakan untuk meningkatkan sikap dan kebiasaan belajar pada siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Lahat Sumatera Selatan Tahun Ajaran 2015/2016.

Metode dalam penelitian ini metodepre eksperimendengan desainone group pretest-posttest, dan dianalisis dengan statistik non parametrik menggunakan uji Wilcoxon. Subyek penelitian 10 orang siswa kelas VIII di SMP Negeri 2 Lahat Sumatera Selatan yang memiliki sikap dan kebiasaan belajar yang negatif.

Hasil yang diperoleh dalam penelitian menunjukkan sikap dan kebiasaan belajar mengalami peningkatan setelah pemberian layanan bimbingan kelompok. Hal ini ditunjukkan dari hasilpretestdanposttestyang diperoleh Zhitung=-2,807 dan Ztabel=8. Karena Zhitung< Ztabelmaka, Ho ditolak dan Ha diterima.

(2)

SMP NEGERI 2 LAHAT SUMATERA SELATAN TAHUN PELAJARAN 2015/ 2016

(Skripsi)

Oleh

VILA TUMUTI SUHARNO

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(3)

VIII DI SMP NEGERI 2 LAHAT SUMATERA SELATAN TAHUN AJARAN 2015/2016

Oleh

VILA TUMUTI SUHARNO

Masalah penelitian ini adalah sikap dan kebiasaan belajar siswa yang negatif. Permasalahan penelitian ini adalah apakah layanan bimbingan kelompok dapat dipergunakan untuk meningkatkan sikap dan kebiasaan belajar pada siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Lahat Sumatera Selatan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bahwa bimbingan kelompok dapat dipergunakan untuk meningkatkan sikap dan kebiasaan belajar pada siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Lahat Sumatera Selatan Tahun Ajaran 2015/2016.

Metode dalam penelitian ini metodepre eksperimendengan desainone group pretest-posttest, dan dianalisis dengan statistik non parametrik menggunakan uji Wilcoxon. Subyek penelitian 10 orang siswa kelas VIII di SMP Negeri 2 Lahat Sumatera Selatan yang memiliki sikap dan kebiasaan belajar yang negatif.

Hasil yang diperoleh dalam penelitian menunjukkan sikap dan kebiasaan belajar mengalami peningkatan setelah pemberian layanan bimbingan kelompok. Hal ini ditunjukkan dari hasilpretestdanposttestyang diperoleh Zhitung=-2,807 dan Ztabel=8. Karena Zhitung< Ztabelmaka, Ho ditolak dan Ha diterima.

(4)

PENGGUNAAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN SIKAP DAN KEBIASAAN BELAJAR SISWA

KELAS VIII

SMP NEGERI 2 LAHAT SUMATERA SELATAN TAHUN PELAJARAN 2015/ 2016

Oleh

Vila Tumuti Suharno

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Bimbingan Konseling Jurusan Ilmu Pendidikan

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(5)
(6)
(7)
(8)

Vila Tumuti Suharno lahir di Kota Lahat Sumatera Selatan tanggal 11 Mei 1993, sebagai anak pertama dari tiga bersaudara, dari pasangan Bapak Suharno, S.P. dan Ibu Zuyan Liana.

Pendidikan Taman Kanak-Kanak (TK) Aisyah Bustannul Atfal (ABA) Lahat, diselesaikan tahun 1999, Sekolah Dasar (SD) Negeri 16 Lahat tahun 1999 s/d 2000, Sekolah Dasar (SD) Negeri Pilangsari 2 Sragen Jawa Tengah tahun 2001, Sekolah Dasar (SD) Negeri 45 Lahat diselesaikan tahun 2005, Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 2 Lahat, diselesaikan tahun 2008, kemudian melanjutkan ke Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 4 Lahat, diselesaikan tahun 2011.

(9)

Jangan pernah menyerah jika kamu masih ingin mencoba. Jangan biarkan

penyesalan datang karena kamu selangkah lagi untuk menang. Terkadang,

kesulitan harus kamu rasakan terlebih dulu sebelum kebahagiaan yang

sempurna datang kepadamu.

(R.A Kartini)

Allah tidak akan membebani seseorang (hamba-Nya) melainkan sesuai dengan

kemampuannya.

(QS. Al-Baqarah:286)

Yakinlah ada sesuatu yang menantimu selepas banyak kesabaran (yang kau

jalani) yang akan membuatmu terpana hingga kau lupa betapa pedihnya rasa

sakit.

(10)

Dengan penuh rasa syukur pada Allah SWT atas terselesaikannya penulisan

skripsi ini yang kupersembahkan karya kecilku ini pada :

Teruntuk Ayahanda Suharno dan Ibunda Zuyan Liana tercinta,

tak lebih, hanya sebuah karya sederhana ini yang bisa kupersembahkan. Kalian

lah alasanku selama ini untuk tetap berjuang sampai sekarang dan selamanya.

Adikku yang kusayang: Ayu Sekarsari Suharno dan Arum Suciati Suharno.

Serta Keluarga Besarku.

(11)

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul ”Penggunaan Layanan Bimbingan Kelompok untuk Meningkatkan Sikap dan Kebiasaan Belajar pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 2 Lahat Selatan Tahun Ajaran 2015/2016”. Adapun maksud penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Bimbingan dan Konseling Jurusan Ilmu Pendidikan, FKIP Universitas Lampung.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Dr. Muhammad Fuad, M.Hum., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung;

2. Ibu Dr. Riswanti Rini, M.Si., selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung;

3. Bapak Drs. Yusmansyah, M.Si., selaku Ketua Program Studi Bimbingan dan Konseling Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung; 4. Bapak Drs. Giyono, M.Pd., selaku Pembimbing Utama yang telah

menyediakan waktunya dalam memberikan bimbingan dan pengarahan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik;

(12)

6. Bapak Drs. Muswardi Rosra, M.Pd., selaku dosen penguji terima kasih atas kesediaannya memberikan bimbingan, saran dan kritik yang membangun dalam penyelesaian skripsi ini;

7. Bapak dan Ibu Dosen Bimbingan dan Konseling Unila. Terima kasih atas bimbingan dan ilmu yang telah diberikan selama ini;

8. Bapak dan Ibu staf dan karyawan FKIP Unila, terima kasih atas bantuannya selama ini dalam membantu menyelesaikan segala keperluan administrasi; 9. Ibu Nurwabanila, S.Pd. selaku Kepala SMP Negeri 2 Lahat Sumatera Selatan

dan Ibu Rusnia, S.Pd. selaku guru bimbingan dan konseling, terima kasih telah berkenan memberikan izin dan kesediaannya membantu penulis untuk melaksanakan penelitian;

10. Kedua orang tuaku tercinta, terimakasihatas semua yang telah diberikan untukku, do’a, kasih sayang, senyuman, serta segala pengorbanan kalian

untukku yang tiada pernah bisa dinilai dari segi apapun;

11. Adikku tersayang serta seluruh Keluarga besarku terima kasih atas do’a dan dukungan yang diberikan kepadaku;

12. Sahabat-sahabatku dari awal perkuliahan sampai sekarang yang berjuang bersama memberikan semangat dan dukungannya serta selalu menemani penulis dikala sedang jenuh attu, elsa, astrid, diah, hendra, maria, mery, melani;

(13)

bersama saat mencari ilmu untuk masa depan kita kelak dan tentunya untuk mencapai ridho Allah SWT;

15. Semua teman-teman KKN dan PPL desa Gedung Cahya Kuningan, Ngambur Pesisir Barat. Pengalaman yang tidak terlupakan bersama kalian selama tiga bulan;

16. Kakak-kakak dan adik-adik tingkat Bimbingan dan Konseling Unila terima kasih untuk do’a dan dukungannya;

17. Semua siswa SMP Negeri 2 kelas VIII, (Khususny: Adrian, Anggraini, Berly, Della, Ego, Gilang, Hesti, Rendi, Selvi, dan Yuraoza). Terimakasih atas perhatian, kerjasama, dan dukungannya.

18. Semua pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Terima kasih.

19. Almamaterku tercinta.

Akhir kata, Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, akan tetapi sedikit harapan semoga skripsi yang sederhana ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Bandar Lampung, Penulis,

(14)

DAFTAR ISI A. Latar Belakang dan Masalah ... 1

1. Identifikasi Masalah ... 5

2. Pembatasan Masalah ... 6

3. Perumusan Masalah ... 6

B. Tujuan Manfaat dan Ruang Lingkup Penelitian ... 6

1. Tujuan Penelitian ... 6 A. Sikap dan Kebiasaan Belajar ... 16

1. Belajar ... 16

a. Pengertian Belajar... ... 16

b. Proses Belajar... 17

c. Ciri-Ciri Belajar... 19

2. Pengertian Sikap Belajar ... 22

a. Konsep Sikap Belajar ... 23

b. Peranan Sikap Belajar ... 24

3. Pengertian Kebiasaan Belajar ... 26

4. Sikap dan Kebiasaan Belajar ... 28

5. Pembentukan dan Perubahan Sikap ... 29

6. Pembentukan Kebiasaan Belajar………... 31

7. Pengembangan Sikap dan Kebiasaan Belajar yang Baik... 32

B. Bimbingan Kelompok... ... 34

(15)

III. METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 48

B. Metode Penelitian ... 48

C. Variabel dan Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 50

1. Variabel Penelitian ... 50

2. Definisi Operasional... 50

D. Subjek Penelitian... ... 51

E. Metode Pengumpulan Data... ... 53

F. Teknik Analisis Data ... 56

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 58

1. Gambaran hasil Pra Bimbingan kelompok ... 58

2. Deskripsi Data ... 59

3. Pelaksanaan kegiatan Layanan Bimbingan Kelompok ... 62

4. Data Skor sesudah (Postest) Diberi Perlakuan dengan Menggunakan Layanan Bimbingan Kelompok... 72

5. Data Skor Subyek Sebelum Dan Sesudah Mengikuti Bimbingan Kelompok ... 74

6. Analisis Data Hasil Penelitian ... 101

7. Peningkatan Sikap dan Kebiasaan Belajar Siswa Sebelum dan Sesudah Layanan Bimbingan Kelompok... .. 102

2. Guru Bimbingan Konseling ... 118

3. Peneliti Selanjutnya ... 118

DAFTAR PUSTAKA ...119

(16)

DAFTAR TABEL

4.1 Kriteria Sikap dan Kebiasaan Belajar Siswa... 60

4.2 Data Hasil Angket PSKB Sebelum Pemberian Perlakuan (Pretest) ... 61

4.3 Jadwal Pelaksanaan Kegiatan Layanan Bimbingan Kelompok ... 62

4.4 Data Hasil Angket Setelah Pemberian Perlakuan (Postest) ... 73

4.5 Data Skor Angket PSKB Subjek Sebelum dan Sesudah Pemberian Layanan Bimbingan Kelompok... 75

4.6 Data Hasil Sebelum dan Setelah Layanan Bimbingan Kelompok... 77

4.7 Perubahan Sikap dan Kebiasaan Belajar Adrian Dwi Wahyudi ... 80

4.8 Perubahan Sikap dan Kebiasaan Belajar Anggraini Pianhar ... 83

4.9 Perubahan Sikap dan Kebiasaan Belajar Berly Revaldi ... 85

4.10 Perubahan Sikap dan Kebiasaan Belajar Della Monika... 87

4.11 Perubahan Sikap dan Kebiasaan Belajar Ego Fernando ... 89

4.12 Perubahan Sikap dan Kebiasaan Belajar Gilang Weli P ... 91

4.13 Perubahan Sikap dan Kebiasaan Belajar Hesti Sephia W... 93

4.14 Perubahan Sikap dan Kebiasaan Belajar M. Rendi A... 95

4.15 Perubahan Sikap dan Kebiasaan Belajar Selvi... 97

4.16 Perubahan Sikap dan Kebiasaan Belajar Yuraoza ... 99

(17)

DAFTAR GAMBAR

1.1 Alur kerangka pikir ...14

2.1 Tahap pembentukan dalam bimbingan kelompok...40

2.2 Tahap peralihan dalam bimbingan kelompok...41

2.3 Tahap kegiatan dalam bimbingan kelompok...43

2.4 Tahap pengakhiran dalam bimbingan kelompok...44

3.1 One group pretest-postest design...49

3.2 Data Siswa SMP Negeri 2 Lahat Sumatera Selatan yang memiliki sikap dan kebiasaan negatif...52

3.3 Kriteria bobot nilai...55

3.4 Kriteria sikap dan kebiasaan belajar siswa...56

4.1 Grafik peningkatan sikap dan kebiasaan belajar siswa kelas VIII di SMP Negeri 2 Lahat Sumatera Selatan...78

4.2 Grafik perubahan sikap dan kebiasaan belajar Adrian...81

4.3 Grafik perubahan sikap dan kebiasaan belajar Anggraini...83

4.4 Grafik perubahan sikap dan kebiasaan belajar Berly...85

4.5 Grafik perubahan sikap dan kebiasaan belajar Della...87

4.6 Grafik perubahan sikap dan kebiasaan belajar Ego...89

4.7 Grafik perubahan sikap dan kebiasaan belajar Gilang...91

4.8 Grafik perubahan sikap dan kebiasaan belajar Hesti...93

4.9 Grafik perubahan sikap dan kebiasaan belajar Rendi...95

4.10 Grafik perubahan sikap dan kebiasaan belajar Selvi...98

4.11 Grafik perubahan sikap dan kebiasaan belajar Yuraoza...100

(18)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Kisi-kisi PSKB ... 122

2. Petunjuk Daftar Pengungkapan Masalah PSKB ... 123

3. Pengungkapan Sikap dan Kebiasaan Belajar (PSKB) ... 126

4. Lembar Jawaban PSKB... 136

5. Satlan Bimbingan Kelompok ... 137

6. Modul ... 139

7. Uji Wilcoxon... 161

8. Tabel Nilai Kritis Uji Wilcoxon... 162

9. Dokumentasi Kegiatan Penelitian Siswa Kelas VIII di SMP Negeri 2 Lahat Sumatera Selatan... 163

(19)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang dan Masalah

Pendidikan merupakan aktivitas yang berlangsung sepanjang hidup manusia. Pendidikan itu sendiri tidak dapat dipisahkan dari istilah belajar karena pada dasarnya belajar merupakan bagian dari pendidikan. Selain itu proses belajar merupakan suatu kegiatan yang pokok atau utama dalam dunia pendidikan. Manusia tidak akan pernah berhenti belajar karena setiap langkah manusia dalam hidupnya akan dihadapkan pada permasalahan yang membutuhkan pemecahan dan menuntut manusia untuk belajar menghadapinya.

(20)

intelegensi, psikomotor, sikap, emosi dan lain-lain atau dapat dikatakan meningkatnya potensi siswa. Belajar merupakan tugas seorang siswa, oleh karena itu seorang siswa perlu memiliki kebiasaan belajar yang baik sehingga dapat mencapai prestasi yang optimal. Kebiasaan belajar merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan belajar. Hal ini berarti siswa yang mempunyai kebiasaan belajar yang baik cenderung memperoleh hasil belajar yang baik.

Cara akan mempengaruhi hasil belajar yang dicapai. Oleh sebab itu, jika seorang siswa mendapat nilai yang kurang memuaskan dalam belajar, salah satu faktor penting yang perlu diperiksa adalah bagaimana cara belajar yang ditempuh.Dengan memperhatikan sikap dan kebiasaan belajar siswa akan dapat diketahui siswa yang sikap dan kebiasaan belajarnya sudah memadai dan perlu dipertahankan, serta siswa yang memerlukan bantuan khusus dalam meningkatkan sikap dan kebiasaan belajarnya menjadi baik.

(21)

terdapat pula faktor-faktor yang dapat menyebabkan keberhasilan siswa dalam proses belajarnya, salah satunya yaitu kebiasaan belajar.

Kebiasaan belajar cenderung menguasai perilaku siswa pada setiap kali mereka melakukan kegiatan belajar (dalam Djaali 2008: 128). Oleh karena itu, siswa dituntut berlatih dengan ketekunan yang tinggi, merencanakan belajar dengan baik dengan mempunyai jadwal belajar yang baik dan efektif, serta melaksanakannya dengan baik, teratur, dan disiplin diri agar diperoleh hasil belajar yang baik.

Seseorang yang ingin berhasil dalam belajar hendaknya mempunyai sikap serta kebiasaan belajar yang baik. Kebiasaan belajar yang baik memiliki pengaruh yang paling tinggi dibanding minat, kecerdasan, pengaruh keluarga dan lain-lain. Oleh karena itu siswa harus memiliki kebiasaan belajar yang baik untuk mencapai sukses dalam belajar. Kebiasaan belajar yang baik bukan bawaan dari lahir, tetapi dapat dibentuk dan ditanamkan pada siswa sejak sedini mungkin sebelum siswa berada pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Kebiasaan merupakan cara bertindak yang diperoleh melalui belajar secara berulang-ulang, yang pada akhirnya menjadi menetap dan bersifat otomatis.

(22)

dimaksud dengan kebiasaan belajar di sini adalah cara-cara belajar yang paling sering dilakukan oleh siswa dan cara atau kebiasaan belajar dapat terbentuk dari aktifitas belajar baik secara sengaja ataupun tidak sengaja. Siswa yang ingin berhasil dalam belajarnya harus mempunyai sikap dan cara belajar yang teratur dan konsisten sehingga tercipta kebiasaan belajar yang baik. Kebiasaan belajar dimulai dari bagaimana cara anak mengikuti pelajaran, cara belajar mandiri, cara belajar kelompok, cara mempelajari buku pelajaran dan cara menghadapi ujian.

(23)

Salah satu layanan bimbingan konseling yang dapat digunakan dalam meningkatkan sikap dan kebiasaan belajar siswa yang baik di sekolah adalah teknik layanan bimbingan kelompok yang merupakan suatu bantuan yang diberikan konselor kepada siswa dengan tujuan mengembangkan potensi siswa, mampu mengatasi masalah sendiri dan dapat menyesuaikan diri secara positif. Menurut Prayitno (1995: 61), Bimbingan kelompok diartikan sebagai upaya untuk membimbing kelompok-kelompok siswa agar kelompok itu menjadi besar, kuat dan mandiri, dengan memanfaatkan dinamika kelompok untuk mencapai tujuan-tujuan dalam bimbingan dan konseling. Bimbingan kelompok terlaksana apabila topik yang dibicarakan adalah berupa topik umum.

Masalah dalam penelitian ini adalah sikap dan kebiasaan belajar yang negatif. Oleh karena itu, peneliti ingin mengetahui apakah dengan layanan bimbingan kelompok dapat meningkatkan sikap dan kebiasaan belajar pada siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Lahat Sumatera Selatan tahun ajaran 2015/2016.

1. Identifikasi Masalah

Dapat diidentifikasi beberapa permasalahan yang kemungkinan muncul antara lain sebagai berikut:

1. Terdapat siswa yang sering kena hukuman karena tidak mengerjakan pekerjaan rumah.

(24)

3. Di temukan siswa yang suka mencontek pekerjaan temannya. 4. Terdapat siswa yang malu mengemukakan pendapatnya dikelas. 5. Ada siswa yang malas memperhatikan dalam setiap proses belajar

berlangsung.

6. Terdapat beberapa siswa yang sering membolos di saat jam pelajaran berlangsung.

2. Pembatasan Masalah

Berdasarkan beberapa masalah yang timbul, maka penelitian ini dibatasi pada peningkatan sikap dan kebiasaan belajar dengan layanan bimbingan kelompok pada siswa kelas VIII di SMP Negeri 2 Lahat, Sumatera Selatan.

3. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, identifikasi masalah dan pembatasan masalah, maka masalah dalam penelitian ini adalah “sikap dan kebiasaan belajar yang negatif”. Adapun permasalahannya adalah: “Apakah layanan bimbingan kelompok dapat dipergunakan untuk meningkatkan sikap dan kebiasaan belajar pada siswa kelas VIII di SMP Negeri 2 Lahat, Sumatera Selatan”.

B. Tujuan, Manfaat dan Ruang Lingkup Penelitian

1. Tujuan Penelitian

(25)

dipergunakan untuk meningkatkan sikap dan kebiasaan belajar yang negatif pada siswa.

2. Manfaat Penelitian a. Manfaat Teoritis

Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya konsep-konsep bimbingan, khususnya kajian bimbingan kelompok mengenai upaya meningkatkan sikap dan kebiasaan belajar pada siswa.

b. Manfaat Praktis

a. Bahan masukan guru bimbingan dan konseling dalam memberikan layanan yang tepat terhadap siswa-siswa yang memiliki permasalahan sikap dan kebiasaan yang negatif, sehingga siswa mau memanfaatkan dan menyadari akan pentingnya peran BK di sekolah, sehingga pelaksanaan bimbingan kelompok di sekolah menjadi lebih efektif dan optimal.

b. Dapat dijadikan suatu sumbangan informasi, pemikiran bagi guru bimbingan konseling, peneliti selanjutnya dan tenaga kependidikan lainnya dalam memberikan layanan bimbingan kelompok untuk meningkatkan sikap dan kebiasaan belajar.

3. Ruang Lingkup Penelitian

(26)

1. Ruang Lingkup Objek

Objek dalam penelitian ini adalah penggunaan layanan bimbingan kelompok dapat meningkatkan sikap dan kebiasaan belajar.

2. Ruang Lingkup Subjek

Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Lahat Sumatera Selatan yang masih memiliki sikap dan kebiasaan belajar yang negatif.

3. Ruang Lingkup Wilayah

Tempat penelitian ini di SMP Negeri 2 Lahat Sumatera Selatan. 4. Ruang Lingkup Waktu

Waktu penelitian yaitu tahun pelajaran 2015/2016.

C. Kerangka Pikir

Belajar merupakan suatu perubahan dari tidak tahu menjadi tahu dari tidak bisa menjadi bisa (Aunurrahman, 2010: 38). Kegiatan belajar merupakan proses pendidikan di sekolah. Ini berarti bahwa berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak bergantung kepada bagaimana proses belajar yang dialami oleh siswa sebagai anak didik.

(27)

arah kemajuan atau ke arah perbaikan. Harus pula diperhatikan bahwa di dalam belajar itu jiwa orang tidak pasif, tidak seperti gudang dimana barang-barang ditumpuk dan pula tidak seperti alat pemotret yang kerjanya mengambil gambar. Dalam belajar ada proses mental yang aktif. Pada tingkat permulaan belajar aktivitas itu masih belum teratur, banyak hasil-hasil yang belum terpisahkan dan masih banyak kesalahan yang diperbuat. Tetapi dengan adanya usaha dan latihan yang terus menerus, adanya kondisi belajar yang baik, adanya dorongan-dorongan yang membantu, maka kesalahan-kesalahan itu makin lama makin berkurang, prosesnya makin teratur, keraguan-keraguan makin hilang dan timbul ketetapan.

(28)

Belajar bukanlah suatu proses yang mekanistis tetapi disini seluruh kepribadian ikut aktif. Dalam masalah belajar ini, metode belajar akan banyak mempengaruhi cara belajarnya orang yang sedang belajar. Apabila mata pelajaran diberikan tanpa tujuan dan murid diharuskan mengingat-ingat dan mendapatkan hal-hal yang tidak bertujuan, ini akan melemahkan semangat belajar. Sebaliknya apabila mata pelajaran diatur sedemikian rupa dan mempunyai tujuan tertentu dan murid mempunyai pengertian yang luas, maka semangat belajar akan datang dengan sendirinya.

Belajar, tentu saja bukan sekedar penyerapan informasi. Lebih dari itu, belajar adalah proses pengaktifan informasi. Ia melibatkan upaya pengaksesan informasi dan penyimpanannya di dalam memori terdalam. Proses penyimpanan informasi merupakan satu bagian dari proses belajar. Menangkap stimuli istilah definitifnya sensasi adalah bagian proses belajar lainnya. Begitu juga, persepsi dan perhatian (dalam Mahmud 2010: 67).

(29)

berbuat sesuatu yang berhubungan dengan objek yang dihadapinya. Bagaimana seseorang dapat berhasil dalam mencapai tujuan belajar apabila sikap yang ditunjukkan selalu negatif dalam belajarnya. Selain itu terdapat pula faktor-faktor yang dapat menyebabkan keberhasilan siswa dalam proses belajarnya, salah satunya yaitu kebiasaan belajar.

Menurut Mappiare (dalam Djaali, 2008: 128) Kebiasaan belajar cenderung menguasai perilaku siswa pada setiap kali mereka melakukan kegiatan belajar. Oleh karena itu, siswa dituntut berlatih dengan ketekunan yang tinggi, merencanakan belajar dengan baik dengan mempunyai jadwal belajar yang baik dan efektif, serta melaksanakannya dengan baik, teratur, dan disiplin diri agar diperoleh hasil belajar yang baik.

(30)

Kebiasaan belajar merupakan tingkah laku yang terbentuk karena dilakukan berulang sepanjang hidup individu dan biasanya mengikuti cara atau pola tertentu, sehingga akan terbentuk kebiasaan belajar. Jadi yang dimaksud dengan kebiasaan belajar di sini adalah cara-cara belajar yang paling sering dilakukan oleh siswa dan cara atau kebiasaan belajar dapat terbentuk dari aktifitas belajar baik secara sengaja ataupun tidak sengaja. Siswa yang ingin berhasil dalam belajarnya harus mempunyai sikap dan cara belajar yang teratur dan konsisten sehingga tercipta kebiasaan belajar yang baik. Kebiasaan belajar dimulai dari bagaimana cara anak mengikuti pelajaran, cara belajar mandiri, cara belajar kelompok, cara mempelajari buku pelajaran dan cara menghadapi ujian.

(31)

bersama dengan teman sebaya. Para peserta yang mengikuti layanan bimbingan kelompok secara bersama-sama akan memperoleh berbagai masukan juga narasumber yang nantinya akan bermanfaat bagi siswa-siswa itu sendiri. Oleh karena itu, dengan pemberian layanan bimbingan kelompok ini maka diharapkan akan menghasilkan perubahan sikap dan kebiasaan belajar siswa yang sebelumnya negatif akan dapat berkurang ataupun dihilangkan dan siswa sebagai subjek akan memiliki sikap dan kebiasaan belajar.

Menurut Gerungan (2000: 155-156), pembentukan dan perubahan sikap di pengaruhi oleh faktor intern dan faktor ekstern, yaitu:

Faktor intern erat hubungannya dengan motif-motif dan sikap yang bekerja didalam diri kita waktu itu, dan yang mengarahkan minat perhatian kita terhadap obyek-obyek tertentu. Dalam faktor ekstern, sikap dapat dibentuk dan dapat diubah dalam interaksi kelompok, dimana terdapat hubungan timbal balik yang langsung antara manusia karena komunikasi, dimana terdapat pengaruh (hubungan) langsung dari satu pihak saja.

(32)

Oleh karena itu, dengan pemberian layanan bimbingan kelompok maka diharapkan akan menghasilkan perubahan bagi siswa yang memiliki sikap dan kebiasaan belajar yang negatif, setidaknya dapat membantu siswa bagaimana cara bersikap yang baik terutama dalam belajar.

Atas dasar konsepsi ini, maka alur kerangka pikir dalam penelitian ini dapat dilihat pada gambar 1.1 sebagai berikut:

Gambar 1.1 Alur Kerangka Pikir

Gambar 1.1 Siswa memiliki sikap dan kebiasaan belajar yang negatif maka peneliti mencoba meningkatkan sikap dan kebiasaan belajar dengan menggunakan layanan bimbingan kelompok. Dan peneliti berharap layanan bimbingan kelompok ini dapat meningkatkan sikap dan kebiasaan belajar pada siswa, sehingga siswa akan dapat mencapai hasil belajar yang optimal.

Sikap dan kebiasaan belajar yang negatif

Layanan Bimbingan Kelompok

(33)

D. Hipotesis

Hipotesis adalah jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian yang kebenarannya harus diuji secara empiris melalui data-data yang terkumpul.

Berdasarkan kerangka pikir yang telah dikemukakan, maka hipotesis yang dilakukan dalam penelitian ini adalah penggunaan layanan bimbingan kelompok dapat meningkatkan sikap dan kebiasaan belajar pada siswa kelas VIII di SMP Negeri 2 Lahat, Sumatera Selatan.

Berdasarkan hipotesis penelitian di atas, penulis mengajukan hipotesis statistik penelitian sebagai berikut :

Ho : Layanan bimbingan kelompok tidak dapat dipergunakan untuk meningkatkan sikap dan kebiasaan belajar yang negatif pada siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Lahat Sumatera Selatan.

(34)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Sikap dan Kebiasaan Belajar

1. Belajar

a. Pengertian Belajar

Belajar merupakan suatu perubahan dari tidak tahu menjadi tahu dari tidak bisa menjadi bisa. Kegiatan belajar merupakan proses pendidikan di sekolah. Ini berarti bahwa berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak bergantung kepada bagaimana proses belajar yang dialami oleh siswa sebagai anak didik. Belajar merupakan tugas seorang siswa, oleh karena itu seorang siswa perlu memiliki kebiasaan belajar yang baik sehingga dapat mencapai prestasi yang optimal. Kebiasaan belajar merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan belajar.

(35)

yang perlu diperiksa adalah bagaimana cara belajar yang ditempuh. Dengan memperhatikan sikap dan kebiasaan belajar siswa akan dapat diketahui siswa yang sikap dan kebiasaan belajarnya sudah memadai dan perlu dipertahankan, serta siswa yang memerlukan bantuan khusus dalam meningkatkan sikap dan kebiasaan belajarnya yang baik.

b. Proses Belajar

(36)

keraguan-keraguan makin hilang dan timbul ketetapan. Orang yang belajar makin lama makin dapat mengerti akan hubungan-hubungan dan perbedaan bahan-bahan yang dipelajari, dan setingkat dapat membuat suatu bentuk yang mula-mula belum ada, atau memperbaiki bentuk-bentuk yang telah ada. Apabila orang yang belajar maju dari tingkat yang satu ke tingkat yang lain, ia dapat mengerti dan mengartikan bahan-bahan lain yang lebih banyak dan lebih sukar ataupun lebih kompleks, dan dapat mempergunakan bahan-bahan atau pengetahuan yang telah dimiliki untuk memperoleh pengetahuan yang lain. Maka penting untuk diperhatikan bahwa perubahan itu pula merupakan suatu pertumbuhan untuk mencapai puncak kekuatan, untuk menghilangkan kekacauan.

(37)

untuk mempergunakan dan mengubah sikap (dalam mustaqim dan wahib 2010: 62).

Belajar, tentu saja buka sekedar penyerapan informasi. Lebih dari itu, belajar adalah proses pengaktifan informasi. Ia melibatkan upaya pengaksesan informasi dan penyimpanannya di dalam memori terdalam. Proses penyimpanan informasi merupakan satu bagian dari proses belajar. Menangkap stimuli istilah definitifnya sensasi adalah bagian proses belajar lainnya. Begitu juga, persepsi dan perhatian (dalam Mahmud 2010: 67).

c. Ciri-Ciri Belajar

Jika hakikat belajar adalah perubahan tingkah laku, maka ada beberapa perubahan tertentu yang dimasukkan ke dalam ciri-ciri belajar.

1. Perubahan yang Terjadi Secara Sadar

(38)

2. Perubahan dalam Belajar Bersifat Fungsional

Sebagai hasil belajar, perubahan yang terjadi dalam diri individu berlangsung terus-menerus dan tidak statis. Suatu perubahan yang terjadi akan menyebabkan perubahan berikutnya dan akan berguna bagi kehidupan ataupun proses belajar berikutnya. Misalnya, jika seorang anak belajar menulis, maka ia akan mengalami perubahan dari tidak menulis menjadi dapat menulis.

Perubahan itu berlangsung terus-menerus hingga kecakapan menulisnya menjadi lebih baik dan sempurna. Ia dapat menulis dengan kapur, dan sebagainya. Di samping itu, dengan kecakapan menulis yang telah dimilikinya ia dapat memperoleh kecakapan-kecakapan lain. Misalnya, dapat menulis surat, menyalin catatan-catatan, mengerjakan soal-soal, dan sebagainya.

3. Perubahan dalam Belajar Bersifat positif dan Aktif

(39)

karena dorongan dari dalam, tidak termasuk perubahan dalam pengertian belajar.

4. Perubahan dalam Belajar Bukan Bersifat Sementara

Perubahan yang bersifat sementara (temporer) yang terjadi hanya untuk beberapa saat saja, seperti berkeringat, keluar air mata, menangis, dan sebagainya tidak dapat digolongkan sebagai perubahan dalam pengertian belajar. Perubahan yang terjadi karena proses belajar bersifat menetap atau permanen. Ini berarti bahwa tingkah laku yang terjadi setelah belajar akan bersifat menetap. Misalnya kecakapan seorang anak dalam memainkan piano setelah belajar, tidak akan hilang, melainkan akan terus dimiliki dan bahkan makin berkembang bila terus dipergunakan atau dilatih.

5. Perubahan dalam Belajar Bertujuan atau Terarah

(40)

6. Perubahan Mencakup Seluruh Aspek Tingkah Laku

Perubahan yang diperoleh individu setelah melalui suatu proses belajar meliputi perubahan keseluruhan tingkah laku. Jika seseorang belajar sesuatu, sebagai hasilnya ia akan mengalami perubahan tingkah laku secara menyeluruh dalam sikap kebiasaan, keterampilan, pengetahuan, dan sebagainya. Misalnya, jika seorang anak telah belajar naik sepeda, maka perubahan yang paling tampak adalah dalam keterampilan naik sepeda itu. Akan tetapi, ia telah mengalami perubahan-perubahan lainnya seperti pemahaman tentang cara kerja sepeda, pengetahuan tentang jenis-jenis sepeda, pengetahuan tentang alat-alat sepeda, cita-cita untuk memiliki sepeda yang lebih bagus, kebiasaan membersihkan sepeda, dan sebagainya. Jadi, aspek perubahan yang satu berhubungan erat dengan aspek lainnya.

Demikianlah pembicaraan mengenai ciri-ciri belajar sebagai bagian yang tak terpisahkan dari kerangka pemahaman terhadap masalah belajar.

2. Pengertian Sikap Belajar

(41)

mental atau emosional seseorang terhadap sesuatu objek. Sementara itu Allport seperti dikutip oleh Gable mengemukakan bahwa sikap adalah sesuatu kesiapan mental dan saraf yang tersusun melalui pengalaman dan memberikan pengaruh langsung kepada respons individu terhadap semua objek atau situasi yang berhubungan dengan objek itu.

Definisi sikap menurut Allport ini menunjukkan bahwa sikap itu tidak muncul seketika atau dibawa lahir, tetapi disusun dan dibentuk melalui pengalaman serta memberikan pengaruh langsung kepada respons seseorang. Harlen mengemukakan bahwa sikap merupakan kesiapan atau kecenderungan seseorang untuk bertindak dalam menghadapi suatu objek atau situasi tertentu. Jadi disini makna sikap yang terpenting apabila diikuti oleh objeknya. Misalnya sikap terhadap Undang-Undang Pemilu, sikap terhadap sistem kampanye, dan lain-lain. Sikap adalah kecenderungan untuk bertindak berkenaan dengan objek tertentu. Sikap bukan tindakan nyata (overt behavior) melainkan masih bersifat tertutup (covert behavior).

a. Konsep Sikap Belajar

(42)

tujuan yang akan dicapai dan materi yang disajikan, praktik, tugas, dan persyaratan yang ditetapkan di sekolah.

Sikap belajar penting karena didasarkan atas peranan guru sebagai leader dalam proses belajar mengajar. Gaya mengajar yang diterapkan guru dalam kelas berpengaruh terhadap proses dan hasil belajar siswa. Dalam hubungan ini, Nasution menyatakan bahwa hubungan tidak baik dengan guru dapat menghalangi prestasi belajar yang tinggi. Sikap belajar bukan saja yang ditujukan kepada guru, melainkan juga kepada tujuan yang akan dicapai, materi pelajaran, tugas, dan lain-lain.

Sikap belajar siswa akan berwujud dalam bentuk perasaan senang atau tidak senang, setuju atau tidak setuju, suka atau tidak suka terhadap hal-hal tersebut. Sikap seperti itu akan berpengaruh terhadap proses dan hasil belajar yang dicapainya. Sesuatu yang menimbulkan rasa senang, cenderung untuk diulang, demikian menurut hukum belajar (law of effect) yang dikemukakan Throndike. Pengulangan ini (low of exercise) penting untuk mengukuhkan hal-hal yang telah dipelajari.

b. Peranan Sikap Belajar

(43)

sikap bukan saja ikut menentukan apa yang dilihat seseorang, melainkan juga bagaimana ia melihatnya.

Segi efektif dalam sikap merupakan sumber motif. Sikap belajar yang positif dapat disamakan dengan minat, sedangkan minat akan memperlancar jalannya pelajaran siswa yang malas, tidak mau belajar dan gagal dalam belajar, disebabkan oleh tidak adanya minat.

Berdasarkan hal-hal yang dikemukakan di atas dapat disimpulkan bahwa sikap belajar ikut berperan dalam menentukan aktivitas belajar siswa. Sikap belajar yang positif berkaitan erat dengan minat dan motivasi. Oleh karena itu, apabila faktor lainnya sama, siswa yang sikap belajarnya positif akan belajar lebih aktif dan dengan demikian akan memperoleh hasil yang lebih baik dibandingkan siswa yang sikap belajarnya negatif.

Cara mengembangkan sikap belajar yang positif:

1. Bangkitkan kebutuhan untuk menghargai keindahan, untuk mendapat penghargaan, dan sebagainya;

2. Hubungkan dengan pengalaman yang lampau;

3. Beri kesempatan untuk mendapatkan hasil yang baik;

(44)

3. Pengertian Kebiasaan Belajar

Berbagai hasil penelitian menunjukkan, bahwa hasil belajar mempunyai korelasi positif dengan kebiasaan belajar atau study habit. Witherington dalam Andi Mappiare 1983 (dalam Djaali 2008: 127-128) mengartikan kebiasaan (habit) sebagai:

An acquired way of acting which is persistent, uniform, and fairly automatic.

Kebiasaan merupakan cara bertindak yang diperoleh melalui belajar secara berulang-ulang, yang pada akhirnya menjadi menetap dan bersifat otomatis.

(45)

(prosedur) belajar yang efektif, dan efisiensi dalam mengerjakan tugas akademik dan keterampilan belajar (dalam Djaali 2008: 128).

Seseorang yang ingin berhasil dalam belajar hendaknya mempunyai sikap serta kebiasaan belajar yang baik. Kebiasaan belajar yang baik memiliki pengaruh yang paling tinggi dibanding minat, kecerdasan, pengaruh keluarga dan lain-lain. Oleh karena itu siswa harus memiliki kebiasaan belajar yang baik untuk mencapai sukses dalam belajar. Kebiasaan belajar yang baik bukan bawaan dari lahir, tetapi dapat dibentuk dan ditanamkan pada siswa sejak sedini mungkin sebelum siswa berada pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Kebiasaan merupakan cara bertindak yang diperoleh melalui belajar secara berulang-ulang, yang pada akhirnya menjadi menetap dan bersifat otomatis.

(46)

belajar dimulai dari bagaimana cara anak mengikuti pelajaran, cara belajar mandiri, cara belajar kelompok, cara mempelajari buku pelajaran dan cara menghadapi ujian.

4. Sikap dan Kebiasaan Belajar

Sikap dan kebiasaan belajar merupakan salah satu faktor yang terpenting dalam belajar. Sebagian dari hasil belajar ditentukan oleh sikap dan kebiasaan belajar yang dilakukan oleh siswa dalam belajar. Brown dan Holtzman (dalam Djaali : 2008) Mengembangkan konsep sikap belajar melalui dua aspek yaitu : Teacher Approval (TA) yang berhubungan dengan pandangan siswa terhadap guru-guru, tingkah laku mereka di kelas, dan cara mengajar. Education Acceptance (EA) yang terdiri dari penerimaan dan penolakan siswa terhadap tujuan yang akan dicapai dan materi yang akan disajikan, praktik, tugas, dan persyaratan yang ditetapkan di sekolah.

(47)

sendiri dan bantuan dari orang tua, guru serta konselor di sekolah. Hasil belajar yang baik dapat diperoleh dengan adanya sikap dan kebiasaan belajar yang baik. Usaha dari diri sendiri untuk membentuk sikap dan kebiasaana belajar yang lebih baik merupakan cara yang lebih efektif karena keinginan yang kuat menjadi motivasi yang positif bagi diri kita.

5. Pembentukan dan Perubahan Sikap

Pada dasarnya sikap bukan merupakan suatu pembawaan, melainkan hasil interaksi antara individu dengan lingkungan sehingga sikap bersifat dinamis. Pembentukan sikap sebagian besar dipengaruhi oleh pengalaman. Sikap dapat pula dinyatakan sebagai hasil belajar, karenanya sikap dapat mengalami perubahan. Sikap dapat berubah karena kondisi atau pengaruh yang diberikan. Sebagai hasil belajar sikap tidaklah terbentuk dengan sendirinya karena pembentukan sikap senantiasa akan berlangsung dalam interaksi manusia berkenaan dengan obyek tertentu (dalam Widyastuti 2014: 68).

Menurut Bimo Walgito (1980) dalam Dayakisni (2006: 117) (dalam Widyastuti 2014: 68) bahwa pembentukan dan perubahan sikap akan ditentukan oleh dua faktor yaitu:

a. Faktor Internal (Individu) yaitu cara individu dalam menanggapi dunia luarnya dengan selektif sehingga tidak semua yang datang akan diterima atau ditolak.

(48)

Sikap dapat dibentuk atau berubah. Oleh karena itu sikap seseorang tidak pernah tetap, selalu berubah dan berkembang bila mendapat pengaruh baik dari dalam maupun dari luar yang bersifat positif dan berkesan bagi dirinya. Lingkungan sosial dan kebudayaan sangat mempengaruhi proses terbentuknya sikap, seperti adat istiadat, golongan agama, norma, dan keluarga.

Gerungan (2000: 155-156) menyatakan bahwa pembentukan perubahan sikap dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu:

“faktor intern dan faktor ekstern, yaitu faktor intern erat hubungannya dengan motif dan sikap yang bekerja didalam diri kita pada waktu itu, dan yang mengarahkan minat perhatian kita terhadap obyek-obyek tertentu. Dalam faktor ekstern sikap dapat dibentuk dan dapat diubah dalam interaksi kelompok, dimana terdapat hubungan timbal balik yang langsung antar manusia. Karena komunikasi, dimana terdapat pengaruh langsung dari satu pihak saja”.

Hal terbesar yang sangat mempengaruhi dalam pembentukan perilaku seorang anak adalah keluarga. Sikap mengalami pertumbuhan serta perubahan, dalam perkembangannya sikap dipengaruhi oleh lingkungan, serta norma-norma yang mengakibatkan perbedaan sikap antara individu satu dengan lainnya.

(49)

hubungan di dalam kelompok, komunikasi surat kabar, buku, poster, radio, televisi, dan sebagainya.

6. Pembentukan Kebiasaan Belajar

Rochman Natawidjaja dan L. J. Moleogn, (1979: 20) mengemukakan asal mula terbentuknya kebiasaan itu ada dua cara:

Pertama, terjadinya adalah melalui kecenderungan orang mengikuti upaya yang kurang hambatannya. Maksudnya, pada mulanya seseorang melakukan sesuatu maka hal itu dilakukannya menurut suatu cara tertentu karena cara itu adalah cara yang termudah dan tidak mengalami suatu gangguan.

Kedua, melalui suatu tindakan dengan sengaja dan hati-hati untuk membentuk pola reaksi secara otomatis. Hal itu terjadi apabila seseorang dengan sengaja mengganti kebiasaan lama dengan suatu kebiasaan yang baru.

Pembentukan kebiasaan belajar harus dimulai sejak dini kepada seorang siswa. Hal ini dimaksudkan agar siswa merasa terbiasa melakukan kegiatan belajar dalam kesehariannya. Menurut Sumadi Suryabrata, (2006: 85) ada cara-cara membentuk kebiasaan belajar yang baik, yaitu:

a. Penyusunan jadwal belajar yang baik b. Kontinuitas dalam belajar

c. Belajar mandiri diluar jam pelajaran sekolah

d. Mengalokasikan waktu belajar untuk mempersiapkan materi pelajaran

e. Menyediakan waktu belajar untuk mengulangi materi yang telah didapat di sekolah.

(50)

dikondisikan dan dibentuk melalui pengalaman, latihan dan belajar, yang dilakukan secara terus-menerus, berkesinambungan dalam suasana pembelajaran. Dalam pembentukan kebiasaan-kebiasaan dengan melalui pembelajaran ini individu akan dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain faktor luar individu (eksternal) dan faktor dalam individu itu sendiri (interen).

Sejalan dengan yang diungkapkan Syamsu Yusuf (2006) bahwa kebiasaan belajar dapat dipengaruhi oleh faktor interen dan eksteren dan dapat dikembangkan melalui latihan, pemahaman, perasaan, dan keyakinan tentang manfaat belajar.

Sularti (2008) mengemukakan faktor dari luar dan dari dalam individu yang mempengaruhi pembentukan dan perubahan kebiasaan belajar adalah sebagai berikut:

Faktor dari luar individu: sikap guru, keadaan ekonomi orangtua, kasih sayang dan perhatian orangtua.

Faktor dari dalam individu: minat, motivasi dan cita-cita. Pengendalian diri dan emosi. Kelemahan fisik, panca indra dan kecacatan lainnya. Serta kelemahan mental, seperti kecerdasan/intelegensi dan bakat khusus.

7. Pengembangan Sikap dan Kebiasaan Belajar yang Baik

(51)

baik, maka dikhawatirkan siswa yang bersangkutan tidak akan mencapai hasil belajar yang baik, karena hasil belajar yang baik itu diperoleh melalui usaha atau bahkan perjuangan yang keras. Sikap dan kebiasaan belajar yang baik tidak tumbuh secara kebetulan, melainkan seringkali perlu ditumbuhkan melalui bantuan yang terencana, terutama oleh guru-guru konselor dan orang tua siswa. Prayitno dkk (1994:286-287) memberikan saran tentang sikap dan kebiasaan belajar yang baik seperti:

1. Menemukan motif-motif yang tepat dalam belajar. 2. Memelihara kondisi kesehatan yang baik.

3. Mengatur waktu belajar, baik disekolah maupun di rumah. 4. Memilih tempat belajar yang baik.

5. Belajar dengan menggunakan sumber belajar yang kaya, seperti buku-buku teks dan referensi lainnya.

6. Membaca secara baik dan sesuai dengan kebutuhan, misalnya, kapan membaca secara garis besar, kapan secara terinci, dan sebagainya.

7. Tidak segan-segan bertanya untuk hal-hal yang tidak diketahui kepada guru, teman, atau siapapun juga.

(52)

B. Bimbingan Kelompok

1. Pengertian Bimbingan Kelompok

Menurut Winkel ( 2004: 71), bimbingan adalah proses membantu orang perorang dalam memahami dirinya sendiri dan lingkungannya, selanjutnya dinyatakan bahwa kelompok terbentuk melalui berkumpulnya sejumlah orang. Sedangkan menurut Prayitno, (1995: 61) bimbingan kelompok diartikan sebagai upaya untuk membimbing kelompok-kelompok siswa agar kelompok itu menjadi besar, kuat, dan mandiri, dengan memanfaatkan dinamika kelompok untuk mencapai tujuan-tujuan dalan bimbingan dan konseling.

Sedangkan menurut Prayitno (2004:309) menjelaskan bahwa bimbingan kelompok di sekolah merupakan kegiatan informasi kepada sekelompok siswa untuk membantu mereka menyusun rencana dan keputusan yang tepat. Prayitno juga mengatakan syarat-syarat pembentukan kelompok terdiri atas 8-10 orang, sehingga secara aktif mengembangkan dinamika kelompok.

(53)

2. Tujuan Bimbingan Kelompok

Ada dua tujuan bimbingan kelompok, yaitu: a) Tujuan Umum

Prayitno (2004:2) mengatakan bahwa tujuan umum layanan bimbingan kelompok adalah berkembangnya kemampuan sosialisasi siswa, khususnya kemampuan komunikasi peserta layanan. Suasana kelompok yang berkembang dalam bimbingan kelompok itu dapat merupakan wahana dimana masing-masing siswa dapat memanfaatkan semua informasi, tanggapan dan berbagai reaksi teman-temannya untuk kepentingan pemecahan masalah-masalah yang dihadapinya. Selain itu juga, layanan bimbingan kelompok bertujuan untuk mengembangkan pribadi masing-masing anggota dalam suasana yang ada di dalam kelompok.

Maka dapat disimpulkan bahwa tujuan umum bimbingan kelompok adalah membantu mengembangkan kemampuan sosialisasi dalam diri anggota melalui suasana yang ada didalam kelompok.

b) Tujuan Khusus

(54)

yang lebih efektif. Dalam hal inikemampuan berkomunikasi, verbal maupun non verbal juga ditingkatkan.

Maka dapat dapat disimpulkan bahwa tujuan khusus bimbingan kelompok adalah menbantu mengembangkan siswa agar memiliki sikap yang positif dan membantu mengembangkan keterampilan dalam hal mengharagai orang lain. Seperti menahan dan mengendalikan diri, menghargai pendapat orang lain, dan sebagainya.

3. Asas–Asas Bimbingan Kelompok

1. Asas Kerahasiaan, yaitu para anggota harus menyimpan dan merahasiakan informasi apa yang dibahas dalam kelompok, terutama hal-hal yang tidak layak diketahui orang lain.

2. Asas Keterbukaan, yaitu para anggota bebas dan terbuka mengemukakan pendapat, ide, saran, tentang apa saja yang yang dirasakan dan dipikirkannya tanpa adanya rasa malu dan ragu-ragu.

3. Asas Kesukarelaan, yaitu semua anggota dapat menampilkan diri secara spontan tanpa malu atau dipaksa oleh teman lain atu pemimpin kelompok.

4. Asas Kenormatifan, yaitu semua yang dibicarakan dalam kelompok tidak boleh bertentangan dengan norma-norma dan kebiasaan yang berlaku.

(55)

Dapat disimpulkan bahwa bimbingan kelompok terdapat asas-asas yang diperlukan untuk memperlancar pelaksanaan dan lebih menjamin keberhasilan kegiatan bimbingan kelompok sehingga mencapai tujuan yang diharapkan. Dimana dinamika kelompok yang diciptakan dalam bimbingan kelompok sangat penting sebagai jiwa yang menghidupkan kelompok, dimana setiap anggota kelompok berpartisipasi aktif dalam kegiatan, bersikap terbuka dan sukarela dalam mengemukakan pendapat, menjunjung tinggi kerahasiaan tentang yang dibicarakan dalam kelompok, dan bertindak sesuai dengan aturan yang telah disepakati.

2. TeknikTeknik Pelaksanaan Bimbingan Kelompok

Untuk lebih mempermudah mencapai tujuan yang diharapkan, maka seorang konselor harus bisa dan mengerti teknik-teknik yang dapat digunakan dalam pelaksanaan bimbingan kelompok. Menurut Prayitno (2004;27) mengemukakan ada dua teknik dalam kegiatan bimbingan kelompok pengembangan dinamika kelompok dan permainan kelompok.

a) Teknik Umum : Pengembangan Dinamika Kelompok

Secara umum, teknik-teknik yang digunakan oleh pemimpin kelompok dalam menyelenggarakan layanan bimbingan kelompok mengacu kepada berkembangnya dinamika kelompok yang diikuti oleh seluruh anggota kelompok, dalam rangka mencapai tujuan layanan. Prayitno (2004:27) menyatakan teknik-teknik ini secara garis besar meliputi:

1) Komunikasi multi arah secara efektif dinamis dan terbuka

2) Pemberian rangsangan untuk menimbulkan inisiatif dalam pembahasan, diskusi, analisis, pengembangan argumentasi

(56)

4) Penjelasan, pendalaman, dan pemberian contoh untuk lebih memantapkan analisis, argumentasi dan pembahasan

5) Pelatihan untuk membentuk pola tingkah laku (baru) yang dikehendaki

b) Permainan Kelompok

Penyelenggaraan bimbingan kelompok seringkali dilakukan permainan kelompok, baik sebagai selingan maupun sebagai wahana yang memuat materi pembinaan tertentu. Prayitno (2004:27) mengemukakan bahwa permainan kelompok yang efektif bercirikan: (1) sederhana, (2) menggembirakan, (3) menimbulkan suasana rileks dan tidak melelahkan, (4) meningkatkan keakraban, dan (5) diikuti oleh semua anggota kelompok.

Penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa bimbingan kelompok memiliki dua teknik yang digunakan. Yaitu, pengembangan dinamika kelompok yang bertujuan untuk mengembangkan kemampuan anggota kelompok dalam berkomunikasi satu sama lain dan serta dapat menghargai pendapat anggota kelompok. Selanjutnya adalah permainan kelompok, dimana bertujuan untuk membuat suasana yang menggembirkan didalam melaksanakan kegiatan bimbingan kelompok.

3. Materi Layanan Bimbingan Kelompok

Menurut Prayitno (1995:187) mengemukakan materi umum yang dapat dibahas dalam bimbingan kelompok yaitu mencakup:

a) Pemahaman dan pemantapan kehidupan keberagaman, dan hidup sehat. b) Pemahaman penerimaan diri sendiri dan orang lain sebagaimana

(57)

c) Pemahaman tentang emosi, prasangka, konflik, dan peristiwa yang terjadi di masyarakat, serta pengendaliannya / pemecahannya.

d) Pengaturan dan penggunaan waktu secara efektif.

e) Pemahaman tentang adanya berbagai alternatif pengambilan keputusan dan berbagai konsekuensinya.

f) Pengembangan sikap dan kebiasaan belajar g) Pengembangan hubungan sosial yang efektif h) Pemahaman tentang dunia kerja

i) Pemahaman tentang pilihan dan persiapan memasuki jurusan dan pendidikan lanjut.

j) Pemahaman tentang hubungan muda-mudi dan kehidupan berkeluarga. Prayitno (1995:189) mengungkapkan materi layanan bimbingan kelompok dalam bidang bimbingan belajar diantaranya :

a) Motivasi dan tujuan belajar dan latihan b) Sikap dan kebiasaan belajar

c) Pengembangan keterampilan teknis belajar

d) Kegiatan disiplin belajar serta berlatih secara efektif,efisien, dan produktif

e) Penguasaan materi pelajaran dan latihan / keterampilan

f) Pengenalan dan pemanfaatan kondisi fisik,sosisal, dan budaya disekolah dan lingkungan sekitar.

Berdasarkan pernyataan diatas banyak sekali materi materi yang terdapat dalam bimbingan kelompok. Materi yang dipilih dalam kegiatan bimbingan kelompok sebaiknya disepakati untuk dibahas dalam kegiatan bimbingan kelompok. Agar kegiatan bimbingan kelompok tidak melebar ke permasalahan yang lain.

4. Tahapan Tahapan Pelaksanaan Bimbingan Kelompok

(58)

a. Tahap Pembentukan

Tahap ini merupakan tahap pengenalan, tahap pelibatan diri atau tahap memasukkan diri kedalam kehidupan suatu kelompok. Pada tahap ini pada umumnya para anggota saling memperkenalkan diri dan juga mengungkapkan tujuan ataupun harapan-harapan masing-masing anggota. Pemimpin kelompok menjelaskan cara-cara dan asas-asas kegiatan bimbingan kelompok. Selanjutnya pemimpin kelompok mengadakan permainan untuk mengakrabkan masing-masing anggota sehingga menunjukkan sikap hangat, tulus dan penuh empati.

Gambar 2.1. Tahap pembentukan dalam bimbingan kelompok

Tema : 1. Pengenalan

2. Pelibatan diri 3. Pemasukan diri

Tujuan :

1. Anggota memahami pengertian dan kegiatan kelompok dalam rangka bimbingan dan konseling

2. Tumbuhnya suasana kelompok

3. Tumbuhnya minat anggota

mengikuti kegiatan kelompok

4. Tumbuhnya saling mengenal,

percaya, menerima, dan membantu diantar para anggota

5. Tumbuhnya suasana bebas dan terbuka

6. Dimulainya pembatasan tingkah

laku dan perasaan dalam kelompok

Kegiatan :

1. Mengungkapkan pengertian dan

tujuan bimbingan kelompok

dalam rangka pelayanan

bimbingan dan konseling

2. Menjelaskan cara-cara dan asas-asas kegiatan kelompok

3. Saling memperkenalkan dan

mengungkapkan diri 4. Teknik khusus

5. Permainan pengakraban

PERANAN PEMIMPIN KELOMPOK 1. Menampilkan diri secara utuh dan terbuka

2. Menampilkan penghormatan kepada orang lain, hangat, bersedia membantu, dan penuh empati

3. Sebagai contoh

(59)

b. Tahap Peralihan

Sebelum melangkah lebih lanjut ke tahap kegiatan kelompok yang sebenarnya, pemimpin kelompok menjelaskan apa yang akan dilakukan oleh anggota kelompok pada tahap kegiatan lebih lanjut dalam kegiatan kelompok. Pemimpin kelompok menjelaskan peranan anggota kelompok dalam kegiatan, kemudian menawarkan atau mengamati apakah para anggota sudah siap menjalani kegiatan pada tahap selanjutnya. Tahap kedua merupakan “jembatan” antara tahap pertama dan ketiga. Beberapa hal pokok yang telah diuraikan pada tahap pertama seperti tujuan dan asas-asas kegiatan kelompok ditegaskan dan dimantapkan kembali, sehingga anggota kelompok telah benar benar siap melaksanakan tahap bimbingan kelompok selanjutnya,

Gambar 2.3. Tahap peralihan dalam bimbingan kelompok

Gambar 2.2. Tahap peralihan dalam bimbingan kelompok TAHAP II

PERALIHAN

Tema : Pembangunan jembatan antara tahap pertama dan ketiga Tujuan :

1. Terbebaskannya anggota dari

perasaan atau sikap enggan, ragu, malu atau tidak saling percaya untuk memasuki tahap berikutnya

2. Semakin mantapnya suasana

kelompok dan kebersamaan

3. Semakin mantapnya minat untuk ikut serta dalam kegiatan kelompok

Kegiatan :

1. Menjelaskan kegiatan yang akan ditempuh pada tahap berikutnya 2. Mengamati apakah anggota sudah

siap menjalani kegiatan pada tahap selanjutnya (tahap ketiga)

3. Membahas suasana yang terjadi

4. Meningkatkan kemampuan

kesukarelaan anggota

5. Jika diperlukan dapat kembali

kebeberapa aspek pada tahap

pertama

PERANAN PEMIMPIN KELOMPOK

1. Menerima suasana yang ada secara sabar dan terbuka

2. Tidak mempergunakan cara-cara yang bersifat langsung atau mengambil 3. alih kekuasaannya

(60)

c. Tahap Kegiatan

Tahap ini merupakan kehidupan yang sebenarnya dari kelompok. Namun, kelangsungan kegiatan kelompok pada tahap ini amat tergantung pada hasil dari dua tahap sebelumnya. Jika dua tahap sebelumnya berhasil dengan baik, maka tahap ketiga itu akan berhasil dengan lancar. Pemimpin kelompok dapat lebih santai dan membiarkan para anggota sendiri yang melakukan kegiatan tanpa banyak campur tangan dari pemimpin kelompok.

(61)

dahulu; kemudian anggota membahas topik secara mendalam dan tuntas, serta diakhiri kegiatan permaianan.

TAHAP III KEGIATAN (kelompok tugas)

Tema : Kegiatan pencapaian tujuan (penyelesaian tugas)

Tujuan :

1. Terbahasnya suatu masalah yang

relevan dengan kehidupan anggota secara mendalam dan tuntas.

2. Ikut sertanya seluruh anggota secara aktif dan dinamis dalam pembahasan, baik yang menyangkut unsur-unsur

tingkah laku, pemikiran ataupun

perasaan.

Kegiatan :

1. Pemimpin kelompok mengemukakan topik yaitu sikap dan kebiasaan belajar, cara belajar efektif, dan manajemen waktu.

2. Tanya jawab antara anggota dan

pemimpin kelompok tentang hal-hal yang belum jelas yang menyangkut topik yang dikemukakan pimpinan kelompok.

3. Anggota membahas topik secara

mendalam dan tuntas. 4. Kegiatan selingan.

PERANAN PEMIMPIN KELOMPOK 1. Sebagai pengatur lalu lintas yang sabar dan terbuka 2. Aktif tetapi tidak banyak bicara

Gambar 2.3. Tahap kegiatan dalam bimbingan kelompok

d. Tahap Pengakhiran

(62)

dilanjutkan kapan dan dimana tempat bertemu kembali untuk melakukan kegiatan ini.

Gambar 2.4. Tahap pengakhiran dalam bimbingan kelompok Tema : Penilaian dan tindak lanjut

TAHAP IV PENGAKHIRAN

Tema : Penilaian dan tindak lanjut

Tujuan :

1. Tahap mengusahakan suasana hangat, bebas, dan terbuka

2. Memberikan pernyataaan dan mengungkapkan terima kasih atas kesukarelaan anggota

(63)

C. Penggunaan Layanan Bimbingan Kelompok Untuk Meningkatkan Sikap dan Kebiasaan Belajar

Belajar merupakan tugas seorang siswa, oleh karena itu seorang siswa perlu memiliki kebiasaan belajar yang baik sehingga dapat mencapai prestasi yang optimal. Kebiasaan belajar merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan belajar, tetapi pada kenyataannya terdapat siswa yang memiliki sikap dan kebiasaan belajar yang negatif, seperti: malas, tidak semangat dalam belajar, ribut disaat belajar, serta suka mencontek pekerjaan teman. Apabila tidak segera ditindak lanjuti, maka siswa yang memiliki sikap dan kebiasaan belajar yang negatif tersebut dikhawatirkan tidak mencapai hasil belajar yang baik, karena hasil belajar yang baik itu diperoleh melalui usaha atau bahkan perjuangan yang keras yang tidak bisa didapat dalam kurun waktu yang hanya sebentar saja. Maksudnya adalah sikap merupakan kecenderungan perilaku yang berasal dari dalam diri seseorang untuk berbuat sesuatu yang berhubungan dengan obyek yang dihadapinya. Bagaimana seseorang dapat berhasil dalam mencapai tujuan belajar apabila sikap yang ditunjukkan selalu negatif dalam belajarnya.

(64)

Salah satu layanan bimbingan dan konseling yang dapat digunakan dalam meningkatkan sikap dan kebiasaan belajar yang baik pada siswa di sekolah adalah teknik layanan bimbingan kelompok.

Prayitno (1995: 178) mengungkapkan bahwa:

Bimbingan kelompok adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh sekelompok orang dengan memanfaatkan dinamika kelompok. Maksudnya semua peserta kegiatan kelompok saling berinteraksi, bekerjasama, bebas mengeluarkan pendapat, menanggapi, memberi saran, dan lain-lain serta apa yang dibicarakan akan bermanfaat bagi setiap anggota kelompok. Bimbingan kelompok terlaksana apabila topik yang dibicarakan adalah berupa topik umum.

Bimbingan kelompok bermaksud memanfaatkan dinamika kelompok sebagai media dalam upaya membimbing individu-individu yang memerlukan. Dalam dinamika kelompok yang diisi dengan bimbingan, diharapkan klien tersebut dapat memperkembangkan diri kearah pemecahan masalah yang dihadapinya.

Menurut Hartinah (2009), salah satu materi umum layanan bimbingan kelompok yaitu mengenai pengembangan sikap dan kebiasaan belajar, yaitu: ”pengembangan sikap dan kebiasaan belajar, pemahaman hasil

belajar dan cara-cara penanggulangannya termasuk EBTA, EBTANAS, UMPT, SPMB”.

(65)

salah satu materi yang dapat diberikan adalah mengenai pengembangan sikap dan kebiasaan belajar pada siswa. Melalui kegiatan tersebut, siswa diharapkan mampu mengembangkan sikap dan kebiasaan belajarnya yang baik sehingga nantinya akan memperoleh hasil belajar yang optimal.

(66)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Peneliti melakukan penelitian di SMP Negeri 2 Lahat, Sumatera Selatan. Waktu penelitian dilaksanakan pada tahun pelajaran 2015/2016.

B. Metode Penelitian

(67)

penelitian eksperimen ini adalah Pre-eksperimental design. Dikatakan Pre-eksperimental design karena desain ini belum merupakan eksperimen sungguh-sungguh karena masih terdapat variabel luar yang ikut berpengaruh terhadap terbentuknya variable dependen. Bentuk desain penelitian Pre-eksperimental design yang digunakan adalah desain eksperimen kelompok tunggal atau One Group Pretest-Posttest Design. Basrowi, (2006:428) menyatakan bahwa desain ini merupakan eksperimen yang dilaksanakan pada satu kelompok saja tanpa kelompok kontrol, namun sebelum dilakukan eksperimen diberikan pretest. Berkaitan dengan desain penelitian eksperimen kelompok tunggal yaitu menggunakan desain O1 X O2. Pelaksanaan eksperimen dengan desain ini dilakukan dengan

memberikan perlakuan (X) terhadap satu kelompok, yaitu kelompok eksperimen. Sebelum diberi perlakuan, kelompok tersebut diberi pretest (O1) dan setelahnya diberi posttest (O2). Hasil kedua test itu dibandingkan,

untuk menguji apakah perlakuan memberi pengaruh kepada kelompok tersebut.

Secara bagan desain kelompok tunggal pretest-posttest dapat dilihat dalam gambar berikut:

O1 X O2

Gambar 3.1. One Group Pretest-Posttest Design Keterangan:

O1 : Pengukuran sikap dan kebiasaan belajar siswa menggunakan

(68)

X : Perlakuan/treatment (layanan bimbingan kelompok) yang diberikan kepada siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Lahat yang memiliki sikap dan kebiasaan negatif.

O2 : Pengukuran sikap dan kebiasaan siswa menggunakan PSKB

setelah diberikan bimbingan kelompok. Yaitu melihat peningkatan sikap dan kebiasaan belajar siswa setelah diberikan layanan bimbingan kelompok.

C. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

1. Variabel Penelitian

Menurut Sugiyono (2014: 38) variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya. Penelitian ini di laksanakan oleh 2 variabel. Yaitu :

a. Variabel bebas

Variabel bebas dalam penelitian ini yaitu layanan bimbingan kelompok.

b. Variabel Terikat

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah sikap dan kebiasaan belajar yang negatif.

2. Definisi Operasional

(69)

a. Sikap dan Kebiasaan Belajar yang Negatif

Sikap dan kebiasaan belajar yang negatif adalah perilaku subjek yang dilakukan secara berulang-ulang dan otomatis dalam belajarnya yang dilakukan dengan sengaja dan sifatnya bertentangan dengan perbuatan/sikap sebagaimana diharapkan dari padanya oleh orang lain yang menetap pada subyek tersebut, meliputi aspek Delay Avoidance (Menghindari keterlambatan), Work Methods (Metode Kerja), Teacher Approval (Hubungan dengan Guru), Education Acceptance (Penerimaan Pendidikan).

b. Bimbingan Kelompok

Bahwa bimbingan kelompok dapat diartikan suatu upaya pemberian bantuan kepada siswa melalui kelompok dengan bertukar informasi serta membantu individu dalam mengambil keputusan yang tepat, yang di laksanakan dalam kegiatan kelompok dan suatu bantuan yang diberikan konselor kepada siswa dengan tujuan mengembangkan potensi siswa.

D. Subjek Penelitian

(70)

semuanya adalah siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Lahat Tahun Pelajaran 2015/2016. Dalam penelitian ini, pengambilan subjek yang digunakan adalah teknik purposive sampling. Teknik ini dilakukan dengan cara mengambil subjek buka didasarkan atas strata, random atau daerah tetapi didasarkan atas adanya kriteria tertentu. Menurut Sujarweni (2012: 16) “ sampling purposive adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan atau kriteria-kriteria tertentu.

Tabel 3.2. Data siswa SMP Negeri 2 Lahat Sumatera Selatan yang memiliki sikap dan kebiasaan negatif

No. Nama Kelas Skor Kategori

1 Adrian Dwi Wahyudi VIII 65 Rendah

2 Anggraini Pianhar VIII 63 Rendah

3 Berly Revaldi VIII 66 Rendah

4 Della Monika VIII 80 Sedang

5 Ego Fernando VIII 75 Sedang

6 Gilang Weli Pratama VIII 50 Rendah

7 Hesti Sephia Wahyuni VIII 56 Rendah

8 M. Rendi Adi Sastra D VIII 78 Sedang

9 Selvi VIII 60 Rendah

(71)

E. Metode Pengumpulan Data

DPM (Daftar Pengungkap Masalah) PSKB

Proses pengumpulan data selalu terjadi dalam suatu penelitian yang berfungsi untuk memperoleh data yang sejelas-jelasnya. Pada penelitian ini, peneliti akan menggunakan angket PSKB (Pengungkapan Sikap dan Kebiasaan Belajar) yang lebih kurang tiga puluh tahun terakhir ini, instrumen yang dipakai untuk mengungkapkan masalah belajar, khususnya dalam kaitannya dengan pelayanan Bimbingan dan Konseling, di Indonesia pada umumnya adalah terjemahan atau adaptasi dari Survey of Study Habits and Attitutes (SSHA) yang dikembangkan oleh Brown dan Holtzman sejak tahun 1953. Ada tiga bentuk (format) SSHA yaitu bentuk SLTP, SLTA, dan Perguruan Tinggi.

Dengan 75 buah item masing-masing, SSHA memuat masalah belajar yang dikelompokkan ke dalam tiga bidang, yaitu:

a. Metode belajar b. Motivasi belajar, dan

c. Sikap-sikap tertentu terhadap kegiatan sekolah atau kampus.

(72)

masalah belajar. Alat ini dikenal dengan nama Pengungkapan Sikap dan Kebiasaan Belajar disingkat PSKB. Alat ini diperbanyak oleh Program Studi Bimbingan dan Konseling Jurusan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung: 1985. Tujuan pengungkapan ini adalah untuk mendapatkan gambaran tentang sikap dan kebiasaan belajar yang berguna untuk membantu siswa dalam mengembangkan sikap dan kebiasaan belajar yang baik.

PSKB (Pengungkapan Sikap dan Kebiasaan Belajar) ini terdapat seratus butir pernyataan yang berisikan sikap-sikap dan kebiasaan belajar, seratus butir pernyataan tersebut terbagi atas empat aspek penilaian, yaitu:

1.) Delay avoidance (menghindari keterlambatan) yaitu kecepatan dan ketepatan melengkapi tugas-tugas akademis.

2.) Work Methods (metode kerja), yaitu penggunaan prosedur belajar aktif, ketangkasan di dalam mengerjakan atau melakukan tugas-tugas akademik dan belajar keterampilan.

3.) Teacher approval(hubungan dengan guru), yaitu pendapat terhadap guru, dan sikap atau kelakuan di dalam kelas.

(73)

5.) Setiap pernyataan disediakan lima buah pilihan yaitu: jarang (0 s.d 15%), kadang-kadang (16 s.d 35%), sering (36 s.d 65%), pada umumnya (66 s.d 85%, dan selalu (86 s.d 100%).

Tabel 3.3 Kriteria bobot nilai

Pernyataan Jarang Kadang-kadang Sering Pada Umumnya

Selalu

Favorable 2 1 0 1 2

Unfavorable 2 1 0 1 2

Setiap pernyataan disediakan lima buah pilihan yaitu: jarang, kadang-kadang, sering, pada umumnya, dan selalu. Sedangkan pengkategorian skor angket, peneliti membagi 3 kategori yaitu tinggi, sedang, rendah. Untuk mengkategorikannya, terlebih dahulu ditentukan besarnya interval dengan rumus yang diungkapkan oleh Hadi (1986: 12) sebagai berikut:

i= Keterangan:

i : interval NT: nilai tertinggi NR: nilai terendah K : jumlah kategori

I =

=

( ) ( )

=

= 67

(74)

Tabel 3.4 Kriteria sikap dan kebiasaan belajar siswa

Interval Kategori

135 s.d 200 Tinggi

68 s.d 133 Sedang

0 s.d 66 Rendah

Kriteria ini diperoleh berdasarkan penyebaran angket PSKB dan digunakan untuk menentukan subyek penelitian dan mengukur sikap dan kebiasaan belajar subyek sebelum dan sesudah perlakuan bimbingan kelompok.

F. Teknik Analisis Data

Analisis data merupakan salah satu langkah yang sangat penting dalam kegiatan penelitian. Dengan analisis data maka dapat membuktikan hipotesis. Sugiyono (2014) menyatakan bahwa penelitian eksperimen bertujuan untuk mengetahui dampak dari suatuperlakuan, yaitu mencoba sesuatu lalu dicermati akibat dari perlakuan tersebut.

(75)

Penelitian ini akan mengujiPrstestdan posttest. Dengan demikian peneliti dapat melihat perbedaan nilai antara pretest dan posttest melalui uji Wilcoxon ini. Dalam pelaksanaan uji Wilcoxon untuk menganalisis kedua data yang berpasangan tersebut, dilakukan dengan menggunakan analisis uji melalui program SPSS(Statistical Package for Social Science)16.

Adapun rumus ujiWilcoxonini adalah sebagai berikut (Sudjana, 2002:96):

Z= ( )

( )( )

Keterangan : Z : UjiWilcoxon

T : Total Jenjang (selisih) terkecil antara nilaipretestdanposttest N : Jumlah data sampel

Kaidah keputusan:

Jika statistik hitung (angka z output) > statistik tabel (tabel z), maka H0 diterima (dengan taraf signifikansi 5%)

Jika statistik hitung (angka z output) < statsitik tabel (tabel z), maka H0 ditolak (dengan taraf signifikansi 5%).

Gambar

Gambar 1.1 Alur Kerangka Pikir
Gambar 2.1. Tahap pembentukan dalam bimbingan kelompok
Gambar 2.3. Tahap peralihan dalam bimbingan kelompokMenerima suasana yang ada secara sabar dan terbuka
Gambar 2.3. Tahap kegiatan dalam bimbingan kelompok
+5

Referensi

Dokumen terkait

Adapun tujuan penulisan ilmiah ini adalah untuk mengetahui besarnya selisih biaya tenaga kerja langsung yang terjadi dalam perusahaan dan untuk mengetahui faktor-faktor

WIB Perkemahan HUT Ke-56 Gerakan Pramuka Tahun 2017 Tingkat Kwarran Cibalong Kwarcab Garut, diadakan berbagai macan aneka Lomba Keterampilan Kepramukaan ini

Dalam Pedoman Observasi: Proses pembelajaran yang menjadi amatan yaitu : (1) Memaparkan tujuan pembelajaran pengertian Rasul Ulul Azmi sehingga menumbuhkan minat

Pelaksaanaan pendidikan karakter diantaranya berupa Tujuan Pendidikan Karakter sudah sesuai dengan misi maupun tujuan TK Negeri Pembina Kabupaten Pemalang yaitu

alat penangkap ikan. Cara ini hanya menyebabkan kerusakan yang lebih parah terhadap pertumbuhan terumbu karang sehingga mengancam kelangsungan fungsi ekosistem ini untuk

proses penilaian adalah informasi mengenai miskonsepsi yang dialami siswa. 2) dalam jurnalnya mendefinisikan miskonsepsi.. sebagai konsep yang berbeda dari sudut pandang

menjaring sikap peduli lingkungan siswa dilakukan dengan memberikan skala sikap peduli lingkungan siswa. Setelah melakukan pretest kedua kelompok subjek mendapatkan

Guru memegang peranan penting terhadap proses belajar peserta didik melalui pembelajaran yang dikelolanya. Untuk itu guru perlu menciptakan kondisi yang