• Tidak ada hasil yang ditemukan

Diplomasi kebudayaan jepang di Indonesia melalui The Japan Foundation tahun 2003-2011

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Diplomasi kebudayaan jepang di Indonesia melalui The Japan Foundation tahun 2003-2011"

Copied!
97
0
0

Teks penuh

(1)

TAHUN 2003-2011

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Syarat-Syarat Mencapai Gelar Sarjana Ilmu Sosial

oleh:

IYUL YANTI

NIM. 106083003761

PROGRAM STUDI HUBUNGAN INTERNASIONAL

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

(2)

TAHUN 2003-2011

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Ilmu Sosial

oleh:

IYUL YANTI

NIM. 106083003761

Menyetujui,

Pembimbing Penasehat Akademik

Kiky Rizky, M.Si Nazaruddin Nasution,SH, MA. NIP. 197303212008011002 NIP. 020001548

PROGRAM STUDI HUBUNGAN INTERNASIONAL

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

(3)

Dengan ini saya menyatakan bahwa :

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 20 Februari 2012

(4)

Japan Foundation Tahun 2003-2011 telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada 20 Maret 2012. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Sosial (S.sos) pada Program Studi Hubungan Internasional.

Jakarta, 09 April2012

Sidang Munaqasyah

Ketua Jurusan, Sekertaris Jurusan,

Dina Afrianty, Ph.D Agus Nilmada Azmi, S.Ag, M.Si

NIP. 197304141999032002 NIP. 197808042009121002

Pembimbing,

Kiky Rizky, M.Si

NIP. 197303212008011002

Penguji I Penguji II

Dina Afrianty, Ph.D M.Adian Firnas, S.IP, M.Si

(5)

iv Melalui The Japan Foundation tahun 2003-2011”. Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui tujuan Jepang mendirikan The

Japan Foundation dan perannya di Indonesia sebagai diplomasi kebudayaan.

Dalam berbagai bentuk kerjasama yang dilakukan adalah eksebisi, pameran kebudayaan, pertukaran pelajar dan pertukaran intelektual. Peran the Japan

Foundation di Indonesia adalah sebagai media pertukaran organisasi antara

Jepang dan Indonesia. The Japan Foundation adalah sebuah lembaga yang didirikan oleh pemerintah Jepang sebagai organisasi mitra kerja yang didirikan pada tahun 1972 di bawah Kementrian Luar Negeri Jepang. Pada tahun 2003 the

Japan Foundation mengalami perubahan struktur menjadi lembaga administratif

independen yang diharapkan akan lebih mandiri dalam melaksanakan kegiatannya dan lebih mudah berkonsentrasi untuk tujuan pertukaran kebudayaan Jepang dengan negara-negara lain. Didirikannya the Japan Foundation di Indonesia dilatarbelakangi adanya peristiwa Malari (Malapetaka Lima Belas Januari) pada tahun 1974, yaitu Jepang dinilai sebagai negara yang telah mendominasi perekonomian Indonesia. Peristiwa tersebut menjadi puncak kemarahan mahasiswa terhadap roda pemerintahan Soeharto yang dinilai telah merugikan masyarakat karena banyaknya investasi asing khususnya Jepang yang masuk ke Indonesia, sehingga pasar Indonesia didominasi oleh produk-produk Jepang. Oleh karena itu, Jepang memperbaiki hubungan dengan Indonesia salah satunya dalam bidang sosial budaya melalui the Japan Foundation.

Keberhasilan Jepang dalam melakukan diplomasi kebudayaan di Indonesia dapat dilihat dari respon masyarakat yang ingin mengenal kebudayaan Jepang lebih jauh dan peminat bahasa Jepang yang terus meningkat, pada tahun 2006 di Indonesia tercatat sekitar 272.000 orang yang mempelajari bahasa Jepang, kemudian berbagai kegiatan eksebisi yang dilakukan Jepang melalui the Japan

Foundation Jakarta. Saat ini hubungan Jepang-Indonesia dinilai baik, dan

keberadaan the Japan Foundation Jakarta tidak menimbulkan kekhawatiran bagi masyarakat Indonesia hingga saat ini.

Skripsi ini menggunakan konsep diplomasi dalam bentuk second track

diplomacy, diplomasi kebudayaan menurut Martin Wight dan Winston Churchil,

politik luar negeri oleh J.R Childs dan kepentingan nasional menurut K.J Holsti dan Hans J. Morgenthau. Jenis penelitian ini adalah deskriptif analisis yang menggunakan data berupa data primer seperti wawancara dengan narasumber pada the Japan Foundation Indonesia. Sementara data sekunder berupa studi kepustakaan, didapat melalui buku-buku, jurnal, majalah, dan jaringan internet.

(6)

v Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, hidayah serta izin-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi

dengan judul “Diplomasi Kebudayaan Jepang Di Indonesia Melalui The Japan Foundation Tahun 2003-2011”. Terwujudnya skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak yang telah mendorong dan membimbing penulis, baik tenaga, ide-ide, maupun pemikiran. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Kiky Rizky, M.Si. sebagai Pembimbing Skripsi penulis yang telah memberikan arahan, saran, dan ilmunya hingga penulisan skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

2. Terutama untuk Ayahanda Tercinta Suparman dan Ibunda Muniroh selaku orang tua penulis yang telah memberikan dorongan semangat, berdoa untuk kebaikan dan kesuksesan putra-putrinya, dukungan baik moral maupun material selama penulis menuntut ilmu. Terimakasih Mah, Pak... 3. Bapak Prof. Dr.Bahtiar Effendy sebagai Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Ibu Dina Afrianty, Ph.D., sebagai Ketua Program Studi Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

5. Bapak Agus Nilmada Azmi, S.Ag, MSi., sebagai Sekretaris Program Studi Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

6. Bapak Nazaruddin Nasution, SH, MA., sebagai Dosen Pembimbing Akademik penulis.

7. Bapak Badrus Sholeh, MA dan Bapak Armein Daulay M.Si. sebagai dosen Program Studi Hubungan Internasional yang telah memberikan masukan pada skripsi serta mengajarkan dan membimbing penulis sejak awal memasuki Program Studi Hubungan Internasional.

8. Bapak/Ibu Dosen Program Studi Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah mengajarkan berbagai ilmu dan telah membantu penulis dalam meyelesaikan tugasnya sebagai mahasiwi.

9. Terimakasih untuk perpustakaan The Japan Foundation Jakarta khususnya kepada Ibu Diana S. Nugroho dan Ibu Susanti Pogram Cultural Section

dan ketua perpustakaan The Japan Foundation Jakarta yang telah banyak membantu memberikan bahan-bahan skripsi ini, Perpustakaan BPPK Kementerian Luar Negeri Indonesia, PDHI UI, Miriam Budiardjo, PDII LIPI, Perpustakaan Nasional, Freedom Institute, Perpustakaan IISIP, Perpustakaan Budi Luhur, Perpustakaan Utama UIN, Perpustakaan Pasca Sarjana UIN, Perpustakaan Univ. Parahyangan Bandung, Perpurtakaan Univ. Muhamadiyah Yogyakarta.

(7)

vi memberikan motivasi pada penulis untuk selalu berpikir positif dan optimis.

12.Teruntuk sahabat-sahabat terbaik penulis di HI Puji Nia Rachmatika, Dwi Wahyuni, dan Umi Kulsum. Kalian semua telah memberikan pertemanan yang indah dengan segala suka duka dan canda tawa sejak awal perkuliahan hingga saat ini, serta telah memberikan dorongan semangat di saat penulis putus asa dalam pembuatan skripsi ini dan memberikan banyak masukan hingga sampai menyelasaikan skripsi ini. “we are not

number one but we are the best”

13.Sahabat Rosy Kamalia, Maya Damayanti, Astrid Ismulyati, Starlet Ralisya Injaya, Lilis Widya Sari, Yeyen Magreyeni S, dan Yeni Puspita Sari teman seperjuangan penulis selama di HI yang telah banyak membantu penulis untuk menyelesaikan skripsi ini dengan segala saran, kritikan, dan tidak pernah lelah memberikan nasihat semangat. Jatuh bangun bersama mencari data skripsi. “temannnn...! akan indah pada waktunya....”

14.Sahabat kost Pondok Sakinah Teh Iyam, Ai, dan kak reni, dan Pegasus Kak Wiwin, Kak Kiki, dan Dilah kalian semua telah menjadi saksi dalam proses penulisan skripsi ini. ’Thanks alot my best friends’

15.Kepada kawan-kawan di PSM (Paduan Suara Mahasiswa) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dan sahabat Herda, Zakia, Nurul, kak Tutto, kak Odoy, kak Secco, Kak Dilah, ka Ika, Kak Lily, dan kak jay kalian telah memberikan hari-hari selama penulisan skripsi ini terasa menyenangkan,

”Thank You...!!!

16.Teman-teman Program Studi Hubungan Internasional angkatan 2006, 2007, 2008, dan 2009 Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

17.Semua pihak yang telah turut membantu dalam penyelesaian skripsi ini namun tidak dapat disebutkan satu persatu, terima kasih.

Semoga dengan segala bantuan yang tidak ternilai harganya ini mendapat imbalan dari Allah SWT sebagai amal ibadah, Amin. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak sangat penulis harapkan demi perbaikan- perbaikan ke depan.

Jakarta, 20 Februari 2012

(8)

vii

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... x

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 9

C. Tujuan Penelitian ... 9

D. Kerangka Pemikiran ... 9

E. Metoda Penelitian ... 18

F. Sistematika Penulisan ... 19

BAB II PASANG SURUT HUBUNGAN JEPANG-INDONESIA A. Hubungan Jepang-Indonesia ... 21

a. Masa Penjajahan Jepang di Indonesia ... 21

b. Hubungan Jepang-Indonesia pada Masa Orde Lama ... 24

c. Hubungan Jepang-Indonesia pada Masa Orde Baru ... 27

BAB III PERISTIWA MALARI DAN TERBENTUKNYA THE JAPAN FOUNDATION INDONESIA A. Krisis Politik dan Ekonomi Asia Tenggara ... 34

B. Peristiwa Malari Tahun 1974 ... 36

C. Tujuan Jepang dan Terbentuknya The Japan Foundation ... 39

BAB IV DIPLOMASI KEBUDAYAAN JEPANG DI INDONESIA MELALUI THE JAPAN FOUNDATION A. Peran The Japan Foundation di Indonesia ... 46

B. Program-Program The Japan Foundation Indonesia ... 49

C. Perkembangan The Japan Foundation di Indonesia 2003-2011 ... 57

BAB V Penutup ... 66

(9)

viii Tabel I.1 Hubungan Antara Situasi, Bentuk, Tujuan, dan Sarana

Diplomasi Kebudayaan ... 13

Gambar struktur III. 2 The Japan Foundation pada Kementerian luar negeri Jepang ... 40

Gambar II.2 The Japan FoundationWorldwide ... 44

Gambar Struktur IV. 2 The Japan Foundation Jepang ... 59

Tabel II.2 Kegiatan the Japan Foundation ... 60

Tabel IV.4 Perkembangan Perpustakaan the Japan Foundation Jakarta tahun 2003-2011 ... 65

(10)
(11)

x

AS Amerika Serikat

ASEAN Association of South East Asian Nations

CIA Central Inteligencie Agency

CRO Cumulative Reles of Origin

EPA Economic Partnership Agreement

GNP Gross National Product

GSP General Scheme of Preference

IMF International Monetary Fund

JENESYS Japan-East Asia Network of Exchange for Students and Youths

JICA Japan International Coorporation Agency

JLPT Japanese Language ProficiencyTest

LSM Lembaga Swadaya Masyarakat

Malari Malapetaka Lima Belas Januari

MTN Multilateral Trade and Tarif Negotiation

NGO Non Government Organization

ODA Official Development Assistance

PETA Pembela Tanah Air

PM Perdana Menteri

RUP Rencana Urgensi Perekonomian SLTA Sekolah Tingkat Atas

SSIA Society for the Study of Indonesian Art Japan

UUD Undang-Undang Dasar

US United State

(12)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Kekalahan Jepang dalam Perang Dunia II pada tahun 1939 antara pihak

Sekutu Amerika Serikat, telah membuat Jepang membentuk format hubungan

kerjasama baru, yaitu meningkatkan hubungan ekonomi, politik, dan sosial

budaya dengan negara-negara di dunia yang salah satunya dengan Indonesia.

Jepang yang pernah hancur dibom oleh Amerika Serikat menjadikan Jepang

porak-poranda dalam berbagai aspek, kemudian untuk kembali bangkit

meneruskan pembangunan Jepang membutuhkan bantuan dan kerjasama dari

pihak luar. Pada saat yang bersamaan, Amerika Serikat memberi kesempatan

kepada Jepang untuk bekerjasama di berbagai bidang yaitu ekonomi, politik, dan

sosial budaya.1 Kondisi itulah yang melatarbelakangi kedekatan antara Jepang

dengan AS, kedekatan itu yang kemudian memberikan pengaruh bagi Jepang

untuk melakukan hubungan luar negeri dengan negara lain di dunia.

Perkembangan hubungan politik Jepang pada tahun 1948 terhadap

negara-negara lain tidak terlepas dari peranan Amerika Serikat, termasuk dengan

Indonesia. Amerika Serikat berhasil mengintervensi politik dalam negeri Jepang

melalui badan intelejen CIA (Central Intelligence Agency). Pada saat itu Jepang

dipimpin oleh PM Nobusuke Kishi sebagai ketua partai berkuasa, saat itu muncul

Yoshi Kodama yaitu seorang pemberontak di Jepang yang pernah melakukan aksi

melawan pemerintah, dan menjadi orang kepercayaan Amerika Serikat dalam

1

(13)

membantu keinginannya menjadi badan intelejen CIA, kemudian mereka

membentuk politik Jepang Pasca Perang Dunia II.2

Dalam upaya meredam pengaruh komunis, Jepang dan Amerika Serikat

menjadi salah satu yang melatarbelakangi hubungan politik antara Jepang dengan

Indonesia.3 Dengan melalui perundingan secara bilateral antara Jepang dan

Indonesia terkait dengan pampasan perang merupakan latarbelakang juga atas

hubungan politik Jepang-Indonesia, perundingan itu pun sekaligus menjadi

langkah awal bagi Jepang untuk membuka hubungan diplomatiknya. Dalam

melakukan hubungan politik tersebut, bagi masing-masing kedua negara

Jepang-Indonesia memiliki kepentingan nasionalnya sendiri. Jepang tidak terlepas dari

pengaruh Amerika Serikat untuk meredam pengaruh komunis di Indonesia. Bagi

Indonesia, perjanjian pampasan perang sangat penting untuk meningkatkan

politiknya.4 Agenda politik Indonesia ini merupakan awal hubungan dengan

agenda-agenda lain dalam kepentingan Indonesia terhadap Jepang terutama

dibidang ekonomi.

Hubungan Jepang-Indonesia dalam bidang diplomatik didasarkan pada

perjanjian perdamaian antara Republik Indonesia dan Jepang pada bulan Januari

1958, sejak itu hubungan bilateral antara kedua negara berlangsung baik dan terus

berkembang tanpa mengalami hambatan. Eratnya hubungan bilateral kedua

negara tersebut juga tercermin dalam berbagai persetujuan yang ditandatangani

maupun pertukaran nota oleh kedua pemerintahnya, yang dimaksudkan untuk

2

Tim Winer, Membongkar Kegagalan CIA, pionase Amatiran Sebuah Negara Adidaya, Jakarta: PT.Gramedia Pustaka Utama,2008, h. 147.

3

Ibid, h. 222.

4

(14)

memberikan landasan yang lebih kuat bagi kerjasama di berbagai bidang seperti

ekonomi, politik, dan sosial budaya.5

Pada tahun 1970-an Jepang telah tumbuh sebagai negara dengan

perekonomian yang modern didasari dengan ekspor impor yang dilakukan Jepang,

meskipun negara ini pada awalnya adalah negara miskin yang memiliki sumber

daya alam sangat terbatas, kekuatan ekonomi Jepang sebagian besar bertumpu

pada sektor industri manufaktur. Namun Jepang menyadari bahwa negaranya

memerlukan sumber daya alam, serta daerah pemasaran yang terdapat di

negara-negara berkembang. Oleh karena itu, Jepang meningkatkan kerjasama ekonomi

perdagangan dan pembangunan, hal ini terlihat dari bantuan ODA (Official

Development Assistance) pada tahun 1960. Disamping itu bantuan ekonomi yang

diberikan telah membantu Jepang mengembangkan perdagangan dan hubungan

politik dengan negara-negara Asia.6

Kekalahan perang Jepang pada tahun 1945, sebenarnya adalah

kebangkitan bagi Jepang setelah kekalahannya pada Perang Dunia II, Jepang lebih

meningkatkan kekayaan bangsa dan memperkuat negara dengan angkatan

persenjataannya untuk mampu bersaing dengan negara-negara Barat seperti

Amerika Serikat dan Uni Soviet. Kemudian investasi negara diperluas untuk

mengembangkan produksi sehingga pertumbuhan ekonomi Jepang meningkat.

Berdasarkan ajaran semangat bushido (semangat budha) yang mengajarkan

5

Diakses dari http://www.deplu.go.id/Lists/BilateralCoorporation/DispForm.aspx?ID= 56, pada tanggal 31 Januari 2012, pukul 12.00.

6

(15)

kepatuhan kepada penguasa dan bermoral tinggi dengan menjunjung tinggi sikap

disiplin.7

Perdagangan Jepang meluas secara cepat sejak pertengahan 1960-an dan

bantuan ekonomi ke Asia Tenggara pun bertambah, berawal dari tujuan politik

yang kemudian membuka jalur bantuan keuangan dan investasi swasta pada tahun

1972. Sesuai dengan statistik Kementerian Perdagangan Internasional dan

Industri, investasi swasta yang disetujui mencapai $858 juta di tahun 1971,

sedangkan pada tahun 1972 mencapai $2338 juta.8

Kemampuan Jepang untuk melakukan perdagangan internasional dengan

pertumbuhan ekonomi yang besar, membuatnya dijuluki oleh negara Asia sebagai

“Kekuatan Ekonomi Raksasa”. Hal ini didasarkan GNP-nya yang besar didapat

dari ( Gross national product) Pendapatan Kotor Nasional industri-industri berat

serta kimia dan perdagangan yang meningkat per kapita pada tahun 1979 sebesar

$6.300.9

Namun hubungan perdagangan dengan Asia Tenggara khususnya

Indonesia hanya menguntungkan bagi Jepang. Tidak adanya mekanisme

perdagangan yang seimbang memunculkan kelompok anti-Jepang, misalnya

investasi, bayaran buruh murah, mobil dan produk-produk Jepang telah menguasai

pasar Asia Tenggara. Korporasi-korporasi Jepang telah bergerak dan masuk ke

Thailand, Indonesia, dan Korea Selatan dalam mencari buruh murah. Kemudian

negara-negara menuntut, bahwa Jepang menggunakan skala-skala upah rendah

7

Nandang Rahmat, In International Seminar Proceedings, Latar Belakang Persepsi Orang Asing Terhadap Etos Kerja Bangsa Jepang, Surabaya: Research Center for Japanese Studies- Institute of Reseaches The States University of Surabaya, 2006, h. 3.

8

Mochtar Lubis, Kekuatan yang Membisu: Kepribadian dan Peranan Jepang, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 1981, h. 72.

9

(16)

untuk memetik keuntungan besar. Inilah yang menyebabkan Jepang disebut

sebagai kekuatan ekonomi raksasa karena telah dianggap memonopoli

perekonomian dunia.10

Pada tahun 1970-an Jepang juga disebut sebagai „hewan ekonomi’ oleh

negara Asia artinya negara yang serakah dan menguasai perekonomian Asia

bahwa Jepang telah menggantikan agresi militer dengan agresi ekonomi.11

Kemudian untuk memulihkan citra baik, Jepang menyadari perlu adanya

keterlibatan internasional dengan negara-negara yang telah menganggapnya tidak

baik, sehingga Jepang melakukan perdagangan internasional, selain ekonomi dan

politik pemerintah Jepang juga melakukan keterlibatan internasional mengenai

kebudayaan. Karena tidak hanya hubungan internasional dalam bentuk kerjasama

ekonami dan politik saja, hubungan internasional kebudayaan sangat penting

untuk rakyat dan ketahanan negaranya.12

Untuk itu Jepang mendirikan sebuah lembaga kebudayaan yang dikenal

dengan nama The Japan Foundation pada bulan Oktober 1972 di Tokyo.

Lembaga ini bertujuan sebagai pusat pertukaran kebudayaan Jepang.13 Hingga

saat ini, the Japan Foundation telah mendirikan 23 kantor yang tersebar di 21

negara di seluruh dunia. Hal ini juga termasuk empat institusi di Jepang, yaitu di

Tokyo sebagai pusat kota, Kyoto karena dianggap sebagai pusat budaya Jepang,

Kansai sebagai pengembangan bahasa Jepang, dan Urawa, serta tiga di antaranya

di Amerika Serikat, yaitu satu di Los Angeles dan dua di New York. Kantor

terakhir yang didirikan, adalah kantor cabang Vietnam yang baru beroperasi pada

10

Mochtar Lubis, Kekuatan yang Membisu: Kepribadian dan Peranan Jepang, h. 73.

11

Suryohadiprojo, Masyarakat Jepang Dewasa Ini, h. 201.

12

Mochtar Lubis, Kekuatan yang Membisu: Kepribadian dan Peranan Jepang, h. 91.

13

(17)

tahun 2007. Untuk kawasan Asia Tenggara, the Japan Foundation telah

memiliki lima kantor cabang, yaitu di Jakarta, Kuala Lumpur, Manila, Bangkok,

dan Hanoi. Seiring dengan semakin pentingnya kawasan Asia Tenggara dalam

dunia internasional saat ini, maka the Japan Foundation meningkatkan

keterlibatannya di kawasan Asia Tenggara. Oleh karena itu pada tanggal 1 April

2007 the Japan Foundation membuka biro Asia Tenggara yang bertempat di

Thailand (Bangkok).14 Dana operasional berasal dari bunga modal awal yang

diberikan oleh pemerintah Jepang ditambah dengan subsidi tahunan dari

pemerintah serta dari sektor swasta atau perusahaan-perusahaan Jepang.

Salah satu alasan Jepang mendirikan the Japan Foundation, yaitu untuk

melakukan kerjasama internasional tidak hanya melalui ekonomi dan politik saja,

melainkan perlu adanya kerjasama internasional di bidang kebudayaan. Hal ini

disebabkan kerjasama kebudayaan sangat penting bagi kepentingan nasionalnya,

dan sebagai pemulihan citra bagi negara yang pernah dijajahnya, maka Jepang

banyak mendirikan pusat kebudayaan Jepang melalui the Japan Foundation di

negara-negara yang dianggapnya penting untuk memperkenalkan kebudayaannya

di mata dunia.15

Kemudian, yang melatarbelakangi berdirinya the Japan Foundation di

Asia Pasifik, khususnya Indonesia adalah terjadinya konflik pada tanggal 15

Januari 1974 yang dikenal dengan nama Malari. Peristiwa ini dilatarbelakangi

oleh ketidakpuasan mahasiswa Indonesia terhadap dominasi modal asing Jepang,

sehingga menimbulkan kemarahan rakyat Indonesia. Dari sudut pandang

mahasiswa hal ini dipandang sebagai wujud konflik kepentingan antar-kelompok

14

Diakses dari http://www.jpf.or.id/id/index.php?option=comcontent&taks=blogcategory &id-19&Itemid=31 pada tanggal 05 April 2011, pukul 21.05.

15

(18)

yang mempunyai pengaruh besar dalam elit politik Indonesia saat itu. Kelompok

tersebut dapat diwakili oleh kelompok Jenderal Sumitro yang mewakili modal

Amerika Serikat melawan kelompok Jenderal Ali Murtopo yang mewakili modal

Jepang. Konflik ini kemudian dimenangi oleh kelompok Ali Murtopo, sehingga

konsekuensinya modal Jepang menjadi dominan dalam membantu perubahan

ekonomi Indonesia.16 Peristiwa Malari pada tahun 1974 itu memaksa Jepang

untuk introspeksi terhadap kebijakan yang selama ini dijalankannya jika Jepang

ingin tetap membina hubungan baik dengan negara-negara Asia Tenggara,

khususnya dengan Indonesia. Maksud baik Jepang kemudian dibuktikan dengan

kunjungan Perdana Menteri Fukuda ke negara-negara ASEAN (Association of

South East Asian Nation) pada tanggal 18 Agustus 1977 di Manila yang berakhir

dengan dikeluarkannya Doktrin Fukuda, yang salah satu isinya adalah Jepang

akan berusaha keras untuk meningkatkan hubungan dengan negara-negara

ASEAN.17 Hubungan ini ditekankan sebagai hubungan persahabatan, tidak hanya

di bidang ekonomi dan politik, melainkan juga di bidang sosial budaya. Salah

satunya dengan didirikan pusat kebudayaan untuk membangun citra baik bangsa

Jepang dan sebagai alat diplomasi Jepang.

Diplomasi kebudayaan Jepang di Indonesia yang dilakukan the Japan

Foundation melalui beberapa proses terlebih dahulu. Hal ini untuk melihat

respon masyarakat Indonesia terhadap Jepang mulai dari tahun 1974 setelah

peristiwa Malari sampai tahun 1979. Tujuannya untuk memberikan kontribusi

bagi lingkungan internasional yang lebih baik dan untuk memelihara serta

16

A, Yahya Muhaimin, Bisnis dan Politik Kebijaksanaan Ekonomi di Indonesia 1950-1980, Jakarta: LP3ES, 1989, h. 39.

17

(19)

mengembangkan keharmonisan hubungan luar negeri Jepang.18 Hal ini menjadi

keuntungan tersendiri bagi Jepang dalam mempertahankan hubungan baik dengan

Indonesia.19 Persahabatan dua negara dapat terjalin dengan baik dan saling

menguntungkan kedua belah pihak merupakan tantangan tersendiri bagi

pelaksanaan diplomasi kedua negara.

Jepang melakukan diplomasi kebudayaannya ke berbagai negara melalui

pertukaran kebudayaan, yang diharapkan dapat mempererat hubungan bilateral

Jepang, dalam berbagai bidang, yaitu diplomatik, ekonomi, dan juga aspek

kebudayaan.20 Hubungan kebudayaan dapat meningkatkan kemampuan manusia

untuk tidak melakukan kekerasan pada suatu persengketaan dan juga dapat

mempertinggi kesadaran manusia untuk saling ketergantungan bagi semua bangsa

dan negara.

Berdasarkan latar belakang di atas, penulis akan meneliti dan menganalisis

lebih dalam mengenai tujuan Jepang mendirikan the Japan Foundation terkait

masalah diplomasi kebudayaan Jepang di Indonesia dan program-program yang

telah dilaksanakan dengan mengacu pada fakta-fakta yang telah ada, batasan

waktu yang diambil dalam penelitian ini, yaitu pada tahun 2003-2011 karena pada

tahun tersebut the Japan Foundation mengalami perubahan struktur menjadi

lembaga administratif independen. Oleh karena itu penelitian ini dijadikan sebuah

skripsi dengan judul “Diplomasi Kebudayaan Jepang di Indonesia Melalui The

Japan Foundation Tahun 2003-2011”.

18

The Japan Foundation, Nuansa, Jakarta: edisi Januari-Februari-Maret 2011, h. 1.

19

Ibid, h. 2- 3.

20

(20)

B. Rumusan Masalah

Pertanyaan mendasar yang menjadi acuan dalam penelitian ini adalah:

Apa tujuan Jepang mendirikan the Japan Foundation dan bagaimana perannya di

Indonesia?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui

dan menganalisis tujuan Jepang mendirikan the Japan Foundation sebagai

diplomasi kebudayaan Jepang di Indonesia dan program-program the Japan

Foundation yang menjadi bagian dari diplomasi kebudayaan di Indonesia.

D. Kerangka Pemikiran

Dalam skripsi ini, penulis menganalisis keberadaan the Japan Foundation

sebagai diplomasi kebudayaan Jepang di Indonesia. Untuk menganalisis hal

tersebut, penulis menggunakan konsep diplomasi, diplomasi kebudayaan, politik

luar negeri dan kepentingan nasional.

Konsep adalah kata yang menggambarkan suatu gagasan, klarifikasi, atau

memperkenalkan suatu sudut pandang dan mengamati suatu fenomena yang

empiris. Konsep dalam ilmu sosial adalah bersifat objek seperti orang, kelompok,

negara, atau organisasi internasional.21

Diplomasi Menurut the Oxford English Dictionary diplomasi adalah manajemen hubungan internasional melalui negosiasi yang erat kaitannya dengan

politik internasional, yaitu seni mengedepankan kepentingan suatu negara dalam

hubungannya dengan negara lain.22 Diplomasi menurut Geoff Berridge dan Alan

James adalah penyelenggaraan hubungan antara negara-negara yag berdaulat

21Mohtar Mas’oed,

Ilmu Hubungan Internasional, Jakarta: LP3ES, 1990, h. 94- 95.

22

(21)

melalui diplomat untuk mempromosikan negosiasi internasional.23 Dari dua

pengertian tersebut, dapat disimpulkan diplomasi adalah negosiasi yang dilakukan

aktor-aktor internasional untuk menyelesaikan permasalahan nasional atau

internasional dalam pelaksanaan kebijakan luar negeri.

Terdapat dua bentuk diplomasi secara spesifik, yaitu first track diplomacy,

adalah sebuah komunikasi yang bersifat resmi dan rahasia dalam menyelesaikan

konflik dengan negara lain, yang dilakukan oleh pemerintah dengan pemerintah

(goverment to goverment).24 Kemudian second track diplomacy yaitu upaya

negosiasi dalam penyelesaian konflik antarnegara yang dilakukan oleh organisasi

non-pemerintah (non-govermental organozations/ NGOs) atau masyarakat dengan

masyarakat (people to people).25 Dalam tulisan ini penulis menggunakan second

track diplomacy, yaitu organisasi yang tidak melibatkan pemerintah yang bersifat

independen, untuk mencapai kepentingan dan tujuan berpengaruh terhadap

negara.

Tujuan utama diplomasi yang efektif adalah untuk menjamin keuntungan

negara sendiri, demi kepentingan nasionalnya untuk memelihara keamanan.

Selain itu, untuk memajukan ekonomi perdagangan dan kepentingan komersial

perlindungan warga negara sendiri di negara lain, mengembangkan kebudayaan

dan ideologi, meningkatkan prestasi nasional, dan mempererat persahabatan

dengan negara lain. Tujuan politik yang mendasar dari diplomasi adalah untuk

23

Geoff Berridge and Alan James, A Dictinory of Diplomacy, Second Edition, New York: Palgrave Macmillan, 2003, h. 69- 70.

24

Diakses dari http://www.beyondintractability.org/essay/track1_diplomacy/, pada 15 Maret 2010, pukul 18.00.

25

(22)

mencapai tujuan-tujuannya secara damai, tetapi apabila hal tersebut tidak

memungkinkan, maka tindakan-tindakan lain seperti perang, diperbolehkan.26

Diplomasi Kebudayaan

Diplomasi sangat erat kaitannya dengan hubungan internasional. Hal ini

disebabkan karena diplomasi merupakan instrumen yang digunakan oleh

negara-negara untuk melaksanakan politik luar negeri agar mencapai kepentingan

nasionalnya. Dengan kata lain, diplomasi merupakan alat untuk melaksanakan

hubungan internasional.

Secara konvensional, pengertian diplomasi adalah usaha suatu negara

untuk memperjuangkan kepentingan nasional di kalangan internasional.27 Dalam

hal ini diplomasi tidak hanya diartikan sebagai perundingan melainkan semua

upaya hubungan luar negeri. Begitu pula dengan diplomasi kebudayaan,

diplomasi kebudayaan dapat diartikan sebagai usaha suatu negara untuk

memperjuangkan kepentingan nasionalnya melalui dimensi kebudayaan, baik

secara mikro seperti pendidikan, ilmu pengetahuan, olahraga, dan kesenian.

Sedangkan secara makro sesuai dengan ciri khas utama. Misalnya propaganda.

Kegiatan diplomasi kebudayaan tidak hanya dilakukan oleh pemerintah,

melainkan oleh lembaga-lembaga seperti LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat).

Diplomasi kebudayaan dapat dilakukan oleh kelompok, masyarakat,

individu-individu, termasuk warga negara. Dilihat pada skema berikut ini,

26

SL, Roy, Diplomacy, h. 9-10.

27

(23)

Gambar I.1

Skema Pelaku dan Sasaran Diplomasi Kebudayaan

Sumber: TulusWarsito& Wahyuni Kartikasari, Diplomasi Kebudayaan, Yogyakarta: Ombak,

2007.

Keterangan:

Diplomasi kebudayaan dilakukan oleh pemerintah maupun non-pemerintah, dan sasaran utamanya adalah masyarakat suatu negara bukan semata-mata langsung kepada pemerintah dengan tujuan kepentingan nasional.28

Diplomasi kebudayaan dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu diplomasi

kebudayaan makro dan diplomasi kebudayaan mikro.29 Diplomasi kebudayaan

makro, menurut pengertian umum adalah segala hasil dan upaya budidaya

manusia terhadap lingkungan dapat diartikan kebudayaan sebagai keseluruhan

sistem gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia dalam kehidupan masyarakat

yang kemudian dapat dipelajari untuk memperjuangkan kepentingan nasionalnya

melalui dimensi kebudayaan.30 Sedangkan diplomasi kebudayaan mikro

merupakan hasil dari diplomasi kebudayaan makro, berupa pendidikan, ilmu

pengetahuan, olahraga dan kesenian.

Diplomasi kebudayaan, dapat dipakai oleh semua masyarakat resmi atau

tidak resmi, melalui pemerintah atau pun non pemerintah terhadap negara yang

dituju.31 Melalui sarana yang relatif mudah dan efektif dalam menciptakan opini

masyarakat dunia terhadap kepentingan nasional, seperti melalui propaganda yang

(24)

merupakan penyebaran informasi baik mengenai kesenian, ilmu pengetahuan,

teknologi, maupun nilai-nilai sosial suatu bangsa kepada bangsa lain.

Ada beberapa konsep dalam diplomasi kebudayaan yang terdapat dalam

tabel sebagai berikut, diantaranya:

Tabel I.1

Hubungan antara Situasi, Bentuk, Tujuan, dan Sarana Diplomasi Kebudayaan32

SITUASI BENTUK TUJUAN SARANA

DAMAI

Sumber: Tulus Warsito & Wahyuni Kartikasari, Diplomasi Kebudayaan, Yogyakarta: Ombak, 2007.

Keterangan:

- Semakin negatif hubungan antara dua (atau lebih) negara-negara, maka akan semakin banyak intensif bentuk diplomasi kebudayaan yang dipakai.

- Dalam pengertian konvensional, diplomasi kebudayaan dilakukan pasca -perang dengan damai.

Salah satu bentuk diplomasi kebudayaan adalah eksebisi atau pameran

dapat dilakukan untuk menampilkan konsep-konsep atau karya kesenian, ilmu

pengetahuan, teknologi maupun nilai-nilai sosial atau ideologi dari suatu bangsa.

Eksebisionistik adalah bahwa setiap negara dianggap mempunyai keinginan untuk

32

(25)

memamerkan keunggulan yang dimilikinya, sehingga mempunyai citra bangsa

yang bernilai. Eksebisi dapat dilakukan di luar negeri maupun di dalam negeri.

Melalui pameran, dapat memperoleh pengakuan yang kemudian dikaitkan dengan

kepentingan nasional, baik melalui perdagangan maupun pameran kebudayaan.33

Selain eksebisi, bentuk dari diplomasi kebudayaan adalah kompetisi yang

merupakan perlombaan dalam arti positif, seperti pertandingan dalam suatu

cabang olah raga.

Diplomasi kebudayaan dalam bentuk pertukaran pelajar merupakan salah

satu jenis hasil dari negosiasi yang telah dilakukan. Pertukaran pelajar ini,

mencakup masalah kerjasama beasiswa antar-negara. Hal ini memberikan

gambaran bahwa negara-negara yang bersangkutan mempunyai kepentingan

timbal-balik dalam aspek kebudayaan, khususnya dibidang pendidikan. Dalam

hubungannya antara nagara maju dengan negara sedang berkembang, dikenal

adanya “expert-export”. Expert adalah negara penerima, sedangkan export adalah

negara pengirim. Export merupakan pakar atau ahli yang dikirim melalui

lembaga-lembaga pendidikan tinggi di negara. Selama belajar di negeri tuan

rumah, calon expert diharapkan mempelajari disiplin ilmu yang ditekuninya dan

dapat memberikan informasi sosial, ekonomi, serta politik pada masyarakat di

negara asalnya.34

Menurut Martin Wight, diplomasi kebudayaan dibagi menjadi tiga

bagian.35 Pertama, setelah Perang Dingin, adanya peraturan pola kekuasaan

internasional terbagi oleh dua negara yang berkuasa, yaitu Amerika Serikat dan

33

Ibid, h. 21.

34

Ibid, h. 59.

35

(26)

Uni Soviet. adanya kekuatan besar di antara negara yang kecil yang memiliki

kekuasaan di bidang politik. Ke dua, suatu bangsa harus membangun

pertumbuhan jaringan keamanan di seluruh dunia untuk tujuan ilmiah, pendidikan,

dan teknologi. Ke tiga, diplomasi kebudayaan dapat dijadikan kekuatan utama

dalam membentuk suatu sistem internasional yang baru dan subsistem regional.

Beberapa tujuan dari diplomasi kebudayaan yaitu:36 pertama tujuan

diplomasi kebudayaan lebih luas dari pada pertukaran kebudayaan, hal tersebut

mencakup mengirim utusan ke luar negeri untuk memperkenalkan kebudayaan

satu negara ke negara lain. Seperti yang digambarkan oleh The Marshall Plan37

pada Winston Churchil, yaitu tindakan suatu bangsa yang tidak menggunakan

kekerasan merupakan bentuk dari diplomasi kebudayaan. Ke dua, tujuan

diplomasi kebudayaan adalah membangun pengetahuan baru dan kepekaan

terhadap negara lain untuk mewujudkan hubungan yang lebih baik antara

masyarakat dengan bangsanya. Ke tiga, diplomasi kebudayaan adalah untuk

mempengaruhi pendapat umum (masyarakat negara lain) guna mendukung suatu

kebijakan luar negeri tertentu. Biasanya, terjadi dalam hubungan diplomasi

kebudayaan antara masyarakat dengan masyarakat lain. Diplomasi Kebudayaan

dilakukan sebagai upaya untuk mencapai kepentingan bangsa dalam memahami,

menginformasikan, dan mempengaruhi atau membangun citra bangsa melalui

kebudayaan. Sebenarnya, tindakan yang paling efektif untuk memulihkan citra

bangsa dengan cara mengubah realitas. Dengan dilakukannya diplomasi

kebudayaan tersebut, dapat meningkatkan aspiriasi dan pemahaman untuk

36

Ibid, h. 406.

37

(27)

peningkatan citra positif, membangun saling pengertian serta memperbaiki citra

bangsa.38 Menyangkut politik luar negeri dan kepentingan nasional.

Politik luar negeri setiap negara yang memiliki hubungan dengan negara lain harus memisahkan politik dalam negerinya dengan politik luar negeri, definisi

dari politik luar negeri adalah kepentingan suatu negara terhadap negara lain.

Menurut Gibson dalam bukunya the Road to Foreign Policy politik luar negeri

adalah rencana komprehensif yang dibentuk baik didasarkan pada pengetahuan

dan pengalaman, untuk menjalankan bisnis pemerintahan dengan negara lain dan

politik luar negeri ditunjukan pada peningkatan dan perlindungan kepentingan

bangsa.39

Politik luar negeri dalam aspek yang dinamis adalah sebuah sistem

tindakan suatu pemerintahan terhadap negara lain, termasuk dalam jumlah

keseluruhan hubungan luar negeri suatu bangsa, bentuk, dan tujuan

kepentingannya. Diplomasi dan politik luar negeri menurut J. R Childs adalah

substansi hubungan luar negeri suatu negara, sedangkan diplomasi adalah proses

kebijakan yang dilaksanakan, artinya politik luar negeri mengambil keputusan

mengenai hubungan luar negeri sedangkan diplomasi sebagai pelaksana.40 Politik

luar negeri suatu bangsa ditunjukan untuk memajukan dan melindungi

kepentingan negara, begitupun dengan diplomasi yang mempunyai kepentingan

dan fungsinya sama.

Potilik luar negeri Jepang sesudah Perang Dunia II lebih mengarah pada

cinta damai, hal ini didasarkan pada perekonomiannya yang tergantung pada

impor sumber daya alam dan ekspor barang kemudian dapat menjamin jalur lalu

38

Tulus Warsito & Wahyuni Kartikasari, Diplomasi Kebudayaan, h. 4.

39

SL, Roy, Diplomacy, h. 31.

40

(28)

lintas perdagangan agar tidak terganggu.41 Karena jalur perdagangan yang aman

dapat menjamin dan memelihara hubungan damai dengan semua negara di dunia.

Kepentingan Nasional (national interest) adalah suatu konsep analisa hubungan luar negeri, sebagai dasar untuk menjelaskan perilaku hubungan luar

negeri suatu negara.42 Konsep kepentingan nasional menjelaskan bahwa demi

kelangsungan hidup suatu negara maka negara harus memenuhi kebutuhan

negaranya yaitu mencapai kepentingan nasional. Tercapainya kepentingan

nasional negara akan berjalan dengan stabil, baik dari segi politik, ekonomi,

sosial, maupun pertahanan keamanan dan negara akan tetap mendapatkan

kelangsungan hidup (survival).43

Kepentingan menurut K.J. Holsti merupakan konsep untuk menentukan

masa depan suatu negara melalui para pembuat keputusan dalam merumuskan

kebijakan luar negeri.44 Sementara menurut Hans J. Morgenthau, kepentingan

nasional setiap negara adalah mengejar kekuasaan untuk mendapatkan pertahanan

suatu negara di atas negara lain.45 Demikian halnya dengan Jepang yang telah

memberikan bantuan keuangan kepada Indonesia karena kepentingan nasionalnya,

yaitu menjamin kelancaran pasokan bahan dasar untuk industrinya. Hal serupa

dengan the Japan Foundation yang dapat dilihat dari berbagai jenis program yang

dijalankannya semata-mata tidak hanya ingin mengenalkan budaya Jepang saja,

didalamnya juga terdapat unsur kepentingan nasional, diplomasi, politik luar

negeri dan pencitraan baik setelah terjadinya konflik Malari 1974. Seperti yang

Jackson Robet and Sorensen Georg, Pengantar studi hubungan Internasional, pustaka pelajar, Yogyakarta, 2005, h. 88.

44

K.J. Holsti, Politik Internasional: Suatu Kerangka Analisis, Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1987, h. 206.

45

(29)

dikatakan oleh Hans J. Morgentau strategi diplomasi harus didasarkan pada

kepentingan nasional, ia juga mengatakan bahwa kepentingan nasional adalah

setiap negara mengejar kekuasaan yaitu dapat membentuk pengendalian diri dan

mempertahankan suatu negara dari negara lain.46

Dari definisi dan tujuan diplomasi, diplomasi kebudayaan, politik luar

negeri dan kepentingan nasional di atas dapat dilihat pada negara Jepang. Jepang

yang telah melakukan diplomasi kebudayaan pada negara-negara lain melalui the

Japan Foundation karena Jepang sebagai negara maju dengan perekonomiannya

yang begitu besar, maka Jepang dianggap telah mendominasi perekonomian

negara-negara yang sedang berkembang untuk kepentingan nasionalnya, sehingga

menimbulkan rasa kurang suka terhadap Jepang. Untuk itu Jepang melakukan

diplomasi sebagai cara membangun citra bangsanya, disamping itu Jepang ingin

budayanya diakui oleh seluruh masyarakat di dunia, salah satunya dengan

melakukan diplomasi kebudayaan melalui lembaga the Japan Foundation.

E. Metoda Penelitian

Penelitian ini bersifat deskriptif, yaitu suatu cara untuk membuat

gambaran dan situasi yang menjadi bagian permasalahan yang akan diteliti.47

Jenis penelitian ini menggunakan metoda analisis kualitatif.48 Penelitian tersebut

didukung dengan berbagai sumber seperti buku, jurnal, majalah, dan internet.

Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara dengan narasumber

46Mas’oed,

Ilmu Hubungan Internasional, h. 140.

47

John W Creswell, Qualitative and Quantitative Approach, (California: Sage Publication), 1994, h. 148.

48

(30)

pada The Japan Foundation Indonesia yang dapat dipercaya sebagai sumber

utama dan menggali informasi yang akan menyempurnakan skipsi ini.49

F. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan yang ingin dibahas oleh penulis dalam skripsi ini,

dibagi dalam lima bab, dengan perincian sebagai berikut:

BAB IPendahuluan

A. Latar Belakang Masalah

B. Rumusan Masalah

C. Tujuan Penelitian

D. Kerangka Pemikiran

E. Metoda Penelitian

F. Sistematika Penulisan

BAB II Pasang Surut Hubungan Jepang-Indonesia

A. Hubungan Jepang-Indonesia

a. Masa Penjajahan Jepang di Indonesia

b. Hubungan Jepang-Indonesia pada Masa Orde Lama

c. Hubungan Jepang-Indonesia pada Masa Orde Baru

BAB III Peristiwa Malari dan Terbentuknya The Japan Foundation Indonesia

A. Krisis Politik dan Ekonomi Asia Tenggara

B. Peristiwa Malari Tahun 1974

C. Tujuan Jepang dan Terbentuknya The Japan Foundation

49

(31)

BAB IV Diplomasi Kebudayaan Jepang di Indonesia Melalui The Japan Foundation

A. Peran The Japan Foundation di Indonesia

B. Program-Program The Japan Foundation Indonesia

C. Perkembangan The Japan Foundation di Indonesia 2003-2011

BAB V

(32)

BAB II

Pasang Surut Hubungan Jepang-Indonesia

A. Hubungan Jepang-Indonesia

Dalam bab II skripsi ini, penulis akan membahas mengenai pasang surut

hubungan Jepang-Indonesia pada masa penjajahan, masa Orde lama, dan masa

Orde baru. Penjelasan tersebut disajikan untuk memberi gambaran kepada

pembaca mengenai perkembangan hubungan Jepang dan Indonesia dalam bidang

ekonomi, politik, dan sosial budaya.

Munculnya Jepang sebagai kekuatan ekonomi dunia pada tahun 1970-an,

mempunyai arti yang sangat penting bagi perekonomian Indonesia pada era

pembangunan seperti yang dilakukan oleh pemerintah Orde Baru. Hubungan

Jepang-Indonesia mempunyai sejarah yang cukup panjang, baik pada masa

sebelum Indonesia merdeka maupun setelah merdeka. Meskipun demikian, untuk

menekankan perkembangan hubungan Jepang-Indonesia.

A. 1. Masa Penjajahan Jepang di Indonesia

Masa pendudukan Jepang di Indonesia pada tahun 1942-1945, tujuan Jepang

menyerang dan menduduki Hndia-Belanda (Indonesia) adalah untuk menguasai

sumber-sumber alam, terutama minyak bumi guna mendukung potensi perang

Jepang serta mendukung industrinya. Pulau Jawa dirancang sebagai pusat

penyediaan bagi seluruh operasi militer di Asia Tenggara, dan di Sumatera

sebagai sumber minyak utama.50

50

(33)

Kebijakan Jepang ternyata tidak berjalan lama, Jenderal Imamura mengubah

semua kebijakannya yang kemudian kegiatan politik dilarang dan semua

organisasi politik yang ada dibubarkan. Sebagai gantinya Jepang membentuk

organisasi-organisasi baru bertujuan untuk kepentingan Jepang itu sendiri.

Organisasi-organisasi yang didirikan Jepang antara lain, Gerakan Tiga A adalah

Gerakan Tiga A dibentuk pada bulan Maret 1942. Gerakan Tiga A terdiri dari

Nippon Cahaya Asia, Nippon Pelindung Asia, dan Nippon Pemimpin Asia.

Tujuan gerakan ini adalah untuk menghimpun potensi bangsa guna kemakmuran

bersama. Putera, bertujuan untuk memusatkan segala potensi masyarakat

Indonesia dalam rangka membantu usaha perangnya. Putera lebih bermanfaat bagi

bangsa Indonesia dari pada bagi Jepang. Putera lebih mengarahkan perhatian

rakyat kepada kemerdekaan dari pada kepada usaha perang pihak Jepang. Oleh

karena itu kemudian Jepang membentuk Jawa Hokokai (Himpunan Kebangkitan

Jawa) pada bulan Maret 1944 Hokokai dinyatakan sebagai organisasi resmi

pemerintah sehingga kepemimpinan langsung dipegang oleh Gunseikan.

Himpunan ini mempunyai tiga dasar yaitu mengorbankan diri, mempertebal

persaudaraan, dan melaksanakan kegiatan dengan bukti yang nyata.

Jawa Hokokai mempunyai tugas antara lain mengerahkan rakyat untuk

mengumpulkan padi, besi tua, pajak, dan menanam jarak sebagai bahan baku

pelumas untuk Jepang. Pada tanggal 5 September 1943 membentuk Cuo Sangi In

(Badan Pertimbangan) atas anjuran Perdana Menteri Hideki Tojo. Ketua Cuo

(34)

pemerintah serta menjawab pertanyaan pemerintah mengenai tindakan yang perlu

dilakukan oleh pemerintah militer.51

Dampak negatif kependudukan Jepang di antaranya,

- Ekonomi Sama dengan negara imperialis yang lain Jepang datang dengan

masalah ekonomi yaitu untuk mencari daerah sebagai penghasil bahan mentah

dan bahan baku untuk memenuhi kebutuhan industrinya dan mencari

pemasaran untuk hasil-hasil industrinya.

- Aktivitas ekonomi zaman Jepang sepenuhnya di pegang oleh Jepang.

Politik atau pemerintahan Meskipun ada organisasi politik yang masih terus

berjuang menentang Jepang.

- Organisasi politik di Indonesia tidak berkembang bahkan dihapuskan oleh

Jepang

- Didirikan/dibentuknya berbagai organisasi Jepang

- Kehidupan politik rakyat diatur oleh pemerintah Jepang

- Rakyat kerja paksa yang disebut dengan kerja Romusha. Dari kerja paksa

tersebut menyebabkan jatuh banyak korban akibat kelaparan dan terkena

penyakit.

- Banyak wanita Indonesia yang dijadikan wanita penghibur “Jugun Ianfu” pada

masa itu.

Dampak positif kependudukan Jepang di antaranya,

- Jepang memperkenalkan sistem Tonorigumi (Rukun Tetangga/RT) yang

tergabung dalam Ku (desa)

51

(35)

- Bangsa Indonesia mengalami berbagai pembaharuan akibat pendidikkan Jepang

yang menumbuhkan kesadaran dan keyakinan yang tinggi akan harga dirinya.

- Orang-orang Indonesia mendapat kesempatan untuk menduduki jabatan yang

lebih penting dari sebelumnya yang hanya dipegang oleh orang Belanda, dengan

masih dalam pengawasan Jepang.

- Bangsa Indonesia diberi kesempatan untuk sekolah di sekolah yang dibangun

pemerintah

- Bahasa Indonesia digunakan sebagai bahasa pengantar pada sekolah-sekolah

- Para pemuda Indonesia diberi pendidikan militer melalui organisasi PETA

(Pembela Tanah Air).

A. 2. Hubungan Jepang-Indonesia Masa Orde Lama

Masa Kabinet Natsir pada tahun 1945-1947 di Indonesia adanya program

yang dinamakan Program Benteng, ini merupakan bagian integral dari RUP.

Program Benteng adalah salah satu upaya untuk membentuk suatu kelas

menengah nasional dengan jalan membatasi alokasi impor, gagasan utama

program Benteng ini adalah untuk mendorong para importir nasional agar mampu

bersaing dengan perusahaaan-perusahaan asing. Program ini juga memberikan

bantuan dalam bentuk keuangan kepada indonesia memiliki modal besar untuk

mengimpor.52

Setelah pelaksanaan Program Benteng, sistem perekonomian diarahkan

pada Rencana Pembangunan Lima Tahun Pertama antara tahun

1955/1956-1960/1961, yang kemudian menjadi Rencana Nasional pada kabinet Ali

Sastroamidjyo tahun 1956. Tujuan utama dari Rencana Lima Tahun adalah untuk

52

(36)

mendorong industri dan pembangunan perusahaan-perusahaan pelayanan umum,

dan jasa dalam sektor publik yang diharapkan akan merangsang penanaman

modal sektor swasta.53 Pola perdagangan sebelum dan sesudah perang,

menunjukkan Jepang lebih menguntungkan dari pada Asia selama periode perang

antara 48%-68% dari ekspor dan 41%-43% dari impornya, dibandingkan selama

periode setelah perang antara 28%-52% dari ekspor dan 26%-37% dari impor

Jepang.54 Dari semua negara Asia, Indonesia merupakan negara yang paling

menarik perhatian bagi Jepang karena kekayaan alam dan letak geografisnya yang

begitu stategis untuk jalannya perdagangan Jepang.55 Diplomasi Jepang setelah

Perang Dunia II adalah meningkatkan kerjasama ekonomi, politik, dan

kebudayaan.

Nobukuse Kishi adalah seorang perdana menteri yang pertama

mengunjungi Asia Tenggara pada tahun 1957, telah menyusun tiga prinsip

kebijakan luar negeri Jepang, yaitu kerjasama dengan dunia bebas, mendukung

Perserikatan Bangsa-Bangsa sebagai organisasi pemelihara perdamaian, dan

melindungi kepentingan Asia dengan menekankan bahwa “Jepang adalah

masyarakat Asia”.56

Pada kunjungan tersebut, Kishi membawa proposal mengenai

dana untuk pengembangan Asia dengan Jepang, namun rencana ini tidak pernah

terwujud karena hampir semua negara di Asia mencurigai dana tersebut akan

digunakan kepentingan Jepang sendiri untuk menguasai perekonomian Asia.

Meskipun demikian, secara bertahap Jepang menjalin hubungan dengan Indonesia

53

Ibid, h. 39.

54

Masashi Nishisara, Soekarno, Ratna Sari Dewi dan Pampasan Perang: Hubungan Indonesia-Jepang 1951-1966, Jakarta: Pustaka Utama Grafiti, 1993, h. 12.

55

LEKNAS LIPI, Sekitar Kerjasama Ekonomi dan Ilmiah, Jakarta, 1974, h. 17.

56

(37)

menggunakan berbagai cara yang dianggap dapat menguntungkan kedua belah

pihak, salah satunya dengan bantuan ekonomi.

Bantuan ekonomi yang diberikan Jepang mengalami perubahan pada

pertengahan tahun 1950-1965, bantuan ekonomi diberikan dalam bentuk

pembayaran rugi perang kepada Indonesia yang pernah di jajah oleh Jepang pada

Perang Dunia II. Kebijakan bantuan ekonomi Jepang difokuskan pada

kepentingan nasional Jepang, dan dalam kerjasama ekonomi dapat

mempromosikan ekspor untuk penanaman investasinya di luar negeri.57 Bantuan

ekonomi Jepang pada masa sebelum Orde Baru selain bertujuan untuk

mempererat hubungan diplomatik, kerjasama ekonomi juga sebagai pembayaran

pampasan perang. Pembayaran pampasan perang sedikitnya telah menimbulkan

beban bagi Jepang namun menguntungkan perkembangan industrinya karena

pembayaran pampasan perang dalam bentuk jasa, barang modal, yang pada

kenyataannya memaksa Indonesia untuk menggunakan produk-produk Jepang.

Pembayaran dua puluh juta dollar AS pertahun merupakan 30% dari keseluruhan

ekspor Jepang ke Indonesia, pada masa pembayaran pampasan ini, ekspor barang

Jepang telah mendominasi produk Indonesia.

Hubungan diplomatik Jepang dengan Indonesia dimulai sejak tahun 1958

belum intensif, oleh karena politik luar negeri Indonesia cenderung

anti-kolonialisme/imperialisme. Sebagai negara yang pernah dijajah Jepang, Indonesia

selalu waspada terhadap bantuan ekonomi yang diberikan Jepang, pampasan

perang sendiri sebenarnya merupakan hak bagi Indonesia yang harus dibayar

untuk pembangunan nasionalnya.

57

(38)

B. 3. Hubungan Jepang Masa Orde Baru

Pada masa Orde Baru muncul, usaha pembangunan ekonomi sangat

memegang peranan dalam setiap pengambilan keputusan dan politik luar negeri.

Arti dari pembangunan ekonomi adalah untuk menaikkan pendapatan perkapita

dan menaikkan produksi perkapita dengan menambah modal dan kemampuan.58

Politik luar negeri adalah salah satu peranan yang sangat besar sebagai

pelaksanaan pembangunan ekonomi Indonesia, terutama dalam menjalin

hubungan yang lebih baik dengan negara-negara industri. Salah satu misi politik

luar negeri Indonesia yaitu untuk pembangunan ekonominya sebagai penarik

modal asing agar dapat menanamkan modalnya di Indonesia serta memperluas

pemasaran hasil dari produksinya ke luar negeri, sesuai dengan kebijakan

ekonomi Indonesia yang mengarah pada dukungan para kreditor, yaitu negara

Barat dan Jepang.59

Hubungan bilateral Jepang-Indonesia, khususnya dalam kerjasama

ekonomi pada awal pemerintahan Orde Baru telah meningkat, hal ini dapat dilihat

bahwa Indonesia telah berhasil mengembangkan perkapita dan menaikan produksi

perkapitanya dengan modal dan kemampuan. Di lain pihak, Jepang sebagai

negara industri yang maju pun membutuhkan tempat pemasaran dari hasil

produksinya, jadi hubungan ekonomi kedua negara adalah saling meningkatkan

kesejahteraan anggota masyarakat di masing-masing negaranya tersebut.

Kebijakan pemerintah Orde Baru telah melaksanakan politik pintu terbuka yang

artinya bebas membuka hubungan ekonomi dengan negara lain, melalui Peraturan

58

Sumitro Djojohadikusumo, Ekonomi Pembangunan, Jakarta: PT. Pembangunan, 1995, h. 39.

59 Mochtar Mas’oed,

(39)

Penanaman Modal Asing tahun 1967. Kemudian memberikan peluang bagi

Jepang untuk melakukan investasi dalam bidang infastruktur dan industri

manufaktur, seperti jalan, jembatan, listrik, untuk mendorong sektor swasta agar

menginvestasikan industri-industri manufaktur.60 Bantuan ekonomi Jepang

memiliki peranan yang penting dalam memperlancar masuknya investasi sektor

swasta, salah satu contoh proyek Jepang yang besar yaitu bekerjasama dengan

sektor swasta adalah proyek Asahan.

Indonesia sebagai negara yang sedang malaksanakan pembangunan,

banyak memanfaatkan hubungan bilateral, untuk menunjang pembangunan

ekonominya. Tindakan ini diambil pemerintah karena menyadari akan

kekurangannya terutama dalam masalah pendanaan. Karena perekonomian

sebelum Orde Baru mengalami perkembangan yang kurang baik, hal ini dapat

terlihat dari pertumbuhan ekonomi lebih rendah dibandingkan pertumbuhan

penduduknya yang mengakibatkan pendapatan perkapita dan kesejahteraan rakyat

secara keseluruhan sangat rendah. Untuk mengejar ketinggalan dari

negara-negara yang sedang berkembang, maka pemerintah meningkatkan hubungan

ekonomi yang diharapkan dapat memberikan dampak positif bagi bangsa secara

keseluruhan, kemudian pemerintah Indonesia berusaha menarik negara-negara

asing untuk menanamkan modalnya melalui sebuah keputusan yang telah

disepakati. Kemudian ekonomi Indonesia pada masa Orde Baru mengalami

peningkatan, ini adalah sebagian dari dampak positif masuknya modal asing,

hubungan Jepang-Indonesia dalam bidang ekonomi merupakan salah satu faktor

kemajuan pembangunan ekonomi Indonesia.

60

(40)

Dampak negatif dari bantuan asing yaitu ekonomi telah didominasi oleh pasar

luar negeri seperti Jepang, kemudian pada 15 Januari 1974, muncul gejala

anti-Jepang yang dilatarbelakangi oleh ketidakpuasan mahasiswa terhadap dominasi

modal asing dan anti modal asing. Konflik ini tidak hanya terjadi di Indonesia

melainkan di negara-negara Asia Tenggara yaitu Thailand, Filipina, dan Malaysia.

Kemudian Jepang mencoba menjalin hubungan yang lebih baik dengan Asia

Tenggara upaya memperbaiki citra Jepang terhadap nagara-negara di Asia

Tenggara.61 Bagi Jepang mempertahankan hubungan dengan Asia Tenggara,

khususnya Indonesia sangat penting karena Indonesia memiliki ideologi non

komunis bersistem ekonomi terbuka dan mempunyai kemauan untuk

meningkatkan hubungan Indonesia dengan Jepang. Mengingat Jepang dengan

Indonesia saling membutuhkan, maka pada tahun 1977 Perdana Menteri Takeo

Fukuda mengeluarkan Doktrin Fukuda. Isi dari Doktrin Fukuda terhadap kawasan

Asia Tenggara (khususnya kepada ASEAN) yaitu,62

1. Jepang sebagai negara yang terikat pada perdagangan menolak peranan

sebagai kekuatan militer dan atas dasar itu bertekad bulat akan

memberikan andil bagi perdamaian dan kemakmuran di kawasan Asia

Tenggara serta masyarakat dunia.

2. Jepang sebagai teman sejati negara-negara Asia Tenggara akan berusaha

sebaik-baiknya untuk memperoleh hubungan saling percaya, yang

didasarkan pada pengertian dari hati kehati dengan negara-negara Asia

61

Bambang, Cipto, Hubungan Internasional di Asia Tenggara, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007, h. 184-185.

62

(41)

Tenggara, khususnya ASEAN dan dengan berbagai bidang yang luas yang

tidak hanya mencakup area politik ekonomi tetapi juga sosial.

3. Jepang akan menjadi mitra sama derajat dengan ASEAN dan

negara-negara anggotanya, akan bekerjasama secara positif dalam usaha-usaha

mereka sendiri untuk memperkuat solidaritas dan ketahanan mereka

bersama-sama dengan bangsaa lain yang berjiwa sama di luar kawasan,

sementara membina tujuan menunjang hubungan yang didasarkan atas

saling pengertian dengan bangsa-bangsa Indonesia. Dengan demikian

akan memberikan andil bagi perdamaian dan kemakmuran di kawasan

Asia Tenggara.

Dari pernyataan doktrin tersebut, dapat dikemukakan bahwa usaha Jepang

untuk meningkatkan perdamaian dan kemakmuran tanpa mempergunakan peranan

militer benar-benar merupakan sikap yang baik. Di samping itu Jepang tidak

ingin dipandang sebagai negara militer yang berambisi perang, namun Jepang

lebih senang jika disebut sebagai kekuatan ekonomi dunia yang akan

mensejahterakan masyarakat di dunia.

Doktrin Fukuda kemudian diterapkan dalam Japan ASEAN Joint

Statement yaitu,63

1. Jepang bersedia membantu keuangan kelima proyek ASEAN sebesar 1

milyar US $ (akan diberikan setelah kelayakan studi disetujui) dan

diberikan berdasarkan syarat lunak dan bertahap sesuai kondisi dan

kebutuhan masing-masing.

63

(42)

2. Jepang akan mempertimbangkan program stabilitas penghasil ekspor

negara-negara ASEAN Staber (Stabilization exsport earing) yang akan

mencakup dana ratusan dollar Amerika Serikat.

3. Kerjasama bilateral antara Jepang dengan setiap negara-negara ASEAN

tidak akan terpengaruh oleh keputusan Jepang diatas.

4. Secara teknis Jepang bersedia membantu penyelesaian projek bersama

ASEAN.

5. Perdagangan antara Jepang dengan ASEAN harus terus diperluas demi

keuntungan kedua belah pihak.

6. Jepang akan bekerjasama dengan negara-negara ASEAN untuk

memperbaiki masuknya produk-produk ke pasar Jepang, baik berupa

barang-barang ekspor jadi maupun barang setengah jadi.

7. Dalam konteks perundingan multilateral (MTN) Multilateral Trade and

Tarif Negotiation, Jepang bersedia menanggapi usaha-usaha ASEAN untuk

meningkatkat ekspor melalui berbagai cara termasuk mempelajari lebih

lanjut permintaan ASEAN yang mendesak agar perdagangan bersifat tarif

maupun non tarif dihapuskan.

8. Jepang bersedia memperbaiki sistem preferensi umum (GSP) General

Scheme of Preference, serta memasukkan persetujuan ASEAN mengenai

peraturan-peraturan asal barang yang kumulatif (CRO) Cumulative Rales of

Origin kedalam preferensi umum/GSP Jepang.

9. Jepang bersedia menggalakanekspor ASEAN.

10.ASEAN tetap menghendaki agar penanaman modal swasta Jepang

(43)

Japan ASEAN Statement merupakan upaya meningkatkan hubungan secara

bilateral dalam kerangka penerapan Doktrin Fukuda terhadap Indonesia, untuk

meningkatkan hubungan kedua belah pihak antara Jepang-Indonesia dalam segala

bidang. Peningkatan hubungan tersebut tertulis dalam “Joint message

Soeharto-Fukuda” yaitu,64

1. Membantu stabilitas dan perdamaian di Asia dan dunia lainnya sesuai

dengan semangat kerjasama dan solidaritas.

2. Kerjasama yang erat di segala bidang.

3. Kerjasama yang luas di bidang ekonomi, sosial budaya, akademi untuk

mencapai “heart to heart contact” yang harus ditingkatkan dalam segala

bidang.

4. Saling mempercayai dan equal partnership.

Dari pernyataan diatas, dapat dikemukakan bahwa hubungan

Jepang-Indonesia memberikan pengaruh yang cukup besar bagi perekonomian Jepang-Indonesia.

Hal ini dapat dilihat dari banyaknya produk-produk Jepang yang dikonsumsi oleh

masyarakat Indonesia, ini dapat memperoleh keuntungan bagi Indonesia sendiri

karena dapat memenuhi kebutuhan barang-barang yang dibutuhkan, namun telah

menyebabkan pula ketergantungan Indonesia terhadap modal asing. Maka dapat

dilihat dari uraian diatas hubungan Jepang-Indonesia dari masa Orde Lama

sampai Orde Baru mengalami kemajuan, karena pada masa Orde Lama hubungan

Jepang-Indonesia belum begitu intensif dikarenakan kebijakan luar negerinya

lebih menekankan pada kekuatan mandiri dan rasa nasionalisme yang tinggi saja

dan rasa saling mencurugai satu sama lain. Sedangkan pada masa Orde Baru

64

(44)

lebih menekankan pada pembangunan ekonominya sehingga membutuhkan dana

yang besar untuk itu Indonesia menjalin hubungan dengan Jepang. Meskipun

Jepang memberikan bantuan untuk menstabilkan perekonomian Indonesia,

disamping itu Jepang mempunyai kepentingan nasionalnya yaitu agar Indonesia

(45)

BAB III

Peristiwa Malari dan Terbentuknya The Japan Foudation Indonesia

A. Krisis Politik dan Ekonomi Asia Tenggara

Pada tahun 1970 Jepang bangkit menjadi kekuatan ekonomi kedua di

dunia menyusul Amerika Serikat, kebangkitan ini terjadi skarena ekspor impor

yang dilakukan terhadap negara-negara menjadikan industrinya meningkat,

Jepang sangat tergantung pada Asia Tenggara khususnya pada wilayah ASEAN.

ASEAN merupakan partner dagang penting bagi Jepang, 30% ekspor ASEAN

yang dikirim ke Jepang termasuk seluruh ekspor LNG (gas alam cair), dan 25%

impor ASEAN dari Jepang.65

Pada awal tahun 1974 terjadi peristiwa anti-Jepang di Thailand, Malaysia,

Vietnam, Filipina, dan Indonesia selama kunjungan Perdana Menteri Tanaka

kelima negara ASEAN (Perhimpunan negara-negara Asia Tenggara). Pada saat

itu nama-nama perusahaan Jepang telah bermunculan menguasai Indonesia,

Thailand, Vietnam, Filipina, dan Malaysia. Perusahaan tersebut telah berkuasa

dan menggali sumber-sumber alam yang tidak dapat diganti oleh Jepang, berawal

dari janji dan ingin membantu perekonomian Asia Tenggara secara tidak langsung

telah menyusahkan rakyat di kawasan ini.66

Globalisasi telah menyatukan ekonomi nasional, terutama sektor keuangan

dalam sebuah unit tunggal yang beroperasi secara global.67 Pengaruh investasi

dan industri Jepang di Asia Tenggara khususnya Indonesia telah mengakibatkan

Jepang menjadi negara maju dan membantu perekonomian Jepang, sehingga

65

Robert A, Scalapino & Jusuf Wanandi, Asia Tenggara dalam Tahun 1980-an, Jakarta: Yayasan Proklamasi, Center for Strategic and International Studies, 1985, h. 76.

66

Mochtar Lubis,Kekuatan yang Membisu: Kepribadian dan Peranan Jepang, h. 63.

67

Gambar

Gambar struktur III. 2 The Japan Foundation pada Kementerian luar
Gambar I.1
Tabel I.1
gambaran bahwa negara-negara yang bersangkutan mempunyai kepentingan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Kajian ini dilakukan dengan pendekatan Sistem Informasi Geografis (SIG) dengan menjadikan teory Ministry Of Agriculture and Fishery-Japan sebagai dasar dalam

Wilayah Turen memiliki sejarah panjang, tentu merupakan kebanggaan tersendiri bagi masyarakat Turen. Ini berarti ada semacam tanggung jawab sosial dan kultural dari

Lengan utara terdiri dari batuan busur vulkanik yang berhubungan dengan subduksi Lempeng Laut Maluku ke arah barat pada Paleogen Akhir sampai Neogen (Jezek dkk.,

Wakil Dekan I/ Wakil Direkt ur Bidang Akademik bert anggungj awab mengkoordinasikan penyel enggaraan pendidikan di j urusan/ program st udi dal am l ingkungan f akul t

MaG-D dapat dijadikan warming-up untuk mengikuti kompetisi selanjutnya seperti ONMIPA atau OSN Pertamina, karena tipe serta karakter soal yang diberikan di MaG-D memiliki variasi

penjual tidak perlu memiliki toko online pribadi atau membuat situs pribadi. Penjual hanya perlu menyediakan foto produk yang menarik dan kemudian mengunggahnya dengan

Pelaksanaan jaminan kesehatan haruslah mengacu kepada kendali mutu dan kendali biaya dengan menerapkan ptinsip managed care, agar terjadi pembiayaan yang efisien