• Tidak ada hasil yang ditemukan

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Konsumen Dalam Mengkonsumsi Minyak Goreng Bermerek Di Kota Medan (Studi Kasus: Kecamatan Medan Deli)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Konsumen Dalam Mengkonsumsi Minyak Goreng Bermerek Di Kota Medan (Studi Kasus: Kecamatan Medan Deli)"

Copied!
83
0
0

Teks penuh

(1)

FAKTOR–FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONSUMEN

DALAM MENGKONSUMSI MINYAK GORENG BERMEREK

DI KOTA MEDAN

(Studi Kasus: Kecamatan Medan Deli)

SKRIPSI

LAILATUN NAJMI DALIMUNTHE

090304016

AGRIBISNIS

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

FAKTOR–FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONSUMEN

DALAM MENGKONSUMSI MINYAK GORENG BERMEREK

DI KOTA MEDAN

(Studi Kasus: Kecamatan Medan Deli)

SKRIPSI Oleh:

LAILATUN NAJMI DALIMUNTHE 090304016

AGRIBISNIS

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Srajana Di Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara, Medan

Disetujui Oleh: Komisi Pembimbing

Ketua Komisi Pembimbing Anggota Komisi Pembimbing

(Prof. Dr. Kelin Tarigan. MS) (Ir. Sinar Indra Kesuma. M.Si) NIP : 130 365 300 NIP : 19650926199303002

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(3)

ABSTRAK

LAILATUN NAJMI DALIMUNTHE (090304016) dengan judul penelitian Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Konsumen Dalam Mengkonsumsi Minyak Goreng Bermerek Di Kota Medan (Studi Kasus: Kecamatan Medan Deli) yangdibimbing oleh Bapak Prof. Dr. Kelin Tarigan. MS, M.Sc dan Bapak Ir. Sinar Indra Kesuma Ginting. M.Si.

Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi konsumen dalam mengkonsumsi minyak goreng bermerek dan untuk menganalisis pengaruh harga minyak goreng bermerek, pendapatan, tingkat pendidikan, dan jumlah tanggungan terhadap keputusan konsumen dalam mengkonsumsi minyak goreng bermerek di Kota Medan, Kecamatan Medan Deli. Penentuan daerah penelitian dilakukan secara purposive, Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Medan Deli. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan metode penelusuran (Accidental Sampling). Metode analisis yang digunakan adalah metode deskriptif dan metode regresi linier berganda.

Dari hasil penelitian, dapat disimpulkan pendapatan konsumen memiliki pengaruh positif yang nyata terhadap konsumsi minyak goreng bermerek di Kota Medan, Kecamatan Medan Deli. Kemudian harga beli minyak goreng bermerek, pendidikan, dan jumlah anggota keluarga memiliki pengaruh negative dan tidak berpengaruh nyata terhadap konsumsi minyak goreng bermerek di Kota Medan, Kecamatan Medan Deli.

Kata Kunci : Keputusan pembelian, Perilaku konsumen, Konsumsi minyak goreng bermerek

(4)

RIWAYAT HIDUP

Penulis memiliki nama lengkap Lailatun Najmi Dalimunthe, lahir pada tanggal 29

Agustus 1991. Penulis merupakan anak pertama dari pasangan Bapak Fahmi

Dalimunthe dan Ibu Mubdillah Nasution. Pendidikan formal yang pernah

ditempuh penulis adalah sebagai berikut :

1. Tahun 1997 masuk Sekolah Dasar Negeri 112216 SeiBerombang hingga tahun

2003.

2. Tahun 2003 masuk Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Sei Berombang dan

tamat tahun 2006.

3. Tahun 2006 masuk sekolah Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Panai Hilir dan

tamat tahun 2009.

4. Tahun 2009 diterima di Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian,

Universitas Sumatera Utara melalui jalur Pembinaan Minat dan Prestasi

(PMP).

5. Bulan Juli – Agustus 2013 melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di

Desa Sei Rampah, Kabupaten Serdang Bedagai, Provinsi Sumatera Utara.

(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan

nikmat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi ini dengan baik sebagai salah satu syarat untuk dapat memperoleh gelar

sarjana di Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera

Utara. Adapun judul skripsi ini adalah “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Konsumen Dalam Mengkonsumsi Minyak Goreng Bermerek Di Kota Medan (Studi Kasus: Kecamatan Medan Deli)”.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis banyak mendapat dukungan dan bantuan dari

berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima

kasih kepada :

1. Prof. Dr. Kelin Tarigan. MS selaku Ketua Komisi Pembimbing dan Bapak

Ir. Sinar Indra Kesuma M.Si selaku Anggota Komisi Pembimbing yang telah

membimbing dan memberikan masukan, sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini dengan baik dan benar.

2. Ibu Dr. Ir. Salmiah, M.S selaku Ketua Program Studi Agribisnis, Fakultas

Pertanian, Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Dr. Ir. Satia Negara Lubis, M.Ec selaku sekretaris Program Studi

Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara.

4. Seluruh dosen dan staf pengajar Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian,

Universitas Sumatera Utara.

5. Seluruh pegawai di Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara,

khususnya pegawai Program Studi Agribisnis yang telah membantu seluruh

(6)

6. Seluruh instansi dan responden yang terkait dengan penelitian penulis.

Penulis menyampaikan segala hormat dan terima kasih sebesar-besarnya kepada

Ayahanda Fahmi Dalimunthe dan Ibunda Mubdillah Nasution atas doa, kasih

sayang, motivasi, dan dukungan yang diberikan kepada penulis. Terima kasih

sebesar-besarnya kepada adik-adik (Pagol, Paisal, Laila, Madi, Sari, Ijar, Irma,

Aisyah, dan Abil), kakek (Mahran Dalimunthe) atas dukungan baik secara moril

dan materi, serta doa dan motivasi yang telah diberikan selama ini.

Terima kasih juga diucapkan kepada sahabat-sahabat penulis yang selalu memberi

semangat dan motivasi, yaitu Winda Ayu Wulandari, Mahda Sari Putri, Imelda

KS Pasaribu, Sitri Sorga, Aminah Nur ML, Naila Husna Tagore Putri, dan

teman-teman PKL di Sei Rampah, serta teman-teman-teman-teman stambuk 2009 yang telah banyak

membantu dan memberikan semangat baik semasa perkuliahan maupun dalam

meneyelesaikan skripsi ini. Terimakasih kepada Adis, Dwi, Ira, Feri, Fahri, Amri

dan teman-teman seluruhnya dari UKM TAEKWONDO USU yang turut

mendo’akan dan memotivasi penulis.

Penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari sempurna, sehingga penulis

menerima saran dan kritik yang bersifat membangun untuk penyempurnaan

skripsi ini. Penulis juga berharap semoga skripsi ini dapat berguna bagi

pembaca dan pihak-pihak yang membutuhkan. Akhir kata, penulis mengcapkan

terima kasih.

Medan, Juni 2014

(7)

DAFTAR ISI

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN

KERANGKA PEMIKIRAN 8

Metode Penentuan Daerah Sampel Penelitian 23

Metode Penentuan Sampel 24

Metode Pengumpulan Data 25

(8)

Asumsi Kalasik 28

Letak Geografis Kota Medan dan Lingkup Wilayah Penelitian 33 Luas Wilayah dan Rasio Terhadap Luas Kota Madya 33

Analisis Faktor-Faktor Apa Saja Yang Mempengaruhi Konsumen Dalam

(9)

KESIMPULAN DAN SARAN 55

Kesimpulan 55

Saran 56

(10)

DAFTAR TABEL

Tabel Judul Halaman

1 Kandungan Kolestrol Pada Beberapa Minyak Nabati Dan Lemak Daging

2 Analisis Gizi Minyak Sawit, Minyak Kelapa, Minyak Kacang Tanah, dan Minyak Wijen Per 100 Gram

3 Penduduk Dan Rumah Tangga Menurut Kecamatan Tahun 2011

4 Parameter Tingkat Keputusan Konsumen

5 Luas Wilayah dan Rasio terhadap Luas Kota Medan

6 Luas Wilayah, Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk Kota Medan Tahun 2011

7 Struktur Perekonomian Kota Medan 2007-2011 8 Indeks Pembangunan Masyarakat

9 Pendidikan Sampel Minyak Goreng Bermerek 10 Jumlah Tanggungan Sampel Minyak Goreng 11 Jumlah Pendapatan Sampel Minyak Goreng 12 Nilai Coefficient dan VIF

13 Analisis Regresi Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Konsumen Dalam Mengkonsumsi Minyak Goreng Bermerek

(11)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Judul Halaman

1 Skema Kerangka Pemikiran 2 Histogram

3 Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Judul

1 Karakteristik Responden Konsumen Minyak Goreng Bermerek di Kota Medan Kecamatan Medan Deli Tahun 2013

2 Kriteria Perilaku Konsumen Minyak Goreng Bermerek di Kota Medan Kecamatan Medan Deli tahun 2013

3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Jumlah Pembelian Konsumen Minyak Goreng Bermerek di Kota Medan Kecamatan Medan Deli Tahun 2013

4 Descriptive Statistics

5 Correlations

6 Variables Entered/Removed

7 Model Summary

8 ANOVA

9 Coefficients

10 Coefficient Correlations

11 Collinearity Diagnostics

12 Residuals Statistics

13 Histogram

14 Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual

(13)

ABSTRAK

LAILATUN NAJMI DALIMUNTHE (090304016) dengan judul penelitian Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Konsumen Dalam Mengkonsumsi Minyak Goreng Bermerek Di Kota Medan (Studi Kasus: Kecamatan Medan Deli) yangdibimbing oleh Bapak Prof. Dr. Kelin Tarigan. MS, M.Sc dan Bapak Ir. Sinar Indra Kesuma Ginting. M.Si.

Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi konsumen dalam mengkonsumsi minyak goreng bermerek dan untuk menganalisis pengaruh harga minyak goreng bermerek, pendapatan, tingkat pendidikan, dan jumlah tanggungan terhadap keputusan konsumen dalam mengkonsumsi minyak goreng bermerek di Kota Medan, Kecamatan Medan Deli. Penentuan daerah penelitian dilakukan secara purposive, Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Medan Deli. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan metode penelusuran (Accidental Sampling). Metode analisis yang digunakan adalah metode deskriptif dan metode regresi linier berganda.

Dari hasil penelitian, dapat disimpulkan pendapatan konsumen memiliki pengaruh positif yang nyata terhadap konsumsi minyak goreng bermerek di Kota Medan, Kecamatan Medan Deli. Kemudian harga beli minyak goreng bermerek, pendidikan, dan jumlah anggota keluarga memiliki pengaruh negative dan tidak berpengaruh nyata terhadap konsumsi minyak goreng bermerek di Kota Medan, Kecamatan Medan Deli.

Kata Kunci : Keputusan pembelian, Perilaku konsumen, Konsumsi minyak goreng bermerek

(14)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Di Indonesia hampir semua bahan makanan digoreng, bahkan daging yang

kandungan lemaknya tinggi saja pun digoreng. Di Indonesia sejak zaman dulu

kelapa melimpah sehingga semua makanan digoreng, demikian juga sekarang

produksi minyak sawit melimpah, sehingga kebiasaan menggoreng makanan terus

berlanjut.

Minyak goreng adalah minyak yang berasal dari

yang dimurnikan dan berbentuk cair dalam suhu kamar dan biasanya digunakan

untuk menggoreng makanan. Minyak goreng dari tumbuhan biasanya dihasilkan

dari tanaman seperti

(Anonimus, 2013).

Di Indonesia sendiri minyak goreng yang paling banyak digunakan adalah minyak

goreng yang bahan bakunya dari kelapa sawit. Minyak goreng yang terbuat dari

bahan kelapa sawit ini sangat ideal karena dari segi harga dan ketersediaannya,

selain itu Indonesia sendiri adalah salah satu negara penghasil kelapa sawit yang

terbesar.

Minyak goreng kelapa sawit ini terbagi ke dalam dua segmen, yaitu minyak

goreng curah dan minyak goreng bermerek. Minyak goreng curah dan minyak

goreng bermerek adalah sama-sama hasil dari proses industri. Namun, berbeda

dari kualitas dan prosesnya. Untuk minyak goreng curah penyaringannya

(15)

didistribusikan dalam bentuk non kemasan. Sedangkan minyak goreng bermerek

2-4 kali proses penyaringan, minyak yang jernih dan dikemas dengan merek

tertentu (Anonimus. 2012).

Dalam penggunaannya, minyak goreng bermerek jauh lebih baik ketimbang

minyak goreng curah. Minyak goreng curah sebenarnya juga sudah layak

digunakan tetapi kurang bersih, kurang higienis. Hal ini bisa dilihat pada minyak

yang bau tengik dan warnanya kurang bersih. Pada minyak goreng kemasan

proses pemurniannya sudah dilakukan lebih baik (Anonimus. 2012).

Minyak goreng bermerek memiliki banyak keunggulan dibandingkan dengan

minyak goreng curah. Meski demikian harga minyak goreng bermerek tidak jauh

berbeda dari harga minyak goreng curah. Perubahan harga minyak goreng akan

sangat terasa bagi pemilik usaha industri makanan yang banyak menggunakan

minyak goreng, pengusaha warung makan, dan ibu- ibu rumah tangga. Selain itu,

minyak goreng bermerek sama halnya dengan minyak goreng curah mudah

diperoleh karena selain tersedia di pasar modern juga tersedia di pasar tradisional.

Kadar kolestrol dalam minyak sawit terdiri dari sitosterol, campesterol,

sigmasterol, dan kolesterol dalam jumlah sedikit. Dalam CPO, kadar sterol

berkisar antara 360 – 620 ppm, sedangkan kadar kolesterol yang terkandung

hanya sekitar 10 ppm saja, atau sebesar 0,001% dari CPO, jadi persentase kadar

kolesterol dalam minyak sawit sangat kecil (Tim Penulis, 1997).

Dibandingkan minyak nabati dan lemak hewan yang lain, minyak kelapa sawit

ternyata mempunyai kandungan kolesterol yang rendah. Perbandingan kadar

(16)

Tabel 1. Kandungan Kolestrol Pada Beberapa Minyak Nabati Dan Lemak Daging

No Jenis Minyak Kadar Kolestrol Rata-rata (ppm)

Sumber: (Tim Penulis, 1997)

Dengan melihat unsur-unsur yang terkandung dalam minyak sawit, tak dapat

disangkal bahwa minyak sawit merupakan salah satu bahan makanan yang

mengandung kalori cukup tinggi. Berikut ini akan ditampilkan tabel untuk

membandingkan besarnya kalori dan zat-zat yang terkandung dalam beberapa

minyak nabati (Tim Penulis, 1997).

Tabel 2. Analisis Gizi Minyak Sawit, Minyak Kelapa, Minyak Kacang Tanah, dan Minyak Wijen Per 100 Gram

Zat Makanan Minyak Sawit

Sumber : (Tim Penulis, 1997)

Keberadaan minyak goreng yang beredar bebas di pasaran membuat konsumen

(17)

minyak goreng bermerek atau minyak goreng curah. Saat ini minyak goreng

bermerek yang banyak beredar di pasaran antara lain, Bimoli, Filma, Kunci Mas,

Sania, dan lainnya. Sehubungan dengan banyaknya ragam minyak goreng yang di

jual di pasaran, perilaku konsumen erat kaitannya dengan konsumsi minyak

goreng itu sendiri. Perilaku pembelian seseorang dapat dikatakan sesuatu yang

unik (Suryani, 2008).

Suryani (2008) mengembangkan model perilaku konsumen dengan menetapkan

tiga faktor yang berpengaruh terhadap perilaku konsumen dalam pembelian.

Faktor pertama yang berpengaruh pada perilaku konsumen adalah stimulus

pemasaran. Stimulus pemasaran meliputi harga, produk, promosi, serta lokasi.

Faktor kedua berasal dari konsumen meliputi motivasi, sikap, serta karakteristik

konsumen (jumlah tanggungan, pendapatan, dan lain-lain). Pengaruh yang ketiga

respon konsumen yaitu hasil akhir dari proses keputusan konsumen dan suatu

pertimbangan yang menyeluruh dari semua faktor di atas.

Seiring dengan makin tingginya tingkat pendidikan dan tingkat ekonomi

masyarakat, peralihan pola konsumsi dari minyak goreng curah ke minyak goreng

bermerek pun semakin besar. Hanya saja kelemahan yang dimiliki oleh minyak

goreng bermerek adalah harganya yang relatif lebih mahal dibandingkan dengan

minyak goreng curah. Pasalnya minyak goreng yang dikemas dalam botol atau

plastik dianggap lebih bersih dan higienis oleh masyarakat daripada minyak

goreng yang dijual eceran oleh pedagang keliling yang ditempatkan di dalam

jerigen dan drum. Hal ini semakin membuka lebar peluang pasar bagi industri

(18)

bahan pokok kebutuhan sehari-hari sehingga tentunya hampir seluruh masyarakat

Indonesia mengkonsumsinya.

Minyak goreng curah memiliki kualitas dan higienitas yang buruk. Hal ini

membuat pemerintah berupaya menghilangkan minyak goreng curah dari

pasaranpada 2015 dengan alasan mengurangi risiko kesehatan konsumen.

Pemerintah akan menurunkan secara bertahap jumlah produksi migor curah dan

membatasi pertumbuhan pasar minyak ini hingga 80 persen sampai 2015.

Alasannya bukan pada nilai ekonomi bisnis melainkan kesehatan konsumen. Hal

ini semakin membuka lebar peluang pasar bagi industri minyak goreng kemasan

bermerek (Top Brand Dalam Pasar Komoditi Bermerek,”

www.frontier.co.iddiakses 2 Mei 2014)

Saat ini terdapat lebih dari 20 merek minyak goreng kemasan nasional yang ada di

pasar. Artinya, kompetisi di produk minyak goreng bermerek memiliki tekanan

yang tinggi. Puluhan merek minyak goreng tersebar di toko atau swalayan mulai

dari Bimoli, Kunci Mas, Filma, Tropical, Sunco, Fortune, Gurih, dan lain-lain.

Potensi pasar minyak goreng bermerek memang masih menjanjikan. Persaingan

bisnis minyak goreng di tanah air pun semakin ramai. Merek-merek minyak

goreng kemasan yang ada menawarkan harga dan kualitas yang hampir sama.

Ditambah lagi, konsumen minyak goreng bukanlah tipe konsumen yang loyal

untuk produk ini. Pada kasus minyak goreng, konsumen akan memilih minyak

goreng bukan karena kandungannya namun lebih pada hal-hal yang sifatnya direct

(19)

bisnis antar minyak goreng kemasan bermerek semakin ketat (Top Brand Dalam

Pasar Komoditi Bermerek,” www.frontier.co.iddiakses 2 Mei 2014)

Sepanjang tahun 2007 sampai dengan tahun 2008 terjadi kenaikan harga

barang-barang kebutuhan pokok, salah satunya minyak goreng. Kenaikan harga ini sangat

berpengaruh terhadap daya beli masyarakat. Selain memperhatikan mutu, tingkat

harga juga merupakan pertimbangan masyarakat di dalam membeli minyak

goreng. Hal ini disebabkan minyak goreng merupakan bahan kebutuhan pokok

sehari-hari, sehingga sangat sensitif terhadap perubahan harga. Minyak goreng

bermerek yang akan menguasai pangsa pasar adalah minyak goreng yang

mempunyai harga sesuai dengan daya beli masyarakat (harga murah).

Berdasarkan uraian di atas peneliti tertarik untuk meneliti faktor-faktor yang

mempengaruhi konsumen dalam mengkonsumsi minyak goreng bermerek.

Identifikasi Masalah:

Berdasarkan penjelasan di atas, permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian

ini adalah:

1. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi konsumen dalam

mengkonsumsi minyak goreng bermerek di lokasi penelitian?

2. Bagaimana pengaruh perilaku konsumen terhadap konsumsi minyak

(20)

Tujuan Penelitian:

1. Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi konsumen

dalam mengkonsumsi minyak goreng bermerek di lokasi penelitian.

2. Untuk menganalisis pengaruh perilaku konsumen terhadap konsumsi

minyak goreng bermerek di lokasi penelitian.

Kegunaan Penelitian:

1. Sebagai bahan informasi bagi mahasiswa yang melakukan penelitian.

2. Sebagai bahan informasi bagi pemerintah mengenai konsumen minyak

goreng bermerek.

(21)

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN

KERANGKA PEMIKIRAN

Tinjauan Pustaka

Kelapa Sawit

Kelapa sawit tumbuh dengan baik pada dataran rendah di daerah tropis yang

beriklim basah, yaitu sepanjang garis khatulistiwa antara 23,5o LU-23,5o LS.

Adapun negara yang potensial untuk menjadi produsen kelapa sawit terbesar bila

ditinjau dari segi lahan dan iklim yaitu Brasil, Indonesia, dan Colombia. Di

Indonesia sendiri yang mempunyai luas areal tanaman untuk penyebaran

perkebunan kelapa sawit antara lain Riau, Sumatera Utara, dan Sumatera Selatan.

Komposisi kepemilikan usaha yang paling dominan yaitu perkebunan besar

swasta nasional (PBSN), disusul kemudian oleh perkebunan rakyat dan

perkebunan negara. Wilayah di Indonesia yang memiliki perkebunan kelapa sawit

terluas adalah Pulau Sumatera, yaitu 76,93% (Pahan, 2006).

Minyak Goreng

Di Indonesia sendiri minyak goreng yang paling banyak digunakan adalah minyak

goreng yang bahan bakunya dari kelapa sawit. Minyak goreng yang terbuat dari

bahan kelapa sawit ini sangat ideal karena dari segi harga dan ketersediaannya,

selain itu Indonesia sendiri adalah salah satu negara penghasil kelapa sawit yang

terbesar.

Minyak goreng yang dikonsumsi masyarakat pada masa sebelum orde baru dan

(22)

minyak goreng yang berasal dari kelapa. Semenjak semakin meningkatnya

produksi kelapa sawit pada tahun 1970-an, minyak goreng asal kelapa tergeser

oleh minyak goreng bahan baku sawit. Dibandingkan dengan minyak sawit,

minyak kelapa mengandung lemak jenuh dalam jumlah tinggi. Minyak sawit

rendah lemak jenuh karena produksi minyak sawit melalui proses pemanasan dan

pengepresan (Amang, 1996).

Minyak goreng dikonsumsi hampir seluruh masyarakat, baik itu di tingkat rumah

tangga maupun industri makanan. Fungsi minyak goreng pada umumnya bukan

sebagai bahan baku namun hanya sebagai bahan pembantu. Fungsi minyak goreng

sangat penting dalam menciptakan aroma, rasa, warna, daya simpan dan dalam

beberapa hal juga dapat sebagai alat peningkat nilai gizi (Amang, 1996).

Landasan Teori

Teori Permintaan

Permintaan diartikan sebagai jumlah barang yang dibutuhkan konsumen yang

mempunyai kemampuan untuk membeli pada berbagai tingkat harga. Salah satu

konsep permintaan dalam pasar yaitu permintaan konsumen atau yang disebut

dengan konsumsi. Konsumsi merupakan bagian dari permintaan agregat yang di

samping faktor-faktor lain yang mempengaruhinya. Permintaan konsumen (secara

perseorangan) tidak akan mampu mempengaruhi harga dan persediaan barang,

akan tetapi jika bersama-sama akan membentuk sisi dalam pasar (Umar,2000).

Kurva permintaan menunjukkan kesediaan konsumen untuk membeli suatu

(23)

yang ditawarkan maka jumlah barang yang diminta semakin rendah dan apabila

harga barang yang ditawarkan semakin rendah maka jumlah yang diminta

semakin meningkat (Pyndick, 2003).

Menurut Bangun (2007), permintaan seseorang atau masyarakat terhadap suatu

komoditi ditentukan oleh banyak faktor, seperti:

1. Harga komoditi itu sendiri

Jika harga semakin murah, permintaan terhadap suatu produk akan bertambah.

Hal ini berkaitan dengan hokum permintaan, jika harga suatu barang meningkat

cateris paribus, jumlah suatu barang yang diminta akan berkurang, dan begitu

sebaliknya.

2. Harga komoditi lain yang berkaitan erat dengan komoditi tersebut

Pengaruh harga komoditas lain terhadap jumlah permintaan suatu barang

tergantung pada jenis barangnya. Jenis barang yang ditentukan yaitu barang

substitusi dan barang komplementer.

3. Pendapatan rumah tangga dan pendapatan masyarakat

Tingkat pendapatan mencerminkan daya beli. Semakin tinggi tingkat pendapatan,

(24)

4. Selera

Semakin tinggi minat dan keinginan konsumen terhadap suatu barang, maka akan

semakin tinggi pula tingkat permintaannya. Sebaliknya semakin berkurang

keinginan konsumen akan suatu barang maka permintaaan juga akan berkurang.

5. Jumlah penduduk

Jumlah penduduk merupakan faktor yang mempengarui permintaan atas suatu

barang. Semakin tinggi tingkat pertumbuhan penduduk maka semakin tinggi

jumah permintaan akan suatu barang. Sebaliknya jika jumlah penduduk semakin

berkurang maka permintaan akan suatu barang akan berkurang.

6. Perkiraan harga di masa mendatang

Perkiraan harga suatu barang di masa yang akan datang akan mempengaruhi

jumlah permintaan suatu barang. Apabila diramalkan terjadi kenaikan harga suatu

barang tertentu di masa yang akan datang, maka permintaan barang tersebut akan

bertambah. Sebaliknya, apabila diramalkan harga suatu barang akan turun di masa

yang akan datang maka permintaan suatu barang akan berkurang.

Perubahan permintaan dapat dibedakan menjadi:

1. Pergerakan sepanjang kurva perminaan

Perubahan permintaan sepanjang kurva permintaan terjadi bila harga komoditi

yang diminta berubah (naik atau turun). Penurunan harga komoditi tersebut akan

menaikkan jumlah yang diminta dan kenaikan harga komoditi mengurangi jumlah

(25)

2. Pergeseran kurva permintaan

Pergeseran kurva permintaan ke kanan atau ke kiri disebabkan oleh perubahan

permintaan yang ditimbulkan oleh faktor-faktor selain harga komoditi tersebut.

Kemudian menurut Sukirno (2008), teori permintaan menerangkan tentang ciri

hubungan antara jumlah permintaan dan harga. Berdasarkan ciri hubungan antara

permintaan dan harga dapat dibuat grafik kurva permintaan.

Teori Harga

Harga pasar suatu komoditi dan jumlah yang diperjualbelikan ditentukan oleh

permintaan dan penawaran dari komoditi tersebut. Dengan harga pasar

dimaksudkan harga yang disepakati oleh penjual dan pembeli (Sugiarto, 2000).

Kurva penawaran menunjukkan jumlah barang yang bersedia di jula oleh para

produsen pada harga yang akan diterimnya di pasar, sambil mempertahankan agar

setiap faktor yang mempengaruhi jumlah penawaran tetap. Sedangkan kurva

permintaan menyatakan berapa banyak konsumen bersedia membeli karena harga

per unit berubah (Pyndick, 2003).

Kurva permintaan menggambarkan hubungan hubungan antara harga dengan

jumlah barang yang diminta. Dalam permintaan terdapat variabel yaitu jumlah

barang yang diminta dan harga barang itu sendiri dengan asumsi variabel-variabel

lainnya konstan (ceteris paribus). Dalam hal ini yag dianggap variabel-variabel

lainnya misalnya harga barang lain, pendapatan, selera konsumen, pengeluaran,

(26)

Gambar 1. Kurva permintaan

Konsumen

Istilah konsumen sering diartikan sebagai individu yang membeli barang dan jasa

untuk digunakan sendiri. Dalam konteks barang dan jasa yang dibeli kemudian

digunakan langsung oleh individu sering disebut sebagai “pemakai akhir” atau

“konsumen” akhir (Sumarwan, 2004).

Menurut Setiadi (2005) pembelian konsumen dipengaruhi oleh beberapa faktor

yang antara lain:

1. Umur

Orang mengubah barang dan jasa yang mereka beli selama masa hidupnya.

Umur berhubungan dengan selera akan makanan, pakaian, perabot, dan

rekreasi. Membeli juga dibentuk oleh tahap daur hidup keluarga, tahap-tahap

yang mungkin dilalui oleh keluarga sesuai dengan kedewasaannya. Q 3

Q 2 Q 1

P 1 P 2 P 3

Harga (Rp)

(27)

2. Pendapatan

Pendapatan masyarakat mencerminkan daya beli masyarakat. Tinggi atau

rendahnya pendapatan masyrakat akan mempengaruhi kualitas maupun

kuantitas permintaan. Pendapatan yang lebih rendah berarti bahwa secara total

hanya ada uang yang sedikit untuk dibelanjakan, sehingga masyarakat akan

membelanjakan lebih sedikit uang untuk beberapa dan mungkin pula terhadap

sebagian besar barang. Jika permintaan terhadap sebuah barang berkurang

ketika pendapatan berkurang, barang tersebut dinamakan barang normal

(normal goods). Pendapatan seseorang mempengaruhi pilihan produk.

3. Pendidikan

Kalau orang bertindak, mereka belajar. Pembelajaran menggambarkan

perubahan dalam tingkat individual yang muncul dari proses pendidikan yang

dijalani. Pendidikan seseorang sangat mempengaruhi pilihannya. Apabila

pendidikan konsumen tinggi maka akan lebih memilih barang yang berkualitas

baik, tingkat pendidikan dapat dilihat dari pendidikan terakhir konsumen.

4. Harga barang lain

Permintaan terhadap suatu barang dapat dipengaruhi oleh harga barang-barang

lain yang ada kaitannya. Seperti barang yang saling mengganti (substitusi)

atau barang yang saling melengkapi (komplementer). Naik turunnya harga

barang substitusi dan komplementer dapat mempengaruhi permintaan terhadap

barang yang digantikan atau yang dilengkapi.

(28)

Kenaikan terhadap harga barang itu sendiri dapat mempengaruhi jumlah

permintaannya. Karena akibat kenaikan tersebut pembeli mencari barang lain

yang dapat digunakan sebagai barang pengganti terhadap barang yang

mengalami kenaikan dan atau pembeli mengurangi jumlah barang yang

diminta tersebut. Oleh karena itu naik turunnya harga barang tersebut secara

langsung dapat mempengaruhi jumlah barang yang diminta.

Perilaku Konsumen

Perilaku konsumen adalah proses dan aktivitas ketika seseorang berhubungan

dengan pencarian, pemilihan, pembelian, penggunaan, serta pengevaluasian

produk dan jasa demi memenuhi kebutuhan dan keinginan. Perilaku konsumen

merupakan hal-hal yang mendasari konsumen untuk membuat keputusan

pembelian. Untuk barang berharga jual rendah (low-involvement) proses

pengambilan keputusan dilakukan dengan mudah, sedangkan untuk barang

berharga jual tinggi (high-involvement) proses pengambilan keputusan dilakukan

dengan pertimbangan yang matang.

Banyak pengertian perilaku konsumen yang dikemukakan oleh para ahli. Salah

satunya adalah Engel, yaitu suatu tindakan yang langsung mendapatkan,

mengkonsumsi, serta menghabiskan produk dan jasa termasuk proses keputusan

yang mendahuluinya dan penyusul tindakan tersebut. Perilaku konsumen terbagi

dua yaitu perilaku yang tampak diantaranya jumlah pembelian, waktu, karena

siapa, bagaimana dilakukan pembelian itu, sedangkan yang kedua adalah perilaku

yang tidak tampak diantaranya persepsi, ingatan terhadap informasi dan

(29)

Keputusan Pembelian

Proses pengambilan keputusan konsumen dalam pembelian ditentukan oleh

perilaku konsumen. Proses tersebut merupakan sebuah pendekatan penyelesaian

masalah pada kegiatan manusia untuk membeli barang dan jasa dalam memenuhi

kebutuhan dan keinginannya. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi keputusan

pembelian konsumen, yaitu faktor internal dan faktor stimulus pemasaran

Faktor internal meliputi sosial dan ekonomi.

Sosial:

1. Motivasi

Seorang konsumen tergerak untuk membeli suatu produk karena ada sesuatu yang

menggerakkan. Menurut Jeffrey, et al (1996) dalam Suryani (2008) menyatakan

proses motivasi terjadi karena adanya kebutuhan, keinginan maupun harapan yang

tidak terpenuhi yang menyebabkan timbulnya ketegangan. Pada tingkat tertentu

ketegangan ini akan berubah menjadi hasrat yang mendorong individu melakukan

suatu perilaku tertentu guna memenuhi kebutuhan, keinginan, dan hasrat tersebut.

2. Pengalaman

Pengalaman merupakan proses pembelajaran dalam perilaku seseorang dan

kebanyakan perilaku manusia adalah hasil dari proses pembelajaran. Secara teori

pembelajaran seseorang terjadi dari hasil dorongan, rangsangan isyarat, dan

tanggapan (Umar, 2000).

3. Kelompok Acuan

Kelompok acuan seseorang terdiri atas semua kelompok di sekitar individu yang

mempunyai pengaruh baik langsung maupun tidak langsung terhadap perilaku

(30)

seseorang, karena individu biasanya berhasrat untuk berperilaku sama dengan

kelompok acuan tersebut (Suryani, 2008).

4. Keluarga

Keluarga mempunyai peran penting dalam keputusan pembelian. Konsumen

sebagai anggota keluarga yang sering berinteraksi dengan anggota keluarga yang

lain, perilakunya secara tidak langsung dipengaruhi oleh hasil interaksi tersebut.

Oleh karena itu secara tidak langsung atau tidak langsung keputusan pembelian

dipengaruhi oleh keluarga (Suryani, 2008).

Ekonomi:

1. Pendapatan

Pembelian mencerminkan daya beli masyarakat. Tinggi atau rendahnya

pendapatan masyarakat akan mempengaruhi kuantitas dan kualitas pembelian.

Pendapatan yang lebih rendah berarti secara total hanya ada sedikit uang untuk

dibelanjakan sehingga seseorang akan membelanjakan lebih sedikit uang untuk

beberapa dan mungkin pula terhadap sebagian besar barang (Setiadi, 2003).

2. Jumlah Tanggungan

Jumlah tanggungan akan mempengaruhi jumlah pembelian terhadap suatu barang.

Semakin banyak tanggungan, maka jumlah pemebelian akan semakin meningkat.

Hal ini berkaitan dengan usaha pemenuhan akan kecukupan kebutuhan setiap

individu yang ada di suatu tempat (Sukirno, 2003).

Faktor stimulus pemasaran meliputi harga, kualitas produk, promosi, dan lokasi

a. Harga.

Harga adalah jumlah yang dibutuhkan untuk memperoleh suatu barang dan

(31)

indikator kualitas produk terutama pada waktu harus membuat keputusan

pembelian sedangkan informasi yang dimiliki tidak lengkap. Persepsi konsumen

terhadap produk sering berubah-ubah seiring dengan perubahan yang terjadi pada

harga. Harga merupakan faktor yang sangat berpengaruh dalam keputusan

pembelian, apabila harga murah maka konsumen dengan sendirinya tertarik serta

diikuti dengan jumlah pembelian yang lebih banyak (Sumarwan, 2004).

b. Kualitas Produk

Kepuasan pelanggan sangat berkaitan erat dengan kualitas. Kualitas memuaskan

yang sudah dirasakan konsumen memberikan kepuasan terhadap keinginan

konsumen. Konsumen yang puas selanjutnya kembali membeli produk tersebut

(Kotler, 1994).

c. Promosi.

Promosi merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan suatu program

pemasaran. Betapapun berkualitasnya suatu produk, bila konsumen belum pernah

mendengarnya dan tidak yakin bahwa produk itu akan berguna bagi mereka, maka

mereka tidak akan pernah membelinya (Kotler, 1994).

Pada hakikatnya promosi adalah suatu bentuk komunikasi pemasaran. Yang

dimaksud dengan komunikasi pemasaran adalah aktivitas pemasaran yang

berusaha menyebarkan informasi, mempengaruhi, membujuk, atau mengingatkan

pasar sasaran atas produknya agar bersedia menerima, membeli, dan loyal pada

produk yang ditawarkan perusahaan yang bersangkutan (Kotler, 1994).

d. Lokasi

Lokasi atau tempat yang disebut dengan pasar merupakan pertemuan pembeli dan

(32)

pembelian sangat berpengaruh saat konsumen membeli karena tempat

menentukan gengsi bagi sebagian orang (Mangkunegara, 2002).

Penelitian Sebelumnya

Penelitian yang berjudul “Faktor-faktor yang mempengaruhi konsumsi minyak

goreng di kota medan” oleh Faoeza (2009). Penelitian ini menguji faktor-faktor

yang mempengaruhi tingkat konsumsi minyak goreng di Kota Medan dan tingkat

elastisitasnya serta mengetahui jenis barang dari minyak goreng.

Adapun alat uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan Ordinary

Least Square (OLS) yaitu regresi linier berganda dengan menggunakan perangkat

lunak SPSS 17. Adapun hasil dari uji tersebut adalah sebagai berikut :

1. Terdapat perbedaan karakteristik konsumen minyak goreng bermerek dan

minyak goreng curah dalam mengkonsumsi minyak goreng di Kota Medan.

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi konsumsi minyak goreng secara signifikan

adalah jumlah tanggungan keluarga dan minyak goreng bersifat inelastis serta

merupakan barang inferior.

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi konsumsi minyak goreng curah dan minyak

goreng bermerek adalah harga minyak goreng itu sendiri dan jumlah

tanggungan keluarga.

4. Minyak goreng curah dan minyak goreng bermerek merupakan barang yang

bersifat elastis dan merupakan barang inferior.

Skala Likert

Skala Likert digunakan untuk mengukur persepsi atau perilaku seseorang. Skala

(33)

mengajukan beberapa pertanyaan kepada responden. Kemudian responden

memberi pilihan respon atau jawaban dalam bentuk skala yang diukur yang telah

disediakan, yakni: sangat setuju (5), setuju (4), cukup setuju (3), tidak setuju (2),

dan sangat tidak setuju (1) (Nazir, 2003).

Menurut Sugiono (2012) menjelaskan bahwa Skala Likert merupakan metode

pengukuran yang digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi

seseorang atau kelompok orang tentang fenomena sosial. Dari pengertian tersebut

dapat disimpulkan bahwa

yang dibagikan kepada responden untuk mengetahui skala sikap suatu objek

tertentu.

Kerangka Pemikiran

Penyediaan kebutuhan minyak goreng di Medan diperoleh dari perkebunan kelapa

sawit pada dasarnya. Baik itu dari perkebunan rakyat maupun milik negara. Hasil

olahan dari kelapa sawit tersebut salah satunya adalah minyak goreng. Minyak

goreng terbagi ke dalam dua segmen yaitu minyak goreng curah dan minyak

goreng bermerek.

Perbedaan dari kedua minyak goreng tersebut adalah dari segi bentuk kemasan

dan kebersihannya. Seiring dengan makin tingginya tingkat pendidikan dan

tingkat ekonomi masyarakat, peralihan pola konsumsi dari minyak goreng curah

ke minyak goreng bermerek pun semakin besar. Minyak goreng yang dikemas

tentu lebih bersih dan higienis daripada minyak goreng yang dijual eceran atau

(34)

Bedasarkan penjelasan tersebut adapun beberapa faktor yang mempengaruhi

konsumsi minyak goreng bermerek yaitu harga minyak goreng bermerek,

pendapatan rata-rata, pendidikan, dan jumlah tanggungan. Kemudian perilaku

konsumen terhadap konsumsi minyak goreng bermerek terbagi dua yaitu perilaku

yang tempak antara lain jumlah pembelian, waktu, karena siapa, dan dan

bagaimana dilakukan pembelian itu, sedangkan yang kedua adalah perilaku yang

tidak tampak antara lain persepsi, ingatan terhadap informasi dan pemasaran

kepemilikan oleh konsumen.

Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran Konsumen

Faktor-faktor yang mempengaruhi: 1. Harga minyak goreng bermerek 2. Pendapatan rata-rata

3. Pendidikan

4. Jumlah tanggungan

5. Harga minyak goreng curah

Konsumsi minyak goreng bermerek

Perilaku Konsumen 1. Perilaku yang tampak 2. Perilaku yang tidak

tampak

Keterangan :

(35)

Hipotesis Penelitian

1. Harga minyak goreng bermerek, pendapatan, pendidikan, dan jumlah

(36)

METODE PENELITIAN

Metode Penentuan Daerah Sampel Penelitian

Penentuan daerah penelitian ditentukan secara purposif atau sengaja berdasarkan

pertimbangan tertentu. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Medan Deli. Hal ini

dikarenakan jumlah populasi rumah tangga terbanyak ada di Kecamatan Medan

Deli.

Tabel 3. Penduduk Dan Rumah Tangga Menurut Kecamatan Tahun 2011

No Kecamatan Penduduk Rumah

Tangga

(37)

Metode Penentuan Sampel

Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan metode penelusuran

(Accidental Sampling), yaitu pengambilan sampel tidak ditetapkan lebih dahulu

dimana peneliti langsung mengumpulkan data dari unit sampling yang memenuhi

kriteria sampel. Kriterianya adalah orang yang mengkonsumsi minyak goreng

bermerek.

Menurut Sugiono (2006), sampel adalah bagian dari populasi yang akan diteliti

dan yang dianggap dapat menggambarkan populasi. Populasi dalam penelitian ini

adalah individu yang mengonsumsi minyak goreng bermerek. Penentuan besarnya

sampel dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode Slovin, dengan

rumus:

�= �

�+���

Dimana:

n = ukuran sampel

N = ukuran populasi

E = kesalahan pengambilan sampel yang ditolerir, dalam hal ini 15%

Dengan demikian, besarnya sampel yang diperoleh sebanyak:

�= ��.���

�+��.���(�.��)�

�= ��.���

(38)

�= ��.���

���,����

�=��,��=�������������

Banyaknya sampel adalah 44 rumah tangga yang ada di Kecamatan Medan Deli.

Maka diharapkan besar sampel tersebut dapat mewakili populasi.

Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data

sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari sumber

informasi dengan menggunakan instrument kuesioner dan wawancara. Sedangkan

data sekunder diperoleh secara tidak langsung melalui pihak ketiga seperti, BPS

Kota Medan, internet, dan instansi lain terkait.

Metode Analis Data

Untuk identifikasi masalah 1 untuk melihat faktor-faktor apa saja yang

mempengaruhi konsumsi minyak goreng digunakan metode regresi linear

berganda. Data yang dibutuhkan untuk hal ini adalah data harga minyak goreng,

pendapaan rata-rata, tingkat pendidikan konsumen, dan jumlah tanggungan

konsumen, dimana nilai-nilai parameter tersebut selanjutnya akan diduga, adapun

(39)

Y = a + b₁X₁ + b₂X₂ + b₃X₃ + b4X4 + e

Keterangan,

Y = Konsumsi minyak goreng bermerek (kg/bln)

a = Konstanta

b1-b4 = koefisien regresi

X1 = Harga minyak goreng bermerek (Rp/kg)

X2 = Pendapatan rata-rata (Rp/Bln)

X3 = Jumlah tanggungan (orang)

X4 = Pendidikan (tahun)

e = kesalahan pengganggu

Hipotesis yang digunakan adalah:

H0 : Harga minyak goreng bermerek, pendapatan rata-rata, jumlah tanggungan,

dan pendidikan, tidak berpengaruh terhadap konsumsi minyak goreng

bermerek di lokasi penelitian

H1 : Harga minyak goreng bermerek, pendapatan rata-rata, jumlah tanggungan,

dan pendidikan, berpengaruh terhadap konsumsi minyak goreng bermerek di

(40)

Untuk identifikasi masalah 2 digunakan analisis deskriftif dengan menjumlahkan

atau menskorkan data-data yang diperoleh.

Table 4. Parameter Tingkat Keputusan Konsumen

No Parameter Pernyataan Skor

1 Membeli minyak goreng bermerek karena kebutuhan

a. Sangat tidak setuju b. Tidak setuju 2 Membeli minyak goreng bermerek

berdasarkan pengalaman membeli sebelumnya

a. Sangat tidak setuju b. Tidak setuju 3 Membeli minyak goreng bermerek karena

pengaruh dari orang lain/ teman

a. Sangat tidak setuju b. Tidak setuju 4 Membeli minyak goreng bermerek karena

pengaruh dari anggota keluarga

a. Sangat tidak setuju b. Tidak setuju 5 Membeli minyak goreng bermerek karena

harga

a. Sangat tidak setuju b. Tidak setuju 6 Membeli minyak goreng bermerek karena

kualitasnya baik

a. Sangat tidak setuju b. Tidak setuju 7 Membeli minyak goreng bermerek karena

adanya promosi dari penjual/ iklan

a. Sangat tidak setuju b. Tidak setuju 8 Membeli minyak goreng bermerek karena

kemudahan memperolehnya

(41)

Untuk mengukur tingkat keputusan konsumen digunakan metode scoring dengan

8 parameter.

Untuk mengukur range dari skor digunakan rumus:

�����=������������ − ������������

��������������

Jumlah tingkat skor keputusan konsumen adalah 8-40. Apabila skor berada pada : ≥10-20 = tingkat keputusan rendah

21-31 = tingkat keputusan sedang ≥32 = tingkat keputusan tinggi

Uji Asumsi Klasik

Untuk dapat mangaplikasikan OLS terdapat setidaknya beberapa persyaratan yang

harus dipenuhi yaitu BLUE (Best Linear Unbiased Estimator) dimana untuk

memperoleh model regresi yang terbail. Dengan demikian sebelum data

diestimasi dengan metode OLS ada beberapa kriteria yang harus dipenuhi sebagai

berikut:

1. Uji Linieritas

Uji linearitas dilakukan untuk mengetahui apakah persamaan regresi yang

diperoleh linear atau tidak dengan uji F. Kriteria yang digunakan adalah bila

Fhitung > Ftabel bentuk hubungan adalah linier.

2. Uji Multikolinieritas

Uji multikolinearitas dimaksudkan untuk menghindari adanya hubungan yang

linear antar variabel bebas. Menurut Gujarati (1994), Multikolinearitas dapat

(42)

• Jika nilai Toleransi atau VIF (Variance Inflation Factor) kurang dari 0,1

atau nilai VIF melebihi 10

• Terdapat koefisien korelasi sederhana yang mencapai atau melebihi 0,8

Jika nilai F-hitung melebihi nilai F-Tabel dari regresi antar variabel bebas

(Sujianto, 2009)

3. Uji Heteroskedastisitas

Uji heterokedastisitas dilakukan untuk mengetahui populasi Y yang berhubungan

dengan berbagai nilai X mempunyai varians yang sama. Heteroskedastitas dapat

dideteksi dengan beberapa metode, diantara adalah:

• Metode grafik, yaitu melalui grafik penyebaran nilai-nilai residual

terhadap nilai-nilai prediksi. Jika membentuk suatu pola tertentu maka

terjadi heteroskedstisitas.

• Dengan uji Park, terdapat dua tahap prosedur. Dalam tahap pertama kita

melakukan regresi OLS dengan tidak memandang persoalan

heteroskedastisitas yaitu dengan persamaan awal

Koefisien Determinasi (R2)

Uji koefisien determinasi (R2) digunakan untuk mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerengkan variasi variabel independen. Nilai (R2)

yang semakin mendekati 1, berarti variabel-variabel independen memberikan

hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel

(43)

Uji F

Untuk mengetahui apakah masing-masing faktor tersebut secara serempak

berpengaruh nyata atau tidak terhadap jumlah pembelian minyak goreng bermerek

(Y), maka digunakan uji F. Untuk perhitungan uji F dibantu dengan penghitungan

SPSS setelah itu membandingkan nilai F hasil perhitungan dengan nilai F menurut

tabel. Apabila hasil perhitungannya menunjukkan.

1. F-hitung > Ftabel ,maka H0 ditolak dan Ha diterima.

Artinya : variasi dari model regresi berhasil menerangkan variasi

variabel bebas secara keseluruhan,sejauh mana pengaruhnya terhadap

variabel tidak bebas (variabel terikat).

2. F-hitung ≤ Ftabel, maka H0 diterima dan Ha ditolak

Artinya: variasi dari model regresi tidak berhasil menerangkan variasi

variabel bebas secara keseluruhan, sejauh mana pengaruhnya terhadap

variabel tidak bebas (variabel terikat).

Uji t

Uji t digunakan untuk mengetahui apakah variabel-variabel bebas secara parsial

berpengaruh nyata atau tidak terhadap variabel terikat. Derajat kepercayaan yang

digunakan adalah 0,05% (Firdaus, 2004)

Kriteria uji yang diajukan:

Jika sig.< 0,05 maka H0 ditolak dan H1 diterima

(44)

Definisi Dan Batasan Operasional

Untuk menghindari kesalahpahaman dalam memahami penelitian ini maka dibuat

definisi dan batasan operasional.

Definisi

1. Konsumen adalah individu yang membeli dan mengkonsumsi untuk

memenuhi kebutuhan sendiri.

2. Minyak goreng bermerek adalah minyak goreng yang berasal dari proses

industri dimana telah dilakukan penyaringan 2-4 kali dan didistribusikan

dalam bentuk kemasan.

3. Pangsa pasar adalah besarnya bagian atau luasnya total pasar yang dapat

dikuasai oleh suatu perusahaan yang biasanya dinyatakan dengan

persentase.

4. Harga adalah harga yang sudah ditetapkan oleh pedagang minyak goreng

bermerek.

5. Pendapatan konsumen adalah pendapatan keluarga rata-rata per bulan.

6. Jumlah tanggungan adalah jumlah anggota keluarga yang menjadi

(45)

Batasan Operasional

1. Penelitian dilakukan di Kot Medan Kecamatan Medan Deli.

2. Waktu penelitian dilakukan pada tahun 2013

3. Sampel penelitian adalah konsumen yang mengkonsumsi minyak goreng

bermerek di Kota Medan Kecamatan Medan Deli dan dianggap mampu

(46)

DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN

KARAKTERISTIK SAMPEL

Deskripsi Daerah Penelitian

Letak Geografis Kota Medan dan Lingkup Wilayah Penelitian

Letak geografis Kota Medan pada kisaran 3° 30' – 3° 43' LU dan 98° 35' - 98° 44'

BT dengan ketinggian 2,5 - 37,5 m dpl

,

serta memiliki luas wilayah sebesar

265,10 Km² (26.510 Ha). Secara administratif, Kota Medan terdiri dari 21

Kecamatan dan 151 Kelurahan serta memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut: • Utara : Kabupaten Deli Serdang dan Selat Malaka

• Selatan : Kabupaten Deli Serdang

• Barat : Kabupaten Deli Serdang

• Timur : Kabupaten Deli Serdang

Luas Wilayah dan Rasio Terhadap Luas Kota Madya Medan

Luas wilayah biasanya menjadi salah satu indikator dalam menganalisis potensi

yang dimiliki oleh suatu daerah. Semakin luas sebuah daerah maka akan semakin

besar pula peluang untuk meningkatkan berbagai potensi yang dimiliki. Misalnya

pemanfaatan lahan pertanian, pemukiman penduduk, serta berbagai pemanfaatan

lainnya. Selain itu, luas lahan juga menjadi faktor penting dalam melakukan

pemetaan dan pemerataan penduduk. Secara rinci sebaran luas wilayah menurut

(47)

Tabel 5. Luas Wilayah dan Rasio terhadap Luas Kota Medan Sumber : Medan Dalam Angka, 2012

Berdasarkan Tabel 5 diketahui bahwa, luas wilayah terbesar di Kota Medan

adalah Kecamatan Medan Labuhan yaitu 36,67 Km² atau sebesar 13,83% dari

seluruh luas wilayah Kota Medan. Dan Kecamatan yang memiliki luas paling

sedikit adalah Kecamatan Medan Maimun yaitu 2,98 Km² atau sebesar 1,12% dari

total luas Kota Medan.

Kecamatan Medan Deli adalah lokasi yang dijadikan untuk penelitian ini.

Kecamatan Medan Deli adalah salah satu dari

(48)

penduduknya adalah pendatang sedangkan penduduk asli Suku Melayu Deli 30%

saja.

Gambar 1. Peta Kecamatan Medan Deli.

Kepadatan Penduduk

Jumlah penduduk Kota Medan tahun 2011 sebanyak 2.117.224 jiwa, jika

dibandingkan dengan lahan seluas 265,10 Km² dapat digambarkan kepadatan

penduduk Kota Medan adalah sebanyak 7.987 jiwa/Km². Angka ini

menggambarkan bahwa setiap 1 Km² terdapat 7.987 jiwa. Secara rinci, kepadatan

penduduk Kota Medan menurut Kecamatan dapat dilihat pada Tabel 6.

(49)

No Kecamatan Sumber : Medan Dalam Angka, 2012

Dari Tabel 6 dapat dilihat bahwa kepadatan penduduk tertinggi di Kota Medan

adalah Kecamatan Medan Perjuangan yaitu sebesar 22.856 Jiwa/ Km². Wilayah

yang dimiliki oleh Kecamatan Medan Perjuangan relatif kecil jika dibandingkan

dengan jumlah penduduk yang ada. Sedangkan kepadatan penduduk paling rendah

adalah Kecamatan Medan Labuhan yaitu sebesar 3.063 Jiwa/Km², padahal

Kecamatan Medan Labuhan merupakan Kecamatan yang memiliki wilayah

terluas diantara kecamatan-kecamatan lainnya di Kota Medan. Hal ini

menunjukkan bahwa wilayah yang dimiliki oleh Kecamatan Medan Labuhan

relatif sangat besar jika dibandingkan dengan jumlah penduduk yang

(50)

Kota Medan Secara Ekonomi

Pada hakekatnya pembangunan ekonomi daerah adalah serangkaian usaha dan

kebijakan yang bertujuan meningkatkan taraf hidup masyarakat, memperluas

lapangan kerja dan pemerataan pembagian pendapatan masyarakat. Kinerja

pembangunan ekonomi daerah mempunyai peranan yang amat penting karena

keberhasilan dibidang ekonomi dapat menyediakan sumberdaya yang lebih luas

bagi pembangunan daerah dibidang lainnya. Oleh karena itu, aspek ekonomi

secara umum dijadikan salah satu ukuran penting untuk menilai kemajuan,

kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat daerah.

Peranan atau kontribusi sektor ekonomi menunjukkan besarnya kemampuan

masing-masing sektor ekonomi dalam menciptakan nilai tambah dan

menggambarkan kemampuan memproduksi barang dan jasa dari masing-masing

sektor ekonomi. Untuk mengetahui struktur ekonomi Kota Medan dapat dilihat

dari kontribusi setiap sektor dalam pembentukan PDRB menurut lapangan usaha

(51)

Tabel 7. Struktur Perekonomian Kota Medan 2007-2011

Listrik, Gas dan Air Bangunan

Berdasarkan tabel 7 di atas, struktur perekonomian Kota Medan tidak berbeda

jauh selama rentang waktu 2007-2011. Untuk sektor perdagangan merupakan

sektor yang paling besar peranannya terhadap pembentukan PDRB Kota Medan

diikuti sektor pengangkutan. Selanjutnya sektor industri, sektor keuangan dan

yang terakhir sektor bangunan atau kontruksi. Sedangkan sektor yang paling

berkontribusi sedikit adalah pertambangan, diikuti listrik, gas dan air serta yang

terakhir adalah sektor pertanian.

Kota Medan Secara Sosial

Kondisi sosial yang terbagi atas pendidikan, kesehatan, kemiskinan, keamanan

dan ketertiban, agama dan lainnya merupakan faktor penunjang dan penghambat

(52)

IPM (Indeks Pembangunan Masyarakat) Kota Medan mengalami peningkatan

selama masa waktu 2007-2010 dimana mengindikasikan bahwa tingkat

kesejahteraan sosial ekonomi masyarakat cenderung semakin membaik. Selain itu,

peningkatan ini juga meningkatkan daya beli dan pendapatan masyarakat sehingga

mampu meningkatkan derajat kesehatan dan tingkat pendidikan yang ditandai

dengan bertambahnya usia harapan hidup, rata-rata lama bersekolah dan

meningkatnya konsumsi (daya beli) perkapita masyarakat Kota Medan. Berikut

adalah Tabel Indeks Pembangunan Masyarakat Kota Medan.

Tabel 8. Indeks Pembangunan Masyarakat Tahun Harapan

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah konsumen yang

mengkonsumsi minyak goreng bermerek di Kota Medan khususnya Kecamatan

Medan Deli. Karakteristik konsumen yang dimaksud meliputi karakteristik sosial

ekonomi yang terdiri dari jumlah tanggungan, umur, pendapatan, harga minyak

goreng, dan tingkat pendidikan.

a. Tingkat Pendidikan

Pendidikan konsumen erat hubungnnya dengan pengetahuan terhadap suatu

(53)

sampel di daerah penelitian Kota Medan Kecamatan Medan Deli dari SD sampai

Perguruan Tinggi. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 9. Pendidikan Sampel Minyak Goreng Bermerek

No Tingkat Pendidikan Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

1 SD 1 2.28

Sumber: Analisis Data Lampiran 2

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa tingkat pendidikan konsumen sampel rata-rata SARJANA dan Perguruan PASCA SARJANA. Untuk jumlah konsumen sampel yang terbesar adalah pada SARJANA yaitu sebesar 25 orang atau 56.81 %

sedangkan terkecil berada pada tingkat SD dan SLTP yaitu masing-masing sebesar 1 orang atau 2.28 %.

b. Jumlah Tanggungan

Dalam membeli dan mengkonsumsi minyak goreng, jumlah konsumsi sampel sangat dipengaruhi oleh anggota keluarga yang menjadi tanggungannya. Adapun jumlah tanggungan atau jumlah anggota keluarga pada daerah penelitian dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 10. Jumlah Tanggungan Sampel Minyak Goreng

No Jumlah Tanggungan Keluarga Jumlah (Jiwa) Persentase(%)

1 0 – 2 4 9,09

2 3 – 5 40 90,91

Jumlah 44 100

(54)

Dari tabel di atas dapat dilihat jumlah tanggungan terbanyak ada pada kelompok 3-5 yaitu sebanyak 44 orang atau 90,91 % dan yang terkecil pada kelompok 0-2 yaitu sebanyak 4 orang atau 9,09 %.

c. Pendapatan

Daya beli masyarakat dapat dilihat melalui pendapatannya, jika pendapatan yang diperoleh cukup tinggi, maka pada umumnya daya beli masyarakat juga tinggi. Pendapatan konsumen minyak goreng di daerah penelitian digolongkan berdasarkan penggolongan pengeluaran perkapita per bulan cukup bervariasi, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut

Tabel 11. Jumlah Pendapatan Sampel Minyak Goreng

No Pendapatan Jumlah (Jiwa) Jumlah (%)

1 Rp.2.000.000 – Rp. 2.900.000 17 38,64

2 Rp.3.000.000 – Rp. 3.900.000 22 50

3 Rp.4.000.000 – Rp. 4.900.000 3 6,82

4 Rp.5.000.000 – Rp. 5.900.000 2 4,54

Jumlah 44 100

Sumber: Analisis Data Lampiran 2

(55)

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Analisis Faktor-Faktor Apa Saja Yang Mempengaruhi Konsumen Dalam Mengkonsumsi Minyak Goreng Bermerek

Untuk memperoleh hasil dari faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi

konsumen dalam mengkonsumsi minyak goreng bermerek, maka dilakukan

penelitian terhadap 44 sampel konsumen minyak goreng bermerek yang dilakukan

di Kecamatan Medan Deli. Adapun yang telah diteliti adalah apakah jumlah

tanggungan, pendapatan, harga minyak goreng bermerek, harga minyak goreng

curah, dan tingkat pendidikan akan mempengaruhi jumlah konsumsi minyak

goreng bermerek di Kota Medan.

Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk menguji apakah variabel pengganggu (e) memiliki

distribusi normal atau tidak. Uji normalitas dapat dilihat dari posisi normal

sebaran data dengan menggunakan standard deviasi dari histogram dan

(56)

Gambar 2. Histogram

Berdasarkan gambar 2, dapat dilihat bahwa histogram memiliki kurva yang

simetris, berarti dapat disimpulkan bahwa data berdistribusi normal.

(57)

Jika dilihat dari gambar 3, plot (gradien antar probabilitas kumulatif observasi dan

probabilitas kumulatif harapan) berada di sepanjang garis, maka residual

mengikuti distribusi normal. Kemudian normalitas juga dapat dilihat pada

lampiran 2, One Sample Kolmogorov Smirnov Test diperoleh bahwa data

berdistribusi normal.

Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas digunakan untuk mengetahui ada atau tidak penyimpangan

asumsi klasik heteroskedastisitas yaitu adanya ketidaksamaan varian dari residual

untuk semua pengamatan pada model regresi.

Gambar 4. Scatterplot

Berdasarkan gambar diatas, dapat diketahui bahwa titik-titik tidak membentuk

pola yang jelas, dan titik-titik menyebar secara acak. Jadi dapat disimpulkan

(58)

Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas dapat dilihat dari nilai Tolerance dan VIF dari

masing-masing variabel dibawah ini:

Tabel 12. Nilai Coefficient dan VIF

Variabel Toleransi VIF

Harga Beli Minyak Goreng Bermerek 0.575 1,740

Pendapatan 0.503 1,989

Pendidikan 0.825 1,212

Jumlah tanggungan 0.623 1,604

Sumber : Analisis Data Lampiran 4

Berdasarkan tabel, nilai Tolerance dari masing-masing variabel besar dari 0,05

dan korelasi antara variabel independen (bebas) juga dapat dilihat dari nilai VIF

(variance-inflating factor) yaitu lebih kecil dari 10. Sehingga dapat disimpulkan

bahwa variabel yang digunakan dalam persamaan tidak terjadi gejala

multikolinearitas.

Interpretasi Hasil

Analisis regresi linier berganda dilakukan terhadap semua variabel independen

dengan tingkat signifikansi 0,05 dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 13. Analisis Regresi Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Konsumen Dalam Mengkonsumsi Minyak Goreng Bermerek

Penduga Koefisien Regresi Signifikan t Signifikan F

Constant -0.609 -0.610

Harga Beli Minyak

Goreng Bermerek 6.750E-5 0.846

Pendapatan 7.748E-7 7.798

Pendidikan -0.077 -1.045

Tanggungan 0.003 0.108

R2 = 0,781 0,000

(59)

Berdasarkan tabel 13, maka dapat diperoleh persamaan sebagai berikut :

Y = -0.609+ 6.750E-5 X1 + 7.748E-7X2 + -0.077X3 + 0.003X4 + e

Dari persamaan tersebut dapat diinterpretasikan pengaruh harga minyak goreng

bermerek, pendapatan, pendidikan, dan jumlah tanggungan terhadap konsumsi

minyak goreng bermerek adalah sebagai berikut :

1. Harga Minyak Goreng Bermerek (X1)

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa harga minyak goreng

bermerek memiliki nilai koefisien sebesar 0,00006750. Artinya jika harga

minyak goreng bermerek meningkat sebesar Rp 1.000/kg maka konsumsi

minyak goreng bermerek akan meningkat sebesar 0,06750 kg, dimana faktor

lain dianggap tetap.

2. Pendapatan (X2)

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa pendapatan memiliki nilai

koefisien sebesar 0,0000007748. Artinya jika pendapatan meningkat sebesar

Rp1.000 maka, nilai ini menunjukkan jumlah konsumsi minyak goreng

bermerek akan meningkat sebesar 0, 0007748 kg, dimana faktor lain dianggap

tetap.

3. Tingkat Pendidikan (X3)

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa koefisien regresi tingkat

pendidikan diperoleh sebesar -0.077. Artinya nilai ini menunjukkan ketika

tingkat pendidikan bertambah 1 tahun maka jumlah konsumsi minyak goreng

bermerek menurun sebesar -0.077 kg, dimana faktor lain dianggap tetap.

(60)

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa koefisien regresi jumlah

anggota keluarga diperoleh sebesar 0.003. Artinya nilai ini menunjukkan

ketika jumlah anggota keluarga bertambah 1 orang maka jumlah konsumsi

minyak goreng bermerek juga akan meningkat sebesar 0,003 kg, dimana

faktor lain dianggap tetap.

Uji Kesesuaian Model

Berdasarkan lampiran 2 diperoleh nilai R-square (R2) sebesar 0,781. Hal ini

berarti bahwa keempat variabel bebas yaitu harga minyak goreng bermerek,

pendapatan, pendidikan dan jumlah anggota keluarga mampu menjelaskan varians

permintaan sebesar 78,1 persen dan sisanya 21,9 persen dijelaskan oleh variabel

lain diluar dari model persamaan.

Uji F (Uji Simultan)

Berdasarkan lampiran 2 diperoleh nilai signifikan F sebesar 0,000 yaitu lebih kecil

dibandingkan dengan α sebesar 0,05 (5%). Dengan demikian H0 ditolak dan H1

diterima. Hal ini menunjukkan variabel bebas secara serempak berpengaruh

(61)

Uji t (Uji Parsial)

Berdasarkan lampiran 2 diperoleh nilai signifikan t sebagai berikut :

1. Harga Beli Minyak Goreng Bermerek

Harga beli Minyak Goreng Bermerek (X1) diperoleh sebesar 0,403 yaitu lebih besar dibandingkan dengan α sebesar 0,05 (5%). Dengan demikian H0

diterima dan H1 ditolak. Hal ini menunjukkan bahwa pengaruh harga beli

minyak goreng curah terhadap konsumsi minyak goreng bermerek di Kota

Medan adalah tidak nyata.

2. Pendapatan

Pendapatan konsumen (X2) diperoleh sebesar 0,000 yaitu lebih kecil

dibandingkan dengan α sebesar 0,05 (5%). Dengan demikian H0 ditolak dan

H1 diterima. Hal ini menunjukkan bahwa pengaruh pendapatan terhadap

konsumsi minyak goreng bermerek di Kota Medan adalah nyata.

3. Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan (X3) diperoleh sebesar 0,302 yaitu lebih besar

dibandingkan dengan α sebesar 0,05 (5%). Dengan demikian H0 diterima dan

H1 ditolak. Hal ini menunjukkan bahwa pengaruh pendidikan terhadap

konsumsi minyak goreng bermerek di Kota Medan adalah tidak nyata.

4. Jumlah Anggota Keluarga

Jumlah anggota keluarga (X4) diperoleh sebesar 0,915 yaitu lebih besar

dibandingkan dengan α sebesar 0,05 (5%). Dengan demikian H0 diterima dan

(62)

curah terhadap konsumsi minyak goreng bermerek di Kota Medan adalah

tidak nyata.

Pembahasan

1. Harga Beli Minyak Goreng Bermerek

Hasil penelitian menunjukkan jika harga minyak goreng bermerek meningkat

maka jumlah konsumsi minyak goreng bermerek juga akan meningkat.

Namun hal ini berpengaruh secara tidak nyata terhadap konsumsi minyak

goreng bermerek di Kota Medan. Menurut Pracoyo (2006), bila harga naik

maka permintaan akan turun dan sebaliknya bila harga turun permintaan akan

naik. Dengan demikian perubahan harga terhadap permintaan mempunyai arah

yang berkebalikan.

Namun pada penelitian ini tidak sesuai dengan teori yang ada. Hal ini

dikarenakan minyak goreng merupakan salah satu bahan makanan pokok yang

selalu dikonsumsi oleh konsumen. Minyak goreng yang ada di pasar ada 2

jenis yaitu, minyak goreng bermerek dan minyak goreng curah. Minyak

goreng bermerek memiliki harga yang lebih tinggi dibandingkan dengan

minyak goreng curah. Tetapi minyak goreng bermerek tetap menjadi pilihan

konsumen dikarenakan kualitasnya yang lebih baik dibandingkan dengan

minyak goreng curah. Sehingga apabila harga minyak goreng bermerek

meningkat, maka konsumen akan tetap membeli dan mengkonsumsi minyak

goreng bermerek tersebut tetapi digantikan dengan minyak goreng merek lain

(63)

2. Pendapatan

Dari hasil penelitian, jika pendapatan konsumen meningkat maka konsumsi

minyak goreng bermerek juga akan meningkat. Menurut teori, bila pendapatan

seseorang meningkat maka akan meningkatkan permintaannya terhadap suatu

barang. Maka hubungan antara pendapatan dengan jumlah barang yang

diminta adalah positif (Pracoyo, 2006). Dalam hal ini pendapatan berpengaruh

secara nyata terhadap konsumsi minyak goreng bermerek di Kota Medan.

3. Pendidikan

Jika tingkat pendidikan meningkat maka jumlah konsumsi minyak goreng

bermerek akan menurun. Namun hal ini berpengaruh secara tidak nyata

terhadap konsumsi minyak goreng bermerek di Kota Medan. Pendidikan

menjadi hal yang dapat mempengaruhi konsumsi minyak goreng bermerek.

Sebab pada saat seseorang pendidikannya semakin tinggi, mereka tidak lagi

sekedar memenuhi kebutuhan makan dan minum melainkan juga memenuhi

kebutuhan informasi, pergaulan masyarakat yang lebih baik, serta kebutuhan

akan pengakuan orang lain terhadap keberadaannya.

4. Jumlah anggota keluarga

Jika jumlah anggota keluarga konsumen meningkat maka konsumsi minyak

goreng bermerek menurun. Namun, dalam hal ini berpengaruh secara tidak

nyata terhadap konsumsi minyak goreng bermerek di Kota Medan dan tidak

sesuai dengan teori yang ada. Menurut teori, semakin banyak jumlah anggota

keluarga maka akan meningkatkan permintaan suatu barang. Hubungan antara

jumlah anggota keluarga dengan jumlah barang yang diminta adalah positif

(64)

Perilaku Konsumen Minyak Goreng Bermerek Di Kota Medan (Alasan Konsumen Membeli Minyak Goreng Bermerek)

Ada beberapa perilaku yang dimiliki konsumen dalam melakukan kegiatan

pembelian suatu barang. Perilaku ini dapat digolongkan menjadi rendah, sedang

dan tinggi. Perilaku ini dipengaruhi oleh beberapa faktor. Untuk melihat alasan

konsumen membeli minyak goreng bermerek dapat kita identifikasi dari

faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen dalam membeli minyak goreng

bermerek, maka dibuat parameter faktor-faktor tersebut sehingga nantinya juga

didapat penggolongan perilaku konsumen minyak goreng bermerek. Berikut dapat

dilihat apa alasan konsumen membeli minyak goreng bermerek.

Tabel 14. Skor Rataan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen

3 Dorongan Dari Orang Lain/ Teman

5 2.54 50.8 %

4 Dorongan Dari Anggota Keluarga

5 3.20 64 %

5 Harga (3) 5 3.77 75.4 %

6 Mutu/Kualitas (1) 5 4.31 86.2 %

7 Promosi Dari Penjual/ Iklan

Sumber : Analisis Data Lampiran 2

Berdasarkan tabel diatas dapat diambil beberapa kesimpulan dari parameter

faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen terhadap pembelian minyak

Gambar

Tabel 2. Analisis Gizi Minyak Sawit, Minyak Kelapa, Minyak Kacang Tanah, dan Minyak Wijen Per 100 Gram
Gambar 1. Kurva permintaan
Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran
Tabel 3. Penduduk Dan Rumah Tangga Menurut Kecamatan Tahun 2011
+7

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Plasma adrenocorticotropic hormone (ACTH) and cortisol responses to cold pressor test in nine Alzheimer’s disease (AD) patients and nine age- and gender-matched older normal

Permasalahan pada penelitian ini adalah: apakah dengan penerapan lesson study pada pembelajaran Ekologi Tumbuhan dapat meningkatkan hasil belajar mahasiswa di Program

Futikha, Nur Anti. Pengaruh Pengalaman PPL dan Faktor Motif Sosial Terhadap Minat Menjadi Guru pada Mahasiswa PAI FTIK IAIN Salatiga Angkatan 2014. Skripsi, Salatiga:

In this research, it has been performed carbon activation of oil palm shells (CAC) prepared by chemical treatment as adsorbents of phenol and methylene blue (MB) in solution either

Hal ini sejalan dengan apa yang disampaikan oleh Stuart (2016) bahwa teman sebaya dapat menjadi sistem pendukung bagi remaja dalam menghadapi perubahan yang

ADSORBEN SELEKTIF LOGAM Pb DARI HIBRIDA AMINO-SILIKA TERCETAK ION DAN METODE PEMBUATANNYA.. Bidang Teknik Invensi

Husaidi selaku sekretaris DINPMP2KUKM Kabupaten Bangka pada bulan Januari 2018 bahwa tidak adanya program pengembangan sumber daya manusia melalui pendidikan dan