FAKTOR–FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONSUMEN
DALAM MENGKONSUMSI MINYAK GORENG BERMEREK
DI KOTA MEDAN
(Studi Kasus: Kecamatan Medan Deli)
SKRIPSI
LAILATUN NAJMI DALIMUNTHE
090304016
AGRIBISNIS
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
FAKTOR–FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONSUMEN
DALAM MENGKONSUMSI MINYAK GORENG BERMEREK
DI KOTA MEDAN
(Studi Kasus: Kecamatan Medan Deli)
SKRIPSI Oleh:
LAILATUN NAJMI DALIMUNTHE 090304016
AGRIBISNIS
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Srajana Di Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara, Medan
Disetujui Oleh: Komisi Pembimbing
Ketua Komisi Pembimbing Anggota Komisi Pembimbing
(Prof. Dr. Kelin Tarigan. MS) (Ir. Sinar Indra Kesuma. M.Si) NIP : 130 365 300 NIP : 19650926199303002
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
ABSTRAK
LAILATUN NAJMI DALIMUNTHE (090304016) dengan judul penelitian Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Konsumen Dalam Mengkonsumsi Minyak Goreng Bermerek Di Kota Medan (Studi Kasus: Kecamatan Medan Deli) yangdibimbing oleh Bapak Prof. Dr. Kelin Tarigan. MS, M.Sc dan Bapak Ir. Sinar Indra Kesuma Ginting. M.Si.
Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi konsumen dalam mengkonsumsi minyak goreng bermerek dan untuk menganalisis pengaruh harga minyak goreng bermerek, pendapatan, tingkat pendidikan, dan jumlah tanggungan terhadap keputusan konsumen dalam mengkonsumsi minyak goreng bermerek di Kota Medan, Kecamatan Medan Deli. Penentuan daerah penelitian dilakukan secara purposive, Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Medan Deli. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan metode penelusuran (Accidental Sampling). Metode analisis yang digunakan adalah metode deskriptif dan metode regresi linier berganda.
Dari hasil penelitian, dapat disimpulkan pendapatan konsumen memiliki pengaruh positif yang nyata terhadap konsumsi minyak goreng bermerek di Kota Medan, Kecamatan Medan Deli. Kemudian harga beli minyak goreng bermerek, pendidikan, dan jumlah anggota keluarga memiliki pengaruh negative dan tidak berpengaruh nyata terhadap konsumsi minyak goreng bermerek di Kota Medan, Kecamatan Medan Deli.
Kata Kunci : Keputusan pembelian, Perilaku konsumen, Konsumsi minyak goreng bermerek
RIWAYAT HIDUP
Penulis memiliki nama lengkap Lailatun Najmi Dalimunthe, lahir pada tanggal 29
Agustus 1991. Penulis merupakan anak pertama dari pasangan Bapak Fahmi
Dalimunthe dan Ibu Mubdillah Nasution. Pendidikan formal yang pernah
ditempuh penulis adalah sebagai berikut :
1. Tahun 1997 masuk Sekolah Dasar Negeri 112216 SeiBerombang hingga tahun
2003.
2. Tahun 2003 masuk Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Sei Berombang dan
tamat tahun 2006.
3. Tahun 2006 masuk sekolah Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Panai Hilir dan
tamat tahun 2009.
4. Tahun 2009 diterima di Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian,
Universitas Sumatera Utara melalui jalur Pembinaan Minat dan Prestasi
(PMP).
5. Bulan Juli – Agustus 2013 melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di
Desa Sei Rampah, Kabupaten Serdang Bedagai, Provinsi Sumatera Utara.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan
nikmat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini dengan baik sebagai salah satu syarat untuk dapat memperoleh gelar
sarjana di Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera
Utara. Adapun judul skripsi ini adalah “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Konsumen Dalam Mengkonsumsi Minyak Goreng Bermerek Di Kota Medan (Studi Kasus: Kecamatan Medan Deli)”.
Dalam penulisan skripsi ini, penulis banyak mendapat dukungan dan bantuan dari
berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima
kasih kepada :
1. Prof. Dr. Kelin Tarigan. MS selaku Ketua Komisi Pembimbing dan Bapak
Ir. Sinar Indra Kesuma M.Si selaku Anggota Komisi Pembimbing yang telah
membimbing dan memberikan masukan, sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini dengan baik dan benar.
2. Ibu Dr. Ir. Salmiah, M.S selaku Ketua Program Studi Agribisnis, Fakultas
Pertanian, Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Dr. Ir. Satia Negara Lubis, M.Ec selaku sekretaris Program Studi
Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara.
4. Seluruh dosen dan staf pengajar Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian,
Universitas Sumatera Utara.
5. Seluruh pegawai di Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara,
khususnya pegawai Program Studi Agribisnis yang telah membantu seluruh
6. Seluruh instansi dan responden yang terkait dengan penelitian penulis.
Penulis menyampaikan segala hormat dan terima kasih sebesar-besarnya kepada
Ayahanda Fahmi Dalimunthe dan Ibunda Mubdillah Nasution atas doa, kasih
sayang, motivasi, dan dukungan yang diberikan kepada penulis. Terima kasih
sebesar-besarnya kepada adik-adik (Pagol, Paisal, Laila, Madi, Sari, Ijar, Irma,
Aisyah, dan Abil), kakek (Mahran Dalimunthe) atas dukungan baik secara moril
dan materi, serta doa dan motivasi yang telah diberikan selama ini.
Terima kasih juga diucapkan kepada sahabat-sahabat penulis yang selalu memberi
semangat dan motivasi, yaitu Winda Ayu Wulandari, Mahda Sari Putri, Imelda
KS Pasaribu, Sitri Sorga, Aminah Nur ML, Naila Husna Tagore Putri, dan
teman-teman PKL di Sei Rampah, serta teman-teman-teman-teman stambuk 2009 yang telah banyak
membantu dan memberikan semangat baik semasa perkuliahan maupun dalam
meneyelesaikan skripsi ini. Terimakasih kepada Adis, Dwi, Ira, Feri, Fahri, Amri
dan teman-teman seluruhnya dari UKM TAEKWONDO USU yang turut
mendo’akan dan memotivasi penulis.
Penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari sempurna, sehingga penulis
menerima saran dan kritik yang bersifat membangun untuk penyempurnaan
skripsi ini. Penulis juga berharap semoga skripsi ini dapat berguna bagi
pembaca dan pihak-pihak yang membutuhkan. Akhir kata, penulis mengcapkan
terima kasih.
Medan, Juni 2014
DAFTAR ISI
TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN
KERANGKA PEMIKIRAN 8
Metode Penentuan Daerah Sampel Penelitian 23
Metode Penentuan Sampel 24
Metode Pengumpulan Data 25
Asumsi Kalasik 28
Letak Geografis Kota Medan dan Lingkup Wilayah Penelitian 33 Luas Wilayah dan Rasio Terhadap Luas Kota Madya 33
Analisis Faktor-Faktor Apa Saja Yang Mempengaruhi Konsumen Dalam
KESIMPULAN DAN SARAN 55
Kesimpulan 55
Saran 56
DAFTAR TABEL
Tabel Judul Halaman
1 Kandungan Kolestrol Pada Beberapa Minyak Nabati Dan Lemak Daging
2 Analisis Gizi Minyak Sawit, Minyak Kelapa, Minyak Kacang Tanah, dan Minyak Wijen Per 100 Gram
3 Penduduk Dan Rumah Tangga Menurut Kecamatan Tahun 2011
4 Parameter Tingkat Keputusan Konsumen
5 Luas Wilayah dan Rasio terhadap Luas Kota Medan
6 Luas Wilayah, Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk Kota Medan Tahun 2011
7 Struktur Perekonomian Kota Medan 2007-2011 8 Indeks Pembangunan Masyarakat
9 Pendidikan Sampel Minyak Goreng Bermerek 10 Jumlah Tanggungan Sampel Minyak Goreng 11 Jumlah Pendapatan Sampel Minyak Goreng 12 Nilai Coefficient dan VIF
13 Analisis Regresi Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Konsumen Dalam Mengkonsumsi Minyak Goreng Bermerek
DAFTAR GAMBAR
Gambar Judul Halaman
1 Skema Kerangka Pemikiran 2 Histogram
3 Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Judul
1 Karakteristik Responden Konsumen Minyak Goreng Bermerek di Kota Medan Kecamatan Medan Deli Tahun 2013
2 Kriteria Perilaku Konsumen Minyak Goreng Bermerek di Kota Medan Kecamatan Medan Deli tahun 2013
3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Jumlah Pembelian Konsumen Minyak Goreng Bermerek di Kota Medan Kecamatan Medan Deli Tahun 2013
4 Descriptive Statistics
5 Correlations
6 Variables Entered/Removed
7 Model Summary
8 ANOVA
9 Coefficients
10 Coefficient Correlations
11 Collinearity Diagnostics
12 Residuals Statistics
13 Histogram
14 Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual
ABSTRAK
LAILATUN NAJMI DALIMUNTHE (090304016) dengan judul penelitian Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Konsumen Dalam Mengkonsumsi Minyak Goreng Bermerek Di Kota Medan (Studi Kasus: Kecamatan Medan Deli) yangdibimbing oleh Bapak Prof. Dr. Kelin Tarigan. MS, M.Sc dan Bapak Ir. Sinar Indra Kesuma Ginting. M.Si.
Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi konsumen dalam mengkonsumsi minyak goreng bermerek dan untuk menganalisis pengaruh harga minyak goreng bermerek, pendapatan, tingkat pendidikan, dan jumlah tanggungan terhadap keputusan konsumen dalam mengkonsumsi minyak goreng bermerek di Kota Medan, Kecamatan Medan Deli. Penentuan daerah penelitian dilakukan secara purposive, Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Medan Deli. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan metode penelusuran (Accidental Sampling). Metode analisis yang digunakan adalah metode deskriptif dan metode regresi linier berganda.
Dari hasil penelitian, dapat disimpulkan pendapatan konsumen memiliki pengaruh positif yang nyata terhadap konsumsi minyak goreng bermerek di Kota Medan, Kecamatan Medan Deli. Kemudian harga beli minyak goreng bermerek, pendidikan, dan jumlah anggota keluarga memiliki pengaruh negative dan tidak berpengaruh nyata terhadap konsumsi minyak goreng bermerek di Kota Medan, Kecamatan Medan Deli.
Kata Kunci : Keputusan pembelian, Perilaku konsumen, Konsumsi minyak goreng bermerek
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Di Indonesia hampir semua bahan makanan digoreng, bahkan daging yang
kandungan lemaknya tinggi saja pun digoreng. Di Indonesia sejak zaman dulu
kelapa melimpah sehingga semua makanan digoreng, demikian juga sekarang
produksi minyak sawit melimpah, sehingga kebiasaan menggoreng makanan terus
berlanjut.
Minyak goreng adalah minyak yang berasal dari
yang dimurnikan dan berbentuk cair dalam suhu kamar dan biasanya digunakan
untuk menggoreng makanan. Minyak goreng dari tumbuhan biasanya dihasilkan
dari tanaman seperti
(Anonimus, 2013).
Di Indonesia sendiri minyak goreng yang paling banyak digunakan adalah minyak
goreng yang bahan bakunya dari kelapa sawit. Minyak goreng yang terbuat dari
bahan kelapa sawit ini sangat ideal karena dari segi harga dan ketersediaannya,
selain itu Indonesia sendiri adalah salah satu negara penghasil kelapa sawit yang
terbesar.
Minyak goreng kelapa sawit ini terbagi ke dalam dua segmen, yaitu minyak
goreng curah dan minyak goreng bermerek. Minyak goreng curah dan minyak
goreng bermerek adalah sama-sama hasil dari proses industri. Namun, berbeda
dari kualitas dan prosesnya. Untuk minyak goreng curah penyaringannya
didistribusikan dalam bentuk non kemasan. Sedangkan minyak goreng bermerek
2-4 kali proses penyaringan, minyak yang jernih dan dikemas dengan merek
tertentu (Anonimus. 2012).
Dalam penggunaannya, minyak goreng bermerek jauh lebih baik ketimbang
minyak goreng curah. Minyak goreng curah sebenarnya juga sudah layak
digunakan tetapi kurang bersih, kurang higienis. Hal ini bisa dilihat pada minyak
yang bau tengik dan warnanya kurang bersih. Pada minyak goreng kemasan
proses pemurniannya sudah dilakukan lebih baik (Anonimus. 2012).
Minyak goreng bermerek memiliki banyak keunggulan dibandingkan dengan
minyak goreng curah. Meski demikian harga minyak goreng bermerek tidak jauh
berbeda dari harga minyak goreng curah. Perubahan harga minyak goreng akan
sangat terasa bagi pemilik usaha industri makanan yang banyak menggunakan
minyak goreng, pengusaha warung makan, dan ibu- ibu rumah tangga. Selain itu,
minyak goreng bermerek sama halnya dengan minyak goreng curah mudah
diperoleh karena selain tersedia di pasar modern juga tersedia di pasar tradisional.
Kadar kolestrol dalam minyak sawit terdiri dari sitosterol, campesterol,
sigmasterol, dan kolesterol dalam jumlah sedikit. Dalam CPO, kadar sterol
berkisar antara 360 – 620 ppm, sedangkan kadar kolesterol yang terkandung
hanya sekitar 10 ppm saja, atau sebesar 0,001% dari CPO, jadi persentase kadar
kolesterol dalam minyak sawit sangat kecil (Tim Penulis, 1997).
Dibandingkan minyak nabati dan lemak hewan yang lain, minyak kelapa sawit
ternyata mempunyai kandungan kolesterol yang rendah. Perbandingan kadar
Tabel 1. Kandungan Kolestrol Pada Beberapa Minyak Nabati Dan Lemak Daging
No Jenis Minyak Kadar Kolestrol Rata-rata (ppm)
Sumber: (Tim Penulis, 1997)
Dengan melihat unsur-unsur yang terkandung dalam minyak sawit, tak dapat
disangkal bahwa minyak sawit merupakan salah satu bahan makanan yang
mengandung kalori cukup tinggi. Berikut ini akan ditampilkan tabel untuk
membandingkan besarnya kalori dan zat-zat yang terkandung dalam beberapa
minyak nabati (Tim Penulis, 1997).
Tabel 2. Analisis Gizi Minyak Sawit, Minyak Kelapa, Minyak Kacang Tanah, dan Minyak Wijen Per 100 Gram
Zat Makanan Minyak Sawit
Sumber : (Tim Penulis, 1997)
Keberadaan minyak goreng yang beredar bebas di pasaran membuat konsumen
minyak goreng bermerek atau minyak goreng curah. Saat ini minyak goreng
bermerek yang banyak beredar di pasaran antara lain, Bimoli, Filma, Kunci Mas,
Sania, dan lainnya. Sehubungan dengan banyaknya ragam minyak goreng yang di
jual di pasaran, perilaku konsumen erat kaitannya dengan konsumsi minyak
goreng itu sendiri. Perilaku pembelian seseorang dapat dikatakan sesuatu yang
unik (Suryani, 2008).
Suryani (2008) mengembangkan model perilaku konsumen dengan menetapkan
tiga faktor yang berpengaruh terhadap perilaku konsumen dalam pembelian.
Faktor pertama yang berpengaruh pada perilaku konsumen adalah stimulus
pemasaran. Stimulus pemasaran meliputi harga, produk, promosi, serta lokasi.
Faktor kedua berasal dari konsumen meliputi motivasi, sikap, serta karakteristik
konsumen (jumlah tanggungan, pendapatan, dan lain-lain). Pengaruh yang ketiga
respon konsumen yaitu hasil akhir dari proses keputusan konsumen dan suatu
pertimbangan yang menyeluruh dari semua faktor di atas.
Seiring dengan makin tingginya tingkat pendidikan dan tingkat ekonomi
masyarakat, peralihan pola konsumsi dari minyak goreng curah ke minyak goreng
bermerek pun semakin besar. Hanya saja kelemahan yang dimiliki oleh minyak
goreng bermerek adalah harganya yang relatif lebih mahal dibandingkan dengan
minyak goreng curah. Pasalnya minyak goreng yang dikemas dalam botol atau
plastik dianggap lebih bersih dan higienis oleh masyarakat daripada minyak
goreng yang dijual eceran oleh pedagang keliling yang ditempatkan di dalam
jerigen dan drum. Hal ini semakin membuka lebar peluang pasar bagi industri
bahan pokok kebutuhan sehari-hari sehingga tentunya hampir seluruh masyarakat
Indonesia mengkonsumsinya.
Minyak goreng curah memiliki kualitas dan higienitas yang buruk. Hal ini
membuat pemerintah berupaya menghilangkan minyak goreng curah dari
pasaranpada 2015 dengan alasan mengurangi risiko kesehatan konsumen.
Pemerintah akan menurunkan secara bertahap jumlah produksi migor curah dan
membatasi pertumbuhan pasar minyak ini hingga 80 persen sampai 2015.
Alasannya bukan pada nilai ekonomi bisnis melainkan kesehatan konsumen. Hal
ini semakin membuka lebar peluang pasar bagi industri minyak goreng kemasan
bermerek (Top Brand Dalam Pasar Komoditi Bermerek,”
www.frontier.co.iddiakses 2 Mei 2014)
Saat ini terdapat lebih dari 20 merek minyak goreng kemasan nasional yang ada di
pasar. Artinya, kompetisi di produk minyak goreng bermerek memiliki tekanan
yang tinggi. Puluhan merek minyak goreng tersebar di toko atau swalayan mulai
dari Bimoli, Kunci Mas, Filma, Tropical, Sunco, Fortune, Gurih, dan lain-lain.
Potensi pasar minyak goreng bermerek memang masih menjanjikan. Persaingan
bisnis minyak goreng di tanah air pun semakin ramai. Merek-merek minyak
goreng kemasan yang ada menawarkan harga dan kualitas yang hampir sama.
Ditambah lagi, konsumen minyak goreng bukanlah tipe konsumen yang loyal
untuk produk ini. Pada kasus minyak goreng, konsumen akan memilih minyak
goreng bukan karena kandungannya namun lebih pada hal-hal yang sifatnya direct
bisnis antar minyak goreng kemasan bermerek semakin ketat (Top Brand Dalam
Pasar Komoditi Bermerek,” www.frontier.co.iddiakses 2 Mei 2014)
Sepanjang tahun 2007 sampai dengan tahun 2008 terjadi kenaikan harga
barang-barang kebutuhan pokok, salah satunya minyak goreng. Kenaikan harga ini sangat
berpengaruh terhadap daya beli masyarakat. Selain memperhatikan mutu, tingkat
harga juga merupakan pertimbangan masyarakat di dalam membeli minyak
goreng. Hal ini disebabkan minyak goreng merupakan bahan kebutuhan pokok
sehari-hari, sehingga sangat sensitif terhadap perubahan harga. Minyak goreng
bermerek yang akan menguasai pangsa pasar adalah minyak goreng yang
mempunyai harga sesuai dengan daya beli masyarakat (harga murah).
Berdasarkan uraian di atas peneliti tertarik untuk meneliti faktor-faktor yang
mempengaruhi konsumen dalam mengkonsumsi minyak goreng bermerek.
Identifikasi Masalah:
Berdasarkan penjelasan di atas, permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian
ini adalah:
1. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi konsumen dalam
mengkonsumsi minyak goreng bermerek di lokasi penelitian?
2. Bagaimana pengaruh perilaku konsumen terhadap konsumsi minyak
Tujuan Penelitian:
1. Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi konsumen
dalam mengkonsumsi minyak goreng bermerek di lokasi penelitian.
2. Untuk menganalisis pengaruh perilaku konsumen terhadap konsumsi
minyak goreng bermerek di lokasi penelitian.
Kegunaan Penelitian:
1. Sebagai bahan informasi bagi mahasiswa yang melakukan penelitian.
2. Sebagai bahan informasi bagi pemerintah mengenai konsumen minyak
goreng bermerek.
TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN
KERANGKA PEMIKIRAN
Tinjauan Pustaka
Kelapa Sawit
Kelapa sawit tumbuh dengan baik pada dataran rendah di daerah tropis yang
beriklim basah, yaitu sepanjang garis khatulistiwa antara 23,5o LU-23,5o LS.
Adapun negara yang potensial untuk menjadi produsen kelapa sawit terbesar bila
ditinjau dari segi lahan dan iklim yaitu Brasil, Indonesia, dan Colombia. Di
Indonesia sendiri yang mempunyai luas areal tanaman untuk penyebaran
perkebunan kelapa sawit antara lain Riau, Sumatera Utara, dan Sumatera Selatan.
Komposisi kepemilikan usaha yang paling dominan yaitu perkebunan besar
swasta nasional (PBSN), disusul kemudian oleh perkebunan rakyat dan
perkebunan negara. Wilayah di Indonesia yang memiliki perkebunan kelapa sawit
terluas adalah Pulau Sumatera, yaitu 76,93% (Pahan, 2006).
Minyak Goreng
Di Indonesia sendiri minyak goreng yang paling banyak digunakan adalah minyak
goreng yang bahan bakunya dari kelapa sawit. Minyak goreng yang terbuat dari
bahan kelapa sawit ini sangat ideal karena dari segi harga dan ketersediaannya,
selain itu Indonesia sendiri adalah salah satu negara penghasil kelapa sawit yang
terbesar.
Minyak goreng yang dikonsumsi masyarakat pada masa sebelum orde baru dan
minyak goreng yang berasal dari kelapa. Semenjak semakin meningkatnya
produksi kelapa sawit pada tahun 1970-an, minyak goreng asal kelapa tergeser
oleh minyak goreng bahan baku sawit. Dibandingkan dengan minyak sawit,
minyak kelapa mengandung lemak jenuh dalam jumlah tinggi. Minyak sawit
rendah lemak jenuh karena produksi minyak sawit melalui proses pemanasan dan
pengepresan (Amang, 1996).
Minyak goreng dikonsumsi hampir seluruh masyarakat, baik itu di tingkat rumah
tangga maupun industri makanan. Fungsi minyak goreng pada umumnya bukan
sebagai bahan baku namun hanya sebagai bahan pembantu. Fungsi minyak goreng
sangat penting dalam menciptakan aroma, rasa, warna, daya simpan dan dalam
beberapa hal juga dapat sebagai alat peningkat nilai gizi (Amang, 1996).
Landasan Teori
Teori Permintaan
Permintaan diartikan sebagai jumlah barang yang dibutuhkan konsumen yang
mempunyai kemampuan untuk membeli pada berbagai tingkat harga. Salah satu
konsep permintaan dalam pasar yaitu permintaan konsumen atau yang disebut
dengan konsumsi. Konsumsi merupakan bagian dari permintaan agregat yang di
samping faktor-faktor lain yang mempengaruhinya. Permintaan konsumen (secara
perseorangan) tidak akan mampu mempengaruhi harga dan persediaan barang,
akan tetapi jika bersama-sama akan membentuk sisi dalam pasar (Umar,2000).
Kurva permintaan menunjukkan kesediaan konsumen untuk membeli suatu
yang ditawarkan maka jumlah barang yang diminta semakin rendah dan apabila
harga barang yang ditawarkan semakin rendah maka jumlah yang diminta
semakin meningkat (Pyndick, 2003).
Menurut Bangun (2007), permintaan seseorang atau masyarakat terhadap suatu
komoditi ditentukan oleh banyak faktor, seperti:
1. Harga komoditi itu sendiri
Jika harga semakin murah, permintaan terhadap suatu produk akan bertambah.
Hal ini berkaitan dengan hokum permintaan, jika harga suatu barang meningkat
cateris paribus, jumlah suatu barang yang diminta akan berkurang, dan begitu
sebaliknya.
2. Harga komoditi lain yang berkaitan erat dengan komoditi tersebut
Pengaruh harga komoditas lain terhadap jumlah permintaan suatu barang
tergantung pada jenis barangnya. Jenis barang yang ditentukan yaitu barang
substitusi dan barang komplementer.
3. Pendapatan rumah tangga dan pendapatan masyarakat
Tingkat pendapatan mencerminkan daya beli. Semakin tinggi tingkat pendapatan,
4. Selera
Semakin tinggi minat dan keinginan konsumen terhadap suatu barang, maka akan
semakin tinggi pula tingkat permintaannya. Sebaliknya semakin berkurang
keinginan konsumen akan suatu barang maka permintaaan juga akan berkurang.
5. Jumlah penduduk
Jumlah penduduk merupakan faktor yang mempengarui permintaan atas suatu
barang. Semakin tinggi tingkat pertumbuhan penduduk maka semakin tinggi
jumah permintaan akan suatu barang. Sebaliknya jika jumlah penduduk semakin
berkurang maka permintaan akan suatu barang akan berkurang.
6. Perkiraan harga di masa mendatang
Perkiraan harga suatu barang di masa yang akan datang akan mempengaruhi
jumlah permintaan suatu barang. Apabila diramalkan terjadi kenaikan harga suatu
barang tertentu di masa yang akan datang, maka permintaan barang tersebut akan
bertambah. Sebaliknya, apabila diramalkan harga suatu barang akan turun di masa
yang akan datang maka permintaan suatu barang akan berkurang.
Perubahan permintaan dapat dibedakan menjadi:
1. Pergerakan sepanjang kurva perminaan
Perubahan permintaan sepanjang kurva permintaan terjadi bila harga komoditi
yang diminta berubah (naik atau turun). Penurunan harga komoditi tersebut akan
menaikkan jumlah yang diminta dan kenaikan harga komoditi mengurangi jumlah
2. Pergeseran kurva permintaan
Pergeseran kurva permintaan ke kanan atau ke kiri disebabkan oleh perubahan
permintaan yang ditimbulkan oleh faktor-faktor selain harga komoditi tersebut.
Kemudian menurut Sukirno (2008), teori permintaan menerangkan tentang ciri
hubungan antara jumlah permintaan dan harga. Berdasarkan ciri hubungan antara
permintaan dan harga dapat dibuat grafik kurva permintaan.
Teori Harga
Harga pasar suatu komoditi dan jumlah yang diperjualbelikan ditentukan oleh
permintaan dan penawaran dari komoditi tersebut. Dengan harga pasar
dimaksudkan harga yang disepakati oleh penjual dan pembeli (Sugiarto, 2000).
Kurva penawaran menunjukkan jumlah barang yang bersedia di jula oleh para
produsen pada harga yang akan diterimnya di pasar, sambil mempertahankan agar
setiap faktor yang mempengaruhi jumlah penawaran tetap. Sedangkan kurva
permintaan menyatakan berapa banyak konsumen bersedia membeli karena harga
per unit berubah (Pyndick, 2003).
Kurva permintaan menggambarkan hubungan hubungan antara harga dengan
jumlah barang yang diminta. Dalam permintaan terdapat variabel yaitu jumlah
barang yang diminta dan harga barang itu sendiri dengan asumsi variabel-variabel
lainnya konstan (ceteris paribus). Dalam hal ini yag dianggap variabel-variabel
lainnya misalnya harga barang lain, pendapatan, selera konsumen, pengeluaran,
Gambar 1. Kurva permintaan
Konsumen
Istilah konsumen sering diartikan sebagai individu yang membeli barang dan jasa
untuk digunakan sendiri. Dalam konteks barang dan jasa yang dibeli kemudian
digunakan langsung oleh individu sering disebut sebagai “pemakai akhir” atau
“konsumen” akhir (Sumarwan, 2004).
Menurut Setiadi (2005) pembelian konsumen dipengaruhi oleh beberapa faktor
yang antara lain:
1. Umur
Orang mengubah barang dan jasa yang mereka beli selama masa hidupnya.
Umur berhubungan dengan selera akan makanan, pakaian, perabot, dan
rekreasi. Membeli juga dibentuk oleh tahap daur hidup keluarga, tahap-tahap
yang mungkin dilalui oleh keluarga sesuai dengan kedewasaannya. Q 3
Q 2 Q 1
P 1 P 2 P 3
Harga (Rp)
2. Pendapatan
Pendapatan masyarakat mencerminkan daya beli masyarakat. Tinggi atau
rendahnya pendapatan masyrakat akan mempengaruhi kualitas maupun
kuantitas permintaan. Pendapatan yang lebih rendah berarti bahwa secara total
hanya ada uang yang sedikit untuk dibelanjakan, sehingga masyarakat akan
membelanjakan lebih sedikit uang untuk beberapa dan mungkin pula terhadap
sebagian besar barang. Jika permintaan terhadap sebuah barang berkurang
ketika pendapatan berkurang, barang tersebut dinamakan barang normal
(normal goods). Pendapatan seseorang mempengaruhi pilihan produk.
3. Pendidikan
Kalau orang bertindak, mereka belajar. Pembelajaran menggambarkan
perubahan dalam tingkat individual yang muncul dari proses pendidikan yang
dijalani. Pendidikan seseorang sangat mempengaruhi pilihannya. Apabila
pendidikan konsumen tinggi maka akan lebih memilih barang yang berkualitas
baik, tingkat pendidikan dapat dilihat dari pendidikan terakhir konsumen.
4. Harga barang lain
Permintaan terhadap suatu barang dapat dipengaruhi oleh harga barang-barang
lain yang ada kaitannya. Seperti barang yang saling mengganti (substitusi)
atau barang yang saling melengkapi (komplementer). Naik turunnya harga
barang substitusi dan komplementer dapat mempengaruhi permintaan terhadap
barang yang digantikan atau yang dilengkapi.
Kenaikan terhadap harga barang itu sendiri dapat mempengaruhi jumlah
permintaannya. Karena akibat kenaikan tersebut pembeli mencari barang lain
yang dapat digunakan sebagai barang pengganti terhadap barang yang
mengalami kenaikan dan atau pembeli mengurangi jumlah barang yang
diminta tersebut. Oleh karena itu naik turunnya harga barang tersebut secara
langsung dapat mempengaruhi jumlah barang yang diminta.
Perilaku Konsumen
Perilaku konsumen adalah proses dan aktivitas ketika seseorang berhubungan
dengan pencarian, pemilihan, pembelian, penggunaan, serta pengevaluasian
produk dan jasa demi memenuhi kebutuhan dan keinginan. Perilaku konsumen
merupakan hal-hal yang mendasari konsumen untuk membuat keputusan
pembelian. Untuk barang berharga jual rendah (low-involvement) proses
pengambilan keputusan dilakukan dengan mudah, sedangkan untuk barang
berharga jual tinggi (high-involvement) proses pengambilan keputusan dilakukan
dengan pertimbangan yang matang.
Banyak pengertian perilaku konsumen yang dikemukakan oleh para ahli. Salah
satunya adalah Engel, yaitu suatu tindakan yang langsung mendapatkan,
mengkonsumsi, serta menghabiskan produk dan jasa termasuk proses keputusan
yang mendahuluinya dan penyusul tindakan tersebut. Perilaku konsumen terbagi
dua yaitu perilaku yang tampak diantaranya jumlah pembelian, waktu, karena
siapa, bagaimana dilakukan pembelian itu, sedangkan yang kedua adalah perilaku
yang tidak tampak diantaranya persepsi, ingatan terhadap informasi dan
Keputusan Pembelian
Proses pengambilan keputusan konsumen dalam pembelian ditentukan oleh
perilaku konsumen. Proses tersebut merupakan sebuah pendekatan penyelesaian
masalah pada kegiatan manusia untuk membeli barang dan jasa dalam memenuhi
kebutuhan dan keinginannya. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi keputusan
pembelian konsumen, yaitu faktor internal dan faktor stimulus pemasaran
Faktor internal meliputi sosial dan ekonomi.
Sosial:
1. Motivasi
Seorang konsumen tergerak untuk membeli suatu produk karena ada sesuatu yang
menggerakkan. Menurut Jeffrey, et al (1996) dalam Suryani (2008) menyatakan
proses motivasi terjadi karena adanya kebutuhan, keinginan maupun harapan yang
tidak terpenuhi yang menyebabkan timbulnya ketegangan. Pada tingkat tertentu
ketegangan ini akan berubah menjadi hasrat yang mendorong individu melakukan
suatu perilaku tertentu guna memenuhi kebutuhan, keinginan, dan hasrat tersebut.
2. Pengalaman
Pengalaman merupakan proses pembelajaran dalam perilaku seseorang dan
kebanyakan perilaku manusia adalah hasil dari proses pembelajaran. Secara teori
pembelajaran seseorang terjadi dari hasil dorongan, rangsangan isyarat, dan
tanggapan (Umar, 2000).
3. Kelompok Acuan
Kelompok acuan seseorang terdiri atas semua kelompok di sekitar individu yang
mempunyai pengaruh baik langsung maupun tidak langsung terhadap perilaku
seseorang, karena individu biasanya berhasrat untuk berperilaku sama dengan
kelompok acuan tersebut (Suryani, 2008).
4. Keluarga
Keluarga mempunyai peran penting dalam keputusan pembelian. Konsumen
sebagai anggota keluarga yang sering berinteraksi dengan anggota keluarga yang
lain, perilakunya secara tidak langsung dipengaruhi oleh hasil interaksi tersebut.
Oleh karena itu secara tidak langsung atau tidak langsung keputusan pembelian
dipengaruhi oleh keluarga (Suryani, 2008).
Ekonomi:
1. Pendapatan
Pembelian mencerminkan daya beli masyarakat. Tinggi atau rendahnya
pendapatan masyarakat akan mempengaruhi kuantitas dan kualitas pembelian.
Pendapatan yang lebih rendah berarti secara total hanya ada sedikit uang untuk
dibelanjakan sehingga seseorang akan membelanjakan lebih sedikit uang untuk
beberapa dan mungkin pula terhadap sebagian besar barang (Setiadi, 2003).
2. Jumlah Tanggungan
Jumlah tanggungan akan mempengaruhi jumlah pembelian terhadap suatu barang.
Semakin banyak tanggungan, maka jumlah pemebelian akan semakin meningkat.
Hal ini berkaitan dengan usaha pemenuhan akan kecukupan kebutuhan setiap
individu yang ada di suatu tempat (Sukirno, 2003).
Faktor stimulus pemasaran meliputi harga, kualitas produk, promosi, dan lokasi
a. Harga.
Harga adalah jumlah yang dibutuhkan untuk memperoleh suatu barang dan
indikator kualitas produk terutama pada waktu harus membuat keputusan
pembelian sedangkan informasi yang dimiliki tidak lengkap. Persepsi konsumen
terhadap produk sering berubah-ubah seiring dengan perubahan yang terjadi pada
harga. Harga merupakan faktor yang sangat berpengaruh dalam keputusan
pembelian, apabila harga murah maka konsumen dengan sendirinya tertarik serta
diikuti dengan jumlah pembelian yang lebih banyak (Sumarwan, 2004).
b. Kualitas Produk
Kepuasan pelanggan sangat berkaitan erat dengan kualitas. Kualitas memuaskan
yang sudah dirasakan konsumen memberikan kepuasan terhadap keinginan
konsumen. Konsumen yang puas selanjutnya kembali membeli produk tersebut
(Kotler, 1994).
c. Promosi.
Promosi merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan suatu program
pemasaran. Betapapun berkualitasnya suatu produk, bila konsumen belum pernah
mendengarnya dan tidak yakin bahwa produk itu akan berguna bagi mereka, maka
mereka tidak akan pernah membelinya (Kotler, 1994).
Pada hakikatnya promosi adalah suatu bentuk komunikasi pemasaran. Yang
dimaksud dengan komunikasi pemasaran adalah aktivitas pemasaran yang
berusaha menyebarkan informasi, mempengaruhi, membujuk, atau mengingatkan
pasar sasaran atas produknya agar bersedia menerima, membeli, dan loyal pada
produk yang ditawarkan perusahaan yang bersangkutan (Kotler, 1994).
d. Lokasi
Lokasi atau tempat yang disebut dengan pasar merupakan pertemuan pembeli dan
pembelian sangat berpengaruh saat konsumen membeli karena tempat
menentukan gengsi bagi sebagian orang (Mangkunegara, 2002).
Penelitian Sebelumnya
Penelitian yang berjudul “Faktor-faktor yang mempengaruhi konsumsi minyak
goreng di kota medan” oleh Faoeza (2009). Penelitian ini menguji faktor-faktor
yang mempengaruhi tingkat konsumsi minyak goreng di Kota Medan dan tingkat
elastisitasnya serta mengetahui jenis barang dari minyak goreng.
Adapun alat uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan Ordinary
Least Square (OLS) yaitu regresi linier berganda dengan menggunakan perangkat
lunak SPSS 17. Adapun hasil dari uji tersebut adalah sebagai berikut :
1. Terdapat perbedaan karakteristik konsumen minyak goreng bermerek dan
minyak goreng curah dalam mengkonsumsi minyak goreng di Kota Medan.
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi konsumsi minyak goreng secara signifikan
adalah jumlah tanggungan keluarga dan minyak goreng bersifat inelastis serta
merupakan barang inferior.
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi konsumsi minyak goreng curah dan minyak
goreng bermerek adalah harga minyak goreng itu sendiri dan jumlah
tanggungan keluarga.
4. Minyak goreng curah dan minyak goreng bermerek merupakan barang yang
bersifat elastis dan merupakan barang inferior.
Skala Likert
Skala Likert digunakan untuk mengukur persepsi atau perilaku seseorang. Skala
mengajukan beberapa pertanyaan kepada responden. Kemudian responden
memberi pilihan respon atau jawaban dalam bentuk skala yang diukur yang telah
disediakan, yakni: sangat setuju (5), setuju (4), cukup setuju (3), tidak setuju (2),
dan sangat tidak setuju (1) (Nazir, 2003).
Menurut Sugiono (2012) menjelaskan bahwa Skala Likert merupakan metode
pengukuran yang digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi
seseorang atau kelompok orang tentang fenomena sosial. Dari pengertian tersebut
dapat disimpulkan bahwa
yang dibagikan kepada responden untuk mengetahui skala sikap suatu objek
tertentu.
Kerangka Pemikiran
Penyediaan kebutuhan minyak goreng di Medan diperoleh dari perkebunan kelapa
sawit pada dasarnya. Baik itu dari perkebunan rakyat maupun milik negara. Hasil
olahan dari kelapa sawit tersebut salah satunya adalah minyak goreng. Minyak
goreng terbagi ke dalam dua segmen yaitu minyak goreng curah dan minyak
goreng bermerek.
Perbedaan dari kedua minyak goreng tersebut adalah dari segi bentuk kemasan
dan kebersihannya. Seiring dengan makin tingginya tingkat pendidikan dan
tingkat ekonomi masyarakat, peralihan pola konsumsi dari minyak goreng curah
ke minyak goreng bermerek pun semakin besar. Minyak goreng yang dikemas
tentu lebih bersih dan higienis daripada minyak goreng yang dijual eceran atau
Bedasarkan penjelasan tersebut adapun beberapa faktor yang mempengaruhi
konsumsi minyak goreng bermerek yaitu harga minyak goreng bermerek,
pendapatan rata-rata, pendidikan, dan jumlah tanggungan. Kemudian perilaku
konsumen terhadap konsumsi minyak goreng bermerek terbagi dua yaitu perilaku
yang tempak antara lain jumlah pembelian, waktu, karena siapa, dan dan
bagaimana dilakukan pembelian itu, sedangkan yang kedua adalah perilaku yang
tidak tampak antara lain persepsi, ingatan terhadap informasi dan pemasaran
kepemilikan oleh konsumen.
Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran Konsumen
Faktor-faktor yang mempengaruhi: 1. Harga minyak goreng bermerek 2. Pendapatan rata-rata
3. Pendidikan
4. Jumlah tanggungan
5. Harga minyak goreng curah
Konsumsi minyak goreng bermerek
Perilaku Konsumen 1. Perilaku yang tampak 2. Perilaku yang tidak
tampak
Keterangan :
Hipotesis Penelitian
1. Harga minyak goreng bermerek, pendapatan, pendidikan, dan jumlah
METODE PENELITIAN
Metode Penentuan Daerah Sampel Penelitian
Penentuan daerah penelitian ditentukan secara purposif atau sengaja berdasarkan
pertimbangan tertentu. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Medan Deli. Hal ini
dikarenakan jumlah populasi rumah tangga terbanyak ada di Kecamatan Medan
Deli.
Tabel 3. Penduduk Dan Rumah Tangga Menurut Kecamatan Tahun 2011
No Kecamatan Penduduk Rumah
Tangga
Metode Penentuan Sampel
Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan metode penelusuran
(Accidental Sampling), yaitu pengambilan sampel tidak ditetapkan lebih dahulu
dimana peneliti langsung mengumpulkan data dari unit sampling yang memenuhi
kriteria sampel. Kriterianya adalah orang yang mengkonsumsi minyak goreng
bermerek.
Menurut Sugiono (2006), sampel adalah bagian dari populasi yang akan diteliti
dan yang dianggap dapat menggambarkan populasi. Populasi dalam penelitian ini
adalah individu yang mengonsumsi minyak goreng bermerek. Penentuan besarnya
sampel dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode Slovin, dengan
rumus:
�= �
�+���
Dimana:
n = ukuran sampel
N = ukuran populasi
E = kesalahan pengambilan sampel yang ditolerir, dalam hal ini 15%
Dengan demikian, besarnya sampel yang diperoleh sebanyak:
�= ��.���
�+��.���(�.��)�
�= ��.���
�= ��.���
���,����
�=��,��=�������������
Banyaknya sampel adalah 44 rumah tangga yang ada di Kecamatan Medan Deli.
Maka diharapkan besar sampel tersebut dapat mewakili populasi.
Metode Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data
sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari sumber
informasi dengan menggunakan instrument kuesioner dan wawancara. Sedangkan
data sekunder diperoleh secara tidak langsung melalui pihak ketiga seperti, BPS
Kota Medan, internet, dan instansi lain terkait.
Metode Analis Data
Untuk identifikasi masalah 1 untuk melihat faktor-faktor apa saja yang
mempengaruhi konsumsi minyak goreng digunakan metode regresi linear
berganda. Data yang dibutuhkan untuk hal ini adalah data harga minyak goreng,
pendapaan rata-rata, tingkat pendidikan konsumen, dan jumlah tanggungan
konsumen, dimana nilai-nilai parameter tersebut selanjutnya akan diduga, adapun
Y = a + b₁X₁ + b₂X₂ + b₃X₃ + b4X4 + e
Keterangan,
Y = Konsumsi minyak goreng bermerek (kg/bln)
a = Konstanta
b1-b4 = koefisien regresi
X1 = Harga minyak goreng bermerek (Rp/kg)
X2 = Pendapatan rata-rata (Rp/Bln)
X3 = Jumlah tanggungan (orang)
X4 = Pendidikan (tahun)
e = kesalahan pengganggu
Hipotesis yang digunakan adalah:
H0 : Harga minyak goreng bermerek, pendapatan rata-rata, jumlah tanggungan,
dan pendidikan, tidak berpengaruh terhadap konsumsi minyak goreng
bermerek di lokasi penelitian
H1 : Harga minyak goreng bermerek, pendapatan rata-rata, jumlah tanggungan,
dan pendidikan, berpengaruh terhadap konsumsi minyak goreng bermerek di
Untuk identifikasi masalah 2 digunakan analisis deskriftif dengan menjumlahkan
atau menskorkan data-data yang diperoleh.
Table 4. Parameter Tingkat Keputusan Konsumen
No Parameter Pernyataan Skor
1 Membeli minyak goreng bermerek karena kebutuhan
a. Sangat tidak setuju b. Tidak setuju 2 Membeli minyak goreng bermerek
berdasarkan pengalaman membeli sebelumnya
a. Sangat tidak setuju b. Tidak setuju 3 Membeli minyak goreng bermerek karena
pengaruh dari orang lain/ teman
a. Sangat tidak setuju b. Tidak setuju 4 Membeli minyak goreng bermerek karena
pengaruh dari anggota keluarga
a. Sangat tidak setuju b. Tidak setuju 5 Membeli minyak goreng bermerek karena
harga
a. Sangat tidak setuju b. Tidak setuju 6 Membeli minyak goreng bermerek karena
kualitasnya baik
a. Sangat tidak setuju b. Tidak setuju 7 Membeli minyak goreng bermerek karena
adanya promosi dari penjual/ iklan
a. Sangat tidak setuju b. Tidak setuju 8 Membeli minyak goreng bermerek karena
kemudahan memperolehnya
Untuk mengukur tingkat keputusan konsumen digunakan metode scoring dengan
8 parameter.
Untuk mengukur range dari skor digunakan rumus:
�����=������������ − ������������
��������������
Jumlah tingkat skor keputusan konsumen adalah 8-40. Apabila skor berada pada : ≥10-20 = tingkat keputusan rendah
21-31 = tingkat keputusan sedang ≥32 = tingkat keputusan tinggi
Uji Asumsi Klasik
Untuk dapat mangaplikasikan OLS terdapat setidaknya beberapa persyaratan yang
harus dipenuhi yaitu BLUE (Best Linear Unbiased Estimator) dimana untuk
memperoleh model regresi yang terbail. Dengan demikian sebelum data
diestimasi dengan metode OLS ada beberapa kriteria yang harus dipenuhi sebagai
berikut:
1. Uji Linieritas
Uji linearitas dilakukan untuk mengetahui apakah persamaan regresi yang
diperoleh linear atau tidak dengan uji F. Kriteria yang digunakan adalah bila
Fhitung > Ftabel bentuk hubungan adalah linier.
2. Uji Multikolinieritas
Uji multikolinearitas dimaksudkan untuk menghindari adanya hubungan yang
linear antar variabel bebas. Menurut Gujarati (1994), Multikolinearitas dapat
• Jika nilai Toleransi atau VIF (Variance Inflation Factor) kurang dari 0,1
atau nilai VIF melebihi 10
• Terdapat koefisien korelasi sederhana yang mencapai atau melebihi 0,8
Jika nilai F-hitung melebihi nilai F-Tabel dari regresi antar variabel bebas
(Sujianto, 2009)
3. Uji Heteroskedastisitas
Uji heterokedastisitas dilakukan untuk mengetahui populasi Y yang berhubungan
dengan berbagai nilai X mempunyai varians yang sama. Heteroskedastitas dapat
dideteksi dengan beberapa metode, diantara adalah:
• Metode grafik, yaitu melalui grafik penyebaran nilai-nilai residual
terhadap nilai-nilai prediksi. Jika membentuk suatu pola tertentu maka
terjadi heteroskedstisitas.
• Dengan uji Park, terdapat dua tahap prosedur. Dalam tahap pertama kita
melakukan regresi OLS dengan tidak memandang persoalan
heteroskedastisitas yaitu dengan persamaan awal
Koefisien Determinasi (R2)
Uji koefisien determinasi (R2) digunakan untuk mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerengkan variasi variabel independen. Nilai (R2)
yang semakin mendekati 1, berarti variabel-variabel independen memberikan
hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel
Uji F
Untuk mengetahui apakah masing-masing faktor tersebut secara serempak
berpengaruh nyata atau tidak terhadap jumlah pembelian minyak goreng bermerek
(Y), maka digunakan uji F. Untuk perhitungan uji F dibantu dengan penghitungan
SPSS setelah itu membandingkan nilai F hasil perhitungan dengan nilai F menurut
tabel. Apabila hasil perhitungannya menunjukkan.
1. F-hitung > Ftabel ,maka H0 ditolak dan Ha diterima.
Artinya : variasi dari model regresi berhasil menerangkan variasi
variabel bebas secara keseluruhan,sejauh mana pengaruhnya terhadap
variabel tidak bebas (variabel terikat).
2. F-hitung ≤ Ftabel, maka H0 diterima dan Ha ditolak
Artinya: variasi dari model regresi tidak berhasil menerangkan variasi
variabel bebas secara keseluruhan, sejauh mana pengaruhnya terhadap
variabel tidak bebas (variabel terikat).
Uji t
Uji t digunakan untuk mengetahui apakah variabel-variabel bebas secara parsial
berpengaruh nyata atau tidak terhadap variabel terikat. Derajat kepercayaan yang
digunakan adalah 0,05% (Firdaus, 2004)
Kriteria uji yang diajukan:
Jika sig.< 0,05 maka H0 ditolak dan H1 diterima
Definisi Dan Batasan Operasional
Untuk menghindari kesalahpahaman dalam memahami penelitian ini maka dibuat
definisi dan batasan operasional.
Definisi
1. Konsumen adalah individu yang membeli dan mengkonsumsi untuk
memenuhi kebutuhan sendiri.
2. Minyak goreng bermerek adalah minyak goreng yang berasal dari proses
industri dimana telah dilakukan penyaringan 2-4 kali dan didistribusikan
dalam bentuk kemasan.
3. Pangsa pasar adalah besarnya bagian atau luasnya total pasar yang dapat
dikuasai oleh suatu perusahaan yang biasanya dinyatakan dengan
persentase.
4. Harga adalah harga yang sudah ditetapkan oleh pedagang minyak goreng
bermerek.
5. Pendapatan konsumen adalah pendapatan keluarga rata-rata per bulan.
6. Jumlah tanggungan adalah jumlah anggota keluarga yang menjadi
Batasan Operasional
1. Penelitian dilakukan di Kot Medan Kecamatan Medan Deli.
2. Waktu penelitian dilakukan pada tahun 2013
3. Sampel penelitian adalah konsumen yang mengkonsumsi minyak goreng
bermerek di Kota Medan Kecamatan Medan Deli dan dianggap mampu
DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN
KARAKTERISTIK SAMPEL
Deskripsi Daerah Penelitian
Letak Geografis Kota Medan dan Lingkup Wilayah Penelitian
Letak geografis Kota Medan pada kisaran 3° 30' – 3° 43' LU dan 98° 35' - 98° 44'
BT dengan ketinggian 2,5 - 37,5 m dpl
,
serta memiliki luas wilayah sebesar265,10 Km² (26.510 Ha). Secara administratif, Kota Medan terdiri dari 21
Kecamatan dan 151 Kelurahan serta memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut: • Utara : Kabupaten Deli Serdang dan Selat Malaka
• Selatan : Kabupaten Deli Serdang
• Barat : Kabupaten Deli Serdang
• Timur : Kabupaten Deli Serdang
Luas Wilayah dan Rasio Terhadap Luas Kota Madya Medan
Luas wilayah biasanya menjadi salah satu indikator dalam menganalisis potensi
yang dimiliki oleh suatu daerah. Semakin luas sebuah daerah maka akan semakin
besar pula peluang untuk meningkatkan berbagai potensi yang dimiliki. Misalnya
pemanfaatan lahan pertanian, pemukiman penduduk, serta berbagai pemanfaatan
lainnya. Selain itu, luas lahan juga menjadi faktor penting dalam melakukan
pemetaan dan pemerataan penduduk. Secara rinci sebaran luas wilayah menurut
Tabel 5. Luas Wilayah dan Rasio terhadap Luas Kota Medan Sumber : Medan Dalam Angka, 2012
Berdasarkan Tabel 5 diketahui bahwa, luas wilayah terbesar di Kota Medan
adalah Kecamatan Medan Labuhan yaitu 36,67 Km² atau sebesar 13,83% dari
seluruh luas wilayah Kota Medan. Dan Kecamatan yang memiliki luas paling
sedikit adalah Kecamatan Medan Maimun yaitu 2,98 Km² atau sebesar 1,12% dari
total luas Kota Medan.
Kecamatan Medan Deli adalah lokasi yang dijadikan untuk penelitian ini.
Kecamatan Medan Deli adalah salah satu dari
penduduknya adalah pendatang sedangkan penduduk asli Suku Melayu Deli 30%
saja.
Gambar 1. Peta Kecamatan Medan Deli.
Kepadatan Penduduk
Jumlah penduduk Kota Medan tahun 2011 sebanyak 2.117.224 jiwa, jika
dibandingkan dengan lahan seluas 265,10 Km² dapat digambarkan kepadatan
penduduk Kota Medan adalah sebanyak 7.987 jiwa/Km². Angka ini
menggambarkan bahwa setiap 1 Km² terdapat 7.987 jiwa. Secara rinci, kepadatan
penduduk Kota Medan menurut Kecamatan dapat dilihat pada Tabel 6.
No Kecamatan Sumber : Medan Dalam Angka, 2012
Dari Tabel 6 dapat dilihat bahwa kepadatan penduduk tertinggi di Kota Medan
adalah Kecamatan Medan Perjuangan yaitu sebesar 22.856 Jiwa/ Km². Wilayah
yang dimiliki oleh Kecamatan Medan Perjuangan relatif kecil jika dibandingkan
dengan jumlah penduduk yang ada. Sedangkan kepadatan penduduk paling rendah
adalah Kecamatan Medan Labuhan yaitu sebesar 3.063 Jiwa/Km², padahal
Kecamatan Medan Labuhan merupakan Kecamatan yang memiliki wilayah
terluas diantara kecamatan-kecamatan lainnya di Kota Medan. Hal ini
menunjukkan bahwa wilayah yang dimiliki oleh Kecamatan Medan Labuhan
relatif sangat besar jika dibandingkan dengan jumlah penduduk yang
Kota Medan Secara Ekonomi
Pada hakekatnya pembangunan ekonomi daerah adalah serangkaian usaha dan
kebijakan yang bertujuan meningkatkan taraf hidup masyarakat, memperluas
lapangan kerja dan pemerataan pembagian pendapatan masyarakat. Kinerja
pembangunan ekonomi daerah mempunyai peranan yang amat penting karena
keberhasilan dibidang ekonomi dapat menyediakan sumberdaya yang lebih luas
bagi pembangunan daerah dibidang lainnya. Oleh karena itu, aspek ekonomi
secara umum dijadikan salah satu ukuran penting untuk menilai kemajuan,
kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat daerah.
Peranan atau kontribusi sektor ekonomi menunjukkan besarnya kemampuan
masing-masing sektor ekonomi dalam menciptakan nilai tambah dan
menggambarkan kemampuan memproduksi barang dan jasa dari masing-masing
sektor ekonomi. Untuk mengetahui struktur ekonomi Kota Medan dapat dilihat
dari kontribusi setiap sektor dalam pembentukan PDRB menurut lapangan usaha
Tabel 7. Struktur Perekonomian Kota Medan 2007-2011
Listrik, Gas dan Air Bangunan
Berdasarkan tabel 7 di atas, struktur perekonomian Kota Medan tidak berbeda
jauh selama rentang waktu 2007-2011. Untuk sektor perdagangan merupakan
sektor yang paling besar peranannya terhadap pembentukan PDRB Kota Medan
diikuti sektor pengangkutan. Selanjutnya sektor industri, sektor keuangan dan
yang terakhir sektor bangunan atau kontruksi. Sedangkan sektor yang paling
berkontribusi sedikit adalah pertambangan, diikuti listrik, gas dan air serta yang
terakhir adalah sektor pertanian.
Kota Medan Secara Sosial
Kondisi sosial yang terbagi atas pendidikan, kesehatan, kemiskinan, keamanan
dan ketertiban, agama dan lainnya merupakan faktor penunjang dan penghambat
IPM (Indeks Pembangunan Masyarakat) Kota Medan mengalami peningkatan
selama masa waktu 2007-2010 dimana mengindikasikan bahwa tingkat
kesejahteraan sosial ekonomi masyarakat cenderung semakin membaik. Selain itu,
peningkatan ini juga meningkatkan daya beli dan pendapatan masyarakat sehingga
mampu meningkatkan derajat kesehatan dan tingkat pendidikan yang ditandai
dengan bertambahnya usia harapan hidup, rata-rata lama bersekolah dan
meningkatnya konsumsi (daya beli) perkapita masyarakat Kota Medan. Berikut
adalah Tabel Indeks Pembangunan Masyarakat Kota Medan.
Tabel 8. Indeks Pembangunan Masyarakat Tahun Harapan
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah konsumen yang
mengkonsumsi minyak goreng bermerek di Kota Medan khususnya Kecamatan
Medan Deli. Karakteristik konsumen yang dimaksud meliputi karakteristik sosial
ekonomi yang terdiri dari jumlah tanggungan, umur, pendapatan, harga minyak
goreng, dan tingkat pendidikan.
a. Tingkat Pendidikan
Pendidikan konsumen erat hubungnnya dengan pengetahuan terhadap suatu
sampel di daerah penelitian Kota Medan Kecamatan Medan Deli dari SD sampai
Perguruan Tinggi. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 9. Pendidikan Sampel Minyak Goreng Bermerek
No Tingkat Pendidikan Jumlah (Jiwa) Persentase (%)
1 SD 1 2.28
Sumber: Analisis Data Lampiran 2
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa tingkat pendidikan konsumen sampel rata-rata SARJANA dan Perguruan PASCA SARJANA. Untuk jumlah konsumen sampel yang terbesar adalah pada SARJANA yaitu sebesar 25 orang atau 56.81 %
sedangkan terkecil berada pada tingkat SD dan SLTP yaitu masing-masing sebesar 1 orang atau 2.28 %.
b. Jumlah Tanggungan
Dalam membeli dan mengkonsumsi minyak goreng, jumlah konsumsi sampel sangat dipengaruhi oleh anggota keluarga yang menjadi tanggungannya. Adapun jumlah tanggungan atau jumlah anggota keluarga pada daerah penelitian dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 10. Jumlah Tanggungan Sampel Minyak Goreng
No Jumlah Tanggungan Keluarga Jumlah (Jiwa) Persentase(%)
1 0 – 2 4 9,09
2 3 – 5 40 90,91
Jumlah 44 100
Dari tabel di atas dapat dilihat jumlah tanggungan terbanyak ada pada kelompok 3-5 yaitu sebanyak 44 orang atau 90,91 % dan yang terkecil pada kelompok 0-2 yaitu sebanyak 4 orang atau 9,09 %.
c. Pendapatan
Daya beli masyarakat dapat dilihat melalui pendapatannya, jika pendapatan yang diperoleh cukup tinggi, maka pada umumnya daya beli masyarakat juga tinggi. Pendapatan konsumen minyak goreng di daerah penelitian digolongkan berdasarkan penggolongan pengeluaran perkapita per bulan cukup bervariasi, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut
Tabel 11. Jumlah Pendapatan Sampel Minyak Goreng
No Pendapatan Jumlah (Jiwa) Jumlah (%)
1 Rp.2.000.000 – Rp. 2.900.000 17 38,64
2 Rp.3.000.000 – Rp. 3.900.000 22 50
3 Rp.4.000.000 – Rp. 4.900.000 3 6,82
4 Rp.5.000.000 – Rp. 5.900.000 2 4,54
Jumlah 44 100
Sumber: Analisis Data Lampiran 2
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Analisis Faktor-Faktor Apa Saja Yang Mempengaruhi Konsumen Dalam Mengkonsumsi Minyak Goreng Bermerek
Untuk memperoleh hasil dari faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi
konsumen dalam mengkonsumsi minyak goreng bermerek, maka dilakukan
penelitian terhadap 44 sampel konsumen minyak goreng bermerek yang dilakukan
di Kecamatan Medan Deli. Adapun yang telah diteliti adalah apakah jumlah
tanggungan, pendapatan, harga minyak goreng bermerek, harga minyak goreng
curah, dan tingkat pendidikan akan mempengaruhi jumlah konsumsi minyak
goreng bermerek di Kota Medan.
Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk menguji apakah variabel pengganggu (e) memiliki
distribusi normal atau tidak. Uji normalitas dapat dilihat dari posisi normal
sebaran data dengan menggunakan standard deviasi dari histogram dan
Gambar 2. Histogram
Berdasarkan gambar 2, dapat dilihat bahwa histogram memiliki kurva yang
simetris, berarti dapat disimpulkan bahwa data berdistribusi normal.
Jika dilihat dari gambar 3, plot (gradien antar probabilitas kumulatif observasi dan
probabilitas kumulatif harapan) berada di sepanjang garis, maka residual
mengikuti distribusi normal. Kemudian normalitas juga dapat dilihat pada
lampiran 2, One Sample Kolmogorov Smirnov Test diperoleh bahwa data
berdistribusi normal.
Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas digunakan untuk mengetahui ada atau tidak penyimpangan
asumsi klasik heteroskedastisitas yaitu adanya ketidaksamaan varian dari residual
untuk semua pengamatan pada model regresi.
Gambar 4. Scatterplot
Berdasarkan gambar diatas, dapat diketahui bahwa titik-titik tidak membentuk
pola yang jelas, dan titik-titik menyebar secara acak. Jadi dapat disimpulkan
Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas dapat dilihat dari nilai Tolerance dan VIF dari
masing-masing variabel dibawah ini:
Tabel 12. Nilai Coefficient dan VIF
Variabel Toleransi VIF
Harga Beli Minyak Goreng Bermerek 0.575 1,740
Pendapatan 0.503 1,989
Pendidikan 0.825 1,212
Jumlah tanggungan 0.623 1,604
Sumber : Analisis Data Lampiran 4
Berdasarkan tabel, nilai Tolerance dari masing-masing variabel besar dari 0,05
dan korelasi antara variabel independen (bebas) juga dapat dilihat dari nilai VIF
(variance-inflating factor) yaitu lebih kecil dari 10. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa variabel yang digunakan dalam persamaan tidak terjadi gejala
multikolinearitas.
Interpretasi Hasil
Analisis regresi linier berganda dilakukan terhadap semua variabel independen
dengan tingkat signifikansi 0,05 dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 13. Analisis Regresi Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Konsumen Dalam Mengkonsumsi Minyak Goreng Bermerek
Penduga Koefisien Regresi Signifikan t Signifikan F
Constant -0.609 -0.610
Harga Beli Minyak
Goreng Bermerek 6.750E-5 0.846
Pendapatan 7.748E-7 7.798
Pendidikan -0.077 -1.045
Tanggungan 0.003 0.108
R2 = 0,781 0,000
Berdasarkan tabel 13, maka dapat diperoleh persamaan sebagai berikut :
Y = -0.609+ 6.750E-5 X1 + 7.748E-7X2 + -0.077X3 + 0.003X4 + e
Dari persamaan tersebut dapat diinterpretasikan pengaruh harga minyak goreng
bermerek, pendapatan, pendidikan, dan jumlah tanggungan terhadap konsumsi
minyak goreng bermerek adalah sebagai berikut :
1. Harga Minyak Goreng Bermerek (X1)
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa harga minyak goreng
bermerek memiliki nilai koefisien sebesar 0,00006750. Artinya jika harga
minyak goreng bermerek meningkat sebesar Rp 1.000/kg maka konsumsi
minyak goreng bermerek akan meningkat sebesar 0,06750 kg, dimana faktor
lain dianggap tetap.
2. Pendapatan (X2)
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa pendapatan memiliki nilai
koefisien sebesar 0,0000007748. Artinya jika pendapatan meningkat sebesar
Rp1.000 maka, nilai ini menunjukkan jumlah konsumsi minyak goreng
bermerek akan meningkat sebesar 0, 0007748 kg, dimana faktor lain dianggap
tetap.
3. Tingkat Pendidikan (X3)
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa koefisien regresi tingkat
pendidikan diperoleh sebesar -0.077. Artinya nilai ini menunjukkan ketika
tingkat pendidikan bertambah 1 tahun maka jumlah konsumsi minyak goreng
bermerek menurun sebesar -0.077 kg, dimana faktor lain dianggap tetap.
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa koefisien regresi jumlah
anggota keluarga diperoleh sebesar 0.003. Artinya nilai ini menunjukkan
ketika jumlah anggota keluarga bertambah 1 orang maka jumlah konsumsi
minyak goreng bermerek juga akan meningkat sebesar 0,003 kg, dimana
faktor lain dianggap tetap.
Uji Kesesuaian Model
Berdasarkan lampiran 2 diperoleh nilai R-square (R2) sebesar 0,781. Hal ini
berarti bahwa keempat variabel bebas yaitu harga minyak goreng bermerek,
pendapatan, pendidikan dan jumlah anggota keluarga mampu menjelaskan varians
permintaan sebesar 78,1 persen dan sisanya 21,9 persen dijelaskan oleh variabel
lain diluar dari model persamaan.
Uji F (Uji Simultan)
Berdasarkan lampiran 2 diperoleh nilai signifikan F sebesar 0,000 yaitu lebih kecil
dibandingkan dengan α sebesar 0,05 (5%). Dengan demikian H0 ditolak dan H1
diterima. Hal ini menunjukkan variabel bebas secara serempak berpengaruh
Uji t (Uji Parsial)
Berdasarkan lampiran 2 diperoleh nilai signifikan t sebagai berikut :
1. Harga Beli Minyak Goreng Bermerek
Harga beli Minyak Goreng Bermerek (X1) diperoleh sebesar 0,403 yaitu lebih besar dibandingkan dengan α sebesar 0,05 (5%). Dengan demikian H0
diterima dan H1 ditolak. Hal ini menunjukkan bahwa pengaruh harga beli
minyak goreng curah terhadap konsumsi minyak goreng bermerek di Kota
Medan adalah tidak nyata.
2. Pendapatan
Pendapatan konsumen (X2) diperoleh sebesar 0,000 yaitu lebih kecil
dibandingkan dengan α sebesar 0,05 (5%). Dengan demikian H0 ditolak dan
H1 diterima. Hal ini menunjukkan bahwa pengaruh pendapatan terhadap
konsumsi minyak goreng bermerek di Kota Medan adalah nyata.
3. Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan (X3) diperoleh sebesar 0,302 yaitu lebih besar
dibandingkan dengan α sebesar 0,05 (5%). Dengan demikian H0 diterima dan
H1 ditolak. Hal ini menunjukkan bahwa pengaruh pendidikan terhadap
konsumsi minyak goreng bermerek di Kota Medan adalah tidak nyata.
4. Jumlah Anggota Keluarga
Jumlah anggota keluarga (X4) diperoleh sebesar 0,915 yaitu lebih besar
dibandingkan dengan α sebesar 0,05 (5%). Dengan demikian H0 diterima dan
curah terhadap konsumsi minyak goreng bermerek di Kota Medan adalah
tidak nyata.
Pembahasan
1. Harga Beli Minyak Goreng Bermerek
Hasil penelitian menunjukkan jika harga minyak goreng bermerek meningkat
maka jumlah konsumsi minyak goreng bermerek juga akan meningkat.
Namun hal ini berpengaruh secara tidak nyata terhadap konsumsi minyak
goreng bermerek di Kota Medan. Menurut Pracoyo (2006), bila harga naik
maka permintaan akan turun dan sebaliknya bila harga turun permintaan akan
naik. Dengan demikian perubahan harga terhadap permintaan mempunyai arah
yang berkebalikan.
Namun pada penelitian ini tidak sesuai dengan teori yang ada. Hal ini
dikarenakan minyak goreng merupakan salah satu bahan makanan pokok yang
selalu dikonsumsi oleh konsumen. Minyak goreng yang ada di pasar ada 2
jenis yaitu, minyak goreng bermerek dan minyak goreng curah. Minyak
goreng bermerek memiliki harga yang lebih tinggi dibandingkan dengan
minyak goreng curah. Tetapi minyak goreng bermerek tetap menjadi pilihan
konsumen dikarenakan kualitasnya yang lebih baik dibandingkan dengan
minyak goreng curah. Sehingga apabila harga minyak goreng bermerek
meningkat, maka konsumen akan tetap membeli dan mengkonsumsi minyak
goreng bermerek tersebut tetapi digantikan dengan minyak goreng merek lain
2. Pendapatan
Dari hasil penelitian, jika pendapatan konsumen meningkat maka konsumsi
minyak goreng bermerek juga akan meningkat. Menurut teori, bila pendapatan
seseorang meningkat maka akan meningkatkan permintaannya terhadap suatu
barang. Maka hubungan antara pendapatan dengan jumlah barang yang
diminta adalah positif (Pracoyo, 2006). Dalam hal ini pendapatan berpengaruh
secara nyata terhadap konsumsi minyak goreng bermerek di Kota Medan.
3. Pendidikan
Jika tingkat pendidikan meningkat maka jumlah konsumsi minyak goreng
bermerek akan menurun. Namun hal ini berpengaruh secara tidak nyata
terhadap konsumsi minyak goreng bermerek di Kota Medan. Pendidikan
menjadi hal yang dapat mempengaruhi konsumsi minyak goreng bermerek.
Sebab pada saat seseorang pendidikannya semakin tinggi, mereka tidak lagi
sekedar memenuhi kebutuhan makan dan minum melainkan juga memenuhi
kebutuhan informasi, pergaulan masyarakat yang lebih baik, serta kebutuhan
akan pengakuan orang lain terhadap keberadaannya.
4. Jumlah anggota keluarga
Jika jumlah anggota keluarga konsumen meningkat maka konsumsi minyak
goreng bermerek menurun. Namun, dalam hal ini berpengaruh secara tidak
nyata terhadap konsumsi minyak goreng bermerek di Kota Medan dan tidak
sesuai dengan teori yang ada. Menurut teori, semakin banyak jumlah anggota
keluarga maka akan meningkatkan permintaan suatu barang. Hubungan antara
jumlah anggota keluarga dengan jumlah barang yang diminta adalah positif
Perilaku Konsumen Minyak Goreng Bermerek Di Kota Medan (Alasan Konsumen Membeli Minyak Goreng Bermerek)
Ada beberapa perilaku yang dimiliki konsumen dalam melakukan kegiatan
pembelian suatu barang. Perilaku ini dapat digolongkan menjadi rendah, sedang
dan tinggi. Perilaku ini dipengaruhi oleh beberapa faktor. Untuk melihat alasan
konsumen membeli minyak goreng bermerek dapat kita identifikasi dari
faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen dalam membeli minyak goreng
bermerek, maka dibuat parameter faktor-faktor tersebut sehingga nantinya juga
didapat penggolongan perilaku konsumen minyak goreng bermerek. Berikut dapat
dilihat apa alasan konsumen membeli minyak goreng bermerek.
Tabel 14. Skor Rataan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen
3 Dorongan Dari Orang Lain/ Teman
5 2.54 50.8 %
4 Dorongan Dari Anggota Keluarga
5 3.20 64 %
5 Harga (3) 5 3.77 75.4 %
6 Mutu/Kualitas (1) 5 4.31 86.2 %
7 Promosi Dari Penjual/ Iklan
Sumber : Analisis Data Lampiran 2
Berdasarkan tabel diatas dapat diambil beberapa kesimpulan dari parameter
faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen terhadap pembelian minyak