ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL
BUDIDAYA MELON HIDROPONIK
(Studi Kasus: PT. Mekar Unggul Sari, Cileungsi, Bogor)
Rinrin Rindyani
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL
BUDIDAYA MELON HIDROPONIK
(Studi Kasus: PT. Mekar Unggul Sari, Cileungsi, Bogor)
Rinrin Rindyani 106092002998
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian pada Program Studi Agribisnis
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
PENGESAHAN UJIAN
PERNYATAAN
DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENAR-BENAR HASIL KARYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.
Jakarta, Juni 2011
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
DATA DIRI
Nama : Rinrin Rindyani
Tempat Tanggal Lahir : Garut, 14 September 1988
Kewarganegaraan : Indonesia
Status : Belum Menikah
Alamat : Jl. Benda Barat 13B Blok D 35 No. 4 Pamulang
Permai II, Kecamatan Pamulang, Kota Tangerang
Selatan
Telepon : 085695679570 / 021-46440344
e-mail : rin_rindyani@yahoo.com
RINGKASAN
RINRIN RINDYANI, Analisis Kelayakan Finansial Budidaya Melon Hidroponik (Studi kasus: PT. Mekar Unggul Sari, Cileungsi, Bogor). Di bawah bimbingan SETYO ADHIE dan JUNAIDI.
Buah melon yang dibudidayakan di PT. Mekar Unggul Sari ditujukan untuk komersial sebagai sarana petik buah di wahana melon Taman Wisata Mekarsari dan pemenuhan konsumsi pengunjung. Oleh karena itu, PT. Mekar Unggul Sari melakukan produksi melon secara berkesinambungan. Untuk itu dalam melakukan produksi diperlukan suatu tahapan budidaya yang baik agar mendapatkan produksi buah yang unggul. Melon hidroponik yang diusahakan secara komersial dapat mendatangkan keuntungan yang lebih banyak. Hal ini disebabkan secara umum kualitas melon hidroponik lebih unggul dibandingkan dengan melon yang ditanam di tanah.
Budidaya melon hidroponik PT. MUS sudah berjalan mulai dari tahun 1997 hingga sekarang. Budidaya melon hidroponik membutuhkan biaya yang sangat besar karena menggunakan teknologi greenhouse dan drip irigation. Pada tahun 2008 PT. MUS mengalami penurunan tingkat produksi penjualan mencapai 20% yang disebabkan timbul serangan penyakit karena menurunnya efektifitas fungsi
greenhouse yang terjadi karena kerusakan pada solar tuff dan screen net, sehingga saat hujan air hujan masuk ke dalam greenhouse. Nilai kerugian yang diderita mencapai Rp. 10.118.995. Untuk menanggulangi masalah tersebut PT. MUS melakukan sanitasi greenhouse dan pada tahun 2009 PT. MUS melakukan reinvestasi untuk perbaikan seluruh greenhouse dengan harapan optimalisasi greenhouse sangat berperan agar tanaman berproduksi secara optimal, sehingga terjadi peningkatan produksi penjualan.
Tujuan penelitian ini adalah: (1) Menganalisis kelayakan budidaya melon hidroponik PT. MUS setelah dilakukan reinvestasi solar tuff dan screen net berdasarkan kelayakan finansial. (2) Menganalisis sensitivitas kelayakan finansial budidaya melon hidroponik PT. MUS apabila terjadi perubahan biaya dan pendapatan.
ix Analisis kelayakan finansial budidaya melon hidroponik untuk melihat layak atau tidak budidaya melon hidroponik melalui perhitungan BEP, NPV, IRR,
Profitability Index (PI), Payback Periode dan Analisis sensitifitas dengan asumsi, (1) peningkatan harga benih melon sebesar 9%; (2) peningkatan harga nutrisi sebesar 9%; (3) peningkatan upah tenaga kerja sebesar 9%; (4) peningkatan harga benih melon, nutrisi dan upah tenaga kerja sebesar 9%; (5) penurunan pendapatan sebesar 10%; (6) peningkatan harga benih melon sebesar 9% dengan modal pinjaman 20%; (7) peningkatan harga nutrisi sebesar 9% dengan modal pinjaman 20%; (8) peningkatan harga uapah tenaga kerja sebesar 9% dengan modal pinjaman 20%; (9) peningkatan harga benih melon, nutrisi dan upah tenaga kerja sebesar 9% dengan modal pinjaman 20%; (10) penurunan pendapatan sebesar 10% dengan modal pinjaman 20%.
Hasil analisis kelayakan finansial budidaya melon hidroponik pada PT. MUS 100% modal sendiri dinyatakan layak. Hal ini ditandai dengan nilai NPV positif Rp. 58.678.244. IRR 22,8% lebih besar dari tingkat suku bunga sebesar 14%. Nilai PI sebesar 1,37 lebih besar dari satu. Payback Periode selama 6 tahun 11 bulan.
KATA PENGANTAR
Bismillahirrohmanirrohim
Assalamu’alaikum. Wr. Wb
Puji Syukur Alhamdulillah kita panjatkan kehadirat Allah SWT atas
Rahmat, Karunia, Taufik dan Hidayah-Nya sehingga penyusunan skripsi ini dapat
diselesaikan oleh penulis. Shalawat serta salam tidak lupa dipanjatkan kepada
junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW. beserta keluarga dan sahabatnya
yang telah membawa umat manusia menuju jalan kebaikan.
Penyusunan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan
gelar Sarjana Pertanian.
Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan rasa terima kasih yang
mendalam kepada semua pihak yang telah ikut membantu dalam penyusunan
skripsi ini. Untaian terima kasih yang dalam penulis tujukan kepada:
1. Kedua orang tua penulis tercinta, Ujang Aminuddin dan Tetty Nurhayati, atas
segala dukungan moril maupun materil, motivasi, semangat dan bantuan yang
tak kenal lelah kepada penulis untuk tetap optimis dan istiqamah. Serta untuk
Adik tercinta, ananda Nurcholis Majid membantu dalam penyelesaian skripsi
ini.
2. Bapak Dr.Syopiansyah Jaya Putra,M.Sis selaku Dekan Fakultas Sains dan
vi
3. Drs. Acep Muhib, MM dan Riski Adi Puspitasari, MMA selaku Ketua dan
Sekretaris Program Studi Agribisnis yang telah memberikan suatu komitmen,
dorongan, dan program pendidikan sesuai kebutuhan mahasiswanya.
4. Bapak Ir. Setyo Adhie, M.Si dan Bapak Ir. Junaidi, M.Si selaku pembimbing
skripsi yang telah memberikan arahan dan motivasi kepada penulis yang tiada
henti.
5. Ibu Ir. Lilis Imamah Ichadayati, M.Si dan Bapak Masrul Huda, SE, M.Si
selaku penguji skripsi yang telah memberikan arahan dan saran mengenai
penyusunan skripsi ini.
6. Dosen – dosen Agribisnis yang telah memberikan kesempatan kepada penulis
untuk menimba ilmu pengetahuan.
7. Bapak Gunadi, Aa Ade, Aa Nyangnyang dan staff PT. MUS lainnya yang
telah memberikan arahan, saran dan informasi dalam penyusunan skripsi di
Wahana Melon Hidroponik.
8. Ibu Ummi Kalsum, Tante Lies beserta keluarga. Terima kasih untuk dukungan
serta motivasi dalam penyelesaian skripsi ini.
9. The Princess tersayang, Ulfa, Ajeng, Wiwin, Nia, Gina, Rifa dan Nisa atas
kebersamaan, kehangatan dan kekeluargaan yang terjalin selama kuliah, yang
telah berbagi suka dan duka serta memberikan semangat dan motivasi (tetap
semangat,,kalian pasti bisa!!). Serta teman – teman angkatan 2006 : Ari
(Alhamdulillah bisa nyusul juga he...) buat Ali, Tohir, Purwanto, dan Andi
vii
Mawardi, Ikhsan, Dana, Angger, Heru, Budi, Dzul, Lutfi, Pedri, Reza,
k”Laode, Surade ( ayooo smangat,,,masih banyak yang harus dijalani ^^ )
10.K’Dewi, K’Riri, K’pury dan kakak serta adik yag lain terima kasih do’a dan
motivasinya.
11.Seluruh pihak yang telah membantu dan namanya tidak dapat disebutkan satu
per satu. Terima kasih atas dukungan dan motivasinya, Semoga Allah SWT
membalas segala kebaikan yang telah diberikan kepada penulis.
Harapan penulis semoga skripsi ini dapat bermanfaat , sebagai bahan
memperkaya pengetahuan bagi mereka yang membacanya dan terutama bagi
penulis sendiri.
Akhir kata, penulis mohon maaf apabila ada kekhilafan dalam kata pengantar
ini.
Wassalamu’alaikum. Wr. Wb
Jakarta, Juni 2011
DAFTAR ISI
2.1.2.1. Hidroponik Subtrat ... 8
2.1.2.2. Hidroponik NFT (Nutrient Film Technique) . 8 2.1.2.3. Aeroponik ... 9
2.1.3. Penerapan Hidroponik ... 9
2.1.3.1. Konstruksi Rumah Kaca (Greenhouse)... 9
2.1.3.2. Sistem Irigasi ... 10
2.1.3.3. Perlengkapan Hidroponik ... 10
2.1.3.4. Proses Budidaya ... 11
2.1.4. Analisis Kelayakan Finansial ... 12
2.1.4.1. Investasi dan Reinvestasi... 12
2.1.4.2. Biaya ... 13
2.1.4.3. Penerimaan dan Pendapatan ... 16
2.1.4.4. Break Event Point (BEP) ... 14
2.1.4.5. Net Present Value (NPV) ... 15
2.1.4.6. Internal Rate of Return (IRR) ... 16
2.1.4.7. Profitability Indeks (PI) ... 16
2.1.4.8. Payback Period ... 17
2.1.4.9. Analisis Sensitivitas ... 17
2.2. Penelitian Terdahulu ... 18
xi
BAB III METODE PENELITIAN ... 22
3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 22
3.2. Jenis dan Sumber Data... 22
3.3. Metode Pengumpulan Data ... 23
3.4. Metode Pengolahan Data dan Analisis Data ... 23
3.4.1. Analisis Kualitatif ... 23
3.4.2.6. Analisis Sensitivitas ... 27
3.5. Definisi Operasional ... 29
BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN ... 30
4.1. Profil PT. Mekar Unggul Sari ... 30
4.2. Visi dan Misi ... 31
4.3. Letak dan Keadaan Geografis ... 32
4.4. Struktur Organisasi ... 32
4.5. Wahana Melon PT. Mekar Unggul Sari ... 35
4.5.1. Sarana Hidroponik ... 35
4.5.2. Teknik Budidaya Melon Hidroponik ... 37
4.5.3. Pemasaran ... 43
5.2. Penerimaan dan Pendapatan Budidaya Melon Hidroponik .. 51
5.3. Analisis Break Event Point (BEP) ... 52
5.4. Biaya Reinvestasi ... 55
5.5. Analisis Kelayakan Finansial ... 56
xii
BAB VI KESIMPULAN ... 65
6.1. Kesimpulan ... 65
6.2. Saran ... 67
DAFTAR PUSTAKA ... 68
xiii
DAFTAR TABEL
1. Pedoman Penyiraman ... 40
2. Biaya Tetap Budidaya Melon Hidroponik PT. MUS per Tahun ... 46
3. Biaya Variabel Budidaya Melon Hidroponik PT. MUS ... 47
4. Total Biaya Budidaya Melon Hidroponik PT. MUS ... 50
5. Penerimaan dan Pendapatan Budidaya Melon Hidroponik PT. MUS .... 52
6. Hasil Analisis BEP Budidaya Melon Hidroponik PT. MUS... 53
7. Biaya Reinvestasi Perbaikan GH Budidaya Melon Hidroponik PT. MUS ... 55
8. Hasil Analisis Kelayakan Finansial Budidaya Melon Hidroponik 100% Modal PT.MUS (Discount Factor 14%) ... 56
9. Hasil Analisis Sensitivitas Finansial Budidaya Melon Hidroponik dengan 20% Modal Pinjaman dan 80% Modal PT.MUS (DF 14%) .... 58
10.Hasil Analisis Sensitivitas Budidaya Melon Hidroponik Terhadap Perubahan Biaya dan Pendapatan Asumsi 100% Modal Sendiri ... 59
11.Hasil Analisis Sensitivitas Budidaya Melon Hidroponik Terhadap Perubahan Biaya dan Pendapatan Asumsi 20% Modal Pinjaman dan 80% Modal PT.MUS (Discount Factor 14%) ... 62
DAFTAR GAMBAR 1. Grafik Break Event Point ... 16
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
1. Data Buah-buah Taman Wisata Mekar Sari ... 70
2. Tingkat Suku Bunga Kredit Investasi Bank Umum Periode 2005-2009 76
3. Laju Inflasi Nasional Periode 2005-2009... 76
4. Biaya Sewa Lahan Budidaya Melon Hidroponik ... 77
5. Rekapitulasi Biaya Tetap Budidaya Melon Hidroponik PT. MUS ... 78
6. Rekapitulasi Biaya Tidak Tetap Budidaya Melon Hidroponik PT. MUS 79
7. Analisis Pendapatan PT. MUS ... 80
8. Biaya Reinvesatasi Solar Tuff dan Screen Net PT. MUS... 81
9. Perhitungan Pembayaran Bunga dan Cicilan Pokok Pinjaman ... 82
10.Proyeksi Arus Kas Budidaya Melon Hidroponik PT. MUS
(100% Modal Sendiri) ... 83
11.Analisis Sensitivitas Budidaya Melon Hidroponik PT. MUS
(20% Pinjaman Bank 80% Modal Sendiri) ... 84
12.Analisis Sensitivitas Benih Melon Naik 9% Biaya Variabel Lain Tetap
(100% Modal Sendiri) ... 85
13.Analisis Sensitivitas Nutrisi Melon Naik 9% Biaya Variabel Lain Tetap
(100% Modal Sendiri) ... 85
14.Analisis sensitivitas Upah Tenaga Kerja Naik 9% Biaya Variabel Lain
Tetap (100% Modal Sendiri) ... 86
15.Analisis Sensitivitas Benih Melon, Nutrisi, dan Upah Tenaga Kerja
Naik 9% Biaya Variabel Lain Tetap (100% Modal Sendiri) ... 86
16.Analisis Sensitivitas Pendapatan Turun 10 % Biaya Variabel Tetap
(100% Modal Sendiri) ... 87
17.Analisis Sensitivitas Benih Melon Naik 9% Biaya Variabel Lain Tetap
(20% Pinjaman Bank 80% Modal Sendiri) ... 88
18.Analisis Sensitivitas Nutrisi Melon Naik 9% Biaya Variabel Lain Tetap
(20% Pinjaman Bank 80% Modal Sendiri) ... 88
19.Analisis Sensitivitas Upah Tenaga Kerja Naik 9% Biaya Variabel Lain
xv 20.Analisis Sensitivitas Benih Melon, Nutrisi, dan Pestisida Naik 9%
Biaya Variabel Lain Tetap (20% Pinjaman Bank 80% Modal sendiri) .. 89
21.Analisis Sensitivitas Pendapatan Turun 10 % Biaya Variabel Tetap (20% Pinjaman Bank 80% Modal Sendiri) ... 90
22.Foto-foto Budidaya Melon Hidroponik PT. MUS ... 91
23.Struktur Organisasi PT. Mekar Unggul Sari ... 92
24.Peta Taman Wisata Mekarsari ... 93
25.Daftar Pertanyaan Wawancara ... 94
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Melon merupakan jenis tanaman buah-buahan yang mudah untuk
dikembangkan. Tanaman melon merupakan salah satu tanaman yang perlu
mendapat prioritas utama diantara tanaman-tanaman hortikultura lainnya karena
harga buah melon relatif lebih tinggi dibandingkan dengan komoditas hortikultura
pada umumnya. Hal ini memberikan keuntungan kepada petani atau pengusaha
pertanian tanaman melon.
PT. Mekar Unggul Sari adalah perusahaan yang mengelola Taman Wisata
Mekarsari. Taman Wisata Mekarsari (TWM) merupakan salah satu pusat
pelestarian keanekaragaman hayati (plasma nutfah) buah-buahan tropika terbesar
di Indonesia, khususnya jenis buah-buahan unggul yang dikumpulkan dari
daerah-daerah di Indonesia (Lampiran 1). Selain kegiatan pelestarian, dilakukan juga
penelitian budidaya (agronomi), pemuliaan (breeding), dan perbanyakan bibit
unggul untuk kemudian disebarluaskan kepada petani dan masyarakat umum.
Taman Wisata Mekarsari sebagai pusat pelestarian plasma nutfah
hortikultura/buah-buahan Indonesia (tropis) dimanfaatkan untuk kegiatan
penelitian, pendidikan, budidaya, dan wisata. Salah satu kegiatan pelestarian
buah-buahan tropika pada PT. MUS adalah budidaya melon hidroponik.
Buah melon yang dibudidayakan di PT. MUS ditujukan untuk komersial
sebagai sarana petik buah di wahana melon Taman Wisata Mekarsari dan
2 melon secara berkesinambungan. Untuk itu dalam melakukan produksi diperlukan
suatu tahapan budidaya yang baik agar mendapatkan produksi buah yang unggul.
Melon hidroponik yang diusahakan secara komersial dapat mendatangkan
keuntungan yang lebih banyak. Hal ini disebabkan secara umum kualitas melon
hidroponik lebih unggul dibandingkan dengan melon yang ditanam di tanah.
Budidaya melon hidroponik PT. MUS sudah berjalan mulai dari tahun
1997 hingga sekarang. Budidaya melon hidroponik membutuhkan biaya yang
sangat besar karena menggunakan teknologi greenhouse dan drip irigation. Pada
tahun 2008 PT. MUS mengalami penurunan tingkat produksi penjualan mencapai
20% yang disebabkan timbul serangan penyakit karena menurunnya efektifitas
fungsi greenhouse yang terjadi karena kerusakan pada solar tuff dan screen net,
sehingga saat hujan air hujan masuk ke dalam greenhouse. Nilai kerugian yang
diderita mencapai Rp. 10.118.995 (Lampiran 7). Untuk menanggulangi masalah
tersebut PT. MUS melakukan sanitasi greenhouse dan pada tahun 2009 PT. MUS
melakukan reinvestasi untuk perbaikan seluruh greenhouse dengan harapan
optimalisasi greenhouse sangat berperan agar tanaman berproduksi secara
optimal, sehingga terjadi peningkatan produksi penjualan.
Keputusan untuk melakukan reinvestasi solar tuff dan screen net ini
membutuhkan dana cukup besar. Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis
melakukan penelitian dengan mengkaji lebih dalam dan menganalisis tingkat
kelayakan finansial perusahaan tersebut setelah dilakukan reinvestasi solar tuff
dan screen net dalam judul “Analisis Kelayakan Finansial Budidaya Melon
3
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka dapat dirumuskan
permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimana kelayakan budidaya melon hidroponik PT. MUS setelah
dilakukan reinvestasi solar tuff dan screen net ditinjau dari analisis finansial?
2. Bagaimana sensitivitas kelayakan finansial budidaya melon hidroponik
PT. MUS jika terjadi perubahan biaya dan pendapatan ?
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan permasalahan tersebut, maka tujuan penelitian
adalah sebagai berikut:
1. Menganalisis kelayakan budidaya melon hidroponik PT. MUS setelah
dilakukan reinvestasi solar tuff dan screen net berdasarkan kelayakan
finansial.
2. Menganalisis sensitivitas kelayakan finansial budidaya melon hidroponik
PT. MUS apabila terjadi perubahan biaya dan pendapatan.
1.4. Manfaat Penelitian
Berdasarkan permasalahan-permasalahan yang telah dijabarkan di atas,
4 1. Bagi penulis
Menerapkan ilmu yang telah diperoleh selama kuliah dan menambah
pengalaman dan wawasan ilmu pengetahuan, khususnya studi kelayakan
usaha.
2. Bagi perusahaan
Penelitian ini diharapkan berguna bagi pemilik perusahaan agar mengetahui
kelayakan usahanya dan sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan
keputusan untuk pengembangan usaha mendatang.
3. Bagi akademis
Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan referensi dan acuan
dalam melakukan penelitian selanjutnya.
4. Bagi umum
Hasil penelitian ini diharapkan berguna bagi pihak-pihak yang ingin
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Landasan Teori
2.1.1. Tanaman Melon
Prihmantoro dan Indriani (1995:8-9) menerangkan dalam dunia
tumbuh-tumbuhan (Plantarum), tanaman melon termasuk dalam keluarga labu-labuan
(Cucurbitaceae) seperti halnya dengan blewah (Cucumis melo L.), semangka
(Citrullus vulgaris Sehardo), mentimun (Cucumis setivus L.), pare (Momordica
charantia L. Roxb.) dan waluh (Cucurbita moschata). Melon termasuk tanaman
yang menghasilkan biji sehingga dimasukkan tumbuhan berbiji (Spermatophyta).
Biji melon tertutup oleh bakal buah sehingga dimasukkan ke dalam golongan
tumbuhan berbiji tertutup (Angiospermae). Tanaman melon terdiri dari dua daun
lembaga sehingga dimasukkan dalam kelas tumbuhan berbiji belah (dikotil) dan
tergolong dalam genera Cucumis.
Melon termasuk tanaman buah dari famili Cucurbitaceae. Banyak yang
menyebutkan buah melon berasal dari Lembah Panas Persia di daerah Mediterania
yang merupakan perbatasan antara Asia Barat dengan Eropa dan Afrika. Tanaman
ini akhirnya tersebar luas ke Timur Tengah dan Eropa. Pada abad ke-14, melon
dibawa ke Amerika oleh Columbus dan akhirnya ditanam secara luas di Colorado,
California, dan Texas. Akhirnya melon tersebar ke seluruh penjuru dunia,
terutama di daerah tropis dan subtropis, termasuk Indonesia. Setelah tahun 1990,
melon berkembang cukup pesat di Indonesia, karena petani mulai yang banyak
6 Indonesia, tetapi kini sudah menjadi buah "pencuci mulut" yang populer. Buah ini
sering disuguhkan di tempat-tempat pesta secara terpisah atau bersama dengan
semangka, pepaya, dan nanas. Buah melon dimanfaatkan sebagai buah segar
dengan kandungan vitamin C yang cukup tinggi (Anonimious, 2009:153).
Varietas melon yang umum di pasaran diantaranya sky rocket, action,
monami red, glamour, select rocket, jade dew, honey dew, autumn sweet, golden
prize, red queen, dan emerald sweet (Anonimious, 2009:154).
Melon lebih senang tumbuh di dataran menengah yang suhunya agak
dingin, yakni pada ketinggian 300-1.000 m dpl. Di dataran rendah yang
ketinggiannya kurang dari 300 m dpl, buah melon berukuran lebih kecil dan
dagingnya agak kering (kurang berair). Tanah yang baik untuk budidaya melon
adalah jenis tanah andosol atau tanah liat berpasir yang banyak mengandung
bahan organik untuk memudahkan akar tanaman berkembang. Pertumbuhan
melon membutuhkan suhu yang sejuk dan kering. Suhu ideal bagi pertumbuhan
melon berkisar 25-30° C. Melon tidak dapat tumbuh jika suhu kurang dari 18°C.
Melon susah tumbuh di tempat yang kelembapan udara rendah (kering) dan
ternaungi. Tanaman ini lebih senang di daerah terbuka, tetapi sinar matahari tidak
7
2.1.2. Teknik Hidroponik
Hidroponik berasal dari bahasa Yunani yaitu hydro berarti air dan ponous
berarti kerja. Sesuai arti tersebut, bertanam secara hidroponik merupakan
teknologi bercocok tanam yang menggunakan air, nutrisi, dan oksigen
(Anonimious, 2010:1).
Menurut Rosari dalam Sumarni dan Rosliani (2005:6) beberapa kelebihan
dan kekurangan sistem hidroponik dibandingkan dengan pertanian konvensional
yaitu :
a. Kelebihan sistem hidroponik antara lain:
1) Penggunaan lahan lebih efisien
2) Tanaman berproduksi tanpa menggunakan tanah
3) Kuantitas dan kualitas produksi lebih tinggi dan lebih bersih
4) Penggunaan pupuk dan air lebih efisien
5) Pengendalian hama dan penyakit lebih mudah
b. Kekurangan sistem hidroponik antara lain:
1) Membutuhkan modal yang besar
2) Pada kultur substrat, kapisitas memegang air media substrat lebih kecil
dari pada media tanah sehingga akan menyebabkan pelayuan tanaman
yang cepat dan stres yang serius.
Sutiyoso (2004:1) menjelaskan bahwa di Indonesia, hidroponik yang
berkembang pertama kali yaitu hidroponik substrat, setelah hidroponik substrat,
hidroponik NFT (Nutrien Film Technique) mulai dikenal di Indonesia, kemudian
8
2.1.2.1.Hidroponik Subtrat
Menurut Lingga (2005:7) hidroponik subtrat tidak menggunakan air
sebagai media, tetapi menggunakan media padat (bukan tanah) yang dapat
menyerap atau menyediakan nutrisi, air, dan oksigen serta mendukung akar
tanaman seperti halnya fungsi tanah.
Bahan-bahan yang bisa digunakan sebagai media tanam pada hidroponik
metode subtrat adalah arang sekam, pasir, kerikil, batu apung, cocopeat,
rockwool, dan spons. Media-media tersebut harus steril, bisa menyimpan air
sementara, porous, dan bebas dari unsur hara. Media tersebut berfungsi sebagai
tempat menyimpan air nutrisi sementara dan tempat tersebut berfungsi sebagai
tempat berpijak akar. Sistem irigasi tetes digunakan untuk menyuplai kebutuhan
unsur hara dari air nutrisi yang disiram ke tanaman menggunakan (Anonimious,
2010:56).
2.1.2.2.Hidroponik NFT (Nutrien Film Technique)
Sutiyoso (2004:2) menjelaskan bahwa kata “film“ dalam hidroponik
nutrien film technique menunjukkan aliran air tipis. Hidroponik ini hanya
menggunakan aliran air (nutrien) sebagai medianya.
Menurut Lingga (2005:11) NFT merupakan model budidaya dengan
meletakan akar tanaman pada lapisan air yang dangkal. Air tersebut tersirkulasi
dan mengandung nutrisi sesuai kebutuhan tanaman. Perakaran bisa berkembang
di dalam larutan nutrisi karena disekeliling perakaran terdapat selapis larutan
9
2.1.2.3.Aeroponik
Sutiyoso ( 2004:5) menerangkan bahwa aeroponik berasal dari kata aero
yang berarti udara dan ponus yang berarti daya. Aeroponik dapat diartikan dengan
memberdayakan udara. Prinsip kerja dari aeroponik yaitu menyemburkan larutan
hara dalam bentuk kabut hingga mengenai akar tanaman. Larutan hara tersebut
akan diserap oleh akar tanaman. Tanaman pada sistem aeroponik ditanam dengan
cara digantung sehingga akar tanaman menggantung di dalam suatu bak. Pangkal
batang dimasukkan ke dalam helaian styrofoam yang telah dilubangi agar dapat
berdiri.
2.1.3. Penerapan Hidroponik
2.1.3.1.Konstruksi Rumah Plastik (Greenhouse)
Sutiyoso (2003: 18) menjelaskan bahwa greenhouse merupakan bangunan
yang dibuat untuk melindungi tanaman dari gangguan luar, misalnya cahaya
matahari, hujan, angin, maupun hama dan penyakit. Rumah plastik dibangun
dengan rangka yang terbuat dari kayu atau bambu. Atapnya menggunakan helaian
plastik UV (ultra violet). Sisi serra plastik dikelilingi dengan kasa (screen) plastik
untuk menghindari hama masuk, dengan demikian kemungkinan kerusakan
tanaman oleh serangan hama dapat dihindarkan. Sisi yang terbuat dari kasa masih
dapat dilalui udara untuk ventilasi sehingga dapat mengurangi udara yang terlalu
10 kasa dapat meredam kecepatan aliran angin sehingga tidak ada tanaman yang
rusak.
2.1.3.2.Sistem Irigasi
Sutiyoso (2003: 20) menyatakan bahwa sistem irigasi di dalam greenhouse
memerlukan perencanaan yang cermat. Diperlukan sepasang tong plastik untuk
menyimpan pekatan pupuk, dari tong inilah pekatan dituangkan ke dalam tendon
larutan. Tandon tersebut dipasangi paralon yang akan mengalirkan larutan hara ke
selang PE yang terdapat di bak tanaman. Menggunakan pompa untuk mengalirkan
dan mendorong air. Pompa air dipilih yang bertekanan tinggi dan bervolume besar
agar dapat memberi pancaran kabut pada puluhan springkler sekaligus. Biaya
operasional pompa seperti ini tergolong mahal karena daya listriknya antara
800-1600 watt dan dijalankan terus menerus siang malam tanpa henti. Apabila ingin
dijalankan secara terputus-putus, misalnya lima menit on dan lima menit off, maka
diperlukan timer yang mahal harganya, tetapi disisi lain dapat menurunkan biaya
listrik.
2.1.3.3.Perlengkapan Hidroponik
Pada prinsipnya perlengkapan hidroponik terdiri atas : (Anonimious,
2010:22)
a. Media tumbuh tanaman (polybag, arang sekam, dan tali perambat).
b. Perlengkapan alat ukur (PH meter, EC meter, termometer, dan lain-lain).
c. Perlengkapan suplai air (pompa air, tangki pembuatan nutrisi, pipa distribusi,
11
2.1.3.4.Proses Budidaya
Anonimious (2010: 23-24) dalam buku ”Bertanam Secara Hidroponik”
mejelaskan bahwa proses budidaya secara hidroponik diawali dengan persiapan
media tanam. Media tanam kemudian dimasukkan ke dalam polibag kecil sebagai
media penyemaian benih, dan polibag besar untuk proses pembesaran.
Penyemaian benih dilaksanakan di tempat tersendiri (di dalam rumah plastik
persemaian) sampai berumur dua minggu dengan perawatan secara manual.
Selanjutnya bibit yang telah siap tanam, dipindahkan ke dalam media tumbuh
dalam polibag besar dan siap dibesarkan. Sementara penyemian dilakukan,
instalasi tangki, pompa dan pipa irigasi dipersiapkan dengan cara menghubungkan
tangki air dengan seluruh polibag besar menggunakan pipa PE.
Kunci keberhasilan budidaya hortikultura sistem hidroponik adalah pada
pemberian komposisi pupuk yang tepat, sesuai dengan jenis dan umur tanaman.
Untuk itu, unsur hara yang dibutuhkan tanaman dipasokkan ke media tumbuh
secara terukur dan berkala. Perlakuan khusus seperti pemangkasan dahan/ranting
yang tak berguna, pembuatan tali rambatan, pencegahan dan pemberantasan hama
perlu dilakukan secara teliti. Pemangkasan bakal buah perlu dilakukan agar buah
yang disisakan untuk dipanen benar-benar tumbuh optimal karena mendapat
makanan yang cukup.
Proses pemanenan dilakukan secara manual dengan memilih buah yang
telah benar-benar masak. Artinya proses pemanenan dapat dilakukan tidak
12
2.1.4. Analisis Kelayakan Finansial
Menurut Kasmir dan Jakfar (2008: 6), pengertian analisis kelayakan
adalah penelitian yang dilakukan secara mendalam untuk menentukan apakah
usaha yang akan dijalankan akan memberikan manfaat yang lebih besar
dibandingkan dengan biaya yang akan dikeluarkan.
Selanjutnya Kasmir dan Jakfar (2008: 15) menjelaskan bahwa kelayakan
finansial adalah untuk menilai kemampuan perusahaan dalam memperoleh
pendapatan serta besarnya biaya yang dikeluarkan. Dari sini akan terlihat
pengembalian uang yang ditanamkan seberapa lama akan kembali.
Tujuan menganalisis kelayakan finansial, menurut Umar (2007: 178)
adalah untuk menentukan rencana investasi melalui perhitungan biaya dan
manfaat yang diharapkan, dengan membandingkan antara pengeluaran dan
pendapatan, seperti ketersediaan dana, biaya modal, kemampuan proyek untuk
membayar kembali dana tersebut dalam waktu yang telah ditentukan dan menilai
apakah usaha akan dapat dikembangkan selanjutnya.
2.1.4.1.Investasi dan Reinvestasi
Menurut Suratman (2001:6) investasi adalah penggunaan sumber
keuangan atau usaha dalam waktu tertentu dari setiap orang yang menginginkan
keuntungan darinya. Salah satu konsep investasi adalah penganggaran modal,
sebab penganggaran modal merupakan konsep penggunaan dana di masa yang
13 Investasi secara umum dapat diartikan sebagai “penanaman” seperti dalam
bidang ilmu (pendidikan, training), pembelian tanah, gedung, penanaman modal
dan sebagainya. Secara khusus dapat diartikan sebagai “Penanaman Modal”
seperti investasi tetap, modal kerja, surat-surat berharga dan saham. Sedangkan
penanaman modal kembali disebut reinvestasi (Z dan Rozalina, 2004:194).
2.1.4.2.Biaya
Biaya dalam suatu kegiatan usaha terdiri dari dua jenis, yaitu biaya
investasi dan biaya modal kerja. Biaya investasi adalah biaya yang diperlukan
dalam pembangunan proyek, terdiri dari pengadaan tanah, gedung, mesin,
peralatan, dan biaya lainnya yang berhubungan dengan pengembangan proyek.
Biaya modal kerja dalah biaya yang dikeluarkan untuk membiayai kegiatan usaha
setelah pembangunan proyek siap, terdiri dari biaya tetap (fixed cost) dan biaya
tidak tetap (variable cost) (Ibrahim, 2003:133).
Menurut Soekartawi (2006:56) biaya tetap umumnya didefinisikan sebagai
biaya yang relatif tetap jumlahnya, dan terus dikeluarkan walaupun produksi yang
diperoleh banyak atau sedikit. Jadi besarnya biaya tetap ini tidak tergantung pada
besar kecilnya produksi yang diperoleh. Di sisi lain biaya tidak tetap atau biaya
variabel biasanya didefinisikan sebagai biaya yang besar kecilnya dipengaruhi
14
2.1.4.3.Penerimaan dan Pendapatan
Soekartawi dkk (1986:76) menjelaskan bahwa penerimaan adalah nilai
uang yang diterima dari penjualan produk usahatani yang bisa berwujud tiga hal,
yaitu hasil penjualan produk yang akan dijual, hasil penjualan produk sampingan,
dan produk yang dikonsumsi rumah tangga selama melakukan kegiatan usahatani.
Menurut Soekartawi (2006:57) pendapatan adalah selisih antara
penerimaan dan semua biaya. Data pendapatan dapat digunakan sebagai ukuran
untuk melihat apakah suatu usaha menguntungkan atau merugikan. Berdasarkan
data pendapatan itu pula kita dapat melihat sampai seberapa besar keuntungan
atau kerugiaan usaha tersebut.
2.1.4.4.Break Even Point (BEP)
Soeharto (1999:13) menyatakan bahwa break even point adalah titik di
mana total biaya produksi sama dengan pendapatan. Titik impas menunjukkan
bahwa tingkat produksi telah menghasilkan pendapatan yang sama besarnya
dengan biaya produksi yang dikeluarkan. Dengan asumsi bahwa harga penjualan
per unit produksi adalah konstan maka jumlah unit pada titik impas.
Berdasarkan grafik pada Gambar 1 terlihat bahwa perusahaan dengan
biaya tetap yang tinggi harus memproduksi dan menjual lebih banyak produk
untuk sampai pada titik impas dibanding perusahaan dengan biaya tetap lebih
15
Gambar 1. Grafik Break Even Point (Sumber: Soeharto, 1999:116)
2.1.4.5.Net Present Value (NPV)
Samryn (2002:241) menjelaskan net present value (NPV) atau nilai
sekarang merupakan hasil perhitungan yang menunjukkan kesetaraan pendapatan,
arus kas, atau penghematan biaya dari investasi yang diperkirakan akan diperoleh
pada masa yang akan datang dengan nilai investasi yang dilakukan saat ini,
berdasarkan pertimbangan perubahan daya beli uang atau nilai waktu uang.
Menurut metode NPV seluruh aliran kas bersih di-present value-kan atas
dasar faktor diskonto (discount factor = DF), hasilnya dibandingkan dengan
initial investment. Selisih antara keduanya merupakan NPV. Faktor diskonto
adalah suatu angka yang apabila dikalikan dengan arus kas bersih atau
16 nilai kas tersebut pada saat investasi, berdasarkan tingkat bunga modal yang
berlaku. Bunga modal biasanya dianggap sebagai rate of return minimal yang
harus dicapai dari suatu investasi (Samryn, 2002:240)
2.1.4.6.Internal Rate of Return (IRR)
Internal rate of return (IRR) adalah metode untuk menghitung tingkat
bunga yang menyamakan nilai sekarang investasi dengan nilai sekarang
penerimaan-penerimaan kas bersih di masa-masa mendatang. Apabila tingkat
bunga ini lebih besar dari pada tingkat bunga relevan (tingkat keuntungan yang
disyaratkan), maka investasi dikatakan menguntungkan, kalau lebih kecil
dikatakan merugikan. IRR ini dapat dihitung dengan menemukan DF yang dapat
menjadikan NPV sama dengan nol (Husnan dan Suwarsono, 2000:210).
2.1.4.7.Profitability Indeks (PI)
Variasi lain dari kriteria NPV adalah profitability indeks, yang
menunjukkan kemampuan mendatangkan laba per satuan nilai investasi
(Soeharto, 1999:115). Menurut Husnan dan Suwarno (2000:211) Profitability
Indeks (PI) adalah metode yang membandingkan antara nilai sekarang
penerimaan-penerimaan kas bersih di masa datang dengan nilai sekarang
investasi. Apabila nilainya lebih besar dari satu maka proyek dikatakan
17
2.1.4.8.Payback Period
Payback period adalah jangka waktu yang diperlukan untuk
mengembalikan modal suatu investasi, dihitung dari aliran kas bersih (net). Aliran
kas bersih adalah selisih pendapatan terhadap pengeluaran per tahun. Periode
pengembaliaan biasanya dinyatakan dalam jangka waktu per tahun (Soeharto,
1999:134).
2.1.4.9.Analisis Sensitivitas
Gittinger (1986:250) menjelaskan analisis sensitivitas adalah analisis yang
dapat melihat pengaruh-pengaruh yang akan terjadi akibat keadaan yang
berubah-ubah. Analisis ini dapat melihat kembali kepekaan manfaat sekarang
netto, atau terhadap biaya-biaya operasional yang terus meningkat. Di bidang
pertanian, proyek-proyek sensitif berubah-ubah akibat empat masalah utama
diantaranya harga, keterlambatan pelaksanaan, kenaikan biaya dan hasil. Untuk
mengukur perubahan yang terjadi maka perlu diasumsikan bahwa
perubahan-perubahan yang terjadi itu hanya pada satu bagian saja, sedangkan yang lain
dianggap tetap (Sofyan, 2004: 117).
Analisis sensitivitas menentukan resiko investasi didasarkan pada
kemungkinan yang paling optimis sampai pada kemungkinan yang paling pesimis
(Suratman, 2001:137). Sehubungan dengan hal tersebut, maka dirasakan perlu
dilakukan analisis sensitivitas untuk menguji kelayakan usaha akibat adanya
18
2.2. Penelitian Terdahulu
Andriayani (2009), meneliti analisis kelayakan finansial usahatani cabai
dengan sistem irigasi tetes di PT. Agro 1973. Untuk menghitung kelayakan
finansial usahatani cabai dengan sistem irigasi tetes menggunakan kriteria
investasi berupa Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR) dan
Payback Periode. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerimaan total
usahatani per tahun sebesar Rp. 150.766.200,- /tahun dengan produksi total
29.561 kg/tahun maka diperoleh payback periode selama 1 tahun 8 bulan.
Berdasarkan hasil perhitungan NPV dengan discount rate 12% diperoleh NPV
sebesar Rp. 72.598.248.- dan nilai IRR sebesar 25,68 %. Dapat disimpulkan
bahwa usahatani cabai dengan sistem irigasi tetes di PT. Agro 1973 layak untuk
diusahakan lebih lanjut, karena NPV bernilai positif (lebih dari nol) dan IRR lebih
besar dari discount rate.
Dwikawara (2010), melakukan penelitian analisis kelayakan finansial
jambu biji melalui penerapan irigasi tetes di desa Ragajaya, Bogor. Pada
penelitian tersebut nilai Net Present Value (NPV) yang diperoleh petani
menggunakan irigasi tetes dengan penurunan output hingga 15 % pada tingkat
suku bunga disconto 11 % adalah lebih besar Rp. 358.838.843.- atau 165,72%
dibandingkan dengan nilai NPV pada kondisi yang sama dengan pengairan tadah
hujan. Begitu pula dengan Net B/C Rasio, pada irigasi tetes Net B/C Rasio lebih
besar 2,8 atau 62,22% dan IRR lebih besar 12,28 % dibandingkan usahatani
jambu biji dengan tadah hujan. Akibat dari pemanfaatan teknologi irigasi tetes
19 disimpulkan usahatani jambu biji dengan penerapan irigasi tetes ini cukup layak
untuk dijalankan usahanya.
2.3. Kerangka Pemikiran
Penelitian dimulai dengan mengamati keadaan PT. MUS khususnya di
Wahana Melon. Penelitian dilanjutkan dengan mendeskripsikan kegiatan usaha,
seperti budidaya melon hidroponik, tenaga kerja, dan penjualan terkait dengan
pemasaran yang dilakukan perusahaan. Hal-hal tersebut perlu diketahui untuk
melihat sejauh mana kemampuan manajemen perusahaan dalam mengelola usaha
budidaya melon hidroponik. Untuk mengetahui apakah usaha tersebut layak atau
tidak dilakukan kajian pada segi finansial. Pertama akan dianalisis biaya-biaya
usaha yang dikeluarkan oleh perusahaan yang meliputi biaya tetap dan biaya
variabel. Kedua, dianalisis besarnya pendapatan yang diterima dari hasil
penjualan melon kemudian dianalisis Break Event Point (BEP) budidaya melon
hidroponik. Pada saat terjadi penurunan pendapatan perusahaan telah melakukan
reinvestasi solar tuff dan screen net. Biaya reinvestasi solar tuff dan screen net
tersebut menjadi landasan untuk menghitung penilaian kelayakan yaitu NPV,
IRR, Profitability Index, dan Payback Period. Untuk mengetahui sejauh mana
pengaruh yang terjadi atas perubahan harga di masa yang akan datang maka
dilakukan analisis sensitivitas. Variabel-variabel yang digunakan sebagai alat
analisis sensitivitas pada penelitian diantaranya adalah : (1) peningkatan harga
benih melon sebesar 9%; (2) peningkatan harga nutrisi sebesar 9%; (3)
20 nutrisi dan tenaga kerja sebesar 9%; (5) penurunan pendapatan sebesar 10%; (6)
peningkatan harga benih melon sebesar 9% dengan modal pinjaman 20%; (7)
peningkatan harga nutrisi sebesar 9% dengan modal pinjaman 20%; (8)
peningkatan upah tenaga kerja sebesar 9% dengan modal pinjaman 20%; (9)
peningkatan harga benih melon, nutrisi dan upah tenaga kerja sebesar 9% dengan
modal pinjaman 20%; (10) penurunan pendapatan sebesar 10% dengan modal
pinjaman 20%.
Hasil perhitungan tersebut dapat disimpulkan apabila usaha layak maka
usaha tersebut dapat terus dilaksanakan dan rekomendasi difokuskan pada
pengembangan perusahaan ke depan, sedangkan apabila usaha tersebut tidak
layak maka perusahaan tersebut harus mengadakan perbaikan dalam usaha dan
adanya pengefisienan terhadap biaya yang dikeluarkan dan perlu adanya
perbaikan dalam perusahaan. Untuk lebih jelas, maka alur kerangka pemikiran
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian dilaksanakan di PT. Mekar Unggul Sari yang terletak di
Jalan Raya Jonggol KM 3, Cileungsi, Bogor. Waktu penelitian dilaksanakan pada
bulan Oktober 2010.
3.2. Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan adalah data kualitatif dan data kuantitatif.
Sumber data dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan data primer dan
data sekunder. Data primerdiperoleh dari data langsung perusahaan yang berupa
hasil pengamatan langsung dan wawancara dengan pimpinan Wahana Melon
PT. Mekar Unggul Sari dan karyawan dengan bantuan kuesioner yang telah
dipersiapkan. Data sekunder diperoleh dari laporan manajemen perusahaan dan
instansi yang terkait. Data sekunder juga diperoleh melalui proses membaca,
mempelajari, dan mengambil keterangan yang diperlukan dari buku-buku atau
majalah, penelitian terdahulu, serta sumber-sumber data lainnya yang
23
3.3. Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data penelitian ini akan menggunakan dua metode, yaitu :
1. Pengamatan langsung
Pengamatan langsung dengan mengamati secara langsung objek penelitian
sehingga dapat diperoleh gambaran yang nyata tentang segala aktivitas
budidaya melon hidroponik dan keadaan wahana melon yang dikelola oleh
PT. MUS. Hasil pengamatan yang ada dijadikan pertanyaan untuk menyusun
daftar pertanyaan wawancara dalam rangka pengambilan data primer
(Lampiran 25).
2. Wawancara
Wawancara dengan melakukan tanya jawab secara langsung dengan pimpinan
wahana melon dan karyawan di bidang pengolahan yang memiliki informasi
yang diperlukan mengenai gambaran umum lokasi penelitian, biaya-biaya
produksi, teknik budidaya melon hidroponik, dan proses pemasaran.
3.4. Metode Pengolahan Data dan Analisis Data
3.4.1. Analisis Kualitatif
Analisis kualitatif digunakan untuk mengetahui informasi mengenai
gambaran umum perusahaan, proses budidaya melon hidroponik, pemasaran hasil
melon hidroponik yang diterapkan pada PT. MUS, serta tenaga kerja yang
24
3.4.2. Analisis Kuantitatif
Analisis kuantitatif mencakup pembahasan mengenai biaya-biaya usaha
meliputi biaya tetap, biaya variabel, hasil penjualan, dan biaya reinvestasi,
kemudian dilakukan analisis kelayakan finansial budidaya melon hidroponik di
PT. MUS untuk melihat layak atau tidak usaha budidaya melon hidroponik
melalui perhitunganBEP,NPV, IRR, profitability index (PI), Payback Period dan
Analisis sensitivitas. Data kuantitatif diolah secara manual dengan menggunakan
kalkulator dan komputer dengan program Microsoft Excel sebagai alat bantu
perhitungan data serta hasilnya disajikan dalam bentuk tabel.
3.4.2.1. Break Event Point (BEP)
Sutiyoso (2004: 93) menjelaskan bahwa Break Event Point (BEP)
merupakan titik impas karena pada titik tersebut usaha tidak memperoleh
keuntungan dan tidak pula rugi. Ada dua cara perhitungan BEP, yaitu BEP
produksi dan BEP harga.
BEP produksi = Total Biaya____ Harga Rata-rata / kg
BEP harga = Total Biaya_
25
3.4.2.3.Net Present Value (NPV)
Umar (2005 : 200) menjelaskan Net Present Value (NPV) merupakan
selisih antara Present Value dari investasi dengan nilai sekarang dari
penerimaan-penerimaan kas bersih (aliran kas operasional maupun aliran kas terminal) di masa
yang akan datang . Rumus NPV adalah sebagai berikut:
n CFt
NPV = ∑ I0
t=1 ( 1 + K)t
dimana : CFt = aliran kas per tahun pada periode t I0 = investasi awal pada tahun 0
K = suku bunga (discount rate)
Kriteria penilaian : - jika NPV > 0, maka usulan proyek diterima
- jika NPV < 0, maka usulan proyek ditolak
- jika NPV = 0, nilai perusahaan tetap waktu usulan
proyek diterima ataupun ditolak.
3.4.2.4.Internal Rate of Return (IRR)
Menurut Umar (2005 : 198) Metode ini digunakan untuk mencari tingkat
bunga yang menyamakan nilai sekarang dari arus kas yang diharapkan di masa
datang, atau penerimaan kas dengan pengeluaran investasi awal.
Rumus IRR adalah sebagai berikut:
n CFt I0 = ∑
26
Kriteria penilaiannya adalah jika IRR yang didapat ternyata lebih besar
dari rate of return yang ditentukan maka investasi dapat diterima.
3.4.2.5.Profitability Index (PI)
Menurut Umar (2005 : 201) Pemakaian metode profitability index (PI) ini
caranya adalah dengan menghitung melalui perbandingan antara nilai sekarang
(present value) dari rencana penerimaan-penerimaan kas bersih di masa yang akan
datang dengan nilai sekarang (present value) dari investasi yang ditanamkan. Jadi,
profitability index dapat dihitung dengan membandingkan antara PV kas masuk
dengan PV kas keluar. Rumus PI adalah sebagai berikut:
PV kas masuk PI =
PV kas keluar
Kriteria penilaiannya adalah:
1. Jika PI > 1, maka usulan proyek dikatakan menguntungkan.
2. Jika PI < 1, maka usulan proyek tidak menguntungkan.
3.4.2.6. Payback Period
Menurut Umar (2005 : 197) Payback period adalah suatu periode yang
diperlukan untuk menutup kembali pengeluaran investasi (initial cash investment)
27 Nilai investasi
Payback Period = x 1 tahun Kas Masuk Bersih
Kriteria penilaiannya adalah jika payback period lebih pendek waktunya
dari maximum umur proyek-nya maka usulan investasi dapat diterima.
3.4.2.7.Analisis Sensitivitas
Analisis sensitivitas bertujuan untuk mengetahui seberapa peka kelayakan
usaha terhadap perubahan pada tiap-tiap bagian dari tahapan analisis usaha. Untuk
mengukur perubahan yang terjadi maka perlu diasumsikan bahwa
perubahan-perubahan yang terjadi itu hanya pada satu bagian saja, sedangkan yang lain
dianggap tetap (Sofyan, 2004: 117).
Penelitian ini akan diamati perubahan NPV, IRR, profitability index (PI),
dan Payback Period jika terjadi perubahan pada variabel-variabel alat analisis.
Variabel-variabel yang digunakan sebagai alat analisis sensitivitas pada penelitian
diantaranya adalah : (1) peningkatan harga benih melon sebesar 9%; (2)
peningkatan harga nutrisi sebesar 9%; (3) peningkatan upah tenaga kerja sebesar
9%; (4) peningkatan harga benih melon, nutrisi dan upah tenaga kerja sebesar 9%;
(5) penurunan pendapatan sebesar 10%; (6) peningkatan harga benih melon
sebesar 9% dengan modal pinjaman 20%; (7) peningkatan harga nutrisi sebesar
9% dengan modal pinjaman 20%; (8) peningkatan upah tenaga kerja sebesar 9%
dengan modal pinjaman 20%; (9) peningkatan harga benih melon, nutrisi dan
upah tenaga kerja sebesar 9% dengan modal pinjaman 20%; (10) penurunan
28 Asumsi dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Biaya-biaya yang digunakan adalah biaya riil dari apa yang sebenarnya terjadi.
2. Initial Invesment berasal dari biaya yang dikeluarkan untuk reinvestasi.
3. Kegiatan produksi yang dilakukan merupakan kegiatan produksi yang
optimal, sehingga volume produksi setiap tahun meningkat dengan asumsi
hingga tahun ke-10 mencapai produksi optimal. Dengan asumsi bahwa selama
periode tersebut, tidak terjadi peristiwa yang tidak dapat diprediksi
sebelumnya seperti bencana alam.
4. Harga jual melon ditetapkan berdasarkan kebijakan perusahaan yaitu terjadi
kenaikan harga sebesar Rp. 1000 per 2 tahun.
5. Umur proyek diasumsikan selama 10 tahun (umur ekonomis rumah plastik
setelah dilakukan reinvestasi solar tuff dan screen net adalah 10 tahun)
6. Tingkat diskonto yang digunakan dalam analisis ini adalah sebesar 14%, yang
merupakan tingkat suku bunga rata-rata kredit investasi Bank Umum periode
2005-2009 (Lampiran 2).
7. Rata-rata inflasi nasional periode 2005-2009 sebesar 9% menjadi dasar
penentuan kenaikan harga biaya operasional (Lampiran 3).
8. Penurunan pendapatan sebesar 10% didasarkan pada kemungkinan
menurunnya produktivitas melon pada tahun mendatang.
9. Sumber modal terdiri dari modal sendiri dan modal pinjaman dengan
pinjaman sebesar 20%.
10.Biaya angsuran tetap selama 10 tahun dan biaya bunga berdasarkan sisa
29
3.5. Definisi Operasional
1. Biaya tetap adalah biaya yang jumlahnya tetap, tidak tergantung pada
perubahan tingkat kegiatan dalam menghasilkan keluaran atau produk di
dalam interval tertentu. Biaya dikatakan tetap dilihat dari besarnya jumlah
biaya bukan per unit.
2. Biaya variabel adalah biaya yang jumlahnya berubah-ubah sesuai dengan
perubahan tingkat produksi. Titik berat dari biaya variabel ini adalah jumlah
dari biaya variabel tersebut dan bukan besarnya biaya variabel per unit.
3. Biaya investasi adalah semua biaya yang dikeluarkan dan terpakai habis untuk
memulai usaha.
4. Biaya reinvestasi adalah semua biaya yang dikeluarkan untuk memperbaiki
kinerja perusahaan.
5. Total biaya adalah jumlah biaya yang dikeluarkan selama umur proyek
berlangsung.
6. Penyusutan adalah biaya yang secara periodik harus dikeluarkan sebagai
konsekuensi atas penurunan kinerja asset, mesin, atau alat akibat pemakaian.
7. Umur ekonomis adalah umur dari suatu asset yang berakhir secara ekonomi
penggunaan asset tersebut tidak menguntungkan lagi secara ekonomi,
walaupun secara teknis umur teknis asset tersebut masih dapat dipakai.
8. Umur teknis adalah umur asset yang berlaku secara teknis asset yang dipakai
tidak dapat dipergunakan lagi.
9. Inflasi adalah kecenderungan dari harga-harga yang naik secara umum dan
BAB IV
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
4.1. Profil PT. Mekar Unggul Sari
PT. Mekar Unggul Sari adalah perusahaan yang mengelola Taman Wisata
Mekarsari. Taman Wisata Mekarsari didirikan atas inisiatif Yayasan Purna Bhakti
Pertiwi yang diketuai oleh Almarhumah Ibu Tien Soeharto. Taman Wisata
Mekarsari mulai beroprasi pada tanggal 14 Oktober 1995, dan diresmikan pada
tanggal 14 Oktober 1995 oleh presiden Soeharto.
Secara terinci tujuan pokok PT. MUS adalah untuk:
1. Menciptakan kebun hortikultura yang terdiri atas kebun buah, kebun sayur,
dan tanaman hias.
2. Memberikan alternatif obyek wisata baru bagi wisatawan asing maupun
domestik.
3. Taman rekreasi hortikultura yang kelak dapat dikembangkan menjadi pusat
studi hortikultura terutama bagi buah-buahan dan sayur-sayuran dataran
rendah.
4. Memanfaatkan potensi yang ada untuk pengembangan, penelitian, dan
produksi, baik melalui pembinaan maupun pemberdayaan para petani.
5. Menciptakan lapangan kerja baru di lingkungan kecamatan Cileungsi.
6. Memanfaatkan secara maksimum segenap potensi yang ada dengan azas
31 PT. MUS dibangun di atas areal bekas perkebunan karet di wilayah
Kecamatan Cileungsi, Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat. Luas areal
seluruhnya 266,4 Ha, menghampar di desa Mekarsari, Dayeuh, Mampir, dan
Cileungsi Kidul, berada pada ketinggian 70-80 meter di atas permukaan laut.
Proses pembangunan terdiri dari 3 tahapan, yaitu:
1. Tahap pertama pembangunan sarana penunjang, yaitu bangunan air terjun
(BAT), jalan, kebun, nursery, hidroponik, instalasi pipa air dan instalasi
listrik. Pengelolaan tahap ini diserahkan kepada PT. MUS yang diselesaikan
pada tanggal 1 Januari 1995.
2. Tahap kedua, meliputi pembangunan gedung pengelolaan atau Graja Krida
Sari (GKS), plaza, bursa bibit dan bursa tanaman (garden center), bursa
buah, shelter kereta, tempat ibadah dan peturasan. Pembangunan tahap kedua
ini diselesaikan sebelum peresmiannya yaitu pada tanggal 14 Oktober 1995.
3. Tahap ketiga, meliputi pembangunan laboratorium, gudang pasca panen,
kebun percobaan, instalasi pengelolaan limbah, dan rumah plastik
(greenhouse).
4.2. Visi dan Misi
Visi yang diterapkan oleh PT. Mekar Unggul Sari adalah “Agroturism
and Education / Consultan Service”.
Visi yang ingin dicapai tersebut tertuang dalam misinya, yaitu :
Meningkatkan daya tarik wisata melalui diversifikasi produk (temati dan
32
Menciptakan kebun hortikultura yang terdiri dari kebun buah-buahan,
sayuran, bunga-bungaan, dan tanaman hias yang berfungsi sebagai kebun
produksi, kebun koleksi juga sekaligus sebagai plasma nutfah.
4.3. Letak dan Keadaan Geografis
PT. MUS terletak di Jalan Raya Cileungsi-Jonggol KM 3. Dibangun di
atas areal bekas perkebunan karet di wilayah Kecamatan Cileungsi, Kabupaten
Bogor, Propinsi Jawa Barat. Luas areal seluruhnya 266,4 Ha, menghampar di
desa Mekarsari, Dayeuh, Mampir, dan Cileungsi Kidul, berada pada ketinggian
70-80 meter di atas permukaan laut. Dengan letak geografis pada 060 35’ LS dan
1060 52’ BT. Curah hujan cukup besar berkisar 3000-4000 mm/th, suhu udara
harian 250 C -400 C.
4.4. Struktur Organisasi
PT. MUS dipimpin oleh seorang Direktur Utama (Dirut). Dalam
menjalankan tugasnya Dirut diawasi oleh komisaris. Direktur utama dibantu oleh
seorang General Manajer (GM) yang bertugas untuk memimpin operasional
harian perusahan, bertanggung jawab atas jalannya roda perusahaan, memberikan
pertimbangan atas kinerja perusahaan, mengontrol dan mengevaluasi hasil
perencanaan perusahaan. GM dibantu oleh marketing dan PR, legal serta
sekretaris. GM juga dibantu oleh seorang penasehat atau disebut GM advisor. GM
33 keuangan serta divisi riset dan development (Lampiran 23). Mekanisme kerja
masing-masing divisi adalah sebagai berikut :
1. Divisi Komersil
Divisi komersil membawahi 3 bagian pengembangan usaha di antaranya :
a. Bagian Pengembangan Usaha Agro (PUA) yang menangani urusan
penjualan bibit tanaman di bursa dan penjualan buah hasil panen kebun di
bursa buah termasuk penjualan ekstern.
b. Bagian Pengembangan Usaha Wisata (PUW) yang bertanggung jawab atas
pengembangan usaha Taman Wisata Mekarsari.
c. Bagian Pengembangan Usaha Khusus (PUK) yang bertanggung jawab
terhadap proyek-proyek khusus yang sedang dilaksanakan oleh perusahaan
seperti SPBU Taman Wisata Mekarsari.
2. Divisi Operasional
Divisi Operasional bertanggung jawab atas kelancaran operasional
perusahaan. Divisi ini membawahi 3 bagian, yaitu :
a. Bagian Sumber Daya Manusia dan Hubungan Industria (SDM & HI) yang
bertanggung jawab terhadap kinerja seluruh karyawan dan staf serta
dalam bidang recruitment karyawan baru, keamanan dan HI, kebijakan
dan administrasi personalia serta klinik yang ada di Taman Wisata
Mekarsari.
b. Bagian Sarana dan Perlengkapan yang berperan dalam bidang pengadaan
34 c. Bagian Umum dan Pengadaan yang bertanggung jawab atas segala
kegiatan umum serta segala sarana dan prasarana kebutuhan perusahaan
seperti peralatan kantor, sarana produksi pertanian (saprotan) dan sarana
transportasi.
3. Divisi Akuntansi dan Keuangan
Divisi Akuntansi dan Keuangan berperan dalam manajemen keuangan
PT. MUS. Bagian akuntansi terbatas hanya pada proses pembukuan,
sedangkan bagian keuangan bertugas dan berwenang untuk mengeluarkan kas
perusahaan maupun penerimannya.
4. Divisi Riset dan Development (R&D)
Divisi Riset dan Development (R&D) bertanggung jawab terhadap kegiatan
penelitian, produksi dan pemeliharaan koleksi bibit tanaman. Dalam
menjalankan tugasnya kepala Divisi Riset dan Development (R&D) dibantu
oleh seorang staf ahli yang bertugas untuk mencari pengetahuan atau teknik
baru dan sedang berkembang saat ini khususnya dibidang budidaya buah
unggul yang selanjutnya akan dikembangkan ke bidang penelitian.
Divisi Riset dan Development (R&D) membawahi 3 bagian, yaitu :
a. Bagian Electrical Data Processing dan Information Center (EDP & Inf.
Center) yaitu bagian yang membawahi seksi data elektronik tugasnya
mengurusi data-data PT. MUS dengan komputerisasi dan seksi distribusi
informasi yang bertugas menyampaikan informasi PT. MUS ke
35 b. Bagian Penelitian dan Diklat membawahi seksi pemuliaan, seksi kebun
induk, dan laboratorium, serta seksi diklat dan kerjasama.
c. Bagian Kebun dan Produksi membawahi pembibitan dan hidroponik,
kebun koleksi buah dan kebun komersial.
4.5. Wahana Melon PT. Mekar Unggul Sari
4.5.1. Sarana Hidroponik
Luas areal wahana melon hidroponik seluas 3465 m2. Sarana yang ada
pada Wahana melon hidroponik di PT. MUS yaitu rumah plastik, sistem irigasi,
dan ruang nutrisi.
a. Rumah Plastik
PT. MUS memiliki 33 Unit rumah plastik, yaitu 24 unit untuk budidaya melon
secara tambulapot, 7 unit untuk budidaya melon secara hidroponik, 1 unit
untuk budidaya sayuran, dan 1 unit untuk pembibitan. Rumah plastik untuk
penanam budidaya melon secara hidroponik memiliki ukuran dengan panjang
40 m, lebar 6,5 m, dan tinggi 4 m. Sedangkan rumah plastik untuk pembibitan
memiliki ukuran dengan panjang 10 m, lebar 4,5 m, dan tinggi 2,5 m. Menurut
Robinson dalam Rosliani dan Sumarni (2005:15) pada umumnya untuk daerah
tropis seperti Indonesia, bagunan rumah plastik menggunkan plastik dan kasa.
Selain untuk mengurangi panas yang berlebihan, penggunaan bahan tersebut
juga fleksibel dan murah. Di PT. MUS tipe rumah plastik untuk budidaya
melon hidroponik adalah piggy back. Kerangka rumah plastik terbuat dari besi
36 menggunakan solar tuff yang tahan lama. Dinding rumah plastik terbuat dari
lembaran kasa (screen) yang memiliki daya tahan 4-6 tahun. Ketinggian
dinding dibuat menutup 2/3 bagian disetiap sisinya agar sirkulasi udara lancar.
Dinding berupa lembaran kasa ini berfungsi untuk mencegah dan menetrasi
hama kedalam rumah plastik. Didalam rumah plastik terdapat 10 rak
penanaman yang terbagi menjadi 2 bagian. Rak ini terbuat dari besi dan kawat
dengan ketinggian 40 cm. lantai dasar diplester dengan semen dan pada bagian
bawah rak penanaman dibiarkan saja dengan adanya tanah yang berfungsi
untuk menyerap air yang terbuang saat penyiraman tanaman pada media diatas
rak penanaman sehingga tidak membanjiri lantai.
b. Sistem Irigasi
PT. MUS menggunakan sistem irigasi tetes (drip irrigation) untuk budidaya
melon hidroponik. Prinsip kerja irigasi tetes ini adalah mengalirkan larutan
nutrisi setetes demi tetes melalui emitter. Larutan nurisi dipompa kemudian
klep tangki dibuka agar dapat disalurkan melalui filter. Klep pengendali rumah
plastik sebelum memasuki pipa utama dibuka, larutan nutrisi kemudian
disalurkan melalui pipa distribusi utama. Pipa tersebut dihubungkan oleh
manifold. Saluran manifold ditutup dengan klep yang terdapat pada
masing-masing instalasi irigasi setiap GH sehingga harus dibuka. Klep itulah yang
menjadi pengendali operasi sistem dalam rumah plastik. Manifold dihubungkan
dengan pipa literal, tempat emitter ditempatkan. Larutan nutrisi mengalir
37 tanaman. Efisiensi irigasi tercapai apabila nutrisi telah menetes dari lubang
polibag.
c. Ruang Nutrisi
PT. MUS memiliki sebuah ruang nutrisi yang merupakan ruang kendali
penyiraman melon yang didalamnya terdapat 6 tangki nutrisi aplikasi 1000 L
yaitu 2 tangki vegetatif, 2 tangki generatif awal dan 2 tangki generatif akhir. 5
buah drum stok aplikasi 100 L yaitu drum vegetatif A, drum vegetatif B, drum
generatif A, drum generatif B, dan larutan stok bibit. 1 buah pompa yang
berfungsi untuk mengalirkan air dan larutan nutrisi ke tanaman. 1 buah filter
yang berfungsi untuk menyaring kotoran sehingga tidak menghambat jalannya
proses irigasi. Nutrisi melon yang digunakan PT. MUS adalah jenis pupuk
A&B Mix melon. Alasan menggunakan pupuk ini karena A&B Mix
mengandung unsur makro dan mikro yang diperlukan tanaman untuk
menghasilkan kualitas dan kuantitas produksi yang optimal. Masing-masing
stok dilarutkan menjadi 90 liter air yang dimasukkan dalam drum plastik 100 l
atau biasa dinamakan larutan stok. Untuk penggunaan penyiraman masih
diencerkan lagi pada tangki 1000 l atau dinamakan larutan jadi.
4.5.2. Teknik Budidaya Melon Hidroponik
Budidaya merupakan proses pengembangan suatu komoditas tanaman
untuk memperoleh hasil produk sesuai dengan yang diinginkan. Adapun
38
a. Pembibitan
Kegiatan ini dilaksanakan selama 14 hari. Kegiatan ini meliputi
penghitungan jumlah benih, perendaman benih, persiapan media semai,
persemaian, dan transplanting.
1. Penghitungan jumlah benih
Penghitungan jumlah benih dilakukan untuk memenuhi kebutuhan pada
setiap penanaman dalam GH. Setiap GH terdapat 324 polybag penanaman
buah yang berkapasitas 2 tanaman setiap polybagnya, sehingga setiap GH
setidaknya diperlukan 648 bibit melon yang diperoleh dari 700-750 benih
yang memiliki daya kecambah 80 % - 90 %.
2. Perendaman benih
Benih direndam delam 1 liter air yang diberi zat pengatur tumbuh (ZPT). ZPT
yang digunakan adalah jenis raptor dengan konsentrasi 2 ml/l. Benih
direndam selama 12 jam.
3. Persiapan media semai
Media yang digunakan untuk media semai adalah arang sekam dan cocofeat
dengan perbandingan 2 : 1. Alasan menggunakan media semai ini karena
media semai ini poros dan remah sehingga hipokotil akan mudah keluar dan
mempercepat waktu perkecambahan.
4. Persemaian
39 5. Transplanting
Transplanting adalah pemindahan bibit dari media semai ke media tumbuh.
Media tumbuh yang digunakan adalah rockwool. Rockwool yang digunakan
berbentuk kubus dengan ukuran 4x4x4 cm yang kemudian diletakkan
kedalam tray. Tujuan transplanting adalah untuk meminimalisir kerusakan
pada saat penanaman di media arang sekam.
b. Pratanam
Kegiatan ini dilaksanakan selama 14 hari. Kegiatan ini meliputi sanitasi
rumah plastik, sterilisasi rumah plastik dan persiapan medaia tanam.
1. Sanitasi rumah plastik
Sanitasi rumah plastik dilakukan untuk menghilangkan gulma dan rumput.
2. Sterilisasi rumah plastik
Sterilisasi dilakukan dengan cara penyemprotan campuran dithane M-45 dan
Curacron yang dilarutkan dalam 60 l air dengan dosis 2 ml/L.
3. Persiapan media tanam
Media yang digunakan untuk budidaya melon hidroponik di PT. MUS adalah
arang sekam.
c. Penanaman
Penanaman dilakukan pada bibit yang telah berumur 10-14 hari yang
biasanya sudah memiliki jumlah daun 3-4 helai daun.
d. Pemeliharaan tanaman
Kegiatan pemeliharaan tanaman melon harus dilakukan secara
40 penyiraman larutan nutrisi, pelilitan, pewiwilan, pemangkasan, penyerbukan,
seleki buah, topping, dan pengendalian hama penyakit tanaman (HPT).
1. Penyiraman nutrisi
Nutrisi yang telah dibuat terlebih dahulu diukur EC dan PH dengan EC meter
dan PH meter, sebelum dilakukan penyiraman. Penyiraman nutrisi melon
dilakukan setiap 1 jam sekali dengan volume air yang diperlukan sesuai
dengan usia pertumbuhan melon tersebut. Adapun pedoman volume
penyiraman nutrisi melon adalah sebagai berikut :
Tabel 1. Pedoman Penyiraman
tanam. Pelilitan berfungsi untuk memberi sokongan pada tanaman agar dapat
tumbuh tegak.
3. Pewiwilan
Pewiwilan pada tanaman melon merupakan kegiatan pembuangan tunas air
dan calon bunga serta sulur yang tidak diinginkan. Fungsi pewiwilan ini
adalah untuk mengarahkan penyaluran asimilat ke pertumbuhan tertentu yang