Skripsi
DiajukanUntukMemenuhiPersyaratanMemperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)
Oleh: Abdillah Kamal
NIM: 107051003562
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Dakwah dan Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)
Oleh : Abdillah Kamal NIM : 107051003562
Dibawah Bimbingan
Ade Rina Farida, M.Si NIP. 19770513 200701 2 018
JURUSAN KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
Dengan ini saya menyatakan:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoloeh gelar strata 1 (S1) di Uiniversitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan skripsi ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan jiplakan dari hasil karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 26 Agustus 2014
i
POLA KOMUNIKASI FORUM KOMUNIKASI PEMUDA INDONESIA Pentingnya komunikasi tidak terbatas pada komunikasi personal tetapi juga dalam tataran komunikasi organisasi. Dimana dalam komunikasi organisasi itu terdapat komunikasi vertikal, horisontal serta komunikasi lintas saluran. Dengan Forum Komunikasi Pemuda Indonesia adalah Organisasi Kepemudaan yang bergerak di bidang sosial kemasyarakatan dan telah berdiri sejak 28 Oktober 2010 di Jakarta. Sebagai organisasi kepemudaan, Forum Komunikasi Pemuda Indonesia merangkul para pemuda Indonesia dengan berbagai latar belakang mulai dari suku, tingkat pendidikan sampai kepada agama demi mencapai tujuan organisasi yaitu turut serta mencerdaskan kehidupan bangsa dan membangun sumberdaya kepemudaan Indonesia. Berdasarkan pemaparan, maka penelitian ini merumuskan pertanyaan bagaimana peran dan pola komuniskasi organisasi serta hambatannya?
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui peran komunikasi organisasi dalam membentuk semangat kerja di Forum Komunikasi Pemuda Indonesia. Metodologi penelitian yang digunakan adalah explanasi kualitatif yang bertujuan untuk menjelaskan kedudukan variable-variabel yang diteliti serta hubungan antar satu variable dengan variable yang lain. Sedangkan teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dengan wawancara, studi dokumen, observasi dan studi pustaka.
Teori yang digunakan adalah teori komunikasi organisasi Horrison dan Doerfel “Komunikasi adalah variable kunci yang memungkinkan untuk membangun hubungan dalam satu organisasi serta berinteraksi dan berbagi informasi”, dan hambatan komunikasi organisasi yang dirumuskan oleh Gibson Ivansevich, Donnelly.
ii
Bismillahirrahmanirrahim…
Alhamdulillahirabbil’alamin, Tidak ada kata selain puji serta syukur penulis kepada Allah SWT yang telah memberikan petunjuk dan kekuatan sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini.
Meskipun banyak kendala-kendala di tengah perjalanan yang terkadang menjadi beban penulis dan penghambat proses, tapi semua ini penulis jadikan pembelajaran dan pengalaman yang sangat berharga. Dengan usaha dan kerja keras, akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Pola Komunikasi Organisasi Forum Komunikasi Pemuda Indonesia.”
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa terwujudnya skripsi ini tidak lepas dari bantuan dan dukungan berbagai pihak, oleh karena itu penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada:
1. Dr. H. Arief Subhan, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi.
2. Dr. Suparto M.Ed, Ph.D selaku Pembantu Dekan I, Drs. Jumroni, M.Si selaku Pembantu Dekan II, Dr. H. Sunandar selaku Pembantu Dekan III, Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Rahmat Baihaky, MA Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam, Fita Fathurokhmah, M.Si selaku Sekretaris Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi.
tengah-iii
5. Segenap Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah memberikan ilmunya yang tidak akan habis dimakan waktu. Jasa mereka tak terbayarkan.
6. Seluruh pengelola dan karyawan Perpustakaan Utama,Perpustakaan Dakwah dan karyawan fakultas dakwah dan komunikasi yang telah melayani dan meyiapkan fasilitas literatur, selama penulis belajar sampai bisa menyelesaikan studi di UIN Jakarta.
7. Kedua Orang Tua Saya tercinta, Drs. H. Nurcholis M.pd dan Almarhumah Dra. Hj. Asriati M.Hum, yang dengan penuh rasa cinta dan kasih sayang yang tulus dan ikhlas mengasuh mendidik serta senantiasa mendo’akan penulis, sehingga penulis bisa mengenyam pendidikan formal tingkat perguruan tinggi, hingga selesai. Semoga selalu sehat dan tidak lelah menasihati serta mendo’akan anak-anaknya. Terkhusus kepada Almarhumah Mama tercinta, semoga kasih sayangmu yang luar biasa Allah tempatkan di tempat Terbaik-Nya.
8. Untuk kakak perempuan tersayang Nurul Kamilia yang telah mengisi hari-hari penulis.
9. Teman-teman terdekat yang selalu mendukung saya dalam keadaan apapun. 10.Kawan-kawan KPI A seperjuangan angkatan 2007 yang selalu memberi
iv
Pada kesempatan ini, Penulis mendo’akan semoga bantuan, dukungan, bimbingan, dan perhatian yang telah diberikan oleh semua pihak akan mendapatkan pahala yang berlipat ganda dari Allah SWT. Amin Ya Robbal ‘Alamin.
Akhirnya besar harapan penulis bahwa apa yang terdapat dalam penyusunan skripsi ini bermanfaat bagi banyak pihak.
Jakarta, 26 Agustus 2014
v
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR ... ii
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR BAGAN ... vii
BAB IPENDAHULUAN A. LatarBelakangMasalah ... 1
B. PerumusanMasalah ... 3
C. TujuanPenelitian ... 3
D. MetodologiPenelitian ... 4
E. InstrumenPenelitian ... 9
F. Analisis Data... 10
G. AlurBerfikirAnalisisPenelitianKualitatif ... 10
H. SistematikaPenelitian ... 13
BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Komunikasi ... 15
B. Proses Komunikasi ... 17
C. HierarkiKomunikasi ... 18
D. Jenis-jenisKomunikasi ... 19
E. PengertianOrganisasi ... 24
F. PengertianKomunikasiOrganisasi ... 25
G. Hambatan-hambatanKomunikasiDalamOrganisasi ... 26
H. IndikatorKomunikasiOrganisasi ... 28
I. Media KomunikasiOrganisasi ... 29
vi
A. Latarbelakangdansejarahsingkatberdirinya Forum KomunikasiPemuda Indonesia ... 34 B. Kepengurusan Forum Komunikasi Pemuda Indonesia ... 39
BAB IVPOLA KOMUNIKASI ORGANISASI FORUM KOMUNIKASI PEMUDA INDONESIA
A. Pelaksanaankomunikasiorganisasidanperankomunikasiorganisasipe ngurus Forum KomunikasiPemuda Indonesia ... 44 B. Faktorpendukungterjadinyakomunikasiorganisasi di Forum
KomunikasiPemuda Indonesia ... 55 C. Faktor Yang MenghambatTerjadinyaKomunikasiOrganisasi Di
Organisasi Forum KomunikasiPemuda Indonesia ... 59 D. Usaha-Usaha DalamMengatasiHambatanDalamBerkomunikasi Di
Organisasi Forum KomunikasiPemuda Indonesia ... 63
BAB VPENUTUP
A. Kesimpulan ... 70 B. Saran-saran ... 73
vii
1. Bagan 1.1. (Daftar Nama Informan) ... 6
2. Bagan 1.2. (Model Analisa Interaktif) ... 8
3. Bagan 2.1 (Proses Komunikasi) ... 17
4. Bagan 3.1 (Stuktur DPP Forum Komunikasi Pemuda Indonesia ... 40
1
A. Latar Belakang Masalah
Komunikasi merupakan aktivitas dasar manusia. Dengan berkomunikasi,
manusia dapat saling berhubungan satu sama lain baik dalam kehidupan
sehari-hari di rumah tangga, di tempat pekerjaan, dipasar, dalam masyarakat atau dimana
saja manusia berada. Tidak ada manusia yang tidak akan terlibat dalam
komunikasi.
Pentingnya komunikasi tidak terbatas pada komunikasi personal tetapi
juga dalam tataran komunikasi organisasi. Dengan adanya komunikasi yang baik,
suatu organisasi dapat berjalan dengan lancar dan berhasil begitu pula sebaliknya,
kurangnya atau tidak adanya komunikasi, organisasi dapat macet dan berantakan.
Dengan demikian komunikasi dalam setiap organisasi mempunyai
peranan sentral. Forum Komunikasi Pemuda Indonesia sebagai Organisasi
Kepemudaan (OKP) yang terdaftar di Dirjend Kesatuan Bangsa dan Politik yang
sudah berdiri sejak 28 Oktober 2010, mencoba menerapkan visi dan misinya
bahwa membangun bangsa serta mngembangkan sumberdaya kepemudaan adalah
segalanya1.
Sehingga Forum Komunikasi Pemuda Indonesia sebagai organisasi yang
bekerja secara baik, bersikap berjiwa nasionalisme dan yang mampu bekerja
dengan benar dalam sebuah kerja tim. Karena itulah, sebagai organisasi Forum
1
Komunikasi Pemuda Indonesia memandang komunikasi organisasi memegang
peranan yang cukup penting dalam mencapai tujuan bersama.
Permasalahan-permasalahan yang lazim dihadapi organisasi pada
umumnya adalah ketidakharmonisan hubungan antara atasan dan pengurus
disebabkan antara lain karena kurangnya kepercayaan atasan terhadap pengurus
atau sebaliknya, tidak adanya transparansi dalam pengambilan kebijakan,
kurangnya ruang komunikasi yang tersedia dan lain sebagainya.
Forum Komunikasi Pemuda Indonesia menyadari arti pentingnya
keberadaan komunikasi organisasi, karena komunikasi organisasi berperan dalam
meningkatkan semangat kerja pengurus. Oleh karena itu, Forum Komunikasi
Pemuda Indonesia selalu berupaya agar komunikasi organisasi di organisasi ini
selalu terjalin dengan baik. Karena pembentukan komunikasi organisasi yang baik
dipandang oleh Forum Komunikasi Pemuda Indonesia sebagai upaya untuk
memberikan kepuasan kerja pengurusnya yang pada gilirannya dapat
meningkatkan semangat kerja anggota organisasi. Terutama dalam melaksanakan
tugas pokok yaitu memberikan yang terbaik untuk pemuda Indonesia di Forum
Komunikasi Pemuda Indonesia.
Menurut pengamatan penulis, Forum Komunikasi Pemuda Indonesia
memiliki komunikasi organisasi yang cukup kondusif bagi kehidupan organisasi
yang sehat. Hal ini dapat dilihat dari hubungan komunikasi yang harmonis antara
pimpinan dan pengurus begitu juga sebaliknya, dan komunikasi dengan sesama
pengurus serta tersediannya forum komunikasi informasi bagi setiap anggota
kepercayaan dan tanggung jawab desentralisasi pengambilan keputusan antara
pimpinan dan pengurus dan anggota, memperlancar arus komunikasi terutama
berkenaan dengan tugas-tugas organisasi.
Berdasar dari pengamatan keadaan lingkungan di Forum Komunikasi
Pemuda Indonesia di atas, maka penulis tertarik untuk meneliti apakah
komunikasi organisasi yang ada di Forum Komunikasi Pemuda Indonesia
memberikan peranan yang penting bagi pengurus sehingga semangat kinerja yang
timbul pada organisasi tersebut dapat terus meningkat, serta sejauh mana peranan
komunikasi organisasi dalam meningkatkan semangat kinerja pengurus.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan paparan di atas peneliti merumuskan permasalahan yang
dikaji yaitu :
1. “Bagaimana pola komunikasi organisasi di Forum Komunikasi
Pemuda Indonesia berperan penting bagi para pengurus sehingga
meningkatkan semangat kerja pengurusnya”?
2. “Apa Faktor yang menghambat komunikasi organisasi dalam
Forum Komunikasi Pemuda Indonesia”?
C. Tujuan Penelitian
Dari uraian yang dipaparkan diatas yang menjadi tujuan dari penelitian
adalah: “ Untuk mengetahui peranan komunikasi organisasi terhadap semangat
D. Metodologi Penelitian 1. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriftif sedangkan
pendekatan yang dipakai dalam penelitian ini adalah kualitatif yaitu penelitian
yang menghasilkan penemuan-penemuan yang tidak dapat dicapai dengan
menggunakan prosedur statistik atau cara kuantifikasi lainnya. Penelitian
kualitatif bertujuan untuk mendapatkan pemahaman yang sifatnya umum
terhadap kenyataan sosial dari perspektif partisipan. Pemahaman tersebut
tidak ditentukan terlebih dahulu, tetapi diperoleh setelah melakukan analisis
terhadap kenyataan sosial yang menjadi fokus penelitian, Dan kemudian
ditarik suatu kesimpulan berupa pemahaman umum tentang
kenyataan-kenyataan tersebut.2
Penelitian dengan pendekatan kualitatif berusaha untuk mempelajari
suatu masalah dengan kerangka berfikir induktif, yaitu berusaha mendapatkan
kesimpulan tentang suatu masalah yang sedang dipelajari berdasarkan
berbagai informasi yang berkaitan dengan masalah tersebut. Informasi yang
dikumpulkan lebih banyak berkaitan dengan realitas internal yang terletak
dalam diri manusia (pendapat, keyakinan, nilai) dan dirumuskan secara
interpretatif subyektif. Fenomena yang timbul dalam kehidupan masyarakat
yang relevan dengan masalah yang sedang diteliti merupakan data paling
penting yang harus difahami dalam konteks interaksi antar manusia yang telah
2
menimbulkan fenomena tersebut. Untuk memahami fenomena secara utuh
dalam kaitan dengan konteksnya (holistic), maka peneliti kualitatif harus
terjun sendiri sebagai instrumen dan sekaligus pengumpul data. Sedangkan
pendekatan yang digunakan adalah pendekatan hubungan antara dua variabel.
Yaitu sejauh mana variable satu mempengaruhi atau berpengaruh terhadap
variabel lainnya.
2. Lokasi penelitian
Penelitian ini dilakukan di Forum Komunikasi Pemuda Indonesia
dengan pertimbangan alasan ekonomis dan fisik dimana lokasi tersebut
mudah dijangkau, dan peneliti sudah mengetahui seluk beluk Forum
Komunikasi Pemuda Indonesia.
3. Subjek dan objek penelitian
Adapun yang menjadi subjek penelitian ini adalah peneliti sendiri
yang akan melakukan observasi lapangan serta wawancara informan.
Seangkan yang menjadi objek dari penelitian ini adalah Forum Komunikasi
Pemuda Indonesia.
4. Populasi dan sampel
Populasi adalah jumlah keseluruhan unit analisa penelitian yang
ciri-cirinya dapat diduga, dalam penelitian ini populasi yang dimaksud adalah
Pengurusat Forum Komunikasi Pemuda Indonesia. Teknik pengambilan
sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Purposive Sampling.
Dimana dalam hal ini peneliti akan memilih informan di dalam populasi yang
kebenaran dan pengetahuan. Namun demikian informan yang dipilih dapat
menunjukan informasi lain yang dipandang lebih tahu, maka pilihan akan
informan dapat berkembang sesuai dengan kebutuhan dan kemantapan
peneliti dalam memperoleh data.
Berikut adalah daftar informan yang dimaksud :
No Nama Jabatan/Posisi
1 Ahmad Hafis, MM Ketua Umum
2 Danny Mamelas Sekertaris Jendral
3 Ismawati Anggota Bidang Pengabdian Masyarakat
4 Azhari Ketua Bidang Ekonomi dan Wirausaha
Bagan 1.1 Daftar nama informan
5. Sumber Data
Data yang diperoleh adalah dari studi kepustakaan dan wawancara
pada pihak-pihak yang terkait. Studi kepustakaan meliputi artikel, makalah
dan dokumen-dokumen lainnya yang relevan dan memberi masukan data.
6. Metode Pengumpulan Data
Penelitian ini menggunakan metode pengumpulan data sebagai
berikut:
a. Wawancara
Jenis wawancara dalam penelitian ini adalah in-depth interview,
perbincangan secara mendalam dengan informan dalam hal ini pengurus
Forum Komunikasi Pemuda Indonesia sesuai dengan kebutuhan peneliti
tentang akan berkembang dari konsep semula. kejelasan yang diteliti.
Wawancara dilakukan secara formal dan informal, dalam wawancara
formal peneliti menggadakan interview guide yaitu teknik penggumpulan
data dengan menyusun panduan wawancara yang disiapkan sebelumnya
secara sistematis. Sedangkan wawancara informal sesuai dengan
spontanitas pertanyaan yang mungkin perlu diajukan dalam suasana
percakapan yang biasa dan wajar, baik melalui tatap muka langsung (face
to face) ataupun dengan menggunakan pesawat telepon, sehingga
dimungkinkan pertanyaan.
b. Studi Pustaka
Adalah data-data penunjang dan teori yang dapat diperoleh dari
buku-buku, artikel, makalah yang berhubungan dengan masalah dalam
penelitian ini.
c. Observasi
Penelitian dilakukan dengan pengamatan langsung dilapangan.
Fungsi pengamatan dalam penelitian ini adalah menjelaskan serta merinci
gejala yang terjadi.
7. Teknik Analisa Data
Analisis data yang digunakan adalah teknik analisa data model
interaktif, dengan teknik ini setelah data terkumpul akan dilakukan analisa
kesimpulan. Masing-masing komponen dapat melihat kembali komponen
yang lain sehingga data yang terkumpul akan benar-benar mewakili sesuai
dengan permasalahan yang diteliti.
Menurut Miles dan Hubberman model analisis interaktif dapat
digambarkan sebagai berikut:
Bagan 1.2 Model analisa interaktif3
Sumber: Miles&Hubberman, 1992:20
Ketiga komponen tesebut diatas, yaitu reduksi data ; penyajian data
dan penarikan kesimpulan / verifikai sebagai sesuatu yang jalin menjalin pada
saat sebelum, selama, dan sesudah data dalam bentuk yang sejajar, untuk
membangun wawasan umum yang disebut “analisis”. Untuk lebih jelas,
masing-masing tahap dapat dijabarkan secara singkat sebagai berikut :
Reduksi data, diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian
pada penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data yang kasar
yang muncul dari catatan tertulis dilapangan. Reduksi data sudah dimulai
sejak peneliti mengambil keputusan tentang kerangka kerja konseptual,
tentang pemilihan kasus, pertanyaan yang diajukan dan tentang cara
3
Hamid Patilima,Metode Penelitian Kualitatif,Alfabeta, Bandung, 2005; hal 100
Pengumpulan data
Reduksi data
Penarikan kesimpulan
pengumpulan data yang dipakai. Reduksi data berlangsung terus-menerus
selama penelitian berlangsung dan merupakan bagian dari analisis.
Penyajian data, yaitu sekumpulan informasi tersusun yang memberi
kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan.
Informasi disini termasuk didalamnya adalah matrik, skema, tabel dan
jaringan kerja yang terkait dengan kegiatan penelitian. Dengan penyajian
data peneliti akan mengerti apa yang terjadi dan dapat mengerjakan
sesuatu pada analisis data ataupun langkah-langkah lain berdasarkan
pengertian tersebut.
Penarikan kesimpulan/verifikasi, yaitu mencari arti benda-benda, mencatat
keteraturan, pola-pola, penjelasan, konfigurasi yang mungkin, alur
sebab-akibat dan proposisi. Singkatnya, makna-makna yang muncul dari data
harus diuji kebenarannya, kekokohannya, dan kecocokannya yakni yang
merupakan validitasnya.
E. Instrumen Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti memakai konsep human instrument
(manusia sebagai intrumen). Konsep ini dipahami sebagai alat yang mengungkap
fakta-fakta lapangan karena tidak ada alat yang paling elastis dan tepat untuk
mengungkapkan data kualitatif kecuali peneliti sendiri. Locoln dan Guba
keuntungan, karena ia dapat bersikap fleksibel dan adatif, serta dapat
menggunakan seluruh alat indera yang dimilikinya untuk memahami sesuatu.4
Oleh karena itu alat atau instrumen penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini adalah peneliti sendiri. Peneliti berperan sebagai perencana,
pelaksana pengumpul data, analisis, penafsir data, dan pelapor hasil penelitian.
F. Analisis Data
Karena penelitian ini adalah penelitian kualitatif maka analisis data dalam
penelitian sudah dapat dilakukan semenjak data diperoleh dari lapangan. Agar
data yang didapat tidak terkena bermacam-macam pengaruh, antara lain pikiran
peneliti sehingga menjadi terpengaruh, karena apabila terlalu lama baru dianalisis
dikhawatirkan data menjadi kadaluwarsa.
Dari analisis data dapat diperoleh tema dan rumusan hipotesis. Dan untuk
menuju pada tema dan mendapatkan rumusan hipotesis, tentu saja peneliti harus
berpatokan pada tujuan penelitian dan rumusan masalahnya.
G. Alur Berpikir Analisis Data Kualitatif
Sesuai dengan alur berpikir dan pola konstruksi berpikir kualitatif di atas
dapat dijelaskan proses penelitian analisis data kualitatif adalah sebagai berikut:
a. Peneliti
4
Penelitian analisis ini selalu dimulai dari peneliti, maksudnya
sangat sarat dengan subjektivitas dan asumsi yang dibawa peneliti ke
dalam penelitian.5 Semua berangkat dan bersumber dari peneliti. Berbeda
dengan kuantitatif di mana semua penelitian sangat tergantung dari si
obyek penelitian, biasanya diwakili dari responden dalam penelitian.
b. Memahami Fenomena/Gejala
Perlu diketahui analisis data kualitatif semua berangkat dari
intepretasi dan tanggapan peneliti terhadap fenomena atau gejala alam
yang ada. Di sinilah akar penyebab mengapa analisis data kualitatif
disebut subjektif. Hal ini disebabkan analisis sangat tergantung pada
intepretasi dan lingkup pemahamanan peneliti terhadap sebuah fenomena
atau gejala alam.
c. Intepretasi dan Analisis
Intepretasi dan analisis ini dikaitkan dengan upaya peneliti
memahami tentang fenomena yang ada. Biasanya peneliti harus melihat
pola kerja dan sistem yang berlaku dalam fenomena yang dikaji. Pada
intepretasi ini tentu saja tidak dibatasi pada segala hal, semua fenomena
yang ada dikaji dalam keperluan pemenuhan temuan-temuan yang ada.
d. Temuan dan Uji Teoritik
Dalam memahami sebuah fenomena yang ada tentu saja peneliti
diminta untuk memaparkan hasil temuan-temuan yang telah peneliti
5
dapatkan di medan penelitian. Temuan-temuan ini dipaparkan dalam
berbagai bentuk mulai dari hanya bernarasi tentang suatu fenomena,
membuat model bahkan ada yang menguji teori. Oleh sebab itu gambaran
yang menyebutkan bahwa analisis data kualitatif tidak bisa menguji
sebuah teori adalah salah.6
e. Pencocokan Teori
Pada tahap ini adalah proses pencocokan dengan teori yang ada.
Pada banyak literatur menyebutkan konteks ini sama dengan intepretasi
data saja, namun tarikan-tarikan teoritik yang digunakan menjadi
permasalahan. Pencocokan teori dilakukan untuk mengetahui apakah
pendapat peneliti sama dengan orang lain terdahulu melihat keberadaan
model dari temuan-temuan yang ada di lapangan.
f. Temuan-Temuan Baru
Pada tahap ini sebenarnya ingin dijelaskan adanya temuan-temuan
baru yang tidak disebutkan dalam kajian-kajian literatur yang ada dalam
penelitian. Adanya temuan menunjukkan keautentikan data dan penelitian
yang dilakukan oleh peneliti. Temuan-temuan yang ada bisa dalam bentuk
berbagai macam, mulai dari model, pola atau kerja suatu fenomena yang
ada.7
6
Ilham Prisgunanto, Artikel: Metode Penelitian, Bab 3: Analisis Data Kualitatif, h. 6-7.
7
H. Sistematika Penelitian
Dalam laporan penelitian ini, peneliti akan menyusun laporan dengan
kerangka penyusunan meliputi :
1. Bab pendahuluan berisikan tentang latar belakang masalah,
pembatasan masalah dan perumusan masalah, tujuan penelitian
dan manfaat penelitian, metodologi penelitian, instrumen
penelitian, teknik penentuan subjek, teknik pengumpulan data,
teknik pemeriksaan keabsahan data, analisis data, serta sistematika
penelitian.
2. Kemudian pada bab ke dua, peneliti akan membahas tentang
pengertian Organisasi Forum Komunikasi Pemuda Indonesia,
Komunikasi Organisasi, Peran Komunikasi, serta Organisasi.
3. Pada bab ke tiga, peneliti akan membahas tentang latar belakang
berdirinya Forum Komunikasi Pemuda Indonesia serta profile dan
peranannya.
4. Adapun dalam bab ke empat, setelah peneliti mengelaborasikan
teori dan gambaran umum objek penelitian maka peneliti akan
membahas tentang analisis terhadap peran Komunikasi Organisasi
Forum Komunikasi Pemuda Indonesia.
5. Akhirnya peneliti merangkum penelitian skripsi ini pada bab
penutup sebagai rangkaian akhir dari penelitian skripsi, tulisan ini
skripsi, peneliti menyajikan daftar pustaka yang menjadi rujukan
dalam penelitian skripsi ini berikut lampiran-lampiran yang
15
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
Teori merupaan landasan yang mendasar sebagai acuan keilmuan dalam
sebuah penelitian. Dari penelusuran pustaka diturunkan teori-teori yang berhubungan
dengan masalah penelitian yang merupakan kerangka atau konsep yang digunakan
dalam penelitian.8 Dalam penelitian ini, penulis menggunakan beberapa pengertian
sebagai kerangka teoritis meliputi:
A. Komunikasi
Komunikasi pengurus merupakan langkah yang menentukan bagi
kesuksesan organisasi. Pimpinan yang baik didukung oleh anggota dan ditentukan
oleh orang–orang yang kinerja dibawahnya serta ditentukan oleh keahlian dalam
menciptakan suasana kerja yang dibutuhkan oleh pengurus. Koordinasi dan
mediasi untuk melakukan semua itu adalah komunikasi. Komunikasi secara
terminologis merujuk pada adanya proses penyampaian suatu pernyataan oleh
seseorang kepada orang lain. Jadi dalam pengertian ini yang terlibat dalam
komunikasi adalah manusia. Pengertian mengenai komunikasi manusia yaitu:
“Human communication is the process through which individuals –in
relationships, group, organizations and societies—respond to and create
messages to adapt to the environment and one another”9
8
Pedoman Akademik Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta tahun akademik 2007-2008, h. 428.
9
(Bahwa komunikasi manusia adalah proses yang melibatkan
individuindividu dalam suatu hubungan, kelompok, organisasi dan masyarakat
yang merespon dan menciptakan pesan untuk beradaptasi dengan lingkungan satu
sama lain).
Untuk memahami pengertian komunikasi tersebut sehingga dapat
dilancarkan secara efektif para peminat komunikasi sering kali mengutip
paradigma yang dikemukakan oleh Harold Lasswell dalam karyanya, The
Structure and Function of Communication in Society. Lasswell mengatakan
bahwa cara yang baik untuk untuk menjelaskan komunikasi ialah dengan
menjawab pertanyaan sebagai berikut: Who Says What In Which Channel To
Whom With What Effect?10
Paradigma Lasswell di atas menunjukkan bahwa komunikasi meliputi lima
unsur sebagai jawaban dari pertanyaan yang diajukan itu,yaitu:
1. Who? (siapa/sumber). Sumber/komunikator adalah pelaku utama/pihak
yang mempunyai kebutuhan untuk berkomunikasi atau yang memulai
suatu komunikasi.
2. Says What ? ( pesan ). Apa yang akan disampaikan/dikomunikasikan
kepada penerima (komunikan), dari sumber (komunikator) atau isi
informasi.
10
3. In Which Channel ? (saluran/media). Wahana / alat untuk
menyampaikan pesan dari komunikator (sumber) kepada komunikan
(penerima).
4. To Whom ? ( untuk siapa/penerima ). Orang/kelompok/organisasi/suatu
negara yang menerima pesan dari sumber.
5. With What Effect? ( dampak/efek ). Dampak/efek yang terjadi pada
komunikan(penerima) setelah menerima pesan dari sumber,seperti
perubahan sikap,bertambahnya pengetahuan dan lain-lain.
Jadi berdasarkan paradigma Lasswell tersebut, secara sederhana proses
komunikasi adalah pihak komunikator membentuk (encode) pesan dan
menyampaikannya melalui suatu saluran tertentu kepada pihak penerima yang
menimbulkan efek tertentu.
B. Proses komunikasi
Secara sederhana proses komunikasi dapat digambarkan sebagai berikut:
Bagan 2.1. Proses komunikasi11
11
Ibid hal 5
Gangguan
Pengirim Pengunaan saluran untuk Penerima
penyampaian pesan
Proses komunikasi adalah proses penyampaian pesan dari komunikator
kepada komunikan. Komunikasi dimulai dengan pengiriman yang memiliki
pikiran atau ide. Pikiran atau ide ini kemudian diolah sedemikian rupa sehingga
dapat dimengerti oleh pengirim atau penerima (encoding). Penyampaian ide ini
dilakukan melalui saluran yang menghubungkan pengirim dengan penerima
pesan. Dan penerima pesan harus siap menerima pesan agar pesan itu dapat
diubah menjadi pikiran (decoding). Tapi tidak jarang komunikasi dipengaruhi
oleh gangguan yaitu segala sesuatu yang menghambat komunikasi, sehingga
untuk mengetahui effektifitas komunikasi, maka penting artinya umpan balik.
Umpan balik ini menunjukan apakah telah terjadi perubahan individual atau
organisasi sebagai hasil dari komunikasi.
C. Hierarki Komunikasi
Menurut Stephen W. Littlejohn dalam bukunya ”Teoris of Human
Communication”12 , hierarki komunikasi dibagi atas:
1. Komunikasi Interpersonal (Komunikasi individu yang terjadi antar
manusia dengan media tatap muka).
2. Komunikasi Kelompok (Proses komunikasi antar manusia dalam
sebuah group atau kelompok kecil).
3. Komunikasi Organisasi (Proses komunikasi antara manusia yang terjadi
dalam sebuah organissasi atau kelompok kerja).
12
4. Komunikasi Massa (Proses komunikasi yang melibatkan kelompok
manusia yang melibatkan komunikasi iterpersonal, komunikasi
kelompok dan komunikasi organisasi
D. Jenis-Jenis Komunikasi
Apabila dalam organisasi dikenal susunan dalam organisasi formal dan
organisasi informal, maka dalam komunikasi juga dikenal komunikasi formal dan
komunikasi informal. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Mitfah thoha, sebagai
berikut :
”Komunikasi organisasi formal mengikuti jalur hubungan fomal yang
tergambar dalam susunan atau struktur organisasi. Adapun komunikasi organisasi
informal arus informasinya sesuai dengan kepentingan dankehendak
masing-masing pribadi yang ada dalam organisasi tersebut”13.
Sedangkan Soekadi Ds memberikan pengertian komunikasi formal dan
informal sebagai berikut :
1. Komunikasi formal adalah koomunikasi yang terjadi antara anggota
orgainisasi yang secara tegas telah direncanakan dan tercantum didalam
stuktur organisasi.
2. Komunikasi informal adalah komunikasi yang terjadi diantara atas
dasar kehendak dan hasrat pribadi.14
13
Miftah Thoha, Perilaku Organisasi, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2002, hal 163
14
Dari kedua pendapat tersebut maka dapat disimpulkan bahwa komunikasi
formal ialah komunikasi yang terjadi diantara anggota organisasi secara formal
dalam struktur organisasi. Sedangkan komunikasi informal adalah komunikasi
yang terjadi diantara angggota diluar struktur organisasi. Proses hubungan
komunikasi informal tidak mengikuti jalur struktural, sehingga bisa saja terjadi
seseorang yang memilki struktur fomal berada dibawah berkomunikasi dengan
seseorang ditingkat pimpinan. Struktur formal seperti yang dikemukakan diatas
merupakan karakteristik dari komunikasi organisasi. Oleh karena itu
membicarakan komunikasi organisasi secara implisit adalah membicarakan
proses komunikasi dalam tataran struktur formal tersebut.
Proses komunikasi dalam struktur formal tersebut pada hakekatnya dapat
dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu :
1. Komunikasi vertikal. Komunikasi vertikal terdiri dari komunikasi dari
atas ke bawah dan dari bawah keatas. Adapun penjelasannya sebagai
berikut :
a. Komunikasi vertikal dari atas ke bawah
Menurut Soehardiman Yuwono komunikasi vertikal ke bawah
adalah
”Komuikasi yang diberikan oleh pimpinan kepada angggota organisasi dengan maksud untuk memberikan pengertian kepada anggota organisasi mengenai apa yang harus mereka kerjakan di dalam kedudukan mereka sebagai anggota organisasi”.15
15
Dari pendapat tersebut diketahui bahwa komunikasi vertikal ke
bawah dimulai dari manajemen puncak sampai ke pengurus dan
posisi terendah. Komunikasi dari atas kebawah dapat berupa
komunikasi lisan dan tertulis. Komunikasi lisan dapat berupa
percakapan biasa, wawancara formal, konferensi atau rapat dan
kontak telepon. Sedangkan komunikasi tertulis antara lain
dalam bentuk memo, surat kabar, majalah, kotak informasi,
papan pengumuman, buku petunjuk pengurus dan buletin.
b. Komunikasi vertikal dari bawah ke atas
Pengertian komunikasi ke atas menurut Soekardi Ds ialah
“Kegiatan anggota untuk menyampaikan keterangan, ide,
pendapat, dan pernyataan lain kepada pimpinan dengan maksud
mempengaruhi tingkah laku dan perbuatan pimpinan”.16
Dari pendapat tersebut dapat dimengerti bahwa komunikasi dari
bawah ke atas diberikan oleh anggota kepada pimpinan dengan
maksud memberikan keterangan maupun informasi yang
dibutuhkan pimpinan agar dapat mempengaruhi tingkah laku
dan perbuatannya.
2. Komunikasi horizontal. Dalam komunikasi horisontal berlangsung
antara orang-orang yang berada dalam tingkat yang sama yang berada
dalam hierarki organisasi, akan tetapi melakukan kegiatan yang
16
berbeda-beda. Hal ini senada dengan yang diungkapkan oleh Djoko
Purwanto, yaitu :
”Komunikasi horizontal atau yang biasa disebut komunikasi lateral
adalah komunikasi yang terjadi antara bagian-bagian yang mempunyai
posisi sejajar atau sederajat dalam suatu organisasi”.17
Sedangkan menurut Muh. Arni pengertian komunikasi horizontal atau
mendatar ialah :
”Pertukaran pesan diantara orang-orang yang sama tingkatan
otoritasnya di dalam organisasi”.18
Dari kedua penjabaran tersebut maka dapat tersebut maka dapat
disimpulkan komunikasi horizontal adalah bahwa komunikasi yang
dilakukan antar pejabat-pejabat atau anggota organisasi yang
mempunyai kedudukan sederajat Komunikasi horizontal digunakan
sebagai wahana untuk menyampaikan berbagai hal seperti informasi,
nasehat dan saran sehingga berbagai satuan kerja dalam organisasi
bergerak sebagai suatu kesatuan yang bulat, mempunyai persepsi yang
sama tentang arah yang akan ditempuh serta langkah yang seirama
dalam menghadapi berbagai masalah yang rumit. Bebeda dengan
komunikasi vertikal yang sifatnya tidak formal.
3. Komunikasi eksternal atau komunikasi luar organisasi. Onong Uchjana
Effendi mengemukakan bahwa
17
Djoko Purwanto, Komunikasi Bisnis, Erlangga, Jakarta, 1997, hal 53
18
“Komunikasi eksternal adalah komunikasi antara pimpinan organisasi
dengan khalayak diluar organisasi”.19
Dengan kata lain komunikasi eksternal adalah komunikasi yang
berlangsung antara organisasi dengan pihak masyarakat yang ada diluar
organisasi. Komunikasi eksternal bertujuan untuk menjalin hubungan
yang harmonis dengan masyarakat diluar organisasi, pelanggan dan
pemerintah. Pada instansi-instansi pemerintah seperti departemen,
direktorat, jawatan dan pada organisasi-organisasi besar, komunikasi
lebih banyak dilakukan oleh kepala hubungan masyarakat (publik
relation officer) daripada oleh pimpinan sendiri. Komunikasi yang
dilakukan pimpinan hanya terbatas pada hal-hal yang dianggap sangat
penting, yang tidak bisa diwakilkan kepada orang lain, misalnya
perundingan ( negotiation ) yang menyangkut kebijakan organisasi. Hal
lainnya dilakukan oleh kepala humas yang dalam kegiatan komunikasi
eksternal merupakan tangan kanan pimpinan. Sedangkan menurut
Steward L.Tubbs dan Sylvia Moss dalam Human Communication
menguraikan ada tiga model dalam komunikasi:
a. Model komunikasi linier (one-way traffic communication),
dalam model ini komunikator memberikan suatu stimuli dan
komunikan melakukan respon yang diharapkan tanpa
mengadakan seleksi dan interpretasi. Komunikasinya bersifat
monolog. 19
b. Model komunikasi interaksional (two-way traffic
communication) Sebagai kelanjutan dari model yang pertama,
pada tahap ini sudah terjadi feedback atau umpan balik.
Komunikasi yang berlangsung bersifat dua arah dan ada dialog,
di mana setiap partisipan memiliki peran ganda, dalam arti pada
satu saat bertindak sebagai komunikator, pada saat yang lain
bertindak sebagai komunikan.
c. Model komunikasi transaksional. Dalam model ini komunikasi
hanya dapat dipahami dalam konteks hubungan (relationship)
antara dua orang atau lebih. Pandangan ini menekankan bahwa
semua perilaku adalah komunikatif. Tidak ada satupun yang
tidak dapat dikomunikasikan.20
E. Pengertian Organisasi
Everet M. Rogers dalam bukunya Communication in Organization,
mendefinisikan organisasi sebagai suatu sistem yang mapan dari mereka yang
bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama, melalui jenjang kepangkatan, dan
pembagian tugas. Pengertian lain dari organisasi adalah organisasi memiliki
karakteristik tertentu yaaitu mempunyai struktur, tujuan saling berhubungan satu
bagian dengan bagian lain dan tergantung kepada komunikasi manusia untuk
mengkoordinasikan aktivitas dalam organisasi tersebut.21
20
Stewaed L. Tubbs Silvia Moss, Op.Cit, hal 25
21
Dari definisi sederhana ini dapat ditemukan adanya berbagai faktor yang
dapat menimbulkan organisasi, yaitu orang-orang, kerjasama, dan tujuan tertentu.
Berbagai faktor tersebut tidak dapat saling lepas berdiri sendiri, melainkan saling
kait dan merupakan suatu kebulatan. Maka dalam pengertian organisasi
digunakan sebutan sistem yang berarti kebulatan dari berbagai factor yang terikat
oleh berbagai asas tertentu. Setiap organisasi memerlukan koordinasi supaya
masing-masing bagian dari organisai bekerja dengan semestinya dan tidak
menganggu bagian lainya. Tanpa koordinasi akan menyulitkan organisasi itu
untuk berfungsi dengan baik.
F. Pengertian Komunikasi Organisasi
Komunikasi merupakan proses yang penting dalam organisasi. Seperti
yang diungkapkan oleh Harrison & Doerfel, dikutip dalam jurnal internasional
“Communication is the key variable that allows interorganizational
partners to facilitate mutual interaction, and information sharing and gathering”22
(Komunikasi adalah variable kunci yang memungkinkan seseorang untuk
membangun hubungan dalam satu organisasi, serta berinteraksi dan berbagi
informasi ).
Dengan kata lain komunikasi komunikasi merupakan jalan bagi organisasi
untuk saling memahami satu sama lain dan mengkoordinasikan kegiatan mereka
untuk mempertahankan hubungan yang lebih baik. Untuk itulah komunikasi
sangat diperlukan dalam sebuah organisasi. Untuk memahami komunikasi
22
organisasi dan membedakan dengan jenis komunikasi yang lain, Arni Muhammad
mengutip definisi komunikasi organisasi menurut Goldharber :
“Komunikasi organisasi adalah proses saling menciptakan dan saling
menukar pesan dalam satu jaringan hubungan yang saling bergantung satu sama
lain untuk mengatasi lingkungan yang tidak pasti atau selalu berubah-ubah”.23
Oleh karena itu, dengan adanya komunikasi yang baik suatu organisasi
dapat berjalan dengan lancar dan berhasil, sebaliknya komunikasi yang tidak
sehat dapat menyebabkan suatu organisasi macet dan tujuan yang ingin dicapai
tidak optimal.
G. Hambatan-hambatan Komunikasi Dalam Organisasi
Gibson, ivansevich, donnelly dalam bukunya Organisasi dan Manajemen
mengemukakan bahwa hambatan komunikasi dalam organisasi adalah sebagai
berikut24 :
1. Kerangka acuan
Seseorang yang mempunyai latar belakang pengetahuan yang
berbeda-beda, maka dalam memahami proses komunikasinya pun akan
berbeda, hal ini akan menghambat proses komunikasi.
2. Bahasa
Perbadaan bahasa berhubungan dengan adanya perbedaan persepsi
karena seseorang akan membuat persepsi tentang sesuatu hal suatu
informasi atau pesan dari orang ain yang menggunakan bahasa.
23
Ibid, hal 67
24
3. Menyimak selektif
Merupakan bentuk persepsi yang selektif dimana kita cenderung
menghambat informasi baru, terutama jika informasi baru itu
bertentangan dengan apa yang kita yakini.
4. Masalah semantik
Komuniksasi telah didefinisikan sebagai penyampaian informasi dan
pengertian dengan mengunakan tanda yang sama. Seringkali
komunikasi terhambat karena ungkapan abstrak atau teknis yang
dipahami setiap orang berbeda.
5. Kredibilitas sumber
Perbedaan status yang dimaksudkan adalah perbedaan komunikasi
dalam tingkat hierarki di suatu organisasi, antara lain oleh jabatan,
kedudukan dan gelar seseorang.
6. Adanya perbedaan status
Perbedaan status yang dimaksudkan adalah perbedaan komunikasi
dalam tingkat hierarki di satu organisasi, antara lain oleh jabatan,
kedudukan dan gelar seseorang
7. Tekanan waktu
Dengan tekanan waktu ini menyababkan komunikasi yang dilakukan
menjadi serampangan dan tergesa-gesa.
Beban komunikasi yang terlalu berat adalah keadaan yang sering
dialami ketika seseorang terlalu banyak menerima informasi sehingga
seolah-olah tertimbun informasi.
9. Penyaringan
Penyaringan ini biasanya terjadi dalam arus komunikasi disuatu
organisasi. Anggota atau seseorang akan menutupi informasi yang
kurang menyenangkan dalam menyampaikan informasi kepada
atasannya.
H. Indikator Komunikasi Organisasi
Menurut Rosady Roslan, komunikasi dalam organisasi dikatakan efektif
apabila :
1. Adanya keterbukaan manajemen organisasi terhadap para pengurus.
2. Saling menghormati atau saling menghargai satu sama lain, yaitu
antara pimpinan dan anggota demi tercapainya tujuan utama
organisasi.
3. Adanya kesadaran dan pengakuan dari pihak perusashaan akan arti
pentingnya suatu komunikasi timbal balik dengan para pengurusnya.
4. Adanya media komunikasi yang baik dalam organisasi.25
Berdasarkan pendapat diatas dapat diketahui bahwa untuk mencapai
komunikasi organisasi yang efektif manusia-manusia yang mempunyai kemapuan
untuk berkomunikasi. Karena komunikasi menyangkut masalah hubungan
manusia dengan manusia, maka suksesnya komunikasi ditentukan oleh
25
manusia yang terlibat dalam proses komunikasi itu. Dalam hal ini dibutuhkan rasa
keterbukaan dari pihak organisasi kepada pengurus, adanya rasa saling
menghormati antar pengurus, adanya kesadaran akan pentingnya komunikasi dan
ketersediannya media untuk berkomunikasi.
I. Media Komunikasi Organisasi
Menurut Drs.Ig Wursanto media komunikasi organisasi adalah:
“Media yang digunakan dalam komunikasi organisasi yang jangkauannya terbatas dalam kantor atau organisasi saja. Jenis yang dipergunakan tergantung pada bentuk atau jenis komunikasi, apakah secara langsung atau tidak. Media yang dipergunakan dalam komunikasi organisasi pada umumnya yaitu surat, telepon, pertemuan, wawancara dan kunjungan”.26
Berdasarkan pendapat diatas dapat diketahui bahwa media atau sarana
dalam komunikasi internal dapat melalui surat, pertemuan para pengurus, jaringan
telepon, kegiatan wawancara dan mengadakan kunjungan. Semua media tersebut
dipergunakan hanya dalam ruang lingkup organisasi dan organisasi.
J. Peranan Komunikasi Organisasi
Apabila komunikasi yang diperlukan dalam penyelenggaraan organisasi
diatur dan diselenggarakan secara baik, maka akan terwujud dampak–dampak
positif seperti tersebut di bawah ini :
1. Timbulnya kemahiran dalam pelaksanaan pekerjaan karena
keterangan-keterangan yang diperlukan untuk melaksanaan pekerjaan
menjadi tersedia dan menjadi jelas pula hal-hal diharapkan dari suatu
tanggung jawab. Efek kemahiran kerja itu juga diperoleh karena
26
komunikasi merupakan input yang mendorong cara berfikir yang
kreatif
2. Timbulnya dorongan semangat kerja (kinerja) melalui komunikasi
maka rasa ingin tahu yang kalau tidak tersalukan dapat mengurangi
semanggat kerja tidak dapat dipenuhi. Dengan komunikasi dapat
dipenuhi kebutuhan-kebutuhan personil dalam melaksanakan
tugas-tugasnya, juga dapat dipahami mengapa mereka bekerja dan
selanjutnya dapat didorong antusiasmenya.
3. Komunikasi merupaka alat yang utama bagi para personil untuk
bekerja sama. Komunikasi membantu menyatukan organisasi dengan
memungkinkan para personil mempengaruhi serta meniru satu
dengan yang lainya.27
Hal yang serupa juga diungkapkan oleh Zohorul dalam jurnalnya :
“The role of Organizational communication are mainly to inform
employees about their task, policy and other organizational issues, and secondly
to create community within organizazion. Communication reduce urcertainly,
increase job security within organization.”28
(Peran komunikasi organisasi terutama untuk menginformasikan pengurus
tentang tugas mereka, kebijakan,dan isu-isu organisasi lain, dan kedua untuk
membuat komunitas di dalam organisasi . komunikasi mengurangi ketidakpastian,
meningkatkan keamanan, kerja dalam organisasi)
27
Suhardiman Yuwono, op. Cit, hal 4
28
Dengan adanya dampak komunikasi yang positif seperti dampak di atas,
maka jelaslah bahwa tidak terselenggaranya secara baik komunikasi akan
berakibat memperlemah keseluruhan organissasi dalam menjalankan operasinya.
Dari uraian diatas dapat pula diketahui bahwa komunikasi berperan dalam
meningkatkan semangat kerja suatu organisasi. Maka dari itu dalam suatu
organisaasi harus terjamin dengan baik penyelenggaraan komunikasi, baik di
dalam lingkungan organisasi itu sendiri (intern) maupun dengan
34
GAMBARAN UMUM FORUM KOMUNIKASI PEMUDA INDONESIA
A. Latar belakang dan sejarah singkat berdirinya Forum Komunikasi Pemuda Indonesia
Diawali dari sebuah diskusi kecil tentang problematika masyarakat
terutama yang menyangkut usia muda dimana pemuda dan pemudi menjadi
fokus pembicaraan karena permasalahan yang menyangkut mereka tidak ada
habisnya, dari persoalan putus sekolah, kawin muda, kenakalan remaja,
kesulitan ekonomi, degradasi moral, narkoba, kesempatan berusaha, tenaga
kerja dan lain-lain.
Pada acara syukuran pindahan rumah, dirumah saudara Ahmad Hafiz,
Jl Raya Pondok Ranggon Rt. 003/003 Kecamatan Cipayung Jakarta Timur,
yang hadir dan ikut diskusi pada waktu itu adalah, saudara Muhammad
Fatihul Umam, Ahmad Hafiz (tuan rumah), Fajar Sidiq Al Afghani, La Ode
Karsid dan Danni Mamelas.
muda yang tak lain adalah kawan-kawan kita juga itu bisa dengan leluasa mengaktulisasikan kreatifitasnya.”29
Tanpa harus dihadang oleh persoalan-persoalan klasik terutama
menyangkut keberanian untuk berusahan secara mandiri. Kemudian munculah
gagasan untuk mendirikan sebuah lembaga yang independent untuk
menampung kreatifitas pemuda, setelah mendengarkan usulan itu, diputuskan
untuk mendirikan sebuah lembaga kepemudaan.
Maka pada tanggal 28 Oktober 2010 terbentuklah sebuah organisasi
yang bernama Forum Komunikasi Pemuda Indonesia. Tanggal 28 Oktober
menjadi pilihan sebagai hari lahir organisasi ini sebagai momentum
pergerakan pemuda Indonesia dengan semangat Sumpah Pemuda.
Organisasi kepemudaan ini menganmbil nama Forum Komunikasi
Pemuda Indonesia dengan maksud membentuk wadah atau ruang bagi
pemuda Indonesia untuk sama-sama bergerak membangun semangat
kebangsaan sebagai warga negara Indonesia serta membangun semangat
pemuda Indonesia untuk meningkatkan sumberdaya pemuda Indonesia.
Forum Komunikasi Pemuda Indonesia berkedudukan di Ibukota
Negara Republik Indonesia. Sebagai organisasi Forum Komunikasi Pemuda
Indonesia didirikan dengan berasaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar
29
1945. Adapun status Forum Komunikasi Pemuda Indonesia adalah sebagai
organisasi sosial dan kemasyarakatan yang bergerak di bidang Sumber Daya
Kepemudaan. Organisasi ini bersifat independen, terbuka, sektarian,
non-primordial, dan non-diskriminatif. Sedangkan yang menjadi tujuan dasar dari
organisasi ini terbagi menjadi dua nilai :
1. Turut serta mencerdaskan kehidupan Bangsa
2. Mengembangkan Sumber Daya Kepemudaan.30
Turut mencerdaskan kehidupan bangsa di ambil dari bait kalimat
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia sebagai pokok tujuan serta
dasar perjuangan dari organisasi ini.
Forum Komunikasi Pemuda Indonesia berfungsi sebagai wadah
pemuda kreatif, inovatif dan mandiri.31
Sebagai Wadah pemuda kreatif Forum Komunikasi Pemuda Indonesia
berfungsi sebagai wadah berhimpun pemuda Indonesia yang kreatif
mengembangkan secara maksimal seluruh potensi pemuda Indonesia.
30
Anggaran Dasar Forum Komunikasi Pemuda Indonesia Pasal 7 Bab III tentang tujuan organisasi.
31
Sebagai Wadah pemuda inovatif Forum Komunikasi Pemuda
Indonesia senantiasa menciptakan inovasi-inovasi baru untuk pengembangan
sumber daya Kepemudaan di Indonesia.
Sebagai Wadah Pemuda Mandiri Forum Komunikasi Pemuda
Indonesia sebagai wadah mengembangkan kreatifitas dan senantiasa
menciptakan inovasi baru untuk kemandirian pemuda Indonesia.
Dalam perkembangannya dasawarsa ini tantangan bagi pemuda
sangatlah besar, mulai dari sisi sosial budaya yang sudah mulai diwarnai
nilai-nilai yang lebih mengarahkan kepada nilai-nilai kapitalisme, liberalisme dan
westernisasi. Kemudian Forum Komunikasi Pemuda Indonesia hadir dan
mengambil peran sebagai laboratorium pengembangan sumber daya pemuda
Indonesia. Artinya Forum Komunikasi Pemuda Indonesia adalah wadah yang
akan mencoba memfasilitasi pemuda Indonesia untuk menjadi potensi penerus
bangsa di segala bidang sesusai dengan bidang yang digelutinya.
Adapun untuk mencapai cita-cita dari semua yang telah dirumuskan
oleh Forum Komunikasi Pemuda Indonesia meliputi32 :
1. Mengembangkan karakter pemuda, dan mencetak pemuda yang
berakhlak mulia.
2. Menciptakan pemuda Indonesia yang kreatif, inovatif dan mandiri.
32
3. Berperan aktif dalam menciptakan kesejahteraan masyarakat.
Dalam usaha mengembangkan karakter pemuda yang berakhlaq mulia,
Forum Komunikasi Pemuda Indonesia mencoba menyelenggarakan
kegiatan-kegiatan motifasi baik dalam skala internal pengurus seperti kegiatan-kegiatan up
gradingdan sebagainya, atau kegiatan yang melibatkan unsur-unsur organisasi
pemuda (ekternal) yang berkerjasama dengan beberapa instansi baik
pemerintah maupun swasta. Usaha ini dianggap penting oleh Forum
Komunikasi Pemuda Indonesia karena karakter serta akhlaq adalah modal
awal untuk membangun bangsa. Dengan karakter yang kuat serta nilai moral
dan akhlaq yang luhur pemuda Indonesia akan mampu memberikan
gagasan-gagasan cerdas dan inovatif untuk kemajuan bangsa.
Kemudian dalam usaha menciptakan pemuda Indonesia yang kratif,
inovatif dan mandiri, Forum Komunikasi Pemuda Indonesia juga melakukan
program pelatihan wirausahan serta seminar-seminar enterpreneurship untuk
meningkatkan kualitas pemuda Indonesia di dunia wirausaha agar menjadi
pemuda yang kreatif, inovatif dan mandiri.
Adapun usaha untuk menjadi bagian dari pembangunan bangsa dengan
menciptakan masyarakat yang sejahtera adalah menanamkan misi sosial
kemasyarakatan dengan seluruh program yang sedang dan akan dilaksanakan
B. Kepengurusan Forum Komunikasi Pemuda Indonesia
Forum Komunikasi Pemuda Indonesia adalah ruang yang mewadahi
seluruh pemuda-pemudi Indonesia. Akan tetapi sebagai organisasi yang
memiliki legitimasi, maka dalah tubuh Forum Komunikasi Pemuda Indonesia
ada struktur kepengurusan yang bertanggung jawab menjalankan roda
organisasi agar berjalan sesuai dengan tujuan, peran dan fungsinya.
Dalam penetapan kepengurusan organisasi Forum Pemuda Indonesia
ada beberapa kriteria yang menjadi syarat seseorang untuk menjadi pengurs
dan anggota agar tertib dan sistematis. Adapun kriteria yang diatur dalam
anggaran dasar organisasi sebagai berikut :
1. Pemuda Warga Negara Indonesia
2. Bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
3. Telah mengikuti pelatihan yang dilaksanakan oleh Forum
Komunikasi Pemuda Indonesia.
4. Mematuhi Anggaran Dasar /Anggaran Rumah Tangga Forum
Komunikasi Pemuda Indonesia.33
Adapun hal yang diatur dalam anggaran rumah tangga dalam
kepengurusan Forum Komunikasi Pemuda Indonesia adalah :
1. Pemuda kreatif, inovatif dan berusaha untuk mandiri yang telah
mengikuti pelatihan Forum Komunikasi Pemuda Indonesia.
33
2. Bersedia dan mampu melaksanakan tugas-tugas kepengurusan
Forum Komunikasi Pemuda Indonesia dengan segala
konsekuensinya.
3. Mampu mengembangkan dan memobilisasi potensi-potensi yang
tersedia untuk memberdayakan Forum Komunikasi Pemuda
Indonesia.34
Susunan Kepengurusan Dewan Pimpinan Pusat Forum Komunikasi
Pemuda Indonesia Periode 2010 – 2015 adalah sebagai berikut35 :
Nama Pengurus Jabatan Organisasi
Ahmad Hafiz, MM Ketua Umum
Danni Mamelas Sekertaris Jendral
Kurnisah Bendahara Umum
Asyim Ketua Bidang Pengembangan
Anggota dan Organisasi
Roso Pangayubagyo Widiyoraharjo Anggota Bidang Pengembangan
Anggota dan Organisasi
Abdul Hamid Anggota Bidang Pengembangan
Anggota dan Organisasi
Agung Mulyono Ketua Bidang Pendidikan dan
34
Anggarn Rumah Tangga Forum Komunikasi Pemuda Indonesia Pasal 1 Bab I tentang kepengurusan organisasi
35
Penelitian
Farihan Aziz Anggota Bidang Pendidikan dan
Penelitian
Subagyo S. Anggota Bidang Pendidikan dan
Penelitian
Farid Afif Sudrajat Ketua Bidang Pendidikan Pemuda
Eduardus Wirawan Anggota Bidang Pendidikan
Pemuda
Marlon Novie Akay Anggota Bidang Pendidikan
Pemuda
Mustofa Ketua Bidang Komunikasi Lintas
Agama
Muhammad Abdul Syukur Anggota Bidang Komunikasi Lintas
Agama
Wahyu Himawan Anggota Bidang Komunikasi Lintas
Agama
Azhari Ketua Bidang Ekonomi dan
Kewirausahaan
M. Fadly Sangadji Anggota Bidang Ekonomi dan
Kewirausahaan
Fadlurrahman Mujahid Anggota Bidang Ekonomi dan
Rahmat Soleh Ketua Bidang Teknologi dan Kajian
Ilmu Pengetahuan
La Ode Karsid Anggota Bidang Teknologi dan
Kajian Ilmu Pengetahuan
Muhammad Brian Al Rasyid Anggota Bidang Teknologi dan
Kajian Ilmu Pengetahuan
Imam Faizin Ketua Bidang Hukum dan HAM
Nur Dafiq Anggota Bidang Hukum dan HAM
Fajar Sidiq Al Afghani N. Anggota Bidang Hukum dan HAM
Mukti Widodo Ketua Bidang Pengabdian
Masyarakat
Ismawati Anggota Bidang Pengabdian
Masyarakat
Ikmaludin Anggota Bidang Pengabdian
Masyarakat
Ali Mahfud Ketua Bidang Kerjasama Antar
Lembaga
Syamsul Arief Anggota Bidang Kerjasama Antar
Lembaga
Hasto Prasetyo Anggota Bidang Kerjasama Antar
Lembaga
Informasi
Sustiyo Wandi Anggota Bidang Komunikasi dan
Informasi
Dalu Nuzlul Kirom Anggota Bidang Komunikasi dan
Informasi
Bagan 3.1 Struktur DPP Forum Komunikasi Pemuda Indonesia
Adapun Koordinator di tingkat Dewan Pimpinan Daerah adalah :
Nama Pengurus Jabatan Organisasi
Abdul Hamid DPD Aceh Darussalam
Indra Kamil Hutagalung DPD Sumatera Utara
Yanuar Aziz DPD Jawa Barat
Yuliarti DPD Jawa Tengah
Ayu Rahayu DPD Yogyakarta
Ilham Hamidi DPD Jawa Timur
Ahmad Ridho Budiman DPD Kalimantan Barat
Putu Wahyu Wijaya DPD Bali
Ihsan Andi Gunawan DPD Sulawesi
44
INDONESIA
A. Pola dan peran komunikasi organisasi pengurus Forum Komunikasi Pemuda Indonesia.
Komunikasi organisasi dibagi menjadi dua dimensi yaitu komunikasi
vertikal dan horizontal, komunikasi internal vertikal adalah komunikasi dari
atas kebawah dari bawah ke atas atau komunikasi dari ketua kepada anggota
dan dari anggota kepada ketua secara timbal balik (two way traffic
communication).
Dalam komunikasi vertikal, ketua memberikan instruksi, petunjuk,
informasi, dan penjelasan kepada anggotanya. Kemudian anggotanya
memberikan laporan, saran, pengaduan, dan sebagainya kepada ketua.
Komunikasi dua arah secara timbal balik tersebut sangat penting dalam
organisasi karena jika satu arah saja, misalnya dari ketua kepada anggotaya
saja, maka roda organisasi tidak akan berjalan dengan baik.
Komunikasi vertikal yang lancar, terbuka dan saling mengisi
merupakan sikap ketua yang demokratis. Ketua perlu mengetahui laporan,
tanggapan atau saran para pengurus sehingga satu keputusan atau
kebijaksanaan dapat diambil dalam rangka mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Hal ini sesuai yang diungkapkan oleh informan 1 sebagai berikut :
sejelelas–jelasnya tentang tugas dan kewajiban mereka, membangun komunikasi timbal-balik serta kerjasama yang baik antar bidang sehinggga segala sesuatunya dapat berjalan dengan seimbang tanpa adanya permasalahan yang berarti”36
Hal yang serupa juga diungkapkan oleh informan 1 sebagai berikut :
“Saya selalu mencoba meluangkan waktu untuk melihat hasil kerja anggota saya, hal ini saya lakukan selain untuk menjaga komunikasi yang aktif dan berkesinambungan juga untuk mengurangi dan meminimalkan kesalahan. Jika hasil kerjanya baik akan saya berikan pujian agar mereka merasa dihargai, tapi jika salah atau kurang baik ya akan saya beri masukan agar kelak hasil kerjanya menjadi lebih baik.”37
Apa yang dikemukakan informan tersebut di atas sesuai dengan apa
yang dikatakan oleh Katz & Kahn dalam bukunya Djoko Purwanto yang
diberi judul Komunikasi Bisnis. Bahwa tujuan komunikasi kebawah dibagi
menjadi 5, yaitu:
1. Memberikan pengarahan atau instruksi kerja,
2. Memberikan informasi mengapa suatu pekerjaan harus dilakukan,
3. Memberikan proseur dan praktek organisaaional,
4. Memberikan umpan balik pelaksanaan kerja kepada pengurus,
5. Menyajikan informasi mengenai aspek ideology yang dapat
membantu organisasi menanamkan pengertian tentang tujuan yang
ingin dicapai.38
Selain itu komunikasi vertikal dari atas kebawah juga harus dilandasi
oleh rasa saling hormat menghormati, dilandasi rasa saling keterbukaan
diantara keduanya dan adanya kesadaran pentingnya berkomunikasi antara
ketua dan anggota. Hal ini sesuai yang dikemukakan oleh informan 2 sebagai
berikut :
“Setiap saran, kritik dan pendapat yang masuk dari pengurus ya.. kami tanggapi secara baik-baik kan kita harus saling menghormati dan menghargai. Saya sebagai sekjend (Sekertaris Jendral) menghargai mereka dengan memberikan tanggapan terhadap keluh kesah mereka. Agar tercipta saling keterbukaan, antara BPH (Badan Pengurus Harian) organisasi dan pengurus yang lain.”39
Hal yang serupa juga disampaikan oleh informan 3 sebagai berikut :
“Selama saya bisa menyelesaikan masalah itu sendiri ya saya selesaikan sendiri tapi kalo udah mentok saya ngomong sama ketua …. Tanggapan ketua bidang saya pun bagus, ditanya masalahnya apa, mengapa sampai terjadi begitu, kenapa saya sampai melakukan kesalahan. Itu kan tandanya ketua saya menghormati saya, jika tidak apa mau nanya-nanya begitu yang ada malah saya langsung diomeli.”40
Komunikasi organisasi vertikal dari atas ke bawah harus diimbangi
dengan komunikasi organisasi vertikal dari bawah ke atas., karena dalam
memecahkan masalah yang terjadi di dalam suatu organisasi, dan dalam
mengambil suatu keputusan sudah sepantasnya bila ketua memperhatikan
aspirasi dari anggota. Dengan kata lain partisipasi anggota dalam proses
pengambilan keputusan akan sangat membantu pencapaian tujuan organisasi.
Untuk mencapai keberhasilan komunikasi organisasi vertikal dari
bawah ke atas, ketua harus memiliki rasa percaya kepada anggotanya. Kalau
tidak informasi sebagus apapun yang muncul dari pengurus tidak akan
bermanfaat bagi ketua, karena pada dasarnya ketua sudah tidak percaya pada
anggota. Hal ini sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh informan 2
sebagai berikut:
“Misalnya saja jika organisasi merencanakan sesuatu apapun itu biasanya pengurus diajak berunding. Misalnya saja organisasi akan mengadakan kegiatan/program. Maka setiap pengurus yang bertugas dibidang yang sesuai dengan rogram tersebut, akan diajak berunding diminta pendapat dan masukan dari anggotaya meski tidak semua pendapat akan kami pakai, setidaknya pendapat tersebut menjadi masukan bagi kami”41
Hal yang sama juga diungkapkan oleh informan 10 sebagai berikut :
“Wah perlu sekali, karena tugas yang saya lakukan memerlukan pengarahan dari ketua. Itulah sebabnya tiap pengukuhan kepanitiaan diadakan briefing pengurus. Saat akhir acara briefing biasanya ketua selalu memberikan waktu untuk bertanya dan menyampaikan pendapat. Meski kadang pendapat kami tidak langsung dipakai minimal kami sudah menyampaikan sehinggga itu bisa dipakai sebagai bahan pertimbangan baginya.”42
Dari hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan
komunikasi secara vertikal di Forum Komunikasi Pemuda Indonesia berjalan
dengan baik. Namun pelaksanaan komunikasi organisasi tidak hanya
dilakukan antara ketua dan anggota atau secara vertikal saja, komunikasi
organisasi secara horizontal juga harus dilakukan.
Komunikasi horizontal ialah komunikasi secara mendatar antara
pengurus dengan sesama pengurus, ketua dengan sesama ketua dan
sebagainya. Menurut Soekadi Ds, maksud dari pelaksaan komunikasi
horizontal adalah melakukan persuasi, mempengaruhi, dan memberikan
informasi kepada bidang lain atau kepada bagian yang memiliki kedudukan
yang sejajar. Komunikasi horizontal sifatnya koordinatif di antara mereka
yang memiliki posisi sederajat, baik di dalam suatu bidang maupun diantara
beberapa department.
Berbeda dengan komunikasi vertikal yang suasananya cenderung lebih
formal, komunikasi horizontal yang dilakukan sesama anggota sering kali
lebih bersifat tidak formal. Mereka berkomunikasi satu sama lain lebih santai
entah saat kerja maupun diwaktu luang mereka, di dalam organisasi. Hal ini
sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh informan 1 sebagai berikut :
“Yo enggak.. masak organisasi ini mau saya jalani sendiri ya pasti saya butuh teman untuk diajak kerjasama. Disini kan kita berorganisasi jadi semua kita jalani bersama. Tinggal kita menjaga komunikasi dengan teman yang lain biar kerjasama kita lebih tok cer. Dan komunikasi itu tidak hanya dari satu bidang aja, tapi juga regu yang lain bahkan dari pengurus dan department yang lain juga.”43
Hal yang serupa juga dikemukakan oleh informan 2 sebagai berikut :
“Kapan saja mas, namanya juga teman seperjuangan jadi kalo lagi kumpul-kumpul kayak gini pasti berkomunikasi. Kadang ya saat lagi dikampus, pas ketemu janjian makan siang, habis istirahat kerja kita juga ngobrol sama pengurus dari department lain, tak jarang juga sosialisasi ini saya lakukan diluar organisasi seperti saat pulang-pergi sekretariat, ato kayak
43