• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pertumbuhan Propagul Rhizophora mucronata Lamk dengan Berbagai Jenis Ukuran

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pertumbuhan Propagul Rhizophora mucronata Lamk dengan Berbagai Jenis Ukuran"

Copied!
52
0
0

Teks penuh

(1)

PERTUMBUHAN PROPAGUL Rhizophora mucronata

Lamk DENGAN BERBGAI JENIS UKURAN

SKRIPSI

OLEH JONRI GORAT

061202017 BUDIDAYA HUTAN

DEPARTEMEN KEHUTANAN

FAKULTAS PERTANIAN

(2)

PERTUMBUHAN PROPAGUL Rhizophora mucronata

Lamk DENGAN BERBGAI JENIS UKURAN

SKRIPSI

OLEH

JONRI GORAT 061202017 BUDIDAYA HUTAN

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh

Gelar Sarjana Pertanian, Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara, Medan

DEPARTEMEN KEHUTANAN

FAKULTAS PERTANIAN

(3)

Judul Penelitian : Pertumbuhan Propagul Rhizophora mucronata Lamk dengan Berbagai Jenis Ukuran

Nama : Jonri Gorat

Nim : 061202017

Departemen : Kehutanan

Program Studi : Budidaya Hutan

Disetujui Oleh

Komisi Pembimbing

Dr. Ir. Yunasfi, M.Si Dr. Budi Utomo, SP, MP Ketua Anggota

Mengetahui,

(4)

ABSTRACT

JONRI GORAT. The Growth of propagul Rhizophora mucronata Lamk with

various size, supervised by YUNASFI and BUDI UTOMO.

Rhizophora mucronata is one of three with the strong roots that able to hold back the sea wave that penetate the settlement area around the forestry area. By the utilization of mangrove forest by the local people around the forest to be the agricultural area, fish pond, settlement, the existence ot Rhizophora mucronata is lost. One of effort in rehabilitation of degredated mangrove forest is the seedling of propagul Rhizophora mucronata with various size to get the best seed for the growth. This research aims to study the growth of propagul Rhizophora mucronata Lamk with various size. This research was conducted in the seedling location of sicanang and laboratory of forest product tecnology, forest department, agriculture faculty, university of nort sumatera during 4 month, i.e. February –May 2010. This research use the complete random design (RAL) with

treatment, i.e. A(40-44 cm), B(45-49), C(50-54 cm), D(55-59 cm) and E(≥60 cm)

for 20 repetition. The result of research indicates the growth of propagul Rhizophora mucronata Lamk with various size provide the significant influence to the height of seed, diameter of seed, wet weight of seed and dry weight of the seed root. The heighest of seed found at E(≥60 cm) for 3.41 cm and diameter of the heighest seed on E(≥60 cm) for 5.12354 cm that different signifantly to A(40-44 cm), B(45-49), C(50-54 cm), D(55-59 cm). The wet weight of the root of the heighest seed found at D(55-59 cm) for 8.475 g that different significantly to E(≥60 cm), but it did not different significantly to A(40-44 cm), B(45-49 cm), C(50-54 cm). The dry weight of the root of the heighest seed foynd at E(≥60 cm) for 5.11 g that different significantly to A(40-44 cm), B(45-49), C(50-54 cm), D(55-59 cm).

(5)

ABSTRAK

JONRI GORAT. Pertumbuhan propagul Rhizophora mucronata Lamk Dengan Berbagai jenis Ukuran, dibimbing oleh YUNASFI dan BUDI UTOMO.

Rhizophora mucronata merupakan salah satu pohon yang memiliki perakaran

kuat yang mampu menahan gelombang arus laut agar tidak masuk keperkampungan masyarakat sekitar hutan. Akan tetapi dengan adanya pemanfaatan hutan mangrove oleh masyarakat sekitar hutan menjadi pertanian, tambak, pemukiman, sehingga keberadaan Rhizophora mucronata semakin habis. Salah satu usaha yang dilakukan untuk merehabilitasi hutan mangrove yang terdegradasi adalah dengan melakukan pembibitan propagul Rhizophora

mucronata dengan berbagai jenis ukuran yang nantinya diperoleh bibit yang

paling baik pertumbuhannya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pertumbuhan propagul Rhizophora mucronata Lamk dengan berbagai jenis ukuran. Penelitian ini dilakukan di lokasi pembibitan sicanang dan laboratorium Teknologi Hasil Hutan, Departemen Kehutanan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara selama 4 bulan yaitu Februari- Mei 2010. Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan 5 perlakuan yaitu A(40-44 cm), B(45-49 cm), C(50-54 cm), D(55-59 cm) dan E(≥60 cm) masing-masing 20 ulangan. Hasil penelitian menunjukkan pertumbuhan propagul Rhizophora

mucronata Lamk dengan berbagai jenis ukuran memberikan pengaruh nyata

terhadap tinggi bibit, diameter bibit, bobot basah akar bibit dan berat kering akar bibit. Tinggi bibit tertinggi terdapat pada E(≥60 cm) sebesar 3.41 cm dandiameter bibit tertinggi terdapat pada E(≥60 cm) sebes ar 5.1235 cm berbeda nyata dengan A(40-44 cm), B(45-49 cm), C(50-54 cm), dan D(55-59 cm). Berat basah akar bibit tertinggi terdapat pada D(55-59 cm) sebesar 8.475 g berbeda nyata dengan E(≥60 cm) tetapi tidak berbeda nyata dengan A (40-44 cm), B(45-49 cm), C(50-54 cm). Berat kering akar bibit tertinggi terdapat pada E(≥60 cm) sebesar 5.11 g berbeda nyata dengan A(40-44 cm), B(45-49 cm), C(50-54 cm), dan D(55-59 cm).

(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Pakkat pada tanggal 27 Mei 1988 dari pasangan

Bapak L. Gorat dan Ibu E. Sihotang. Penulis merupakan putra pertama dari 3

bersaudara.

Penulis memulai pendidikan di SD N 1 Pakkat, lulus tahun 2000 kemudian

melanjutkan pendidikan di SLTP Swasta Santa Maria Pakkat dan lulus tahun

2003. Tahun 2006 penulis lulus dari SMA N 1 Pakkat dan pada tahun yang sama

penulis juga diterima di Perguruan Tinggi Negeri (PTN) Universitas Sumatera

Utara melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) di Departemen

Kehutanan Fakultas Pertanian.

Selama mengikuti perkuliahan penulis mengikuti Unit Kegiatan

Mahasiswa Kristen (UKMK) pada tahun 2008 dan mengikuti kegiatan organisasi

Himpunan Mahasiswa Sylva (HIMAS) pada tahun ajaran 2009/2010.

Penulis melaksanakan Praktik Pengelolaan dan Pembinaan Hutan (P3H),

(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas

segala karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

Skripsi ini berjudul tentang “Pertumbuhan Propagul Rhizophora mucronata

Lamk dengan Berbagai Jenis Ukuran” dengan tujuan untuk mengetahui jenis

ukuran propagul yang mempunyai pertumbuhan yang baik.

Dengan selesainya penelitian dan penulisan skripsi ini, penulis

mengucapkan terima kasih kepada:

1. Kedua orang Tua tercinta, Ayahanda L. Gorat dan Ibunda E. Sihotang dan

saudaraku Toni dan Nova atas doa dan dukungannya kepada penulis.

2. Bapak Dr. Ir. Yunasfi, M.si dan Bapak Dr. Budi Utomo, SP, MP selaku

komisi Pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu untuk

membimbing, mengoreksi, memberikan saran dan kritik pada penulisan

skripsi ini.

3. Bapak Dr. Ir. Edy Batara Mulya Siregar, MS selaku Ketua Departemen

Kehutanan Universitas Sumatera Utara dan seluruh Staff pengajar.

4. Sahabat-sahabatku (Binter Wanto L.Toruan, Condrat Benny HTB, ABC

Lubis, Widya Kurniawan P, Parluhutan S, Parluasan Manalu, Mukti Batubara,

Marlin Andika, Love Freddy AK).

5. Teman-teman angkatan 2006 di Departemen Kehutanan Universitas Sumatera

Utara, khususnya teman-teman di Program Studi Budidaya Hutan.

Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat dalam

(8)

DAFTAR ISI

Karakteristik Hutan Mangrove ... 11

Tanah... 11

Salinitas... 12

Kelebihan Hutan Mangrove ... 12

Faktor-faktor lingkungan yang Mempengaruhi Pertumbuhan Mangrove Salinitas ... 13

Penyediaan Tanah Aluvial ... 18

Penyediaan Bibit ... 18

Penanaman Bibit ... 18

(9)

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 20

Hasil ... 20

Pertambahan tinggi bibit ... 20

Pertambahan diameter bibit ... 21

Luas daun bibit ... 23

Berat basah akar bibit ... 24

Berat kering total akar bibit ... 26

Pembahasan ... 27

KESIMPULAN DAN SARAN ... 31

Kesimpulan ... 31

Saran ... 31

DAFTAR PUSTAKA ... 32

(10)

DAFTAR TABEL

No Halaman

1. Kerangka Pemikiran... 5

2.Tinggi rata-rata bibit Rhizophora mucronata Lamk... 20

3.Diameter rata-rata bibit Rhizophora mucronata Lamk... 22

4.Luas daun rata-rata bibit Rhizophora mucronata Lamk... 23

5.Rata-rata berat basah akar bibit Rhizophora mucronata Lamk... 25

(11)

DAFTAR GAMBAR

No Halaman

1. Histogram tinggi tinggi bibit Rhizophora mucronata Lamk... 21

2. Histogram rataan diameter bibit Rhizophora mucronata Lamk... 22

3. Histogram rataan luas daun bibit Rhizophora mucronata Lamk... 24

4. Histogram rataan berat basah bibit Rhizophora mucronata Lamk... 25

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

No Halaman

1. Tabel tinggi rata-rata bibit Rhizophora mucronata Lamk... 35

2. Tabel diameter rata-rata bibit Rhizophora mucronata Lamk... 36

3. Tabel luas daun rata-rata bibit Rhizophora mucronata Lamk... 37

4. Tabel rata-rata berat basah akar bibit Rhizophora mucronata Lamk... 38

(13)

ABSTRACT

JONRI GORAT. The Growth of propagul Rhizophora mucronata Lamk with

various size, supervised by YUNASFI and BUDI UTOMO.

Rhizophora mucronata is one of three with the strong roots that able to hold back the sea wave that penetate the settlement area around the forestry area. By the utilization of mangrove forest by the local people around the forest to be the agricultural area, fish pond, settlement, the existence ot Rhizophora mucronata is lost. One of effort in rehabilitation of degredated mangrove forest is the seedling of propagul Rhizophora mucronata with various size to get the best seed for the growth. This research aims to study the growth of propagul Rhizophora mucronata Lamk with various size. This research was conducted in the seedling location of sicanang and laboratory of forest product tecnology, forest department, agriculture faculty, university of nort sumatera during 4 month, i.e. February –May 2010. This research use the complete random design (RAL) with

treatment, i.e. A(40-44 cm), B(45-49), C(50-54 cm), D(55-59 cm) and E(≥60 cm)

for 20 repetition. The result of research indicates the growth of propagul Rhizophora mucronata Lamk with various size provide the significant influence to the height of seed, diameter of seed, wet weight of seed and dry weight of the seed root. The heighest of seed found at E(≥60 cm) for 3.41 cm and diameter of the heighest seed on E(≥60 cm) for 5.12354 cm that different signifantly to A(40-44 cm), B(45-49), C(50-54 cm), D(55-59 cm). The wet weight of the root of the heighest seed found at D(55-59 cm) for 8.475 g that different significantly to E(≥60 cm), but it did not different significantly to A(40-44 cm), B(45-49 cm), C(50-54 cm). The dry weight of the root of the heighest seed foynd at E(≥60 cm) for 5.11 g that different significantly to A(40-44 cm), B(45-49), C(50-54 cm), D(55-59 cm).

(14)

ABSTRAK

JONRI GORAT. Pertumbuhan propagul Rhizophora mucronata Lamk Dengan Berbagai jenis Ukuran, dibimbing oleh YUNASFI dan BUDI UTOMO.

Rhizophora mucronata merupakan salah satu pohon yang memiliki perakaran

kuat yang mampu menahan gelombang arus laut agar tidak masuk keperkampungan masyarakat sekitar hutan. Akan tetapi dengan adanya pemanfaatan hutan mangrove oleh masyarakat sekitar hutan menjadi pertanian, tambak, pemukiman, sehingga keberadaan Rhizophora mucronata semakin habis. Salah satu usaha yang dilakukan untuk merehabilitasi hutan mangrove yang terdegradasi adalah dengan melakukan pembibitan propagul Rhizophora

mucronata dengan berbagai jenis ukuran yang nantinya diperoleh bibit yang

paling baik pertumbuhannya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pertumbuhan propagul Rhizophora mucronata Lamk dengan berbagai jenis ukuran. Penelitian ini dilakukan di lokasi pembibitan sicanang dan laboratorium Teknologi Hasil Hutan, Departemen Kehutanan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara selama 4 bulan yaitu Februari- Mei 2010. Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan 5 perlakuan yaitu A(40-44 cm), B(45-49 cm), C(50-54 cm), D(55-59 cm) dan E(≥60 cm) masing-masing 20 ulangan. Hasil penelitian menunjukkan pertumbuhan propagul Rhizophora

mucronata Lamk dengan berbagai jenis ukuran memberikan pengaruh nyata

terhadap tinggi bibit, diameter bibit, bobot basah akar bibit dan berat kering akar bibit. Tinggi bibit tertinggi terdapat pada E(≥60 cm) sebesar 3.41 cm dandiameter bibit tertinggi terdapat pada E(≥60 cm) sebes ar 5.1235 cm berbeda nyata dengan A(40-44 cm), B(45-49 cm), C(50-54 cm), dan D(55-59 cm). Berat basah akar bibit tertinggi terdapat pada D(55-59 cm) sebesar 8.475 g berbeda nyata dengan E(≥60 cm) tetapi tidak berbeda nyata dengan A (40-44 cm), B(45-49 cm), C(50-54 cm). Berat kering akar bibit tertinggi terdapat pada E(≥60 cm) sebesar 5.11 g berbeda nyata dengan A(40-44 cm), B(45-49 cm), C(50-54 cm), dan D(55-59 cm).

(15)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Sejalan dengan semakin pesatnya pembangunan di berbagai sektor,

intensitas pemanfaatan hutan mangrove oleh sektor kehutanan dan sektor non

kehutanan semakin meningkat. Berbagai praktek pemanfaatan mangrove saat ini

seringkali mengabaikan asas kelestarian fungsi ekologisnya. Hal ini

mengakibatkan banyak lahan hutan mangrove yang terdegradasi, bahkan hilang

sama sekali digantikan dengan penggunaan lain seperti tambak, perumahan, lahan

pertanian dan lain-lain.

Pemanfaatan hutan mangrove secara berlebihan untuk berbagai kegiatan

dapat menyebabkan hutan mangrove akan rusak dan lahan akan menjadi terbuka.

Akibat dari itu tanah sebagai tempat tumbuh menjadi rusak sehingga hutan

mangrove tidak lagi melanjutkan fungsinya sebagai penahan dari abrasi pantai,

menggangu tata air, salinitas akan meningkat dan akan menurunkan kadar

keasaman tanah (Soeroyo, 1993).

Untuk merehabilitasi areal hutan mangrove yang telah mengalami

kerusakan diperlukan bibit dengan kuantitas yang memadai. Salah satu jenis yang

digunakan untuk merehabilitasi hutan mangrove adalah Rhizophora mucronata.

Regenerasi jenis ini dapat dilakukan secara alami, namun kondisi pada saat ini

ketersedian tegakan sumber benih Rhizophora mucronata luasannya semakin

menurun. Hal ini berarti kapasitas bibit di masa yang akan datang kemungkinan

tidak mencukupi untuk program penanaman dalam skala besar atau untuk

(16)

Penanaman kembali hutan mangrove yang telah mengalami kerusakan

merupakan upaya kita untuk menjaga keseimbangan alam. Mangrove kita kenal

sebagai habitat dari berbagai ekosistem perairan seperti ikan, kepiting, dan udang

untuk mencari makanan (feeding ground), daerah pemijahan (spawning ground),

dan daerah pembesaran (nursery ground) yang kesemuanya itu akan bermanfaat

pula bagi kesejahteraan manusia. Selain itu juga hutan mangrove yang didominasi

Rhizopora sp. Ini memiliki peranan yang penting bagi desa kurau antara lain

sebagai daerah pencaharian nelayan kepiting bakau serta sebagai pertahanan desa

kurau dari terjangan gelombang pantai dan abrasi (Bengen dan Adrianto 2001)..

Ekosistem hutan mangrove merupakan komunitas tumbuhan pesisir yang

memiliki manfaat sangat besar, antara lain sebagai daerah pemijahan jenis ikan

tertentu, daerah asuhan ikan-ikan ekonomis, penyedia nutrien dan zat hara serta

fungsi fisik seperti menjaga daerah pesisir dari abrasi. Namun demikian, karena

sebagian besar ekosistem mangrove telah ditebang untuk area pertambakan dan

keperluan lainnya, maka secara umum, kondisi mangrove di Indonesia khususnya

di Pantai Utara Jawa sudah dalam tingkatan yang sangat mengkhawatirkan.

Kerusakan–kerusakan yang terjadi di mangrove pada dasarnya disebabkan

ketidakpedulian sebagian masyarakat akan pentingnya ekosistem mangrove yang

merupakan sumberdaya daerah pesisir.

Pada umumnya, sebagian masyarakat yang tidak bertanggungjawab, lebih

mementingkan keuntungan sesaat tanpa memikirkan kelangsungan kelestarian

alam. Selain itu, kerusakan pesisir adalah juga dampak dari pembangunan industri

(17)

mengakibatkan hilangnya areal tambak dan hutan mangrove. Hal ini

mengakibatkan produksi ikan menipis karena berkurangnya benih ikan.

Buah yang digunakan untuk pembibitan, sebaiknya dipilih dari pohon

mangrove yang berusia diatas 10 tahun. Buah yang baik, dicirikan oleh hampir

lepasnya hipokotil dari buahnya. Buah yang sudah matang dari Rhizophora spp,

dicirikan dengan warna buah hijau tua atau kecoklatan, dengan kotiledon (cincin)

berwarna kuning atau merah. Media yang digunakan untuk pembibitan adalah

sedimen dari tanggul bekas tambak atau sedimen yang sesuai dengan karakteristik

pohon induknya. Media dibiarkan selama kurang lebih 24 jam agar tidak terlalu

lembek. Media tanam yang sudah disediakan, dimasukkan ke dalam kantong

plastik hitam (polibag) berukuran lebar 12 cm dan tinggi 20 cm, yang telah diberi

lubang keci-kecil kurang lebih 10 buah. Buah disemaikan masing-masing 1 buah

dalam setiap polibag. Buah ditancapkan kurang lebih sepertiga dari total

panjangnya (± 7 cm). Setiap 6-10 benih, diikat menjadi satu agar tidak mudah

rebah. Ikatan dibuka setelah daun pertama keluar. Daun pertama akan keluar

setelah 1 bulan, daun ketiga akan keluar setelah 3 bulan (Rusila dkk,1999).

Tujuan

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pertumbuhan

(18)

Hipotesis Penelitian

Propagul dengan ukuran ≥60 cm pertumbuhannya lebih baik dibandingkan

dengan propagul jenis ukuran yang lain.

Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan bibit yang

pertumbuhannya baik dari berbagai jenis ukuran propagul Rhizophora mucronata.

Kerangka Pemikiran

Salah satu usaha yang dilakukan pemerintah untuk merehabilitasi hutan

mangrove yang telah terdegradasi adalah dengan cara melakukan pembibitan

propagul Rhizophora mucronata yang nantinya diperoleh bibit yang

pertumbuhannya baik. Dengan adanya bibit yang pertumbuhannya baik, maka

diperoleh hasil yang maksimal dari kegiatan rehabilitasi hutan mangrove yang

telah terdegradasi. Dengan ini diharapkan hutan mangrove dapat berfungsi

kembali dengan baik sebagai penahan gelombang arus laut dan juga sebagai

habitat satwa agar tidak punah. Dapat dilihat pada kerangka pemikiran yang

(19)

Gambar 1. Kerangka pemikiran Pembibitan

Degradasi Konversi lahan

Pertanian Pemukiman Tambak

Hutan mangrove (Rhizophora

mucronata Lamk)

(20)

TINJAUAN PUSTAKA

Tanaman Mangrove/bakau adalah tanaman alternatif terbaik sebagai

penahan ombak dan penyelamatan hayati pantai. Ada beberapa jenis Mangrove/

bakau yang dibudidayakan di Indonesia. Dua jenis yang paling populer adalah

Mangrove Mucronata/avicullata atau yang kita kenal dengan bakau.Ada juga jenis

avicennia dengan ciri rumpun daun kecil, atau yang biasa disebut orang indonesia

dengan "api-api". Jarak tanam ideal untuk mangrove jenis mucronata/avicullata

(batang besar) adalah 5-7 meter. sedangkan untuk Avicennia sekitar 5 meter.

Untuk pantai dengan ombak besar yang paling ideal adalah jenis

api-api/avicennia; karena akarnya cenderung kuat menahan ombak meski belum lama

ditanam (Wightman, 1989).

Rhizophora spp dapat tumbuh dengan baik pada substrat (tanah) yang

berlumpur dan dapat mentoleransi tanah lumpur berpasir, di pantai yang agak

berombak dengan frekuensi genangan 20-40 kali/bulan. Rhizophora stylosa dapat

ditanam pada lokasi bersubstrat (tanah) pasir berkoral. Avicennia spp lebih cocok

ditanam pada substrat (tanah) pasir berlumpur terutama di bagian terdepan pantai

dengan frekuensi genangan 30-40 kali/bulan. Bruguiera spp dapat tumbuh dengan

baik pada substrat (tanah) yang lebih keras yang terletak ke arah darat dari garis

pantai dengan frekuensi genangan 30-40 kali/bulan. Ceriops spp dapat tumbuh

baik pada substrat pasir berkoral dengan frekuensi genangan 30-40 kali/bulan

(21)

Secara umum, penanaman mangrove dapat dilakukan dengan dua cara

yaitu dengan cara menanam langsung buah mangrove (propagul) ke areal

penanaman dan melalui persemaian bibit. Penanaman secara langsung tingkat

kelulushidupannya rendah (sekitar 20-30 %). Hal ini karena pengaruh arus laut

pada saat pasang dan pengaruh predator. Sedangkan dengan cara persemaian dan

pembibitan, tingkat kelulushidupannya relatif tinggi (sekitar 60-80%)

( Samingan, 1980).

Buah yang digunakan untuk pembibitan, sebaiknya dipilih dari pohon

mangrove yang berusia diatas 10 tahun. Buah yang baik, dicirikan oleh hampir

lepasnya hipokotil dari buahnya. Buah yang sudah matang dari Rhizophora spp,

dicirikan dengan warna buah hijau tua atau kecoklatan, dengan kotiledon (cincin)

berwarna kuning atau merah. Media yang digunakan untuk pembibitan adalah

sedimen dari tanggul bekas tambak atau sedimen yang sesuai dengan karakteristik

pohon induknya. Media dibiarkan selama kurang lebih 24 jam agar tidak terlalu

lembek. Media tanam yang sudah disediakan, dimasukkan ke dalam kantong

plastik hitam (polibag) berukuran lebar 12 cm dan tinggi 20 cm, yang telah diberi

lubang keci-kecil kurang lebih 10 buah (Tomlinson, 1986).

Propagul mangrove diusahakan berasal dari lokasi setempat atau lokasi

terdekat. Buah dapat diperoleh dengan cara mengambil buah-buah yang telah

jatuh atau memetik langsung dari pohonnya. Sebaiknya, pengumpulan buah

dilakukan secara berulang dengan interval waktu tertentu. Pada saat memetik buah

secara langsung dari pohon induknya harus dilakukan secara berhati-hati, jangan

sampai bunga dan buah yang belum matang berjatuhan. Untuk memperoleh buah

(22)

buah tergantung pada karakteristik jenisnya. Namun biasanya, buah dipilih berasal

dari buah yang matang, sehat, segar dan bebas dari hama. Ciri kematangan dapat

dilihat dari warna kotiledon, warna hipokotil, berat buah atau ciri lainnya.

Sebelum digunakan untuk pembibitan, buah dapat disimpan sementara waktu.

Buah dimasukkan dalam ember atau bak yang berisi air penuh, dengan posisi

tegak, dan diletakkan di tempat yang terlindung dari sinar matahari. Lama

penyimpanan maksimal adalah 10 hari (Monk,dkk, 2000).

Buah disemaikan masing-masing 1 buah dalam setiap polibag. Buah

ditancapkan kurang lebih sepertiga dari total panjangnya (± 7 cm). Setiap 6-10

benih, diikat menjadi satu agar tidak mudah rebah, ikatan dibuka setelah daun

pertama keluar. Daun pertama akan keluar setelah 1 bulan, daun ketiga akan

keluar setelah 3 bulan. Tempat yang akan digunakan untuk persemaian bibit

dipilih lahan yang lapang dan datar. Jaraknya dengan lokasi tanam diusahakan

sedekat mungkin supaya lebih efektif dalam pengangkutan bibitnya. Lahan yang

digunakan untuk pembibitan harus terendam saat air pasang dengan frekuensi

lebih kurang 20-40 kali/bulan, sehingga tidak memerlukan penyiraman

(Kitamura, 1997).

Pembibitan dibuat dengan menggunakan bedeng. Bedeng dibuat dari

bambu yang kuat. Ukuran bedeng disesuaikan dengan kebutuhan. Umumnya

berukuran 1×5 m atau 1×10 m dengan tinggi 1,5–2 m. Bedeng diberi naungan

ringan dari daun nipah, kelapa, ijuk, rumbia, alang-alang atau sejenisnya. Media

(dasar) bedeng adalah tanah lumpur di daerah sekitarnya. Di atas media (dasar)

(23)

jarak setengah meter, yang digunakan sebagai jalan kerja. Untuk mempermudah

jalan, di sekitar bedeng dibuat jembatan. Bedeng berukuran 1×5 m dapat

menampung bibit dalam polibag ukuran 10×50 cm atau dalam botol air minuman

bekas (500 ml) sebanyak 1200 bibit, atau sebanyak 2250 unit untuk bedeng

berukuran 1×10 m (Soenardjo, dkk. 2003).

Pada beberapa daerah yang sangat ekstrim dengan pola pasang surut yang

sangat lebar, sebaiknya jangan dilakukan pola penanaman yang konvensional.

Pola penanaman konvensional biasanya hanya penancapan bibit yang dibarengai

dengan pengikatan pada ajir. Namun sebaiknya menggunakan modifikasi pada

sistem persemaian. Modifikasi persemaian dapat dilakukan pada polibag bambu

dan atau pot yang didisain khusus. Bentuk polibag dapat dilakukan dengan

panajaman pada bagian bawah yang juga berfungsi sebagai pasak untuk tiap bibit.

Modifikasi juga dapat dipadu dengan pengikatan pada ajir berlapis untuk

memperkokoh dudukan bibit (Nontji,1987).

Penanaman mangrove dapat dilakukan dengan dua cara yaitu dengan cara

menanam langsung buah mangrove (propagul) ke areal penanaman dan melalui

persemaian bibit. Penanaman secara langsung tingkat kelulushidupannya rendah

(sekitar 20-30 %). Hal ini karena pengaruh arus laut pada saat pasang dan

pengaruh predator. Sedangkan dengan cara persemaian dan pembibitan, tingkat

kelulushidupannya relatif tinggi (sekitar 60-80%). Namun demikian, pengalaman

di lapangan membuktikan bahwa tingkat kelulushidupan dengan menggunakan

propagul dan bibit mangrove, bervariasi tergantung dengan kondisi daerah

(24)

Mangrove dalam pertumbuhannya mempunyai masa-masa kritis. Oleh

karena itu perlindungan tanaman mangrove dan hama yang merusak, mulai dari

pembibitan hingga mencapai anakan, perlu dilakukan agar pertumbuhannya dapat

berlangsung dengan baik. Sampai dengan usia pembibitan satu tahun, batang

mangrove sangat disukai oleh serangga atau ketam/kepiting. Menurut

pengalaman, 60-70% mangrove akan mati sebelum berusia 1 tahun karena

digerogoti serangga atau ketam/kepiting. Untuk mengatasi hama, bisa dilakukan

dengan beberapa cara. Buah Rhizophora spp, yang akan digunakan sebagai bibit,

dipilih yang telah cukup matang. Tanda-tanda kematangan buah ditunjukkan oleh

keluarnya buah dari tangkai. Buah kemudian disimpan di tempat yang teduh,

ditutup dengan karung goni setengah basah selama 5-7 hari. Penyimpanan selama

itu dimaksudkan untuk menghilangkan bau/aroma buah segar yang dimiliki buah

yang sangat disenangi oleh serangga, gastropoda dan kepiting. Setelah itu,

mangrove siap untuk disemai pada polibek (Kitamura, 1997).

Pengukuran pertumbuhan bibit dilakukan dengan mengukur pertambahan

tinggi atau panjang plumula, jumlah daun yang mekar, jumlah pasangan daun dan

jumlah cabang. Pengukuran ini diadakan untuk mengetahui dan meneliti seberapa

besar kelulushidupan bibit-bibit mangrove yang telah ditanam. Pada bulan

pertama belum dilakukan pengukuran pertumbuhan terhadap bibit-bibit mangrove

yang hidup. Pengukuran pertumbuhan baru akan dimulai setelah bibit berumur

tiga bulan (untuk mengetahui tingkat pertumbuhan bibit mangrove). Bagian

tanaman mangrove yang tumbuh dan berkembang bernama plumula atau pucuk

(25)

pertumbuhan walaupun ada daun bibit mangrovenya telah layu dan kering

(Bengen dan Adrianto, 2001).

Manfaat Hutan Mangrove

Mangrove memiliki berbagai macam manfaat bagi kehidupan manusia dan

lingkunga sekitarnya. Bagi masyarakat pesisir, pemanfaatan mangrove untuk

berbagai tujuan telah dilakukan sejak lama. Akhir-akhir ini, peranan mangrove

bagi lingkungan sekitarnya dirasakan sangat besar setelah berbagai dampak

merugikan dirasakan diberbagai tempat akibat hilangnya mangrove

(Noor dkk., 1999).

Karakteristik Hutan Mangrove

Tanah

Jenis tanah pada hutan mangrove umumnya alluvial biru smpai coklat

keabua-abuan. Tanah ini berupa tanah lumpur kaku dengan persentase liat tinggi

yang tinggi, bervariasi dari tanah liat biru, dengan sedikit atau tanpa bahan

organik, sampai tanah lumpur coklat hitam yang mudah lepas karena banyak

mengandung pasir dan bahan organic (Widhiastuti, 1996).

Kandungan kimia tanah hutan mangrove umumnya kaya akan bahan

organik, dan mempunyai nilai nitrogen yang tinggi. Secara umum tanah hutan

mangrove termasuk tanah alluvial hydomorf. Tanah ini tarafnya muda dan

tergolong dalam tanah-tanah regosol atau entisol

(26)

Salinitas

Bagi kebanyakan pohon-pohon mangrove dan fauna penggali liang dalam

tanah, salinitas air pasang mungkin kurang penting dibandingkan dengan salinitas

air tanah. Salinitas air tanah umumnya lebih rendah dibandingka dengan air

pasang diatasnya, hal ini disebabkan karena terjadinya pengenceran oleh air tawar

(hujan) yang merembes ke dalam tanah. Bagi akar-akar pohon dan fauna penggali

lubang, faktor terpenting bukan hanya kadar NaCl tetapi tekanan osmotic

(Widhiastuti, 1996).

Menurut De Haan dalam Samingan (1995) salinitas bervariasi dari hari ke

hari dan dari musim ke musim. Selama siang hari salinitas lebih tinggi

dibandingkan pada musim hujan. Demikian pula pada musim pasang, salinitas

akan turun dan cenderung untuk naik bila surut kembali.

Kelebihan Hutan Mangrove

Hutan mangrove memiliki kelebihan, antara lain:

• Hidup disepanjang pantai atau muara sungai yang dipengaruhi oleh pasang

surut air laut.

• Memilik perakaran yang mampu meredam gerak pasang surut air laut dan

mampu terendam dalam air yang kadar garamnya tinggi.

(27)

Faktor-faktor lingkungan yang Mempengaruhi Pertumbuhan Mangrove

Salinitas

Kondisi salinitas sngat mempengaruhi komposisi mangrove. Berbagai

jenis mangrove mengatasi kadar salinitas dengan cara yang berbeda-beda.

Beberapa diantaranya secara selektif mampu menghindari penyerapan garam dari

media tumbuhnya, sementara beberapa jenis yang lainnya mampu mengeluarkan

garam dari kelenjar khusus pada daunnya (Noor, 1999).

Tanah

Sebagian besar jenis-jenis mangrove tumbuh dengan baik pada tanah

berlumpur, terutama di daerah endapan lumpur terakumulasi. Di Indonesia

substrat berlumpur ini sangat baik untuk tegakan Rhizophora mucronata dan

Avicennia marina (Kint, 1934).

Jenis tanah yang mendominasi kawasan mangrove biasanya adalah fraksi

lempeng berdebu, akibat rapatnya bentuk perakaran-perakaran yang ada. Fraksi

lempung berpasir hanya terdapat dibagian depan (arah pantai). Nilai pH tanah

dikawasan mangrove berbeda-beda, tergantung pada tingkat kerapatan vegetasi

yang tumbuh dikawasan tersebut. Jika kerapatan rendah, tanah akan mempunyai

nilai pH yang tinggi. Nilai pH tidak banyak berbeda, yaitu antara 4,6-6,5 dibawah

tegakan jenis Rhizophora spp ( Arief, 2003).

Hutan mangrove tanahnya selalu basah, mengandung garam, mempunyai

sedikit oksigen dan kaya akan bahan organik. Bahan organik yang terdapat di

dalam tanah, terutama berasal dari sisa tumbuhan yang diproduksi oleh mangrove

(28)

bakteri, jamur dan lainnya. Selain itu juga terjadi sedimen halus dan partikel

kasar, seperti potongan batu dank oral, pecahan kulit kerang dan siput. Biasanya

tanah mangrove kurang membentuk lumpur berlempung dan warnanya bervariasi

dari abu-abu muda sampai hitam (Soeroyo, 1993).

Cahaya

Cahaya adalah salah satu faktor yang penting dalam proses fotosintesis

dalam melakukan pertumbuhan tumbuhan hijau. Cahaya mempengaruhi respirasi,

transpirasi, fisiologi dan juga sruktur fisik tumbuhan. Intensitas cahaya, di dalam

kualitas dan juga lama penyinaran juga merupakan satu faktor penting untuk

tumbuhan. Umumnya tumbuhan di ekosistem mangrove juga membutuhkan

intensitas tinggi (Mac Nae, 1968).

Suhu

Pada Rhizophora spp., Ceriops spp., Exocoecaria spp. dan Lumnitzera

spp., laju tertinggi produksi daun baru adalah pada suhu 26-28 ºC, untuk

Bruguiera spp adalah 27ºC dan Avicennia marina memproduksi daun baru pada

suhu 18-20 ºC (Hutchings dan Saenger, 1987).

Pasang Surut

Pasang surut menetukan zonasi komunitas flora dan fauna mangrove.

Durasi pasang surut berpengaruh besar terhadap perubahan salinitas pada areal

(29)

salah satu faktor yang membatasi distribusi jenis mangrove. Pada areal yang

selalu tergenang hanya Rhizophora mucronata yang tumbuh baik, sedangkan

Bruguiera spp dan Xylocarpus spp jarang mendominasi daerah yang sering

tergenang. Pasang surut juga berpengaruh terhadap perpindahan massa antara air

tawar dengan air laut, dan oleh karenanya mempengaruhi organisme mangrove

(30)

METODE PENELITIAN

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di lokasi pembibitan Mangrove yang bertempat di

Desa Sicanang Belawan dan Laboratorium Teknologi Hasil Hutan Departemen

Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara. Penelitian ini

dilakukan pada bulan Februari - Mei 2010.

Bahan dan Alat

Bahan

Bahan yang digunakan dalam penelitian adalah propagul bakau

(Rhizophora mucronata) dengan 5 jenis ukuran yaitu (40-45 cm), (45-50 cm),

(50-55 cm), (55-60 cm) dan ≥60 cm yang berasal dari Desa S icanang Belawan,

tanah aluvial (tanah lumpur) yang juga berasal dari Desa Sicanang Belawan, serta

polibag yang berfungsi sebagai tempat media tumbuh tanaman.

Alat

Alat yang digunakan adalah cangkul untuk mengambil tanah aluvial,

penggaris untuk mengukur tinggi tanaman, alat tulis untuk mencatat hasil yang

didapat, kamera digital untuk mendokumentasikan kegiatan penelitian, timbangan

untuk menimbang bobot kering dan bobot basah, oven untuk mengeringkan

(31)

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 5

perlakuan dengan masing-masing 20 ulangan, yaitu :

a. A propagul dengan ukuran 40 cm-45 cm

b. B propagul dengan ukuran 45 cm-50 cm

c. C propagul dengan ukuran 50 cm-55 cm

d. D propagul dengan ukuran 55 cm-60 cm

e. E propagul dengan ukuran ≥60 cm

Dilakukan sebanyak 20 kali ulangan sehingga diperoleh 100 propagul Rhizophora

mucronata.

Model linier rancangan acak lengkap yang digunakan dalam penelitian ini

adalah:

Yij = µ + τi + Єij

Keterangan:

Yij = Nilai pengamatan pada ulangan ke-j yang mendapat perlakuan ke-i

µ = Nilai tengah

τi = Pengaruh perlakuan ke-i

(32)

Pelaksanaan Penelitian

Persiapan Lahan

Lahan di lokasi Pembibitan Mangrove Desa Sicanang, Belawan yang akan

digunakan untuk tempat penelitian dibersihkan dari gulma dan sisa sisa tanaman

atau kotoran yang dapat mengganggu pertumbuhan tanaman.

Penyediaan Tanah Aluvial

Tanah aluvial yang akan digunakan pada penelitian merupakan tanah asli

dari habitat tempat tumbuh tumbuhan mangrove itu sendiri yaitu tanah lumpur

desa Sicanang, Belawan sehingga tumbuhan mangrove dapat tumbuh.

Penyediaan Bibit

Propagul Rhizophora mucronata yang digunakan pada penelitian berasal

dari lokasi Pembibitan mangrove Desa Sicanang, Belawan dengan kriteria bibit

adalah propagul R. mucronata yang telah matang secara fisiologi dengan panjang

propagul ± 60 cm dengan warna propagul hijau kekuning- kuningan.

Penanaman Bibit

Propagul R. mucronata yang telah disediakan ditanam ke dalam polibag

yang telah berisi media tumbuh yang telah disesuaikan dengan perlakuan masing

– masing dengan kedalaman tanam 10 cm. Kemudian bibit dipindahkan ke plot

(33)

Pengamatan Parameter

Pengamatan dilakukan 3 minggu setelah tanam (3 MST) dan parameter

yang diamati antara lain :

Pertambahan tinggi bibit Rhizophora mucronata (cm)

Pengukuran tinggi semai dimulai dari titik tumbuh sampai ujung propagul

Rhizophorz mucronata dengan menggunakan meteran.

Pertambahan Diameter Rhizophora mucronata (cm)

Pengukuran diameter batang dilakukan pada titik tumbuh semai

Rhizophora mucronata dengan menggunakan jangka sorong.

Luas Daun Rhizophora mucronata (cm2)

Pengukuran luas daun dilakukan pada akhir pengamatan data. Perhitungan

luas daun dengan menggunakan program software computer. Perhitungan daun

dengan menggunakan program autocad 2006.

Bobot Basah Rhizophora mucronata (g)

Perhitungan bobot basah dilakukan setelah selesai pengamatan yaitu

berkisar 12 MST dengan cara mencabut seluruh bagian tanaman dan

membersihkannya dari tanah yang melekat pada akar tanaman. Kemudian

tanaman langsung ditimbang menggunakan timbangan.

Bobot Kering Rhizophora mucronata (g)

Perhitungan bobot kering dilakukan pada akhir pengamatan yaitu 12 MST

dengan cara menghitung berat tanaman secara keseluruhan. Setelah ditimbang

dimasukkan ke dalam oven selam kurang lebih 48 jam dengan suhu 70° C.

Kemudian dihitung dengan menggunakan rumus :

(34)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Tinggi bibit Rhizophora mucronata (cm)

Hasil analisis siddik ragam terlihat bahwa perlakuan dengan ukuran yang

berbeda (Lampiran 2), memberikan pengaruh nyata terhadap pertambahan tinggi

bibit Rhizophora mucronata. Berikut rata-rata tinggi bibit Rhizophora mucronata

disajikan pada tabel 1.

Tabel 1. Rata-rata tinggi bibit Rhizophora mucronata (cm).

Perlakuan Rata-rata Tinggi bibit Rhizophora mucronata (cm)

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama a kolom dan baris yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata menurut Uji Duncan Multiple Range Test (DMRT) pada taraf 5%.

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa perlakuan E (≥60 cm)

menghasilkan rataan tinggi yang tertinggi (3.41 cm), sedangkan rataan tinggi yang

terendah pada perlakuan A (40-44 cm) yaitu (2.186 cm). Hasil uji jarak berganda

Duncan pada taraf nyata 5 % yang telah dilakukan menunjukkan bahwa

perlakuan E(≥60 cm) berbeda nyata dengan perlakuan A(40-44 cm), perlakuan

(35)

Histogram tinggi rata-rata bibit Rhizophora mucronata Lamk dapat dilihat

Gambar 2. Tinggi bibit Rhizophora mucronata Lamk dengan berbagai jenis ukuran

Gambar 2 menunjukkan bahwa pertumbuhan berbagai jenis ukuran

propagul Rhizophora mucronata Lamk yang paling baik terhadap tinggi terdapat

pada perlakuan E (≥60 cm) yang memiliki rerata paling tinggi yaitu 3.41 cm,

sedangkan rataan tinggi yang terendah terdapat pada perlakuan A (40-44 cm)

yaitu 2.186 cm. Dari gambar ini dapat dilihat bahwa pertumbuhan berbagai jenis

ukuran propagul Rhizophora mucronata Lamk terhadap tinggi adalah pada

perlakuan E (≥60 cm), karena memiliki rataan yang paling tinggi dibandingkan

dengan yang lain.

Diameter bibit Rhizophora mucronata (cm)

Hasil analisis siddik ragam terlihat bahwa perlakuan dengan ukuran yang

berbeda (Lampiran 3), memberikan pengaruh nyata terhadap pertambahan

diameter bibit Rhizophora mucronata. Berikut rata-rata diameter bibit Rhizophora

(36)

Tabel 2. Rata-rata diameter bibit Rhizophora mucronata (cm).

Perlakuan Rata-rata diameter bibit Rhizophora mucronata (cm)

Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom dan baris yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata menurut Uji Duncan Multiple Range Test (DMRT) pada taraf 5%.

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa perlakuan E (≥60 cm)

menghasilkan rataan diameter yang tertinggi (5.1235 cm), sedangkan rataan

diameter terendah pada perlakuan A (40-44 cm) yaitu (3.6685 cm). Hasil uji jarak

berganda Duncan pada taraf nyata 5 %, menunjukkan bahwa semua perlakuan

berbeda nyata yaitu A berbeda nyata dengan perlakuan B (45-49 cm), perlakuan C

C(50-54 cm), perlakuan D(55-59 cm). dan perlakuan E (≥60 cm).

Histogram diameter rata-rata bibit Rhizophora mucronata Lamk dapat

(37)

Gambar 3 menunjukkan bahwa pertumbuhan berbagai jenis ukuran

propagul Rhizophora mucronata Lamk yang paling baik terhadap diameter

terdapat pada perlakuan E (≥60 cm) yang memiliki rerata paling tinggi

yaitu 5.1235 cm, sedangkan rataan diameter yang terendah terdapat pada

perlakuan A (40-44 cm) yaitu 3.6685cm. Dari gambar ini dapat dilihat bahwa

pertumbuhan berbagai jenis ukuran propagul Rhizophora mucronata Lamk

terhadap diameter adalah pada perlakuan E (≥60 cm), karena memiliki rerata yang

paling tinggi dibandingkan dengan yang lain.

Luas daun total bibit Rhizophora mucronata (cm2)

Hasil analisis siddik ragam terlihat bahwa perlakuan dengan ukuran yang

berbeda, tidak memberikan pengaruh nyata terhadap luas daun total bibit

Rhizophora mucronata. Berikut rata-rata luas daun bibit Rhizophora mucronata

disajikan pada tabel 3.

Tabel 3. Rata-rata luas daun bibit Rhizophora mucronata (cm2).

Perlakuan Rata-rata luas daun bibit Rhizophora mucronata (cm2)

Dari Tabel 3 dapat dilihat bahwa pertumbuhan berbagai jenis ukuran

propagul Rhizophora mucronata tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap

(38)

yaitu 12.05596 cm2 dan rataan terendah terdapat pada perlakuan A (40-44 cm)

yaitu 8.88934 cm2.

Histogram luas daun rata-rata bibit Rhizophora mucronata Lamk dapat

dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4. Luas daun total bibit Rhizophora mucronata Lamk dengan berbagai jenis ukuran

Gambar 4 menunjukkan bahwa pertumbuhan berbagai jenis ukuran

propagul Rhizophora mucronata Lamk yang paling baik terhadap luas daun

terdapat pada perlakuan E (≥60 cm) yang memiliki rataan paling tinggi yaitu

12.05596 cm2, sedangkan rataan tinggi yang terendah terdapat pada perlakuan A

(40-44 cm) yaitu 8.88934 cm2.

Berat basah akar bibit Rhizophora mucronata (g)

Hasil analisis siddik ragam terlihat bahwa perlakuan dengan ukuran yang

berbeda (Lampiran 3), memberikan pengaruh nyata terhadap luas daun total bibit

(39)

Tabel 3. Rata-rata berat basah bibit Rhizophora mucronata (g).

Perlakuan Rata-rata berat basah bibit

Rhizophora mucronata (g)

Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom dan baris yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata menurut Uji Duncan Multiple Range Test (DMRT) pada taraf 5%.

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa perlakuan E (≥60 cm)

menghasilkan berat basah akar yang tertinggi (8.295 g), sedangkan rataan bobot

basah terendah pada perlakuan A (40-44 cm) (3.01 g). Hasil uji jarak berganda

Duncan pada taraf nyata 5 %, menunjukkan perlakuan D(55-59 cm) berbeda nyata

dengan perlakuan E (≥60 cm), tetapi tidak berbeda nyata dengan perlakuan

C(50-54 cm), perlakuan B (45-49 cm), dan perlakuan A (40-44 cm)

Histogram bobot basah rata-rata bibit Rhizophora mucronata Lamk dapat

dilihat pada Gambar 5.

(40)

Gambar 5 menunjukkan bahwa pertumbuhan berbagai jenis ukuran

propagul Rhizophora mucronata Lamk yang paling baik terhadap bobot basah

terdapat pada perlakuan E (≥60 cm) yang memiliki rerata paling tinggi yaitu

8.295 g, sedangkan rataan tinggi yang terendah terdapat pada perlakuan

A (40-44 cm) yaitu 3.01 g.

Berat kering akar bibit Rhizophora mucronata (g)

Hasil analisis siddik ragam terlihat bahwa perlakuan dengan ukuran yang

berbeda (Lampiran 3), memberikan pengaruh nyata terhadap luas daun total bibit

Rhizophora mucronata. Berikut rata-rata berat kering bibit Rhizophora mucronata

disajikan pada tabel 3.

Tabel 3. Rata-rata berat kering bibit Rhizophora mucronata (g).

Perlakuan Rata-rata berat kering bibit

Rhizophora mucronata (g)

Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom dan baris yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata menurut Uji Duncan Multiple Range Test (DMRT) pada taraf 5%.

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa perlakuan E (≥60 cm)

menghasilkan rataan luas daun yang tertinggi (5.11 g), sedangkan rataan berat

(41)

perlakuan E (≥60 cm), tetapi tidak berbeda nyata dengan perlakuan

C (50-54 cm), perlaukan B (45-49 cm) dan perlakuan A (40-44 cm).

Histogram rata-rata bobot kering bibit Rhizophora mucronata Lamk dapat

dilihat pada Gambar 6.

Gambar 6. Bobot kering bibit Rhizophora mucronata Lamk dengan berbagai jenis ukuran

Gambar 6 menunjukkan bahwa pertumbuhan berbagai jenis ukuran

propagul Rhizophora mucronata Lamk yang paling baik terhadap bobot kering

terdapat pada perlakuan E yang memiliki rataan paling tinggi yaitu 5.11 g,

sedangkan rataan tinggi yang terendah terdapat pada perlakuan A yaitu 1.98 g.

Pembahasan

Berdasarkan analisis siddik ragam (Lampiran 2), dapat dilihat bahwa

pertumbuhan berbagai jenis ukuran propagul Rhizophora mucronata memberikan

pengaruh yang nyata pada pertambahan tinggi bibit Rhizophora mucronata. Dari

data yang diperoleh didapat rataan tertinggi terdapat pada ukuran ≥60 cm yaitu

(42)

Berdasarkan uji lanjut Duncan perlakuan E (≥60 cm ) berbeda nyata dengan

perlakuan B ( 45-50 cm ), perlakuan C ( 50-55 cm )dan perlakuan D ( 55-60 cm ),

tetapi tidak berbeda nyata dengan perlakuan A ( 40-45 cm ) pada taraf 5 %.

Untuk memperoleh hasil yang maksimal dari kegiatan pembibitan ini

adalah buah yang sudah matang secara fisiologis yang dicirikan dengan warna

hijau tua atau kecoklatan serta media yang digunakan dalam pembibitan ini adalah

sebaiknya berasal dari sediment dari tanggul bekas tambak atau sediment yang

sesuai dengan karakteristik pohon induknya. Sesuai dengan pernyataan dari

Tomlinson (1986), yang menyatakan bahwa keberhasilan pembibitan propagul

Rhizophora mucronata ini sangat dipengaruhi oleh faktor dari buah itu sendiri.

Buah yang digunakan dalam pembibitan ini adalah buah yang matang secara

fisiologis ditandai dengan warna buah hijau tua atau kecoklatan dengan

kotileduon berwarna kuning atau merah. Dan juga media tanam yang digunakan

untuk pembibitan adalah sedimen dari tanggul bekas tambak atau sedimen yang

sesuai dengan karakteristik pohon induknya. Media dibiarkan selama kurang lebih

24 jam agar tidak terlalu lembek. Media tanam yang sudah disediakan,

dimasukkan ke dalam kantong plastik hitam (polibag) berukuran lebar 12 cm dan

tinggi 20 cm, yang telah diberi lubang keci-kecil kurang lebih 10 buah.

Berdasarkan analisis siddik ragam dapat dilihat bahwa pertumbuhan

berbagai jenis ukuran propgul memberikan pengaruh yang nyata terhadap

pertambahan diameter. Diperoleh rataan tertinggi pada ukuran ≥60 cm yaitu

5.1235 cm dan rataan terendah pada ukuran 40-45 cm yaitu 3.6685 cm.

(43)

A ( 40-45 cm ), perlakuan B ( 45-50 cm ), perlakuan C ( 50-55 cm ) dan perlakuan

D ( 55-60 cm ).

Pembibitan yang baik dilakukan dengan cara buah disemaikan

masing-masing 1 buah dalam setiap polibag. Buah ditancapkan kurang lebih sepertiga dari

total panjangnya (± 7 cm). Tempat yang akan digunakan untuk persemaian bibit

dipilih lahan yang lapang dan datar. Lahan yang digunakan untuk pembibitan

harus terendam saat air pasang dengan frekuensi lebih kurang 20-40 kali/bulan,

sehingga tidak memerlukan penyiraman.

Berdasarkan analisis siddik ragam dapat dilihat bahwa pertumbuhan

berbagai jenis ukuran propgul tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap

luas daun semai Rhizophora mucronata. Diperoleh rata-rataluas daun tertinggi

pada perlakuan E ≥60 cm yaitu 12.05596 cm2 dan rata-rataluas daun terendah

pada perlakuan A(40-45 cm) yaitu 8.88934cm2.

Tingginya intensitas cahaya dapat menyebabkan proses transpirasi akan

meningkat. Hal ini mengakibatkan kadar air dalam tanaman menjadi berkurang

dan mempengaruhi kegiatan fotosintesis, karena proses tersebut memerlukan air

sebagai bahan utamanya. Sesuai dengan pernyataan dari Macnae (1968), yang

menyatakan bahwa cahaya adalah salah satu faktor yang penting dalam proses

fotosintesis dalam melakukan pertumbuhan tumbuhan hijau. Cahaya

mempengaruhi respirasi, transpirasi, fisiologi dan juga sruktur fisik tumbuhan.

Intensitas cahaya, di dalam kualitas dan juga lama penyinaran juga merupakan

satu faktor penting untuk tumbuhan. Dan juga faktor yang penting selain cahaya

(44)

Berdasarkan analisis siddik ragam dapat dilihat bahwa pertumbuhan

berbagai jenis ukuran propgul memberikan pengaruh yang nyata terhadap berat

basah akar bibit Rhizophora mucronata . Diperoleh rataan tertinggi pada ukuran

55-60 cm yaitu 8.475 g dan rataan terendah pada ukuran 40-45 cm yaitu 3.01g.

Berdasarkan uji Duncan perlakuan D ( 55-60 cm )berebeda nyata dengan

perlakuan E (≥60 cm ), tetapi tidak berbeda nyata dengan perlakuan A

( 40-45 cm ), perlakuan B ( 45-50 cm ) dan perlakuan C ( 50-55 cm ).

Keuntungan dilakukannya pembibitan propagul Rhizophora mucronata ini

adalah tingkat kelulushidupannya relatif tinggi bila dibandingkan dengan cara

penanaman langsung dilapangan. Sesuai dengan pernyataan dari Poedjiraharjoe

( 1996), yang menyatakan bahwa penanaman secara langsung dilapangan tingkat

kelulushidupannya rendah (sekitar 20-30 %). Hal ini karena pengaruh arus laut

pada saat pasang dan pengaruh predator. Sedangkan dengan cara persemaian dan

pembibitan, tingkat kelulushidupannya relatif tinggi (sekitar 60-80%).

Berdasarkan analisis siddik ragam dapat dilihat bahwa pertumbuhan

berbagai jenis ukuran propgul memberikan pengaruh yang nyata terhadap berat

kering akar bibit Rhizophora mucronata. Diperoleh rataan tertinggi pada ukuran

≥60 cm yaitu 5.11 g dan rataan terendah pada ukuran 40-45 cm yaitu 1.98 g.

Berdasarkan uji Duncan perlakuan D ( 55-60 cm ) berebeda nyata dengan

perlakuan E (≥60 cm ), tetapi tidak berbeda nyata dengan perlakuan A

( 40-45 cm ), perlakuan B ( 45-50 cm ) dan perlakuan C ( 50-55 cm ).

Rhizophora spp dapat tumbuh dengan baik pada substrat (tanah) yang

(45)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Pertumbuhan berbagai jenis ukuran propagul Rhizophora mucronata

Lamk yang paling baik adalah pada perlakuan E yang terlihat pada

pertambahan tinggi, diameter, bobot kering akar dan luas daun tertinggi

yakni secara berturut-turut 5.1319 cm, 5.1235 cm, 5.11 g dan 12.05596

cm2, sedagkan rataan yang paling rendah terdapat pada perlakuan A.

2. Dari hasil yang didapat bahwa pertumbuhan berbagai jenis ukuran

propagul Rhizophora mucronata Lamk yang paling baik terdapat pada

perlakuan E (≥60 cm), karena memiliki pertumbuhan yang paling baik.

Saran

Diharapkan dalam kegiata rehabilitasi hutan magrove yang terdegradasi

(46)

DAFTAR PUSTAKA

Ansori, S.1998. Studi sifat Fisik dan Pasang Surut Air Laut terhadap Penyebaran Jenis Rhizophora Hutan Mangrove Pantai Tampora Jatim. Fahutan. IPM. Malang.

Arief, A. 2003. Hutan Mangrove Fugsi dan Manfaatnya. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.

Bengen, D. G. dan Adrianto. 2001. Pengenalan dan Pengelolaan Ekosistem Mangrove. Pusat Kajian Pesisir dan Lautan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Departemen Kehutanan. 2002. Udang Dibalik Mangrove. Edisi VI. Pusat Standarisasi dan Lingkungan. Depatemen Kehutanan. Jakrta.

Hutching, P. And P. Saenger. 1987. Ecology of Mangrove. University of Queensland Press. Australia.

Kitamura, S. 1997. Handbook of Mangroves in Indonesia. Bali and Lombok. ISME and JICA. Bali.

Nontji, A. 1987. Laut Nusantara (Marine Nusantara). Djambatan. Jakarta, Indonesia.

Mac Nae, W. 1968. “A General Account of Fauna and Flora of Mangrove Swamps and Forest in The Indowest-Pasific Region.” Dalam: Adv. Mar. Biol.

Muin, A. 2001. Hutan Mangrove Sebagai Sains

IPB.com/users/grp.paper 00/makalah 4. htm) Tanggal 28 Januari 2010.

Monk, K. A. Y. Fretes dan G. R. Lilley. 2000. Ekologi Nusa Tenggara dan Maluku. Seri Ekologi Indonesia. Buku 5. Penerbit Prenhallindo. Jakarta.

Nyakben, J. W. 1992. Biologi Laut Suatu Pendekatan Ekologis (Eidman, M. Dkk, Penerjemah). PT Gramedia Pustaka Umum. Jakarta.

(47)

Rusila Noor, Y., M. Khazali, I. N. N. Suryadiputra. 1999. Panduan Pengenalan Mangrove di Indonesia. PKA/WI-IP. Bogor.

Saenger, P., E.J. Hegerl and J.D.S. Davie. 1983. Global Status of Mangrove

Ecosystem. IUCN Commission on Ecology Paper.

Samingan, T. 1995. Type-type Vegetasi (Pengantar Dendrologi). Proyek Peningkatan/pPengenbangan Perguruan Tinggi. IPB Bogor.

Soenardjo, N., Pramesti, R, dan Rudiana, E. 2003. Teknik Pembibitan Sistem Apung pada Bibit Bakau Besar (Rhizophora mucronata Lamk). Jurnal Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Lembaga Penelitian Universitas Diponegoro. Semarang.

Soerianegara, I. 1987. Masalah Penentuan Batas Lebar Jalur Hijau Hutan mangrove. Prosiding Seminar III Ekosistem Mangrove. Jakarta.

Soeroyo, 1993. Pertumbuhan Mangrove dan Permasalahannya. Buletin Ilmiah INSTIPER. Yogyakarta.

Taniguchi, K., S. Takashima, O. Suko. 1999. Manual Silvikultur Mangrove Untuk Bali dan Lombok. Departemen Kehutanan dan Perkebunan Republik Indonesia and Japan International Cooperation Agency. Bali.

Tomlinson, P. B. 1986. The Botany of Mangroves. Cambridge University Press, Cambridge. U. K.

Widhiastuti, R. 1996. Tinjaun Ekologi Hutan Mangrove. Program Studi Biologi Bahan Bacaan Kuliah Ekologi Hutan dan Ekologi Tumbuhan. Program Studi Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara.

(48)

1. Tabel Pengamatan Pertambahan Tinggi bibit Rhizophora mucronata Lamk (cm)

Perlakuan I II II IV V VI VII VIII IX X XI XII XIII XIV XV XVI XVII XVIII XIX XX Tota

A 3.44 1.74 1.96 6.6 5.16 11.5 8.8 7.88 3.08 3.52 7.1 7..52 2.14 1.86 1.8 1.78 11.32 4.2 4.26 5..9 90.

B 3..37 2.77 6.44 2.675 2..97 3..23 3.075 3.69 2.74 2.85 2.79 3.79 2.44 4.25 3.28 3.23 1.3 2.875 3.625 5.6125 63.772

C 3..2 1..9 1..39 1..375 1..34 1.45 1.4125 1..275 1.175 2..325 1.3625 1.4 1.225 2.02 1.3 1.3 1.2125 1.15 1.45 4.25 32.062

D 3..93 1.7125 1.7125 1.49 1..375 1..5125 1..39 1.4 1..39 1..38 1.45 1.4 1.6125 1..375 1.1625 1..25 1..3625 1..35 0..3 1.5625 28.605

E 7.05 3.64 4.425 5.175 5.825 4.1375 4..2571 4.025 4.45 7..55 5..275 8.143 5..5625 6..225 4..575 4.7125 4..975 3.4125 5..3625 3.86 98.500

Sumber Keragaman Derajat Bebas (DB) Jumlah Kuadrat (JK) Kuadrat Tengah (KT) Fhit Ftab

Perlakuan 4 247.3079 61.82698 22.4886 2.46

Galad 95 261.1796 2.749259

Total 99 508.4875

(49)

2. Table pengamatan diameter bibit Rhizophora mucronata Lamk (cm)

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III IV V VI VII VIII IX X XI XII XIII XIV XV XVI XVII XVIII XIX XX

A 3.02 2.91 2.92 3.54 3.8 4.3 4.08 4.36 5.88 2.05 4.68 4.34 4.16 2.65 2.55 2.24 4.35 4.6 4.3 2.64 73.37 3.6685

B 2.71 2.73 4.71 3.29 3.26 2.01 4.67 4.4 4.35 3.31 2.86 4.09 4.83 4.71 3.06 4.64 3.87 3.12 4.46 4.18 75.26 3.763

C 3.79 4.09 2.96 4.44 4.15 4.01 4.63 3.51 3.9 3.79 3.64 4.41 5.46 4.23 2.9 2.28 3.96 3.7 3.25 2.68 75.78 3.789

D 4.28 5.45 5.08 4.28 4.63 5.98 4.94 5.03 5.11 4.83 5.45 4.97 6.22 4.67 4.2 4.48 4.73 4.28 3.16 4.28 96.05 4.8025

E 5.36 4.52 5.44 5 5.02 4.57 5.22 5.68 5.61 4.77 5.37 5.24 5.48 5.72 5.17 5.98 5.12 3.34 4.78 5.08 102.47 5.1235

Sumber Keragaman Derajat Bebas (DB) Jumlah Kuadrat (JK) Kuadrat Tengah (KT) Fhit Ftab

Perlakuan 4 578.07308 144.51827 237.42452 2.46

Galad 95 57.825685 0.6086914

Total 99 635.89877

(50)

3. Luas Daun Total bibit Rhizophora mucronata Lamk (cm2)

PERLAKUAN

ULANGAN

TOTAL I II III IV V VI VII VIII IX X XI XII XIII XIV XV XVI XVII XVIII XIX XX

A 4.895 8.69 5.0913 8.473 7.51 7.9043 12.2 13.59 5.091 6.327 10.83 10.45 3.788 14.65 9.539 11.59 14.99 7.677 3.025 11.48 177.8

B 3.0249 4.895 6.3273 8.686 7.317 10.305 9.382 8.686 9.529 15.69 16.12 9.68 14.24 4.895 11.87 14.31 11.86 3.88 13.17 18.52 202.4

C 4.879 8.686 14.62 7.257 18.77 13.541 18.26 21.08 11.51 9.67 9.668 10.8 5.189 8.057 11.15 9.671 7.217 13.37 9.159 3.479 216

D 7.6416 17.66 3.876 12.5 8.764 13.02 18.33 9.212 10.59 11.14 11.57 9.559 6.098 16.12 16.12 14.32 9.046 13.37 10.45 12.51 231.9

E 13.842 17.25 9.1593 10.3 7.51 15.128 10.81 13.03 9.982 11.66 8.69 17.18 10.58 12.91 11.24 14.4 14.31 16.23 7.217 9.678 241.1

Sumber Keragaman Derajat Bebas (DB) Jumlah Kuadrat (JK) Kuadrat Tengah (KT) Fhit Ftab

Perlakuan 4 125.312 31.328 2.0326 2.46

Galad 95 1464.25 15.413

Total 99 1589.56

(51)

4. Berat basah bibit Rhizophora mucronata Lamk (g)

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III IV V VI VII VIII IX X XI XII XIII XIV XV XVI XVII XVIII XIX XX

A 1.6 1.1 3.2 2 6.8 2.4 5.3 3.8 1.3 3.5 3.5 6.1 2.3 1.9 6.4 2.1 1.3 1.6 1.1 2.9 60.2 3.01

B 2.3 1 12 4.1 1.5 1.2 3.6 3.5 4.1 4.2 1.7 5.2 5.7 8.2 1 4.2 3.7 5.5 3.1 9.3 85.1 4.255

C 6.3 4.4 9 9.2 12.3 10.7 10.4 11.7 7.8 6.8 2.5 4.6 5.5 5.2 2.6 8.4 2.2 7 1.7 1.2 129.5 6.475

D 8 10.8 8.5 4.4 8 12.1 11.3 22.2 5.4 11.8 8.2 6.7 10.9 10.6 7.1 9.8 6.2 3.7 1.8 2 169.5 8.475

E 14.3 1.7 9.1 6.9 15.2 5.4 4.5 6.2 6.9 10.4 19.4 14.1 9.5 6.4 5.5 9.2 6.9 6.3 3.8 4.2 165.9 8.295

Sumber Keragaman Derajat Bebas (DB) Jumlah Kuadrat (JK) Kuadrat Tengah (KT) Fhit Ftab

Perlakuan 4 471.0276 117.7569 9.283647 2.46

Galad 95 1205.012 12.68434

Total 99 1676.04

(52)

5. Tabel Berat Bersih bibit Rhizophora mucronata Lamk (g)

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III IV V VI VII VIII IX X XI XII XIII XIV XV XVI XVII XVIII XIX XX

A 1.2 0.6 2.2 1.5 5 1 3.8 2.5 0.8 2.3 2 4 1.4 0.9 5.3 1 0.6 1 0.7 1.8 39.6 1.98

B 1.1 0.6 6 2.6 1 0.8 2.4 2 2.1 2.1 1.1 3.6 3.9 5.6 0.6 2.9 2.7 4.4 2.1 6.2 53.8 2.69

C 3.1 2 6.4 5 6.1 6.1 6.7 7.1 4.5 4.2 1.3 3 2.9 3.5 1.6 4.4 1.1 4.2 0.8 0.6 74.6 3.73

D 4.9 7.5 5.4 2.5 4.2 7.2 6.9 10.9 2.9 7.4 5.4 4.2 7.9 7.4 3.6 4.4 3.9 2.5 1.1 1.2 101.4 5.07

E 8.7 1.1 5.6 4 9.5 3.5 2.3 4.1 4 6.9 10.3 9.6 5.3 4.6 3.8 5.6 4.5 3.7 2.5 2.6 102.2 5.11

Sumber Keragaman Derajat Bebas (DB) Jumlah Kuadrat (JK) Kuadrat Tengah (KT) Fhit Ftab

Perlakuan 4 161.318 40.3295 8.859486 2.46

Galad 95 432.452 4.552126

Gambar

Gambar 1. Kerangka pemikiran
Tabel 1. Rata-rata tinggi bibit Rhizophora mucronata (cm).
Gambar 2.  Tinggi bibit Rhizophora mucronata Lamk dengan berbagai jenis ukuran
Tabel 2. Rata-rata diameter  bibit Rhizophora mucronata (cm).
+6

Referensi

Dokumen terkait

Respon Pertumbuhan Semai Bakau (Rhizophora mucronata Lamk.) terhadap Tingkat Kedalaman dan Lama Penggenangan. Dibimbing oleh CECEP KUSMANA. mucronata) merupakan salah satu

mucronata yang disimpan dalam media sabut kelapa mempunyai daya berkecambah lebih tinggi dibandingkan dengan propagul yang. disimpan dalam media

Pertumbuhan Rhizophora mucronata pada periode pengamatan mengalami peningkat seiring dengan waktu pengamatan yaitu sebagai berikut: tingkat pertumbuhan daun rendah,

propagul Rhizophora apiculata yang baik pada berbagai intensitas naungan. Ada pengaruh pemberian intensitas naungan terhadap

Tahapan penelitian ini meliputi pengambilan sampel serasah daun Rhizophora mucronata dari Hutan Mangrove Wanatirta, isolasi fungi selulolitik dengan teknik pengisolasian tidak

jenis tumbuhan yang menyususun hutan mangrove yaitu Rhizophora spb. Hutan mangrove merupakan masyarakat hutan halofil yang

Tujuan penelitian adalah untuk mengukur laju dekomposisi serasah daun Rhizophora mucronata pada berbagai tingkat salinitas serta untuk menentukkan kandungan unsur karbon (C),

Tujuan penelitian ini adalah mengukur laju dekomposisi serasah daun Rhizophora mucronata pada berbagai tingkat salinitas, mengetahui kandungan unsur hara nitrogen