• Tidak ada hasil yang ditemukan

Karakteristik Bakso Dari Campuran Tepung Kedele Dan Tepung Tempe Dengan Daging Sapi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Karakteristik Bakso Dari Campuran Tepung Kedele Dan Tepung Tempe Dengan Daging Sapi"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

KARAKTERISTIK BAKSO DARI

CAMPURAN TEPUNG KEDELE DAN

TEPUNG TEMPE DENGAN DAGING SAPI

MIMI NURMINAH, STP, MSI

197303111998022001

JURUSAN ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN

FAKULTAS PERTANIAN

(2)

Abstrak

(3)

BAB I. PENDAHULUAN

Masalah utama dalam peningkatan ketahanan pangan adalah pertumbuhan

penduduk yang sangat pesat. Pada tahun 2035 diperkirakan penduduk Indonesia

akan bertambah menjadi dua kali lipat dari jumlah sekarang, menjadi kurang lebih

400 juta jiwa, sehingga Indonesia memerlukan tambahan persediaan bahan

pangan lebih dari dua kali lipat dari persediaan yang ada saat ini (Husodo, 2001).

Selain itu, krisis ekonomi yang melanda negeri ini sejak tahun 1997 yang lalu juga

telah menyebabkan meningkatnya jumlah penduduk miskin di Indonesia serta

menurunnya daya beli masyarakat terhadap kebutuhan pangan.

Di negara-negara berkembang seperti Indonesia, masalah yang umum

dihadapi adalah masalah kekurangan gizi. Kekurangan protein merupakan

permasalahan yang sangat serius yang harus segera ditanggulangi, karena dapat

mengakibatkan cacat fisik dan mental permanen pada anak-anak yang sedang

berada dalam masa pertumbuhan. Salah satu cara untuk mengatasi masalah

kekurangan protein adalah dengan memperbaiki cara pengolahan sumber-sumber

protein yang ada dan membuat makanan baru yang terbuat dari bahan pangan

yang mudah tersedia, murah dan bergizi tinggi serta dapat diterima oleh

masyarakat.

Dalam upaya penganekaragaman makanan di Indonesia maka produk olahan

tempe yang masih tradisional dimodernisasi sehingga cita rasa dan penampilannya

lebih enak dan bergengsi. Produk tempe yang dapat digunakan sebagai bahan

yaitu tepung tempe. Produk olahan lanjut dari tepung tempe adalah biskuit tempe,

bahan makanan campuran untuk anak balita, puding, selai, biskuit, makanan beku

sejenis es krim dan lain sebagainya. Bakso adalah campuran homogen daging,

tepung pati, dan bumbu yang telah mengalami proses ekstruksi dan pemasakan.

Cara pembuatan bakso tidak sulit, daging digiling halus lalu dicampur dengan

tepung dan bumbu di dalam alat pencampur khusus sehingga bahan tercampur

(4)

berbentuk bulat dan direbus sampai matang. Bakso yang bermutu bagus dapat

dibuat tanpa penambahan bahan kimia apapun (Departemen bidang

pendayagunaan dan pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, 2007).

Selain kaya protein, daging juga mengandung energi sebesar 250 kkal / 100

g. Jumlah energi dalam daging ditentukan oleh kandungan lemak intraseluler di

dalam serabut-serabut otot. Kadar lemak pada daging berkisar antara 5 – 40 %,

tergantung pada jenis dan spesies, makanan dan umur ternak. Daging juga

mengandung kolesterol, kadar kolesterol daging sekitar 500 mg/100 g, lebih

rendah daripada kolesterol otak (1800 – 2000 mg/100 mg) atau kolesterol kuning

telur (1500 mg/100 g) (Astawan, 2007).

Penelitian pendahuluan yang telah dilaksanakan adalah pengeringan tempe

dengan meneliti faktor suhu dan lama pengeringan terhadap tempe kering,

menunjukkan pengeringan dengan suhu 90˚C dan lama pengeringan 8 jam menghasilkan tempe kering yang terbaik, sehingga dapat dihasilkan tepung tempe

yang terbaik (Sihombing, 2007). Kemudian dilakukan juga penelitian penggunaan

campuran tepung tapioka dengan tepung sagu dan natrium nitrat dalam pembuatan

bakso sapi, yang hasilnya menunjukkan bahwa semakin besar campuran tepung

tapioka dengan tepung sagu (2 : 1) dalam pembuatan bakso daging sapi maka

kadar air, kadar lemak, kadar protein, kadar abu dan nilai organoleptik bakso

daging sapi semakin menurun (Maharaja, 2008). Sudarwati (2007) meneliti

pengaruh persentase campuran tepung tapioka dan tepung sagu (2:1) untuk

pembuatan bakso daging dengan penambahan kitosan maka nilai organoleptik

semakin meningkat, sedangkan kadar protein, lemak, air dan abu semakin

menurun, semakin tinggi persentase kitosan maka semakin meningkat kadar

protein, kadar abu, dan nilai organoleptik, sementara kadar lemak dan kadar air

semakin menurun. Penelitian pembuatan nugget yang telah dilakukan

menunjukkan bahwa hasil nugget ikan cucut yang terbaik adalah perbandingan

bubuk kedelai dengan tapioka 10 % : 20 % dan konsentrasi sodium polifosfat 0,4

% (Manurung, 2005). Penelitian nugget yang berikutnya menunjukkan bahwa

mutu nugget yang disukai adalah perbandingan daging ayam dengan tempe (80% :

(5)

BAB II. METODE PENELITIAN

Kegiatan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah pemanfaatan tepung kedele

dan tepung tempe sebagai bahan substitusi daging sapi untuk pembuatan bakso

dengan tahapan sebagai berikut :

Penelitian ini menggunakan metoda Rancangan Acak Lengkap (RAL)yang terdiri

dari 2 faktor, yaitu:

Faktor I : Tepung protein:

K1 : Tepung kedele impor

K2 : Tepung kedele lokal

K3 : Tepung tempe impor

K4 : Tepung tempe lokal

K5 : Tepung tepung kedele impor dan tepung tempe impor

K6 : Tepung tepung kedele lokal dan tepung tempe lokal

Faktor II : Persentase daging sapi yang ditambahkan:

S1 : 0 %

S2 : 25 %

S3 : 50 %

S4 : 75 %

Sebagai bahan perbandingan terhadap bahan pangan yang dihasilkan, perlu

dibuat bahan pangan serupa dengan bahan dasar 100% daging sapi, tanpa

penambahan tepung protein.

(6)

BAB III. HASIL DAN PEMBAHASAN

Kadar Lemak

Pengaruh Tepung Protein terhadap Kadar Lemak Bakso

Dari daftar analisis sidik ragam dapat dilihat bahwa tepung protein

memberikan pengaruh berbeda sangat nyata (P<0,01) terhadap kadar lemak bakso

yang dihasilkan. Hasil pengujian dengan LSR menunjukkan bahwa pengaruh

tepung protein terhadap kadar lemak tiap-tiap perlakuan dapat dilihat pada Tabel

1.

Dari Tabel 1 dapat dilihat bahwa perlakuan K1 berbeda sangat nyata dengan

K2, K3, K4, K5 dan K6. Perlakuan K2 berbeda tidak nyata dengan K3, berbeda

sangat nyata dengan K4, K5 dan K6. Perlakuan K3 berbeda sangat nyata dengan

K4, K5 dan K6. Perlakuan K4 berbeda tidak nyata dengan K5 dan berbeda sangat

nyata dengan K6. Perlakuan K5 berbeda sangat nyata dengan K6

Tabel 1. Uji LSR Efek Utama Pengaruh Tepung Protein terhadap Kadar Lemak Bakso (%)

.

Jarak LSR

Perlakuan Rataan Notasi

p 0,05 0,01 0,05 0,01

Keterangan: Notasi huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf 5% dan berbeda sangat nyata pada taraf 1%

Kadar lemak terendah terdapat pada perlakuan K6 dan tertinggi pada K1.

Secara umum tepung protein import untuk masing-masing jenis tepung terlihat

memiliki kadar lemak yang lebih tinggi dibandingkan dengan jenis tepung protein

(7)

Hal ini mungkin disebabkan karena kedele impor dan kedele lokal yang

merupakan bahan dasar dalam pembuatan tepung protein memiliki kandungan

lemak yang relatif tinggi (Departemen Kesehatan RI., 1996), sehingga kadar

lemak pada produk bakso akan lebih tinggi seiring dengan perbedaan jenis bahan

baku kedele.

Hubungan antara tepung protein terhadap kadar lemak dapat dilihat dari

Gambar 1.

Gambar 1. Hubungan antara Tepung Protein dengan Kadar Lemak Bakso

Pengaruh Persentase Daging Sapi terhadap Kadar Lemak Bakso

Dari daftar analisis sidik ragam dapat dilihat bahwa persentase daging sapi

memberikan pengaruh berbeda sangat nyata (P<0,01) terhadap kadar lemak bakso

yang dihasilkan.

Hasil pengujian dengan LSR menunjukkan bahwa pengaruh persentase

daging sapi terhadap kadar lemak bakso untuk tiap-tiap perlakuan dapat dilihat

(8)

Tabel 2. Uji LSR Efek Utama Pengaruh Persentase Daging Sapi terhadap Kadar Lemak Bakso (%)

Jarak LSR

Perlakuan Rataan Notasi

p 0,05 0,01 0,05 0,01

- - - S1 18,55 a A

2 0,314 0,425 S2 16,47 b B

3 0,329 0,443 S3 14,79 c C

4 0,340 0,455 S4 12,05 d D

Keterangan: Notasi huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf 5% dan berbeda sangat nyata pada taraf 1%

Dari Tabel 2 dapat dilihat bahwa perlakuan S1 berbeda sangat nyata

dengan S2, S3 dan S4. Perlakuan S2 memberikan pengaruh yang sangat nyata

dengan S3 dan S4. Perlakuan S3 berbeda sangat nyata dengan S4

Kadar lemak tertinggi terdapat pada perlakuan S .

1 (daging sapi 0 %)

sebesar 18,55 dan terendah pada S4

y = -8.4723S + 18.642

(daging sapi 75 %) sebesar 12,05. Semakin

tinggi persentase daging sapi maka kadar lemak akan semakin menurun. Hal ini

disebabkan karena daging memiliki kadar air yang lebih tinggi dan kadar lemak

yang lebih rendah dibandingkan dengan tepung protein. Hubungan antara

(9)

Gambar 2. Hubungan antara Persentase Daging Sapi dengan Kadar Lemak Bakso

Pengaruh Kombinasi Tepung Protein dengan Persentase Daging Sapi terhadap Kadar Lemak Bakso

Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa kombinasi tepung protein

dengan persentase daging sapi memberi pengaruh yang sangat nyata (P<0,05)

terhadap kadar lemak bakso. Hasil pengujian dengan LSR pengaruh kombinasi

tepung protein dengan persentase daging sapi terhadap kadar lemak bakso untuk

tiap-tiap perlakuan dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Uji LSR Efek Utama Pengaruh Kombinasi Tepung Protein dan Persentase Daging Sapi terhadap Kadar Lemak Bakso (%)

Jarak LSR

Perlakuan Rataan Notasi

p 0,05 0,01 0,05 0,01

(10)

Hubungan kombinasi antara tepung protein dengan persentase daging sapi

terhadap kadar lemak bakso dapat dilihat dari Gambar 3.

y6 = -9.248S + 17.043

Gambar 3. Pengaruh Kombinasi Tepung Protein dan Persentase Daging Sapi terhadap Kadar Lemak Bakso

Uji Organoleptik

1. Rasa

Pengaruh Tepung Protein terhadap Organoleptik Rasa Bakso

Dari daftar analisis sidik ragam dapat dilihat bahwa tepung protein

memberikan pengaruh berbeda tidak nyata (P>0,01) terhadap organoleptik rasa

bakso yang dihasilkan, sehingga pengujian secara LSR (Least Significant Range)

tidak dilanjutkan.

(11)

Dari daftar analisis sidik ragam dapat dilihat bahwa persentase daging sapi

memberikan pengaruh berbeda sangat nyata (P<0,01) terhadap organoleptik rasa

bakso yang dihasilkan.

Tabel 4. Uji LSR Efek Utama Pengaruh Persentase Daging Sapi terhadap Organoleptik Rasa Bakso (%)

Jarak LSR

Perlakuan Rataan Notasi

p 0,05 0,01 0,05 0,01

- - - S1 1,71 a A

2 0,296 0,402 S2 1,96 a AB

3 0,311 0,419 S3 2,26 b B

4 0,321 0,430 S4 2,98 c C

Keterangan: Notasi huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf 5% dan berbeda sangat nyata pada taraf 1%

Dari Tabel 4 dapat dilihat bahwa perlakuan S1 berbeda tidak nyata dengan

S2, berbeda sangat nyata dengan S3 dan S4. Perlakuan S2 memberikan pengaruh

yang nyata dengan S3 dan sangat nyata dengan S4. Perlakuan S3 berbeda sangat

nyata dengan S4. Organoleptik rasa tertinggi terdapat pada perlakuan S4 (daging

sapi 75%) sebesar 2,98 dan terendah pada S1 (daging sapi 0 %) sebesar 1,71.

Semakin tinggi persentase daging sapi maka organoleptik rasa akan semakin

meningkat. Hal ini disebabkan karena daging memiliki rasa yang lebih baik

dibandingkan dengan tepung protein. Hubungan antara persentase daging sapi

(12)

y = 1.64S + 1.61

Gambar 4. Hubungan antara Persentase Daging Sapi dengan Organoleptik Rasa Bakso

Pengaruh Kombinasi Tepung Protein dengan Persentase Daging Sapi terhadap Organoleptik Rasa Bakso

Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa kombinasi tepung protein

dengan persentase daging sapi memberi pengaruh yang berbeda tidak nyata

(P>0.05) terhadap organoleptik rasa bakso yang dihasilkan, sehingga pengujian

secara LSR (Least Significant Range) tidak dilanjutkan.

2. Aroma

Pengaruh Tepung Protein terhadap Organoleptik Aroma Bakso

Dari daftar analisis sidik ragam menunjukkan bahwa tepung protein

memberikan pengaruh berbeda sangat nyata (P<0,01) terhadap organoleptik

aroma bakso yang dihasilkan.

Hasil pengujian dengan LSR menunjukkan bahwa pengaruh tepung protein

terhadap organoleptik aroma tiap-tiap perlakuan dapat dilihat pada Tabel 5.

(13)

Jarak LSR

Perlakuan Rataan Notasi

p 0,05 0,01 0,05 0,01

Keterangan: Notasi huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf 5% dan berbeda sangat nyata pada taraf 1%

Dari Tabel 5 dapat dilihat bahwa perlakuan K1 berbeda nyata dengan K2,

berbeda sangat nyata dengan K3, K4, K5 dan K6. Perlakuan K2 berbeda sangat

nyata dengan K3, K4, berbeda tidak nyata dengan K5, berbeda nyata dengan K6.

PerlakuanK3 berbeda nyata dengan K4, berbeda sangat nyata dengan K5 dan K6.

Perlakuan K4 berbeda tidak nyata dengan K5 dan K6. Perlakuan K5 berbeda tidak

nyata dengan K6

Organoleptik aroma terendah terdapat pada perlakuan K .

3 dan tertinggi pada

K1

Hubungan antara tepung protein terhadap organoleptik aroma dapat dilihat

dari Gambar 5.

. Secara umum tepung protein import untuk masing-masing jenis tepung

terlihat memiliki organoleptik aroma yang lebih baik dibandingkan dengan jenis

tepung protein lokal. Hal ini mungkin disebabkan karena kedele impor dan kedele

lokal yang merupakan bahan dasar dalam pembuatan tepung protein memiliki

perbedaan varietas yang cukup beragam, sehingga organoleptik aroma pada

(14)

Gambar 5. Hubungan antara Tepung Protein dengan Organoleptik Aroma Bakso

Pengaruh Persentase Daging Sapi terhadap Organoleptik Aroma Bakso

Dari daftar analisis sidik ragam dapat dilihat bahwa persentase daging sapi

memberikan pengaruh berbeda sangat nyata (P<0,01) terhadap organoleptik

aroma bakso yang dihasilkan.

Hasil pengujian dengan LSR menunjukkan bahwa pengaruh persentase

daging sapi terhadap organoleptik aroma bakso untuk tiap-tiap perlakuan dapat

dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Uji LSR Efek Utama Pengaruh Persentase Daging Sapi terhadap Organoleptik aroma Bakso (%)

Jarak LSR

Perlakuan Rataan Notasi

p 0,05 0,01 0,05 0,01

- - - S1 2.04 a A

2 0,143 0,194 S2 2.21 b BC

3 0,150 0,202 S3 2.38 c C

4 0,155 0,207 S4 2.88 d D

(15)

Dari Tabel 6 dapat dilihat bahwa perlakuan S1 berbeda sangat nyata

dengan S2, S3 dan S4. Perlakuan S2 memberikan pengaruh yang nyata dengan S3

dan sangat nyata dengan S4. Perlakuan S3 berbeda sangat nyata dengan S4.

Semakin tinggi persentase daging sapi maka organoleptik aroma akan semakin

meningkat. Hal ini disebabkan karena daging memiliki aroma yang lebih baik

dibandingkan dengan tepung protein. Hubungan antara persentase daging sapi

terhadap organoleptik aroma bakso dapat dilihat dari Gambar 6.

y = 1.0667S + 1.975

Gambar 6. Hubungan antara Persentase Daging Sapi dengan Organoleptik aroma Bakso

Pengaruh Kombinasi Tepung Protein dengan Persentase Daging Sapi terhadap Organoleptik aroma Bakso

Hasil analisis sidik ragam pada menunjukkan bahwa kombinasi tepung

protein dengan persentase daging sapi memberi pengaruh yang berbeda tidak

nyata (P>0.05) terhadap organoleptik aroma bakso yang dihasilkan, sehingga

(16)

BAB IV. KESIMPULAN

1. Pengaruh tepung protein memberi pengaruh berbeda sangat nyata (p<0,01)

terhadap kadar lemak dan organoleptik aroma bakso .

2. Pengaruh persentase daging sapi memberi pengaruh berbeda sangat nyata

(p<0,01) terhadap kadar lemak, organoleptik rasa dan aroma bakso.

3. Pengaruh kombinasi tepung protein dengan persentase daging sapi

memberi pengaruh berbeda sangat nyata (p<0,05) terhadap kadar lemak.

4. Semakin tinggi persentase tepung protein yang digunakan maka semakin

(17)

DAFTAR PUSTAKA

Astawan, M., 2007. Mengapa Kita Perlu Makan Daging?

[12 maret 2007].

Departemen Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan

Teknologi, 2007. Baks

Departemen Kesehatan RI, 1996. Daftar komposisi Bahan Makanan. Bhratara Karya Aksara, Jakarta.

Husodo, S.Y., 2001. Kemandirian di Bidang Pangan Kebutuhan Negara Kita. Makalah Seminar Patpi, 9-10 Oktober 2001. Semarang.

Maharaja L. M., 2008. Penggunaan Tepung Tapioka dengan Tepung Sagu dan Penambahan Natrium Nitrat dalam Pembuatan Bakso Daging Sapi. Skripsi Departemen Teknologi Pertanian, Fakultas Pertanian USU Medan.

Manurung, R.A.I. 2005. Pengaruh Penambahan Bubuk Kedele dan Sodium Poliposfat terhadap Mutu Nugget Ikan Cucut (Sphyraena barracuda). Skripsi Departemen Teknologi Pertanian. Fakultas Pertanian USU Medan.

Ramadhan, R., 2008. Pengaruh Penambahan Tempe sebagai Substitusi Daging Ayam dan Natrium Poliposfat terhadap Mutu Nugget yang Dihasilkan. Skripsi Departemen Teknologi Pertanian. Fakultas Pertanian USU Medan.

Sihombing, R.J., 2007. Faktor Suhu dan Lama Pengeringan terhadap Mutu Tempe Kering. Skripsi Departemen Teknologi Pertanian. Fakultas Pertanian USU Medan.

Gambar

Gambar 1.
Tabel 2. Uji LSR Efek Utama Pengaruh Persentase Daging Sapi terhadap Kadar Lemak Bakso (%)
Tabel 3. Uji LSR  Efek Utama Pengaruh Kombinasi Tepung Protein dan Persentase Daging Sapi terhadap Kadar Lemak Bakso (%)
Gambar 3. Pengaruh Kombinasi Tepung Protein dan Persentase Daging Sapi terhadap Kadar Lemak Bakso
+4

Referensi

Dokumen terkait

Dalam konteks radikalisme Islam, adalah upaya orang atau sekelompok orang Islam tertentu yang ingin menerapkan ideologi (Syariat Islam) dengan cara cepat, keras, dan ekstrem

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah: (1) Bagaimana pengaruh audit manajemen terhadap kinerja manajerial pada

Hubungan Antara Karakteristik Ibu Hamil dengan Pemanfaatan kesehatan selama kehamilan di Puskesmas Motoling Kabupaten Minahasa selatan. Hubungan Pelayanan Kesehatan

Artinya gerak satu variabel akan diikuti variabel lainnya, dengan kata lain apabila variabel X (kemandirian belajar) memiliki skor tinggi maka akan di ikuti dengan

(1) Bidang Pelayanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1) huruf c mempunyai tugas menyusun kebijakan, mengkoordinasikan, membina dan melayani kebutuhan pelaksanaan

Ketua Pendaftar boleh memerlukan guru besar atau pengetua, melalui suatu notis secara bertulis, untuk mengemukakan sesalinan jadual mengenai semua

Kata penghubung walaupun dan tetapi tidak boleh dipakai dalam satu kalimat karena kalimat menjadi tidak efektif.. Oleh karena itu, kata pengehubung tetapi

Terlepas dari polemik para linguis di atas, dalam artikel ini perlu ditegaskan bahwa fukugoogo bahasa Jepang adalah kata gabungan atau gabungan kata bukan