• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Tingkat Pengetahuan Ibu Yang Mempunyai Anak Tentang Gizi Seimbang Anak Usia Kurang Dari 5 tahun Di Poliklinik Bahagian Anak Di RSUP Haji Adam Malik tahun 2010

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Gambaran Tingkat Pengetahuan Ibu Yang Mempunyai Anak Tentang Gizi Seimbang Anak Usia Kurang Dari 5 tahun Di Poliklinik Bahagian Anak Di RSUP Haji Adam Malik tahun 2010"

Copied!
82
0
0

Teks penuh

(1)

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU YANG MEMPUNYAI ANAK TENTANG GIZI SEIMBANG ANAK USIA KURANG DARI 5

TAHUN DI BAHAGIAN POLIKLINIK ANAK RSUP HAJI ADAM MALIK, MEDAN TAHUN 2010

Oleh:

MUNESWARAN A/L RAJARATNAM 070100467

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU YANG MEMPUNYAI ANAK TENTANG GIZI SEIMBANG ANAK USIA KURANG DARI 5

TAHUN DI BAHAGIAN POLIKLINIK ANAK RSUP HAJI ADAM MALIK, MEDAN TAHUN 2010

KARYA TULIS ILMIAH Oleh:

MUNESWARAN A/L RAJARATNAM 070100467

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Gambaran Tingkat Pengetahuan Ibu Yang Mempunyai Anak Tentang Gizi Seimbang Anak Usia Kurang Dari 5 tahun Di Poliklinik Bahagian Anak Di RSUP

Haji Adam Malik tahun 2010.

Nama: Muneswaran Rajaratnam

NIM: 070100467

Pembimbing, Dosen Penguji I

……….

………

(Prof. Harun Alrasyid SpPD SpGK) (dr. Juliandi Harahap, MA)

Dosen Penguji II

………

(dr. Yunita Sari Pane, Msi )

Medan, 20 Desember 2010

Universitas Sumatera Utara

Fakultas Kedokteran

Dekan

( Prof.dr. Gontar Alamsyah Siregar, SpPD-KGEH )

(4)

ABSTRAK

Latar Belakang : Masalah gizi ganda merupakan masalah yang dihadapi oleh para ahli gizi di dunia. Terdapat kecenderungan peningkatan kembali prevalensi gizi buruk dan gizi kurang pada setiap tahun. Kasus gizi buruk dapat dicegah apabila ibu-ibu memberikan perhatian yang sepenuhnya dalam penyediaan gizi seimbang untuk anaknya.

Tujuan : Untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan ibu yang mempunyai anak tentang gizi seimbang anak usia kurang dari 5 tahun di RSUP H. Adam Malik, Medan pada tahun 2010.

Metode : Penelitian ini bersifat deskriptif dengan menggunakan desain penelitian potong lintang (cross-sectional). Lokasi penelitian di RSUP Haji Adam Malik dengan jumlah responden sebanyak 68 ibu-ibu yang mempunyai anak yang datang ke Poliklinik Bahagian Anak di RSUP Haji Adam Malik. Sumber data primer diperoleh dengan menggunakan kuesioner yang sesuai.

Hasil : Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh tingkat pengetahuan ibu-ibu berada pada tahap baik iaitu, sebanyak 49 orang (72,1%) manakala ibu-ibu yang mempunyai tingkat pengetahuan sedang iaitu, sebanyak 19 orang (27.9 %).

Kesimpulan : Secara umum, tingkat pengetahuan ibu-ibu tentang gizi seimbang anak kurang dari 5 tahun berada pada tahap baik.

Saran : Dari hasil uji, maka diharapkan petugas kesehatan dan departemen terkait dapat memberikan informasi mengenai gizi seimbang anak kurang dari 5 tahun kepada ibu terutama bagi ibu dengan tingkat pendidikan sedang.

(5)

ABSTRACT

Background : Nutrition Problem is a problem encountered by dietitian in all

over the world. There is a tendency of the rising number of cases of the poor nutrition year by year. Malnutrition can be prevented every mothers give a specific attention on preparing balance diet foods for their kids.

Objective : This study aims to determine the knowledge level mothers who have

kids on balace diet food of kids below 5 years and the study was conducted in Haji Adam Malik General Hospital.

Method : This is a cross sectional descriptive study. The samples are 68 mothers

who have kids and came to policlinic of pediatric in Haji Adam Malik General Hospital. The primary data was obtained by using an appropriate questionnaire.

Result : Result shows that 49 mothers who have kids ( 72.1% ) have highest level

of knowledge on balance diet food of kids below 5 years, meanwhile 19 mothers who have kids ( 27.9 % ) have moderate level of knowledge on balance diet food of kids below 5 years.

Conclusion : In conclusion, most of mothers show good knowledge on balance

diet food for kids below 5 years.

Opinion : As listed above, health providers and related department are expected

to share information about balance diet food for kids below 5 years and further care for the poorly educated community

Keywords: balace diet food of kids, mothers who have kids, The Level of

(6)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan Rahmat dan Hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah dengan judul :

“GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU YANG MEMPUNYAI ANAK TENTANG GIZI SEIMBANG ANAK USIA KURANG DARI 5 TAHUN DI POLIKLINIK BAHAGIAN ANAK RSUP HAJI ADAM MALIK TAHUN 2010”

Proses penulisan Karya Tulis Ilmiah ini tidak terlepas dari dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Dalam kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat :

1. Prof. Harun Alrasyid, SpPD SpGK selaku Dosen Pembimbing semasa

laporan penelitian yang telah memberikan bimbingan dan arahannya. 2. Dr. Dina Keumala Sari MG, SpGK selaku Dosen Pembimbing semasa

proposal penelitian yang telah memberikan buah fikiran dan perbaikan penulisan selama ini.

3. Prof. Dr. Gontar A. Siregar selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, yang telah memberikan ijin untuk melakukan penelitian. 4. Dosen-dosen dari Departemen Ilmu Kesehatan Masyarakat dan

(7)

5. Ayah dan Ibu tercinta serta adik-adik, terima kasih untuk kasih dan doanya.

6. Rekan-rekan para mahasiswa Fakultas Kedokteran USU, stambuk 2007

dan semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu-persatu, atas dukungan moral dan materil yang diberikan dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini.

Untuk seluruh bantuan baik moral maupun materil yang diberikan kepada penulis selama ini, penulis mengucapkan terima kasih dan tanpa anda, laporan hasil penelitian ini tidak mungkin dapat disiapkan.

Penulis menyadari bahwa proposal penelitian ini masih sangat jauh dari kata sempurna. Sebagai manusia biasa, penulis tidak pernah luput dari kesalahan dan kekhilafan. Sebagai mahasiswa, penulis masih berada di tahap pembelajaran yang ingin tetap belajar memperbaiki kesalahan. Untuk itu, penulis mengharapkan masukan berupa kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan karya tulis ilmiah ini. Semoga karya tulis ilmiah ini dapat berguna bagi kita semua.

Medan, November 2010,

Penulis

Muneswaran Rajaratnam

(8)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN PERSETUJUAN ... i

ABSTRAK ... ii

ABSTRACT ... iii KATA PENGHANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... ix DAFTAR SINGKATAN ... xi DAFTAR LAMPIRAN ... xii BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 3

1.3. Tujuan Penelitian ... 3

1.4. Manfaat Penelitian ... 4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 5

2.1. Konsep Dasar Gizi Seimbang ... 5

2.2. Pengetahuan Gizi... 6 2.2.1. Tingkat Pengetahuan Gizi Ibu……….. 7

2.3. Pola Makanan ... 8

(9)

2.3.2. Kebutuhan Gizi Balita ... 11

2.3.3. Dampak yang Diakibatkan oleh Kekurangan Gizi... 13

2.3.4. Gizi Buruk pada Balita... 14

2.3.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pola Makanan ... 15

2.4 Status Gizi ... 16

2.4.1. Pengertian Status Gizi ... 16

2.4.2. Penilaian Status Gizi ... 17

2.4.3. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Status Gizi ... 22

2.5 Hubungan antara Pengetahuan Ibu terhadap Pola Makan Balita dengan Status Gizi Balita ... 23

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINIS OPERASIONAL ... 25

3.1. Kerangka Konsep Penelitian ... 25

3.2. Definisi Operasional ... 25

3.3. Pengetahuan Terhadap Gizi Seimbang ... 26

BAB 4 METODE PENELITIAN ... 27

4.1. Rancangan penelitian ... 27

4.2. Waktu dan Lokasi Penelitian ... 27

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian ... 27

4.4. Metode Pengumpulan Data ... 29

4.4. Metode Analisis Data ... 31

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 32

5.1. Hasil penelitian ... 32

5.1.1. Deskripsi lokasi penelitian ... 32

5.1.2. Karakteristik individu ... 33

5.1.3. Gambaran tingkat pengetahuan responden ... 37

(10)

5.1.5. Gambaran tingkat pengetahuan berdasarkan

Pekerjaan responden... 39

5.1.6. Gambaran tingkat pengetahuan berdasarkan Pendidikan terakhir responden... 40

5.1.7. Gambaran tingkat pengetahuan berdasarkan Jumlah anak responden... 41

5.2. Pembahasan ... 42

5.2.1. Gambaran tingkat pengetahuan berdasarkan Status Pekerjaan... 42

5.2.2. Gambaran tingkat pengetahuan berdasarkan Pendidikan terakhir ibu ... 43

5.2.3. Gambaran tingkat pengetahuan berdasarkan Jumlah anak ibu ... 43

5.2.4. Gambaran tahap pengetahuan ibu ... 44

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ... 46

6.1. Kesimpulan ...46

6.2. Saran ... 46

DAFTAR PUSTAKA ... 48

(11)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

Tabel 2.2. Pola Makanan Balita... 12

Tabel 2.3. Klasifikasi Status Gizi Menggunakan Persen Terhadap Median ... 19

Tabel 4.1. Penentuan Nilai dari Kuesioner Pengetahuan ... 30

(12)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

Gambar 2.1. Pyramid makanan ... 9

Gambar 5.1. Distribusi responden berdasarkan umur ... 33

Gambar 5.2. Distribusi responden berdasarkan pekerjaan ... 34

Gambar 5.3. Distribusi responden berdasarkan pendidikan

Terakhir ... 35

Gambar 5.4. Distribusi responden berdasarkan jumlah anak ... 36

Gambar 5.5. Distribusi gambaran tingkat pengetahuan

Responden ... 37

Gambar 5.6. Distribusi gambaran tingkat pengetahuan

Responden berdasarkan usia ... 38

Gambar 5.7. Distribusi gambaran tingkat pengetahuan

Responden berdasarkan pekerjaan ... 39

Gambar 5.8. Distribusi gambaran tingkat pengetahuan

Responden berdasarkan pendidikan terakhir ... 40

Gambar 5.9. Distribusi gambaran tingkat pengetahuan

(13)

DAFTAR SINGKATAN

SPSS : Statistical Package for Social Sciences

(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Judul

Lampiran 1 ( Riwayat hidup )

Lampiran 2 ( Kuesionar )

Lampiran 3 ( Hasil uji Validitas dan Reliabilitas )

Lampiran 4 ( Data Induk )

(15)

ABSTRAK

Latar Belakang : Masalah gizi ganda merupakan masalah yang dihadapi oleh para ahli gizi di dunia. Terdapat kecenderungan peningkatan kembali prevalensi gizi buruk dan gizi kurang pada setiap tahun. Kasus gizi buruk dapat dicegah apabila ibu-ibu memberikan perhatian yang sepenuhnya dalam penyediaan gizi seimbang untuk anaknya.

Tujuan : Untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan ibu yang mempunyai anak tentang gizi seimbang anak usia kurang dari 5 tahun di RSUP H. Adam Malik, Medan pada tahun 2010.

Metode : Penelitian ini bersifat deskriptif dengan menggunakan desain penelitian potong lintang (cross-sectional). Lokasi penelitian di RSUP Haji Adam Malik dengan jumlah responden sebanyak 68 ibu-ibu yang mempunyai anak yang datang ke Poliklinik Bahagian Anak di RSUP Haji Adam Malik. Sumber data primer diperoleh dengan menggunakan kuesioner yang sesuai.

Hasil : Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh tingkat pengetahuan ibu-ibu berada pada tahap baik iaitu, sebanyak 49 orang (72,1%) manakala ibu-ibu yang mempunyai tingkat pengetahuan sedang iaitu, sebanyak 19 orang (27.9 %).

Kesimpulan : Secara umum, tingkat pengetahuan ibu-ibu tentang gizi seimbang anak kurang dari 5 tahun berada pada tahap baik.

Saran : Dari hasil uji, maka diharapkan petugas kesehatan dan departemen terkait dapat memberikan informasi mengenai gizi seimbang anak kurang dari 5 tahun kepada ibu terutama bagi ibu dengan tingkat pendidikan sedang.

(16)

ABSTRACT

Background : Nutrition Problem is a problem encountered by dietitian in all

over the world. There is a tendency of the rising number of cases of the poor nutrition year by year. Malnutrition can be prevented every mothers give a specific attention on preparing balance diet foods for their kids.

Objective : This study aims to determine the knowledge level mothers who have

kids on balace diet food of kids below 5 years and the study was conducted in Haji Adam Malik General Hospital.

Method : This is a cross sectional descriptive study. The samples are 68 mothers

who have kids and came to policlinic of pediatric in Haji Adam Malik General Hospital. The primary data was obtained by using an appropriate questionnaire.

Result : Result shows that 49 mothers who have kids ( 72.1% ) have highest level

of knowledge on balance diet food of kids below 5 years, meanwhile 19 mothers who have kids ( 27.9 % ) have moderate level of knowledge on balance diet food of kids below 5 years.

Conclusion : In conclusion, most of mothers show good knowledge on balance

diet food for kids below 5 years.

Opinion : As listed above, health providers and related department are expected

to share information about balance diet food for kids below 5 years and further care for the poorly educated community

Keywords: balace diet food of kids, mothers who have kids, The Level of

(17)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Tujuan pembangunan nasional adalah terwujudnya masyarakat Indonesia yang sehat dan mandiri. Strategi pencapaian tujuan tersebut adalah melalui Indonesia sehat 2010 dengan fokus membentuk manusia berkualitas. Indikatornya adalah manusia yang mampu hidup lebih lama (terukur dengan umur harapan hidup), menikmati hidup sehat (terukur dengan angka kesakitan dan kurang gizi), mempunyai kesempatan meningkatkan ilmu pengetahuan (terukur dengan angka melek huruf dan tingkat pendidikan), dan hidup sejahtera (terukur dengan tingkat pendapatan per kapita yang cukup memadai atau bebas kemiskinan).

(Baliwati dkk, 2004).

Masalah gizi yang terjadi pada masa tertentu akan menimbulkan masalah pembangunan di masa yang akan datang. Bayi pada masa kini adalah pemimpin, ilmuwan, cendikiawan, serta pekerja dimasa yang akan datang. Mereka adalah generasi penerus nusa dan bangsa (Krisno B, 2001). Oleh karena itu, usaha-usaha peningkatan gizi terutama harus ditujukan pada bayi atau anak balita Menurut

Santoso dan Ranti (1999), di Indonesia saat ini anak kelompok di bawah lima tahun menunjukkan prevalensi paling tinggi untuk penyakit kurang kalori protein (KKP), defisiensi vitamin A, dan anemia defisiensi zat besi (Fe). Menurut Depkes 2004 yang dikutip oleh Hadi (2005), prevalensi balita gizi kurang (KEP) pada

tahun 2000 setelah Indonesia mengalami krisis multi dimensi, prevalensinya mengalami kenaikan yaitu 26,1% 27,3% dan 27,5% pada tahun 2001, 2002 dan 2003. Lebih dari 50% anak balita menderita defisiensi vitamin A subklinis (Hadi, 2005) dan satu diantara dua (48,1%) dari anak balita yang menderita defisiensi vitamin A juga menderita anemia kurang zat besi (SKRT 2001 dalam Hadi, 2005).

(18)

kualitas yang lebih tinggi. Hasil pertumbuhan setelah menjadi manusia dewasa, sangat tergantung dari kondisi gizi dan kesehatan sewaktu masa balita. Pertumbuhan otak yang menentukan tingkat kecerdasan setelah menjadi dewasa,

sangat ditentukan oleh pertumbuhan waktu balita. Kekurangan gizi pada fase pertumbuhan akan menghasilkan manusia dewasa dengan sifat-sifat berkualitas inferior. Jadi anak balita haruslah diberi jatah utama dalam distribusi makanan keluarga, bukan mendapat sisa-sisa konsumsi keluarga (Sedioetama, 2000). Gagal tumbuh yang terjadi akibat kurang gizi pada masa-masa emas ini akan berakibat buruk pada kehidupan berikutnya yang sulit diperbaiki (Hadi, 2005). Konsumsi makanan berpengaruh terhadap status gizi seseorang. Kondisi status gizi baik dapat dicapai bila tubuh memperoleh cukup zat-zat gizi yang akan digunakan secara efisien, sehingga memungkinkan terjadinya pertumbuhan fisik, perkembangan otak, kemampuan kerja untuk mencapai tingkat kesehatan optimal (Depkes RI, 2003).

Anak balita belum mampu mengurus dirinya sendiri dengan baik, terutama dalam hal makanan (Santoso dan Ranti, 1999). Pada umumnya anak-anak yang masih kecil (balita) mendapat makanannya secara dijatah oleh ibunya dan tidak memilih serta mengambil sendiri mana yang disukainya ( Sediaoetama, 2000). Untuk dapat menyusun menu yang adekuat, seseorang perlu memiliki

pengetahuan mengenai bahan makanan dan zat gizi, kebutuhan gizi seseorangserta pengetahuan hidangan dan pengolahannya. Umumnya menu disusun oleh ibu (Santoso dan Ranti, 1999).

Masalah gizi ganda merupakan masalah gizi dihadapi para ahli gizi di

dunia. Berdasarkan data survey kesehatan nasional ( Susenas ) sampai tahun 2005, prevalensi gizi buruk dan kurang pada balita telah berhasil diturunkan dari 35, 57% tahun 1992 menjadi 24,66% pada tahun 2000.Namun, terdapat kecendrungan peningkatan kembali prevalensi pada tahun-tahun berikutnya ( Susenas 2005 ) . Prevalensi gizi kurang dan gizi buruk di Indonesia masing-masing 27% dan 8,7% ( Susenas 2005 ).

(19)

kurang 18,8% . Jumlah kasus gizi buruk yang terdeteksi tahun 2007 di Medan berjumlah 479 orang bayi dan balita sedang gizi kurang berjumlah 3.286 orang. Kasus gizi buruk tertinggi di Medan terdapat di Medan Belawan yakni mencapai

55 orang dan kasus gizi kurang 174 orang bayi dan balita. Sementara kasus gizi buruk terendah terdapat di Medan Timur sebanyak 7 orang dan kasus gizi kurang berjumlah 16 bayi dan balita.

Berdasarkan tahun 2005 di Kabupaten Pekalongan menunjukkan masih banyak balita yang status gizinya berada dibawah garis standar yaitu sebanyak 1,04%. Dari hasil survei di Dinas Kesehatan Kabupaten Pekalongan diketahui bahwa dari 24 Puskesmas yang ada dilakukan pemantauan status gizi pada balita dengan sampel tertentu didapatkan 5 Puskesmas yang terdapat kasus gizi kurang dan gizi buruk dengan frekuensi antara 20,2 -41,3%.(Dinkes Kab. Pekalongan, 2005). Balita yang berada dibawah garis merah (BGM) di Puskesmas terentu pada tahun 2004 adalah 0,6%,mengalami peningkatan menjadi 1,09% pada 2005 (Dinkes Kab. Pekalongan, 2005).

Berdasarkan uraian pada latar belakang tersebut maka peneliti ingin mengetahui tingkat pengetahuan ibu terhadap gizi seimbang pada anak kurang dari 5 tahun.

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana gambaran tingkat pengetahuan ibu yang mempunyai anak tentang gizi seimbang anak usia kurang dari 5 tahun di RSUP H. Adam Malik, Medan.

1.3 Tujuan Penelitian

Mengetahui pengetahuan ibu yang mempunyai anak terhadap status gizi seimbang anak usia dari kurang dari 5 tahun di RSUP H. Adam Malik, Medan.

(20)

1.4.1 Bagi Masyarakat Terutama Kaum Ibu

Dapat mengetahui pentingnya pengetahuan tentang gizi seimbang anak sehingga diharapkan (dalam mengkonsumsi makanan) selalu memperhatikan

aspek gizi seimbang pada makanan yang diberikan kepada anak usia kurang dari 5 tahun.

1.4.2 Bagi Petugas Kesehatan dan Pemerintah

Sebagai bahan referensi bagi para petugas kesehatan dan pemerintah sehingga mereka dapat memberikan informasi, arahan kepada masyarakat khususnya ibu-ibu agar memperhatikan pola makan seimbang dan perkembangan status gizi seimbang anak kurang dari 5 tahun.

1.4.3 Bagi Peneliti

(21)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Gizi Seimbang

Gizi berasal dari bahasa arab “Al Gizzai” yang artinya makanan dan manfaat untuk kesehatan. Al Gizzai juga dapat diartikan sari makanan yang bermanfaat untuk untuk kesehatan. Ilmu Gizi adalah ilmu yang mempelajari cara memberikan makanan yang sebaik-baiknya agar tubuh selalu dalam kesehatan yang optimal ( Al-Quran s ).

Pemberian makanan yang sebaik-baiknya harus memperhatikan kemampuan tubuh seseorang untuk mencerna makanan, umur, jenis kelamin, jenis aktivitas, dan kondisi tertentu seperti sakit, hamil, menyusui.Untuk hidup dan meningkatkan kualitas hidup, setiap orang memerlukan 5 kelompok zat gizi (karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan mineral) dalam jumlah yang cukup, tidak berlebihan dan tidak juga kekurangan. Di samping itu, manusia memerlukan air dan serat untuk memperlancar berbagai proses faali dalam tubuh. Apabila kelompok zat gizi tersebut diuraiakan lebih rinci, maka terdapat lebih dari 45 jenis zat gizi. (Santoso dan Lies, 2004)

Secara alami, komposisi zat gizi setiap jenis makanan memiliki keunggulan dan kelembahan tertentu. Bebarapa makanan mengandung tinggi karbohidrat tetapi kurang vitamin dan mineral. Sedangkan bebarapa makanan lain kaya vitamin C tetapi kurang vitamin A. Apabila konsumsi makanan sehari-hari

kurang beranekaragam, maka akan timbul ketidakseimbangan antara masukan dan kebutuhan zat gizi yang diperlukan untuk hidup sehat dan produktif. Dengan mengkonsumsi makanan sehari-hari yang beranekaragam, kekurangan zat gizi pada jenis makanan yang satu akan dilengkapi oleh keunggulan susunan zat gizi jenis makanan lain sehingga diperoleh masukan zat gizi yang seimbang.

(Santoso dan Lies, 2004)

Jadi, untuk mencapai masukan zat gizi yang seimbang tidak mungkin

(22)

ragam bahan makanan. Keterangan di atas juga berada saling ketergantungan antar zat gizi. Misalnya penyerapan yang optimum dari masukan vitamin A memerlukan kehadiaran lemak sebagai pelarut dan menyangkut vitamin A ke

seluruh bagian tubuh.Selain itu, apabila cadangan mangan (Mn) di dalam tubuh kurang, maka vitamin A juga tidak dapat dimanfaatkan oleh tubuh secara optimal. Contoh lain, diperlukan vitamin C yang cukup dlam makanan untuk meningkatkan penyerapan zat besi (Fe). (Suhardjo 2003)

Pada masa lampau, susu seringkali mendapat pujian, karena bernilai gizi tinggi. Disisi lain makanan lain dinilai rendah karena kurang bergizi. Sesuai konsep keterkaitan antar zat gizi, sudah saatnya penilaian kualitas makanan yang didasarkan pada pengagungan terhadap kandungan zat gizi makanan-makanan tertentu mulai ditinggalkan. Kini saatnya memasyarakatkan adanya ketergantungan antar zat gizi atau antar bebagai jenis makanan. Setiap jenis makanan memiliki peranan masing-masing dalam menyeimbangkan masukan zat gizi sehari-hari. (Suhardjo 2003)

Peranan berbagai kelompok bahan makanan secara jelas tergambar dalam logi gizi seimbang yang berbentuk kerucut (Tumpeng). Dalam lgo tersebu bahan makanan dikelompokkan berdasarkan fungsi utama zat gizi yang dalam ilmu gizi dipopulerkan dengan istilah “Tri Guna Makanan”. (Deddy Muchtadi, 2002)

2.2 Pengetahuan Gizi

Menurut Depdikbud (1994), pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui; kepandaian. Gizi adalah zat makanan pokok yang diperlukan bagi

(23)

menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Tingkat ketiga iaitu, Aplikasi diartikan sebagi kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipejari pada

situasi atau kondisi sebenarnya. Tingkat keempat iaitu, Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Tingkat kelima iaitu, Sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada. Tingkat terakhir adalah, Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.

Menurut Suhardjo (1986), suatu hal yang meyakinkan tentang pentingnya pengetahuan gizi didasarkan pada tiga kenyataan :

1) Status gizi yang cukup adalah penting bagi kesehatan dan kesejahteraan. 2) Setiap orang hanya akan cukup gizi jika makanan yang dimakannya mampu

menyediakan zat gizi yang diperlukan untuk pertumbuhan tubuh yang optimal, pemeliharaan dan energi.

3) Ilmu gizi memberikan fakta-fakta yang perlu sehingga penduduk dapat belajar menggunakan pangan dengan baik bagi kesejahteraan gizi.

2.2.1 Tingkat Pengetahuan Gizi ibu

Suatu hal yang meyakinkan tentang pentingnya pengetahuan gizi didasarkan pada tiga kenyataan yaitu:

a. Status gizi cukup adalah penting bagi kesehatan dan kesejahteraan. b. Setiap orang hanya akan cukup gizi jika makanan yang dimakannya mampu menyediakan zat gizi yang diperlukan untuk pertumbuhan tubuh yang optimal.

(24)

2.3. Pola Makan

Lie Goan Hong dalam Santoso dan Ranti (1999 ) mengemukakan bahwa pola makan adalah berbagai informasi yang memberi gambaran mengenai macam

dan jumlah bahan makanan yang dimakan tiap hari oleh satu orang dan merupakan ciri khas untuk suatu kelompok masyarakat tertentu. Menurut Suhardjo (1986), pola makan adalah cara yang ditempuh seseorang atau sekelompok orang untuk memilih makanan dan mengkonsumsinya sebagai reaksi terhadap pengaruh fisiologi, psikologi, budaya dan sosial. Pola makan adalah informasi tentang macam-macam dan jumlah zat-zat gizi dalam bahan makanan yang dimakan tiap hari oleh seseorang.

2.3.1. Macam-Macam Zat Gizi

Pangan dan gizi sangat berkaitan erat karena gizi seseorang sangat tergantung pada kondisi pangan yang dikonsumsinya. Masalah pangan antara lain menyangkut ketersediaan pangan dan kerawanan konsumsi pangan yang dipengaruhi oleh kemiskinan, rendahnya pendidikan, dan adat/kepercayaan yang terkait dengan tabu makanan. Sementara, permasalahan gizi tidak hanya terbatas pada kondisi kekurangan gizi saja, melainkan tercakup pula kondisi kelebihan gizi (Baliwati 2004 ). Menurut Sunita Almatsier (2004 ), zat gizi adalah ikatan

(25)

Gambar 2.1 Pyramid makanan

Karbohidrat terdiri dari tepung terigu seperti : nasi; kentang; mie; ubi; singkong dll., gula seperti : gula pasir; gula merah dll. Dampak yang ditimbulkan apabila kekurangan karbohidrat sebagai sumber energi dan kekurangan protein adalah KEP (Kurang Energi Protein).

Terdapat dua kelompok karbohidrat, yaitu karbohidrat kompleks dan

karbohidrat sederhana. Makanan sumber karbohidrat kompleks adalah padi-padian (beras, jagung, gandum); umbi-umbian (singkong, ubi jalar, kentang); dan makanan lainnya seperti tepung, sagu, dan pisang. Sedangkan gula sebagai karbohidrat sederhana, tidak mengandung zat gizi lain. Konsumsi gula yang

berlebih dapat mengurangi peluang terpenuhinya zat gizi lain.

(26)

menyebabkan konsumsi energi yang berlebih dan disimpan dalam jaringan tubuh/lemak. Apabila hal ini berlangsung lama dapat mengakibatkan kegemukan. Berbagai penelitian menyatakan bahwa gula merupakan media yang baik

bagi pertumbuhan bakteri yang dapat merusak gigi. Rusaknya gigi oleh bakteri disebut keries. Makanan sumber karbohidrat kompleks merupakan sumber energi utama dlam hidangan di Indonesia, seperti nasi, jagung, ubi atau sagu. Tetapi makanan sumber karbohidrat kompleks ini kurang memberikan zat gizi lain yang diperlukan tubuh.

Oleh karena itu, makanan sumber karbohidrat ini harus dibatasi konsumsinya sekitar 50-60% dari kebutuhan energi. Dengan demikian, kekuarangan zat gizi yang lain dapat dipenuhi dari sumber zat pembangun dan pengatur. Apabila energi yang diperoleh dari makanan sumber karbohidrat kompleks melebihi 60%, maka kebutuhan protein, vitamin dan mineral sulit dipenuhi (Santoso dan Lies, 2004).

Protein diperoleh dari tumbuh-tumbuhan (protein nabati) dan dari hewan (protein hewani) berfungsi membangun sel-sel yang telah rusak, membentuk zat-zat pengatur seperti enzim dan hormon , membentuk zat-zat anti energi, dimana tiap gram protein menghasilkan sekitar 4,1 kalori. Perlu diperhatikan bahwa apabila tubuh menderita kekurangan protein, maka serangan penyakit busung lapar

(hongeroedeem) akan selalu terjadi. Protein banyak terdapat pada ikan, daging, telur, susu tahu, tempe dll ( Santoso dan Anne ,2004 ).

Lemak juga merupakan sumber tenaga. Berfungsi sebagai penghasil kalori terbesar dimana setiap gram lemak menghasilkan sekitar 9,3 kalori ,

pelarut vitamin tertentu seperti vitamin A, D, E, K , pelindung alat-alat tubuh serta pelindung tubuh dari temperatur rendah. Lemak dan minyak yang terdapat di dalam makanan berguna untuk meningkatkan jumlah energi, membantu penyerapan vitamin-vitamin A, D, E, dan K, serta menambah lezatnya hidangan (Santoso dan Lies,2004).

(27)

dan minyak secara berlebihan akan mengurangi konsumsi makanan lain. Akibatnya, kebutuhan zat gizi yang lain tidak terpenuhi. Dianjurkan, konsumsi lemak dan minyak dalam makanan sehari-hari tidak lebih dari 25% dari

kebutuhan energi.

Pada periode tertentu di Indonesia, kelompok anak balita menunjukkan prevalensi tinggi untuk defisiensi vitamin A. Vitamin A (Aseroftol) berfungsi : penting bagi pertumbuhan sel-sel epitel dan penting dalam proses oksidasi dalam tubuh serta sebagai pengatur kepekaan rangsang sinar pada saraf mata( Santoso dan Lies,2004).

Mineral merupakan zat gizi yang diperlukan tubuh dalam jumlah yang sangat sedikit. Contoh mineral adalah zat besi/Fe, zat fosfor (P), zat kapur (Ca), zat fluor (F), natrium (Na), chlor (Cl), dan kalium (K). Umumnya mineral terdapat cukup di dalam makanan sehari-hari. Mineral mempunyai fungsi sebagai pembentuk berbagai jaringan tubuh, tulang, hormon, dan enzim ; sebagai zat pengatur berbagai proses metabolisme, keseimbangan cairan tubuh, proses pembekuan darah. Zat besi atau Fe berfungsi sebagai komponen sitokrom yang penting dalam pernafasan dan sebagai komponen dalam hemoglobin yang penting dalam mengikat oksigen dalam sel darah merah (Santoso dan Anne Lies,2004).

2.3.2. Kebutuhan Gizi Balita

Gizi kurang banyak menimpa anak-anak balita sehingga golongan anak ini disebut golongan rawan gizi. Masa peralihan antara saat disapih dan mulai

(28)

Tabel 2.2. Pola Makanan Balita

Umur ( Bulan ) Bentuk Makanan

0 - 4 ASI Eksklusif 4 - 6 Makanan lumat 6 - 12 Makanan lembek 12 - 24 Makanan keluarga

1-1½ piring nasi/pengganti 2-3 potong lauk hewani 1-2 potong lauk nabati

½ mangkuk sayur 2-3 potong buah-buahan 1 gelas susu

24 ke atas 1-3 piring nasi/pengganti 2-3 potong lauk hewani

1-2 potong lauk nabati 1-1½ mangkuk sayur 2-3 potong buah-buahan 1-2 gelas susu

(Sumber : DepKes RI, 2002)

Keterangan :

- Makanan lumat yaitu makanan yang dihancurkan dibuat dari tepung dan tampak homogen.

Contoh : bubur susu,bubur sumsum, biskuit ditambah air panas, papaya saring, pisang saring dll.

- Makanan lembek atau lunak yaitu makanan yang dimasak dengan banyak air dan tampak berair.

Contoh : bubur nasi, bubur ayam, bubur kacang ijo (DKK RI, 2000).

Suatu makanan campuran dengan pangan pokok sebagai sumber protein

(29)

yang cukup dan sehat. Pemilihan pangan yang dimakan sedapat-dapatnya harus beraneka ragam. Suatu ketentuan yang baik untuk diikuti ialah makan sekurang-kurangnya sepuluh jenis pangan yang berlainan setiap hari (Suhardjo 1986 ).

Pengetahuan tentang kadar zat gizi dalam berbagai bahan makanan bagi kesehatan keluarga dapat membantu ibu memilih bahan makanan yang harganya tidak begitu mahal akan tetapi nilai gizinya tinggi (Sjahmien Moehji, 2002). Setiap anggota keluarga khususnya balita harus cukup makan setiap hari untuk memenuhi kebutuhan tubuh, sehingga keluarga perlu belajar menyediakan gizi yang baik di rumah melalui pangan yang disiapkan dan dihidangkan serta perlu membagikan pangan di dalam keluarga secara merata, sehingga setiap orang dapat makan cukup pangan yang beraneka ragam jenisnya guna memenuhi kebutuhan perorangan (Suhardjo dkk, 1986 ).

Membentuk pola makan yang baik untuk seorang anak menuntut kesabaran seorang ibu. Pada usia pra sekolah, anak-anak seringkali mengalami fase sulit makan. Kalau problem makan ini berkepanjangan maka dapat mengganggu tumbuh kembang anak karena jumlah dan jenis gizi yang masuk dalam tubuhnya kurang (Ali Khomsan, 2004 ).

2.3.3 Dampak yang diakibatkan oleh kekurangan gizi

Keadaan gizi kurang pada anak-anak mempunyai dampak pada

kelambatan pertumbuhan dan perkembangannya yang sulit disembuhkan. Oleh

karena itu anak yang bergizi kurang tersebut kemampuannya untuk belajar dan bekerja serta bersikap akan lebih terbatas dibandingkan dengan anak yang normal ( Santoso dan Anne , 2004).

Dampak yang mungkin muncul dalam pembangunan bangsa di masa depan karena masalah gizi antara lain :

a. Kekurangan gizi adalah penyebab utama kematian bayi dan anak-anak. Hal ini berarti berkurangnya kuantitas sumber daya manusia di masa depan.

(30)

menurunnya produktivitas kerja manusia. Hal ini berarti akan menambah beban pemerintah untuk meningkatkan fasilitas kesehatan.

c. Kekurangan gizi berakibat menurunnya tingkat kecerdasan anak-anak.

Akibatnya diduga tidak dapat diperbaiki bila terjadi kekurangan gizi semasa anak dikandung sampai umur kira-kira tiga tahun. Menurunnya kualitas manusia usia muda ini, berarti hilangnya sebagian besar potensi cerdik pandai yang sangat dibutuhkan bagi pembangunan bangsa.

d. Kekurangan gizi berakibat menurunnya daya tahan manusia untuk bekerja, yang berarti menurunnya prestasi dan produktivitas kerja manusia (Suhardjo, 2003 ).

Kekurangan gizi pada umumya adalah menurunnya tingkat kesehatan masyarakat. Masalah gizi masyarakat pada dasarnya adalah masalah konsumsi makanan rakyat. Karena itulah program peningkatan gizi memerlukan pendekatan dan penggarapan diberbagai disiplin, baik teknis kesehatan, teknis produksi, sosial budaya dan lain sebagainya (Suhardjo, 2003).

2.3.4 Gizi Buruk Pada Balita

Keadaan gizi kurang tingkat berat pada masa bayi dan balita ditandai

dengan dua macam sindrom yang jelas yaitu Kwashiorkor, karena kurang konsumsi protein dan Marasmus karena kurang konsumsi energi dan protein.

Kwarsiorkor banyak dijumpai pada bayi dan balita pada keluarga

berpenghasilan rendah, dan umumnya kurang sekali pendidikannya. Sedangkan Marasmus banyak terjadi pada bayi dibawah usia 1 tahun, yang disebabkan karena tidak mendapatkan ASI atau penggantinya (Suhardjo,2003).

(31)

anak balita lemah, pertumbuhan jasmaninya terlambat, dan perkembangan selanjutnya terganggu. Pada orang dewasa ditandai dengan menurunnya berat badan dan menurunnya produktifitas kerja. Kekurangan gizi pada semua umur

dapat menyebabkan mudahnya terkena serangan infeksi dan penyakit lainnya serta lambatnya proses regenerasi sel tubuh (Suhardjo, 2003 ).

2.3.5 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pola Makan

Kemiskinan sebagai penyebab gizi kurang menduduki posisi pertama pada kondisi yang umum (Suhardjo, 2003). Pada umumnya jika tingkat pendapatan naik, jumlah dan jenis makanan cenderung untuk membaik juga (Suhardjo dkk, 1986). Besar kecilnya pendapatan keluarga berpengaruh terhadap pola konsumsi makanan dan pola konsumsi makanan dipengaruhi pula oleh faktor sosial budaya masyarakat. Oleh karena itu bagi suatu masyarakat dengan tingkat pendapatan rendah, usaha perbaikan gizi erat hubungannya dengan usaha peningkatan pendapatan dan pembangunan sumber daya manusia (Djiteng Roedjito D., 1989).

Sumber pangan keluarga, terutama mereka yang sangat miskin, akan lebih mudah memenuhi kebutuhan makanannya jika yang harus diberi makan

jumlahnya sedikit. Anak yang tumbuh dalam suatu keluarga yang miskin adalah paling rawan terhadap kurang gizi diantara seluruh anggota keluarga dan anak yang paling kecil biasanya paling terpengaruh oleh kekurangan pangan. Sebagian memang demikian, sebab seandainya besarnya keluarga bertambah, maka pangan

untuk setiap anak berkurang dan banyak orang tua tidak menyadari bahwa anak yang sangat muda memerlukan pangan relatif lebih banyak daripada anak-anak yang lebih tua (Suhardjo dkk, 1986 ).

(32)

keperluan pertumbuhan tubuhnya (Sjahmien Moehji, 2002). Unsur-unsur budaya mampu menciptakan suatu kebiasaan makan penduduk yang kadang-kadang bertentangan dengan prinsip-prinsip ilmu gizi. Misalnya bahan-bahan makanan

tertentu oleh sesuatu budaya masyarakat dapat dianggap tabu untuk dikonsumsi karena alasan-alasan tertentu (Suhardjo, 2003). Dikemukakan juga oleh Yetty Nency dan Muhamad Thohar (2005), bahwa kebiasaan, mitos atau kepercayaan/adapt istiadat masyarakat tertentu yang tidak benar dalam pemberian makan akan sangat merugikan anak.

A. Berg (1986) dalam Peranan Gizi Dalam Pelaksanaan Pembangunan Nasional yang dikutip oleh G. Kartasapoetra dan Marsetyo (2002 ), mengatakan bahwa diberbagai negara atau daerah terdapat tiga kelompok masyarakat yang biasanya mempunyai makanan pantangan, yaitu anak kecil, ibu hamil dan ibu menyusui. Khusus mengenai hal itu di Indonesia antara lain dikemukannya bahwa pada anak kecil di banyak daerah, makanan yang bergizi dijauhkan dari anak, karena takut akan akibat-akibat yang sebaliknya. Di berbagai daerah ikan dilarang untuk anak-anak karena menurut kepercayaan mereka, ikan dapat menyebabkan cacingan, sakit mata atau sakit kulit. Di tempat lain kacang-kacangan yang kaya dengan protein seringkali tidak diberikan kepada anak-anak karena khawatir perutnya anaknya akan kembung.

Faktor yang mempengaruhi pola makan dalam keluarga khususnya pada balita adalah faktor pengetahuan. Pembahasan tentang pengetahuan telah diuraikan pada bagian pengetahuan gizi ibu.

2.4 Status Gizi

2.4.1 Pengertian Status Gizi

(33)

seimbangnya pemasukan dan pengeluaran energi dan protein di dalam tubuh seseorang (I DewaNyoman Supariasa dkk, 2001).

Menurut Dorice M. dalam Sarwono Waspadji (2004), mengatakan bahwa

status gizi optimal adalah keseimbangan antara asupan zat gizi dengan kebutuhan zat gizi. Dengan demikian asupan zat gizi mempengaruhi status gizi seseorang. Status gizi adalah keadaan kesehatan individu yang ditentukan oleh keseimbangan antara asupan zat gizi dengan keburtuhan zat gizi.

2.4.2 Penilaian Status Gizi

Menurut I Dewa Nyoman Supariasa dkk, (2001 ), penilaian status gizi dibagi menjadi 2 yaitu penilaian status gizi secara langsung dan penilaian status gizi secara tidak langsung.

1) Penilaian Status Gizi Secara langsung

Penilaian status gizi secara langsung dapat dibagi menjadi 4 penilaian yaitu : antropometri, klinis, biokimia dan biofisik.

a. Antropometri

Secara umum antropometri artinya ukuran tubuh manusia. Ditinjau dari sudut pandang gizi, maka antropometri gizi berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat

umur dan tingkat gizi (Supariasa dkk, 2001). Antropometri secara umum digunakan untuk melihat ketidakseimbangan asupan protein dan energi. Ketidakseimbangan ini terlihat pada pola pertumbuhan fisik dan proporsi jaringan tubuh seperti lemak, otot dan jumlah air dalam tubuh (Supariasa dkk, 2001 ).

Indeks antropometri ada 3 yaitu : a) Berat badan menurut umur (BB/U)

(34)

kebutuhan zat gizi terjamin, maka berat badan berkembang mengikuti pertambahan umur. Sebaliknya dalam keadaan yang abnormal, terdapat 2 kemungkinan perkembangan berat badan, yaitu dapat berkembang cepat atau

lebih lambat dari keadaan normal. Berdasarkan karakteristik berat badan ini, maka indeks berat badan menurut umur digunakan sebagai salah satu cara pengukuran status gizi. Mengingat karakteristik berat badan yang labil, maka indeks BB/U lebih menggambarkan status gizi seseorang saat ini. (I Dewa Nyoman Supariasa dkk, 2001 ).

b) Tinggi badan Menurut Umur (TB/U)

Tinggi badan merupakan antropometri yang menggambarkan keadaan pertumbuhan skeletal. Pada keadaan normal, tinggi badan tumbuh seiring dengan pertambahan umur. Pertumbuhan tingi badan tidak seperti berat badan, relatif kurang sensitif terhadap masalah kekurangan gizi dalam waktu pendek. Pengaruh defisiensi zat gizi terhadap tinggi badan akan nampak dalam waktu yang relatif lama. Berdasarkan karakteristik tersebut, maka indeks ini menggambarkan status gizi masa lalu (I Dewa Nyoman Supariasa dkk, 2001).

c) Berat Badan Menurut Tinggi Badan (BB/TB)

Berat badan memiliki hubungan yang linier dengan tinggi badan. Dalam keadaan normal, perkembangan berat badan akan searah dengan pertumbuhan

berat badan dengan kecepatan tertentu. (I Dewa Nyoman Supariasa dkk, 2001). Dari berbagai jenis-jenis indeks tersebut, untuk menginterpretasikannya dibutuhkan ambang batas, penentuan ambang batas diperlukan kesepakatan para Ahli Gizi. Ambang batas dapat disajikan kedalam 3 cara yaitu, persen terhadap

median, persentil dan standar deviasi unit. i) Persen Terhadap Median

(35)
[image:35.595.104.517.136.243.2]

Tabel 2.3. Klasifikasi Status Gizi Menggunakan Persen Terhadap Median

Status Gizi BB/U TB/U BB/TB

Gizi Baik > 80% > 90 % > 90 %

Gizi Sedang 71 % - 80% 81 % – 90 % 81 % – 90 % Gizi Kurang 61 % - 70% 71 % - 80 % 71 % - 80 %

Gizi Buruk ≤ 60 % ≤ 70 % ≤ 70 %

Sumber : Yayah K. Husaini, Antropometri Sebagai Indeks gizi dan Kesehatan Masyarakat. Medika, No.8 Th.XXIII, 1997 dalam (Supariasa dkk,

2001).

ii) Persentil

Para pakar merasa kurang puas dengan menggunakan persen terhadap median, akhirnya mereka memilih cara persentil. Persentil 50 sama dengan median atau nilai tengah dari jumlah populasi berada di atasnya dan setengahnya berada di bawahnya. National Center for Health Statistics (NCHS) merekomendasikan persentil ke 5 sebagai batas gizi baik dan kurang, serta persentil 95 sebagai batas gizi lebih dan gizi baik (Supariasa dkk, 2001). iii) Standar Deviasi Unit (SD)

Standar deviasi unit disebut juga Z-skor. WHO menyarankan menggunakan cara ini untuk meneliti dan untuk memantau pertumbuhan (Supariasa dkk, 2001).

Rumus perhitungan Z – Skor :

Nilai Individu Subjek – Nilai Median Baku Rujukan Nilai Simpang Baku Rujukan

Klasifikasi Status Gizi Menggunakan Z – Skor Status Gizi Indeks BB/U, TB/U, BB/TB

• Gizi Lebih ≥ + 2 SD

(36)

• Gizi Kurang ≥ - 3 SD dan < - 2 SD • Gizi Buruk < - 3 SD

(Sumber : Soekirman, 1999/2000 )

b. Klinis

Pemeriksaan klinis adalah metode yang sangat penting untuk menilai

status gizi masyarakat. Metode ini didasarkan atas perubahanperubahan yang terjadi yang dihubungkan dengan ketidakcukupan zat gizi. Hal ini dapat dilihat pada jaringan epitel (supervicial epithelial tissues) seperti kulit, mata, rambut dan mukosa oral atau pada organorganyang dekat dengan permukaan tubuh seperti

kelenjar tiroid (Supariasa dkk, 2001).

Penggunaan metode ini umumnya untuk survei secara cepat. Survei ini dirancang untuk mendeteksi secara tepat tanda-tanda klinis umum dari kekurangan salah satu atau lebih zat gizi. Disamping itu digunakan untuk mengetahui tingkat status gizi seseorang dengan melakukan pemeriksaan secara fisik yaitu tanda (sign) dan gejala (symptom) atau riwayat penyakit (Supariasa dkk, 2001).

c. Biokimia

Penilaian status gizi dengan biokimia adalah pemeriksaan spesimen yang diuji secara laboratoris yang dilakukan pada berbagai macam jaringan tubuh. Jaringan tubuh yang digunakan antara lain : darah, urine, tinja dan juga beberapa jaringan tubuh seperti hati dan otot (I Dewa Nyoman Supariasa dkk, 2001). Metode ini digunakan untuk peringatan bahwa kemungkinan akan terjadi keadaan malnutrisi yang lebih parah lagi. Banyak gejala klinis yang kurang spesifik, maka penentuan kimia faali dapat lebih banyak menolong untuk menentukan kekurangan gizi yang spesifik (Supariasa dkk, 2001).

d. Biofisik

(37)

struktur dari jaringan (Supariasa dkk, 2001).Umumnya dapat digunakan dalam situasi tertentu seperti kejadian buta senja epidemik. Cara yang digunakan adalah tes adaptasi gelap (Supariasa dkk, 2001 ).

2). Penilaian Status Gizi Secara Tidak Langsung

Penilaian status gizi secara tidak langsung dapat dibagi tiga yaitu : survei konsumsi makanan, statistik vital dan faktor ekologi.

a. Survei Konsumsi Pangan

Survei konsumsi pangan adalah metode penentuan status gizi secara tidak langsung dengan melihat jumlah dan jenis zat gizi yang dikonsumsi (Supariasa dkk, 2001).Pengumpulan data konsumsi makanan dapat memberikan gambaran tentang konsumsi berbagai zat gizi pada masyarakat, keluarga dan individu. Survei ini dapat mengidentifikasikan kelebihan dan kekurangan zat gizi (Supariasa dkk, 2001).

b. Statistik Vital

Pengukuran status gizi dengan statistik vital adalah dengan menganalisis

data beberapa statistik kesehatan seperti angka kematian berdasarkan umur, angka kesakitan dan kematian akibat penyebab tertentu dan data lainnya yang berhubungan dengan gizi (Supariasa dkk, 2001). Penggunaannya dipertimbangkan sebagai bagian dari indicator tidak langsung pengukuran status gizi masyarakat

(Supariasa dkk, 2001).

c. Faktor Ekologi

(38)

masyarakat sebagai dasar untuk melakukan program intervensi gizi (Supariasa dkk, 2001).

2.4.3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Status Gizi

Menurut Sjahmien Moehji (2002), ada beberapa hal yang sering merupakan penyebab terjadinya gangguan gizi, baik secara langsung maupun tidak langsung. Sebagai penyebab langsung gangguan gizi, khususnya gangguan gizi pada bayi dan balita adalah tidak sesuainya jumlah zat gizi yang mereka peroleh dari makanan dengan kebutuhan tubuh mereka atau pola makan yang salah dan adanya penyakit infeksi atau status kesehatan. Pembahasan tentang pola makan telah diuraikan diatas.

Anak balita merupakan kelompok yang menunjukkan pertumbuhan pesat, sehingga memerlukan zat-zat gizi yang tinggi setiap kilogram berat badannya. Anak balita ini justru merupakan kelompok umur yang paling sering menderita akibat kekurangan gizi (KKP). Beberapa kondisi dan anggapan orang tua dan masyarakat justru merugikan penyediaan makan bagi kelompok balita ini :

1) Anak balita masih dalam periode transisi dari makanan bayi ke makanan

orang dewasa, jadi masih memerlukan adaptasi.

2) Anak balita dianggap kelompok umur yang paling belum berguna bagi keluarga, baik tenaga maupun kesanggupan kerja penambah keuangan. Anak itu sudah tidak begitu diperhatikan dan pengurusannya sering diserahkan

kepada saudaranya yang lebih tua, tetapi sering belum cukup umur untuk mempunyai pengalaman dan ketrampilan untuk mengurus anak dengan baik. 3) Ibu sering sudah mempunyai anak kecil lagi atau sudah bekerja penuh,

sehingga tidak lagi dapat memberikan perhatian kepada anak balita, apalagi mengurusnya.

(39)

5) Anak balita mulai turun ke tanah dan berkenalan dengan berbagai kondisi yang memberikan infeksi atau penyakit lain, padahal tubuhnya belum cukup mempunyai immunitas atau daya tahan untuk melawan bahaya kepada dirinya

(Sediaoetama, 2000 ).

Infeksi dan demam dapat menyebabkan merosotnya nafsu makan atau menimbulkan kesulitan manelan dan mencerna makanan. Parasit dalam usus, seperti cacing gelang dan cacing pita bersaing dengan tubuh dalam memperoleh makanan dan dengan demikian menghalangi zat gizi ke dalam arus darah. Keadaan yang demikian membantu terjadinya kurang gizi (Suhardjo dkk, 1986).

2.5 Hubungan antara Pengetahuan Ibu terhadap Pola Makan Balita dengan Status Gizi Balita

Menurut Suhardjo (2003), dalam penyediaan makanan keluarga dalam hal ini dilakukan oleh seorang ibu, banyak yang tidak memanfaatkan bahan makanan yang bergizi, hal ini disebabkan salah satunya karena kurangnya pengetahuan akan bahan makanan yang bergizi. Semakin banyak pengetahuan gizinya, semakin diperhitungkan jenis dan kwantum makanan yang dipilih untuk dikonsumsinya. Awam yang tidak mempunyai cukup pengetahuan gizi, akan

memilih makanan yang paling menarik pancaindera, dan tidak mengadakan pilihan berdasarkan nilai gizi makanan. Sebaliknya mereka yang semakin banyak pengetahuan gizinya, lebih mempergunakan pertimbangan rasional dan pengetahuan tentang gizi makanan tersebut (Sedioetama,2000).

(40)

Dengan pengetahuan tentang gizi yang baik, seorang ibu dapat memilih dan memberikan makan bagi balita baik dari segi kualitas maupun kuantitas yang memenuhi angka kecukupan gizi. Asupan makanan yang sesuai dengan

(41)

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1. Kerangka Konsep

Berdasarkan tujuan penelitian diatas, maka kerangka konsep dalam penelitian ini adalah :

Bahagian 3.1 Kerangka Konsep Penelitian

3.2. Definisi Operasional

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah tingkat pengetahuan ibu yang mempunyai anak tentang gizi seimbang anak usia kurang dari 5 tahun. Pengetahuan gizi yang baik akan menyebabkan seseorang mampu

menyusun menu yang baik untuk dikonsumsi. Semakin banyak pengetahuan gizi seseorang, maka ia akan semakin memperhitungkan jenis dan jumlah makanan yang diperolehnya untuk dikonsumsi (Achmad Djaeni Sediaoetama, 2000).

Semakin bertambah pengetahuan ibu maka seorang ibu akan semakin

mengerti jenis dan jumlah makanan untuk dikonsumsi seluruh anggota keluarganya termasuk pada anak balitanya. Hal ini dapat meningkatkan kesejahteraan anggota keluarga, sehingga dapat mengurangi atau mencegah gangguan gizi pada keluarga (Suhardjo, 1986).

Tingkat Pengetahuan Ibu Yang Mempunyai

Anak

Tentang Gizi Seimbang Anak Usia Kurang Dari

(42)

3.3. Pengetahuan Terhadap Gizi Seimbang a) Definisi

Pengetahuan terhadap gizi seimbang anak kurang dari 5 tahun adalah

meliputi pengertian Gizi Seimbang, manfaat Gizi Seimbang dan keunggulan pemberian gizi seimbang, komposisi Gizi Seimbang, cara pemberian pola makanan yang seimbang mengikut Pyramid Makanan, cara menentukan jumlah gizi yang harus diberikan dan masalah-masalah yang dihadapi anak kurang dari 5 tahun akibat kekurangan Gizi seimbang.

b) Hasil Pengukuran

Hasil pengukuran dinyatakan dalam tingkat pengetahuan. Tingkat pengetahuan dikelompokan berdasarkan kategori berikut : (Pratomo,1990)

Tingkat Pengetahuan Nilai

Baik Bila nilai yang diperoleh 11 – 15

Sedang Bila nilai yang diperoleh 5 – 10

(43)

BAB 4

METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Rancangan Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian deskriptif-dengan desain potong lintang yang akan menggambarkan tingkat pengetahuan ibu tentang gizi seimbang anak kurang dari 5 tahun di RSUP H. Adam Malik, Medan selama tahun 2010. Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan cross sectional ( potong lintang ) dimana pengambilan data dilakukan hanya sekali bagi tiap subyek pada saat wawancara.

4.2 Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di Poliklinik Bahagian Anak RSUP H. Adam Malik, Medan. Waktu pengambilan data direncanakan pada bulan Juni – September 2010.

4.3 Populasi dan Sampel Penelitian

4.3.1. Populasi

Populasi dari penelitian ini adalah ibu yang datang membawa anak yang ke RSUP. Adam Malik, Medan.

4.3.2. Sampel

(44)

Adapun kriteria inklusi dan eksklusi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

a) Kriteria Inklusi

1) Bersedia menjadi sampel penelitian dengan menandatangani lembar persetujuan setelah penjelasan ( informed consent ).

b) Kriteria Eksklusi

1) Ibu yang tidak kooperatif tidak sesuai untuk dijadikan sampel penelitian.

Teknik pengambilan sampel dilakukan secara consecutive sampling dimana semua sampel yang didapat dan memenuhi criteria pemilihan dimasukkan dalam penelitian sampai jumlah sampel yang diperlukan terpenuhi. Adapun besar sampel yang diperlukan dihitung berdasarkan rumus dibawah ini ( Wahyuni, 2007) :

Z²1 - α/2. р(1-P)

d2 Dimana :

n = besar sampel minimum

Z²1 - α/2 = nilai distribusi normal baku ( table Z ) pada α tertentu p = harga proporsi di populasi

d = kesalahan ( absolut ) yang dapay ditolerir N = jumlah di populasi

Pada penelitan ini, tingkat kepercayaan dikehendaki sebesar 90%

sehingga untuk Zα dua arah diperoleh nilai Z²1 - α/2 = 1,645. Nilai p yang

ditetapkan adalah 0,5 karena peneliti belum mengetahui proporsi sebelumnya, selain itu karena penggunaan p= 0,5 mempunyai nilai р(1-P) paling besar sehingga dihasilkan besar sampel paling banyak. Kesalahan absolut yang diinginkan adalah sebesar 10% .

(45)

Berdasarkan rumus di atas, besarnya sampel yang diperlukan dalam penelitian ini adalah :

Z²1 - α/2. р(1-P)

d2

1,645 . ( 0,5 ( 1 – 0,5 ) 0,10²

Dengan demikian besar sampel yang diperlukan adalah 67,65 orang, yang dibulatkan menjadi 68 orang.

4.4 Metode Pengumpulan Data 4.4.1. Pengumpulan Data

Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer, yaitu data yang didapat langsung dari responden. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara langsung dengan kuesionar kepada sampel penelitian.

4.4.2. Instrumen Penelitian

Instrumen adalah alat-alat yang akan digunakan untuk pengumpulan data ( Notoatmodjo, 2005 ).

Instrumen penelitian ini berupa kuesionar sebagai alat bantu dalam pengumpulan data yang terdiri dari pertanyaan-pertanyaan semi terbuka dan tertutup untuk mengumpulkan data tingkat pengetahuan responden terhadap gizi seimbang anak kurang dari 5 tahun.

4.4.3. Teknik Skoring dan Skala

Dalam penelitian ini, kuesionar yang digunakan adalah kuesionar mengetahui tingkat kesadaran ibu yang datang ke RSUP H. Adam Malik , Medan terhadap gizi seimbang anak kurang dari 5 tahun. Kuesionar berisi 15 pertanyaan, 15 pertanyaan tertutup.

n =

(46)
[image:46.595.103.515.134.199.2]

Tabel 4.1 Penentuan Nilai dari Kuesionar Pengetahuan ( Nilai 0-15 )

Pertanyaan No. 1 s.d. 15

Jawaban benar bernilai 1 Jawaban salah bernilai 0

Setelah seluruh kuesionar dinilai sesuai dengan table diatas, maka tingkat pengetahuan dikelompokan berdasarkan kategori berikut :

( Pratomo, 1990)

• Baik, apabila nilai yang diperoleh >75% dari nilai tertinggi • Sedang, apabila nilai yang diperoleh 40-75% dari nilai tertinggi • Kurang, apabila nilai yang diperoleh <40% dari nilai tertinggi

Berdasarkan skala pengukuran di atas, maka kategori pengetahuan, sikap dan tindakan dapat dilihat pada table berikut

Tabel 4.2 Kategori dari kuesionar Pengetahuan

Tingkat Pengetahuan Nilai

Baik Bila nilai yang diperoleh > 12

Sedang Bila nilai yang diperoleh 6 – 11

Kurang Bila nilai yang diperoleh 0 – 5

4.5 Metode Analisis Data

[image:46.595.104.515.430.516.2]
(47)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Penelitian

5.1.1 Deskripsi lokasi penelitian

Penelitian dilakukan di RSUP Haji Adam Malik di Kecamatan Medan Sunggal. Rumah sakit ini merupakan rumah sakit tipe A dan menjadi rumah sakit rujukan untuk propinsi Sumatera Utara.

(48)

5.1.2 Karakteristik Responden

Karakteristik responden dapat dilihat dengan menggunakan kuesioner melalui wawancara yang meliputi umur, pekerjaan, pendidikan terakhir,dan jumlah anak . Hal ini dapat dilihat pada diagram bar berikut:

Diagram bar 5.1 : Distribusi Responden Menurut Umur di RSUP Haji Adam Malik

Diagram bar di atas menunjukkan bahwa distribusi responden menurut umur yang terbanyak adalah ibu yang berumur 30-34 tahun yaitu, sebanyak 30 orang (44,1%) dan yang paling sedikit adalah ibu yang berumur 35-40 tahun

(49)

Diagram bar 5.2 Distribusi Responden Menurut Pekerjaan di RSUP Haji Adam Malik

(50)

Diagram bar 5.3 Distribusi Responden Menurut Pendidikan Terakhir di RSUP Haji Adam Malik

(51)

Diagram bar 5.4 Distribusi Responden Menurut Jumlah anak di RSUP Haji Adam Malik

Diagram bar di atas menunjukkan bahwa distribusi responden menurut jumlah anak yang terbanyak adalah ibu yang mempunyai 2 orang anak yaitu, sebanyak 24 orang (35.3 %) dan yang paling sedikit adalah ibu yang mempunyai 4 orang anak iaitu, 10 orang (14.7 %) manakala ibu yang mempunyai seorang anak dan 3 orang anak masing-masing sebanyak 16 orang (23.5 %) dan 18 orang (26.5 %).

(52)

Gambaran tingkat pengetahuan responden dapat dilihat dengan menggunakan kuesioner yang berisi 15 pertanyaan tertutup melalui wawancara

kepada responden. Hal ini dapat dilihat pada diagram pie berikut :

Diagram pie 5.5 Distribusi Gambaran Pengetahuan Ibu tentang Gizi Seimbang Anak kurang dari 5 tahun

Diagram pie di atas menunjukkan bahwa dari jumlah 68 responden, rata-rata responden yang mempunyai tahap pengetahuan yang tinggi tentang gizi seimbang anak kurang dari 5 tahun adalah sebanyak 49 orang (72.1 %) manakala rata-rata responden yang mempunyai tahap pengetahuan sedang pula sebanyak 19 orang (27.9 %).

(53)

Pada penelitian ini, gambaran tahap pengetahuan responden berdasarkan usia responden dapat digambarkan seperti diagram bar dibawah :

Diagram bar 5.6 Distribusi Gambaran Tingkat Pengetahuan Responden Berdasarkan usia

[image:53.595.116.468.165.473.2]
(54)

5.1.5 Gambaran tingkat pengetahuan tentang gizi seimbang anak kurang dari 5 tahun berdasarkan Pekerjaan Responden

Diagram bar 5.7 Distribusi Gambaran Tingkat Pengetahuan Responden Berdasarkan Pekerjaan Responden

Diagram bar di atas menunjukkan bahwa, daripada 68 responden yang pekerjaannya bervariasi iaitu, karyawan kerajaan, karyawan swasta dan ibu rumah tangga. Mayoritas ibu rumah tangga memiliki gambaran tingkat pengetahuan yang

(55)

5.1.6 Gambaran tingkat pengetahuan tentang gizi seimbang anak kurang dari 5 tahun berdasarkan Pendidikan Terakhir Responden

Diagram bar 5.8 Distribusi Gambaran Tingkat Pengetahuan Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir Responden

(56)

5.1.7 Gambaran tingkat pengetahuan tentang gizi seimbang anak kurang dari 5 tahun berdasarkan Jumlah Anak Responden

Diagram bar 5.9 Distribusi Gambaran Tingkat Pengetahuan Responden Berdasarkan Jumlah Anak Responden

(57)

orang anak mempunyai tingkat pengetahuan sedang yang rendah yaitu,sebanyak 2 orang.

5.2 Pembahasan

5.2.1 Gambaran tingkat pengetahuan berdasarkan Status Pekerjaan

Dari penelitian yang dijalankan, Ibu-ibu yang bekerja sebagai karyawan kerajaan dan swasta merupakan golongan responden yang memiliki tingkat pengetahuan yang sedang. Status pekerjaan mempengaruhi gambaran tingkat pengetahuan gizi seimbang anak kurang dari 5 tahun.

Golongan ini menjadi golongan minoriti kemungkinan Ibu yang sudah mempunyai pekerjaan penuh tidak lagi dapat memberikan perhatian penuh terhadap anak balitanya,apalagi untuk mengurusnya. Meskipun tidak semua ibu bekerja tidak mengurus anaknya, akan tetapi kesibukan dan beban kerja yang ditanggungnya dapat menyebabkan kurangnya perhatian ibu dalam menyiapkan hidangan yang sesuai untuk balitanya. Karena itu didalam sebuah penelitian menunjukkan bahwa seringkali terjadi ketidaksesuaian antara konsumsi zat gizi terutama Energi dan Protein dengan kebutuhan tubuh pada kelompok anak yang berusia diatas 1 tahun (Moehji,S 1995).

Ibu-ibu berumah tangga memilki tingkat pengetahuan yang tinggi tentang gizi seimbang anak.Golongan ini menjadi mayoritas disebabkan ibu yang berumah tangga dapat memberikan perhatian penuh terhadap penyediaan

hidangan yang sesuai untuk anaknya.Selain itu,ibu-ibu juga dapat meluangkan lebih masa dalam penyediaan makanan dan pemberian makanan pada anak.Ini membolehkan anak-anak mendapat makanan yang secukupnya

(Pudjiadi, S 2003 ) .

(58)

Berdasarkan data hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara tingkat pendidikan ibu dengan gambaran tingkat pengetahuan ibu tentang gizi seimbang anak usia kurang dari 5 tahun.

Dari hasil penelitian, diperoleh bahawa rata-rata ibu yang pendidikan terakhirnya SMA mempunyai tingkat pengetahuan yang tinggi tentang gizi

seimbang anak dan diikuti ibu yang pendidikan terakhirnya SMP, S1 dan S2. Dari hasil dapat dikatakan tingkat pendidikan ibu tidak ada hubungannya dengan

tingkat pengetahuan ibu tentang gizi seimbang anak.

Hasil penelitian tersebut tidak sejalan dengan pendapat (Suhardjo, 2003) yang menyatakan bahwa tingkat pendidikan turut pula menentukan mudah tidaknya seseorang menyerap dan memahami pengetahuan gizi yang mereka peroleh. Hal ini bisa dijadikan landasan untuk membedakan metode penyuluhan yang tepat. Dari kepentingan gizi keluarga, pendidikan diperlukan agar seseorang lebih tanggap terhadap adanya masalah gizi didalam keluarga dan bisa mengambil tindakan secepatnya.

5.2.3 Gambaran tingkat pengetahuan berdasarkan Jumlah Anak Responden Berdasarkan data hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara jumlah anak dalam kalangan ibu dengan gambaran tingkat pengetahuan ibu

tentang gizi seimbang anak usia kurang dari 5 tahun.

Dari hasil penelitian, diperoleh bahawa rata-rata ibu Rata-rata ibu yang memiliki 2 orang anak mempunyai gambaran tingkat pengetahuan tinggi yaitu, sebanyak 15 orang, diikuti ibu yang memilik seorang anak yaitu,sebanyak 14

orang.Ibu yang memiliki 3 dan 4 orang anak mempunyai tingkat pengetahuan tinggi yang rendah yaitu,sebanyak 12 dan 8 orang. Dari hasil dapat dikatakan jumlah anak dalam kalangan ibu ada hubungannya dengan tingkat pengetahuan ibu tentang gizi seimbang anak

(59)

Sebab seandainya besar keluarga bertambah maka pangan untuk setiap anak berkurang dan banyak orang tua tidak menyadari bahwa anak-anak yang sangat muda memerlukan pangan relatif lebih banyak daripada anak-anak yang lebih tua.

Dengan demikian anak-anak yang muda mungkin tidak diberi cukup makan. Ini menunjukkan bahawa besarnya kelurga mempengaruhi pembahagian pangan pada anak-anak.Keluarga dengan anaknya yang kurang mempunyai kebolehan yang tinggi untuk memenuhi kebutuhan gizi dalam kalangan anaknya.Ini kerana, jumlah anak yang banyak akan lebih memparahkan situasi dalam penbahagian pangan serta untuk memenuhi kebutuhan gizi.

Anak-anak, wanita yang sedang hamil dan menyusui merupakan kelompok yang rawan akan kekurangan gizi. Apabila mereka hidup dalam keluarga dengan jumlah yang besar dan kesulitan dalam persediaan pangan tentunya masalah gizi atau gangguan gizi akan timbul (Suhardjo, 1986 ) .

5.2.4 Gambaran tahap pengetahuan ibu yang mempunyai anak tentang gizi seimbang anak usia kuarng dari 5 tahun.

Hasil penelitian, rata-rata menunjukkan bahawa sebahagian besar responden memiliki tahap penegetahuan yang baik dan sederhana. Tahap pengetahuan

ibu-ibu ini dipengaruhi dari suatu materi yang telah dipelajari objek (Notoatmodjo, 2005). Kemungkinan ibu-ibu ini telah memiliki mendapatkan penyuluhan kesehatan dari petugas-petugas kesehatan dari sarana kesehatan yang pernah dikunjungi mereka atau promosi kesehatan dari pihak pemerintah.

Penyuluhan kesehatan adalah suatu proses yang ditujukan kepada individu atau kelompok penduduk agar mereka bisa berperilaku sehat dalam menjaga dan memelihara kesehatan mereka. Penyuluhan kesehatan dimulai dari masyarakat dalam keadaan seperti apa adanya yaitu pandangan mereka selama ini terhadap masalah kesehatan (Depkes RI, 2006)

(60)

penyediaan makanan seharian anak sehingga ibu-ibu mencari informasi mengenai gizi seimbang anak yang perlu mereka dapatkan dari buku-buku atau internet. Pengetahuan gizi yang baik akan menyebabkan seseorang mampu

menyusun menu yang baik untuk dikonsumsi. Semakin banyak pengetahuan gizi seseorang, maka ia akan semakin memperhitungkan jenis dan jumlah makanan yang diperolehnya untuk dikonsumsi (Sediaoetama,A D 2000).

Semakin bertambah pengetahuan ibu maka seorang ibu akan semakin mengerti jenis dan jumlah makanan untuk dikonsumsi seluruh anggota keluarganya termasuk pada anak balitanya. Hal ini dapat meningkatkan kesejahteraan anggota keluarga, sehingga dapat mengurangi atau mencegah gangguan gizi pada keluarga (Suhardjo, 1986).

(61)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Berdaarkan penelitian yang telah dilakukan tentang gambaran tingkat pengetahuan ibu yang mempunyai anak tentang gizi seimbang anak usia kurang dari 5 tahun di RSUP. Haji Adam Malik, Medan, dapat dibuat kesimpualn sebagai berikut:

1. Secara umumnya tingkat pengetahuan ibu-ibu mengenai gizi seimbang anak kurang dari 5 tahun pada tahap baik, yaitu sebanyak 72.1 %

2. Secara keseluruhan, dijumpai mayoritas ibu-ibu yang berumah tangga memiliki tingkat pengetahuan yang tinggi tentang gizi seimbang anak kurang dari 5 tahun iaitu,sebanyak 58.8%.

6.2. Saran

1. Penelitian ini akan lebih baik jika mendapatkan informasi dari ibu-ibu yang mempunyai anak itu sendiri dari manakah mereka mendapatkan pengetahuan tentang gizi seimbang anak.

2. Petugas kesehatan diharapkan untuk meningkatkan lagi usaha penyuluhan tentang gizi seimbang anak kurang dari 5 tahun.

3. Masyarakat juga diharapkan untuk berpartisipasi dalam menasihati dan memberikan edukasi pada ibu-ibu tentang gizi seimbang anak

dalam usaha mengurangkan malnutrisi dalam kalangan anak-anak. 4. Pada penelitian yang akan datang diharapkan meneliti faktor-faktor

(62)
(63)

DAFTAR PUSTAKA

Azwar, A (2004). Kecenderungan Masalah Gizi dan Tantangan di Masa Datang;

disampaikan pada pertemuan advokasi program perbaikan gizi menuju Keluarga Sadar Gizi, di Hotel Sahid Jaya,Jakarta.

Agus.M K 2001. Dasar-Dasar Ilmu Gizi. Malang : Universitas Muhammadiyah Malang

Almatsier. S 2004. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama

Baliwati. Y K dkk. 2004. Pengantar Pangan dan Gizi. Jakarta : Penebar Swadaya

Budiarto. E 2001. Biostatistik Untuk Kedokteran Dan Kesehatan Masyarakat. Jakarta : EGC

Deddy Muchtadi. 1996. Gizi Untuk Bayi. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 2001. Kamus Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta : Balai Pustaka

Depdikbud. 1994. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka

Depkes RI. 2002. Pedoman Umum Gizi Seimbang. Jakarta : Depkes

Depkes RI. 2003. Pedoman Praktis Terapi Gizi Medis. Jakarta : Depkes RI

(64)

Dinkes Kab. Pekalongan. 2005. Profil Kesehatan Kabupaten Pekalongan. Pekalongan

Dinkes Propinsi Jawa Tengah. 2005. Profil Kesehatan Jawa Tengah

Djaeni A. 2000. Ilmu Gizi: Untuk Mahasiswa dan Profesi, Jilid I. CV. Dian Rakyat.

Gibson, RS., 1995. Principles of Nutritional Assessment. Second Edition.Oxford University Press. New York.

G. Kartasapoetra dan Marsetyo. 2001. Ilmu Gizi (Korelasi Gizi, Kesehatan dan

Produktivitas Kerja). Jakarta : Rineka Cipta

Hadi.H 2005. Beban Ganda Masalah Gizi Dan Implikasinya Terhadap Kebijakan

Pembangunan Kesehatan Nasional. Makalah disajikan dalam Pidato Pengukuhan

Jabatan Guru Besar pada FK UGM

Jahari, A.B dan I. Sumarno. 2002. Status Gizi Penduduk Indonesia. Majalah Pangan No.38/XI/Jan/2002.

Kartasapoetra, G dan Marsetyo. 2001. Ilmu Gizi. Jakarta: Rineka Cipta.

Khomsan. A 2004. Peranan Pangan Dan Gizi Untuk Kualitas Hidup. Jakarta :PT. Grasindo

(65)

Krisnatuti, D., & R. Yenrina. 2000. Menyiapkan Makanan Pendamping ASI. Puspa Swara, Jakarta

Moehji. S 1995. Pemeliharaan Gizi Bayi dan Balita. Jakarta: Bharata.

Moehji. S 2002. Ilmu Gizi (Pengetahuan Dasar ilmu Gizi). Jakarta : PT. Bhratara

Notoatmodjo. S 2002. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta . 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta : Rineka Cipta

Nency Y dan Thohar. M A 2006. Gizi Buruk, Ancaman Generasi Yang Hilang. Wahlquist M.L, et.al. Food Based Dietary Guidelines. , Paper Presented at Proposed Joint WHO/FAO Consultation On Preparation And Use Of Food Based DietaryGuidelines, Cyprus, Maret, 1995.

Penington, J.A.T, et.al. Mineral content of foods and total diets : The selected minerals in food survey, 1982 to 1984, Journal of the American Dietetic Assiciation 86:876, 1986.

Prawira.T B 2006. SPSS 13.0 Terapan Riset Statistik Parametrik.Yogyakarta : ANDI OFFSET

Roedjito. D D 1989. Kajian Penelitian Gizi. Jakarta : PT. Mediyatama Sarana Perkasa

Robert M. Kliegman MD, Hal B. Jenson MD,Nelson IlmuKesehatan Anak.Edisi

15. EGC, Jakarta; 2000; 1344

(66)

Supariasa. I D N dkk. 2001. Penilaian Status Gizi

Gambar

Gambar 2.1 Pyramid makanan (www.gizi.net.Indonesian )
Tabel 2.2. Pola Makanan Balita
Tabel 2.3. Klasifikasi Status Gizi Menggunakan Persen Terhadap Median
Tabel  4.1  Penentuan  Nilai  dari  Kuesionar  Pengetahuan  (  Nilai  0-15 )
+4

Referensi

Dokumen terkait

Pada tanggal 31 Desember 2013 dan 2012, deposito berjangka yang ditempatkan Perusahaan sehubungan dengan uang jaminan yang berasal dari distributor dan agen disajikan sebagai

[r]

bertempat di STAIN Jurai Siwo Metro, Kelompok Kerja (POKJA) Seleksi sederhana Jasa Konsultansi Perencanaan Teknis Pembangunan Gedung Kuliah Kampus II STAIN Jurai Siwo Metro

Singkong dikupas dan dicuci, dikukus sampai matang lalu dinginkan, , masukkan wadah dan taburi dengan ragi, tutup dengan daun pisang, diamkan tiga hari.. MATEMATIKA (3.8)

dengan ini Pokja Pengadaan Bidang Perumahan Dinas Cipta Karya Dan Tata Ruang Provinsi Jawa Tengah mengumumkan Pemenang Hasil Pelelangan Pemilihan Langsung dengan

Isilah titik-titik di bawah ini dengan jawaban yang benar4. Surah al-maa ’ u un diturunkan di

Gedung Komplek Sekretariat Daerah Kabupaten Klaten Jalan Pemuda Nomor 294, Telp. Keputusan Bupati Klaten

UAS-GENAP/III.5/K.13 3 Sepak Takraw merupakan olahraga tradisional yang berasal dari Kesultanan Malaka Sulawesi.Dalam sepak takraw tidak boleh mengoper bola dengan