• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Kelembagaan Dan Strategi Peningkatan Daya Saing Komoditas Kentang (Solanum Tuberosum L.) Di Kabupaten Karo, Sumatera Utara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Kelembagaan Dan Strategi Peningkatan Daya Saing Komoditas Kentang (Solanum Tuberosum L.) Di Kabupaten Karo, Sumatera Utara"

Copied!
46
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS KELEMBAGAAN DAN STRATEGI PENINGKATAN

DAYA SAING KOMODITAS KENTANG (

Solanum tuberosum L

.)

DI KABUPATEN KARO, SUMATERA UTARA

HANNA SILVIA

DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Kelembagaan dan Strategi Peningkatan Daya Saing Komoditas Kentang (Solanum tuberosum L.) di Kabupaten Karo, Sumatera Utara adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, 24 Maret 2015

Hanna Silvia

(4)

ABSTRAK

HANNA SILVIA. Analisis Kelembagaan dan Strategi Peningkatan Daya Saing Komoditas Kentang (Solanum tuberosum L.) di Kabupaten Karo, Sumatera Utara. Dibimbing oleh MUHAMMAD SYAMSUN dan LINDAWATI KARTIKA.

Asean Economic Community (AEC) telah memberikan suatu tantangan baru bagi Indonesia dalam mempertahankan produknya, termasuk komoditas hortikultura, seperti kentang. Salah satu sentra produksi kentang adalah Kabupaten Karo, Sumatera Utara. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi struktur rantai pasok, analisis kelembagaan serta strategi peningkatan daya saing kentang di Kabupaten Karo, Sumatera Utara. Data yang diperoleh dianalisis dengan analisis deskriptif, SWOT, The House Model, dan pairwised comparison. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat empat strategi prioritas, yaitu : (1) Meningkatkan pelatihan petani untuk meningkatkan kemampuan, kemandirian dan kesejahteraan kelembagaan petani melalui pengadaan Desa Percontohan; (2) Meningkatkan penanggulangan penyakit tanaman melalui pengoptimalan klinik pertanian; (3) Meningkatkan kemampuan kelembagaan kelompok tani dalam menjalin kerjasama dengan mitra usaha melalui promosi hasil-hasil pertanian; dan (4) Meningkatkan upaya pengembangan bibit unggul komoditas kentang.

Kata kunci: Daya Saing, Kabupaten Karo, Kentang

ABSTRACT

HANNA SILVIA. Institutional Analysis and Strategy for Increasing Competitiveness of Potato Commodity (Solanum tuberosum L.) in Karo Regency, North Sumatera. Supervised by MUHAMMAD SYAMSUN and LINDAWATI KARTIKA.

Asean Economic Community (AEC) has given a new challenges to Indonesia to maintain its products, include horticulture commodities, such as potato. One of potatoes production centers in Indonesia is Karo Regency, North Sumatera. The purposes of this study are to identify supply chain’s structures, analyze the institution and strategies in order to increase potato competitiveness in Karo Regency. Data Analyzed by Descriptive Analysis, TOWS, House Model, and Pairwise Comparison. The results of this study are four priority strategies, such as:

(1) Training farmers to improve farmer’s ability, independence and institutional

welfare through the establishment of Desa Percontohan; (2) Increasing the plant diseases treatment through the optimalization of agriculture clinic; (3) Improve

farmer’s ability to work in collaboration with bussines partner through promotion

of agricultural products; (4) Increasing the development of potatoes’s superior seeds.

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

pada

Departemen Manajemen

ANALISIS KELEMBAGAAN DAN STRATEGI PENINGKATAN

DAYA SAING KOMODITAS KENTANG (

Solanum tuberosum L

.)

DI KABUPATEN KARO, SUMATERA UTARA

HANNA SILVIA

DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(6)
(7)

Judul Skripsi

Nama NIM

: Analisis Kelembagaan dan Strategi Peningkatan Daya Saing Komoditas Kentang (Solanum Tuberosum L.) di Kabupaten Karo, Sumatera Utara

: Hanna Silvia :H24110061

Disetujui oleh

\

Lindawati M.Si

Pembimbing II

Pembimbing I

Tanggal Lulus

Diketahui oleh

1 3 AP� 2015

(8)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala anugerah-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Topik yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan September 2014 ini ialah peningkatan daya saing, dengan judul Analisis Kelembagaan dan Strategi Peningkatan Daya Saing Komoditas Kentang (Solanum tuberosum L.) di Kabupaten Karo, Sumatera Utara.

Ucapan terima kasih penulis ucapkan kepada Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Kementerian Pendidikan Nasional atas program Hibah Kompetitif Penelitian Strategis Nasional Nomor: 046/SP2H/PL/Dit.Litabmas/III/2012 Tahun Ketiga 2014 dengan tema “Rancang Bangun Model Keputusan Manajemen Rantai Pasok dan Risiko Sayuran Dataran Tinggi di Indonesia”. Tulisan ini telah dipublikasikan dalam bentuk paper dan prosiding pada FEM International Seminar on Agricultural Finance for Rular Development and Sustainability

dengan judul “Implementation of House Model for Potato Commodity in Supporting of National Agricultural Productivity (Case Study : Gurusinga Village, Berastagi, Karo District, North Sumatera)”. Terima kasih juga penulis ucapkan kepada Bapak Dr. Ir. Muhammad Syamsun, M.Sc dan Ibu Lindawati Kartika, S.E, M.Si selaku dosen pembimbing yang telah memberikan banyak bimbingan dan ilmu selama penelitian berlangsung, serta kepada Ibu Dr. Ir. Anggraini Sukmawati, MSc selaku dosen penguji yang telah banyak memberikan masukan untuk skripsi ini. Disamping itu, terima kasih juga penulis sampaikan kepada Bapak Rony Tarigan, Ibu Ir. Berti Tarigan sebagai Ketua Seksi Pengumpulan Data, Penggolongan dan Pelaporan Dinas Petanian dan Perkebunan Kabupaten Karo, Bapak Proklamasi dan Bapak Timotius sebagai petani kentang dan pengumpul, Bapak Aliang sebagai pemilik gudang eksportir PT. POSNI, serta Ketua Departemen Agronomi dan Hortikultura IPB Bapak Dr. Ir. Agus Purwito, M.Sc.Agr. Ucapan terimakasih juga penulis sampaikan kepada Mama (Enni Sumihar), adik-adik (Grisella Monica Gultom, Gatricia Michelly Gultom, Dennito Gilbert Gultom), Arbin Saran, dan teman-teman lainnya untuk setiap kasih sayang, doa dan dukungan semangat yang diberikan kepada penulis.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, 24 Maret 2015

(9)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR LAMPIRAN vi

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 3

Tujuan Penelitian 3

Manfaat Penelitian 3

Ruang Lingkup Penelitian 3

TINJAUAN PUSTAKA 4

METODE 6

Kerangka Pemikiran Penelitian 6

Tahapan Penelitian 8

Lokasi dan Waktu Penelitian 9

Jenis dan Sumber Data Penelitian 9

Metode dan Penentuan Ukuran Sampel 9

Metode Pengolahan dan Analisis Data 10

HASIL DAN PEMBAHASAN 11

Identifikasi Rantai Pasok Komoditas Kentang di Kabupaten Karo 11 Identifikasi Kelembagaan Kemitraan Komoditas Kentang Kabupaten Karo 14 Analisis Faktor Internal dan Eksternal Komoditas Kentang Kabupaten Karo 19 Perumusan Strategi Peningkatan Daya Saing Kentang melalui

implementasi The House Model 20

Implikasi Manajerial 24

SIMPULAN DAN SARAN 24

Simpulan 24

Saran 25

DAFTAR PUSTAKA 26

LAMPIRAN 28

(10)

DAFTAR TABEL

1 Produksi, Luas Lahan dan Produktivitas Komoditas Kentang di

Kabupaten Karo tahun 2009-2013 1

2 Identifikasi Kelembagaan Pemerintah, Kelembagaan Komunitas, dan

Kelembagaan Ekonomi/Pasar di Kabupaten Karo 16

3 Matriks SWOT 20

4 Indikator Kinerja Utama Komoditas Kentang Kabupaten Karo 22 5 Hasil Prioritas dan Bobot Indikator Kinerja Utama 23

DAFTAR GAMBAR

1 Target dan realisasi produksi komoditas kentang di Kabupaten Karo

Tahun 2009-2013 2

2 Struktur Rantai Pasok (Anatan dan Ellitan, 2008) 4

3 Kerangka Pemikiran Penelitian 7

4 Tahapan Penelitian 8

5 The House Model (Horovitz dan Ohlsson-Corboz 2007) 10

6 Aliran distribusi komoditas kentang di Desa Gurusinga, Kecamatan

Berastagi, Kabupaten Karo, Sumatera Utara 12

7 The House Model Komoditas Kentang Kabupaten Karo 21

DAFTAR LAMPIRAN

1 Instrumen Wawancara Analisis Kelembagaan dan Strategi Peningkatan Daya Saing Sayuran Dataran Tinggi Unggulan di Kabupaten Karo,

Sumatera Utara 28

2 Kuesioner pembobotan IKU peningkatan daya saing komoditas

(11)

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Indonesia merupakan salah satu negara dengan sektor pertanian terbesar di dunia. Letak geografis Indonesia yang strategis turut mendukung bertumbuhnya sektor pertanian di Indonesia. Tantangannya adalah pada tahun 2015 mendatang Indonesia akan turut serta dalam program Asean Economic Community (AEC).

Kecenderungan masyarakat Indonesia yang lebih memilih produk-produk luar negeri menjadi suatu hal yang harus diperhatikan pemerintah Indonesia dalam mempertahankan produk-produk dalam negeri, termasuk produk-produk pertanian seperti komoditas hortikultura.

Salah satu komoditas hortikultura unggulan di Indonesia adalah kentang. Kentang (Solanum tuberosum L.) merupakan salah satu bahan pangan sumber utama karbohidrat yang diperlukan oleh tubuh. Tingginya kandungan karbohidrat yang dimiliki kentang menyebabkan komoditas ini berpotensi menjadi bahan pangan yang dapat mendukung program diversifikasi pangan di Indonesia. Selain itu, komoditas kentang juga telah menjadi salah satu komoditas unggulan sayuran semusim pada daerah-daerah dataran tinggi di Indonesia. Rubatzky dan Yamaguchi (1998) menyatakan bahwa kentang adalah tanaman yang bermanfaat karena ditanam di berbagai wilayah dan menghasilkan pangan per unit lahan dengan kuantitas dan kualitas yang tinggi dalam waktu yang relatif pendek.

Kabupaten Karo merupakan salah satu daerah di Sumatera Utara yang banyak membudidayakan kentang. Kabupaten ini terletak pada ketinggian 280– 1.420 Meter di atas permukaan laut. Suhu udara rata-rata di Kabupaten Karo berkisar antara 16,4oC - 23,9oC, dengan kelembaban udara pada tahun 2010 rata-rata setinggi 84,66 persen, tersebar antara 61,8 persen sampai dengan 87,8 persen. Kondisi geografis Kabupaten Karo ini sangat baik bagi pengembangan budidaya pertanian. Sektor Pertanian merupakan bagian terpenting dalam perekonomian Kabupaten Karo. Peranan sektor ini terhadap PDRB Karo pada tahun 2013 sekitar 60,54 persen untuk harga berlaku. Data dari Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Karo menunjukkan bahwa komoditas hortikultura unggulan di Kabupaten Karo adalah Kentang. Jumlah produksi, luas lahan dan produktivitas komoditas kentang di Kabupaten Karo dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1 Produksi, Luas Lahan dan Produktivitas Komoditas Kentang di Kabupaten Karo tahun 2009-2013

2009 2010 2011 2012 2013

Produksi Kentang (Kw) 388.190 539.880 451.700 539.580 404.200

Luas Lahan (Ha) 2.478 3.457 2.631 3.272 2.319

Produktivitas (Kw/Ha) 156,654 156,170 171,683 164,908 174,299

Sumber : Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Karo

(12)

2

mencapai target yang ditentukan. Data target dan realisasi produksi kentang tersebut dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1 Target dan realisasi produksi komoditas kentang di Kabupaten Karo Tahun 2009-2013

Sumber : Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Karo

Berdasarkan Gambar 1 dapat diketahui bahwa produksi kentang di Kabupaten Karo yang mencapai target hanya terjadi satu kali, yaitu pada tahun 2012. Pada tahun-tahun sebelum dan sesudahnya, realisasi produksi kentang di Kabupaten Karo tidak pernah berhasil mencapai target yang telah ditetapkan pemerintah. Kesenjangan antara realisasi dan target capai yang ditetapkan pemerintah daerah untuk produksi komoditas kentang di Kabupaten Karo mencapai 24,44 %. Permintaan kentang yang tinggi tidak diikuti dengan peningkatan produktivitas dan produksi, bahkan luas panen, produktivitas dan produksi kentang terus menurun setiap tahunnya. Hal ini dapat berdampak buruk karena dapat mempengaruhi kapabilitas komoditas kentang dalam perdagangan nasional maupun internasional (Haloho dan Khairiah, 2008). Sehingga, pemerintah daerah Kabupaten Karo perlu memperhatikan proses produksi dan distribusi kentang dari hulu hingga ke hilir.

Proses produksi dan distribusi dari hulu ke hilir ini disebut sebagai aktivitas rantai pasok. Aktivitas ini melibatkan beberapa pelaku seperti : produsen, pemasok, pengolah, pendistribusi, pengecer atau pelanggan. Pada Kabupaten Karo, pelaku rantai pasok yang terlibat adalah petani, pengumpul, pedagang pasar induk, perusahaan eksportir, pasar luar negeri, dan pasar dalam negeri. Para pelaku rantai pasok ini memberikan kontribusi yang cukup besar bagi komoditas kentang untuk dapat bersaing dengan komoditas-komoditas luar negeri. Namun pada kenyataannya di Kabupaten Karo, aktivitas rantai pasok yang terjadi seringkali belum memberikan kontribusi yang maksimal dalam mendukung komoditas kentang yang berdaya saing. Harga yang melambung tinggi juga menjadi salah satu faktor yang turut mempengaruhi aktivitas rantai pasok komoditas kentang di Kabupaten Karo.

Mengacu pada Antananyu (2011), pentingnya kelembagaan kemitraan menjadi salah satu faktor pendukung peningkatan daya saing suatu komoditas. Oleh karena itu, pemerintah daerah Kabupaten Karo juga perlu memperhatikan kelembagaan kemitraan yang terdapat pada komoditas kentang di Kabupaten Karo untuk mengetahui kebutuhan setiap pelaku kelembagaan dalam menjadikan komoditas kentang yang berdaya saing. Berdasarkan latar belakang tersebut,

penelitian ini dituliskan dengan judul “Analisis Kelembagaan dan Strategi

0

Target Pemerintah 588350 958110 498260 523500 452370

Realisasi Produksi 388190 539880 451700 539580 404200

(13)

3 Peningkatan Daya Saing Komoditas Kentang (Solanum tuberosum L.) di Kabupaten Karo, Sumatera Utara.”

Perumusan Masalah

Kabupaten Karo merupakan salah satu sentra produksi komoditas kentang terbesar di Sumatera Utara yang menetapkan kentang sebagai komoditas unggulan daerahnya. Namun, hal yang terjadi di lapangan adalah peran setiap pelaku primer rantai pasok komoditas kentang di Kabupaten Karo belum optimal dalam meningkatkan daya saing komoditas kentang. Oleh karena itu, pemerintah daerah Kabupaten Karo perlu mengatasi permasalahan tersebut dan merumuskan strategi untuk meningkatkan daya saing komoditas kentang. Faktor aktivitas rantai pasok serta kelembagaan yang baik menjadi salah satu hal yang dapat diteliti dalam merumuskan strategi peningkatan daya saing komoditas kentang tersebut. Berdasarkan penjelasan yang telah diuraikan di atas, maka permasalahan pada penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut : (1) Bagaimana aliran rantai pasok yang paling efektif untuk dijalankan di Kabupaten Karo? (2) Bagaimana sistem kelembagaan kemitraan yang sedang berjalan saat ini? (3) Bagaimana strategi peningkatan daya saing komoditas kentang di Kabupaten Karo melalui perancangan The House Model dan perumusan indikator kinerja utama?

Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan latar belakang di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah : (1) Mengidentifikasi aliran rantai pasok yang paling efektif untuk dijalankan di Kabupaten Karo, (2) Mengidentifikasi sistem kelembagaan kemitraan yang berjalan di Kabupaten Karo saat ini, (3) Merumuskan strategi untuk meningkatkan daya saing komoditas kentang di Kabupaten Karo melalui perancangan The House Model dan perumusan indikator kinerja utama.

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi :

1) Anggota Primer Rantai Pasok komoditas kentang di Kabupaten Karo

Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna dalam memberikan informasi bagi anggota primer rantai pasok komoditas kentang di Kabupaten Karo agar dapat menjalankan aktivitas rantai pasok secara efektif dan efisien.

2) Pemerintah daerah Kabupaten Karo

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pemerintah daerah Kabupaten Karo dalam meningkatkan daya saing komoditas kentang di Kabupaten Karo.

3) Masyarakat Ilmiah

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi dan acuan bagi penelitian-penelitian selanjutnya dalam program-program peningkatan daya saing.

Ruang Lingkup Penelitian

(14)

4

dataran tinggi, yaitu komoditas kentang yang dilakukan di Desa Gurusinga, Kecamatan Berastagi, Kabupaten Karo, Sumatera Utara.

TINJAUAN PUSTAKA

Strategi

Definisi strategi mengandung dua komponen, yaitu Future Intension

(tujuan jangka panjang) dan competitive advantage (keunggulan bersaing). Future Intension diartikan sebagai pengembangan wawasan jangka panjang dan menetapkan komitmen untuk mencapainya dan competitive advantage diperoleh dari pengembangan pemahaman yang dalam tentang pemilihan pasar dan pelanggan oleh perusahaan yang juga menunjukkan cara terbaik untuk berkompetisi dengan pesaing di dalam pasar (Dirgantoro, 2007). Mengacu pada Porter dalam Magretta (2012), strategi merupakan sekumpulan pilihan-pilihan terpadu yang menentukan bagaimana organisasi akan mencapai kinerja unggul yang dapat dipertahankan dalam menghadapi persaingan.

Rantai Pasok

Pujawan (2005) menyatakan bahwa Rantai Pasok adalah jaringan perusahaan-perusahaan yang secara bersama-sama bekerja untuk menciptakan dan menghantarkan suatu produk ke tangan pemakai akhir. Pada suatu rantai pasok pada umumnya terdapat 3 macam aliran yang harus dikelola. Aliran pertama adalah aliran barang yang mengalir dari hulu (upstream) ke hilir (downstream), seperti aliran bahan baku. Kedua adalah aliran uang dan sejenisnya yang mengalir dari hilir ke hulu. Ketiga adalah aliran informasi yang dapat mengalir dari hulu ke hilir ataupun sebaliknya. Ketiga aliran ini digambarkan dalam suatu aliran rantai pasok menurut Anatan dan Ellitan (2008), dapat dilihat pada Gambar 2 berikut :

Gambar 2 Struktur rantai pasok (Anatan dan Ellitan, 2008)

Kelembagaan Kemitraan

Saptana et all (2006) menyatakan bahwa kelembagaan kemitraan rantai pasok komoditas hortikultura merupakan kerjasama antara usaha kecil (termasuk petani) dengan usaha menengah atau besar dalam jaringan rantai pasok yang diserta pembinaan dan pengembangan dengan memperhatikan prinsip saling memerlukan, saling memperkuat, dan saling menguntungkan. Menurut Uphoff (1986) terdapat tiga pilar utama kelembagaan sebagai pendukung kehidupan

Pemasok Perusahaan

Manufaktur

Pedagang Besar Pusat

(15)

5 masyarakat, yaitu kelembagaan pemerintah/publik (public sector), kelembagaan komunitas (voluntary sector), dan kelembagaan ekonomi/pasar (private sector).

Penelitian Terdahulu

Putri (2013) meneliti tentang beban kerja Stakeholder dalam aktivitas rantai pasok di Kabupaten Karo, Sumatera Utara, dalam skripsinya yang berjudul : Analisis Beban Kerja Stakeholders dalam Aktivitas Rantai Pasok Komoditas Kentang di Berastagi, Sumatera Utara. Penelitian ini menunjukkan bahwa berdasarkan analisis beban kerja Full Time Equivalent (FTE) yang dilakukan, waktu kerja yang digunakan dalam aktivitas rantai pasok stakeholder di Kabupaten Karo masih belum optimal. Selain itu, berdasarkan analisis nilai tambah dengan metode Hayami yang dilakukan, diketahui pula bahwa distribusi nilai tambah yang didapat oleh masing-masing stakeholders masih tidak merata. Sehingga, untuk mengatasi hal ini peneliti memberikan saran dalam implikasi manajerial untuk melakukan business process reengineering melalui pemberian penyuluhan kepada petani tentang kontrak bisnis serta training guna meningkatkan kompetensi petani untuk memperluas pasar petani, trust building,

improvement, budidaya organikdan relationship building.

Hardison (2003) dalam Thesis yang berjudul Analisis Pengembangan Komoditas Unggulan di Kabupaten Siak Provinsi Riau menggunakan teknik

scoring untuk menentukan komoditas unggulan di Kabupaten Siak, Riau, yaitu komoditas sayur-sayuran untuk sub sektor tanaman pangan dan hortikultura, serta komoditas kelapa sawit untuk sub-sektor perkebunan. Selanjutnya, peneliti menggunakan matrik IFE, EFE dan SWOT dalam pencarian alternatif strategi untuk pengembangan komoditas unggulan di Kabupaten Siak, Riau. Setelah itu dilakukan analisis dengan menggunakan matrik QSPM yang menghasilkan urutan prioritas strategi yang akan dilaksanakan dalam pengembangan komoditas unggulan di Kabupaten Siak. Strategi dengan prioritas pertama adalah strategi kemitraan dengan pihak lain, masing-masing dengan skor 6,480 untuk komoditas unggulan sayur-sayuran dan 6,126 untuk komoditas unggulan kelapa sawit.

(16)

6

METODE

Kerangka Pemikiran Penelitian

Indonesia akan bergabung dalam program Asean Economic Community (AEC) pada tahun 2015. Hal ini tentu menjadi suatu tantangan bagi Indonesia dalam memberikan produk-produk yang berdaya saing tinggi yang mampu menjawab kebutuhan para konsumen, termasuk produk holtikultura, seperti komoditas kentang. Penelitian ini memberikan rekomendasi strategi bagi pemerintah daerah Kabupaten Karo dalam meningkatkan daya saing komoditas kentang yang dapat diterapkan pada Kabupaten Karo, Sumatera Utara, dimulai dari pengidentifikasian komoditas sayuran unggulan nasional, yaitu Cabai, Bawang Merah dan Kentang. Penelitian ini akan berfokus pada komoditas pertanian yang turut serta dalam mendukung program diversifikasi pangan oleh pemerintah, yaitu komoditas kentang. Terdapat empat provinsi dengan jumlah produksi kentang tertinggi di Indonesia, yaitu Jawa Barat, Jawa Tengah, Sumatera Utara dan Sumatera Barat. Penelitian dilakukan di Sumatera Utara, tepatnya pada Kabupaten Karo. Selanjutnya terhadap komoditas kentang dilakukan pengidentifikasian struktur rantai pasok komoditas kentang dan kelembagaan kemitraan. Hasil dari pengidentifikasian tersebut akan digunakan untuk mengidentifikasi faktor internal dan eksternal dengan menggunakan analisis SWOT. Setelah itu, empat strategi yang telah diperoleh pada analisis SWOT akan digunakan untuk menciptakan suatu konsep pewujudan visi organisasi menjadi suatu tindakan nyata melalui The House Model yang nantinya akan memberikan suatu Indikator Kinerja Utama yang dapat menjadi acuan peningkatan daya saing komoditas kentang di Kabupaten Karo. Setelah itu dapat dirumuskan implikasi manajerial dan rekomendasi strategi peningkatan daya saing terhadap sayuran dataran tinggi, terkhusus komoditas kentang, sesuai dengan bobot prioritas yang telah diperoleh dari tiap indikator kinerja utama.

(17)

7

Gambar 3 Kerangka Pemikiran Penelitian Keterangan

: Alur Penelitian

: Ruang Lingkup Penelitian

Komoditas Unggulan Sayuran Dataran Tinggi Nasional

Cabai Kentang Bawang

Merah

Jawa Barat Jawa Tengah Sumatera

Barat Sumatera

Utara

Pemerintah Daerah Kabupaten Karo

Identifikasi Struktur Rantai Pasok Komoditas

Kentang

Analisis Kelembagaan (Uphoff 1986)

1.Kelembagaan Pemerintah

2.Kelembagaan Komunitas

3.Kelembagaan Ekonomi

Analisis Faktor Internal dan Eksternal dengan analisis SWOT

Implikasi Manajerial dan Rekomendasi Strategi Peningkatan Daya Saing Kentang di kabupaten Karo

Perancangan model peningkatan daya saing komoditas

kentang dengan The House Model

Perumusan Indikator Kinerja Utama dengan metode pairwised comparison sebagai penentu bobot prioritas

(18)

8

Tahapan Penelitian

Tahapan yang dilakukan dalam penelitian ini mencakup tiga tahapan, yaitu tahap pra penelitian, pengumpulan data dan analisis data hingga menghasilkan implikasi manajerial. Tahapan penelitian ini secara lebih rinci dapat dilihat pada Gambar 4 :

Gambar 4 Tahapan Penelitian

Analisis Data Pengumpulan

Data

Rancangan Pengumpulan data

Identifikasi kebutuhan data, metode pengumpulan data dan pemilihan analisis data

Studi Pendahuluan dan Studi Pustaka

Pengumpulan data lapangan Penentuan rumusan masalah

1. Bagaimana aliran rantai pasok yang paling efektif untuk dijalankan di Kabupaten Karo? 2. Bagaimana sistem kelembagaan kemitraan yang sedang berjalan saat ini?

3. Bagaimana strategi peningkatan daya saing komoditas kentang di Kabupaten Karo melalui perancangan The House Model dan perumusan indikator kinerja utama?

Studi Pustaka dan diskusi Identifikasi minat penelitian dan

pemilihan topik penelitian

Penentuan topik penelitian

Data Sekunder : 1. Studi Literatur 2. Internet

3. Dokumen Instansi Terkait Data Primer :

1. Observasi Lapang 2. Wawancara 3. Kuisioner

Pengolahan Data 1. Tabulasi data dan informasi 2. Identifikasi model rantai pasok 3. Identifikasi model kelembagaan 4. Perumusan Indikator Kinerja Utama

1. Identifikasi Rantai Pasok – Deskriptif 2. Identifikasi Kelembagaan – Deskriptif

3. Analisis Strategi – Analisis SWOT dan The House Model

4. Perumusan IKU Prioritas –Pairwise Comparison

Implikasi Manajerial

(19)

9 Gambar 4 menunjukkan penelitian diawali dengan tahap pra penelitian dengan mengidentifikasi minat penelitian dan pemilihan topik penelitian serta melakukan studi pustaka dan diskusi. Kemudian menentukan topik penelitian, merumuskan masalah, dan menyusun rancangan pengumpulan data. Setelah itu, dilanjutkan dengan tahap pengumpulan data dengan melakukan studi pendahuluan dan studi pustaka untuk mendukung proses pengumpulan data. Data yang dikumpulkan adalah data primer dan data sekunder. Selanjutnya pada tahap analisis data, dilakukan pengolahan data untuk mengidentifikasi rantai pasok komoditas kentang, sistem kelembagaan pada rantai pasok komoditas kentang dan faktor internal dan eksternal komoditas kentang Kabupaten Karo. Faktor internal dan eksternal kemudian dirumuskan dalam suatu matriks SWOT yang memperlihatkan sasaran-sasaran strategis yang akan dicapai organisasi melalui penyusunan The House Model. Konsep The House Model akan menghasilkan suatu Indikator Kinerja Utama yang dapat menjadi acuan bagi Kabupaten Karo dan setiap anggota primer rantai pasok untuk meningkatkan daya saing komoditas kentang.

.

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Karo, Sumatera Utara. Waktu pelaksanaa penelitian adalah pada bulan September – November 2014.

Jenis dan Sumber Data Penelitian

Pengumpulan data pada penelitian menggunakan dua jenis sumber data yaitu data primer yang secara langsung memberikan data pada pengumpul data dan data sekunder yang secara tidak langsung memberikan data pada pengumpul data, misalnya lewat dokumen (Sugiyono, 2010). Pada penelitian ini, data primer diperoleh melalui observasi langsung ke lapang, serta wawancara dengan pihak-pihak yang terkait dengan komoditas kentang seperti, petani kentang dan Gabungan Kelompok Tani Juma Raja Gunung dengan instrumen wawancara yang terdapat pada Lampiran 1. Wawancara juga dilakukan dengan pakar pertanian di Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian Kabupaten Karo, Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Karo, serta Dosen Ahli Bidang Hortikultura dengan menggunakan instrumen kuisioner pakar pada Lampiran 2 untuk pembobotan Indikator Kinerja Utama. Sementara itu, data sekunder diperoleh melalui studi literatur dari buku-buku, jurnal, penelitian terdahulu, internet, serta dari data internal instansi terkait, yaitu Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Karo.

Metode dan Penentuan Ukuran Sampel

(20)

10

Metode Pengolahan dan Analisis Data

Pengolahan data dalam penelitian ini menggunakan beberapa metode analisis, antara lain analisis deskriptif, analisis SWOT, The House Model, serta

Pairwised Comparison.

Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif merupakan suatu metode analisis yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku umum atau generalisasi (Sugiyono, 2013). Pada penelitian ini, aliran distribusi rantai pasok serta sistem kelembagaan komoditas kentang dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif.

Analisis SWOT

Rangkuti (2003) menyatakan bahwa lingkungan organisasi atau perusahaan terbagi menjadi dua, yaitu lingkungan internal dan lingkungan eksternal. Lingkungan internal terdiri dari kekuatan (Strength) dan kelemahan (Weakness), sedangkan lingkungan eksternal terdiri dari peluang (Opportunity) dan Ancaman (Threat). Pengidentifikasian kekuatan, kelemahan, ancaman dan peluang pada suatu organisasi dilakukan dengan mengamati kekuatan serta kelemahan lingkungan makro yang utama dan faktor lingkungan mikro yang signifikan (Kotler dan Keller, 2008). Analisis SWOT direpresentasikan dalam suatu bentuk matriks yang dapat digunakan untuk menyusun faktor-faktor rencana strategis organisasi.

The House Model

The House Model merupakan suatu konsep yang dibangun dalam menggambarkan usaha organisasi dalam mengubah mimpi menjadi suatu tindakan. Horovitz dan Anne-Valerie Ohlsson-Corboz (2007) menyatakan bahwa terdapat tiga komponen utama yang dibutuhkan organisasi dalam mengubah mimpi menjadi suatu tindakan, yaitu atap sebagai visi yang ingin dicapai, pilar sebagai kunci utama untuk mencapai visi tersebut serta pondasi yang merupakan perilaku pendukung dalam pencapaian visi. The House Model tersebut dapat dilihat pada Gambar 5 dibawah ini.

(21)

11

Pairwised Comparison

Pairwised Comparison merupakan suatu matriks berpasangan yang digunakan untuk memberikan bobot alternatif untuk beberapa kriteria yang diperbandingkan. Menurut Saaty (1991), pada perbandingan berpasangan yang digunakan dalam penilaian setiap level hierarki, skala satu sampai sembilan adalah skala terbaik dalam mengekpresikan pendapat. Pairwised Comparison

diimplementasikan sebagai berikut :

1. Menentukan secara kualitatif kriteria mana yang lebih penting

2. Membuat matrik perbandingan berpasangan yang menggambarkan kontribuasi relatif atau pengaruh setiap elemen terhadap masing – masing tujuan atau kriteria yang setingkat diatasnya. Perbandingan dilakukan berdasarkan

judgement dari pengambil keputusan dengan menilai tingkat kepentingan suatu elemen dibandingkan elemen lainnya. Melakukan perbandingan berpasangan sehingga diperoleh judgement seluruhnya sebanyak n x [n-1/2] buah, dengan n adalah banyaknya kriteria yang dibandingkan.

3. Menghitung nilai eigen dan menguji konsistensinya, jika tidak konsisten maka pengambilan data diulangi.

4. Menghitung vektor eigen dari setiap matrik perbandingan berpasangan. Nilai vektor eigen merupakan bobot setiap elemen. Langkah ini dilakukan untuk mensintesiskan judgement dalam penentuan prioritas elemen – elemen pada tingkat hirarki terendah sampai pencapaian tujuan.

5. Memeriksa konsistensi hierarki. Jika nilainya lebih dari 10 persen maka penilaian data judgment harus diperbaiki.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Identifikasi Rantai Pasok Komoditas Kentang di Kabupaten Karo

Kabupaten Karo merupakan salah dataran tinggi di Indonesia yang memproduksi kentang sebagai komoditas unggulannya. Pada tahun 2013, kentang yang diproduksi di Kabupaten Karo tercatat sebanyak 404.200 kw, lebih banyak daripada komoditas hortikultura lainnya. Kentang yang pada umumnya diproduksi di Kabupaten Karo adalah kentang jenis Granola yang biasa dikonsumsi sebagai sayur. Proses budidaya kentang dimulai dari persiapan lahan hingga pemanenan yang memerlukan waktu sekitar 100 hari. Selanjutnya, hasil panen kentang akan didistribusikan ke pasar dalam negeri maupun pasar luar negeri.

(22)

12

Struktur rantai pasok bersifat dinamis dan menjelaskan mengenai pihak yang terlibat dan peranannya serta aliran informasi, produk dan uang yang terdapat didalamnya (Astuti et al, 2010). Struktur rantai pasok komoditas kentang yang ditemukan pada sentra sayuran dataran tinggi Kabupaten Karo, Sumatera Utara, umumnya mengikuti pola seperti ditunjukkan dalam Gambar 6.

Gambar 6 Aliran distribusi komoditas kentang di Desa Gurusinga, Kecamatan Berastagi, Kabupaten Karo, Sumatera Utara

Aliran saluran distribusi komoditas kentang diatas dibagi menjadi beberapa rantai, sebagai berikut:

1) Struktur rantai pasok 1

Petani  Pengumpul  Pedagang pasar induk Kecamatan Brastagi.

Petani menjual kentang kepada pengumpul tanpa disortir terlebih dahulu. Kentang-kentang ini dijual dengan harga Rp 7000/kg. Kentang kemudian dibawa ke pasar Induk Kecamatan Berastagi. Pada penelitian, ditemukan petani yang juga

(23)

13 berprofesi sebagai pengumpul sehingga dapat langsung membawa hasil panennya ke pasar induk Kecamatan Brastagi. Pembeli yang ada di pasar induk Kecamatan Brastagi merupakan pembeli grosiran yang akan menjual lagi produknya ke luar daerah.

2)Struktur rantai pasok 2

Petani  Pengumpul  Pasar Dalam Negeri

Kentang-kentang yang diproduksi oleh petani juga didistribusikan kepada para pengumpul dengan harga yang sama yaitu Rp 7000/kg. Pengumpul yang ada di Kecamatan Berastagi juga memiliki kerjasama dengan pedagang pada Pasar Dalam Negeri. Pengumpul akan mengirimkan kentang pada pedagang di Pasar Dalam Negeri yaitu Binjai dan Batam. Biaya pengiriman juga ditanggung oleh pedagang Pasar Dalam Negeri yang melakukan pemesanan. Para pengumpul hanya bertugas untuk mengumpulkan kentang dari para petani sesuai dengan pesanan yang dilakukan oleh pedagang dari Pasar Dalam Negeri.

3)Struktur rantai pasok 3

Petani  Pengumpul  Perusahaan Eksportir  Pasar luar negeri.

Pada aliran rantai pasok ini, petani menjual kentang kepada pengumpul dengan harga Rp 6800/kg. Para pengumpul yang ada di Desa Gurusinga menjalin kerjasama dengan perusahaan eksportir yang berada di Berastagi, Kabupaten Karo, yaitu PT POSNI yang memasarkan kentang ke Malaysia. Kentang dari pengumpul ini didistribusikan kepada PT POSNI dalam waktu satu hari setelah diperoleh dari petani. Setelah itu, sebelum dikirimkan ke Malaysia, kentang-kentang tersebut dimasukkan ke gudang selama dua hari untuk proses pencucian, pemberian grade, dan packaging. Setelah proses tersebut selesai, kentang didistribusikan ke Pelabuhan Belawan untuk dikirimkan ke Malaysia. Proses distribusi kentang dari PT POSNI ke Pelabuhan Belawan memakan waktu enam hingga sepuluh jam, dan berada di Pelabuhan Belawan selama satu hari. Proses pengiriman kentang ke Malaysia memakan waktu paling lama dalam seminggu.

Eksportir dan pengumpul telah memiliki kontrak kerjasama dalam jangka panjang. Kontrak tersebut memuat jumlah pesanan, kualitas dan harga. Meskipun demikian, pelaksanaan kontrak tersebut belum sepenuhnya optimal dikarenakan masalah pada petani. Petani terkadang tidak memenuhi jumlah produksi yang disyaratkan karena telah menjual sayurannya pada pihak lain yang menawar harga lebih tinggi. Akibatnya pengumpul kesulitan memenuhi jumlah kentang yang harus diberikan kepada PT. POSNI.

4)Struktur rantai pasok 4

Petani Pengumpul  Perusahaan Eksportir  Pasar Dalam Negeri

(24)

14

5) Struktur rantai pasok 5

Petani  Perusahaan Eksportir  Pasar Luar Negeri.

Petani-petani kentang yang ada di Kecamatan Berastagi, Kabupaten Karo juga memiliki kerjasama langsung dengan Perusahaan Eksportir, PT POSNI tanpa melalui perantara pengumpul. Kerjasama ini berisi kontrak kuantitas, harga, dan kualitas. Pada struktur distribusi ini, kentang dari petani dijual dengan harga Rp 6800/kg dan diberikan kepada perusahaan eksportir tanpa dilakukan sortasi oleh petani terlebih dahulu. Sortasi dilakukan oleh perusahaan eksportir. Pihak eksportir biasanya membagi sayuran dari petani ke dalam empat bagian yaitu jenis

Super dengan jumlah kentang sebanyak 4 biji per kilogram, AB dengan jumlah kentang sebanyak 6-8 biji per kilogram, ABC dengan jumlah kentang sebanyak 9-11 biji per kilogram, dan C dengan jumlah kentang sebanyak 12-15 biji per kilogram.

6) Struktur rantai pasok 6

Petani  Perusahaan Eksportir  Pasar Dalam Negeri

Kentang-kentang yang dikirim oleh para petani ke perusahaan eksportir PT POSNI juga dikirimkan kepada pedagang-pedagang Pasar Dalam Negeri, yaitu Batam, Tanjung Balai Karimun dan Tanjung Pinang. Sama seperti pada rantai pasok sebelumnya, petani langsung mengirimkan kentang kepada perusahaan eksportir tanpa melakukan penyortiran. Sortasi dilakukan oleh perusahaan eksportir dan dibagi menjadi empat bagian yaitu kentang dengan grade Super,AB, ABC dan C. Hanya saja, kentang yang dikirimkan kepada pedagang dalam negeri adalah kentang dengan grade ABC, AB, dan C.

Pada penelitian yang dilakukan, ditemukan bahwa aliran rantai pasok yang paling dominan dan efektif digunakan di Kabupaten Karo adalah aliran rantai pasok 2 yaitu aliran distribusi kentang dari petani ke pengumpul lalu ke pasar dalam negeri. Hal ini dikarenakan aliran rantai pasok 2 memberikan marjin keuntungan terbesar bagi petani dibandingkan aliran rantai pasok lainnya. Selain itu, kentang dari petani dapat langsung didistribusikan kepada pelaku rantai pasok selanjutnya, sehingga tidak memakan waktu penyimpanan yang lama dan tidak merusak kentang.

Identifikasi Kelembagaan Kemitraan Rantai Pasok Komoditas Kentang Kabupaten Karo

(25)
(26)

16

Tabel 2 Identifikasi Kelembagaan Pemerintah, Kelembagaan Komunitas, dan Kelembagaan Ekonomi/Pasar di Kabupaten Karo

Kelembagaan Pelaku Sebelum Budidaya Proses Budidaya Pasca Panen Permasalahan Keunggulan Pemerintah Dinas Pertanian

dan Perkebunan petani kentang relatif kecil 2.Terbatasnya sarana,

prasarana dan infrastruktur pendukung pertanian yang dapat disediakan oleh Dinas Pertanian dan Perkebunan

(27)

17

Kelembagaan Pelaku Sebelum Budidaya Proses Budidaya Pasca Panen Permasalahan Keunggulan

Komunitas Petani 1. Persiapan kemampuan

budidaya kentang

2. Persiapan lahan

3. Persiapan bibit

4. Persiapan pupuk dan

pengendali hama

2. Penanganan pasca panen

3. Pemasaran kentang

1.Bencana alam yang

menyulitkan petani dalam membudidayakan kentang

2.Keterbatasan teknologi di

kalangan petani sehingga dana PUAP atau pupuk dan pestisida bersubsidi

2.Struktur organisasi sangat

sederhana dan tidak ada pembagian tugas yang jelas bagi para anggota

3.Terdapat beberapa divisi

dalam kelompok tani yang tidak menjalankan fungsinya

4.Anggota aktif dalam

kelompok tani hanyalah pengurus inti saja

Pengumpul 1. Membeli kentang dari

petani untuk dipasarkan kembali

2. Sortasi kentang sebelum

didistribusikan

3. Pengemasan kentang

yang akan didistribusikan ke Pasar Induk Roga Kabupaten Karo dan Pasar Dalam Negeri (Batam, Tanjung Balai Karimun, Tanjung Pinang)

1. Pengumpul mendapat

marjin keuntungan yang sedikit

(28)

18

Kelembagaan Pelaku Sebelum Budidaya Proses Budidaya Pasca Panen Permasalahan Keunggulan

Ekonomi / Pasar

Lembaga

Keuangan (Kredit Usaha)

1. Penyedia pinjaman modal berupa uang

1. Memudahkan petani

dalam memenuhi modal usaha karena bunga pinjaman yang rendah

Jasa Angkutan 1. Mengangkut pupuk

yang akan

1.Kontrak kerja sama dengan Pasar Dalam Negeri dan Pasar Luar Negeri (harga, jumlah, kualitas)

2.Mencari petani atau pengumpul yang 2.Sortasi kentang yang

akan didistribusikan

1.Petani atau pengumpul tidak mampu

menyediakan jumlah kentang yang dibutuhkan oleh perusahaan eksportir

2.Kentang dapat mengalami

kerusakan dalam proses distribusi sehingga menyebabkan kerugian bagi perusahaan eksportir

1. Jaringan kerjasama

perusahaan eksportir

(29)

19

Analisis Faktor Internal dan Eksternal Komoditas Kentang Kabupaten Karo

(30)

20

Tabel 3 Matriks SWOT

Analisis Internal

Analisis Eksternal

Kekuatan (S) 1. Kabupaten Karo merupakan

dataran tinggi yang cocok digunakan untuk budidaya kentang

2. Kentang merupakan komoditas unggulan di Kabupaten Karo

3. Tersedianya penyuluh untuk membantu penanggulangan masalah pertanian di Kabupaten Karo 4. Adanya kegiatan promosi

hasil-hasil pertanian Kabupaten Karo kepada pelaku usaha

Kelemahan (W) 1. Bencana alam yang

menyulitkan petani dalam membudidayakan kentang 2. Proses budidaya kentang yang

masih konvensional karena keterbatasan kemampuan petani dalam penerapan teknologi pertanian 3. Kelembagaan yang masih

belum optimal

4. Ketidakpercayaan petani terhadap kualitas pupuk bersubsidi dari pemerintah

Peluang (O) 1. Tingginya minat pelaku

usaha dari luar negeri maupun dalam negeri terhadap komoditas kentang Kabupaten Karo

2. Adanya kebijakan pemerintah pusat untuk mengembangkan bibit unggul kentang 3. Adanya dukungan pemerintah

pusat melalui penurunan dana pengembangan usaha agribisnis pedesaan (PUAP) dan subsidi pupuk

4. Tingginya kemampuan petani untuk mengolah umbi menjadi bibit kentang 5. Adanya lembaga keuangan

yang rendah bunga pinjaman

Strategi S-O 1. Meningkatkan jumlah

produksi komoditas kentang (S1,S2, O1)

2. Memperluas lahan tanam komoditas kentang untuk dengan mitra usaha (S4, O1) 2. Pemanfaatan bantuan dana

PUAP dan pinjaman rendah bunga dari lembaga keuangan di Kabupaten Karo untuk meningkatkan modal petani dalam mengadopsi teknologi pertanian (W2, O3, O4) 1. Terbatasnya bantuan dana,

sarana dan prasana untuk budidaya kentang dari 3. Adanya fluktuasi harga

kentang berkualitas (S1, S2, S3, T2)

Strategi W-T bencana alam di Kabupaten Karo (W1, T1)

Perumusan Strategi Peningkatan Daya Saing Kentang melalui implementasi

The House Model

(31)

21 Konsep ini merupakan suatu gambaran usaha organisasi untuk mengubah mimpi menjadi suatu tindakan yang direpresentasikan dalam sebuah gambar berbentuk rumah dengan atap, pilar dan pondasinya. Atap rumah merupakan visi organisasi yaitu suatu pernyataan menyeluruh tentang gambaran ideal yang ingin dicapai oleh organisasi di masa yang akan datang (Gasperz, 2003). Penetapan visi atau tujuan ini memiliki lima komponen sebagai dasar penetapan, yaitu : tujuan harus memperlihatkan hasil langsung dari pemanfaatan input, bersifat spesifik, terukur, dapat dicapai dan realistik (Prijambodo, 2014). Dalam hal ini, komoditas kentang di Kabupaten Karo diharapkan dapat memenuhi visi “Komoditas sayuran unggulan kentang yang produktif dan berdaya saing”. Visi tersebut didukung oleh pilar-pilar yang disebut sebagai key way dan action-milestone yang diperoleh dari matriks SWOT yang telah dirumuskan sebelumnya. Selanjutnya, bagian terakhir dari The House Model yang dirumuskan adalah pondasi. Pondasi merupakan tindakan pendukung yang dilakukan untuk mencapai visi yang telah ditetapkan. Pada pembahasan ini, pondasi yang dirumuskan adalah upaya peningkatan efektivitas regulasi yang ditetapkan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Karo. Gambar 7 berikut ini adalah struktur dari The House Model

sebagai salah satu model strategi peningkatan daya saing komoditas kentang .

Gambar 7 The House Model Komoditas Kentang Kabupaten Karo

Komoditas sayuran unggulan kentang yang produktif dan berdaya saing

SUMBER DAYA MANUSIA PRODUK

1.Meningkatkan jumlah produksi komoditas kentang (SO 1) 2.Memperluas lahan tanam

komoditas kentang untuk meningkatkan jumlah produksi (SO 2)

3.Meningkatkan mutu komoditas kentang dalam menghadapi persaingan melalui pelatihan peningkatan kemampuan petani dan penggunaan sumber daya yang berkualitas (ST 1) 4.Meningkatkan kualitas pupuk

komoditas kentang dengan bantuan pemerintah pusat (SO 5) tentang kualitas pupuk subsidi serta manfaatnya dalam

(32)

22

The House Model tersebut menunjukkan bahwa untuk mencapai suatu peningkatan daya saing komoditas kentang di Kabupaten Karo, terdapat beberapa alternatif strategi yang dapat digunakan. Strategi-strategi tersebut kemudian dirumuskan menjadi Indikator Kinerja Utama (IKU) yang merupakan suatu ukuran atau indikator yang akan memberikan informasi sejauh mana keberhasilan pencapaian kinerja terhadap sasaran strategis yang telah ditetapkan suatu organisasi atau perusahaan dalam mencapai tujuannya (Moeheriono, 2012). Tabel 4 menunjukkan Indikator Kinerja Utama Komoditas Kentang di Kabupaten Karo :

Tabel 4 Indikator Kinerja Utama Komoditas Kentang Kabupaten Karo

No. Sasaran

Strategis Indikator Pemicu

Indikator Kinerja

Utama Defenisi Operasional

1.

Peningkatan luas lahan tanam kentang (Ha) Meningkatkan mutu

komoditas kentang melalui pelatihan peningkatan kemampuan petani dan penggunaan sumber daya yang berkualitas untuk komoditas kentang

Persentase

tentang kualitas pupuk subsidi serta manfaatnya dalam yang disubsidi oleh pemerintah

(Ton)

Luas Jalan Usaha Tani

Peningkatan pengadaan jalan untuk pengangkutan sarana

produksi dan hasil produk pertanian (Meter) yang memberi pelayanan yang

berkualitas (Unit)

Meningkatkan kualitas penanganan pasca panen dan pengolahan hasil pertanian penanganan pasca panen dan

pengolahan hasil pertanian yang tersedia di tingkat petani

(Paket) hasil produksi pertanian kepada

pelaku usaha/investor (Kegiatan)

Pemanfaatan bantuan dana PUAP dan pinjaman rendah bunga dari lembaga keuangan di Kabupaten Karo

Jumlah kelompok tani yang menerima sosialisasi PUAP

Peningkatan jumlah kelompok tani yang aktif menerima informasi terkait dana PUAP

(Kelompok Tani) dengan para petani yang mendapatkan pelatihan

(33)

23 Masing-masing indikator kinerja utama kemudian diolah dengan perhitungan pairwised comparison untuk menentukan indikator strategi prioritas dalam meningkatkan daya saing komoditas kentang di Kabupaten Karo. Berdasarkan pengolahan dengan software Expert Choice, diperoleh hasil prioritas dan bobot yang dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Hasil Prioritas dan Bobot Indikator Kinerja Utama

Indikator Kinerja Utama Satuan Sumber Bobot Prioritas

Jumlah produksi optimal kentang per

tahun Ton

Kementerian

Pertanian 0.072 8

Luas lahan panen kentang per tahun Ha Kementerian

Pertanian 0.032 9

Jumlah produktivitas kentang per

tahun Ton/ Ha

Jumlah ketersediaan pupuk subsidi di

tingkat petani Ton Hasil Wawancara 0.014 12

Luas Jalan Usaha Tani Meter Renstra Kab. Karo

2011-2015 0.020 10

Jumlah klinik pertanian aktif Unit Hasil Wawancara 0.141 2

Jumlah pengadaan alat penanganan pasca panen dan pengolahan hasil pertanian di tingkat petani

Paket Hasil Wawancara 0.90 6

Jumlah pelaksanaan kegiatan promosi atas hasil produksi pertanian unggulan daerah kepada pelaku usaha / investor

Kegiatan Renstra Kab. Karo

2011-2015 0.138 3

Jumlah kelompok tani yang menerima sosialisasi PUAP

Kelompok Tani

Kementerian

Pertanian 0.119 5

Jumlah Desa Percontohan Unit Desa Renstra Kab. Karo

2011-2015 0.146 1

(34)

24

Implikasi Manajerial

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat tiga aspek strategi yang perlu diperhatikan dalam peningkatan daya saing komoditas kentang di Kabupaten Karo. Ketiga aspek tersebut mencakup strategi pengembangan produk, infrastruktur dan sumber daya manusia yang diuraikan sebagai berikut :

1. Produk

Strategi yang dapat diimplementasikan dalam pengembangan produk dimulai dengan perbaikan mutu komoditas kentang. Perbaikan mutu komoditas kentang ini dapat diperoleh dari penggunaan bibit kentang yang unggul, pupuk organik yang berkualitas serta pupuk anorganik yang sesuai takaran, ataupun penggunaan lahan / areal tanam yang sesuai dengan komoditas kentang.

2. Infrastruktur

Infrastruktur pendukung bagi budidaya komoditas kentang juga merupakan suatu aspek yang penting untuk dikembangkan. Sarana, prasarana atau infrastruktur yang baik akan mempermudah petani dalam proses budidaya dan meminimalisir kemungkinan rusaknya hasil produksi. Pengembangan teknologi pertanian atau penambahan alat-alat pertanian diperlukan bagi para petani kentang di Kabupaten Karo untuk memaksimalkan kinerja para petani kentang dan memperoleh hasil produksi yang optimal.

3. Sumber Daya Manusia

Aspek sumber daya manusia juga merupakan aspek yang penting untuk diperhatikan. Pemerintah perlu memberikan perhatian khusus bagi pengembangan kemampuan para petani kentang di Kabupaten Karo. Pelatihan dapat diberikan dalam bentuk pelatihan budidaya, pengolahan pasca panen maupun pembinaan kerjasama yang baik dengan mitra usaha.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Kesimpulan dari hasil penelitian analisis kelembagaan dan peningkatan daya saing komoditas sayuran dataran tinggi Kabupaten Karo, Sumatera Utara adalah sebagai berikut:

1. Terdapat enam struktur rantai pasok komoditas kentang di Kabupaten Karo, dan struktur rantai pasok yang dominan dan efektif digunakan adalah struktur rantai pasok dua, yaitu aliran distribusi kentang dari petani ke pengumpul lalu ke pasar dalam negeri.

(35)

25 3. Berdasarkan analisis terhadap faktor internal dan faktor eksternal bagi komoditas kentang Kabupaten Karo diketahui bahwa perlu dilakukan pengembangan tehadap tiga aspek penting peningkatan daya saing komoditas kentang, yaitu pengembangan produk, infrastruktur dan sumberdaya manusia. Alternatif strategi yang dapat diterapkan bagi peningkatan daya saing komoditas kentang sesuai dengan bobot prioritasnya, antara lain : (1) Peningkatan pelatihan petani untuk meningkatkan kemampuan, kemandirian dan kesejahteraan kelembagaan petani melalui pengadaan Desa Percontohan; (2) Meningkatkan penanggulangan penyakit tanaman melalui pengoptimalan klinik pertanian; (3) Meningkatkan kemampuan kelembagaan kelompok tani dalam menjalin kerjasama dengan mitra usaha melalui promosi hasil-hasil pertanian; dan (4) Meningkatkan upaya pengembangan bibit unggul komoditas kentang.

Saran

(36)

26

DAFTAR PUSTAKA

Annatan Lina, Ellitan Lena. 2008. Supply Chain Management; Teori dan Aplikasi. Bandung (ID): Alfabeta.

Anantanyu, Sapja. 2011. Kelembagaan Petani; Peran dan Strategi Pengembangan Kapasitasnya. SEPA. Vol.7. No.2 : 102-109.

Astuti et al. 2010. Kebutuhan dan Struktur Kelembagaan Rantai Pasok Buah Manggis (Studi Kasus Rantai Pasok di Kabupaten Bogor). Jurnal Manajemen Bisnis. Vol.3 No.1.

[BPS Karo] Badan Pusat Statistik Kabupaten Karo. 2014. Karo dalam Angka 2014. Karo(ID): Badan Pusat Statistik Kabupaten Karo.

[BPS RI] Badan Pusat Statistik Republik Indonesia. 2012. Data Luas Panen dan Produksi Kentang Tahun 2013 [internet] [diacu 2014 Oktober 20]. Tersedia pada:

http://www.bps.go.id/tab_sub/view.php?kat=3&tabel=1&daftar=1&id_subyek =55&notab=62

Dharmasetya, Fajar. 2014. Strategi Peningkatan Mutu Buah Mangga Indramayu dalam Meningkatkan Daya Saing Pasar Mangga di Kota Bogor [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Dirgantoro, Crown. 2007. Manajemen Stratejik-Konsep, Kasus dan Implementasi. Jakarta (ID): PT Gramedia.

Gasperz, Vincent. 2003. Sistem Manajemen Kinerja Terintegrasi : Balanced Scorecard dengan Six Sigma untuk Organisasi Bisnis dan Pemerintah. Jakarta (ID): Gramedia Pustaka Utama.

Haloho L, Khairiah. 2008. Kentang dan Permasalahannya di Kabupaten Karo Sumatera Utara. Prosiding Seminar Nasional Pekan Kentang. 2008. Vol.01. Hardison. 2003. Analisis Strategi Pengembangan Komoditas Unggulan di

Kabupaten Siak Propinsi Riau [Tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Horovitz J, Ohlsson-Corboz AV. 2007. A Dream with a Deadline: Turning

Strategy Into Action. Harlow (GB): FT Prentice Hall.

Ikhsan S, Aid A. 2011. Analisis SWOT untuk Merumuskan Strategi Pengembangan Komoditas Karet di Kabupaten Pulang Pisau, Kalimantan Tengah. Jurnal Agribisnis Pedesaan. Vol. 01. No.03.

Kotler P, Keller K. 2008. Manajemen Pemasaran. Jakarta (ID): Penerbit Erlangga.

Magretta, Joan. 2012. Understanding Michael Porter : Panduan Paling Penting tentang Kompetisi dan Strategi. Diana Kurnia Setialie, penerjemah; Aldo Sahala, editor. Yogyakarta (ID): Penertbit ANDI.

Moeheriono. 2012. Indikator Kinerja Utama (IKU) Bisnis dan Publik. Jakarta (ID): Grafindo

Prijambodo. 2014. Monitoring dan Evaluasi. Bogor (ID): Penerbit IPB Press. Pujawan, I Nyoman. 2005. Supply Chain Management. Edisi Pertama. Surabaya

(ID): Penerbit Guna Widya

(37)

27 Rangkuti, F. 2003. Analisa SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis- Reorientasi

Konsep Perencanaan Strategis untuk Menghadapi Abad 21. Jakarta (ID): Gramedia Pustaka Utama

Rubatzky V, Yamaguchi M. 1998. Sayuran Dunia 1 : Prinsip, Produksi dan Gizi. Bandung(ID): Penerbit ITB Bandung

Saaty, Thomas L. 1991. Pengambilan Keputusan Bagi Para Pemimpin, Proses Hirarki Analitik untuk Pengambilan Keputusan dalam Situasi yang Kompleks. Jakarta (ID): PT Pustaka Binaman Pressindo.

Saptana, Mayrowani H, Agustian A, Sunarsih. 2006. Analisis Kelembagaan Kemitraan Rantai Pasok Komoditas Holtikultura. Makalah Hasil Seminar T.A. Bogor (ID): Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.

Saptana, Hastuti EL, Indrianingsih KS, Ashari, Friyatno S, Sunarsih, Darwis V. 2006. Pengembangan Kelembagaan Kemitraan Usaha Hortikultura di Sumatera Utara, Jawa Barat, dan Bali. Bogor (ID): Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian Departemen Pertanian.

Sugiyono. 2010. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung (ID): Alfabeta.

Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods). Bandung (ID): Alfabeta.

Syahyuti. 2004. Pemerintah, Pasar, dan Komunitas: Faktor Utama dalam Pengembangan Agribisnis di Pedesaan. Forum Penelitian Agro Ekonomi.Vol. 22. No.1: 54-62.

(38)

28

Lampiran 1 Instrumen Wawancara

INSTRUMEN WAWANCARA

Analisis Kelembagaan dan Strategi Peningkatan Daya Saing Sayuran Dataran Tinggi Unggulan di Kabupaten Karo, Sumatera Utara

Nama : Jabatan : No. Telp/Hp :

Identifikasi Komoditas Sayuran Unggulan

2010 2011 2012 2013

Target Pemerintah (ton) Realisasi Produksi (ton) Kontribusi provinsi (%) Kontribusi nasional (%)

Identifikasi Rantai Pasok Kentang di Kabupaten Banjarnegara

Petani Pengumpul Pasar

Tradisional Supermarket Exportir

Struktur 1

Arus Uang Arus Barang

Struktur 2

Arus Uang Arus Barang

Struktur 3

Arus Uang Arus Barang

Struktur 4

Arus Uang Arus Barang

Struktur 5

Arus Uang Arus Barang

Struktur 6

Arus Uang Arus Barang

Struktur 7

(39)
(40)

30

Lampiran 2 Kuesioner pembobotan IKU peningkatan daya saing komoditas Kentang di Kabupaten Karo

KUESIONER PEMBOBOTAN

DENGAN ANALISIS PAIRED COMPARISSON

Strategi Peningkatan Daya Saing Sayuran Dataran Tinggi (Kentang)

Responden yang Terhormat

Dalam rangka perumusan strategi peningkatan daya saing sayuran dataran tinggi diperlukan dukungan dari Bapak/Ibu untuk mengisi kuesioner yang bertujuan untuk mengetahui bobot dari setiap sasaran strategis. Informasi yang jujur, objektif dan akurat sangat diharapkan, agar informasi ilmiah yang disajikan benar-benar dapat dipertanggungjawabkan. Terima kasih atas bantuan dan kesediaannya dalam mengisi kuesioner ini.

IDENTITAS RESPONDEN

Nama :

Jabatan :

No. Telp/HP :

Email :

Tanda Tangan :

PETUNJUK PENGISIAN

1. Pada kuesioner ini, saudara diminta untuk membandingkan antara elemen-elemen di kiri (A) dan di kanan (B), lalu memberi tanda (x) atau

(√) pada nilai perbandingannya.

2. Jawaban dari pertanyaan tersebut diberi nilai oleh responden berdasarkan tingkat kepentingan dari elemen-elemen yang dibandingkan secara bersamaan.

3. Nilai perbandingan yang diberikan mempunyai skala 1-9. Definisi dari skala yang digunakan untuk menilai komparasi ditentukan sebagai berikut :

Nilai Komparasi (A dibandingkan

dengan B)

Definisi

1 A dan B Sama Penting

3 A Sedikit Lebih Penting dari B 5 A lebih penting dari B

(41)

31 Lanjutan Lampiran 2

4. Jika saudara mengalami kesulitan dalam memilih sebuah nilai berdasarkan definisi di atas, maka lakukanlah menggunakan intuisi saudara, lalu pilih satu nilai yang memiliki kecenderungan lebih penting.

Contoh :

Saudara diminta untuk membandingkan tingkat kepentingan antara “Jumlah produksi kentang per tahun” dengan ‘Jumlah ketersediaan benih bermutu untuk petani/kelompok tani kentang”

1. Jika Saudara menganggap ‘Jumlah produksi kentang per tahun’ sedikit

lebih penting dari ‘Jumlah ketersediaan benih bermutu untuk

petani/kelompok tani kentang’, maka : Anda akan memberi tanda ceklis (√) pada nomor 3 di sebelah kiri (ke arah Jumlah produksi kentang per tahun)

A Nilai Perbandingan B

Jumlah produksi kentang per tahun

9 8 7 6 5 4  2 1 2 3 4 5 6 7 8 9

Jumlah ketersediaan benih bermutu untuk petani/ kelompok tani kentang

2. Jika anda menganggap “Jumlah ketersediaan benih bermutu untuk petani/kelompok tani kentang” sangat jelas lebih penting dari “Jumlah produksi kentang per tahun”, maka : Anda akan memberi tanda ceklis (√) pada nomor 7 ke sebelah kanan (ke arah Jumlah ketersediaan benih bermutu untuk petani/kelompok tani kentang)

A Nilai Perbandingan B

Jumlah produksi kentang per tahun

9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 8 9

(42)

32

Lanjutan lampiran 2

A. Perbandingan Sasaran Strategis

Sasaran Strategis

Skala Tingkat Kepentingan

Sasaran Strategis

Lebih Penting  --- ---Lebih Penting

Peningkatan produksi dan produktivitas komoditas sayuran unggulan berdaya saing

9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Peningkatan infrastruktur pertanian,

sarana dan prasarana, serta alsintan

Peningkatan produksi dan produktivitas komoditas sayuran unggulan berdaya saing

9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9

Peningkatan kemampuan dan kemandirian kelembagaan petani untuk menjalin kerja sama usaha dengan mitra terkait serta mengakses berbagai peluang usaha dan

sumberdaya yang tersedia melalui program pendampingan petani dan kelembagaan usahanya oleh aparatur dinas pertanian daerah

Peningkatan infrastruktur pertanian, sarana dan prasarana, serta alsintan

9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9

Peningkatan kemampuan dan kemandirian kelembagaan petani untuk menjalin kerja sama usaha dengan mitra terkait serta mengakses berbagai peluang usaha dan

(43)

33

Lanjutan Lampiran 2

B. Perbandingan KPI

B.1. Sasaran Strategis 1 (S1): Peningkatan produksi dan produktivitas komoditas sayuran unggulan berdaya saing

S1

Skala Tingkat Kepentingan

S1

Lebih Penting  --- ---Lebih Penting

Jumlah produksi optimal

kentang per tahun 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Luas lahan panen kentang per tahun

Jumlah produksi optimal

kentang per tahun 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9

Jumlah produktivitas kentang per tahun

Jumlah produksi optimal

kentang per tahun 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9

Persentase pengembangan pupuk organik

Jumlah produksi optimal

kentang per tahun 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9

Persentase pengembangan bibit unggul pertanian

Jumlah produksi optimal

kentang per tahun 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9

Jumlah ketersediaan pupuk subsidi di tingkat petani

Luas lahan panen kentang per

tahun 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9

Jumlah produktivitas kentang per tahun

Luas lahan panen kentang per

tahun 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9

Persentase pengembangan pupuk organik

Luas lahan panen kentang per

tahun 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9

Persentase pengembangan bibit unggul pertanian

Luas lahan panen kentang per

tahun 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9

Jumlah ketersediaan pupuk subsidi di tingkat petani

Jumlah produktivitas kentang

per tahun 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9

Persentase pengembangan pupuk organik

Jumlah produktivitas kentang

per tahun 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9

(44)

34

Jumlah produktivitas kentang

per tahun 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9

Jumlah ketersediaan pupuk subsidi di tingkat petani

Persentase pengembangan

pupuk organik 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9

Persentase pengembangan bibit unggul pertanian

Persentase pengembangan

pupuk organik 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9

Jumlah ketersediaan pupuk subsidi di tingkat petani

Persentase pengembangan

bibit unggul pertanian 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9

Jumlah ketersediaan pupuk subsidi di tingkat petani

B.2. Sasaran Strategis 2 (S2): Peningkatan infrastruktur pertanian, sarana dan prasarana, serta alsintan

S2

Skala Tingkat Kepentingan

S2

Lebih Penting  --- ---Lebih Penting

Luas Jalan Usaha Tani 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Jumlah klinik pertanian aktif

Luas Jalan Usaha Tani 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9

Jumlah pengadaan alat penanganan pasca panen dan pengolahan hasil pertanian di tingkat petani

Jumlah klinik pertanian aktif 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9

Jumlah pengadaan alat penanganan pasca panen dan pengolahan hasil pertanian di tingkat petani

(45)

35

Lanjutan Lampiran 2

B.3. Sasaran Strategis 3 (S3): Peningkatan kemampuan dan kemandirian kelembagaan petani untuk menjalin kerja sama usaha dengan mitra terkait serta mengakses berbagai peluang usaha dan sumberdaya yang tersedia melalui program pendampingan petani dan kelembagaan usahanya oleh aparatur dinas pertanian daerah.

S3

Skala Tingkat Kepentingan

S3

Lebih Penting  --- ---Lebih Penting

Jumlah pelaksanaan kegiatan promosi atas hasil produksi pertanian unggulan daerah kepada pelaku usaha / investor

9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Jumlah Kelompok Tani yang

menerima sosialisasi PUAP

Jumlah pelaksanaan kegiatan promosi atas hasil produksi pertanian unggulan daerah kepada pelaku usaha / investor

9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Jumlah Desa Percontohan

Jumlah Kelompok Tani yang

(46)

36

RIWAYAT HIDUP

Hanna Silvia dilahirkan di Pematangsiantar pada tanggal 21 Oktober 1993. Penulis merupakan anak pertama dari empat bersaudara dari pasangan Dany Rikson Gultom (Alm) dan Enni Sumihar Silitonga. Pada tahun 1999 penulis memulai pendidikan dasar di SD Swasta Cinta Rakyat 02, Pematangsiantar. Kemudian melanjutkan ke SMP Swasta Bintang Timur, Pematangsiantar dan lulus pada tahun 2008. Jenjang selanjutnya ditempuh oleh penulis di SMA Swasta Budi Mulia, Pematangsiantar dan lulus pada tahun 2011. Selanjutnya, selepas SMA penulis diterima di Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor melalui jalur SNMPTN Undangan. Semasa kuliah, penulis aktif di berbagai organisasi kampus serta kepanitian, diantaranya sebagai Penanggung Jawab Panti Asuhan Bina Harapan Komisi Pelayanan Anak UKM PMK IPB periode 2012/2013, staff Direktorat Information and Technology

Gambar

Gambar 3 Kerangka Pemikiran Penelitian
Gambar 4 :
Gambar 6 Aliran distribusi komoditas kentang di Desa Gurusinga, Kecamatan
Tabel 2  Identifikasi Kelembagaan Pemerintah, Kelembagaan Komunitas, dan Kelembagaan Ekonomi/Pasar di Kabupaten Karo
+5

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Terdapat 6 struktur rantai pasok dalam pendistribusian komoditas cabai; (2) Sektor utama kelembagaan yang berperan dalam peningkatan

Berdasarkan hasil produksi yang telah dijabarkan, produksi tertinggi sayuran dataran tinggi yang dihasilkan oleh Kabupaten Agam adalah sayuran kubis ( Brassica

yang berjudul “ Strategi Petani dalam Menghadapi Resiko Harga Komoditas Kol, Sawi Putih, dan Wortel (Studi Kasus : Desa Gurusinga, Kecamatan Berastagi, Kabupaten Tanah Karo) ”

Nilai efisiensi terendah terdapat pada saluran pemasaran I yaitu sebesar 1,41 yang diperoleh dari perbandingan antara harga jual kentang oleh petani Rp 9.500/kg

untuk melakukan budi daya dengan Good Agriculture Practice (GAP). 3) Strategi yang dihasilkan pada matriks TOWS diterjemahkan menjadi sasaran strategis dan indikator

Tujuan penelitian adalahUntuk mengetahui bagaimana teknologi budidaya kentang yang dianjurkan oleh PPL di daerah penelitian, bagaimana tingkat adopsi petani terhadap

untuk melakukan budi daya dengan Good Agriculture Practice (GAP). 3) Strategi yang dihasilkan pada matriks TOWS diterjemahkan menjadi sasaran strategis dan indikator

Berdasarkan hasil pembobotan melalui pairwise comparison maka indikator kinerja utama yang menjadi prioritas dalam peningkatan daya saing komoditas cabai di Kabupaten Garut