• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Kadar Fosfatidilkolin Kedelai Pakan Yang Berbeda Terhadap Kinerja Pertumbuhan Ikan Kerapu Tikus (Cromileptes altivelis)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Kadar Fosfatidilkolin Kedelai Pakan Yang Berbeda Terhadap Kinerja Pertumbuhan Ikan Kerapu Tikus (Cromileptes altivelis)"

Copied!
40
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH KADAR FOSFATIDILKOLIN KEDELAI

PAKAN YANG BERBEDA TERHADAP KINERJA

PERTUMBUHAN IKAN KERAPU TIKUS

(Cromilepfes altivelis)

OLEH

:

MUHAMMAD SIARAH

PROGRAM PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

ABSTRAK

SIARAH. Pengaruh Kadar Fosfatidilkolin Kedelai Pakan yang Berbeda terhadap Kine rja Pertumbuhan Ikan Kerapu Tikus (Crornileptes aitivelis). Dibimbing oleh Dr. Ir. Dedi Jusadi, M.Sc, Dr. Ir. Ing Mokoginta, MS dan Dr. Ir. I.N. Adiasmara Giri, MS.

Tujuan penelitian adalah mencari kadar fosfatidilkolin (FK) optimum untuk pertumbuhan ikan kerapu tikus. Di dalarn penelitian ini perlakuan yang digunakan adalah dosis FK kedeIai (kemurnian FK 53%) dalam pakan 0,00%, 1,89%, 3,79%, 5,67%, dan 7,56%, atau kandungan FK dalam pakan sebesar 0,69%, 1,23%, 2,36%, 3,43% dan 4,60%. Tiap perlakuan terdiri dari 3 ulangan. Pakan percobaan rnempunyai kandungan protein dan energi yang sama. Ikan uji yang digunakan adalah juvenil ikan kerapu tikus dengan bobot rata-rata 2,99*0,01 g yang dipelihara dalam bak fiber volume 30 L. Ikan dipelihara dengan kepadatan ikan 10 ekoribak diberi pakan 2 kali sehari (pagi dan sore) secara at satiation selama 84 hari.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa peningkatan kadar FK pakan dari 0,69%-3,34% meningkatkan kadar fosfolipid, asarn lemak n-3, n-6 dan DHA tubuh. Peubah retensi protein, retensi lemak, dan laju pertumbuhan harian pada perlakuan

kadar FK pakan 1,23%, 2,36%, dan 3,43% memberikan hasil yang lebih tingg dari 2

perlakuan (P<O, 05). Demikian pula kecernaan total bahan kering pakan memberikan hasil yang lebih tinggi pada perlakuan FK pakan 1,23%-4,60% dibanding perlakuan 0,69% (P<0,05). Dari segi efisiensi, perlakuan kadar FK pakan 0,69%, 1,23%, 2,36%, dan 3,43% adalah sarna diantara perlakuan tersebut (P<O,05), namun lebih

tinggi dibanding pada perlakuan kadar FK pakan 4,60%. Sedangkan konsumsi pakan

(3)

SURAT PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang be t-judul :

PENGARUH KADAR FOSFATIDLLKOLIN KEDELAl PAKAN YANG

BERBEDA TERHADAP KINERJA PERTUMBUHAN

LKAN

K E W U

TMUS (Cromileptes altivelis).

Adalah benar merupakan hasil karya saya sendiri dan belum pernah dipublikasikan.

Semua sumber data dan inforrnasi yang digunakan telah dinyatakan secara jelas dan

dapat diperiksa kebenarannya.

Muhammad Siarah

(4)

PENGARUH KADAR FOSFATIDILKOLIN KEDELAI

PAKAN YANG BERBEDA TERHADAP KINERJA

PERTUMBUHAN IKAN KERAPU TIKUS

(Cromileptes

altivelis)

MUHAMMAD SIARAH

Tesis

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada

Program Studi Ilmu Perairan

PROGRAM PASCASARJANA

TNSTITUT PERTANIAN BOGOR

(5)

Judul Tesis : Pengaruh Kadar Fosfatidilkolin Kedelai Pakan Yang Berbeda Terhadap Kinerja Pertumbuhan Ikan Kerapu Tikus

(Cromilepfes altivelzs)

Nama : Muhammad Siarah

NRP : 99464

Program Studi : Ilmu Perairan

Menyetujui,

1 . Komisi Pembimbing

A

j

',-

Dr. I " edi Jusadi MSc Ketua

Dr. Ir.

IIN.

Adiasmara Giri, MS Anggota

Mengetahui,

L Program Studi Ilmu Perair

A

r. Kusman Surnawidiaia. MSc

(6)

Penulis dilahirkan di Kolaka pada tanggal 1 Januari 1968 sebagai anak ke 6 dari 8 bersaudara dari pasangan Muhammad Sunusi clan Hajrah. Pendidikan sarjana ditempuh di Program Studi Perikanan, Fakultas Petemakan Universitas Hasanuddin

Ujung Pandang, lulus pada tahun 199 1. Pada tahun 1999 penulis diterima di Program

Studi Ilmu Perairan Program Pascasarnaja IPB. Beasiswa pendidikan Pascasarjana

diperoleh dari Proyek ARMP-I1 Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian,

Departemen Pertanian.

Penulis mulai bekerja sebagai staf teknis perikanan pada Balai Informasi

Pertanian (BIP) Sulawesi Tenggara dari tahun 1993-1995. Kemudian pada tahun

1995 BIP mengalami reorganisasi menjadi Balai Pengkajian Teknologi Pertanian

(7)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala

karunia-Nya sehingga karyah ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih

dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Mei hingga Agustus 2001 ini ialah fosfatidilkolin pakan, dengan judul: Pengaruh Kadar Fosfatidilkolin Kedelai Pakan

yang Berbeda terhadap Kinerja Pertumbuhan Ikan Kerapu Tikus (Cromileptes

altlvelis).

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak

Dr. Ir. Dedi Jusadi, M.Sc selaku Ketua Komisi Pembimbing, serta Ibu Dr. Ir. Ing Mokoginta, MS dan Dr. Ir. I.N. Adiasmara Gin, MS masing-masing selaku Anggota

Komisi Pembimbing yang telah banyak memberikan saran. Disamping itu, ucapan

terima kasih penulis sampaikan kepada Bapak Kepala Balai Besar Riset Perikanan

Budidaya Laut Gondol-Bali yang telah memberikan izin penelitian. Ucapan terima

kasih juga penulis sampaikan kepada Bapak Lalu Sukarno beserta staf di

Laboratorium Biokimia dan Enzimatik Balai Penelitian Bioteknologi Pertanian yang

telah membantu di dalam analisis kimia. Hal yang sama penulis sampaikan kepada

Kepala BPTP Kendari, Kepala Puslit Sosial Ekonomi dan Pemimpin Proyek A R M P -

I1 Badan Penelitian clan Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian yang telah membantu dan memberikan beasiswa pendidikan pascasarjana di IPS. Ungkapan

terima kasih yang sebesar-besarnya penulis sampaikan kepada ayah, ibu, istriku

Ir. Ummy Riasari, dan ke dua putriku Sasqia Fesanti Utami dan Zahra Jinan Fadillah

serta kakak dan adik atas segala doa dan kasih sayangnya.

Akhir kata, semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

(8)

DAFTAR

IS1

Halaman

...

DAFTAR TABEL ... v111

DAFTAR LAMF'IRAN ... ix

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Pendekatan dan Perumusan Masalah ... 3

Tujuan clan Manfaat Penelitian ... 4

Hipotesis ... 4

TINJAUAN PUSTAKA . . ... Kebutuhan Nutrls~ . . 5

Fosfol~p~d ... 8

BAHAN DAN METODE PENELITIAN . . Pakan UJI ... 14

Pemeliharaan Ikan ... 16

Pengukuran Kecemaan Pakan ... 17

. . . . Anal~sls

. .

K l m ~ a

. .

... 17

Anallsls S t a t ~ s t ~ k ... 18

. . . ... Peubah yang DIUJ I 19 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil ... 21

Komposisi Proksimat Tubuh ... 21

Komposisi Kelas Lipid dan Asam Lemak ... . . 21

Kinerj a Perturnbuhan ... 24

Pernbahasan ... 26

(9)

DAFTAR TABEL

Halaman

1. Kandungan lemak total dan fosfolipid (g/JOOg bobot sampel basah) pada I1 otot, hati, dan jantung beberapa spesies ikan perairan pantai dan karang

...

(Takama et al. 1994)

2. Kebutuhan fosfolipid pada fase larva dan juvenil ikan (Couttea et al. 1997).. 12 3. Komposisi bahan pakan penelitian (% bobot kering pakan )... ... 14 4. Hasil analisis proksimat, kadar asam lemak dan kelas lipid pakan penelitian 15

... (% bobot kering pakan)

5. Komposisi proksimat tubuh ikan diakhir penelitian (% bobot kering) ... 2 1 6. Data hasil analisis kelas lipid dan asam lemak totaI tubuh, hati dan Otot

ikan diakhir penelitian (% bobot kering) ... 23

7. Nilai rata-rata konsumsi pakan (KP), retensi protein (RP), retensi lernak

(RL), indeks hepatosomatik (M), kecemaan total bahan kering pakan

(10)

DAFTAR

LAMPIRAN

Halaman

1 . Ekstraksi lechitin teknis kedelai ... 34

2 . Komposisi vitamin mix dan mineral mix dalam mg/100 g pakan (Giri et al . 1999) ... 35

3 . Analisis kadar protein pakan dan tubuh ikan (metode semi mikro Kjeldahl ; Takeuchi 1988) ... 36

4 . Analisis kadar lemak pakan dan tubuh ikan ( metode ether ekstraksi ... SoxhIet ; Takeuchi 1988) 37 5 . Analisis kadar abu pakan (Takeuchi 1988) ... 38

6 . Analisis serat kasar pakan (Takeuchi 1988) ... 39

... 7 . Pengukuran kadar air (Takeuchi 1988) 40 ... 8

.

Analisis kelas lipid (AOAC 1995) 41 9

.

Analisis asam lemak (Apriyanto et al

.

1989)

...

43

10

.

Suhu. salinitas dan pH air selama penelitian ... 45

11 . Oksigen terlamt. amoniak dan nitrit air selama penelitian ... 46

12 . Analisis Cr203 pakan dan feses ikan (Takeuchi 1988) ... 47

13

.

Rata-rata hasil analisis proksimat tubuh ikan diakhir penelitian (% bobot kering) ... 48

14

.

Data hasil analisis asam lemak total tubuh. hati dan otot ikan diakhir penelitian (% bobot kering) ... 49

15 . Rata-rata bobot ikan selama penelitian (g) ... 50

(11)

17 . Data hasil perhitungan konsumsi pakan (KP). retensi protein (RP). retensi lemak (RL). indeks hepatosomatik

(IH).

laju pertumbuhan harian (LPH). efisiensi pakan (EP). dan kecernaan total bahan kering pakan (KTBKP) ...

18 . Hasil analisis sidik ragam konsumsi pakan ...

19 . Hasil analisis sidik ragam retensi protein ...

20 . Hasil analisis sidik ragam retensi lemak ...

21 . Hasil analisis sidik ragam indeks hepatosomatik ...

22 . Hasil analisis sidik ragam laju pertumbuhan harian ...

23 . Analisis sidik ragam efisiensi pakan ...

(12)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Budidaya ikan kerapu tikus (Cromileptes altivelis) dewasa ini banyak mengalami

kemajuan, khususnya upaya penyediaan benih lewat panti pembenihan (hatchery)

yang saat ini sedang dirintis oleh lembaga-lembaga penelitian dan kalangan

pengusaha. Awal perkembangan produksi massal benih kerapu tikus hingga umur 50

hari dimulai pada tahun 1996-1 997 dengan hasil kelangsungan hidup sebesar 0,1%,

dan tahun 1997-1998 meningkat menjadi 3,9% (Sugama et ai. 1998). Data terakhir

yang dilaporkan oleh Kawahara et al.(2000) dengan lama pemeliharaan 43 hari

diperoleh kelangsungan hidup 31,348,5%. Namun perkembangan produksi larva

hingga juvenil tidak diikuti dengan penyediaan pakan buatan untuk ikan tersebut,

sehingga pakan yang diberikan kebanyakan pakan komersial umurn yang tidak

mencirikan kebutuhan nutrisi ikan kerapu tikus.

Hingga sekarang ini, usaha pembesaran yang dilakukan oleh petani-petani ikan

masih mengandalkan pakan ikan rucah sebagai sumber pakan ikan kerapu.

Keberadaan pakan jenis ini hanya dapat diperoleh dengan jumlah yang cukup pada

musim-musim tertentu saja, sehingga merupakan suatu kendala bagi petani ikan di

seluruh Indonesia untuk mengembangkan usaha pembesaran secara

berkesinambungan. Upaya penggunaan pakan buatan bempa pelet telah dicobakan

pada juvenil ikan kerapu tikus dan ternyata disenangi dan memberikan respon

(13)

Penggunaan pakan berupa pelet diharapkan dapat membantu memecahkan

masalah petani dalam ha1 penyediaan pakan utama untuk pengembangan budidaya.

Di samping itu komposisi bahan pakan dapat diatur sesuai dengan kebutuhan nutrisi

ikan kerapu tikus, sehingga pertumbuhan ikan lebih optimal. Informasi penelitian

mengenai kebutuhan nutrisi ikan kerapu tikus masih terbatas pada kebutuhan protein,

lemak, karbohidrat, vitamin B-6 dalam bentuk pyridoxine-HC1 dan vitamin C daiam

bentuk L-ascorbyl-2-phosphate-magnesium (APM). Giri et al. (1999) melaporkan

bahwa yuwana ikan kerapu tikus (bobot badan 5,5*0,2 g) membutuhkan protein

54,2%, lemak 9,0% (bobot badan 6,5*0,6 g) dan vitamin C 30 mg APM/kg pakan

(bobot badan 13,5+0,9 g). Sedangkan Subiyakto (2000) memperoleh kebutuhan

vitamin C yang terbaik daiarn pakan untuk pertumbuhan dan respon terhadap stres

sebesar 25 mg APMkg pakan (bobot badan 2,96*1,4 g). Adapun Lestari (2001)

memperoleh kebutuhan vitamin B-6 (pyndoxine-HC1) untuk pertumbuhan ikan

kerapu tikus dengan bobot badan 14,17*0,14 g sebesar 60 mglkg pakan. Mengenai

kebutuhan karbohidrat, Suwirya et al. (200 1) melaporkan bahwa jumlah karbohidrat jenis dextrin yang dibutuhkan untuk juvenil ikan kerapu tikus dengan bobot badan

Et0,03 g adalah 14%. Sedangkan informasi kebutuhan nutrisi Iainnya masih belum

diketahui.

Untuk dapat mencapai pertumbuhan yang optimal, kebutuhan nutrisi ikan hams

lengkap dan berimbang untuk mendukung proses-proses fisiologis dan metabolisme

di dalam tubuh ikan. Fosfolipid (lecithin) merupakan salah satu komponen membran

(14)

sel tersebut. Di pihak lain, ikan laut mempunyai kemampuan mensintesis fosfolipid

yang rendah. Lehninger (1982) menyatakan bahwa sebagian besar hewan mempunyai

kemampuan mensintensis lecithin, tetapi kemampuannya sangat rendah. Oleh karena

itu, fosfolipid perlu ditambahkan jika ingm mendapatkan pertumbuhan yang lebih

baik. Untuk melengkapi informasi kebutuhan nutrisi ikan kerapu perlu dilakukan

penelitian tenbng kebutuhan fosfolipid, khususnya fosfatidilkolin.

Pendekatan dan Perumusan Masalah

Salah satu unsur nutrisi yang memegang peranan penting di dalam sistem

membran sel adaIah fosfolipid. Fosfolipid dalam membran sel berperan

meningkatkan permeabilitas sehingga memudahkan transpor nutrien dari luar ke

dalam sel untuk digunakan dalam proses metabolisme (anabolisme dun

katabolisme). Pada kadar fosfolipid optimum, sistem kerja membran sel dalam

transpor nutrien dari luar ke dalam sel ataupun sebaliknya akan berjalan dengan baik.

Narnun kenyataannya bahwa fosfolipid yang dihasilkan oleh ikan tidak mencukupi

kebutuhan ikan. Hal ini disebabkan oleh kemampuan ikan untuk memproduksi

enzim-enzim yang terkait dengan sintesis fosfolipid jurnlahnya terbatas, diantaranya

enzim A7.P sitraf liuse sebagai enzim pertama dalam rangkaian pembentukan

fosfolipid yang fungsinya untuk membentuk acetyl Co-A, kemudian enzim

acefyl Co-A curboxylase untuk membentuk malonil-CoA, selanjutnya enzim

gZyceroIfosfatase acyZtransferase untuk membentuk fosfatidic acid yang seterusnya

(15)

(Sargent et al. 1988). Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa kebutuhan

fosfolipid pada ikan dan krustasea berkisar 1-3% dari bobot kering pakan (Coutteau

et al. 1997), sedangkan kebutuhan optimum ikan kerapu tikus belum diketahui. Oleh karena itu, pemberian pakan tanpa memperhitungkan kadar fosfolipid yang

sesuai dengan kebutuhan ikan, maka pakan tersebut tidak akan dapat dimanfaatkan

oleh ikan secara optimal. Untuk meningkatkan kine rja membran sel tersebut, maka

dalam pakan ikan perlu ditambahkan fosfolipid, dalam ha1 ini fosfatidilkolin kedelai.

Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan penelitian adalah mencari kadar fosfatidilkolin (FK) optimal untuk

pertumbuhan ikan kerapu tikus (Cromzleptes altivelis). Sedangkan manfaat penelitian

adalah dapat memberikan informasi tentang kadar FK kedelai yang terbaik untuk

dijadikan dasar dalam penyusunan ransurn pakan.

Hipotesis

Penambahan FK kedelai tertentu dalam pakan dengan kandungan nutrisi yang

cukup dan seimbang serta kondisi lingkungan hidup yang layak akan meningkatkan

(16)

TINJAUAN PUSTAKA

Kebutuhan Nutrisi

Pakan dan bahan-bahan pokok pakan hams mengandung sumber-sumber nutrisi

dan energi yang esensial untuk pertumbuhan, reproduksi, dan kesehatan ikan.

Kekurangan pada salah satu substansinya dapat menguranp laju pertumbuhan,

menimbulkan penyakit, dan beberapa kasus yang menyebabkan laju pertumbuhan

rendah. Kebutuhan akan komposisi pakan ditentukan dari energi, protein dan asam

amino, lemak, mineral, dan vitamin (NRC 1993).

Protein adalah bahan organik terbesar di dalam jaringan ikan, kira-kira mencapai

65-75% dari total bobot kering dasar (Wilson 1989 ; Hepher 1990). Namun

kebutuhan protein di dalam pakan pada sebagian besar ikan berkisar antara 35-50%

(Hepher 1990). Ikan mengkonsumsi protein untuk mendapatkan asam amino. Asam

amino digunakan oleh bermacam-macam jaringan untuk sintesis protein baru.

Tingkat optimal protein di dalam pakan ikan dipengaruhi oleh keseimbangan

proteinlenergi, komposisi asam amino clan kecernaannya, dan sumber-sumber energi

non-protein di dalam pakan (Wilson 1989).

Penelitian mengenai kebutuhan protein pakan ikan kerapu tikus telah

dilakukan oleh Giri et al. (1999). Pada pemeliharaannya, surnber protein yang

digunakan adalah kasein, tepung ikan, tepung cumi, tepung rebon, dan tepung

(17)

lanjut dinyatakan bahwa secara kuantitatif kebutuhan protein ini relatif tinggi,

sehingga merupakan suatu kendala dalarn pemilihan bahan baku untuk fomulasi

pakannya. Namun kebutuhan ini dapat ditekan dengan mengoptimalkan kandungan

protein dengan kandungan energi pakan. Menurut Shiau dan Lan (1 996), kandungan

protein pakan Epinephelus malabaricus dapat diturunkan dari 50,2% menjadi 44,0%

dengan mempertahankan kandungan energi 340-375 kca1/100 g pakan. Sedangkan

Rachmansyah et al. (1999) memperoleh kebutuhan optimum protein untuk laju

pertumbuhan harian ikan kerapu tikus berukuran 2 5 4 0 g, yaitu sebesar 45,32%.

Adapun Achrnad et a/. (1992) yang melakukan penelitian pada ikan kerapu lumpur

yang dipelihara dalarn kerarnba jaring apung memperoleh kebutuhan protein yaitu

50% dengan energi sebesar 359 kcal ME/100g pakan.

Lemak dalam pakan adalah penting sebagai sumber energi dan asam lemak

esensial (EFA) dan dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan tubuh yang

normal (NRC 1993). Lemak selain sebagai sumber energi juga drgunakan untuk

struktur sel, perawatan tubuh, dan untuk mempertahankan integritas pada

biomembran (Watanabe 1988). New (1987) melaporkan bahwa kebutuhan optimum

lemak pada ikan kerapu (Epinephelus sp.) didalam pakannya sekitar 14%. Namun

kandungan lemak yang terbaik didalam pakan ikan kerapu tersebut adalah 13,5% dari

bobot kering pakan (Boonyaratpalin 1997). Kebutuhan lemak dalam pakan untuk

juvenil ikan kerapu tikus ukuran 6,5+0,6 g yang memberikan pertumbuhan terbaik

(18)

Penelitian mengenai kebutuhan karbohidrat pada ikan-ikan karnivora tidak begrtu

banyak dilakukan, ha1 ini berkaitan dengan tingkat pemanfaatan karbohidrat yang

rendah pada jenis ikan ini. Disamping itu kebutuhan karbohidrat sulit ditentukan dan

penggunaannya dalam proses metabolisme belum jelas, karena glukosa darah lebih

mudah diperoleh dari proses glukoneogenesis dibandingkan langsung dari

karbohidrat (Zomeveld et al. 1991). Dilaporkan oleh Suwirya et al. (2001) bahwa kebutuhan karbohidrat jenis dextrin untuk juvenil ikan kerapu tikus dengan bobot

badan 8*0,03 g adalah 14%. Sedangkan Boonyaratpalin (1997) melaporkan bahwa

ikan kakap (Lutes caalcarzfier) yang diberi karbohidrat 10% pertumbuhannya baik,

tetapi ketika dinaikkan hingga 27% pertumbuhan ikan terharnbat. Pertumbuhan

terbaik jika kandungan karbohidrat tidak lebih dari 20%.

Vitamin adalah senyawa organik yang dibutuhkan dalam jumlah yang sedikit dan

fungsinya amat besar, namun beberapa organisme tidak dapat mensintesisnya.

Vitamin dapat diklasifikasikan dalam dua bentuk yaitu yang larut dalam air, di

antaranya : vitamin B kompleks, kolin, inositol dan vitamin C, sedangkan rang larut

dalam lemak adalah : vitamin A, D, E, dan K (NRC 1983 ; NRC 1993). Fungsi utama dari vitamin C (asam askorbat) yaitu berperan dalam hidroksilasi prolin pada

hidroksiprolin untuk digunakan pa& sintesis tulang rawan atau tulang muda

(De Silva dan Anderson 1995). Asarn askorbat adalah kofaktor didalam hidroksilasi

prolin menjadi hidroksiprolin dalam pembentukan kolagen (NRC 1983).

Informasi kebutuhan vitamin pada ikan kerapu yang diketahui hanya terbatas pada

(19)

(pyridoxin-HC1) dalam pakannya memperoleh kebutuhan untuk pertumbuhan ikan

kerapu tikus (bobot badan 14,17*0,14 g) sebesar 60 mg/kg pakan. Boonyaratpalin

(1997) melaporkan bahwa kebutuhan minimum L-ascorbyl-2-phospate-Mg untuk

pertumbuhan normal ikan kerapu jenis Epinephelus iauvzna yaitu 30 mg/kg dari

bobot kering pakan Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Giri

et aE. (1999) pa& ikan kerapu tikus berukuran 13,5*0,9 g, yaitu diperoleh kebutuhan

vitamin C (L-ascorbyl-2-phospate-Mg) sebesar 30 mg/kg pakan. Sedangkan

Subiyakto (2000) memperoleh kebutuhan vitamin C yang terbaik dalam pakan untuk

pertumbuhan dan respon terhadap stres sebesar 25 mg APlWkg pakan (bobot badan

2,96~1,4 g).

Seperti halnya vitamin, mineral dibutuhkan dalam jumlah relatif sedikit

(Lovell 1989). Mineral dibutuhkan oleh ikan untuk pertumbuhan tulang dan gigi

(Zonneveld et al. 1991), dan dalam bentuk ion. dapat menjaga keseimbangan asam

basa dan hubungan tekanan osmosis dalam tubuh dengan lingkungan dan merupakan

komponen penting dari hormon dan enzim (NRC 1993). Mineral yang dibutuhkan

untuk ikan adalah kalsium, magnesium, fosfor, dan sedikit koper, iodin, besi,

mangan, selenium, dan zinc (Watanabe 1988).

Fosfolipid

Bagian lemak yang cukup penting dan berada dalam sel adalah fosfolipid, yaitu

lemak yang mengandung fosfor. Lecithin adalah sebuah fosfolipid penting terutama

(20)

molekul asam fosfat dan dua molekul asam lemak dengan ketiga gugusan hidroksil

dari molekul gliserol (Campbell dan Smith 1982). Piliang dan Djojosoebagio (1996)

menyatakan bahwa fosfolipid mempunyai gugusan asam maupun basa, oleh karena

itu fosfolipid mempunyai gugusan hidrofilik (gugusan yang dapat menarik atau

mengikat air). Di samping itu fosfolipid juga mengandung asam lemak yang

mempunyai potensi sebagai lipofilik (gugusan yang dapat menarik lemak) dan juga

mempunyai kemampuan sebagai penolak air atau gugus hidrofobik. Dengan

demikian, lecithin mempunyai kemampuan untuk mempertahankan kestabilan fase

air yang terdapat di luar dan di dalam sel karena adanya gugus hidrofilik, sedangkan

gugus hidrofobik yang dipunyai lecithin memungkinkan zat-zat yang larut dalam

lemak yang terdapat di luar sel unhk masuk ke dalam sel.

Fosfolipid merupakan bagian terbesar dari lemak yang ada didalam biornembran.

Biomembran pada jaringan ikan, seperti pada kebanyakan jaringan hewan,

mengandung FK sebagai bagian fosfolipid terbesar yang diikuti oleh

fosfatidiletanolamin (FE), fosfatidilserin (FS), fosfatidilinositol (FI), kardioplin, dan

sfingomielin sebagai komponen yang terkecil (Sargent et al. 1989). Sintesis

fosfolipid dan sfingolipid meliputi banyak reaksi yang kompleks, tempat

berlangsungnya proses sintesis fosfolipid di dalam hati dan fosfolipid dtranspor ke

jaringan tubuh oleh lipoprotein dalam bentuk VLDL (very low density lipoprotein),

LDL (low densiq lipoprotein) HDL ( high density lipoprotein) (Champbell d m Smith

1982 ; Piliang dan Djojosoebagio 1996). Disamping itu juga karena sifatnya

(21)

lemak dalam darah. Dalam proses transpor nutrien, fosfolipid memudahkan

terjadinya hanspor &if molekul-molekul dan ion-ion melewati sel membran, dan

juga mempermudah te jadinya &fusi karbondioksida (Piliang dan Djojosoebagio

1996).

Komposisi asam lemak dalam fosfolipid pada spesies ikan putih (white-flesh $sh

species) telah diteliti oleh Takama et al. (1994). Komponen utarna yang didapatkan

adalah golongan n-3 polyunsaturated fatty acid dan jumlahnya melebihi 50% pada

total asam lemak. Omega 3 (n-3) Highlyunsaturated fatty acid (HUFA) seperti

eicosapentaenoic acid (EPA) dan docosahexaenoic acid (DHA) yang banyak

didapatkan dalam lemak, diakui mempunyai peranan yang efektif dalam mencegah

hiperl~pidemia, thrombosis, artherosklerotik kardipat, infarksi miokardiak, dan

embolus cereblal. Fungsi fisiologi n-3 PUFA adalah lebih efektif dalam bentuk

fosfolipid daripada triasilgliserol atau asam lemak etil ester. Keberadaan asam lemak

tak jenuh membran sel dapat menjaga dan memperbaiki fluiditas membran, sehingga

fungsi metabolisme sel tetap berjalan normal. Penambahan n-3 KUFA dapat

mengaktifkan ke j a enzim (N~+/K+) ATP-ase, karena asam lemak tersebut memiliki

titik cair yang rendah, sehingga dapat rneningkatkan fleksibilitas dan permeabilitas

membran (Li et al. 1994). Kandungan lemak total dan fosfolipid beberapa spesies

ikan perairan pantai dan karang pada organ utarna seperti otot, hati dan jantung dapat

(22)

Tabel 1 . Kandungan lemak total dan fosfolipid (g/lOO g bobot sampel basah) pada otot, hati, dan jantung beberapa spesies ikan perairan pantai dan karang

(Takama et aZ. 1994)

Keterangun : TL : Total lernuk, FL : Fosfolipid

f-) tidak difakukan anul&is-

Tabel I memperlihatkan bahwa pada bagian otot kisaran kandungan fosfolipid

untuk sepsies ikan perairan pantai dan karang yaitu berkisar 0,55-0,92% bobot tubuh

basah, sedangkan pada bagan hati ikan red seabream, marbled rockfish, surfperch

dan striped mullet berkisar 0.62-2.12%. Selanjutnya pada bagian jantung pada ikan

red seabream, kandungan fosfolipid adalah 0,87% dan bobot sampei basah.

Adapun kebutuhan fosfolipid yang optimal untuk beberapa jenis lama dan juvenil

ikan laut berdasarkan evaluasi beberapa parameter pengamatan, yaitu kelangsungan

hidup, pertumbuhan, sensitivitas stres, kelainan tulang dan komposisi tubuh atau

analisis lipid dapat dilihat pada Tabel 2. Tampak pada Tabel 2 bahwa pada fase larva ikan sangat sensitif terhadap defisiensi fosfolipid. Suplai fosfolipid dalam pakan

pada fase juvenil nampaknya kurang efektif terhadap kelangsungan hidup ikan

dibanding pada fase lama seperti yang ditunjukkan pada ikan rockbream

[image:22.509.61.443.96.222.2]
(23)

Tabel 2. Kebutuhan fosfolipid pada fase larva dan juvenil ikan (Coutteau et al. 1997)

Kadar PL optimalc

Juvenil ikan :

S u m b d

tranSmontarms Dicentrarchus l a b r a

Onchorynchus mykiss

Keterangan :

" P=panjang total, BB=bobot basah, BK=bobot kering

PC=fosfatidilkolin, PL=fosfolipid. POL=total polar lipid, PE=fosfatidiletanolamin, SPC=soybean fosfatidilkolin, SPE = soybean fosfatidiletanolamin, SL=soybean lechitin. dan EL=egg lechitin

G=pertumbuhan, =kelangsungan hidup, R-esisten terhadap stres, M=malformasi Periode

penelitian Spesies

0

Acipenser

I

5-lOg(BB)

Oplegnathus fasciatus Paralicthhyis olivaceus Plecoglossus altivelis

Pada fase larva, ikan tidak mampu mensintesis fosfolipid untuk mencukupi Ukurana

42

/

SL(75%PL)

3 3 4 mg (BK)

100-200 mg

kebutuhan fonnasi komponen sel yang b a r - pada permulaan periode pertumbuhan

F I

(BB) 1 1,6 g (BB) 2.94 g (BB) 87,2 mg(BB)

larva yang cepat (Kanazawa 1993 ). Sebagian besar ikan dan krustasea yang diteliti

mempunyai kebutuhan fosfolipid (FK + FI) pa& fase larva berkisar 1-3% dari bobot 40 140 60 30 33 SL(65%PL) EPC (95%PC) SPC(95%PC) SL(16NPC) 3 (G) 2 (G) 2 (G) 4 (G)

SL(53%POL) SL(53%POL) SL

Bonitto e m PL

[image:23.503.24.446.57.391.2]
(24)

kering pakan (Coutteau el al. 1997). Sedangkan Kanazawa (1997) melaporkan

bahwa kebutuhan fosfolipid yang terbaik pada larva ikan red sea bream adalah 3%

dengan sumber fosfolipid yang digunakan yaitu lecithin kedelai. Fosfolipid dalam

tubuh ikan marnpu meningkatkan daya tahan tubuh ikan terhadap perubahan kualitas

air lingkungan. Tampak bahwa jenis fosfolipid dalam pakan akan memberikan

respon toleransi yang berbeda. Hasil penelitian Tago et al. (1999) memperlihatkan

bahwa fosfolipid jenis 1,2-di-22:6-FK lebih berperan dalam fungsi toleransi terhadap

(25)

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

Pakan Uji

Pakan uji yang digunakan dalam penelitian ini ada 5 macam berbentuk pelet. Pelet dikeringkan dengan freez dryer dan disimpan pada suhu 4°C sebelum dan

selarna penelitian berlangsung. Komposisi bahan nutrisi penyusun pakan setiap

perlakuan sama, sedangkan yang bewariasi adalah kadar FK kedelai. Sumber FK

kedelai yang digunakan adalah lechitin tekms yang telah ditingkatkan kemumian

FK-nya dari 20% menjadi 53% (Lampiran 1). Persentase FK kedelai pakan yang

dicobakan yaitu 0,00%, 1,89Oh, 3,79%, 5,67%, dan 7,5696 atau kandungan FK dalam

pakan sebesar 0,69%, 1,23%, 2,36%, 3,43%, dan 4,60% dari bobot kering pakan.

Sumber protein pakan menggunakan kasein, tepung ikan, dan tepung rebon dengan

iso protein dan iso energi; sedangkan sumber lemak adalah minyak ikan dan lechitin

kedelai dengan total kandungan Iemak berkisar 11,95-12,84. Komposisi bahan

penyusun pakan disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3. Komposisi bahan pakan penelitian (Oh bobot kering pakan)

Bahan Pakan

Keterangan :

*'

Komposisi mineral mix dan vitamin mix tertera pada Lampiran 2. Kadar FK pakan (5%)
(26)

Untuk mengetahui komposisi proksimat, lipid polar (fosfolipid) dan netral dan

asam lemak pakan uji, dilakukan analisis kimia (Lampiran 3-9). Hasil analisis

tersebut dapat dilihat pada Tabel 4 di bawah ini

Tabel 4. Hasil analisis proksimat, kadar asam lemak dan kelas lipid pakan penelitian

(% bobot kering pakan)

Kornposisi Kadar FK pakan (%)

0,69 1,23 2,36 3,43 4,60

karbohidrat 4,10 KcaVg (NRC 1993).

Z n-6 C n-3

X n-3 HUFA Rasio C n-6/ n-3

(27)

Pemeliharaan Ikan

Ukuran ikan uji yang drgunakan dalam penelitian ini yaitu rata-rata 2,99*0,01 g

yang diperoleh dari Balai Besar Riset Perikanan Budidaya Laut Gondol-Bali.

Sebelum digunakan, ikan uji terlebih dahulu diadaptasikan selama 2 minggu terhadap

kondisi Iingkungan dan pakan yang akan diujikan. Pemeliharaan selama adaptasi

dilakukan dalam bak fiber volume 2 m3 dengan tujuan agar ikan mendapatkan

perlakuan yang sama. Untuk menjaga agar kualitas air didalam bak tetap baik, setiap

pagi dilakukan penyiponan kotoran ikan sebelum pemberian pakan. Pakan buatan

yang diberikan adalah pakan yang tidak mengandung FK.

Setelah ikan selesai diadaptasikan, ikan-ikan yang akan ditebar dalam bak

percobaan diseleksi terlebih dahulu agar mendekati ukuran yang seragam. Ikan

ditebar dalam wadah penelitian berupa bak polikarbonat sebanyak 15 buah dengan

volume masing-masing bak 30 T- yang dilengkapi dengan sistem air mengalir dengan

pergantian air mencapai 20 L/jam. Padat penebaran ikan per bak sebanyak 10 ekor.

Air yang digunakan diperoleh dari laut melalui mesin pompa yang dihubungkan

dengan pipa paralon. Selama masa percobaan ikan diberi pakan secara perlahan-

lahan dua kali sehari sampai ikan tidak mau menerima pakan lagi (at satiation).

Pakan yang tidak dimakan dikumpulkan dan ditimbang untuk mengetahui konsumsi

pakan, sedangkan kotoran ikan disipon setiap hari.

Untuk mengetahui perkembangan pertumbuhan ikan, dilakukan pengukuran bobot

ikan uji setiap interval 2 minggu selama masa penelitian. Penimbangan dilakukan

(28)

percobaan ditimbang untuk digunakan sebagai data perhitungan peubah efisiensi

pakan.

Pengukuran kimia air ini dilakukan pada awal, tengah, dan akhir penelitian. Hasil

pengukuran kualitas air yaitu, suhu 29-30°C, salinitas 30-32 ppt, pH 8,10-8,32,

oksigen terlarut 4,98-5,36 ppm, amoniak 0,29-0,47 ppm dan nitrit 0,04-0,08 ppm.

Data lengkap kimia air dapat dilihat pada Lampiran 10-1 1.

Pengukuran Kecernaan Pakan

Pengukuran kecemaan pakan dilakukan pada setiap perlakuan untuk mengetahui

tingkat kecernaan total bahan kering pakan. Pengukuran ini dilaksanakan pada akhir

percobaan. Sebelum pengukuran dilakukan, ikan uji terlebih dahulu dipuasakan

selama 24 jam. Selanjutnya ikan diberi pakan yang telah mengandung indikator

Cr203 berkisar 0.854.89% clan diberikan 2 kali sehari (pukul 08.00 dan 14.00).

Adaptasi ikan terhadap pakan yang mengandung Cr203 dilakukan selama 4 hari dan

pada hari ke 5 pengumpulan feses dimulai. Kepatan pengumpulan feses dilakukan

selama 7 hari. Feses yang telah terkumpul disentrifuse dengan kecepatan 3000 rpm

selama 10 menit kemudian disimpan dalamji.eezer untuk dianalisis kecernaan bahan

keringnya (Lampiran 12). Kondisi wadah d m media pemeliharaan ikan sama seperti

yang telah diuraikan sebelumnya.

Analisis Kimia

Analisis proksimat pakan dan tubuh ikan dilakukan pada awal dan akhir

(29)

dan air yang dilakukan mengikuti prosedur Takeuchi (1988). Analisis proksimat

dilakukan di Laboratorium Balai Besar Riset Perikanan Budidaya Laut Gondol-Bali.

Perhitungan BETN menggunakan rumus sebagai berikut :

BETN

-

100 - (KPK +KLK t Kab + S K )

Keterangan :

BETN = bahan ekstrak tanpa nitrogen, KPK = kadar protein kasar KLK = kadar

lemak kasar, Kab = kadar abu, clan SK = serat kasar

Demikian pula dengan analisis Cr203 untuk kecernaan pakan dilakukan rnengikuti

prosedur Takeuchi (1988), kelas lipid mengikuti prosedur AOAC (1995) dan asam

lemak mengikuti prosedur Apriyantono et al. (1989). Pengujian asam lemak

menggunakan alat GLC (gas liquid chromatography) dan kelas lipid menggunakan

alat HFLC (high performance liquid chromatography). Analisis Cr203, kelas lipid

dan asam lemak setiap perlakuan dilakukan di Laboratorium Riokimia dan Enzimatik

Balai Penelitian Bioteknologi (Balithio) pertanian.

Analisis Statistik

Metode perancangan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu rancangan acak

lengkap (RAL) dengan 5 perlakuan dan 3 ulangan. Sebagai perlakuan adalah dosis

FK kedelai yang berbeda yaitu 0,69%, 1,23%, 2,36%, 3,43%, dan 4,60% dari total

pakan. Peuhah yang diuji dengan penggunaan model statistik yaitu laju pertumbuhan

harian, kelangsungan hidup, efisiensi pemberian pakan, retensi Iemak, retensi

(30)

mengetahui pengaruh pakan uji terhadap peubah yang diukur tersebut digunakan

analisis ragam (uji F), jika berbeda nyata dilanjutkan dengan uji BNT (Steel and

Torrie 1995). Sedangkan kelas lipid dan asam lemak dianalisis secara deskriptif

Peubah yang Diuji

Untuk mengevaluasi pengaruh pakan penelitian terhadap ikan, beberapa peubah

yang berkaitan dengan pertumbuhan dan pakan uji diukur, yaitu laju pertumbuhan

harian, efisiensi pemberian pakan, retensi protein, retensi lemak, indeks hepasomatik

dan nilai kecernaan total bahan kering pakan.

Laju pertumbuhan harian dihitung dengan menggunakan rumus yang

dikemukakan oleh Huisman (1 976) :

- -

w*

= W,( l + O . O l LY )'

Keterangan : -

W, = bobot rata-rata benih pada akhir percobaan (g)

-

W, = bobot rata-rata benih pada awal percobaan (g)

oc

= laju pertumbuhan harian individu (Oh)

t = jurnlah hari selama percobaan.

Efisiensi pemberian pakan dihitung dengan menggunakan rumus yang

dikemukakan oleh NRC (1 983) :

Keterangan :

(31)

W, = bobot ikan pada akhir percobaan (g)

W, = bobot ikan pada awal percobaan (g)

D = jumlah bobot ikan yang mati selama percobaan (g)

F = jumlah bobot pakan yang dikonsumsi selama percobaan (g dalam bobot kering).

Retensi lemak (RL) dan Retensi protein (RP) dihitung dengan menggunakan

rumus yang dikemukakan oleh Takeuchi (1988) :

Pertambahan bobot lemak tubuh (g)

R L = 100%

Bobot total lemak yang dikonsurnsi (g)

Pertambahan bobot protein tubuh (g)

RP = . 100%

Bobot total protein yang dikonsumsi (g)

Indeks hepatosomatik (M) dihitung dengan menggunakan rumus yang digunakan

oleh Suwirya et uE. (200 1 ) :

bobot hepatosomatik

IH = . 100%

bobot tubuh

Nilai kecernaan total bahan kering pakan dihitung dengan menggunakan rumus

yang dikemukakan oleh Watanabe (1988) :

Keterangan :

Da = kecernaan total bahan kering (%)

b = persentase indikator bahan kering dalam pakan

(32)

HASIL

DAN PEMBAHASAN

H a s i 1

Komposisi Proksimat Tubuh

Untuk melihat pengaruh kadar fosfatidilkolin pakan terhadap komposisi proksimat

tubuh ikan kerapu tikus dilakukan analisis proksimat. Hasil analisis proksimat dapat

dilihat pada Tabel 5. Sedangkan data lengkap dapat dilihat pada Lampiran 13. Dari

Tabel 5 terlihat bahwa kandungan protein, lemak, abu, dan kadar air antar perlakuan relatif seragam.

Tabel 5. Komposisi proksimat tubuh ikan hakhir penelitian (% bobot kering)

Komposisi Kelas Lipid dan Asam Lemak

Pengaruh kadar fosfatidilkolin pakan terhadap lipid polar (fosfolipid) dan netral

tub& dapat dilihat pa& Tabel 6. Dari Tabel 6 terlihat bahwa kadar lipid netral total

tubuh dan otot cenderung menurun seiring dengan meningkatnya kadar FK pakan,

[image:32.509.56.450.67.567.2]
(33)

lagi pada kadar FK 3,43% dan 4,60%. Sedangkan kadar fosfolipid total tubuh memperlihatkan kecenderungan sebaliknya dari lipid netral.

Dari Tabel 6 terlihat bahwa asam lemak n-6 dan n-3 pada hati cenderung

meningkat hingga perlakuan 4,60%, sedang pada bagian total tubuh dan otot

cenderung meningkat hingga perlakuan 3,43% kemudian menurun pada

perlakuan 4,6096. Rasio n-6 dan n-3 pada total tubuh dan hati memperlihatkan

kecenderungan yang meningkat, sedangkan otot memperlihatkan kecenderungan

yang menurun. DHA (C22:6n-3) didalam tubuh ikan naik sampai 3,43% untuk

(34)

Tabel

6.

Data hasil analisis kelas lipid d m asam lemak total tubuh, hati dm otot ikan diakhir penelitian

(%

bobot kering)

C n-3

C n-61 n-3

Keterangan

:

Data hasil analisis lengkap asam lemak dapat dilihat pada Lampiran

14.

(35)

Kinerja Pertumbuhan

Perubahan bobot ratit-rata individu ikan kerapu tikus yang diberi pakan

mengandung FK yang berbeda selama penelitian dapat dilihat pada Gambar di bawah

ini. Sedangkan data lengkap dapat dilihat pada Lampiran 15.

0 2 4 6 8 10 12

Waktu pemeliharaan (minggu)

Perubahan bobot rata-rata individu ikan kerapu tikus selama penelitian.

Berdasarkan Gambar d~ atas terlihat bahwa kadar FK dalam pakan mempcngaruhi

pertumbuhan, yang awalnya relatif seragam dan setelah memasuki minggu ke 12

pengaruh masing-masing perlakuan terhadap pertumbuhan berubah. Pakan yang

memberikan pengaruh pertumbuhan yang tertinggi yaitu pada perlakuan 3,4396 pakan

dengan bobot rata-rata 27,19 g yang diikuti oleh perlakuan 2,36%, 1,23%, 0,79% dan

terendah pada perlakuan 4,60% yang secara berturut-turut bobot rata-ratanya yaitu

27,19 g, 27,12 g, 26,27 g dan 24,14 g.

Pola pertumbuhan ikan seperti yang terlihat pada Gambar di atas akan

(36)

pengaruhnya dapat dilihat pada Tabel 7 mengenai peubah konsumsi pakan dan

peubah yang berkaitan dengan kine rja pertumbuhan. Sedangkan data lengkap dapat

dilihat pada Lampiran 16-24.

Tabel 7. Nilai rata-rata konsumsi pakan (KP), retensi protein

(RP),

retensi lemak

(RL), indeks hepatosomatik

(IH),

kecernaan total bahan kering pakan (KTBKP), laju

perturnbuhan harian (LPH), dan efisiensi pakan (EP) pada setiap perlakuan

Keterangan : Huruf yang berbeda dalam satu baris yang sama menyatakan perbedaan antar perlakuan (P<0,05).

Peubah

Tabel 7 memperlihatkan pengaruh kadar FK kedelai dalam pakan terhadap

beberapa peubah yang diamati pada. Dari Tabel 7 di atas terlihat bahwa konsumsi

Kadar FK pakan ( O h )

pakan dan indeks hepatosomatik sama antar perlakuan. Retensi protein, retensi

lemak dan laju pertumbuhan harian pa& perlakuan 1,23O/~3,43% sama dan lebih

0,69

tinggi dibanding perlakuan 0,69 dan 4,60%. Sedangkan kecernaan total bahan kering 2,36

1,23

pakan pada perlakuan 1,23Y&4,60% sama dan lebih tinggi dibanding dengan

perlakuan 0,69%. Adapun efisiensi pakan pada perlakuan 0,69%3,43% sama dan

3.43

lebih tinggi dibanding dengan perlakuan 4,60%.

(37)

Pembahasan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perbedaan kadar FK pakan memberikan

pengaruh yang reIatif kecil terhadap komposisi proksimat tubuh ikan kerapu tikus

(Tabel 5). Relatif kecilnya komposisi proksimat tersebut karena pakan yang diberikan mengandung protein dan energi yang reIatif seragam (zsoprotein dun isoenergi).

Adanya perbedaan kadar FK pakan akan mempengaruhi proses pencemaan pakan

d a l m tubuh ikan. Hal ini disebabkan oleh peran FK yang ada &lam pakan sebagai

zat pengemulsi terhadap lemak dengan sifatnya yang larut dalam air (hidrofilik) dan

lemak (Iipofilik). Keberadaan FK pakan tersebut berdampak kepada kecemaan total

bahan kering pakan yang lebih baik. Terlihat pada Tabel 7 bahwa nilai kecemaan

total bahan kering pakan lebih tinggi pada perlakuan FK pakan dari 1,230/0-4,60%

dibanding pada perlakuan FK pakan 0,69% (P<0,05). Diduga dengan penambahan

FK pakan akan meningkatkan emulsifier lemak, sehingga mempermudah proses

absorbsi lemak ke &lam tubuh. Beberapa penelitian mengungkapkan bahwa Iechitin

dibutuhkan sebagai pengemulsi lipid dalam pencernaan pada larva ikan dan crustacea

(Kanazawa 1993). Ditambahkan oleh Coutteau et al. (1997) bahwa fosfolipid dalam

pakan meningkatkan emulsifikasi clan absorbsi lipid dalam sistem pencernaan,

disamping itu membuat kecemaan pakan lebih baik.

Bahan pakan yang telah tercema diteruskan ke hati dalam bentuk kilomikron

untuk dikatalisis menjadi senyawa-senyawa yang lebih sederhana. Kemampuan hati

untuk mengkatalisis senyawa tersebut tercermin dari nilai indeks hepatosomatik.

(38)

(P>0,05). Diduga bahwa proses pemecahan lemak 'lzpolzsis' dan sintesis lemak

'ljpogenesis' berjalan relatif sama. Ha1 ini didukung data hasil analisis proksimat

tubuh (Tabel 51, khususnya lemak tubuh yang relatif sama.

Peranan fosfolipid sangat penting selain sebagai emulsifier juga sebagai media

transportasi. Bertambahnya fosfolipid tubuh dari perlakuan FK pakan 0,69%-4,6096

(Tabel 6) maka akan meningkatkan laju transportasi lemak dalam bentuk lipoprotein

sehingga memperlancar dan memperbaiki proses pembentukan membran sel. Namun

demikian, peningkaian kinerja membran sel dipengaruhi pula oleh kandungan asam

lemak, khususnya asarn lemak tak jenuh rantai panjang.

Gambaran kebutuhan ikan &an asam lemak terefleksi pada jumlah asam lemak

yang dikandung pada total tubuh ikan. Terlihat pada Tabel 6 bahwa asam lemak n-6

dan n-3 total tub& ikan meningkat dari perlakuan kadar

FK

0,69% sampai 3,43%.

Fenomena ini menunjukkan bahwa walaupun terjadi penarnbahan FK pakan, namun

asam lemak n-3 tubuh turut meningkat juga. Hal ini disebabkan karena aff~nitas asam

Iemak n-3 lebih besar dari asam lemak n-6. Sargent eef al. (1995) dan Murray et a[. (1997) menyatakan bahwa asam lemak n-3 memiliki affinitas yang lebih besar

terhadap enzim A - 6 dan A-5 desaturase jika dibanding dengan asam lemak n-6. Lebih

lanjut BNF (1992) menambsthkan bahwa ha1 yang demikian disebabkan oleh

kompetisi asam lemak n-6 dan n-3 P U F A dalam perpanjangan turunan rantai C I 8

menjadi C20 dan C22, dimana C18:3n-3 mempunyai potensi untuk menghambat

CI8:2n-6. Sedangkan pada perlakuan FK pakan 4,60% asarn lemak n-3 dan n-6

(39)

dan n-6 sudah optimal. Diduga penambahan FK pakan sebesar 4,60% menyebabkan

terjadinya umpan balik ke sistim syaraf pusat (central nervous system) untuk

meregulasi kembali agar membatasi produksi enzim elonguse yang berperan dalam

perpanjangan rantai karbon asam lemak.

Pada tabel 6 juga terlihat bahwa asam lemak docosahexaenoid acid (C22:6n-3)

atau DHA tubuh ikan menunjukkan peningkatan dari perlakuan kadar FK pakan

0,69% sampai 3,43%. Diduga pada perlakuan ini kinerja sel meningkat untuk

menunjang transportasi lemak khususnya asam lemak DHA dari luar ke dalam sel.

Asam lemak DHA ini digunakan untuk pembentukan membran sel dan berperan

dalam meningkatkan permeabilitas sel. Stubbs dan Smith (1 984) menyatakan bahwa

stabilitas, permeabilitas dan fluiditas membran sangat ditentukan oleh asam lemak

dalam fosfolipid. Ditarnbahkan bahwa membran dengan asam lemak tak jenuh lebih

tinggi mempunyai fluiditas yang lebih tinggi pula.

Kelancaran transpor lemak dalam bentuk lipoprotein dari luar ke dalam sel akibat

permeabilitas membran sel yang baik &an m e m p e n g d penyimpanan lemak dan

protein tubuh (lemak dan protein struktural). Keberadaan protein dan lemak tubuh

mempengaruhi nilai retensi protein dan retensi lemak (Tabel 7). Retensi protein dan

retensi lemak lebih tinggi didapatkan pada perlakuan FK pakan 1,23% sampai 3,43%

dibanding perlakuan 4,60% (P<0,05). Nilai retensi ini menggambarkan bahwa FK

pakan pada kadar tersebut berperan dalam meningkatkan pemanfaatan protein dan

lemak untuk struktur tubuh, sehingga pada perlakuan FK pakan 1,23-3,43% tejadi

(40)

KESIMPULAN

Kadar FK kedelai di dalam pakan yang optimal untuk pertumbuhan ikan

kerapu tikus adalah 1,23%. Hal ini didasari atas pertimbangan pada kadar tersebut

merupakan kadar FK terendah yang menghasilkan pertumbuhan d m nilai efisiensi

Gambar

Tabel I memperlihatkan bahwa pada bagian otot kisaran kandungan fosfolipid
Tabel 2. Kebutuhan fosfolipid pada fase larva dan juvenil ikan (Coutteau et al. 1997)
Tabel 5 terlihat bahwa kandungan protein, lemak, abu, dan kadar air antar perlakuan

Referensi

Dokumen terkait

 Jumlah keberangkatan (embarkasi) penumpang angkutan laut dalam negeri melalui pelabuhan laut Tanjung Emas Semarang pada bulan Juni 2015 sebanyak 7.663 orang, turun

[r]

Kesalahan dalam mengisi kode dan nama mata kuliah, NIM, masa registrasi serta kesalahan mengolah nilai akan menyebabkan tidak terprosesnya nilai

Penggunaan ketiga jenis metode mengajar ini dapat dilakukan diawali dengan pemberian informasi kepada siswa tentang bahan yang akan didiskusikan oleh siswa, lalu

“ PENGARUH STRES KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN (Studi Kasus Pada Kampung Batik Laweyan Surakarta)”...

Informasi tersebut juga dapat digunakan untuk membantu penyusunan. anggaran yang akurat karena bawahan mampu

dibuat. b) Calon kandidat melakukan tes multiple choice yang telah disediakan sistem. c) Siswa memilih kandidat melalui sistem yang telah dibuat. d) Memanfaatkan data siswa sebagai

biasanya digunakan untuk menunjukkan klaim yang akan dilunasi dengan uang. Penagihan adalah suatu kegiatan melakukan tagihan kepada seseorang atau kelompok,. agar