• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penghimpunan Al-Qur’an pada Masa Abu Bakar

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Penghimpunan Al-Qur’an pada Masa Abu Bakar"

Copied!
2
0
0

Teks penuh

(1)

24 20 SYAKBAN - 5 RAMADLAN 1431 H

KHAZANAH

D

i atas telah dijelaskan bahwa Al-Qur’an telah ditulis seluruhnya pada masa Rasulullah saw, hanya saja ayat-ayat dan surat-suratnya masih terpisah-pisah, karena penulisannya masih sangat sederhana, yaitu ditulis di atas tulang-tulang, pelepah kurma, kulit binatang dan kepingan batu.

Abu ‘Abd Allah al-Muhasibi dalam ki-tabnya, Fahmus-Sunan, mengatakan bah-wa penulisan Al-Qur’an bukanlah barang baru, sebab Nabi Muhammad saw dahulu sudah memerintahkan kepada para penu-lisnya supaya menulis wahyu yang diturun-kan kepadanya. (Subhiy as-Salih, 1972: 74).

Sebelum wafat, Rasulullah saw telah mencocokkan Al-Qur’an yang diturunkan kepada beliau dengan Al-Qur’an yang di-hafal oleh para huffaz, surat demi surat, ayat demi ayat. Maka Al-Qur’an yang di-hafal oleh para huffaz itu merupakan duplikat Al-Qur’an yang dihafal Rasulullah.

Al-Qur’an yang ditulis pada kulit bina-tang dan alat tulis lainnya harus cocok de-ngan Al-Qur’an yang dihafal, agar Kitab Allah yang mulia itu lahir dari Al-Qur’an yang ditulis dan dihafal, sehingga semua manusia dapat mengambil manfaat dari Kitab Suci itu sepanjang zaman. Kulit bina-tang dan alat tulis lainnya yang sangat se-derhana itu tidak mampu menjaga Al-Qur’an, sebab alat tulis itu kemudian men-jadi fana, sedang orang-orang yang menukil dari mereka tidak mempunyai catatan leng-kap pada waktu itu. (Ibrahim al-Ibyariy, 1965: 86).

Maka, Allah membangkitkan kaum Muslimin untuk menjaga Al-Qur’an dari ke-fanaan. Disalinlah Al-Qur’an itu dari satu tempat ke tempat lainnya, atas perintah Abu Bakar, dan dihimpun menjadi satu.

Penyalinan itu dilakukan dengan sangat

cermat, disesuaikan dengan penulisan yang disimpan di rumah Rasul yang masih berserakan. Kemudian, dihimpunnya dan diikat dengan benang, sehingga tidak ada satu pun yang hilang.

Penghimpunan Al-Qur’an oleh Abu Bakar, dilakukan sesudah peristiwa perang antara kaum Muslimin dan kaum murtad-din, pengikut Musailimah al-Kazzab di Ya-mamah, pada tahun 12 H. Dalam peristiwa itu tujuh puluh huffaz Al-Qur’an terbunuh. Hal itulah yang menimbulkan kekhawatiran pada diri Umar bin Khattab, dan mendo-rongnya untuk mengusulkan kepada Abu Bakar agar menghimpun Al-Qur’an menjadi satu naskah.

Diriwayatkan oleh al-Bukhariy dalam kitab Sahihnya bahwa Zaid bin Tsabit ber-kata: saya diberi tahu oleh Abu Bakar tentang korban perang Yamamah. Ketika aku menghadapnya, ‘Umar sudah berada di tempat Abu Bakr, beliau berkata: Hai Zaid, ‘Umar datang kepadaku menyampaikan berita tentang perang Yamamah yang sa-ngat dahsyat dan mengorbankan banyak qari’ Al-Qur’an, sehingga dia khawatir pe-perangan itu akan memusnahkan para qari’ yang berada di daerah-daerah, yang berarti pula menghilangkan sebagian besar Al-Qur’an. ‘Umar mengusulkan agar aku mengeluarkan perintah untuk menghimpun Al-Qur’an. Selanjutnya Abu Bakar berkata: Bagaimana saya harus melakukan se-suatu yang tidak pernah dilakukan oleh Ra-sulullah saw? Lalu ‘Umar berkata: Demi Allah, ini adalah suatu pekerjaan yang baik. ‘Umar berulang kali mendesak saya agar menghimpun Al-Qur’an hingga akhirnya Allah membuka hati saya dan menyatukan pendapat dengan saudara Umar dalam upaya menghimpun Al-Qur’an itu. Selan-jutnya Zaid menjelaskan; Lalu Abu Bakar berkata: kamu adalah seorang pemuda

yang berakal cemerlang, saya tidak me-nyangsikan pekerjaanmu, lagi pula kamu pernah menjadi penulis wahyu pada masa Rasulullah saw. Maka telitilah Al-Qur’an itu lalu himpunlah menjadi satu naskah. Zaid berkata: Demi Allah seandainya mereka menugasi saya memindahkan sebuah gunung, tugas itu bagi saya tidaklah lebih berat daripada diberi tugas untuk meng-himpun Al-Qur’an. Zaid berkata: Mengapa engkau melakukan sesuatu yang tidak pernah dilakukan oleh Rasul Allah saw? Abu Bakar menjawab: Demi Allah, itu adalah pekerjaan yang mulia. Seterusnya Zaid berkata: Abu Bakar berulang kali memerintahkan agar saya menghimpun Al-Qur’an hingga terbukalah hati saya sebagaimana terbukanya hati Abu Bakar dan ‘Umar. Kemudian mulailah saya meneliti dan mengumpulkan Al-Qur’an yang ditulis di atas kepingan-kepingan pelepah kurma, batu tipis dan alat tulis lainnya, dan juga yang dihafal oleh para sahabat, sehingga berhasil menemukan ayat terakhir dari surat At-Taubah yang tidak saya temukan pada seorang pun selain Abu Khuzaimah al-Ansari, yaitu:

“Sesungguhnya telah datang kepada-mu seorang Rasul dari bangsakepada-mu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sa-ngat menginginkan (keimanan dan kese-lamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang Muk-min. Jika mereka berpaling (dari keiman-an) maka katakanlah: Cukuplah Allah

ba-PROF. DRS. SA’AD ABDUL WAHID

Penghimpunan Al-Qur’an

pada Masa Abu Bakar

De

m

o (Vi

si

t ht

tp:

//www.pdfspl

itm

erge

r.c

om

(2)

25 SUARA MUHAMMADIYAH 15 / 95 | 1 - 15 AGUSTUS 2010

KHAZANAH

giku, tidak ada Tuhan selain Dia, hanya kepNya aku bertawakkal dan Dia ada-lah Alada-lah yang memiliki Arsy yang Agung.”

(At-Taubah [9]: 128-129).

Suhuf-suhuf yang telah saya himpun itu disimpan oleh Abu Bakar hingga wafat-nya, kemudian disimpan oleh Umar, dan selanjutnya disimpan oleh Hafsah. (al-Bukhariy, III: 145).

Dimaksudkan dengan pernyataan Zaid: Ayat terakhir dari surat At-Taubah itu tidak ditemukan selain pada Khuzaimah, ialah: Ayat itu tidak ditulis oleh seorang pun, kecuali oleh Khuzaimah. Sebab sebagian besar sahabat, hafal Al-Qur’an termasuk Zaid bin Tsabit. Dia sengaja meneliti dan mengumpulkan Al-Qur’an yang ditulis, dengan tujuan untuk membantu dan menguatkan hafalan, karena Abu Bakar telah menekankan agar penerimaan ayat itu harus dikuatkan dengan dua syahid (pendukung), hafalan dan tulisan. Sistem penerimaan ayat itu diperlakukan terhadap semua ayat Qur’an. Pengumpulan Al-Qur’an itu dapat diselesaikan dengan sem-purna dalam waktu kurang lebih satu tahun, antara peristiwa perang Yamamah dan waktu wafatnya Abu Bakar.

Menurut suatu riwayat, Aliy bin Abi

Ta-lib pernah berkata: Semoga Allah mem-berikan rahmat kepada Abi Bakar, dialah orang yang pertama kali mengumpulkan Al-Qur’an antara dua sampul. (az-Zarka-syiy, 1960: 239).

Abu Bakar telah tercatat dalam sejarah sebagai orang yang pertama kali meng-himpun Al-Qur’an, Umar bin Khattab seba-gai orang yang mempunyai inisiatif untuk menghimpun Al-Qur’an dan Zaid tercatat sebagai pelaksananya.

Di atas telah dijelaskan dalam Hadits yang ditakhrijkan oleh al-Bukhariy bahwa setelah selesai pengumpulan Al-Qur’an da-lam satu suhuf (himpunan lembaran-lembaran), maka disimpanlah suhuf itu oleh Abu Bakar hingga wafatnya, selanjutnya disimpan oleh Umar bin Khattab, hingga wafatnya, dan akhirnya disimpan oleh Hafsah binti Umar. Hal inilah yang sering dipertanyakan, mengapa suhuf itu tidak diserahkan kepada Usman? Apakah dia tidak lebih berhak menyimpannya?

Subhiy as-Salih dalam kitabnya, Ma-bahis, mengatakan bahwa Hafsah-lah yang lebih utama dan lebih berhak menyim-pannya, sebab Umar telah berwasiat agar suhuf itu diserahkan kepada Hafsah. la adalah istri Rasul, Umm al-Mu’minin juga

hafal Al-Qur’an sepenuhnya dan mengua-sai baca tulis. Umar pun telah menetapkan bahwa masalah khilafah sesudah beliau harus ditetapkan berdasarkan musyawa-rah. Maka bagaimana mungkin menye-rahkannya kepada ‘Usman, padahal beliau belum ditetapkan sebagai khalifah.

Penamaan Al-Qur’an dengan mushaf itu, muncul pada masa Abu Bakar. Ibnu Asytah meriwayatkan dalam kitabnya, al-Masahif, dari Musa bin Uqbah dari Ibnu Syihab, dia berkata: setelah Al-Qur’an itu selesai dihimpun menjadi satu himpunan yang teratur, berkatalah Abu Bakar: carilah nama untuk Al-Qur’an itu! Lalu sebagian sahabat mengusulkan agar diberi nama “as-Sifir”, kemudian berkatalah Abu Bakar: nama itu ciptaan orang Yahudi.

Mereka pun tidak menyukai nama ter-sebut, lalu sebagian sahabat mengusulkan agar diberi nama “al-Mushaf”. Akhirnya pa-ra sahabat bersepakat memberikan nama “al-Mushaf”. (Subhiy as-Salih, 1972: 78).

Demikianlah penulisan Al-Qur’an pada masa Abu Bakar, mereka telah mencurah-kan segala perhatian, tenaga dan hartanya, untuk menyelesaikan tugas yang suci dan berat itu, mereka hanya mengharapkan keridlaan dari Allah SwT.l

De

m

o (Vi

si

t ht

tp:

//www.pdfspl

itm

erge

r.c

om

Referensi

Dokumen terkait

Kegiatan pembelajaran siswa dalam menyetorkan hafalan baru di SMPIT Tahfidzil Qur‟an Botoran dan SMP Tahfidz Al -Ikhlas Karangrejo Tulungagung3. Kegiatan evaluasi

Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah 1) Untuk mendeskripsikan proses perencanaan pembelajaran Tahfiẓul Qur‟an di SMPIT Tahfidzil Qur‟an dan SMPT Al-Ikhlas

Kualitas Fermentasi Dan Nilai Nutrisi Silase Berbasis Sisa Tanaman Padi Yang Diensilase Dengan Penambahan Inokulum Bakteri Asam Laktat Epifit.. Hariadi,

Lokasi penelitian ini berada di desa Cibogo dan desa Ambit Kecamatan Waled Kabupaten Cirebon, Jawa Barat. Penulis memilih lokasi ini dikarenakan tradisi nujuh

Bersyukur adalah suatu hal yang membentuk emosi dan perasaannya, yang akan berproses menjadi sikapnya, sifat moral, kebiasaan, sifat kepribadian, dan kemudian

Dengan dasar itu, para sahabat menampakkan sikap ketatnya dengan cara sangat selektif dan berhati-hati dalam menerima dan meriwayatkan hadis-hadis Nabi SAW yang

Jadi, yang dimaksud dengan Pembiasaan Membaca Al-Qur‟an pada siswa di SMP Negeri 2 Pekuncen adalah penelitian tentang proses dan cara pembiasaan yang dilakukan

1) Jenis Penelitian. Adalah penelitian lapangan jadi data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh melalui studi laporan dengan cara mencatat dan