• Tidak ada hasil yang ditemukan

DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA PADA ANAK HIPERAKTIF

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA PADA ANAK HIPERAKTIF"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Memiliki buah hati, tentunya merupakan dambaan bagi setiap orang yang

telah membina keluarga. Menurut Mayrazano anak adalah sebuah anugerah terbesar

nan suci dan luhur yang diberikan Allah swt kepada manusia. Anugerah tersebut

tentunya bukan anugerah garis yang digunakan begitu saja. Allah menyerahkan

anugerah mulia tersebut kepada umat manusia disertai dengan beban dan tanggung

jawab untuk mendidik dan membesarkannya hingga menjadi sebuah karakter yang

kuat dan tangguh dimasa depan.

Setiap orang tua, pasti menginginkan buah hatinya lahir dengan keadaan yang

sehat, baik sehat secara fisik maupun sehat secara psikis atau mental, karena bagi

para orang tua, anak merupakan harapan besar dimasa depan guna mengangkat

harkat dan derajat orang tuanya. Senada dengan ungkapan tersebut Myrazano

menegaskan bahwa kelahiran merupakan salah satu dari takdir yang diciptakan oleh

Allah SWT terhadap makhluk ciptaanya. Manusia sebagai makhluk tidak diberikan

hak untuk memilih, seperti halnya kelahiran anak yang merupakan penetapan mutlak

dari Allah SWT dan Allah SWT tidak pernah salah dalam menetapkan sebuah

keputusan.

Keadaan berbeda lagi ketika anak yang dilahirkan, berbeda dengan anak

lainnya, yakni anak memerlukan perhatian dan kebutuhan yang khusus jika

dibandingkan dengan anak yang lainnya, tentunya orang tua mengalami guncangan

mental dalam situasi tertentu. Berkaitan dengan hal tersebut (Heward dalam

Wikipedia) mengemukakan anak berkebutuhan khusus adalah anak dengan

karakteristik khusus yang berbeda dengan anak pada umumnya tanpa selalu

menunjukkan pada ketidakmampuan mental, emosi dan fisik, yang termasuk

kedalam anak berkebutuhan khusus antara lain: tunanetra, tunarungu, tunadaksa,

tunalaras, tunagrahita, kesulitan belajar, gangguan perilaku, anak berbakat dengan

(2)

2

Senada dengan peristiwa di atas, beberapa perasaan emosi yang mungkin

dialami oleh orang tua meliputi: orang tua merasa kaget, penyangkalan, sedih, dan

marah, rasa bersalah, takut dan cemas serta penyesuaian dengan kenyataan yang baru

smith (2009).

Ketidaksempurnaan yang dimiliki oleh anak ketika lahir memang dapat

membawa dampak yang negatif bagi para orang tua. Namun hal tersebut adalah

mengurangi kewajiban orang tua yakni dalam tugas dan tanggungjawab mendidik

dan membesarkan anak sebagai generasi masa depan. Sehingga mau jadi apa dan

mau seperti apa anak-anak di masa depan, tergantung dari kedua orang tuanya

(Myrazano). Apabila anak-anak itu dibesarkan dalam lingkup pendidikan yang benar,

karena mereka akan tumbuh dan berkembang menjadi dewasa secara benar.

Pada umumnya orang tua yang mempunyai anak hiperaktif sering mengeluh

tentang perilaku anaknya. Perilaku anak hiperaktif, antara lain sulit berkonsentrasi,

selalu mengganggu orang lain, sering bergerak dari satu kegiatan ke kegiatan yang

lainnya dan tidak mudah diam, susah diatur, sering lupa pada barang-barang

miliknya sendiri, serta berbicara berlebihan.

Dalam perkembangan dirinya secara menyeluruh, anak hiperaktif mempunyai

permasalahan berkaitan dengan kesulitan melakukan koordinasi gerak pada gerak

yang menggunakan otak halus (fine motor) dan gerak yang menggunakan otak besar (gross motor). Kesulitan lainnya adalah dalam menggunakan pemikiran nonverbal, fungsi pengorganisasian dan perencanaan gerak dalam aktivitas tertentu, emosional

terutama masalah sosial yang disebabkan oleh adanya perilakunya yang suka

merusak, suka mengganggu. Emosi negatif yang kemudian masalah-masalahnya

berkembang menjadi psikopatologi. Ketiadaan perhatian tidak dapat diam berlebihan

dan sifat menurutkan kata hati merupakan perilaku salah menyesuaikan diri dan tidak

sejalan dengan tingkat perkembangan anak.

Sekitar 15 persen anak hiperaktif usia prasekolah kerap diberi hukuman,

bahkan 16 persennya dikeluarkan dari tempat penitipan anak dan sekolah mereka.

Bahkan penelitian di Iran pada 2010 menemukan, bahwa 74 persen anak hiperaktif

mengalami kekerasan dari orangtua. Orangtua cenderung berinteraksi secara negatif

(3)

3

Anak hiperaktif mulai terjadi pada usia sekitar 3 tahun atau sampai 7 tahun,

sedangkan hendaya adanya kurang pemusatan perhatian (inattention), suka menurutkan kata hati dan suka mengganggu temannya (impulsioity), sikap tdak mau diam dan selalu aktif melakukan kegiatan tanpa ada penyelesainnya (hyperactioity),

serta gejala-gejalanya mulai terlihat secara jelas pada saat yang bersangkutan masuk

sekolah. Namun sebelumnya, para orang tua yang mempunyai anak hiperaktif telah

melihat adanya gejala-gejala gangguan. Gejala-gejala gangguan pada anak hiperaktif,

misalnya perilaku yang sangat aktif di rumah berupa perilaku yang suka bermain

dengan melempar, membongkar barang-barang yang ada disekeliling ruangan tanpa

ada penyelesaian untuk dirapikan kembali, sikap suka mengganggu dan nakal, selalu

menentang, serta sangat lamban untuk memahami arahan atau latihan-latihan

berkaitan dengan aktivitas sehari-hari. Bandi Delphie (2009).

Mengelola anak hiperaktif memang butuh kesabaran yang luar biasa, juga

kesadaran untuk senantiasa tak merasa lelah, demi kebaikan si anak. Anak hiperaktif

memang selalu bergerak, nakal, tak bisa berkosentrasi. Keinginannya harus segera

dipenuhi. Mereka juga kadang impulsif atau melakukan sesuatu secara tiba-tiba tanpa

dipikir lebih dahulu. Gangguan perilaku ini biasanya terjadi pada anak usia

prasekolah dasar, atau sebelum mereka berusia 7 tahun.

Menghadapi hal tersebut, banyak orang tua merasa bingung, kurang

memahami atau kurang memperdulikan problem hambatan perkembangan itu

sebagian orang tua bersikap masa bodoh, bahkan mengabaikan hal tersebut. Mereka

hanya berpikir sepihak dan memandang atau menganggap anak sebagai orang

dewasa mini. Anak diperlakukan harus selalu mengerti dan mengikuti kehendak

orang tua. Di sisi lain, sebagian orang tua menjadi bingung apa yang harus dilakukan

untuk mengatasi problem tersebut.

Adapun dua contoh kasus dalam penelitin ini yang dapat dari salah satu

sumber Antara News (2010) misalnya Kasus terbakarnya Ilham, bocah asal

Kabupaten Malang serta pemasungan terhadap Adi Saputro (10) bocah asal

Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur. Seperti dialami Ilham, sebagian tubuhnya hangus

karena tidak bisa lari menyelematkan diri saat api melalap kamarnya. Ayah Ilham,

Suhaebi, mengikat kaki anaknya dengan rantai. dari kasus ini hampir sama dengan

(4)

4

berusia 8 tahun. Pada bagian kaki kanannya, dirantai oleh orangtuanya selama lima

tahun. Orang tua Januper, berinisial AK (50) memasangkan rantai di kaki kanannya,

serta menempatkannya di ruang tamu rumah kontrakan mereka.

Dari kasus di atas, dapat diketahui orang tua yang mengannggap anaknya

hiperaktif tanpa adanya dukungan sosial sedikitpun kemudian menganggap hiperaktif

suatu hal yang membahayakan sehingga anaknya dirantai dikaki, padahal hal tersebut

tidak baik untuk psikologis anaknya, bahkan anak bisa menjadi trauma atau depresi.

Dari fenomena lain, adapun dalam penilitian ini menemukan subyek bernama

BL, anak yang hiperaktif. Subyek sering terlihat di suatu tempat pernainan ternana di

sebuah mall yang berada di Malang. Peneliti sering kali melihat subyek bermain,

berlari-lari kesana kemari, dan loncat-loncat melihat pengunjung yang lain bermain

PUMP Dancing. Subyek tidak sendiri, subyek ditemani oleh ayahnya. Dari hasil

wawancara peneliti dengan salah satu pengunjung disana ayahnya seing menemani

subyek ke tempat permainan tersebut setiap hari, dari sore hingga tempat permainan

tersebut tutup pada malam hari.

Dari fenomena ini terlihat sekali bahwa dukungan seorang ayah yang bisa

menerima psikologis anaknya, dengan membawa anaknya setiap hari ketempat

permainan. Seorang ayah yang ikhlas meluangkan waktu setiap malam untuk

menemani anaknya bermain. Dukungan sosial yang dilakukan ayah BL tersebut

merupakan salah satu bentuk dukungan emosianal dengan memberikan perhatian dan

empati untuk menghadapi anak hiperaktif.

Dukungan dari keluarga merupakan dukungan sosial pertama yang diterima

seseorang karena anggota keluarga adalah orang-orang yang berada dilingkungan

paling dekat dengan diri individu dan memiliki kemungkinan yang besar untuk dapat

memberikan bantuan Levit (1983). Dukungan sosial yang diberikan kepada anak

akan sangat berperan penting dalam pembentukan kepribadian anak. Menurut

Argyle, dkk (1980), dalam Rice (1993), menyatakan bahwa dukungan sosial

orangtua mempunyai keterkaitan dengan hubungan yang dekat antara anak dan

orangtua, harga diri yang tinggi, kesuksesan akademik, dan perkembangan moral

yang baik pada anak.

Pentingnya dukungan sosial yang diberikan orang tua adalah agar

kemampuan sosialisasi dan ketrampilan komunikasi anak dapat berkembang secara

(5)

5

dukungan tersebutlah yang mampu memberikan pengaruh besar dalam kehidupan

anak. Tentu bisa dibayangkan, bila tidak ada dukungan sosial yang diberikan orang

tua pada anak yang memerlukan kebutuhan khusus, maka anak akan mengalami

banyak kesulitan dalam menyelesaikan tugas perkembangannya.

Dukungan sosial yang diberikan orang tua tidak hanya berupa perhatian

melainkan berupa dorongan yang dapat memberikan rasa aman, sehingga individu

merasa diperhatikan, diterima keberadaan dan keadaannya, dukungan yang bertujuan

untuk mengembangkan harga diri dan kepercayaan diri subyek, dukungan untuk

menjadikan individu lebih siap dalam kondisi yang berkaitan dengan masalahnya dan

dukungan yang berupa alternatif dalam pemecahan masalah.

Bagi anak hiperaktif, peran aktif orang tua ini merupakan bentuk dukungan

sosial yang menentukan kesehatan dan perkembangannya, baik secara fisik maupun

psikologis. Pengaruh dukungan sosial yang lebih kecil pada anak hiperaktif lebih

memungkinkan untuk mengalami konsekuensi psikis yang negatif. Ketika tidak ada

dukungan sosial yang diberikan orang tua pada anak yang memerlukan kebutuhan

khusus, maka anak akan mengalami banyak kesulitan dalam menyelesaikan tugas

perkembangannya

Sebaliknya anak yang memperoleh dukungan sosial yang tinggi akan menjadi

individu lebih optimis dalam menghadapi kehidupan saat ini maupun masa yang

akan datang, lebih terampil dalam memenuhi kebutuhan psikologi dan memiliki

tingkat kecemasan yang lebih rendah, mempertinggi keterampilan interpersonal,

memiliki kemampuan untuk mencapai apa yang diinginkan, serta lebih mampu untuk

mengupayakan dirinya dalam beradaptasi dengan stress.

Dari hasil penelitian sebelumnya, yakni berkaitan dengan dukungan social

orang tua pada anak berkebutuhan khusus (retradasi mental) yang dilakukan oleh

Fuat Ardyanto (2006), ialah semua subyek penelitiannya telah memberikan

dukungannya secara maksimal sesuai dengan pemahamanya masing-masing, namun

dukungan yang diberikan belum mengarah pada apa yang dibutuhkan oleh anak dan

belum dikatakkan ideal sebab ada beberapa aspek yang belum terpenuhi. Orang tua

memberikan dukungan pada aspek yang berbeda-beda. Ketika orang tua memberikan

dukungan instrumental berupa pemenuhan kebutuhan fisiologis secara penuh maka

(6)

6

dengan dukungan informasional, pemberian dukungan ini meliputi pencarian

informasi mengenai permasalahan anak yang dilakukan oleh orang tua pada orang

yang tepat dan pemberian nasehat, sehingga dampak yang diperoleh adalah orang tua

dapat mengontrol perilaku negatif anak. Selain itu, dari pemberian dukungan secara

emosional dan dukungan pada harga diri, dapat diketahui sejauh mana bentuk

perhatian yang telah diberikan oleh masing-masing orang tua guna meningkatkan

rasa percaya diri anak sehingga anak tidak merasa rendah diri.

Dari penelitian sebelumnya dan beberapa fenomena yang didapat mengenai

dukungan sosial orang tua terhdap anak dapat dsimpulkan bahwa orang tua

memberikan dukungan sosial yang berbeda-beda terhadap anak, dan menginginkan

agar dukungan yang ideal. Bentuk dukungan yang ideal adalah bentuk dukungan

yang mencakup aspek instrumental, informasional, emosional, dukungan pada harga

diri dan dukungan pada kelompok sosial.

Dari tugas perkembangan anak yang khas pada anak hiperaktif adalah

mengembangkan hati nurani, pengertian moral, dan dan tata dan tingkatan nilai,

mencapai kebebasan pribadi, mengembangkan pengertian-pengertian yang yang

diperlukan untuk kehidupan sehari-hari,.

Mengacu pada kasus dan fenomena di atas, maka peneliti tertarik melakukan

penelitian mengenai bagaimana bentuk dukungan sosial yang diberikan oleh orang

tua pada anak hiperaktif.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang diuraikan di atas, masalah yang diangkat

dalam penelitian ini adalah sebagai berikut bagaimana bentuk-bentuk dukungan

sosial orang tua pada anak hiperaktif.

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari peneltian ini adalah :

Untuk mengetahui bentuk dukungan sosial dan apa saja yang telah dilakukan orang

(7)

7

D. Manfaat Penelitian 1. Secara teoritis

Dalam penelitian ini diharapkan mampu untuk memberikan sumbangan yang

berarti bagi perkembangan ilmu psikologi.

2. Manfaat praktis

Dari penelitian ini diharapkan mampu memberikan tambahan masukan bagi para

orang tua yang memiliki anak hiperaktif untuk memberikan dukungan social yang

dibutuhkan anak sehingga membantu mengatasi hambatan-hambatan dalam

proses belajar yang dialami oleh anak, baik di rumah maupun disekolah, agar

kemampuan sosialisasi dan keterampilan komunikasi anak dapat berkembang

(8)

DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA PADA ANAK HIPERAKTIF

SKRIPSI

Oleh : Dini Zulhaida

08810016

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

(9)

DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA PADA ANAK HIPERAKTIF

SKRIPSI

Diajukan Kepada Universitas Muhammadiyah Malang sebagai salah satu persyaratan untuk Memperoleh

Gelar Sarjana Psikologi

Oleh : Dini Zulhaida

08810016

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

(10)
(11)
(12)
(13)

KATA PENGANTAR

Tiada kata yang paling indah untuk diucapkan, kecuali ucapan alhamdulillah

puji syukur kehadirat Allah SWT sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang

berjudul “DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA TERHADAP ANAK HIPERAKTIF” sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana psikologi di Universitas Muhammadiyah Malang.

Penyusunan skripsi ini tidak mungkin dapat terselesaikan tanpa bantuan,

dorongan dan dukungan dari berbagai pihak. Patut kiranya penulis mengucapkan

terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Ibu Dra. Cahyaning Suryaningrum, M. Si selaku Dekan Fakultas Psikologi

Universitas Muhammadiyah Malang

2. Ibu Dra. Siti Sumunarti Fasikhah, M. Si selaku Dosen Pembimbing I yang telah

memberikan bimbingan, masukan, pengarahan, serta motivasi kepada penulis.

3. Ibu Ni’matuzahro, M. Si selaku Dosen Pembimbing II yang telah memberikan

bimbingan, masukan, pengarahan, serta motivasi kepada penulis.

4. Ibu Dra. Djudiyah., M. Si selaku dosen wali kelas A 2008 yang telah banyak

memberikan dukungan kepada penulis.

5. Orang tua, adik, yang sangat penulis sayangi dan cintai yang selalu memberikan

dukungan moril, materiil, serta do’a yang tidak pernah putus kepada penulis

sehingga menjadi motivasi terbesar bagi penulis untuk menyelesaikan tugas

akhir ini. I Love You All.

6. Radian Adley Cumentas, kekasih yang sangat penulis sayangi dan cintai, terima

kasih atas semua yang telah dilakukan, terima kasih atas perhatian, cinta, kasih dukungan serta do’a yang tidak pernah putus untuk penulis demi kelancaran dalam mengerjakan tugas akhir ini sehingga dapat terselesaikan dengan baik.

7. Sahabat- sahabat ku tercinta iin, Fatma sari, Saptyna Arom Marsono, Tito

Fadilah, buba, Millah, Meivi terima kasih atas dukungan dan do’a kalian

sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini dengan baik dan akan

(14)

8. Teman-teman kelas A 2008 (imah, faisal, wiwin, ka tri dll) buat yang sudah

lulus jangan pernah berhenti untuk memberi semangat, dukungan, dan do’a

untuk teman- teman lain yang masih dalam proses pengerjaan tugas akhir ini.

Semangat buat semuanya, semoga Allah SWT melapangkan rezeki yang

barokah untuk kita semua, semoga kesuksesan dapat kita raih bersama- sama.

Amin YRA.

9. Segenap crew Bimbingan belajar Star Kid Club Terima kasih atas segala

dukungan dan ilmu yang diberikan, dan penulis akan sangat merindukan kalian

semua.

10. Teman- teman seperjuangan bimbingan Oyonk, Mute, Rukhaya dll, kenangan

acc bersama yang tak akan pernah dilupakan. Semangat untuk kita semua.

11. Dan seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah

membantu penyelesaian tugas akhir ini

Semoga Allah SWT membalasnya dengan limpahan berkah, pahala yang

berlipat ganda serta kedamaian hidup atas kebaikan yang telah diberikan. Penulis pun

menyadari terdapat banyak kesalahan dalam penulisan skripsi ini. Sehingga dengan

segala kerendahan hati, penulis berharap saran dan kritik yang membangun dari

pembaca dan semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak.

Wassalaamu’alaikum Wr. Wb.

Malang, 28 April 2012

(15)

DAFTAR ISI

4. Faktor Penyebab terbentuknya Dukungan Sosial ... 10

(16)

D. Prosedur Penelitian ... 18

E. Metode Pengumpulan Data ... 20

F. Teknik Analisa Data ... 21

G. Keabsahan Data ... 21

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Identitas Subjek Penelitian ... 22

B. Deskripsi Hasil Wawancara ... 22

1. Orang tua MK ... 22

2. Orang tua TF ... 25

3. Orang tua AR ... 28

C. Analisa Data ... 33

1. Subyek orang tua MK ... 33

2. Subyek orang tua TF ... 36

3. Subyek orang tua AR ... 39

D. Analisa Dukungan Sosial Orang Tua Pada Anak Hiperaktif ... 43

1. Dukungan Instumental ... 43

2. Dukungan Informatif ... 44

3. Dukungan Emosional ... 44

4. Dukungan Penghargaan ... 46

E. Pembahasan ... 48

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 53

B. Saran ... 53

DAFTAR PUSTAKA

(17)

DAFTAR TABEL

(18)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1 Dukungan Sosial Orang Tua MK ... 35

Gambar 4.2 Dukungan Sosial Orang Tua TF ... 38

Gambar 4.3 Dukungan Sosial Orang Tua AR ... 42

(19)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Lembar Kegiatan Lapangan

Lampiran 2. Informed Consent Subyek AT Informed Consent Subyek DN Informed Consent Subyek AI

Lampiran 3. Guide Wawancara:

Hasil Wawancara Subyek AT Hasil Wawancara Subyek DN Hasil Wawancara Subyek AI

Lampiran 4. Hasil Wawancara Guru MK Hasil Wawancara Guru TF Hasil Wawancara Guru AR

Lampiran 5. Pedoman DSM IV:

Orang Tua MK dan Guru MK Orang Tua DN dan Guru DN Orang Tua AR dan Guru AR

(20)

DAFTAR PUSTAKA

Abraham. C., & Shanley. E. (1997). Psikologi sosial untuk perawat. ( Terj. L. Sally). Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC

Bungin, B. (2001). Metodologi penelitian social. Surabaya: Airlangga University Press

Effendy, N. (1998). Dasar- dasarkeperawatan kesehatan masyarakat. Jakarta: Buku Kedokteran EGC

Moleong, L. J. (2010). Metodologi penelitian kualitatif (Ed. Revisi, Cetakan keduapuluh delapan). Bandung: PT. Remaja Rosda Karya

Smet, B. (1994). Psikologi kesehatan. Jakarta: PT. Grasindo

Taylor, S. E. (2003). Health Psychology. Boston: Mc Graw Hill.

Taylor, S. E., L., & David, O. S. (2009). Psikologi sosial (Ed. Keduabelas, Terj. T. Wibowo. B. S). Jakarta: Kencana Perdana Media Group

Zuriah, N. (2009). Metode penelitian sosial dan pendidikan: Teori- aplikasi(Cetakan Ketiga). Jakarta: Bumi Aksara

American Psychiatric Association. (2000). Diagnostic And Statical Manual Of Mental Disorder-fourth Adition. Washington dc: APA

Martin L. Grant. (1998). Terapi Untuk Anak ADHD, Jakarta: Bhuana Ilmu Populer

Dalphie Bandie S. E. M. A. (2009). Layanana Perilaku Anak Hiperaktif. Sleman: Intan Sejati Klaten

Mulyono R. (2003). Mengenai Anak Hiperaktif. Jakarta: studia press

Baihaqi, MIF. & Sugiarmin, M. (2008). Memahami dan Membantu Anak ADHD. Bandung:PT. Reflika Aditama

Alwisol. (2008). Psikologi Kepribadian. Malang: UPT. Penerbitan Universitas Muhammadiyah Malang

Jika Tidak Ada Obat, Selamatkan Dengan Mencabut Nyawa (2011, 20 Oktober).

Surya. Hal 1,15.

(21)

Sattler, M. Jerome. (1927). Assassment Of Children Behavioral And Clinical Applications. San Diego: Jerome M. Sattler, Publisher, Inc.

Corkrum, P., McGomell, M., Scachar, R. (2010). Factors effecting academic achievement in children with ADHD. Journal of Applied Research on Learning. Vol.3. Article 9

Ardiyanto, F. (2010). Dukungan Sosial Orang Tua Pada Anak Berkebutuhan Khusus (Retardasi Mental). (Skripsi, Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang, Jawa Timur)

Referensi

Dokumen terkait

Untuk kedua orang tua penulis, Bapak Teguh Wiyono dan Ibu Rusdiyah terima kasih atas cinta, kasih sayang, motivasi, semangat, perhatian, dukungan moril dan

Demi kelancaran kegiatan agar peserta datang tepat waktu dan membawa dokumen sesuai dengan yang disampaikan. Demikian atas perhatian dan kerjasamanya disampaikan

Terimakasih buat segala cinta kasih serta ketulusan kalian sehingga saya bisa seperti sekarang, terimakasih buat perhatian yang tak pernah putus-putus khususnya selama

 Kedua orang tuaku tercinta Ayah dan ibu, Terima kasih atas segala kasih saying, cinta, semangat, doa, dan dukungan yang tidak pernah berhenti hingga saat

Terima kasih atas bimbingan, saran, perhatian yang sudah diberikan demi masa depan ku yang cerah serta untuk kelancaran masa kuliahku.. Ibu Triana Mayasari, selaku Dosen

Di samping itu, manfaat dukungan instrumental berupa memberikan bantuan atau jasa seperti membantu mengerjakan tugas, mengajak anak untuk terapi pijit syaraf serta membuat

Terimakasih buat segala cinta kasih serta ketulusan kalian sehingga saya bisa seperti sekarang, terimakasih buat perhatian yang tak pernah putus-putus khususnya selama

Dukungan Sosial Orangtua Hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa mahasiswa Psikologi Bimbingan dan Konseling angkatan 2011-2013 yang sedang mengerjakan skripsi memiliki