SKRIPSI
Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat-syarat untuk mencapai gelar
Sarjana Hukum
Oleh :
NIM. 090200317
R
R
U
U
D
D
Y
Y
F
F
A
A
U
U
L
L
A
A
R
R
S
S
E
E
M
M
B
B
I
I
R
R
I
I
N
N
G
G
DEPARTEMEN HUKUM KEPERDATAAN PROGRAM KEKHUSUSAN PERDATA BW
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
M E D A N
ASPEK YURIDIS PERJANJIAN PENGIRIMAN UANG
DENGAN SISTEM ONLINE PADA BANK BRI
CABANG TANJUNG BALAI
SKRIPSI
Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat-syarat untuk mencapai gelar
Sarjana Hukum
Oleh :
R
R
U
U
D
D
Y
Y
F
F
A
A
U
U
L
L
A
A
R
R
S
S
E
E
M
M
B
B
I
I
R
R
I
I
N
N
G
G
NIM. 090200317
DEPARTEMEN HUKUM KEPERDATAAN PROGRAM KEKHUSUSAN PERDATA BW
Disetujui oleh :
Ketua Departemen Hukum Perdata
NIP. 19660303 198508 1 001 Dr. Hasim Purba, SH, M.Hum
Pembimbing I
NIP. 19620421 198803 1 004 Prof. Dr. Tan Kamello, SH, MS
Pembimbing II
NIP. 19680128 199403 2 001 Puspa Melati, SH, M.Hum
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
M E D A N
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,
yang telah melimpahkan rakhmat, taufik dan hidayah-Nya kepada penulis,
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk menempuh ujian tingkat
Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. Skripsi ini
berjudul “Aspek Yuridis Perjanjian Pengiriman Uang dengan Sistem Online
Pada Bank BRI Cabang Tanjung Balai”.
Di dalam menyelesaikan skripsi ini, telah banyak mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak, maka pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan
terima-kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Sangkepala Gerakan Tuhan Yesus Kristus
2. Keluarga Besar saya Mama dan adik saya Hana
3. Bapak Prof. Dr. Runtung Sitepu, SH, M.Hum selaku Dekan Fakultas Hukum
Universitas Sumatera Utara Medan.
4. Bapak Dr. Hasim Purba, SH, M.Hum, sebagai Ketua Departemen Hukum
Perdata Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.
5. Bapak Prof. Dr. Tan Kamello, SH, MS, Selaku Dosen Pembimbing I
6. Ibu Puspa Melati, SH, M.Hum, selaku Dosen Pembimbing II .
7. Bapak dan Ibu Dosen serta semua unsur staf administrasi di Fakultas Hukum
Universitas Sumatera Utara.
8. Rekan-rekan satu stambuk 2009 Fakultas Hukum Unversitas Sumatera Utara.
10.Keluarga Besar GMKI Komisariat FH USU
11.Rekan-rekan MAPALA Natural Justice
12.Para sahabat aku yaitu Julius Simanjuntak, Hardy Primadi, Ronny Fasya,
Frans Sinarta, Rio Montes
13.Buat para adinda aku Daniel Pasaribu (Cobra)
14.Buat yang paling spesial Netty Mentari Putri (Embek)
Pada kesempatan ini juga penulis mengucapkan rasa terima-kasih yang
tiada terhingga kepada Teman-teman yang tidak bisa di Tulis namanya satu
persatu di skripsi saya ini atas segala dukungan yang telah diberikan yang begitu
maksimal, semoga kebersamaan yang kita jalani ini tetap menyertai kita
selamanya.
Demikianlah penulis niatkan, semoga tulisan ilmiah penulis ini dapat
bermanfaat bagi kita semua.
Medan, April 2013
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI ... iv
ABSTRAK ... vi
BAB I : PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Perumusan Masalah ... 6
C. Tujuan Penulisan ... 6
D. Manfaat Penulisan ... 7
E. Metode Penelitian ... 8
F. Keaslian Penulisan ... 11
G. Sistematika Penulisan ... 12
BAB II : TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN ... 14
A. Pengertian Perjanjian dan Jenis-jenis Perjanjian ... 14
B. Syarat Sahnya Perjanjian ... 18
C. Wanprestasi ... 24
D. Berakhirnya Suatu Perjanjian ... 33
BAB III : TINJAUAN UMUM TENTANG BANK SEBAGAI LEMBAGA KEUANGAN ... 39
A. Pengertian Bank ... 39
B. Syarat Pengiriman Uang Melalui Bank ... 42
C. Pengiriman Uang dengan Sistem Online ... 49
BAB IV : ASPEK YURIDIS PERJANJIAN PENGIRIMAN UANG DENGAN SISTEM TRANSFER ONLINE PADA BANK BRI
CABANG TANJUNG BALAI ... 55
A. Sistem Pelayanan Transfer Online Merupakan Salah Satu Jenis Jasa Yang Di Berikan Oleh Bank BRI Cabang Tanjung Balai ... 55
B. Tanggung Jawab Bank Terhadap Kerugian yang Diderita Pihak Pengirim Uang Maupun Penerima Transfer ... 61
C. Cara Penyelesaian Sengketa yang Timbul antara Pengirim Uang, Penerima Transfer dengan Bank Jika Terjadi Sengketa atas Kelalaian Bank ... 66
D. Akibat Hukum Jika Terjadi Kesalahan Dalam Pengiriman Uang ... 70
BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN ... 76
A. Kesimpulan ... 76
B. Saran ... 77
DAFTAR PUSTAKA ... 79
ABSTRAK
Dengan kemajuan teknologi yang diikuti dengan kemajuan dan perkembangan
di bidang administrasi dan komunikasi, maka seseorang dapat menggunakan jasa-jasa untuk mengirim uang dari satu tempat ke tempat yang lain. Betapa
pentingnya fungsi pengiriman uang bagi suatu bank, Meskipun fungsi ini bukan merupakan fungsi pokok, Tetapi keberhasilannya akan merupakan usaha sampingan yang mempunyai peranan. Bank BRI yang merupakan salah satu lembaga keuangan yang memberikan jasa-jasa kepada masyarakat yang memerlukannya. Ada pun yang menjadi permasalahan dalam penulisan skripsi ini adalah Bagaimana proses pelayanan pelaksanaan pengiriman uang dengan sistem online pada Banak BRI Cabang Tanjung Balai, Bagaimana Tanggung jawab Bank terhadap kerugian yang di derita pihak pengirim uang maupun penerima transfer, Bagaimana cara penyelesaian sengketa yang timbul antara pengirim uang, Penerima transfer dengan Bank jika terjadi sengketa atas kelalaian Bank, Bagaimana akibat hukum jika terjadi kesalahan dalam pengiriman uang.
Dalam penulisan skripsi ini menggunakan metode pustaka (library
research) untuk mencari data-data sekunder dan penelitian lapangan (field
research) yaitu dengan melakukan wawancara dengan pihak yang berwenang pada
Bank BRI Cabang Tanjung Balai. Adapun mengerjakan skripsi ini ada menggunakan metode penelitian seperti memperhatikan jenis penelitian, Lokasi penelitian, Sumber data yang di perlukan dalam pengerjaan skripsi, Metode pengumpulan data, dan yang terakhir Analisis data dalam mengerjakan suatu penelitian atau skripsi.
ABSTRAK
Dengan kemajuan teknologi yang diikuti dengan kemajuan dan perkembangan
di bidang administrasi dan komunikasi, maka seseorang dapat menggunakan jasa-jasa untuk mengirim uang dari satu tempat ke tempat yang lain. Betapa
pentingnya fungsi pengiriman uang bagi suatu bank, Meskipun fungsi ini bukan merupakan fungsi pokok, Tetapi keberhasilannya akan merupakan usaha sampingan yang mempunyai peranan. Bank BRI yang merupakan salah satu lembaga keuangan yang memberikan jasa-jasa kepada masyarakat yang memerlukannya. Ada pun yang menjadi permasalahan dalam penulisan skripsi ini adalah Bagaimana proses pelayanan pelaksanaan pengiriman uang dengan sistem online pada Banak BRI Cabang Tanjung Balai, Bagaimana Tanggung jawab Bank terhadap kerugian yang di derita pihak pengirim uang maupun penerima transfer, Bagaimana cara penyelesaian sengketa yang timbul antara pengirim uang, Penerima transfer dengan Bank jika terjadi sengketa atas kelalaian Bank, Bagaimana akibat hukum jika terjadi kesalahan dalam pengiriman uang.
Dalam penulisan skripsi ini menggunakan metode pustaka (library
research) untuk mencari data-data sekunder dan penelitian lapangan (field
research) yaitu dengan melakukan wawancara dengan pihak yang berwenang pada
Bank BRI Cabang Tanjung Balai. Adapun mengerjakan skripsi ini ada menggunakan metode penelitian seperti memperhatikan jenis penelitian, Lokasi penelitian, Sumber data yang di perlukan dalam pengerjaan skripsi, Metode pengumpulan data, dan yang terakhir Analisis data dalam mengerjakan suatu penelitian atau skripsi.
`BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keberadaan bank dalam bidang perekonomian sudah menjadi kebutuhan
yang sulit dihindari, karena bank sudah menyentuh kebutuhan setiap orang
dan seluruh lapisan masyarakat. Bagi masyarakat umum, bank adalah tempat
atau sarana berinvestasi yang paling mudah dan sudah dikenal sejak lama.
Bank memiliki produk baik berupa sarana investasi maupun sebagai perantara
transaksi. Dengan menyimpan dana masyarakat dan menyalurkan kembali
dalam bentuk kredit, bank telah menjembatani pihak-pihak yang kelebihan dan
membutuhkan dana. apa yang dilakukan tersebut, bank disebut sebagai lembaga
yang menjalankan fungsi intermediasi yaitu sebagai perantara transaksi antara
para pihak.
Perkembangan dalam bidang teknologi mempunyai dampak pada
perkembangan cara berpikir dan bertindak manusia dalam mencapai suatu
keinginan dan memenuhi kebutuhan. Dalam usaha mencapai pemenuhan
kebutuhan maka selalu dihadapkan pada beberapa pilihan dan pilihan tersebut
tentunya pada hal-hal yang paling baik. Dengan kata lain mudah dilaksanakan,
murah biayanya, aman dan selamat sampai pada tujuan yang dikehendaki.
Dengan demikian pilihan yang paling baik adalah melaksanakan pencapaian tujuan
Dalam masalah keuangan, pada umumnya seseorang juga berpikir dan
bertindak dengan menggunakan landasan tersebut di atas atau sering dikatakan
bahwa seseorang bertindak secara ekonomis yaitu dengan pengorbanan tertentu
untuk memperoleh manfaat yang sebesar dan sebanyak mungkin.
Dengan kemajuan teknologi yang diikuti dengan kemajuan dan
perkembangan di bidang administerasi dan komunikasi, seseorang dapat
menggunakan jasa-jasa untuk mengirim uang dari satu tempat ke tempat yang
lain.Perubahan dunia perbankan yang mendasar antara lain adalah perkembangan
teknologi administrasi dan menunjang keberhasilan pelayanan bank kepada
masyarakat serta kecepatan dan ketepatan dalam memberikan informasi sebagai
bahan untuk mengambil keputusan yang tepat.
Betapa pentingnya fungsi pengiriman uang bagi suatu bank, meskipun fungsi
ini bukan merupakan fungsi pokok, tetapi keberhasilannya akan merupakan usaha
sampingan yang mempunyai peranan.
Beberapa fungsi pokok dari kiriman uang ini antara lain sebagai
berikut :
1. Sebagai alat untuk menyelenggarakan pemerataan dan memperlancar peredaran uang di masyarakat.
2. Membantu memperlancar perdagangan, karena pembayaran dapat
dilakukan dari jarak jauh.
3. Memperlancar dan memenuhi kebutuhan akan dana.1
Fungsi kiriman uang yang demikian pentingnya bukan merupakan barang
baru bagi bank meskipun bagi sebagian masyarakat ada yang belum banyak
memahami.
1
Pengiriman uang tidak lagi dilakukan dengan cara membawa sendiri
sejumlah uang langsung ke sasaran yang diinginkan. Pengiriman uang dapat
dilakukan dengan cara mudah, murah biayanya dan aman serta selamat sampai
tujuan yang dikehendaki. Dengan latar belakang tersebut di atas, dipilihlah judul
skripsi ini tentang : “Aspek Yuridis Perjanjian Pengiriman Uang dengan Sistem
Online Pada Bank BRI Cabang Tanjung Balai”.
Lembaga perbankan sebagai salah satu lembaga keuangan mempunyai
nilai strategis dalam kehidupan perekonomian negara. Salah satu peranan yang
diharapkan dari perbankan nasional, mengarah kepada perbankan yang memiliki
fungsi sebagai agen pembangunan, yaitu sebagai lembaga yang bertujuan guna
mendukung pelaksanaan pembangunan nasional. Adanya peranan yang demikian
membawa konsekuensi bahwa perbankan nasional dituntut untuk selalu dapat
memberikan manfaat yang sebesar-besarnya guna meningkatkan pertumbuhan
ekonomi dan melakukan pemerataan atas hasil-hasilnya sehingga tercipta
stabilitas dan kesejahteraan rakyat banyak.
Di samping peranannya tersebut di atas, bank juga mempunyai berbagai
tugas dan fungsi. Diantaranya memberikan bermacam-macam jasa bank kepada
masyarakat luas. Ada juga jasa yang merupakan tugas pokok bank, disamping
bank juga memiliki tugas tambahan.Yang dapat dikelompokkan sebagai tugas
pokok bank antara lain adalah : Tugas memberikan pinjaman, tugas ikut serta
dalam permodalan perusahaan dan sebagainya.Yang termasuk tugas tambahan
dari bank antara lain: Automatic Teller Machine (ATM), Wesel Bank Inkaso
efek/saham/SPBU (surat-surat berharga pasar uang, sertifikat dana reksa),
Kiriman uang (transfer) dan sebagainya.
Dalam hal pengiriman uang melalui jasa transfer yang dilaksanakan oleh
bank, baik itu bank pemerintahan maupun bank swasta (nasional), kadang-kadang
juga mengadakan pembedaan tarif kiriman uang antara nasabah dan bukan
nasabah. Sebaliknya, bagi kantor pos dan usaha pemberi jasa (swasta) tidak
membedakannya. Untuk melaksanakan pengiriman uang dikenakan bea materi,
baik transfer keluar maupun transfer di terima (transfer masuk), pembahasan
mengenai pengiriman uang melalui jasa transfer diatas, akan penulis uraikan pada
bab-bab selanjutnya.
Perkembangan dan kemajuan tehnologi pada awal abad millenium ke-3
ini, seolah berpacu dengan pola pikir dari masyarakat yang semakin kritis dalam
berpikir dan bertindak untuk melakukan suatu perbuatan yang benar-benar efektif
dan efisien, sekaligus menguntungkan bagi kebutuhan dan kepentingannya
sendiri.Hal ini berlaku juga dalam hal pengiriman uang, dahulu orang melakukan
pengiriman uang dengan cara yang sangat sederhana yaitu dengan membawa
sendiri uang tersebut langsung ke alamat yang dituju. Upaya seperti ini tentu
membutuhkan waktu dan tenaga serta mengandung resiko dalam hal keamanan
uang tersebut, dimana dikwatirkan uang tersebut akan hilang atau terjatuh bahkan
dapat dirampok sewaktu dalam perjalanan.
Kemudian orang beralih, pengiriman uang tersebut tidak lagi dengan cara
uang cukup dilakukan dengan mengirimkan nota kiriman uang melalui kawat,
telepon, telek atau wessel.
Dari segi pelayanan dan prosedur pengiriman uang ini, masyarakat
menginginkan suatu layanan yang efisien dan efektif, artinya ekonomis, aman dan
cepat sampai tempat yang dituju. Dengan mengingat semakin besarnya keinginan
masyarakat menggunakan jasa layanan transfer ini, tertarik sekaligus ingin
memberikan gambaran bagaimana bank melakukan layanannya kepada
masyarakat umum khususnya pada nasabahnya serta manfaat apa yang didapat
dalam melakukan transfer.
Keberadaan bank dalam bidang perekonomian sudah menjadi kebutuhan
yang sulit dihindari, karena bank sudah menyentuh kebutuhan setiap orang dan
seluruh lapisan masyarakat. Bagi masyarakat umum, bank adalah tempat atau
sarana beriventasi yang paling mudah dan sudah di kenal sejak lama. Bank
memiliki produk baik berupa sarana berinvestasi maupun sebagai perantara
teransaksi. Dengan menyimpan dana masyarakat dan menyalurkan kembali dalam
bentuk kredit, bank telah menjembatani pihak-pihak yang kelebihan dan
membutuhkan dana. apa yang dilakukan tersebut, bank disebut sebagai lembaga
yang menjalankan fungsi intermediasi yaitu sebagai perantara transaksi antara
para pihak.
Sebagai perantara, pihak-pihak yang kelebihan dana baik perseorangan,
badan usaha, yayasan, maupun lembaga pemerintah dapat menyimpan kelebihan
dananya di bank dalam bentuk rekening giro, tabungan, bahkan dengan instrumen
deposito yang dapat digunakan sebagai alat pembayaran. Dalam dunia perusahaan
dan perdagangan, orang menginginkan segala sesuatunya bersifat praktis dan
aman, khususnya dalam lalu lintas pembayaran.
Hal inilah yang mendorong penulis untuk memilih topik ini sebagai bahan
tulisan dengan harapan dapat memberikan jawaban atas permasalahan yang timbul
sehubungan dengan pengiriman uang melalaui jasa transfer.
B. Perumusan Masalah
Adapun yang menjadi permasalahan dalam penulisan skripsi ini adalah :
1. Bagaimana sistem pelayanan pelaksanaan proses pengiriman uang dengan
sistem online pada Bank BRI Cabang Tanjung Balai?
2. Bagaimana tanggung jawab bank terhadap kerugian yang di derita pihak
pengirim uang dan penerima transfer?
3. Bagaimana cara penyelesaian sengketa yang timbul antara pengirim uang,
Penerima transfer dengan bank jika terjadi sengketa atas kelalaian bank?
4. Bagaimana akibat hukum jika terjadi kesalahan dalam pengiriman uang?
C. Tujuan Penulisan
Adapun yang menjadi tujuan dalam penulisan skripsi ini adalah sebagai
berikut :
1. Untuk mengetahui proses pelayanan transfer uang dengan sistem online pada
2. Untuk mengetahuitanggung jawab bank terhadap kerugian yang di derita oleh
pihak pengirim uang dan penerima transfer.
3. Untuk mengetahui cara penyelesaian sengketa yang timbul antara pengirim
uang, Penerima transfer dengan bank jika terjadi sengketa atas kelalaian bank.
4. Untuk mengetahui akibat hukum jika terjadi kesalahan dalam pengiriman uang.
D. Manfaat Penulisan
Manfaat penelitian dalam penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut :
1. Secara teoretis penelitian ini diharapkan menjadi bahan untuk pengembangan
wawasan dan kajian lebih lanjut bagi teoretis yang ingin mengetahui dan
memperdalam tentang pengiriman uang melalui jasa bank khususnya
Bank BRI Cabang Tanjung Balai.
2. Secara praktis adalah :
a. Untuk mengetahui proses pelaksanaan pengiriman uang melalui jasa
Bank BRI Cabang Tanjung Balai.
b. Untuk sumbangan pikiran atau penambahan wawasan dan kajian bagi
pihak Bank BRI Cabang Tanjung Balai dalam melaksanakan tanggung
jawabnya dalam sumbangan pikiran bagi masyarakat khususnya pemakai
jasa pengiriman uang melalui Bank BRI Cabang Tanjung Balai dalam
usaha untuk meningkatkan peranan Bank BRI Cabang Tanjung Balai
tersebut dalam meningkatkan pelayanannya kepada pemakai jasa
E. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Adapun jenis penelitian yang digunakan adalah Penelitian Sosiologis yaitu
penelitian dari hasil pengumpulan dan penemuan data melalui studi
kepustakaan terhadap asumsi atau anggapan dasar yang dipergunakan
dalam menjawab permasalahan pada penelitian skripsi ini. Penelitian
Sosiologis ini memberikan gambaran terhadap pelaksanaan pengiriman
uang dengan sistem online.
2. Lokasi Penelitian
Adapun yang menjadi lokasi penelitian adalah di Bank BRI Cabang
Tanjung Balai, Jl. Jendral Sudirman No. 3.
3. Sumber Data
a. Sumber data diperoleh dari data primer yaitu wawancara dengan
Dedy Esikel Sihaloho Kepala Divisi Kredit Bank BRI Cabang Tanjung
Balai.
b. Sumber data diperoleh dari data seperti Undang-Undang No. 10 Tahun
1998 perubahan atas Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 tentang
Perbankan. Bahan buku penunjang yang mencakup bahan yang
4. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data dalam penulisan skripsi ini adalah dengan
melakukan penelitian langsung ke lapangan, dalam hal ini penulis langsung
mengadakan penelitian ke Bank BRI Cabang Tanjung Balai dengan
melakukan studi dokumen guna mendapatkan data-data.
5. Analisis Data
Analisis data dalam penulisan ini digunakan data kualitatif, yaitu suatu
analisis data secara jelas serta diuraikan dalam bentuk kalimat sehingga
diperoleh gambaran yang jelas dan menyeluruh mengenai pelaksanaan
pengiriman uang dengan sistem online pada Bank BRI Cabang Tanjung
Balai.
Transfer merupakan jasa pengiriman uang lewat bank baik dalam kota,
luar kota atau ke luar negeri. Lama pengiriman tergantung dari sarana yang
digunakan untuk mengirim dan kemudian besarnya biaya kirim juga sangat
tergantung sarana yang digunakan. Hermansyah menyebutkan bahwa pengiriman
uang (transfer) adalah “suatu pelayanan bank kepada masyarakat dengan bersedia
melaksanakan amanat nasabah untuk mengirimkan sejumlah uang, baik dalam
rupiah maupun dalam valuta asing yang ditujukan kepada pihak lain (perusahaan,
lembaga atau perorangan) di tempat lain, baik di dalam maupun di luar negeri”.2
2
Berdasarkan definisi di atas, maka yang dimaksud dengan pengiriman
uang (transfer) adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh bank untuk mengirim
sejumlah uang yang ditujukan kepada pihak tertentu dan di tempat yang tertentu.
Pengiriman uang dilakukan atas permintaan nasabah atau untuk keperluan dari
bank yang bersangkutan.
Sarana yang digunakan dalam jasa transfer ini tergantung kemauan
nasabah. Sarana yang dipilih akan mempengaruhi kecepatan pengiriman dan besar
kecilnya biaya pengiriman.Adapun sarana yang biasa digunakan adalah surat, telex,
telepon, faxsimile,online komputer dan lain sebagainya. Pengiriman uang atau
transfer lewat bank memberikan keuntungan bagi nasabah jika dibandingkan
dengan jasa pengiriman lainnya.
Adapun keuntungannya antara lain :
1. Bagi nasabah akan mendapat :
a. Pengiriman uang lebih cepat
b. Aman sampai tujuan
c. Pengiriman dapat dilakukan lewat telepon melalui pembebanan rekening.
d. Prosedur mudah dan murah.
2. Bagi bank akan memperoleh :
a. Biaya kirim
c. Pelayanan kepada nasabah.3
Dalam hal pengiriman uang yang dilakukan melalui bank, baik bank
pemerintah maupun bank swasta (nasional), ada bank yang mengadakan
perbedaan mengenai hubungan pengiriman uang dengan bank yang bersangkutan.
Jika ditinjau dari hubungan pengiriman uang dengan bank, dapat
dibedakan sebagai berikut :
1. Nasabah (langganan bank, baik sebagai nasabah Debitor atau
peminjam mauun sebagai nasabah giro).
2. Bukan nasabah.4
F. Keaslian Penulisan
Skripsi ini berjudul “Aspek Yuridis Perjanjian Pengiriman Uang dengan
Sistem Online pada Bank BRI Cabang Tanjung Balai.Di dalam penulisan skripsi
ini dimulai dengan mengumpulkan bahan-bahan yang berkaitan dengan
pelaksanaan kliping baik melalui literatur yang diperoleh dari perpustakaan
maupun media cetak maupun elektronik dan di samping itu juga diadakan
penelitian. Dan sehubungan dengan keaslian judul skripsi ini telah dilakukan
pemeriksaan pada Perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara
untuk membuktikan bahwa judul skripsi tersebut belum ada atau belum terdapat
di Perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.
3
Kasmir.,Op.Cit, hal. 122.
4
Bila dikemudian hari ternyata terdapat judul yang sama atau telah ditulis
oleh orang lain dalam bentuk skripsi sebelum skripsi ini dibuat, hal itu menjadi
tanggung jawab pemilik skripsi ini.
G. SistematikaPenulisan
Adapun sistematika penulisan tersebut secara keseluruhan dapat diuraikan,
yaitu :
BAB I : PENDAHULUAN
Terdiri dari Latar Belakang, Perumusan Masalah, Tujuan dan
Manfaat Penulisan, Keaslian Penelitian, Tinjauan Kepustakaan,
Metode Penelitian, Sistematika Penulisan.
BAB II : TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN
Pengertian dan Jenis-jenis Perjanjian, Syarat Sahnya Perjanjian,
Wanprestasi, Berakhirnya Perjanjian.
BAB III : TINJAUAN UMUM TENTANG BANK SEBAGAI LEMBAGA
KEUANGAN
Terdiri dari sub bab : Pengertian Bank, Syarat Pengiriman Uang
melalui Bank, Pengiriman Uang dengan Sistem Online, Fungsi Bank
Dalam Pengiriman Uang.
BAB IV : ASPEK YURIDIS PERJANJIAN PENGIRIMAN UANG DENGAN
SISTEM ONLINE PADA BANK BRI CABANG TANJUNG BALAI
Terdiri dari sub bab : Proses Pelaksanaan Transfer Uang dengan
Sistem Online pada Bank BRI Cabang Tanjung Balai, Hak dan
Pengiriman Uang, Akibat Hukum Jika Terjadi Kesalahan Dalam
Pengiriman Uang, Penyelesaian Jika Dalam Perjanjian Pengiriman
Uang dengan Sistem Online Terjadi Persengketaan.
BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN
Dalam penulisan ini penulis membuat suatu kesimpulan dan juga
saran-saran yang menjadi bahan masukan untuk penelitian mengenai
masalah ini dan dalam skripsi ini akan turut pula dimasukkan daftar
BAB II
TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN
A. Pengertian Perjanjian dan Jenis-jenis Perjanjian
Definisi perjanjian telah diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum
Perdata (KUH Perdata) Pasal 1313, yaitu bahwa perjanjian atau persetujuan
adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya
terhadap satu orang lain atau lebih. Kata persetujuan Tersebut merupakan kata
terjemahan dari perkataan overeenkomst dalam bahasa Belanda. Kata
overeenkomst tersebut lazim diterjemahkan juga dengan kata perjanjian. Jadi
persetujuan dalam Pasal 1313 KUHPerdata tersebut sama artinya dengan
perjanjian.
Menurut Tan Kamello Perjanjian adalah suatu hubungan hokum antara dua
orang atau lebih yang didasarkan pada kata sepakat dengan tujuan untuk
menimbulkan akibat hukum.5
Menurut R. Subekti, “Suatu perjanjian juga dinamakan persetujuan,
karena dua pihak itu setuju untuk melakukan sesuatu”.6
Dari ketiga pendapat ini dapat disimpulkan bahwa perjanjian sama
pengertiannya dengan persetujuan. Oleh karena itu, persetujuan dalam Pasal 1313
KUHPerdata dapat dibaca dengan perjanjian. Menurut para sarjana, antara lain Dapat dikatakan bahwa
dua perkataan (perjanjian dan persetujuan) itu adalah sama artinya.
5
Tan Kamello.
6
Abdul Kadir Muhammad bahwa rumusan perjanjian dalam KUHPerdata itu kurang
memuaskan, karena mengandung beberapa kelemahannya yaitu :
a) Hanya menyangkut sepihak saja
Hal ini diketahui dari perumusan “satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang atau lebih lainnya”. Kata kerja “mengikatkan” sifatnya hanya datang dari satu pihak saja, tidak dari kedua belah pihak. Seharusnya perumusan itu “saling mengikatkan diri”, jadi ada konsensus antara pihak-pihak.
b) Kata perbuatan mencakup juga tanpa konsesus
Dalam pengertian “perbuatan” termasuk juga tindakan melaksanakan
tugas tanpa kuasa (zaakwaarneming), tindakan melawan Hukum
(onrechtmatige daad) yang mengandung konsesus, seharusnya dipakai kata “persetujuan”.
c) Pengertian perjanjian terlalu luas
Pengertian perjanjian dalam pasal tersebut di atas terlalu luas, karena mencakup juga pelangsungan perkawinan, janji kawin, yang diatur
dalam lapangan hukum keluarga. Padahal yang dimaksud adalah hubungan antara debitor dan kreditor dalam lapangan harta kekayaan saja.Perjanjian yang dikehendaki oleh Buku Ketiga KUHPerdata sebenarnya hanyalah perjanjian yang bersifat kebendaan bukan perjanjian yang bersifat personal.
d) Tanpa menyebut tujuan
Dalam perumusan pasal itu disebutkan tujuan mengadakan perjanjian, sehingga pihak-pihak mengikatkan diri tidak jelas untuk apa.7
Sudikno Mertokusumo mengatakan bahwa perjanjian adalah “hubungan antara
dua pihak lebih berdasarkan kata sepakat untuk menimbulkan hukum”.8
Selanjutnya pengertian perjanjian yang dibahas pada Pasal 1313 KUHPerdata,
ternyata mendapat kritikan dan para sarjana hukum karena masih mengandung
kelemahan-kelemahan. di dalam praktiknya menimbulkan berbagai keberatan sebab di
situ pihak batasan tersebut sangat kurang lengkap, di lain pihak terlalu luas.
R. Wirjono Prodjodikoro mengatakan perjanjian adalah “suatu perhubungan hukum mengenai harta benda kekayaan antara dua pihak, dalam mana satu pihak berjanji atau dianggap berjanji untuk melakukan suatu hal atau
7
Abdul Kadir Muhammad, Hukum Perikatan, (Bandung :Alumni, 1982), hal. 78
8
untuk tidak melakukan sesuatu hal, sedang pihak lain berhak menuntut pelaksanaan janji itu”.9
Dari beberapa pengertian perjanjian tersebut dapat diambil kesimpulan
bahwa unsur-unsur yang membentuk pengertian perjanjian adalah :
1. Terdapat para pihak yang berjanji;
2. Perjanjian itu didasarkan kepada kata sepakat/kesesuaian hendak;
3. Perjanjian merupakan hukum atau hubungan hukum;
4. Terletak dalam bidang harta kekayaan;
5. Adanya hak dan kewajiban para pihak;
6. Menimbulkan akibat hukum yang mengikat;
Dari 6 unsur tersebut ada hal yang perlu diperjelas, misalnya perubahan
konsep perjanjian yang menurut paham KUHPerdata dikatakan perjanjian hanya
merupakan perbuatan (handeling), Adapun beberapa perjanjian dimana dapat
diuraikan sebagai berikut :
a) Perjanjian Timbal Balik
Perjanjian timbal balik adalah perjanjian yang menimbulkan kewajiban pokok bagi kedua belah pihak.
b) Perjanjian cuma-cuma
Menurut ketentuan Pasal 1314 KUHPerdata, suatu persetujuan yang dibuat dengan cuma-cuma adalah suatu persetujuan dengan mana pihak yang satu memberikan suatu keuntungan kepada, pihak yang lain, tanpa menerima suatu manfaat bagi dirinya sendiri.
c) Perjanjian Atas Beban
Perjanjian atas beban adalah perjanjian dimana terhadap prestasi dari
pihak yang satu selalu terdapat kontra prestasi dari pihak lain, dan antara kedua prestasi itu ada hubungannya menurut hukum.
d) Perjanjian Bernama (Benoemd)
Perjanjian bernama adalah perjanjian yang sudah mempunyai nama sendiri, maksudnya adalah bahwa perjanjian-perjanjian tersebut diatur dan diberi nama oleh pembentuk undang-undang, berdasarkan tipe
9
yang paling banyak terjadi sehari-hari. Perjanjian khusus terdapat dalam Bab V sampai dengan Bab XVIII KUHPerdata.
e) Perjanjian Tidak Bernama (Onbenoemde Overeenkomst)
Perjanjian tak bernama adalah perjanjian-perjanjian yang tidak diatur di dalam KUHPerdata, tetapi terdapat di dalam masyarakat. Jumlah perjanjian ini tidak terbatas dengan nama yang disesuaikan dengan kebutuhan pihak- pihak yang mengadakannya.
f) Perjanjian Obligatoir
Perjanjian obligatoir adalah perjanjian yang menimbulkan hak dan kewajiban diantara para pihak.
g) Perjanjian Kebendaan (Zakelijk)
Perjanjian kebendaan adalah perjanjian dengan mana seorang menyerahkan haknya atas sesuatu benda kepada pihak lain, yang membebankan kewajiban (oblilige) pihak itu untuk menyerahkan benda tersebut kepada pihak lain (levering, transfer).
h) Perjanjian Konsensual
Perjanjian konsensual adalah perjanjian dimana antara kedua belah pihak telah tercapai persesuaian kehendak untuk mengadakan perjanjian.Menurut KUHPerdata perjanjian ini sudah mempunyai kekuatan mengikat (Pasal 1338).
i) Perjanjian Real
Yaitu suatu perjanjian yang terjadinya itu sekaligus dengan realisasi tujuan perjanjian, yaitu pemindahan hak.
j) Perjanjian Liberatoir
Perjanjian dimana para pihak membebaskan diri dari kewajiban yang ada (Pasal 1438 KUHPerdata).
k) Perjanjian Pembuktian (Bewijsovereenkomts)
Suatu perjanjian dimana para pihak menentukan pembuktian apakah yang berlaku diantara mereka.
l) Perjanjian Untung-untungan
Menurut Pasal 1774 KUHPerdata, yang dimaksud dengan perjanjian untung-untungan adalah suatu perbuatan yang hasilnya, mengenai untung ruginya, baik bagi semua pihak, maupun bagi sementara pihak, bergantung pada suatu kejadian yang belum tentu.
m) Perjanjian Publik
Perjanjian publik yaitu suatu perjanjian yang sebagian atau seluruhnya dikuasai oleh hukum publik, karena salah satu pihak yang bertindak adalah pemerintah, dan pihak lainnya swasta. Diantara keduanya terdapat hubungan atasan dengan bawahan (subordinated), jadi tidak dalam kedudukan yang sama(co-ordinated).
n) Perjanjian Campuran
Perjanjian campuran adalah suatu perjanjian yang mengandung berbagai unsur perjanjian di dalam10
10
B. Syarat Sahnya Perjanjian
Istilah perjanjian sudah tidak asing bagi kita, karena hampir sebagian besar
aktivitas kita menjadikan perjanjian sebagai suatu sarana untuk berbisnis atau
bertransaksi. Untuk lebih jelasnya memahami apa sesungguhnya perjanjian itu,
perjanjian adalah suatu peristiwa dimana pihak yang satu mengikatkan dirinya
kepada pihak lainnya untuk melaksanakan sesuatu. Dengan kata lain perjanjian
merupakan salah satu sumber yang paling banyak menimbulkan perikatan karena
hukum perjanjian menganut sistem terbuka sehingga anggota masyarakat bebas
untuk mengadakan perjanjian dan undang-undang hanya berfungsi untuk melengkapi
perjanjian yang dibuat oleh masyarakat.
Dalam Pasal 1313 KUH Perdata disebutkan bahwa suatu perjanjian adalah
suatu perbuatan dengan mana seseorang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap
satu orang atau lebih, dengan demikian suatu perjanjian dapat dikatakan hubungan
timbal balik atau bilateral maksudnya suatu pihak yang memperoleh hak-hak
dari perjanjian itu juga menerima kewajiban yang merupakan konsekwensi dari
hak-hak yang diperolehnya.
Jenis-jenis Perjanjian
1. Perjanjian dengan cuma-cuma dan perjanjian dengan beban
a.Perjanjian dengan cuma-cuma ialah suatu perjanjian dimana pihak yang satu
memberikan suatu keuntungan kepada yang lain tanpa menerima suatu
b.Perjanjian dengan beban ialah suatu perjanjian dimana salah satu pihak
memberikan suatu keuntungan kepada pihak lain dengan menerima suatu
manfaat bagi dirinya sendiri.
2.Perja njian sepihak dan perjanjian timbal balik
a. Perjanjian sepihak adalah suatu perjanjian dimana hanya terdapat kewajiban
pada salah satu pihak saja.
b. Perjanjian timbal balik ialah suatu perjanjian yang memberi kewajiban dan
hak kepada kedua belah pihak.
3.Perjanjian konsensuil, formal dan riil
a. Perjanjian konsensuil ialah perjanjian dianggap sah apabila ada kata
sepakat antara kedua belah pihak yang mengadakan perjanjian tersebut.
b. Perjanjian formil ialah perjanjian yang harus dilakukan dengan suatu
bentuk tertentu, yaitu dengan cara tertulis.
c. Perjanjian riil ialah suatu perjanjian yang diperlukan dan sepakat harus
diserahkan.
3. Perjanjian bernama, tidak bernama, dan campuran
a. Perjanjian bernama ialah suatu perjanjian dimana undang-undang telah
mengaturnya dengan ketentuan-ketentuan khusus yaitu dalam Bab V
sampai Bab XII KUHPerdata ditambah titel VII A.
b. Perjanjian tidak bernama ialah perjanjian yang tidak diatur secara
khusus.
c. Perjanjian campuran ialah perjanjian yang mengandung berbagai
Syarat-syarat Perjanjian Kerja
Menurut Pasal 1338 ayat (1) KUHPerdata bahwa perjanjian yang mengikat
hanyalah perjanjian yang sah. Supaya sah pembuatan perjanjian harus
mempedomani Pasal 1320 KUHPerdata.
Pasal 1320 KUHPerdata menentukan empat syarat sahnya perjanjian yaitu
harus ada :
1. Kesepakatan
Yang dimaksud dengan kesepakatan di sini adalah adanya rasa ikhlas atau
saling memberi dan menerima atau sukarela di antara pihak-pihak yang
membuat perjanjian tersebut. Kesepakatan tidak ada apabila kontrak dibuat
atas dasar paksaan, penipuan, atau kekhilafan.
2. Kecakapan
Kecakatan di sini berarti para pihak yang membuat kontrak haruslah orang-orang
yang oleh hukum dinyatakan sebagai subyek hukum. Pada dasarnya semua
orang menurut hukum cakap untuk membuat kontrak. Yang tidak cakap
adalah orang-orang yang ditentukan oleh hukum, yaitu anak-anak, orang dewasa
yang ditempatkan di bawah pengawasan (curatele), dan orang sakit jiwa.
Anak-anak adalah mereka yang belum dewasa yang menurut Undang-Undang
Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan belum berumur 18 (delapan belas)
tahun. Meskipun belum berumur 18 (delapan belas) tahun, apabila seseorang
telah atau pernah kawin dianggap sudah dewasa, berarti cakap untuk membuat
3. Hal tertentu
Maksudnya objek yang diatur kontrak harus jelas, setidak-tidaknya dapat
ditentukan. Jadi, tidak boleh samar-samar. Hal ini penting untuk memberikan
jaminan atau kepastian kepada pihak-pihak dan mencegah timbulnya kontrak
fiktif.
4. Sebab yang dibolehkan
Maksudnya isi kontrak tidak boleh bertentangan dengan perundang-undangan
yang bersifat memaksa, ketertiban umum, dan atau kesusilaan.
KUHPerdata menentukan empat syarat yang harus ada pada setiap
perjanjian, sebab dengan dipenuhinya syarat-syarat inilah suatu perjanjian itu
berlaku sah.
Adapun keempat syarat sebagaimana ditentukan dalam Pasal 1320
KUHPerdata tersebut adalah :
1. Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya
2. Kecakapan untuk membuat suatu perjanjian
3. Suatu hal tertentu
4. Suatu sebab yang halal
ad.1. Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya
Dengan kata sepakat dimaksudkan bahwa kedua subjek yang mengadakan
perjanjian itu harus bersepakat, para pihak setuju atau seia sekata mereka mengenai
hal-hal yang pokok dari perjanjian yang diadakan itu. Apa yang dikehendaki oleh
pihak yang satu juga dikehendaki oleh pihak yang lain. Pihak yang menghendaki
sesuatu hal yang sama secara timbal balik, misalnya seorang panjual suatu benda
untuk mendapatkan uang, sedang si pembeli menginginkan benda itu dari yang
mempunyai kemauan yang bebas untuk mengikatkan diri dan kemauan itu harus
dinyatakan.
ad.2. Kecakapan untuk membuat perjanjian
Kecakapan di sini orang yang cakap yang dimaksudkan adalah mereka
yang telah berumur 21 tahun atau belum berumur 21 tahun tetapi telah pernah
kawin. Menurut Pasal 7 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 pria sudah
mencapai usia 19 tahun dan pihak wanita sudah mencapai usia 16 tahun. Tidak
termasuk orang-orang sakit ingatan atau bersifat pemboros yang karena itu oleh
Pengadilan diputuskan berada di bawah pengampuan dan seorang perempuan
yang masih bersuami.
Mengenai seorang perempuan yang masih bersuami sejak saat itu seorang
perempuan yang masih mempunyai suami telah dapat bertindak bebas dalam
melakukan perbuatan hukum serta sudah diperbolehkan menghadap di muka
Pengadilan tanpa seizin suami.
Ad.3. Suatu hal tertentu
Suatu hal tertentu maksudnya adalah sekurang-kurangnya macam atau
jenis benda dalam perjanjian itu sudah ditentukan, misalnya jual beli beras
sebanyak 100 kilogram adalah dimungkinkan asal disebutkan macam atau jenis
dan rupanya, sedangan jual beli besar 100 kilogram tanpa disebutkan macam atau
jenis, warna dan rupanya dapat dibatalkan.
Ad.4. Suatu sebab yang halal
Dengan syarat ini dimaksudkan adalah tujuan dari perjanjian itu sendiri.
Sebab yang tidak halal adalah berlawanan dengan Undang-undang, kesusilaan dan
ketertiban umum. Dari syarat-syarat sahnya perjanjian tersebut di atas, kedua
membuat perjanjian dinamakan syarat subjektif karena kedua syarat tersebut
mengenai subjek perjanjian.
Syarat subjektif adalah suatu syarat yang menyangkut pada subjek-subjek perjanjian itu atau dengan perkataan lain, syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh mereka yang membuat perjanjian, hal ini meliputi kesepakatan mereka yang mengikatkan dirinya dan kecakapan pihak yang membuat perjanjian.11
Apabila syarat subjektif tidak dipenuhi, perjanjiannya bukan batal demi
hukum tetapi salah satu pihak mempunyai hak untuk meminta supaya perjanjian
itu dibatalkan. Syarat ketiga dan syarat keempat yaitu suatu hal tertentu dan suatu
sebab yang halal jika tidak dipenuhi, perjanjian tersebut batal demi hukum.
Akibat perjanjian yang telah memenuhi syarat-syarat sahnya perjanjian
disebutkan dalam Pasal 1338 KUHPerdata yang menyebutkan :
1. Semua persetujuan yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang
bagi mereka yang membuatnya.
2. Persetujuan-persetujuan itu tidak dapat ditarik kembali selain dengan sepakat
kedua belah pihak atau karena alasan-alasan yang oleh undang-undang
dinyatakan cukup untuk itu.
3. Persetujuan-persetujuan hanya berlaku antara pihak-pihak yang membuatnya.
11
Dengan demikian, perjanjian yang dibuat secara sah yaitu memenuhi
syarat-syarat Pasal 1320 KUHPerdata berlaku sebagai undang-undang bagi para
pihak yang membuat perjanjian. Artinya pihak-pihak harus mentaati isi perjanjian
seperti mereka mentaati undang-undang sehingga melanggar perjanjian yang
mereka buat dianggap sama dengan melanggar undang-undang. Perjanjian yang
dibuat secara sah mengikat pihak-pihak dan perjanjian tersebut tidak boleh ditarik
kembali atau membatalkan harus memperoleh persetujuan pihak lainnya.
C. Wanprestasi
Wanprestasi (ingkar janji) adalah berhubungan erat dengan adanya
perikatan atau perjanjian antara pihak. Baik perikatan itu didasarkan perjanjian
sesuai Pasal 1338 sampai dengan Pasal 1431 KUHPerdata maupun perjanjian
yang bersumber pada undang-undang seperti diatur dalam Pasal 1352 sampai
dengan Pasal 1380 KUHPerdata. Apabila salah satu pihak ingkar janji maka itu
menjadi alasan bagi pihak lainnya untuk mengajukan gugatan. Demikian juga
tidak terpenuhinya Pasal 1320 KUHPerdata tentang syarat-syarat sahnya suatu
perjanjian menjadi alasan untuk batal atau dibatalkan suatu persetujuan perjanjian
melalui suatu gugatan.
Salah satu alasan untuk mengajukan gugatan ke pengadilan adalah
karena adanya wanprestasi atau ingkar janji dari Debitor. Wanprestasi itu dapat
berupa tidak memenuhi kewajiban sama sekali, atau terlambat memenuhi
kewajiban, atau memenuhi kewajibannya tetapi tidak seperti apa yang telah
Perjanjian merupakan suatu peristiwa dimana seorang berjanji kepada
seorang lain, Dua orang saling berjanji untuk melaksanakan sesuatu. Mengenai
perjanjian untuk menyerahkan suatu barang atau untuk melakukan suatu
perbuatan, jika dalam perjanjian tidak ditetapkan batas waktunya tetap isi
berutang akan dianggap lalai dengan lewatnya waktu yang ditentukan pelaksanaan
perjanjian itu harus lebih dahulu ditagih. Apabila perjanjian tidak dapat
dilakukan,pihak berutang perlu diberikan waktu yang pantas. Adapun macamnya
hal yang dijanjikan untuk dilaksanakan, perjanjian-perjanjian itu dibagi dalam tiga
macam, yaitu :
1. Perjanjian untuk memberikan/menyerahkan suatu barang, misalnya jual beli,
tukarmenukar, penghibahan (pemberian), sewamenyewa, pinjampakai.
2. Perjanjian untuk berbuatsesuatu, misalnya perjanjian untuk membuat suatu
lukisan, perjanjian perburuhan.
3. Perjanjian untuk tidak berbuat sesuatu, misalnya perjanjian untuk tidak
mendirikan suatu perusahaan yang sejenis dengan kepunyaan seorang lain.
Menurut pendapat M. Yahya Harahap dalam bukunya Segi-segi Hukum
Perjanjian, yang dimaksud dengan wanprestasi adalah : “Pelaksanaan kewajiban
yang tidak tepat pada waktunya atau dilakukan tidak menurut selayaknya”.10
Dalam keadaan normal perjanjian dapat dilaksanakan sebagaimana mestinya tanpa gangguan ataupun halangan. Tetapi pada waktu yang tertentu, yang tidak dapat diduga oleh para pihak, muncul halangan, sehingga pelaksanaan perjanjian tidak dapat dilaksanakan dengan baik, faktor penyebab terjadinya wanprestasi oleh Abdulkadir Muhammad diklasifikasikan menjadi dua faktor yaitu :
a. Faktor dari luar dan
10
b. Faktor dari dalam diri para pihak
Faktor dari luar menurut Abdulkadir Muhammad adalah “Peristiwa yang tidak diharapkan terjadi dan tidak dapat diduga akan terjadi ketika perjanjian dibuat”. faktor dari dalam diri manusia/para pihak merupakan kesalahan yang timbul dari diri para pihak, baik kesalahan tersebut yang dilakukan dengan sengaja atau pun karena kelalaian pihak itu sendiri, dan para pihak itu sendiri, dan para pihak sebelumnya telah mengetahui akibat yang timbul dari perbuatannya tersebut.11
Hal kelalaian atau wanprestasi pada pihak dalam perjanjian itu harus
dinyatakan terlebih dahulu secara resmi yaitu dengan memperingatkan kepada
pihak yang lalai, bahwa pihak kreditor menghendaki pemenuhan prestasi oleh
pihak Debitor. Menurut Undang-Undang peringatan tersebut harus dinyatakan
tertulis, sekarang sudah dilazimkan bahwa peringatan itu dapat dilakukan secara
lisan asalkan cukup tegas menyatakan desakan agar segera memenuhi prestasinya
terhadap perjanjian yang mereka perbuat.
Peringatan tersebut dapat dinyatakan pernyataan lalai yang diberikan oleh
pihak kreditor kepada pihak debitor. J. Satrio memperinci pernyataan lalai
tersebut dalam beberapa bentuk yaitu :
1. Berbentuk surat perintah atau akta lain yang sejenis.
2. Berdasarkan kekuatan perjanjian itu sendiri. Apabila dalam surat perjanjian telah ditetapkan ketentuan : debitor dianggap bersalah jika satu kali saja dia melewati batas waktu yang diperjanjikan. Hal ini dimaksudkan untuk mendorong debitor untuk tepat waktu dalam melaksanakan kewajiban dan sekaligus juga menghindari proses dan prosedur atas adanya wanprestasi dalam jangka waktu yang panjang. Dengan adanya penegasan seperti ini dalam perjanjian, tanpa tegoran kelalaian dengan sendirinya pihak debitor sudah dapat dinyatakan lalai, bila ia tidak menepati waktu dan pelaksanaan prestasi sebagaimana mestinya.
3. Jika tegoran kelalaian sudah dilakukan barulah menyusul peringatan (aanmaning) dan bisa juga disebut dengan sommasi. Dalam sommasi
11
inilah pihak kreditor menyatakan segala haknya atas penuntutan prestasi kepada pihak debitor.12
Jadi dengan adanya pernyataan lalai yang diberikan oleh pihak kreditor
kepada pihak debitor, menyebabkan pihak debitor dalam keadaan wanprestasi,
bila ia tidak mengindahkan pernyataan lalai tersebut. Pernyataan lalai sangat
diperlukan karena akibat wanprestasi tersebut adalah sangat besar baik bagi
kepentingan pihak kreditor maupun pihak debitor. Dalam perjanjian biasanya
telah ditentukan di dalam isi perjanjian itu sendiri, hak dan kewajiban para
pihak serta sanksi yang ditetapkan apabila pihak debitor tidak menepati waktu
atau pelaksanaan perjanjian.
Wanprestsi seorang debitor dapat berupa empat macam kategori yaitu : 1. Tidak melakukan apa yang disanggupi akan dilakukannya.
2. Melaksanakan apa yang diperjanjikannya, tetapi tidak sebagaimana yang diperjanjikan.
3. Melakukan apa yang diperjanjikan akan tetapi terlambat.
4. Melakukan sesuatu yang menurut perjanjian tidak boleh untuk dilakukan.13
Debitor yang oleh pihak kreditor dituduh lalai, dapat mengajukan pembelaan diri atas tuduhan tersebut. Adapun pembelaan debitor yang dituduh dapat didasarkan atas tiga alasan yaitu :
1. Mengajukan tuntutan adanya keadaan yang memaksa 2. Mengajukan bahwa si kreditor sendiri juga wanprestasi
3. Mengajukan bahwa kreditor telah melepaskan haknya untuk menuntut ganti rugi.14
Yang dimaksud pihak kreditor melepaskan haknya atas tuntutannya
kepada pihak debitor adalah bahwa pihak kreditor telah mengetahui bahwa ketika
pihak debitor mengembalikan barang yang diperjanjikan, pihak kreditor telah
mengetahui bahwa waktu pengembalian barang sudah terlambat selama seminggu.
Akan tetapi atas keterlambatan tersebut pihak kreditor tidak mengajukan keberatan
12
J. Satrio, Op.Cit, hal. 41
13
R. Subekti, Op.Cit, hal. 45
14
ataupun sanksi maka terhadap debitor yang terlambat mengembalikan barang,
dapat diartikan bahwa pihak kreditor telah melepaskan haknya untuk pihak
debitor yang telah nyata wanprestasi.
Dalam Pasal 1338 KUHPerdata dinyatakan bahwa : “Semua perjanjian
yang dibuat secara sah berlaku sebgai undang-undang bagi mereka yang
membuatnya”. Dari Pasal 1338 KUHPerdata di atas ditarik suatu gambaran bahwa
pada prinsipnya suatu perjanjian tidak dapat dibatalkan oleh sepihak, karena
dengan adanya pembatalan tersebut, tentunya akan menimbulkan kerugian bagi
pihak lainnya.
Pembatalan perjanjian hanya dapat dilakukan apabila diketahui adanya
kekhilafan ataupun paksaan dari salah satu pihak ketika membuat perjanjian.
Kekhilafan dan paksaan merupakan alasan yang dapat membatalkan perjanjian.
Selain itu juga penipuan yang dilakukan oleh satu pihak terhadap pihak
yang lainnya dalam membuat perjanjian, dapat dijadikan sebagai alasan
untuk dapat dibatalkannya suatu perjanjian secara sepihak oleh salah satu
pihak. Karena menurut Pasal 1320 KUHPerdata suatu perjanjian yang tidak
didasarkan kepada syarat subjektif perjanjian, perjanjian tersebut dapat dibatalkan.
Meminta pembatalan perjanjian yang tidak memenuhi syarat subjektifnya
dapat dilakukan dengan cara :
1. Melakukan penuntutan secara aktif di muka Hakim atau Pengadilan.
2. Dengan cara pembatalan yaitu menunggu pihak yang mengajukan pembatalan
tidak memenuhi prestasi perjanjian, dapat mengajukan pembelaan bahwa
perjanjian tersebut tidak memenuhi syarat subjektif yang memungkinkan
untuk dibatalkannya perjanjian tersebut.
Untuk penuntutan secara aktif sebagaimana yang disebutkan oleh
undang-undang, dimana undang-undang mengatur pembatasan waktu penuntutan
ya itu 5 tahun di dalam perjanjian yang diadakan. Sebaliknya terhadap pembatalan
perjanjian sebagai pembelaan tidak ditetapkan batas waktunya. Hal ini sesuai
dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Pasal 1454 KUHPerdata.
Penuntutan pembatalan akan diterima baik oleh hakim jika ternyata sudah
ada penerimaan baik dari pihak yang dirugikan, karena seorang yang sudah
menerima baik suatu kekurangan atau suatu perbuatan yang merugikan baginya,
dapat dianggap telah melepaskan haknya untuk meminta pembatalan.
Apabila suatu pembatalan terhadap perjanjian yang dilakukan secara
sepihak tanpa disertai alasan yang sah menurut hukum, pihak yang oleh pihak lain
dibatalkannya perjanjian dapat menuntut kerugian kepada pihak yang
membatalkan perjanjian tersebut secara sepihak, karena dengan adanya
pembatalan yang dilakukan sepihak oleh salah satu pihak akan menimbulkan
kerugian bagi pihak lain.
Dalam hukum perjanjian pada dasarnya suatu syarat pembatalan perjanjian
selamanya berlaku surut hingga lahirnya perjanjian. Syarat batal adalah suatu
dan membawa segala sesuatu kembali seperti keadaan semula, seolah-olah tidak
pernah terjadi suatu perjanjian di antara kedua belah pihak. Berarti dengan adanya
pembatalan perjanjian akan menghapuskan segala kewajiban ataupun hak yang
timbul dari perjanjian yang telah mereka buat sebelumnya.
Terhadap perjanjian yang dibatalkan secara sepihak oleh salah satu pihak
tanpa disertai alasan yang sah, apabila perjanjian tersebut telah berlangsung lama,
pihak yang dirugikan atas pembatalan tersebut dapat mengajukan tuntutan ganti
rugi kepada pihak yang membatalkan perjanjian tersebut secara sepihak. Ganti
rugi yang diajukan oleh pihak yang dirugikan atas pembatalan yang sepihak
tersebut adalah dapat berupa biaya, rugi, maupun bunga atas kerugian yang
dideritanya.
Apabila dalam pembatalan yang dilakukan secara sepihak terhadap
perjanjian yang mereka perbuat, segala isi maupun ketentuan yang tercantum di
dalam perjanjian tersebut belum dilaksanakan sama sekali oleh kedua belah pihak,
dengan adanya pembatalan perjanjian tersebut oleh salah satu pihak secara
sepihak tidak menimbulkan akibat hukum apa-apa. Pembatalan perjanjian tersebut
hanya membawa para pihak pada keadaan semula yaitu keadaan sebelumnya para
pihak dianggap tidak pernah melakukan atau mengadakan perjanjian diantara
mereka.
Dengan demikian jelaslah bahwa suatu perjanjian hanya dapat dibatalkan
secara sepihak oleh salah satu pihak apabila tidak memenuhi syarat sah subjektif
mengajukannya kepada pengadilan ataupun dengan pembelaan atau gugatan pihak
yang akan membatalkan perjanjian.
Terhadap perjanjian yang dibatalkan secara sepihak tanpa alasan yang sah,
dapat diajukan tuntutan kepada pihak yang membatalkannya selama perjanjian
tersebut telah berlangsung, sebaliknya apabila pembatalan secara sepihak
tersebut terjadi sebelum adanya pelaksanaan perjanjian maka pembatalan itu
hanya membawa pada keadaan semula yaitu keadaan yang dianggap tidak pernah
terjadi perjanjian.
Dalam perjanjian, pernyataan keadaan wanprestasi ini tidaklah dapat
terjadi dengan sendirinya, akan tetapi harus terlebih dahulu diperlukan adanya
suatu pernyataan lalai atau sommatie yaitu suatu pesan dari pihak pemberi
pekerjaan borongan pada saat kapan selambatnya harus diharapkan pemenuhan
prestasi. Dari pesan ini pula selanjutnya akan ditentukan dengan pasti saat
mana seseorang berada dalam keadaan wanprestasi atau ingkar janji tersebut,
sehingga pihak yang wanprestsi harus pula menanggung segala akibat yang telah
merugikan pihak yang lainnya.
Sebagai akibat timbulnya kerugian dari salah satu pihak tersebut,
maka undang-undang memberikan sesuatu hak baginya untuk menuntut
diantara beberapa hal yaitu :
1. Pemenuhan prestasi
2. Pemenuhan perjanjian disertai ganti rugi 3. Ganti rugi
4. Pembatalan perjanjian
5. Pembatalan disertai ganti rugi.15
15
Bentuk ganti rugi tersebut di atas pada pelaksanaannya dapat diperinci
dalam tiga bentuk yaitu biaya, rugi dan bunga.
Menurut R. Setiawan disebutkan bahwa :
Menurut Pasal 1246 KUHPerdata ganti rugi terdiri dari dua faktor yaitu : 1. Kerugian yang nyata-nyata diderita
2. Keuntungan yang seharusnya diperoleh
Kedua faktor tersebut dicakup dalam pengertian, biaya, kerugian dan bunga. Biaya adalah pengeluaran-pengeluaran nyata, misalnya biaya notaris, biaya perjalanan dan seterusnya. Kerugian adalah berkurangnya kekayaan kreditor sebagai akibat dari pada ingkar janji dan bunga adalah keuntungan yang seharusnya diperoleh kreditor jika tidak terjadi ingkar janji.16
Dalam perjanjian ditentukan bahwa dalam hal terlambatnya salah satu
pihak untuk melaksanakan kewajiban sesuai dengan ketentuan dan dalam jadwal
waktu yang telah ditentukan adalah merupakan salah satu bentuk dari wanprestasi.
Penentuan wanprestasi ini sendiri erat kaitannya dengan suatu pernyataan lalai
yaitu suatu pesan dari salah satu pihak untuk memberitahukan pada saat kapan
selambatnya ia mengharapkan pemenuhan prestasi.
Dengan demikian sebagai hal yang tidak dapat dipisahkan dalam penentuan
pernyataan wanprestasinya salah satu pihak adalah ketentuan batas pelaksanaan
kewajiban itu sendiri.
Keterlambatan melakukan kewajiban ini dapat juga terjadi dari bentuk
wanprestasi lainnya, seperti halnya melaksanakan kewajiban yang tidak sesuai
dengan apa yang telah diperjanjikan. Sementara bentuk wanprestasi ini juga harus
dapat dibedakan terhadap lainnya pihak kedua untuk tidak melakukan kewajiban
sama sekali, karena dalam hal demikian pihak kedua tidak dapat dianggap
terlambat memenuhi pelaksanaan prestasi. Sementara sanksi dalam hal pihak
kedua tidak melaksanakan kewajiban sama sekali yang selanjutnya dapat
16
dikategorikan menolak untuk melaksanakan kewajiban, sebagai sanksinya pihak
pertama berhak atas uang jaminan yang diberikan oleh salah satu pihak.
D. Berakhirnya Suatu Perjanjian
Terpenuhinya kesepakatan antara kedua belah pihak yang disepakati dan
syarat-syarat tertentu dalam perjanjian dapat menjadi sebab berakhirnya
perjanjian, misalnya habisnya jangka waktu yang telah disepakati dalam
perjanjian, semua hutang dan bunga atau denda jika ada telah dibayarkan. Secara
keseluruhan, KUHPerdata mengatur faktor-faktor lain yang dapat menyebabkan
berakhirnya perjanjian, diantaranya karena :
1. Pembayaran
Pembayaran tidak selalu diartikan dalam bentuk penyerahan uang semata,
tetapi terpenuhinya sejumlah prestasi yang diperjanjikan juga memenuhi unsur
pembayaran.
2. Penawaran pembayaran, diikuti dengan penyimpanan atau penitipan
Pemenuhan prestasi dalam suatu perjanjian sepatutnya dilaksanakan sesuai
hal yang diperjanjikan termasuk waktu pemenuhannya, tidak jarang prestasi
tersebut dapat dipenuhi sebelum waktu yang diperjanjikan. Penawaran dan
penerimaan pemenuhan prestsi sebelum waktunya dapat menjadi sebab
berakhirnya perjanjian, misalnya perjanjian pinjam meminjam yang
pembayarannya dilakukan dengan cicilan, apabila pihak yang berhutang dapat
membayar semua jumlah pinjamannya sebelum jatuh tempo, perjanjian dapat
berakhir sebelum waktunya.
Pembayaran uang dapat menyebabkan berakhirnya perjanjian, sebab munculnya
perjanjian baru menyebabkan perjanjian lama yang diperbaharui berakhir.
Perjanjian baru bisa muncul karena berubahnya pihak dalam perjanjian,
misalnya perjanjian novasi dimana terjadi pergantian pihak debitor atau
karena berubahnya perjanjian pengikatan jual beli menjadi perjanjian sewa,
karena pihak pembeli tidak mampu melunasi sisa pembayaran.
4. Perjumpaan Hutang atau Kompensasi
Perjumpaan hutang terjadi karena antara kreditor dan debitor saling mengutang
terhadap yang lain, utang keduanya dianggap terbayar oleh piutang mereka
masing-masing.
5. Percampuran Hutang
Berubahnya kedudukan pihak atas suatu objek perjanjian juga dapat
menyebabkan terjadinya percampuran hutang yang mengakhiri perjanjian.
Contohnya penyewa rumah yang berubah menjadi pemilik rumah karena
dibelinya rumah sebelum waktu berakhir, sementara masih ada tunggakan
sewa yang belum dilunasi.
6. Pembebasan Hutang
Pembebasan hutang dapat terjadi karena adanya kerelaan pihak kreditor untuk
membebaskan debitor dari kewajiban membayar hutang, dengan terbebasnya
debitor dari kewajiban pemenuhan hutang, hal yang disepakati dalam
perjanjian sebagai syarat sahnya perjanjian menjadi tidak ada padahal suatu
perjanjian dan dengan demikian berakhirlah perjanjian.
Musnahnya barang yang diperjanjian juga menyebabkan tidak terpenuhinya
syarat perjanjian karena barang sebagai hal (objek) yang diperjanjikan tidak ada,
sehingga berimplikasi pada berakhirnya perjanjian yang mengaturnya.
8. Kebatalan atau pembatalan
Tidak terpenuhinya syarat sah perjanjian dapat menyebabkan perjanjian
berakhir, misalnya karena pihak yang melakukan perjanjian tidak
memenuhi syarat kecakapan hukum. Tata cara pembatalan yang disepakati
dalam perjanjian juga dapat menjadi dasar berakhirnya perjanjian.
Terjadinya pembatalan suatu perjanjian yang tidak diatur perjanjian hanya
dapat terjadi atas dasar kesepakatan para pihak sebagaimana diatur dalam
Pasal 1338 KUHPerdata atau dengan putusan pengadilan yang didasarkan
pada Pasal 1266 KUHPerdata.
9. Berlakunya suatu syarat batal
Dalam Pasal 1265 KUHPerdata diatur kemungkinan terjadinya pembatalan
perjanjian oleh karena terpenuhinya syarat batal yang disepakati dalam
perjanjian.
10.Lewatnya waktu
Berakhirnya perjanjian dapat disebabkan oleh lewatnya waktu (daluwarsa)
perjanjian.
Di dalam Pasdal 1381 KUHPerdata disebutkan beberapa cara hapusnya
suatu perjanjian yaitu :
1. Pembayaran
3. Pembaharuan hutang
4. Perjumpaan hutang
5. Percampuran hutang
6. Pembebasan hutang
7. Musnahnya benda yang terhutang
8. Kebatalan/pembatalan
9. Berlakunya syarat batal
10.Kadaluwarsa atau lewat waktu
Yang dimaksud dengan pembayaran adalah pelaksanaan atau pemenuhan
perjanjian secara sukarela, artinya tidak dengan paksaan.
Pada dasarnya pembayaran hanya dapat dilaksanakan oleh yang bersangkutan
saja. Pasal 1382 KUHPerdata menyebutkan bahwa pembayaran dapat dilakukan
oleh orang lain. Dengan demikian undang-undang tidak mempersoalkan siapa
yang harus membayar, akan tetapi yang penting adalah hutang itu harus dibayar.
Penawaran pembayaran tunai yang diikuti dengan penitipan adalah
salah satu cara pembayaran untuk menolong debitor. Dalam hal ini si kreditor
menolak pembayaran. Penawaran pembayaran tunai terjadi jika si kreditor
menolak menerima pembayaran, debitor secara langsung menawarkan konsignasi
yakni dengan menitipkan uang atau barang kepada Notaris atau Panitera. Setelah
itu Notaris atau uang yang harus dibayarkan selanjutnya menjumpai kreditor
untuk melaksanakan pembayaran. Jika kreditor menolak, dipersilahkan oleh
Notaris atau Panitera untuk menandatangani berita acara. Jika kreditor menolak
juga, hal ini dicatat dalam berita acara tersebut, hal ini merupakan bukti bahwa
meminta kepada Hakim agar konsignasi disahkan Jika telah disahkan, debitor
terbebas dari kewajibannya dan perjanjian dianggap hapus.
Pembaharuan hutang (novasi) adalah peristiwa hukum dalam suatu
perjanjian yang diganti dengan perjanjian lain. Dalam hal para pihak mengadakan
suatu perjanjian dengan jalan menghapuskan perjanjian lama dan membuat
perjanjian yang baru.
Dalam hal terjadinya perjumpaan hutang atau kompensasi terjadi jika
para pihak yaitu kreditor dan debitor saling mempunyai hutang dan piutang,
maka mereka mengadakan perjumpaan hutang untuk suatu jumlah yang sama.
Hal ini terjadi jika antara kedua hutang berpokok pada sejumlah uang atau
sejumlah barang yang dapat dihabiskan dari jenis yang sama dan keduanya dapat
ditetapkan serta dapat ditagih seketika.
Percampuran hutang terjadi akibat keadaan bersatunya kedudukan kreditor
dan debitor pada satu orang. Dengan bersatunya kedudukan debitor pada satu
orang dengan sendirinya menurut hukum telah terjadi percampuran hutang sesuai
dengan Pasal 1435 KUHPerdata.
Pembebasan hutang terjadi apabila kreditor dengan tegas menyatakan
bahwa ia tidak menghendaki lagi adanya pemenuhan prestasi oleh si debitor.
Jika si debitor menerima pernyataan si kreditor maka berakhirlah perjanjian
hutang piutang diantara mereka.
Dengan terjadinya musnah barang-barang yang menjadi hutang debitor,
perjanjian juga dapat hapus. Dalam hal demikian debitor wajib membuktikan
bahwa musnahnya barang tersebut adalah di luar kesalahannya dan barang itu
debitor telah berusaha dengan segala daya upaya untuk menjaga barang tersebut
agar tetap berada seperti semula. Hal ini disebut dengan risiko.
Suatu perjanjian akan hapus jika ada suatu pembatalan ataupun dibatalkan.
Pembatalan haruslah dimintakan atau batal demi hukum. Karena jika dilihat
batal demi hukum maka akibatnya perjanjian itu dianggap tidak pernah ada,
sedangkan dalam pembatalan, perjanjian dianggap telah ada akan tetapi karena
suatu pembatalan maka perjanjian itu hapus dan para pihak kembali kepada
keadaan semula.
Syarat batal adalah syarat yang jika dipenuhi, menghentikan perjanjian dan membawa segala sesuatu kembali kepada keadaan semula, yaitu tidak pernah ada suatu perjanjian. Syarat ini tidak menangguhkan pemenuhan perjanjian, hanyalah mewajibkan si berpiutang mengembalikan apa yang telah diterimanya jika peristiwa yang dimaksud terjadi.17
Daluwarsa adalah suatu upaya untuk memperoleh sesuatu atau untuk
dibebaskan dari suatu perjanjian dengan lewatnya suatu waktu tertentu dan atas
syarat-syarat yang diterima oleh undang-undang (Pasal 1946 KUHPerdata).
17
BAB III
TINJAUAN UMUM TENTANG BANK
SEBAGAI LEMBAGA KEUANGAN
A. Pengertian Bank
Untuk mempercepat dan meningkatkan proses peningkatan perekonomian
dan sumber daya manusia, bank merupakan salah satu sarana di dalam usaha
untuk mencapai tujuan pembangunan nasional. Perbankan merupakan inti dari
sistem keuangan yang menjadi tempat bagi perusahaan, badan-badan pemerintah
dan swasta maupun perorangan yang menyimpan dana-dananya, maupun bagi
kegiatan exportimport dan berbagai jasa yang diberikan bank melalui kebutuhan
pembayaran dan juga pembiayaan bagi semua sektor perekonomian.
Bank memberikan kredit pada sektor perekonomian, mengembangkan
sumber daya manusia, melancarkan arus barang dan jasa dari produsen kepada
konsumen, merupakan suplier dari sebagian alat tukar atau alat pembayaran
sehingga mekanisme kebijaksanaan moneter dapat berjalan. Hal tersebut
menunjukkan bahwa bank merupakan suatu lembaga keuangan yang sangat
penting dalam menjalankan kegiatan perekonomian dan pengembangan sumber
daya manusia.
Melihat peranan bank sebagaimana yang diuraikan di atas, haruslah
diketahui apa sebenarnya yang dimaksud dengan bank tersebut. Mengenai apa
yang dimaksud dengan bank, banyak definisi yang dikemukakan oleh para ahli. Di
sini penulis mengutip beberapa pendapat dari para sarjana mengenai pengertian
G.M. Verryn Stuart dalam bukunya Bank Politik mengatakan bahwa bank
adalah suatu badan yang bertujuan untuk memuaskan kebutuhan kredit. Baik
dengan alat-alat pembayarannya sendiri atau dengan uang yang diperolehnya dari
orang lain, maupun dengan jalan memperedarkan alat-alat penukar baru berupa
uang giral.18
F.E. Perry, bank adalah perusahaan yang berhubungan dengan uang,
menerimanya atas deposito dari nasabah, memberikan pelayanan pada nasabah
dalam penarikan deposito yang dilakukannya atas permintaan, menghimpun cek
untuk nasabah dan memberikan pinjaman atau menginvestasikan surplus deposito
sehingga diperlukan untuk pembayaran.19
A. Abdurrahman dalam Ensiklopedia Keuangan dan Perbankan menyebutkan
bank adalah suatu jenis lembaga keuangan yang melaksanakan berbagai macam
jasa, seperti memberikan pinjaman, mengedarkan mata uang, pengawasan
terhadap mata uang, bertindak sebagai tempat penyimpanan benda, benda
berharga, membiayai usaha perusahaan dan lain-lain.20
R. Tjipto Adinugroho dalam bukunya “Permodalan Dana dan Potensi”
menyatakan bank adalah suatu lembaga yang mempunyai pekerjaan pokok
memberikan kredit berupa simpanan (deposito) di samping kiriman uang”.21
18
Thomas Suyatno, et.al.,Kelembagaan Perbankan, Penerbit PT. Gramedia, Jakarta, 1997, hal. 1
19
Komaruddin, Kamus Perbankan, Rajawali Pers, 1998, Cetakan Edisi Baru, hal. 28
20
Thomas Suyatno, et.al.,Op.Cit, hal. 1
21
Pierson, ahli ekonomi dari Belanda menyatakan “bank adalah badan yang
menerima simpanan dari masyarakat dalam bentuk giro, deposito berjangka dari
tabungan”.22
Mac Leod, dalam buku “The Theory and Practise of Banking”
menyatakan “bank adalah pengusaha yang membeli uang dan pinjaman dengan cara menciptakan pinjaman lainnya”.
(a banker is a trader whose business is to buy money and debts by creating other debts).23
Perbedaan pendapat para sarjana tersebut mengenai pengertian bank
adalahdikarenakan perbedaan situasi dan kondisi dari suatu negara, juga
dikarenakan bankmerupakan perusahaan yang dinamis, sehingga gambaran tentang
bank mengalami perubahan dari masa lalu ke masa sekarang.
perubahan-perubahan tersebut adalah dalam rangka memantapkan eksistensi dari bank itu
sendiri di tengah-tengah masyarakat dalam usaha menghimpun dana dan
menyalurkan kembali ke masyarakat.
Di dalam Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 tentang Perubahan
Undang-undang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan pada Pasal 1 ayat (2)
menyebutkan pengertian bank yaitu : “Bank adalah badan usaha yang menghimpun
dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada
masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka
meningkatkan taraf hidup rakyat banyak”.
Dilihat dari fungsinya, definisi tentang bank tersebut dapat dikelompokkan
dalam tiga bagian, yaitu :
22
Prathama Raharja, Uang dan Perbankan, Rineka Cipta, Jakarta, 1990, Cetakan Edisi Revisi, hal. 12
23
1. Bank dilihat sebagai penerima kredit, dalam pengertian pertama ini bank menerima uang serta dana-dana lainnya dari masyarakat dalam bentuk :
a. Simpanan atau tabungan biasa yang dapat diminta atau diambil kembali setiap saat.
b. Deposito berjangka, yang merupakan tabungan atau simpanan yang
penarikannya kembali hanya dapat dilakukan setelah jangka waktu yang ditentukan habis.
c. Simpanan dalam rekening koran/giro atas nama si penyimpan giro yang penarikannya hanya dapat dilakukan dengan menggunakan cek, bilyet giro, atau perintah tertulis kepada bank.
2. Bank dilihat sebagai pemberi kredit, ini berarti bahwa bank melaksanakan operasi perkreditan secara aktif. Jadi fungsi bank terutama dilihat sebagai pemberi kredit, tanpa mempermasalahkan apakah kredit itu berasal dari deposito atau tabunga