• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penentuan Kadar Asam Asetat Dalam Larutan Cuka Makanan Dengan Metode Titrimetri Di Balai Besar Pengawas Obat Dan Makanan Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Penentuan Kadar Asam Asetat Dalam Larutan Cuka Makanan Dengan Metode Titrimetri Di Balai Besar Pengawas Obat Dan Makanan Medan"

Copied!
48
0
0

Teks penuh

(1)

PENETAPAN KADAR ASAM ASETAT DALAM LARUTAN

CUKA MAKANAN DENGAN METODE TITRIMETRI

DI BALAI BESAR PENGAWAS OBAT

DAN MAKANAN MEDAN

TUGAS AKHIR

MAHARANI HASIBUAN

122401079

PROGRAM STUDI D-3 KIMIA

DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

PENETAPAN KADAR ASAM ASETAT DALAM LARUTAN

CUKA MAKANAN DENGAN METODE TITRIMETRI

DI BALAI BESAR PENGAWAS OBAT

DAN MAKANAN MEDAN

TUGAS AKHIR

Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat memperoleh gelar Ahli Madya

MAHARANI HASIBUAN

122401079

PROGRAM STUDI D-3 KIMIA

DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

PERSETUJUAN

Judul : Penentuan Kadar Asam Asetat Dalam

Larutan Cuka Makanan Dengan Metode Titrimetri Di Balai Besar Pengawas Obat Dan Makanan Medan

Kategori : Tugas Akhir

Nama : Maharani Hasibuan

Nomor Induk Mahasiswa : 122401079

Program studi : Diploma Tiga (D-3) Kimia

Departemen : Kimia

Fakultas : Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara

Disetujui Oleh Medan, Juli 2015

Program Studi D-3 Kimia FMIPA USU Pembimbing, Ketua,

Dra. Emma Zaidar Nst, M.Si Dr. Rumondang Bulan, MS NIP : 195509181987012001 NIP :195408301985032001

Disetujui Oleh

Departemen Kimia FMIPA USU Ketua,

(4)

PERNYATAAN

PENETAPAN KADAR ASAM ASETAT DALAM LARUTAN CUKA MAKANAN DENGAN METODE TITRIMETRI DI BALAI BESAR

PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN MEDAN

TUGAS AKHIR

Saya mengakui bahwa tugas akhir ini adalah hasil karya saya sendiri. Kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.

Medan, Juli 2015

(5)

PENGHARGAAN

Puji dan syukur penulis sampaikan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayahnya yang telah diberikan kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini tepat pada waktunya. Tugas Akhir ini disusun sebagai persyaratan untukmenyelesaikanpendidikan Program Studi D-3 Kimia IndustriFakultasMatematikadanIlmuPengetahuanAlam, Universitas Sumatera Utara dengan judul ” Penetapan Kadar Asam Asetat Dalam Larutan Cuka Makanan Dengan MetodeTitrimetri Di Balai Besar Pengawas Obat Dan Makanan Medan ”.

Dalampenyusunan tugas akhir ini penulis banyak menemukan kendala. Namun berkat bantuan, bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, akhirnya penulis dapat mengatasi berbagai kendala tersebut dengan baik.Atasbantuan, bimbingandandukungandariberbagaipihakmakapada kesempatan ini dengan segala ketulusan dan kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Kedua orang tua tercinta, Ayahanda Alm. Pardamean Hasibuan dan Ibunda Tina Sahara Nasution serta, kakakFuji Namora Hasibuan S.Kep, abang Aswan Syahmuda Zakaria Hasibuan S.S dan abang Zulfikar Hasibuan S.E yang telah memberikan bantuan moril dan materil serta doa restu demi kesuksesan penulis.

2.Bapak Dr. Sutarman, M.Sc selaku Dekan FMIPA USU.

3. Ibu Dr. Rumondang Bulan, MS selaku Ketua Departemen Kimia FMIPA

meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran dalam membantu penulisan tugas akhir ini.

6. Bapak Drs. M.Ali Bata Harahap, Apt,

M.KesselakuKepalaBesarBalaiBesarPengawasObatdanMakanan yang telah memberikan tempat untuk melaksanakan PKL.

7. BapakBernardus L. Tobing, SE selaku kepala Sub Bagian Tata Usaha BalaiBesarPengawasObatdanMakananMedan yang telah memberikan pengarahan kepada penulis pada saat PKL.

8. IbuLambokOktavia SR, M kes, Apt selakuKoordinatorpembimbingyang telah memberikan pengarahan dan membimbing penulis selama pelaksanaan PKL diBalaiBesarPengawasObatdanMakanan.

9. IbuLusi

yangtelahmemberikanpengarahankepadapenulispadasaatPKLdiBalaiBesarPen gawasObatdanMakanan.

(6)

11. Abangda Mahatir Muhammad D3 Analis Farmasi Angkatan 2010 yang telah membantu kami selama melaksakan PKL.

12. Teman-teman seperjuangan D-3 Kimia stambuk 2012 dan seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang turut andil dalam membantu penulis sehingga selesainya tugas akhir ini.

PenulismenyadaribahwaTugasAkhirinimasihjauhdarikesempurnaan.Olehkarenaitu

penulissangatmengharapkankritikdan saran yang

bersifatmembangundariparapembacauntukkesempurnaanTugasAkhirini.Segalaben

tukmasukan yang

diberikanakanpenulisterimadengansenanghatidanpenulisucapkanterimakasih.Hara panpenulis,

semogaTugasAkhirinidapatbermanfaatbagiparapembacaumumnyadanbagipenulis khususnya.

Medan,Mei 2015

(7)

PENETAPAN KADAR ASAM ASETAT DALAM LARUTAN CUKA MAKANAN DENGAN METODETITRIMETRI DI BALAI BESAR

PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN MEDAN

ABSTRAK

(8)

DETERMINATION OFACETIC ACIDLEVELSIN

VINEGARFOODSOLUTIONSWITHMETHODTITRIMETRY IN THECENTERSUPERVISOR OFDRUGANDFOOD MEDAN

ABSTRACT

Acetic acid is a one of industrial product that large consumed in Indonesia. Acetic acid can make from a substrate, which consist of ethanol. It could make from many kind of material such asfruits, pine aplle leather, coffe pulp, and coconut water.Donewithmethod titrimetry of determination of acetic acid levels in vinegar food solutions. The results obtained acetic acid levelsin the solution ofvinegar

Mis25.91% and theconcentrationof aceticacidin thevinegarsolutionvinegar

Vis6.54%.IndonesianNational Standardaceticacidinthe vinegarsolution

(9)

DAFTAR ISI

2.4.2. Persyaratan penggunaan Asam Asetat 10

(10)

3.5.1. Pembuatan Pereaksi 20 3.5.1.1. Pembuatan Natrium Hidroksida 0,1 N 20 3.5.1.2. Pembuatan Larutan Baku NaOH 0,1 N 20 3.5.1.3. Pembuatan Fenolftalein 0,1 % 21 3.5.2. Penentuan Kadar Asam Asetat 21 Bab 4. Hasil dan Pembahasan

4.1. Hasil Data Pengamatan 22

4.2. Perhitungan 23

4.3. Reaksi 24

4.4. Pembahasan 24

Bab 5. Kesimpulan dan Saran

5.1. Kesimpulan 26

5.2. Saran 26

Daftar Pustaka 27

(11)

DAFTAR TABEL

Nomor

Tabel Judul Halaman

2.4.2. Persyaratan Asam Asetat Standar Nasional Indonesia 10

2.6. Asam Basa lemah dan Kuat 13

2.6.1. TrayekpH 17

4.1. Penetapan Kadar Asam Asetat 22

4.2. Penetapan Kadar AsamAsetat 22

(12)

DAFTAR GAMBAR

Nomor

Gambar Judul Halaman

2.1. Struktur Asam Asetat 4

2.3. Reaksi Asam Asetat dengan Bakteri Asetobacter 7

2.6. Reaksi Asam Basa 12

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Lampiran

Judul Halaman

1. Kurva Titrasi Asam Basa 28

2.

Gambar Pereaksi Indikator Fenolftalein 0,1%, NaOH

0,1 N, Sampel Asam Cuka M, dan Asam Cuka V 28 3.

Gambar Penetapan Kadar Asam Asetat dengan

(14)

PENETAPAN KADAR ASAM ASETAT DALAM LARUTAN CUKA MAKANAN DENGAN METODETITRIMETRI DI BALAI BESAR

PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN MEDAN

ABSTRAK

(15)

DETERMINATION OFACETIC ACIDLEVELSIN

VINEGARFOODSOLUTIONSWITHMETHODTITRIMETRY IN THECENTERSUPERVISOR OFDRUGANDFOOD MEDAN

ABSTRACT

Acetic acid is a one of industrial product that large consumed in Indonesia. Acetic acid can make from a substrate, which consist of ethanol. It could make from many kind of material such asfruits, pine aplle leather, coffe pulp, and coconut water.Donewithmethod titrimetry of determination of acetic acid levels in vinegar food solutions. The results obtained acetic acid levelsin the solution ofvinegar

Mis25.91% and theconcentrationof aceticacidin thevinegarsolutionvinegar

Vis6.54%.IndonesianNational Standardaceticacidinthe vinegarsolution

(16)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Asam asetat merupakan salah satu produk industri yang banyak dibutuhkan di Indonesia. Saat ini di Indonesia harus mengimpor asam asetat dalam jumlah yang besar, pada tahun 1993 jumlah impornya sebesar 31.613.115,200 M ton dengan nilai $ 14.945.208,41 (Anonim, 1994).

(17)

maka penambahan alkohol secara langsung dianggap lebih efektif daripada menambahkan gula untuk diubah menjadi alkohol. Teknik kolom bio-oksidasi dalam upaya meningkatkan efisiensi produksi asam asetat dengan bahan baku air kelapa, dan mengetahui pengaruh kecepatan aerasi dan tinggi partikel dalam kolom berikut interaksinya terhadap pembentukan asan asetat (A.O.A.C, 1970).

(18)

1.2.Perumusan Permasalahan

Permasalahanyang akan di bahas dalampenetapan kadar asam asetatdalam larutan cuka makananadalah apakah kadar pemakaian asam asetat berpengaruhdengan pereaksi indikator fenolftalein dan NaOH dalam menentukan Standar Nasional Indonesia.

1.3.Tujuan

Untuk mengetahui pengaruh penetapan kadar asam asetat dalam larutan cuka makanan terhadap pereaksi indikator fenolftalein dan NaOHdalam menentukan Standar Nasional Indonesia.

1.4.Manfaat

(19)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sejarah Asam Asetat

Nama asam asetat berasal dari kata Latin asetum, “vinegar”. Asam asetat, asam etanoat atau asam cuka adalah senyawa kimia asam organik yang merupakan asam karboksilat yang paling penting di perdagangan, industri, dan laboraturium dan dikenal sebagai pemberi rasa asam dan aroma dalam makanan. Asam cuka memiliki rumus kimia CH3-COOH, CH3COOH, atau CH3CO2H. Struktur Asam Asetat : H O

H C C

H O H

(20)

Asam asetat merupakan asam lemah yang terionisasi sebagian dalam air, walaupun demikian, keasaman asam asetat tetap lebih tinggi dibanding dengan keasaman air (Kohar, 2004).

2.2. Pengertian Asam Asetat

Asam asetat atau lebih di kenal sebagai asam cuka (CH3COOH) adalah suatu

senyawa berbentuk cairan, tak berwarna, berbau menyengat, memiliki rasa asam yang tajam dan larut di dalam air, alkohol, gliserol, dan eter. Pada tekanan asmosferik, titik didihnya 118,1 oC. Asam asetat mempunyai aplikasi yang sangat luas di bidang industri dan pangan. Di Indonesia, kebutuhan asam asetat masih harus di import, sehingga perlu di usahakan kemandirian dalam penyediaan bahan (Hardoyono, 2007).

Asam asetat merupakan salah satu produk industri yang banyak dibutuhkan di Indonesia. Saat ini di Indonesia harus mengimpor asam asetat dalam jumlah yang besar, pada tahun 1993 jumlah impornya sebesar 31.613.115,200 M ton dengan nilai $ 14.945.208,41 (Anonim, 1994).

2.2.1. Sifat Kimia

(21)

pada gugus karboksil (−COOH) dalam asam karboksilat seperti asam asetat dapat

dilepaskan sebagai ion H+ (proton), sehingga memberikan sifat asam. Asam asetat adalah asam lemah monoprotik basa konjugasinya adalah asetat (CH3COO−).

Asam asetat adalah pelarut protik hidrofilik (polar), mirip seperti air dan etanol. Asam asetat bercampur dengan mudah dengan pelarut polar atau nonpolar lainnya seperti air, kloroform dan heksana. Sifat kelarutan dan kemudahan bercampur dari asam asetat ini membuatnya digunakan secara luas dalam industri kimia dan laboratorium ( Hart, 2003).

Asam asetat mudah menguap di udara terbuka, mudah terbakar, dan dapat menyebabkan korosif pada logam. Asam asetat jika di reaksikan dengan karbonat akan menghasilkan karbon dioksida. Penetapan kadar asam asetat biasanya menggunakan basa natrium hidroksida, dimana 1 ml natrium hidroksida 1 N setara dengan 60,05 mg CH3COOH (Depkes RI,1995).

2.2.2. Sifat Fisika

Sifat fisika dari asam asetat adalah bentuk cairan jernih, tidak berwarna, berbau menyengat, pH asam, memiliki rasa asam yang sangat tajam,mempunyai titik beku 16,6 oC, titik didih 118,1 oC dan larut dalam air, alkohol, dan eter. Asam asetat di buat dengan fermentasi alkohol oleh bakteri Acetobacter. Pembuatan dengan cara ini bisa digunakan dalam pembuatan cuka. Asam asetat mempunyai rumus molekul CH3COOH dan bobot molekul 60,05 (Depkes RI,

(22)

2.3. Pembuatan Asam Asetat

(23)

sinambung). Bertujuan untuk mengetahui kondisi yang optimum produksi asam asetat dari air kelapa secara fermentasi kontinyu dengan menggunakan kolom biooksidasi. Asam Asetat dengan oksidasi alkohol dibuat dengan pengaruh bakteri asetobacter dan dibuat dengan bantuan udara pada suhu 35 oC.

Reaksinya :

C2H5OH + O2 Asetobacter (3 c) CH3COOH + H2O

Alkohol Asam asetat

Pada proses fermentasi alkohol ini, asam asetat didapat dari bahan yang kaya gula seperti anggur, apel, malt, gula, dan sebagainya (A.O.A.C, 1970).

Asam asetat termasuk asam organik yang dapat dibuat dengan banyak cara, empat diantaranya yaitu: oksidasi alkohol primer atau aldehid, oksidasi rantai samping alkil pada cincin aromatik, dengan karbon dioksida, dan hidrolisis alkil sianida (nitril) ( Hart, 2003).

Asam asetat glasial komersial dibuat dengan mereaksikan methanol dan karbon monoksida atau oksida etilen. Bahan asal dari reaksi ini di sintesa dari gas alam, minyak bumi, atau batu bara (Fessenden, 1997).

2.3.1. Penyimpanan Asam Asetat

(24)

2.4. Kegunaan Asam Asetat

Asam asetat merupakan pereaksi kimia dan bahan baku industri yang penting untuk menghasilkan berbagai senyawa kimia. Asam asetat digunakan dalam produksi polimer seperti polietilena tereftalat, selulosa asetat, dan polivinil asetat, maupun berbagai macam serat dan kain. Asam asetat digunakan sebagai pengatur keasaman dalam industri makanan. Asam asetat encer juga sering digunakan sebagai pelunak air di rumah tangga. Penggunaan asam asetat lainnya, termasuk penggunaan dalam cuka relatif kecil (Setiawan, 2007).

Asam asetat digunakan untuk rumah tangga, industri dan kesehatan yaitu sebagai berikut :

a. Bahan penyedap rasa pada makanan

b. Bahan pengawet untuk beberapa jenis makanan dan merupakan pengawet makanan secara tradisional. Daya pengawet disebabkan karena kandungan asam asetatnya sebanyak 0,1 % asam asetat dapat menghambat pertumbuhan bakteri spora penyebab keracunan makanan.

c. Pembuatan obat-obatan (Aspirin).

d. Bahan dasar pembuatan anhidrida asam asetat yang sangat penting diperlukan untuk asetilasi terutama di dalam pembuatan selulosa asetat. e. Bahan dasar untuk pembuatan banyak persenyawaan lain seperti asetil

klorida.

f. Di bidang industri karet (menggumpalkan karet).

(25)

2.4.1. Dampak dari Asam Asetat

Asam asetat pekat bersifat korosif, sehingga harus digunakan dengan penuh hati-hati. Asam asetat dapat menyebabkan luka bakar, kerusakan mata permanen, serta iritasi pada membran mukosa (Setiawan, 2007).

Asam asetat encer, seperti pada cuka, tidak berbahaya, namun konsumsi asam asetat yang lebih pekat adalah berbahaya bagi manusia maupun hewan, karena dapat menyebabkan kerusakan pada sistem pencernaan, dan perubahan yang mematikan pada keasaman darah. Asam asetat dalam cuka secukupnya dilarutan sehingga tidak korosif, walaupun demikian, jika terus menerus makan makanan yang mengandung cuka akan dapat merusak email gigi (Hewitt, 2003).

2.4.2. Persyaratan penggunaan Asam Asetat

Table 2.4.2. Persyaratan penggunaan asam asetat Standar Nasional

(26)

2.5.Titrimetri

Titrimetri atau volumetri adalah salah satu cara pemeriksaan jumlah zat kimia yang luas pemakaiannya. Hal ini disebabkan karena beberapa alasan. Pada satu segi, cara ini menguntungkan karena pelaksanaannya mudah dan cepat, ketelitian dan ketepatannya cukup tinggi. Pada segi lain, cara ini menguntungkan karena dapat digunakan untuk menentukan kadar berbagai zat yang mempunyai sifat yang berbeda-beda.

Dalam proses bagian demi bagian pentiter ditambahkan ke dalam larutan zat yang akan ditentukan dengan bantuan alat yang disebut buret sampai tercapai titik kesetaraan. Titik kesetaraan adalah titik pada saat pereaksi dan zat yang ditentukan bereaksi sempurna secara stoikiometri. Titrasi harus dihentikan pada dekat titik kesetaraan . Jumlah volume pentiter yang terpakai untuk mencapai titik kesetaraan ini disebut volume kesetaraan. Dengan mengetahui volume kesetaraan, kadar pentiter dan faktor stoikiometri, maka jumlah zat yang ditentukan dapat dihitung dengan mudah ( Harrizul. R, 1995).

(27)

2.6. Teori Asam Basa

Titrasi asam-basa studi kuantitatif mengenai reaksi penetralan asam-basa paling nyaman apabila dilakukan dengan menggunakan prosedur yang disebut titrasi (titration). Dalam percobaan titrasi, suatu larutan yang konsentrasinya diketahui secara pasti, disebut sebagai larutan standar (standar solution), ditambahkan secara bertahap ke larutan lain yang konsentrasinya tidak diketahui,sampai reaksi kimia antara kedua larutan tersebut berlangsung sempurna (Raymond. C, 2004).

Menurut Arrhenius :

Asam ialah zat yang melarutkan ke dalam air untuk memberikan ion-ion H+, dan basa ialah zat yang melarutkan ke dalam air untuk memberikan ion-ion H-. Contoh :

Asam Basa

Hidrogen klorida (HCL) Natrium Hidroksida (NaOH) Hidrogen nitrat (HNO3) Kalium hidroksida (KOH)

Hidrogen sulfat (H2SO4) Kalsium Hidroksida Ca(OH)2

Asam asetat (HC2H3O2) Amonia (NH3)

Menurut Bronsted Lowry :

(28)

menyumbangkan sebuah proton. Pasangan spesi disebut pasangan asam-basa konjugat.

Menurut Lewis :

Asam adalah penerima pasangan elektron dan basa adalah donor pasangan elektron (Charles, 1996).

Contoh Reaksi : Menurut Arrhenius :

Asam : HA + aq H+ (aq) + A- (aq) Basa : BOH + aq B+ (aq) + OH- (aq) (Syukri.S, 1999).

Menurut BronstedLowry :

Reaksidasarasammenghasilkanasamdan basalain. Reaksi berikutdengan

demikianreaksiasam-basamenurutBronsted:

HC2H2O2 + H2O C2H3O2- + H3O+ asam basa basa asam

Menurut Lewis :

(29)

Tabel 2.6. Asam Lemah dan Asam Kuat

Tabel 2.6. Basa Lemah dan Basa Kuat

(30)

mengetahui sifat asam dan basa yaitu dengan menggunakan indikator asam basa (Hewitt, 2003).

2.6.1. Indikator Asam Basa

Indikator asam-basa adalah senyawa organik yang berubah warnanya dalam larutan sesuai dengan pH larutan. Contohnya adalah lakmus yang berwarna merah dalam larutan bersifat asam dan berwarna biru dalam larutan yang bersifat basa. Indikator asam-basa biasanya merupakan asam atau basa lemah, atau secara umum dapat dikatakan protolit lemah. Kesetimbangan asam-basa indikator yang berupa asam lemah dalam air dirumuskan sebagai berikut :

Hin + H2O ↔ H3O+ + In- warna asam warna basa

Disini In menunjukkan basa pasangan dari HIn (indikator asam lemah). Seperti terlihat dari persamaan diatas, asam dan basa pasangannya mempunyai warna yang berbeda. Itulah sebabnya warna larutan berubah dengan berubahnya pH larutan. Dalam larutan yang bersifat asam, bentuk yang banyak jumlahnya adalah bentuk yang terikat proton HIn, sedangkan dalam larutan yang bersifat basa bentuk yang bentuk yang tidak berproton In- ( Harrizul. R, 1995).

(31)

a. Kertas Lakmus

Ada dua jenis kertas lakmus, yaitu kertas lakmus merah dan lakmus biru. Dalam larutan yang bersifat asam, warna kertas lakmus biru akan menjadi merah, sedangkan kertas lakmus merah tetap. Dalam larutan basa, warna kertas lakmus merah akan menjadi biru sedangkan kertas lakmus biru tetap. Jika tidak terjadi perubahan pada warna kedua kertas lakmus tersebut berarti larutan tersebut bersifat netral. Kelemahan dari kertas lakmus adalah kurang praktis dan tidak dapat menunjukkan nilai pH larutan secara teliti.

b. Indikator universal atau pH Stick

Indikator universal hampir sama dengan kertas lakmus. Kelebihan indikator universal adalah mampu mengukur pH suatu larutan. Penggunaannya dengan mencelupkan indikator universal kedalam larutan yang akan diukur. Setelah itu cocokkan warna dengan tabel warna yang telah disediakan. Dengan demikian kamu dapat mengetahui pH dari larutan yang sudah kamu ukur.

c. Indikator Alami

(32)

d. Larutan Indikator Universal

Indikator universal adalah gabungan dari beberapa indikator. Larutan Indikator universal yang biasa digunakan dalam laboratorium terdiri dari metil jingga(trayek : 2,9-4,0), metil merah (trayek :4,2-6,3), bromtimol biru (trayek : 6,0-7,6), dan fenolftalein (trayek : 8,3-10,0). Indikator-indikator itu memberi warna yang berbeda tergantung pada pH larutan. Salah satu indicator yang memiliki tingkat kepercayaan yang baik adalah indikator universal. Indikator universal adalah indicator yang terdiri atas berbagai macam indikator yang memiliki warna berbeda untuk setiap nilai pH 1-14. Indikator universal ada yang berupa larutan dan ada juga yang berupa kertas.

Paket indikator universal tersebut selalu dilengkapidengan warna standar untuk pH 1-14.

Cara menggunakan indikator universal adalah sebagai berikut :

1. Celupkan kertas indicator universal pada larutan yang akan diselidiki nilai pH-nya atau meneteskan indicator universal pada larutan yang diselidiki.

2. Amati perubahan warna yang terjadi

(33)

2.6.2. Tabel Trayek pH

Tabel 2.6.2. Trayek pH pada berbagai larutan indikator asam basa

Nama Indikator Perubahan Warna Trayek pH

(34)

2.7. Alat ukur pH Meter

(35)
(36)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Alat dan Bahan

3.1.1. Alat

Nama Alat Ukuran Merk

 Erlenmeyer 250 ml Pyrex

 Gelas ukur 100 ml Pyrex

 Labu ukur 250 ml Pyrex

 Buret 10 ml Pyrex

 Pipet volume 25 ml Pyrex

 Pipet tetes - -

 Statif dan klem - -

3.2. Bahan-bahan

 Asam cuka M

 Asam cuka V

3.3.Pereaksi

 Indikator Fenolftalein 0,1 %  NaOH 0,1 N

(37)

Sampel yang digunakan pada pengujian ini adalah sampel yang diperoleh dari Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan di Medan tahun anggaran 2015.

Berikut data lengkap mengenai sampel : Nama Sampel I : Asam cuka M Wadah Kemasan : Plastik

Pabrik : PT. Inkenas Agung Jakarta Komposisi : Air dan asam asetat glasial

Nama Sampel II : Asam cuka V Wadah Kemasan : Botol Kaca

Pabrik : PT. Kunci Kencan Jakarta Komposisi : Beras dan Air

3.5. Prosedur Penelitian

3.5.1. Pembuatan Pereaksi

3.5.1.1. Pembuatan Natrium Hidroksida 0,1N

 Ditimbang Kristal NaOH 0,1 N sebanyak 3,999 gram .

(38)

3.5.1.2. Pembuatan Larutan Baku NaOH 0,1 N

 Ditimbang 0,4 gram K-Biftalat (P) yang telah dikeringkan 120oC selama

2jam.

 Dilarutkan ke dalam labu ukur 75 ml aquades bebas CO₂.

 Dititrasi dengan NaOH 0,1 N menggunakan indikator fenolftalein sampai

terjadi perubahan warna merah jambu.

3.5.1.3. Pembuatan Fenolftalein 0,1%

 Ditimbang 0,1 gram fenolftalein.

 Dimasukkan ke dalam labu ukur 100 ml.  Ditambahkan etanol, diaduk hingga larut.

 Diencerkan dengan etanol sampai garis tanda.

3.5.2. Penentuan Kadar Asam Asetat

 Ditimbang 5 gram sampel.

 Dimasukkan ke dalam labu ukur 250 ml dan tambahkan air aquades sampai

garis tanda.

 Dipipetkan 25 ml larutan ke dalam Erlenmeyer 250 ml.

 Ditambahkan 5 ml (1 ml ± 20 tetes) indikator fenolftalein.

(39)

BAB IV

Tabel 4.1. Penetapan kadar asam asetat dalam larutan cuka makanan (M)

Sampel I (M) Berat Wadah (g) BW + ISI (g) Volume Titrasi

Tabel 4.2. Penetapan kadar asam asetat dalam larutan cuka makanan (V)

(40)

Berdasarkan hasil rata-rata yang di peroleh dari penetapan kadar asam asetat dalam asam cuka M adalah 25,91% dan kadar asam asetat dalam asam cuka V adalah 6,54%. Dapat di lihat di tabel berikut ini :

Tabel 4.3. Hasil rata-rata penetapan kadar asam asetat dalam larutan cuka makanan

Sampel Asam cuka M tidak memenuhi syarat.Sampel Asam cuka V memenuhi syarat.

Persyaratan kadar asam asetat Standar Nasional Indonesia dalam larutan cuka makanan dengan metode titrimetri adalah 4-12%.

(41)

Untuk perhitungan asam cuka M I.2, I.3, dan asam cuka V II.1, II.2, II.3 dihitung seperti cara diatas.

4.3. Reaksi

Fenolftalein + NaOH

OH OH ONa O

C + 2 NaOH C + 2H2O

O

C C ONa

O O

Bening Merah Lembayung

4.4. Pembahasan

Titrasi titrimetri atau analisis volumetri adalah salah satu cara pemeriksaan jumlah zat kimia yang luas pemakaiannya. Hal ini disebabkan karena beberapa alasan. Pada satu segi, cara ini mengguntungkan karena pelaksanaanya mudah dan cepat, ketelitian dan ketepatannya cukup tinggi (Harrizul, R. 1995).

Disamping itu, pada pengujian dilakukan dengan metode titrimetri karena acuan dari Laboratorium Pangan dan Bahan Berbahaya Balai Besar POM di Medan adalah SNI 01-3711-1995, yang menyebutkanbahwapenentuan kadar asam

o o

O

o

(42)

asetat dilakukan dengan metodetitrimetri.Penetuan kadar asam asetat dalam larutan cuka makanan menggunakan pereaksi indikator fenolftalein 0,1% dan NaOH 0,1 N. Hasil kadar asam cukaM I.1adalah 28,18%, hasil kadar asam cuka M I.2adalah 24,37%, hasil kadar asam cuka M I.3 adalah 25,19%. Dan hasil kadar asam cuka V II.1 adalah 6,21%, hasil kadar asam cuka V II.2 adalah 6,68%, dan hasil kadar asam cuka V II.3 adalah 6,73%.

(43)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Pemakaianpereaksi indikator fenolftalein dan NaOHyang diperlukan pada penetapan kadar asam asetat dalam larutan cuka makanandan untuk mutu lebih bagus digunakan indikator fenolftalein 0,1% dan NaOH 0,1 N karena sudah tercapai untuk menghasilkan mutu untuk penetapan kadar asam asetat dalam menentukan Standar Nasional Indonesia.

5.2.Saran

(44)

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 1994. Statistik Indonesia. Biro Pusat Statistik. Jakarta.

A.O.A.C. 1970. Official Methodes of Analysis of the Analytical Chemistry. Washington. D.C.

Charles, W. 1996. Ilmu Kimia Untuk Universitas. Penerbit Erlangga. Jakarta. David, E. 1959. Theory and Problems of Beginning Chemistry. Third Edition.

Mcgraw Hill. New York.

Fessenden, R.J. dan Fessenden, J.S. 1997. Dasar-Dasar Kimia Organik. BinarupaAksara. Jakarta.

Hardoyo, A.E.T. 2007. Kondisi Optimum Fermentasi Asam Asetat Menggunakan Acetobacter aceti. Jakarta.

Harrizul, R. 1995. Asas Pemeriksa Kimia. Penerbit UI-press. Jakarta.

Hart, H dan Craine, L. 2003. Kimia Organik. Edisi II. Penerbit Erlangga. Jakarta. Hewitt, P.G. 2003. Conseptual Integrated Science Chemistry. San Fransisco:

Pearson Education, Inc.

James, T. And Robert, M.H. 2000. The Science an Integrated Approach Chemistry. New York : John Willey and Sons. Inc.

Kohar, H.J. dan Agustanti. 2004. Daun Kangkung (Ipomoea Reptans) Yang

Syukri, S. 1999. Kimia Dasar. Penerbit ITB. Padang.

Tillery, E. and Ross. 2007. Integrated Science. Mcgraw Hill Company. New York.

(45)
(46)
(47)
(48)

Gambar

Table 2.4.2. Persyaratan penggunaan asam asetat Standar Nasional
Tabel 2.6. Asam Lemah dan Asam Kuat
Tabel 2.6.2. Trayek pH pada berbagai larutan indikator asam basa
Tabel 4.1. Penetapan kadar asam asetat dalam larutan cuka makanan (M)
+4

Referensi

Dokumen terkait

Adapun yang dikaji dalam penelitian ini hanya diambil dari aspek pengawasan suplemen makanan, dimana suplemen makanan banyak dikonsumsi oleh masyarakat, baik itu dari

Disimpulkan dari hasil penelitian bahwa pengukuran kadar logam berat Cd pada kerang darah sebelum perendaman dalam larutan asam cuka rata-rata sebesar 1,42 ± 0,02 mg/kg,

PENENTUAN KADAR PROTEIN PADA TAUCO DENGAN METODE KJELDAHL DIBALAI BESAR PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN MEDAN..

Penentuan kadar protein pada tauco dilakukan dengan metode kjeldahl yang meliputi tiga tahap yaitu Tahap Destruksi, Destilasi dan Titrasi.. Kadar protein pada

tinggi, tetapi tauco tidak dapat digunakan sebagai sumber protein dalam makanan.. karena biasanya hanya dimakan dalam jumlah

Kimia Pangan dan Gizi .Jakarta:PT Gramedia Pustaka Utama. Universitas

Meskipun mempunyai efek negatif, perkembangan industri makanan yang menggunakan pemanis buatan makin berkembang pesat mengingat bahan tambahan makanan ini

Indikator yang baik digunakan untuk titrasi asam asetat dengan NaOH adalah fenolftalein (PP) dengan trayek pH = 8,2-10,0 (Rahayu, 2011) yang akan mengalami perubahan warna