• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Kualitas Pelayanan Terhadap Kepuasan Pasien Rawat Inap di Rumah Sakit Columbia Asia Medan Tahun 2013

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Kualitas Pelayanan Terhadap Kepuasan Pasien Rawat Inap di Rumah Sakit Columbia Asia Medan Tahun 2013"

Copied!
118
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH KUALITAS PELAYANAN TERHADAP KEPUASAN PASIEN RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT COLUMBIA ASIA MEDAN

TAHUN 2013

SKRIPSI

Oleh :

NIM. 111021052 MARYATI

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

PENGARUH KUALITAS PELAYANAN TERHADAP KEPUASAN PASIEN RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT COLUMBIA ASIA MEDAN

TAHUN 2013

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

Oleh :

NIM. 111021052 MARYATI

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)
(4)

ABSTRAK

Kualitas pelayanan adalah segala bentuk aktivitas yang dilakukan oleh rumah sakit guna memenuhi harapan pasien. Pelayanan dalam hal ini diartikan sebagai jasa atau service yang disampaikan oleh pemilik jasa yang berupa kemudahan, kecepatan, hubungan, kemampuan dan keramahtamahan yang ditujukan melalui sikap dan sifat dalam memberikan pelayanan untuk kepuasan pasien. Semakin berkualitas produk dan layanan yang diberikan oleh rumah sakit maka kepuasan yang dirasakan oleh pasien akan semakin tinggi.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kualitas pelayanan terhadap kepuasan pasien rawat inap pada Rumah Sakit Columbia Asia Medan. Jenis penelitian adalah penelitian survei dengan menggunakan pendekatan explanatory. Populasi penelitian adalah seluruh pasien pribadi rawat inap yang sudah pernah di rawat inap di Rumah Sakit Columbia Asia Medan yaitu pasien pribadi yang dengan keinginan sendiri tanpa rujukan atau disuruh orang lain dengan bebas memilih dokter yang dia inginkan, bebas memilih kamar rawat inap dan biaya pengobatan dibayar sendiri oleh pasien dan sampel berjumlah 80 orang. Analisis data menggunakan analisis univariat, analisis bivariat dan analisis multivariat dengan menggunakan uji regresi linier berganda.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara bukti langsung dan kepedulian terhadap kepuasan pasien rawat inap pada Rumah Sakit Columbia Asia Medan.Bukti langsung memiliki pengaruh paling besar terhadap kepuasan pasien rawat inap di Rumah Sakit Columbia Asia Medan, dengan nilai koefisien regresi (B) 0,299.

Disarankan mengupayakan peningkatan kepedulian dalam melaksanakan tugasnya, pegawai sebaiknya bekerja dengan perhatian secara khusus kepada pasien, memberikan keramahan saat memeriksa pasien, dokter maupun pegawai kesehatan dapat meluangkan waktu untuk mendengarkan keluhan pasien, serta untuk membina komunikasi dengan baik (senyum, sapa dan sentuh). Memaksimalkan kualitas pelayanan khususnya bukti langsung kepada pasien dalam keamanan dan fasilitas parkir kenderaan, memperhatikan kebersihan dan kenyamanan rumah sakit.

(5)

ABSTRACT

Quality of service is any activity out by the hospital to meet patient’s expectations. Service is defined as a delivered by the owner of the service in the form of convenience, speed, relationships, abilities and hospitality addressed through attitude and nature in provided by the hospital, the higher is the satisfaction felt by the patient.

This study was aimed to determine the effect of service quality on patient satisfaction at Columbia Asia Hospital Medan. This type of research was survey research using explanatory approach. The population were all private patients who had been hospitalized inpatient at Columbia Asia Hospital Medan and were the patients with their own desires with put reference or prompting people to freely choose the doctor that he wanted, free to choose the room and inpatient treatment costs paid by the patients and the sample 80 people. Data analysis used univariate, bivariate and multivariate using multiple linier regression.

The result of research showed that a significant difference between direct evidence and concern for patient satisfaction at Columbia Asia Hospital Medan, with a regression coefficient (B) 0.299.

It is advisable to employees to increase awareness in performing their duties, work with special attention to the patient, providing hospitality when examining patients. Doctors and health officials can take the time to listen to patient complaints, as well as to foster good communication with (smile, say hello and touch). The employees should maximize the quality of service to patients, especially direct in vehicle security and parking facilities, the cleanliness and comfort of the hospital.

(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Maryati

Tempat/Tanggal Lahir : Jakarta, 18 Maret 1980

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Kristen Protestan

Status Perkawinan : Menikah

Anak Ke : 3 dari 3 bersaudara

Alamat Rumah : Jalan Asrama.Komp. Bumi Asri Blok G/26 Pondok

Kelapa Medan Helvetia Medan

Riwayat Pendidikan :

1. Tahun 1985-1986 : TK BHAKTI. II, Jakarta Timur

2. Tahun 1986-1992 : SD BHAKTI II, Jakarta Timur

3. Tahun 1992-1995 : SMP N 91, Jakarta Timur

4. Tahun 1995-1998 : SMA N 93, Jakarta Timur

5. Tahun 1998-2001 : D III Manajemen Perumahsakitan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta Pusat

6. Tahun 2011-2014 : Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

Riwayat Pengalaman Pekerjaan:

1. Tahun 2001-2002 : Rumah Sakit Ibu dan Anak Hermina Jatinegara

Jakarta Timur

Medan, Pebruari 2014

(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas

berkat dan anugerahnya yang diberikan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan

penulisan skripsi ini yang berjudul : “Pengaruh Kualitas Pelayanan Terhadap

Kepuasan Pasien Rawat Inap di Rumah Sakit Columbia Asia Medan Tahun 2013”.

Penulisan skripsi ini merupakan tugas akhir dalam perkuliahan Strata Satu

Fakultas Kesehatan Masyarakat Peminatan Administrasi dan Kebijakan Kesehatan

Universitas Sumatera Utara.

Selama melakukan penelitian dan penulisan skripsi ini penulis banyak

memperoleh bantuan dan bimbingan, dalam kesempatan ini penulis mengucapkan

banyak terima kasih kepada :

1. Dr. Drs. Surya Utama, M.Si., selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat

Univesitas Sumatera Utara.

2. dr. Heldy BZ, MPH., selaku Ketua Departemen Administrasi dan Kebijakan

Kesehatan dan sebagai Dosen Pembimbing I yang telah memberikan

bimbingan dan arahan kepada penulis sehingga skripsi ini bisa diselesaikan

dengan baik.

3. dr. Rusmalawaty, M.Kes., Selaku Dosen Pembimbing II yang telah

memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis sehingga skripsi ini bisa

(8)

4. Siti Khadijah, SKM, M.Kes., selaku Dosen Penguji I yang telah meluangkan

waktu untuk memberikan masukan terhadap skripsi ini.

5. dr. Fauzi, SKM, selaku Dosen Penguji II yang telah meluangkan waktu untuk

memberikan masukan terhadap skripsi ini.

6. Drs. Eddy Syahrial, MS, selaku Dosen Penasehat Akademik Fakultas

Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

7. Para Dosen dan Staf di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera

Utara Khususnya Departemen Administrasi dan kebijakan Kesehatan.

8. Direktur dan Staf RS. Columbia Asia Medan yang memberikan ijin dan

memberikan data-data kepada penulis untuk melakukan penelitian di RS.

Columbia Asia Medan.

9. Suamiku tercinta Toga Manik, S.E., M.M. serta anak-anakku yang saya

sayangi yang memberikan dorongan dan semangat.

10. Buat teman sebimbingan dan seperjuangan Permata Sari Handayani yang

telah banyak memberikan semangat, dukungan dan saran dalam penyusunan

skripsi ini.

11. Buat semua teman-teman mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat

(9)

Penulis menyadari sepenuhnya dalam penulisan skripsi ini masih terdapat

kekurangan-kekurangan untuk itu penulis mengharapkan masukan-masukan dan

kritik untuk kesempurnaan skripsi ini.

Medan, Februari 2014 Penulis,

(10)

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 7

1.3. Tujuan Penelitian ... 7

1.4. Manfaat Penelitian ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kualitas Pelayanan ... 9

2.1.1 Pengertian Pelayanan ... 9

2.1.2 Pengertian Kualitas Pelayanan ... 10

2.1.3 DimensiKualitasPelayanan ... 14

2.2. Kepuasan Pasien ... 18

2.2.1 Pengertian Kepuasan ... 18

2.2.2 Kepuasan Pasien... 20

2.2.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepuasan ... 22

2.2.4 Pengukuran Kepuasan Pasien ... 24

2.2.5 Hubungan Kualitas Pelayanan Terhadap Kepuasan ... 27

2.3. Rumah Sakit ... 29

2.3.1 Pengertian Rumah Sakit ... 29

2.3.2 Kualitas Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit... 30

2.3.3 Kualitas Pelayanan RawatInap ... 33

2.4. Kerangka Konsep ... 36

2.5. Hipotesis Penelitian ... 36

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian... 37

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 37

3.3. Populasi dan Sampel ... 38

3.3.1. Populasi ... 38

(11)

3.4. Metode Pengumpulan Data ... 39

3.4.1 Data Primer ... 39

3.4.2 Data Sekunder ... 39

3.5. Variabel dan Definisi Operasional ... 40

3.5.1 Definisi Operasional Variabel Bebas ... 40

3.5.2 Definisi Operasional Variabel Terikat ... 41

3.6. Metode Pengukuran ... 41

3.6.1. Variabel Bebas ... 41

3.6.2. Variabel Terikat ... 42

3.7. Teknik Analisa Data ... 43

BAB IV HASIL 4.1. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 44

4.2. Karakteristik Pasien ... 45

4.3. Analisis Univariat ... 46

4.3.1. Karakteristik Responden ... 47

4.3.2. Uji Normalitas ... 48

4.3.3. Gambaran Karakteristik Responden ... 49

4.3.4. Kualitas Pelayanan Berdasarkan Bukti Langsung ... 49

4.3.5. Kualitas Pelayanan Berdasarkan Kehandalan ... 51

4.3.6. Kualitas Pelayanan Berdasarkan Daya Tanggap ... 52

4.3.7. Kualitas Pelayanan Berdasarkan Jaminan ... 54

4.3.8. Kualitas Pelayanan Berdasarkan Kepedulian... 55

4.3.9. Kepuasan Pasien Rawat Inap ... 56

4.4. Analisis Bivariat... 57

4.4.1. Hubungan Antara Bukti Langsung Responden dengan Kepuasan Pasien Rawat Inap pada Rumah Sakit Columbia Asia Medan ... 58

4.4.2. Hubungan Antara Kehandalan Responden dengan Kepuasan Pasien Rawat Inap pada Rumah Sakit Columbia Asia Medan ... 58

4.4.3. Hubungan Antara Daya Tanggap Responden dengan Kepuasan Pasien Rawat Inap pada Rumah Sakit Columbia Asia Medan ... 58

4.4.4. Hubungan Antara Jaminan Responden dengan Kepuasan Pasien Rawat Inap pada Rumah Sakit Columbia Asia Medan ... 59

4.4.5. Hubungan Antara Kepedulian Responden dengan Kepuasan Pasien Rawat Inap pada Rumah Sakit Columbia Asia Medan ... 59

(12)

BAB V PEMBAHASAN

5.1. Pengaruh Kualitas Pelayanan (Bukti Langsung) Responden Terhadap Kepuasan Pasien Rawat Inap pada Rumah Sakit

Columbia Asia Medan ... 62 5.2. Pengaruh Kualitas Pelayanan (Jaminan) Responden

Terhadap Kepuasan Pasien Rawat Inap pada Rumah Sakit

Columbia Asia Medan ... 64 5.3. Pengaruh Kualitas Pelayanan (Daya Tanggap) Responden

Terhadap Kepuasan Pasien Rawat Inap pada Rumah Sakit

Columbia Asia Medan ... 68 5.4. Pengaruh Kualitas Pelayanan (Kepedulian) Responden

Terhadap Kepuasan Pasien Rawat Inap pada Rumah Sakit

Columbia Asia Medan ... 70

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan ... 73 6.2. Saran ... 73

(13)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 4.1 Distribusi Pasien Rawat Inap RS. Columbia Asia Berdasarkan

Umur Pasien Tahun 2013 ... 46

Tabel 4.2 Distribusi Pasien Rawat Inap RS. Columbia Asia Berdasarkan

Jenis Kelamin Pasien Tahun 2013 ... 46

Tabel 4.3 Karakteristik Responden di Rumah Sakit Columbia Asia Medan ... 47

Tabel 4.4 Karakteristik Responden Tempat Ruang Rawat Inap di Ruang Sakit Columbia Asia Medan ... 48

Tabel 4.5 Uji Normalitas Kualitas Pelayanan (Bukti Langsung, Kehandalan, Daya Tanggap, Jaminan, Kepedulian) dan Kepuasan Pasien Rawat Inap pada Rumah Sakit Columbia Asia Medan ... 48

Tabel 4.6 Gambaran Kualitas Pelayanan (Bukti Langsung, Kehandalan, Daya Tanggap, Jaminan, Kepedulian) dan Kepuasan Pasien Rawat

Inap pada Rumah Sakit Columbia Asia Medan ... 49

Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Tanggapan Pasien Terhadap Kualitas Pelayanan Berdasarkan Bukti Langsung ... 50

Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Tanggapan Pasien Terhadap Kualitas Pelayanan Berdasarkan Kehandalan ... 51

Tabel 4.9 Distribusi Frekuensi Tanggapan Pasien Terhadap Kualitas Pelayanan Berdasarkan Daya Tanggap ... 53

Tabel 4.10 Distribusi Frekuensi Tanggapan Pasien Terhadap Kualitas Pelayanan Berdasarkan Jaminan ... 54

Tabel 4.11 Distribusi Frekuensi Tanggapan Pasien Terhadap Kualitas Pelayanan Berdasarkan Kepedulian ... 55

(14)

Tabel 4.13 Hubungan Kualitas Pelayanan (Bukti Langsung, Kehandalan, Daya Tanggap, Jaminan, Kepedulian) dengan Kepuasan Pasien Rawat Inap pada Rumah Sakit Columbia Asia Medan ... 57

Tabel 4.14 Hasil Analisis Regresi Linier Berganda Kualitas Pelayanan (Bukti Langsung dan Jaminan) terhadap Kepuasan Pasien Rawat

(15)

DAFTAR GAMBAR

(16)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Kuesioner Penelitian

2. Master Data

3. Hasil SPSS

4. Surat Keterangan Izin Penelitian

(17)

ABSTRAK

Kualitas pelayanan adalah segala bentuk aktivitas yang dilakukan oleh rumah sakit guna memenuhi harapan pasien. Pelayanan dalam hal ini diartikan sebagai jasa atau service yang disampaikan oleh pemilik jasa yang berupa kemudahan, kecepatan, hubungan, kemampuan dan keramahtamahan yang ditujukan melalui sikap dan sifat dalam memberikan pelayanan untuk kepuasan pasien. Semakin berkualitas produk dan layanan yang diberikan oleh rumah sakit maka kepuasan yang dirasakan oleh pasien akan semakin tinggi.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kualitas pelayanan terhadap kepuasan pasien rawat inap pada Rumah Sakit Columbia Asia Medan. Jenis penelitian adalah penelitian survei dengan menggunakan pendekatan explanatory. Populasi penelitian adalah seluruh pasien pribadi rawat inap yang sudah pernah di rawat inap di Rumah Sakit Columbia Asia Medan yaitu pasien pribadi yang dengan keinginan sendiri tanpa rujukan atau disuruh orang lain dengan bebas memilih dokter yang dia inginkan, bebas memilih kamar rawat inap dan biaya pengobatan dibayar sendiri oleh pasien dan sampel berjumlah 80 orang. Analisis data menggunakan analisis univariat, analisis bivariat dan analisis multivariat dengan menggunakan uji regresi linier berganda.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara bukti langsung dan kepedulian terhadap kepuasan pasien rawat inap pada Rumah Sakit Columbia Asia Medan.Bukti langsung memiliki pengaruh paling besar terhadap kepuasan pasien rawat inap di Rumah Sakit Columbia Asia Medan, dengan nilai koefisien regresi (B) 0,299.

Disarankan mengupayakan peningkatan kepedulian dalam melaksanakan tugasnya, pegawai sebaiknya bekerja dengan perhatian secara khusus kepada pasien, memberikan keramahan saat memeriksa pasien, dokter maupun pegawai kesehatan dapat meluangkan waktu untuk mendengarkan keluhan pasien, serta untuk membina komunikasi dengan baik (senyum, sapa dan sentuh). Memaksimalkan kualitas pelayanan khususnya bukti langsung kepada pasien dalam keamanan dan fasilitas parkir kenderaan, memperhatikan kebersihan dan kenyamanan rumah sakit.

(18)

ABSTRACT

Quality of service is any activity out by the hospital to meet patient’s expectations. Service is defined as a delivered by the owner of the service in the form of convenience, speed, relationships, abilities and hospitality addressed through attitude and nature in provided by the hospital, the higher is the satisfaction felt by the patient.

This study was aimed to determine the effect of service quality on patient satisfaction at Columbia Asia Hospital Medan. This type of research was survey research using explanatory approach. The population were all private patients who had been hospitalized inpatient at Columbia Asia Hospital Medan and were the patients with their own desires with put reference or prompting people to freely choose the doctor that he wanted, free to choose the room and inpatient treatment costs paid by the patients and the sample 80 people. Data analysis used univariate, bivariate and multivariate using multiple linier regression.

The result of research showed that a significant difference between direct evidence and concern for patient satisfaction at Columbia Asia Hospital Medan, with a regression coefficient (B) 0.299.

It is advisable to employees to increase awareness in performing their duties, work with special attention to the patient, providing hospitality when examining patients. Doctors and health officials can take the time to listen to patient complaints, as well as to foster good communication with (smile, say hello and touch). The employees should maximize the quality of service to patients, especially direct in vehicle security and parking facilities, the cleanliness and comfort of the hospital.

(19)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Salah satu faktor yang menentukan tingkat keberhasilan dan kualitas rumah

sakit adalah kemampuan rumah sakit dalam memberikan layanan kepada pasien.

Keberhasilan rumah sakit dalam memberikan layanan yang bermutu kepada para

pasien sangat ditentukan oleh pendekatan layanan yang diberikan oleh pihak rumah

sakit. Rumah sakit harus mengetahui dan memperhatikan bagaimana menciptakan

dan meningkatkan kualitas jasa atau layanan yang akan diberikan kepada pasien.

Kualitas mencakup usaha untuk memenuhi atau bahkan melebihi harapan

pasien. Tjiptono (2005), mengungkapkan bahwa kualitas jasa yang baik akan

memberikan dorongan kepada pasien untuk menjalin ikatan, hubungan yang kuat

dengan rumah sakit. Selanjutnya ikatan seperti ini memungkinkan rumah sakit untuk

lebih memahami dengan seksama keinginan serta kebutuhan pasien, sehingga dapat

memenuhi keinginan dan kebutuhan pasien. Dengan demikian, rumah sakit dapat

meningkatkan kepuasan pasien dengan memaksimumkan pengalaman pasien yang

menyenangkan dan meminimumkan pengalaman yang kurang menyenangkan.

Pelayanan yang baik merupakan daya tarik yang besar bagi pasien, sehingga

rumah sakit seringkali menggunakannya sebagai alat promosi untuk menarik minat

pasien. Kualitas pelayanan memberikan dorongan kepada pasien untuk menjalin

(20)

memungkinkan rumah sakit untuk memahami dengan seksama harapan pasien serta

kebutuhan mereka.

Kualitas pelayanan berpusat padaupaya pemenuhan kebutuhan dan keinginan

pasien serta ketepatan penyampaiannya untuk mengimbangi harapan pasien. Dalam

kondisi persaingan yang begitu ketat, yang harus diprioritaskan oleh rumah sakit

adalah kepuasan pasien agar dapat bertahan untuk bersaing dan menguasai pangsa

pasar yang ada. Kepuasan pasien ditentukan oleh kualitas jasa yang diinginkan para

pasien, sehingga jaminan kualitas menjadi prioritas utama bagi setiap rumah sakit

pada saat ini, khususnya sebagai tolak ukur adalah keunggulan daya saing terhadap

rumah sakit yang ada.

Kepuasan pasien telah menjadi bagian dari tujuan sebagian besar rumah sakit.

Sejalan dengan itu, kualitas layanan, terutama bagi rumah sakit, jasa menjadi hal yang

penting agar dapat memberi kepuasan lebih pada pasien dan pada akhirnya menjadi

nilai tambah bagi rumah sakit itu sendiri.

Produk dan layanan yang berkualitas berperan penting dalam membentuk

kepuasan pasien, selain itu juga erat kaitannya dalam menciptakan keuntungan bagi

rumah sakit. Semakin berkualitas produk dan layanan yang diberikan oleh rumah

sakit maka kepuasan yang dirasakan oleh pasien akan semakin tinggi. Menurut

Tjiptono (2002), adanya kepuasan pasien akan dapat menjalin hubungan harmonis

antara rumah sakit dan pasien. Menciptakan dasar yang baik bagi pembelian ulang

serta terciptanya loyalitas pasien dan membentuk rekomendasi dari mulut ke mulut

(21)

(2003), kepuasan adalah sejauh mana suatu tingkatan produk dipersepsikan sesuai

dengan harapan pembeli.

Kepuasan pasien menurut Zeithaml (2003), sebagai “costumer’s evaluation of

a product or service in terms of whether that product or service has met their needs

and expectation”. Dengan demikian kepuasan pasien merupakan perilaku yang

terbentuk terhadap barang atau jasa sebagai pembelian produk tersebut. Kepuasan

pasien sangat penting karena akan berdampak pada kelancaran bisnis atau rumah

sakit. Pasien yang merasa puas pada produk/jasa yang digunakannya akan kembali

menggunakan jasa/produk yang ditawarkan sehingga membangun kesetiaan pasien.

Kepuasan pasien sendiri diartikan sebagai suatu keadaan dimana harapan

pasien terhadap suatu produk sesuai dengan kenyataan yang diterima tentang

kemampuan produk tersebut oleh pasien. Jika produk tersebut jauh dibawah harapan

pasien maka ia akan kecewa. Sebaliknya jika produk tersebut memenuhi harapan

pasien, maka ia akan senang. Harapan pasien dapat diketahui dari pengalaman

mereka sendiri saat menggunakan produk tersebut, omongan orang lain dan informasi

iklan (Zeithaml, 2003).

Melalui kepuasan pasien, diharapkan tercipta loyalitas dimana pasien akan

melakukan pembelian ulang atau pemakaian ulang, tidak mudah terpengaruhi oleh

rumah sakit lain yang sejenis dan juga akan membentuk promosi gratis bagi rumah

sakit yaitu dengan memberikan rekomendasi positif kepada orang lain. Membangun

(22)

Pasien yang terbaik adalah pasien yang setia oleh karena itu rumah sakit harus dapat

mengidentifikasikan, mempertahankan dan memperkuat loyalitas (Tjiptono, 2005).

Industri rumah sakit sangat berkembang menyesuaikan diri dengan perubahan

lingkungan eksternal pasar yang semakin cepat berubah, keinginan pasien yang

berubah, didukung teknologi yang cepat berubah pula mengharuskan para produsen

sebagai pelaku jasa haruslah menyesuaikan diri dengan perubahan itu sendiri.

Masyarakat menuntut pelayanan rumah sakit yang bermutu, profesional dan

manusiawi.

Untuk mencapai tujuan itu rumah sakit harus bersaing satu sama lain dalam

memberikan pelayanan kepada pasien. Rumah sakit yang masuk dalam persaingan ini

hendaknya mampu memberikan kualitas jasa atau pelayanan yang baik dengan

harapan akan dapat meningkatkan kepuasan pasien dan menjadikannya loyal yang

menentukan kelangsungan dan keberhasilan. Untuk mencapai keberhasilan tersebut

jasa pelayanan rumah sakit mereka mengupayakan agar staf rumah sakit (tenaga

medis, paramedis dan staf administrasi) memberikan pelayanan yang terbaik kepada

para pasien sesuai dengan fungsinya masing-masing. Disisi lain pihak manajemen

rumah sakit harus peka terhadap keinginan (ekspekstasi) pasien.

Pelayanan kesehatan akan dirasakan berkualitas oleh pasien jika

penyampaiannya dirasakan melebihi harapan para pengguna layanan (Muninjaya,

2012). Kualitas jasa pelayanan kesehatan sangat ditentukan apabila kebutuhan atau

ekspektasi para pengguna jasa bisa terpenuhi dan diterima tepat waktu. Untuk itu para

(23)

Jadi ada dua hal yang mempengaruhi kualitas jasa adalah expected services dan

perceived services. Jika perceived services sesuai dengan expected services, jasa

pelayanan kesehatan dapat dikatakan berkualitas dan para pengguna jasa pelayanan

akan puas.

Rumah Sakit Columbia Asia Medan yang terletak di Jalan Lisrik Nomor 2A

merupakan rumah sakit yang bergerak di bidang jasa kesehatan dimana dalam

kegiatan sehari-harinya adalah melayani pasien rawat inap yang memiliki 200 tempat

tidur dengan kelas yang bervariasi mulai dari Executive, Super VIP, VIP, Kelas I,

Kelas II sampai Kelas III.

Berdasarkan hasil survei pendahuluan dengan melakukan wawancara penulis

dengan pasien pribadi rawat inap Rumah Sakit Columbia Asia Medan tanggal 11

Desember 2013 terhadap 10 (sepuluh) orang mengenai kualitas pelayanan yang

diberikan oleh tanaga medis perawat, dokter dan pegawai administrasi. 8 (delapan)

orang menyatakan bahwa tenaga medis/perawat kurang ramah, kurang perhatian,

kurang informatif. Dimana ketika dokter melakukan pemeriksaan terhadap pasien,

dokter terkesan terburu-buru dan pada saat memberikan penjelasan hasil pemeriksaan

dokter tidak memberikan penjelasan secara jelas dan terinci kepada pasien dan jika

pasien tidak menanyakan penyakit yang dideritanya kadang-kadang dokter tidak

memberikan penjelasan. Pada saat pasien menyampaikan keluhan, dokter dan perawat

kurang meluangkan waktunya untuk mendengarkannya. Petugas apoteker kurang

memberikan informasi tentang penggunaan obat-obatan sehingga keluarga pasien

(24)

bahwa parkir kendaraan kurang luas sehingga kesulitan dalam memarkirkan

kendaraan. Berdasarkan hasil wawancara tersebut menunjukkan bahwa pelayanan

yang diberikan Rumah Sakit Columbia Asia Medan masih belum sesuai dengan

harapan pasien.

Berdasarkan data rekam medis tahun 2010, 2011, 2012 Rumah Sakit

Columbia Asia Medan jumlah rata-rata pasien rawat inap pasien pribadi tahun 2010

sebanyak 2.396 atau rata-rata perbulan sebanyak 200 orang, tahun 2011 sebanyak

7.691 orang atau rata-rata perbulan sebanyak 641 orang, tahun 2012 sebanyak 3.491

orang atau rata-rata perbulan sebanyak 291 orang. Untuk tahun 2012 jika

dibandingkan dengan tahun 2011 terjadi penurunan sebesar 4.200 orang atau sebesar

45%. Penurunan ini dimungkinkan karena pelayanan yang diberikan Rumah Sakit

Columbia Asia Medan belum sesuai dengan harapan pasien sehingga tidak lagi

menggunakan jasa rumah sakit tersebut.

Nilai ideal Bed Occupancy Rate (BOR) yang ditentukan oleh pihak

manajemen Rumah Sakit Columbia Asia Medan adalah 75%-85%. Kebijakan ini

ditentukan disamping untuk menjaga kualitas pelayanan pihak manajemen Rumah

Sakit Columbia Asia juga memperhatikan keberlangsungan perusahaan dengan

memperhatikan pemasukan bagi rumah sakit. Nilai Bed Occupancy Rate (BOR) tahun

2010 sebesar 65,41%, tahun 2011 sebesar 69,47% tahun 2012 sebesar 74,17%. Hal

ini menunjukkan bahwa dalam kurun waktu tiga tahun terakhir Rumah Sakit

Columbia Asia Medan belum dapat memenuhi target nilai BOR yang telah ditentukan

(25)

pelayanan yang diberikan Rumah Sakit Columbia Asia Medan belum sesuai dengan

harapan pasien sehingga tidak menggunakan jasa rumah sakit tersebut.

Menurut Yean (2007), dalam penelitiannya bahwa kualitas pelayanan

mempunyai hubungan yang signifikan terhadap kepuasan pasien sehingga

mempengaruhi tingkat loyalitas. Selanjutnya Maming (2011), dalam penelitiannya

mengungkapkan bahwa kualitas pelayanan berpengaruh positif dan signifikan

terhadap kapuasan dan loyalitas.

Berdasarkan uraian tersebut diatas maka penulis tertarik melakukan penelitian

tentang “Pengaruh Kualitas Pelayanan Terhadap Kepuasan Pasien Pribadi Rawat Inap

di Rumah Sakit Columbia Asia Medan”.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan di atas maka dapat

dirumuskan bahwa masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana pengaruh kualitas

pelayanan yaitu tangible (bukti langsung), reliability (keandalan), responsiveness

(tanggapan), assurance (jaminan) dan emphaty (empati) yang diberikan Rumah Sakit

Columbia Asia Medan terhadap kepuasan pasien rawat inap.

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan yang hendak dicapai dari penelitian ini adalah untuk mengetahui

pengaruh kualitas pelayanan terhadap kepuasan pasien rawat inap pada Rumah Sakit

(26)

1.4. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Sebagai masukan bagi pimpinan Rumah Sakit Columbia Asia Medan untuk

mengetahui sampai sejauh mana pengaruh kualitas layanan yang diberikan

terhadap kepuasan pasien rawat inap.

2. Sebagai salah satu sumber informasi bagi Rumah Sakit Columbia Asia Medan

dalam membuat kebijakan untuk memperbaiki kualitas pelayanan.

3. Sebagai bahan acuan dan bahan pustaka bagi mahasiswa maupun pihak-pihak

lain yang ingin melakukan penelitian dengan obyek yang sama dimasa yang

akan datang.

4. Mengembangkan perbendaharaan ilmu kesehatan masyarakat terutama dalam

(27)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kualitas Pelayanan 2.1.1. Pengertian Pelayanan

Pelayanan menurut Lovelock (2002), didefinisikan sebagai kegiatan ekonomi

yang menciptakan dan memberikan manfaat bagi pasien pada waktu dan tempat

tertentu, sebagai hasil dan tindakan mewujudkan perubahan yang diinginkan dalam

diri atau atas nama penerima jasa tersebut. Sedangkan pengertian pelayanan menurut

Kotler (2002), yaitu setiap tindakan atau kegiatan yang dapat ditawarkan oleh satu

pihak kepada pihak lain pada dasarnya tidak berwujud dan tidak mengakibatkan

kepemilikan apapun. Jadi pelayanan dapat didefinisikan sebagai tindakan atau kinerja

yang menciptakan manfaat bagi pasien dengan mewujudkan perubahan yang

diinginkan dalam diri atau atas nama penerima.

Menurut Munir (1991), pelayanan adalah aktivitas yang dilakukan seseorang

atau sekelompok orang dengan landasan faktor material melalui sistem, prosedur dan

metode tertentu dalam rangka memenuhi kebutuhan orang lain sesuai dengan haknya.

Hal ini menjelaskan bahwa pelayanan adalah suatu bentuk sistem, prosedur atau

metode tertentu yang diberikan kepada orang lain dalam hal ini pasien agar

kebutuhan pasien tersebut dapat terpenuhi sesuai dengan harapan mereka.

Sedangkan menurut Siagian (1998), pelayanan secara umum adalah rasa

menyenangkan yang diberikan kepada orang lain disertai kemudahan-kemudahan dan

(28)

memberikan kesenangan-kesenangan kepada pasien dengan adanya

kemudahan-kemudahan agar pasien dapat memenuhi kebutuhannya. Payne (2000), menyatakan

kualitas jasa berkaitan dengan kemampuan sebuah organisasi untuk memenuhi atau

melebihi harapan pasien.

Soegito (2007), mengemukakan bahwa pelayanan (service) adalah setiap

kegiatan atau manfaat yang dapat diberikan suatu pihak kepada pihak lainnya yang

pada dasarnya tidak berwujud dan tidak pula berakibat pemilikan sesuatu dan

produksinya dapat atau tidak dapat dikaitkan dengan suatu produk fisik.

Barata (2004), mengemukakan bahwa pelayanan adalah daya tarik yang besar

bagi para pasien, sehingga korporat bisnis sering kali menggunakannya sebagai alat

promosi untuk menarik minat pasien.

Dari seluruh defenisi di atas dapat disimpulkan bahwa kualitas pelayanan

sebagai sebuah tingkat kemampuan (ability) dari sebuah rumah sakit dalam

memberikan segala yang menjadi harapan pasien dalam memenuhi kebutuhannya. 2.1.2. Pengertian Kualitas Pelayanan

Kualitas merupakan suatu kondisi dinamis yang berpengaruh dengan produk,

jasa, manusia, proses dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan

(Tjiptono, 2001). Sehingga definisi kualitas pelayanan dapat diartikan sebagai upaya

pemenuhan kebutuhan dan keinginan pasien serta ketepatan penyampaiannya dalam

mengimbangi harapan pasien (Tjiptono, 2007). Kualitas pelayanan (service quality)

(29)

yang nyata-nyata mereka terima/peroleh dengan pelayanan yang sesungguhnya

mereka harapkan/inginkan terhadap atribut-atribut pelayanan suatu rumah sakit. Jika

jasa yang diterima atau dirasakan (perceived service) sesuai dengan yang diharapkan,

maka

melampaui harapan pasien, maka kualitas pelayanan dipersepsikan sangat baik dan

berkualitas. Sebaliknya jika jasa yang diterima lebih rendah daripada yang

diharapkan, maka kualitas pelayanan dipersepsikan buruk.

Kualitas pelayanan (service quality) sangat bergantung pada 3 (tiga) hal,

yaitu: sistem, teknologi dan manusia. Faktor manusia memegang kontribusi terbesar

sehingga kualitas layanan lebih sulit ditiru dibandingkan dengan kualitas produk dan

harga.

Menurut Parasuraman dalam buku Rambat Lupiyoadi (2001), mengemukakan

bahwa kualitas layanan (service quality) adalah seberapa jauh perbedaan antara

kenyataan dan harapan pasien atas layanan yang mereka terima/peroleh.

Dari definisi-definisi tentang kualitas pelayanan tersebut dapat diambil

kesimpulan bahwa kualitas pelayanan adalah segala bentuk aktivitas yang dilakukan

oleh rumah sakit guna memenuhi harapan pasien. Pelayanan dalam hal ini diartikan

sebagai jasa atau service yang disampaikan oleh pemilik jasa yang berupa

kemudahan, kecepatan, hubungan, kemampuan dan keramahtamahan yang ditujukan

melalui sikap dan sifat dalam memberikan pelayanan untuk kepuasan pasien.

Kualitas pelayanan (service quality) dapat diketahui dengan cara

(30)

terima/peroleh dengan pelayanan yang sesungguhnya mereka harapkan terhadap

pelayanan rumah sakit. Menurut Kotler (1997), mengungkapkan bahwa kualitas

pelayanan adalah keseluruhan ciri serta sifat dari suatu produk atau pelayanan yang

berpengaruh pada kemampuannya untuk memuaskan kebutuhan yang dinyatakan atau

yang tersirat.

Kualitas pelayanan yang baik sering dikatakan sebagai salah satu faktor yang

sangat penting dalam keberhasilan suatu bisnis karena dapat memberikan beberapa

manfaat. Berdasarkan hasil sintesis terhadap berbagai riset di dalam Tjiptono (2005),

mengemukakan enam kriteria kualitas pelayanan yang dipersepsikan baik, yakni

sebagai berikut:

1. Professionalism and Skills

Pasien mendapati bahwa penyedia jasa, karyawan, sistem operasional dan

sumber daya fisik, memiliki pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan untuk

memecahkan masalah mereka secara professional (outcome-related criteria).

2. Attitudes and Behavior

Pasien merasa bahwa karyawan jasa (customer contact personnel) menaruh

perhatian besar pada mereka dan berusaha membantu memecahkan masalah mereka

secara spontan dan ramah (process-related criteria).

3. Accessibility and Flexibility

Pasien merasa bahwa penyedia jasa, lokasi, jam operasi, karyawan dan sistem

operasionalnya, dirancang dan dioperasikan sedemikian rupa sehingga pasien dapat

(31)

agar dapat menyesuaikan permintaan dan keinginan pasien secara luwes

(process-related criteria).

4.

Pasien memahami bahwa apa pun yang terjadi atau telah disepakati, mereka

bisa mengandalkan penyedia jasa beserta karyawan dan sistemnya dalam memenuhi

janji dan melakukan segala sesuatu dengan mengutamakan kepentingan pasien

(process-related criteria)

5. Recovery

Pasien menyadari bahwa bila terjadi kesalahan atau sesuatu yang tidak

diharapkan dan tidak dapat diprediksi, maka penyedia jasa akan segera mengambil

tindakan untuk mengendalikan situasi dan mencari solusi yang tepat (process-related

criteria).

6. Reputation and Credibility

Pasien meyakini bahwa operasi dari penyedia jasa dapat dipercaya dan

memberikan nilai/imbalan yang sepadan dengan biaya yang dikeluarkan

(image-related criteria).

Menurut Gronroos dalam Tjiptono (1999), mengemukakan bahwa terdapat 4

(empat) faktor yang mempengaruhi kualitas pelayanan, yaitu :

1. Menjaga dan memperhatikan, bahwa pasien akan merasakan karyawan dan

sistem opersional yang ada dapat menyelesaikan masalah mereka.

2. Spontanitas, dimana karyawan menunjukkan keinginan untuk menyelesaikan

(32)

3. Penyelesaian masalah, karyawan yang berhubungan langsung dengan pasien

harus memiliki kemampuan untuk menjalankan tugas berdasarkan standar yang

ada, termasuk pelatihan yang diberikan untuk dapat memberikan pelayanan yang

lebih baik.

4. Perbaikan, apabila terjadi hal-hal yang tidak diinginkan harus mempunyai

personil yang dapat menyiapkan usaha-usaha khusus untuk mengatasi kondisi

tersebut.

Menurut Zeithaml dan Bitner (2003), kualitas pelayanan (jasa), adalah tingkat

keunggulan yang diharapkan dan pengendalian atas tingkat keunggulan tersebut

untuk memenuhi keinginan pasien. Dengan demikian ada 2 (dua) faktor utama yang

mempengaruhi kualitas pelayanan, yaitu : expected service dan perceived service.

Apabila pelayanan yang diterima atau dirasakan (perceived service) sesuai dengan

yang diharapkan (expected service), maka kualitas pelayanan dipersepsikan baik dan

memuaskan. Jika pelayanan yang diterima melampsaui harapan pasien, maka kualitas

pelayanan dipersepsikan sebagai kualitas yang ideal. Sebaliknya jika pelayanan yang

diterima lebih rendah daripada yang diharapkan, maka kualitas pelayanan

dipersepsikan buruk. Maka, baik tidaknya kualitas pelayanan tergantung pada

penyedia pelayanan dalam memenuhi harapan pasiennya secara konsisten.

2.1.3. Dimensi Kualitas Pelayanan

Sepuluh faktor utama yang menentukan kualitas kepuasan pasien (jasa) yang

dikembangkan pertama kali pada tahun 1985 oleh Parasuraman dalam Tjiptono

(33)

1. Tangibles: keberadaan fisik pemberi pelayanan, meliputi tempat parkir, fasilitas

gedung, tata letak dan tampilan barang, kenyamanan fasilitas fisik, peralatan dan

perlengkapan modern.

2. Reliability: mencakup 2 hal pokok, yaitu konsistensi kerja (performance) dan

kemampuan untuk dipercaya (dependability). Hal ini berarti rumah sakit

memberikan pelayanannya (jasa) secara tepat sejak saat pertama (right in the firts

time). Selain itu juga berarti bahwa rumah sakit yang bersangkutan memenuhi

janjinya.

3. Responsiveness: pelayanan yang baik harus disertai dengan tingkat keikutsertaan/

keterlibatan dan daya adaptasi yang tinggi, yaitu membantu dengan segera

memecahkan masalah.

4. Competence: pelayanan yang baik harus didasarkan kepada kecakapan/

keterampilan yang tinggi.

5. Access: meliputi memberikan/menyediakan keinginan pasien dan pelayanan

yang mudah dihubungi.

6. Courtesy: pelayananyang baik harus disertai dengan sikap keramahan, kesopanan

kepada pihak yang dilayani.

7. Communication: pelayanan yang baik harus didasarkan kepada kemampuan

berkomunikasi yang baik dengan pihak yang dilayani.

8. Credibility: pelayanan yang baik harus dapat memberikan rasa kepercayaan yang

(34)

9. Security: pelayanan yang baik harus memberikan rasa aman kepada pihak yang

dilayani dan membebaskan dari segala resiko atau keragu-raguan pasien.

10. Understanding The Customer: pelayanan yang baik harus didasarkan kepada

kemampuan menanggapi atau rasa pengertian kepada keinginan pihak yang

dilayani.

Dalam pengembangan selanjutnya pada tahun 1990, kualitas pelayanan (jasa)

dikelompokkan ke dalam 5 (lima) dimensi oleh Parasuraman dalam Tjiptono (1999),

yaitu :

1. Bukti Langsung (Tangible), yaitu sebagai fasilitas yang dapat dilihat dan

digunakan rumah sakit dalam upaya memenuhi kepuasan pasien, seperti gedung

kantor, peralatan kantor, penampilan karyawan dan lain lain.

2. Kehandalan (Reliability), yaitu kemampuan memberikan pelayanan kepada

pasien sesuai dengan yang diharapkan, seperti kemampuan dalam menempati

janji, kemampuan memecahkan masalah dan kemampuan untuk meminimumkan

kesalahan.

3. Daya Tanggap (Responsiveness), yaitu sebagai sikap tanggap, mau

mendengarkan dan merespon pasien dalam upaya memuaskan pasien, misalnya :

mampu memberikan informasi secara benar dan tepat, tidak menunjukan sikap

sok sibuk dan mampu memberikan pertolongan dengan segera.

4. Jaminan (Assurance), yaitu kemampuan karyawan dalam menimbulkan

kepercayaan dan keyakinan pasien melalui pengetahuan, kesopanan serta

(35)

5. Kepedulian/Empati (Emphaty), yaitu kemampuan atau kesediaan karyawan

memberikan perhatian yang bersifat pribadi, seperti bersikap ramah, memahami

kebutuhan dan peduli kepada pasiennya.

Dalam 5 (lima) dimensi kualitas pelayanan yang baru ini, dimensi

Competence, Credibility dan Security dikelompokkan ke dalam dimensi Assurance,

sedangkan dimensi Access, Courtesy, Communication dan Understanding

dikelompokkan ke dalam dimensi Emphaty.

Sedangkan Zeithaml (2003), menjelaskan bahwa kualitas pelayanan berfokus

terhadap evaluasi yang mencerminkan persepsi pasien dari dimensi yang spesifik

tentang pelayanan. Dan juga bahwa kualitas pelayanan merupakan komponen

daripada kepuasan pasien. Dalam hal ini bahwa kualitas pelayanan merupakan faktor

yang dapat mempengaruhi kepuasan pasien.

Rangkuti (2002), menandaskan bahwa kualitas pelayanan merupakan salah

satu faktor yang dapat menentukan kepuasan pasien. Lebih lanjut Irawan (2002),

menjelaskan bahwa kualitas pelayanan merupakan salah satu faktor yang dapat

mendorong kepuasan pasien.

Jadi dari beberapa teori yang ada kesimpulannya bahwa kualitas pelayanan

merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kepuasan pasien. Teori ini

digunakan dalam penelitian karena mampu mengakomodasi dan mewakili

obyek-obyek kualitas produk dan kualitas pelayanan dari produk yang diteliti. Pada

(36)

variabel-variabel ini kemudian diuraikan menjadi dimensi-dimensi dan

indikator-indikatornya.

2.2. Kepuasan Pasien 2.2.1. Pengertian Kepuasan

Kepuasan pasien atau pelanggan telah menjadi konsep sentral dalam wacana

bisnis. Pelanggan merupakan fokus utama dalam pembahasan mengenai kepuasan

dan kualitas jasa. Oleh karena itu, pelanggan memegang peranan cukup penting

dalam mengukur kepuasan terhadap produk maupun pelayanan yang diberikan

perusahaan.

Kata kepuasan (satisfaction) berasal dari bahasa latin “satis”, yang artinya

cukup baik dan memadai, sementara “facio” berarti melakukan atau membuat.

Rambat Lupiyoadi (2001), mengutip Kotler (1997), yang mengungkapkan bahwa

kepuasan dideskripsikan sebagai: “tingkat perasaan dimana seseorang menyatakan

hasil perbandingan atas kinerja produk atau jasa yang diterima dan yang diharapkan”.

Sementara menurut Webster’s (1928), Dictionary, seperti yang dikutip oleh

Lupiyoadi (2001), pelanggan adalah: “seseorang yang beberapa kali datang ke tempat

yang sama untuk membeli suatu barang atau peralatan”. Jadi dengan kata lain,

pelanggan adalah seseorang yang secara kontinu datang ke suatu tempat yang sama

untuk memuaskan keinginannya dengan memiliki suatu produk (barang) atau

(37)

Menurut Tse dan Wilton, seperti yang dikutip oleh Fandy Tjiptono dan

Gregorius Chandra (2005), menguraikan bahwa kepuasan pelanggan adalah respon

konsumen pada evaluasi persepsi terhadap perbedaan antara ekspektasi awal atau

standar kinerja tertentu dan kinerja aktual produk sebagaimana dipersepsikan setelah

konsumsi produk.

Berdasarkan definisi tersebut adalah bahwa bila kinerja produk, baik barang

atau pun jasa, jauh lebih rendah dibandingkan dengan harapan pelanggan, pembeli

dapat dikatakan tidak puas. Sebaliknya, bila kinerja sesuai dengan harapan atau

bahkan melebihi harapan, maka pembeli akan merasa puas atau sangat gembira.

Selanjutnya, Tjiptono dan Diana (2001), juga mengutip pendapat lain dari

Wilkie (1990), yang mengungkapkan bahwa Kepuasan Pelanggan (Customer

Satisfaction) adalah suatu tanggapan emosional pada evaluasi terhadap pengalaman

konsumsi suatu produk atau jasa.

Kedua definisi tersebut memperlihatkan bahwa pelanggan akan melihat secara

keseluruhan apa yang telah mereka rasakan setelah membeli dan mengkonsumsi

suatu produk, baik barang maupun jasa. Pelanggan sangat kritis terhadap produk yang

mereka konsumsi. Mereka akan menilai berdasarkan apa yang mereka harapkan dan

apa yang mereka peroleh dari pengorbanan mereka pada kenyataannya. Tingkat

kepuasan pelanggan itu sendiri amat subyektif dimana ukuran kepuasan satu

(38)

2.2.2. Kepuasan Pasien

Memahami kebutuhan dan keinginan konsumen dalam hal ini pasien adalah

bagaimana untuk memenuhi kepuasan pasien. Pasien yang puas merupakan aset yang

sangat berharga karena apabila pasien puas mereka akan terus melakukan pemakaian

terhadap jasa pilihannya, tetapi jika pasien merasa tidak puas mereka akan

memberitahukan dua kali lebih hebat kepada orang lain tentang pengalaman

buruknya

Menurut Tjiptono (1999), kepuasan pasien ditentukan oleh beberapa hal yaitu

:

a. Kinerja (performance), pendapat pasien terhadap karakteristik operasi dari

pelayanan inti yang telah diterima sangat berpengaruh pada kepuasan yang

dirasakan. Wujud dari kinerja ini misalnya : kecepatan, kemudahan, dan

kenyamanan bagaimana perawat dalam memberikan jasa pengobatan terutama

keperawatan pada waktu penyembuhan yang relatif cepat, kemudahan dalam

memenuhi kebutuhan pasien dan kenyamanan yang diberikan yaitu dengan

memperhatikan kebersihan, keramahan dan kelengkapan peralatanrumahsakit.

b. Ciri-ciri atau keistimewaan tambahan (features), merupakan karakteristik

sekunder atau karakteristik pelengkap yang dimiliki oleh jasa pelayanan, misalnya

: kelengkapan interior dan eksterior seperti televisi, AC, sound system, dan

sebagainya.

c. Keandalan (reliability), sejauhmana kemungkinan kecil akan mengalami

(39)

diberikan. Hal ini dipengaruhi oleh kemampuan yang dimiliki oleh perawat

didalam memberikan jasa keperawatannya yaitu dengan kemampuan dan

pengalaman yang baik terhadap memberikan pelayanan keperawatan dirumah

sakit.

d. Kesesuaian dengan spesifikasi (conformance to spesification), yaitu sejauh mana

karakteristik pelayanan memenuhi standart-standart yang telah ditetapkan

sebelumnya. Misalnya : standar keamanan dan emisi terpenuhi seperti peralatan

pengobatan.

e. Daya tahan (durability), berkaitan dengan beberapa lama produk tersebut

digunakan. Dimensi ini mencakup umur teknis maupun umur ekonomis dalam

penggunaan peralatan rumah sakit, misalnya : peralatan bedah, alat transportasi,

dan sebagainya.

f. Service ability, meliputi kecepatan, kompetensi, serta penanganan keluhan yang

memuaskan. Pelayanan yang diberikan oleh perawat dengan memberikan

penanganan yang cepat dan kompetensi yang tinggi terhadap keluhan pasien

sewaktu-waktu.

g. Estetika, merupakan daya tarik rumah sakit yang dapat ditangkap oleh panca

indera. Misalnya : keramahan perawat, peralatan rumah sakit yang lengkap dan

modern, desain arsitektur rumah sakit, dekorasi kamar, kenyamanan ruang

tunggu, taman yang indah dan sejuk, dan sebagainya.

h. Kualitas yang dipersepsikan (perceived quality), citra dan reputasi rumah sakit

(40)

terhadap rumah sakit tersebut terhadap prestasi dan keunggulan rumah sakit

daripada rumah sakit lainnya dan tangggung jawab rumah sakit selama proses

penyembuhan baik dari pasien masuk sampai pasien keluar rumah sakit dalam

keadaan sehat.

Lupyoadi (2001), menyatakan dalam menentukan

(lima) faktor yang harus diperhatikan oleh perusahaan antara lain:

1. Kualitas produk, yaitu pelanggan akan merasa puas bila hasil mereka

menunjukkan bahwa produk yang mereka gunakan berkualitas.

2. Kualitas pelayanan atau jasa, yaitu pelanggan akan merasa puas bila mereka

mendapatkan pelayanan yang baik atau sesuai dengan yang diharapkan.

3. Emosi, yaitu pelanggan akan merasa bangga dan mendapatkan keyakinan bahwa

orang lain akan kagum terhadap dia bila menggunakan produk dengan merek

tertentu yang cenderung mempunyai tingkat kepuasan yang lebih tinggi.

Kepuasan yang diperoleh bukan karena kualitas dari produk tetapi sosial atau self

esteem yang membuat pelanggan merasa puas terhadap merek tertentu.

4. Harga, yaitu produk yang mempunyai kualitas yang sama tetapi menetapkan

harga yang relatif murah akan memberikan nilai yang lebih tinggi kepada

pelanggan.

5. Biaya, yaitu pelanggan yang tidak perlu mengeluarkan biaya tambahan atau tidak

perlu membuang waktu untuk mendapatkan suatu produk atau jasa cenderung

(41)

Selanjutnya menurut Irawan (2004), faktor-faktor yang pendorong kepuasan

pelanggan adalah sebagai berikut:

1. Kualitas produk, pelanggan puas kalau setelah membeli dan menggunakan produk

tersebut ternyata kualitas produknya baik.

2. Harga, untuk pelanggan yang sensitif, biasanya harga murah adalah sumber

kepuasan yang penting karena pelanggan akan mendapatkan value for money

yang tinggi.

3. Service quality, kepuasan terhadap kualitas pelayanan biasanya sulit ditiru.

Kualitas pelayanan merupakan driver yang mempunyai banyak dimensi, salah

satunya yang popular adalah SERVQUAL.

4. Emotional Factor, pelanggan akan merasa puas (bangga) karena adanya

emosional value yang diberikan oleh brand dari produk tersebut.

5. Biaya dan kemudahan, pelanggan akan semakin puas apabila relatif mudah,

nyaman dan efisien dalam mendapatkan produk atau pelayanan.

Selanjutnya menurut Muninjaya (2012), kepuasan pengguna jasa pelayanan

kesehatan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu:

1. Pemahaman pengguna jasa tentang jenis pelayanan yang akan diterimanya.

Dalam hal ini, aspek komunikasi memegang peranan penting

2. Empati (sikap peduli) yang ditunjukkan oleh petugas kesehatan.

Sikap ini akan menyentuh emosi pasien dan factor ini akan berpengaruh pada

(42)

3. Biaya (cost)

Tingginya biaya pelayanan dapat dianggap sebagai sumber moral hazard bagi

pasien dan keluarganya. Sikap kurang peduli pasien dan keluarganya “yang

penting sembuh” menyebabkan mereka menerima saja jenis pelayanan yang

diberikan dari teknologi kedokteran yang ditawarkan oleh petugas kesehatan yang

pada akhirnya biaya perawatan akan menjadi sumber keluhan pasien.

4. Penampilan fisik (kerapian) petugas, kondisi kebersihan dan kenyamanan

ruangan.

5. Jaminan keamanan yang ditunjukkan oleh petugas kesehatan

Ketepatan jadwal pemeriksaan dan kunjungan dokter juga termasuk pada faktor

ini.

6. Keandalan dan keterampilan petugas kesehatan dalam memberikan perawatan.

7. Kecepatan petugas memberikan tanggapan terhadap pasien.

2.2.3. Pengukuran Kepuasan Pelanggan

Pengukuran terhadap kepuasan pelanggan merupakan hal yang penting bagi

perusahaan, karena dengan mengetahui tingkat kepuasan pelanggan, perusahaan

memperoleh umpan balik dan masukan bagi keperluan pengembangan dan

implementasi strategi peningkatan kepuasan pelanggan selanjutnya.

Ada beberapa metode yang dapat digunakan setiap perusahaan untuk

mengukur dan memantau kepuasan pelanggannya (juga pelanggan perusahaan

pesaing). Menurut Kotler dalam Fandy Tjiptono dan Anastasia Diana (2001),

(43)

1. Sistem Keluhan dan Saran

Setiap perusahaan yang berorientasi pada pelanggan (customer oriented) perlu

menyediakan kesempatan seluas-luasnya serta akses yang mudah dan nyaman

bagi pelanggannya guna menyampaikan saran, pendapat, kritik dan keluhan

mereka. Contohnya melalui penyediaan sarana seperti kotak saran, saluran

telepon khusus bebas pulsa maupun websites.

2. Ghost Shopping (Mystery Shopping)

Perusahaan dapat mempekerjakan beberapa orang ghost shoppers untuk berperan

atau berpura-pura sebagai pelanggan potensial produk perusahaan dan pesaing.

Mereka diminta berinteraksi dengan staf penyedia jasa dan menggunakan produk

perusahaan. Mereka kemudian diminta melaporkan temuan-temuannya berkaitan

dengan kekuatan dan kelemahan produk perusahaan dan pesaing. Biasanya para

ghost shoppers diminta mengamati secara seksama dan menilai cara perusahaan

dan pesaingnya melayani permintaan spesifik pelanggan, menjawab pertanyaan,

dan menangani setiap keluhan.

3. Lost Customer Analysis

Perusahaan berusaha menghubungi pelanggan yang telah berhenti membeli atau

beralih, untuk memperoleh informasi penyebab terjadinya hal tersebut karena

dapat dikatakan bahwa perusahaan telah gagal dalam memuaskan pelanggannya.

Ini juga dilakukan agar perusahaan dapat menganalisanya sebagai pelajaran dan

(44)

4. Survei Kepuasan Pelanggan

Metode survei baik melalui pos, telepon, maupun wawancara pribadi merupakan

metode yang paling banyak digunakan untuk mengukur kepuasan pelanggan.

Melalui survei, perusahaan akan memperoleh tanggapan dan umpan balik secara

langsung dari pelanggan dan sekaligus memberikan tanda positif bahwa

perusahaan menaruh perhatian terhadap para pelanggannya. Pengukuran

kepuasan pelanggan melalui metode ini dapat dilakukan dengan berbagai cara,

seperti:

a. Directly reported satisfaction

Pengukuran secara langsung menggunakan item-item spesifik yang

menanyakan langsung tingkat kepuasan yang dirasakan pelanggan.

b. Derived satisfaction

Pertanyaan yang diajukan menyangkut dua hal utama, yakni mengenai

tingkat harapan atau ekspektasi pelanggan terhadap kinerja produk pada

atribut-atribut tertentu yang relevan, serta persepsi pelanggan terhadap

kinerja aktual.

c. Problem analysis

Responden diminta untuk mengungkapkan dua hal pokok. Pertama, masalah

yang mereka hadapi berkaitan dengan produk yang ditawarkan oleh

(45)

d. Importance-performance analysis

Responden diminta untuk menilai tingkat kepentingan berbagai atribut

relevan dan tingkat kinerja perusahaan pada masing-masing atribut tersebut.

Kemudian nilai rata-rata tingkat kepentingan atribut dan kinerja perusahaan

akan dianalisis dengan Importance-Performance Matrix. Matrix ini sangat

bermanfaat sebagai pedoman dalam mengalokasikan sumber daya

perusahaan yang terbatas pada bidang-bidang spesifik dimana perbaikan

kinerja bisa berdampak besar pada kepuasan pelanggan total.

2.2.4. Hubungan Kualitas Layanan Terhadap Kepuasan Pasien

Sejalan dengan kemajuan peradaban, selera pasar pun semakin maju.

Konsumen semakin hari semakin kritis. Mereka menuntut kualitas layanan,

kecepatan, flexibilitas dan harga bersaing, sehingga produsen dewasa ini cenderung

lebih memperhatikan kepentingan pelanggan dalam hal memasarkan produk yang

dihasilkan guna menciptakan kepuasan pelanggan, karena kepuasan pelanggan

merupakan sasaran dari semua kegiatan pemasaran yang dilakukan dengan sukses.

Kualitas layanan, terutama bagi perusahaan yang bergerak di bidang jasa,

berhubungan sangat erat dengan kepuasan pelanggan. Seperti yang dikemukakan oleh

Fandy Tjiptono dan Anastasia Diana (2001), kualitas layanan yang unggul dan

konsisten dapat menumbuhkan kepuasan pelanggan yang akan memberi berbagai

manfaat bagi perusahaan, seperti:

a. Hubungan perusahaan dan pelanggan menjadi harmonis.

(46)

c. Dapat mendorong terciptanya loyalitas pelanggan.

d. Membentuk rekomendasi dari mulut ke mulut yang menguntungkan bagi

perusahaan.

e. Reputasi perusahaan menjadi baik dimata pelanggan.

f. Laba yang diperoleh perusahaan akan meningkat.

Kualitas memberikan suatu dorongan kepada pelanggan untuk menjalin suatu

ikatan yang harmonis dan kuat dengan perusahaan yang tentu saja akan menjadi dasar

bagi pembelian dan pemakaian ulang. Dalam jangka panjang, ikatan ini akan

memungkinkan perusahaan untuk memahami dengan lebih seksama kebutuhan serta

harapan pelanggan. Dengan demikian, perusahaan akan dapat meningkatkan

kepuasan pelanggan dengan memaksimalkan pengalaman yang menyenangkan dan

meminimalkan bahkan meniadakan pengalaman pelanggan yang kurang

menyenangkan yang pada gilirannya, kepuasan pelanggan dapat menciptakan

loyalitas pelanggan kepada perusahaan.

Jika perusahaan memiliki pelanggan yang loyal, reputasi perusahaan tentu

menjadi semakin baik dimata pelanggan. Dengan tingginya atmosfir kompetisi di

antara banyaknya perusahaan-perusahaan jasa saat ini, tidak jarang membuat

konsumen bingung untuk memilih sehingga sering kali mereka meminta pendapat

orang lain sebelum memutuskan untuk memilih satu penyedia jasa. Reputasi

perusahaan yang baik di antara para pelanggan otomatis dapat membentuk

(47)

perusahaan karena akan berimplikasi terhadap meningkatkannya laba yang diperoleh

perusahaan.

Kualitas pelayanan dan kepuasan, menurut Tjiptono (2002), mempunyai

hubungan yang erat dengan kepuasan pelanggan. Kualitas memberikan suatu

dorongan kepada pelanggan untuk menjalin hubungan yang kuat dengan perusahaan.

Pada jangka panjang ikatan seperti ini memungkinkan perusahaan untuk memahami

harapan serta kebutuhan pelanggan. Dengan demikian perusahaan dapat

meningkatkan kepuasan pelanggan dimana perusahaan memaksimalkan pengalaman

pelanggan yang menyenangkan dan meminimalkan pengalaman pelanggan yang

kurang menyenangkan.

2.3. Rumah Sakit

2.3.1. Pengertian Rumah Sakit

Rumah sakit menurut Undang-undang Nomor 44 Tahun 2009 Tentang Rumah

Sakit bahwa rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan bagi masyarakat

dengan karateristik tersendiri yang dipengaruhi oleh perkembangan ilmu pengetahuan

kesehatan, kemajuan teknologi dan kehidupan sosial ekonomi masyarakat yang harus

tetap mampu meningkatkan pelayanan yang lebih bermutu dan terjangkau oleh

masyarakat agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.

Selanjutnya menurut American Hospital Association dalam Azwar (1996),

bahwa rumah sakit adalah suatu organisasi yang melalui tenaga profesional yang

(48)

kedokteran, asuhan keperawatan yang berkesinambungan, diagnosis serta pengobatan

penyakit yang diderita oleh pasien.

Sesuai dengan Undang-undang Nomor 44 Tahun 2009 Tentang Fungsi Rumah

Sakit adalah sebagai berikut:

1. Penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan sesuai dengan

standar pelayanan rumah sakit;

2. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui pelayanan

kesehatan yang paripurna tingkat kedua dan ketiga sesuai kebutuhan medis;

3. Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia dalam rangka

peningkatan kemampuan dalam pemberian pelayanan kesehatan;

4. Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta penapisan teknologi bidang

kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan dengan

memperhatikan etika ilmu pengetahuan bidang kesehatan;

2.3.2. Kualitas Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit

Kualitas memiliki hubungan yang erat dengan kepuasan pasien, dimana

kualitas memberikan dorongan kepada pasien untuk menjalin ikatan hubungan yang

lebih kuat dengan rumah sakit dan pada gilirannya kepuasan pasien dapat

menciptakan kesetiaan atau loyalitas pasien kepada rumah sakit yang memberikan

kualitas memuaskan (Tjiptono, 2004).

Pasien akan merasa puas jika kebutuhan mereka dapat diekspresikan dan

terpenuhi. Pasien yang puas pelayanan rumahsakit akan semakin kooperatif dan

(49)

pelayanan yang lebih baik. Keluhan adalah tanda ketidakpuasan. Ketidakpuasan

pasien tidak selalu berhubungan dengan mutu pelayanan yang buruk. Keluhan dapat

muncul karena standar mutu yang berbeda antara pasien dan pemberi layanan

kesehatan. Menurut Azwar (1996), dimensi kepuasan pasien sangat bervariasi. Ada 2

(dua) macam dimensi kepuasan pasien yaitu :

1. Kepuasan yang mengacu pada penerapan dan standar kode etik profesi.

Yaitu bahwa ukuran ukuran pelayanan kesehatan yang bermutu hanya mengacu

pada penerapan standar dan kode etik profesi yang baik saja, mencakup penilaian

terhadap kepuasan pasien mengenai :

a. Hubungan dokter-pasien

Hubungan dokter dan pasien yang baik adalah salah satu kewajiban etik.

Dokter diharapkan dapat dan bersedia memberikan perhatian yang cukup

kepada pasiennya secara pribadi, menampung dan mendengarkan semua

keluhan, serta menjawab dan memerikan keterangan yang sejelas jelasnya

tentang segala hal yang ingin diketahui pasiennya.

b. Kenyamanan pelayanan (Amenities)

Kenyamanan yang dimaksud disini adalah yang menyangkut fasilitas yang

disediakan, tetapi yang terpenting adalah yang menyangkut sikap serta

tindakan para pelaksana ketika memberikan pelayanan.

c. Kebebasan melakukan pilihan (Choice)

Pasien bebas memilih pelayanan yang diinginkannya dan rumah sakit

(50)

d. Pengetahuan dan kompetensi teknis (Scientific Knowledge and Technical

Skill)

Makin tinggi tingkat pengetahuan dan kompetensi tehnis tersebut maka mutu

pelayanan kesehatanpun akan menjadi tinggi pula.

e. Efektivitas pelayanan (Effectivess)

Efektivitas merupakan prinsip pokok penerapan standar profesi.

f. Keamanan tindakan (Safety)

Untuk dapat terselenggaranya pelayanan kesehatan yang bermutu, aspek

keamanan harus diperhatikan. Pelayanan kesehatan yang membahayakan

pasien bukanlah pelayanan kesehatan yang baik dan tidak boleh dilakukan.

2. Kepuasan yang mengacu pada penerapan pelayanan kesehatan.

Ukuran ukuran yang mengacu pada penerapan pelayanan kesehatan meliputi:

a. Ketersediaan Pelayanan Kesehatan (Available)

Yaitu apabila pelayanan kesehatan itu tersedia di masyarakat.

b. Kewajaran Pelayanan Kesehatan (Appropriate)

Artinya bahwa pelayanannya bersifat wajar dan dapat mengatasi masalah

kesehatan yang dihadapi.

c. Kesinambungan Pelayanan Kesehatan (Acceptabel)

Dapat diterima atau tidaknya pelayanan kesehatan sangat menentukan puas

dan tidaknya pasien terhadap pelayanan kesehatan.

(51)

Pelayanan kesehatan yang lokasinya terlalu jauh dari tempat tinggal tentu

tidak mudah dicapai sehingga tidak memuaskan pasien.

e. Keterjangkauan Pelayanan Kesehatan (Affordable)

Pelayanan kesehatan yang terlalu mahal tidak akan dapat dijangkau oleh

masyarakat sebagai pengguna jasa maka akan membuat pasien enggan

kembali sehingga pasien tidak akan meras puas.

f. Efisiensi Pelayanan Kesehatan (Efficient)

Efisiensi pelayanan telah diketahui mempunyai hubungan yang erat dengan

kepuasan pemakai jasa pelayanan. Dengan demikian untuk dapat

menimbulkan kepuasan tersebut perlu diupayakan peningkatan efisiensi

pelayanan.

g. Mutu Pelayanan Kesehatan (Quality)

Mutu pelayanan kesehatan yang dimaksud disini adalah yang menunjuk pada

kesembuhan penyakit serta keamanan tindakan.

2.3.3. Kualitas Pelayanan Rawat Inap

Rawat inap merupakan salah satu jenis perawatan yang pasiennya dirawat di

rumah sakit untuk jangka waktu tertentu dan pasien tinggal di rumah sakit untuk

mendapat perawatan. Pasien sejak masuk ruang perawatan hingga pasien dinyatakan

boleh pulang pasien mendapat pelayanan antara lain:

1. Pelayanan penerimaan atau administrasi,

2. Pelayanan dokter,

(52)

4. Pelayanan makanan dan gizi,

5. Pelayanan penunjang medik dan non medik.

Menurut Revas dalam Anjaryani (2009), bahwa pasien yang masuk pada

pelayanan rawat inap mengalami tingkat proses tranformasi yaitu:

1. Tahap admission, yaitu pasien dengan penuh kesabaran dan keyakinan dirawat

tinggal di rumah sakit.

2. Tahap diagnosis, yaitu pasien diperiksa dan ditegakkan diagnosisnya.

3. Tahap treatment, yaitu berdasarkan diagnosis pasien dimasukkan dalam program

perawatan dan terapi.

4. Tahap inspection, yaitu secara terus menerus diobservasi dan dibandingkan

pengaruh serta respon pasien atas pengobatan.

5. Tahap control, yaitu setelah dianalisa kondisinya, pasien dipulangkan.

Jacobalis dalam Anjaryani (2009), menyampaikan bahwa kualitas pelayanan

kesehatan di ruang rawat inap dapat diuraikan dari beberapa aspek, yaitu:

1. Penampilan keprofesian atau aspek klinis

Aspek ini menyangkut pengetahuan, sikap, perilaku dokter, perawat dan tenaga

profesi lainnya.

2. Efisiensi dan efektivitas

Aspek ini menyangkut pemanfaatan semua sumber daya di rumah sakit agar

dapat berdaya guna dan berhasil guna.

3. Keselamatan pasien

(53)

4. Kepuasan pasien

Aspek ini menyangkut kepuasan pisik, mental dan sosial terhadap lingkungan

rumah sakit, kebersihan, kenyamanan, kecepatan pelayanan, keramahan,

perhatian, biaya yang diperlukan dan sebagainya.

Selanjutnya Muslihuddin dalam Anjaryani (2009), mutu asuhan pelayanan

rawat inap dikatakan baik, apabila :

1. Memberikan rasa tentram kepada pasiennya yang biasanya orang sakit.

2. Menyediakan pelayanan yang benar-benar professional dari setiap strata

pengelola rumah sakit. Pelayanan bermula sejak masuknya pasien ke rumah sakit

sampai pulangnya pasien.

2.4. Kerangka Konsep

Untuk mempermudah dalam pembuatan penelitian ini digambarkan kerangka

konsep sebagai berikut :

Variabel Bebas Variabel Terikat

Gambar 2.1 Kerangka Konsep Penelitian Kualitas Pelayanan:

1. Bukti Langsung 2. Kehandalan 3. Daya Tanggap 4. Jaminan 5. Kepedulian

(54)

Berdasarkan kerangka konsep di atas dapat dijelaskan bahwa kualitas

pelayanan yang terdiri dari bukti langsung, keandalan, daya tanggap, jaminan dan

kepedulian berpengaruh terhadap kepuasan pasien.

2.5. Hipotesis Penelitian

Kualitas pelayanan rumah sakit (bukti langsung, keandalan, daya tanggap,

jaminan dan kepedulian) berpengaruh terhadap tingkat kepuasan pasien rawat inap

(55)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian adalah penelitian survei dengan menggunakan pendekatan

explanatory atau penelitian penjelasan yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh

kualitas pelayanan yang meliputi tangible (bukti langsung), responsiveness (daya

tanggap), reliability (reliabilitas), assurance (jaminan) dan emphaty (empati) terhadap

tingkat kepuasan pasien rawat inap Rumah Sakit Columbia Asia Medan tahun 2013.

Menurut Singarimbun (1995), penelitian survei adalah penelitian yang

mengambil sampel dari satu populasi dan menggunakan kuesioner sabagai alat

pengumpulan data yang pokok.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi yang dijadikan obyek penelitian adalah Rumah Sakit Columbia Asia

Medan berlokasi di Jalan Listrik No. 2A Medan. Pemilihan lokasi ini dengan alasan

karena adanya pasien rawat inap merasa kurang puas atas pelayanan, pasien rawat

inap cenderung menurun dan belum tercapainya nilai Bed Occupancy Rate (BOR)

ditetapkan oleh manajemen Rumah Sakit Columbia Asia Medan.Waktu pelaksanaan

(56)

3.3. Populasi dan Sampel 3.3.1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien pribadi rawat inap yang

dirawat di Rumah Sakit Columbia Asia Medan yaitu pasien pribadi yang dengan

keinginan sendiri tanpa rujukan atau disuruh orang lain dengan bebas memilih dokter

yang dia inginkan, bebas memilih kamar rawat inap dan biaya pengobatan dibayar

sendiri oleh pasien dengan kriteria sebagai berikut :

1. Pasien rawat inap yang sudah mendapatkan pelayanan rawat inap minimal 24

jam dan sudah diizinkan pulang.

2. Pasien mampu berkomunikasi dengan baik.

3. Pasien menilai kualitas pelayanan rumah sakit pada saat kunjungan terakhirnya

di rumah sakit (sudah mau pulang).

4. Pasien anak akan diwakili oleh orang tuanya atau walinya.

5. Pasien bukan pegawai rumah sakit dan keluarganya.

3.3.2. Sampel

Menurut Umar (2005), pengambilan sampel dalam penelitian ini

menggunakan metode Slovin dengan perhitungan sebagai berikut:

n = N 1 + N X e2

Di mana:

n = ukuran sampel

Gambar

Gambar 2.1 Kerangka Konsep Penelitian
Tabel. 4.2.  Distribusi Pasien Rawat Inap RS. Columbia Asia Berdasarkan  Jenis Kelamin Pasien Tahun 2013
Tabel 4.3.  Karakteristik Responden Tempat Ruang Rawat Inap di Rumah Sakit Colombia Asia Medan Ruangan Rawat Inap  Jumlah
Tabel 4.4.  Karakteristik Responden di Rumah Sakit Colombia Asia Medan No Karakteristik Responden n %
+7

Referensi

Dokumen terkait

Judul Skripsi : GAMBARAN TINGKAT KEPUASAN PASIEN YANG MENGGUNAKAN JAMPERSAL DI RUANG BERSALIN RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT IMELDA MEDAN TAHUN 2013.. Nama Mahasiswa

ini adalah untuk mengetahui gambaran tingkat kepuasan pasien yang menggunakan jampersal diruang bersalin rawat inap di Rumah Sakit Imelda Medan Tahun 2013.. Untuk

Tujuan Umum penelitian ini adalah untuk mengetahui Pengaruh Mutu Pelayanan terhadap Kepuasan Pasien Rawat Inap di Rumah Sakit Pelabuhan Medan (Prima Husada

pasien yang berkunjung di Rumah Sakit Umum Kabupaten Sragen untuk mengetahui seberapa tingkat kepuasan pasien terhadap pelayanan khususnya pasien yang rawat inap di

Berdasarkan data yang diperoleh dari manajemen rumah sakit kemudian dianalisis, didapatkan bahwa dari empat komponen penilaian terhadap kepuasan pasien rawat inap

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kualitas layanan terhadap kepuasan pasien rawat inap pada Rumah Sakit Ganesha di Gianyar.. Populasi dari penelitian ini adalah

DATA PASIEN ANAK RAWAT INAP RUMAH SAKIT PIRNGADI MEDAN TAHUN

Berdasarkan data yang diperoleh dari manajemen rumah sakit kemudian dianalisis, didapatkan bahwa dari empat komponen penilaian terhadap kepuasan pasien rawat inap