Badrulzaman, Mariam Darus, 2001, Kompilasi Hukum Perikatan, Bandung : PT.
Citra Aditya Bakti.
Djumialdji, 1996, Hukum Bangunan, Dasar – Dasar Hukum dalam Proyek dan
Sumber Daya Manusia, Jakarta : PT. Rineka Cipta.
_________, 1995, Perjanjian Pemborongan, Jakarta : Rineka Cipta.
Fuady, Munir, 2001, Hukum Kontrak (Dari Sudut Pandang Hukum Bisnis),
Bandung : PT. Cipta Aditya Bakti.
_________, 1998, Kontrak Pemborongan Mega Proyek, Bandung : Citra Aditya
Bakti.
Harahp, M. Yahya, 1986, Segi – Segi Hukum Perjanjian, Bandung : Alumni.
H.S, Salim, 2008, Perkembangan Hukum Kontrak Di Luar KUHPerdata, Jakarta :
PT. Raja Grafindo Persada.
_________, 2013, Hukum Kontrak, Jakarta : Sinar Grafika.
Mertokusumo, RM. Sudikno, 1998, Mengenal Hukum (Suatu Pengantar),
Yogyakarta : Liberty.
Miru, Ahmadi, 2010, Hukum Kontrak & Perancangan Kontrak, Jakarta : PT. Raja
Grafindo Persada.
Muhammad, Abdul Kadir, 1992, Hukum Perikatan, Bandung : PT. Citra Aditya.
Projodikoro, Wiryono, 1981, Hukum Perdata, Tentang Persetujuan – Persetujuan
Raharjo, Handri, 2009, Hukum Perjanjian di Indonesia, Yogyakarta : Pustaka
Yustisia.
Satrio, J., 2001, Hukum Perikatan, Perikatan yang Lahir dari Perjanjian,
Bandung : Citra Aditya Bakti.
Setiawan, R., 1979, Pokok – Pokok Hukum Perikatan, Bandung : Bina Cipta.
Soekanto, Soerjono, 1986, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta : Universitas
Indonesia Pers.
Sofwan, Sri Soedewi Masjchun, 1982, Hukum Bangunan, Perjanjian
Pemborongan Bangunan, Yogyakarta : Liberty.
Subekti, R., 1990, Hukum Perjanjian, Jakarta : PT. Intermasa.
_________, 1995, Aneka Perjanjian, Bandung : PT. Citra Aditya.
_________, 2003, Pokok – Pokok Hukum Perdata, Jakarta : PT. Intermasa.
B. Peraturan Perundang - undangan
1. Kitab Undang – Undang Hukum Perdata
2. Undang – Undang Nomor 18 Tahun 1999 Tentang Jasa Konstruksi
3. Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun 2003 Tentang Pedoman Pelaksanaan
Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah
4. Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 Tentang Pengadaan Barang/Jasa
Pemerintah
5. Peraturan Presiden Nomor 70 Tahun 2012 Tentang Perubahan Kedua Atas
Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 Tentang Pengadaan Barang/Jasa
6. Dokumen Kontrak
C. Internet
http // www. hukum online.co. id
http://
, diakses tanggal 8 Desember 2013, jam 11:00.
lifestyle.kompasiana.com
/catatan/2013/06/12/mengenal-arti-kata-tanggung-jawab-567952.html. diakses tanggal 8 Desember 2013, Jam 11.10.
TINJAUAN UMUM MENGENAI PERJANJIAN PEMBORONGAN
A. Pengertian dan Pengaturan Mengenai Perjanjian Pemborongan
Perjanjian pemborongan secara umum diatur dalam Bab VII A Buku III
KUHPerdata Pasal 1601 b, 1604 sampai dengan Pasal 1616 dan peraturan –
peraturan khusus yang dibuat oleh pemerintah seperti Peraturan Presiden Nomor
54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah yang telah mengalami
dua kali perubahan, yakni Peraturan Presiden Nomor 35 Tahun 2011 dan
Peraturan Presiden Nomor 70 Tahun 2012, serta dalam Algemene Voorwaarden
Voorde Unitvoering Bij Aaneming Van Openbare Werken in Indoensia Tahun
1941 (AV 1941) yang berarti syarat – syarat umum untuk pelaksanaan
pemborongan pekerjaan umum Indonesia.
AV 1941 adalah peratutan buatan pemerintah Hindia Belanda dan berlaku
berdasarkan Surat Keputusan Pemerintah Hidian Belanda Nomor 9 tanggal 28 mei
1941 dan dimuat dalam Tambahan Lembaran Negara (TLN) Nomor 14571 dan
merupakan peraturan standar atau baku bagi perjanjian pemborongan di Indonesia
khususnya untuk proyek – proyek Pemerintah. Mengenai cara peraturan standar
(AV 1941) masuk dalam perjanjian pemborongan sebagai perjanjian standar
adalah sebagai berikut :66
66
1. Dengan penunjukan yaitu dalam Surat Perintah Kerja (SPK) atau dalam Surat
Perjanjian Pemborongan (kontrak) terdapat ketentuan – ketentuan yang
merujuk pada Pasal – pasal dari AV 1941.
2. Dengan penandatanganan yaitu dalam Surat Perintah Kerja (SPK) atau dalam
Surat Perjanjian Pemborongan (kontrak) dimuat ketentuan – ketentuan dari
AV 1941 secara lengkap.
AV 1941 ini isinya banyak yang sudah ketinggalan zaman atau sudah tidak
sesuai lagi dengan perkembangan zaman, maka perlu diadakan perubahan –
perubahan serta perbaikan – perbaikan di sana – sini supaya ketentuan – ketentuan
dalam AV 1941 sesuai perkembangan industri maupun teknologi.67
1. Perjanjian untuk melakukan jasa – jasa tertentu.
Perjanjian pemborongan dalam KUHPerdata bersifat pelengkap artinya
ketentuan – ketentuan dalam perjanjian pemborongan dalam KUHPerdata tersebut
dapat digunakan oleh para pihak dalam perjanjian pemborongan atau para pihak
dalam perjanjian pemborongan dapat membuat sendiri ketentuan – ketentuan
perjanjian pemborongan sepanjang tidak melanggar undang – undang, tidak
bertentangan dengan ketentuan umum dan kesusilaan.
Dalam Pasal 1601 KUHPerdata diatur mengenai jenis – jenis perjanjian
untuk melakukan pekerjaan :
2. Perjanjian perburuhan.
3. Perjanjian pemborongan pekerjaan.
67
Ketiga perjanjian tersebut mempunyai persamaan dan perbedaan.
Persamaannnya yaitu bahwa pihak yang satu melakukan pekerjaan bagi pihak
yang lain dengan menerima upah. Adapun perbedaan antara perjanjian kerja
dengan perjanjian pemborongan dan perjanjian melakukan jasa yaitu bahwa dalam
perjanjian kerja terdapat unsur subordinasi, sedangkan pada perjanjian
pemborongan dan perjanjian melakukan jasa ada koordinasi. Mengenai perbedaan
antara perjanjian pemborongan dengan perjanjian melakukan jasa, yaitu bahwa
dalam perjanjian pemborongan berupa mewujudkan suatu karya tertentu
sedangkan dalam perjanjian melakukan jasa berupa melaksanakan tugas tertentu
yang ditentukan sebelumnya.68
Perjanjian untuk melakukan jasa – jasa tertentu adalah suatu perjanjian
dimana salah satu pihak menghendaki pihak lawannya melakukan sesuatu
pekerjaan untuk mencapai suatu tujuan tertentu, dimana ia bersedia membayar
upah, sedangkan apa yang dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut sama sekali
terserah kepada pihak lawan itu. Biasanya pihak lawan itu adalah seorang ahli
dalam melakukan pekerjaan tersebut dan biasanya ia juga sudah memasang tarif
jasanya tersebut.69
68
Ibid., hal. 5.
69
R.Subekti (I), Op.Cit., hal. 58.
Perjanjian perburuhan menurut Pasal 1601 a adalah perjanjian dengan
mana pihak yang satu, si buruh, mengikatkan dirinya untuk di bawah perintah
pihak yang lain si majikan, untuk sesuatu waktu tertentu, melakukan pekerjaan
Di dalam Kitab Undang – Undang Hukum Perdata, perjanjian
pemborongan disebut dengan istilah pemborongan pekerjaan. Menurut Pasal 1601
b KUHPerdata “pemborongan pekerjaan adalah perjanjian dengan mana pihak
yang satu, si pemborong mengikatkan diri untuk menyelenggarakan suatu
pekerjaan bagi pihak yang lain, pihak yang memborongkan, dengan menerima
suatu harga yang ditentukan”. Jadi dalam perjanjian pemborongan hanya ada dua
pihak yang terkait yaitu pihak kesatu disebut pihak yang memborongkan dan
pihak kedua disebut pihak pemborong.
Menurut Djumialdji, definisi perjanjian pemborongan di sini kurang tepat
menganggap bahwa perjanjian pemborongan adalah perjanjian sepihak sebab si
pemborong hanya mempunyai kewajiban saja sedangkan yang memborongkan
hak saja. Sebenarnya perjanjian pemborongan adalah perjanjian timbal balik yang
memiliki hak dan kewajiban.70
Dengan demikian definisi perjanjian pemborongan yang benar menurut Djumialdji adalah sebagai berikut : Pemborongan pekerjaan adalah suatu persetujuan dengan mana pihak yang satu, si pemborong, mengikatkan diri untuk menyelenggarakan suatu pekerjaan, sedangkan pihak yang lain, yang memborong, mengikatkan diri untuk membayar suatu harga yang ditentukan.71
Dari definisi tersebut di atas dapat dikatakan :72
1. Bahwa yang membuat perjanjian pemborongan atau dengan kata lain yang terkait dalam perjanjian pemborongan adalah dua pihak saja yaitu pihak kesatu disebut yang memborongkan/prinsipil/bouwheer/aanbesteder/pemberi tugas dan sebagainya. Pihak kedua disebut pemborong/kontraktor/annemer dan sebagainya.
2. Bahwa objek dari perjanjian pemborongan adalah pembuatan suatu karya (het maken van werk).
70
Djumialdji (I), Op.Cit., hal. 4.
71
Ibid.
72
Menurut R. Subekti perjanjian pemborongan adalah suatu perjanjian antara seseorang (pihak yang memborongkan) denga orang lain (pihak yang memborong pekerjaan), dimana pihak pertama menghendaki suatu hasil pekerjaan yang disanggupi oleh pihak lawan, atas pembayaran suatu jumlah uang sebagai harga borongan.73
B. Sifat dan Bentuk Perjanjian Pemborongan
Di dalam KUHPerdata tidak ada ketentuan mengenai harga borongan
maupun cara pembayarannya, oleh karena itu para pihak dapat menentukan harga
borongan maupun cara pembayarannya. Harga borongan biasanya dalam praktek
dapat ditentukan lebih dahulu sebelum pekerjaan dimulai, dapat ditetapkan
kemudian hari dengan menghitung biaya ditambah dengan
upahnya/keuntungannya dan sebagainya.
Perjanjian pemborongan bersifat konsensuil artinya perjanjian
pemborongan itu ada atau lahir sejak adanya kata sepakat antara kedua belah
pihak yaitu pihak yang memborongkan dengan pihak pemborong mengenai
pembuatan suatu karya dan harga borongan/kontrak.74
Dengan adanya kata sepakat tersebut, perjanjian pemborongan mengikat
kedua belah pihak artinya para pihak tidak dapat membatalkan perjanjian
pemborongan tanpa persetujuan pihak lainnya. Jika perjanjian pemborongan
dibatalkan atau diputuskan secara sepihak, maka pihak lainnya dapat
menuntutnya.75
73
R. Subekti (I), Op.Cit., hal. 58.
74
Djumialdji (I), Op.Cit., hal. 7.
75
Perjanjian pemborongan bentuknya bebas (vormvrij) artinya perjanjian
pemborongan dapat dibuat secara lisan maupun tertulis. Dalam prakteknya,
apabila perjanjian pemborongan yang menyangkut harga borongan kecil biasanya
perjanjian pemborongan dibuat secara lisan, sedangkan apabila perjanjian
pemborongan menyangkut harga borongan yang agak besar maupun yang besar,
biasanya perjanjian pemborongan dibuat secara tertulis baik dengan akta di bawah
tangan atau dengan akta autentik (akta notaris).76
Perjanjian pemborongan pada proyek – proyek pemerintah harus dibuat
secara tertulis dan dalam bentuk perjanjian standar artinya perjanjian
pemborongan (Surat Perintah Kerja dan Surat Perjanjian Pemborongan) dibuat
dalam bentuk model – model formulir tertentu yang isinya ditentukan secara
sepihak oleh pihak yang memborongkan berdasarkan pada peraturan standar/buku
yaitu AV 1941.77
Dalam Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 perjanjian pemborongan
disebut dengan kontrak pengadaan barang atau jasa. Menurut Pasal 1 angka 22,
yang dimaksud dengan kontrak adalah perjanjian tertulis antara PPK (Pejabat
Pembuat Komitmen) dengan penyedia barang/jasa atau pelaksana Swakelola.
Sedangkan menurut Undang – Undang Nomor 18 Tahun 1999 Tentang Jasa
Konstruksi dan Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 Tentang Pedoman
Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah hubungan hukum antara penyedia jasa
dengan pengguna jasa diwujudkan dalam bentuk Kontrak Kerja Konstruksi (K3)
dimana keseluruhan dokumen merupakan bentuk perjanjian tertulis.
76
Ibid., hal. 8.
77
C. Macam dan Isi Perjanjian Pemborongan
Perjanjian pemborongan pekerjaan dibagi menjadi 2 (dua) macam, yaitu
:78
1. Perjanjian pemborongan pekerjaan dimana pihak pemborong diwajibkan
memberikan bahannya untuk pekerjaan tersebut. Dalam hal si pemborong
diwajibkan memberikan bahannya dan kemudian pekerjaannya itu dengan
cara bagaimanapun musnah sebelum diserahkan kepada pihak yang
memborongkan, maka segala kerugian adalah atas tanggungan si
pemborongan, kecuali apabila pihak yang memborongkan telah lalai untuk
menerima hasil pekerjaan itu. Jika si pemborong hanya diwajibkan
melakukan pekerjaan saja, dan kemudian pekerjaannya musnah, maka ia
hanya bertanggungjawab untuk kesalahannya (Pasal 1605 dan Pasal 1606
KUHPerdata).
2. Perjanjian pemborongan pekerjaan dimana si pemborong hanya akan
melakukan pekerjaannya saja. Dalam hal si pemborong hanya diwajibkan
melakukan pekerjaan saja, di dalam Pasal 1607 KUHPerdata disebutkan
bahwa jika musnahnya pekerjaan itu terjadi diluar sesuatu kelalaian dari
pihaknya si pemborong, sebelum pekerjaan itu diserahkan, sedang pihak yang
memborongkan pekerjaan tidak telah lalai untuk memeriksa dan menyetujui
pekerjaanya, maka si pemborong tidak berhak atas harga yang dijanjikan,
kecuali apabila musnahnya barang atau pekerjaan itu disebabkan oleh suatu
cacat dalam bahannya.
78
Menurut cara terjadinya perjanjian pemborongan dibedakan atas :79
1. Perjanjian pemborongan bangunan yang diperoleh sebagai hasil pelelangan
atas dasar penawaran yang diajukan (competitive bid contract).
2. Perjanjian pemborongan bangunan atas dasar penunjukan.
3. Perjanjian pemborongan bangunan yang diperoleh sebagai hasil perundingan
antara si pemberi tugas dengan pemborong (negotiated contract).
Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 Tentang
Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Pasal 50 sampai Pasal 54 jenis – jenis
perjanjian pemborongan dapat dibedakan atas :
1. Kontrak Berdasarkan Cara Pembayaran
a. Kontrak Lump Sum, merupakan kontrak pengadaan barang/jasa atas
penyelesaian seluruh pekerjaan dalam batas waktu tertentu sebagaimana
ditetapkan dalam kontrak, dengan ketentuan sebagai berikut :
1) Jumlah harga pasti dan tetap serta tidak dimungkinkan penyesuaian
harga.
2) Semua resiko sepenuhnya ditanggung oleh penyedia barang/jasa.
3) Pembayaran didasarkan pada tahap produk/keluaran yang dihasilkan
sesuai dengan kontrak.
4) Sifat pekerjaan berorientasi kepada keluaran (output based).
5) Total harga penawaran bersifat mengikat.
6) Tidak diperbolehkan adanya pekerjaan tambah/kurang.
79
b. Kontrak Harga Satuan, merupakan kontrak pengadaan barang/jasa atas
penyelesaian seluruh pekerjaan dalam batas waktu yang telah ditetapkan
dengan ketentuan sebagai berikut :
1) Harga satuan pasti dan tetap untuk setiap satuan atau unsur pekerjaan
dengan spesifikasi teknis tertentu.
2) Volume atau kuantitas pekerjaannya masih bersifat perkiraan pada saat
kontrak ditandatangani.
3) Pembayarannya didasarkan pada hasil pengukuran bersama atas
pekerjaan yang benar – benar telah dilaksanakan oleh penyedia
barang/jasa.
4) Dimungkinkan adanya pekerjaan tambah/kurang berdasarkan hasil
pengukuran bersama atas pekerjaan yang diperlukan.
c. Kontrak Gabungan Lump Sum dan Harga Satuan, adalah kontrak yang
merupakan gabungan lump sum dan harga satuan dalam 1 (satu) pekerjaan
yang diperjanjikan.
d. Kontrak Persentase, merupakan kontrak pengadaan jasa konsultasi/jasa
lainnya, dengan ketentuan sebagai berikut :
1) Penyedia jasa konsultasi/jasa lainnya menerima imbalan berdasarkan
persentase dari nilai pekerjaan tertentu.
2) Pembayarannya didasarkan pada tahapan produk atau keluaran yang
e. Kontrak Terima Jadi (Turnkey), merupakan kontrak pengadaan
barang/pekerjaan konstruksi/jasa lainnya atas penyelesaian seluruh
pekerjaan dalam batas waktu tertentu dengan ketentuan sebagai berikut :
1) Jumlah harga pasti dan tetap sampai seluruh pekerjaan selesai
dilaksanakan.
2) Pembayaran dilakukan berdasarkan hasil penilaian bersama yang
menunjukkan bahwa pekerjaan telah dilaksanakan sesuai dengan
kriteria kinerja yang telah ditetapkan.
2. Kontrak Berdasarkan Pembebanan Tahun Anggaran
a. Kontrak Tahun Tunggal, merupakan kontrak yang pelaksanaan
pekerjaannya mengikat dana anggaran selama masa 1 (satu) tahun
anggaran.
b. Kontrak Tahun Jamak, merupakan kontrak yang pelaksanaan pekerjaannya
untuk masa lebih 1 (satu) tahun anggaran atas beban anggaran, yang
dilakukan setelah mendapat persetujuan :
1) Menteri Keuangan untuk kegiatan yang nilainya diatas Rp.
10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah).
2) Menteri/Pimpinan Lembaga yang bersangkutan untuk kegiatan yang
nilai kontraknya sampai dengan Rp. 10.000.000.000,00 (sepuluh miliar
rupiah) bagi kegiatan penanaman benih/bibit, penghijauan, pelayanan
perintis laut/udara, makanan dan obat rumah sakit, makanan untuk
narapidana di Lembaga Pemasyarakatan, pengadaan pita cukai,
Kontrak tahun jamak pada pemerintah daerah disetujui oleh Kepala Daerah
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang – undangan.
3. Kontrak Berdasarkan Sumber Pendanaan
a. Kontrak Pengadaan Tunggal, merupakan kontrak yang dibuat oleh 1 (satu)
Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) dengn 1 (satu) penyedia barang/jasa
tertentu untuk menyelesaikan pekerjaan tertentu dalam waktu tertentu.
b. Kontrak Pengadaan Bersama, merupakan kontrak antara beberapa PPK
dengan 1 (satu) penyedia barang/jasa untuk menyelesaikan pekerjaan
dalam waktu tertentu, sesuai dengan kebutuhan masing – masing PPK
yang menandatangani kontrak.
c. Kontrak Payung (Framework Contract), merupakan kontrak harga satuan
antara pemerintah dengan penyedia barang/jasa yang dapat dimanfaatkan
oleh K/L/D/I, dengan ketentuan sebagai berikut :
1) Diadakan untuk menjamin harga barang/jasa yang lebih efesien,
ketersediaan barang/jasa terjamin dan sifatnya dibutuhkan secara
berulang dengan volume atau kuantitas pekerjaan yang belum dapat
ditentukan pada saat kontrak ditandatangani
2) Pembayaran dilakukan oleh setiap PPK/Satuan Kerja yang didasarkan
pada hasil penilaian/pengukuran bersama terhadap volume/kuantitas
pekerjaan yang telah dilaksanakan oleh penyedia barang/jasa secara
4. Kontrak Berdasarkan Jenis Pekerjaan
a. Kontrak Pengadaan Pekerjaan Tunggal, merupakan kontrak pengadaan
barang/jasa yang hanya terdiri dari 1 (satu) pekerjaan perencanaan,
pelaksanaan atau pengawasan.
b. Kontrak Pengadaan Pekerjaan Terintegrasi, merupakan kontrak pengadaan
pekerjaan konstruksi yang bersifat kompleks dengan menggabungkan
kegiatan perencanaan, pelaksanaan dan/atau pengawasan.
Mengenai isi dari perjanjian pemborongan di dalam KUHPerdata tidak
ditentukan lebih lanjut. Oleh karena itu, baik pihak yang memborongkan
pekerjaan maupun pihak yang memborong pekerjaan, dapat menentukan sendiri
isi dari perjanjian pemborongan yang mereka buat, sesuai dengan asas kebebasan
berkontrak yang terdapat dalam Pasal 1338 ayat (1) KUHPerdata, sebagai berikut
: “Semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang – undang bagi
mereka yang membuatnya”.
Pasal 1338 ayat (1) KUHPerdata tersebut mengandung pengertian sebagai
berikut :
1. Bahwa setiap orang bebas membuat perjanjian maupun tidak membuat
perjanjian.
2. Bahwa setiap orang bebas menentukan isi dari perjanjian.
3. Bahwa setiap orang bebas menentukan bentuk dari perjanjian.
4. Bahwa setiap orang bebas mengadakan perjanjian dengan siapa pun.
5. Bahwa setiap orang bebas menentukan hukumnya yang berlaku bagi
Akan tetapi, kebebasan tersebut di atas dapat dilakukan dengan adanya
pembatasan tertentu, yaitu sepanjang tidak dilarang oleh undang – undang, tidak
bertentangan dengan ketertiban umum dan kesusilaan.
Pada umumnya, isi dari suatu perjanjian pemborongan memuat secara
terperinci mengenai : 80
1. Luasnya pekerjaan yang harus dilaksanakan dan memuat uraian tentang
pekerjaan dan syarat – syarat pekerjaan yang disertai dengan gambar
(bestek) dilengkapi dengan uraian tentang bahan material, alat – alat dan
tenaga kerja yang diperlukan.
2. Penentuan tentang harga pemborongan.
3. Mengenai jangka waktu penyelesaian pekerjaan.
4. Mengenai sanksi dalam hal terjadinya wanprestasi.
5. Tentang resiko dalam hal terjadinya overmacht.
6. Penyelesaian jika terjadi perselisihan.
7. Hak dan kewajiban para pihak dalam perjanjian pemborongan.
Di dalam perjanjian pemborongan bangunan, harus disebutkan mengenai
peraturan standar yang mengatur tentang hak dan kewajiban para pihak perjanjian
pemborongan tersebut. Peraturan standar dalam perjanjian pemborongan, selain
menyangkut persyaratan teknisnya juga mengatur persyaratan administratifnya.
Di Indonesia sebelum terbentuknya peraturan standar yang baru mengenai
pemborongan, sejak tahun 1941 telah berlaku peraturan standar yang lama yaitu
Algemene Voorwarden voorde unitvoering bij aanneming van openbare werken in
80
Indonesia (AV). Dimana dalam perjanjian pemborongan, mengenai hak dan
kewajiban antara para pihak dalam perjanjian pemborongan tersebut dari segi
administratifnya tunduk pada ketentuan AV 1941. Sedangkan mengenai segi
teknisnya tunduk pada ketentuan yang telah diatur dalam Standard Specification
yang telah dibentuk oleh Departemen Pekerjaan Umum.
Sebelum terbentuknya peraturan standar yang baru maka AV 1941 tetap
berlaku. Namun, terjadi perkembangan yang berarti di bidang hukum
pemborongan dengan keluarnya undang – undang yang khusus mengatur tentang
pemborongan kerja ini, yakni Undang – Undang Nomor 18 Tahun 1999 Tentang
Jasa Konstruksi. Dengan berlakunya Undang – Undang Nomor 18 Tahun 1999
tersebut, maka seluruh ketentuan lama yang bertentangan dengan Undang –
Undang tersebut dinyatakan tidak berlaku lagi. Hal ini berarti bahwa perundang –
undangan yang lama masih tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan
Undang – Undang Nomor 18 Tahun 1999.81
1. Para pihak, yang memuat secara jelas identitas para pihak.
Menurut ketentuan Pasal 22 ayat (2) Undang – Undang Nomor 18 Tahun
1999, kontrak kerja konstruksi sekurang – kurangnya harus mencakup mengenai :
2. Rumusan pekerjaan, yang memuat uraian yang jelas dan rinci tentang lingkup
kerja, nilai pekerjaan, dan batas waktu pelaksanaan.
3. Masa pertanggungan dan/atau pemeliharaan, yang memuat jangka waktu
pertanggungan dan/atau pemeliharaan yang menjadi tanggung jawab penyedia
jasa.
81
4. Tenaga ahli, yang memuat ketentuan tentang jumlah, kualifikasi dan
klasifikasi tenaga ahli untuk melaksanakan pekerjaan konstruksi.
5. Hak dan kewajiban, yang memuat hak pengguna jasa untuk memperoleh hasil
pekerjaan konstruksi serta kewajibannya untuk memenuhi ketentuan yang
diperjanjikan serta hak penyedia untuk memperoleh informasi dan imbalan
jasa, serta kewajibannya melaksanakan pekerjaan konstruksi.
6. Cara pembayaran, yang memuat ketentuan tentang kewajiban pihak pengguna
jasa dalam melakukan pembayaran dari hasil pekerjaan konstruksi.
7. Cidera janji, yang memuat ketentuan tentang tanggung jawab dalam hal salah
satu pihak yang tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana diperjanjikan.
8. Penyelesaian perselisihan, yang memuat ketentuan tentang tata cara
penyelesaian perselisihan akibat ketidaksepakatan.
9. Pemutusan kontrak kerja konstruksi, yang memuat ketentuan tentang
pemutusan kontrak kerja konstruksi yang timbul akibat tidak dapat
dipenuhinya kewajiban salah satu pihak.
10.Keadaan memaksa (force majeur), yang memuat ketentuan tentang kejadian
yang timbul diluar kemauan dan kemampuan para pihak, yang menimbulkan
kerugian bagi salah satu pihak.
11.Kegagalan bangunan, yang memuat ketentuan tentang kewajiban penyedia
jasa dan/atau pengguna jasa atas kegagalan bangunan.
12.Perlindungan pekerja, yang memuat ketentuan tentang kewajiban para pihak
D. Peserta dalam Perjanjian Pemborongan
Dalam perjanjian pemborongan selain dikenal pihak – pihak yang terkait
dalam perjanjian pemborongan atau pihak – pihak dalam perjanjian pemborongan
yaitu pihak yang memborongkan dengan pihak pemborong, dikenal juga pihak –
pihak yang terkait dalam perjanjian pemborongan.82
Adapun pihak – pihak yang terkait dalam perjanjian pemborongan
dibedakan antara pihak – pihak yang langsung terkait dalam perjanjian
pemborongan dan pihak – pihak yang tidak langsung terkait dalam perjanjian
pemborongan seperti buruh/tenaga kerja, leveransir dan sebagainya.83
Mengenai pihak – pihak yang langsung terkait dalam perjanjian
pemborongan itu disebut peserta dalam perjanjian pemborongan yang terdiri
dari:84
1. Yang memborongkan/prinsipil/bouwheer/aanbesteder/pemberi tugas.
2. Pemborong/kontraktor/rekanan/aannemer/pelaksana.
3. Perencana/arsitek.
4. Direksi/pengawas.
Mengenai pihak – pihak dalam perjanjian pemborongan tersebut akan
diuraikan sebagai berikut :
1. Yang memborongkan/prinsipil/bouwheer/aanbesteder/pemberi tugas
Pemberi tugas dapat berupa perorangan maupun badan hukum baik
pemerintah maupun swasta. Bagi proyek – proyek pemerintahan sebagai pihak
yang memborongkan adalah Departemen atau lembaga pemegang mata anggaran.
82
Djumialdji (I), Op.Cit., hal. 23.
83
Ibid.
84
Yang memborongkan yang mempunyai rencana/prakarsa memborongkan proyek
sesuai dengan Surat Perjanjian Pemborongan/Kontrak dan apa yang tercantum
dalam bestek dan syarat – syarat.85
Pemberi tugas dalam pelaksanaan perjanjian pemborongan akan menunjuk
seorang wakil yang memiliki kemampuan untuk menjadi pemimpin
proyek/pemimpin bagian proyek/kepala kantor/kepala satuan kerja.86
2. Pemborong/kontraktor/rekanan/aannemer/pelaksana
Dalam penelitian ini, pemberi tugas adalah Dinas Pendidikan Kabupaten
Mandailing Natal, yang bertindak sebagai wakil pemerintah untuk mengadakan
kontrak dengan pemborong dalam pembangunan ruang kelas baru dan meubelair
SMP Negeri 1 Hutabargot.
Pihak pemborong adalah pihak yang bertindak sebagai pelaksana
pembangunan sesuai dengan isi perjanjian. Pemborong ini bisa perseorangan,
badan hukum, tidak berbentuk badan hukum, baik swasta atau pemerintah.
Penunjukan sebagai pelaksana bangunan oleh pemberi tugas dapat terjadi
karena pemborong menang dalam pelelangan atau memang ditetapkan sebagai
pelaksana oleh pemberi tugas.
Hubungan hukum antara pihak pemborong dengan pihak yang
memborongkan diatur sebagai berikut :87
a. Apabila yang memborongkan maupun pemborong keduanya pemerintah, maka hubungan hukumnya disebut hubungan kedinasan.
b. Apabila yang memborongkan pihak pemerintah sedangkan pemborongnya pihak swasta, maka hubungan hukumnya disebut perjanjian pemborongan
85
Ibid., hal. 24.
86
Ibid.
87
yang dapat berupa akta di bawah tangan, Surat Perintah Kerja (SPK), Surat Perjanjian Kerja/Kontrak
c. Apabila yang memborongkan maupun pemborong keduanya pihak swasta, maka hubungan hukumnya disebut perjanjian pemborongan yang dapat berupa akta di bawah tangan, Surat Perjanjian Kerja (SPK), Surat Perjanjian Pemborongan/Kontrak.
Dalam penelitian ini, yang menjadi pihak pemborong adalah CV. Bersama
Kontraktor yang beralamat di Jalan Syekh Abdul Kadir Mandili No.48 A
Kelurahan Panyabungan III Kabupaten Mandailing Natal. CV. Bersama
Kontraktor didirikan dengan Akte Pendirian/Akte Perubahan Nomor : 15 tanggal
13 Februari 2006 oleh Notaris Fitrisna, SH.
3. Perencana/arsitek
Perencana dapat perorangan atau badan hukum baik pemerintah maupun
swasta (konsultan perencana). Perencana merupakan peserta namun bukan
merupakan pihak dalam perjanjian pemborongan. Perencana hanya mempunyai
hubungan hukum dengan si pemberi kerja yang ditentukan atas dasar perjanjian
sendiri, diluar perjanjian pemborongan.
Mengenai hubungan hukum antara yang memborongkan dengan perencana
diatur sebagai berikut :88
a. Apabila yang memborongkan maupun perencana keduanya pihak pemerintah, maka hubungan hukumnya disebut hubungan kedinasan.
b. Apabila yang memborongkan pihak pemerintah sedangkan perencana pihak swasta, maka hubungan hukumnya disebut dengan perjanjian melakukan jasa di mana dalam praktek dituangkan dalam surat perjanjian pekerjaan perencanaan.
c. Apabila yang memborongkan maupun perencana maupun keduanya adalah pihak swasta, maka hubungan hukumnya disebut perjanjian melakukan jasa (Pasal 1601 KUHPerdata) yang dalam prakteknya dituangkan dalam surat perjanjian pekerjaan perencanaan.
88
Sementara itu perencana juga memiliki tugas, yaitu :89
a. Sebagai penasehat
Disini perencana mempunyai tugas membuat rencana biaya dan gambar bangunan sesuai dengan pesanan pemberi tugas. Hubungan pemberi tugas dengan perencana sebagai penasehat dituangkan dalam perjanjian melakukan jasa – jasa tunggal. Dalam praktek perjanjian melakukan jasa – jasa tunggal disebut dengan istilah seperti perjanjian perencana, perjanjian pekerjaan berencana.
b. Sebagai wakil
Disini perencana bertindak sebagai pengawas, dengan tugas mengawasi pelaksanaan pekerjaan. Hubungan antara pemberi tugas dengan perencana sebagai wakil dituangkan dalam perjanjian pemberian kuasa.
4. Direksi/pengawas
Direksi bertugas untuk mengawasi pelaksanaan pekerjaan pemborongan
mulai dari penyiapan, penggunaan dan mutu bahan, pelaksanaan pekerjaan serta
pelaksana akhir atas hasil pekerjaan sebelum penyerahan. Disini direksi bertindak
mewakili yang memborongkan dalam segala hal yang menyangkut pelaksanaan
yaitu memberi pimpinan dan mengadakan pengawasan dalam pelaksanaan
pekerjaan.
Hubungan hukum antara direksi/pengawas dengan yang memborongkan
diatur sebagai berikut :90
a. Apabila direksi dan yang memborongkan keduanya adalah pihak pemerintah, maka hubungan hukumnya disebut hubungan kedinasan.
b. Apabila direksi pihak swasta sedangkan yang memborongkan pihak pemerintah, maka hubungan hukumnya disebut perjanjian pemberian kuasa, di mana yang memberi kuasa pihak yang memborongkan (pemerintah) sedangkan yang diberi kuasa adalah pihak direksi (swasta). c. Apabila direksi dan yang memborongkan keduanya adalah pihak swasta
maka hubungan hukumnya disebut perjanjian pemberian kuasa.
89
Djumialdji (II), Perjanjian Pemborongan, Rineka Cipta, Jakarta, 1995, hal. 11.
90
Sementara itu untuk proyek pekerjaan untuk pemerintah, Pasal 7 sampai
dengan Pasal 21 Peraturan Pemerintah Nomor 54 Tahun 2010 mengatur secara
khusus mengenai para pihak dalam pengadaan barang/jasa, yaitu terdiri dari :
1. Pengguna Anggaran
2. Kuasa Pengguna Anggaran
3. Pejabat Pembuat Komitmen
4. Unit Layanan Pengadaan/Pejabat pengadaan
5. Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan
6. Penyedia Barang/Jasa
Ketentuan pada Pasal 7 dan Pasal 21 tersebut pada dasarnya mengatur :
1. Penanggungjawaban utama terhadap anggaran yang diberikan kepada
K/L/D/I adalah PA atau KPA yang diberikan kewenangan oleh PA.
2. Fungsi – fungsi yang ada dalam proses pengadaan terdiri dari :
a) Fungsi pembuat komitmen dengan pihak penyedia, dalam hal ini
dilaksanakan oleh Pejabat Pembuat Komitmen.
b) Fungsi yang bertugas memilih penyedia barang/jasa, dalam hal ini
dilaksanakan oleh ULP/Pejabat Pengadaan.
c) Fungsi yang bertugas memeriksa barang/jasa apakah barang yang
diserahkan oleh penyedia sudah sesuai dengan yang diperjanjikan,
dalam hal ini dilaksanakan oleh Pejabat Penerima Pekerjaan.
Mengenai penyedia barang/jasa, adalah badan usaha atau orang
perorangan yang menyediakan barang/pekerjaan konstruksi/jasa konsultasi/jasa
memenuhi persyaratan yang diatur dalam Pasal 19 ayat (1) Peraturan Pemerintah
Nomor 70 Tahun 2012 sebagai berikut :
a. Memenuhi ketentuan peraturan perundang – undangan untuk menjalankan
kegiatan/usaha.
b. Memiliki keahlian, pengalaman, kemampuan teknis dan manajerial untuk
menyediakan barang/jasa.
c. Memperoleh paling kurang 1 (satu) pekerjaan sebagai penyedia barang/jasa
dalam kurun waktu 4 (empat) tahun terakhir, baik di lingkungan pemerintah
maupun swasta, termasuk pengalaman subkontrak.
d. Ketentuan sebagaimana dimaksud pada huruf c, dikecualikan bagi penyedia
barang/jasa yang baru berdiri kurang dari 3 (tiga) tahun.
e. Memiliki sumber daya manusia, modal, peralatan dan fasilitas lain yang
diperlukan dalam pengadaan barang/jasa.
f. Dalam hal penyedia barang/jasa akan melakukan kemitraan, penyedia
barang/jasa harus mempunyai perjanjian kerja sama operasi/kemitraan yang
memuat persentase kemitraan dan perusahaan yang mewakili kemitraan
tersebut.
g. Memiliki kemampuan pada bidang pekerjaan yang sesuai untuk usaha mikro,
usaha kecil, dan koperasi kecil serta kemampuan pada subbidang pekerjaan
yang sesuai untuk usaha non kecil.
h. Memiliki Kemampuan Dasar (KD) untuk usaha non-kecil kecuali untuk
i. Khusus untuk pelelangan dan pemilihan langsung pengadaan pekerjaan
konstruksi memiliki dukungan keuangan dari bank.
j. Khusus untuk pengadaan pekerjaan konstruksi dan jasa lainnya harus
memperhitungkan Sisa Kemampuan Paket (SKP).
k. Tidak dalam pengawasan pengadilan, tidak pailit, kegiatan usahanya tidak
sedang dihentikan dan/atau direksi yang bertindak untuk dan atas nama
perusahaan tidak sedang dalam menjalani sanksi pidana, yang dibuktikan
dengan surat pernyataan yang ditandatangani penyedia barang/jasa.
l. Sebagai wajib pajak sudah memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) dan
telah memenuhi kewajiban perpajakan tahun terakhir (SPT) tahunan serta
memiliki laporan bulanan PPh Pasal 21, PPH Pasal 23(bila ada transaksi), PPh
Pasal 25/Pasal 29 dan PPN (bagi pengusaha kena pajak) paling kurang 3 (tiga)
bulan terakhir dalam tahun berjalan.
m. Secara hukum mempunyai kapasitas untuk mengikatkan diri pada kontrak.
n. Tidak masuk dalam daftar hitam.
o. Memiliki alamat tetap dan jelas serta dapat dijangkau dengan jasa pengiriman.
p. Menandatangani pakta integritas.
E. Berakhirnya Perjanjian Pemborongan
Perjanjian pemborongan dapat berakhir dalam hal – hal sebagai berikut :91
91
1. Pekerjaan telah diselesaikan oleh pemborong setelah masa pemeliharaan
selesai atau dengan kata lain pada penyerahan kedua dan harga borongan telah
dibayar oleh pihak yang memborongkan.
Di dalam perjanjian pemborongan dikenal adanya 2 (dua) macam penyerahan
yaitu :
a. Penyerahan pertama yaitu penyerahan pekerjaan fisik setelah selesai
100%.
b. Penyerahan kedua yaitu penyerahan pekerjaan setelah masa pemeliharaan
selesai.
2. Pembatalan perjanjian pemborongan
Menurut Pasal 1611 KUHPerdata pihak yang memborongkan jika
dikehendakinya demikian, boleh menghentikan pemborongannya, meskipun
pekerjaan telah dimulai, asal ia memberikan ganti rugi sepenuhnya kepada si
pemborong untuk segala biaya yang telah dikeluarkannya guna pekerjaannya
serta untuk keuntungan yang terhilang karenanya.
3. Kematian pemborong
Menurut Pasal 1612 KUHPerdata bahwa pekerjaan berhenti dengan
meninggalnya si pemborong. Di sini pihak yang memborongkan harus
membayar pekerjaan yang telah diselesaikan, juga bahan – bahan yang telah
disediakan. Demikian juga ahli waris pemborong tidak boleh melanjutkan
pekerjaan tersebut tanpa seizin yang memborongkan. Sebaliknya dengan
tidak berakhir. Oleh karena itu ahli waris dari yang memborongkan harus
melanjutkan atau membatalkan dengan kata sepakat kedua belah pihak.
4. Berakhir karena salah satu pihak pailit
Pada umumnya jika salah satu pihak jatuh pailit, maka perjanjian
pemborongan pekerjaan tidak bisa dilanjutkan.
5. Pemutusan perjanjian pemborongan
Pemutusan perjanjian pemborongan ini karena adanya wanprestasi. Pemutusan
perjanjian pemborongan ini untuk waktu yang akan datang dengan kata lain
pekerjaan yang belum dikerjakan yang diputuskan, namun mengenai
pekerjaan yang telah dikerjakan akan tetap dibayar.
6. Persetujuan kedua pihak
Perjanjian pemborongan pekerjaan yang berakhir karena para pihak yang
mengadakan perjanjian sepakat dengan mengambil keputusan untuk tidak
melanjutkan apa yang telah diperjanjikan. Hal ini mungkin dengan diadakan
persetujuan – persetujuan mengenai konsenkuensi yang harus ditanggung atau
TINJAUAN YURIDIS PERJANJIAN PEMBORONGAN PEKERJAAN
ANTARA DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN MANDAILING NATAL
DENGAN CV. BERSAMA KONTRAKTOR
A. Proses Pelaksanaan Perjanjian Pemborongan Pekerjaan antara Dinas
Pendidikan Kabupaten Mandailing Natal dengan CV. Bersama
Kontraktor
Perjanjian pemborongan yang dilaksanakan oleh CV. Bersama Kontraktor
dengan Dinas Pendidikan Kabupaten Mandailing Natal sebelumnya melalui tahap
– tahap sebelum (precontractuale fase) dan sesudah penandatanganan
perjanjian/kontrak itu sendiri. Fase sebelum kontrak atau lazim disebut prosedur
pelelangan, dapat terjadi jika pemborongan pekerjaan tersebut dilakukan melalui
pelelangan, dimulai sejak adanya pemberitahuan atau pengumuman sampai
dengan pelulusan dari pelelangan.
Dalam Pasal 35 ayat (2) Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 ada 5
(lima) metode untuk memborongkan proyek atau dengan kata lain ada 5 (lima)
cara pemilihan penyedia pekerjaan konstruksi, yaitu sebagai berikut :
1. Pelelangan Umum
Menurut Ketentuan Pasal 1 angka 23 Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun
2010 pelelangan umum adalah metode pemilihan penyedia
barang/pekerjaan konstruksi//jasa lainnya untuk semua pekerjaan yang
memenuhi syarat. Pelelangan umum adalah pelelangan yang dilakukan
secara terbuka dengan pengumuman secara luas melalui media massa,
media cetak dan pada papan pengumuman resmi untuk penerangan
masyarakat luas dunia usaha yang berminat dan memenuhi kualifikasi
dapat mengikutinya. Pelelangan umum dilakukan untuk pengadaan barang
dan jasa yang bernilai di atas Rp. 50.000.000 (lima puluh juta rupiah).
Dalam pelelangan umum, DRT dan rekanan lainnya yang memenuhi
kualifikasi dipergunakan sebagai acuan pemilihan peserta pelelangan.
Keikutsertaan dalam pelelangan umum dilakukan dengan penawaran
tertulis. 92
2. Pelelangan Terbatas
Pelelangan terbatas adalah pelelangan untuk pekerjaan tertentu yang
diikuti oleh sekurang – kurangnya 5 (lima) rekanan yang tertentu dalam
daftar terseleksi (DRT) yang dipilih di antara rekanan yang tercantum
dalam daftar rekanan mampu (DRM) sesuai dengan bidang usaha atau
ruang lingkupnya atau kualifikasi kemampuannya, dengan pengumuman
secara luas melalui media massa, media cetak dan papan pengumuman
resmi untuk penerangan umum sehingga masyarakat luas dunia usaha
dapat mengetahuinya.93
92
Ibid., hal. 89.
93
Ibid
Sedangkan menurut Peraturan Presiden Nomor 54
Tahun 2010 Pasal 1 angka 24 pelelangan terbatas adalah metode pemilihan
penyedia yang mampu melaksanakan diyakini tebatas dan untuk pekerjaan
yang kompleks.
3. Pemilihan Langsung
Pemilihan langsung adalah pelaksanaan pengadaan barang dan jasa tanpa
melalui pelelangan umum atau pelelangan terbatas yang dilakukan dengan
membandingkan sekurang – kurangnya 3 (tiga) penawar dan melakukan
negosiasi baik teknis maupun harga sehingga diperoleh harga yang wajar
dan teknis yang dapat dipertanggungjawabkan dari rekanan yang tercatat
dalam daftar rekanan mampu (DRM) sesuai di bidang usaha, ruang
lingkupnya atau kualifikasi kemampuannya.94
4. Penunjukan Langsung
Menurut Pasal 1 angka 31 penunjukan langsung adalah metode pemilihan
penyedia barang/jasa dengan cara menunjuk langsung 1 (satu) penyedia
barang/jasa.
5. Pengadaan Langsung
Pengadaan langsung adalah pelaksanaan pengadaan barang dan jasa yang
dilakukan rekanan golongan ekonomi lemah tanpa melalui pelelangan
umum atau pelelangan terbatas atau pemilihan langsung.95
94
Ibid
95
Ibid
Menurut Pasal
1 angka 32 Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 pengadaan langsung
adalah pengadaan barang/jasa langsung kepada penyedia barang/jasa,
Sedangkan dalam Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun 2003 metode atau
cara memborongkan proyek hanya terdiri dari :
1. Pelelangan umum
2. Pelelangan terbatas
3. Pemilihan langsung
4. Pengadaan langsung
Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun 2003 ini sudah tidak berlaku lagi,
dan di gantikan dengan Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010. Tapi untuk
perjanjian pemborongan pekerjaan antara Dinas Pendidikan Kabupaten
Mandailing Natal dengan CV. Bersama Kontrak ini masih berpedoman kepada
Keputusan Presiden Nomor 80 tahun 2003, karena perjanjian ini sudah dibuat
sebelum Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 ini di berlakukan.
Pemilihan pemborong/rekanan dalam pemborongan proyek menurut
Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun 2003 terdiri dari :
1. Prakualifikasi, yaitu proses penilaian kompetensi dan kemampuan usaha serta pemenuhan syarat tertentu lainnya dari penyedia barang/jasa sebelum penawaran.
2. Pascakualifikasi, yaitu proses penilaian kompetensi dan kemampuan usaha serta pemenuhan syarat tertentu lainnya dari penyedia barang/jasa setelah pemasukan penawaran.
Pemilihan atau penyaringan pemborongan dalam proyek Pembangunan
Ruang Kelas Baru dan Meubelair SMP Negeri 1 Hutabargot ini dilakukan dengan
metode pelelangan umum dengan proses pascakualifikasi, yaitu meliputi :96
1. Pengumuman
2. Pendaftaran dan pengambilan dokumen pengadaan
96
3. Pemberian penjelasan
4. Pemasukan dokumen penawaran
5. Pembukaan dokumen penawaran
6. Evaluasi penawaran
7. Evaluasi kualifikasi
8. Penetapan calon pemenang
9. Pengumuman calon pemenang
10.Masa sanggahan
11.Penetapan pemenang
12.Penandatangan kontrak
Pelelangan untuk pemilihan penyedia barang/pekerjaan konstruksi/jasa
lainnya terhadap proyek Pembangunan Ruang Kelas Baru dan Meubelair SMP
Negeri 1 Hutabargot ini dimulai dengan tahap pengumuman pelelangan terlebih
dahulu melalui media masaa maupun papan pengumuman resmi oleh panitia
pelelangan, yaitu pengumuman pengadaan Nomor : 04/Dispend/2010 tanggal 25
Oktober 2010. Pengumuman pelelangan antara lain memuat :97
1. Nama instansi yang akan mengadakan pelelangan.
2. Uraian singkat mengenai pekerjaan yang akan dilaksanakan atau barang
yang akan dibeli.
3. Syarat peserta pelelangan.
4. Tempat, hari dan waktu mendaftar diri sebagai peserta.
97
5. Tempat, hari dan waktu untuk memperoleh dokumen lelang dan
keterangan lain.
6. Tempat, hari dan waktu untuk pemberian penjelasan mengenai dokumen
lelang dan keterangan lainnya.
7. Tempat, hari dan waktu pelelangan akan diadakan.
8. Alamat tujuan, pengiriman dokumen – dokumen penawaran.
9. Tempat, hari dan waktu penyampaian penawaran.
Berdasarkan pengumuman tersebut, masing – masing peminat akan
mendaftarkan perusahaannya untuk mengikuti proses pengadaan Pembangunan
Ruang Kelas Baru dan Meubelair SMP Negeri 1 Hutabargot yang diumumkan
oleh panitia pelelangan. Dalam hal ini CV. Bersama Kontraktor melakukan
pendaftrana untuk mengikuti proses pelelangan.
Dalam tahap pendaftaran, terdaftar sejumlah peserta yaitu perusahaan yang
bergerak di bidang jasa pemborongan konstruksi untuk kemudian dinyatakan
dapat mengikuti tahap pelelangan umum pekerjaan pemborongan Pembangunan
Ruang Kelas Baru dan Meubelair SMP Negeri 1 Hutabargot.
Tahap selanjutnya adalah tahap pemberian penjelasan atau aanwijzing,
dalam tahap ini semua peserta atau perusahaan calon penyedia, diberikan
penjelasan mengenai Rencana Kerja dan Syarat – syarat (RKS) dan tata cara
penilaian pelelangan oleh Panitia Pengadaan Barang/Jasa pada Dinas Pendidikan
Rencana kerja dan syarat (RKS) pengadaan barang dan jasa sekurang –
kurangnya memuat :98
1. Syarat umum :
a. Keterangan mengenai pemberi tugas.
b. Keterangan mengenai perencana (pembuat desain).
c. Keterangan mengenai direksi.
d. Syarat peserta pelelangan.
e. Bentuk surat penawaran dan cara penyampaiannya.
2. Syarat administrasi :
a. Jangka waktu pelaksanaan pekerjaan.
b. Tanggal penyerahan pekerjaan/barang.
c. Syarat pembayaran.
d. Denda atas kelambatan.
e. Besarnya jaminan penawaran.
f. Besarnya jaminan pelaksanaan.
3. Syarat teknis :
a. Jenis dan uraian pekerjaan yang harus dilaksanakan.
b. Jenis dan mutu bahan, antara lain bahwa semaksimal mungkin harus
menggunakan hasil produksi dalam negeri dengan memperhatikan
pot ensi nasional.
c. Gambar detail, gambar konstruksi dan sebagainya.
98
Penjelasan mengenai dokumen lelang harus diberikan kepada rekanan
secara jelas dan lengkap sehingga dapat dimengerti. Pemberian penjelasan
dilakukan untuk menghindari adanya tambahan ketentuan yang timbul di
kemudian hari, jika diperlukan penjelasan tambahan maka penjelasan tersebut
disampaikan kepada para peserta pada tahap aanwijzing ini.
Setelah semua peserta atau calon penyedia mendapatkan penjelasan atau
aanwijzing, kemudian selanjutnya para peserta memasukkan surat penawaran.
Dalam tahap ini CV. Bersama Kontraktor mengajukan penawaran pada tanggal 3
November 2010 sehubungan dengan pengumuman pengadaan Nomor :
04/Dispend/2010 tanggal 25 Oktober 2010 sebesar Rp. 266.900.000,- (dua ratus
enam puluh enean juta Sembilan ratus ribu rupiah). Penawaran ini disertai dengan
melampirkan dokumen – dokumen berupa :
a. Surat Kuasa (bila diperlukan) asli dan 2 (dua) berkas rekaman.
b. Jaminan penawaran, asli dan 2 (dua) berkas rekaman.
c. Daftar Kuantitas dan Harga, asli dan 2 (dua) berkas rekaman.
d. Analisa Harga Satuan Pekerjaan Utama, asli dan 2 (dua) berkas rekaman.
e. Daftar Upah, asli dan 2 (dua) berkas rekaman.
f. Daftar Harga Bahan, asli dan 2 (dua) berkas rekaman.
g. Metoda Pelaksanaan, asli dan 2 (dua) berkas rekaman.
h. Jadwal Pelaksanaan, asli dan 2 (dua) berkas rekaman.
i. Daftar Personil Inti, asli dan 2 (dua) berkas rekaman.
j. Daftar Peralatan Utama, asli dan 2 (dua) berkas rekaman.
Setelah masa penyampaian dokumen penawaran ditutup maka proses
pelelangan umum dilanjutkan pada tahap pembukaan dokumen penawaran yang
telah diajukan oleh para peserta. Pada tahap ini para peserta pelelangan yang hadir
diberi kesempatan melihat dokumen penawaran yang disampaikan kepada panitia
pelelangan. Setelah pembacaan dan penetapan lengkap tidaknya dokumen
penawaran, panitia pelelangan segera membuat berita acara pembukaan dokumen
penawaran, berita acara ini akan dibacakan dengan jelas di hadapan para peserta
pelelangan dan kemudian ditandatangani oleh panitia pelelangan.
Tahap selanjutnya adalah akan dilakukan evaluasi terhadap dokumen
penawaran. Tahap ini dilaksanakan setelah tahap pembukaan dokumen penwaran
selesai. Pada tahap ini panitia pelelangan akan melakukan evaluasi penawaran
yang meliputi evaluasi administrasi, evaluasi teknis dan evaluasi harga terhadap
dokumen – dokumen penawaran yang disampaikan masing – masing peserta
pelelangan.
Evaluasi administrasi dilakukan untuk menguji kecocokan, kebenaran,
serta kelengkapan dokumen pelelangan guna menentukan apakah peserta
pelelangan memenuhi atau tidak memenuhi surat penawaran. Hal – hal yang
dievaluasi dalam evaluasi administrasi yaitu daftar kuantitas dan harga, surat
penawaran, jaminan penawaran.
Kemudian para peserta yang lulus evaluasi administrasi selanjutnya
mengikuti evaluasi teknis. Dalam evaluasi teknis, dokumen yang dinyatakan telah
memenuhi persyaratan administrasi selanjutnya dilakukan penilaian terhadap
harus memenuhi syarat – syarat teknis seperti yang tercantum dalam Rencana
Kerja. Setelah itu akan dilakukan evaluasi harga terhadap para peserta yang lulus
evaluasi teknis.
Berdasarkan hasil evaluasi yang telah dilaksanakan oleh panitia, maka
panitia lelang akan menetapkan calon pemenang pelelangan yang telah memenuhi
persyaratan – persyaratan, dimana salah satunya adalah CV. Bersama Kontraktor.
Adapun dasar penetapan calon pemenang pelelangan yang ditetapkan oleh panitia
pelelangan adalah penawaran yang paling menguntungkan, dalam arti :99
a. Penawaran secara teknis dapat dipertanggungjawabkan.
b. Perhitungan harga yang ditawarkan dapat dipertanggungjawabkan.
c. Penawaran tersebut adalah yang terendah diantara penawaran – penawaran
yang memenuhi syarat – syarat.
d. Telah memperhatikan penggunaan semaksimal mungkin hasil produksi
dalam negeri.
Setelah dikeluarkannya pengumuan calon pemenang, dan sebelum
dikeluarkannya penetapan pemenang terdapat suatu masa yang disebut masa
sanggahan, yaitu waktu yang diberikan oleh panitia terhadap para peserta
pelelangan atau pihak lain diluar peserta pelelangan untuk melakukan
sanggahan/protes/ketidakpuasan terhadap pelelangan kepada panitia, yang
diajukan secara tertulis. Masa sanggah ditetapkan paling lambat 5 (lima) hari kerja
setelah dilakukan pengumuman.
99
Penetapan pemenang dilakukan setelah lewat masa sanggahan ternyata
tidak ada sanggahan, atau ternyata sanggahan banding terbukti tidak benar, atau
masa sanggahan dan/atau masa sanggahan banding telah berakhir. Penetapan
pemenang dilakukan berdasarkan Surat Keputusan Kuasa Pengguna Anggaran
Nomor : 050/297.08/SPPJK/2010 tentang Surat Penunjukan Penyedia Jasa
Konstruksi tertanggal 16 November 2010 yang isinya menyetujui pelaksanaan
pekerjaan Pembangunan Ruang Kelas Baru dan Meubelair SMP Negeri 1
Hutabargot kepada :
Kontraktor : CV. Bersama Kontraktor
NPWP : 02.269.804.7-118.000
Nilai kontraktor : Rp. 266.900.000
Waktu pelaksanaan : 45 hari kelender
Terhitung mulai tanggal 16 November 2010 s/d 31
Desember 2010.
CV. Bersama Kontraktor sebagai pemenang pelelangan untuk
melaksanakan program Pembangunan Ruang Kelas Baru dan Meubelair SMP
Negeri 1 Hutabargot. Setelah pemenang pelelangan ditetapkan melalui Surat
Keputusan, maka para pihak menandatangani kontrak yang dimuat dalam Surat
Perjanjian Pemborongan antara Dinas Pendidikan Kabupaten Mandailing Natal
dengan CV. Bersama Kontraktor Nomor : 050/2968.08/SPP/2010.
Kontrak pengadaan barang/jasa pemerintah dengan penyedia barang/jasa
dilaksanakan selambat – lambatnya 14 (empat belas) hari kerja terhitung sejak
ditandatangani oleh direksi atau pihak yang mempeloreh pendelegasian
wewenang yang sah dari direksi atau pihak yang sah berdasarkan akta pendirian
perusahaan untuk menandatangi kontrak pengadaan barang/jasa. Dalam hal ini
kontrak/perjanjian ditandatangani oleh Drs. Kusor, M.Si selaku Kuasa Pengguna
Anggran Program Pembangunan Ruang Kelas Baru dan Meubelair SMP Negeri 1
Huatbargot, dengan Hendri Paisal Siregar selaku direktur CV. Bersama
Kontraktor, dan diketahui oleh Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Mandailing
Natal, Drs. H. Musaddad Daulay, MM selaku Pengguna Anggran pada tanggal 16
November 2010.
Setelah penandatangan kontrak dilaksanakan, maka Dinas Pendidikan
Kabupaten Mandailing Natal menyerahkan Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK)
Nomor : 050/2970.08/SPMK/2010 kepada CV. Bersama Kontraktor pada tanggal
16 November 2010. Dalam SPMK pekerjaan dimulai pada tanggal 16 November
2010, dan diselesaikan dalam waktu 45 (empat puluh lima) hari kalender sejak
tanggal SMPK ini dikeluarkan dan pekerjaan sudah harus selesai pada tanggal 31
Desember 2010.
B. Pembangunan Ruang Kelas Baru dan Meubelair SMP Negeri 1
Hutabargot
Dalam perjanjian pemborongan pekerjaan antara Dinas Pendidikan
Kabupaten Mandailing Natal dengan CV. Bersama Kontraktor yang menjadi
objek dari perjanjian tersebut adalah Pembangunan Ruang Kelas Baru dan
Dalam pelaksanaan Pembangunan Ruang Kelas Baru dan Meubelair SMP
Negeri 1 Hutabargot ini semua kebutuhan bahan dan jasa pekerjaan semaksimal
mungkin menggunakan hasil produksi dalam negeri dengan memperhatikan
kemampuan/potensi nasional. Bahan dan peralatan serta semua keperluan untuk
pekerjaan pemborongan tersebut disediakan oleh pihak pemborong yaitu CV.
Bersama kontrkator dan menjadi tanggung jawab si pemborong.100
100
Wawancara dengan Bapak Hendri Faisal Siregar.
Pembangunan Ruang Kelas Baru dan Meubelair SMP Negeri 1 Hutabargot
ini sumber dananya yaitu berasal dari DAK + DAU, dimana nilai kontraknya
berjumlah Rp. 266.900.000 dengan perincian Rp. 227.574.975 Dana Alokasi
Khusus (DAK) dan Rp. 39.325.025 Dana Alokasi Umum (DAU).
Pelaksanaan Pembangunan Ruang Kelas Baru dan Meubelair SMP Negeri
1 Hutabrgot ini dimulai dengan diserahkannya Surat Penyerahan Lapangan
Nomor : 050/2969.08/SPL/2010 yang isinya menyerahkan lapangan kepada CV.
Bersama Kontraktor untuk mengerjakan Pembangunan Ruang Kelas Baru dan
Meubelair SMP Negeri 1 Hutabargot.
Setelah itu akan di serahkan Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK) Nomor :
050/2970.08/SPMK/2010 yang isinya memerintahkan CV. Bersama Kontraktor
untuk memulai melaksanakan Pembangunan Ruang Kelas Baru dan Meubelair
SMP Negeri 1 Hutabargot yang dilaksanakan dalam waktu 45 (empat puluh lima)
hari kalender, yaitu dimulai pada tanggal 16 November 2010 dan sudah harus
selesai pada tanggal 31 Desember 2010. Pembangunan ini harus dilaksanakan
Pemerintah Dinas Pendidikan Kabupaten Mandailing Natal menerima
penyerahan pekerjaan Pembangunan Ruang Kelas Baru dan Meubelair SMP
Negeri 1 Hutabargot setelah seluruh hasil pekerjaan tersebut dilaksanakan sesuai
dengan ketentuan dalam kontrak dan CV. Bersama Kontrak sebagai pihak
pemborong wajib melakukan pemeliharaan atas hasil pekerjaan selama masa yang
ditetapkan dalam kontrak yaitu 180 (seratus delapan puluh) hari kalender. Masa
pemeliharaan tersebut terhitung mulai tanggal Serah Terima Pertama Pekerjaan
(PHO) yaitu mulai tanggal 1 januari 2011 dan berakhir pada tanggal 31 Juni 2011.
Dalam masa pemeliharaan tersebut pihak pemborong yaitu CV. Bersama
Kontraktor bertanggung jawab untuk memperbaiki segala kerusakan, kegagalan
maupun kekurangan dalam pelaksanaan pekerjaan Pembangunan Ruang Kelas
Baru dan Meubelair SMP Negeri 1 Hutabargot.
C. Hak dan Kewajiban Para Pihak dalam Pelaksanaan Perjanjian
Pemborongan Pekerjaan antara Dinas Pendidikan Kabupaten
Mandailing Natal dengan CV. Bersama Kontraktor
Pemborongan sebagai suatu perjanjian melahirkan hak dan kewajiban bagi
para pihak yang terikat didalamnya, baik yang terikat secara langsung maupun
yang tidak terikat langsung terhadap isi perjanjian tersebut. Pihak yang terikat
langsung dalam perjanjian pemborongan adalah pihak yang memborongkan dan
Adapun hak – hak dan kewajiban dari para pihak dalam pelaksanaan
perjanjian pemborongan menurut Pasal 32 ayat (1) – ayat (5) Keputusan Presiden
Nomor 80 Tahun 2003 adalah :
1. Setelah penandatanganan kontrak, pengguna barang/jasa segera melakukan
pemeriksaan lapangan bersama – sama dengan penyedia barang/jasa dan
membuat berita acara keadaan lapangan/serah terima lapangan.
2. Penyedia barang/jasa dapat merima uang muka dari pengguna barang/jasa.
3. Penyedia barang/jasa dilarang mengalihkan tanggung jawab seluruh
pekerjaan utama dengan mensubkontraktorkan kepada pihak lain.
4. Penyedia barang atau jasa dilarang mengalihkan tanggung jawab sebagian
pekerjaan utama dengan mensub-kontraktorkan kepada pihak lain dengan
cara dan alas apapun, kecuali disubkontrakkan kepada penyedia brang/jasa
spesialis.
5. Terhadap pelanggaran atas larangan sebagaimana dimaksud dalam poin ke
3, dikenakan sanksi berupa denda yang bentuk dan besarnya sesuai dengan
ketentuan yang diatur dalam kontrak.
Mengenai hak dan kewajiban para pihak dalam perjanjian pemborongan
hanya sedikit diatur dalam KUHPerdata. Namun, secara umum kewajiban utama
dari si pemberi tugas dalam perjanjian pemborongan ialah membayar jumlah
harga borongan sebagaimana tercantum dalam kontrak, kewajiban dari si
pemborong dalam perjanjian pemborongan ialah melaksanakan pekerjaan
pemborongan sesuai dengan kontrak, rencana kerja dan syarat – syarat yang telah
Mengingat bahwa ketentuan – ketentuan mengenai perjanjian
pemborongan yang terdapat dalam KUHPerdata hanya bersifat pelengkap, maka
hak dan kewajiban para pihak dalam perjanjian pemborongan bisa diatur
terperinci dalam surat perjanjian pemborongan. Adapun yang menjadi hak dan
kewajiban dari pihak yang memborongkan dan pihak pemborong, dimana dalam
perjanjian pemborongan ini yang menjadi pihak yang memborongkan adalah
Dinas Pendidikan Kabupaten Mandailing Natal yang dalam perjanjian ini diwakili
oleh Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) dan yang menjadi pihak pemborong
adalah CV. Bersama Kontrakto, yaitu sebagai berikut :
1. Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) mempuyai hak dan kewajiban untuk :
a. Memeriksa pekerjaan yang dilakukan oleh pihak pemborong.
b. Membayar pekerjaan sesuai dengan harga yang tercantum dalam
kontrak.
c. Meminta laporan – laporan mengenai pelaksanaan pekerjaan yang
dilakukan oleh pihak pemborong.
d. Menerima hasil pekerjaan yang telah disepakati dengan pihak
pemborong tepat pada waktu yang telah disepakati dalam perjanjian.
2. CV. Bersama Kontraktor mempunyai hak dan kewajiban untuk :
a. Menerima pembayaran untuk pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan
harga yang telah ditentukan dalam perjanjian.
b. Melaksanakan dan menyelesaikan pekerjaan yang telah diterima
kelender) dan pekerjaan sudah harus selesai pada tanggal 31 Desember
2010.
c. Dalam melaksanakan tugasnya harus selalu bekerja sama dengan
Kuasa Pengguna Anggaran (KPA), sehingga pekerjaan yang
dilaksanakan harus sesuai dengan kontrak dan dokumennya.
d. Menyediakan dan membuat buku laporan harian, mingguan, bulanan
serta data pendukung dan photo pelaksanaan dari sebelum, sedang dan
selesai dikerjakan guan diperlukan pengendalian pengawasan.
e. Memberikan keterangan – keterangan yang diperlukan untuk
pemeriksaan pelaksanaan yang dilakukan oleh Kuasa Pengguna
Anggaran (KPA)
f. Mengadakan usaha – usaha untuk menjamin keselamatan, kesehatan
dan keamanan para pekerja sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
g. Melaksanakan masa pemeliharaan dalam waktu 180 (seratu delapan
puluh) hari kalender.
h. Menyerahkan hasil pekerjaan sesuai dengan jadwal penyerahan
pekerjaan yang telah ditetapkan dalam kontak yaitu pada tanggal 1
D. Tanggung Jawab CV. Bersama Kontraktor sebagai Pihak Pemborong
Terhadap Dinas Pendidikan Kabupaten Mandailing Natal dalam
Pelaksanaan Perjanjian Pemborongan Pekerjaan
Dalam pelaksanaan perjanjian pemborongan terdapat beberapa masalah
yang sering terjadi di lapangan yang terkait dengan tanggung jawab dari pihak
pemborong.
Permasalahan tersebut adalah hal – hal yang berkenaan dengan keberadaan
sub-kontraktor dalam pelaksanaan pekerjaan, penyimpangan pekerjaan dari
bestek, dan keterlambatan penyelesaian pekerjaan.
Dalam perjanjian pemborongan dimungkinkan bahwa pemborong
menyerahkan pemborongan pekerjaan tersebut kepada pemborong lain yang
merupakan sub-kontraktor berdasarkan perjanjian khusus antara pihak pemborong
dengan sub-kontraktor.
Adanya sub-kontraktor dalam perjanjian pemborongan harus dengan izin
tertulis dari pihak yang memborongkan yang dalam hal ini Dinas Pendidikan
Kabupaten Mandailing Natal, karena pada dasarnya perjanjian antara pemborong
dengan sub-kontraktor adalah di luar perjanjian pemborongan yang dibuat antara
pihak yang memborongkan dengan pihak pemborong. Maka secara yuridis
hubungan hukum sub-kontraktor hanya dengan pemborong saja, yang dituangkan
dalam perjanjian pemborongan tersendiri.
Pihak pemborong tidak diperkenankan dan tidak berhak
mensub-kontrakkan seluruh pekerjaan, atau bagian pekerjaan yang disebut sebagai
perjanjian pemborongan harus dengan izin tertulis dari pihak yang memborongkan
yang dalam hal ini adalah Dinas Pendidikan Kabupaten Mandailing Natal. Dalam
Pasal 18 Surat Perjanjian Pemborongan Pembanguan Ruang Kelas Baru dan
Meubelair SMP Negeri 1 Hutabargot disebutkan bahwa walaupun nantinya izin
tersebut diberikan oleh pihak yang memborongkan maka izin tersebut tidak akan
membebaskan pihak pemborong dimana dalam hal ini adalah CV. Bersama
Kontraktor dari tanggung jawab atau kewajiban apapun berdasarkan kontrak, dan
CV. Bersama Kontraktor harus bertanggung jawab sepenuhnya atas tindakan –
tindakan, kesalahan – kesalahan ataupun kelalaian sub-kontraktor yang ditunjuk.
CV. Bersama Kontraktor sebagai pihak pemborong bertanggung jawab
untuk melaksanakan pemborongan sesuai dengan kontrak rencana kerja dan syarat
– syarat yang telah ditetapkan oleh para pihak, dan juga bertanggung jawab untuk
menyelesaikan pekerjaan pada tanggal yang ditetapkan dalam perjanjian
pemborongan. Apabila CV. Bersama Kontraktor mengalami keterlambatan dalam
penyelesaian pekerjaan maka CV. Bersama kontrak akan dikenakan denda sebesar
1 0/00
Disamping itu CV. Bersama Kontraktor juga bertanggung jawab atas
bahan – bahan yang akan digunakan. Pihak pemborong harus menggunakan bahan
– bahan yang telah disetujui oleh pihak pemberi tugas dan pihak pemborong.
Apabila dalam pelaksanakan perjanjian pemborongan CV. Bersama Kontraktor
menyalahi atau menyimpang dari bestek sehingga mengakibatkan mutu bangunan
tidak baik maka CV. Bersama Kontraktor sebagai pihak pemborong bertanggung (satu permil) sebagaimana disebutkan pada Pasal 11 dalam Surat Perjanjian
jawab untuk mengganti, membongkar dan memperbaiki kembali sesuai dengan
bestek yang telah disetuji oleh kedua belah pihak.101
E. Penyelesaian Perselisihan yang Timbul dalam Pelaksanaan Perjanjian
Pemborongan antara Dinas Pendidikan Kabupaten Mandailing Natal
dengan CV. Bersama Kontraktor
Sementara itu, dalam hal mengenai masa pemeliharaan yaitu dilakukan
dalam jangka waktu 180 (seratus delapan puluh) hari kalender, apabila terjadi
kerusakan maupun kegagalan maka CV. Bersama Kontraktor selama masa
pemeliharaan tersebut bertanggung jawab untuk memperbaiki segala kerusakan,
kegagalan dan kekurangan pekerjaan akibat dari pelaksanaan yang tidak sesuai
dengan ketentuan – ketentuan yang tercantum dan segala biaya untuk
melaksanakan pekerjaan tersebut menjadi tanggaung jawab dari CV. Bersama
Kontraktor.
Para pihak dalam suatu perjanjian, pada dasarnya diharapakan dapat
memenuhi hak dan kewajiban sesuai dengan yang tertuang dalam perjanjian
dengan sebaik – baiknya tanpa suatu hambatan atau kendala yang mungkin dapat
memicu perselisihan atau sengketa diantara para pihak. Demikian juga halnya
dalam pelaksanaan perjanjian pemborongan pekerjaan pembangunan suatu
proyek, bisa saja timbul suatu sengketa baik menyangkut hal yang bersifat teknis
maupun menyangkut hal yang bersifat administrasi.
101
Dalam perjanjian pemborongan pekerjaan yang dilakukan oleh Dinas
Pendidikan Kabupaten Mandailing Natal dengan CV. Bersama Kontraktor sampai
sekarang ini belum pernah terjadi perselisihan.
Mengenai penyelesaian perselisihan dalam perjanjian pemborongan antara
Dinas Pendidikan Kabupaten Mandailing dengan CV. Bersama kontraktor ini
diatur dalam Pasal 17 dokumen surat perjanjian pemborongan, yang menyebutkan
bahwa apabila terjadi perselisihan antara kedua belah pihak, akan diselesaikan
secara musyawarah dan mufakat. Jika tidak terdapat penyelesaian yang layak dan
memuaskan, maka akan didamaikan oleh suatu Komisi Arbitrase yang terdiri dari
seorang wakil dari pihak pertama, seorang wakil dari pihak kedua dan seorang
ahli yang dipilih oleh wakil – wakil dari pihak pertama dan pihak kedua. Pada
tingkat terakhir, bilamana keputusan Komisi Arbitrase tidak memuaskan kedua
belak pihak, maka segala persengketaan akan diserahkan kepada Pengadilan
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian – uraian sebelumnya yang dikaitkan dengan
permasalahan maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Proses pelaksanaan perjanjian pemborongan pekerjaan Pembangunan Ruang
Kelas Baru dan Meubelair SMP Negeri 1 Hutabargot telah sesuai dengan
ketentuan hukum yang berlaku. CV. Bersama Kontraktor dinyatakan sebagai
pemenang tender dengan metode pelelangan umum dengan proses
pascakualifikasi. Dalam proses pelaksanaan pekerjaan Pembangunan Ruang
Kelas Baru dan Meubelair SMP Negeri 1 Hutabargot CV. Bersama Kontraktor
telah melaksanakan pekerjaannya sesuai dengan ketentuan yang ada dalam
kontrak dan melaksanakan pekerjaan sesuai dengan jangka waktu yang telah
disepakati yaitu 45 (empat puluh lima) hari kalender dengan masa
pemeliharaan adalah 180 (seratus delapan puluh) hari kalender.
2. Bahwa para pihak dalam pelaksanaan perjanjian pemborongan pekerjaan
Pembangunan Ruang Kelas Baru dan Meubelair SMP Negeri 1 Hutabargot ini
telah melaksanakan hak dan kewajiban masing – masing pihak sesuai dengan
yang telah disepakati bersama.
3. Bahwa CV. Bersama Kontraktor sebagai pihak pemborong telah memenuhi
tanggung jawabnya yaitu untuk melaksanakan pemborongan sesuai dengan
pihak, dan juga bertanggung jawab untuk menyelesaikan pekerjaan pada
tanggal yang ditetapkan dalam perjanjian pemborongan.
4. Perjanjian pemborongan pekerjaan antar Dinas Pendidikan Kabupaten
Mandailing Natal dengan CV. Bersama Kontraktor belum pernah terjadi
perselisihan. Namun apabila terjadi perselisihan akan diselesaikan secara
musyawarah. Jika tidak terdapat penyelesaian yang layak dan memuaskan,
maka akan didamaikan oleh suatu Komisi Arbitrase. Pada tingkat terakhir,
bilamana keputusan Komisi Arbitrase tidak memuaskan kedua belak pihak,
maka segala persengketaan akan diserahkan kepada Pengadilan Negeri
Mandailing Natal di Panyabungan.
B. Saran
Pada kegiatan akhir pembahasan skripsi ini penulis merasa perlu untuk
menuliskan saran sebagai tindak lanjut dari kesimpulan – kesimpulan diatas, yaitu
sebagai berikut :
1. Agar setiap proses pelaksanaan perjanjian pemborongan pekerjaan
memperhatikan asas keseimbangan dan keadilan agar yang diharapkan dapat
terwujud dan harus memenuhi ketentuan hukum yang berlaku.
2. Agar para pihak yang terlibat dalam perjanjian pemborongan pekerjaan
melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan yang disepakati bersama
3. Agar pihak pemborong melaksanakan tanggung jawabnya sesuai dengan yang
disepakti bersama sehingga memberikan hasil sesuai dengan yang diharapkan
bersama.
4. Bahwa setiap perselisihan yang timbul agar diselesaikan secara musyawarah
untuk mendapatkan penyelesaian yang terbaik tanpa merugikan pihak
TINJAUAN UMUM MENGENAI PERJANJIAN
A. Pengertian Perjanjian
Kata perjanjian berasal dari terjemahan “overeenkomst” dan
“verbintenis”, yang diterjemahkan dengan menggunakan istilah “perjanjian”
maupun “persetujuan”. Wiryono Projodikoro mengartikan perjanjian dari kata
verbintenis, sedangkan kata overeenkomst diartikan dengan kata persetujuan.14
Para sarjana menyatakan bahwa rumusan Pasal 1313 KUHPerdata di atas
memiliki banyak kelemahan. Menurut Abdul Kadir Muhammad kelemahan –
kelemahan Pasal 1313 KUHPerdata adalah sebagai berikut :
Pasal 1313 KUHPerdata mengemuka