ABSTRAK
ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN PT BANK
BRI SYARIAH Tbk. DENGAN BANK BNI SYARIAH Tbk.
Oleh
Bernes Prayoga
Skripsi ini berjudul “Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan PT Bank BRISyariah Tbk. Dengan Bank BNISyariah Tbk.” Objek penelitian ini ialah Bank BRISyariah dan BNISyariah dikarenakan kedua bank merupakan Bank Syariah yang terbentuk secara spin off oleh bank konvensional dan terbentuk hampir bersamaan namun dalam kinerja keuangannya memiliki perbedaan yang sangat signifikan dalam segi laba. Jika ditinjau dari segi pemberian kredit atau pembiayaan, BRISyariah merupakan bank yang pembiayaannya bersifat kerakyatan atau pembiayaan mikro, sedangkan BNISyariah pembiayaannya bersifat konsumerisme antara lain perumahan, emas dll.
Masalah yang akan dibahas dalam penulisan ilmiah ini adalah bagaimana tingkat kesehatan bank yang diukur menggunakan metode CAEL yang meliputi penilaian berdasarkan Capital (modal), Assets (Aktiva), Equity dan Likuiditas pada Bank BRI Syariah dan BNI Syariah.
Tujuan dari penulisan ini adalah untuk mengetahui perbedaan kinerja keuangan Bank BRI Syariah dengan BNI Syariah yaitu dengan cara membandingkan rasio keuangan Bank BRISyariah dengan Bank BNI Syariah menggunakan metode CAEL, sehingga dapat diketahui manakah kinerja keuangan yang lebih baik.
Manfaat penelitian ini diharapkan menjadi bahan pertimbangan dan masukan untuk melakukan pembenahan ataupun perbaikan di sektor keuangan untuk meningkatkan nilai saham bank.
Hasil hipotesis penelitian ini adalah terdapat perbedaan yang signifikan dan nyata dari sisi permodalan, pembiayaan bermasalah, laba, dan likuiditas pada bank BRISyariah dan BNISyariah.sehingga Ha diterima dan Ho ditolak.
ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN PT BANK BRI SYARIAH Tbk. DENGAN BANK BNI SYARIAH Tbk.
Oleh
Bernes Prayoga
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi
Pada
Jurusan Manajemen
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS LAMPUNG
DAFTAR ISI
2.3.1 Prinsip Kegiatan Operasional Bank Syariah ... 17
2.3.2 Kegiatan Usaha ... 19
2.4 Pengertian dan Tujuan Laporan Keuangan ... 22
2.4.1 Tujuan Penyusunan Laporan Keuangan ... 23
2.4.2 Pihak-pihak yang Berkepentingan Terhadap Laporan Keuangan... 23
2.5 Analisis Rasio Keuangan Bank ... 26
2.6 Analisis Laporan Keuangan ... 28
2.6.1 Rasio Likuiditas ... 28
2.6.2 Rasio Leverage ... 28
2.6.3 Rasio Profitabilitas ... 29
2.6.4 Rasio Aktivitas ... 29
2.6.5 Rasio Pertumbuhan ... 29
2.6.6 Rasio Penilaian ... 29
2.7 Penilaian Kesehatan Bank Menurut Metode Camel ... 30
2.8 Kriteria Kesehatan Bank ... 35
2.9 Analisis Kinerja Keuangan ... 36
3.2 Metode Pengumpulan Data ... 42
3.3 Jenis dan Sumber Data 3.3.1 Jenis Data... 43
3.3.2 Sumber Data... 43
3.4 Analisis Data Deskriptif ... 43
3.5 Uji Beda Berpasangan ... 45
3.6 Batasan Penelitian ... 48
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Perusahaan ... 49
4.1.1 BRISyariah ... 49
4.1.2 BNISyariah ... 51
4.2 Kinerja CAEL ... 52
4.2.1 Kinerja Capital ... 53
4.2.2 Kinerja Assets ... 57
4.2.3 Kinerja Earnings ... 61
4.2.3 Kinerja Liquidity ... 73
V. SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan ... 79
5.2 Saran ... 81
DAFTAR PUSTAKA
KATA PENGANTAR
Bismillahirrohmaanirrohim
Allhamdulillah, dengan setulus hati penulis mengucapkan puji dan syukur
kehadirat Allah SWT. Allah, Dialah pemilik segala ide cemerlang, yang dengan
kelembutan kasih sayang, cinta, dan rahmat-Nya dapat masuk ke setiap hati dan
pikiran manusia, tak terkecuali hamba-Mu ini, yang telah menyelesaikan
serangkaian tugas akhir. Atas kemurahan berkah dan segala karunia-Nya penulis
dapat menyelesaikan skripsi yang telah lama dinanti demi melangkah ke jenjang
kehidupan selanjutnya.
Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Prof. Dr. H. Satria Bangsawan selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Universitas Lampung.
2. Ibu Aida Sari, S.E., M.Si. dan Ibu Yuningsih, S.E., M.M. selaku Ketua
Jurusan dan Sekretaris Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Lampung.
3. Bapak Dr.Irham Lihan, S.E., M.Si. dan Ibu Yuningsih, S.E., M.M. selaku
Dosen Pembimbing dan Dosen Pendamping yang telah meluangkan waktu,
tenaga, dan pikiran untuk memberikan bimbingan, arahan, dan motivasi
5. Bapak Iban Sofyan, S.E., M.Si.selaku Dosen Pembimbing Akademik.
6. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis, terima kasih atas ilmu
yang telah diberikan selama ini.
7. Seluruh staf dan karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Lampung, terima kasih atas bantuannya.
8. Teristimewa untuk kedua orang tuaku tercinta, Ibu dan Bapak yang
senantiasa mendoakanku, memberikan dukungan, motivasi, dan
pengorbanan baik moril maupun materiil, dan menantikan keberhasilanku.
Doa’ kalian adalah denyut nadi bagiku.
9. Kedua adikku Dwita Prayosa dan Dimas Prasetyo
10.Keluarga besarku, kakek, nenek, om, tante, sepupu-sepupu yang selalu
memberikan kasih sayang, motivasi, bantuan, doa, dan perhatiammya.
11.Sahabat-sahabatku Muhammad Fatara, Ade Sandra, Raditya Prayoga, Aulia
Safari Rachman, Danuardi Pradipta, Akhmad Alfalah, Munir, Andyan, Rizal
Harto Nasution, Indra Angkasa, Ari Prasetyo, Welco MB, Ryant Perdana
Putra, Erwan Firdaus, Anastasia, Puji Lestari, Ririn, Reza Palmi, M ali
Fachmidien dan semuanya yang tidak bisa disebut satu persatu.
12.Manajemen 2006, Fasabella Deza, Kemas Reza, Ari Prasetyo, Ryant
Perdana Putra, Yudhi Saputra, Yohanes Vermata, Reza Palmi, Erwan,
Wahyudi Risman, Raditya Prayoga, Munir, Edu, Laikmen, Deka, Taufik,
13.Teman-teman Manajemen ‘05, Erik, Demi, Rudi, Ridho, Aji, Lando, Yonas,
Acong, Aloy, Deni, Ichan dan Ridho renang. Terima sudah mau berbagi
pengalaman.
14.Dan bagi pihak lain yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang turut
mendukung penulis menyelesaikan penulisan skripsi ini.
Penulis berharap semoga Allah SWT membalas kebaikan mereka. Akhirnya
setelah saya melewati semua kendala, skripsi ini selesai sudah. Akhir kata,
semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Bandarlampung, 10 April 2013
Penulis,
PERSEMBAHAN
Alhamdulillah...
Kupersembahkan sebuah karya kecil ini
dengan penuh rasa syukur kepada Allah SWT,
dan kepada setiap orang yang berharga dalam kehidupanku,
atas segala dukungan yang telah diberikan selama ini
serta doa yang tiada henti :
Ibu dan Bapak,
Saudariku Dwita Prayosa,
Adikku Dimas Prasetyo
Seluruh keluarga,
Sahabat-sahabat terbaik,
Teman-teman,
Pembimbing dan Pembahas,
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Tanjung Karang pada tanggal 3 November 1988 sebagai
anak pertama dari tiga bersaudara dari hasil cinta kasih pasangan Ayahanda
Marsidi dan Ibunda Rohima. Jenjang pendidikan yang pernah ditempuh oleh
penulis adalah Taman Kanak-kanak Tri Dharma yang diselesaikan pada tahun
1993, Sekolah Dasar Negeri 3 Sukaraja pada tahun 2009, Sekolah Lanjutan
Tingkat Pertama Negeri 11 Bandar Lampung pada tahun 2002, dan Sekolah
Menengah Atas BPK Penabur Bandar Lampung pada tahun 2005.
Setelah itu pada tahun 2006, penulis mengikuti seleksi SPMB dan terdaftar
I. PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang Masalah
Melandanya krisis ekonomi menjadi momok menakutkan bagi setiap negara di
dunia. Berbagai negara mencari jalan keluar dengan melakukan berbagai inovasi
dan memikirkan bagaimana cara untuk mengatasi permasalahan yang timbul
kepermukaan. Sebagai suatu alternatif kini mulai di terapkan sistem ekonomi
syariah di berbagai negara untuk mengelola keuangan dan menjadi solusi untuk
keluar dari krisis ekonomi global. Penggunaan sistem ekonomi syariah ini di
harapkan dapat membawa dampak positif bagi masyarakat yang ada di negara
tersebut. Sistem ekonomi syariah menerapkan sistem yang adil, transparan, aman
dan tidak menguntungkan orang tertentu dalam pelaksanaannya. Sesungguhnya
ilmu ekonomi syariah juga sama dengan definisi ilmu ekonomi pada umumnya.
Tapi Ilmu ekonomi Syariah mempunyai tujuan yang tidak hanya demi
kesejahteraan duniawi saja tetapi kesejahteraan spiritual, yaitu dengan
menggunakan sumber-sumber hukum Islam.
Awalnya di Indonesia perkembangan ekonomi syariah masih belum booming dan
masih diremehkan. Tapi seiring perkembangan keinginan dan harapan umat Islam
seiring dengan berkembang pemahaman masyarakat terhadap kegiatan-kegiatan
ekonomi yang berdasarkan syariah.
Undang-undang Perbankan Indonesia, yakni Undang-undang No 7 Tahun 1992
tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang No. 10
Tahun 1998, membedakan bank berdasarkan kegiatan usahanya menjadi dua,
yaitu bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan bank yang
melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah. Sebagaimana
disebutkan dalam butir 13 Pasal 1, memberikan batasan pengertian prinsip syariah
sebagai aturan perjanjian berdasarkan hukum Islam antara Bank dan pihak lain
untuk penyimpanan dana dan/atau pembiayaan kegiatan usaha, atau kegiatan
lainnya yang dinyatakan sesuai dengan Syariah, antara lain, pembiayaan
berdasarkan prinsip bagi hasil (mudharabah), pembiayaan berdasarkan prinsip
penyertaan modal (musharakah), prinsip jual beli barang dengan memperoleh
keuntungan (murabahah), atau pembiayaan barang modal berdasarkan prinsip
sewa murni tanpa pilihan (ijarah), atau dengan adanya pilihan pemindahan
kepemilikan atas barang yang disewa dari pihak Bank oleh pihak lain (ijarah wa
iqtina).Perkembangan perbankan syariah di Indonesia cukup pesat, hal ini terlihat
dari data yang dipublikasikan oleh Bank Indonesia.
Pada Desember 2003 terdapat 3 Bank Umum Syariah (BUS) dan 8 Unit Usaha
Syariah (UUS) dengan total asset lebih dari 7,8 triliun rupiah (belum termasuk
BPRS). Kemudian pada Desember 2008 Unit Usaha Syariah bertambah menjadi
26 UUS, dan awal januari 2009 bertambah menjadi 5 BUS, dimana dua bank
merupakan pencapaian prestasi yang membanggakan bagi perbankan syariah di
Indonesia, karena dalam waktu singkat perkembangan aset perbankan syariah
mencapai Rp 49,5 triliun pada 2008 melonjak dibandingkan 2004 yang hanya Rp
15,3 triliun.
Namun, dalam perkembangannya bank syariah menghadapi beberapa tantangan
yang mesti dihadapi dan dituntut untuk dapat memberikan terobosan dalam
rangka mengembangkan potensi perbankan syariah, diantaranya tantangan bank
syariah adalah: 1. Ketidakmengertian masyarakat pada umumnya tentang
produk-produk unggulan perbankan syariah. 2. Kurang populernya produk-produk-produk-produk
pembiayaan yang secara teori dapat mendukung sektor rill, salah satunya yang
cukup berpotensi memberikan kontribusi pada sektor rill adalah pembiayaan
mudharabah di samping besarnya risiko yang harus dihadapi bank syariah dalam
memberikan pembiayaan tersebut. 3. Rentannya bank syariah terhadap risiko
likuiditas jika memberikan pembiayaan mudharabah. 4. Sumber daya manusia
yang terbatas.
Trend terbaru pembentukan bank syariah ialah melalui akuisisi dan konversi
bank konvensional menjadi bank syariah. Adapun implementasinya dapat
dilakukan melalui tiga pendekatan. Pertama, bank umum konvensional yang telah
memiliki unit-unit syariahatau (UUS) mengakuisisi bank yang relatif kecil
kemudian mengkonversinya menjadi syariah dan melepaskan serta
menggabungkan UUS-nya dengan bank yang baru dikonversi tersebut. Kedua,
bank umum konvensional yang belum memiliki UUS, mengakuisisi bank yang
melakukan pelepasan UUS dan dijadikan Bank Umum Syariah tersendiri
(Adiwarman A. Karim).
Pembentukan bank umum syariah baru dengan mekanisme akuisisi dan konversi
ini misalnya dapat dilihat pada yang baru terjadi, yaitu proses akuisisi yang
dilakukan oleh PT. Bank Rakyat Indonesia, Tbk terhadap Bank Jasa Arta. Hal ini
tercapai setelah para pemegang saham BRI dalam Rapat Umum Pemegang Saham
Luar Biasa (RUPSLB) menyetujui usulan direksi mengkuisisi Bank Jasa Arta,
sebuah bank kecil berbasis di Jakarta yang selanjutnya dijadikan anak perusahaan
dan dikonversi menjadi Bank BRI Syariah (Harian Ekonomi Bisnis Sriwijaya Pos,
6 September 2007).
Dalam (RUPSLB) dimaksud selain menyetujui akuisisi atas Bank Jasa Arta, juga
menyetujui keputusan pemisahan UUS yang sudah ada pada BRI dan
menggabungkannya kedalam bank umum syariah hasil konversi dimaksud.
Sementara BRI akan berkonsentrasi menggarap jasa perbankan konvensional
seperti yang ditekuni selama ini, sedangkan jasa perbankan syariah sepenuhnya
akan dikendalikan oleh BRI Syariah.
Adanya proses akusisi dan konversi bank dimaksud secara umum harus
memperhatikan dan mengindahkan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007
tentang Perseroan Terbatas dan peraturan pelaksanaannya, serta ketentuan khusus
yang ada dalam peraturan perundang-undangan di bidang perbankan. Di samping
itu mengingat PT. BRI sebagai PT terbuka sehingga dalam hal ini juga perlu
Aktivitas PT. Bank BRI syariah semakin kokoh setelah pada 19 Desember 2008
ditandatangani akta pemisahan Unit Usaha Syariah PT. Bank Rakyat Indonesia
(Persero), Tbk., untuk melebur ke dalam PT. Bank BRISyariah (yang berlaku
efektif pada tanggal 1 Januari 2009. Penandatanganan dilakukan oleh Bapak
Sofyan Basir selaku Direktur Utama PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk.,
dan Bapak Ventje Rahardjo selaku Direktur Utama PT. Bank BRISyariah.
Bank yang diakuisisi adalah bank jasa arta, yaitu bank kecil, non asing, dan
kurang dikenal yang memiliki total assets 250,1 M pada juni 2007. Pemiliknya
ialah bapak Awong Widjaya, PT Panasia Syntetic Abadi,dan PT Panasia
Intertraco (yang dikenal Panasia Group), kantor pusatnya dijalan Wahid Hasim no
228 jakarta.
Bank BRISyariah masih berstatus non devisa sehingga hanya dapat melayani
transaki-transaksi di dalam negeri (domestik). Bank umum non devisa dapat
meningkatkan statusnya menjadi bank devisa setelah memenuhi
ketentuan-ketentuan antara lain: volume usaha minimal mencapai jumlah tertentu, tingkat
kesehatan, dan kemampuannya dalam memobilisasi dana, serta memiliki tenaga
kerja yang berpengalaman dalam valuta asing.
Jika ditinjau dari segi pembiayaannya bank BRISyariah Tbk. Merupakan bank
yang pemberian pembiayaannya bersifat kerakyatan atau pembiayaan yang
bersifat usaha menegah kecil dan mikro, jika ditinjau dari aspek ekonomi
pembiayaan ini memiliki resiko kredit yang kecil karena usaha kecil hanya
melakukan pinjaman yang kecil sehingga tidak terlalu berpengaruh pada bank
Laporan keuangan PT Bank BRISyariah
Tabel 1.1.2 Perbandingan aktiva, aktiva produktif, pembiayaan, DPK, Ekuitas, Laba/Rugi BRISyariah 2010 – 2011
Jumlah Aktiva 11,200,823 6,856,386 Total Assets
Akiva Produktif 10,157,560 6,418,308 Earning Assets
Pembiayaan 9,170,300 5,527,081 Financing
Dana Pihak
Ketiga 9,906,412 5,096,597
Third Party Found
Ekuitas Bersih 966,676 954,598 Equity Net
Laba (rugi)
Tahun Berjalan 11,654 10,954
Profit (loss) Current Year
Sumber : BRI Syariah.com
Pertumbuhan aset ini diperoleh dari sokongan peningkatan di sektor pembiayaan
dan Dana Pihak Ketiga (DPK). Sektor pembiayaan dari tahun ke tahun selalu
tumbuh dan terjadi peningkatan, dari posisi Desember 2008 sebesar Rp 1,046
triliun meningkat sampai dengan akhir Desember 2009 menjadi Rp 2,6 triliun.
Peningkatan terus terjadi di akhir tahun 2010 menjadi Rp 5,53 triliun dan terakhir
pada posisi 31 Desember 2011 menjadi Rp 9,17 triliun.
Selain menggunakan akuisisi ada pula bank syariah yang terbentuk secara mandiri
tanpa melalui proses akuisisi, yaitu bank BNI Syariah, BNI Syariah berdiri pada
tahun 2000 yang terbentuk secara mandiri melalui tim proyek internal tanpa
bantuan konsultan. Pola yang digunakan oleh BNI untuk masuk dalam pasar
perbankan syariah adalah dual banking system. Hal ini sesuai dengan UU Nomor
10 tahun 1998 yang memungkinkan bank-bank umum untuk membuka layanan
secara sekaligus. Di dalamCorporate Plan UUS BNI tahun 2000 ditetapkan bahwa
status UUS bersifat temporer dan akan dilakukan pemisahan di tahun 2009.
Rencana tersebut terlaksana pada tanggal 19 Juni 2010 dengan beroperasinya BNI
Syariah sebagai Bank Umum Syariah (BUS). Realisasi waktu spin off bulan Juni
2010 tidak terlepas dari faktor eksternal berupa aspek regulasi yang kondusif yaitu
dengan diterbitkannya UU No.19 tahun 2008 tentang Surat Berharga Syariah
Negara (SBSN) dan UU No.21 tahun 2008 tentang Perbankan Syariah.
Laporan keuangan PT Bank BNI Syariah 2011
Tabel 1.1.5 Perbandingan Aktiva, aktiva produktif, pembiayaan, DPK, Ekuitas, Laba BNISyariah 2010 – 2011
Jumlah Aktiva 6,394,924 8,466,887 Total Assets
Akiva Produktif 6,017,251 7,826,113 Earning Assets
Pembiayaan 3,558,485 5,310,292 Financing
Dana Pihak Ketiga 5,162,728 6,756,262 Third Party Found
Ekuitas Bersih 2,419,918 2,494,626 Equity Net
Laba (rugi) Tahun
Berjalan 36,512 66,354
Profit (loss) Current Year
Sumber : BNI Syariah.com
Pertumbuhan aset ini diperoleh dari sokongan peningkatan di sektor pembiayaan
dan Dana Pihak Ketiga (DPK). Sektor pembiayaan dari tahun ke tahun selalu
tumbuh dan terjadi peningkatan, dari posisi Desember 2010 sebesar Rp 3,558
triliun meningkat sampai dengan akhir Desember 2011 menjadi Rp 5,3 triliun.
Tahun 2010 2011
Laba BRI 10,95 11,65
Laba BNI 36,512 66,354
Dapat kita lihat pada tabel 1.1.7 bahwa pada Bank BNI Syariah Terjadi
peningkatan Laba yang cukup signifikan hampir mencapai 90%, dan proporsi
akan Laba yang didapat relatif besar. Sedangkan pada BRI Syariah mengalami
kenaikan kurang dari 10%, sehingga Laba yang didapat relatif kecil. Menarik jika
dilihat apakah yang menyebabkan perbedaan tersebut,padahal jika dilihat BRI
syariah pembiayaannya bersifat kerakyatan atau lebih ke menengah bawah dan
usaha mikro, sedangkan BNI syariah lebih ke pembiayaan konsumerisme seperti
perumahan,ritel dan emas. Hal ini tentu menjadi kejanggalan sendiri untuk penulis
karena notabene masyarakat Indonesia melakukan usaha mikro.
Atas pertimbangan berdasarkan hal diatas tersebut, peneliti tertarik untuk meneliti
kinerja keuangan kedua bank syariah. maka peneliti bermaksud untuk melakukan
penelitian dengan judul skripsi: “ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA
KEUANGAN PT BANK BRI SYARIAH Tbk. DENGAN BANK BNI
SYARIAH Tbk"
Masalah yang akan dibahas dalam penulisan ilmiah ini adalah bagaimana tingkat
kesehatan bank yang diukur menggunakan metode CAELyang meliputi penilaian
berdasarkan Capital (modal), Assets (Aktiva),Equity dan Likuiditas pada Bank
BRI Syariah dan BNI Syariah.
Berdasarkan hal tersebut maka permasalahan yang dapat diambil adalah sebagai
berikut:
- Apakah terdapat perbedaaan kinerja keuangan bank BRI Syariah dengan
bank BNI Syariah dilihat dari Capital (Modal) yaitu menggunakan Rasio
kecukupan modal atau disebut Capital Adequacy Ratio (CAR).
- Apakah terdapat perbedaan kinerja keuangan bank BRI Syariah dengan bank
BNI Syariah dilihat dariAssets (Aktiva) yaitu menggunakan Rasio kredit
bermasalah atau disebut Non Performing Loan (NPL).
- Apakah terdapat perbedaaan kinerja keuangan bank BRI Syariah dengan
bank BNI Syariah dilihat dari Equity yaitu menggunakan : Return on Assets
(ROA), Return on Equity (ROE), dan Biaya Operasional dibandingkan
dengan Pendapatan Operasional (BOPO) dan
- Apakah terdapat perbedaaan kinerja keuangan bank BRI Syariah dengan
bank BNI Syariah dilihat dari Likuiditasnya yaitu menggunakan Rasio Loan
to Deposit Ratio (LDR).
Tujuan dari penulisan ini adalah untuk mengetahui perbedaan kinerja keuangan
Bank BRI Syariah dengan BNI Syariah yaitu dengan cara membandingkan rasio
keuangan Bank BRI Syariahdengan Bank BNI Syariah, sehingga dapat diketahui
manakah kinerja keuangan yang lebih baik.
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah :
a. Bagi investor.
Investor dapat mengetahui bank yang cocok dalam melakukan investasi
perusahaan melalui kinerja keuangan.
b. Bagi manajer.
Sebagai pertimbangan dalam strategi perusahaan. dan menambah sumber
pertimbangan bagi Owner dan Manajer perusahaan dalam memutuskan
sebagai strategi perusahaan.
c. Bagi perusahaan
Hasil dari penelitian kinerja keuangan dapat menjadi masukan untuk
melakukan pembenahan ataupun perbaikan di sektor keuangan untuk
meningkatkan nilai saham bank.
d. Bagi penulis
Penelitian ini tidak hanya bermanfaat sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Ekonomi di Fakultas Ekonomi Universitas
Lampung tetapi yang terpenting bagi penulis adalah penulis dapat
ini dan salah satunya adalah dengan tercapainya skripsi ini. Serta dapat
menjadi referensi dalam bidang Manajemen keuangan.
1.5 Kerangka Pemikirian
Membuat proyeksi tentang kedua Bank penting dilaksanakan. Tahapan diawali
dengan menggunakan metode CAEL untuk menilai kesehatan bank tersebut.
Maka alat analisis yang digunakan adalah rasio - rasio keuangan di antaranya
Capital Adequacy Ratio (CAR) adalah rasio kecukupan modal yang berfungsi
menampung risiko kerugian yang kemungkinan dihadapi oleh bank, ini
merupakan aspek Capital.
Lalu rasio NPL (Non Performing Loan) yaitu rasio rasio kredit bermasalah yang
ditunjukkan di dalam laporan keuangan berupa kredit kurang lancar, diragukan, dan
macet terhadap total kredit yang disalurkan, ini merupakan aspek assets.
Alat analisis untuk menilai equity yaitu ROA (Return On Asset) yang digunakan
untuk menilai berapa return yang didapat dari penilaian asset.
Selain itu ada beberapa alat analisis lain yang digunakan untuk menilai tingkat
equity bank yaitu ROE (Return on Asset) yang sangat cocok digunakan dalam
penelitian ini. Dalam mengukur tingkat dan distribusi bank dalam melakukan
kegiatan operasinya peneliti menggunakan rasio BOPO. Biaya Operasional
Pendapatan Operasional (BOPO) adalah suatu rasio yang digunakan untuk melihat
pendapatan operasional. Semakin kecil presentase yang didapat maka semakin
baik pula rasio BOPO dan merupakan aspek untuk menilai assets.
Serta aspek likuditas yaitu Loan to Deposit Ratio (LDR) merupakan rasio yang
menunjukkan kemampuan suatu bank dalam menyediakan dana kepada
debiturnya dengan modal yang dimiliki oleh bank maupun dana yang dapat
dikumpulkan dari masyarakat.
1.5 Hipotesis Konseptual
Berdasarkan uraian di atas, maka hipotesis penelitian ini adalah :
- Hipotesis 1 : Terdapat perbedaan CAR (aspek Capital) BRISyariah dengan
BNISyariah
- Hipotesis 2 : Terdapat perbedaan NPL (aspek Assets) BRISyariah dengan
BNISyariah
- Hipotesis 3 : Terdapat perbedaan ROA, ROE, BOPO (aspek Equity),
BRISyariah dengan BNISyariah dan
- Hipotesis 4 : Terdapat perbedaan LDR (aspek Likuiditas) BRISyariah
1.6Teknik Analisis Data
Teknik analisis yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Analisis deskriptif.
Analisis deskriptif merupakan analisis dengan merinci dan menjelaskan secara
panjang lebar keterkaitan data penelitian yang biasanya tercantum dalam
bentuk tabel dan analisis didasarkan pada data di tabel tersebut. Data
penelitian tersebut adalah olahan data perhitungan rasio keuangan.
2. Analisis statistika.
Analisis statistika merupakan analisis yang dilakukan dengan menggunakan
teknik statistik. Teknik ini dipergunakan untuk membuktikan hipotesis
II. LANDASAN TEORI
2.1 Pengertian Bank
Bank adalah badan usaha yang kekayaannya terutama dalam bentuk asset
keuangan (financial assets) serta bermotifkan profit dan juga sosial, jadi bukan
hanya keuntungan saja (Hasibuan, 2003:2). Menurut Dictionary of Banking and
financial service by Jerry Rosenberg, bank adalah lembaga yang menerima
simpanan giro, deposito dan membayar atas dasar dokumen yang ditarik pada
orang atau lembaga tertentu, mendiskonto surat berharga, dan menanamkan
dananya dalam surat berharga (Taswan, 2006:4) .
2.2 Bank Syariah
A. Pengertian
Bank Syari’ah yaitu bank yang dalam aktifitasnya, baik penghimpunan dana
maupun dalam rangka penyaluran dananya, memberikan dan mengenakan
Prinsip utama operasional bank yang berdasarkan prinsip syari’ah adalah hukum
Islam yang bersumber dari Al Qur’an dan Al Hadist. Larangan terutama berkaitan
dengan kegiatan bank yang dapat diklasifikasikan sebagai riba.
Kepengurusan Bank Syari’ah:
Dewan komisaris dan Direksi, disamping itu bank wajib memiliki Dewan
Pengawas Syari’ah yang berkedudukan di kantor pusat.
Dewan pengawas syari’ah adalah dewan yang bersifat independen, yang dibentuk
oleh dewan syari’ah nasional dan ditempatkan pada bank yang melakukan
kegiatan usaha berdasarkan prinsip syari’ah, dengan tugas yang diatur oleh dewan
syari’ah nasional.
2.3. Perkembangan Bank Syari’ah di Indonesia
1. DPK Des 2002 s/d Nov 2003 meningkat dari Rp. 2,9 triliun mwnjadi Rp. 5,1
triliun, sehingga pangsa pasar DPK perbankan syari’ah terhadap perbankan
konvensional meningkat dari 0,34 % menjadi 0,59 %.
2. Jumlah Assset-pun meningkat dari Rp. 3,4 triliun pada desember 2002
menjadi Rp. 7,4 triliun padsa November 2003 atau meningkat sebesar 85 %
sehingga pangsa assetperbankan syari’h terhadap bank konvensional
meningkat 0,32 % menjadi 0,67 %
3. Jumlah pembiayaan meningkat dari Rp. 3,27 triliun pada desember 2002
tersebut 3,9 triliun (71,2 %) berupa pembiayaan murabahah, Rp. 0,8 triliun
(15,1 %) mudharabah, Rp. 0,3 triliun (5,2 %) pembiayan istisna.
4. Mengingat jumlah pertumbuhan dana lebih pesat dari pembiayaan maka
FDR mengalami penurunan dari 113 % menjadi 108 % . Meskipun demikian
rasio pinjaman terhadap simpanan atau LDR perbankan secara keseluruhan
yang untuk kurun waktu yang sama mengalami peningkatan dari 34 %
menjadi 49 %
5. Jaringan kantorpun meningkat cukup signifikan sehingga pada desember
2003 jumlah kantor cabang menjadi 116 cabang, 26 KCP, dan 113 KK.
Tabel 2.3. Perkembangan Bank Syariah di Indonesia
No Islamic Bank Berdiri Jumlah kantor
1 Bank Muamalat Indonesia 1992 151
2 Bank Syari’ah Mandiri 1999 89
3 Bank BNI Syari’ah 2000 16
4 Bank Danamon Syari’ah 2002 5
5 Bank BII Syari’ah 2003 2
6 Bank Bukopin Syari’ah 2000 2
7 Bank Jabar Syari’ah 2000 4
8 Bank BRI Syari’ah 2002 8
2.3.1. Prinsip Kegiatan Operasional Bank Syari’ah
A. Wadi’ah : Perjanjian antara pemilik barang/atau uang dengan penyimpan
(termasuk bank) dimana pihak penyimpan bersedia untuk menyimpan dan
menjaga keselamatan barang/uang yang dititipkannya.
Ada 2 jenis wadia’ah ini yaitu:
1. Wadi’ah amanah: pihak penyimpan tidak bertanggung jawab terhadap
kerusakan atau kehilangan barang yang disimpan, yang tidak diakaibatkan
oleh perbuatan atau kelalaian penyimpan.
2. Wadi’ah Dhamanan: pihak penyimpan dengan atau tanpa ijin pemilik
barang/uang dapat memanfaatkan barang yang dititipkan dan bertanggung
jawab atas kerusakan dan kehilangan barang/uang yang disimpan. Semua
manfaat dan keuntungan yang diperoleh dalam penggunaan barang
tersebut menjadi hak penyimpan.
B. Mudharabah: Perjanjian antara pemilik modal (shahibul maal) dengan
pengelola (Mudharib) untuk memperoleh pendapatan atau keuntungan.
Ada 2 jenis Mudharabah:
1. Mudharabah Mutlaqah: Mudharib diberikan kekuasaan penuh untuk
mengelola modal
2. Mudharabah Muqayyadah: Shahibul maal menetapkan syarat tertentu yang
A. Musyarakah: Perjanjian kerjasama antara dua pihak atau lebih pemilik
modal (uang atau barang) untuk membiayai suatu usaha.
B. Murabahah: Persetujuan jual beli suatu barang dengan harga sebesar
harga pokok ditambah dengan keuntungan yang disepakati bersama.
C. Ijarah: Perjanjian antara pemilik barang dengan penyewa yang
membolehkan penyewa untuk memanfatkan barang tersebut dengan
membayar sewa sesuai dengan persetujuan kedua belah pihak. Setelah
masa sewa berakhir, maka barang dikembalikan pada pemiliknya.
D. Ta’jiri: sama dengan ijarah, tetapi pada akhir masa sewa barang dijual
pada penyewa dengan harga yang disepakati bersama
E. Sharf: Kegiatan jual beli mata uang dengan mata uang lainnya
F. Qard: Pinjaman dari bank (muqridh) kepada pihak tertentu (Muqtaridh)
yang wajib dikembalikan dengan jumlah yang sama sesuai dengan
pinjaman. Muqridh dapat meminta jaminan atas pinjaman kepada
muqtaridh. Pengembalian pinjaman dapat dapat dilakukan secara angsuran
ataupun sekaligus.
G. Qard Ul Hasan: Perjanjian pinjam meminjam uang atau barang dengan
tujuan untuk membantu penerima pinjaman.
H. Bai Al Dayn: Perjanjian jual beli secara diskonto atas piutang atau tagihan
yang berasal dari jual beli barang dan jasa
I. Kafalah: Jaminan yang diberikan oleh satu pihak kepada pihak lain
dimana pihak pemberi jaminan bertanggung jawab atas pembayaran
kembali suatu hutang atau pelaksanaan prestasi tertentu yang menjadi hak
J. Rahn: Menjadikan barang berharga sebagai agunan untuk menjamin
dipenuhinya suatu kewajiban
K. Salam: perjanjian jual beli barang pesanan (muslim fiih) antara pembeli
(muslam) dengan penjual (muslamilaih)
L. Hiwalah: Pengalihan kewajiban dari satu pihak yang mempunyai
kewajiban kepada pihak lain.
M. Ujr: imbalan yang diberikan atau yang diminta atas suatu pekerjaan yang
dilakukan
N. Wakalah: Perjanjian pemberian kuasa kepd pihak lain yang ditunjuk
untuk mewakilinya dalam melaksanakan suatu tugas/kerja atas nama pemberi
kuasa.
2.3.2. Kegiatan Usaha
Bank wajib menerapkan prinsip syari’ah dalam melakukan kegiatan usahanya
yang meliputi:
Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan yang meliputi:
1. Giro berdasarkan prinsip wadi’ah
2. Tabungan berdasarkan prinsip wadi’ah atau mudharabah
3. Deposito berjangka berdasarkan prinsip mudharabah, atau
Melakukan penyaluran dana melalui:
1. Transaksi jual beli berdasarkan prinsip murabahah, istisna, ijarah, salam,
dan jual beli lainnya
2. Pembiayaan bagi hasil berdasarkan prinsip mudharabah, musyarakah, dan
bagi hasil lainnya
3. Pembiayaan lainnya berdasarkan prinsip hiwalah, rahn, qard, membeli,
menjual dan atau menjamin atas resiko sendiri surat-surat berharga pihak
ketiga yang diterbitkan atas dasar transaksi nyata (underlying transaction)
berdasarkan prinsip jual beli atau hiwalah
4. Membeli surat-surat berharga pemerintah dan atau Bank Indonesia yang
diterbitkan berdasarkan prinsip syari’ah
Memberikan jasa-jasa:
1. Memindahkan uang untuk kepentingan sendiri atau nasabah berdasarkan
prinsip wakalah
2. Menerima pembayaran tagihan atas surat berharga yang diterbitkan dan
melakukan perhitungan dengan atau antar pihak ketiga berdasarkan prinsip
wakalah
3. Menyediakan tempat untuk menyimpan barang dan surat-surat berharga
berdasarkan prinsip wadi’ah yad amanah
4. Melakukan kegiatan penitipan termasuk penatausahaannya untuk
5. Melakukan penempatan dana dari nasabah kepada nasabah lain dalam
bentuk surat berharga yang tidak tercatat di bursa efek berdasarkan prinsip
Ujr
6. Memberikan fasilitas LC berdasarkan prinsip wakalah, murabahah,
mudharabah, musyarakah, dan wadi’ah serta memberikan garansi bank
berdasarkan prinsip kafalah
7. Melakukan kegiatan usaha kartu debet berdasarkan prinsip Ujr
8. Melakukan kegiatan wali amanat berdasarkan prinsip wakalah
Melakukan kegiatan lain:
1. Melakukan kegiatan dalam valuta asing berdasarkan pinsip sharf
2. Melakukan kegiatan penyertaan modal berdasarkan prinsip musyarakah
dan atau mudharabah pada bank atau perusahaan lain yang melakukan
kegiatan usaha berdasarkan prinsip syari’ah
3. Melakukan kegiatan penyertaan modal sementara berdasarkan prinsip
musyarakah dan atau mudharabah untuk mengatasi akibat kegagalan
pembiayaan dengan syarat harus menarik kembali penyertaannya
4. Bertindak sebagai pendiri dana pensiun dan pengurus dana pensiun
2.4 Pengertian dan Tujuan Laporan Keuangan
Laporan keuangan merupakan ikhtisar mengenai keadaan keuangan suatu bank
pada suatu periode tertentu. Secara umum ada empat bentuk laporan keuangan
yang pokok yang dihasilkan perusahaan yaitu laporan neraca, laporan laba rugi,
laporan perubahan modal, dan laporan aliran kas. Dari keempat laporan tersebut
hanya 2 macam yang umum digunakan untuk analisis, yaitu laporan neraca, dan
laporan laba rugi. Hal ini disebabkan laporan perubahan modal dan laporan aliran
kas pada akhirnya akan diikhtisarkan pada laporan neraca dan laporan laba rugi.
Analisis laporan keuangan merupakan analisis mengenai kondisi keuangan suatu
bank yang melibatkan neraca dan laporan laba rugi. Neraca suatu bank
menggambarkan jumlah kekayaan, kewajiban, dan modal dari bank tersebut pada
saat tertentu. Neraca biasanya disusun pada akhir tahun pembukuan (31
Desember). Kekayaan atau harta disajikan pada sisi aktiva, sedangkan kewajiban
atau lutang dan modal disajikan pada sisi pasiva. Laporan Laba Rugi suatu bank
menggambarkan jumlah penghasilan atau pendapatan dan biaya dari bank tersebut
pada periode tertentu. Sebagaimana halnya dengan neraca, laporan laba rugi
biasanya disusun setiap akhir tahun pembukuan (31 Desember). Dalam Laporan
Laba Rugi disusun jumlah pendapatan dan jumlah biaya yang terjadi selama satu
tahun yaitu mulai tanggal 1 Januari - 31 Desember. Apabila jumlah pendapatan
melebihi jumlah biaya akan menghasilkan laba, sedangkan apabila jumlah
pendapatan lebih kecil dari jumlah biaya maka perusahaan mengalami kerugian.
Tujuan penyusunan laporan keuangan suatu bank secara umum adalah sebagai
berikut:
1. Memberikan informasi keuangan tentang jumlah aktiva, kewajiban dan modal
bank pada waktu tertentu.
2. Memberikan informasi tentang hasil usaha yang tercermin dari pendapatan
yang diperoleh dan biaya-biaya yang dikeluarkan dalam periode tertentu.
3. Memberikan informasi tentang perubahan-perubahan yang terjadi dalam aktiva,
kewajiban dan modal suatu bank.
4. Memberikan informasi tentang kinerja manajemen bank dalam suatu periode.
Dengan demikian laporan keuangan disamping menggambarkan kondisi keuangan
suatu bank juga untuk menilai kinerja mnanajemen bank yang bersangkutan.
Penilaian kinerja manajemen akan menjadi dasar apakah manajemen berhasil atau
tidak dalam melaksanakan kebijakan yang telah digariskan dalam bidang
manajemen keuangan khususnya dan hal ini akan dapat tergambar dari laporan
keuangan yang disusun oleh pihak manajemen.
2.4.2 Pihak-Pihak yang Berkepentingan terhadap Laporan Keuangan
Banyak pihak yang mempunyai kepentingan untuk mengetahui lebih mendalam
tentang laporan keuangan oleh perusahaan. Masing-masing pihak mempunyai
kepentingan dan tujuan tersendiri terhadap laporan keuangan yang dikeluarkan
oleh perusahaan.
Ada beberapa pihak yang mempunyai kepentingan terhadap laporan keuangan,
antara lain: masyarakat, pemilik perusahaan, pemerintah, perpajakan, karyawan,
a. Bagi Masyarakat
Bagi masyarakat luas merupakan suatu jaminan terhadap uang yang disimpan
di bank. Jaminan ini diperoleh dari laporan keuangan yang ada dengan melihat
angka-angka yang ada di laporan keuangan. Dengan adanya laporan keuangan,
pemilik dana dapat mengetahui kondisi bank bersangkutan. Selain itu dengan
diumumkannya laporan keuangan secara luas, maka bonafiditas dari bank
yang bersangkutan akan diketahui dengan mudah, sehingga bagi calon debitur
akan dapat memilih bank mana yang akan mampu membiayai proyeknya.
b. Bagi Pemilik/Pemegang Saham
Bagi pemegang saham sebagai pemilik, memiliki kepentingan terhadap
laporan keuangan untuk kemajuan perusahaan dalam menciptakan laba dan
pengembangan usaha bank tersebut. Jika dianggap tidak memuaskan maka
kemungkinan manajemen yang ada sekarang segera akan diganti dan
sebaliknya. Penilaian pemegang saham akan lebih ditekankan pada
kemampuan manajemen dalam mengembangkan modalnya untuk memperoleh
laba yang rasional, dan kemampuan manajemen bank yang bersangkutan
dalam mendukung perkembangan usahanya.
c. Bagi Pemerintah
Bagi pemerintah, baik bank pemerintah maupun bank swasta adalah untuk
mengetahui kemajuan dan kepatuhan bank dalam melaksanakan kebijakan
kedudukannya yang sangat strategis tersebut tidaklah mengherankan apabila
Bank Indonesia merasa perlu mengadakan pengawasan dan pembinaan yang
intensif terhadap bank-bank pemerintah maupun bank-bank swasta. Bahkan
jika perlu akan ikut campur tangan langsung apabila ada suatu bank
mengalami berbagai kesulitan yang serius, dan sudah tentu hal ini pula cukup
melegakan para penyimpan dana.
d. Bagi Perpajakan
Pihak pajak akan dapat lebih mudah menjalankan tugasnya dalam menetapkan
besarnya pajak perseroan bagi bank yang bersangkutan, dengan mempelajari
laporan keuangan yang telah diumumkan. Hal ini karena laba bank yang
bersangkutan akan terlihat jelas dari laporan laba rugi. Selain dari itu dapat
untuk mengukur kewajaran laba atau rugi yang diumumkan tersebut pihak
pajak juga akan dapat membandingkanya dengan bank-bank lain yang sejenis.
e. Bagi Karyawan
Karyawan berkepentingan untuk mengetahui kondisi keuangan bank, sehingga
mereka juga merasa perlu mengharapkan peningkatkan kesejahteraan apabila
bank memperoleh keuntungan dan sebaliknya. Hal ini dikarenakan bank
sebagai perusahaan jasa memang selayaknya kesejahteraan para karyawan
harus mendapatkan perhatian yang lebih, mengingat para karyawan tersebut
merupakan faktor produksinya yang utama. Di samping itu dengan
terhadap penghasilan yang diterimanya tiap akhir tahun apakah sudah sepadan
dengan pengorbanan yang diberikan kepada bank di mana ia bekerja.
f. Manajemen Bank
Untuk menilai kinerja manajemen bank dalam mencapai target-target yang telah
ditetapkan. Kemudian juga untuk menilai kinerja manajemen dalam megelola
sumber daya yang dimilikinya.
2.5 Analisis Rasio Keuangan Bank
Mengingat ada kekhususan kegiatan usaha perbankan dibandingkan usaha
manufaktur pada umumnya, maka oleh Bank Indonesia dan Ikatan Akuntansi
Indonesia telah diterbitkan panduan penyusunan laporan keuangan perbankan dan
proses akuntansinya yang lebih dikenal dengan Standar Khusus Akuntansi
Perbankan Indonesia (SKAPI) dan Pedoman Akuntansi Perbankan Indonesia
(PAPI). Untuk lebih mempermudah pemahaman tentang laporan keuangan
perbankan di Indonesia, akan dijelaskan beberapa hal dari materi SKAPI dan
PAPI sebagai berikut:
1. Laporan keuangan bank harus disajikan dalam mata uang rupiah.
2. Kurs tengah yaitu kurs jual ditambah kurs beli Bank Indonesia dibagi dua.
3. Bank wajib mengungkap posisi neto aktiva dan kewajiban dalam valuta asing
yang masih terbuka (posisi devisa neto) menurut jenis mata uang.
4. Untuk memenuhi kepentingan berbagai pihak, laporan keuangan bank harus
disusun berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan (SAK) dan SKAPI.
perhitungan laba rugi, laporan perubahan posisi keuangan, dan catatan atas
laporan keuangan.
6. Penerapan prinsip akuntansi terhadap suatu fakta atau pos tertentu yang
menyimpang SAK dan SKAPI dapat dilaksanakan jika hal tersebut tidak
menimbulkan pengaruh yang material terhadap kelayakan laporan keuangan bank.
7. Untuk dapat memberikan gambaran yang jelas mengenai sifat dan
perkembangan bank dari waktu ke waktu, maka laporan keuangan disajikan secara
komparatif untuk 2 tahun terakhir.
8. Laporan neraca.
9. Laporan laba rugi.
10. Laporan arus kas.
11. Laporan komitmen dan kontijensi.
12. Catatan atas laporan keuangan.
13. Laporan keuangan gabungan dan konsolidasi.
2.6 Analisis Laporan Keuangan
Untuk mengetahui kondisi dan prestasi keuangan perusahaan, bias dilakukan
dengan analisa laporan keuangan. Analisa yang dilakukan mempunyai tekanan
yang berbeda antara kreditor jangka pendek, kreditor jangka panjang dan pemilik
perusahaan. Ada yang lebih tertarik pada posisi likuiditas dan ada yang tertarik
dan prestasi keuangan perusahaan adalah analisa rasio dan proporsional. Pada
umumnya rasio keuangan yang dihitung bisa dikelompokkan menjadi enam jenis
yaitu :
2.6.1 Rasio Likuiditas.
Rasio ini untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban
finansial jangka pendeknya. Rasio likuiditas yang sering digunakan dalah current
ratio, quick ratio (acid test ratio) dan cash ratio.
2.6.2. Rasio Leverage.
Rasio ini digunakan untuk mengukur seberapa banyak dana yang disupply oleh
pemilik perusahaan dalam proporsinya dengan dana yang diperoleh dari kreditur
perusahaan. Rasio ini mempunyai beberapa implikasi, pertama, para pemberi
kredit akan melihat kepada modal sendiri untuk melihat batas keamanan
pemberian kredit. Kedua,dengan menggunakan hutang, memberi dampak yang
positif bagi pemilik, karena perusahaan memperoleh dana tetapi pemilik tidak
kehilangan kendali atas perusahaan. Ketiga, apabila perusahaan mendapat
keuntungan yang lebih besar dari beban bunga, maka keuntungan bagi pemilik
modal sendiri akan menjadi lebih besar. Didalam praktek rasio ini dihitung
dengan dua cara. Pertama, dengan memperhatikan data yang ada dineraca. Kedua,
mengukur resiko hutang dari laporan laba rugi, yaitu seberapa banyak beban tetap
hutang bisa ditutup oleh laba operasi. Kedua, kelompok rasio ini bersifat saling
melengkapi, dan umumnya para analis menggunakan keduanya. Analisa ini terdiri
dari Debt Ratio (rasio hutang), Times Interest Karned, Fixed Charger Coverage
dan Debt Service Coverage.
Rasio ini digunakan untuk mengukur efektifitas manajemen dalam menggunakan
sumber dayanya. Semua rasio aktifitas melibatkan perbandingan antara tingkat
penjualan dan investasi pada berbagai jenis harta. Rasio ini terdiri dari inventory
turn over, periode pengumpulan piutang, fixed asset turn over, dan total asset turn
over.
2.6.4 Rasio Profitabilitas.
Rasio ini digunakan untuk mengukur efektifitas manajemen yang dilihat dari laba
yang dihasilkan terhadap penjualan dan investasi perusahaan. Rasio ini terdiri dari
profit margin on sales, return on total asset, return on net worth.
2.6.5 Rasio Pertumbuhan.
Rasio ini digunakan untuk mengukur seberapa baik perusahaan mempertahankan
posisi ekonominya pertumbuhan ekonomi dan industri.
2.6.6 Rasio Penilaian.
Rasio ini merupakan ukuran prestasi perusahaan yang paling lengkap oleh karena
rasio tersebut mencemirkan kombinasi pengaruh dari rasio resiko dengan rasio
hasil pengembalian.
2.7 Penilaian Kesehatan Bank Menurut Metode Camel
Peraturan Bank Indonesia No. 6/10/PBI/2004 tanggal 12 April 2004 tentang
Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan bank Umum menjelaskan bahwa bank wajib
melakukan penilaian tingkat kesehatan bank secara triwulan. Peraturan tersebut
menjelaskan bahwa tingkat kesehatan bank merupakan hasil penilaian kualitatif
melalui penilaian faktor permodalan, kualitas asset, manajemen,
rentabilitas,likuiditas, dan sensitivitas terhadap risiko pasar. Penilaian terhadap
faktor-faktor tersebut dilakukan melalui penilaian kuantitatif dan atau kualitatif
setelah mempertimbangkan unsur judgement yang didasarkan atas materialitas
dan signifikansi dari faktor-faktor penilaian serta pengaruh dari faktor lainnya
seperti kondisi industri perbankan dan perekonomian nasional.
Penilaian faktor-faktor komponen dilakukan dengan sistem kredit (system reward)
yang dinyatakan dalam nilai kredit 0 sampai 100. Hasil kuantifikatif dari
komponen-komponen tersebut dinilai lebih lanjut dengan memperhatikan
informasi dan aspek-aspek lain yang secara material berpengaruh terhadap kondisi
dan perkembangan masing-masing faktor. Tingkat kesehatan bank digolongkan
dalam empat kategori yaitu: sehat, cukup sehat, kurang sehat dan tidak sehat.
Sebagai pengawas bank, Bank Indonesia juga menilai performance bank dengan
memperhatikan enam indikator yang disebut CAMELS. Penilaian sistem
CAMELS ini mengukur apakah manajemen bank telah melaksanakan sistem
perbankan dengan asas-asas yang sehat. Untuk melakukan penilaian kesehatan
suatu bank dapat dilihat dari berbagai aspek. Penilaian bertujuan untuk
menentukan apakah bank tersebut dalam kondisi yang sehat, cukup sehat, kurang
sehat, dan tidak sehat, sehingga Bank Indonesia sebagai pengawas serta pembina
bank-bank dapat memberikan arahan bagaimana bank tersebut harus dijalankan
Ukuran untuk penilaian kesehatan bank telah ditentukan oleh Bank Indonesia.
Seperti yang tertera dalam Undang-Undang RI No 7 tahun 1992 tentang
perbankan pasal 29, yang isinya adalah:
1. Pembinaan dan pengawasan bank dilakukan oleh Bank Indonesia
2. Bank Indonesia menetapkan ketentuan tentang kesehatan bank dengan
memperhatikan aspek permodalan, kualitas aset, kualitas manajemen,
rentabilitas, likuiditas, solvabilitas, dan aspek lain yang berhubungan dengan
usaha bank.
3. Bank wajib memelihara kesehatan bank sesuai dengan ketentuan sebagaimana
dimaksudkan dalam ayat (2) dan wajib melakukan usaha sesuai dengan
prinsip-prinsip kehati-hatian.
Berdasarkan ketentuan dalam Undang-Undang tentang perbankan tersebut, Bank
Indonesia telah mengeluarkan Surat Edaran No. 26/5/BPPP tanggal 29 Mei 1993
yang mengatur tentang tata cara penilaian tingkat kesehatan bank. Ketentuan ini
merupakan penyempurnaan ketentuan yang dikeluarkan Bank Indonesia dengan
Surat Edaran No. 23/21/BPPP tanggal 28 Februari 1991.
Metode penilaian tingkat kesehatan bank tersebut diatas kemudian dikenal dengan
metode CAMEL. Karena telah dilakukan perhitungan tingkat kesehatan bank
berdasarkan metode CAMEL selanjutnya dilanjutkan dengan perhitungan tingkat
kepatuhan bank pada beberapa ketentuan khusus, metode tersebut selanjutnya
dikenal dengan istilah CAMEL Plus. Penilaian kesehatan bank meliputi 5 aspek
1. Capital, untuk rasio kecukupan modal
Penilaian pendekatan kuantitatif dan kualitatif faktor permodalan antara lain
dilakukan melalui penilaian terhadap komponen-komponen:
a. Kecukupan pemenuhan Kewajiban Penyediaan Modal Minimum (KPMM)
terhadap ketentuan yang berlaku.
b. Komposisi permodalan.
c. Trend ke depan/ proyeksi KPMM.
d. Aktiva produktif yang diklasifikasikan dibandingkan dengan modal bank.
e. Kemampuan bank memelihara kebutuhan penambahan modal yang berasal dari
keuntungan (laba ditahan).
f. Rencana permodalan bank untuk mendukung pertumbuhan usaha.
g. Akses kepada sumber permodalan.
h. Kinerja keuangan pemegang saham untuk meningkatkan permodalan bank.
2. Assets, untuk rasio kualitas aktiva
Penilaian pendekatan kuantitatif dan kualitatif faktor kualitas asset antara lain
dilakukan melalui penilaian terhadap komponen-komponen:
a. Aktiva produktif yang diklasifikasikan dibandingkan dengan total aktiva
produktif.
b. Debitur inti kredit diluar pihak terkait dibandingkan dengan total kredit.
c. Perkembangan aktiva produktif bermasalah non performing assets
d. Tingkat kecukupan pembentukan Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif
(PPAP).
e. Kecukupan kebijakan dan prosedur aktiva produktif.
f. Sistem kaji ulang (review) internal terhadap aktiva produktif.
g. Dokumen aktiva produktif.
h. Kinerja penanganan aktiva produktif bermasalah.
3.Management,untuk menilai kualitas manajemen
Penilaian terhadap faktor manajemen antara lain dilakukan melalui penilaian
terhadap komponen-komponen:
a. Manajemen umum.
b. Penerapan sistem manajemen risiko.
c. Kepatuhan bank terhadap ketentuan yang berlaku serta komitmen kepada Bank
Indonesia dan atau pihak lain.
4. Earning, untuk rasio-rasio rentabilitas bank
Penilaian pendekatan kuantitatif dan kualitatif faktor rentabilitas antara lain
dilakukan melalui penilaian terhadap komponen-komponen:
a. Return On Assets (ROA).
b. Return On Equity (ROE).
c. Net Interest Margin (NIM).
d. Biaya Operasional dibandingkan dengan Pendapatan Operasional (BOPO).
e. Perkembangan laba operasional.
f. Komposisi portofolio aktiva produktif dan diversifikasi pendapatan.
h. Prospek laba operasional
5.Liquidity, untuk rasio-rasio likuiditas bank
Penilaian pendekatan kuantitatif dan kualitatif faktor likuiditas antara lain
dilakukan melalui penilaian terhadap komponen-komponen:
a. Aktiva likuid kurang dari 1 bulan dibandingkan dengan pasiva liquid kurang
dari 1 bulan.
b. Onemonth maturity mismatch ratio.
c. Loan to Deposit Ratio (LDR).
d. Proyeksi cash flow 3 bulan mendatang.
e. Ketergantungan pada dana antara bank dan deposan inti.
f. Kebijakan dan pengelolaan likuiditas (Assets and Liabilities Management/
ALMA)
g. Kemampuan bank untuk memperoleh akses kepada pasar uang, pasar modal,
atau sumber-sumber pendanaan lainnya.
h. Stabilitas Dana Pihak Ketiga (DPK).
2.8 Kriteria Kesehatan Bank
Tingkat kesehatan pada dasarnya dinilai dengan pendekatan kuantitatif atas
berbagai aspek yang berpengaruh terhadap kondisi dan perkembangan suatu bank.
terhadap faktor permodalan, kualitas aktiva produktif, rentabilitas, likuiditas.
Pendekatan kuantitatif diperlukan karena masing-masing faktor tersebut
mengandung berbagai aspek yang saling berkaitan antara satu dengan lainnya
serta saling mempengaruhi.
Pelaksanaan penilaian terhadap faktor-faktor tersebut dilakukan dengan cara:
1. Mengkuantifikasi beberapa komponen penting dari masing-masing faktor.
2. Atas dasar kuantifikasi komponen-komponen penting tersebut dilakukan
penilaian lebih lanjut dengan memperhatikan aspek lain yang secara materiil
berpengaruh terhadap kondisi dan perkembangan masing-masing faktor.
Sedangkan tata cara kuantifikasi penilaian kesehatan dilakukan dengan reward
system yaitu memberikan nilai kredit 0 sampai dengan 100
2.8.1 Manfaat Penilaian Kesehatan Bank
Dalam pemeriksaan bank, sebagai implikasi terhadap fungsi pengawasan oleh
Bank Indonesia, dikaitkan dengan ketentuan penilaian tingkat kesehatan bank ini
pada prinsipnya merupakan kepentingan pemilik dan pengelola bank, masyarakat
pengguna jasa bank maupun bagi pengawas dan pembina bank.
Ketentuan penilaian tingkat kesehatan bank, bank dimaksudkan untuk dapat
dipergunakan sebagai:
1. Standar bagi manajemen bank untuk menilai apakah pengelolan bank telah
sesuai dengan asas-asas perbankan yang sehat dan ketentuan-ketentuan yang
2. Standar untuk menetapkan arah pembinaan dan pengembangan bank secara
individual maupun untuk industri perbankan secara keseluruhan.
2.9Analisis Kinerja Keuangan
Pengertian Kinerja menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia ( 2001 ). Kinerja
diartikan sebagai “ sesuatu yang dicapai, prestasi yang diperlihatkan, kemampuan
kerja ( tentang peralatan)”. Sedangkan Keuangan diartikan sebagai “ seluk beluk
uang, keadaan uang“.
Jadi, Kinerja keuangan adalah suatu prestasi yang dicapai oleh suatu lembaga atau
perusahaan yang tercermin pada laporan keuangan perusahaan. Menurut Weston
dan Copeland, rasio-rasio keuangan yang utama digolongkan menjadi enam jenis,
yaitu rasio profitabilitas, rasio likuiditas, rasio aktivitas, rasio financial leverage,
rasio pertumbuhan, dan rasio penilaian.
2.9.1Alat analisis pada Kinerja Keuangan
Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode CAEL yaitu
:
1. Capital
(CAR) Capital Adequacy Ratio
Rasio yang memperlihatkan seberapa jauh seluruh aktiva bank yang
mengandung risiko ( kredit, penyertaan , surat berharga, tagihan pada bank
dana - dana dari sumber – sumber di luar bank , seperti dana dari
masyarakat , pinjaman , dll.
2. Assets
Non Performing Loan (NPL)
Rasio Kredit diproksikan dengan Non Performing Loan (NPL),
yangmerupakan perbandingan antara total kredit bermasalah terhadap
totalkredit yang diberikan. Credit Risk adalah risiko yang dihadapi bank
karenamenyalurkan dananya dalam bentuk pinjaman kepada
masyarakat(Masyud Ali, 2006). Karena berbagai sebab, debitur mungkin
saja menjadi tidak memenuhi kewajibannya kepada bank seperti
pembayaran pokok pinjaman, pembayaran bunga dll. Rasio ini dirumuskan
sebagai berikut (SE BI No 6/73/INTERN DPNP tgl 24 Desember 2004):
3. Equity
Return On Assets (ROA)
ROA yang juga disebut sebagai rentabilitas ekonomi merupakan
perbandingan antara net income dengan total asset yang digunakan
untuk menghasilkan laba tersebut. Persamaannya dapat dituliskan sebagai
4. Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO)
BOPO merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat dan
distribusi bank dalam melakukan kegiatan operasinya. Rasio biaya
operasi ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
5. Return on Equity (ROE)
kemampuan perusahaan menghasilkan laba yang tersedia untuk pemegang
saham. Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan memperoleh laba yang
tersedia bagi pemegang saham perusahaan. Rasio ini diperoleh dengan
menggunakan rumus:
6. Liquidity
(LDR) Loan to Deposit Ratio
Loan to Deposit Ratio menunjukkan kemampuan bank didalam
menyediakan dana kepada debiturnya dengan modal yang dimiliki oleh
bank maupun dana yang dikumpulkan dari masyarakat (Achmad dan
2.10 Hasil penelitian terdahulu
Beberapa penelitian mengenai kinerja keuangan diantaranya adalah yang
dilakukan oleh Payamta dan Setiawan ( 2004 ) yang meneliti pengaruh merger
dan akuisisi tahun 1990-1996. Dari rasio-rasio keuangan yang terdiri dari rasio
profitabiltas, likuiditas, solvabilitas, dan rasio aktivitas hanya rasio Total Asset
Turnover, Fixed Asset turnover, Return on Investment, Return on Equity, Net
Profit Margin, Operating Profit Margin, Total Asset to Debt, dan Net Worth to
Debt yang mengalami penurunan signifikan. Sedangkan rasio lainnya tidak
mengalami perubahan yang signifikan.
Widjarnako ( 2006 ) meneliti prusahaan yang melakukan merger dan akuisisi pada
tahun 1998-2002. Hasilnya menunjukkan tidak ada perbedaan signifikan kinerja
keuangan leverage dan profitabilitas. Penelitian ini menyimpulkan penyebab
kemungkinan tidak signifikan karena merger dan akuisisi dan pemilihan
perusahaan target yang salah.
Murni Hadiningsih ( 2007 ) meneliti dampak jangka panjang akuisisi terhadap
kinerja keuangan perusahaan pengakuisisi dan perusahaan diakuisisi yang
melakukan merger dan akuisisi selama periode 2000-2004. Kinerja keuangan
yang diteliti terdiri rasio profitabilitas, rasio likuiditas, rasio aktivitas, rasio
leverage, dan return saham. Hasilnya menunjukkan pada perusahaan pengakuisisi
penurunan pada satu tahun sesudahmerger dan akuisisi dan mengalami
peningkatan pada tahun kedua sesudahmerger dan akuisisi. Pada fixed asset
turnover,total asset turnover, debt to total asset mengalami peningkatan pada
masa sesudah merger dan akuisisi dan pada operating profit dan return on
investment mengalami penurunan pada masasesudah merger dan akuisisi.
Sementara return on equity mengalami peningkatanpada tahun pertama merger
dan akuisisi, namun menurun pada tahun keduasesudah merger dan akuisisi.
Pada perusahaan diakuisisi current ratio, quick ratio, fixed asset turnover dan
return on equity mengalami peningkatan pada masa sesudah merger danakuisisi.
Sementara pada total asset turnover, net profit margin dan return on investment
meningkat pada satu tahun sesudah merger dan akuisisi, namunmenurun pada
tahun kedua setelah merger dan akuisisi. Pada debt to total asset dan debt to
equity ratio mengalami penurunan pada tahun pertama sesudah mergerdan
akuisisi dan meningkat pada tahun kedua sesudah merger dan akuisisi. Sedangkan
operating profit mengalami penurunan pada masa sesudah merger danakuisisi.
Namun,peningkatan dan penurunan tersebut tidak nyata secara statistik.
Ray ( 2012 )melakukan penelitian pada bank Mutiara sebelum dan sesudah
ditangani oleh Lembaga Penjamin Simpanan, dimana pada hal ini menggunakan
konsep metode CAMELS dalam penelitianya, yang akhirnya peneliti mengikuti
jejak peneilian sebelumnya dengan menggunakan metode CAMEL yang hanya
ada beberapa variabel yang di kurang dan ditambah dalam penelitian, dimana
dalam penelitian ini peneliti menggunakan konsep penelitian dari Ray, tetapi
III. METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian komparatif. Menurut Sugiyono (2005),
”penelitian komparatif adalah suatu penelitian yang bersifat membandingkan”.
3.2Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penulisan ini menggunakan metode :
1. Penelitian Lapangan
Yaitu pengumpulan data melalui instansi, perusahaan, atau lembaga yang
berkaitan dan website yang relevan dengan pokok bahasan.
2. Penelitian Kepustakaan
Penelitian ini dilakukan melalui studi literatur serta berbagai publikasi ilmiah
3.3Jenis dan Sumber Data
3.3.1 Jenis Data
1. Data Runtut Waktu
Data Runtut Waktu yaitu data yang secara kronologis disusun berdasarkan
waktu pada variabel tertentu. Data runtut waktu digunakan untuk melihat
perubahan dalam rentang waktu tertentu. Dalam skripsi ini, data runtut
waktu yang digunakan adalah laporan keuangan perusahaan yaitu dari
tahun 2010 sampai desember 2011.
2. Data Sekunder
Data sekunder yaitu data yang diperoleh dalam bentuk yang sudah jadi
berupa publikasi atau dengan kata lain data yang telah dikumpulkan oleh
pihak lain.
3.3.2 Sumber Data
Perolehan data sekunder ini dilakukan dengan teknik dokumentasi yang diambil
dari website milik BEI ( Bursa Efek Indonesia ) berupa laporan keuangan
perusahaan. Selain itu, data juga didapatkan melalui perspektif perusahaan yang
bersangkutan dan internet.
3.4Analisis Data Deskriptif
Kinerja keuangan didefinisikan sebagai prestasi manajemen dalam hal ini
keuntungan dan meningkatkan nilai perusahaan. Rasio keuangan merupakan
variabel yang diteliti dalam penelitian ini sebagai cerminan kinerja keuangan
perusahaan..
Rasio keuangan merupakan alat yang menunjukkan hubungan atau korelasi dari
suatu laporan keuangan berupa neraca dan laporan rugi laba.
Rasio Keuangan yang digunakan dalam penelitian ini ialah ratio CAEL yaitu :
a. Capital
CAR (Capital Adequacy Ratio)
b. Assets
Non Performing Loan (NPL).
c. Equity
2. Return on Equity (ROE).
Biaya Operasioal terhadap Pendapatan Operasional (BOPO)
d. Liquidity
Loan to Deposit Ratio (LDR)
3.5 Uji Beda Berpasangan (T Paired Sample)
Dalam penelitian ini menggunakan alat analisis uji beda berpasangan , uji –t
menilai apakah mean dan keragaman dari dua kelompok berbeda secara statistic
satu sama lain. Analisis ini digunakan apabila kita ingin membandingkan mean
dan keragamana dari dua kelompok data, dan cocok sebagai analsis dua kelompok
rancangan percobaan acak.
Uji t berpasangan (paired t-test) biasanya menguji perbedaan antara dua
pengamatan. Uji t berpasangan biasa dilakukan pada Subjek yang diuji pada
Misalnya jika kita ingin menguji banyaknya gigitan nyamuk sebelum diberi lotion
anti nyamuk merk tertentu maupun sesudahnya.
Rumus yang digunakan untuk mencari nilai t dalam uji-t berpasangan adalah:
Uji-t berpasangan menggunakan derajat bebas n-1, dimana n adalah jumlah
sampel.
Hipotesis pada uji-t berpasangan yang digunakan adalah sebagai berikut:
1.Aspek Capital.
Ho = K1– K2 = 0
Ha = K1– K2≠ 0
Ket : 1. Ho = hipotesis 1
2. Ha = hipotesis 2
3. K1 = CAR Bank BRI
4. K2 = CAR Bank BNI
2. Aspek Assets.
Ho = A1 – A2 = 0
Ha = A1 – A2 ≠ 0
Ket : 1. Ho = hipotesis 1
3. A1 = NPL Bank BRI
4. A2 = NPL Bank BNI
3. Aspek Equity
Ho = E1 – E2 = 0
Ha = E1 – E2 ≠ 0
Ket : 1. Ho = hipotesis 1
2. Ha = hipotesis 2
3. E1 = ROE Bank BRI
4. E2 = ROE Bank BNI
4. Aspek Liquidity
Ho = L1 – L2 = 0
Ha = L1 – L2 ≠ 0
Ket : 1. Ho = hipotesis 1
2. Ha = hipotesis 2
3. L1 = LDR Bank BRI
3.6 Batasan penelitian
Batasan dalam penelitian ini adalah:
a. Penelitian yang dianalisis adalah dengan menggunakan data runtut waktu,
dengan periode waktu analisis tahun Desember 2010 sampai Desember
2011.
b. Alat pengujian hipotesis menggunakan uji perbedaan rata-rata antara 2
V. SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Setelah melalui pembahasan yang cukup panjang,maka dari hal itu di dapatlah
hasil dari pembahasan yang merupakan kesimpulan dari hasil penelitian ini, yang
dimana dalam pelaksanaanya digunakan metode CAMELS sebagai tolak ukur
kinerjanya. Maka hasil yang kinerja yang didapat berdasarkan metode tersebut,
adalah sebagai berikut :
Tabel 5.1 Perbandingan rasio CAR, NPL, ROA, ROE, BOPO, dan LDR Bank BRISyariah Tbk. Dan Bank BNISyariah Tbk. 2010 - 2011
Rasio BRISyariah BNISyariah Keterangan
CAR 17,68% 24,17% BNISyariah
NPL 2,98% 3,60% BRISyariah
ROA 27,5% 95% BNISyariah
ROE 1,23% 5,14% BNISyariah
BOPO 99,16% 88,07% BNISyariah
Dari tabel 5.1 diatas maka dibuat hasil kesimpulan sebagai berikut :
1. Terdapat perbedaan yang signifikan didalam kinerja CAR BRISyariah.
Dengan BNI Syariah dimana dalam penggunaan CAR, CAR BNISyariah
lebih baik dari CAR BRISyariah yang mengindikasiakan tingkat kecukupan
modal BNI syariah yang lebih unggul. Namun jika dilihat dari sisi ATMRnya
BRISyariah lebih unggul dibandingkan BNISyariah yang mengindikasikan
dalam tingkat kepercayaan nasabah BRISyariah lebih baik.
2. Terdapat perbedaan yang signifikan didalam kinerja NPL BRISyariah,
dimana dalam penggunaan NPL BRI Syariah lebih baik dari NPL BNI
Syariah walaupun hanya perbedaan yang sangat tipis sekali, tetapi secara
rata-rata NPL BRI syariah lebih baik, ini merupakan prestasi tersendiri untuk
BRISyariah karena dengan pembiayaannya yang besar BRISyariah mampu
menekan laju kredit bermasalahnya.
3. Terjadi perbedaan yang nyata pada kinerja profitabilitas bank dimana pada
sisi, ROA, ROE dan BOPO bank BNI Syariah secara keseluruhan lebih baik
dari BRI Syariah yang mengindikasikan kemampuan menghasilkan laba pada
bank BNI Syariah lebih baik dari laba bank BRI Syariah di tahun 2011, tetapi
jika dilihat dari sisi assets BRISyariah lebih baik dibandingan BNISyariah.
4. Terdapat perbedaan yang signifikan dari kinerja keuangan bank BRI Syariah
dengan bank BNI Syariah, dimana pada komposisi FDR, tingkat likuiditas
bank BNI Syariah lebih baik dari BRI Syariah yang mengindikasikan
kemampuan bank BNI Syariah dalam memenuhi kewajiban likuiditasnya lebih
5.2 Saran
1. Bagi Bank BRI Syariah, sebaiknya memperbaiki pada rasio CAR, ROA,
ROE, dan LDRnya, karena dengan pembiayaan dan assets yang besar
seharusnya BRISyariah mampu memperoleh laba yang besar.
2. Bagi Bank BNI Syariah sebaiknya memperbaiki pada sisi kredit
bermasalahnya yaitu dengan cara memperbaiki manajemen penilaian
terhadap pemberian kredit atau pembiayaan kepada nasabah, sehingga
kredit/pembiayaan bermasalahnya dapat ditekan.
3. Bagi Peneliti, penelitian untuk jenjang 2011-2012 sangat menarik untuk
penelitian selanjutnya, karena peneliti selanjutnya dapat meneliti dampak
dari besarnya investasi yang dilakukan BRISyariah sehingga assetnya naik
dan ditahun 2012 ini apakah BRISyariah dapat meningkatkan laba dengan
asset yang besar ditahun 2011, lalu peneliti selanjutnya dapat mengetahui
apakah BRI memperbaiki unsur permodalannya selanjutnya diharapkan
penelitian selanjutnya untuk menggunakan rentang waktu yang lebih lama
dan bentuk variabel yang lebih komplit, agar dapat meningkatkan
kesempurnaannya karena dalam penelitian ini peneliti hanya menggunakan