• Tidak ada hasil yang ditemukan

Strategi Pemasaran Agroindustri Nata De Coco di Kota Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Strategi Pemasaran Agroindustri Nata De Coco di Kota Medan"

Copied!
72
0
0

Teks penuh

(1)

STRATEGI PEMASARAN AGROINDUSTRI NATA DE COCO

DI KOTA MEDAN

SKRIPSI

OLEH :

DIAN UTAMI RANGKUTI

090304146

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

JUDUL : STRATEGI PEMASARAN AGROINDUSTRI NATA DE COCO DI KOTA MEDAN

NAMA : DIAN UTAMI RANGKUTI

NIM : 090304146

PROGRAM STUDI : AGRIBISNIS

Disetujui Oleh :

Komisi Pembimbing

Ketua Anggota

( Ir. Lily Fauzia, M.Si ) ( Ir. Sinar Indra Kesuma, M.Si )

NIP. 19630822198803 2 003 NIP. 1965092619903 1 002

Mengetahui :

Ketua Program Studi

Agribisnis

( Dr. Ir. Salmiah, MS )

(3)

ABSTRAK

DIAN UTAMI RANGKUTI (090304146), 2013 dengan judul skripsi

“STRATEGI PEMASARAN AGROINDUSTRI NATA DE COCO DI KOTA

MEDAN”. Penelitian skripsi ini dibimbing oleh Ibu Ir. Lily Fauzia, M.Si sebagai Ketua Komisi Pembimbing dan Bapak Ir. Sinar Indra Kesuma, M.Si sebagai Anggota Komisi Pembimbing. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2013.

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman agroindustri dalam pemasaran nata de coco di Kota Medan serta untuk mengetahui strategi pemasaran agroindustri nata de coco di Kota Medan. Penentuan daerah penelitian dilakukan secara purposive yaitu berdasarkan kriteria atau tujuan tertentu dengan mempertimbangkan bahwa agroindustri nata de coco di daerah tersebut dapat memberikan informasi yang dibutuhkan dalam penelitian. Metode pengambilan sampel adalah metode snowball sampling. Metode analisis yang digunakan adalah metode deskriptif dan metode SWOT.

Hasil penelitian diperoleh: 1) Kekuatan agroindustri dalam pemasaran nata de coco di daerah penelitian adalah penggunaan modal usaha, harga jual, dan jumlah tenaga kerja; Kelemahan agroindustri nata de coco adalah produk yang dihasilkan, jumlah produksi, dan promosi/sistem penjualan produk; Peluang agroindustri nata de coco adalah ketersediaan bahan baku dan pangsa pasar; Ancaman agroindustri nata de coco adalah perusahaan pesaing dan pengaruh musim/cuaca. 2) Strategi yang diperoleh untuk meningkatkan pemasaran agroindustri nata de coco di Kota Medan adalah strategi agresif atau strategi SO (Strengths-Opportunities) yaitu menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang yang ada.

(4)

RIWAYAT HIDUP

DIAN UTAMI RANGKUTI lahir pada tanggal 31 Januari 1992 di Medan, sebagai anak pertama dari tiga bersaudara dari Ayahanda Agustian Rangkuti dan Ibunda Umi Kalsum.

Pendidikan yang telah ditempuh penulis adalah sebagai berikut:

1. Tahun 1997 masuk sekolah dasar di SD Yayasan Pendidikan Harapan 2 Medan dan tamat pada tahun 2003.

2. Tahun 2003 masuk sekolah menengah pertama di SLTP Harapan Mandiri Medan dan tamat pada tahun 2006.

3. Tahun 2006 masuk sekolah menengah atas di SMA Negeri 2 Medan dan tamat pada tahun 2009.

4. Tahun 2009 diterima di Departemen Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara melalui jalur UMB−Mandiri.

Kegiatan yang pernah diikuti penulis adalah sebagai berikut:

1. Bulan Juli 2013 melaksanakan Praktek Kerja Lapangan di Desa Cempedak Lobang, Kecamatan Sei Rampah, Kabupaten Serdang Bedagai.

(5)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Adapun judul skripsi ini adalah “Strategi Pemasaran Agroindustri Nata De Coco di Kota Medan”. Skripsi ini dibuat dengan tujuan untuk memenuhi sebagian dari syarat-syarat guna memperoleh gelar sarjana pertanian di Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

Penyelesaian skripsi ini tidak lepas dari bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih sebanyak-banyaknya kepada:

1. Ibu Ir. Lily Fauzia, M.Si selaku Ketua Komisi Pembimbing dan Bapak Ir. Sinar Indra Kesuma, M.Si selaku Anggota Komisi Pembimbing yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, arahan serta saran sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

2. Ibu Dr. Ir. Salmiah, MS dan Bapak Dr. Ir. Satia Negara Lubis, M.Ec selaku ketua dan sekretaris Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

3. Seluruh dosen yang telah membekali ilmu pengetahuan kepada penulis dalam masa perkuliahan serta seluruh pegawai Program Studi Agribisnis FP-USU.

(6)

Segala hormat dan terima kasih penulis ucapkan kepada Ayahanda Agustian Rangkuti dan Ibunda Umi Kalsum yang selalu memberikan nasihat, kasih sayang, dan dukungan baik secara materi maupun doa yang diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan studi. Terima kasih banyak kepada Adik Indriani Rangkuti, Maximillian Rangkuti, dan keluarga besar yang memberikan doa dan dorongan semangat.

Penulis juga berterima kasih kepada semua teman-teman Agribisnis Stambuk 2009 serta kerabat dekat Muhammad Fahmi yang memberikan semangat, kritik, saran, dan dukungan selama menjalani kuliah.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan karya selanjutnya. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih dan semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.

Medan, Desember 2013

(7)

DAFTAR ISI

1.2 Identifikasi Masalah ... 4

1.3 Tujuan Penelitian ... 4

1.4 Kegunaan Penelitian ... 4

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka ... 5 2.4 Hipotesis Penelitian ... 20

... 18

BAB IV. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK AGROINDUSTRI NATA DE COCO 4.1 Deskripsi Daerah Penelitian ... 26

4.1.1 Medan Tembung ... 26

4.1.2 Medan Johor ... 27

(8)

4.2 Karakteristik Agroindustri Nata De Coco ... 29

4.2.1 Karakteristik Sampel ... 29

4.2.2 Permodalan ... 30

4.2.3 Tenaga Kerja ... 30

4.2.4 Bahan Baku ... 31

4.2.5 Fasilitas Perusahaan ... 32

4.2.6 Proses Pembuatan Nata De Coco ... 33

BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Kekuatan, Kelemahan, Peluang, dan Ancaman ... 35

5.1.1 Kekuatan Agroindustri Nata De Coco ... 35

5.1.2 Kelemahan Agroindustri Nata De Coco ... 37

5.1.3 Peluang Agroindustri Nata De Coco ... 38

5.1.4 Ancaman Agroindustri Nata De Coco ... 40

5.2. Strategi Pemasaran Agroindustri Nata De Coco ... 41

BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan ... 50

6.2. Saran ... 51

DAFTAR PUSTAKA

(9)

DAFTAR TABEL

No. Keterangan Hal

1 Komposisi Buah Kelapa ... 6

2 Klasifikasi SWOT ... 16

3 Matrik Faktor Strategi Internal dan Eksternal ... 22

4 Peringkat (Rating) Faktor Internal dan Eksternal ... 23

5 Matrik SWOT ... 24

6 Karakteristik Pengusaha Agroindustri Nata De Coco ... 29

7 Kebutuhan Bahan Baku Agroindustri Nata De Coco ... 31

8 Kekuatan, Kelemahan, Peluang, dan Ancaman ... 42

9 Matrik Evaluasi Faktor Strategi Internal ... 43

10 Matrik Evaluasi Faktor Strategi Eksternal ... 44

11 Penggabungan Matrik Faktor Strategi ... 45

(10)

DAFTAR GAMBAR

No. Judul Hal

1 Matriks Posisi Perusahaan ... 17

2 Skema Kerangka Pemikiran ... 19

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Keterangan

1 Indikator dan Parameter Penilaian SWOT pada Agroindustri

Nata De Coco di Kota Medan

2 Karakteristik Sampel Pengusaha Agroindustri Nata De Coco

di Kota Medan

3 Parameter Penilaian Faktor Internal Pemasaran Agroindustri

Nata De Coco di Kota Medan

4 Parameter Penilaian Faktor Eksternal Pemasaran Agroindustri

Nata De Coco di Kota Medan

5 Matriks Evaluasi Faktor Strategi Internal (IFAS)

6 Matriks Evaluasi Faktor Strategi Eksternal (EFAS)

7 Penggabungan Matriks Evaluasi Faktor Strategi Internal dan

(12)

ABSTRAK

DIAN UTAMI RANGKUTI (090304146), 2013 dengan judul skripsi

“STRATEGI PEMASARAN AGROINDUSTRI NATA DE COCO DI KOTA

MEDAN”. Penelitian skripsi ini dibimbing oleh Ibu Ir. Lily Fauzia, M.Si sebagai Ketua Komisi Pembimbing dan Bapak Ir. Sinar Indra Kesuma, M.Si sebagai Anggota Komisi Pembimbing. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2013.

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman agroindustri dalam pemasaran nata de coco di Kota Medan serta untuk mengetahui strategi pemasaran agroindustri nata de coco di Kota Medan. Penentuan daerah penelitian dilakukan secara purposive yaitu berdasarkan kriteria atau tujuan tertentu dengan mempertimbangkan bahwa agroindustri nata de coco di daerah tersebut dapat memberikan informasi yang dibutuhkan dalam penelitian. Metode pengambilan sampel adalah metode snowball sampling. Metode analisis yang digunakan adalah metode deskriptif dan metode SWOT.

Hasil penelitian diperoleh: 1) Kekuatan agroindustri dalam pemasaran nata de coco di daerah penelitian adalah penggunaan modal usaha, harga jual, dan jumlah tenaga kerja; Kelemahan agroindustri nata de coco adalah produk yang dihasilkan, jumlah produksi, dan promosi/sistem penjualan produk; Peluang agroindustri nata de coco adalah ketersediaan bahan baku dan pangsa pasar; Ancaman agroindustri nata de coco adalah perusahaan pesaing dan pengaruh musim/cuaca. 2) Strategi yang diperoleh untuk meningkatkan pemasaran agroindustri nata de coco di Kota Medan adalah strategi agresif atau strategi SO (Strengths-Opportunities) yaitu menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang yang ada.

(13)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pendekatan pembangunan pertanian saat ini telah mengalami pergeseran dari pendekatan produksi menjadi pendekatan agribisnis. Pengembangan agribisnis pada dasarnya merupakan upaya pemanfaatan peluang pasar, penciptaan pasar, dan adanya pemenuhan keanekaragaman permintaan melalui pemanfaatan teknologi.

Agribisnis kelapa tidak hanya meliputi kegiataan produksi, tetapi juga melibatkan bahan-bahan masukan (input) untuk produksi, penanganan pasca panen (pengolahan), pengemasan, pengangkutan, dan pemasaran. Jadi, dalam hal ini diperlukan kerja sama dari berbagai macam pelaku agribisnis, misalnya para penyalur sarana produksi, penyalur alat dan mesin pertanian, petani, pengusaha agroindustri, dan sebagainya. Dengan demikian, memperkuat agribisnis kelapa di daerah tidak hanya dilakukan untuk meningkatkan daya saing industri skala kecil/rumah tangga dalam sistem perdagangan yang semakin luas (global), tetapi juga untuk memperkuat komponen lainnya yang menjadi bagian dari sistem agribisnis kelapa (Sutarminingsih, 2004).

(14)

Tanaman kelapa disebut juga pohon kehidupan, karena dari setiap bagian tanaman dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia. Buah kelapa yang terdiri atas sabut, tempurung, daging buah, dan air kelapa tidak ada yang terbuang dan dapat dibuat untuk menghasilkan produk industri.

Di Indonesia, salah satu produk industri yang berasal dari air kelapa adalah nata de coco. Nata de coco, walaupun merupakan bahan makanan yang lezat, namun belum memasyarakat karena harganya yang relatif mahal, sehingga sebagian besar masyarakat menganggap hal ini sebagai kebutuhan sekunder.

Nata de coco sangat mudah diusahakan baik untuk keperluan rumah tangga, maupun untuk tujuan komersial, mulai dari industri berskala kecil hingga industri berskala besar. Tentu saja, penanganan proses dan tingkat pengendalian kualitasnya akan berbeda. Dalam skala industri rumah tangga, 10 liter air kelapa per hari dapat diolah sebaik mungkin hingga menjadi produk yang dapat meningkatkan pendapatan keluarga. Bahkan, kalau dikelola secara professional, 100 liter air kelapa per hari saja bisa mengantarkan seseorang menjadi wirausahawan baru. Apalagi, jika digunakan ratusan atau bahkan ribuan liter air kelapa (Pambayun, 2002).

(15)

Aspek pemasaran merupakan kendala utama dalam pengembangan usaha nata de coco. Hal ini dikarenakan sifat dari produk yang tidak tahan lama (perishable), bersifat musiman (musim kering, bulan puasa, dan tahun baru), sedangkan pada musim hujan dan di luar bulan puasa pemasaran akan menurun, serta hanya merupakan produk makanan pelengkap alternatif. Keberadaan pesaing lokal dan masuknya pesaing dari luar negeri semakin memperketat persaingan dalam pemasaran produk (Palungkun, 2001).

Banyak contoh yang menunjukkan pada kita adanya perusahaan agroindustri yang mulanya berkembang pesat, namun akhirnya tutup karena berbagai alasan, apakah disebabkan karena kesalahan manajemen, kekurangan bahan baku, atau kurangnya konsumen yang membeli produk agroindustri tersebut. Lantas timbul pertanyaan, mengapa hal tersebut dapat terjadi? Upaya-upaya apa yang sekiranya dapat dilakukan agar penampilan masa depan agroindustri dapat ditingkatkan. Salah satu jawabannya adalah membuat strategi pemasaran agroindustri (McGinity, 1979).

(16)

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka permasalahan yang didapat antara lain:

1. Apa saja yang menjadi kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman agroindustri dalam pemasaran nata de coco di daerah penelitian?

2. Bagaimana strategi pemasaran agroindustri nata de coco di daerah penelitian?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan identifikasi masalah tersebut, maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengidentifikasi kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman agroindustri dalam pemasaran nata de coco di daerah penelitian.

2. Untuk menentukan strategi pemasaran agroindustri nata de coco di daerah penelitian.

1.4 Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah:

1. Sebagai bahan informasi bagi para pengusaha agroindustri nata de coco dalam memasarkan produknya secara efisien.

2. Sebagai bahan informasi bagi pemerintah dan pihak yang membutuhkannya.

(17)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA

PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

2.1 Tinjauan Pustaka

2.1.1 Tanaman Kelapa

Tanaman kelapa ditemukan tumbuh pada daerah 27° LU dan 27 ° LS. Di daerah tropis tanaman kelapa dapat tumbuh mulai 0 – 900 meter di atas permukaan laut. Tanaman kelapa akan tumbuh dengan baik pada daerah yang mempunyai curah hujan antara 1.300 – 2.300 mm per tahun, bahkan masih dapat tumbuh dengan baik pada daerah yang mempunyai curah hujan 3.800 mm atau lebih, sepanjang tanah mempunyai drainase yang baik.

Tanaman kelapa menyukai sinar matahari, bila tumbuhnya dinaungi, tanaman mudanya akan tumbuh lambat dan berbuahnya juga agak terlambat. Panjangnya penyinaran pada siang hari dapat mempengaruhi perkembangan tanaman. Penyinaran selama 2.000 jam per tahun atau 120 jam per bulan dapat dipandang sebagai batas penyinaran minimum yang dapat mengganggu produksi (Suhardikono, 1995).

(18)

Tabel 1. Komposisi buah kelapa

Komponen Jumlah Berat (%)

Sabut 25 – 32

Tempurung 12 – 13,1 Daging buah 28 – 34,9 Air buah 19,2 – 25

Sumber: Palungkung, 2001.

Pada dasarnya seluruh bagian buah kelapa dapat diolah menjadi berbagai produk untuk berbagai keperluan. Teknologi pengolahan, standar mutu, dan sistem sertifikasinya juga sudah dikuasai oleh tenaga ahli Indonesia. Namun berbagai kelemahan masih melekat di industri pengolahan kelapa seperti suplai bahan baku, karena industri tidak memiliki kebun kelapa dan investasi yang relatif besar sehingga kurang menarik investor.

Allorerung dan Lay (1998) menyatakan bahwa kelapa sebagian besar diolah menjadi kopra yang selanjutnya diolah menjadi minyak goreng. Namun usaha ini semakin lemah, baik dalam perdagangan domestik maupun luar negeri karena tersaingi oleh minyak kelapa sawit. Selain diolah menjadi minyak, kini telah berkembang diversifikasi produk kelapa seperti dessicated coconut (tepung kelapa), gula kelapa, nata de coco, berbagai produk daging kelapa, kelapa parut kering, arang tempurung, serat sabut kelapa, mebel kayu kelapa, dan akhir-akhir ini berkembang santan siap saji dengan berbagai kemasan.

2.1.2 Nata De Coco

(19)

Bibit nata sebenarnya merupakan golongan bakteri dengan nama Acetobacter xylinum. Dari jutaan jasad renik yang tumbuh dalam air kelapa tersebut, akan dihasilkan jutaan lembar benang-benang selulosa yang akhirnya nampak padat berwarna putih hingga transparan, yang disebut sebagai nata. Nata yang dihasilkan tentunya bisa beragam kualitasnya. Kualitas yang baik akan terpenuhi apabila air kelapa yang digunakan memenuhi standar kualitas bahan nata, dan prosesnya dikendalikan dengan cara yang benar berdasarkan pada faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan aktivitas A. xylinum yang digunakan.

Nata dapat diusahakan bukan hanya dari air kelapa, tetapi juga dari berbagai jenis bahan yang mengandung gula, protein, dan mineral, seperti misalnya sari buah-buahan, sari kedelai, dan bahkan air gula. Oleh sebab itu, nama nata dapat bermacam-macam sesuai dengan bahan yang digunakan, seperti misalnya nata de soya (dari sari kedelai), nata de mango (dari sari buah mangga), nata de pina (dari sari buah nenas), nata de coco (dari air kelapa), dan lain sebagainya. Namun, di antara beberapa jenis bahan yang dapat digunakan tersebut, air kelapa merupakan bahan yang paling ekonomis, mengingat air kelapa hanyalah bersifat sebagai limbah dari buah kelapa (Pambayun, 2002).

2.1.3 Agroindustri

(20)

jumlah minimal 20% dari jumlah bahan baku yang digunakan adalah disebut agroindustri. Arti yang kedua adalah agroindustri diartikan sebagai suatu tahapan pembangunan sebagai kelanjutan dari pembangunan pertanian, tetapi sebelum tahapan pembangunan tersebut mencapai tahapan pembangunan industri (Soekartawi, 2000).

Agroindustri dalam sistem pertanian merupakan penyempurnaan yang merangkai semua komponen menjadi satu kesatuan yang kuat. Ini berarti bahwa pengembangan agroindustri mempunyai keterkaitan ke depan memenuhi permintaan pasar melalui penguatan industri hilir dan ke belakang yang memberikan nilai tambah terhadap produk pertanian. Keterpaduan yang dibangun melalui pengembangan agroindustri mempunyai dimensi yang amat luas mulai dari penguatan pasar hasil pertanian sampai dengan pembentukan nilai tambah dan daya saing komoditas pertanian (Tadjudin, 2007)

Pembangunan agroindustri dihadapkan pada berbagai tantangan, baik tantangan atau permasalahan yang ada di dalam negeri atau di luar negeri. Beberapa permasalahan agroindustri khususnya permasalahan di dalam negeri antara lain:

1. Beragamnya permasalahan berbagai agroindustri menurut macam usahanya, khususnya kurang tersedianya bahan baku yang cukup dan kontinu.

2. Kurang nyatanya peran agroindustri di pedesaan karena masih berkonsentrasi pada agroindustri di perkotaan.

(21)

4. Kurangnya fasilitas permodalan (perkreditan) dan kalau pun ada prosedurnya ketat (Soekartawi, 2000).

Menurut Syahza (2003), faktor yang mendukung prospek pengembangan agribisnis dan agroindustri di daerah adalah penduduk yang makin bertambah sehingga kebutuhan pangan juga bertambah serta meningkatnya pendapatan masyarakat akan meningkatkan kebutuhan pangan berkualitas dan beragam (diversifikasi). Keragaman produk menuntut adanya pengolahan hasil (agroindustri). Di samping itu perkembangan agribisnis dan agroindustri juga akan berdampak terhadap pertumbuhan ekonomi daerah, yaitu meningkatkan pendapatan petani yang pada akhirnya diharapkan akan mengurangi ketimpangan pendapatan masyarakat.

Peranan sektor industri dalam kegiatan pembangunan semakin penting. Pemerintah terus berusaha menyeimbangkan peranan sektor industri terhadap sektor pertanian, untuk menciptakan struktur ekonomi yang seimbang dimana terdapat kemampuan industri maju yang didukung oleh pertanian yang tangguh. Berdasarkan kenyataan di atas, maka industri yang mengolah hasil-hasil pertanian di Indonesia memegang peranan yang strategis (Soekartawi, 2000).

2.2 Landasan Teori

2.2.1 Teori Pemasaran

(22)

kebutuhan-kebutuhan konsumen dapat dikaji, diukur, dan dipahami. Analisa permintaan itu adalah fungsi dari kegiatan riset pemasaran.

Perencanaan pemasaran adalah sebuah sub-fungsi dari perencanaan perusahaan. Perencanaan kegiatan pemasaran haruslah sesuai dengan sasaran yang menyeluruh dari perusahaan. Untuk mencapai orientasi perusahaan dalam meraih pasarnya, maka pemasaran haruslah mempelajari dan menafsirkan kebutuhan konsumen dan kemudian menuntun perusahaan-perusahaan untuk melayani kebutuhan tersebut. Secara kasar, rencana pemasaran dapat dianggap sebagai rencana pertempuran suatu perusahaan (Rewoldt, 1991).

Sistem pemasaran pertanian merupakan satu kesatuan urutan lembaga-lembaga pemasaran. Tugasnya melakukan fungsi-fungsi pemasaran untuk memperlancar aliran produk pertanian dari produsen awal ke tangan konsumen akhir. Begitu pula sebaliknya memperlancar aliran uang, nilai produk yang tercipta oleh kegiatan produktif yang dilakukan oleh lembaga-lembaga pemasaran, baik dari tangan konsumen akhir ke tangan produsen awal dalam suatu sistem komoditas (Gumbira, 2001).

Menurut Sarma (1994), pemasaran mempunyai fungsi untuk mengusahakan agar pembeli memperoleh barang yang diinginkan pada tempat, waktu, bentuk, dan harga yang tepat dengan cara:

1. Menggunakan kegunaan tempat (place utility), yaitu mengusahakan barang dan jasa dari daerah produksi ke daerah konsumen.

(23)

3. Menaikkan kegunaan bentuk (form utility), yaitu mengusahakan barang dan jasa dari bentuk semula ke bentuk yang lebih diinginkan.

Salah satu kesalahpahaman yang sering dilakukan terhadap pemasaran dalam perusahaan agribisnis adalah pembatasannya pada fungsi penjualan saja, padahal dalam kenyataannya, pemasaran di dalam suatu perusahaan meliputi berbagai aspek keputusan dan kegiatan yang ditujukan untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan pelanggan guna menghasilkan laba.

Proses pemasaran yang sesungguhnya mengidentifikasi kebutuhan pelanggan, mengembangkan produk dan jasa untuk memenuhi kebutuhan, menetapkan program promosi, dan kebijakan harga, serta menerapkan sistem distribusi untuk menyampaikan barang dan jasa kepada pelanggan. Dengan demikian, setiap program pemasaran harus diawali dengan identifikasi atas kebutuhan pelanggan. Pemasaran harus berorientasi pada pelanggan, bukan pada produk, dan perusahaan yang mengabaikan perspektif ini biasanya menghadapi kesulitan besar.

(24)

pelanggan terus berubah, maka program pemasaran juga harus selalu diubah (disesuaikan) (Downey, 1987).

2.2.2 Teori Strategi Pemasaran

Strategi pemasaran adalah rencana tindakan yang hendak diikuti oleh manajer pemasaran. Rencana tindakan ini didasarkan atas analisa situasi dan tujuan perusahaan yang merupakan cara untuk pencapaian tujuan tersebut. Perencanaan strategi pemasaran terdiri dari pengambilan keputusan mengenai pemakaian faktor-faktor pemasaran yang dapat dikendalikan untuk mencapai sasaran-sasaran yang telah ditentukan. Disini keputusan-keputusan diambil mengenai cara dan besarnya pemakaian masing-masing faktor strategi pemasaran yang dapat dikendalikan, dan bagaimana faktor-faktor ini digabungkan bersama ke dalam suatu total strategi.

Dalam merencanakan strategi pemasaran, manajer pemasaran haruslah mengambil keputusan mengenai bagaimana ia akan menggunakan alat-alat pemasaran yang dimilikinya untuk mencapai sasaran yang telah ditetapkan. Ada dua tipe faktor yang dihadapi manajer pemasaran dalam strategi perencanaan pemasaran yaitu, faktor yang dapat dikendalikan (controllable) dan faktor yang tidak dapat dikendalikan (uncontrollable) (Rewoldt, 1991).

1. Faktor Lingkungan (Tidak Dapat Dikendalikan)

(25)

- Permintaan

Permintaan adalah hasil dari kebutuhan dan sasaran konsumen. Permintaan dibatasi oleh kekuatan-kekuatan pokok seperti penghasilan (income). Permintaan juga bisa terpendam (latent) dan eksistensinya tidak diketahui. Strategi pemasaran dapat digunakan untuk mengubah permintaan yang terpendam itu menjadi permintaan efektif dengan menawarkan suatu produk atau jasa-jasa dengan cara yang sesuai dengan kekuatan permintaan yang terpendam itu.

- Persaingan

Keadaan persaingan sekarang, perkiraan persaingan di masa depan, dan antisipasi tindakan pembalasan dari pihak saingan, tentu akan mempengaruhi perencanaan strategi pemasaran. Perencanaan strategi pemasaran itu haruslah memperhitungkan sifat dan luasnya saingan, baik sekarang maupun di masa depan, dalam menetukan rangkaian tindakan optimal yang akan diambil.

- Struktur Distribusi

(26)

- Hukum Pemasaran

Hambatan (constraints) terhadap kebebasan bertindak dari penjual akan memaksanya untuk mendapatkan jalan lain untuk memaksimumkan labanya. Salah satu kemungkinan adalah menawarkan model yang berbeda-beda dari produknya, yang masing-masingn dengan ciri-ciri yang ditujukan untuk menarik segmen pasar yang berbeda-beda pula, dan untuk kebijaksanaan harga yang berbeda untuk masing-masing model.

- Biaya Non Pemasaran

Dalam merencanakan strategi pemasaran, biaya-biaya non-pemasaran seperti biaya produksi dan umum (overhead), juga menimbulkan keterbatasan pada strategi yang direncanakan. Kenaikan biaya produksi atau biaya overhead untuk suatu produk, mungkin akan memaksa diadakannya perubahan dalam strategi pemasaran, barangkali ke arah pengurangan penekanan pada harga, dan lebih banyak penekanan pada faktor-faktor lain dalam pemasaran (marketing mix).

2. Faktor – Faktor Strategi Pemasaran (Dapat Dikendalikan)

Dalam merumuskan strategi pemasaran, penjual mengatur faktor-faktor yang dikuasainya sedemikian rupa sehingga mencapai pendekatan strategis yang optimum untuk sasaran pemasarannya. Faktor-faktor yang dapat dikendalikan adalah sebagai berikut:

- Produk

(27)

efektif baginya. Produk dapat diubah dengan berbagai cara untuk meningkatkan tercapainya sasaran pemasaran. Produk dapat diubah kualitasnya, ukurannya, bentuknya, warnanya, variasinya, dan lain-lain. - Distribusi

Para perencana strategi pemasaran mempunyai banyak pilihan bagi kebijaksanaan distribusinya. Misalnya seperti memilih daerah dimana akan memasarkan produk, memutuskan berapa jumlah penyalur yang dibutuhkandi masing-masing pasar, dan banyak masalah lain yang harus diputuskan dalam hal faktor distribusi.

- Harga

Harga yang ditawarkan untuk suatu produk adalah faktor yang dapat dikendalikan dalam batas-batas tertentu. Diskonto dapat digunakan untuk membedakan harga berdasarkan kualitas yang dibeli atau untuk mencapai harga yang berbeda untuk kelas perdagangan yang berbeda pula. Pilihan harga yang tersedia dalam perencanaan strategi pemasaran dibatasi oleh faktor biaya.

- Promosi

(28)

Sudrajat (2001) telah melakukan penelitian tentang Analisis Strategi Pemasaran Nata De Coco pada CV Awal Lestari Jaya di Bogor. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji gambaran umum perusahaan, menganalisis faktor-faktor internal dan eksternal serta menyusun alternatif strategi perusahaan dalam mempertahankan dan meningkatkan posisi perusahaan. Faktor internal yang menjadi kekuatan perusahaan adalah SDM, bahan baku, dan, sistem penjualan produk sedangkan yang menjadi kelemahan perusahaan adalah modal dan kapasitas produksi. Strategi pemasaran yang tepat untuk perusahaan ini adalah strategi SO (Strengths-Opportunities) yaitu dengan cara menghasilkan produk yang berkualitas, jalur distribusi yang efisien, meningkatkan kualitas SDM, kerjasama dengan pemasok bahan baku, dan penetapan harga yang kompetitif dengan pesaing.

(29)

2.2.3 Analisis SWOT

Analisis SWOT adalah suatu cara untuk mengidentifikasi berbagai faktor secara sistematis dalam rangka merumuskan strategi perusahaan. Analisis ini didasarkan pada logika dapat memaksimalkan kekuatan (strengths) dan peluang (opportunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (weakness) dan ancaman (threats) (Rangkuti, 1997).

Dalam analisis SWOT, umumnya masalah kekuatan atau keunggulan dan kelemahan adalah masalah internal, sementara masalah kesempatan dan ancaman adalah masalah eksternal. Masalah eksternal umumnya sulit dikuasai dan bahkan masuk ke dalam kategori variabel yang tidak terkontrol (Soekartawi, 2000).

Tabel 2. Klasifikasi SWOT

Internal Environment External Environment

1. Strength (kekuatan) 1. Opportunity (peluang) 2. Weakness (kelemahan) 2. Threat (ancaman)

Sumber: Soekartawi, 2000.

(30)

Gambar 1. Posisi perusahaan pada berbagai kondisi.

Gambar di atas menunjukkan berbagai kemungkinan posisi suatu perusahaan dan tipe strategi yang sesuai. Dengan mengetahui posisi perusahaan pada kuadran yang tepat maka perusahaan dapat mengambil keputusan dengan lebih tepat, yaitu:

1. Jika posisi perusahaan berada pada kuadran I maka menandakan bahwa situasi ini sangat menguntungkan, perusahaan tersebut memiliki peluang dan kekuatan sehingga dapat memanfaatkan peluang yang ada. Strategi yang harus diterapkan untuk perusahaan yang berada pada posisi ini adalah mendukung kebijakan pertumbuhan yang agresif.

2. Perusahaan yang berada pada kuadran II berarti perusahaan menghadapi berbagai ancaman, perusahaan masih memiliki kekuatan internal. Strategi yang harus dilakukan adalah menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang jangka panjang dengan cara strategi diversifikasi.

(31)

3. Perusahaan yang berada pada kuadran III menunjukkan bahwa perusahaan mempunyai peluang yang sangat besar, tetapi di lain pihak perusahaan memiliki kelemahan internal. Fokus yang harus diambil oleh perusahaan adalah meminimalkan masalah-masalah internal perusahaan sehingga dapat merebut peluang pasar yang lebih baik.

4. Posisi perusahaan pada kuadran IV menunjukkan bahwa perusahaan menghadapi situasi yang sangat tidak menguntungkan, dimana selain perusahaan menghadapi berbagai ancaman juga menghadapi kelemahan internal.

2.3 Kerangka Pemikiran

Perusahaan agroindustri yang sukses adalah perusahaan yang dapat mengenali dan berinteraksi secara menguntungkan terhadap kebutuhan-kebutuhan dan kecenderungan-kecenderungan yang belum terpenuhi dalam lingkungannya. Setiap perusahaan agroindustri disarankan agar melakukan analisis SWOT (strengths, weaknesses, opportunities, dan threats) yaitu analisis tentang strength atau kekuatan (keunggulan) perusahaan agroindustri nata de coco, weakness (kelemahan), opportunity (kesempatan), dan threat (ancaman) yang dimiliki perusahaan agroindustri nata de coco tersebut.

(32)

Sedangkan faktor eksternal agroindustri nata de coco adalah bahan baku, pasar, perusahaan pesaing, daya beli masyarakat, serta musim yang mendukung agroindustri tersebut. Secara skematis kerangka pemikiran dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

Keterangan:

(33)

2.4 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan identifikasi masalah dan landasan teori yang dibuat, maka hipotesis dari penelitian ini adalah:

(34)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kota Medan, yaitu di Kecamatan Medan Tembung, Kecamatan Medan Johor, dan Kecamatan Medan Amplas. Daerah penelitian ditentukan secara purposive yaitu berdasarkan kriteria atau tujuan tertentu dengan mempertimbangkan bahwa agroindustri nata de coco di daerah tersebut dapat memberikan informasi yang dibutuhkan dalam penelitian.

3.2 Metode Penetuan Sampel

Metode yang digunakan untuk menentukan sampel adalah metode snowball sampling (bola salju), yaitu dengan menemui satu orang pengusaha nata de coco untuk menunjuk responden/sampel berikutnya yang sesuai dengan karakteristik yang dibutuhkan dalam penelitian ini. Karakteristik yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah industri rumah tangga yang memproduksi nata de coco lembaran (masih mentah). Besar sampel yang didapat adalah sebanyak 4 sampel.

3.3 Metode Pengumpulan Data

(35)

3.4 Metode Analisis Data

Untuk hipotesis 1 digunakan analisis deskriptif dan hipotesis 2 digunakan analisis SWOT. Proses yang harus dilakukan dalam pembuatan analisis SWOT agar keputusan yang diperoleh lebih tepat perlu melalui berbagai tahapan sebagai berikut:

1. Tahap pengambilan data yaitu evaluasi faktor eksternal dan internal.

2. Tahap analisis yaitu pembuatan matriks internal, eksternal, dan matrik SWOT.

3. Tahap pengambilan keputusan.

Tahap pengambilan data ini digunakan untuk mengetahui faktor-faktor yang menjadi kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman bagi perusahaan dapat dilakukan dengan wawancara terhadap ahli perusahaan yang bersangkutan. Setelah mengetahui berbagai faktor dalam perusahaan maka tahap selanjutnya adalah membuat matriks internal eksternal.

Tabel 3. Matrik Faktor Strategi Internal dan Eksternal

Faktor Strategi Internal & Eksternal Rating Bobot Skor (Rating x Bobot) Kekuatan/Kelemahan

1. 2. 3.

Total Skor Kekuatan/Kelemahan 100 Peluang/Ancaman

1. 2. 3.

Total Skor Peluang/Ancaman 100

(36)

Berdasarkan tabel tersebut, tahapan yang dilakukan dalam menentukan faktor strategi adalah menetukan faktor-faktor yang menjadi kekuatan/kelemahan serta peluang/ancaman dalam kolom 1, lalu beri peringkat (rating) untuk setiap faktor pada kolom 2 berdasarkan respon sampel penelitian terhadap faktor-faktor tersebut, yaitu:

Tabel 4. Peringkat (Rating) Faktor Internal dan Eksternal

Rating Kategori Faktor Internal Faktor Eksternal 4 Sangat Besar Kekuatan Peluang 3 Besar Kekuatan Peluang 2 Kecil Kekuatan Peluang 1 Sangat Kecil Kekuatan Peluang 1 Sangat Besar Kelemahan Ancaman 2 Besar Kelemahan Ancaman 3 Kecil Kelemahan Ancaman 4 Sangat Kecil Kelemahan Ancaman

Sumber: Rangkutui, 1997.

Kemudian beri bobot masing-masing faktor tersebut yang jumlahnya tidak boleh melebihi skor total 1 pada kolom 3 dengan rumus seperti berikut:

Bobot =rating x total bobot

total rating

Kemudian yang terakhir, kalikan setiap bobot faktor dengan rating untuk mendapatkan skoring dalam kolom 4 (Rangkuti, 1997).

(37)

Tabel 5. Matrik SWOT

- Tentukan 5-10 faktor

peluang eksternal

- Tentukan 5-10 faktor

ancaman eksternal

Strategi ini dibuat berdasarkan jalan pikiran perusahaan, yaitu dengan memanfaatkan seluruh kekuatan untuk merebut dan memanfaatkan peluang sebesar-besarnya.

2. Strategi ST

Strategi yang menggunakan kekuatan yang dimiliki perusahaan untuk mengatasi ancaman.

3. Strategi WO

Strategi ini diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan cara meminimalkan kelemahan yang ada.

EKSTERNAL

(38)

4. Strategi WT

Strategi ini didasarkan pada kegiatan yang bersifat defensif dan berusaha meminimalkan kelemahan yang ada serta menghindari ancaman (Rangkuti, 1997).

3.5 Definisi dan Batasan Operasional

Untuk memperjelas dan menghindari kesalahpahaman dalam penelitian ini, maka dibuat Defenisi dan Batasan Operasional sebagai berikut:

Defenisi:

1. Agroindustri, adalah industri yang berbahan baku utama dari produk pertanian berupa limbah tanaman kelapa, yaitu air kelapa.

2. Nata de coco, adalah jenis komponen minuman yang merupakan senyawa selulosa yang dihasilkan dari air kelapa melalui proses fermentasi.

3. Strategi pemasaran, adalah rencana tindakan yang hendak diikuti oleh manajer pemasaran yang berdasarkan atas analisa situasi dan tujuan perusahaan.

Batasan Operasional:

1. Tempat penelitian adalah perusahaan agroindustri nata de coco di Kota Medan, yaitu di Kecamatan Medan Tembung, Kecamatan Medan Johor, dan Kecamatan Medan Amplas.

(39)

BAB IV

DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK

AGROINDUSTRI NATA DE COCO

4.1 Deskripsi Daerah Penelitian

Kota Medan terletak antara 3°.27' − 3°.47ʹ Lintang Utara dan 98°.35ʹ − 98°.44ʹ Bujur Timur, dengan ketinggian 2,5 – 37,5 meter di atas permukaan laut. Kota Medan mempunyai iklim tropis dengan suhu minimum berkisar antara 22,49° C – 23,97° C dan suhu maksimum berkisar antara 32,15° C – 34,21° C. Kelembaban udara di wilayah Medan rata-rata 76 – 81 %. Kota Medan berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang pada sebelah utara, selatan, barat, dan timur.

Kota Medan merupakan salah satu dari 30 Daerah Tingkat I di Sumatera Utara dengan luas daerah sekitar 265,10 km². Kota ini merupakan pusat pemerintahan Daerah Tingkat I Sumatera Utara. Sebagian besar wilayah Kota Medan merupakan dataran rendah yang merupakan tempat pertemuan dua sungai penting, yaitu Sungai Babura dan Sungai Deli.

Berikut adalah deskripsi kecamatan di Kota Medan yang merupakan lokasi penelitian pada agroindustri nata de coco, yaitu Kecamatan Medan Tembung, Kecamatan Medan Johor, dan Kecamatan Medan Amplas.

4.1.1 Medan Tembung

(40)

- Sebelah Utara berbatasan dengan : Kabupaten Deli Serdang - Sebelah Selatan berbatas dengan : Kecamatan Medan Denai - Sebelah Barat berbatasan dengan : Kecamatan Medan Perjuangan - Sebelah Timur berbatasan dengan : Kabupaten Deli Serdang

Dari tujuh kelurahan di Kecamatan Medan Tembung, Kelurahan Bantan memiliki luas wilayah yang terluas yaitu sebesar 1,51 km² sedangkan Kelurahan Tembung mempunyai luas terkecil yakni 0,64 km².

Kecamatan Medan Tembung dihuni oleh 133.784 orang dimana penduduk terbanyak di Kelurahan Bantan yakni sebanyak 29.693 orang dan jumlah penduduk terkecil di Kelurahan Tembung yakni sebanyak 9.821 orang.

Perusahaan industri di Medan Tembung sudah mulai ramai, terutama industri rumah tangga. Tercatat pada tahun 2012 terdapat sebanyak 48 industri kecil dan industri rumah tangga di Kecamatan Medan Tembung.

4.1.2 Medan Johor

Kecamatan Medan Johor merupakan salah satu kecamatan di Kota Medan yang mempunyai luas sekitar 16,96 km². Kecamatan Medan Johor berbatasan dengan:

(41)

Dari enam kelurahan di Kecamatan Medan Johor, Kelurahan Kwala Bekala memiliki luas wilayah terluas yaitu sebesar 5,50 km² sedangkan Kelurahan Kedai Durian memiliki luas wilayah terkecil yaitu 0,98 km².

Kecamatan Medan Johor dihuni oleh 123.851 orang dimana penduduk paling banyak berada di Kelurahan Kwala Bekala yakni sebanyak 32.599 orang, jumlah penduduk paling kecil berada di Kelurahan Kedai Durian yakni sebanyak 6.572 orang.

Perusahaan industri di Medan Johor sudah mulai banyak bermunculan, terutama industri rumah tangga. Perusahaan industri besar banyak terdapat di Kelurahan Kedai Durian, pada tahun 2012 tercatat sebanyak 23 industri besar dan sedang, dan 247 industri kecil dan industri rumah tangga di Kecamatan Medan Johor.

4.1.2 Medan Amplas

Kecamatan Medan Amplas merupakan salah satu kecamatan di Kota Medan yang mempunyai luas sekitar 13,764 km². Kecamatan Medan Amplas berbatasan dengan:

- Sebelah Utara berbatasan dengan : Kecamatan Medan Denai - Sebelah Selatan berbatas dengan : Kabupaten Deli Serdang - Sebelah Barat berbatasan dengan : Kecamatan Medan Johor - Sebelah Timur berbatasan dengan : Kabupaten Deli Serdang

(42)

Kecamatan Medan Amplas dihuni oleh 115.543 orang dimana penduduk terbanyak berada di Kelurahan Harjosari I yakni sebanyak 31.979 orang dan jumlah penduduk terkecil ada di Kelurahan Bangun Mulia yakni sebanyak 2.259 orang.

Perusahaan industri di Medan Amplas sudah mulai banyak yang bermunculan, terutama industri kecil. Tercatat pada tahun 2012 terdapat sebanyak 17 industri besar dan sedang, 23 industri kecil, dan 21 industri rumah tangga di Kecamatan Medan Amplas.

4.2 Karakteristik Agroindustri Nata De Coco

4.2.1 Karakteristik Sampel

Karakteristik sampel dalam penelitian ini meliputi umur, tingkat pendidikan, lama berusaha, serta luas lahan dan bangunan usaha. Secara rinci, karakteristik sampel pengusaha agroindustri nata de coco dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 6. Karakteristik Pengusaha Agroindustri Nata De Coco

Karakteristik Sampel Satuan Rataan Range

Umur Tahun 32 22 – 38

Tingkat Pendidikan Tahun 13 12 – 16 Lama Usaha Tahun 2,75 2 – 3 Luas Lahan Usaha m² 887,5 150 – 2000 Luas Bangunan Usaha m² 167,5 70 – 400

Sumber: Analisis data primer, Lampiran 1.

(43)

menunjukkan bahwa pendidikan pengusaha nata de coco adalah tingkat SMA/sederajat. Sedangkan pengalaman berusaha di bidang agroindustri nata de coco tersebut rata-rata adalah 2,75 tahun dengan rentang antara 2 − 3 tahun. Rata -rata luas lahan usaha nata de coco adalah 887,5 m² dengan rentang antara 150 − 2000 m², sedangkan luas bangunan untuk memproduksi nata de coco rata-rata adalah 167,5 m² dengan rentang antara 70 − 400 m².

4.2.2 Permodalan

Modal usaha bagi pengusaha skala besar ataupun kecil merupakan unsur yang utama dalam mendirikan suatu usaha yang bertujuan untuk mendukung peningkatan pendapatan (profit) yang pada akhirnya akan meningkatkan taraf hidup pengusaha itu sendiri. Modal usaha berasal dari modal sendiri, modal keluarga, ataupun pinjaman dari lembaga keuangan (bank).

Berdasarkan hasil wawancara dengan pengusaha nata de coco di daerah penelitian, rata-rata modal yang digunakan untuk mendirikan usaha adalah modal pinjaman pada bank.

4.2.3 Tenaga Kerja

(44)

Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara dengan pengusaha nata de coco di daerah penelitian, rata-rata jumlah tenaga kerja yang dipakai adalah 6 orang dengan rentang antara 3 − 7 orang. Jam kerja untuk memproduksi nata de coco rata-rata dari jam 8 pagi sampai 4 sore. Upah tenaga kerja pada industri ini adalah sebesar Rp 30.000/hari atau sekitar Rp 900.000/bulan.

4.2.4 Bahan Baku

Bahan baku sangat penting bagi perusahaan agroindustri yang mengolah suatu produk, karena bahan baku merupakan salah satu faktor penentu kualitas dari produk yang dihasilkannya. Bahan baku yang digunakan dalam memproduksi nata de coco harus berkualitas, yaitu tidak kotor, tidak bau, dan tidak basi. Hal tersebut dilakukan untuk mendapatkan kualitas nata de coco yang baik.

Berdasarkan hasil wawancara dengan pengusaha nata de coco di daerah penelitian, penyediaan bahan baku berupa air kelapa cukup tersedia untuk kebutuhan produksi yaitu rata-rata sekitar 1875 liter/hari dengan rentang antara 1000 − 3000 liter/hari. Umumnya pengusaha memperoleh bahan baku dari pas ar-pasar yang berada di Kota Medan.

Tabel 7. Kebutuhan bahan baku pada agroindustri nata de coco di daerah penelitian tahun 2013.

Sampel Kebutuhan Air Kelapa per Hari

1 3000 liter

2 1500 liter

3 2000 liter

4 1000 liter

(45)

4.2.5 Fasilitas Perusahaan

Fasilitas perusahaan agroindustri nata de coco pada lokasi penelitian meliputi seluruh peralatan dan perlengkapan yang terdapat dalam perusahaan untuk memperlancar kegiatan produksi. Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara pada agroindustri nata de coco di lokasi penelitian, fasilitas-fasilitas tersebut adalah:

1. Fasilitas Produksi

Alat-alat yang digunakan untuk memproduksi nata de coco adalah: - Jerigen air sebagai media penyimpanan air kelapa (bahan baku). - Saringan untuk menyaring air kelapa yang masih kotor karena

tercampur material lain seperti serabut, pecahan tempurung, dll. - Tangki air sebagai media penyimpanan air kelapa yang telah

disaring dan siap untuk dimasak.

- Panci ukuran besar dengan kapasitas 150 dan 300 liter serta kompor untuk memasak air kelapa.

- Botol sirup sebagai media penyimpanan bibit nata.

- Gayung plastik untuk menuangkan air kelapa yang sudah dimasak ke dalam loyang plastik.

- Loyang plastik untuk mencetak air kelapa yang akan difermentasi. - Koran sebagai penutup air kelapa pada loyang plastik selama

(46)

2. Fasilitas Penyimpanan

Bibit nata yang difermentasi serta nata de coco yang sudah dicetak disusun di rak dan disimpan di dalam gudang penyimpanan yang terdapat di dalam pabrik. Sedangkan untuk nata de coco yang sudah jadi dimasukkan ke dalam tong berukuran besar dan disimpan di dalam gudang penyimpanan hingga nata de coco tersebut dijemput oleh agen.

3. Fasilitas Transportasi

Masing-masing industri nata de coco memiliki 1 mobil pick-up dengan kapasitas 50 jerigen untuk mengangkut bahan baku berupa air kelapa ke pasar.

4.3 Proses Pembuatan Nata De Coco

Proses pengolahan air kelapa menjadi nata de coco terdiri dari dua tahapan, yaitu pembuatan bibit nata (starter) dan pembuatan nata de coco. Bahan baku yang digunakan adalah air kelapa, air cuka, gula, dan pupuk urea/ZA.

1. Pembuatan bibit nata (starter)

- Penyaringan

Air kelapa yang akan dimasak terlebih dahulu disaring dengan menggunakan kain saring. Hal ini dilakukan untuk memisahkan air kelapa yang kotor karena masih tercampur dengan material lain seperti serabut, pecahan tempurung, dll.

- Proses memasak

(47)

cuka, gula, dan pupuk urea/ZA. Proses perebusan dilakukan ± 2,5 jam hingga air kelapa mendidih. Proses perebusan bertujuan untuk menghancurkan mikroba-mikroba yang terdapat dalam air kelapa.

- Fermentasi

Dalam keadaan panas, air kelapa yang telah dimasak dimasukkan ke dalam botol bekas sirup yang sebelumnya telah disterilkan lalu ditutup dengan plastik. Selanjutnya bibit nata dibiarkan sampai dingin. Setelah dingin, berikan cairan Acetobacter Xylinum dan disimpan di dalam ruangan sampai 4 – 5 hari hingga bakteri tumbuh pada bibit nata tersebut.

2. Pembuatan nata de coco

- Penyaringan

Air kelapa yang akan dimasak terlebih dahulu disaring dengan menggunakan kain saring. Hal ini dilakukan untuk memisahkan air kelapa yang masih kotor.

- Proses memasak

Air kelapa yang telah disaring dimasukkan ke dalam panci besar lalu dipanaskan dan dicampur dengan air cuka, gula, dan pupuk urea/ZA. Proses perebusan dilakukan ± 2,5 jam hingga air kelapa mendidih.

- Fermentasi

(48)

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Kekuatan, Kelemahan, Peluang, dan Ancaman Agroindustri dalam

Pemasaran Nata De Coco

5.1.1 Kekuatan Agroindustri dalam Pemasaran Nata De Coco

Adapun kekuatan agroindustri dalam pemasaran nata de coco di daerah penelitian adalah:

1. Penggunaan modal usaha pada agroindustri nata de coco

Setiap perusahaan yang ingin masuk ke dalam agroindustri nata de coco memerlukan modal yang besar untuk biaya investasi dan operasi. Modal tersebut dapat menjadi ancaman bagi para pengusaha. Namun, di daerah penelitian modal bukannlah menjadi ancaman bagi mereka dalam menjalankan usahanya. Modal usaha bisa berasal dari modal sendiri, modal keluarga, ataupun pinjaman dari lembaga keuangan/bank. Lembaga keuangan sangat dibutuhkan oleh dunia usaha agribisnis, terutama bagi usaha kecil yang biasanya membutuhkan modal tambahan sebagai modal investasi dan modal kerja.

(49)

2. Harga jual produk nata de coco per Kg

Dalam menetapkan harga produk, perusahaan tidak hanya menetapkan harga berdasarkan kehendak perusahaan. Penetapan harga harus melihat penetapan harga pesaing, sehingga perusahaan dapat mempertahankan pelanggan (distributor) dan memperoleh keuntungan yang memuaskan. Penetapan harga yang terlalu tinggi menyebabkan kehilangan pelanggan (distributor) karena berpindah menjadi pelanggan dari perusahaan pesaing. Penetapan harga yang terlalu rendah juga menyebabkan berkurangnya keuntungaan (profit) yang diperoleh perusahaan, hal ini akan berpengaruh pada kelangsungan usaha.

Dalam penentuan harga jual produknya pengusaha terlebih dahulu menghitung beberapa biaya seperti biaya tenaga kerja, biaya material/bahan baku, dan biaya lain-lain seperti biaya administrasi, biaya pemasaran, dan sebagainya setelah itu baru ditentukan berapa keuntungan yang ingin diperoleh.

Berdasarkan hasil wawancara dengan pengusaha nata de coco di daerah penelitian, rata-rata harga jual produk nata de coco dalam bentuk lembaran adalah Rp 1.500/Kg. Harga tersebut diperoleh berdasarkan total biaya untuk memproduksi produk nata de coco adalah Rp 850/Kg kemudian pengusaha ingin mengambil keuntungan sebesar 80%, maka besar harga jual yang ditetapkan adalah sebesar Rp 1.500. Harga tersebut merupakan kekuatan perusahaan agroindustri dan dianggap sesuai dengan permintaan akan nata de coco mentah di Kota Medan yang cenderung tinggi.

(50)

3. Jumlah tenaga kerja pada agroindustri nata de coco

Dari segi sosial, usaha nata de coco menyerap tenaga kerja lokal yang besar baik perusahaan menengah, besar, kecil maupun rumah tangga. Usaha ini hanya menggunakan teknologi yang sederhana tanpa perlu pengetahuan yang spesifik. Tenaga kerja untuk memproduksi nata de coco tidak membutuhkan pendidikan formal atau pengetahuan khusus, tetapi lebih memerlukan ketrampilan dan ketekunan. Hal ini merupakan kekuatan bagi perusahaan agroindustri karena apabila terjadi peningkatan permintaan, pengusaha tidak mengalami kesulitan untuk mencari tenaga kerja. Kebutuhan tenaga kerja juga dapat dipenuhi dari keluarga sendiri atau dari tetangga sekitar. Tenaga kerja biasanya ada yang tetap dan tidak tetap (borongan).

Berdasarkan hasil wawancara dengan pengusaha nata de coco di daerah penelitian, jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan dalam industri nata de coco skala kecil-rumah tangga rata-rata adalah 6 orang dengan jam kerja kurang lebih 8 jam/hari yaitu mulai dari jam 8 pagi – 4 sore.

5.1.2 KelemahanAgroindustri dalam Pemasaran Nata De Coco

Adapun kelemahan agroindustri dalam pemasaran nata de coco di daerah penelitian adalah:

1. Variasi produk yang dihasilkan agroindustri nata de coco

(51)

minuman yang terbuat dari nata de coco. Tidak adanya variasi produk pada agroindustri ini dianggap sebagai kelemahan perusahaan karena keuntungan yang diperoleh hanya berasal dari penjualan produk mentah. Padahal dengan memiliki kekuatan perusahaan seperti modal dan tenaga kerja, nata de coco mentah tersebut dapat diolah menjadi berbagai minuman dan agar-agar dalam kemasan yang menarik yang tentunya dapat menghasilkan keuntungan yang lebih tinggi dibandingkan dengan hanya menghasilkan produk mentah saja.

2. Jumlah produksi nata de coco per hari

Berdasarkan hasil wawancara dengan pengusaha nata de coco di daerah penelitian, jumlah produksi nata de coco per hari rata-rata adalah 800 Kg/hari dengan rentang antara 500 – 1.000 Kg/hari. Dalam skala industri kecil/rumah tangga, produksi harian nata de coco dengan jumlah tersebut dianggap masih kecil karena dengan adanya kekuatan yang dimiliki oleh perusahaan seharusnya dapat memproduksi hingga 3 – 5 ton/hari. Namun, perusahaan agroindustri nata de coco di daerah penelitian tidak dapat memproduksi dalam jumlah besar karena jumlah produksi ditentukan oleh agen/distributor yang membeli hasil produk perusahaan tersebut. Dengan dibatasinya jumlah produksi tersebut merupakan kendala bagi usaha nata de coco dalam mendapatkan profit yang lebih tinggi.

3. Promosi/sistem penjualan produk nata de coco

(52)

produknya. Promosi/sistem penjualan produk yang dijalankan agroindustri nata de coco di daerah penelitian lebih banyak ditujukan ke agen (distributor), karena para pengusaha nata de coco tidak memiliki akses (link) ke industri besar. Hal ini merupakan kendala bagi usaha tersebut untuk memperluas jaringan pemasaran produknya.

5.1.2 PeluangAgroindustri dalam Pemasaran Nata De Coco

Adapun peluang agroindustri dalam pemasaran nata de coco di daerah penelitian adalah:

1. Ketersediaan bahan baku dalam agroindustri nata de coco

Bahan baku sangat penting bagi perusahaan agroindustri yang mengolah suatu produk, karena bahan baku merupakan salah satu faktor penentu kualitas dari produk yang dihasilkannya. Keberlangsungan input juga merupakan hal yang penting dalam manajemen agribisnis termasuk nata de coco.

(53)

Berdasarkan hasil wawancara dengan pengusaha nata de coco di daerah penelitian, penyediaan bahan baku berupa air kelapa cukup tersedia untuk kebutuhan produksi yaitu rata-rata sekitar 1875 liter/hari dengan rentang antara 1000 − 3000 liter/hari dengan harga Rp 4.000 – Rp 6.000/jerigen (1 jerigen = 25 liter). Umumnya pengusaha memperoleh bahan baku tersebut dari pasar-pasar yang berada di Kota Medan.

2. Pangsa pasar produk nata de coco

Produk kelapa yang biasanya dijual oleh masyarakat adalah kopra, minyak goreng, gula merah, dan kelapa butiran. Padahal banyak sekali produk-produk yang bisa diturunkan dari buah kelapa. Salah satunya adalah nata de coco yang menggunakan bahan baku air kelapa. Dari segi skala perusahaan, usaha nata de coco dilakukan oleh beberapa perusahaan besar-menengah dan juga perusahaan kecil-rumah tangga. Tentu saja mereka memiliki segmentasi pasar sendiri-sendiri. Perusahaan besar-menengah memiliki pasar yang relatif lebih luas mencangkup pasar domestik dan pasar ekspor. Sedangkan perusahaan kecil-rumah tangga memiliki pasar lokal dan daerah sekitar.

(54)

5.1.4 AncamanAgroindustri dalam Pemasaran Nata De Coco

Adapun ancaman agroindustri dalam pemasaran nata de coco di daerah penelitian adalah:

1. Perusahaan pesaing agroindustri nata de coco

Pola konsumsi terhadap nata de coco dan potensi pasarnya mempunyai prospek cerah. Keadaan ini dapat dimanfaatkan oleh industri penghasil produk ini. Agroindustri nata de coco terus berkembang dan menghasilkan produk untuk memenuhi kebutuhan konsumen. Semakin meingkatnya permintaan terhadap produk nata de coco, maka banyak industri yang bergerak dibidang nata de coco. Dampak yang ditimbulkan dari industri tersebut adalah terjadinya persaingan dengan industri sejenis dalam memperebutkan konsumen dan dan mendapatkan bahan baku. Besar kecilnya ancaman masuknya pendatang baru/pesaing ke dalam agroindustri nata de coco tergantung pada rintangan masuk yang ada dan reaksi dari para pengusaha agroindustri.

2. Pengaruh pergantian musim/cuaca terhadap agroindustri nata de coco

(55)

5.2 Strategi Pemasaran Agroindustri Nata De Coco

Perusahaan dalam menghadapi berbagai masalah dalam mencapai tujuan harus dapat menentukan strategi pemasaran yang tepat agar menempatkan diri pada posisi yang menguntungkan. Dalam menetapkan strategi pemasaran yang tepat bagi perusahaan, dilakukan identifikasi terhadap faktor-faktor internal dan eksternal yang berpengaruh bagi perusahaan. Melalui faktor internal dapat diketahui kekuatan dan kelemahan yang dimiliki perusahaan, sedangkan melalui faktor-faktor eksternal dapat diketahui peluang dan ancaman yang dihadapi perusahaaan. Berdasarkan hasil wawancara dan pengolahan data yang diperoleh dari agroindustri nata de coco di daerah penelitian, dapat dilihat faktor-faktor internal (kekuatan dan kelemahan) dan faktor-faktor eksternal (peluang dan ancaman) yang mempengaruhi pemasaran Nata De Coco di Kota Medan sebagai berikut:

Tabel 8. Kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman pemasaran agroindustri nata de coco di Kota Medan

Faktor – Faktor Parameter Faktor Internal

- Kekuatan 1. Penggunaan modal usaha pada agroindustri nata de coco

2. Harga jual produk nata de coco per Kg 3. Jumlah tenaga kerja pada agroindustri

nata de coco

- Kelemahan 1. Variasi produk yang dihasilkan agroindustri nata de coco

2. Jumlah produksi nata de coco per hari

3. Promosi/sistem penjualan produk nata de coco Faktor Eksternal

- Peluang 1. Ketersediaan bahan baku dalam agroindustri nata de coco

2. Pangsa pasar produk nata de coco

- Ancaman 1. Perusahaan pesaing agroindustri nata de coco 2. Pengaruh pergantian musim/cuaca terhadap

agroindustri nata de coco

(56)

Setelah diketahui faktor-faktor internal dan eksternal pada pemasaran agroindustri nata de coco di daerah penelitian, tahap selanjutnya adalah tahap pengumpulan data. Model yang digunakan adalah Matriks Faktor Strategi Internal/Internal Strategic Factors Analysis Summary (IFAS) dan Matriks Faktor Strategi Eksternal/EksternalStrategic Factors Analysis Summary (EFAS).

Hasil identifikasi faktor-faktor internal yang merupakan kekuatan dan kelemahan, rating, dan pembobotan dipindahkan ke tabel matrik IFAS untuk diberi skoring (rating x bobot) seperti pada tabel berikut:

Tabel 9. Matriks Evaluasi Faktor Strategi Internal (IFAS)

Faktor-Faktor Strategi Internal Rating Bobot Skor Strength (Kekuatan)

1. Penggunaan modal usaha pada agroindustri nata de coco

3 18,75 56,25 2. Harga jual nata de coco per Kg 3 18,75 56,25 3. Jumlah tenaga kerja pada agroindustri

nata de coco

2 12,5 25 Weakness (Kelemahan)

1. Variasi produk yang dihasilkan agroindustri nata de coco

2 20 40 2. Jumlah produksi nata de coco per hari 1 10 10 3. Promosi/sistem penjualan produk

nata de coco

2 20 40

TOTAL 13 100 227,5

Sumber: Analisis data primer, Lampiran 5.

(57)

Selanjutnya, hasil identifikasi faktor-faktor eksternal yang merupakan peluang dan ancaman, rating, dan pembobotan dipindahkan ke tabel matrik EFAS untuk diberi skoring (rating x bobot) seperti pada tabel berikut:

Tabel 10. Matriks Evaluasi Faktor Strategi Eksternal (EFAS)

Faktor-Faktor Strategi Eksternal Rating Bobot Skor Opportunity (Peluang)

1. Ketersediaan bahan baku dalam agroindustri nata de coco

4 28,57 114,28 2. Pangsa pasar produk nata de coco 3 21,42 64,26 Threats (Ancaman)

1. Perusahaan pesaing agroindustri nata de coco

2 25 50 2. Pengaruh pergantian musim/cuaca

terhadap agroindustri nata de coco

2 25 50 TOTAL 11 100 278,54

Sumber: Analisis data primer, Lampiran 6.

Hasil pembobotan faktor eksternal yang paling tinggi pada peluang adalah ketersediaan bahan baku dalam agroindustri nata de coco, sedangkan hasil yang paling tinggi pada ancaman adalah perusahaan pesaing agroindustri nata de coco dan pengaruh pergantian musim/cuaca terhadap agroindustri nata de coco.

(58)

Tabel 11. Penggabungan matriks evaluasi faktor strategis internal dan eksternal pemasaran agroindustri nata de coco

Faktor - Faktor Strategis Rating Bobot Skor Faktor Strategis Internal

Strength (Kekuatan)

1. Penggunaan modal usaha pada agroindustri nata de coco

3 18,75 56,25 2. Harga jual nata de coco per Kg 3 18,75 56,25 3. Jumlah tenaga kerja pada agroindustri

nata de coco

2 12,5 25 Total Skor Kekuatan 8 50 137,5 Weakness (Kelemahan)

1. Variasi produk yang dihasilkan agroindustri nata de coco

2 20 40 2. Jumlah produksi nata de coco per hari 1 10 10 3. Promosi/sistem penjualan produk

nata de coco

2 20 40 Total Skor Kelemahan 5 50 90 Selisih (Kekuatan – Kelemahan) 47,5 Faktor Strategis Eksternal

Opportunity (Peluang)

1. Ketersediaan bahan baku dalam agroindustri nata de coco

4 28,57 114,28 2. Pangsa pasar produk nata de coco 3 21,42 64,26 Total Skor Peluang 7 50 178,54 Threats (Ancaman)

1. Perusahaan pesaing agroindustri nata de coco

2 25 50 2. Pengaruh pergantian musim/cuaca

terhadap agroindustri nata de coco

2 25 50 Total Skor Ancaman 4 50 100 Selisih (Peluang – Ancaman) 78,54

Sumber: Analisis data primer, Lampiran 7.

(59)

Berdasarkan penggabungan matriks evaluasi faktor internal dan eksternal tersebut, maka dapat diketahui posisi strategi pemasaran agroindustri nata de coco di Kota Medan. Posisi strategi pemasaran dianalisis menggunakan matriks posisi, sehingga akan menghasilkan titik koordinat (x,y). Nilai x diperoleh dari selisih faktor internal (kekuatan−kelemahan) dan nilai y diperoleh dari sel isih faktor eksternal (peluang−ancaman). Posisi titik koordinatnya dapat dilihat sebagai berikut:

78,54

47,5

Gambar 3. Matriks Posisi Strategi Pemasaran Agroindustri Nata De Coco.

Posisi perusahaan agroindustri dalam pemasaran produk nata de coco di daerah penelitian berada di kuadaran I, artinya posisi ini menandakan bahwa situasi perusahaan sangat menguntungkan, perusahaan tersebut memiliki peluang dan kekuatan sehingga dapat memanfaatkan peluang yang ada.

Kuadran I Strategi Agresif Kuadran III

Strategi Turn Around

Kuadran II Strategi Diversifikasi Kuadran IV

Strategi Defensif

Faktor Eksternal

Faktor Internal Y (+)

Y (−)

(60)

Setelah mengetahui hasil pada gambar di atas, maka perlu dilakukan analisis dengan menyusun faktor-faktor strategis dalam matriks SWOT. Matriks ini menghasilkan empat kemungkinan alternatif strategis yaitu Strategi SO (Strengths-Opportunities), Strategi ST (Strengths-Threats), Strategi WO (Weakness-Opportunities), dan Strategi WT (Weakness-Threats).

Tabel 12. Matrik SWOT

STRENGTHS (S) 1. Penggunaan modal

usaha pada

agroindustri nata de coco. (S1)

2. Harga jual nata de coco per Kg. (S2) 3. Jumlah tenaga kerja

pada agroindustri nata de coco. (S3)

WEAKNESS (W) 1. Variasi produk yang

dihasilkan agroindustri nata de coco. (W1) 2. Jumlah produksi nata

de coco per hari. (W2) 3. Promosi/sistem

penjualan produk nata de coco. (W3)

OPPORTUNITIES (O) 1. Ketersediaan bahan

baku dalam

agroindustri nata de coco. (O1)

2. Pangsa pasar produk nata de coco. (O2)

agroindustri nata de coco. (T1)

(61)

Keempat berbagai kemungkinan strategi di atas tidak digunakan seluruhnya dalam pemasaran agroindustri nata de coco di daerah penelitian, melainkan disesuaikan dengan posisi yang telah diketahui dalam matrik posisi SWOT. Di daerah penelitian, posisi perusahaan agroindustri dalam pemasaran nata de coco berada pada kuadaran I, sehingga strategi yang tepat digunakan dalam posisi tersebut adalah strategi agresif.

Strategi agresif merupakan strategi yang fokus pada strategi SO (Strengths -Opportunities) yaitu menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang. Sehingga strategi-strategi yang tepat digunakan perusahaan agroindustri dalam pemasaran nata de coco di daerah penelitian adalah:

1. Menghasilkan variasi produk. (S1, S2, S3, O1, O2)

Saat ini produk yang dihasilkan agroindustri nata de coco di daerah penelitian hanya berupa lembaran nata yang merupakan bahan baku bagi industri makanan dan minuman. Seharusnya dengan memiliki kekuatan seperti modal dan tenaga kerja, agroindustri ini diharapkan dapat menghasilkan berbagai produk seperti minuman dan agar-agar dalam kemasan.

2. Meningkatkan modal usaha. (S1, O2)

(62)

3. Memanfaatkan peluang pasar untuk memperluas jaringan pemasaran produk. (S2, O2)

(63)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

1. a. Kekuatan agroindustri dalam pemasaran nata de coco di daerah penelitian adalah penggunaan modal usaha pada agroindustri nata de coco, harga jual natade coco, dan jumlah tenaga kerja pada agroindustri nata de coco.

b. Kelemahan agroindustri dalam pemasaran nata de coco di daerah penelitian adalah variasi produk yang dihasilkan agroindustri nata de coco, jumlah produksi nata decoco, dan promosi/sistem penjualan produk nata de coco.

c. Peluang agroindustri dalam pemasaran nata de coco di daerah penelitian adalah ketersediaan bahan baku dalam agroindustri nata de coco dan pangsa pasar produk nata de coco.

d. Ancaman agroindustri dalam pemasaran nata de coco di daerah penelitian adalah perusahaan pesaing agroindustri nata de coco dan pengaruh musim/cuaca terhadap agroindustri nata de coco.

2. Strategi yang diperoleh untuk meningkatkan pemasaran agroindustri nata de coco di daerah penelitian adalah strategi agresif atau strategi SO (Strengths -Opportunities) yaitu menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang yang ada dengan kegiatan sebagai berikut:

1. Menghasilkan variasi produk. 2. Meningkatkan modal usaha.

(64)

6.2 Saran

1. Kepada pengusaha agroindustri nata de coco

- Perusahaan agroindustri nata de coco dapat meningkatkan penggunaan teknologi dalam proses produksi seperti pengolahan nata hingga menjadi minuman dalam kemasan yang menarik konsumen.

- Perusahaan agroindustri diharapkan dapat memperluas jaringan distribusi produk seperti bekerja sama dengan idustri makanan dan minuman lokal maupun luar daerah.

2. Kepada pemerintah

- Pemerintah diharapkan dapat melakukan pembinaan mengenai industri skala kecil-rumah tangga, untuk itu pemerintah (Dinas Perindustrian dan Perdagangan) perlu mendata ulang guna mendapatkan informasi yang akurat mengenai profil dan karakteristik agroindustri nata de coco di Kota Medan.

- Diperlukan kebijakan pemerintah agar mampu mendorong lembaga terkait seperti lembaga keuangan/bank untuk pembiayaan serta pemerintah daerah yang dapat memberikan pelatihan mengenai manajemen usaha, teknologi produksi, penanganan limbah, dll.

3. Kepada peneliti selanjutnya

(65)

DAFTAR PUSTAKA

Allorerung, D. dan A. Lay, 1998. Kemungkinan Pengembangan Pengolahan Buah Kelapa Secara Terpadu Skala Pedesaan. Lampung: Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Industri.

Downey, W. David dan Steven P. Erickson, 1987. Manajemen Agribisnis. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Gumbira, E. dan A. Harizt Intan, 2001. Manajemen Agribinis. Jakarta: Penerbit Ghalia Indonesia.

Idrus, Muhammad, 2009. Metode Penelitian Ilmu Sosial. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Marimin, 2004. Teknik dan Aplikasi Pengambilan Keputusan Kriteria Majemuk. Jakarta: Grasindo.

Marzuki, 2005. Metodologi Riset: Panduan Penelitian Bidang Bisnis dan Sosial. Yogyakarta: Ekonisia.

McGinity, G., 1979. Agribusiness Management for Developing Countries. Cambridge: Ballinger Pub.

Palungkung, Rony. 2001. Aneka Produk Olahan Buah Kelapa. Jakarta: Penebar Swadaya.

Pambayun, Rindit, 2002. Teknologi Pengolahan Nata De Coco. Yogyakarta: Kanisius.

Rangkuti, Freddy, 1997. Analisis SWOT: Teknik Membedah KasusBisnis. Jakarta: Gramedia Pustaka Umum.

Rewoldt, Stewarth H., et.al, 1991. Perencanaan dan Strategi Pemasaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Sarma, M., 1994. Pengantar Ilmu Ekonomi Pertanian. Bogor: FP-IPB.

Soekartawi, 2000. Pengantar Agroindustri. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Suhardikono, L., 1995. Tanaman Kelapa: Budidaya dan Pemanfaatannya.

Yogyakarta: Kanisius.

(66)

Lampiran 1. Indikator dan Parameter Penilaian SWOT pada Pemasaran Agroindustri Nata De Coco di Kota Medan

No. Indikator Parameter Rating

I Faktor Internal i Strength (Kekuatan)

1 Penggunaan modal usaha pada agroindustri

nata de coco

a. > Rp 100.000.000

b. Rp 50.000.000 – Rp 100.000.000 c. Rp 10.000.000 – Rp 50.000.000 d. < Rp 100.000.000 3 Jumlah tenaga kerja pada

agroindustri nata de coco

a. > 100 orang

ii Weakness (Kelemahan)

1 Variasi produk yang

dihasilkan agroindustri nata de coco

a. Hanya nata de coco lembaran b. Bibit nata dan nata de coco

lembaran

c. Produk nata de coco dalam bentuk minuman tetapi tanpa merek

d. Produk nata de coco dalam bentuk minuman dan memiliki merek 3 Promosi/sistem penjualan

produk nata de coco

a. Tidak ada promosi b. Promosi ke distributor

c. Promosi ke pabrik/industri besar d. Promosi dengan media online

Gambar

Tabel 1. Komposisi buah kelapa
Gambar 1. Posisi perusahaan pada berbagai kondisi.
gambar di bawah ini:
Tabel 3. Matrik Faktor Strategi Internal dan Eksternal
+7

Referensi

Dokumen terkait

RINI HAKIMI. Strategi Peningkatan Daya Saing Industri Nata de Coco di Kota Bogor dengan Pendekatan Fuzzy. Dibimbing oleh MACHFUD, MARIMIN dan ANI SURYANI. Perusahaan nata de

Strategi yang diperoleh untuk meningkatkan pemasaran agroindustri pancake durian di daerah penelitian adalah strategi agresif atau strategi SO ( Strengths ±

Bogor dengan Pendekatan Fuzzy. Dibimbing oleh MACHFUD, MARIMIN dan ANI SURYANI. Perusahaan nata de coco semakin banyak berkembang di Kota Bogor. Hal ini mengakibatkan

Pada saluran II dapat dilihat bahwa biaya pedagang pengecer memiliki biaya pemasaran yang terdiri dari biaya transportasi sebesar Rp.2.000 sehingga diperoleh nilai

Komisi Pembimbing. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2014. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui bagaimana pemasaran cincau hitam di1. daerah penelitian dan

Bogor dengan Pendekatan Fuzzy. Dibimbing oleh MACHFUD, MARIMIN dan ANI SURYANI. Perusahaan nata de coco semakin banyak berkembang di Kota Bogor. Hal ini mengakibatkan

Bogor dengan Pendekatan Fuzzy. Dibimbing oleh MACHFUD, MARIMIN dan ANI SURYANI. Perusahaan nata de coco semakin banyak berkembang di Kota Bogor. Hal ini mengakibatkan

Strategi yang diperoleh untuk meningkatkan pemasaran agroindustri pancake durian di daerah penelitian adalah strategi agresif atau strategi SO (Strengths –