Mulya Sari
ABSTRAK
PENGARUH PENGGUNAAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA
DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL SISWA
(Studi pada Siswa Kelas VIII SMPN 20 Bandar Lampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2011/2012)
Oleh MULYA SARI
Penelitian eksperimen semu ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan pembelajaran kontekstual terhadap hasil belajar matematika siswa ditinjau dari kemampuan awal siswa. Populasi penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMPN 20 Bandar Lampung semester genap tahun pelajaran 2011/2012. Sampel penelitian adalah kelas VIII A dan VIII B yang diambil menggunakan teknik cluster random sampling. Desain penelitian yang digunakan adalah desain faktorial 3 x 2. Data penelitian diperoleh melalui tes hasil belajar matematika siswa, dan data dianalisis dengan Analisis Variansi. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa penggunaan pembelajaran kontekstual tidak berpengaruh terhadap hasil belajar matematika siswa ditinjau dari kemampuan awal siswa.
PENGARUH PENGGUNAAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA
DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL SISWA
(Studi pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 20 Bandar Lampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2011/2012)
(Skripsi)
Oleh MULYA SARI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG
PENGARUH PENGGUNAAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA
DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL SISWA
(Studi pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 20 Bandar Lampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2011/2012)
Oleh Mulya Sari
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN
pada
Program Studi Pendidikan Matematika
Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG
Judul Skripsi : PENGARUH PENGGUNAAN
PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL TERHADAP HASIL BELAJAR
MATEMATIKA SISWA DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL SISWA (Studi pada Siswa Kelas VIII SMPN 20 Bandar Lampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2011/2012)
Nama Mahasiswa : Mulya Sari
Nomor Pokok Mahasiswa : 0743021038
Program Studi : Pendidikan Matematika
Jurusan : Pendidikan MIPA
Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan
MENYETUJUI 1. Komisi Pembimbing
Dr. Sugeng Sutiarso, M.Pd.
Dra. Rini Asnawati, M.Pd.
NIP 19690914 199403 1 002 NIP 19620210 198503 2 003
2. Ketua Jurusan Pendidikan MIPA
Dr. Caswita, M.Si.
MENGESAHKAN
1. Tim Penguji
Ketua : Dr. Sugeng Sutiarso, M.Pd. ____________
Sekretaris : Dra. Rini Asnawati, M.Pd. ____________
Penguji
Bukan Pembimbing : Dr. Sri Hastuti Noer, M.Pd. ____________
2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Dr. H. Bujang Rahman, M.Si. NIP 19600315 198503 1 003
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ... xv
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... ... 1
B. Rumusan Masalah ... ... 5
C. Tujuan Penelitian ... ... 6
D. Manfaat Penelitian ... ... 6
E. Ruang Lingkup Penelitian ... ... 6
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori ... ... 8
1. Belajar dan Hasil Belajar ... .. . 8
2. Pembelajaran Kontekstual ... ... 10
3. Pembelajaran Konvensional ... 16
4. Kemampuan Awal ... 17
B. Kerangka Pikir ... 18
C. Hipotesis ... 21
B. Desain Penelitian ... ... 23
C. Data Penelitian ... ... 24
D. Prosedur Penelitian... .. 24
E. Teknik Pengumpulan Data ... .. 25
F. Instrumen Penelitian... 26
G. Teknik Analisis Data ... 29
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 36
B. Pembahasan ... ... 43
V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... ... 48
B. Saran ... ... 49 DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
3.1 Desain Penelitian ... 24
3.2 Interpretasi Nilai Daya Pembeda ... 28
3.3 Interpretasi Nilai Tingkat Kesukaran ... 28
3.4 Data Uji Tes Hasil Belajar Matematika Siswa ... 29
3.5 Rangkuman Hasil Uji Normalitas Data Kemampuan Awal Siswa ... 30
3.6 Rangkuman Hasil Uji Homogenitas Variansi Data Kemampuan Awal Siswa ... 32
3.7 Persiapan Anava Satu Jalur ... 34
3.8 Persiapan Anava Dua Julur ... 35
4.1 Statistik Deskriptif Data Hasil Belajar Matematika Siswa ... 36
4.2 Rangkuman Hasil Uji Normalitas Data Hasil Belajar Matematika Siswa ... 37
4.3 Rangkuman Hasil Uji Homogenitas Variansi Data Hasil Belajar Matematika Siswa ... 38
4.4 Hasil Uji Anava Dua Jalur ... 39
4.5 Hasil Uji Anava Satu Jalur Kemampuan Awal Tinggi ... 40
4.6 Hasil Uji Anava Satu Jalur Kemampuan Awal Sedang ... 41
MOTTO
Bila anda bermimpi tentang kesuksesan berarti
anda sudah memegang kunci kesuksesan, hanya
tinggal berusaha mencari lubangnya kunci untuk
PERNYATAAN SKRIPSI MAHASISWA
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Mulya Sari
NPM : 0743021038
Program Studi : Pendidikan Matematika
Jurusan : Pendidikan MIPA
Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang telah
diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi dan
sepengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau
diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan
disebut dalam daftar pustaka.
Bandar Lampung, Oktober 2012 Yang menyatakan
Mulya Sari
PERSEMBAHAN
Bismillahirohmannirrohim
Puji syukur kehadirat ALLAH SWT atas nikmat dan karunia
yang tak terhingga
Shalawat serta salam kepada Nabi Besar MUHAMMAD SAW
Kupersembahkan karya kecilku ini kepada,
Papa dan Mama ku tersayang (Arip Ali dan Hartatita)
yang selalu mendoakan, memberikan motivasi dan nasehat, serta
memberikan segalanya demi keberhasilanku.
Adik-adikku tersayang (M. Fikri dan Agung R.P.)
yang telah mendoakan dan memberikan dukungan
kepadaku.
Para pendidik yang telah mendidikku dengan penuh kesabaran
Teman-temanku yang selalu membantu dan memberikan semangat
dengan tulus
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bandar Lampung pada tanggal 8 Januari 1990. Penulis
merupakan anak pertama dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Arip Ali dan
Ibu Hartatita.
Pendidikan yang telah ditempuh dimulai dari Taman Kanak-Kanak (TK) Amarta
Tani HKTI dan selesai pada tahun 1995, Sekolah Dasar (SD) Negeri 2 Labuhan
Dalam Kecamatan Tanjung Senang Bandar Lampung dan selesai tahun 2001,
Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 20 Bandar Lampung dan selesai pada
tahun 2004, dan Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 5 Bandar Lampung dan
lulus tahun 2007. Kemudian pada tahun 2007, penulis diterima sebagai
mahasiswa Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Lampung. Penulis melaksanakan Program Pengalaman Lapangan
SANWACANA
Puji syukur kehadirat Allah SWT Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang
yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Penggunaan Pembelajaran
Kontekstual Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Ditinjau Dari Kemampuan
Awal Siswa.”
Penulis menyadari terselesaikannya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai
pihak. Untuk itu dengan kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih
kepada:
1. Bapak Dr. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Lampung.
2. Bapak Dr. Caswita, M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan MIPA Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.
3. Bapak Drs. Pentatito Gunowibowo, M.Pd., selaku Ketua Program Studi
Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Lampung.
4. Bapak Dr. Sugeng Sutiarso, M.Pd., selaku pembimbing I yang telah
membimbing dengan penuh kesabaran, memberikan nasihat, motivasi dan
5. Ibu Dra. Rini Asnawati, M.Pd., selaku Dosen Pembimbing Akademik dan
selaku Dosen pembimbing II yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk
membimbing, memberikan motivasi dan semangat kepada penulis selama
perkuliahan dan penyusunan skripsi ini.
6. Ibu Dr. Sri Hastuti Noer, M.Pd., selaku pembahas yang telah memberikan
bimbingan, saran serta arahan kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.
7. Seluruh Dosen FKIP yang telah mendidik dan membimbing penulis selama
menyelesaikan studi.
8. Ibu Listadora, M.Pd., selaku Kepala SMP Negeri 20 Bandar Lampung yang
telah memberikan izin dan bantuan selama penelitian.
9. Ibu Muryati, S.Pd., sebagai guru matematika kelas VIII SMP Negeri 20
Bandar Lampung yang telah membantu penulis selama melakukan penelitian.
10. Ibu Winarti, S.Pd., sebagai guru pamong yang telah membimbing dalam
pelaksanaan PPL.
11. Siswa/siswi kelas VIII A, VIII B, dan VIII C SMP Negeri 20 Bandar
Lampung tahun pelajaran 2011/2012, atas kerjasama yang telah terjalin.
12. Papa dan mama tersayang, atas perhatian dan kasih sayang yang telah
diberikan selama ini, yang selalu mendoakan dan memberikan segalanya yang
terbaik buat anak-anaknya.
13. Adik-adikku dan keluarga besarku tersayang, yang telah mendoakan,
memberikan semangat, dan motivasi kepadaku.
14. Teman-teman seperjuangan seluruh angkatan 2007 Non Reguler Pendidikan
diberikan. Semoga kebersamaan kita selama menjadi kenangan yang terindah
dan takkan pernah terlupakan.
15. Teman-teman seperjuangan PPL di SMA Tunas Harapan Bandar Lampung,
atas kebersamaan selama tiga bulan yang luar biasa.
16. Teman-teman angkatan 2007 reguler, kakak-kakakku angkatan 2004 sampai
2006 dan adik-adikku angkatan 2008 sampai 2011 terima kasih atas
kebersamaannya.
17. Almamater yang telah mendewasakanku.
18. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini.
Penulis berharap semoga Allah SWT senantiasa membalas semua kebaikan yang
telah diberikan dan semoga skripsi ini bermanfaat.Amin.
Bandarlampung, Oktober 2012
Penulis
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Belajar dan Hasil Belajar
Belajar merupakan proses perkembangan yang dialami oleh siswa menuju kearah yang lebih
baik. Menurut Slameto (2003) belajar merupakan suatu proses yang dilakukan seseorang yang
memperoleh suatu perubahan dan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil
pengalamanya sendiri dalam interaksi dengan lingkungan. Pendapat senada juga dikemukakan oleh
Hamalik (2004) yang mengemukakan bahwa belajar adalah suatu proses perubahantingkah laku
individu melalui interaksi dengan lingkungannya.
Belajar juga dapat dikatakan sebagai upaya untuk menguasai ilmu pengetahuan.Hal ini
dipertegas oleh Abdurrahman (2003) yang mengemukakan bahwa belajar merupakan suatu
proses dari seorang individu yang berupaya mencapai tujuan belajar atau yang biasa disebut
dengan hasil belajar, yaitu suatu bentuk perubahan perilaku yang relatif menetap.Sedangkan
Sardiman (2007)mengemukakan bahwa belajar diartikan sebagai usaha penguasaan materi ilmu
pengetahuan yang merupakan sebagian kegiatan menuju terbentuknya kepribadian seutuhnya.
Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut, disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses atau
usaha perubahan tingkah laku untuk mencapai suatu tujuan.
Hasil belajar merupakan hasil yang menggambarkan kemampuan yang diperoleh siswa setelah
melakukan kegiatan belajar. Hasil inilah yang akan menjadi ukuran keberhasilan siswa dalam
mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Abdurrahman(2003) mengatakan bahwa
Selanjutnya Dimyati dan Mudjiono (2006) mengatakan bahwa hasil belajar adalah hasil dari
suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar.
Selain itu, hasil belajar juga merupakan perubahan perilaku siswa yang diperoleh setelah
mengikuti pembelajaran selama kurun waktu tertentu. Perubahan tersebut meliputi aspek
kognitif, afektif, dan psikomotor, seperti yang dikemukakanBloom (dalam Dimyati, 2006) yang
mengategorikan hasil belajar dalam 3 ranah, yaitu:
a. Ranah kognitif, terdiri dalam enam jenis perilaku yaitu: pengetahuan, pemahaman, penerapan,
analisis, sintesis, evaluasi.
b. Ranah afektif, terdiri dalam lima perilaku yaitu: penerimaan, partisipasi, penilaian dan
penentuan sikap, organisasi, pembentukan pola hidup.
c. Ranah psikomotorik, terdiri dari tujuh jenis perilaku, yaitu : persepsi, kesiapan, gerakan
terbimbing, gerakan yang terbiasa, gerakan kompleks, penyesuaian pola gerakan, kreativitas.
Siswa dikatakan memperoleh hasil belajar yang tinggi jika siswa tersebut memiliki penguasaan
yang baik terhadap pelajaran tersebut dan berhasil mencapai tujuan-tujuan pembelajaran yang
ditetapkan oleh guru. Hal ini sesuai dengan pen- dapat Abdurrahman (2003) yang
mengemukakan bahwa seorang anak yang berhasil dalam belajar ialah yang berhasil mencapai
tujuan-tujuan pembelajaran atau tujuan-tujuan instruksional.
Menurut Sardiman (2007) hasil belajar dikatakan baik jika memiliki ciri-ciri sebagai berikut
a. Hasil belajar itu tahan lama dan dapat digunakan dalam kehidupan oleh siswa.
b. Hasil belajar itu merupakan pengetahuan “asli” atau “autentik”.
c. Hasil belajar itu selalu memunculkan pemahaman atau pengertian yang kemudian
d. Hasil belajar itu tidak terikat pada situasi ditempat hasil belajar itu dicapai, tetapi juga dapat
digunakan dalam situasi lain.
Dalam penelitian ini, hasil belajar yang dimaksud adalah hasil yang diperoleh siswa dalam aspek
kognitif setelah melalui proses belajar dan ditandai oleh skor yang diperoleh siswa dari tes hasil
belajar.
2. Pembelajaran Kontekstual
Pendekatan kontekstual atau contextual teaching and learning (CTL) dikembangkan oleh The
Washington State Concortium for Contextual Teaching and Learning dan lembaga-lembaga yang
bergerak dalam dunia pendidikan di Amerika Serikat. US Department of Education Office of
Vocational and Adult Education and The National School to Work Office (dalam Muslich, 2008)
menyatakan bahwa pembelajaran kontekstual atau contextual teaching and learning (CTL)
adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi pembelajaran dengan
situasi dunia nyata siswa, dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang
dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari. Sedangkan menurut
Johnson (2008) merumuskan pengertianpembelajaran kontekstual merupakan suatu proses
pendidikan yang bertujuan membantu siswa melihat makna dalam bahan pelajaran yang mereka
pelajari dengan cara menghubungkannya pada konteks kehidupan sehari-hari.
Center of Occupational Research and Development (CORD) (dalam Nurhadi, 2004)
menyampaikan lima strategi bagi pendidik dalam pengajaran kontekstual, yakni :
b. experiencing: Belajar ditekankan kepada penggalian (eksplorasi), penemuan (discovery), dan
penciptaan (invention).
c. applying: Belajar bilamana pengetahuan dipresentasikan di dalam konteks pemanfaatannya.
d. cooperating: Belajar melalui konteks komunikasi interpersonal, pemakaian bersama, dan
sebagainya.
e. transferring: Belajar melalui pemanfaatan pengetahuan di dalam situasi atau konteks baru.
Muslich (2007) mengemukakan bahwa pendekatan kontesktual memiliki tujuh komponen utama,
yakni konstruktivisme (constructivism), menemukan (inquiry), bertanya (questioning),
masyarakat belajar (learning community), pemodelan (modeling), refleksi (reflection) dan
penilaian yang sebenarnya (authentic assessment).Penjelasan dari tujuh komponen di atas adalah
sebagai berikut:
a. Konstruktivisme(Constructivism)
Merupakan landasan berpikir (filosofi) pendekatan kontekstual, yaitu bahwa pengetahuan
oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas dan
tidak sekonyong-konyong. Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep, atau
kaidah yang siap untuk diambil dan diingat. Manusia harus mengkonstruksi pengetahuan itu
dan memberi makna dan melalui pengalaman nyata. Landasan berpikir konstruktivisme agak
berbeda dengan pandangan kaum objektivis, yang lebih menekankan pada hasil pembelajaran.
Dalam pandangan konstruktivis, strategi memperoleh lebih diutamakan dibandingkan
seberapa banyak siswa memperoleh dan mengingat pengetahuan.
Menemukan merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajaran berbasis kontekstual.
Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan hasil mengingat
seperangkat fakta-fakta tetapi hasil dari menemukan sendiri. Kegiatan menemukan (inquiry)
merupakan sebuah siklus yang terdiri dari observasi (observation), bertanya (questioning),
mengajukan dugaan (hiphotesis), pengumpulan data (data gathering), dan penyimpulan
(conclusion).
c. Bertanya (Questioning)
Pengetahuan yang dimiliki seseorang, selalu bermula dari ‘bertanya’. Questioning (bertanya)
merupakan strategi utama yang berbasis kontekstual. Bertanya dalam pembelajaran dipandang
sebagai kegiatan guru untuk men- dorong, membimbing, dan menilai kemampuan berpikir
siswa. Bagi siswa, kegiatan bertanya merupakan bagian penting dalam melaksanakan
pembelajaran yang berbasis inquiri, yaitu menggali informasi, mengkonfirmasikan apa yang
sudah diketahui, dan mengarahkan perhatian pada aspek yang belum diketahuinya.
d. Masyarakat Belajar (Learning Community)
Konsep masyarakat belajar menyarankan hasil pembelajaran diperoleh dari hasil kerjasama
dari orang lain.Hasil belajar diperolah dari ‘sharing’ antar teman, antar kelompok, dan antar
yang tahu ke yang belum tahu. Masyarakat belajar terjadi apabila ada komunikasi dua arah,
dua kelompok atau lebih yang terlibat dalam komunikasi pembelajaran saling belajar.
Kegiatan saling mem- belajarkan ini bisa terjadi apabila tidak ada pihak yang dominan dalam
komunikasi, tidak ada pihak yang merasa segan untuk bertanya, tidak ada pihak yang
menganggap paling tahu, semua pihak mau saling mendengarkan.Setiap pihak harus merasa
bahwa setiap orang lain memiliki pengetahuan, pengalaman, atau keterampilan yang
berbedayang perlu dipelajari.
Pemodelan pada dasarnya membahasakan gagasan yang dipikirkan, men-demonstrasikan
bagaimana guru menginginkan siswanya untuk belajar, dan melakukan apa yang guru
inginkan agar siswanya melakukan. Pemodelan dapat berbentuk demonstrasi, pemberian
konsep contoh tentang konsep atau aktivitas belajar. Dalam pembelajaran kontekstual, guru
bukan satu-satunya model. Model dapat dirancang dengan melibatkan siswa dan juga
menda- tangkan dari luar.
f. Refleksi (Reflection)
Refleksi adalah cara berpikir tentang apa yang baru dipelajari atau berpikir ke belakang
tentang apa-apa yang sudah kita lakukan di masa yang lalu. Siswa mengendapkan apa yang
harus dipelajarinya sebagai struktur pengetahuan yang baru, yang merupakan pengayaan atau
revisi dari pengetahuan sebelumnya. Refleksi merupakan respons terhadap kejadian, aktivitas,
atau pengetahuan yang baru diterima.
g. Penilaian yang sebenarnya (Authentic Assessment)
Penilaian adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberi gambaran mengenai
perkembangan belajar siswa. Dalam pembelajaran kon- tekstual, gambaran perkembangan
belajar siswa perlu diketahui guru agar bisa memastikan bahwa siswa mengalami
pembelajaran yang benar. Fokus peni- laian adalah pada penyelesaian tugas yang relevan dan
kontekstual serta penilaian dilakukan terhadap proses maupun hasil.
Pembelajaran kontekstual dapat diterapkan dalam kurikulum apa saja, bidang studi apa saja, dan
kelas yang bagaimanapun keadaannya seperti yang dijelaskan oleh Depdiknas (dalam Trianto,
2009).
Langkah-langkah pembelajaran matematika dengan Pendekatan Kontekstual (Nurhadi, 2004)
a. Pendahuluan
- Memulai pembelajaran dengan mengajukan masalah (soal) yang riil bagi siswa sesuai dengan
pengalaman dan tingkat pengetahuannya (masalah kontekstual) sehingga siswa segera terlibat
dalam pembelajaran bermakna.
- Permasalahan yang diberikan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai dalam pembelajaran
tersebut.
b. Pengembangan:
- Siswa mengembangkan atau menciptakan model-model matematis simbolik secara informal
terhadap persoalan atau masalah yang diajukan.
- Kegiatan pembelajaran berlangsung secara interaktif. Siswa diberi kesem-patan menjelaskan
dan memberi alasan terhadap jawaban yang diberikannya, memahami jawaban teman atau
siswa lain, menyatakan setuju atau tidak setuju terhadap jawaban yang diberikannya,
memahami jawaban teman atau siswa lain, dan mencari alternatif penyelesaian yang lain.
c. Penutup/penerapan:
Melakukan refleksi terhadap setiap langkah atau terhadap hasil pembelajaran.
Dari uraian di atas, pembelajaran melalui pendekatan kontekstual adalah pem-belajaran yang
mampu memberdayakan potensi siswa untuk membangun pe-ngetahuan yang ada di dalam
dirinya. Melalui pembelajaran matematika kon-tekstual, siswa mampu mengkonstruksi suatu
pengetahuan yang baru, sehingga pembelajaran akan lebih bermakna bagi siswa yang akhirnya
akan berdampak positif terhadap hasil belajar siswa. Selain itu, dengan pendekatan ini siswa
dilatih mengamati suatu hal, menganalisisnya, dan menemukan sesuatu yang baru bagi dirinya.
Dengan demikian, kesan yang didapat siswa akan lebih lama terekam dibandingkan dengan yang
kontekstual, siswa akan lebih memahami apa yang telah dipelajarinya dan bagaimana prosesnya.
Hal inilah yang diharapkan mampu membuat siswa memperoleh hasil belajar yang baik.
3. Pembelajaran Konvensional
Djamarah (1995) berpendapat bahwa metode pembelajaran konvensional adalah metode
pembel-ajaran tradisional atau disebut juga dengan metode ceramah, karena sejak dulu metode ini telah
dipergunakan sebagai alat komunikasi lisan antara guru dengan anak didik dalam proses belajar
dan pembelajaran. Selanjutnya Ruseffendi (2006) mengemukakan bahwa pembelajaran
konvensional (tradisional) pada umumnya memiliki kekhasan tertentu. Pembelajaran konven-
sional ini menggunakan metode yang biasa dilakukan oleh guru yaitu memberi penjelasan,
latihan soal kemudian pemberian tugas. Jadi pada pembelajaran konvensional lebih
mengutamakan hafalan dari pada pengertian, menekankan keterampilan menghitung,
mengutamakan hasil dari pada proses dan pengajaran berpusat pada guru.
Brooks & Brooks (1993), penyelenggaraan pembelajaran konvensional lebih menekankan
kepada tujuan pembelajaran berupa penambahan pengetahuan, sehingga belajar dilihat sebagai
proses “meniru” dan siswa dituntut untuk dapat mengungkapkan kembali pengetahuan yang
sudah dipelajari melalui kuis atau tes terstandar. Sedangkan menurut Burrowes (2003),
pembelajaran konvensional menekankan pada resitasi konten, tanpa memberikan waktu yang
cukup kepada siswa untuk merefleksi materi-materi yang dipresentasikan, menghubungkannya
dengan pengetahuan sebelumnya, atau mengaplikasikannya kepada situasi kehidupan nyata.
Lebih lanjut dinyatakan bahwa pembelajaran konvensional memiliki ciri-ciri, yaitu:
b. terjadi passive learning,
c. interaksi di antara siswa kurang,
d. tidak ada kelompok-kelompok kooperatif,
e. penilaian bersifat sporadis,
f. lebih mengutamakan hafalan,
g. sumber belajar banyak berupa informasi verbal yang diperoleh dari buku, dan
h. mengutamakan hasil daripada proses.
4. Kemampuan Awal
Setiap individu mempunyai kemampuan belajar yang berbeda-beda. Kemampuan yang telah
melekat pada seseorang dan yang terkait dengan hal baru yang akan dipelajari selanjutnya
di-sebut kemampuan awal. Kemampuan awal ini menggam- barkan kesiapan siswa dalam
menerima pelajaran yang akan disampaikan oleh guru. Hal ini sejalan dengan pendapat Ali
(1984) yang mengemukakan bahwa seseorang dapat memiliki kemampuan (hasil belajar) dengan
baik bila sebelumnya telah menguasai kemampuan yang mendahuluinya pada bidang yang sama.
Kemampuan awal siswa sebelum memulai mempelajari suatu bahan membawa pengaruh
terhadap hasil belajar yang akan dicapai.
Bruner (dalam Ruseffendi, 2006) mengungkapkan bahwa, dalam matematika setiap konsep
berkaitan dengan konsep yang lain. Jadi kemampuan awal siswa meru- pakan cerminan dari
kesiapan siswa dan yang menjadi tolak ukur siswa dalam menerima konsep baru. Jadi
kemampuan awal matematika siswa sebagai pengetahuan yang telah dimiliki siswa sebelumnya
merupakan pengetahuan yang memungkinkan siswa untuk mengembangkan pengetahuan
siswa yang merupakan representasi dari sekumpulan pengetahuan dan pengalaman tentang
belajar matematika yang telah dimiliki siswa menjadi faktor yang berpengaruh tehadap hasil
be-lajar matematika siswa.
Menurut pendapat Nasution (2008), konsep awal itu perlu untuk mengomuni- kasikan
pengetahuan selanjutnya. Dengan menguasai konsep awal, kemungkinan untuk memperoleh
pengetahuan baru tidak akan mengalami kesulitan. Kemampuan awal siswa yang diperoleh dari
pengalaman belajar siswa pada masa lampau menetukan kesiapan belajar siswa tersebut dalam
menerima pengetahuan baru yang akan dipelajari. Dari uraian tersebut, dapat dikatakan bahwa
kemam-puan awal siswa merupakan kemampuan dasar yang dimiliki siswa sebelum mempelajari
suatu materi untuk menuju ke jenjang yang lebih tinggi.
B. Kerangka Pikir
Matematika adalah salah satu mata pelajaran yang sering dianggap sulit oleh siswa yang
menyebabkan hasil belajar kurang memuaskan. Penyebab hal tersebut diantaranya adalah
penggunaan pendekatan pembelajaran dan kemampuan awal siswa. Kemampuan awal siswa
dikatakan berpengaruh terhadap hasil belajar matematika siswa selama pembelajaran
berlangsung karena matematika merupakan mata pelajaran yang berstruktur dan berjenjang
sehingga antara materi yang satu dengan yang lainnya saling berkaitan satu sama lain. Jadi
kemampuan awal siswa dapat memungkinkan siswa mengembangkan pengetahuan mate-
matikanya pada tingkatan yang lebih tinggi.
Saat ini model pembelajaran yang sering digunakan guru dalam pembelajaran matematika adalah
memberikan contoh soal dan penyelesaian, kemudian diberikan soal-soal latihan dan siswa
disuruh mengerjakannya. Jadi kegiatan guru yang utama adalah menerangkan dan siswa
mendengarkan atau mencatat apa yang disampaikan guru. Sehingga siswa menjadi pasif dalam
belajar dan belajar siswa kurang bermakna karena lebih banyak hapalan. Padahal objek
matematika bersifat abstrak yang menyebabkan siswa kurang memahami materi pelajaran
matematika. Oleh sebab itu seorang guru harus berusaha untuk mengurangi sifat abstrak dari
objek matematika itu. Maka diperlukan pendekatan yang meng- hadirkan situasi kehidupan
nyata. Pendekatan yang sesuai digunakan dalam kondisi tersebut adalah dengan menggunakan
pendekatan kontekstual.
Pendekatan kontekstual adalah pembelajaran yang mengaitkan antara materi matematika dengan
situasi dunia nyata, dan mendorong siswa untuk membuat hubungan antara pengetahuan yang
dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari. Pendekatan ini juga
mengharapkan siswa tersebut mampu mengkonstruksikan pengetahuan dalam benak mereka,
bukan meng- hafalkan fakta. Melalui pendekatan konstekstual, pembelajaran menjadi lebih
bermakna dan riil. Artinya siswa dituntut untuk dapat menangkap hubungan antara pengalaman
belajar di sekolah dengan kehidupan nyata. Hal ini sangat penting, sebab dengan dapat
mengorelasikan materi yang ditemukan dengan kehidupan nyata, bukan saja bagi siswa materi
itu akan berfungsi secara fungsional, akan tetapi materi yang dipelajarinya akan tertanam erat
dalam memori siswa, sehingga tidak akan mudah dilupakan. Selain itu pembelajaran lebih
produktif dan mampu menumbuhkan penguatan konsep kepada siswa karena pembelajaran
kontekstual menganut aliran konstruktivisme, dimana seorang siswa dituntut untuk menemukan
Siswa yang diajarkan menggunakan pembelajaran kontekstual memiliki
pengeta-huan/keterampilan yang dinamis dan fleksibel untuk mengkonstruksi sendiri secara aktif
pemahamannya dibandingkan siswa yang diajarkan menggunakan pembelajaran kontekstual.
Selain itu, kemampuan awal siswa merupakan prasyarat untuk mengikuti pembelajaran sehingga
dapat melaksanakan proses pembelajaran dengan baik. Apabila seorang siswa yang mempunyai
kemampuan awal yang baik akan lebih cepat memahami materi dibandingkan dengan siswa yang
tidak mempunyai kemampuan awal dalam proses pembelajaran. Dengan demikian, hasil belajar
siswa yang menggunakan pembelajaran kontekstual lebih baik dari siswa yang menggunakan
pembelajaran konvensional baik dilihat dari setiap kategori kemampuan awal.
Berdasarkan uraian di atas, diduga penggunaan pembelajaran kontekstual dan kemampuan awal
siswa berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Berikut ini dibuat gambar kerangka pikir yang
memperjelas mengenai hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat.
Populasi Sampel
Kelas Eksperimen
Kemampuan Awal Tinggi
Kemampuan Awal Rendah
Hasil Belajar Matematika Pembelajaran Kontekstual
Gambar 1. Ilustrasi Kerangka Pikir
C.Hipotesis Penelitian
1. Hipotesis Umum
Hipotesis umum dalam penelitian ini adalah penggunaan pembelajaran kontekstual berpengaruh
terhadap hasil belajar matematika siswa ditinjau dari kemampuan awal siswa.
2. Hipotesis Kerja
Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah:
1. Terdapat perbedaan hasil belajar matematika siswa antara pembelajaran kontekstual dan
pembelajaran konvensional.
2. Terdapat perbedaan hasil belajar matematika siswa antara pembelajaran kontekstual dan
pembelajaran konvensional,pada siswa berkemampuan awal tinggi.
3. Terdapat perbedaan hasil belajar matematika siswa antara pembelajaran kontekstual dan
pembelajaran konvensional,pada siswa berkemampuan awal sedang. Kemampuan
4. Terdapat perbedaan hasil belajar matematika siswa antara pembelajaran kontekstual dan
pembelajaran konvensional,pada siswa berkemampuan awal rendah.
5. Tidak terdapat interaksi antara pendekatan pembelajaran dan kemampuan awal siswa
8
III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Populasi Dan Sampel
Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 20 Bandar Lampung. Populasi
penelitian ini adalah kelas VIII dengan jumlah siswa sebanyak 248 orang yang
terdiri dari tujuh kelas dimana tingkat kemampuan belajar matematika siswa antar
kelas homogen, dan kemampuan siswa dalam setiap kelasnya heterogen. Sampel
penelitian ditentukan dengan cara cluster random samplingdan terambil dua kelas,
yaitu kelas VIIIB untuk kelas eksperimen dan kelas VIIIA sebagai kelas kontrol.
B. Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian eksperimen dengan desain faktorial
3 x 2. Pada penelitian ini, kelas eksperimen mengunakan pembelajaran konteks-
tual dan kelas kontrol menggunakan pembelajaran konvensional. Variabel atribut
yang diteliti yaitu kemampuan awal siswa, yang dibedakan atas kemapuan awal
tinggi, kemampuan awal sedang dan kemampuan awal rendah. Desain penelitian
[image:31.595.117.500.705.754.2]dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut:
Tabel 3.1. Desain Penelitian
Pendekatan Pembelajaran
(B) Kontekstual
(B1)
9
Kemampuan Awal (A)
Tinggi (A1) A1B1 A1B2
Sedang (A2) A2B1 A2B2
Rendah (A3) A3B1 A3B2
Keterangan :
A = Kemampuan awal siswa
A1 = Siswa dengan kemampuan awal tinggi
A2 = Siswa dengan kemampuan awal sedang
A3 = Siswa dengan kemampuan awal rendah
B = Pendekatan pembelajaran B1 = Pembelajaran kontekstual
B2 = Pembelajaran konvensional
C. Data Penelitian
Data dalam penelitian ini adalah data kuantitatif berupa data hasil belajar siswa
yang diperoleh dari nilai hasil belajar matematika siswa saat di kelas VIII
semester ganjil dan nilai tes setelah pembelajaran pada saat penelitian.
D. Prosedur Penelitian
Tahapan-tahapan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Observasi awal, melihat kondisi lapangan seperti jumlah kelas VIII yang terdiri
dari tujuh kelas dengan jumlah siswa 248 siswa, serta cara guru matematika
menggunakan pembelajaran konvensional.
2. Menentukan sampel penelitian, yaitu dengan cara cluster random sampling
berdasarkan kelas maka terambil dua kelas, yaitu kelas VIIIB dan VIIIA.
3. Membuat Rencana Pelaksanaan pembelajaran (RPP), untuk kelas eksperimen
10
kelas kontrol menggunakan pembelajaran konvensional yang terlihat pada
Lampiran A.2.
4. Menyiapkan instrumen tes penelitian berupa tes hasil belajar matematika siswa.
5. Melakukan validasi instrumen tes dan uji coba instrumen tes.
6. Melaksanakan perlakuan pada kelas eksperimen.
7. Mengadakan tes pada kelas eksperimen dan kelas kontrol.
8. Menganalisis data.
9. Membuat kesimpulan.
E. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan dua macam teknik yaitu:
1. Dokumentasi
Teknik ini digunakan untuk memperoleh data kemampuan awal matematika siswa
yang ditunjukan dengan nilai hasil belajar matematika siswa pada saat siswa
duduk dikelas VIII semester ganjil dalam bentuk jadi yaitu pada materi teorema
pythagoras.
2. Tes
Teknik ini digunakan untuk memperoleh data hasil belajar matematika siswa yang
diperoleh dari tes yang diberikan pada akhir tahapan pembelajaran dengan
meng-gunakan tes bentuk uraian.
11
Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes yang terdiri
dari lima soal dalam bentuk uraian, untuk mengukur sejauh mana siswa telah
menguasai bahan pelajaran setelah mengikuti suatu program intruksional tertentu.
Tes yang telah disusun harus memenuhi validitas isi dan diujicobakan diluar
sampel tetapi masih dalam populasi, ini dimaksudkan untuk mengetahui tingkat
realiabilitas tes serta daya pembeda dan tingkat kesukaran soal.
1. Validitas Isi
Validitas isi yaitu validitas yang ditilik dari segi isi tes itu sendiri sebagai alat
pengukur hasil belajar siswa, isinya telah dapat mewakili secara representatif
terhadap keseluruhan materi atau bahan pelajaran yang harus diteskan. Validitas
tes ini didasarkan pada penilaian dosen pembimbing dan guru mitra, jika penilaian
dari pembimbing dan guru mitra menyatakan bahwa butir-butir tes telah sesuai
dengan kompetensi dasar dan indikator yang akan diukur maka tes tersebut
dikategorikan valid.
2. Reliabilitas
Reliabilitas tes diukur berdasarkan koefisien reliabilitas dan digunakan untuk
mengetahui tingkat keterandalan suatu tes. Suatu tes dikatakan reliabel jika hasil
pengukuran yang dilakukan dengan menggunakan tes tersebut berulang kali
terhadap subjek yang sama senantiasa menunjukkan hasil yang tetap sama atau
sifatnya ajeg (stabil). Untuk menghitung Koefisien reliabilitas dalam penelitian
ini digunakan rumus Alpha dalam Sudijono (2003) dengan kriteria menurut Anas
12
Rumus Alpha yang digunakan sebagai berikut,
22
11 1 1
i i n n r Keterangan : 11
r = Koefisien reliabilitas n = Banyaknya butir soal
2
i
= Jumlah varians skor tiap-tiap item 2
i
=Varianstotal3. Daya Pembeda
Analisis daya pembeda dilakukan untuk mengetahui apakah suatu butir soal dapat
membedakan siswa yang berkemampuan tinggi, sedang, dan rendah. Untuk
menghitung daya pembeda data terlebih dahulu diurutkan dari siswa yang
memperoleh nilai tertinggi sampai siswa yang memperoleh nilai terendah,
kemudian diambil 27% siswa yang memperoleh nilai tertinggi disebut kelompok
atas dan 27% siswa yang memperoleh nilai terendah disebut kelompok bawah.
Daya pembeda ditentukan dengan rumus:
IA JB -JA DP Keterangan :
DP = Indeks daya pembeda satu butir soal tertentu
JA = Rata-rata kelompok atas pada butir soal yang diolah JB = Rata-rata kelompok bawah pada butir soal yang diolah IA = Skor maksimum butir soal yang diolah
Tabel 3.2. Interpretasi Nilai Daya Pembeda
Nilai Interpretasi
0,20 DP
28
0,40 DP
0,20 Cukup(Sedang)
0,70 DP
0,40 Baik
1,00 DP
0,70 Baik Sekali
Sudijono (2003)
4. Tingkat Kesukaran
Tingkat kesukaran digunakan untuk menentukan derajat kesukaran suatu butir
soal. Suatu tes dikatakan baik jika memiliki derajat kesukaran sedang, yaitu tidak
terlalu sukar dan tidak terlalu mudah. Untuk menghitung tingkat kesukaran suatu
butir soal digunakan rumus:
T T I J TK
Keterangan :
TK = tingkat kesukaran suatu butir soal
JT = jumlah skor yang diperoleh siswa pada butir soal yang diolah
[image:36.595.117.350.85.144.2]IT = jumlah skor maksimum yang dapat diperoleh siswa pada suatu butir soal
Tabel 3.3. Interpretasi Nilai Tingkat Kesukaran
Sudijono (2003)
Dari perhitungan hasil uji tes yang telah dilakukan lampiran C.4 didapatkan data
sebagai berikut:
Tabel 3.4. Data Uji Tes Hasil Belajar Matematika Siswa
No Soal Reliabilitas Daya Pembeda Tingkat Kesukaran
Nilai Interpretasi
< 0,25 Terlalu sukar
0,25 s.d 0,75 Cukup(Sedang)
[image:36.595.112.343.489.553.2]29
1
0,89
0,67 (Baik) 0,68 (Sedang)
2 0,56 (Baik) 0,66 (Sedang)
3 0,78 (Baik sekali) 0,51 (Sedang)
4 0,59 (Baik) 0,74 (Sedang)
5 0,69 (Baik) 0,51 (Sedang)
Dari Tabel 3.4. seluruh butir soal telah sesuai dengan kriteria yang ditentukan
sehingga soal tes tersebut dapat digunakan untuk mengukur hasil belajar
matematika siswa.
G. Teknik Analisis Data
Untuk menguji hipotesis yang telah dikemukakan, diperlukan suatu analisis data
untuk memperoleh kesimpulan. Data dianalisis dengan menggunakan analisis
variansi (anava) yang terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat, yaitu uji normalitas
dan uji homogenitas. Langkah-langkah pengujian hipotesis dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut :
1. Uji Normalitas
Uji normalitas data dilakukan untuk melihat apakah kedua populasi berdistribusi
normal atau sebaliknya. Rumusan hipotesis untuk uji ini menurut Sudjana (2005)
adalah:
H0 : populasi berdistribusi normal
H1 : populasi berdistribusi tidak normal
30
k 1 i i 2 i i 2 E E O x 3) (k α) (1 tabel 2X
Keterangan: i
O
= frekuensi pengamatan iE
= frekuensi yang diharapkankriteria uji : terima H0 jikaX2hitung X2tabel dengan taraf nyata 5%
Uji normalitas dilakukan pada data kemampuan awal dan data hasil belajar
mate-matika siswa, uji normalitas juga dilakukan terhadap masing-masing kelompok
data yaitu kelompok eksperimen maupun kontrol. Hasil perhitungan uji
nor-malitas terlihat pada Tabel 3.5 dan secara rinci dapat dilihat pada lampiran C.3.
Tabel 3.5. Rangkuman Hasil Uji Normalitas Data Kemampuan Awal Siswa
Kelompok 2
hitung
X 2
tabel
X Keputusan Uji
Eksperimen 6,67395 7,81 H0 diterima
Kontrol 5,46540 7,81 H0 diterima
Dari hasil uji normalitas data kemampuan awal siswa yang terangkum padatabel
di atas, dapat dilihat bahwa nilai 2 hitung
X < 2
tabel
X . Hal tersebut menunjukkan bahwa
pada taraf signifikansi
= 5% hipotesis nol untuk setiap kelompok diterima. Jadidapat disimpulkan bahwa data pada setiap kelompok berasal dari populasi yang
berdistribusi normal.
31
Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui apakah kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol memiliki varians yang sama. Adapun hipotesis untuk uji ini
menurut Sudjana ( 2005) adalah:
H0 : σ12 = σ22 = ... = k2
H1 : paling sedikit satu tanda sama dengan tidak berlaku
Untuk uji Bartlett digunakan statistik chi-kuadrat :
2
i i
2 ln10 B n 1 log s
x
dengan :
B=
logs2
ni 1
2
s =
1 n s 1 n i 2 i i Keterangan:ni = ukuran sampel ke-i
2
i
s = variansi sampel ke-i i = 1, 2
k = banyak kelas ln 10 = 2,3026
Kriteria uji : terima H0 jikaX2hitung X2tabel (α = 5 %)
Setelah perhitungan yang telah dilakukan didapat data yang terangkum pada Tabel
3.6 dan secara rinci terlihat pada lampiran C.3.
32
Pasangan Kelompok 2
hitung
X 2
tabel
X Keputusan Uji
Kelas Eksperimen Dan Kelas Kontrol
1,58 3,84 H0 diterima
Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa
x
2< 1 k α 1 2x . Hal tersebut
menunjukkan bahwa pada taraf signifikansi
= 5% hipotesis nol diterima untuksetiap pasangan kelompok. Jadi dapat disimpulkan bahwa varians kedua populasi
sama untuk setiap pasangan kelompok data atau dengan kata lain data pada setiap
pasangan kelompok homogen.
Setelah data tersebut dinyatakan normal dan homogen selanjutnya dilakukan
analisis data menggunakan anava satu jalur dan anava dua jalur untuk menguji
hipotesis. Adapun hipotesis uji pada penelitian ini sebagai berikut:
1. H0: μ1 =μ2 (Rata-rata nilai hasil belajar matematika siswa pada
pembe-lajaran kontekstual sama dengan rata-rata nilai hasil belajar
matematika siswa pada pembelajaran konvensional)
H1: μ1 ≠μ2 (Rata-rata nilai hasil belajar matematika siswa pada
pembe-lajaran kontekstual tidak sama dengan rata-rata nilai hasil
belajar matematika siswa pada pembelajaran konvensional)
2. H0: μ1 =μ2 (Pada siswa berkemampuan awal tinggi,rata-rata nilai hasil
belajar matematika siswa pada pembelajaran kontekstual sama
dengan rata-rata nilai hasil belajar matematika siswa pada
pembelajaran konvensional)
H1: μ1 ≠ μ2 (Pada siswa berkemampuan awal tinggi, rata-rata nilai hasil
33
sama dengan rata-rata nilai hasil belajar matematika siswa pada
pembelajaran konvensional)
3. H0: μ1 =μ2 (Pada siswa berkemampuan awal sedang, rata-rata nilaihasil
belajar matematika siswa pada pembelajaran kontekstual sama
dengan rata-rata nilai hasil belajar matematika siswa pada
pembelajaran konvensional)
H1: μ1 ≠μ2 (Pada siswa berkemampuan awal sedang, rata-rata nilai hasil
belajar matematika siswa pada pembelajaran kontekstual tidak
sama dengan rata-rata nilaihasil belajar matematika siswa pada
pembelajaran konvensional)
4. H0: μ1 = μ2 (Pada siswa berkemampuan awal rendah, rata-rata nilai hasil
belajar matematika siswa pada pembelajaran kontekstual sama
dengan rata-rata nilaihasil belajar matematika siswa pada
pembelajaran konvensional)
H1: μ1 ≠μ2 (Pada siswa berkemampuan awal rendah, rata-rata nilai hasil
belajar matematika siswa pada pembelajaran kontekstual tidak
sama dengan rata-rata nilai hasil belajar matematika siswa pada
pembelajaran konvensional)
5. H0: μ1 =μ2 (Tidak terdapat interaksi antara pendekatan pembelajaran dan
kemampuan awal siswa terhadap hasil belajar matematika
siswa)
H1: μ1 ≠μ2 (Terdapat interaksi antara pendekatan pembelajaran dan kemampuan
34
Pengujian hipotesis 2 s.d. 4 menggunakan uji statistik ANAVA Satu Jalur. Berikut
[image:42.595.114.515.181.337.2]akan disajikan tabel persiapan anava satu jalur menurut Arikunto (2005),
Tabel 3.7. Tabel Persiapan Anava Satu Jalur
Sumber
Variansi Jumlah Kuadrat (JK) Db MK Fo
Kelompok (K) Dalam (d)
K 2 T K 2 K n X n XJKd = JKT - JKK
dbK= K-1
dbd = N - K
K K
K JKdb
MK
d D
D JKdb
MK
D K
0 MKMK
F
Total (T)
K 2 T 2 T T n X X
JK
dbT = N-1Keterangan:
JKT = Jumlah kuadrat total
JKK = Jumlah kuadrat kelompok
JKd = Jumlah kuadrat dalam
MKK = Mean kuadrat kelompok
MKd = Mean kuadrat dalam
Kriteria uji : Tolak H0 jika F0 ≥ Ftabel (α =5%)
Untuk menguji hipotesis 1 dan 5 menggunakan uji statistik ANAVA Dua Jalur.
Berikut akan disajikan tabel persiapan anava dua jalur menurut Arikunto (2005)
Tabel 3.8. Tabel Persiapan Anava Dua Jalur
Sumber
[image:42.595.118.522.682.714.2]35 Antara A Antara B Antara AB (interaksi) Dalam (d)
N X n ) X( T 2
A 2 A
N X nX T 2
B 2 B
B
B A 2 T B 2B JK JK
N X n
X
JKd = JKA – JKB - JKAB
A-1
B-1
dbA x dbB
dbT – dbA–
dbB – dbAB
A A db JK B B db JK AB AB db JK d d db JK d A
A MKMK
F
d B
B MKMK
F
d AB
AB MKMK
F
Total (T)
N X X JK 2 T 2 T TN – 1
Keterangan:
JKA = Jumlah kuadrat variabel A
JKB = Jumlah kuadrat variabel B
JKAB = Jumlah kuadrat interaksi antara variabel A dengan variabel B
JKD = Jumlah kuadrat dalam
MKA = Mean kuadrat variabel A
MKB = Mean kuadrat variabel B
MKAB = Mean kuadrat interaksi antara variabel A dengan variabel B
MKd = Mean kuadrat dalam
JKT = Jumlah kuadrat total
Kriteria uji : - Tolak H0 jika FB ≥ Ftabel (α =5%)
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan memegang peranan yang sangat penting dalam pembangunan
na-sional, yaitu untuk mencerdaskan kehidupan bangsa seperti yang tertuang dalam
pembukaan Undang-undang Dasar 1945. Melalui pendidikan, kualitas sumber
daya manusia dapat ditingkatkan sehingga dapat terwujud masyarakat yang
ber-kualitas, maju dan sejahtera serta dapat berkompetisi dengan negara lain.
Sehingga, untuk mencapai hal tersebut diperlukan usaha yang harus dilakukan
oleh semua pihak yang terlibat, baik pemerintah, sekolah, guru, siswa, maupun
orang tua siswa dan masyarakat. Namun usaha-usaha tersebut tidak akan berhasil
bila faktor-faktor yang mempengaruhi pembelajaran tidak dioptimalkan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pembelajaran diantaranya guru, siswa dan
lingkungan. Dalam menunjang pembelajaran, guru tidak hanya sekedar menyam-
paikan materi tetapi juga dapat menciptakan suasana pembelajaran yang
menyenangkan, kreatif, dinamis, dan logis. Bila guru dapat mengembangkan
pe-rannya tersebut secara optimal, maka pembelajaran akan menyenangkan dan
2
Faktor selanjutnya yang dapat menunjang pembelajaran adalah siswa. Siswa
me-rupakan faktor terpenting karena dalam kurikulum yang berlaku saat ini yaitu
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), siswa dituntut aktif dalam
pembelajaran yang berlangsung. Keaktifan siswa tersebut dipengaruhi juga oleh
kemampuan awal. Kemampuan awal yang dimiliki oleh siswa akan menunjukkan
seberapa jauh siswa dapat menguasai materi selanjutnya karena konsep yang
diajarkan pada suatu tingkat tertentu akan berhubungan dengan konsep
sebelumnya. Jadi kemampuan awal menggambarkan kesiapan siswa dalam
me-nerima materi selanjutnya.
Lingkungan juga menunjang pembelajaran, lingkungan yang kondusif akan
mengakibatkan pembelajaran dapat berjalan dengan nyaman dan tenang sehingga
siswa dapat mudah memahami materi. Namun, bila lingkungan tidak kondusif
maka kosentrasi siswa terhadap materi pembelajaran pun akan terpecah sehingga
siswa tidak fokus dalam belajar yang mengakibatkan siswa kurang memahami
materi. Lingkungan yang dimaksud tidak hanya lingkungan di luar pembelajaran
tetapi juga lingkungan dalam pembelajaran yakni kondisi kelas. Salah satu yang
mempengaruhi kondisi kelas adalah pendekatan pembelajaran yang digunakan
oleh guru.
Namun, kenyataannya dalam belajar mengajar untuk memperoleh hasil yang
sesuai dengan tujuan tidaklah mudah. Pada kegiatan belajar mengajar di sekolah
sering dijumpai beberapa masalah. Masalah yang sering dijumpai diantarannya
adalah siswa yang mempunyai nilai rendah dalam sejumlah mata pelajaran,
3
matematika yang abstrak. Oleh sebab itu, pembelajaran matematika hen- daknya
diawali dengan hal yang konkret ke abstrak, dari hal yang sederhana ke kompleks,
dan dari yang mudah ke sulit. Penyajian materi matematika secara konkret
dengan mengaitkannya dengan permasalahan nyata dalam kehidupan sehari-hari
dapat memotivasi siswa untuk menemukan konsep yang sedang dipelajari
sekaligus memberikan pemahaman kepada siswa tentang penerapan materi
tersebut dalam kehidupan nyata. Ketika siswa belajar matematika terpisah dari
pengalaman mereka sehari-hari maka siswa akan cepat lupa dengan konsep yang
telah dipelajari dan tidak dapat mengaplikasikan matematika dalam kehidupan
nyata. Maka dibutuhkanlah pendekatan pembelajaran yang membawa situasi
dunia nyata siswa.
Pendekatan pembelajaran yang sesuai untuk kondisi tersebut adalah pembelajaran
kontekstual karena filosofi pembelajaran kontekstual adalah konstruktivisme.
Dalam proses pembelajaran, siswa akan mendapatkan pengetahuan yang
bermakna jika mereka mengkonstruksi sendiri pengetahuan yang didapatkan dan
memberi makna melalui pengalaman nyata. Pengetahuan dan keterampilan siswa
bukan hanya hasil mengingat seperangkat fakta-fakta saja, tetapi juga hasil
menemukan sendiri. Untuk menemukan pengetahuan tersebut siswa dapat
mem-baca literatur, bertanya kepada guru, maupun berdiskusi secara aktif dengan siswa
yang lain. Proses pembelajaran diharapkan lebih diwarnai student centered
4
Pembelajaran yang berpusat pada guru (teacher centered) menyebabkan siswa
menjadi kurang aktif karena saat proses pembelajaran siswa hanya mendengar dan
mencatat apa yang dijelaskan oleh guru. Sehingga hasil belajar siswa terkadang
kurang memuaskan. Hal ini dialami juga oleh siswa kelas VIII SMP Negeri 20
Bandar Lampung. Berdasarkan wawancara yang telah dilakukan pada guru
bi-dang studi matematika kelas VIII SMP Negeri 20 Bandar Lampung diperoleh
informasi bahwa pada umumnya hasil belajar yang dicapai oleh siswa masih
cukup rendah. Hal ini ditunjukkan dengan persentase hasil belajar siswa pada
ujian semester ganjil tahun pelajaran 2011/2012 yaitu hanya 52% siswa yang
memperoleh nilai lebih besar atau sama dengan 62. Hasil belajar tersebut belum
optimal dan masih jauh dari standar yang ditetapkan sekolah yaitu 75%.
Penyebab rendahnya keberhasilan belajar siswa adalah rendahnya kemampuan
siswa dalam menguasai materi atau konsep matematika. Misalnya ketika siswa
diberi soal dengan tipe yang sama, tetapi hanya berbeda angkanya saja, siswa
ti-dak mengerti dan titi-dak dapat mengerjakannya. Siswa hanya mengerti dan paham
materi pada saat itu juga karena siswa hanya menghafal fakta atau rumus yang
didapat dari buku atau informasi lainnya tanpa mengetahui proses yang terkadang
menyebabkab siswa mudah lupa. Selain itu, terdapat 40% siswa yang mengalami
kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran di kelas karena tidak menguasai
materi prasyarat. Misalnya, pada saat diberikan soal yang berkaitan dengan
mate-ri sebelumnya, terdapat siswa yang tidak dapat mengerjakan. Hal ini menunjukan
5
Jika dilihat dari kondisi siswa tersebut, maka diduga pembelajaran kontekstual
dan kemampuan awal siswa mempengaruhi hasil belajar matematika siswa. Oleh
karena itu perlu diadakan penelitian untuk mengetahui pengaruh penggunaan
pembelajaran kontekstual terhadap hasil belajar siswa ditinjau dari kemampuan
awal siswa kelas VIII SMP Negeri 20 Bandar Lampung semester genap tahun
pelajaran 2011/2012.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka rumusan
ma-salah dalam penelitian ini adalah “Apakah penggunaan pembelajaran kontekstual
berpengaruh terhadap hasil belajar matematika siswa ditinjau dari kemampuan
awal siswa?”
Dari rumusan masalah di atas, dapat diuraikan pertanyaan penelitian secara rinci
sebagai berikut:
1. Apakah terdapat perbedaan hasil belajar matematika siswa antara pembelajaran
kontekstual dan pembelajaran konvensional?
2. Apakah terdapat perbedaan hasil belajar matematika siswa antara pembelajaran
kontekstual dan pembelajaran konvensional, pada siswa berkemampuan awal
tinggi?
3. Apakah terdapat perbedaan hasil belajar matematika siswa antara pembelajaran
kontekstual dan pembelajaran konvensional, pada siswa berkemampuan awal
6
4. Apakah terdapat perbedaan hasil belajar matematika siswa antara pembelajaran
kontekstual dan pembelajaran konvensional, pada siswa berkemampuan awal
rendah?
5. Apakah terdapat interaksi antara pendekatan pembelajaran dan kemampuan
awal siswa terhadap hasil belajar matematika siswa?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui pengaruh penggunaan pembelajaran kontekstual terhadap hasil belajar
matematika siswa ditinjau dari kemampuan awal siswa.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi guru, memberikan sumbangan pemikiran dalam menentukan pendekatan
pembelajaran matematika.
2. Bagi sekolah, memberikan sumbangan pemikiran dalam upaya mengadakan
perbaikan mutu pembelajaran matematika.
3. Bagi peneliti, dapat menjadi sarana bagi pengembangan diri, menambah penga-
laman dan pengetahuan peneliti terkait serta sebagai refrerensi untuk peneliti
lain yang melakukan penelitian serupa.
E. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini sebagai berikut:
1. Pengaruh diartikan sebagai daya atau dampak yang timbul dari sesuatu yang
7
adalah penggunaan pembelajaran kontekstual. Hal yang dilihat sebagai
penga-ruh dalam penelitian ini adalah perbedaan rata-rata nilai tes hasil belajar siswa
menggunakan pembelajaran kontekstual bila secara statistik memberikan hasil
yang signifikan.
2. Pembelajaran kontekstual adalah pembelajaran yang mengaitkan antara materi
matematika yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa, dan mendorong
siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan
pene-rapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari yang melibatkan tujuh
kompo-nennya.
3. Pembelajaran konvensional adalah pembelajaran yang saat ini sering
diguna-kan guru yang diawali dengan penyampaian materi oleh guru, pemberian
contoh soal, dan dilanjutkan dengan pemberian latihan soal.
4. Kemampuan awal siswa adalah kemampuan matematika siswa pada saat siswa
duduk dikelas VIII semester ganjil tahun pelajaran 2011/2012 pada materi
teo-rema pythagoras, yang dibedakan dalam tiga kategori yaitu tinggi, sedang, dan
rendah.
5. Hasil belajar yang dimaksud adalah kemampuan aspek kognitif siswa setelah
mempelajari matematika pada materi kubus dan balok yang ditunjukkan
48
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan pada siswa
kelas VIII SMP Negeri 20 Bandar Lampung semester genap tahun pelajaran
2011/2012, disimpulkan bahwa pembelajaran kontekstual tidak berpengaruh
terhadap hasil belajar matematika siswa ditinjau dari kemampuan awal siswa. Hal
ini didasarkan pada hal berikut:
1. Tidak terdapat perbedaan hasil belajar matematika siswa antara pembelajaran
kontekstual dan pembelajaran konvensional.
2. Tidak terdapat perbedaan hasil belajar matematika siswa antara pembelajaran
kontekstual dan pembelajaran konvensional, pada siswa berkemampuan awal
tinggi.
3. Tidak terdapat perbedaan hasil belajar matematika siswa antara pembelajaran
kontekstual dan pembelajaran konvensional, pada siswa berkemampuan awal
sedang.
4. Tidak terdapat perbedaan hasil belajar matematika siswa antara pembelajaran
kontekstual dan pembelajaran konvensional, pada siswa berkemampuan awal
rendah.
5. Tidak terdapat interaksi antara pendekatan pembelajaran dan kemampuan awal
49
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan dari penelitian di atas dapat dikemukakan saran sebagai
berikut:
1. Bagi guru yang akan menggunakan pembelajaran kontekstual sebaiknya
melaksanakan ketujuh komponen pembelajaran kontekstual dengan benar
sehingga hasil belajar lebih optimal.
2. Bagi peneliti yang tertarik dengan penelitian serupa sebaiknya melaksanakan
ketujuh komponen pembelajaran kontekstual dengan benar dan dapat
mempertimbangkan lama waktu pelaksanaan penelitian serta dapat
mengan-tisipasi kelemahan yang akan terjadi dalam penelitian sehingga hasil penelitian
DAFTAR PUSTAKA
Abdurahman, Mulyono. 2003. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Rineka cipta. Jakarta.
Ali, Moh. 1984. Guru Dalam Proses Belajar Mengajar. Sinar Baru. Bandung.
Arikunto, Suharsimi. 2005. Manajemen Penelitian. Rineka Cipta. Jakarta.
Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta. Jakarta
Djamarah, Saiful Bahri dan Zain. 1995. Strategi Belajar Mengajar. Rineka Cipta. Jakarta.
Hamalik, Oemar. 2004. Proses Belajar Mengajar. Bumi Aksara. Jakarta.
Johnson, Elaine B. 2008. Contextual Teaching and Learning : Menjadikan kegiatan belajar-mengajar mengasyikkan dan bermakna. MLC. Bandung.
Muslich, Masnur. 2007. KTSP Pembelajaran berbasis Kompetensi dan Kontekstual. Bumi Aksara. Jakarta.
Nasution, S. 2008. Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar & Mengajar.
Bumi Aksara. Jakarta.
Nurdiyanto, Agus. 2009. Pengaruh Pendekatan Kontekstual Terhadap Prestasi Belajar Matematika Siswa Kelas VIII MTS Darul Amal Metro. (Skripsi) Universitas Lampung. Bandar Lampung
Nurhadi, dkk. 2004. Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and Learning/CTL dan Penerapannya Dalam KBK. UM PRESS. Malang.
Ruseffendi, E.T. 2006. Pengajaran Matematika Modern. Tarsito . Bandung
Sardiman, A.M. 2007. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.
50
Slavin, Robert E. 2008. Cooperative Learning Teori, Riset dan Praktik. Nusa Media. Jakarta.
Sudijono, Anas. 2003. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Raja Grafindo Persada. Jakarta
Sudjana, Nana. 1988. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Sinar baru. Bandung.
Trianto. 2009. Mendesaian Model Pembelajaran Inovatif – Progresif. Kencana. Surabaya