commit to user
i
ANALISIS PENGARUH INDIKATOR MAKRO DAN MIKRO
TERHADAP PREDIKSI KEBANGKRUTAN
(Studi Kasus pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2007-2009)
SKRIPSI
Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat untuk Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Manajemen
Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret
Disusun Oleh:
NINDIA DESIYANI
F1207046
FAKULTAS EKONOMI
JURUSAN MANAJEMEN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
commit to user
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING
Skripsi dengan judul :
ANALISIS PENGARUH INDIKATOR MAKRO DAN MIKRO
TERHADAP PREDIKSI KEBANGKRUTAN
(Studi Kasus pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2007-2009)
Surakarta, 07 Juli 2011
Disetujui dan diterima oleh
Pembimbing
(Heru Agustanto, SE, ME)
commit to user
iii
HALAMAN PENGESAHAN
Telah disetujui dan diterima oleh tim penguji Skripsi Fakultas Ekonomi
Universitas Sebelas Maret guna melengkapi tugas-tugas dan memenuhi
syarat-syarat memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Manajemen.
Surakarta, 28 Juli 2011
Tim Penguji Skripsi
1. Drs. Bambang Hadinugroho., M.Si Sebagai Ketua (………..)
NIP. 195503011985031002
2. Heru Agustanto, SE, ME Sebagai Pembimbing (………..)
NIP. 195808141986011001
3. Deny Dwi Hartomo, S.E., M.Sc Sebagai Anggota (………..)
commit to user
HALAMAN MOTTO
“Per c aya dan yakinlah bahwa jika kit a mempunyai niat baik, opt imis, yakin, kelak kit a akan menjadi or ang yang ber gu na dan ber manf aat ”
(
penulis)
“
Bant ulah sesama mu kar ena it u akan memudahkan mu”
(Penulis)“J angan per nah kau sia-siakan wakt u dan kesempat an” (Penulis)
“Spir it is t he most valuable asset , mor e t han money and any ot her power ”
(Z ig Z iglar )
“J adilah manusia yang ber manf aat bukan hanya bagi dir i sendir i t et api ber manf aat bagi sesama dan bant ulah sesama mu kar na akan
mer ingankan mu” (Penulis)
“J angan mudah unt uk menyer ah, t er uslah ber usaha, belajar , dan ber d oa kar na di set iap kesu lit an past i ada kemudahan”
(Penulis)
“When you st op lear ning, you st op moving f or war d” (A ndr ew H o)
“T he only man who never makes mist akes is t he man who never D oes anyt hing”
(T heodor e Roosevelt )
“A day will never be anymor e t han what you make of it ” (J osh S. H inds)
commit to user
v
HALAMAN PERSEMBAHAN
“ D engan segala usaha dan perjuangan yang melelahkan, penantian
yang membutuhkan waktu selama empat tahun untuk mencapai
sebuah cita-cita menjadi seorang S arjana. A khirnya, penulis dapat
menyelesaikan sebuah karya untuk mencapai sebagian tujuan hidup:
gelar S arjana E konomi.”
Sebuah Kar yaku ini saya dedikasikan kepada:
1. Allah SWT hanya kepadamulah hamba menyembah, meminta
pertolongan, dan berserah diri, yang memberikanku warna kehidupan, mengatur skenario hidupku, serta menuntunku dalam setiap langkahku.
2. Nabi Muhammad SAW yang membawa kebenaran, petunjuk bagi
setiap umat.
3. Kedua orang tuaku yang telah mendidik dan membesarkanku, yang
selalu menyayangiku & mencintaiku, mendoakanku, membimbingku, pemberi nasihat, yang tak pernah lelah memberiku motivasi baik
spiritual maupun moral dalam setiap langkahku.
4. Kedua adikku (Atika & Novita) mereka adalah inspirasiku dalam
hidup, yang telah menghormatiku, menyayangiku serta mendoakanku.
5. Soetarmi, BA terima kasih engkau telah menjadikanku sebagai orang
yang displin & bertanggung jawab.
6. Kukuh Prasetya Hadi, SE terima kasih atas support yang kau berikan
kepadaku, tak pernah lelah memberikan motivasi dalam kuliah &
terselesainya skripsi ini.
7. Sahabatsahabatku (Shely, Ema, Endah, Nuria, Ida, Putri, Mbak
commit to user
dukungan yang diberikan, jangan pernah untuk takut gagal, karna kegagalan sebuah kunci menuju kesuksesan, raihlah cita‐cita kalian
setinggi mungkin.
8. Keluarga besar Griya Dicma (Neri, Mbak Uwi, Yola, Nina, Ester, Uci, Kak Lyrie, Hiemah, Anies, Mbak Fafa, Kak Rany, Mbak Ida)
ayo kawan perjuangan belum berkahir, ini baru awal dari semuanya, capailah cita‐cita kalian.
9. Temanteman Angkatan 2007 kalian semua adalah teman‐teman
yang berarti buatku, simpanlah kenangan yang pernah kita buat selama kita menghabiskan waktu bersama di Fakultas Ekonomi.
10.Sahabat Lamaku (Ira, Ayu, Lilis, Fitria, Acuk) mari kita berjuang
agar kita menjadi orang besar & orang yang dapat dibanggakan.
11. Anak anak Belukar (Kiki, Jalu, Mora, Pak Adjie) & (Efek Rumah Kaca & TTATW) terima kasih selama ini telah menjadi inspirasi
dalam hobiku, jadikan musik sebagai karya yang indah & mempunyai arti bukan sekedar popularitas.
commit to user
vii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur yang sedalam-dalamnya penulis panjatkan
kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayahNya sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini dengan judul: “ANALISIS PENGARUH INDIKATOR
MAKRO DAN MIKRO TERHADAP PREDIKSI KEBANGKRUTAN”.
Adapun tujuan dari penulisan skripsi ini adalah untuk memnuhi syarat
dalam mencapai gelar Sarjana Ekonomi pada jurusan (program) Manajemen
Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Dalam penyusunan skripsi ini banyak sekali kendala yang penulis hadapi.
Namun, berkat arahan, bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak, akhirnya
skripsi ini dapat terselesaikan. Oleh karena itu, penulis menyampaikan
penghargaan dan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Dr. Wisnu Untoro selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas
Maret.
2. Dr. Hunik Sri Runing S., M.Si selaku Ketua jurusan Manajemen.
3. Reza Rahardian, SE, Msi selaku Sekretaris Jurusan Manajemen.
4. Prof. Dr. Hartono, MS selaku Pembimbing Akademik.
5. Heru Agustanto, SE, ME selaku pembimbing skripsi yang telah
meluangkan waktu, memberikan bimbingan dan pengarahan dalam
penyelesaian skripsi ini.
6. Mbak Emi dan Mas Andiyas, pemberi masukan yang berarti dalam
commit to user
7. Sahabat-sahabat FE angkatan 2007 dan semua sahabat baikku yang
selalu memberi motivasi dan semangat dengan terciptanya karya ini.
8. Semua pihak yang telah membantu selesainya skripsi ini yang tidak
dapat penulis sebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini memiliki kekurangan dan
kelemahan. Oleh karena itu, saran dan kritik sangat diharapkan untuk
kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat tidak hanya untuk
penulis, tetapi juga pihak lain yang bisa mendapatkan manfaat dari penulisan
skripsi ini.
Surakarta, 07 Juli 2011
commit to user
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN MOTTO ... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ... v
KATA PENGANTAR ... vii
DAFTAR ISI ... ix
DAFTAR GAMBAR ... xi
DAFTAR TABEL ... xii
ABSTRAK ... xiv
BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Perumusan Masalah ... 6
C. Tujuan Penelitian ... 7
D. Manfaat Penelitian ... 7
BAB II. LANDASAN TEORI A. LAPORAN KEUANGAN... 9
1. Pengertian Laporan Keuangan ... 9
2. Tujuan Laporan Keuangan ... 9
3. Pengguna Laporan Keuangan ... 9
4. Komponen Laporan Keuangan ...10
5. Analisis Laporan Keuangan ...11
B. RASIO KEUANGAN... 14
C. KEBANGKRUTAN... 17
D. FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KEBANGKRUTAN... 20
commit to user
F. PENGUKURAN FINANCIAL DISTRESS... 28
G. PENELITIAN TERDAHULU... 30
H. KERANGKA PEMIKIRAN... 34
I. HIPOTESIS... 36
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN A. TEKNIK PENGAMBILAN SAMPEL... 39
B. TEKNIK PENGUMPULAN DATA ... 40
C. VARIABEL PENELITIAN ... 40
D. METODE ANALISIS DATA... 47
BAB IV. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data ... 54
B. Pengolahan Data ... 60
1. Uji Normalitas Data ... 60
2. Uji Asumsi Klasik ... 62
a. Uji Multikolonieritas ... 62
b. Uji Autokorelasi ... 63
c. Uji Heterokedastisitas ... 64
C. Pengujian Hipotesis ... 66
D. Pembahasan Hasil Penelitian ... 74
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 84
B. Keterbatasan ... 86
C. Implikasi ... 87
DAFTAR PUSTAKA
commit to user
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
II. I KERANGKA PEMIKIRAN... 35
IV. I Hasil Uji Heterokedastisitas Kategori Distress... 65
IV. 2 Hasil Uji Heterokedastisitas Kategori Grey Area... 65
commit to user
DAFTAR TABELTabel Halaman
Tabel IV.1 Statistik Deskriptif Kategori Distress... 55
Tabel IV.2 Statistik Deskriptif Kategori Grey Area... 57
Tabel IV.3 Statistik Deskriptif Kategori Non Distress ... 58
Tabel IV.4 Hasil Uji Kolmogorov-Smirnov Kategori Distress... 60
Tabel IV.5 Hasil Uji Kolmogorov-Smirnov Kategori Grey Area ... 61
Tabel IV.6 Hasil Uji Kolmogorov-Smirnov Kategori Non Distress... 61
Tabel IV.7 Hasil Uji Multikolinieritas Kategori Distres... 62
Tabel IV.8 Hasil Uji Multikolinieritas Kategori Grey Area... 62
Tabel IV.9 Hasil Uji Multikolinieritas Kategori Non Distress... 63
Tabel IV.10 Hasil Uji Autokorelasi Kategori Distress... 63
Tabel IV.11 Hasil Uji Autokorelasi Kategori Grey Area... 64
Tabel IV.12 Hasil Uji Autokorelasi Kategori Non Distress... 64
Tabel IV.13 Hasil Uji F Kategori Distress ... 67
Tabel IV.14 Hasil Uji F Kategori Grey Area... 67
Tabel IV.15 Hasil Uji F Kategori Non Distress... 68
Tabel IV.16 Hasil Uji T Kategori Distress... 69
Tabel IV.17 Hasil Uji T Kategori Grey Area... 70
Tabel IV.18 Hasil Uji T Kategori Non Distress... 71
Tabel IV.19 Hasil Uji Koefisien Determinasi Kategori Distress... 72
commit to user
xiii
Tabel IV.21 Hasil Uji Koefisien Determinasi Kategori Non Distress... 73
Tabel IV.22 Hasil Uji Hipotesis dan Regresi Kategori Distress ... 74
Tabel IV.23 Hasil Uji Hipotesis dan Regresi Kategori Grey area... 77
Tabel IV.24 Hasil Uji Hipotesis dan Regresi Kategori Non Distress... 80
commit to user
ABSTRAKANALISIS PENGARUH INDIKATOR MAKRO DAN MIKRO TERHADAPPREDIKSI KEBANGKRUTAN
(Studi Kasus pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI Tahun 2007-2009)
Nindia Desiyani F1207046
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh variabel bebas yang terdiri dari Kurs, Tingkat Suku Bunga, Return On Asset (ROA), Debt to Total Asset (DTA) dan Free Cash Flow (FCF) terhadap financial distress dan non financial distress sebagai variabel terikat secara simultan dan untuk mengetahui variabel bebas yang mempunyai pengaruh secara parsial terhadap financial distress dan non financial distress. Penelitian ini didasarkan pada hipotesis yang mengacu pada penelitian Arnab Bhattacharjee dan Jie Han (2010) yang menemukan bahwa variabel mikro ekonomi menggunakan ukuran perusahaan/profitabilitas, struktur financial dan cash flow. Sedangkan variabel makro ekonomi menggunakan siklus bisnis, tingkat suku bunga dan kurs.
Obyek penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, dengan periode penelitian 2007-2009. Jenis penelitian explanatory research, yaitu menjelaskan ada tidaknya hubungan antara variabel-variabel yang diteliti melalui suatu pengujian hipotesis yang dilakukan.
Teknik pengambilan sampel dengan purposive sampling dan menghasilkan 375 sampel perusahaan dalam tahun pengamatan. Alat analisis data yang digunakan regresi linear berganda dengan menggunakan program SPSS 17. Sebelum dilakukan analisis, data diuji mengenai normalitas, multikolonieritas, autokorelasi dan heteroskedastisitasnya. Untuk mengetahui pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen digunakan analisis regresi linear berganda dengan pengujian nilai F dan nilai t. Hasil uji F menunjukkan bahwa variabel independen Kurs, Tingkat Suku Bunga, Return On Asset (ROA), Debt to Total Asset (DTA) dan Free Cash Flow (FCF) secara simultan berpengaruh signifikan terhadap financial distress dan non financial distress. Sedangkan hasil uji t pada kategori distress menunjukkan bahwa hanya variabel Kurs, Return On Asset (ROA) dan Debt to Total Asset (DTA) yang berpengaruh secara parsial terhadap financial distress. Dan hasil uji t pada kategori non distress menunjukkan bahwa hanya variabel Return On Asset (ROA), Debt to Total Asset (DTA) dan Free Cash Flow (FCF) yang berpengaruh secara parsial terhadap non financial distress.
commit to user
xv ABSTRACT
THE ROLE OF MICRO AND MACRO INDICATORS AGAINST THE BANCRUPTCY PREDICTION
(Case study on manufactured companies listed on BEI during 2007-2009 period)
Nindia Desiyani F1207046
This study aims to determine the simultaneous effect of independent variables consist of the currency, interest rate, Return On Assets (ROA), Debt to Total Assets (DTA) and Free Cash Flow (FCF), on financial and non financial distress variable reperesented by Z-score as the dependent variable. It is also meant to identify which independent variables that have partial effect on financial distress and non-financial distress variable reperesented by Z-score. The study based on a hypothesis that refers to the research that was conducted by Arnab Bhattacharjee and Jie Han (2010), where they used micro-economic variables (company's size / profitability, financial structure and cash flow) and macro-economic variables (business cycle, interest rates and exchange rates) as independent variables.
The object of this study is manufacturing companies listed on the Indonesia Stock Exchange during 2007-2009 period. The study itself is an explanatory research which try to explains if there any relationship between the variables studied through a hypothesis testing performed.
The purposive sampling method was used to generate 375 sample firms during the observation period. Then, the sample analyzed using multiple linear regression through SPSS 17 as the analysis tool (F-test and T-test). Before the analysis, the data obtained were also tested for normality, multicolliniearity, autocorrelation and heteroscedasticity to ensure their validity and reliability. F-test results showed that the independent variables Currency, Interest Rate, Return On
Assets (ROA), Debt to Total Assets (DTA) and Free Cash Flow (FCF),
simultaneously affect the non-financial distress and financial distress variable represented by the Z-Score. While for the distress category, t-test results indicate that only Currency, Return On Assets (ROA) and Debt to Total Assets (DTA) variables affect the financial distress variable represented by the Z-Score. For the non-distress category, t-test result showed that only rate Return On Assets (ROA), Debt to Total Assets (DTA) and Free Cash Flow (FCF) variables that affect non-financial distress variables represented by the Z-Score.
commit to user
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Negara Amerika Serikat merupakan negara maju yang dikenal sebagai
pusat perekonomian di dunia. Amerika Serikat pun mencatat sejarah kelam
dalam perekonomian karena mengalami krisis ekonomi pada tahun 2008 yang
diawali dengan kebangkrutan Leman Brothers yang merupakan salah satu
perusahaan investasi atau bank keuangan senior dan terbesar keempat di
Amerika Serikat. Krisis tersebut terus merambat ke sektor riil dan
non-keuangan di seluruh dunia. Krisis non-keuangan di Amerika Serikat pada awal
dan pertengahan tahun 2008 telah menyebabkan menurunnya daya beli
masyarakat Amerika Serikat yang selama ini dikenal sebagai konsumen
terbesar atas produk-produk dari berbagai negara di seluruh dunia.
Krisis global berdampak dengan perlambatan pertumbuhan ekonomi
dunia, selain menyebabkan volume perdagangan global pada tahun 2009
merosot tajam, juga akan berdampak pada banyaknya industri besar yang
terancam bangkrut, terjadinya penurunan kapasitas produksi, dan terjadinya
lonjakan jumlah pengangguran dunia. Bagi negara-negara berkembang dan
emerging markets, situasi ini dapat merusak fundamental perekonomian, dan
Indonesia merupakan negara yang masih sangat bergantung dengan
aliran dana dari investor asing, dengan adanya krisis global ini secara
otomatis para investor asing tersebut menarik dananya dari Indonesia. Hal ini
berakibat jatuhnya nilai mata uang kita. Aliran dana asing yang tadinya akan
digunakan untuk pembangunan ekonomi dan untuk menjalankan
perusahaan-perusahaan hilang, banyak perusahaan-perusahaan yang tidak berdaya, yang pada
ujungnya negara kembalilah yang harus menanggung hutang perbankan dan
perusahaan swasta. Berdasarkan kondisi ini banyak perusahaan di Indonesia
yang mengalami krisis keuangan, sehingga dapat menimbulkan potensi
kebangkrutan.
Kebangkrutan suatu perusahaan dapat dilihat dan diukur melalui
laporan keuangan. Laporan keuangan yang diterbitkan oleh perusahaan
merupakan salah satu sumber informasi mengenai posisi keuangan
perusahaan, kinerja serta perubahan posisi keuangan perusahaan, yang sangat
berguna untuk mendukung pengambilan keputusan yang tepat. Agar
informasi yang tersaji menjadi lebih bermanfaat dalam pengambilan
keputusan, data keuangan harus dikonversi menjadi informasi yang berguna
dalam pengambilan keputusan ekonomis. Foster (1986) dalam Luciana
menyatakan empat hal yang mendorong analisis laporan keuangan dilakukan
dengan model rasio keuangan yaitu:
1. Untuk mengendalikan pengaruh perbedaan besaran antar perusahaan
2. Untuk membuat data menjadi lebih memenuhi asumsi alat statistik
yang digunakan.
3. Untuk menginvestigasi teori yang terkait dengan rasio keuangan.
4. Untuk mengkaji hubungan empiris antara rasio keuangan dan estimasi
atau prediksi variabel tertentu (seperti kebangkrutan atau financial
distress).
Untuk membuktikan bahwa laporan keuangan bermanfaat maka
dilakukan penelitian mengenai manfaat laporan keuangan. Salah satu bentuk
penelitian mengenai manfaat laporan keuangan untuk tujuan memprediksikan
kinerja suatu perusahaan seperti kebangkrutan dan financial distress.
Penurunan kinerja keuangan yang sering disebut sebagai financial distress
dapat dialami oleh berbagai perusahaan besar ataupun kecil dari berbagai
sektor industri (Shcuppe, 2005). Dalam siklus hidup perusahaan, penurunan
kinerja keuangan dapat terjadi karena faktor internal maupun eksternal
(Francis & Desai, 2005).
Analisis keuangan yang mencakup analisis rasio keuangan, analisis
kelemahan dan kekuatan di bidang financial sangat membantu dalam menilai
prestasi manajemen masa lalu dan prospeknya di masa datang. Rasio
keuangan dapat memberikan indikasi mengenai perusahaan, memiliki kas
yang cukup atau tidak untuk untuk memenuhi kewajiban financial-nya,
besarnya piutang yang cukup rasional, efisiensi manajemen persediaan,
sehingga tujuan memaksimumkan kemakmuran pemegang saham dapat
dicapai.
Kesulitan yang dihadapi oleh perusahaan bisa bervariasi antara
kesulitan likuiditas, yaitu perusahaan tidak mampu memenuhi kewajiban
sementara waktu, sampai dengan kesulitan solvabilitas yaitu kewajiban
financial perusahaan sudah melebihi kekayaannya. Apabila prospek
perusahaan dirasa tidak memberikan harapan, maka likuidasi terpaksa
ditempuh.
Sebelum kebangkrutan terjadi, perusahaan mengalami financial distress
yaitu kondisi perusahaan yang mengalami kesulitan keuangan dan terancam
bangkrut. Pada umumnya kemungkinan terjadi financial distress semakin
meningkat dengan meningkatnya penggunaan hutang.
Banyak model atau teknik yang dapat digunakan dalam memprediksi
tentang potensi kebangkrutan. Rasio keuangan merupakan salah satu
informasi yang dapat digunakan sebagai alat untuk memprediksi kinerja
perusahaan. Salah satu teknis yang digunakan dalam analisis kebangkrutan
perusahaan adalah dengan menggunakan analisis diskriminan yang dapat
digunakan untuk memprediksi kebangkrutan perusahaan, dan menggunakan
model yang dinilai (Z) Z-Score. Z-Score adalah skor yang ditentukan dari
tingkat kemungkinan kebangkrutan perusahaan.
Penelitian tentang studi prediksi kebangkrutan pertama kali dilakukan
oleh Beaver (1966) yang menggunakan dua rasio keuangan pada lima tahun
kelompok rasio keuangan dan membuat univariate analisis yaitu
menghubungkan tiap-tiap rasio untuk menentukan rasio yang mana yang
paling baik digunakan sebagai prediktor. Rasio keuangan tersebut terdiri dari
cash flow ratios net income ratios, debt to total assets to content debt ratio,
turn over ratios & liquid assets to total assets ratio. Dari 6 kelompok rasio
tersebut, Beaver menemukan bahwa rasio dari aliran kas terhadap kewajiban
total merupakan prediktor yang paling baik untuk menentukan tingkat
kebangkrutan perusahaan. Dalam studi ini Beaver menemukan bahwa rasio
keuangan terbukti sangat berguna untuk prediksi kebangkrutan dan dapat
digunakan untuk membedakan secara akurat perusahaan yang akan bangkrut
dan yang tidak.
Platt dan Platt (2002) melakukan penelitian terhadap 24 perusahaan
yang mengalami financial distress dan 62 perusahaan yang tidak mengalami
financial distress, dengan menggunakan model logit mereka berusaha untuk
menentukan rasio keuangan yang paling dominan untuk memprediksi adanya
financial distress. Temuan dari penelitian ini adalah: Variabel EBITDA/sales,
current assets/current liabilities dan cash flow growth rate memiliki
hubungan negatif terhadap kemungkinan perusahaan akan mengalami
financial distress. Semakin besar rasio ini, maka semakin kecil kemungkinan
perusahaan mengalami financial distress. Sedangkan variabel net fixed
assets/total assets, long-term debt/equity dan notes payable/total assets,
memiliki hubungan positif terhadap kemungkinan perusahaan akan
Penelitian yang dilakukan oleh Luciana dan Meliza (2003) memberikan
bukti bahwa rasio net income/total assets,shareholder equity/total assets,
retained earning/total asset, dan total debt/total assets dapat digunakan untuk
memprediksi probabilitas perusahaan yang mengalami kondisi financial
distress.
Penelitian yang dilakukan oleh Arnab Bhattacharjee dan Jie Han (2010)
menguji faktor mikro ekonomi dan makro ekonomi terhadap financial
distress pada perusahaan bursa efek di China selama periode transisi ekonomi
1995-2006. Hasilnya mengindikasikan bahwa variabel makro ekonomi dan
faktor institute berdampak pada financial distress. Variabel mikro ekonomi
yang diteliti oleh Jie Han (2010) menggunakan ukuran
perusahaan/profitabilitas, struktur financial, dan cash flow sedangkan variabel
makro ekonomi dalam penelitian ini menggunakan siklus bisnis, tingkat suku
bunga dan kurs.
Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis tertarik untuk
melakukan penelitian dengan judul “ANALISIS PENGARUH
INDIKATOR MAKRO DAN MIKRO TERHADAP PREDIKSI
KEBANGKRUTAN (Studi kasus pada perusahaan manufaktur di Bursa
B. PERUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah
dalam penelitian ini adalah:
1. Apakah Kurs, Tingkat Suku Bunga, Return On Asset (ROA), Debt to Total
Asset (DTA), dan Cashflow berpengaruh terhadap financial distress pada
perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun
2007-2009?
2. Apakah Kurs, Tingkat Suku Bunga, Return On Asset (ROA), Debt to Total
Asset (DTA), dan Cashflow berpengaruh terhadap non financial distress
pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun
2007-2009?
C. TUJUAN PENELITIAN
Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.Untuk menganalisis pengaruh Kurs, Tingkat Suku Bunga, Return On Asset
(ROA), Debt to Total Asset (DTA), dan Cashflow terhadap financial
distress pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia tahun 2007-2009.
2.Untuk menganalisis pengaruh Kurs, Tingkat Suku Bunga, Return On Asset
(ROA), Debt to Total Asset (DTA), dan Cashflow terhadap non financial
distress pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
D. MANFAAT PENELITIAN
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi beberapa pihak yaitu:
1. Manfaat Praktis
a. Bagi pihak pengguna laporan keuangan yaitu stakeholder adalah
sebagai bahan informasi untuk mengetahui posisi perusahaan sehingga
dapat mengambil suatu kebijakan sehubungan dengan hal tersebut.
b. Memberi masukan pada manajemen sebagai pertimbangan untuk
pengambilan kebijaksanaan di masa yang datang agar dapat
mengantisipasi adanya financial distress.
c. Hasil penelitian ini akan memberikan pengetahuan empiris mengenai
pengaruh variabel-variabel makro ekonomi dan mikro ekonomi dalam
memprediksi financial distress.
2. Manfaat Teoritis
a. Bagi peneliti adalah sebagai bahan pengetahuan dalam membandingkan
antara teori yang ada dan aplikasinya dilapangan, dan bagi peneliti
selanjutnya yang mengambil tema yang sama dengan penelitian ini
diharapkan penelitian ini dapat memberikan manfaat.
b. Sebagai bahan referensi bagi ilmu-ilmu manajemen, khususnya
commit to user
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. LAPORAN KEUANGAN
1. Pengertian Laporan Keuangan
Laporan keuangan menggambarkan kondisi keuangan dan hasil usaha
suatu perusahaan pada saat tertentu atau jangka waktu tertentu yang
merupakan media yang paling penting untuk menilai prestasi dan kondisi
ekonomi suatu perusahaan (Syafri, 2002 : 105).
2. Tujuan Laporan Keuangan
Tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang
menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan
suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam
pengambilan keputusan ekonomi (Kuswadi, 2004 : 13-14).
3. Pengguna Laporan Keuangan
1) Pemilik Perusahaan
2) Manajemen Perusahaan
3) Investor
4) Kreditur atau Banker
5) Pemerintah dan Regulator
6) Bagi lembaga pemerintahan lainnya, bisa menjadi bahan penyusunan
7) Analisis, akademis, Pusat Data Bisnis
4. Komponen Laporan Keuangan
Laporan keuangan yang lengkap terdiri dari komponen-komponen berikut:
1) Neraca
Neraca adalah laporan yang sistematis tentang aktiva, hutang serta modal
perusahaan tertentu yang bertujuan menunjukkan posisi keuangannya.
2) Laporan Laba Rugi
Laporan laba rugi adalah laporan yang sistematis tentang penghasilan,
biaya, laba rugi yang diperoleh perusahaan selama periode tertentu.
3) Laporan Perubahan Modal
Laporan perubahan modal adalah laporan yang sistematis tentang
peningkatan atau penurunan kekayaan perusahaan dalam periode
tertentu.
4) Laporan Arus Kas (cash flow)
Laporan arus kas adalah laporan yang melaporkan penerimaan dan
pengeluaran kas selama periode tertentu yang diklasifikasikan menurut
aktivitas operasi, investasi dan pendanaan serta berguna untuk menilai
kemampuan perusahaan dalam menghasilkan kas.
5) Catatan atas Laporan keuangan
Catatan atas laporan keuangan adalah penjelasan naratif atau rincian dari
jumlah yang tertera dalam neraca, laporan laba rugi, laporan arus kas dan
5. Analisis Laporan Keuangan
Menurut Leopold A. Bernstein, dalam Yulia Purwanti (2005) analisis
laporan keuangan merupakan suatu proses yang penuh pertimbangan dalam
rangka membantu mengevaluasi posisi keuangan dan hasil operasi
perusahaan pada masa sekarang dan masa lalu, dengan tujuan untuk
menentukan estimasi dan prediksi yang paling mungkin mengenai kondisi
dan kinerja perusahaan pada masa mendatang (Dwi Prastowo dan Rifka
Juliaty, 2002:52).
Tujuan analisis laporan keuangan menurut Dwi Prastowo dan Rifka
Juliaty (2002:53) dalam Yulia Purwanti (2005) antara lain:
1. Sebagai alat screening awal dalam memilih alternatif investasi atau
merger.
2. Sebagai alat forecasting mengenai kondisi dan kinerja keuangan di
masa datang.
3. Sebagai proses diagnosis terhadap masalah-masalah manajemen,
operasi atau masalah lainnya.
4. Sebagai alat evaluasi terhadap manajemen.
Tehnik analisis laporan keuangan dikategorikan menjadi dua metode,
yaitu (Dwi Prastowo:54) dalam Yulia Purwanti (2005):
1. Metode analisis horizontal, adalah metode analisis yang dilakukan
dengan cara membandingkan laporan keuangan oleh beberapa
kecenderungannya. Metode ini terdiri dari empat analisis, antara
lain:
a. Analisis komparatif (comparative financial statement analysis)
Analisis ini dilakukan dengan cara menelaah neraca, laporan
laba rugi atau laporan arus kas yang berurutan dari satu periode
ke periode berikutnya.
b. Analisis trend
Adalah suatu metode atau tehnik analisa untuk mengetahui
tendensi daripada keadaan keuangannya, apakah menunjukkan
tendensi tetap, naik atau bahkan turun. Sebuah alat yang berguna
untuk perbandingan tren jangka panjang adalah tren angka
indeks. Analisis ini memerlukan tahun dasar yang menjadi
rujukan untuk semua pos yang biasanya diberi angka indeks
100. Karena tahun dasar menjadi rujukan untuk semua
perbandingan, pilihan terbaik adalah tahun dimana kondisi
bisnis normal.
c. Analisis arus kas (cash flow analysis)
Adalah suatu analisa untuk sebab-sebab berubahnya jumlah
uang kas atau untuk mengetahui sumber-sumber serta
penggunaan uang kas selama periode tertentu. Analisis ini
terutama digunakan sebagai alat untuk mangevaluasi sumber
dana penggunaan dana. Analisis arus kas menyediakan
pendanaannya dan menggunakan sumber dananya. Walaupun
analisis sederhana laporan arus kas memberikan banyak
informasi tentang sumber dan penggunaan dana, penting untuk
menganalisis arus kas secara lebih rinci.
d. Analisis perubahan laba kotor (gross profit analysis)
Adalah suatu analisa untuk mengetahui sebab-sebab perubahan
laba kotor suatu perusahaan dari periode ke periode yang lain
atau perubahan laba kotor suatu periode dengan laba yang
dibudgetkan untuk periode tersebut.
2. Metode analisis vertikal, adalah metode analisis yang dilakukan
dengan cara menganalisis laporan keuangan pada periode tertentu.
Metode ini terdiri dari tiga analisis, antara lain:
a. Analisis common – size
Adalah suatu metode analisis untuk mengetahui prosentase
investasi pada masing-masing aktiva terhadap total aktiva dan
untuk mengetahui struktur modal dengan komposisi anggaran
yang dihubungkan dengan jumlah penjualan. Analisis common
size menekankan pada 2 faktor, yaitu:
1)Sumber pendanaan, termasuk distribusi pendanaan antara
kewajiban lancar, kewajiban tidak lancar dan ekuitas.
2)Komposisi aktiva, termasuk jumlah untuk masing-masing
b. Analisis impas (break – even)
Adalah analisa untuk menentukan tingkat penjualan yang harus
dicapai oleh perusahaan agar perusahaan tidak mengalami
kerugian, tetapi belum memperoleh keuntungan yang
diharapkan. Dengan analisa break-even ini juga akan diketahui
berbagai tingkat keuntungan atau kerugian untuk berbagai
tingkat penjualan.
c. Analisis ratio
Analisis ratio adalah suatu cara untuk menganalisis laporan
keuangan yang mengungkapkan hubungan matematik antara
suatu jumlah dengan jumlah lainnya atau perbandingan antara
satu pos dengan pos lainnya.
B. RASIO KEUANGAN
Beberapa studi telah menguji penggunaan informasi analisis keuangan
dengan menggunakan rasio keuangan yang dihitung dari informasi yang
terdapat dalam laporan keuangan, untuk menggambarkan hubungan antara
rasio keuangan dengan perubahan kondisi ekonomi pada suatu negara. Pada
umumnya analisis terhadap rasio merupakan langkah awal dalam analisis
keuangan guna menilai prestasi dan kondisi keuangan pada perusahaan.
Rasio keuangan adalah angka yang diperoleh dari perbandingan antara
satu pos laporan keuangan dengan pos lainnya yang mempunyai hubungan
total asset, antara harga pokok produksi dengan total penjualan, dan
sebagainya.
Menurut Kuswadi (2004:187) dalam Nur Fitriyani (2008) analisa rasio
dapat digunakan untuk menilai:
a. Kemampuan laba (profitability ratio)
b. Kemampuan likuiditas (liquidity ratio)
c. Aktivitas (activity ratio)
d. Efisiensi dan efektivitas penggunaan dana dan biaya
Menurut Agus Sartono (2001, 115) rasio keuangan yang sering digunakan
adalah:
a. Rasio Likuiditas
Menggambarkan kemampuan perusahaan untuk menyelesaikan
kewajiban jangka pendeknya. Beberapa rasio likuiditas ini adalah sebagai
berikut:
1) Rasio Lancar =
2) Rasio Cepat =
3) Rasio Kas atas Hutang Lancar =
b. Solvabilitas
Menggambarkan kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban
jangka panjangnya atau kewajiban-kewajibannya apabila perusahaan di
1) Debt to Equity Ratio =
2) Debt Ratio =
3) TIE =
c. Profitabilitas
Menggambarkan kemampuan perusahaan mendapatkan laba melalui
semua kemampuan dan sumber yang ada seperti kegiatan penjualan, kas,
modal, jumlah karyawan dan sebagainya.
1) Net Profit Margin =
2) Asset turn over =
3) Return on Equity =
4) Return on Asset =
5) Basic Earning Power =
d. Rasio Aktivitas
Menggambarkan aktivitas yang dilakukan perusahaan dalam
menjalankan operasinya baik dalam kegiatan penjualan, pembelian dan
kegiatan lainnya.
Rasio ini antara lain:
2) Receivable Turnover =
3) Total Assets Turnover =
4) Fixed Asset Turn Over =
5) DSO =
Sedangkan Altman menggunakan rasio-rasio tertentu untuk prediksi
kebangkrutan perusahaan, yaitu:
a. Modal Kerja / total aktiva (Working Capital / Total Assets)
b. Laba ditahan / total aktiva (Retained Earning / Total Assets)
c. Laba sebelum bunga dan pajak / total aktiva (EBIT / Total Assets)
d. Harga pasar ekuitas / total utang (Market Value Equity / Book Value
of Total Debt)
e. Penjualan / total aktiva (Sales / Total Assets)
C. KEBANGKRUTAN
Manajemen cukup sering mengalami kegagalan dalam membesarkan
perusahaan, akibatnya prospek perusahaan tidak terlihat jelas. Perusahaan
menjadi tidak sehat bahkan berkelanjutan mengalami krisis yang
berkepanjangan akhirnya akan mengarah pada kebangkrutan. Kebangkrutan
menjalankan operasi perusahaan untuk menghasilkan laba. (Supardi, 2003 : 79)
dalam Aprilia Nugraheni (2005).
Menurut Martin (1995) dalam Supardi & Mastuti (2003), kebangkrutan
didefinisikan ke dalam beberapa pengertian yaitu:
1. Economic Distress, berarti perusahaan kehilangan uang atau
pendapatan sehingga tidak mampu menutup biaya sendiri karena
tingkat laba yang lebih kecil dari biaya modal atau nilai sekarang
dan arus kas perusahaan lebih kecil dari kewajiban. Kegagalan
terjadi bila arus kas perusahaan sebenarnya jauh di bawah arus kas
yang diharapkan atau tingkat pendapatan atas biaya historis dan
investasinya lebih kecil daripada biaya modal perusahaan yang
dikeluarkan untuk biaya investasi.
2. Financial Distress, berarti kesulitan dana untuk menutup
kewajiban perusahaan atau kesulitan likuiditas yang di awali
dengan kesulitan ringan sampai pada kesulitan yang lebih serius,
yaitu jika hutang lebih besar dibandingkan asset. Definisi financial
distress yang lebih pasti sulit dirumuskan tetapi terjadi dari
kesulitan ringan sampai berat.
Menurut Suwarsono tahun 1996 dalam Aprilia Nugraheni,2005 (Adnan
dan Taufiq, 2001:187) ada beberapa tanda atau indikator manajerial dan
operasional yang muncul ketika perusahaan akan mengalami kebangkrutan
1) Indikator dari lingkungan bisnis
Pertumbuhan ekonomi dan aktivitas ekonomi pembentuknya
memberikan indikasi bagi manajemen dalam melakukan pengambilan
keputusan ekspansi usaha. Pertumbuhan ekonomi yang rendah menjadi
indikator yang cukup penting pada lemahnya peluang bisnis. Tersedianya
kredit dan aktivitas pasar modal dapat digunakan sebagai indikator
mudah atau sulitnya, mahal atau murahnya dana yang diperlukan.
Meningkatnya populasi bisnis dapat digunakan sebagai indikator
meningkatnya persaingan dan semakin berkuranganya laba potensi yang
dijanjikan karena adanya perubahan struktur pasar.
2) Indikator internal
Sinyal kegagalan yang dapat ditemukan pada variabel internal dapat
dijumpai pada setiap tahapan daur kehidupan organisasi, awal
pertumbuhan, pertengahan dan kedewasaan. Untuk disebut sebagai
perusahaan yang sakit manajemen tidak perlu menunggu munculnya
semua indikator. Adanya beberapa indikator sudah cukup tanda tidak
sehatnya suatu perusahaan. Tidak berbeda dengan indikator yang berasal
dari lingkungan bisnis, permasalahan akan menjadi lebih kompleks jika
terjadi interaksi antar indikator.
3) Indikator kombinasi
Seringkali perusahaan yang sakit disebabkan oleh interaksi atau
kelemahan yang berasal dari variabel internal yang mengakibatkan
perusahaan berkemungkinan mengalami kebangkrutan.
D. FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KEBANGKRUTAN
Dalam Darsono dan Ashari (2005) dalam Daulat Sihombing (2008), secara
garis besar penyebab kebangkrutan bisa dibagi menjadi dua yaitu faktor
internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor yang berasal dari
bagian internal manajemen perusahaan. Sedangkan faktor eksternal bisa
berasal dari faktor luar yang berhubungan langsung dengan operasional
perusahaan atau faktor perekonomian secara makro.
Faktor-faktor internal yang dapat menyebabkan kebangkrutan perusahaan
meliputi:
1. Manajemen yang tidak efisien mengakibatkan kerugian terus menerus
yang pada akhirnya menyebabkan perusahaan tidak dapat membayar
kewajibannya. Ketidakefisienan ini diakibatkan oleh pemborosan dalam
biaya, kurangnya keterampilan dan keahlian manajemen.
2. Ketidakseimbangan dalam modal yang dimiliki dengan jumlah
piutang-hutang yang dimiliki. Hutang yang terlalu besar mengakibatkan biaya
bunga yang besar sehingga memperkecil laba bahkan bisa
menyebabakan kerugian. Piutang yang terlalu besar juga merugikan
karena aktiva yang menganggur terlalu banyak sehingga tidak
menghasilkan pendapatan.
ini mengakibatkan kerugian bagi perusahaan yang pada akhirnya
membangkrutan perusahaan. Kecurangan dapat berupa manajemen
yang korup atau memberikan informasi yang salah pada pemegang
saham atau investor.
Sedangkan, faktor-faktor eksternal yang bisa mengakibatkan kebangkrutan
adalah sebagai berikut:
1. Perubahan dalam keinginan pelanggan yang tidak diantisipasi oleh
perusahaan yang mengakibatkan pelanggan lari atau berpindah
sehingga terjadi penurunan dalam pendapatan. Untuk menjaga hal
tersebut perusahaan harus selalu mengantisipasi kebutuhan pelanggan
dengan menciptakan produk yang sesuai dengan kebutuhan
pelanggan.
2. Kesulitan bahan baku karena supplier tidak dapat memasok lagi
kebutuhan bahan baku yang digunakan untuk produksi. Untuk
mengantisipasi hal tersebut, perusahaan harus selalu menjalin
hubungan baik dengan supplier dan tidak menggantungkan kebutuhan
bahan baku pada satu supplier sehingga risiko kekurangan bahan baku
dapat diatasi.
3. Faktor debitor juga harus diantisipasi untuk menjaga agar debitor
tidak melakukan kecurangan. Terlalu banyak piutang yang diberikan
kepada debitor dengan jangka waktu pengembalian yang lama akan
mengakibatkan banyak aktiva menganggur yang tidak memberikan
perusahaan. Untuk mengantisipasi hal tersebut, perusahaan harus
selalu memonitor piutang yang dimiliki dan keadaan debitor agar
dapat melakukan perlindungan dini terhadap aktiva perusahaan.
4. Hubungan yang tidak harmonis dengan kreditor juga bisa berakibat
fatal terhadap kelangsungan hidup perusahaan. Untuk mengantisipasi
hal tersebut, perusahaan harus bisa mengelola hutangnya dengan baik
dan juga membina hubungan baik dengan kreditor.
5. Persaingan bisnis yang semakin ketat menuntut perusahaan agar selalu
memperbaiki diri sehingga bisa bersaing dengan perusahaan lain
dalam memenuhi kebutuhan pelanggan. Semakin ketatnya persaingan
menuntut perusahaan agar selalu memperbaiki produk yang
dihasilkan, memberikan nilai tambah yang lebih baik lagi kepada
pelanggan.
6. Kondisi perekonomian secara global juga harus selalu diantisipasi
oleh perusahaan.
Faktor-faktor penyebab kebangkrutan dibagi menjadi dua (Arnab
Bhattacharjee dan Jie Han, 2010) yaitu:
1. Makro Ekonomi
a. Nilai Tukar (Kurs)
Kurs merupakan nilai tukar mata uang suatu negara terhadap
mata uang negara lain. Mata uang internasional yang selalu
dijadikan standar mata uang negara-negara di dunia adalah Dollar
memiliki nilai tukar yang relatif konstan terhadap mata uang
manapun.
Nilai tukar dapat dibedakan menjadi dua, yaitu nilai tukar
nominal dan nilai tukar riil. Nilai tukar nominal digunakan dalam
sehari-hari seperti misalnya berapa rupiah yang harus dikeluarkan
untuk mendapatkan satu Dollar Amerika, sedangkan nilai tukar riil
adalah nilai tukar nominal yang sudah dikoreksi dengan harga
relatif yaitu harga-harga di dalam negeri dibandingkan dengan
harga-harga di luar negeri.
b. Tingkat Suku Bunga
Menurut Nopirin (1996), Suku Bunga adalah biaya yang
harus dibayarkan oleh peminjam atas pinjaman yang diterima dan
merupakan imbalan bagi pemberi atas investasinya.
Suku bunga dibedakan menjadi dua, yaitu:
1) Suku bunga nominal adalah suku bunga dalam nilai uang.
Suku bunga ini merupakan nilai yang dapat dibaca secara
umum. Suku bunga ini menunjukkan sejumlah rupiah untuk
setiap satu rupiah yang diinvestasikan.
2) Suku bunga riil adalah suku bunga yang telah mengalami
koreksi akibat inflasi dan didefinisikan sebagai suku bunga
nominal dikurangi laju inflasi.
2. Mikro Ekonomi
a. Profitabilitas
Rasio profitabilitas, digunakan untuk mengukur seberapa
efektif pengelolaan perusahaan sehingga menghasilkan
keuntungan. Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan
menghasilkan keuntungan pada tingkat penjualan, asset, dan modal
saham tertentu. Ada tiga rasio profitabilitas yaitu:
1) Profit Margin on Sales, dihitung dengan cara membagi laba
setelah pajak dengan penjualan. Profit margin menghitung
sejauh mana kemampuan perusahaan menghasilkan laba bersih
pada tingkat penjualan tertentu.
2) Return on Total Assets, perbandingan antara laba setelah pajak
dengan total aktiva guna guna mengukur tingkat pengembalian
investasi total. Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan
menghasilkan laba bersih berdasarkan tingkat asset tertentu.
3) Return on Net Worth, perbandingan antara laba setelah pajak
dengan modal sendiri guna mengukur tingkat keuntungan
investasi pemilik modal sendiri. Rasio ini mengukur
kemampuan perusahaan menghasilkan laba berdasarkan modal
saham tertentu.
b. Struktur Modal
Menurut Martono dan Agus Harjito (2005 : 5), struktur
pendanaan jangka panjang perusahaan yang ditunjukkan oleh
perbandingan hutang jangka panjang terhadap modal sendiri.
Pemenuhan kebutuhan dana perusahaan dari sumber modal sendiri
berasal dari modal saham, laba ditahan dan cadangan.
Menurut Warsono (1998) struktur modal perusahaan secara
umum terdiri dari 2 (dua) komponen, yaitu:
1. Hutang jangka panjang (long term debt), yaitu hutang yang
masa jatuh tempo pelunasannya lebih dari sepuluh tahun.
Komponen terdiri dari: hutang hipotik, dan obligasi.
2. Modal sendiri (equity), yaitu terdiri dari saham preferen,
saham biasa dan laba ditahan.
c. Aliran Kas (Cashflow)
Aliran kas atau sering disebut cash flow merupakan tabel
yang menunjukkan besarnya penerimaan kas serta pengeluaran kas
pada suatu periode (misalnya satu tahun).
Apabila perusahaan mengalami defisit terus menerus, maka
saldo kas semakin lama akan menjadi semakin kecil. Dalam
keadaan semacam ini, manajemen perusahaan harus menentukan
kebijakan pembelanjaan yang tepat, sehingga perusahaan dapat
terhindar dari keadaan kekurangan uang kas.
Melalui aliran kas ini manajemen perusahaan akan dapat
mengetahui kapan perusahaan tersebut mempunyai saldo kas yang
Dengan diketahuinya keadaan ini perusahaan akan dapat
menyiapkan diri lebih dini sehingga tidak terjebak di dalam
kesulitan keuangan.
E. PREDIKSI FINANCIAL DISTRESS
Salah satu aspek pentingnya analisis terhadap laporan keuangan dari
sebuah perusahaan adalah kegunaannya untuk meramal kontinuitas atau
kelangsungan hidup perusahaan. Prediksi kelangsungan hidup perusahaan
sangat penting bagi manajemen dan pemilik perusahaan untuk mengantisipasi
kemungkinan adanya potensi kebangkrutan.
Financial distress merupakan kondisi dimana keuangan perusahaan dalam
keadaan tidak sehat atau krisis. Financial distress terjadi sebelum
kebangkrutan. Kebangkrutan sendiri biasanya diartikan sebagai suatu keadaan
atau situasi dimana perusahaan gagal atau tidak mampu lagi memenuhi
kewajiban-kewajiban debitur karena perusahaan mengalami kekurangan dan
ketidakcukupan dana untuk menjalankan atau melanjutkan usahanya sehingga
tujuan ekonomi yang ingin dicapai oleh perusahaan dapat dicapai yaitu profit,
sebab dengan laba yang diperoleh perusahaan bisa digunakan untuk
mengembalikan pinjaman, bisa membiayai operasi perusahaan dan
kewajiban-kewajiban yang harus dipenuhi bisa ditutup dengan laba atau aktiva yang
dimiliki. Model financial distress perlu untuk dikembangkan, karena dengan
mengetahui kondisi financial distress perusahaan sejak dini diharapkan dapat
Prediksi financial distress perusahaan menjadi perhatian dari banyak
pihak. Pihak-pihak yang menggunakan model tersebut meliputi:
1. Pemberi pinjaman. Penelitian berkaitan dengan prediksi financial distress
mempunyai relevansi terhadap institusi pemberi pinjaman, baik dalam
memutuskan apakah akan memberikan suatu pinjaman dan menentukan
kebijakan untuk mengawasi pinjaman yang telah diberikan.
2. Investor. Model prediksi financial distress dapat membantu investor ketika
akan menilai kemungkinan masalah suatu perusahaan dalam melakukan
pembayaran kembali pokok dan bunga.
3. Pembuat peraturan. Lembaga regulator mempunyai tanggung jawab
mengawasi kesanggupan membayar hutang dan menstabilkan perusahaan
individu, hal ini menyebabkan perlunya suatu model yang aplikatif untuk
mengetahui kesanggupan perusahaan membayar hutang dan menilai
stabilitas perusahaan.
4. Pemerintah. Prediksi financial distress juga penting bagi pemerintah dalam
antitrust regulation.
5. Auditor. Prediksi financial distress dapat menjdi alat yang berguna bagi
auditor dalam membuat penilaian going concern suatu perusahaan.
6. Manajemen. Apabila perusahaan mengalami kebangkrutan maka
perusahaan akan menanggung biaya langsung (fee akuntan dan pengacara)
dan biaya tidak langsung (kerugian penjualan atau kerugian paksaan akibat
ketetapan pengadilan). Sehingga dengan adanya model prediksi financial
otomatis juga dapat menghindari biaya langsung dan tidak langsung dari
kebangkrutan.
F. PENGUKURAN FINANCIAL DISTRESS
Sangat sulit untuk mendefinisikan secara obyektif tahap permulaan adanya
kondisi financial distress, sehingga dilakukan pengukuran financial distress
oleh beberapa peneliti:
1. Edward I. Altman (1968)
Pada tahun 1968 Altman meniliti manfaat laporan keuangan dalam
memprediksi kebangkrutan. Dalam penelitian dengan metode multiple
discriminant analysis (MDA) tersebut, Altman menemukan formula yang
dapat digunakan untuk mendeteksi kebangkrutan perusahaan dengan
istilah yang sangat terkenal yaitu Z-score. Z-score adalah skor yang
ditentukan dari lima rasio keuangan yang masing-masing dikalikan dengan
bobot tertentu dan akan menunjukkan tingkat kemungkinan kebangkrutan
perusahaan dengan rumus sebagai berikut:
+
+ ++
Di mana:
= working capital/total assets
= retained earning/total assets
= earning before interest and tax/total assets
= sales/total assets
Apabila Z-score lebih tinggi dari 2,99; maka perusahaan tersebut
termasuk dalam sektor perusahaan non-bankrupt, jika Z-score kurang dari
1,81 termasuk perusahaan yang mempunyai kemungkinan bangkrut dan
jika Z-score antara 1,81 – 2,99 didefinisikan sebagai zone of ignorance
atau grey area. Jika perusahaan tidak go public maka nilai pasar saham
tidak bisa dihitung sehingga Altman menggunakan nilai buku saham biasa
dan saham preferen untuk mengganti nilai pasar saham (market value of
equity) dan kemudian mengembangkan model diskriminan
kebangkrutannya menjadi:
+
+ ++
Nilai Z kritis yang ditemukan yaitu 1,2; jika Z-score kurang dari 1,2
maka termasuk perusahaan yang mempunyai kemungkinan bangkrut, jika
Z-score antara 1,2 – 2,90 termasuk dalam zone of ignorance. Sedangkan
jika Z-score lebih dari 2,90 maka termasuk dalam perusahaan
non-bankrupt. Model tersebut kemudian dapat digunakan untuk perusahaan
yang go public dan tidak go public (Hanafi, 2004).
2. Richard Taffler (1983)
Sejalan dengan Altman, Taffler (1983) menggunakan model
diskriminan dalam pengukuran financial distress, dengan menggunakan
Di mana:
= profit before tax / current liabilities
= current assets / total liabilities
= current liabilities / total assets
=no‐credit interval =
Di mana:
CA current assets
CL current liabilities
PBT profit before tax
adalah faktor yang mengukur profitabilitas, adalah faktor yang
mengukur posisi modal kerja, mengukur risiko keuangan, dan
mengukur likuiditas. Jika Z-score negatif maka perusahaan mempunyai
resiko kebangkrutan, sedangakan jika Z-score positif mengindikasikan
perusahaan tidak beresiko bangkrut (Agarwal & Taffler,2002).
Model ini banyak digunakan di Inggris untuk mengetahui kesehatan
keuangan perusahaan, dan pertama kali dikembangkan tahun 1977 untuk
menganalisa industri manufaktur dan konstruksi.
G. PENELITIAN TERDAHULU
Studi mengenai kebangkrutan perusahaan pertama kali dikemukakan oleh
Beaver (1966) di Amerika Serikat yang menggunakan 29 rasio keuangan
sebanyak 79 perusahaan gagal dan 79 perusahaan sehat. Tujuan penelitiannya
yaitu mengetahui apakah rasio-rasio keuangan terpilih bisa digunakan untuk
mendeteksi kebangkrutan dan berapa lama kebangkrutan tersebut terjadi sejak
rasio-rasio keuangan mengalami penurunan atau menjadi tidak sehat. Beaver
membuat enam kelompok rasio, yaitu: cash flow ratios, net income rasio,
debt-to-total asset rasio, liquid asset-to-current ratios, turn over ratios dan liquid
asset-to-total asset ratios. Dari keenam kelompok rasio tersebut, Beaver
mengemukakan bahwa rasio dari aliran kas (cash flows) terhadap kewajiban
total (total debt) merupakan prediktor yang baik untuk menentukan tingkat
kebangkrutan sebuah perusahaan.
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Almilia dan Kristijadi (2003)
disebutkan bahwa rasio financial leverage yaitu variabel hutang lancar dibagi
dengan total aktiva (CL/TA). Koefisien dalam variabel ini bertanda negatif,
artinya variabel CL/TA memiliki pengaruh negatif terhadap financial distress
suatu perusahaan.
McCue (1991) mendefinisikan financial distress sebagai arus kas negatif
sedangkan Hofer (1980) dan Whitaker (1999) mendefinisikan financial distress
sebagai perubahan harga ekuitas.
Berdasarkan penelitian Yuliani (2010) bahwa rasio keuangan profit
margin, ROA, net working capital to assets ratio, CFTS, dan CFTL merupakan
variabel-variabel yang berpengaruh signifikan terhadap peluang terjadinya
Penelitian yang dilakukan oleh Hofer (1980) dan Whitaker (1999)
mendefinisikan financial distress sebagai suatu kondisi perusahaan mengalami
laba bersih (net income) negatif selama beberapa tahun. Sedangkan penelitian
yang dilakukan oleh Luciana (2004) mendefinisikan kondisi financial distress
sebagai suatu kondisi dimana perusahaan mengalami delisted akibat laba bersih
dan nilai buku ekuitas negatif berturut-turut serta perusahaan tersebut telah di
merger.
Platt dan Platt (2002) dan Almilia dan Kristijadi (2003) menggunakan
rasio keuangan yang berasal dari informasi dan di dalam neraca dan laporan
rugi laba. Almilia mengembangkannya dengan menambahkan informasi dari
laporan arus kas untuk memprediksi kondisi financial distress menggunakan
analisis multinomial logit. Atmini dan Wiryana (2005) menggunakan laba dan
arus kas sebagai indikator kondisi financial distress suatu perusahaan.
Altman (1968) merupakan penelitian awal yang mengkaji pemanfaatan
analisis rasio keuangan sebagai alat untuk memprediksi kebangkrutan
perusahaan. Dengan menggunakan analisis diskriminan, fungsi diskriminan
akhir yang digunakan untuk memprediksi kebangkrutan perusahaan
memasukkan rasio-rasio keuangan berikut: working capital/total assets,
retained earnings/total assets, earning before interest and taxes/total assets,
market value equity/book value of total debt, sales/total assets. Secara umum
disimpulkan bahwa rasio-rasio keuangan tersebut bisa digunakan untuk
Hasil penelitian dari Sesilia (2009) menunjukkan variabel working
capital/total asset, retained earning/total asset, Current Ratio, Quick Ratio,
dan rata-rata umur persediaan berpengaruh signifikan terhadap tingkat
kebangkrutan. Sedangkan EBIT/total assets, rata-rata umur piutang, ROA,
dan ROE tidak berpengaruh signifikan terhadap tingkat kebangkrutan.
Cheng et.al (2006), melakukan penelitian dengan menggunakan 21
variabel. Hasil penelitian menunjukkan signifikan negatif pada variabel ROA
dan positif pada variabel cash flow adequacy ratio terhadap financial distress.
Platt dan Platt (2002) melakukan penelitian terhadap 24 perusahaan yang
mengalami financial distress dan 62 perusahaan yang tidak mengalami
financial distress, dengan menggunakan model logit mereka berusaha untuk
menentukan rasio keuangan yang paling dominan untuk memprediksi adanya
financial distress. Temuan dari penelitian ini adalah: Variabel EBITDA/sales,
current assets/current liabilities dan cash flow growth rate memiliki hubungan
negatif terhadap kemungkinan perusahaan akan mengalami financial distress.
Semakin besar rasio ini, maka semakin kecil kemungkinan perusahaan
mengalami financial distress. Sedangkan variabel net fixed assets/total assets,
long-term debt/equity dan notes payable/total assets, memiliki hubungan
positif terhadap kemungkinan perusahaan akan mengalami financial distress.
Atmini (2005) juga meneliti mengenai manfaat laba dan arus kas untuk
memprediksi kondisi financial distress pada perusahaan Textile Mill Products
bahwa model laba merupakan model yang lebih baik daripada model arus kas
dalam memprediksi kondisi financial distress.
Penelitian yang dilakukan oleh Luciana dan Meliza (2003) memberikan
bukti bahwa rasio net income/total assets,shareholder equity/total assets,
retained earning/total asset, dan total debt/total assets dapat digunakan untuk
memprediksi probabilitas perusahaan yang mengalami kondisi financial
distress.
Penelitian yang dilakukan oleh Arnab Bhattacharjee dan Jie Han (2010)
menguji faktor mikro ekonomi dan makro ekonomi terhadap financial distress
pada perusahaan bursa efek di China selama periode transisi ekonomi
1995-2006. Hasilnya mengindikasikan bahwa variabel makro ekonomi dan faktor
institute berdampak pada financial distress. Variabel mikro ekonomi yang
diteliti oleh Jie Han (2010) menggunakan ukuran perusahaan/profitabilitas,
struktur financial, dan cash flow sedangkan variabel makro ekonomi dalam
penelitian ini menggunakan siklus bisnis, tingkat suku bunga dan kurs.
H. KERANGKA PEMIKIRAN
Untuk menggambarkan penelitian yang dilakukan yaitu pengaruh Kurs,
Tingkat Suku Bunga, Return On Asset (ROA), Debt to Total Asset (DTA) dan
Cashflow terhadap financial distress dan non financial distress maka dapat
Variabel Independen Variabel Dependen
GAMBAR II.I
Distress
Non Distress
Kurs
Tingkat Suku Bunga
ROA
DTA
Cashflow
Kurs
Tingkat Suku Bunga
ROA
DTA
Cashflow
Kinerja
Dari kerangka pemikiran teoritis di atas dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Financial distress adalah kondisi perusahaan yang mengalami kesulitan
keuangan dan terancam bangkrut. Faktor-faktor yang menyebabkan
kebangkrutan perusahaan dapat dibagi menjadi dua yaitu faktor makro
ekonomi (Kurs dan Tingkat Suku Bunga) dan faktor mikro ekonomi (ROA,
Debt to Total Asset, dan Cashflow).
2. Penelitian ini menguji pengaruh Kurs, Tingkat Suku Bunga, ROA, Debt to
Total Asset, dan Cashflow terhadap perusahaan yang mengalami financial
distress dan non financial distress. Sedangkan perusahaan yang distress
dan non distress diukur dengan metode Altman Z-Score. Kurs, Tingkat
Suku Bunga, ROA, Debt to Total Asset, dan Cashflow merupakan variabel
independen sedangkan financial distress dan non financial distress
merupakan variabel dependen.
I. HIPOTESIS
Penelitian yang dilakukan oleh Arnab Bhattacharjee dan Jie Han (2010) di
Cina dengan menggunakan analisis regresi menunjukkan bahwa variabel
makro ekonomi (siklus bisnis, tingkat suku bunga dan kurs) dan mikro
ekonomi (profitabilitas, struktur financial, dan cash flow) berpengaruh
signifikan terhadap financial ditress.
Berdasarkan studi empiris tersebut, maka dapat dirumuskan hipotesis
sebagai berikut:
H2 = Kurs mempunyai pengaruh terhadap non financial distress pada
perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun
2007-2009.
H3 = Tingkat Suku Bunga mempunyai pengaruh terhadap financial distress
pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
tahun 2007-2009.
H4 = Tingkat Suku Bunga mempunyai pengaruh terhadap non financial
distress pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia tahun 2007-2009.
H5 = Return On Asset mempunyai pengaruh terhadap financial distress pada
perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun
2007-2009.
H6 = Return On Asset mempunyai pengaruh terhadap non financial distress
pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
tahun 2007-2009.
H7 = Debt to Total Asset mempunyai pengaruh terhadap financial distress
pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
tahun 2007-2009.
H8 = Debt to Total Asset mempunyai pengaruh terhadap non financial distress
pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
H9 = Cashflow mempunyai pengaruh terhadap financial distress pada
perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun
2007-2009.
H10 = Cashflow mempunyai pengaruh terhadap non financial distress pada
perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun
commit to user
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. TEKNIK PENGAMBILAN SAMPEL
Populasi adalah sekumpulan objek yang memiliki kesamaan
karakteristik dan ciri-ciri dalam satu atau beberapa hal dan membentuk
masalah pokok dalam suatu riset khusus. Populasi dalam penelitian ini adalah
seluruh perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada
tahun 2007 sampai 2009.
Sampel adalah sebagian dari populasi yang karakteristiknya hendak
diselidiki dan dianggap mewakili keseluruhan populasi (jumlahnya lebih
sedikit daripada jumlah populasi). Teknik pengambilan sampel yang
digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan metode purposive sampling,
yaitu sampel dipilih berdasarkan kesesuaian karakteristik dengan kriteria
sampel yang ditentukan agar diperoleh sampel yang representatif. Kriteria
tersebut adalah:
1. Perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun
2007-2009.
2. Perusahaan-perusahaan tersebut telah menyampaikan laporan
keuangannya secara rutin dan mempunyai data keuangan yang
lengkap sesuai yang dibutuhkan dalam penelitian ini.
3. Memiliki komponen-komponen indikator perhitungan yang
B. TEKNIK PENGUMPULAN DATA
Penelitian ini menganalisis tentang pengaruh faktor makro ekonomi
(Kurs dan Tingkat Suku Bunga) dan faktor mikro ekonomi (Return On Asset,
Debt to Total Asset dan cash flow) terhadap financial distress dan non
financial distress.
Data-data yang digunakan dalam penelitian ini seluruhnya merupakan
data sekunder, yaitu data atau informasi dilakukan pihak lain berupa bahan
tulisan yang menunjang dan berhubungan dengan penelitian ini, melalui data
kurun waktu (time series) periode 2007-2009.
Data sekunder diperoleh dari JSX Monthly Statistic dan Indonesian
Capital Market Directory (ICMD) yang dikeluarkan oleh Bursa Efek
Indonesia, sedangkan data mengenai tingkat suku bunga dan kurs diperoleh
dari Statistik Ekonomi Keuangan Indonesia yang dikeluarkan Bank Indonesia
dan dari publikasi penerbitan seperti: Laporan Keuangan Bank Indonesia,
Badan Pusat Statistik, serta sumber lainnya.
C. VARIABEL PENELITIAN
1. Variabel independen
Variabel independen adalah tipe variabel yang menjelaskan atau
mempengaruhi variabel lain. Variabel independen dalam penelitian ini
adalah variabel makro ekonomi seperti kurs dan tingkat suku bunga
sedangkan variabel mikro ekonomi seperti Retun On Asset, Debt to Total
a. Makro Ekonomi
1) Kurs
Menurunnya kurs rupiah terhadap mata uang asing memiliki
pengaruh negatif terhadap ekonomi dan pasar modal. Menurunnya
kurs dapat meningkatkan biaya impor bahan baku dan peralatan yang
dibutuhkan oleh perusahaan sehingga dapat meningkatkan biaya
produksi.
Apabila biaya produksi meningkat, maka pengeluaran kas
untuk anggaran pembelian bahan baku dan pembelian aktiva tetap
akan semakin besar sehingga kemungkinan perusahaan akan
mengalami financial distress juga akan semakin besar. Kurs yang
digunakan dalam penelitian ini adalah kurs rupiah terhadap USD
dollar di Bank Indonesia yang terdapat pada data laporan tahunan.
2) Tingkat suku bunga
Secara umum semakin rendah tingkat bunga maka akan
semakin besar intensitas aliran dana sehingga semakin besar tingkat
pertumbuhan ekonomi, dan sebaliknya semakin tinggi tingkat bunga
maka semakin rendah tingkat pertumbuhan ekonomi.
Jika tingkat bunga tinggi maka perusahaan akan semakin sulit
untuk membayar kewajiban hutang kepada debitor, sehingga
menyebabkan perusahaan akan mengalami kesulitan keuangan yang
penelitian ini adalah suku bunga pemerintah di Bank Indonesia yang
terdapat pada data laporan tahunan.
b. Mikro Ekonomi
1) Profitabilitas
Pada penelitian ini profitabilitasdiukur dengan salah satu rasio
keuangan yaitu Return On Asset (ROA). Return On Asset (ROA)
merupakan rasio profitabilitas yang digunakan untuk mengukur
efektivitas perusahaan di dalam menghasilkan keuntungan dengan
memanfaatkan aktiva yang dimilikinya. Return On Asset (ROA)
digunakan untuk mengetahui besarnya laba bersih yang dapat
diperoleh dari operasional perusahaan dengan menggunakan seluruh
kekayaannya. ROA diukur dengan rumus berikut:
ROA=
Tinggi rendahnya Return On Asset (ROA) tergantung pada
pengelolaan asset perusahaan oleh manajemen yang menggambarkan
efisiensi dari operasional perusahaan. Return On Asset (ROA) yang
rendah disebabkan oleh banyaknya asset perusahaan yang
menganggur, investasi dalam persediaan terlalu banyak, dan
lain-lain. Jika Return On Assets (ROA) rendah berarti pengelolan asset
perusahaan oleh manajemen tidak efisien sehingga dapat
2) Struktur Modal
Pada penelitian ini struktur modal diukur dengan Debt to Total
Asset, rasio yang mengukur seberapa besar jumlah aktiva perusahaan
dibiayai oleh hutang. Karena semua hutang mengandung risiko maka
semakin besar prosentasenya semakin besar pula risiko yang
ditanggung perusahaan.
Kecende