• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PENGARUH INDIKATOR MAKRO DAN MIKRO TERHADAP PREDIKSI KEBANGKRUTAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISIS PENGARUH INDIKATOR MAKRO DAN MIKRO TERHADAP PREDIKSI KEBANGKRUTAN"

Copied!
116
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

i

ANALISIS PENGARUH INDIKATOR MAKRO DAN MIKRO

TERHADAP PREDIKSI KEBANGKRUTAN

(Studi Kasus pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2007-2009)

SKRIPSI

Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat untuk Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Manajemen

Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret

Disusun Oleh:

NINDIA DESIYANI

F1207046

FAKULTAS EKONOMI

JURUSAN MANAJEMEN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

(2)

commit to user

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsi dengan judul :

ANALISIS PENGARUH INDIKATOR MAKRO DAN MIKRO

TERHADAP PREDIKSI KEBANGKRUTAN

(Studi Kasus pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2007-2009)

Surakarta, 07 Juli 2011

Disetujui dan diterima oleh

Pembimbing

(Heru Agustanto, SE, ME)

(3)

commit to user

iii

HALAMAN PENGESAHAN

Telah disetujui dan diterima oleh tim penguji Skripsi Fakultas Ekonomi

Universitas Sebelas Maret guna melengkapi tugas-tugas dan memenuhi

syarat-syarat memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Manajemen.

Surakarta, 28 Juli 2011

Tim Penguji Skripsi

1. Drs. Bambang Hadinugroho., M.Si Sebagai Ketua (………..)

NIP. 195503011985031002

2. Heru Agustanto, SE, ME Sebagai Pembimbing (………..)

NIP. 195808141986011001

3. Deny Dwi Hartomo, S.E., M.Sc Sebagai Anggota (………..)

(4)

commit to user

HALAMAN MOTTO

“Per c aya dan yakinlah bahwa jika kit a mempunyai niat baik, opt imis, yakin, kelak kit a akan menjadi or ang yang ber gu na dan ber manf aat ”

(

penulis

)

Bant ulah sesama mu kar ena it u akan memudahkan mu

(Penulis)

“J angan per nah kau sia-siakan wakt u dan kesempat an” (Penulis)

“Spir it is t he most valuable asset , mor e t han money and any ot her power ”

(Z ig Z iglar )

“J adilah manusia yang ber manf aat bukan hanya bagi dir i sendir i t et api ber manf aat bagi sesama dan bant ulah sesama mu kar na akan

mer ingankan mu” (Penulis)

“J angan mudah unt uk menyer ah, t er uslah ber usaha, belajar , dan ber d oa kar na di set iap kesu lit an past i ada kemudahan”

(Penulis)

“When you st op lear ning, you st op moving f or war d” (A ndr ew H o)

“T he only man who never makes mist akes is t he man who never D oes anyt hing”

(T heodor e Roosevelt )

“A day will never be anymor e t han what you make of it ” (J osh S. H inds)

(5)

commit to user

v

HALAMAN PERSEMBAHAN

“ D engan segala usaha dan perjuangan yang melelahkan, penantian

yang membutuhkan waktu selama empat tahun untuk mencapai

sebuah cita-cita menjadi seorang S arjana. A khirnya, penulis dapat

menyelesaikan sebuah karya untuk mencapai sebagian tujuan hidup:

gelar S arjana E konomi.”

Sebuah Kar yaku ini saya dedikasikan kepada:

1. Allah  SWT  hanya  kepadamulah  hamba  menyembah,  meminta 

pertolongan,  dan  berserah  diri,  yang  memberikanku  warna  kehidupan,  mengatur  skenario  hidupku,  serta  menuntunku  dalam  setiap langkahku.  

2. Nabi Muhammad SAW yang  membawa  kebenaran,  petunjuk  bagi 

setiap umat. 

3. Kedua orang tuaku yang telah mendidik dan membesarkanku, yang 

selalu  menyayangiku &  mencintaiku,  mendoakanku,  membimbingku,  pemberi  nasihat,  yang  tak  pernah  lelah  memberiku  motivasi  baik 

spiritual maupun moral dalam setiap langkahku. 

4. Kedua adikku (Atika & Novita) mereka  adalah  inspirasiku  dalam 

hidup, yang telah menghormatiku, menyayangiku serta mendoakanku. 

5. Soetarmi, BA terima kasih engkau telah menjadikanku sebagai orang 

yang displin & bertanggung jawab.  

6. Kukuh Prasetya Hadi, SE terima kasih atas support yang kau berikan 

kepadaku,  tak  pernah  lelah  memberikan  motivasi  dalam  kuliah  & 

terselesainya skripsi ini.  

7. Sahabat­sahabatku (Shely, Ema, Endah, Nuria, Ida, Putri, Mbak 

(6)

commit to user

dukungan  yang  diberikan,  jangan  pernah  untuk  takut  gagal,  karna  kegagalan  sebuah  kunci  menuju  kesuksesan,  raihlah  cita‐cita  kalian 

setinggi mungkin.  

8. Keluarga besar Griya Dicma (Neri, Mbak Uwi, Yola, Nina, Ester,  Uci, Kak Lyrie, Hiemah, Anies, Mbak Fafa, Kak Rany, Mbak Ida) 

ayo kawan perjuangan belum berkahir, ini baru awal dari semuanya,  capailah cita‐cita kalian.  

9. Teman­teman Angkatan 2007 kalian  semua  adalah  teman‐teman 

yang  berarti  buatku,  simpanlah  kenangan  yang  pernah  kita  buat  selama kita menghabiskan waktu bersama di Fakultas Ekonomi. 

10.Sahabat Lamaku (Ira, Ayu, Lilis, Fitria, Acuk) mari  kita  berjuang 

agar kita menjadi orang besar & orang yang dapat dibanggakan.  

11. Anak­ anak Belukar (Kiki, Jalu, Mora, Pak Adjie) & (Efek Rumah  Kaca & TTATW) terima  kasih  selama  ini  telah  menjadi  inspirasi 

dalam hobiku, jadikan musik sebagai karya yang indah & mempunyai  arti bukan sekedar popularitas.   

(7)

commit to user

vii

  

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur yang sedalam-dalamnya penulis panjatkan

kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayahNya sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini dengan judul: “ANALISIS PENGARUH INDIKATOR

MAKRO DAN MIKRO TERHADAP PREDIKSI KEBANGKRUTAN”.

Adapun tujuan dari penulisan skripsi ini adalah untuk memnuhi syarat

dalam mencapai gelar Sarjana Ekonomi pada jurusan (program) Manajemen

Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Dalam penyusunan skripsi ini banyak sekali kendala yang penulis hadapi.

Namun, berkat arahan, bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak, akhirnya

skripsi ini dapat terselesaikan. Oleh karena itu, penulis menyampaikan

penghargaan dan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Dr. Wisnu Untoro selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas

Maret.

2. Dr. Hunik Sri Runing S., M.Si selaku Ketua jurusan Manajemen.

3. Reza Rahardian, SE, Msi selaku Sekretaris Jurusan Manajemen.

4. Prof. Dr. Hartono, MS selaku Pembimbing Akademik.

5. Heru Agustanto, SE, ME selaku pembimbing skripsi yang telah

meluangkan waktu, memberikan bimbingan dan pengarahan dalam

penyelesaian skripsi ini.

6. Mbak Emi dan Mas Andiyas, pemberi masukan yang berarti dalam

(8)

commit to user

7. Sahabat-sahabat FE angkatan 2007 dan semua sahabat baikku yang

selalu memberi motivasi dan semangat dengan terciptanya karya ini.

8. Semua pihak yang telah membantu selesainya skripsi ini yang tidak

dapat penulis sebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini memiliki kekurangan dan

kelemahan. Oleh karena itu, saran dan kritik sangat diharapkan untuk

kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat tidak hanya untuk

penulis, tetapi juga pihak lain yang bisa mendapatkan manfaat dari penulisan

skripsi ini.

Surakarta, 07 Juli 2011

(9)

commit to user

ix

DAFTAR ISI

HALAMAN

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN MOTTO ... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ... v

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR TABEL ... xii

ABSTRAK ... xiv

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Perumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Manfaat Penelitian ... 7

BAB II. LANDASAN TEORI A. LAPORAN KEUANGAN... 9

1. Pengertian Laporan Keuangan ... 9

2. Tujuan Laporan Keuangan ... 9

3. Pengguna Laporan Keuangan ... 9

4. Komponen Laporan Keuangan ...10

5. Analisis Laporan Keuangan ...11

B. RASIO KEUANGAN... 14

C. KEBANGKRUTAN... 17

D. FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KEBANGKRUTAN... 20

(10)

commit to user

F. PENGUKURAN FINANCIAL DISTRESS... 28

G. PENELITIAN TERDAHULU... 30

H. KERANGKA PEMIKIRAN... 34

I. HIPOTESIS... 36

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN A. TEKNIK PENGAMBILAN SAMPEL... 39

B. TEKNIK PENGUMPULAN DATA ... 40

C. VARIABEL PENELITIAN ... 40

D. METODE ANALISIS DATA... 47

BAB IV. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data ... 54

B. Pengolahan Data ... 60

1. Uji Normalitas Data ... 60

2. Uji Asumsi Klasik ... 62

a. Uji Multikolonieritas ... 62

b. Uji Autokorelasi ... 63

c. Uji Heterokedastisitas ... 64

C. Pengujian Hipotesis ... 66

D. Pembahasan Hasil Penelitian ... 74

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 84

B. Keterbatasan ... 86

C. Implikasi ... 87

DAFTAR PUSTAKA

(11)

commit to user

xi

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

II. I KERANGKA PEMIKIRAN... 35

IV. I Hasil Uji Heterokedastisitas Kategori Distress... 65

IV. 2 Hasil Uji Heterokedastisitas Kategori Grey Area... 65

(12)

commit to user

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

Tabel IV.1 Statistik Deskriptif Kategori Distress... 55

Tabel IV.2 Statistik Deskriptif Kategori Grey Area... 57

Tabel IV.3 Statistik Deskriptif Kategori Non Distress ... 58

Tabel IV.4 Hasil Uji Kolmogorov-Smirnov Kategori Distress... 60

Tabel IV.5 Hasil Uji Kolmogorov-Smirnov Kategori Grey Area ... 61

Tabel IV.6 Hasil Uji Kolmogorov-Smirnov Kategori Non Distress... 61

Tabel IV.7 Hasil Uji Multikolinieritas Kategori Distres... 62

Tabel IV.8 Hasil Uji Multikolinieritas Kategori Grey Area... 62

Tabel IV.9 Hasil Uji Multikolinieritas Kategori Non Distress... 63

Tabel IV.10 Hasil Uji Autokorelasi Kategori Distress... 63

Tabel IV.11 Hasil Uji Autokorelasi Kategori Grey Area... 64

Tabel IV.12 Hasil Uji Autokorelasi Kategori Non Distress... 64

Tabel IV.13 Hasil Uji F Kategori Distress ... 67

Tabel IV.14 Hasil Uji F Kategori Grey Area... 67

Tabel IV.15 Hasil Uji F Kategori Non Distress... 68

Tabel IV.16 Hasil Uji T Kategori Distress... 69

Tabel IV.17 Hasil Uji T Kategori Grey Area... 70

Tabel IV.18 Hasil Uji T Kategori Non Distress... 71

Tabel IV.19 Hasil Uji Koefisien Determinasi Kategori Distress... 72

(13)

commit to user

xiii

Tabel IV.21 Hasil Uji Koefisien Determinasi Kategori Non Distress... 73

Tabel IV.22 Hasil Uji Hipotesis dan Regresi Kategori Distress ... 74

Tabel IV.23 Hasil Uji Hipotesis dan Regresi Kategori Grey area... 77

Tabel IV.24 Hasil Uji Hipotesis dan Regresi Kategori Non Distress... 80

(14)

commit to user

ABSTRAK

ANALISIS PENGARUH INDIKATOR MAKRO DAN MIKRO TERHADAPPREDIKSI KEBANGKRUTAN

(Studi Kasus pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI Tahun 2007-2009)

Nindia Desiyani F1207046

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh variabel bebas yang terdiri dari Kurs, Tingkat Suku Bunga, Return On Asset (ROA), Debt to Total Asset (DTA) dan Free Cash Flow (FCF) terhadap financial distress dan non financial distress sebagai variabel terikat secara simultan dan untuk mengetahui variabel bebas yang mempunyai pengaruh secara parsial terhadap financial distress dan non financial distress. Penelitian ini didasarkan pada hipotesis yang mengacu pada penelitian Arnab Bhattacharjee dan Jie Han (2010) yang menemukan bahwa variabel mikro ekonomi menggunakan ukuran perusahaan/profitabilitas, struktur financial dan cash flow. Sedangkan variabel makro ekonomi menggunakan siklus bisnis, tingkat suku bunga dan kurs.

Obyek penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, dengan periode penelitian 2007-2009. Jenis penelitian explanatory research, yaitu menjelaskan ada tidaknya hubungan antara variabel-variabel yang diteliti melalui suatu pengujian hipotesis yang dilakukan.

Teknik pengambilan sampel dengan purposive sampling dan menghasilkan 375 sampel perusahaan dalam tahun pengamatan. Alat analisis data yang digunakan regresi linear berganda dengan menggunakan program SPSS 17. Sebelum dilakukan analisis, data diuji mengenai normalitas, multikolonieritas, autokorelasi dan heteroskedastisitasnya. Untuk mengetahui pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen digunakan analisis regresi linear berganda dengan pengujian nilai F dan nilai t. Hasil uji F menunjukkan bahwa variabel independen Kurs, Tingkat Suku Bunga, Return On Asset (ROA), Debt to Total Asset (DTA) dan Free Cash Flow (FCF) secara simultan berpengaruh signifikan terhadap financial distress dan non financial distress. Sedangkan hasil uji t pada kategori distress menunjukkan bahwa hanya variabel Kurs, Return On Asset (ROA) dan Debt to Total Asset (DTA) yang berpengaruh secara parsial terhadap financial distress. Dan hasil uji t pada kategori non distress menunjukkan bahwa hanya variabel Return On Asset (ROA), Debt to Total Asset (DTA) dan Free Cash Flow (FCF) yang berpengaruh secara parsial terhadap non financial distress.

(15)

commit to user

xv ABSTRACT

THE ROLE OF MICRO AND MACRO INDICATORS AGAINST THE BANCRUPTCY PREDICTION

(Case study on manufactured companies listed on BEI during 2007-2009 period)

Nindia Desiyani F1207046

This study aims to determine the simultaneous effect of independent variables consist of the currency, interest rate, Return On Assets (ROA), Debt to Total Assets (DTA) and Free Cash Flow (FCF), on financial and non financial distress variable reperesented by Z-score as the dependent variable. It is also meant to identify which independent variables that have partial effect on financial distress and non-financial distress variable reperesented by Z-score. The study based on a hypothesis that refers to the research that was conducted by Arnab Bhattacharjee and Jie Han (2010), where they used micro-economic variables (company's size / profitability, financial structure and cash flow) and macro-economic variables (business cycle, interest rates and exchange rates) as independent variables.

The object of this study is manufacturing companies listed on the Indonesia Stock Exchange during 2007-2009 period. The study itself is an explanatory research which try to explains if there any relationship between the variables studied through a hypothesis testing performed.

The purposive sampling method was used to generate 375 sample firms during the observation period. Then, the sample analyzed using multiple linear regression through SPSS 17 as the analysis tool (F-test and T-test). Before the analysis, the data obtained were also tested for normality, multicolliniearity, autocorrelation and heteroscedasticity to ensure their validity and reliability. F-test results showed that the independent variables Currency, Interest Rate, Return On

Assets (ROA), Debt to Total Assets (DTA) and Free Cash Flow (FCF),

simultaneously affect the non-financial distress and financial distress variable represented by the Z-Score. While for the distress category, t-test results indicate that only Currency, Return On Assets (ROA) and Debt to Total Assets (DTA) variables affect the financial distress variable represented by the Z-Score. For the non-distress category, t-test result showed that only rate Return On Assets (ROA), Debt to Total Assets (DTA) and Free Cash Flow (FCF) variables that affect non-financial distress variables represented by the Z-Score.

(16)

commit to user

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Negara Amerika Serikat merupakan negara maju yang dikenal sebagai

pusat perekonomian di dunia. Amerika Serikat pun mencatat sejarah kelam

dalam perekonomian karena mengalami krisis ekonomi pada tahun 2008 yang

diawali dengan kebangkrutan Leman Brothers yang merupakan salah satu

perusahaan investasi atau bank keuangan senior dan terbesar keempat di

Amerika Serikat. Krisis tersebut terus merambat ke sektor riil dan

non-keuangan di seluruh dunia. Krisis non-keuangan di Amerika Serikat pada awal

dan pertengahan tahun 2008 telah menyebabkan menurunnya daya beli

masyarakat Amerika Serikat yang selama ini dikenal sebagai konsumen

terbesar atas produk-produk dari berbagai negara di seluruh dunia.

Krisis global berdampak dengan perlambatan pertumbuhan ekonomi

dunia, selain menyebabkan volume perdagangan global pada tahun 2009

merosot tajam, juga akan berdampak pada banyaknya industri besar yang

terancam bangkrut, terjadinya penurunan kapasitas produksi, dan terjadinya

lonjakan jumlah pengangguran dunia. Bagi negara-negara berkembang dan

emerging markets, situasi ini dapat merusak fundamental perekonomian, dan

(17)

Indonesia merupakan negara yang masih sangat bergantung dengan

aliran dana dari investor asing, dengan adanya krisis global ini secara

otomatis para investor asing tersebut menarik dananya dari Indonesia. Hal ini

berakibat jatuhnya nilai mata uang kita. Aliran dana asing yang tadinya akan

digunakan untuk pembangunan ekonomi dan untuk menjalankan

perusahaan-perusahaan hilang, banyak perusahaan-perusahaan yang tidak berdaya, yang pada

ujungnya negara kembalilah yang harus menanggung hutang perbankan dan

perusahaan swasta. Berdasarkan kondisi ini banyak perusahaan di Indonesia

yang mengalami krisis keuangan, sehingga dapat menimbulkan potensi

kebangkrutan.

Kebangkrutan suatu perusahaan dapat dilihat dan diukur melalui

laporan keuangan. Laporan keuangan yang diterbitkan oleh perusahaan

merupakan salah satu sumber informasi mengenai posisi keuangan

perusahaan, kinerja serta perubahan posisi keuangan perusahaan, yang sangat

berguna untuk mendukung pengambilan keputusan yang tepat. Agar

informasi yang tersaji menjadi lebih bermanfaat dalam pengambilan

keputusan, data keuangan harus dikonversi menjadi informasi yang berguna

dalam pengambilan keputusan ekonomis. Foster (1986) dalam Luciana

menyatakan empat hal yang mendorong analisis laporan keuangan dilakukan

dengan model rasio keuangan yaitu:

1. Untuk mengendalikan pengaruh perbedaan besaran antar perusahaan

(18)

2. Untuk membuat data menjadi lebih memenuhi asumsi alat statistik

yang digunakan.

3. Untuk menginvestigasi teori yang terkait dengan rasio keuangan.

4. Untuk mengkaji hubungan empiris antara rasio keuangan dan estimasi

atau prediksi variabel tertentu (seperti kebangkrutan atau financial

distress).

Untuk membuktikan bahwa laporan keuangan bermanfaat maka

dilakukan penelitian mengenai manfaat laporan keuangan. Salah satu bentuk

penelitian mengenai manfaat laporan keuangan untuk tujuan memprediksikan

kinerja suatu perusahaan seperti kebangkrutan dan financial distress.

Penurunan kinerja keuangan yang sering disebut sebagai financial distress

dapat dialami oleh berbagai perusahaan besar ataupun kecil dari berbagai

sektor industri (Shcuppe, 2005). Dalam siklus hidup perusahaan, penurunan

kinerja keuangan dapat terjadi karena faktor internal maupun eksternal

(Francis & Desai, 2005).

Analisis keuangan yang mencakup analisis rasio keuangan, analisis

kelemahan dan kekuatan di bidang financial sangat membantu dalam menilai

prestasi manajemen masa lalu dan prospeknya di masa datang. Rasio

keuangan dapat memberikan indikasi mengenai perusahaan, memiliki kas

yang cukup atau tidak untuk untuk memenuhi kewajiban financial-nya,

besarnya piutang yang cukup rasional, efisiensi manajemen persediaan,

(19)

sehingga tujuan memaksimumkan kemakmuran pemegang saham dapat

dicapai.

Kesulitan yang dihadapi oleh perusahaan bisa bervariasi antara

kesulitan likuiditas, yaitu perusahaan tidak mampu memenuhi kewajiban

sementara waktu, sampai dengan kesulitan solvabilitas yaitu kewajiban

financial perusahaan sudah melebihi kekayaannya. Apabila prospek

perusahaan dirasa tidak memberikan harapan, maka likuidasi terpaksa

ditempuh.

Sebelum kebangkrutan terjadi, perusahaan mengalami financial distress

yaitu kondisi perusahaan yang mengalami kesulitan keuangan dan terancam

bangkrut. Pada umumnya kemungkinan terjadi financial distress semakin

meningkat dengan meningkatnya penggunaan hutang.

Banyak model atau teknik yang dapat digunakan dalam memprediksi

tentang potensi kebangkrutan. Rasio keuangan merupakan salah satu

informasi yang dapat digunakan sebagai alat untuk memprediksi kinerja

perusahaan. Salah satu teknis yang digunakan dalam analisis kebangkrutan

perusahaan adalah dengan menggunakan analisis diskriminan yang dapat

digunakan untuk memprediksi kebangkrutan perusahaan, dan menggunakan

model yang dinilai (Z) Z-Score. Z-Score adalah skor yang ditentukan dari

tingkat kemungkinan kebangkrutan perusahaan.

Penelitian tentang studi prediksi kebangkrutan pertama kali dilakukan

oleh Beaver (1966) yang menggunakan dua rasio keuangan pada lima tahun

(20)

kelompok rasio keuangan dan membuat univariate analisis yaitu

menghubungkan tiap-tiap rasio untuk menentukan rasio yang mana yang

paling baik digunakan sebagai prediktor. Rasio keuangan tersebut terdiri dari

cash flow ratios net income ratios, debt to total assets to content debt ratio,

turn over ratios & liquid assets to total assets ratio. Dari 6 kelompok rasio

tersebut, Beaver menemukan bahwa rasio dari aliran kas terhadap kewajiban

total merupakan prediktor yang paling baik untuk menentukan tingkat

kebangkrutan perusahaan. Dalam studi ini Beaver menemukan bahwa rasio

keuangan terbukti sangat berguna untuk prediksi kebangkrutan dan dapat

digunakan untuk membedakan secara akurat perusahaan yang akan bangkrut

dan yang tidak.

Platt dan Platt (2002) melakukan penelitian terhadap 24 perusahaan

yang mengalami financial distress dan 62 perusahaan yang tidak mengalami

financial distress, dengan menggunakan model logit mereka berusaha untuk

menentukan rasio keuangan yang paling dominan untuk memprediksi adanya

financial distress. Temuan dari penelitian ini adalah: Variabel EBITDA/sales,

current assets/current liabilities dan cash flow growth rate memiliki

hubungan negatif terhadap kemungkinan perusahaan akan mengalami

financial distress. Semakin besar rasio ini, maka semakin kecil kemungkinan

perusahaan mengalami financial distress. Sedangkan variabel net fixed

assets/total assets, long-term debt/equity dan notes payable/total assets,

memiliki hubungan positif terhadap kemungkinan perusahaan akan

(21)

Penelitian yang dilakukan oleh Luciana dan Meliza (2003) memberikan

bukti bahwa rasio net income/total assets,shareholder equity/total assets,

retained earning/total asset, dan total debt/total assets dapat digunakan untuk

memprediksi probabilitas perusahaan yang mengalami kondisi financial

distress.

Penelitian yang dilakukan oleh Arnab Bhattacharjee dan Jie Han (2010)

menguji faktor mikro ekonomi dan makro ekonomi terhadap financial

distress pada perusahaan bursa efek di China selama periode transisi ekonomi

1995-2006. Hasilnya mengindikasikan bahwa variabel makro ekonomi dan

faktor institute berdampak pada financial distress. Variabel mikro ekonomi

yang diteliti oleh Jie Han (2010) menggunakan ukuran

perusahaan/profitabilitas, struktur financial, dan cash flow sedangkan variabel

makro ekonomi dalam penelitian ini menggunakan siklus bisnis, tingkat suku

bunga dan kurs.

Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis tertarik untuk

melakukan penelitian dengan judul “ANALISIS PENGARUH

INDIKATOR MAKRO DAN MIKRO TERHADAP PREDIKSI

KEBANGKRUTAN (Studi kasus pada perusahaan manufaktur di Bursa

(22)

B. PERUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah

dalam penelitian ini adalah:

1. Apakah Kurs, Tingkat Suku Bunga, Return On Asset (ROA), Debt to Total

Asset (DTA), dan Cashflow berpengaruh terhadap financial distress pada

perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun

2007-2009?

2. Apakah Kurs, Tingkat Suku Bunga, Return On Asset (ROA), Debt to Total

Asset (DTA), dan Cashflow berpengaruh terhadap non financial distress

pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun

2007-2009?

C. TUJUAN PENELITIAN

Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1.Untuk menganalisis pengaruh Kurs, Tingkat Suku Bunga, Return On Asset

(ROA), Debt to Total Asset (DTA), dan Cashflow terhadap financial

distress pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia tahun 2007-2009.

2.Untuk menganalisis pengaruh Kurs, Tingkat Suku Bunga, Return On Asset

(ROA), Debt to Total Asset (DTA), dan Cashflow terhadap non financial

distress pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek

(23)

D. MANFAAT PENELITIAN

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi beberapa pihak yaitu:

1. Manfaat Praktis

a. Bagi pihak pengguna laporan keuangan yaitu stakeholder adalah

sebagai bahan informasi untuk mengetahui posisi perusahaan sehingga

dapat mengambil suatu kebijakan sehubungan dengan hal tersebut.

b. Memberi masukan pada manajemen sebagai pertimbangan untuk

pengambilan kebijaksanaan di masa yang datang agar dapat

mengantisipasi adanya financial distress.

c. Hasil penelitian ini akan memberikan pengetahuan empiris mengenai

pengaruh variabel-variabel makro ekonomi dan mikro ekonomi dalam

memprediksi financial distress.

2. Manfaat Teoritis

a. Bagi peneliti adalah sebagai bahan pengetahuan dalam membandingkan

antara teori yang ada dan aplikasinya dilapangan, dan bagi peneliti

selanjutnya yang mengambil tema yang sama dengan penelitian ini

diharapkan penelitian ini dapat memberikan manfaat.

b. Sebagai bahan referensi bagi ilmu-ilmu manajemen, khususnya

(24)

commit to user

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. LAPORAN KEUANGAN

1. Pengertian Laporan Keuangan

Laporan keuangan menggambarkan kondisi keuangan dan hasil usaha

suatu perusahaan pada saat tertentu atau jangka waktu tertentu yang

merupakan media yang paling penting untuk menilai prestasi dan kondisi

ekonomi suatu perusahaan (Syafri, 2002 : 105).

2. Tujuan Laporan Keuangan

Tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang

menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan

suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam

pengambilan keputusan ekonomi (Kuswadi, 2004 : 13-14).

3. Pengguna Laporan Keuangan

1) Pemilik Perusahaan

2) Manajemen Perusahaan

3) Investor

4) Kreditur atau Banker

5) Pemerintah dan Regulator

6) Bagi lembaga pemerintahan lainnya, bisa menjadi bahan penyusunan

(25)

7) Analisis, akademis, Pusat Data Bisnis

4. Komponen Laporan Keuangan

Laporan keuangan yang lengkap terdiri dari komponen-komponen berikut:

1) Neraca

Neraca adalah laporan yang sistematis tentang aktiva, hutang serta modal

perusahaan tertentu yang bertujuan menunjukkan posisi keuangannya.

2) Laporan Laba Rugi

Laporan laba rugi adalah laporan yang sistematis tentang penghasilan,

biaya, laba rugi yang diperoleh perusahaan selama periode tertentu.

3) Laporan Perubahan Modal

Laporan perubahan modal adalah laporan yang sistematis tentang

peningkatan atau penurunan kekayaan perusahaan dalam periode

tertentu.

4) Laporan Arus Kas (cash flow)

Laporan arus kas adalah laporan yang melaporkan penerimaan dan

pengeluaran kas selama periode tertentu yang diklasifikasikan menurut

aktivitas operasi, investasi dan pendanaan serta berguna untuk menilai

kemampuan perusahaan dalam menghasilkan kas.

5) Catatan atas Laporan keuangan

Catatan atas laporan keuangan adalah penjelasan naratif atau rincian dari

jumlah yang tertera dalam neraca, laporan laba rugi, laporan arus kas dan

(26)

5. Analisis Laporan Keuangan

Menurut Leopold A. Bernstein, dalam Yulia Purwanti (2005) analisis

laporan keuangan merupakan suatu proses yang penuh pertimbangan dalam

rangka membantu mengevaluasi posisi keuangan dan hasil operasi

perusahaan pada masa sekarang dan masa lalu, dengan tujuan untuk

menentukan estimasi dan prediksi yang paling mungkin mengenai kondisi

dan kinerja perusahaan pada masa mendatang (Dwi Prastowo dan Rifka

Juliaty, 2002:52).

Tujuan analisis laporan keuangan menurut Dwi Prastowo dan Rifka

Juliaty (2002:53) dalam Yulia Purwanti (2005) antara lain:

1. Sebagai alat screening awal dalam memilih alternatif investasi atau

merger.

2. Sebagai alat forecasting mengenai kondisi dan kinerja keuangan di

masa datang.

3. Sebagai proses diagnosis terhadap masalah-masalah manajemen,

operasi atau masalah lainnya.

4. Sebagai alat evaluasi terhadap manajemen.

Tehnik analisis laporan keuangan dikategorikan menjadi dua metode,

yaitu (Dwi Prastowo:54) dalam Yulia Purwanti (2005):

1. Metode analisis horizontal, adalah metode analisis yang dilakukan

dengan cara membandingkan laporan keuangan oleh beberapa

(27)

kecenderungannya. Metode ini terdiri dari empat analisis, antara

lain:

a. Analisis komparatif (comparative financial statement analysis)

Analisis ini dilakukan dengan cara menelaah neraca, laporan

laba rugi atau laporan arus kas yang berurutan dari satu periode

ke periode berikutnya.

b. Analisis trend

Adalah suatu metode atau tehnik analisa untuk mengetahui

tendensi daripada keadaan keuangannya, apakah menunjukkan

tendensi tetap, naik atau bahkan turun. Sebuah alat yang berguna

untuk perbandingan tren jangka panjang adalah tren angka

indeks. Analisis ini memerlukan tahun dasar yang menjadi

rujukan untuk semua pos yang biasanya diberi angka indeks

100. Karena tahun dasar menjadi rujukan untuk semua

perbandingan, pilihan terbaik adalah tahun dimana kondisi

bisnis normal.

c. Analisis arus kas (cash flow analysis)

Adalah suatu analisa untuk sebab-sebab berubahnya jumlah

uang kas atau untuk mengetahui sumber-sumber serta

penggunaan uang kas selama periode tertentu. Analisis ini

terutama digunakan sebagai alat untuk mangevaluasi sumber

dana penggunaan dana. Analisis arus kas menyediakan

(28)

pendanaannya dan menggunakan sumber dananya. Walaupun

analisis sederhana laporan arus kas memberikan banyak

informasi tentang sumber dan penggunaan dana, penting untuk

menganalisis arus kas secara lebih rinci.

d. Analisis perubahan laba kotor (gross profit analysis)

Adalah suatu analisa untuk mengetahui sebab-sebab perubahan

laba kotor suatu perusahaan dari periode ke periode yang lain

atau perubahan laba kotor suatu periode dengan laba yang

dibudgetkan untuk periode tersebut.

2. Metode analisis vertikal, adalah metode analisis yang dilakukan

dengan cara menganalisis laporan keuangan pada periode tertentu.

Metode ini terdiri dari tiga analisis, antara lain:

a. Analisis common – size

Adalah suatu metode analisis untuk mengetahui prosentase

investasi pada masing-masing aktiva terhadap total aktiva dan

untuk mengetahui struktur modal dengan komposisi anggaran

yang dihubungkan dengan jumlah penjualan. Analisis common

size menekankan pada 2 faktor, yaitu:

1)Sumber pendanaan, termasuk distribusi pendanaan antara

kewajiban lancar, kewajiban tidak lancar dan ekuitas.

2)Komposisi aktiva, termasuk jumlah untuk masing-masing

(29)

b. Analisis impas (break – even)

Adalah analisa untuk menentukan tingkat penjualan yang harus

dicapai oleh perusahaan agar perusahaan tidak mengalami

kerugian, tetapi belum memperoleh keuntungan yang

diharapkan. Dengan analisa break-even ini juga akan diketahui

berbagai tingkat keuntungan atau kerugian untuk berbagai

tingkat penjualan.

c. Analisis ratio

Analisis ratio adalah suatu cara untuk menganalisis laporan

keuangan yang mengungkapkan hubungan matematik antara

suatu jumlah dengan jumlah lainnya atau perbandingan antara

satu pos dengan pos lainnya.

B. RASIO KEUANGAN

Beberapa studi telah menguji penggunaan informasi analisis keuangan

dengan menggunakan rasio keuangan yang dihitung dari informasi yang

terdapat dalam laporan keuangan, untuk menggambarkan hubungan antara

rasio keuangan dengan perubahan kondisi ekonomi pada suatu negara. Pada

umumnya analisis terhadap rasio merupakan langkah awal dalam analisis

keuangan guna menilai prestasi dan kondisi keuangan pada perusahaan.

Rasio keuangan adalah angka yang diperoleh dari perbandingan antara

satu pos laporan keuangan dengan pos lainnya yang mempunyai hubungan

(30)

total asset, antara harga pokok produksi dengan total penjualan, dan

sebagainya.

Menurut Kuswadi (2004:187) dalam Nur Fitriyani (2008) analisa rasio

dapat digunakan untuk menilai:

a. Kemampuan laba (profitability ratio)

b. Kemampuan likuiditas (liquidity ratio)

c. Aktivitas (activity ratio)

d. Efisiensi dan efektivitas penggunaan dana dan biaya

Menurut Agus Sartono (2001, 115) rasio keuangan yang sering digunakan

adalah:

a. Rasio Likuiditas

Menggambarkan kemampuan perusahaan untuk menyelesaikan

kewajiban jangka pendeknya. Beberapa rasio likuiditas ini adalah sebagai

berikut:

1) Rasio Lancar =

2) Rasio Cepat =

3) Rasio Kas atas Hutang Lancar =

b. Solvabilitas

Menggambarkan kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban

jangka panjangnya atau kewajiban-kewajibannya apabila perusahaan di

(31)

1) Debt to Equity Ratio =

2) Debt Ratio =

3) TIE =

c. Profitabilitas

Menggambarkan kemampuan perusahaan mendapatkan laba melalui

semua kemampuan dan sumber yang ada seperti kegiatan penjualan, kas,

modal, jumlah karyawan dan sebagainya.

1) Net Profit Margin =

2) Asset turn over =

3) Return on Equity =

4) Return on Asset =

5) Basic Earning Power =

d. Rasio Aktivitas

Menggambarkan aktivitas yang dilakukan perusahaan dalam

menjalankan operasinya baik dalam kegiatan penjualan, pembelian dan

kegiatan lainnya.

Rasio ini antara lain:

(32)

2) Receivable Turnover =

3) Total Assets Turnover =

4) Fixed Asset Turn Over =

5) DSO =

Sedangkan Altman menggunakan rasio-rasio tertentu untuk prediksi

kebangkrutan perusahaan, yaitu:

a. Modal Kerja / total aktiva (Working Capital / Total Assets)

b. Laba ditahan / total aktiva (Retained Earning / Total Assets)

c. Laba sebelum bunga dan pajak / total aktiva (EBIT / Total Assets)

d. Harga pasar ekuitas / total utang (Market Value Equity / Book Value

of Total Debt)

e. Penjualan / total aktiva (Sales / Total Assets)

C. KEBANGKRUTAN

Manajemen cukup sering mengalami kegagalan dalam membesarkan

perusahaan, akibatnya prospek perusahaan tidak terlihat jelas. Perusahaan

menjadi tidak sehat bahkan berkelanjutan mengalami krisis yang

berkepanjangan akhirnya akan mengarah pada kebangkrutan. Kebangkrutan

(33)

menjalankan operasi perusahaan untuk menghasilkan laba. (Supardi, 2003 : 79)

dalam Aprilia Nugraheni (2005).

Menurut Martin (1995) dalam Supardi & Mastuti (2003), kebangkrutan

didefinisikan ke dalam beberapa pengertian yaitu:

1. Economic Distress, berarti perusahaan kehilangan uang atau

pendapatan sehingga tidak mampu menutup biaya sendiri karena

tingkat laba yang lebih kecil dari biaya modal atau nilai sekarang

dan arus kas perusahaan lebih kecil dari kewajiban. Kegagalan

terjadi bila arus kas perusahaan sebenarnya jauh di bawah arus kas

yang diharapkan atau tingkat pendapatan atas biaya historis dan

investasinya lebih kecil daripada biaya modal perusahaan yang

dikeluarkan untuk biaya investasi.

2. Financial Distress, berarti kesulitan dana untuk menutup

kewajiban perusahaan atau kesulitan likuiditas yang di awali

dengan kesulitan ringan sampai pada kesulitan yang lebih serius,

yaitu jika hutang lebih besar dibandingkan asset. Definisi financial

distress yang lebih pasti sulit dirumuskan tetapi terjadi dari

kesulitan ringan sampai berat.

Menurut Suwarsono tahun 1996 dalam Aprilia Nugraheni,2005 (Adnan

dan Taufiq, 2001:187) ada beberapa tanda atau indikator manajerial dan

operasional yang muncul ketika perusahaan akan mengalami kebangkrutan

(34)

1) Indikator dari lingkungan bisnis

Pertumbuhan ekonomi dan aktivitas ekonomi pembentuknya

memberikan indikasi bagi manajemen dalam melakukan pengambilan

keputusan ekspansi usaha. Pertumbuhan ekonomi yang rendah menjadi

indikator yang cukup penting pada lemahnya peluang bisnis. Tersedianya

kredit dan aktivitas pasar modal dapat digunakan sebagai indikator

mudah atau sulitnya, mahal atau murahnya dana yang diperlukan.

Meningkatnya populasi bisnis dapat digunakan sebagai indikator

meningkatnya persaingan dan semakin berkuranganya laba potensi yang

dijanjikan karena adanya perubahan struktur pasar.

2) Indikator internal

Sinyal kegagalan yang dapat ditemukan pada variabel internal dapat

dijumpai pada setiap tahapan daur kehidupan organisasi, awal

pertumbuhan, pertengahan dan kedewasaan. Untuk disebut sebagai

perusahaan yang sakit manajemen tidak perlu menunggu munculnya

semua indikator. Adanya beberapa indikator sudah cukup tanda tidak

sehatnya suatu perusahaan. Tidak berbeda dengan indikator yang berasal

dari lingkungan bisnis, permasalahan akan menjadi lebih kompleks jika

terjadi interaksi antar indikator.

3) Indikator kombinasi

Seringkali perusahaan yang sakit disebabkan oleh interaksi atau

(35)

kelemahan yang berasal dari variabel internal yang mengakibatkan

perusahaan berkemungkinan mengalami kebangkrutan.

D. FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KEBANGKRUTAN

Dalam Darsono dan Ashari (2005) dalam Daulat Sihombing (2008), secara

garis besar penyebab kebangkrutan bisa dibagi menjadi dua yaitu faktor

internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor yang berasal dari

bagian internal manajemen perusahaan. Sedangkan faktor eksternal bisa

berasal dari faktor luar yang berhubungan langsung dengan operasional

perusahaan atau faktor perekonomian secara makro.

Faktor-faktor internal yang dapat menyebabkan kebangkrutan perusahaan

meliputi:

1. Manajemen yang tidak efisien mengakibatkan kerugian terus menerus

yang pada akhirnya menyebabkan perusahaan tidak dapat membayar

kewajibannya. Ketidakefisienan ini diakibatkan oleh pemborosan dalam

biaya, kurangnya keterampilan dan keahlian manajemen.

2. Ketidakseimbangan dalam modal yang dimiliki dengan jumlah

piutang-hutang yang dimiliki. Hutang yang terlalu besar mengakibatkan biaya

bunga yang besar sehingga memperkecil laba bahkan bisa

menyebabakan kerugian. Piutang yang terlalu besar juga merugikan

karena aktiva yang menganggur terlalu banyak sehingga tidak

menghasilkan pendapatan.

(36)

ini mengakibatkan kerugian bagi perusahaan yang pada akhirnya

membangkrutan perusahaan. Kecurangan dapat berupa manajemen

yang korup atau memberikan informasi yang salah pada pemegang

saham atau investor.

Sedangkan, faktor-faktor eksternal yang bisa mengakibatkan kebangkrutan

adalah sebagai berikut:

1. Perubahan dalam keinginan pelanggan yang tidak diantisipasi oleh

perusahaan yang mengakibatkan pelanggan lari atau berpindah

sehingga terjadi penurunan dalam pendapatan. Untuk menjaga hal

tersebut perusahaan harus selalu mengantisipasi kebutuhan pelanggan

dengan menciptakan produk yang sesuai dengan kebutuhan

pelanggan.

2. Kesulitan bahan baku karena supplier tidak dapat memasok lagi

kebutuhan bahan baku yang digunakan untuk produksi. Untuk

mengantisipasi hal tersebut, perusahaan harus selalu menjalin

hubungan baik dengan supplier dan tidak menggantungkan kebutuhan

bahan baku pada satu supplier sehingga risiko kekurangan bahan baku

dapat diatasi.

3. Faktor debitor juga harus diantisipasi untuk menjaga agar debitor

tidak melakukan kecurangan. Terlalu banyak piutang yang diberikan

kepada debitor dengan jangka waktu pengembalian yang lama akan

mengakibatkan banyak aktiva menganggur yang tidak memberikan

(37)

perusahaan. Untuk mengantisipasi hal tersebut, perusahaan harus

selalu memonitor piutang yang dimiliki dan keadaan debitor agar

dapat melakukan perlindungan dini terhadap aktiva perusahaan.

4. Hubungan yang tidak harmonis dengan kreditor juga bisa berakibat

fatal terhadap kelangsungan hidup perusahaan. Untuk mengantisipasi

hal tersebut, perusahaan harus bisa mengelola hutangnya dengan baik

dan juga membina hubungan baik dengan kreditor.

5. Persaingan bisnis yang semakin ketat menuntut perusahaan agar selalu

memperbaiki diri sehingga bisa bersaing dengan perusahaan lain

dalam memenuhi kebutuhan pelanggan. Semakin ketatnya persaingan

menuntut perusahaan agar selalu memperbaiki produk yang

dihasilkan, memberikan nilai tambah yang lebih baik lagi kepada

pelanggan.

6. Kondisi perekonomian secara global juga harus selalu diantisipasi

oleh perusahaan.

Faktor-faktor penyebab kebangkrutan dibagi menjadi dua (Arnab

Bhattacharjee dan Jie Han, 2010) yaitu:

1. Makro Ekonomi

a. Nilai Tukar (Kurs)

Kurs merupakan nilai tukar mata uang suatu negara terhadap

mata uang negara lain. Mata uang internasional yang selalu

dijadikan standar mata uang negara-negara di dunia adalah Dollar

(38)

memiliki nilai tukar yang relatif konstan terhadap mata uang

manapun.

Nilai tukar dapat dibedakan menjadi dua, yaitu nilai tukar

nominal dan nilai tukar riil. Nilai tukar nominal digunakan dalam

sehari-hari seperti misalnya berapa rupiah yang harus dikeluarkan

untuk mendapatkan satu Dollar Amerika, sedangkan nilai tukar riil

adalah nilai tukar nominal yang sudah dikoreksi dengan harga

relatif yaitu harga-harga di dalam negeri dibandingkan dengan

harga-harga di luar negeri.

b. Tingkat Suku Bunga

Menurut Nopirin (1996), Suku Bunga adalah biaya yang

harus dibayarkan oleh peminjam atas pinjaman yang diterima dan

merupakan imbalan bagi pemberi atas investasinya.

Suku bunga dibedakan menjadi dua, yaitu:

1) Suku bunga nominal adalah suku bunga dalam nilai uang.

Suku bunga ini merupakan nilai yang dapat dibaca secara

umum. Suku bunga ini menunjukkan sejumlah rupiah untuk

setiap satu rupiah yang diinvestasikan.

2) Suku bunga riil adalah suku bunga yang telah mengalami

koreksi akibat inflasi dan didefinisikan sebagai suku bunga

nominal dikurangi laju inflasi.

(39)

2. Mikro Ekonomi

a. Profitabilitas

Rasio profitabilitas, digunakan untuk mengukur seberapa

efektif pengelolaan perusahaan sehingga menghasilkan

keuntungan. Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan

menghasilkan keuntungan pada tingkat penjualan, asset, dan modal

saham tertentu. Ada tiga rasio profitabilitas yaitu:

1) Profit Margin on Sales, dihitung dengan cara membagi laba

setelah pajak dengan penjualan. Profit margin menghitung

sejauh mana kemampuan perusahaan menghasilkan laba bersih

pada tingkat penjualan tertentu.

2) Return on Total Assets, perbandingan antara laba setelah pajak

dengan total aktiva guna guna mengukur tingkat pengembalian

investasi total. Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan

menghasilkan laba bersih berdasarkan tingkat asset tertentu.

3) Return on Net Worth, perbandingan antara laba setelah pajak

dengan modal sendiri guna mengukur tingkat keuntungan

investasi pemilik modal sendiri. Rasio ini mengukur

kemampuan perusahaan menghasilkan laba berdasarkan modal

saham tertentu.

b. Struktur Modal

Menurut Martono dan Agus Harjito (2005 : 5), struktur

(40)

pendanaan jangka panjang perusahaan yang ditunjukkan oleh

perbandingan hutang jangka panjang terhadap modal sendiri.

Pemenuhan kebutuhan dana perusahaan dari sumber modal sendiri

berasal dari modal saham, laba ditahan dan cadangan.

Menurut Warsono (1998) struktur modal perusahaan secara

umum terdiri dari 2 (dua) komponen, yaitu:

1. Hutang jangka panjang (long term debt), yaitu hutang yang

masa jatuh tempo pelunasannya lebih dari sepuluh tahun.

Komponen terdiri dari: hutang hipotik, dan obligasi.

2. Modal sendiri (equity), yaitu terdiri dari saham preferen,

saham biasa dan laba ditahan.

c. Aliran Kas (Cashflow)

Aliran kas atau sering disebut cash flow merupakan tabel

yang menunjukkan besarnya penerimaan kas serta pengeluaran kas

pada suatu periode (misalnya satu tahun).

Apabila perusahaan mengalami defisit terus menerus, maka

saldo kas semakin lama akan menjadi semakin kecil. Dalam

keadaan semacam ini, manajemen perusahaan harus menentukan

kebijakan pembelanjaan yang tepat, sehingga perusahaan dapat

terhindar dari keadaan kekurangan uang kas.

Melalui aliran kas ini manajemen perusahaan akan dapat

mengetahui kapan perusahaan tersebut mempunyai saldo kas yang

(41)

Dengan diketahuinya keadaan ini perusahaan akan dapat

menyiapkan diri lebih dini sehingga tidak terjebak di dalam

kesulitan keuangan.

E. PREDIKSI FINANCIAL DISTRESS

Salah satu aspek pentingnya analisis terhadap laporan keuangan dari

sebuah perusahaan adalah kegunaannya untuk meramal kontinuitas atau

kelangsungan hidup perusahaan. Prediksi kelangsungan hidup perusahaan

sangat penting bagi manajemen dan pemilik perusahaan untuk mengantisipasi

kemungkinan adanya potensi kebangkrutan.

Financial distress merupakan kondisi dimana keuangan perusahaan dalam

keadaan tidak sehat atau krisis. Financial distress terjadi sebelum

kebangkrutan. Kebangkrutan sendiri biasanya diartikan sebagai suatu keadaan

atau situasi dimana perusahaan gagal atau tidak mampu lagi memenuhi

kewajiban-kewajiban debitur karena perusahaan mengalami kekurangan dan

ketidakcukupan dana untuk menjalankan atau melanjutkan usahanya sehingga

tujuan ekonomi yang ingin dicapai oleh perusahaan dapat dicapai yaitu profit,

sebab dengan laba yang diperoleh perusahaan bisa digunakan untuk

mengembalikan pinjaman, bisa membiayai operasi perusahaan dan

kewajiban-kewajiban yang harus dipenuhi bisa ditutup dengan laba atau aktiva yang

dimiliki. Model financial distress perlu untuk dikembangkan, karena dengan

mengetahui kondisi financial distress perusahaan sejak dini diharapkan dapat

(42)

Prediksi financial distress perusahaan menjadi perhatian dari banyak

pihak. Pihak-pihak yang menggunakan model tersebut meliputi:

1. Pemberi pinjaman. Penelitian berkaitan dengan prediksi financial distress

mempunyai relevansi terhadap institusi pemberi pinjaman, baik dalam

memutuskan apakah akan memberikan suatu pinjaman dan menentukan

kebijakan untuk mengawasi pinjaman yang telah diberikan.

2. Investor. Model prediksi financial distress dapat membantu investor ketika

akan menilai kemungkinan masalah suatu perusahaan dalam melakukan

pembayaran kembali pokok dan bunga.

3. Pembuat peraturan. Lembaga regulator mempunyai tanggung jawab

mengawasi kesanggupan membayar hutang dan menstabilkan perusahaan

individu, hal ini menyebabkan perlunya suatu model yang aplikatif untuk

mengetahui kesanggupan perusahaan membayar hutang dan menilai

stabilitas perusahaan.

4. Pemerintah. Prediksi financial distress juga penting bagi pemerintah dalam

antitrust regulation.

5. Auditor. Prediksi financial distress dapat menjdi alat yang berguna bagi

auditor dalam membuat penilaian going concern suatu perusahaan.

6. Manajemen. Apabila perusahaan mengalami kebangkrutan maka

perusahaan akan menanggung biaya langsung (fee akuntan dan pengacara)

dan biaya tidak langsung (kerugian penjualan atau kerugian paksaan akibat

ketetapan pengadilan). Sehingga dengan adanya model prediksi financial

(43)

otomatis juga dapat menghindari biaya langsung dan tidak langsung dari

kebangkrutan.

F. PENGUKURAN FINANCIAL DISTRESS

Sangat sulit untuk mendefinisikan secara obyektif tahap permulaan adanya

kondisi financial distress, sehingga dilakukan pengukuran financial distress

oleh beberapa peneliti:

1. Edward I. Altman (1968)

Pada tahun 1968 Altman meniliti manfaat laporan keuangan dalam

memprediksi kebangkrutan. Dalam penelitian dengan metode multiple

discriminant analysis (MDA) tersebut, Altman menemukan formula yang

dapat digunakan untuk mendeteksi kebangkrutan perusahaan dengan

istilah yang sangat terkenal yaitu Z-score. Z-score adalah skor yang

ditentukan dari lima rasio keuangan yang masing-masing dikalikan dengan

bobot tertentu dan akan menunjukkan tingkat kemungkinan kebangkrutan

perusahaan dengan rumus sebagai berikut:

+

+ +

+

Di mana:

= working capital/total assets

= retained earning/total assets

= earning before interest and tax/total assets

(44)

= sales/total assets

Apabila Z-score lebih tinggi dari 2,99; maka perusahaan tersebut

termasuk dalam sektor perusahaan non-bankrupt, jika Z-score kurang dari

1,81 termasuk perusahaan yang mempunyai kemungkinan bangkrut dan

jika Z-score antara 1,81 – 2,99 didefinisikan sebagai zone of ignorance

atau grey area. Jika perusahaan tidak go public maka nilai pasar saham

tidak bisa dihitung sehingga Altman menggunakan nilai buku saham biasa

dan saham preferen untuk mengganti nilai pasar saham (market value of

equity) dan kemudian mengembangkan model diskriminan

kebangkrutannya menjadi:

+

+ +

+

Nilai Z kritis yang ditemukan yaitu 1,2; jika Z-score kurang dari 1,2

maka termasuk perusahaan yang mempunyai kemungkinan bangkrut, jika

Z-score antara 1,2 – 2,90 termasuk dalam zone of ignorance. Sedangkan

jika Z-score lebih dari 2,90 maka termasuk dalam perusahaan

non-bankrupt. Model tersebut kemudian dapat digunakan untuk perusahaan

yang go public dan tidak go public (Hanafi, 2004).

2. Richard Taffler (1983)

Sejalan dengan Altman, Taffler (1983) menggunakan model

diskriminan dalam pengukuran financial distress, dengan menggunakan

(45)

Di mana:

= profit before tax / current liabilities

= current assets / total liabilities

= current liabilities / total assets 

=no‐credit interval =

Di mana:

CA    current assets  

  CL    current liabilities 

  PBT    profit before tax

adalah faktor yang mengukur profitabilitas, adalah faktor yang

mengukur posisi modal kerja, mengukur risiko keuangan, dan

mengukur likuiditas. Jika Z-score negatif maka perusahaan mempunyai

resiko kebangkrutan, sedangakan jika Z-score positif mengindikasikan

perusahaan tidak beresiko bangkrut (Agarwal & Taffler,2002).

Model ini banyak digunakan di Inggris untuk mengetahui kesehatan

keuangan perusahaan, dan pertama kali dikembangkan tahun 1977 untuk

menganalisa industri manufaktur dan konstruksi.

G. PENELITIAN TERDAHULU

Studi mengenai kebangkrutan perusahaan pertama kali dikemukakan oleh

Beaver (1966) di Amerika Serikat yang menggunakan 29 rasio keuangan

(46)

sebanyak 79 perusahaan gagal dan 79 perusahaan sehat. Tujuan penelitiannya

yaitu mengetahui apakah rasio-rasio keuangan terpilih bisa digunakan untuk

mendeteksi kebangkrutan dan berapa lama kebangkrutan tersebut terjadi sejak

rasio-rasio keuangan mengalami penurunan atau menjadi tidak sehat. Beaver

membuat enam kelompok rasio, yaitu: cash flow ratios, net income rasio,

debt-to-total asset rasio, liquid asset-to-current ratios, turn over ratios dan liquid

asset-to-total asset ratios. Dari keenam kelompok rasio tersebut, Beaver

mengemukakan bahwa rasio dari aliran kas (cash flows) terhadap kewajiban

total (total debt) merupakan prediktor yang baik untuk menentukan tingkat

kebangkrutan sebuah perusahaan.

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Almilia dan Kristijadi (2003)

disebutkan bahwa rasio financial leverage yaitu variabel hutang lancar dibagi

dengan total aktiva (CL/TA). Koefisien dalam variabel ini bertanda negatif,

artinya variabel CL/TA memiliki pengaruh negatif terhadap financial distress

suatu perusahaan.

McCue (1991) mendefinisikan financial distress sebagai arus kas negatif

sedangkan Hofer (1980) dan Whitaker (1999) mendefinisikan financial distress

sebagai perubahan harga ekuitas.

Berdasarkan penelitian Yuliani (2010) bahwa rasio keuangan profit

margin, ROA, net working capital to assets ratio, CFTS, dan CFTL merupakan

variabel-variabel yang berpengaruh signifikan terhadap peluang terjadinya

(47)

Penelitian yang dilakukan oleh Hofer (1980) dan Whitaker (1999)

mendefinisikan financial distress sebagai suatu kondisi perusahaan mengalami

laba bersih (net income) negatif selama beberapa tahun. Sedangkan penelitian

yang dilakukan oleh Luciana (2004) mendefinisikan kondisi financial distress

sebagai suatu kondisi dimana perusahaan mengalami delisted akibat laba bersih

dan nilai buku ekuitas negatif berturut-turut serta perusahaan tersebut telah di

merger.

Platt dan Platt (2002) dan Almilia dan Kristijadi (2003) menggunakan

rasio keuangan yang berasal dari informasi dan di dalam neraca dan laporan

rugi laba. Almilia mengembangkannya dengan menambahkan informasi dari

laporan arus kas untuk memprediksi kondisi financial distress menggunakan

analisis multinomial logit. Atmini dan Wiryana (2005) menggunakan laba dan

arus kas sebagai indikator kondisi financial distress suatu perusahaan.

Altman (1968) merupakan penelitian awal yang mengkaji pemanfaatan

analisis rasio keuangan sebagai alat untuk memprediksi kebangkrutan

perusahaan. Dengan menggunakan analisis diskriminan, fungsi diskriminan

akhir yang digunakan untuk memprediksi kebangkrutan perusahaan

memasukkan rasio-rasio keuangan berikut: working capital/total assets,

retained earnings/total assets, earning before interest and taxes/total assets,

market value equity/book value of total debt, sales/total assets. Secara umum

disimpulkan bahwa rasio-rasio keuangan tersebut bisa digunakan untuk

(48)

Hasil penelitian dari Sesilia (2009) menunjukkan variabel working

capital/total asset, retained earning/total asset, Current Ratio, Quick Ratio,

dan rata-rata umur persediaan berpengaruh signifikan terhadap tingkat

kebangkrutan. Sedangkan EBIT/total assets, rata-rata umur piutang, ROA,

dan ROE tidak berpengaruh signifikan terhadap tingkat kebangkrutan.

Cheng et.al (2006), melakukan penelitian dengan menggunakan 21

variabel. Hasil penelitian menunjukkan signifikan negatif pada variabel ROA

dan positif pada variabel cash flow adequacy ratio terhadap financial distress.

Platt dan Platt (2002) melakukan penelitian terhadap 24 perusahaan yang

mengalami financial distress dan 62 perusahaan yang tidak mengalami

financial distress, dengan menggunakan model logit mereka berusaha untuk

menentukan rasio keuangan yang paling dominan untuk memprediksi adanya

financial distress. Temuan dari penelitian ini adalah: Variabel EBITDA/sales,

current assets/current liabilities dan cash flow growth rate memiliki hubungan

negatif terhadap kemungkinan perusahaan akan mengalami financial distress.

Semakin besar rasio ini, maka semakin kecil kemungkinan perusahaan

mengalami financial distress. Sedangkan variabel net fixed assets/total assets,

long-term debt/equity dan notes payable/total assets, memiliki hubungan

positif terhadap kemungkinan perusahaan akan mengalami financial distress.

Atmini (2005) juga meneliti mengenai manfaat laba dan arus kas untuk

memprediksi kondisi financial distress pada perusahaan Textile Mill Products

(49)

bahwa model laba merupakan model yang lebih baik daripada model arus kas

dalam memprediksi kondisi financial distress.

Penelitian yang dilakukan oleh Luciana dan Meliza (2003) memberikan

bukti bahwa rasio net income/total assets,shareholder equity/total assets,

retained earning/total asset, dan total debt/total assets dapat digunakan untuk

memprediksi probabilitas perusahaan yang mengalami kondisi financial

distress.

Penelitian yang dilakukan oleh Arnab Bhattacharjee dan Jie Han (2010)

menguji faktor mikro ekonomi dan makro ekonomi terhadap financial distress

pada perusahaan bursa efek di China selama periode transisi ekonomi

1995-2006. Hasilnya mengindikasikan bahwa variabel makro ekonomi dan faktor

institute berdampak pada financial distress. Variabel mikro ekonomi yang

diteliti oleh Jie Han (2010) menggunakan ukuran perusahaan/profitabilitas,

struktur financial, dan cash flow sedangkan variabel makro ekonomi dalam

penelitian ini menggunakan siklus bisnis, tingkat suku bunga dan kurs.

H. KERANGKA PEMIKIRAN

Untuk menggambarkan penelitian yang dilakukan yaitu pengaruh Kurs,

Tingkat Suku Bunga, Return On Asset (ROA), Debt to Total Asset (DTA) dan

Cashflow terhadap financial distress dan non financial distress maka dapat

(50)
[image:50.612.148.481.155.623.2]

Variabel Independen Variabel Dependen

GAMBAR II.I

Distress

Non Distress

Kurs

Tingkat Suku Bunga

ROA

DTA

Cashflow

Kurs

Tingkat Suku Bunga

ROA

DTA

Cashflow

Kinerja

(51)

Dari kerangka pemikiran teoritis di atas dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Financial distress adalah kondisi perusahaan yang mengalami kesulitan

keuangan dan terancam bangkrut. Faktor-faktor yang menyebabkan

kebangkrutan perusahaan dapat dibagi menjadi dua yaitu faktor makro

ekonomi (Kurs dan Tingkat Suku Bunga) dan faktor mikro ekonomi (ROA,

Debt to Total Asset, dan Cashflow).

2. Penelitian ini menguji pengaruh Kurs, Tingkat Suku Bunga, ROA, Debt to

Total Asset, dan Cashflow terhadap perusahaan yang mengalami financial

distress dan non financial distress. Sedangkan perusahaan yang distress

dan non distress diukur dengan metode Altman Z-Score. Kurs, Tingkat

Suku Bunga, ROA, Debt to Total Asset, dan Cashflow merupakan variabel

independen sedangkan financial distress dan non financial distress

merupakan variabel dependen.

I. HIPOTESIS

Penelitian yang dilakukan oleh Arnab Bhattacharjee dan Jie Han (2010) di

Cina dengan menggunakan analisis regresi menunjukkan bahwa variabel

makro ekonomi (siklus bisnis, tingkat suku bunga dan kurs) dan mikro

ekonomi (profitabilitas, struktur financial, dan cash flow) berpengaruh

signifikan terhadap financial ditress.

Berdasarkan studi empiris tersebut, maka dapat dirumuskan hipotesis

sebagai berikut:

(52)

H2 = Kurs mempunyai pengaruh terhadap non financial distress pada

perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun

2007-2009.

H3 = Tingkat Suku Bunga mempunyai pengaruh terhadap financial distress

pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

tahun 2007-2009.

H4 = Tingkat Suku Bunga mempunyai pengaruh terhadap non financial

distress pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia tahun 2007-2009.

H5 = Return On Asset mempunyai pengaruh terhadap financial distress pada

perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun

2007-2009.

H6 = Return On Asset mempunyai pengaruh terhadap non financial distress

pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

tahun 2007-2009.

H7 = Debt to Total Asset mempunyai pengaruh terhadap financial distress

pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

tahun 2007-2009.

H8 = Debt to Total Asset mempunyai pengaruh terhadap non financial distress

pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

(53)

H9 = Cashflow mempunyai pengaruh terhadap financial distress pada

perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun

2007-2009.

H10 = Cashflow mempunyai pengaruh terhadap non financial distress pada

perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun

(54)

commit to user

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. TEKNIK PENGAMBILAN SAMPEL

Populasi adalah sekumpulan objek yang memiliki kesamaan

karakteristik dan ciri-ciri dalam satu atau beberapa hal dan membentuk

masalah pokok dalam suatu riset khusus. Populasi dalam penelitian ini adalah

seluruh perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada

tahun 2007 sampai 2009.

Sampel adalah sebagian dari populasi yang karakteristiknya hendak

diselidiki dan dianggap mewakili keseluruhan populasi (jumlahnya lebih

sedikit daripada jumlah populasi). Teknik pengambilan sampel yang

digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan metode purposive sampling,

yaitu sampel dipilih berdasarkan kesesuaian karakteristik dengan kriteria

sampel yang ditentukan agar diperoleh sampel yang representatif. Kriteria

tersebut adalah:

1. Perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun

2007-2009.

2. Perusahaan-perusahaan tersebut telah menyampaikan laporan

keuangannya secara rutin dan mempunyai data keuangan yang

lengkap sesuai yang dibutuhkan dalam penelitian ini.

3. Memiliki komponen-komponen indikator perhitungan yang

(55)

B. TEKNIK PENGUMPULAN DATA

Penelitian ini menganalisis tentang pengaruh faktor makro ekonomi

(Kurs dan Tingkat Suku Bunga) dan faktor mikro ekonomi (Return On Asset,

Debt to Total Asset dan cash flow) terhadap financial distress dan non

financial distress.

Data-data yang digunakan dalam penelitian ini seluruhnya merupakan

data sekunder, yaitu data atau informasi dilakukan pihak lain berupa bahan

tulisan yang menunjang dan berhubungan dengan penelitian ini, melalui data

kurun waktu (time series) periode 2007-2009.

Data sekunder diperoleh dari JSX Monthly Statistic dan Indonesian

Capital Market Directory (ICMD) yang dikeluarkan oleh Bursa Efek

Indonesia, sedangkan data mengenai tingkat suku bunga dan kurs diperoleh

dari Statistik Ekonomi Keuangan Indonesia yang dikeluarkan Bank Indonesia

dan dari publikasi penerbitan seperti: Laporan Keuangan Bank Indonesia,

Badan Pusat Statistik, serta sumber lainnya.

C. VARIABEL PENELITIAN

1. Variabel independen

Variabel independen adalah tipe variabel yang menjelaskan atau

mempengaruhi variabel lain. Variabel independen dalam penelitian ini

adalah variabel makro ekonomi seperti kurs dan tingkat suku bunga

sedangkan variabel mikro ekonomi seperti Retun On Asset, Debt to Total

(56)

a. Makro Ekonomi

1) Kurs

Menurunnya kurs rupiah terhadap mata uang asing memiliki

pengaruh negatif terhadap ekonomi dan pasar modal. Menurunnya

kurs dapat meningkatkan biaya impor bahan baku dan peralatan yang

dibutuhkan oleh perusahaan sehingga dapat meningkatkan biaya

produksi.

Apabila biaya produksi meningkat, maka pengeluaran kas

untuk anggaran pembelian bahan baku dan pembelian aktiva tetap

akan semakin besar sehingga kemungkinan perusahaan akan

mengalami financial distress juga akan semakin besar. Kurs yang

digunakan dalam penelitian ini adalah kurs rupiah terhadap USD

dollar di Bank Indonesia yang terdapat pada data laporan tahunan.

2) Tingkat suku bunga

Secara umum semakin rendah tingkat bunga maka akan

semakin besar intensitas aliran dana sehingga semakin besar tingkat

pertumbuhan ekonomi, dan sebaliknya semakin tinggi tingkat bunga

maka semakin rendah tingkat pertumbuhan ekonomi.

Jika tingkat bunga tinggi maka perusahaan akan semakin sulit

untuk membayar kewajiban hutang kepada debitor, sehingga

menyebabkan perusahaan akan mengalami kesulitan keuangan yang

(57)

penelitian ini adalah suku bunga pemerintah di Bank Indonesia yang

terdapat pada data laporan tahunan.

b. Mikro Ekonomi

1) Profitabilitas

Pada penelitian ini profitabilitasdiukur dengan salah satu rasio

keuangan yaitu Return On Asset (ROA). Return On Asset (ROA)

merupakan rasio profitabilitas yang digunakan untuk mengukur

efektivitas perusahaan di dalam menghasilkan keuntungan dengan

memanfaatkan aktiva yang dimilikinya. Return On Asset (ROA)

digunakan untuk mengetahui besarnya laba bersih yang dapat

diperoleh dari operasional perusahaan dengan menggunakan seluruh

kekayaannya. ROA diukur dengan rumus berikut:

ROA=

Tinggi rendahnya Return On Asset (ROA) tergantung pada

pengelolaan asset perusahaan oleh manajemen yang menggambarkan

efisiensi dari operasional perusahaan. Return On Asset (ROA) yang

rendah disebabkan oleh banyaknya asset perusahaan yang

menganggur, investasi dalam persediaan terlalu banyak, dan

lain-lain. Jika Return On Assets (ROA) rendah berarti pengelolan asset

perusahaan oleh manajemen tidak efisien sehingga dapat

(58)

2) Struktur Modal

Pada penelitian ini struktur modal diukur dengan Debt to Total

Asset, rasio yang mengukur seberapa besar jumlah aktiva perusahaan

dibiayai oleh hutang. Karena semua hutang mengandung risiko maka

semakin besar prosentasenya semakin besar pula risiko yang

ditanggung perusahaan.

Kecende

Gambar

Gambar
Tabel IV.24 Hasil Uji Hipotesis dan Regresi Kategori Non Distress............ 80
GAMBAR II.I
TABEL IV. 1
+7

Referensi

Dokumen terkait

• Siswa menjodohkan gambar kegiatan berkreasi dengan peralatan yang digunakan (menalar). • Siswa menggambar wadah air yang sering

(3) Pemanfaatan Monumen Pejuang Pahlawan Kemerdekaan Republik Indonesia dapat dimanfaatkan sebagai media pembelajaran sejarah di SMA yaitu dengan cara membuat media power

Senyawa yang mirip dengan turunan santon dari isolat fraksi 7 G ini, sebelumnya pernah diisolasi dari kulit batang C. soulattri ekstak

Penyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Dinas Perikanan dan Pangan Kabupaten Banyuwangi Tahun 2016 dimaksudkan untuk menjabarkan

min — about three quarters of the period of meiosis I in triploid eggs yielded only heptaploid cells among the embryos. Tetraploid induction was most consistent when treatments

[r]

Sebuah compiler yang baik harus memiliki tingkat kompleksitas rendah sehingga penggunaan sebuah karakter dalam pemrograman tidak digunakan berulang kali untuk hal yang

oleh daerah dan masyarakat setempat; (b) Pengembangan SDM dan faktor pendukung pelaksanaan pengkajian agar diperoleh mutu hasil pengkajian yang lebih tinggi sebagai prasyarat utama