TESIS
Oleh
DENI ANDAYUNI
077033006/IKM
PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
TESIS
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat
untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M.Kes) dalam Program Studi Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat
Minat Studi Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku
pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara
Oleh
DENI ANDAYUNI 077033006/IKM
PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
Nomor Induk Mahasiswa : 077033006
Pogram Studi : Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi : Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku
Menyetujui Komisi Pembimbing
(Prof. Dr. Harry Agusnar, M.Sc, M.Phil) (Dra. Syarifah, MS) Ketua Anggota
Ketua Program Studi, Dekan,
(Dr. Drs. Surya Utama, MS) (dr. Ria Masniari Lubis, MSi)
PANITIA PENGUJI TESIS
Ketua : Prof. Dr. Harry Agusnar, M.Sc, M.Phil
Anggota : 1. Dra. Syarifah, MS
2. Dr. Drs. R. Kintoko Rochadi, MKM
PENGARUH KARAKTERISTIK INOVASI DALAM MENGGUNAKAN LARUTAN PEMURNI AIR RAHMAT DI TINGKAT
RUMAH TANGGA DI KOTA MEDAN
T E S I S
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi dan sepanjang pengetahuan saya tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain kecuali secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Medan, Agustus 2009
pengelolaan air minum rumah tangga, memperkenalkan berbagai opsi atau aneka pilihan untuk pengolahan air minum skala rumah tangga yang murah, terjangkau dan aman. Salah satu teknologi baru berbentuk produk jadi yang direkomendasikan Konas PAM RT adalah Air RahMat. Air RahMat adalah larutan pemurni air 1,25 persen sodium hypoclorite, yang mampu menghilang bakteri, virus dan protozoa yang ada dalam air tanpa direbus, dan mampu menjaga kualitas air dari kontaminasi ulang selama 3 hari dalam wadah tertutup.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui dan menjelaskan karakteristik inovasi (kelebihan relatif, kesesuaian, kerumitan, dapat diuji dan dapat diamati) yang memengaruhi adopter dalam menggunakan laruran pemurni Air RahMat. Penelitian ini dilakukan di Kota Medan, sample lokasi penelitian adalah Kelurahan Nelayan Indah, Aur, Kampung Baru dan Sari Rejo, menggunakan metode kualitatif dengan wawancara mendalam kepada 3 kelompok adopter (early, middle dan late adopter), dengan jumlah informan sembilan orang, tiap-tiap kelompok diwakili oleh tiga orang informan.
Hasil penelitian menunjukkan karakteristik inovasi yang memengaruhi informan adalah kelebihan relatif (ekonomi dan kesehatan), adanya kesesuaian (sesuai dengan anggota keluarga lainnya) dan kerumitan (tidak terdapat kerumitan)) dan dalam menggunakan air RahMat bagi dua kelompok adopter (early dan middle), serta faktor lain yaitu tingkat pendidikan (mempunyai wawasan, sering menerima berbagai informasi baru) dan adanya kelompok acuan yang menjadi contoh bagi
middle adopter. Sedangkan bagi kelompok late adopter, hal yang membuat mereka
tidak menggunakan Air RahMat adalah adanya ketidak sesuaian (tidak adanya dukungan keluarga) yaitu kepala keluarga atau pengambil keputusan dalam keluarga, menganut dan mempertahankan nilai-nilai bahwa air minum yang sehat adalah air yang direbus, atau air yang tidak berbau seperti bau klor yang terdapat pada air yang sudah diolah dengan air RahMat.
treatment and storage behavior and introducing various options of economical and safe. One option that was introduced is Air RahMat. Air RahMat is 1,25 percent sodium hypoclorite, that is able to kill bacteria, virus and protozoa in the water without boiling, in addition can protect water from recontamination for 3 days in a closed container.
This study was intended to find out and explain the characteristic of innovation (relative advantage, compatibility, complexity, triability, and observability ) that influence the adopters in using Air RahMat. Study was conducted in Nelayan Indah, Aur, Kampung Baru, and Sari Rejo villages in Medan, using qualitative method. In depth interview was done to 3 groups of adopters (early, middle, and late adopter ),with 3 informant in each groups.
Result showed that characteristic of the innovation that affected the early and middle adopters are relative advantage (economic and health), compability (compatiblity with member of family) and complexcity (nothing complex) in using Air RahMat. Other factors that influence middle adopter are level of education and reference group. For late adopter, the reasons for not using Air Rahmat are no support from the family, head of family preserve traditional values that safe water can only be obtained by boiling and no smell of chlorine like Air RahMat.
karena atas berkat dan rahmatNya penulis dapat menyelesaikan tesis ini, dengan judul
”Pengaruh Karakteristik Inovasi dalam Menggunakan Larutan Pemurni Air RahMat
di Tingkat Rumah Tangga di Kota Medan”.
Dalam proses penelitian dan penulisan tesis ini tidak terlepas dari bantuan,
dukungan dan doa dari berbagai pihak. Dalam kesempatan ini penulis menyampaikan
terima kasih yang tulus kepada :
1. dr. Ria Masniari Lubis, MSi., selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara.
2. Dr. Drs. Surya Utama, MS. selaku Ketua Program Studi Magister Ilmu Kesehatan
Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
3. Prof. Dr. Harry Agusnar, M.Sc, M.Phil., selaku Ketua Komisi Pembimbing yang
telah banyak meluangkan waktu dengan sabar serta tulus membimbing penulis
dalam menyelesaikan tesis ini.
4. Dra. Syarifah, MS., selaku Anggota Komisi Pembimbing yang dengan tulus dan
sabar membimbing penulis dalam menyelesaikan tesis ini.
5. Dr. Drs. R. Kintoko Rochadi, MKM., selaku Dosen Pembanding yang telah
meluangkan waktu untuk memberikan saran-saran perbaikan bagi tesis ini.
6. Ir. Indra Chahaya S.MSi., selaku pembanding yang telah meluangkan waktu
8. Seluruh Komite SWS – Air Rahmat di Nelayan Indah, Kampung Baru, Aur dan
Sari Rejo yang banyak membantu penulis dalam memberikan informasi
pemilihan informan yang sesuai dengan topik penelitian.
9. Seluruh staff Aman Tirta Program (Robert Ainslie, Rieneke Rolos, Frieda
Subrata, Alfarius Kalumbang, dan kawan-kawan), yang telah membantu penulis
dterutama dalam memberikan data yang dibutuhkan penulis dalam penelitian ini.
10. Suami tercinta Drs. Alinafiah, M.T. yang selalu menemani penulis ke lokasi
penelitian terutama Nelayan Indah, dan anak-anakku tersayang, Ghazali Adam,
Mar’ie Muhammad, Ghania Hafiza yang senantiasa memberikan pengertian,
perhatian, semangat dan doa selama penulis dalam masa pendidikan.
11. Kedua orang tuaku H. Andjar Amry, SH dan Hj. Suheini yang senantiasa
memberikan dukungan moril maupun materil serta adik-adikku dan keluarga, Dr.
Yeni Amray dan Ir. Hendro B.P., Dr. Beby Muhrisa dan Kapten Muroji, Ir. Yan
Muhripan dan Agus Sri Wahyuni, serta keponakan-keponakanku Fira, Oki,
Wawa, Haffa dan Danis yang lucu-lucu sehingga memberikan inspirasi bagi
penulis.
12. Ibu mertuaku Salmah dan seluruh keluarga besar alm. Ahmad Gani yang
14. Teman-teman seangkatan di Minat Studi Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku
Fakultas Kesehatan Masyarakat, yang selalu memberikan saat-saat berbagi cerita
dan penuh tawa selama penulis dalam masa pendidikan.
Penulis menyadari bahwa dalam melakukan penulisan tesis ini masih sangat
jauh dari kesempurnaan, untuk itu saran-saran yang membangun sangat diharapkan .
Semoga semua ini bermanfaat bagi kita.
Medan, Agustus 2009
Penulis,
tanggal 11 Juni 1969, anak pertama dari empat bersaudara, beragama Islam dan
bertempat tinggal di Komplek AURI Karang Sari I No. 94 Medan Polonia.
Penulis menamatkan Sekolah Dasar pada tahun 1981 di SD Angkasa II Lanud
Medan, tahun 1984 menamatkan Sekolah Menengah Pertama di SMP Angkasa Lanud
Medan, kemudian tahun 1987 menamatkan Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri
2 Medan. Tamat pendidikan Sarjana (S-1) pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sumatera Utara Medan Tahun 1991.
Penulis bekeja sebagai PR (Public Relation) KISS FM Medan pada tahun
1988-1992, Producer dan Announcer di Prapanca FM – Trijaya Network Medan
tahun 1996-1999, Staf Administrasi Program HNDSP (Health and Nutrition
Development Service Program) The British Council - PKBI tahun 1991-2000,
sebagai RIMs (Regional Independent Monitoring) Manager pada Program SPSDP
(The Social Proctection Sector Development Program) The Bristish Council – PKBI
tahun 2000-2003, sebagai Sekretaris pada Proyek PHPB (Provincial Health
Promotion Board) PHP II Sumatera Utara tahun 2003-2006, sebagai Area
Coordinator di Care Internasional Indonesia untuk SWS (Safe Water System)
Program tahun 2006-2009, dan pada bulan Mei sampai Agustus 2009 sebagai
sebagai Wakil Ketua Team Penggerak PKK dan Darma Wanita, Kecamatan Medan
Petisah. Anggota Majelis Adat Budaya Melayu Indonesia (MABMI) Kota Medan
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... vi
2.3. Pengelolaan Air Minum Tingkat Rumah Tangga (PAM RT)... 11
2.3.1. Merebus ... 13
2.3.2. Solar Disinfection (Sodis)) ... 14
2.3.3. Keramik Filter ... 15
2.3.4. Klorinasi ... 17
2.3.4.1. Chlorine ... 17
2.3.4.2. Pengaruh Klorinasi dalam menonaktifkan beberapa Mikro Organisme ... 19
2.4. Larutan Pemurni Air RahMat ... 21
2.5. Kerangka Pikir... 24
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian ... 27
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian... 27
3.3. Pemilihan Informan ... 28
3.4. Metode Pengumpulan Data. ... 30
4.2. Pembahasan ... 70
4.2.1. Kelompok Informan ... 70
4.2.2. Pengetahuan Informan tentang Air Rahmat ... 76
4.2.3. Pengaruh Karakteristik Inovasi ... 79
4.2.3.1. Relatif Advantage... 79
4.2.3.2. Compatibility... 83
4.2.3.3. Complexity ... 85
4.2.3.4. Triability... 86
4.2.3.5. Observability... 88
4.2.4. Faktor lain yang dapat memengaruhi tingkat inovasi ... 91
4.2.5. Komitmen informan dalam memasyarakatkan Air Rahmat . 97 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan ... 100
5.2. Saran ... 102
2.1 Efek Klorinasi dalam menghilangkan Bakteri ... 19
2.2 Efek Klorinasi dalam menghilangkan Virus ... 20
2.3 Efek Klorinasi dakam menghilangkan Protozoa. ... 21
3.1 Definisi Operasional ... 35
2.1 Faktor yang memengaruhi tingkat adopsi ... 8
2.2 Katagori Adopter ... 9
2.3 Merebus Air ... 13
2.4 Metode Sodis ... 14
2.5 Filter Keramik ... 16
2.6 Pemurni Air Rahmat ... 23
2.7 Klasifikasi Adopter ... 26
4.8 Lokasi Penelitian ... 32
4.9 Jembatan diatas Tol Balmera ... 39
4.10 Lokasi Penelitian (Rumah Panggung Kanal) ... 42
4.11 Peta Kelurahan Nelayan Indah ... 43
4.12 Foto situasi lingkungan IV Kel. Aur ... 45
4.13 Peta lingkungan IV Kel Aur ... 47
4.14 Situasi Lingkungan XVI Kel. Kampung Baru ... 50
4.15 Peta lingkungan XVI Kelurahan Kampung Baru ... 50
4.16 Wilayah Sari Rejo (Perumahan Dinas TNI – AU dan Kuil terbesar Agama Sikh ... 52
4.2.1.1 Informan early adopter ... 70
4.2.1.2 Informan middle adopter ... 70
4.2.1.3 Informan late Adopter ... 71
4.2.2. Infomasi informasi tentang Air RahMat dan mulai menggunakan
Air RahMat... 77
4.2.3.1 Informasi tentang keuntungan dalam menggunakan Air RahMat ... 80
4.2.3.2 Informasi tentang tingkat kesesuaian dalam menggunakan
Air RahMat ... 83
4.2.3.3 Informasi tentang tingkat kerumitan dalam menggunakan
Air RahMat ... 85
4.2.3.4 Informasi Tentang Tingkat Triabilitas (uji coba) dalam menggunakan Air RahMat... 86
4.2.3.5 Informasi tentang bagaimana hasil (dilihat dalam menggunakan
Air RahMat) ... 88
4.2.4 Informasi tentang faktor lain yang memengaruhi tingkat Inovasi ... 92
1. Pedoman Wawancara ... 105
2. Surat Edaran Ditjen PP & PL Depkes RI... 107
3. Report Home Visit Air RahMat ... 108
4. Data Perkembangan PAM RT di Indonesia ... 109
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kurangnya akses masyarakat untuk mendapatkan air minum aman, buruknya
higiene dan sanitasi, serta rendahnya kesadaran masyarakat untuk berperilaku hidup
bersih dan sehat, merupakan tantangan besar yang saat ini masih di hadapi oleh
pemerintah Indonesia. Untuk mengatasi masalah diatas pemerintah telah menyusun
“Strategi Nasional Sanitasi Total berbasis Masyarakat atau STBM”, memberikan
perhatian di bidang higiene dan sanitasi dengan penetapan Open Defecation Free1
dan peningkatan perilaku hidup bersih dan sehat pada tahun 2009 dalam Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional atau RPJMN tahun 2004-2009.
Komitmen pemerintah dalam mencapai target Millennium Development Goals
(MDGs) tahun 2015, yaitu meningkatkan akses air minum dan sanitasi dasar secara
berkesinambungan kepada separuh dari proporsi penduduk yang belum mendapatkan
akses (Depkes, 2008). Berdasarkan laporan pencapaian target MDGs sampai tahun
2006, baru sekitar 52,1% penduduk Indonesia mendapatkan akses air minum,
sementara kualitas air PDAM bagi mereka yang tersedia hanya memenuhi syarat
kualitas bakteriologis sebesar 73,8%.
1
Hasil studi Basic Human Services (BHS) di Indonesia tahun 2006 terhadap
perilaku pengelolaan air minum rumah tangga menunjukkan 99,20 % masyarakat
Indonesia merebus air untuk mendapatkan air minum, tetapi 47,50 % dari air tersebut
tetap mengalami kontaminasi bakteri Eschericia coli. Kondisi tersebut berkontribusi
terhadap tingginya angka kejadian diare di Indonesia, sampai saat ini diare masih
merupakan penyakit pembunuh nomor 2 pada balita. Di Kota Medan, angka
kesakitan diare tahun 2007 tercatat 41.407 kasus rawat jalan di Puskesmas, 20.567
atau setara dengan 50% diantaranya diderita oleh balita (Dinas Kesehatan Kota
Medan, 2007). Hasil studi WHO pada tahun 2007 membuktikan, kejadian diare
menurun 32% dengan meningkatkan akses masyarakat terhadap sanitasi dasar, 45%
dengan perilaku mencuci tangan pakai sabun, dan 39% perilaku pengelolaan air
minum yang aman di rumah tangga.
Konferensi Nasional Pengelolaan Air Minum Rumah Tangga (Konas PAM
RT), tahun 2008, mengangkat tema Air Sehat untuk Hidupku. Terutama untuk
meningkatkan perilaku pengelolaan air minum di rumah tangga, memperkenalkan
berbagai opsi atau aneka pilihan untuk pengolahan air minum skala rumah tangga
yang murah, terjangkau dan aman. Hasil diskusi multi stakeholder peserta Konas
PAM RT, telah disepakati rencana aksi implementasi PAM RT, yaitu untuk
mensosialisasikan dan memasyarakatkan penggunaan tehnologi produk jadi dan non
produk untuk pengolahan air minum di rumah tangga. Salah satu tehnologi berbentuk
Data perkembangan kegiatan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM)
periode Desember 2008, saat ini 10 (sepuluh) provinsi sudah melaksanakan
Pengelolaan Air Minum Rumah Tangga (PAM RT) yang di dampingi oleh NGO
(Non Government Organization), dengan pilihan teknologi produk jadi (Air RahMat,
Aquatab, PUR dan PAH). Sedangkan tehnologi non produk (Keramik Filter, SODIS,
dan Biosand Filter). Di Medan, pendampingan dilakukan oleh Lembaga Aman Tirta,
dimulai Januari 2006, pilihan tehnologi yang dipergunakan adalah tehnologi produk
jadi, yaitu dengan Air RahMat.
Air RahMat adalah larutan 1,25% sodium hypochlorite, sangat efektif dalam
menghilang kebanyakan mikro organisme (Eschericia coli) yang biasa menyebabkan
penyakit diare, kolera, disentri dan demam tipus. Di Aceh Besar dilaporkan bahwa
pemakaian air yang di murnikan dengan larutan Air RahMat mengurangi risiko
pencemaran air minum sebesar 47%. Penelitian Klinis, pada program Safe Water
System (SWS) bahwa penggunaan produk yang serupa dengan Air RahMat,
menunjukkan penurunan penyakit diare hingga 85% (Lembaga Aman Tirta, 2007).
Hasil penelitian BBTKL Yogyakarta (2008), sisa klor yang tertinggal didalam air
yang telah dimurnikan dengan Air Rahmat, dengan waktu tunggu minimal 30 menit
adalah 1,25 ppm. Apabila waktu tunggu lebih dari 30 menit, maka sisa klor akan
menguap menjadi 0,2 – 0,4 ppm, angka ini tidak melebihi angka baku mutu yang
ditetapkan oleh Departemen Kesehatan, dimana sisa klor yang diperbolehkan dalam
Hasil penelitian Lembaga Aman Tirta (2008), tingkat awareness masyarakat
Medan terhadap Air RahMat saat ini mencapai 80%, sedangkan pemakai Air Rahmat
(potential user) hanya 0,5 %. Dari data diatas menunjukkan bahwa tidak mudah
memperkenalkan suatu inovasi baru kepada masyarakat, dan juga tidak mudah untuk
merubah perilaku masyarakat dari perilaku lama (merebus air) kepada perilaku baru
(penggunaan larutan pemurni air Air Rahmat).
Dalam mengubah masyarakat terdapat suatu kegiatan yang di kenal dengan
diffusi inovasi, yaitu suatu proses penyebaranserapan ide-ide atau hal-hal yang baru
dalam upaya untuk merubah suatu masyarakat. (Rogers, 1983). Suatu inovasi akan
diterima oleh individu-individu apabila terdapat karakteristik inovasi, yaitu (1)
kelebihan atau manfaat, (2) kompatibilitas atau kesesuaian, (3) kompleksitas atau
kerumitan, (4) triabilitas atau di uji coba dan (5) dapat diobservasi atau diamati.
Karakterisik dari inovasi ini berpengaruh kepada kegiatan-kegiatan persuasi yang
akan dilakukan. Sehingga akhirnya masyarakat akan memutuskan menolak atau
menerima inovasi tersebut (Rogers, 1983).
Rogers (1983) menjelaskan dalam menerima suatu inovasi ada beberapa
tipologi penerima adopsi yang ideal yaitu : (1) Inovator adalah orang yang menerima
segera/kreatif, (2) early adopter adalah penerima dini, (3) early majority adalah
mayoritas dini, (4) late majority adalah mayoritas belakangan, dan (5) laggard adalah
tradisional. Di Medan, pendampingan dilakukan oleh Lembaga Aman Tirta, dimulai
Januari 2006, pilihan tehnologi yang dipergunakan adalah tehnologi produk jadi,
Hasil penelitian Lembaga Aman Tirta (2008), adopter (penerima adopsi)
larutan pemurni Air RahMat, dikategorikan kepada 3 (tiga) adopter, yaitu : (1) early
adopter 13 % , (2) middle adopter 39 %, dan (3) late adopter 48%. Berdasarkan data
diatas, maka diadakan penelitian tentang pengaruh karakteristik inovasi dalam
menggunakan larutan pemurni air Air Rahmat sebagai salah satu alternatif
mendapatkan air minum sehat pada tingkat rumahtangga di Kota Medan .
1.2. Permasalahan
Karakteristik inovasi meliputi kelebihan, kesesuaian, kerumitan, dapat di uji
coba, dan dapat diobservasi. Dari ke lima karakteristik tersebut, hal apa yang paling
mempengaruhi adopter dalam menggunakan larutan pemurni Air Rahmat di tingkat
rumah tangga di Kota Medan.
1.3. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menjelaskan karakteristik
inovasi (kelebihan relatif, kesesuaian, kerumitan, dapat di uji coba, dapat diamati)
yang mempengaruhi adopter dalam menggunakan larutan pemurni Air Rahmat di
1.4. Manfaat penelitian
1. Sebagai bahan masukan untuk pengembangan program Sanitasi Total
Berbasis Masyarakat (STBM) terutama dalam mempromosikan beberapa
alternatif pengelolaan air minum tingkat rumah tangga (PAM RT).
2. Sebagai bahan refrensi bagi Lembaga Aman Tirta dalam pengembangan
Program Safe Water System (SWS) di Kota Medan
3. Menjadi bahan pembelajaran bagi peminatan Promosi Kesehatan dan
Ilmu Perilaku (PKIP) Universitas Sumatera Utara dalam mendesain
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. DIFUSI INOVASI
Difusi inovasi adalah suatu proses penyebaran serapan ide-ide atau hal-hal
yang baru dalam upaya untuk merubah suatu masyarakat (Roger, 1983). Tujuan
utama dari Difusi Inovasi adalah diadopsinya suatu inovasi (ilmu pengetahuan,
tehnologi, bidang pengembangan masyarakat) oleh anggota sistem sosial tertentu.
Sistem sosial dapat berupa individu, kelompok informal, organisasi sampai kepada
masyarakat.
Menurut Roger (1983) dalam proses diffusi inovasi ada 4 (empat) elemen
utama yaitu : (1) suatu inovasi, (2) dikomunikasikan melalui suatu media tertentu, (3)
dalam suatu jangka waktu dan (4) terjadi diantara anggota-anggota suatu sistem
sosial. Selanjutnya Rogers (1995 ; 1965) dalam Maria Elena Figueroa (2006)
mengatakan faktor yang mempengaruhi tingkat adopsi suatu tehnologi baru,
sebagai berikut : (1) karakteristik inovasi ; (2) ukuruan keputusan adopter ; (3)
karakteristik sistem sosial ; (4) saluran komunikasi ; (5) promosi agen perubahan.
Rogers (1983) juga mengatakan bahwa karakteristik inovasi (kelebihan,
kesesuaian, kerumitan, dapat diuji coba dan dapat diamati), hal ini sangat
menentukan tingkat suatu adopsi daripada faktor lain, yaitu berkisar antara 49 sampai
sosial dan (4) usaha yang intensif dari agen perubahan, hal ini dapat dilihat pada
gambar berikut :
Determinants of the Rate of Adoption
of New Technology
1. Attributes of the Innovation
• Relative advantage
• Compatibility
• Complexity
• Trialability (Divisibility) • Observability (Comm.)
2.Locus of Decision (Adopter)
3. Nature of Social System
Gambar 2.1. Faktor yang mempengaruhi tingkat adopsi
Rogers (1983) menjelaskan dalam menerima suatu inovasi ada beberapa
tipologi penerima adopsi yang ideal yaitu : (1) Inovator adalah orang yang menerima
segera/kreatif, (2) early adopter adalah penerima dini, (3) early majority adalah
mayoritas dini, (4) late majority adalah mayoritas belakangan, dan (5) laggard adalah
tradisional. Rogers dalam Mc Kenzie (1997) menjelaskan dalam menerima inovasi
baru bahwa kelompok inovator hanya berkisar 2% sampai 3% saja dalam suatu
suatu populasi, untuk early majority dan late majority masing-masing 34 % dalam
suatu populasi dan untuk kelompok laggard mencapai 16 %.
0
Secara umum “Karakteristik Inovasi” dapat diartikan berdasarkan kata
“Karakteristik” dan “Inovasi”. Menurut Burhani,Ms. dan Hasbi Lawrens,
Karakteristik adalah ciri khas / bentuk-bentuk watak / karakter yang dimiliki oleh
setiap individu, corak tingkah laku, tanda khusus.
Inovasi didefinisikan sebagai suatu ide, praktek atau objek yang dianggap
sebagai sesuatu yang baru oleh seorang individu atau satu unit adopsi lain.
tehnologi, yaitu suatu desain yang digunakan untuk tindakan instrumental dalam
rangka mengurangi ketidakteraturan suatu hubungan sebab akibat dalam mencapai
suatu tujuan tertentu (Chaeruman Blog, 2008)
Berdasarkan pengertian diatas, karakteristik inovasi bisa diartikan adalah
ciri-ciri atau karakter yang dimiliki oleh suatu ide atau objek baru (ilmu pengetahuan,
tehnologi, mapun bidang pengembangan masyarakat).
Namun yang dimaksud dengan karakteristik inovasi pada pembahasan ini
adalah sifat dari diffusi inovasi, dimana karakteristik inovasi merupakan salah satu
yang menentukan kecepatan suatu proses inovasi. Terdapat beberapa faktor yang
mempengaruhi kecepatan suatu inovasi.
Rogers (1983) mengemukakan ada 5 karakteristik inovasi : (1) Realtive
Advantage atau kelebihan relatif; (2) Compatibility atau kompatibilitas (kesesuaian);
(3) Complexity atau kompleksitas (kerumitan); (4) Triability atau triabilitas (dapat di
uji coba) dan (5) Observability atau dapat diobservasi.
1. Relative Advantage atau kelebihan relatif adalah tingkat kelebihan suatu inovasi,
apakah lebih baik dari inovasi yang ada sebelumnya atau dari hal-hal yang biasa
dilakukan. Biasanya diukur dari segi ekonomi, prestise sosial, kenyamanan dan
kepuasan. Semakin besar kelebihan relatif yang di rasakan oleh adopter, maka
semakin cepat inovasi tersebut diadopsi.
2. Compatibility atau kompatibilitas adalah tingkat kesesuai dari suatu inovasi,
apakah dianggap konsisten atau sesuai dengan nilai-nilai, pengalaman dan
dan norma yang dianut oleh adopter makan inovasi baru tersebut tidak dapat
diadopsi dengan mudah oleh adopter.
3. Complexity atau kompleksitas adalah tingkat kerumitan dari suatu inovasi untuk
diadopsi, seberapa sulit memahami dan menggunakan inovasi. Semakin mudah
suatu inovasi dimengerti dan dipahami oleh adopter, maka semakin cepat inovasi
diadopsi.
4. Triability atau triabilitas adalah tingkat apakah suatu inovasi dapat di coba
terlebih dahulu atau harus terikat untuk menggunakannya. Suatu inovasi dapat
diuji cobakan pada keadaan sesungguhnya, inovasi umumnya lebih cepat
diadopsi. Untuk lebih mempercepat proses adopsi, maka suatu inovasi harus
mampu menunjukkan keunggulannya.
5. Observability atau dapat dilihat, adalah tingkat bagaimana hasil penggunaan suatu
inovasi dapat dilihat oleh orang lain. Semakin mudah seseorang melihat hasil
suatu inovasi, semakin besar kemungkinan inovasi diadopsi oleh orang atau
sekelompok orang.
2.3. Pengelolaan Air Minum Tingkat Rumah Tangga (PAM RT)
Air minum adalah air yang melalui proses pengolahan atau tanpa proses
pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum, sesuai
dengan keputusan Menteri Kesehatan No.: 907/Menkes/SK/VII/2002 tentang
Pengelolaan Air Minum Tingkat Rumah Tangga atau PAM RT adalah adalah suatu
proses pengolahan, penyimpanan dan pemanfaatan air minum dan air yang di
gunakan untuk produksi makanan dan keperluan oral lainnya seperti berkumur, sikat
gigi, persiapan makanan dan minuman bayi. PAM RT dikenal sebagai pengelolaan
air pada “tingkat pengguna” (point-of-use/POU).
Keunggulan PAM RT : (1) secara dramatis meningkatkan kualitas
bakteriologis air, (2) Secara signifikan menurunkan diare, (3) merupakan intervensi
yang paling efektif untuk air, sanitasi dan kesehatan, (4) dapat dilaksanakan secara
cepat dan dilakukan oleh masyarakat yang rentan ( Presentasi Konas PAM RT, 2008).
Yang terrmasuk dalam PAM RT adalah mencakup berbagai teknik pengolahan air
minum secara sederhana, yaitu : merebus, pemasanan matahari (sodis), filter keramik
(cheramics filter), dan Klorinasi (Chlorinase).
Rekomendasi Konas PAM RT menyatakan bahwa akses masyarakat terhadap
air minum baik kuantitas maupun kualitas masih terbatas, PAM RT sebagai salah satu
solusi alternatif dalam meningkatkan akses kualitas air minum yang memenuhi
standard kesehatan masyarakat. Salah satu komitmen bersama dalam rencana aksi
implemtasi PAM RT, adalah memperkenalkan tehnologi PAM RT baik non produk
2.3.1. Merebus
Merebus atau memanaskan air dengan bahan bakar, adalah salah satu teknik
PAM RT dan menjadi kebiasaan masyarakat Indonesia. Tehkik ini telah digunakan
sebagai disinfektan air rumah tangga sejak dahulu kala dan sangat efektif untuk
membasmi semua jenis patogen (virus, bakteri dan spora bakteri, jamur dan protozoa
serta helminth ova) (WHO, 2002). Hasil penelitian Aman Tirta (2008), saat ini banyak
sekali murid sekolah dasar di kota-kota besar, yang tidak tahu cara merebus air. Saat ini
mereka lebih mengenal dispenser dengan air mineral atapun isi ulang untuk memperoleh
air minum.
Langkah-langkah merebus air :
1. Siapkan panci yang bersih, masukkan air sesuai kebutuhan, hidupkan api (kompor), jerangkan dan tunggu sampai air mendidih
2. Setelah mendidih, biarkan dahulu selama 3 sampai 5 menit, agar kuman benar-benar mati.
3. Biarkan dalam panci atau wadah yang tertutup, setelah dingin, air siap di konsumsi.
4. Wadah penyimpanan air hendaknya yang tertutup.
Gambar 2.3. Merebus air (Sumber : dokumen pribadi, 2007)
Kelebihan :
1. Sangat efektif dalam meningkatakan kualitas air dan menjaga dari segala jenis
penyakit apabila di buat secara benar.
2. Tersedia, gampang di lakukan.
Kelemahan:
1. Biaya yang tinggi.
2. Kemungkinan terkontaminasi lagi.
3. Tidak ramah lingkungan, merusak lingkungan.
2.3.2. Solar Disinfection (Sodis)
Solas Disinfection (sodis) adalah pengolahan air dengan penyinaran matahari,
tehnik ini telah dilakukan pada zaman India kuno lebih dari 2000 tahun sebelum
masehi. Metode pengolahan ini menggunakan penyinaran UV sinar matahari juga
efek panas untuk mengnonaktifkan mikroba yang bersumber pada air. Hasil
penelitian, air yang dijemur dengan metode sodis selama 6 jam, dan telah mencapai
suhu 500C, terbukti dapat membunuh seluruh bakteri e-coli yang terkandung
didalamnya.
Langkah-langkah melakukan Sodis :
1. Sediakan botol kaca putih transparant, ukuran 2 liter atau yang lebih kecil. Bersihkan botol tersebut sebelum digunakan untuk menjemur air.
2. Setelah bersih, isi botol tersebut dengan air mentah hingga penuh kemudian tutup apat-rapat.
3. Jemur dibawah terik matahari dengan posisi seperti pada gambar (3).
4. Lama penjemuran dari pagi hingga sore, selama minimal 6 jam atau 2 hari berturut-turut bila cuaca hujan di selingi serah.
5. Air siap diminum
Kelebihan :
1. Tidak mempengaruhi warna, rasa dan bau.
2. Bahan bahan yang di gunakan umumnya gampang di dapat dan tersedia di setiap
daerah, sehingga biayanya tidak mahal.
Kelemahan :
1. Tidak bisa di gunakan untuk membuat air minum dalam jumlah yang besar.
2. Dibutuhkan air yang relative bersih/bening (turbidity <30 nephalometric turbidity
units).
3. Dibutuhkan radiasi sinar matahari, waktu yang dibutuhkan, 6 jam di bawah sinar
matahari yang terik atau sampai pada 50%, atau 2 hari berturut bila cuaca cerah
diselingi hujan.
4. Setelah di treatment bisa terjadi kemungkinan kontaminasi ulang.
5. Cara treatment nya sulit dan dibutuhkan pelatihan.
2.3.3. Keramik Filter
Keramik Filtrasi adalah tehnik pengelolaan air minum dengan
mempergunakan media keramik (terbuat dari tanah liat khusus dan sekam padi, yang
diolah secara sederhana dengan metode pembakaran), yang berfungsi sebagai
penyaring, merupakan satu teknologi tepat guna yang dikembangkan oleh Yayasan
Pelita Indonesia di Jawa Barat. Saringan keramik ini memiliki pori-pori dengan
Air yang ditampung saringan ini mengalir dengan bantuan gravitas sehingga partikel
padat dalam air juga bakteri dan kuman yang ukurannya lebih besar dari pori-pori
tersebut akan tertahan dalam pori-pori sarningan ini.
Gambar 2.5 : Filter Keramik.
Kelebihan :
1. Gampang di gunakan.
2. Meningkatkan rasa pada air.
3. Meningkatkan kebeningan air.
Kelemahan :
1. Biaya Perbaikan dan perawatan.
2. Perlu untuk mengganti saringan secara reguler.
2.3.4. Klorinasi
Klorinasi adalah proses pembubuhan klor, dilakukan untuk menjamin tidak
ada organisme patogen enterik potensial di dalam air. Klor memiliki beberapa
kualitas yang mendukung pengunaannya dalam persediaan air. Keungulan utamanya
terletak pada kenyataan bahwa klor adalah senyawa bakterisida yang sangat efektif
bila digunakan dengan kosentrasi 1-2 ppm. Dosis klor tidak boleh melebihi 1,0 mg
klor bebas/liter air. Klor juga cukup stabil dan murah (Volk dan Wheeler (1990)
dalam Mayarani H. Girsang (2007)).
Dalam penggunaan skala rumah tangga klorinasi yang dimaksud adalah
klorinasi sederhana, dimana besarnya dosis klor yang diberikan hanya diperlukan
sekitar 0,2-0,5 ppm bahkan sampai 1 ppm tanpa pengecekan selanjutnya terhadap
kadar klor yang tersisa dalam air minum (Mayarani H. Girsang, 2007)
2.3.4.1. Chlorine (Klor)
Klor adalah salah satu dari 90 elemen alam, sebagai bahan dasar dari planet
kita. Klor ditemukan pada tahun 1774, di Swedia oleh seorang pharmacist yaitu Carl
Wilhem Scheele dalam bentuk gas yang berwarna hijau kekuningan, Tahun 1810,
diberi nama chlorine oleh ahli kimia dari inggris yang bernama Sir Humphrey Davy.
Klor adalah zat kimia yang sering dipakai karena harganya murah dan masih
mempunyai daya disinfectan sampai beberapa jam setelah pembubuhannya (residu
klor). Sejak saat itu, hampir 200 tahunkKlor telah digunakan dalam berbagai
Rumah Sakit, kolam renang, restoran, dll. Semuanya berkaitan dengan Air. Selain itu
klor juga dapat mengoksidasi ion-ion logam seperti Fe, Mn dan memecah molekul
organis seperti warna.
Pada saat klor berdiri sendiri sebagai elemen bebas, bentuknya adalah gas
yang berwarna hijau kekuningan dan beratnya 2.5 kali berat udara. Pada suhu -34°C
(-29°F), klor akan berubah dalam bentuk cair (Sodium Hypochlorite – NaClO) dan
pada -103°C (-153°F) menjadi bentuk bubuk (Padat - Kaporit). Klor terdiri dari air
dan garam yang diperoleh setelah proses electricity (Lembaga Aman Tirta, 2007).
Kelebihan :
1. Pembasmi kuman yang ampuh (mikro organisme yang ada di dalam air minum)
yang ampuh.
2. Mengontrol rasa dan bau (seperti alga atau jamur, sulfur, bau-bau yang berasal
dari tumbuh-tumbuhan, dan lain-lain).
3. Mengontrol pertumbuhan Biological (bakteri dan kotoran-kotoran, jamur,
ganggang, yang biasanya tumbuh di bak-bak penampungan air, di dasar air, atau
di tempat penyimpanan air).
4. Mengontrol bahan-bahan kimia (menghancurkan hydrogen sulfide, memisahkan
ammonia, dan nitrogenous atau zat lemas, yang mengakibatkan bau yang tidak
enak, memisahkan besi dan mangaan dari air mentah.
5. Menyediakan residual untuk melindungi dari terjadinya kontaminasi ulang dan
untuk mengurangi pertumbuhan bio-film pada sistem distribusi.
Kelemahan :
1. Masa kadaluarsanya terbatas.
2. Berpotensi untuk membentuk Disinfection byproduct.
3. Dapat merusak beberapa material dan lebih sulit penyimpanannya dibandingkan
dengan ciaran kimia lainnya.
4. Kurang efektif untuk Cryptosporidium.
2.3.4.2. Pengaruh Klorinasi dalam menonaktifkan beberapa Mikro Organisme Tabel 2.1. Efek Klorinasi dalam menghilangkan Bakteri
Vibrio cholerae
Sumber : Lembaga Aman Tirta, 2007.
Tabel 2.2. Efek Klorinasi dalam menghilangkan virus
Viruses
Tabel 2.3. Efek Klorinasi dakam menghilangkan protozoa.
Sumber : (Lembaga Aman Tirta, 2007)
2.4. Larutan Pemurni “Air RahMat”
Air RahMat adalah salah satu produk pemurni air yang sudah diperkenalkan
dan direkomendasikan oleh Departemen Kesehatan Indonesia sebagai bagian dari
PAM RT. Air RahMat mengandung 1,25 % Sodium Hypochlorite, yang efektif untuk
menghilangkan mikroorganisme yang biasa mencemari air dan menyebabkan
beberapa penyakit seperti diare, kolera, disentri dan demam tipus.
Air RahMat dengan ukuran yang tepat (3 ml untuk 20 liter air) akan
menghilangkan bakteri, virus dan parasit yang terdapat dalam air. Cukup tuangkan
Air RahMat ke air yang jernih, aduk atau kocok selama 30 detik, biarkan paling
sedikit 30 menit, dan air siap untuk di minum. Air yang sudah menggunakan Air
seperti bau kaporit, namun bau kaporit tersebut bukanlah zat berbahaya karena akan
hilang dengan sendirinya sesudah didiamkan selama beberapa jam.
Pemakaian Air RahMat sangat mudah, tidak memerlukan bahan bakar, cukup
wadah yang bersih dan tertutup untuk penyimpanan, tidak perlu waktu tunggu yang
lama untuk mendinginkan dan harganya pun terjangkau. Satu botol Air RahMat berisi
100 ml, dengan harga Rp. 5.000,- per botolnya, cukup untuk memurnikan 660 liter air
atau 33 galon, yang merupakan kebutuhan air untuk keluarga dengan 4 orang per
bulan atau seharga Rp. 7,50 per liter. Keuntungan menggunakan Air RahMat adalah :
ekonomis, hemat bahan bakar, tidak memerlukan minyak tanah, gas, kayu bakar;
sehat, air terhindar dari kuman dan sisa kandungan chlorine pada Air RahMat akan
terus melindungi air dari kuman selama 2 sampai 3 hari.
Pada awalnya Air RahMat merupakan bagian program SWS USAID2, yang
bernama Program Aman Tirta yang merupakan kerjasama berbagai organisasi
masyarakat international, seperti John Hopkins University untuk komunikasi
perubahan perilaku, Care International untuk mobilisasi masyarakat. Diproduksi oleh
PT. Tanshia Consumer Products dan di distribusikan oleh PT. Ultra Salur, dipasarkan
secara luas di Indonesia sebagai produk non subsidi penuh. Air RahMat merupakan
merek dagang yang mengandung arti “RAH adalah Murah” ; M adalah mudah” ;
dan “ AT adalah Sehat”. Air RahMat telah terdaftar secara resmi di Departemen
Kesehatan sebagai produk aman dengan nomor 205092500647 dan telah di sertifikasi
oleh Majelis Ulama Indonesia atau MUI dengan nomor #0120038300206# .
2
Gambar 2.6 : Pemurni Air RahMat
Penelitian BBTKL terhadap sisa klor (residu klor) dalam air yang
menggunakan Air RahMat, dengan waktu tunggu minimal 30 menit adalah 1,25 ppm,
dengan perhitungan :
V1 x K1 = V2 x K2 0,5 x 1,25 % = 500 x K2 K2 = 0,5 x 1,25 / 5000 K2 = 0,000125 % K2 = 1,25 ppm
Bila waktu tunggu lebih dari 30 menit atau semakin lama waktu tunggu maka klor
akan menguap, sisa klor yang tertinggal dalam air adalah 0,2 – 0,8 ppm, angka ini
akan semakin berkurang apabila waktu tunggu lebih lama dan kualitas air banyak
mengandung E-coli, sehingga kandungan klor yang tersisa masih sesuai nilai baku
mutu klor yang ditetapkan oleh Depkes yaitu 0,2 – 0,5 ppm.
Katagori Adopter Air RahMat
a.Early Adopter b.Midle Adopter c.Late Adopter
INOVASI BARU
Larutan Pemurni Air “Air Rahmat” (Tekhnologi Baru)
Karakteristik Inovasi
Relative Advantage = Keuntungan Compability = Kesesuaian
Complexity = Lengkap Triability = Dapat diuji cobakan
Observability = Dapat diamati
PERSUASI
Mendapatkan Air Minum Sehat dan Aman Tanpa Direbus
KEPUTUSAN ADOPSI
Berdasarkan Hasil Penelitian Lembaga
Berdasarkan kerangka pikir diatas, maka Air RahMat adalah suatu inovasi
baru dalam bidang tehnologi dan kesehatan untuk mendapatkan air minum sehat.
Untuk memperkenalkan Air RahMat dilakukan kegiatan yang persuasi yang bertujuan
mempengaruhi masyarakat agar mau mempergunakan Air RahMat, salah satunya
adalah dengan menonjolkan karakteristik inovasi dari Air RahMat itu sendiri, sebagai
bagian dari teknik persuasi, diharapkan hal ini bisa mempercepat proses inovasi yaitu
keputusan mengadopsi Air RahMat.
Hasil penelitian Aman Tirta (2008), yang dilakukan di Jakarta, Surabaya,
Bandung, Semarang, Medan dan Makasar, ternyata ada 3 klasifikasi adopter, yaitu
early adopter, middle adopter dan late adopter, dengan kreiteria masing-masing
adopter, seperti terlihat pada gambar berikut :
Evaluation of Air RahMat January 2008 Page 11 Confidential & Proprietary Copyright © 2007 The Nielsen Company Confidential & Proprietary Copyright © 2007 The Nielsen Company
Respondent Segmentation - Adoptiveness
Base : All Respondents (n=2,029 I N=13,726,000) Late Adopter
A question is asked to our Omnibus respondents to measure their adoptiveness towards new product / information. Result shows that around half of our respondents are interested towards new things, although some of them do not necessarily always try new product. This can be considered as a good indication, since Air RahMat is also a new and innovative product.
I usually try new things, but not always try new
product I rarely spend time to
try new things. I know
Pada gambar 2.7. dapat dijelaskan kriteria adopter, yaitu : early adopter
adalah orang yang suka mencoba hal-hal baru, suka mencoba produk baru dan selalu
menyampaikan informasi tersebu kepada orang lain. Middle adopter adalah
orang-orang yang suka mencoba hal baru, tetapi tidak mencoba produk baru, sedangkan late
adopter adalah orang-orang yang tidak mau membuang-buang waktu untuk mencoba
hal-hal baru, mereka tahu apa yang mereka mau, sehingga tidak perlu mencoba
produk baru.
Oleh karenanya diperlukan suatu penelitian kualitatif yang mampu menggali
dan menjelaskan fenomena yang ada pada 3 klasifikasi penerima inovasi (early,
middle dan late adopter), sehingga mereka memutuskan menggunakan Air RahMat
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian yang menggunakan metode kualitatif,
dilakukan dengan mendeskripsikan atau menggambarkan serta menjelaskan
fenomena yang terjadi dilapangan pada 3 klasifikasi adopter (early adopter, middle
adopter dan late adopter). Fenomena yang ingin diketahui dan dijelaskan adalah
terkait dengan pengaruh karakteristik inovasi dalam menggunakan larutan pemurni
Air RahMat pada pengelolaan air minum tingkat rumah tangga.
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian.
Penelitian di lakukan di Kota Medan, khususnya daerah intervensi program
Aman Tirta yaitu Kecamatan Medan Labuhan, tepatnya Kelurahan Nelayan Indah,
Kecamatan Medan Maimun di Kelurahan Aur dan Kelurahan Kampung Baru, serta di
Kecamatan Medan Polonia di Kelurahan Sari Rejo. Di lokasi ini program Aman Tirta
memperkenalkan alternatif baru dalam PAM RT, dengan penggunaan tehnologi
produk jadi Air RahMat.
Lokasi penelitian ini juga merupakan daerah miskin perkotaan yang sarat
permasalahan sanitasi dan kesehatan lingkungan, khususnya yang berkaitan dengan
Wilayah Nelayan Indah merupakan daerah sub urban3, sedangkan 3 kelurahan
lainnya Kelurahan Aur, Kampung Baru dan Sari Rejo merupakan daerah urban4.
Alasan lain, sejak diperkenalkannya inovasi baru dalam hal menggunakan
larutan pemurni Air RahMat, dari tahun 2006 sampai dengan tahun 2009, jumlah
adopter di Kota Medan hanya 0,5 % saja (Lembaga Aman Tirta, 2008).
Waktu penelitian ini dimulai dengan pengusulan judul penelitian, penelusuran
daftar pustaka, persiapan proposal penelitian, sampai dengan laporan akhir,
diharapkan selesai selama 6 (enam) bulan, dimulai dari minggu ke-I Januari 2009
sampai dengan minggu ke-II Juni 2009.
3.3. Pemilihan Informan
Informan adalah adopter (penerima inovasi) dalam menggunakan larutan
pemurni air ”Air RahMat” untuk mendapatkan air minum sehat. Adopter pada
penelitian ini kategorikan dalam 3 (tiga) kategori adopter, yaitu early, middle dan late
adopter. Hal ini sesuai dengan kerangka pikir yang sudah digambarkan peneliti
sebelumnya, bisa dilihat pada halaman 22 dan penjelasan peneliti tentang hasil
penelitian Aman Tirta pada tahun 2008 yang tertulis pada halaman 23.
Berdasarkan hal itulah Peneliti membuat kriteria masing-masing adopter, yaitu :
• Informan Early adopter adalah orang mendapatkan informasi tentang Air Rahmat
dari tahun 2005 sampai tahun 2006, menggunakan Air RahMat dari tahun 2006
3
Daerah yang penduduknya jarang, biasanya terletak dipinggiran kota. 4
sampai saat ini, aktif mensosialisasikan Air RahMat kepada masyarakat terutama
tetangga dan keluarganya, mereka juga bertindak sebagai NTR (non tradisional
retail)5.
• Informan middle adopter adalah : orang mendapatkan informasi tentang Air
Rahmat pada tahun 2007, orang menggunakan Air RahMat dari tahun 2008
sampai saat ini, ikut mensosialisasikan Air RahMat kepada masyarakat terutama
tetangga dan keluarganya, ikut dan pernah menjualAir RahMat.
• Informan late adopter adalah : orang yang pernah mencoba menggunakan Air
RahMat, tetapi tidak dilanjutkan sampai saat ini, mau ikut kegiatan Air RahMat
dan kadang-kadang ikut mensosialisasikan Air RahMat.
3.3.1. Prosedur Pengambilan Informan.
Informan pada penelitian ini menggunakan snowball sampling, dimana
peneliti bertanya pada informan yang telah diwawancarai, siapa kira-kira yang dapat
direkomendasikan berkenaan dengan topik penelitian. Berdasarkan kelengkapan
data-data yang diperoleh peneliti (azas kecukupan dan kesesuaian), dan sudah
menggambarkan fenomena yang berkaitan dengan topik penelitian, maka jumlah
informan pada penelitian ini berjumlah 9 orang.
5
3.4. Metode Pengumpulan Data.
Untuk mendapatkan data lokasi penelitian dilakukan melalui data sekunder
dengan mengumpulkan informasi dari Lembaga Aman Tirta, AR Rep. dan YAKMI.
Sedangkan untuk telaah dokumen yang berkaitan dengan topik diambil dari
Kecamatan Dalam Angka tahun 2008 dan Rekomendasi Konas PAM RT.
Pengumpulan data primer dilakukan dengan observasi dilokasi, pemilihan
informan, membuat jadwal, menghubungi informan untuk meminta kesediaan waktu
informan untuk melakukan wawancara mendalam tentang topik penelitian
berdasarkan pedoman wawancara yang sudah disusun peneliti.
Peneliti memulai dari pemilihan informan early adopter yang berada di
Kelurahan Nelayan, perjalanan ke lokasi penelitian ditempuh selama 45 menit dari
pusat kota. Memasuki wilayah ini mulai terasa kekhasan daerah pinggir pantai,
peneliti merasakan suhu udara yang lebih panas di bandingkan dengan suhu udara di
pemukiman tempat tinggal peneliti, kebetulan pada saat penelitian berlangsung, Kota
Medan sedang mengalami musim panas. Sepanjang mata memandang selalu dijumpai
anak-anak yang sedang bermain-main di kanal6.
Lokasi selanjutnya di telusuri peneliti adalah Kelurahan Aur dan Kampung
Baru untuk pemilihan informan middle adopter, waktu tempuh untuk kedua lokasi ini
10 sampai 15 menit dari pusat kota, ada kekhasan lokasi yang dilihat peneliti yaitu
banyak perumahan kumuh yang terletak di bantaran sungai Deli, terlihat juga oleh
peneliti anak-anak balita sedang bermain, ada yang bertelanjang dada, tidak memakai
6
celana, tanpa alas kaki, bermain tanah di gang-gang sempit, ada juga ibu-ibu yang
sedang berbelanja di warung, memilih-milih sayur dan ikan.
Berikutnya peneliti menelusuri lokasi pemilihan informan late adopter yaitu
kelurahan Sari Rejo, waktu tempuh dari pusat kota adalah 10 menit, lain lagi
kekhasan wilayah ini yaitu banyak terdapat perumahan TNI-AU. Salah satunya
adalah Asrama Paskhas7 TNI-AU, seakan-akan wilayah ini mempunyai kewibawaan
dikarenakan sebahagian besar wilayahnya berbatasan langsung dengan Pangkalan
TNI-AU Lanud Medan, peneliti juga banyak kita menjumpai truk-truk pengangkut
anggota Paskhas, selain itu di jumpai juga penduduk yang berasal dari suku tamil8.
Ketika peneliti berkunjung ke rumah-rumah informan di ke empat lokasi,
semua informan menerima dengan tangan terbuka dan bersahabat, terlihat jelas
informan memperlihat rasa kaget dan terkejut akan kedatangan peneliti karena
sebelumnya peneliti sudah pernah membina rapport9 pada saat peneliti membantu
program Aman Tirta di wilayah tersebut.
Peneliti mendapatkan banyak hal selama melakukan penelitian ini, seluruh
informan kunci yang dikunjungi peneliti yaitu anggota komite SWS – Air RahMat
sangat membantu peneliti terutama dalam memberikan gambaran informan sesuai
dengan kriteria informan yang dibutuhkan peneliti. Informan yang terpilihpun dapat
bekerjasama dengan peneliti dalam memberikan informasi-informasi yang
dibutuhkan peneliti, sehingga penelitian berjalan sesuai yang diharapkan peneliti.
7
Pasukan Khusus TNI-AU yang lebih dikenal dengan sebutan baret orange 8
Salah satu suku yang ada di Kota Medan, biasa di sebut orang keling. 9
Gambaran wilayah penelitian dapat di lihat pada gambar berikut, yaitu
Kelurahan Nelayan Indah berada di bagian utara Kota Medan, sedangkan Kelurahan
Kampung Baru, Aur dan Sari Rejo berada di bagian selatan Kota Medan.
Ada beberapa hal menarik yang dijumpai peneliti, diantaranya peneliti
mendapatkan ada 1 orang anggota komite di wilayah Nelayan Indahu yang sampai
saat ini tidak menggunakan Air RahMat, padahal setahu peneliti beliau sewaktu
peneliti masih membantu program Aman Tirta orang ini sangat aktif dalam berbagai
kegiatan komite. Berdasarkan temuan dan keterangan dari anggota komite yang
lainnya peneliti menggolongkan ke kelompok late adopter.
Hal lain kedatangan peneliti dimanfaat para anggota komite dimasing-masing
lokasi sebagai acara reuni peneliti dengan anggota masing-masing komite, ternyata
sudah 6 bulan juga peneliti tidak berkunjung ke lokasi masing-masing.
Peneliti menjalani seluruh peristiwa dalam penelitian ini yang merupakan
rangkaian kegiatan dalam melakukan penelitian kualitatif, hal ini dilakukan agar
informasi yang didapat lebih lengkap dan mendalam sehingga dapat menggambarkan
fenomena yang ada sesuai topik penelitian.
3.4.1. Hambatan-hambatan yang dialami selama penelitian.
Proses penelitian secara keseluruhan berjalan lancar dan berlangsung sesuai
jadwal yang diharapkan, tetapi tetap saja dirasakan adanya hambatan dan kekurangan,
namun itu tidak membuat peneliti patah semangat dan menghentikan penelitian tetapi
membuat peneliti semakin bersemangat.
Dalam kunjungan lapangan dan rumah, ada beberapa lokasi dimana peneliti
merasa perlu ditemani oleh anggota komite karena letak rumah informan tidak
Saat akan melakukan wawancara, peneliti menggunakan alat perekam dan
kamera sebagai alat bantu, dimana hal ini membuat kehati-hatian informan terutama
informan late adopter, tetapi melalui penjelasan yang diberikan oleh peneliti
informan akhir mau mengerti dan kembali bersikap santai saat wawancara, peneliti
juga mengalami hambatan ketika berdiskusi, ada beberapa pertanyaaan yang
berkaitan dengan karakteristik inovasi (kesesuaian dan kerumitan) harus
diulang-ulang untuk mendapatkan jawaban-jawaban yang diinginkan peneliti.
Sementara pada informan early dan middle adopter, terlalu bersemangat
dalam berdiskusi, dimana informan (suami istri) bisa berlomba-lomba memberikan
jawaban yang membuat peneliti bingung, jawaban siapa yang akan diterima, tetapi
peneliti mencoba mengkompilasi jawaban keduanya karena memang topik penelitian
adalah rumah tangga.
Suasana pemukiman yang padat, membuat wawancara dengan informan di
kelurahan Aur dan Kampung Baru sedikit terhambat karena ributnya suasana lokasi,
suara motor dan suara pedagang yang sebentar-bentar lewat, suara anak-anak
bermain, membuat wawancara menjadi lebih panjang waktunya karena peneliti sering
tidak jelas mendengar jawaaban informan.
Wawancara dilakukan peneliti berdasarkan pedoman wawancara, dalam
pelaksanaan menggunakan alat bantu perekan dan alat tulis (pulpen dan buku).
Selanjutnya peneliti mengulangi wawancara dihari berikutnya (membuat janji
merasa informasi yang diperoleh sudah memadai dari masing-masing kelompok
adopter berdasarkan azas kesesuaian dan kecukupan.
3.5. Defenisi Operasional
Variabel yang diteliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
Tabel 3.4. Defenisi Operasional
No. Variabel Materi
1. Kelebihan relatif Segala sesuatu yang diketahui dan dirasakan informan
tentang kelebihan-kelebihan (ekonomi, kesehatan, sosial dan kesukan) dalam menggunakan larutan pemurni Air RahMat. dari sisi ekonomi, kesehatan, sosial dan kesukaan.
2. Kesesuaian Hal-hal yang membuat informan menggunakan Air
RahMat, apakah terdapat kesesuaian dengan nilai-nilai, pengalaman dan kebutuhan informan.
3. Kerumitan Hal-hal dilakukan informan untuk membuat air minum
dengan Air RahMat, seberapa sulit memahami aturan-aturan yang harus dipatuhi dalam menggunakan Air RahMat.
4. Dapat diuji coba Kegiatan uji coba (sosialisasi, demo dan wet sampling)
yang dilakukan informan sebelum memutuskan untuk menggunakan larutan pemurni Air RahMat.
5. Dapat dilihat Tindakan (pengamatan) yang dilakukan informan
kepada orang yang sudah terlebih dahulu menggunakan Air RahMat (tetangga, kader, komite, toma maupun toga) yang ada di wilayahnya.
3.6. Metode Analisis Data.
Analisis data dilakukan dengan menggunakan program EZ-Text versi 3.06,
terlebih dahulu peneliti membuat traskrip wawancara yang diperoleh dari
mendengarkan berulang-ulang hasil rekaman wawancara dan catatan lapangan (field
Setelah itu peneliti mulai merancang template, diawali dengan membentuk
database baru (pengisian nama penelitian, pertanyaan terbuka, informasi informan
dan coding jika diperlukan). Langkah selanjutnya adalah memasukkan data (entering
data) sampai seluruh data selesai dimasukkan.
Selanjutnya peneliti meminta EZ-Text untuk membuat laporan menurut
informan maupun pertanyaan, untuk mempermudah analisis data peneliti mencetak
seluruh laporan yang dibutuhkan.
Analisis data dilakukan hasil cetakan laporan setiap informan berdasarkan
variabel penelitian, lalu dianalisa dan dikaji dengan membandingkan hasil
wawancara sebelumnya.
3.7. Validitas Hasil Penelitian.
Untuk menjaga validitas data, peneliti melakukan uji validitas dengan :
1. Triangulasi sumber, yaitu YAKMI10 sebagai organisasi non pemerintah yang
memperkenalkan Air RahMat di Kota Medan, juga dengan AR Rep.11, yang
bertindak sebagai koordinator NTR di Kota Medan.
2. Triangulasi metode, selain wawancara mendalam, peneliti juga melakukan
pengamatan (observasi) langsung, seperti test klorin untuk air minum yang
ada di rumah informan dan ketersediaan Air RahMat.
10
Yayasan Kesejahteraan Masyarakat Indonesia 11
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. HASIL PENELITIAN
4.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian.
A. Kelurahan Nelayan Indah
Kelurahan Nelayan Indah berada didataran yang 80 persen wilayahnya
dikelilingi kanal12 dari air di paluh laut, akibatnya pada waktu-waktu tertentu
wilayah ini mengalami banjir akibat air pasang yaitu pasang perdani yang terjadi 2
kali dalam setahun (akhir tahun dan pertengahan tahun), kemudian pasang 30 tiap
akhir bulan arab, puncaknya terjadi pada pukul 14.00 sampai dengan 17.00 Wib.
Merupakan daerah sub urban terletak di Kecamatan Medan Labuhan dengan
luas wilayah 4,2 Km2. Jumlah penduduk 8.870 jiwa, jumlah rumah tangga 1.776 KK,
dengan kepadatan penduduk per Km2 2.112, yang dibagi dalam 8 lingkungan, 8 RW
dan 14 RT, mata pencaharian penduduknya adalah nelayan, pedagang, pensiunan dan
profesi lainnya.
Fasilitas kesehatan yang tersedia hanya 1 buah Pustu dengan Puskesmas
Induk adalah Puskesmas Medan Labuhan, jumlah posyandu 9. Sumber air bersih di
lokasi ini 84% bersumber dari sumur bor, sementara jumlah pelanggaan PDAM
hanya 342 rumah. Jumlah penerima BLT 1.231 rumah tangga, dan jumlah penerima
PKH 468 rumah tangga.
12
Dilokasi ini juga sudah terbentuk Komite Air RahMat, dipimpin oleh Bapak
Kamaluddin, jumlah anggota 10 orang yang mewakili dari tiap-tiap lingkungan yang
disebut Komite Air RahMat, mereka bertindak sebagai agen perubahan. Kegiatan
yang dilakukan Komite Air RahMat adalah melakukan sosialisasi terutama di
wilayahnya, melakukan home visit (kunjungan rumah) untuk meningkatkan jumlah
pengguna Air RahMat.
Data AR. Rep. dari kegiatan home visit (per Mei 2009), jumlah tetap pemakai
Air RahMat ada 240 orang, dan 64 orang pemakai baru Air RahMat, NTR berjumlah
10 orang dengan jumlah penjualan Air RahMat sebanyak 70 botol.
Pagi itu berkisar jam 10.30 wib, peneliti mulai menuju Kelurahan Nelayan
Indah, untuk melakukan wawancara di hari pertama. Dari rumah, peneliti menuju
amplas untuk masuk tol amplas, + 20 menit keluar dari tol Mabar, untuk menuju
lokasi ada beberapa kelurahan lain yang dilewati peneliti yaitu Martubung, Pekan
Labuhan, sebelah kiri peneliti melihat kantor Dinas Perikanan dan Kelautan Kota
Medan, kira-kita 10 meter, lalu berbelok kekanan memasuki gerbang selamat datang
di Kelurahan Nelayan Indah, peneliti melihat rumah-rumah panggung diatas kanal,
hutan bakau, tak ketinggalan sampah-sampah (bungkusan mie instan, bungkusan
jajanan anak-anak) terlihat terapung di pinggiran kanal, perjalanan dilanjutan dengan
melewati jembatan yang berada tepat diatas tol Medan – Belawan. Jembatan ini
Gambar 4.9. Jembatan diatas Tol Balmera menuju Perum Nelayan Indah
Setelah melewati jembatan, suasana daerah pinggir pantai sangat terasa, cuaca
yang panas, di kiri kanan jalan peneliti melihat hamparan tambak. setelah melewati
jarak 6 Km dari gerbang selamat datang, disebelah kanan peneliti menjumpai
berturut-turut pustu, kantor Lurah Nelayan Indah, dan lapangan luas yang merupakan
halaman 3 sekolah (2 SD dan 1 SMP) didepan lapangan berdiri megah bangun SMK
Perikanan Kota Medan, dalam hati peneliti berucap, memang tak salah kalau lokasi
SMK perikanan berada di wilayah ini berada dimuara laut, dan biasanya
sepengetahuan peneliti muara laut merupakan tempat berkumpulnya ikan-ikan.
Sekitar 500 meter dari kantor lurah, pada jalur jalan utama peneliti melihat
perumahan kampung nelayan, yang di sebahagian besar tempat tinggal penduduk
berbentuk rumah panggungnya, tetapi sudah banyak mengalami renovasi (kolong
sebenarnya itu adalah rumah panggung, hampir semua keadaan ini dilihat peneliti
terutama untuk perumahan yang berada di jalur jalan utama, menurut informasi yang
peneliti terima dari masyarakat setempat untuk mempermudah mencari rumah
informan adalah sebelah kiri jalan adalah Blok tunggal (Blok A sampai G),
sedangkan sebelah kanan jalan adalah Blok dobel (Blok AA sampai GG), wilayah
perumahan ini berakhir diujung benteng13.
Pertama sekali peneliti menuju rumah informan I, kelompok early adopter,
yang berada di blok GG, tepat sebelah kanan jalan kira-kira 500 meter dari kantor
lurah terdapat sebuah lapangan yang berada disebelah kanan jalan, setelah itu peneliti
menyeberangi kanal lewat titi ke dua yang terbuat dari kayu yang lebarnya 1 meter,
mengikuti lurus, masuk ke blok FF, menyeberangi titi yang terbuat dari papan,
disinilah blok GG berada, mengikuti jalan terus sampai ujung benteng, peneliti belok
kiri, setelah 3 rumah, disanalah lokasi rumah informan I.
Untuk kembali kejalan utama, peneliti melintasi jalan yang sama, menurut
keterangan informan I, di blok FF adalah informan yang sesuai untuk menjadi
informan late adopter, maka penelitipun menuju ke lokasi yang dimaksud,
sesampainya blok FF dan mendapati kanal, peneliti langsung berbelok kiri, 3 rumah
dari simpang titi adalah rumah informan yang dimaksud (late adopter).
Sampai dijalan utama, peneliti menyeberangi jalan, lalu masuk ke jalan
sebelah mesjid menuju blok A yang berada di lingkungan I, untuk bertemu dengan
informan lainnya dari kelompok early adopter, dari sebelah mesjid, mengikuti jalan
13
lurus, melewati titi kemudian peneliti berbelok kekanan dan terus, setelah itu terdapat
ujung benteng, belok kiri 4 rumah dari simpang adalah rumah informan dimaksud.
Penelusuran di hari pertama, peneliti hanya bisa menyelesaikan wawancara
dengan tiga orang informan saja, peneliti memutuskan untuk melakukan penelitian
berikutnya di hari kedua, hal ini dikarenakan hari sudah menjelas sore dan peneliti
sudah merasakan kelelahan karena udara yang cukup panas, tapi sebelumnya peneliti
singgah dulu ke rumah calon informan berikutnya untuk membuat janji wawancara.
Pada hari kedua, peneliti kembali menuju kelurahan Nelayan Indah, kali ini
peneliti menempuh jalur menuju lokasi melewati tol Tanjung Mulia, hal ini dilakukan
peneliti untuk melihat perbedaan jarak tempuh dan suasana perjalanan. Dari rumah
peneliti menuju jalan Krakatau ujung, lalu memasuki pintu tol, keluar dari tol Mabar,
melewati kelurahan Martubung dan Kelurahan Pekan Labuhan, sebelah kiri
peneliti melihat kantor Dinas Perikanan dan Kelautan Kota Medan, kira-kita 10
meter, lalu berbelok kekanan memasuki gerbang selamat datang di Kelurahan
Nelayan Indah, sama seperti hari sebelumnya begitu memasuki gerbang selamat
datang, mulai terasa suasana pinggir pantai. Peneliti langsung menuju lokasi rumah
informan di blok AA lingkungan II, tepat di depan depot air isi ulang, peneliti
berhenti disebuah kios (toko kelontong), ini adalah lokasi informan dimaksud.
Informan terakhir di Kelurahan Nelayan Indah adalah rumah informan dari
kelompok middle adopter, 10 meter dari rumah informan terdahulu, peneliti belok
Riri, masuk kedalam terus, simpang 4 pertama samping tanah lapang pos kamling,
peneliti menemukan rumah informan dimaksud.
Gambar 4.11. Peta Kelurahan Nelayan Indah
B. Kelurahan Aur
Kelurahan Aur merupakan daerah urban dengan masalah penduduk miskin
kota yang tinggi, terletak di Kecamatan Medan Maimun, sebahagian besar
wilayahnya berada di bantaran sungai Deli, sehingga lokasi ini rawan banjir kiriman
bersama lima kelurahan lainnya yang berada di kecamatan ini.
Luas wilayah 0,6 Km2. Jumlah penduduk 7.924 jiwa, jumlah rumah tangga
2.116 KK, dengan kepadatan penduduk per Km2 13.207, yang dibagi dalam 10
lingkungan, 17 RW dan 41 RT, mata pencaharian penduduknya adalah pedagang,
pensiunan dan profesi lainnya.
Fasilitas Kesehatan berupa Puskesmas Induk berada di kelurahan Kampung
Baru, dengan jarak tempuh 3 Km, posyandu 8. Sumber air bersih di lokasi ini 24%
bersumber dari sumur bor yang dibangun oleh ESP14 dan lainnya, sementara jumlah
pelanggaan PDAM hanya 1.612 rumah. Jumlah penerima BLT 494 rumah tangga,
Data AR. Rep. dari kegiatan home visit (per Mei 2009), jumlah tetap pemakai
Air RahMat ada 60 orang, dan 16 orang pemakai baru Air RahMat, NTR berjumlah 2
orang dengan jumlah penjualan Air RahMat sebanyak 16 botol.
Dari rumah peneliti menuju simpang jalan Warni, simpang lampu merah Ace
Hard Ware, berbelok kekiri, disebelah kiri jalan terlihat Istana Maimun masih berdiri
megah, terus melintasi jln. Brigjen Katamso, simpang Waspada, peneliti berbelok ke
kiri melintasi jalan Suprapto 100 meter kedepan peneliti menuruni tangga menuju
lokasi linkungan IV, begitu memasuki lokasi ini peneliti melihat padatnya
14
rumah penduduk, dan langsung menuju kerumah NTR Air Rahmat, persis di sebelah
rumah NTR tersebut terdapat bangunan sekolah MDA15 yang mempunyai 2 lokal,
berdampingan dengan mesjid, peneliti berkesempatan melihat siswa siswi MDA
sedang belajar, disudut ruang kelas peneliti juga melihat tersedianya air minum bagi
siswa siswi, ketika peneliti mengkonfirmasikannya kepada NTR, ternyata air yang
tersedia di ruang kelas itu adalah air minum yang telah diolah dengan Air RahMat
dan dikonsumsi oleh siswa siswi.
Gambar 4.12. Photo situasi lingkungan IV Kel. AUR
Keluar dari lokasi mesjid peneliti melihat ada simpang 3 yang berukuran
kecil-kecil, peneliti memilih berbelok kearah kiri untuk mencari rumah informan
(tokoh pemuda), yang juga merupakan relawan ESP, tidak susah mencari rumahnya,
karena ketika peneliti bertanya kepada ibu-ibu yang sedang berbelanja diwarung, ibu
itu langsung menunjukkannya. Selama perjalanan singkat kerumah informan, peneliti
15
menjumpai anak-anak balita sedang bermain-main mulai dari halaman mesjid sampai
ke halaman rumah informan yang berupa gang kecil dengan lebar 75 cm.
Penelitipun disambut oleh dan dipersilahkan masuk oleh istri informan, beliau
mengatakan informan yang dimaksud pada saat peneliti berkunjung tidak berada
dirumah, menurut istri informan, beliau sedang menjemput anak yang bersekolah di
pasar senen kampung baru. Tidak berapa lama istri informan menghubungi suaminya
lewat HP, dan mengatakan peneliti menunggu dirumah, penelitipun mengambil
kesempatan ini untuk mengumpulkan informasi awal yang berguna untuk menambah
hasil wawancara dengan informan nantinya. Setelah 30 menit menunggu, akhirnya
Health Service Program (HSP) Sumatera Utara