• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Karakteristik Inovasi Dalam Menggunakan Larutan Pemurni Air Rahmat Di Tingkat Rumah Tangga Di Kota Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Karakteristik Inovasi Dalam Menggunakan Larutan Pemurni Air Rahmat Di Tingkat Rumah Tangga Di Kota Medan"

Copied!
123
0
0

Teks penuh

(1)

TESIS

Oleh

DENI ANDAYUNI

077033006/IKM

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat

untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M.Kes) dalam Program Studi Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat

Minat Studi Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku

pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

Oleh

DENI ANDAYUNI 077033006/IKM

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(3)

Nomor Induk Mahasiswa : 077033006

Pogram Studi : Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi : Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku

Menyetujui Komisi Pembimbing

(Prof. Dr. Harry Agusnar, M.Sc, M.Phil) (Dra. Syarifah, MS) Ketua Anggota

Ketua Program Studi, Dekan,

(Dr. Drs. Surya Utama, MS) (dr. Ria Masniari Lubis, MSi)

(4)

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. Dr. Harry Agusnar, M.Sc, M.Phil

Anggota : 1. Dra. Syarifah, MS

2. Dr. Drs. R. Kintoko Rochadi, MKM

(5)

PENGARUH KARAKTERISTIK INOVASI DALAM MENGGUNAKAN LARUTAN PEMURNI AIR RAHMAT DI TINGKAT

RUMAH TANGGA DI KOTA MEDAN

T E S I S

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi dan sepanjang pengetahuan saya tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain kecuali secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, Agustus 2009

(6)

pengelolaan air minum rumah tangga, memperkenalkan berbagai opsi atau aneka pilihan untuk pengolahan air minum skala rumah tangga yang murah, terjangkau dan aman. Salah satu teknologi baru berbentuk produk jadi yang direkomendasikan Konas PAM RT adalah Air RahMat. Air RahMat adalah larutan pemurni air 1,25 persen sodium hypoclorite, yang mampu menghilang bakteri, virus dan protozoa yang ada dalam air tanpa direbus, dan mampu menjaga kualitas air dari kontaminasi ulang selama 3 hari dalam wadah tertutup.

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui dan menjelaskan karakteristik inovasi (kelebihan relatif, kesesuaian, kerumitan, dapat diuji dan dapat diamati) yang memengaruhi adopter dalam menggunakan laruran pemurni Air RahMat. Penelitian ini dilakukan di Kota Medan, sample lokasi penelitian adalah Kelurahan Nelayan Indah, Aur, Kampung Baru dan Sari Rejo, menggunakan metode kualitatif dengan wawancara mendalam kepada 3 kelompok adopter (early, middle dan late adopter), dengan jumlah informan sembilan orang, tiap-tiap kelompok diwakili oleh tiga orang informan.

Hasil penelitian menunjukkan karakteristik inovasi yang memengaruhi informan adalah kelebihan relatif (ekonomi dan kesehatan), adanya kesesuaian (sesuai dengan anggota keluarga lainnya) dan kerumitan (tidak terdapat kerumitan)) dan dalam menggunakan air RahMat bagi dua kelompok adopter (early dan middle), serta faktor lain yaitu tingkat pendidikan (mempunyai wawasan, sering menerima berbagai informasi baru) dan adanya kelompok acuan yang menjadi contoh bagi

middle adopter. Sedangkan bagi kelompok late adopter, hal yang membuat mereka

tidak menggunakan Air RahMat adalah adanya ketidak sesuaian (tidak adanya dukungan keluarga) yaitu kepala keluarga atau pengambil keputusan dalam keluarga, menganut dan mempertahankan nilai-nilai bahwa air minum yang sehat adalah air yang direbus, atau air yang tidak berbau seperti bau klor yang terdapat pada air yang sudah diolah dengan air RahMat.

(7)

treatment and storage behavior and introducing various options of economical and safe. One option that was introduced is Air RahMat. Air RahMat is 1,25 percent sodium hypoclorite, that is able to kill bacteria, virus and protozoa in the water without boiling, in addition can protect water from recontamination for 3 days in a closed container.

This study was intended to find out and explain the characteristic of innovation (relative advantage, compatibility, complexity, triability, and observability ) that influence the adopters in using Air RahMat. Study was conducted in Nelayan Indah, Aur, Kampung Baru, and Sari Rejo villages in Medan, using qualitative method. In depth interview was done to 3 groups of adopters (early, middle, and late adopter ),with 3 informant in each groups.

Result showed that characteristic of the innovation that affected the early and middle adopters are relative advantage (economic and health), compability (compatiblity with member of family) and complexcity (nothing complex) in using Air RahMat. Other factors that influence middle adopter are level of education and reference group. For late adopter, the reasons for not using Air Rahmat are no support from the family, head of family preserve traditional values that safe water can only be obtained by boiling and no smell of chlorine like Air RahMat.

(8)

karena atas berkat dan rahmatNya penulis dapat menyelesaikan tesis ini, dengan judul

”Pengaruh Karakteristik Inovasi dalam Menggunakan Larutan Pemurni Air RahMat

di Tingkat Rumah Tangga di Kota Medan”.

Dalam proses penelitian dan penulisan tesis ini tidak terlepas dari bantuan,

dukungan dan doa dari berbagai pihak. Dalam kesempatan ini penulis menyampaikan

terima kasih yang tulus kepada :

1. dr. Ria Masniari Lubis, MSi., selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara.

2. Dr. Drs. Surya Utama, MS. selaku Ketua Program Studi Magister Ilmu Kesehatan

Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

3. Prof. Dr. Harry Agusnar, M.Sc, M.Phil., selaku Ketua Komisi Pembimbing yang

telah banyak meluangkan waktu dengan sabar serta tulus membimbing penulis

dalam menyelesaikan tesis ini.

4. Dra. Syarifah, MS., selaku Anggota Komisi Pembimbing yang dengan tulus dan

sabar membimbing penulis dalam menyelesaikan tesis ini.

5. Dr. Drs. R. Kintoko Rochadi, MKM., selaku Dosen Pembanding yang telah

meluangkan waktu untuk memberikan saran-saran perbaikan bagi tesis ini.

6. Ir. Indra Chahaya S.MSi., selaku pembanding yang telah meluangkan waktu

(9)

8. Seluruh Komite SWS – Air Rahmat di Nelayan Indah, Kampung Baru, Aur dan

Sari Rejo yang banyak membantu penulis dalam memberikan informasi

pemilihan informan yang sesuai dengan topik penelitian.

9. Seluruh staff Aman Tirta Program (Robert Ainslie, Rieneke Rolos, Frieda

Subrata, Alfarius Kalumbang, dan kawan-kawan), yang telah membantu penulis

dterutama dalam memberikan data yang dibutuhkan penulis dalam penelitian ini.

10. Suami tercinta Drs. Alinafiah, M.T. yang selalu menemani penulis ke lokasi

penelitian terutama Nelayan Indah, dan anak-anakku tersayang, Ghazali Adam,

Mar’ie Muhammad, Ghania Hafiza yang senantiasa memberikan pengertian,

perhatian, semangat dan doa selama penulis dalam masa pendidikan.

11. Kedua orang tuaku H. Andjar Amry, SH dan Hj. Suheini yang senantiasa

memberikan dukungan moril maupun materil serta adik-adikku dan keluarga, Dr.

Yeni Amray dan Ir. Hendro B.P., Dr. Beby Muhrisa dan Kapten Muroji, Ir. Yan

Muhripan dan Agus Sri Wahyuni, serta keponakan-keponakanku Fira, Oki,

Wawa, Haffa dan Danis yang lucu-lucu sehingga memberikan inspirasi bagi

penulis.

12. Ibu mertuaku Salmah dan seluruh keluarga besar alm. Ahmad Gani yang

(10)

14. Teman-teman seangkatan di Minat Studi Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku

Fakultas Kesehatan Masyarakat, yang selalu memberikan saat-saat berbagi cerita

dan penuh tawa selama penulis dalam masa pendidikan.

Penulis menyadari bahwa dalam melakukan penulisan tesis ini masih sangat

jauh dari kesempurnaan, untuk itu saran-saran yang membangun sangat diharapkan .

Semoga semua ini bermanfaat bagi kita.

Medan, Agustus 2009

Penulis,

(11)

tanggal 11 Juni 1969, anak pertama dari empat bersaudara, beragama Islam dan

bertempat tinggal di Komplek AURI Karang Sari I No. 94 Medan Polonia.

Penulis menamatkan Sekolah Dasar pada tahun 1981 di SD Angkasa II Lanud

Medan, tahun 1984 menamatkan Sekolah Menengah Pertama di SMP Angkasa Lanud

Medan, kemudian tahun 1987 menamatkan Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri

2 Medan. Tamat pendidikan Sarjana (S-1) pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Sumatera Utara Medan Tahun 1991.

Penulis bekeja sebagai PR (Public Relation) KISS FM Medan pada tahun

1988-1992, Producer dan Announcer di Prapanca FM – Trijaya Network Medan

tahun 1996-1999, Staf Administrasi Program HNDSP (Health and Nutrition

Development Service Program) The British Council - PKBI tahun 1991-2000,

sebagai RIMs (Regional Independent Monitoring) Manager pada Program SPSDP

(The Social Proctection Sector Development Program) The Bristish Council – PKBI

tahun 2000-2003, sebagai Sekretaris pada Proyek PHPB (Provincial Health

Promotion Board) PHP II Sumatera Utara tahun 2003-2006, sebagai Area

Coordinator di Care Internasional Indonesia untuk SWS (Safe Water System)

Program tahun 2006-2009, dan pada bulan Mei sampai Agustus 2009 sebagai

(12)

sebagai Wakil Ketua Team Penggerak PKK dan Darma Wanita, Kecamatan Medan

Petisah. Anggota Majelis Adat Budaya Melayu Indonesia (MABMI) Kota Medan

(13)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... vi

2.3. Pengelolaan Air Minum Tingkat Rumah Tangga (PAM RT)... 11

2.3.1. Merebus ... 13

2.3.2. Solar Disinfection (Sodis)) ... 14

2.3.3. Keramik Filter ... 15

2.3.4. Klorinasi ... 17

2.3.4.1. Chlorine ... 17

2.3.4.2. Pengaruh Klorinasi dalam menonaktifkan beberapa Mikro Organisme ... 19

2.4. Larutan Pemurni Air RahMat ... 21

2.5. Kerangka Pikir... 24

BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian ... 27

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian... 27

3.3. Pemilihan Informan ... 28

3.4. Metode Pengumpulan Data. ... 30

(14)

4.2. Pembahasan ... 70

4.2.1. Kelompok Informan ... 70

4.2.2. Pengetahuan Informan tentang Air Rahmat ... 76

4.2.3. Pengaruh Karakteristik Inovasi ... 79

4.2.3.1. Relatif Advantage... 79

4.2.3.2. Compatibility... 83

4.2.3.3. Complexity ... 85

4.2.3.4. Triability... 86

4.2.3.5. Observability... 88

4.2.4. Faktor lain yang dapat memengaruhi tingkat inovasi ... 91

4.2.5. Komitmen informan dalam memasyarakatkan Air Rahmat . 97 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan ... 100

5.2. Saran ... 102

(15)

2.1 Efek Klorinasi dalam menghilangkan Bakteri ... 19

2.2 Efek Klorinasi dalam menghilangkan Virus ... 20

2.3 Efek Klorinasi dakam menghilangkan Protozoa. ... 21

3.1 Definisi Operasional ... 35

(16)

2.1 Faktor yang memengaruhi tingkat adopsi ... 8

2.2 Katagori Adopter ... 9

2.3 Merebus Air ... 13

2.4 Metode Sodis ... 14

2.5 Filter Keramik ... 16

2.6 Pemurni Air Rahmat ... 23

2.7 Klasifikasi Adopter ... 26

4.8 Lokasi Penelitian ... 32

4.9 Jembatan diatas Tol Balmera ... 39

4.10 Lokasi Penelitian (Rumah Panggung Kanal) ... 42

4.11 Peta Kelurahan Nelayan Indah ... 43

4.12 Foto situasi lingkungan IV Kel. Aur ... 45

4.13 Peta lingkungan IV Kel Aur ... 47

4.14 Situasi Lingkungan XVI Kel. Kampung Baru ... 50

4.15 Peta lingkungan XVI Kelurahan Kampung Baru ... 50

4.16 Wilayah Sari Rejo (Perumahan Dinas TNI – AU dan Kuil terbesar Agama Sikh ... 52

(17)
(18)

4.2.1.1 Informan early adopter ... 70

4.2.1.2 Informan middle adopter ... 70

4.2.1.3 Informan late Adopter ... 71

4.2.2. Infomasi informasi tentang Air RahMat dan mulai menggunakan

Air RahMat... 77

4.2.3.1 Informasi tentang keuntungan dalam menggunakan Air RahMat ... 80

4.2.3.2 Informasi tentang tingkat kesesuaian dalam menggunakan

Air RahMat ... 83

4.2.3.3 Informasi tentang tingkat kerumitan dalam menggunakan

Air RahMat ... 85

4.2.3.4 Informasi Tentang Tingkat Triabilitas (uji coba) dalam menggunakan Air RahMat... 86

4.2.3.5 Informasi tentang bagaimana hasil (dilihat dalam menggunakan

Air RahMat) ... 88

4.2.4 Informasi tentang faktor lain yang memengaruhi tingkat Inovasi ... 92

(19)

1. Pedoman Wawancara ... 105

2. Surat Edaran Ditjen PP & PL Depkes RI... 107

3. Report Home Visit Air RahMat ... 108

4. Data Perkembangan PAM RT di Indonesia ... 109

(20)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kurangnya akses masyarakat untuk mendapatkan air minum aman, buruknya

higiene dan sanitasi, serta rendahnya kesadaran masyarakat untuk berperilaku hidup

bersih dan sehat, merupakan tantangan besar yang saat ini masih di hadapi oleh

pemerintah Indonesia. Untuk mengatasi masalah diatas pemerintah telah menyusun

“Strategi Nasional Sanitasi Total berbasis Masyarakat atau STBM”, memberikan

perhatian di bidang higiene dan sanitasi dengan penetapan Open Defecation Free1

dan peningkatan perilaku hidup bersih dan sehat pada tahun 2009 dalam Rencana

Pembangunan Jangka Menengah Nasional atau RPJMN tahun 2004-2009.

Komitmen pemerintah dalam mencapai target Millennium Development Goals

(MDGs) tahun 2015, yaitu meningkatkan akses air minum dan sanitasi dasar secara

berkesinambungan kepada separuh dari proporsi penduduk yang belum mendapatkan

akses (Depkes, 2008). Berdasarkan laporan pencapaian target MDGs sampai tahun

2006, baru sekitar 52,1% penduduk Indonesia mendapatkan akses air minum,

sementara kualitas air PDAM bagi mereka yang tersedia hanya memenuhi syarat

kualitas bakteriologis sebesar 73,8%.

1

(21)

Hasil studi Basic Human Services (BHS) di Indonesia tahun 2006 terhadap

perilaku pengelolaan air minum rumah tangga menunjukkan 99,20 % masyarakat

Indonesia merebus air untuk mendapatkan air minum, tetapi 47,50 % dari air tersebut

tetap mengalami kontaminasi bakteri Eschericia coli. Kondisi tersebut berkontribusi

terhadap tingginya angka kejadian diare di Indonesia, sampai saat ini diare masih

merupakan penyakit pembunuh nomor 2 pada balita. Di Kota Medan, angka

kesakitan diare tahun 2007 tercatat 41.407 kasus rawat jalan di Puskesmas, 20.567

atau setara dengan 50% diantaranya diderita oleh balita (Dinas Kesehatan Kota

Medan, 2007). Hasil studi WHO pada tahun 2007 membuktikan, kejadian diare

menurun 32% dengan meningkatkan akses masyarakat terhadap sanitasi dasar, 45%

dengan perilaku mencuci tangan pakai sabun, dan 39% perilaku pengelolaan air

minum yang aman di rumah tangga.

Konferensi Nasional Pengelolaan Air Minum Rumah Tangga (Konas PAM

RT), tahun 2008, mengangkat tema Air Sehat untuk Hidupku. Terutama untuk

meningkatkan perilaku pengelolaan air minum di rumah tangga, memperkenalkan

berbagai opsi atau aneka pilihan untuk pengolahan air minum skala rumah tangga

yang murah, terjangkau dan aman. Hasil diskusi multi stakeholder peserta Konas

PAM RT, telah disepakati rencana aksi implementasi PAM RT, yaitu untuk

mensosialisasikan dan memasyarakatkan penggunaan tehnologi produk jadi dan non

produk untuk pengolahan air minum di rumah tangga. Salah satu tehnologi berbentuk

(22)

Data perkembangan kegiatan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM)

periode Desember 2008, saat ini 10 (sepuluh) provinsi sudah melaksanakan

Pengelolaan Air Minum Rumah Tangga (PAM RT) yang di dampingi oleh NGO

(Non Government Organization), dengan pilihan teknologi produk jadi (Air RahMat,

Aquatab, PUR dan PAH). Sedangkan tehnologi non produk (Keramik Filter, SODIS,

dan Biosand Filter). Di Medan, pendampingan dilakukan oleh Lembaga Aman Tirta,

dimulai Januari 2006, pilihan tehnologi yang dipergunakan adalah tehnologi produk

jadi, yaitu dengan Air RahMat.

Air RahMat adalah larutan 1,25% sodium hypochlorite, sangat efektif dalam

menghilang kebanyakan mikro organisme (Eschericia coli) yang biasa menyebabkan

penyakit diare, kolera, disentri dan demam tipus. Di Aceh Besar dilaporkan bahwa

pemakaian air yang di murnikan dengan larutan Air RahMat mengurangi risiko

pencemaran air minum sebesar 47%. Penelitian Klinis, pada program Safe Water

System (SWS) bahwa penggunaan produk yang serupa dengan Air RahMat,

menunjukkan penurunan penyakit diare hingga 85% (Lembaga Aman Tirta, 2007).

Hasil penelitian BBTKL Yogyakarta (2008), sisa klor yang tertinggal didalam air

yang telah dimurnikan dengan Air Rahmat, dengan waktu tunggu minimal 30 menit

adalah 1,25 ppm. Apabila waktu tunggu lebih dari 30 menit, maka sisa klor akan

menguap menjadi 0,2 – 0,4 ppm, angka ini tidak melebihi angka baku mutu yang

ditetapkan oleh Departemen Kesehatan, dimana sisa klor yang diperbolehkan dalam

(23)

Hasil penelitian Lembaga Aman Tirta (2008), tingkat awareness masyarakat

Medan terhadap Air RahMat saat ini mencapai 80%, sedangkan pemakai Air Rahmat

(potential user) hanya 0,5 %. Dari data diatas menunjukkan bahwa tidak mudah

memperkenalkan suatu inovasi baru kepada masyarakat, dan juga tidak mudah untuk

merubah perilaku masyarakat dari perilaku lama (merebus air) kepada perilaku baru

(penggunaan larutan pemurni air Air Rahmat).

Dalam mengubah masyarakat terdapat suatu kegiatan yang di kenal dengan

diffusi inovasi, yaitu suatu proses penyebaranserapan ide-ide atau hal-hal yang baru

dalam upaya untuk merubah suatu masyarakat. (Rogers, 1983). Suatu inovasi akan

diterima oleh individu-individu apabila terdapat karakteristik inovasi, yaitu (1)

kelebihan atau manfaat, (2) kompatibilitas atau kesesuaian, (3) kompleksitas atau

kerumitan, (4) triabilitas atau di uji coba dan (5) dapat diobservasi atau diamati.

Karakterisik dari inovasi ini berpengaruh kepada kegiatan-kegiatan persuasi yang

akan dilakukan. Sehingga akhirnya masyarakat akan memutuskan menolak atau

menerima inovasi tersebut (Rogers, 1983).

Rogers (1983) menjelaskan dalam menerima suatu inovasi ada beberapa

tipologi penerima adopsi yang ideal yaitu : (1) Inovator adalah orang yang menerima

segera/kreatif, (2) early adopter adalah penerima dini, (3) early majority adalah

mayoritas dini, (4) late majority adalah mayoritas belakangan, dan (5) laggard adalah

tradisional. Di Medan, pendampingan dilakukan oleh Lembaga Aman Tirta, dimulai

Januari 2006, pilihan tehnologi yang dipergunakan adalah tehnologi produk jadi,

(24)

Hasil penelitian Lembaga Aman Tirta (2008), adopter (penerima adopsi)

larutan pemurni Air RahMat, dikategorikan kepada 3 (tiga) adopter, yaitu : (1) early

adopter 13 % , (2) middle adopter 39 %, dan (3) late adopter 48%. Berdasarkan data

diatas, maka diadakan penelitian tentang pengaruh karakteristik inovasi dalam

menggunakan larutan pemurni air Air Rahmat sebagai salah satu alternatif

mendapatkan air minum sehat pada tingkat rumahtangga di Kota Medan .

1.2. Permasalahan

Karakteristik inovasi meliputi kelebihan, kesesuaian, kerumitan, dapat di uji

coba, dan dapat diobservasi. Dari ke lima karakteristik tersebut, hal apa yang paling

mempengaruhi adopter dalam menggunakan larutan pemurni Air Rahmat di tingkat

rumah tangga di Kota Medan.

1.3. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menjelaskan karakteristik

inovasi (kelebihan relatif, kesesuaian, kerumitan, dapat di uji coba, dapat diamati)

yang mempengaruhi adopter dalam menggunakan larutan pemurni Air Rahmat di

(25)

1.4. Manfaat penelitian

1. Sebagai bahan masukan untuk pengembangan program Sanitasi Total

Berbasis Masyarakat (STBM) terutama dalam mempromosikan beberapa

alternatif pengelolaan air minum tingkat rumah tangga (PAM RT).

2. Sebagai bahan refrensi bagi Lembaga Aman Tirta dalam pengembangan

Program Safe Water System (SWS) di Kota Medan

3. Menjadi bahan pembelajaran bagi peminatan Promosi Kesehatan dan

Ilmu Perilaku (PKIP) Universitas Sumatera Utara dalam mendesain

(26)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. DIFUSI INOVASI

Difusi inovasi adalah suatu proses penyebaran serapan ide-ide atau hal-hal

yang baru dalam upaya untuk merubah suatu masyarakat (Roger, 1983). Tujuan

utama dari Difusi Inovasi adalah diadopsinya suatu inovasi (ilmu pengetahuan,

tehnologi, bidang pengembangan masyarakat) oleh anggota sistem sosial tertentu.

Sistem sosial dapat berupa individu, kelompok informal, organisasi sampai kepada

masyarakat.

Menurut Roger (1983) dalam proses diffusi inovasi ada 4 (empat) elemen

utama yaitu : (1) suatu inovasi, (2) dikomunikasikan melalui suatu media tertentu, (3)

dalam suatu jangka waktu dan (4) terjadi diantara anggota-anggota suatu sistem

sosial. Selanjutnya Rogers (1995 ; 1965) dalam Maria Elena Figueroa (2006)

mengatakan faktor yang mempengaruhi tingkat adopsi suatu tehnologi baru,

sebagai berikut : (1) karakteristik inovasi ; (2) ukuruan keputusan adopter ; (3)

karakteristik sistem sosial ; (4) saluran komunikasi ; (5) promosi agen perubahan.

Rogers (1983) juga mengatakan bahwa karakteristik inovasi (kelebihan,

kesesuaian, kerumitan, dapat diuji coba dan dapat diamati), hal ini sangat

menentukan tingkat suatu adopsi daripada faktor lain, yaitu berkisar antara 49 sampai

(27)

sosial dan (4) usaha yang intensif dari agen perubahan, hal ini dapat dilihat pada

gambar berikut :

Determinants of the Rate of Adoption

of New Technology

1. Attributes of the Innovation

• Relative advantage

• Compatibility

• Complexity

• Trialability (Divisibility) • Observability (Comm.)

2.Locus of Decision (Adopter)

3. Nature of Social System

Gambar 2.1. Faktor yang mempengaruhi tingkat adopsi

Rogers (1983) menjelaskan dalam menerima suatu inovasi ada beberapa

tipologi penerima adopsi yang ideal yaitu : (1) Inovator adalah orang yang menerima

segera/kreatif, (2) early adopter adalah penerima dini, (3) early majority adalah

mayoritas dini, (4) late majority adalah mayoritas belakangan, dan (5) laggard adalah

tradisional. Rogers dalam Mc Kenzie (1997) menjelaskan dalam menerima inovasi

baru bahwa kelompok inovator hanya berkisar 2% sampai 3% saja dalam suatu

(28)

suatu populasi, untuk early majority dan late majority masing-masing 34 % dalam

suatu populasi dan untuk kelompok laggard mencapai 16 %.

0

Secara umum “Karakteristik Inovasi” dapat diartikan berdasarkan kata

“Karakteristik” dan “Inovasi”. Menurut Burhani,Ms. dan Hasbi Lawrens,

Karakteristik adalah ciri khas / bentuk-bentuk watak / karakter yang dimiliki oleh

setiap individu, corak tingkah laku, tanda khusus.

Inovasi didefinisikan sebagai suatu ide, praktek atau objek yang dianggap

sebagai sesuatu yang baru oleh seorang individu atau satu unit adopsi lain.

(29)

tehnologi, yaitu suatu desain yang digunakan untuk tindakan instrumental dalam

rangka mengurangi ketidakteraturan suatu hubungan sebab akibat dalam mencapai

suatu tujuan tertentu (Chaeruman Blog, 2008)

Berdasarkan pengertian diatas, karakteristik inovasi bisa diartikan adalah

ciri-ciri atau karakter yang dimiliki oleh suatu ide atau objek baru (ilmu pengetahuan,

tehnologi, mapun bidang pengembangan masyarakat).

Namun yang dimaksud dengan karakteristik inovasi pada pembahasan ini

adalah sifat dari diffusi inovasi, dimana karakteristik inovasi merupakan salah satu

yang menentukan kecepatan suatu proses inovasi. Terdapat beberapa faktor yang

mempengaruhi kecepatan suatu inovasi.

Rogers (1983) mengemukakan ada 5 karakteristik inovasi : (1) Realtive

Advantage atau kelebihan relatif; (2) Compatibility atau kompatibilitas (kesesuaian);

(3) Complexity atau kompleksitas (kerumitan); (4) Triability atau triabilitas (dapat di

uji coba) dan (5) Observability atau dapat diobservasi.

1. Relative Advantage atau kelebihan relatif adalah tingkat kelebihan suatu inovasi,

apakah lebih baik dari inovasi yang ada sebelumnya atau dari hal-hal yang biasa

dilakukan. Biasanya diukur dari segi ekonomi, prestise sosial, kenyamanan dan

kepuasan. Semakin besar kelebihan relatif yang di rasakan oleh adopter, maka

semakin cepat inovasi tersebut diadopsi.

2. Compatibility atau kompatibilitas adalah tingkat kesesuai dari suatu inovasi,

apakah dianggap konsisten atau sesuai dengan nilai-nilai, pengalaman dan

(30)

dan norma yang dianut oleh adopter makan inovasi baru tersebut tidak dapat

diadopsi dengan mudah oleh adopter.

3. Complexity atau kompleksitas adalah tingkat kerumitan dari suatu inovasi untuk

diadopsi, seberapa sulit memahami dan menggunakan inovasi. Semakin mudah

suatu inovasi dimengerti dan dipahami oleh adopter, maka semakin cepat inovasi

diadopsi.

4. Triability atau triabilitas adalah tingkat apakah suatu inovasi dapat di coba

terlebih dahulu atau harus terikat untuk menggunakannya. Suatu inovasi dapat

diuji cobakan pada keadaan sesungguhnya, inovasi umumnya lebih cepat

diadopsi. Untuk lebih mempercepat proses adopsi, maka suatu inovasi harus

mampu menunjukkan keunggulannya.

5. Observability atau dapat dilihat, adalah tingkat bagaimana hasil penggunaan suatu

inovasi dapat dilihat oleh orang lain. Semakin mudah seseorang melihat hasil

suatu inovasi, semakin besar kemungkinan inovasi diadopsi oleh orang atau

sekelompok orang.

2.3. Pengelolaan Air Minum Tingkat Rumah Tangga (PAM RT)

Air minum adalah air yang melalui proses pengolahan atau tanpa proses

pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum, sesuai

dengan keputusan Menteri Kesehatan No.: 907/Menkes/SK/VII/2002 tentang

(31)

Pengelolaan Air Minum Tingkat Rumah Tangga atau PAM RT adalah adalah suatu

proses pengolahan, penyimpanan dan pemanfaatan air minum dan air yang di

gunakan untuk produksi makanan dan keperluan oral lainnya seperti berkumur, sikat

gigi, persiapan makanan dan minuman bayi. PAM RT dikenal sebagai pengelolaan

air pada “tingkat pengguna” (point-of-use/POU).

Keunggulan PAM RT : (1) secara dramatis meningkatkan kualitas

bakteriologis air, (2) Secara signifikan menurunkan diare, (3) merupakan intervensi

yang paling efektif untuk air, sanitasi dan kesehatan, (4) dapat dilaksanakan secara

cepat dan dilakukan oleh masyarakat yang rentan ( Presentasi Konas PAM RT, 2008).

Yang terrmasuk dalam PAM RT adalah mencakup berbagai teknik pengolahan air

minum secara sederhana, yaitu : merebus, pemasanan matahari (sodis), filter keramik

(cheramics filter), dan Klorinasi (Chlorinase).

Rekomendasi Konas PAM RT menyatakan bahwa akses masyarakat terhadap

air minum baik kuantitas maupun kualitas masih terbatas, PAM RT sebagai salah satu

solusi alternatif dalam meningkatkan akses kualitas air minum yang memenuhi

standard kesehatan masyarakat. Salah satu komitmen bersama dalam rencana aksi

implemtasi PAM RT, adalah memperkenalkan tehnologi PAM RT baik non produk

(32)

2.3.1. Merebus

Merebus atau memanaskan air dengan bahan bakar, adalah salah satu teknik

PAM RT dan menjadi kebiasaan masyarakat Indonesia. Tehkik ini telah digunakan

sebagai disinfektan air rumah tangga sejak dahulu kala dan sangat efektif untuk

membasmi semua jenis patogen (virus, bakteri dan spora bakteri, jamur dan protozoa

serta helminth ova) (WHO, 2002). Hasil penelitian Aman Tirta (2008), saat ini banyak

sekali murid sekolah dasar di kota-kota besar, yang tidak tahu cara merebus air. Saat ini

mereka lebih mengenal dispenser dengan air mineral atapun isi ulang untuk memperoleh

air minum.

Langkah-langkah merebus air :

1. Siapkan panci yang bersih, masukkan air sesuai kebutuhan, hidupkan api (kompor), jerangkan dan tunggu sampai air mendidih

2. Setelah mendidih, biarkan dahulu selama 3 sampai 5 menit, agar kuman benar-benar mati.

3. Biarkan dalam panci atau wadah yang tertutup, setelah dingin, air siap di konsumsi.

4. Wadah penyimpanan air hendaknya yang tertutup.

Gambar 2.3. Merebus air (Sumber : dokumen pribadi, 2007)

Kelebihan :

1. Sangat efektif dalam meningkatakan kualitas air dan menjaga dari segala jenis

penyakit apabila di buat secara benar.

2. Tersedia, gampang di lakukan.

(33)

Kelemahan:

1. Biaya yang tinggi.

2. Kemungkinan terkontaminasi lagi.

3. Tidak ramah lingkungan, merusak lingkungan.

2.3.2. Solar Disinfection (Sodis)

Solas Disinfection (sodis) adalah pengolahan air dengan penyinaran matahari,

tehnik ini telah dilakukan pada zaman India kuno lebih dari 2000 tahun sebelum

masehi. Metode pengolahan ini menggunakan penyinaran UV sinar matahari juga

efek panas untuk mengnonaktifkan mikroba yang bersumber pada air. Hasil

penelitian, air yang dijemur dengan metode sodis selama 6 jam, dan telah mencapai

suhu 500C, terbukti dapat membunuh seluruh bakteri e-coli yang terkandung

didalamnya.

Langkah-langkah melakukan Sodis :

1. Sediakan botol kaca putih transparant, ukuran 2 liter atau yang lebih kecil. Bersihkan botol tersebut sebelum digunakan untuk menjemur air.

2. Setelah bersih, isi botol tersebut dengan air mentah hingga penuh kemudian tutup apat-rapat.

3. Jemur dibawah terik matahari dengan posisi seperti pada gambar (3).

4. Lama penjemuran dari pagi hingga sore, selama minimal 6 jam atau 2 hari berturut-turut bila cuaca hujan di selingi serah.

5. Air siap diminum

(34)

Kelebihan :

1. Tidak mempengaruhi warna, rasa dan bau.

2. Bahan bahan yang di gunakan umumnya gampang di dapat dan tersedia di setiap

daerah, sehingga biayanya tidak mahal.

Kelemahan :

1. Tidak bisa di gunakan untuk membuat air minum dalam jumlah yang besar.

2. Dibutuhkan air yang relative bersih/bening (turbidity <30 nephalometric turbidity

units).

3. Dibutuhkan radiasi sinar matahari, waktu yang dibutuhkan, 6 jam di bawah sinar

matahari yang terik atau sampai pada 50%, atau 2 hari berturut bila cuaca cerah

diselingi hujan.

4. Setelah di treatment bisa terjadi kemungkinan kontaminasi ulang.

5. Cara treatment nya sulit dan dibutuhkan pelatihan.

2.3.3. Keramik Filter

Keramik Filtrasi adalah tehnik pengelolaan air minum dengan

mempergunakan media keramik (terbuat dari tanah liat khusus dan sekam padi, yang

diolah secara sederhana dengan metode pembakaran), yang berfungsi sebagai

penyaring, merupakan satu teknologi tepat guna yang dikembangkan oleh Yayasan

Pelita Indonesia di Jawa Barat. Saringan keramik ini memiliki pori-pori dengan

(35)

Air yang ditampung saringan ini mengalir dengan bantuan gravitas sehingga partikel

padat dalam air juga bakteri dan kuman yang ukurannya lebih besar dari pori-pori

tersebut akan tertahan dalam pori-pori sarningan ini.

Gambar 2.5 : Filter Keramik.

Kelebihan :

1. Gampang di gunakan.

2. Meningkatkan rasa pada air.

3. Meningkatkan kebeningan air.

Kelemahan :

1. Biaya Perbaikan dan perawatan.

2. Perlu untuk mengganti saringan secara reguler.

(36)

2.3.4. Klorinasi

Klorinasi adalah proses pembubuhan klor, dilakukan untuk menjamin tidak

ada organisme patogen enterik potensial di dalam air. Klor memiliki beberapa

kualitas yang mendukung pengunaannya dalam persediaan air. Keungulan utamanya

terletak pada kenyataan bahwa klor adalah senyawa bakterisida yang sangat efektif

bila digunakan dengan kosentrasi 1-2 ppm. Dosis klor tidak boleh melebihi 1,0 mg

klor bebas/liter air. Klor juga cukup stabil dan murah (Volk dan Wheeler (1990)

dalam Mayarani H. Girsang (2007)).

Dalam penggunaan skala rumah tangga klorinasi yang dimaksud adalah

klorinasi sederhana, dimana besarnya dosis klor yang diberikan hanya diperlukan

sekitar 0,2-0,5 ppm bahkan sampai 1 ppm tanpa pengecekan selanjutnya terhadap

kadar klor yang tersisa dalam air minum (Mayarani H. Girsang, 2007)

2.3.4.1. Chlorine (Klor)

Klor adalah salah satu dari 90 elemen alam, sebagai bahan dasar dari planet

kita. Klor ditemukan pada tahun 1774, di Swedia oleh seorang pharmacist yaitu Carl

Wilhem Scheele dalam bentuk gas yang berwarna hijau kekuningan, Tahun 1810,

diberi nama chlorine oleh ahli kimia dari inggris yang bernama Sir Humphrey Davy.

Klor adalah zat kimia yang sering dipakai karena harganya murah dan masih

mempunyai daya disinfectan sampai beberapa jam setelah pembubuhannya (residu

klor). Sejak saat itu, hampir 200 tahunkKlor telah digunakan dalam berbagai

(37)

Rumah Sakit, kolam renang, restoran, dll. Semuanya berkaitan dengan Air. Selain itu

klor juga dapat mengoksidasi ion-ion logam seperti Fe, Mn dan memecah molekul

organis seperti warna.

Pada saat klor berdiri sendiri sebagai elemen bebas, bentuknya adalah gas

yang berwarna hijau kekuningan dan beratnya 2.5 kali berat udara. Pada suhu -34°C

(-29°F), klor akan berubah dalam bentuk cair (Sodium Hypochlorite – NaClO) dan

pada -103°C (-153°F) menjadi bentuk bubuk (Padat - Kaporit). Klor terdiri dari air

dan garam yang diperoleh setelah proses electricity (Lembaga Aman Tirta, 2007).

Kelebihan :

1. Pembasmi kuman yang ampuh (mikro organisme yang ada di dalam air minum)

yang ampuh.

2. Mengontrol rasa dan bau (seperti alga atau jamur, sulfur, bau-bau yang berasal

dari tumbuh-tumbuhan, dan lain-lain).

3. Mengontrol pertumbuhan Biological (bakteri dan kotoran-kotoran, jamur,

ganggang, yang biasanya tumbuh di bak-bak penampungan air, di dasar air, atau

di tempat penyimpanan air).

4. Mengontrol bahan-bahan kimia (menghancurkan hydrogen sulfide, memisahkan

ammonia, dan nitrogenous atau zat lemas, yang mengakibatkan bau yang tidak

enak, memisahkan besi dan mangaan dari air mentah.

5. Menyediakan residual untuk melindungi dari terjadinya kontaminasi ulang dan

untuk mengurangi pertumbuhan bio-film pada sistem distribusi.

(38)

Kelemahan :

1. Masa kadaluarsanya terbatas.

2. Berpotensi untuk membentuk Disinfection byproduct.

3. Dapat merusak beberapa material dan lebih sulit penyimpanannya dibandingkan

dengan ciaran kimia lainnya.

4. Kurang efektif untuk Cryptosporidium.

2.3.4.2. Pengaruh Klorinasi dalam menonaktifkan beberapa Mikro Organisme Tabel 2.1. Efek Klorinasi dalam menghilangkan Bakteri

(39)

Vibrio cholerae

Sumber : Lembaga Aman Tirta, 2007.

Tabel 2.2. Efek Klorinasi dalam menghilangkan virus

Viruses

(40)

Tabel 2.3. Efek Klorinasi dakam menghilangkan protozoa.

Sumber : (Lembaga Aman Tirta, 2007)

2.4. Larutan Pemurni “Air RahMat”

Air RahMat adalah salah satu produk pemurni air yang sudah diperkenalkan

dan direkomendasikan oleh Departemen Kesehatan Indonesia sebagai bagian dari

PAM RT. Air RahMat mengandung 1,25 % Sodium Hypochlorite, yang efektif untuk

menghilangkan mikroorganisme yang biasa mencemari air dan menyebabkan

beberapa penyakit seperti diare, kolera, disentri dan demam tipus.

Air RahMat dengan ukuran yang tepat (3 ml untuk 20 liter air) akan

menghilangkan bakteri, virus dan parasit yang terdapat dalam air. Cukup tuangkan

Air RahMat ke air yang jernih, aduk atau kocok selama 30 detik, biarkan paling

sedikit 30 menit, dan air siap untuk di minum. Air yang sudah menggunakan Air

(41)

seperti bau kaporit, namun bau kaporit tersebut bukanlah zat berbahaya karena akan

hilang dengan sendirinya sesudah didiamkan selama beberapa jam.

Pemakaian Air RahMat sangat mudah, tidak memerlukan bahan bakar, cukup

wadah yang bersih dan tertutup untuk penyimpanan, tidak perlu waktu tunggu yang

lama untuk mendinginkan dan harganya pun terjangkau. Satu botol Air RahMat berisi

100 ml, dengan harga Rp. 5.000,- per botolnya, cukup untuk memurnikan 660 liter air

atau 33 galon, yang merupakan kebutuhan air untuk keluarga dengan 4 orang per

bulan atau seharga Rp. 7,50 per liter. Keuntungan menggunakan Air RahMat adalah :

ekonomis, hemat bahan bakar, tidak memerlukan minyak tanah, gas, kayu bakar;

sehat, air terhindar dari kuman dan sisa kandungan chlorine pada Air RahMat akan

terus melindungi air dari kuman selama 2 sampai 3 hari.

Pada awalnya Air RahMat merupakan bagian program SWS USAID2, yang

bernama Program Aman Tirta yang merupakan kerjasama berbagai organisasi

masyarakat international, seperti John Hopkins University untuk komunikasi

perubahan perilaku, Care International untuk mobilisasi masyarakat. Diproduksi oleh

PT. Tanshia Consumer Products dan di distribusikan oleh PT. Ultra Salur, dipasarkan

secara luas di Indonesia sebagai produk non subsidi penuh. Air RahMat merupakan

merek dagang yang mengandung arti “RAH adalah Murah” ; M adalah mudah” ;

dan “ AT adalah Sehat”. Air RahMat telah terdaftar secara resmi di Departemen

Kesehatan sebagai produk aman dengan nomor 205092500647 dan telah di sertifikasi

oleh Majelis Ulama Indonesia atau MUI dengan nomor #0120038300206# .

2

(42)

Gambar 2.6 : Pemurni Air RahMat

Penelitian BBTKL terhadap sisa klor (residu klor) dalam air yang

menggunakan Air RahMat, dengan waktu tunggu minimal 30 menit adalah 1,25 ppm,

dengan perhitungan :

V1 x K1 = V2 x K2 0,5 x 1,25 % = 500 x K2 K2 = 0,5 x 1,25 / 5000 K2 = 0,000125 % K2 = 1,25 ppm

Bila waktu tunggu lebih dari 30 menit atau semakin lama waktu tunggu maka klor

akan menguap, sisa klor yang tertinggal dalam air adalah 0,2 – 0,8 ppm, angka ini

akan semakin berkurang apabila waktu tunggu lebih lama dan kualitas air banyak

mengandung E-coli, sehingga kandungan klor yang tersisa masih sesuai nilai baku

mutu klor yang ditetapkan oleh Depkes yaitu 0,2 – 0,5 ppm.

(43)

Katagori Adopter Air RahMat

a.Early Adopter b.Midle Adopter c.Late Adopter

INOVASI BARU

Larutan Pemurni Air “Air Rahmat” (Tekhnologi Baru)

Karakteristik Inovasi

Relative Advantage = Keuntungan Compability = Kesesuaian

Complexity = Lengkap Triability = Dapat diuji cobakan

Observability = Dapat diamati

PERSUASI

Mendapatkan Air Minum Sehat dan Aman Tanpa Direbus

KEPUTUSAN ADOPSI

Berdasarkan Hasil Penelitian Lembaga

(44)

Berdasarkan kerangka pikir diatas, maka Air RahMat adalah suatu inovasi

baru dalam bidang tehnologi dan kesehatan untuk mendapatkan air minum sehat.

Untuk memperkenalkan Air RahMat dilakukan kegiatan yang persuasi yang bertujuan

mempengaruhi masyarakat agar mau mempergunakan Air RahMat, salah satunya

adalah dengan menonjolkan karakteristik inovasi dari Air RahMat itu sendiri, sebagai

bagian dari teknik persuasi, diharapkan hal ini bisa mempercepat proses inovasi yaitu

keputusan mengadopsi Air RahMat.

Hasil penelitian Aman Tirta (2008), yang dilakukan di Jakarta, Surabaya,

Bandung, Semarang, Medan dan Makasar, ternyata ada 3 klasifikasi adopter, yaitu

early adopter, middle adopter dan late adopter, dengan kreiteria masing-masing

adopter, seperti terlihat pada gambar berikut :

Evaluation of Air RahMat January 2008 Page 11 Confidential & Proprietary Copyright © 2007 The Nielsen Company Confidential & Proprietary Copyright © 2007 The Nielsen Company

Respondent Segmentation - Adoptiveness

Base : All Respondents (n=2,029 I N=13,726,000) Late Adopter

A question is asked to our Omnibus respondents to measure their adoptiveness towards new product / information. Result shows that around half of our respondents are interested towards new things, although some of them do not necessarily always try new product. This can be considered as a good indication, since Air RahMat is also a new and innovative product.

I usually try new things, but not always try new

product I rarely spend time to

try new things. I know

(45)

Pada gambar 2.7. dapat dijelaskan kriteria adopter, yaitu : early adopter

adalah orang yang suka mencoba hal-hal baru, suka mencoba produk baru dan selalu

menyampaikan informasi tersebu kepada orang lain. Middle adopter adalah

orang-orang yang suka mencoba hal baru, tetapi tidak mencoba produk baru, sedangkan late

adopter adalah orang-orang yang tidak mau membuang-buang waktu untuk mencoba

hal-hal baru, mereka tahu apa yang mereka mau, sehingga tidak perlu mencoba

produk baru.

Oleh karenanya diperlukan suatu penelitian kualitatif yang mampu menggali

dan menjelaskan fenomena yang ada pada 3 klasifikasi penerima inovasi (early,

middle dan late adopter), sehingga mereka memutuskan menggunakan Air RahMat

(46)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian yang menggunakan metode kualitatif,

dilakukan dengan mendeskripsikan atau menggambarkan serta menjelaskan

fenomena yang terjadi dilapangan pada 3 klasifikasi adopter (early adopter, middle

adopter dan late adopter). Fenomena yang ingin diketahui dan dijelaskan adalah

terkait dengan pengaruh karakteristik inovasi dalam menggunakan larutan pemurni

Air RahMat pada pengelolaan air minum tingkat rumah tangga.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian.

Penelitian di lakukan di Kota Medan, khususnya daerah intervensi program

Aman Tirta yaitu Kecamatan Medan Labuhan, tepatnya Kelurahan Nelayan Indah,

Kecamatan Medan Maimun di Kelurahan Aur dan Kelurahan Kampung Baru, serta di

Kecamatan Medan Polonia di Kelurahan Sari Rejo. Di lokasi ini program Aman Tirta

memperkenalkan alternatif baru dalam PAM RT, dengan penggunaan tehnologi

produk jadi Air RahMat.

Lokasi penelitian ini juga merupakan daerah miskin perkotaan yang sarat

permasalahan sanitasi dan kesehatan lingkungan, khususnya yang berkaitan dengan

(47)

Wilayah Nelayan Indah merupakan daerah sub urban3, sedangkan 3 kelurahan

lainnya Kelurahan Aur, Kampung Baru dan Sari Rejo merupakan daerah urban4.

Alasan lain, sejak diperkenalkannya inovasi baru dalam hal menggunakan

larutan pemurni Air RahMat, dari tahun 2006 sampai dengan tahun 2009, jumlah

adopter di Kota Medan hanya 0,5 % saja (Lembaga Aman Tirta, 2008).

Waktu penelitian ini dimulai dengan pengusulan judul penelitian, penelusuran

daftar pustaka, persiapan proposal penelitian, sampai dengan laporan akhir,

diharapkan selesai selama 6 (enam) bulan, dimulai dari minggu ke-I Januari 2009

sampai dengan minggu ke-II Juni 2009.

3.3. Pemilihan Informan

Informan adalah adopter (penerima inovasi) dalam menggunakan larutan

pemurni air ”Air RahMat” untuk mendapatkan air minum sehat. Adopter pada

penelitian ini kategorikan dalam 3 (tiga) kategori adopter, yaitu early, middle dan late

adopter. Hal ini sesuai dengan kerangka pikir yang sudah digambarkan peneliti

sebelumnya, bisa dilihat pada halaman 22 dan penjelasan peneliti tentang hasil

penelitian Aman Tirta pada tahun 2008 yang tertulis pada halaman 23.

Berdasarkan hal itulah Peneliti membuat kriteria masing-masing adopter, yaitu :

Informan Early adopter adalah orang mendapatkan informasi tentang Air Rahmat

dari tahun 2005 sampai tahun 2006, menggunakan Air RahMat dari tahun 2006

3

Daerah yang penduduknya jarang, biasanya terletak dipinggiran kota. 4

(48)

sampai saat ini, aktif mensosialisasikan Air RahMat kepada masyarakat terutama

tetangga dan keluarganya, mereka juga bertindak sebagai NTR (non tradisional

retail)5.

Informan middle adopter adalah : orang mendapatkan informasi tentang Air

Rahmat pada tahun 2007, orang menggunakan Air RahMat dari tahun 2008

sampai saat ini, ikut mensosialisasikan Air RahMat kepada masyarakat terutama

tetangga dan keluarganya, ikut dan pernah menjualAir RahMat.

Informan late adopter adalah : orang yang pernah mencoba menggunakan Air

RahMat, tetapi tidak dilanjutkan sampai saat ini, mau ikut kegiatan Air RahMat

dan kadang-kadang ikut mensosialisasikan Air RahMat.

3.3.1. Prosedur Pengambilan Informan.

Informan pada penelitian ini menggunakan snowball sampling, dimana

peneliti bertanya pada informan yang telah diwawancarai, siapa kira-kira yang dapat

direkomendasikan berkenaan dengan topik penelitian. Berdasarkan kelengkapan

data-data yang diperoleh peneliti (azas kecukupan dan kesesuaian), dan sudah

menggambarkan fenomena yang berkaitan dengan topik penelitian, maka jumlah

informan pada penelitian ini berjumlah 9 orang.

5

(49)

3.4. Metode Pengumpulan Data.

Untuk mendapatkan data lokasi penelitian dilakukan melalui data sekunder

dengan mengumpulkan informasi dari Lembaga Aman Tirta, AR Rep. dan YAKMI.

Sedangkan untuk telaah dokumen yang berkaitan dengan topik diambil dari

Kecamatan Dalam Angka tahun 2008 dan Rekomendasi Konas PAM RT.

Pengumpulan data primer dilakukan dengan observasi dilokasi, pemilihan

informan, membuat jadwal, menghubungi informan untuk meminta kesediaan waktu

informan untuk melakukan wawancara mendalam tentang topik penelitian

berdasarkan pedoman wawancara yang sudah disusun peneliti.

Peneliti memulai dari pemilihan informan early adopter yang berada di

Kelurahan Nelayan, perjalanan ke lokasi penelitian ditempuh selama 45 menit dari

pusat kota. Memasuki wilayah ini mulai terasa kekhasan daerah pinggir pantai,

peneliti merasakan suhu udara yang lebih panas di bandingkan dengan suhu udara di

pemukiman tempat tinggal peneliti, kebetulan pada saat penelitian berlangsung, Kota

Medan sedang mengalami musim panas. Sepanjang mata memandang selalu dijumpai

anak-anak yang sedang bermain-main di kanal6.

Lokasi selanjutnya di telusuri peneliti adalah Kelurahan Aur dan Kampung

Baru untuk pemilihan informan middle adopter, waktu tempuh untuk kedua lokasi ini

10 sampai 15 menit dari pusat kota, ada kekhasan lokasi yang dilihat peneliti yaitu

banyak perumahan kumuh yang terletak di bantaran sungai Deli, terlihat juga oleh

peneliti anak-anak balita sedang bermain, ada yang bertelanjang dada, tidak memakai

6

(50)

celana, tanpa alas kaki, bermain tanah di gang-gang sempit, ada juga ibu-ibu yang

sedang berbelanja di warung, memilih-milih sayur dan ikan.

Berikutnya peneliti menelusuri lokasi pemilihan informan late adopter yaitu

kelurahan Sari Rejo, waktu tempuh dari pusat kota adalah 10 menit, lain lagi

kekhasan wilayah ini yaitu banyak terdapat perumahan TNI-AU. Salah satunya

adalah Asrama Paskhas7 TNI-AU, seakan-akan wilayah ini mempunyai kewibawaan

dikarenakan sebahagian besar wilayahnya berbatasan langsung dengan Pangkalan

TNI-AU Lanud Medan, peneliti juga banyak kita menjumpai truk-truk pengangkut

anggota Paskhas, selain itu di jumpai juga penduduk yang berasal dari suku tamil8.

Ketika peneliti berkunjung ke rumah-rumah informan di ke empat lokasi,

semua informan menerima dengan tangan terbuka dan bersahabat, terlihat jelas

informan memperlihat rasa kaget dan terkejut akan kedatangan peneliti karena

sebelumnya peneliti sudah pernah membina rapport9 pada saat peneliti membantu

program Aman Tirta di wilayah tersebut.

Peneliti mendapatkan banyak hal selama melakukan penelitian ini, seluruh

informan kunci yang dikunjungi peneliti yaitu anggota komite SWS – Air RahMat

sangat membantu peneliti terutama dalam memberikan gambaran informan sesuai

dengan kriteria informan yang dibutuhkan peneliti. Informan yang terpilihpun dapat

bekerjasama dengan peneliti dalam memberikan informasi-informasi yang

dibutuhkan peneliti, sehingga penelitian berjalan sesuai yang diharapkan peneliti.

7

Pasukan Khusus TNI-AU yang lebih dikenal dengan sebutan baret orange 8

Salah satu suku yang ada di Kota Medan, biasa di sebut orang keling. 9

(51)

Gambaran wilayah penelitian dapat di lihat pada gambar berikut, yaitu

Kelurahan Nelayan Indah berada di bagian utara Kota Medan, sedangkan Kelurahan

Kampung Baru, Aur dan Sari Rejo berada di bagian selatan Kota Medan.

(52)

Ada beberapa hal menarik yang dijumpai peneliti, diantaranya peneliti

mendapatkan ada 1 orang anggota komite di wilayah Nelayan Indahu yang sampai

saat ini tidak menggunakan Air RahMat, padahal setahu peneliti beliau sewaktu

peneliti masih membantu program Aman Tirta orang ini sangat aktif dalam berbagai

kegiatan komite. Berdasarkan temuan dan keterangan dari anggota komite yang

lainnya peneliti menggolongkan ke kelompok late adopter.

Hal lain kedatangan peneliti dimanfaat para anggota komite dimasing-masing

lokasi sebagai acara reuni peneliti dengan anggota masing-masing komite, ternyata

sudah 6 bulan juga peneliti tidak berkunjung ke lokasi masing-masing.

Peneliti menjalani seluruh peristiwa dalam penelitian ini yang merupakan

rangkaian kegiatan dalam melakukan penelitian kualitatif, hal ini dilakukan agar

informasi yang didapat lebih lengkap dan mendalam sehingga dapat menggambarkan

fenomena yang ada sesuai topik penelitian.

3.4.1. Hambatan-hambatan yang dialami selama penelitian.

Proses penelitian secara keseluruhan berjalan lancar dan berlangsung sesuai

jadwal yang diharapkan, tetapi tetap saja dirasakan adanya hambatan dan kekurangan,

namun itu tidak membuat peneliti patah semangat dan menghentikan penelitian tetapi

membuat peneliti semakin bersemangat.

Dalam kunjungan lapangan dan rumah, ada beberapa lokasi dimana peneliti

merasa perlu ditemani oleh anggota komite karena letak rumah informan tidak

(53)

Saat akan melakukan wawancara, peneliti menggunakan alat perekam dan

kamera sebagai alat bantu, dimana hal ini membuat kehati-hatian informan terutama

informan late adopter, tetapi melalui penjelasan yang diberikan oleh peneliti

informan akhir mau mengerti dan kembali bersikap santai saat wawancara, peneliti

juga mengalami hambatan ketika berdiskusi, ada beberapa pertanyaaan yang

berkaitan dengan karakteristik inovasi (kesesuaian dan kerumitan) harus

diulang-ulang untuk mendapatkan jawaban-jawaban yang diinginkan peneliti.

Sementara pada informan early dan middle adopter, terlalu bersemangat

dalam berdiskusi, dimana informan (suami istri) bisa berlomba-lomba memberikan

jawaban yang membuat peneliti bingung, jawaban siapa yang akan diterima, tetapi

peneliti mencoba mengkompilasi jawaban keduanya karena memang topik penelitian

adalah rumah tangga.

Suasana pemukiman yang padat, membuat wawancara dengan informan di

kelurahan Aur dan Kampung Baru sedikit terhambat karena ributnya suasana lokasi,

suara motor dan suara pedagang yang sebentar-bentar lewat, suara anak-anak

bermain, membuat wawancara menjadi lebih panjang waktunya karena peneliti sering

tidak jelas mendengar jawaaban informan.

Wawancara dilakukan peneliti berdasarkan pedoman wawancara, dalam

pelaksanaan menggunakan alat bantu perekan dan alat tulis (pulpen dan buku).

Selanjutnya peneliti mengulangi wawancara dihari berikutnya (membuat janji

(54)

merasa informasi yang diperoleh sudah memadai dari masing-masing kelompok

adopter berdasarkan azas kesesuaian dan kecukupan.

3.5. Defenisi Operasional

Variabel yang diteliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Tabel 3.4. Defenisi Operasional

No. Variabel Materi

1. Kelebihan relatif Segala sesuatu yang diketahui dan dirasakan informan

tentang kelebihan-kelebihan (ekonomi, kesehatan, sosial dan kesukan) dalam menggunakan larutan pemurni Air RahMat. dari sisi ekonomi, kesehatan, sosial dan kesukaan.

2. Kesesuaian Hal-hal yang membuat informan menggunakan Air

RahMat, apakah terdapat kesesuaian dengan nilai-nilai, pengalaman dan kebutuhan informan.

3. Kerumitan Hal-hal dilakukan informan untuk membuat air minum

dengan Air RahMat, seberapa sulit memahami aturan-aturan yang harus dipatuhi dalam menggunakan Air RahMat.

4. Dapat diuji coba Kegiatan uji coba (sosialisasi, demo dan wet sampling)

yang dilakukan informan sebelum memutuskan untuk menggunakan larutan pemurni Air RahMat.

5. Dapat dilihat Tindakan (pengamatan) yang dilakukan informan

kepada orang yang sudah terlebih dahulu menggunakan Air RahMat (tetangga, kader, komite, toma maupun toga) yang ada di wilayahnya.

3.6. Metode Analisis Data.

Analisis data dilakukan dengan menggunakan program EZ-Text versi 3.06,

terlebih dahulu peneliti membuat traskrip wawancara yang diperoleh dari

mendengarkan berulang-ulang hasil rekaman wawancara dan catatan lapangan (field

(55)

Setelah itu peneliti mulai merancang template, diawali dengan membentuk

database baru (pengisian nama penelitian, pertanyaan terbuka, informasi informan

dan coding jika diperlukan). Langkah selanjutnya adalah memasukkan data (entering

data) sampai seluruh data selesai dimasukkan.

Selanjutnya peneliti meminta EZ-Text untuk membuat laporan menurut

informan maupun pertanyaan, untuk mempermudah analisis data peneliti mencetak

seluruh laporan yang dibutuhkan.

Analisis data dilakukan hasil cetakan laporan setiap informan berdasarkan

variabel penelitian, lalu dianalisa dan dikaji dengan membandingkan hasil

wawancara sebelumnya.

3.7. Validitas Hasil Penelitian.

Untuk menjaga validitas data, peneliti melakukan uji validitas dengan :

1. Triangulasi sumber, yaitu YAKMI10 sebagai organisasi non pemerintah yang

memperkenalkan Air RahMat di Kota Medan, juga dengan AR Rep.11, yang

bertindak sebagai koordinator NTR di Kota Medan.

2. Triangulasi metode, selain wawancara mendalam, peneliti juga melakukan

pengamatan (observasi) langsung, seperti test klorin untuk air minum yang

ada di rumah informan dan ketersediaan Air RahMat.

10

Yayasan Kesejahteraan Masyarakat Indonesia 11

(56)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. HASIL PENELITIAN

4.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian.

A. Kelurahan Nelayan Indah

Kelurahan Nelayan Indah berada didataran yang 80 persen wilayahnya

dikelilingi kanal12 dari air di paluh laut, akibatnya pada waktu-waktu tertentu

wilayah ini mengalami banjir akibat air pasang yaitu pasang perdani yang terjadi 2

kali dalam setahun (akhir tahun dan pertengahan tahun), kemudian pasang 30 tiap

akhir bulan arab, puncaknya terjadi pada pukul 14.00 sampai dengan 17.00 Wib.

Merupakan daerah sub urban terletak di Kecamatan Medan Labuhan dengan

luas wilayah 4,2 Km2. Jumlah penduduk 8.870 jiwa, jumlah rumah tangga 1.776 KK,

dengan kepadatan penduduk per Km2 2.112, yang dibagi dalam 8 lingkungan, 8 RW

dan 14 RT, mata pencaharian penduduknya adalah nelayan, pedagang, pensiunan dan

profesi lainnya.

Fasilitas kesehatan yang tersedia hanya 1 buah Pustu dengan Puskesmas

Induk adalah Puskesmas Medan Labuhan, jumlah posyandu 9. Sumber air bersih di

lokasi ini 84% bersumber dari sumur bor, sementara jumlah pelanggaan PDAM

hanya 342 rumah. Jumlah penerima BLT 1.231 rumah tangga, dan jumlah penerima

PKH 468 rumah tangga.

12

(57)

Dilokasi ini juga sudah terbentuk Komite Air RahMat, dipimpin oleh Bapak

Kamaluddin, jumlah anggota 10 orang yang mewakili dari tiap-tiap lingkungan yang

disebut Komite Air RahMat, mereka bertindak sebagai agen perubahan. Kegiatan

yang dilakukan Komite Air RahMat adalah melakukan sosialisasi terutama di

wilayahnya, melakukan home visit (kunjungan rumah) untuk meningkatkan jumlah

pengguna Air RahMat.

Data AR. Rep. dari kegiatan home visit (per Mei 2009), jumlah tetap pemakai

Air RahMat ada 240 orang, dan 64 orang pemakai baru Air RahMat, NTR berjumlah

10 orang dengan jumlah penjualan Air RahMat sebanyak 70 botol.

Pagi itu berkisar jam 10.30 wib, peneliti mulai menuju Kelurahan Nelayan

Indah, untuk melakukan wawancara di hari pertama. Dari rumah, peneliti menuju

amplas untuk masuk tol amplas, + 20 menit keluar dari tol Mabar, untuk menuju

lokasi ada beberapa kelurahan lain yang dilewati peneliti yaitu Martubung, Pekan

Labuhan, sebelah kiri peneliti melihat kantor Dinas Perikanan dan Kelautan Kota

Medan, kira-kita 10 meter, lalu berbelok kekanan memasuki gerbang selamat datang

di Kelurahan Nelayan Indah, peneliti melihat rumah-rumah panggung diatas kanal,

hutan bakau, tak ketinggalan sampah-sampah (bungkusan mie instan, bungkusan

jajanan anak-anak) terlihat terapung di pinggiran kanal, perjalanan dilanjutan dengan

melewati jembatan yang berada tepat diatas tol Medan – Belawan. Jembatan ini

(58)

Gambar 4.9. Jembatan diatas Tol Balmera menuju Perum Nelayan Indah

Setelah melewati jembatan, suasana daerah pinggir pantai sangat terasa, cuaca

yang panas, di kiri kanan jalan peneliti melihat hamparan tambak. setelah melewati

jarak 6 Km dari gerbang selamat datang, disebelah kanan peneliti menjumpai

berturut-turut pustu, kantor Lurah Nelayan Indah, dan lapangan luas yang merupakan

halaman 3 sekolah (2 SD dan 1 SMP) didepan lapangan berdiri megah bangun SMK

Perikanan Kota Medan, dalam hati peneliti berucap, memang tak salah kalau lokasi

SMK perikanan berada di wilayah ini berada dimuara laut, dan biasanya

sepengetahuan peneliti muara laut merupakan tempat berkumpulnya ikan-ikan.

Sekitar 500 meter dari kantor lurah, pada jalur jalan utama peneliti melihat

perumahan kampung nelayan, yang di sebahagian besar tempat tinggal penduduk

berbentuk rumah panggungnya, tetapi sudah banyak mengalami renovasi (kolong

(59)

sebenarnya itu adalah rumah panggung, hampir semua keadaan ini dilihat peneliti

terutama untuk perumahan yang berada di jalur jalan utama, menurut informasi yang

peneliti terima dari masyarakat setempat untuk mempermudah mencari rumah

informan adalah sebelah kiri jalan adalah Blok tunggal (Blok A sampai G),

sedangkan sebelah kanan jalan adalah Blok dobel (Blok AA sampai GG), wilayah

perumahan ini berakhir diujung benteng13.

Pertama sekali peneliti menuju rumah informan I, kelompok early adopter,

yang berada di blok GG, tepat sebelah kanan jalan kira-kira 500 meter dari kantor

lurah terdapat sebuah lapangan yang berada disebelah kanan jalan, setelah itu peneliti

menyeberangi kanal lewat titi ke dua yang terbuat dari kayu yang lebarnya 1 meter,

mengikuti lurus, masuk ke blok FF, menyeberangi titi yang terbuat dari papan,

disinilah blok GG berada, mengikuti jalan terus sampai ujung benteng, peneliti belok

kiri, setelah 3 rumah, disanalah lokasi rumah informan I.

Untuk kembali kejalan utama, peneliti melintasi jalan yang sama, menurut

keterangan informan I, di blok FF adalah informan yang sesuai untuk menjadi

informan late adopter, maka penelitipun menuju ke lokasi yang dimaksud,

sesampainya blok FF dan mendapati kanal, peneliti langsung berbelok kiri, 3 rumah

dari simpang titi adalah rumah informan yang dimaksud (late adopter).

Sampai dijalan utama, peneliti menyeberangi jalan, lalu masuk ke jalan

sebelah mesjid menuju blok A yang berada di lingkungan I, untuk bertemu dengan

informan lainnya dari kelompok early adopter, dari sebelah mesjid, mengikuti jalan

13

(60)

lurus, melewati titi kemudian peneliti berbelok kekanan dan terus, setelah itu terdapat

ujung benteng, belok kiri 4 rumah dari simpang adalah rumah informan dimaksud.

Penelusuran di hari pertama, peneliti hanya bisa menyelesaikan wawancara

dengan tiga orang informan saja, peneliti memutuskan untuk melakukan penelitian

berikutnya di hari kedua, hal ini dikarenakan hari sudah menjelas sore dan peneliti

sudah merasakan kelelahan karena udara yang cukup panas, tapi sebelumnya peneliti

singgah dulu ke rumah calon informan berikutnya untuk membuat janji wawancara.

Pada hari kedua, peneliti kembali menuju kelurahan Nelayan Indah, kali ini

peneliti menempuh jalur menuju lokasi melewati tol Tanjung Mulia, hal ini dilakukan

peneliti untuk melihat perbedaan jarak tempuh dan suasana perjalanan. Dari rumah

peneliti menuju jalan Krakatau ujung, lalu memasuki pintu tol, keluar dari tol Mabar,

melewati kelurahan Martubung dan Kelurahan Pekan Labuhan, sebelah kiri

peneliti melihat kantor Dinas Perikanan dan Kelautan Kota Medan, kira-kita 10

meter, lalu berbelok kekanan memasuki gerbang selamat datang di Kelurahan

Nelayan Indah, sama seperti hari sebelumnya begitu memasuki gerbang selamat

datang, mulai terasa suasana pinggir pantai. Peneliti langsung menuju lokasi rumah

informan di blok AA lingkungan II, tepat di depan depot air isi ulang, peneliti

berhenti disebuah kios (toko kelontong), ini adalah lokasi informan dimaksud.

Informan terakhir di Kelurahan Nelayan Indah adalah rumah informan dari

kelompok middle adopter, 10 meter dari rumah informan terdahulu, peneliti belok

(61)

Riri, masuk kedalam terus, simpang 4 pertama samping tanah lapang pos kamling,

peneliti menemukan rumah informan dimaksud.

(62)

Gambar 4.11. Peta Kelurahan Nelayan Indah

(63)

B. Kelurahan Aur

Kelurahan Aur merupakan daerah urban dengan masalah penduduk miskin

kota yang tinggi, terletak di Kecamatan Medan Maimun, sebahagian besar

wilayahnya berada di bantaran sungai Deli, sehingga lokasi ini rawan banjir kiriman

bersama lima kelurahan lainnya yang berada di kecamatan ini.

Luas wilayah 0,6 Km2. Jumlah penduduk 7.924 jiwa, jumlah rumah tangga

2.116 KK, dengan kepadatan penduduk per Km2 13.207, yang dibagi dalam 10

lingkungan, 17 RW dan 41 RT, mata pencaharian penduduknya adalah pedagang,

pensiunan dan profesi lainnya.

Fasilitas Kesehatan berupa Puskesmas Induk berada di kelurahan Kampung

Baru, dengan jarak tempuh 3 Km, posyandu 8. Sumber air bersih di lokasi ini 24%

bersumber dari sumur bor yang dibangun oleh ESP14 dan lainnya, sementara jumlah

pelanggaan PDAM hanya 1.612 rumah. Jumlah penerima BLT 494 rumah tangga,

Data AR. Rep. dari kegiatan home visit (per Mei 2009), jumlah tetap pemakai

Air RahMat ada 60 orang, dan 16 orang pemakai baru Air RahMat, NTR berjumlah 2

orang dengan jumlah penjualan Air RahMat sebanyak 16 botol.

Dari rumah peneliti menuju simpang jalan Warni, simpang lampu merah Ace

Hard Ware, berbelok kekiri, disebelah kiri jalan terlihat Istana Maimun masih berdiri

megah, terus melintasi jln. Brigjen Katamso, simpang Waspada, peneliti berbelok ke

kiri melintasi jalan Suprapto 100 meter kedepan peneliti menuruni tangga menuju

lokasi linkungan IV, begitu memasuki lokasi ini peneliti melihat padatnya

14

(64)

rumah penduduk, dan langsung menuju kerumah NTR Air Rahmat, persis di sebelah

rumah NTR tersebut terdapat bangunan sekolah MDA15 yang mempunyai 2 lokal,

berdampingan dengan mesjid, peneliti berkesempatan melihat siswa siswi MDA

sedang belajar, disudut ruang kelas peneliti juga melihat tersedianya air minum bagi

siswa siswi, ketika peneliti mengkonfirmasikannya kepada NTR, ternyata air yang

tersedia di ruang kelas itu adalah air minum yang telah diolah dengan Air RahMat

dan dikonsumsi oleh siswa siswi.

Gambar 4.12. Photo situasi lingkungan IV Kel. AUR

Keluar dari lokasi mesjid peneliti melihat ada simpang 3 yang berukuran

kecil-kecil, peneliti memilih berbelok kearah kiri untuk mencari rumah informan

(tokoh pemuda), yang juga merupakan relawan ESP, tidak susah mencari rumahnya,

karena ketika peneliti bertanya kepada ibu-ibu yang sedang berbelanja diwarung, ibu

itu langsung menunjukkannya. Selama perjalanan singkat kerumah informan, peneliti

15

(65)

menjumpai anak-anak balita sedang bermain-main mulai dari halaman mesjid sampai

ke halaman rumah informan yang berupa gang kecil dengan lebar 75 cm.

Penelitipun disambut oleh dan dipersilahkan masuk oleh istri informan, beliau

mengatakan informan yang dimaksud pada saat peneliti berkunjung tidak berada

dirumah, menurut istri informan, beliau sedang menjemput anak yang bersekolah di

pasar senen kampung baru. Tidak berapa lama istri informan menghubungi suaminya

lewat HP, dan mengatakan peneliti menunggu dirumah, penelitipun mengambil

kesempatan ini untuk mengumpulkan informasi awal yang berguna untuk menambah

hasil wawancara dengan informan nantinya. Setelah 30 menit menunggu, akhirnya

(66)

Health Service Program (HSP) Sumatera Utara

Gambar

Gambar 2.1.   Faktor  yang mempengaruhi tingkat adopsi
Gambar 2.2. Kategori Adopter
Gambar 2.4. Metode Sodis  (Sumber : Yayasan Dian Desa)
Gambar 2.5 : Filter Keramik.
+7

Referensi

Dokumen terkait

karakteristik Sosial Ekonomi Keluarga yaitu jumlah tanggungan keluarga dengan konsumsi beras rumah tangga di daerah perdesaan tetapi tidak terdapat hubungan yang

Hasil penelitian hubungan karakteristik keluarga dengan tingkat kecemasan dalam menghadapi anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa, diketahui mayoritas responden

Hasil dari penelitian menunjukan bahwa: (1) karakteristik rata-rata konsumen beras berusia 26-35 tahun dan 36-45 tahun, didominasi oleh laki-laki, dengan jumlah rata-rata

Badan Pusat Statistik tahun 2016 memiliki 8 indikator yaitu pendapatan, pengeluaran, keadaan tempat tinggal, fasilitas tempat tinggal, kesehatan anggota keluarga,