GAMBARAN PERILAKU SISWA TENTANG SEKS PRA-NIKAH
DI SMA PENCAWAN MEDAN TAHUN 2014
SKRIPSI
CRISTINA RITA PURBA
121021028
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
SKRIPSI
GAMBARAN PERILAKU SISWA TENTANG SEKS PRA-NIKAH
DI SMA PENCAWAN MEDAN TAHUN 2014
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat
OLEH :
CRISTINA RITA PURBA
121021028
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Cristina R.W. Purba
Tempat/Tanggal Lahir : Pekanbaru, 17 july 1989
Agama : Khatolik
Anak ke : 3 dari 4 bersaudara
Status Pernikahan : Belum Menikah
Nama Ayah : Alm.Ir.K. Purba
Nama Ibu : D. Saragih
Alamat : Jl. Karya kasih komplek BJM .Medan
Riwayat Pendidikan
a.Tahun 1994-1995 : TK Assisi Medan
b. Tahun 1995 – 2001 : SD Assisi Medan
c. Tahun 2001 – 2004 : SMP Santa Maria Medan d. Tahun 2004 – 2007 : SMA Negeri 4 Medan
ABSTRAK
Masalah perilaku remaja merupakan suatu bahan yang menarik untuk dibicarakan karena masa remaja merupakan suatu masa di mana seseorang mengalami berbagai perubahan baik secara fisik maupun lingkungan. Pada masa remaja, rasa ingin tahu terhadap masalah perilaku seks sangat besar sehingga remaja berusaha mencari informasi mengenai hal tersebut. Mudahnya menemukan berbagi macam informasi bisa menjadikan remaja terjebak dalam perilaku yang tidak sehat.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengetahuan ,sikap dan Tindakan remaja tentang Seks Pra-Nikah. Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif. Pada penelitian ini jumlah populasi adalah seluruh siswa SMA Pencawan Medan sebanyak 210 orang dan yang menjadi sampel yaitu sebanyak 66 orang. Teknik pengambilan sampel dengan menggunakan teknik stratified random sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner, Analisis data dilakukan dengan menggunakan statistik deskriptif (univariat).
Berdasarkan analisis penelitian ditemukan pengetahuan remaja tentang seks pra-nikah berada pada kategori baik yaitu sebanyak 48,5%. Sikap siswa mengenai seks pra-nikah ada pada kategori sedang yaitu sebanyak 90,9 % dan Tindakan siswa mengenai seks pra-nikah ada pada kategori kurang 100 %.
Dari hasil penelitian tersebut maka diharapkan pihak sekolah dan orang tua siswa/i dapat berperan aktif dalam memberikan informasi mengenai kesehatan reproduksi dan pendidikan seks pada siswa/i tersebut.
ABSTRACT
Adolescent behavior problems is an interesting material for discussion because adolescence is a period in which a person experiences a variety of changes, both physically and environmentally. In adolescence, curiosity about the sexual behavior of very large problems that teenagers trying to find information about it. Easily find the sharing of information can make teenagers trapped in unhealthy behaviors.
The purpose of this study was to determine the knowledge, attitudes and actions of adolescents Pre-Marital Sex. Type of research is descriptive research. In this study the amount of the entire population is high school students Pencawan field and as many as 210 people sampled as many as 66 people. Sampling technique using a stratified random sampling technique. The data was collected using a questionnaire, data were analyzed using descriptive statistics (univariate).
Based on the analysis of the study found adolescent knowledge about marital sex is in the good category as many as 48.5%. Students' attitudes about marital sex is no middle category is as much as 90.9% and the student action on pre-marital sex is in the category of less than 100%.
From these results it is expected that the school and the parents / i can play an active role in providing information on reproductive health and sex education on student / i is.
Keywords: Pre-Marital Sex, Teen, level of knowledge, attitude, action
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
yang berjudul “Gambaran Perilaku Siswa Tentang Seks Pra-nikah di SMA
Pencawan Medan Tahun 2014”.
Skripsi ini penulis persembahkan kepada orang tua tercinta ayahanda Alm. Ir.
K. Purba dan ibunda D. Saragih dan juga kepada kakak dan abang saya yang tiada
henti memberikan kasih sayang, selalu mendo’akan penulis dan selalu memberikan
bimbingan, arahan serta motivasi kepada penulis dalam membuat skripsi ini.
Selanjutnya tidak lupa juga penulis mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada:
1. Dr. Drs. Surya Utama, M.S, selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara.
2. Drs. Tukiman, MKM selaku Ketua Departemen Pendidikan Kesehatan dan
Ilmu Perilaku Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
3. Dr.Namora Lumongga Lubis, MSc, PhD selaku Dosen Pembimbing I dan,
Drs.AlamBaktiKeloko, M.Kesselaku dosen pembimbing II yang telah banyak
meluangkan waktu dan memberikan bimbingan hingga selesainya skripsi ini.
4. Dr. Drs.R.KintokoRochadi.MKM dan Drs. Eddy Syahrial, MS selaku dosen
penguji.
5. Ir. Indra Cahaya, Msi, selaku Dosen Pembimbing Akademik.
6. Seluruh Dosen serta Staf Fakultas Kesehatan Masyarakat USU, khususnya
Dosen dan Staf Departemen Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku yang
telah memberikan bekal ilmu kepada penulis selama mengikuti perkuliahan
7. Bapak Warsito yang telah banyak membantu dalam penyelesaian skripsi ini
dalam hal segala urusan yang terkait surat menyurat di Depertemen
8. Kepala Sekolah SMA Pencawan Medan, Staf Tata Usaha yang telah
membantu dalam memperoleh data penelitian dan siswa-siswi SMA
Pencawan yang telah bersedia menjadi responden dalam penulisan skripsi ini.
9. Kakak-kakak dan Abang-abang tersayang Santi Purba, Benny Purba, Frengky
Purba ,Adi Harefa,dan keponakan tersayang Chevy dan Charoline Harefa.
10.Untuk sahabat- sahabat terbaikku Ira waty Gultom, Christine Simamora, Iwan
P, Esfrin Tarigan, Lisa Febrina, Martin Panjaitan yang selalu memberikan
semangat dan dukungan kepada penulis.
11.Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah
memberikan banruan dalam penyusunan skripsi ini.
Dalam penulisan skripsi ini, penulis telah berusaha semaksimal mungkin.
Namun demikian, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan. Untuk itu, penulis menerima kritik dan saran yang bersifat
membangun agar kedepannya menjadi lebih baik.
Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita
semua.
Medan, Oktober 2014
DAFTAR ISI
HALAMAN PERSETUJUAN
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... vii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1.Latar Belakang ... 1
1.2.Perumusan Masalah ... 8
1.3.Tujuan Penelitian ... 8
1.3.1. Tujuan Umum ... 8
1.3.2. Tujuan Khusus ... 8
1.4.Manfaat Penelitian ... 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 10
2.1. Defenisi Perilaku ... 10
2.2. Remaja ... 17
2.3. Perilaku Seksual Remaja... 18
2.4. Kesehatan Reproduksi ... 21
2.5. Hubungan Seksual Pra-Nikah ... 22
2.6. Dampak dari Melakukan Hubungan Seksual Pra-Nikah ... 25
2.8. Keluarga ... 29
2.9.Kelompok Sebaya ... 30
2.10. Kerangka Konsep ... 31
BAB III METODE PENELITIAN ... 32
3.1. Jenis Penelitian ... 32
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 32
3.2.1. Lokasi Penelitian ... 32
3.2.2. Waktu Penelitian ... 33
3.3. Populasi dan Sampel ... 34
3.3.1. Populasi ... 34
3.3.2. Sampel ... 34
3.4. Metode Pengambilan Data ... 34
3.4.1. Data Primer ... 34
3.4.2. Data Sekunder ... 34
3.5. Tehnik Pengolahan dan Analisa Data ... 35
3.5.1. Pengolahan Data ... 35
3.5.2. Analisis Data ... 35
3.6. Defenisi Operasional ... 35
3.7. Aspek Pengukuran dan Instrumen ... 36
3.7.1.Aspek Pengukuran ... 37
BAB IV HASIL PENELITIAN ... ... 39
4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian... 39
4.2. Faktor Internal Dari Karakteristik... 39
4.3. Faktor Eksternal Dari Sumber Informasi... 40
4.4. Pengetahuan Tentang Seks Pra-Nikah... 41
4.5.Kategori Tingkat Pengetahuan... 46
4.6.Sikap Tentang Seks Pra-Nikah... 47
4.7. Kategori Tingkatatan Sikap... 50
4.8.Tindakan Tentang Seks Pra-Nikah... 51
4.9.Kategori Tingkatatan Tindakan... 54
BAB V PEMBAHASAN ... 55
5.1 Pengetahuan Remaja Tentang Seks Pranikah... 55
5.2 Sikap Remaja Tentang Seks Pranikah ... 57
5.3 Tindakan Remaja tentang seks pra-Nikah... 60
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 62
6.1 kesimpulan ... 62
6.2 Saran ... 63
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
- Kuesioner (Instrumen Penelitian)
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Karakteristik Jenis
Siswa di SMA Pencawan Medan Tahun 2014 ... 39 Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Karakteristik Umur Siswa di SMA
Pencawan Medan Tahun 2014 ... 40 Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Karakteristik Uang Saku Siswa di
SMAPencawanMedanTahun2014 ... 40 Tabel 4.4 Distribusi Responden Berdasarkan Sumber Informasi ... 40 Tabel 4.5. Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Tentang Pengertian
Kesehatan Reproduksi di SMA Pencawan Medan Tahun 2014 ... 41 Tabel 4.6 Distribusi Responden Berdasarkan Pengenalan Dasar Tentang
Kesehatan Reproduksi di SMA Pencawan Medan Tahun 2014 ... 41 Tabel 4.7 Distribusi Responden Berdasarkan Membahayakan Kesehatan
Reproduksi di SMA Pencawan Medan Tahun 2014 ... 42 Tabel 4.8 Distribusi Responden pengertian hubungan seksual di SMA
Pencawan MedanTahun2014 ... 43 Tabel 4.9 Distribusi Responden yang tergolong dalam aktivitas seksual di
SMA Pencawan Medan Tahun 2014 ... 43 Tabel 4.10 Distribusi Responden Pengertian Aborsi di SMA Pencawan Medan
Tahun 2014 ... 44 Tabel 4.11 Distribusi Responden Tentang Pengetahuan kasus Aborsi pernah
terjadi di SMA Pencawan Medan Tahun 2014 ... 44 Tabel 4.12 Distribusi Responden Pengetahuan Tentang Jenis Penyakit Menular
Seksual di SMA Pencawan Medan Tahun 2014 ... 45 Tabel 4.13 Distribusi Responden Pengetahuan Kasus Pernah Terjadi Tentang
Jenis Penyakit Menular Seksual di SMA Pencawan Medan Tahun
2014 ... .45 Tabel 4.14 Distribusi Responden Pengetahuan Untuk Menghindar Perilaku
Seks diSMA Pencawan Medan Tahun 2014 ... 46 Tabel 4.15 Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Tingkatan
Pengetahuan ... 47 Tabel 4.16 Distribusi Responden Berdasarkan Sikap Tentang Seks Pra-Nikah
di SMA Pencawan Medan Tahun 2014 ... 46 Tabel 4.17 Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Tingkatan Sikap ... 50 Tabel 4.18 Distribusi Responden Tentang Tindakan Perilaku Seks di SMA
Pencawan Medan Tahun 2014 ... 51 Tabel 4.19 Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Tingkatan Tindakan ... 54
ABSTRAK
Masalah perilaku remaja merupakan suatu bahan yang menarik untuk dibicarakan karena masa remaja merupakan suatu masa di mana seseorang mengalami berbagai perubahan baik secara fisik maupun lingkungan. Pada masa remaja, rasa ingin tahu terhadap masalah perilaku seks sangat besar sehingga remaja berusaha mencari informasi mengenai hal tersebut. Mudahnya menemukan berbagi macam informasi bisa menjadikan remaja terjebak dalam perilaku yang tidak sehat.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengetahuan ,sikap dan Tindakan remaja tentang Seks Pra-Nikah. Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif. Pada penelitian ini jumlah populasi adalah seluruh siswa SMA Pencawan Medan sebanyak 210 orang dan yang menjadi sampel yaitu sebanyak 66 orang. Teknik pengambilan sampel dengan menggunakan teknik stratified random sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner, Analisis data dilakukan dengan menggunakan statistik deskriptif (univariat).
Berdasarkan analisis penelitian ditemukan pengetahuan remaja tentang seks pra-nikah berada pada kategori baik yaitu sebanyak 48,5%. Sikap siswa mengenai seks pra-nikah ada pada kategori sedang yaitu sebanyak 90,9 % dan Tindakan siswa mengenai seks pra-nikah ada pada kategori kurang 100 %.
Dari hasil penelitian tersebut maka diharapkan pihak sekolah dan orang tua siswa/i dapat berperan aktif dalam memberikan informasi mengenai kesehatan reproduksi dan pendidikan seks pada siswa/i tersebut.
ABSTRACT
Adolescent behavior problems is an interesting material for discussion because adolescence is a period in which a person experiences a variety of changes, both physically and environmentally. In adolescence, curiosity about the sexual behavior of very large problems that teenagers trying to find information about it. Easily find the sharing of information can make teenagers trapped in unhealthy behaviors.
The purpose of this study was to determine the knowledge, attitudes and actions of adolescents Pre-Marital Sex. Type of research is descriptive research. In this study the amount of the entire population is high school students Pencawan field and as many as 210 people sampled as many as 66 people. Sampling technique using a stratified random sampling technique. The data was collected using a questionnaire, data were analyzed using descriptive statistics (univariate).
Based on the analysis of the study found adolescent knowledge about marital sex is in the good category as many as 48.5%. Students' attitudes about marital sex is no middle category is as much as 90.9% and the student action on pre-marital sex is in the category of less than 100%.
From these results it is expected that the school and the parents / i can play an active role in providing information on reproductive health and sex education on student / i is.
Keywords: Pre-Marital Sex, Teen, level of knowledge, attitude, action
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Masa Remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa
dewasa. Batasan usia remaja menurut WHO adalah mereka yang berusia 10-19
tahun, sementara PBB menyebut anak muda untuk usia 15-24 tahun. Batasan ini
kemudian disatukan dalam terminalogi kaum muda yaitu usia 10-24 tahun
(Killbourne et. All, 2000).
Pada masa peralihan tersebut, terjadi perubahan fisik yang cepat pada
remaja termasuk perubahan dan perkembangan organ-organ seks yang sering tidak
seimbang dengan perkembangan mental emosionalnya. Hal ini kerap membuat
remaja bingung dan mengalami masalah-masalah dalam kehidupan seksualnya,
terlebih jika tidak ada bimbingan dan dukungan dari orang tuanya (Depkes RI, 2004).
Pembicaraan tentang seks sangatlah menarik, apalagi dalam kehidupan
masyarakat yang penuh nilai-nilai kehidupan Timur yang didominasi oleh
ajaran-ajaran agama dan budaya. Di dalam masyarakat tersebut telah diatur tingkah laku
seksual atau nilai-nilai yang berhubunhan dengan seks secara normatif. Konsep seks
normatif adalah nilai-nilai yang telah terinsitutisional dalam kehidupan masyarakat
dan konsep ini yang dipandang sebagai etnik masyarakat dalam memperlakukan seks
Pada dasarnya perilaku seksual dapat dikelompokkan menjadi empat
kategori yaitu : berciuman, berpelukan, bercumbu dan berhubungan badan. Sebagian
besar perilaku seksual remaja dapat dilakukan di rumah, di rumah kos, di lingkungan
sekitar sekolah dan di tempat-tempat lainnya seperti di hotel, losmen dan tempat
penginapan lainnya. Bahkan ada juga yang melakukan nya di dalam mobil pada
waktu jalan-jalan.sekarang banyak remaja yang telah melakukan hubungan seks
sebelum dia menikah. Ada yang sudah melakukannya ketika masih SMP dan ada pula
yang melakukannya pada waktu SMA.
Dalam 20 tahun terakhir,terdapat peningkatan besar jumlah gadis remaja
yang pernah berhubungan kelamin. Beberapa penelitian tentang seksualitas remaja
dilakukan di Inggris, A.S, Kanada, dan Australia dalam dua dekade belakangan.
Tampak semakin banyak gadis remaja aktif secara seksual dan berhubungan kelamin
pada usia lebih dini. Penelitian terbaru menunjukkan, sekitar 17% gadis remaja
berhubungan kelamin sebelum usia 16 tahun, dan ketika mencapai usia 19 tahun, tiga
perempat gadis remaja pernah sekurang-kurangnya satu kali berhubungan kelamin
(Derek Llewellyn-Jones, 2005).
Kebanyakan gadis remaja di Inggris atau pasangan mereka menyadari
kemungkinan kehamilan dan menggunakan beberapa bentuk kontrasepsi. Bukti dari
penelitian di Inggris mengenai pengguguran kandungan tidaklah meluas di antara
gadis remaja seperti yang sering diakui. Hampir 2% dikatakan pernah aborsi.
Informasi yang di peroleh dari A.S kurang memuaskan. Lebih dari 9% remaja hamil,
lebih dari satu juta kehamilan terjadi setiap tahun di antara 3,5 juta gadis remaja yang
aktif secara seksual dan tidak menikah (Derek Llewellyn-Jones, 2005).
Ketidaktahuan remaja mengenai seks tersebut dapat dilihat dari penelitian
yang dilakukan Synovate sebuah perusahaan yang bergerak dibidang jasa dan
pemasaran atas nama DKT Indonesia, pada tahun 2004 terhadap 450 remaja dari
Jakarta, Bandung, Surabaya dan Medan membuktikan remaja tersebut tidak
mempunyai pengetahuan khusus serta komzperhensif mengenai seks. Sebesar (35%)
informasi di peroleh dari teman, (22%) dari film porno,(11%) dari buku, (8%) dari
orang tua dan selebihnya dari pacar, televisi, sekolah, pengalaman maupun film di
bioskop dan tentang perilaku seks remaja (15-24 tahun), (44%) responden mengaku
mereka sudah pernah punya pengalaman seks di usia 16-18 tahun. Sementara 16%
lainnya mengaku pengalaman seks itu sudah mereka dapat antara usia 13-15 tahun
(BKKBN, 2004) dikutip Apulina 2008.
Hasil beberapa survey (di kutip dari Ahmad 2007), seperti tahun 2002
dilakukan penelitian oleh BKKBN di enam kota di Jawa Barat tahun menyebutkan
39,65% (artinya 4 dari 10) remaja pernah berhubungan seks sebelum menikah.
Bahkan menurut survey yang pernah dimuat di detik.com tahun 2007 sebanyak
22,6% remaja Indonesia menganut seks bebas.
Aktifitas seks pra-nikah di kalangan Remaja dan pelajar dari tahun ke
tahun tidak pernah menurun, bahkan sebaliknya terus mengalami peningkatan.
Banyak kasus yang terjadi di berbagai daerah seperti yang di kutip oleh Susanto, dkk
senior Pusat Penelitian Kependudukan UGM menyatakan bahwa pada tahun 2000
terdapat sebanyak 700 orang remaja dan pelajar putri yang hamil di luar nikah datang
ke Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) Yogyakarta untuk
berkonsultasi tentang masalah kehamilan mereka. Secara nominal, angka itu tentu
mengejutkan karena jumlah itu belum terhitung bagi mereka yang tidak hamil, tetapi
melakukan hubungan seksual. Seperti di gambarkan dari hasil penelitian yang di
lakukan oleh LPM Manunggal UNDIP Semarang pada Februari 2003 yang hasilnya
aktivitas yang dilakukan saat pacaran : ngobrol 6,89%, pegangan tangan 11,63%,
kissing 44,8%, necking 9,77%, petting 8,84% intercouse 15,58% dan lainnya 2,32%
(Asti, 2005).
Akibat yang tidak di kehendaki apabila remaja melakukan hubungan
seksual Pra-Nikah akan mengakibatkan kehamilan di luar Nikah dan apabila terlalu
dini akan berdampak kanker mulut rahim ( Eni Kusmiran, 2011).
Medan sebagai ibukota provinsi Sumatera Utara termasuk kota nomor
tiga terbesar di Indonesia, bahkan sudah menjadi metropolitan. Sangat tinggi
berpotensi budaya free sex sama seperti kota-kota besar, seperti Jakarta, Bandung,
dan lainnya (Profil Kesehatan Kota Medan, 2005).
Hasil monitoring sebuah Yayasan Kelompok Kerja Sosial Perkotaan
(KKSP) bekerjasama dengan Pusat Pendidikan dan Informasi Hak Anak di Medan,
diperkirakan 1500 remaja di Medan terlibat bisnis pelacuran, baik karena kemauan
kemudian untuk kesenangan tidak dalam kerangka ketidakaktifan sebanyak 20% dan
yang ikut-ikutan sebanyak 35% (Ikhwan, 2007 dalam Apulina 2008).
Dari penelusuran Tim Pusat Kajian dan Perlindungan Anak (PKPA)
terhadap anak sekolah di Medan, di satu sekolah sudah terdapat rata-rata 10-15 anak
per kelas yang sudah membisniskan diri dan selanjutnya membantu temannya
membisniskan keperawanannya. Ada beberapa faktor pemicu yang menyebabkan
remaja melakukan hubungan seks di luar nikah, yaitu karena dia sudah terlanjur tidak
perawan lagi, desakan ekonomi, untuk bayar uang sekolah, pengaruh narkoba, dan
akibat menonton VCD porno.
Menurut penelitian yang dilakukan Helga (2008) di SMU Methodist 1
Medan terhadap 100 orang siswa, diketahui 5 orang siswa (5%) menyatakan pernah
melakukan hubungan seks di luar nikah, dan Wahyuni (2007) di SMK Negeri 8
Medan yang meneliti dengan responden sebanyak 102 orang siswa, diketahui 8 orang
siswa (8%) telah melakukan hubungan seksual di luar nikah. Untuk mengurangi
tinginya angka perilaku seks di luar nikah pada remaja perlu adanya pendidikan seks.
Namun pelaksanaannya, terkendala karena pengaruh budaya masyarakat Indonesia
yang masih menganggap seks itu adalah hal alamiah yang akan diketahui dengan
sendirinya setelah remaja menikah sehingga dianggap tabu untuk dibicarakan secara
terbuka (Mu’tadin, 2002, dikutip Apulina, 2008).
Berdasarkan hasil survey awal bahwa SMA Pencawan Medan dekat
dengan daerah stimulus seperti Hotel, Oukup, dan Cafe yang berada di jalan medan
Pencawan masuk ke oukup yang berada di sekitaran sekolah dengan menggunakan
seragam sekolah.Oukup x merupakan salah satu tempat yang banyak di datangi siswa
SMA Pencawan. Menurut dari keterangan informan bahwa siswa SMA
menyalahgunakan oukup ini menjadi tempat untuk melakukan perilaku seks yaitu
seperti berciuman, berpegangan tangan, berpelukan dan ada sampai berhubungan
badan.Lokasi ini sangat sangat jauh dari pemantauan guru-guru SMA Pencawan
Medan sehingga siswa sangat mudah untuk melakukan tindakan seks bebas.
Bukan hanya itu Para siswa dan siswi juga memperoleh informasi tentang
sex yang salah, baik dari DVD ataupun VCD dan juga majalah porno maupun media
HP yang semakin canggih sekarang ini sangat berpotensi mengarahkan siswa SMA
tersebut ke arah pengetahuan seks yang salah.
Dari observasi dan wawancara peneliti di SMA Pencawan Medan pada
bulan Juni 2014 kepada guru sekolah, guru BP serta satpam, didapat bahwa di
sekolah mereka kasus kehamilan di luar nikah selalu terjadi setiap tahun dengan
persentase yang berbeda setiap tahunnya. Menurut guru BP, kasus kehamilan di luar
nikah yang terjadi di sekolah mereka selalu terjadi setiap tahun, namun beliau tidak
bisa mengatakan berapa persentase kejadiannya, di karenakan kasus tersebut baru
bisa diketahui ketika salah satu siswi mereka yang harus keluar karena hamil di luar
nikah ataupun keluar dari sekolah, itu pun kebanyakan berasal dari teman siswinya
yang lain, namun selalu ada. Pihak sekolah langsung menindak tegas kejadian
kehamilan di luar nikah yang terjadi pada siswi mereka, karena itu dianggap kejadian
mereka nantinya setelah di keluarkan. Namun, sebegitu kerasnya peraturan yang di
buat sekolah untuk mengatasi hal itu, tetap tidak dapat mengurangi frekuensi kejadian
kehamilan di luar nikah yang kerap terjadi setiap tahun.
Adapun peran guru dalam upaya untuk mencegah angka kehamilan di
luar nikah para siswa adalah dengan sebatas mengingatkan untuk tidak
berpacar-pacaran dahulu apabila masih sekolah. Dan menurut guru BP mengatakan kalau
beliau sangat sepakat seandainya ada penelitian yang akan menggambarkan
pengetahuan ataupun sikap siswanya seputaran seks, agar nantinya dapat di putuskan
rantai kejadian kehamilan di luar nikah.
Sementara itu, hasil observasi komparasi yang di lakukan peneliti di
sekolah SMA Negri 17 yang terletak di jalan besar Pancurbatu dengan melakukan
wawancara kepada penjaga sekolah (bang ucok), diketahui bahwa kelakuan
menyimpang para siswa tidak terletak kepada perilaku seks tetapi lebih mengarah ke
kasus bolos sekolah,rokok,dan narkoba.
Beranjak dari pemaparan di atas, peneliti mengannggap perlu untuk
menegetahui bagaimana sebenarnya perilaku siswa di SMA Pencawan Medan tentang
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah di kemukakan di atas, maka yang
menjadi permasalahan adalah bagaimana Gambaran Perilaku Siswa Tentang Seks
Pra-Nikah di SMA Pencawan Medan Jln. Bunga Ncole 50 Kemenangan Tani Medan
Tuntungan Tahun 2014
1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran pengetahuan, sikap,
tindakan siswa tentang Perilaku seks pra-nikah.
1.3.2 Tujuan Khusus
Berdasarkan tujuan umum di atas, maka tujuan khusus yang ingin di capai
pada penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui gambaran pengetahuan siswa tentang Perilaku seks
pra-nikah.
2. Untuk mengetahui gambaran sikap siswa tentang Perilaku seks pra-nikah
3. Untuk mengetahui gambaran tindakan siswa tentang Perilaku seks
1.4 Manfaat Penelitian
1. Sebagai masukan bagi pihak sekolah agar dapat mengenalkan pendidikan
seks pada siswa dan siswinya.
2. Sebagai masukan bagi pihak-pihak yang membutuhkan baik dari kalangan
akademis dan peneliti.
3. Sebagai masukan bagi pelakasana pelayanan kesehatan sekolah agar dapat
memberikan dan mengenalkan pendidikan seks remaja kepada anak didik.
4. Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kesahatan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Defenisi Perilaku
Perilaku adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang
mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain: berjalan, berbicara, menangis,
tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca, dan sebagainya. Dari uraian ini dapat
disimpulkan bahwa yang dimaksud perilaku manusia adalah semua kegiatan atau
aktivitas manusia, baik yang diamati langsung, maupun yang tidak dapat diamati oleh
pihak luar (Notoatmodjo, 2003).
Green mencoba menganalisis perilaku manusia berangkat dari tingkat
kesehatan. Bahwa kesehatan seseorang dipengaruhi oleh 2 faktor pokok, yaitu faktor
perilaku (behavior causes) dan faktor diluar perilaku (non behavior causes).
Faktor perilaku ditentukan atau dibentuk oleh :
1. Faktor predisposisi (predisposing factor), yang terwujud dalam pengetahuan,
sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai dan sebagainya.
2. Faktor pendukung (enabling factor), yang terwujud dalam lingkungan fisik,
tersedia atau tidak tersedianya fasilitas-fasilitas atau sarana-sarana kesehatan,
misalnya puskesmas, obat-obatan, alat-alat steril dan sebagainya.
3. Faktor pendorong (reinforcing factor) yang terwujud dalam sikap dan perilaku
petugas kesehatan atau petugas lain, yang merupakan kelompok referensi dari
WHO menganalisis bahwa yang menyebabkan seseorang berperilaku
tertentu adalah :
1. Pemikiran dan perasaan (thougts and feeling), yaitu dalam bentuk pengetahuan,
persepsi, sikap, kepercayaan dan penilaian seseorang terhadap objek (objek
kesehatan).
(1) Pengetahuan diperoleh dari pengalaman sendiri atau pengalaman orang lain.
(2) Kepercayaan sering atau diperoleh dari orang tua, kakek, atau nenek.
Seseorang menerima kepercayaan berdasarkan keyakinan dan tanpa adanya
pembuktian terlebih dahulu.
(3) Sikap menggambarkan suka atau tidak suka seseorang terhadap objek. Sikap
sering diperoleh dari pengalaman sendiri atau orang lain yang paling dekat.
Sikap membuat seseorang mendekati atau menjauhi orang lain atau objek lain.
Sikap positif terhadap tindakan-tindakan kesehatan tidak selalu terwujud
didalam suatu tindakan tergantung pada situasi saat itu, sikap akan diikuti oleh
tindakan mengacu kepada pengalaman orang lain, sikap diikuti atau tidak
diikuti oleh suatu tindakan berdasar pada banyak atau sedikitnya pengalaman
seseorang.
2. Tokoh penting sebagai Panutan. Apabila seseorang itu penting untuknya, maka
apa yang ia katakan atau perbuat cenderung untuk dicontoh.
3. Sumber-sumber daya (resources), mencakup fasilitas, uang, waktu, tenaga dan
4. Perilaku normal, kebiasaan, nilai-nilai dan penggunaan sumber-sumber didalam
suatu masyarakat akan menghasilkan suatu pola hidup (way of life) yang pada
umumnya disebut kebudayaan. Kebudayaan ini terbentuk dalam waktu yang lama
dan selalu berubah, baik lambat ataupun cepat sesuai dengan peradapan umat
manusia (Notoatmodjo, 2003).
Menurut Benyamin Bloom, Perilaku merupakan hal yang sangat kompleks
dan mempunyai bentangan yang sangat luas. Untuk itu maka Benyamin Bloom
membagi Perilaku tersebut menjadi 3 bagian yaitu: Pengetahuan, Sikap, dan tindakan.
a. Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang
terhadap objek melalui indera yang dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan
sebagainya). Sebagian besar pengetahuan seseorang diperoleh melalui indera
pendengar dan indera penglihatan. Secara garis besar, tingkatan pengetahuan
dibagi menjadi 6 bagian yaitu:
1. Tahu (know) diartikan sebagai recall (memanggil) memori yang telah ada
sebelumnya setelah mengamati sesuatu.
2. Memahami yakni mengerti suatu objek bukan hanya sekedar tahu, tidak
sekedar dapat menyebutkan tetapi harus dapat menginterpretasikan secara
benar.
3. Aplikasi diartikan apabila orang yang telah memahami objek yang dimaksud
dapat menggunakan atau mengaplikasikan prinsip yang diketahui pada situasi
4. Analisis yakni kemampuan seseorang untuk menjabarkan atau memisahkan,
kemudian mencari hubungan antara komponen-komponen yang terdapat
dalam suatu masalah atau objek yang diketahui.
5. Sintesis yakni suatu kemampuan seseorang untuk merangkum atau
meletakkan ke dalam satu hubungan yang logis dari komponen-komponen
pengetahuan yang dimiliki.
6. Evaluasi yakni kemampuan seseorang untuk melakukan penilaian terhadap
suatu objek.
b. Sikap
Sikap adalah respon tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek tertentu
yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang bersangkutan (senang-tidak
senang, setuju-tidak setuju). Seperti halnya Pengetahuan, Sikap juga mempunyai
beberapa tingkatan :
1. Menerima diartikan bahwa seseorang mau menerima stimulus yang diberikan.
2. Menanggapi diartikan memberikan jawaban atau tanggapan terhadap
pertanyaan atau objek yang dihadapi.
3. Menghargai diartikan seseorang memberikan nilai yang positif terhadap objek
atau stimulus, dalam arti, membahasnya dengan orang lain atau mengajak atau
mempengaruhi orang lain merespon.
4. Bertanggung jawab merupakan tingkatan yang paling tinggi di mana seseorang
berani mengamnil resiko bila ada orang lain yang mencemooh atau ada resiko
lainnya.
c. Tindakan
Setelah seseorang mengetahui stimulus, kemudian mengadakan penilaian
atau pendapat terhadap apa yang telah di ketahui untuk dilaksanakan atau
dipraktekan. Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan. Agar
terwujud sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung berupa
fasilitas dan dukungan dari pihak lain.
Di mana tindakan ini dapat dibedakan menjadi 3 tingkatan menurut
kualitasnya, yaitu:
1. Praktik terpimpin
Apabila subjek atau seseorang telah melakukan sesuatu tetapi masih
tergantung pada tuntunan atau menggunakan panduan.
2. Praktik secara mekanisme
Apabila subjek atau seseorang telah melakukan atau memperhatikan sesuatu
hal secara otomatis.
3. Adopsi
Suatu tindakan atau praktik yang sudah berkembang, tetapi sudah dilakukan
2.1.2 Teori mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku
2.1.2.1. Teori WHO
Tim kerja WHO menganalisis bahwa yang menyebabkan seseorang
berperilaku tertentu adalah karena adanya 6 alasan pokok, yaitu :
1. Pengetahuan
Pengetahuan di peroleh dari pengalaman sendiri atau pengalaman orang lain.
2. Kepercayaan
Kepercayaan sering atau diperoleh dari orang tua, kakek dan nenek. Seseorang
menerima kepercayaan itu berdasarkan keyakinan dan tanpa adanya pembuktian
terlebih dahulu
3. Sikap
Sikap menggambarkan suka atau tidak suka terhadap objek. Sikap sering di
peroleh dari pengalaman sendiri atau dari orang lain yang paling dekat.
4. Orang penting sebagai referensi
Perilaku orang, lebih-lebih anak kecil, lebih banyak di pengaruhi oleh
orang-orang yang di anggap penting. Apabila seseorang-orang itu penting untuknya, maka apa
yang ia katakan atau perbuat cenderung untuk di contoh.
5. Sumber-sumber daya (resource)
Maksudnya adalah fasilitas-fasilitas uang waktu tenaga dan sebagainya. Semua
itu berpengaruh terhadap perilaku seseorang atau kelompok masyarakat, yang
6. Perilaku Normal
Kebiasaan nilai-nilai, dan pengetahuan sumber-sumber didalam suatu masyarakat
akan menghasilkan suatu pola hidup yang pada umumnya disebut kebudayaan.
(Notoatmodjo,2003).
2.1.2.2. Teori Belajar Sosial ( Social Learning )
Pembentukan perilaku dapat terjadi karena proses kematangan dan proses
interaksi dengan lingkungan. Cara yang kedua merupakan cara yang paling besar
pengaruhnya terhadap perilaku manusia. Terbentuknya perubahan perilaku karena
proses interaksi antara individu dengan lingkungan terjadi melalui proses belajar
(learning proces).
Menurut Bandura dan Walter dalam Notoatmodjo (2005) bahwa tingkah laku
tiruan adalah bentuk asosiasi dari rangsangan dengan rangsangan lainnya. Apabila
seseorang melihat suatu rangsangan dan ia melihat model bereaksi secara tertentu
terhadap rangsangan itu, maka dalam khayalan atau imajinasi orang tersebut terjadi
rangkaian simbol-simbol ini merupakan pengganti dari hubungan rangsang balas
yang nyata dan melalui asosiasi, si peniru akan melakukan tingkah laku yang sama
dengan tingkah laku model. Terlepas dari ada atau tidak adanya rangsang,proses
asosiasi tersembunyi ini sangat di bantu oleh kemampuan verbal seseorang. Selain
dari itu, dalam proses ini tidak ada cara coba dan ralat (trial and error) yang berupa
tingkah laku nyata, karena semuanya berlangsung secara tersembunyi dalam diei
2.2 Remaja
Tahap-tahap perkembangan jiwa menurut Aristoteles dalam Sarwono (2006)
adalah sebagai berikut :
1. 0-7 tahun :masa kanak-kanak (infancy)
2. 7-14 tahun :masa anak-anak (boyhood)
3. 14-21 tahun :masa dewasa muda (young manhood)
Siswa SMA/sederajat ada pada masa ini. Orang muda yang punya
hasrat-hasrat yang kuat dan mereka cenderung untuk memenuhi hasrat-hasrat-hasrat-hasrat itu semuanya
tanpa membeda-bedakan dari hasrat-hasrat yang ada pada tubuh mereka, dan hasrat
seksual lah yang paling mendesak dan dalam hal ini mereka menunjukkan hilangnya
kontrol diri.
Sedangkan menurut WHO (1974)dalam Sarwono (2006), remaja adalah suatu
masa ketika :
1. Individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan tanda-tanda
seksual sekunder sampai ia mencapai kematangan seksual
2. Individu mengalami perkembangan psikologi dan pola identifikasi dari
kanak-kanak menjadi dewasa.
3. Terjadi peralihan dari ketergantungan sosial-ekonomi yang penuh kepada
keadaan yang paling relative lebih mandiri.
Menurut Sarwono, remaja adalah masa peralihan anatara tahap anak dan
dewasa yang jangka waktunya berbeda-beda tergantung faktor sosial budaya. Cirinya
mencapai puncak perkembangannya, emosi sangat labil, kesetiakawanan yang kuat
terhadap kawan sebaya dan belum menikah. Kondisinya yang belum menikah ini
menyebabkan remaja secara sosial budaya (termasuk agama) dianggap belum berhak
atas informasi dan edukasi, apalagi pelayanan medis untuk kesehatan pada alat
reproduksinya. Dampaknya adalah makin aktifnya perilaku seksual pra-nikah yang di
sertai ketidaktahuan yang pada nantinya bisa membahayakan kesehatan repoduksi.
2.3 Perilaku Seksual Remaja
Menurut Sarwono (2005), perilaku seksual adalah segala tingkah laku yang
di dorong oleh hasrat seksual, baik dari lawan jenisnya maupun dengan sesama
jenisnya. Seperti yang kita ketahui umumnya remaja laki-laki lebih mendominasi
dalam melakukan tindakan perilaku seksual bila di bandingkan dengan remaja
perempuan. Hal ini dikarenakan banyaknya faktor yang membuat remaja laki-laki
ntuk menyalurkan hasrat seksualitasnya. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan
di beberapa Negara maju menunjukkan bahwa remaja laki-laki lebih banyak
melakukan hubungan seksual pada usia lebih muda bila dibandingkan dengan remaja
perempuan.
Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku seksual yang terjadi
pada remaja, antara lain :
1) Faktor Internal
Dimana perbedaan Kematangan seksual akan menghasilkan perilaku
seksual yang berbeda pula. Misalnya anak yang berusia 4-6 tahun berbeda
dengan anak 13 tahun
b. Pengetahuan mengenai Kesehatan Reproduksi
Anak yang memiliki pemahaman secara benar dan proporsional tentang
kesehatan reproduksi cenderung memahami resiko perilaku serta alternatif
cara yang dapat digunakan untuk menyalurkan dorongan seksualnya.
c. Motivasi
Perilaku yang pada dasarnya berorientasi pada tujuan atau termotivasi
untuk memperoleh tujuan tertentu. Perilaku seksual seseorang memiliki
tujuan untuk memperoleh kesenangan, mendapatkan perasaan aman dan
perlindungan, atau untuk memperoleh uang misalnya Pekerja Seks
Seksual (PSK).
2) Faktor Eksternal
a. Keluarga
Kurangnya komunikasi secara terbuka anatara orangtua dengan emaja
dapat memperkuat munculnya perilaku menyimpang pada remaja
b. Pergaulan
Pada masa pubertas, perilaku seksual pada remaja sangat dipengaruhi oleh
lingkungan pergaulannya dimana pengaruh dari teman sebaya sebagai
c. Media massa
Kemajuan teknologi mengakibatkan maraknya timbul berbagai macam
media massa seperti televisi, radio, surat kabar, majalah, dan yang paling
dicari oleh remaja adalah internet. Dri internet, remaja dapat dengan
mudah mengakses informasi yang tidak di batasi umur, tempat dan waktu.
Informasi yang diperoleh biasanya akan diterapkan dalam kehidupan
kesehariannya.
Banyaknya perilaku seksual yang terjadi muncul karena adanya dorongan
seksual atau kegiatan yang tujuannya hanya untuk mendapatkan kesenangan organ
seksual melalui berbagai perilaku.
Hal ini sejalan dengan pendapat Wahyudi (2004), beberapa perilaku seksual
secara rinci dapat berupa :
a. Berfantasi merupakan perilaku membayangkan dan mengimajinasikan
aktivitas seksual yang bertujuan untuk menimbulkan perasaan erotisme.
b. Pegangan tangan dimana perilaku ini tidak terlalu menimbulkan
rangsangan seksual yang begitu kuat namun biasanya muncul keinginan
untuk mencoba perilaku lain
c. Cium kering berupa sentuhan pipi dengan pipi atau pipi dengan bibir
d. Cium basah berupa sentuhan bibir ke bibir
e. Meraba merupakan kegiatan pada bagian-bagian sensitive rangsang
f. Berpelukan perilaku ini hanya menimbulkan perasaan tenang, aman,
nyaman disertai rangsangan seksual (apabila mengenai daerah sensitif)
g. Masturbasi (wanita) Onani (Laki-laki) merupakan perilaku merangsang
organ kelamin untuk mendapatkan kepuasan seksual dan dilakukan
sendiri.
h. Oral seks merupakan perilaku seksual dengan cara memasukkan alat
kelamin kedalam mulut lawan jenis.
i. Peitting merupakan seluruh perilaku yang non intercourse (hanya sebatas
pada menggesekkan alat kelamin)
j. Intercourse (senggama) merupakan aktivitas seksual dengan memasukkan
alat kelamin laki-laki ke dalam alat kelamin perempuan.
2.4 Kesehatan Reproduksi
Sesuai dengan defenisi WHO (1992) dalam Anshor (2006), kesehatan
reproduksi adalah keadaan kesejahteraan fisik, mental dan sosial utuh bukan hanya
bebas dari penyakit atau kecacatan, dalam segala aspek yang berhubungan dengan
systerm reproduksi, fungsi serta prosesnya. Pengertian sehat disini tidak semata-mata
berarti bebas dari penyakit atau bebas dari kecacatan namun juga sehat secara mental
serta sosial kultural. Remaja perlu mengetahui kesehatan reproduksi agar memiliki
informasi yang benar mengenai proses reproduksi serta berbagai faktor yang ada di
tingkah laku yang bertanggung jawab mengenai proses-proses reproduksi yang di
alaminya.
Pengetahuan dasar yang perlu diberikan kepada remaja agar mereka
mempunyai wawasan kesehatan reproduksi yang baik adalah :
1. Pengenalan mengenai sistem, proses dan fungsi alat reproduksi (aspek tumbuh
kembang remaja).
2. Mengapa remaja perlu mendewasakan usia kawin serta bagaimana merencanakan
kehamilan agar sesuai dengan keinginan dan pasangannya.
3. Pengenalan mengenai Penyakit Menular Seksual dan HIV/AIDS serta dampaknya
terhadap kondisi kesehatan reproduksi.
4. Bahaya narkoba dan miras pada kesehatan reproduksi.
5. Peran dan pengaruh media terhadap perilaku seksual.
6. Kekerasan seksual dan bagaimana mengahadapinnya.
7. Mengembangkan Kemampuan berkomunikasi termasuk memperkuat kepercayaan
diri agar mampu menangkal hal-hal yang bersifat negatif.
8. Hak-hak reproduksi.
2.5 Hubungan Seksual Pra-Nikah
Hubungan seksual adalah masuknya penis ke dalam vagina. Bila terjadi
ejakulasi (pengeluaran cairan sperma) dengan posisi alat kelamin laki-laki berada
dalam vagina memudahkan pertemuan sel telur yang menyebabkan terjadinya
tindakan seksual yang dilakukan tanpa melalui proses pernikahan yang resmi menurut
hukum maupun menurut agama dan kepercayaan masing-masing individu (Anonim,
2005).
Berbagai perilaku seksual remaja yang belum saatnya untuk melakukan
hubungan seksual sevara wajar anatara lain dikenal sebagai berikut :
1. Masturbasi atau Onani yaitu suatu kebiasaan buruk berupa manipulasi
terhadap genital dalam rangka menyalurkan hasrat seksual pemenuhan
kenikmatan yang sering kali menimbulkan guncangan pribadi dan emosi.
2. Berpacaran dengan perilaku seksual yang ringan seperti sentuhan, pegangan
tangan sampai ciuman dan sentuhan-sentuhan seks yang pada dasarnya adalah
keinginan untuk menikmati dan memuaskan dorongan seksual.
3. Berbagai kegiatan yang mengarah kepada pemuasan dorongan seksual yang
pada dasarnya menunjukkan tidak berhasilnya seseorang dalam
mengendalikan atau kegagalan dalam mengalihkan dorongan tersebut
kegiatan lain yang masih dapat di kerjakan. Contohnya, menonton atau
membaca hal-hal yang berabau pornografi, dan berfantasi.
Dorongan atau hasrat untuk melakukan hubungan seksual selalu muncul pada
remaja,oleh karena itu bila ada penyaluran yang tidak sesuai (pra-nikah) maka harus
dilakukan usaha untuk memberi pengertian dan pengetahuan mengenai hal tersebut.
(Gunarsa, dkk, 2005).
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi remaja untuk melakukan hubungan
- Waktu/saat mengalami pubertas. Saat itu mereka tidak pernah memahami
tentang apa yang dialaminya
- Kontrol sosial kurang tepat yaitu terlalu ketat atau terlalu longgar
- Frekuensi pertemuan dengan pacarnya. Mereka mempunyai kesempatan untuk
melakukan, pertemuan yang makin sering tanpa kontrol yang baik sehingga
hubungan akan makin mendalam
- Kondisi keluarga yang tidak memungkinkan untuk mendidik anak-anak untuk
memasuki masa remaja dengan baik.
- Status ekonomi. Mereka yang hidup dengan fasilitas yang berkecukupan akan
mudah mendapatkan akses ke tempat-tempat rawan yang memungkinkan
adanya kesempatan melakukan hubungan seksual. Sebaliknya kelompok yang
ekonomi lemah tetapi banyak kebutuhan/tuntutan, mereka mencari
kesempatan memanfaatkan dorongan seksnya demi mendapatkan sesuatu.
- Tekanan dari teman sebaya. Kelompok sebaya kadang-kadang saling ingin
menunjukkan kematangannya. Misalnya : mereka (pria) ingin menunjukkan
bahwa mereka mampu membujuk pasangan nya untuk melakukan hubungan
seks
- Adanya keinginan untuk menunjukkan cinta pada pacarnya
- Penerimaan aktifitas seksual dari pacarnya
- Terjadi peningkatan rangsangan seksual akibat peningkatan kadar hormon
2.6. Dampak Dari Melakukan Hubungan Seksual Pra-Nikah
2.6.1 Aspek Medis
Dari aspek Medis, melakukan hubungan seksual pra-nikah memiliki banyak
konsekuensi, yaitu sebagai berikut :
1. Kehamilan yang tidak di inginkan (KTD) pada usia muda
Mudanya usia ditambah lagi minimnya informasi tenteng “bagaimana seseorang perempuan bisa hamil”, mempertinggi kemungkinan terjadinya
kasus kehamilan yang tidak di inginkan. Menurut data PKBI (perhimpunan
keluarga berencana indonesia), 37.700 perempuan mengalami kehamilan yang
tidak diinginkan. Dari jumlah itu, 30% adalah masih remaja, 27,0% belum
menikah, 12,5% masih berstatus pelajar dan sisanya adalah ibu rumah tangga
(Adinigsih, 2007).
2. Aborsi
Dengan status mereka yang belum menikah, maka besar kemungkinan
kehamilan tersebut tidak di kehendaki dan aborsi merupakan salah satu
alternatif yang kerap diambil oleh remaja. Setiap tahun terdapat sekitar 2,6
juta kasus aborsi di Indonesia, yang berarti setiap jam terjadi sekitar 300
tindakan pengguguran janin dengan resiko kematian ibu. Menurut Deputi
Bidang Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Siswanto Agus Wilopo,
sedikitnya 700 ribu di antaranya dilakukan oleh remaja (perempuan) berusia
di bawah 20 tahun. Sebanyak 11,31% dari semua kasus aborsi dilakukan
3. Meningkatnya resiko terkena kanker rahim
Boyke Dian Nugroho memgungkapkan bahwa hubungan seksual yang
dilakukan sebelum usia 17 tahun resiko terkena penyakit kanker mulutb rahim
menjadi empat hingga lima kali lipat lebih tinggi (Adinigsih, 2007).
4. Terjangkitnya Penyakit Menular Seksual (PMS)
PMS adalah penyakit yang dapat di tularkan dari seseorang kepada orang lain
melalui hubungan seksual berganti-ganti pasangan baik melalui vagina, oral
maupun anal. Bila tidak diobati dengan benar,penyakit ini dapat berakibat
serius bagi kesehatan reproduksi, seperti terjadinya kemandulan, kebutaan
pada bayi yang baru lahir bahkan kematian. Ada banyak macam penyakit
yang bisa digolongkan sebagai PMS. Di Indonesia yang banyak ditemukan
saat ini adalah gonore (GO), sifilis(raja singa), herpes kelamin, klimidia,
tikomoniasis vagina, kutil kelamin hingga HIV/AIDS (Djuanda, 2005).
2.6.2 Aspek Sosial-Psikologis
Dari aspek psiologis, melakukan hubungan seksual pra-nikah akan
menyebabkan remaja menjadi memiliki perasaan dan kecemasan tertentu, sehingga
bisa mempengaruhi kondisi kualitas sumber daya manusia(remaja) di masa yang akan
datang. Kualitas SDM remaja ini adalah :
1. Kualitas Mentalis. Kualitas mentalis remaja laki-laki dan perempuan yang
terlibat perilaku seksual pra-nikah akan rendah bahkan cenderung memburuk.
masa lalunya. Cepat menyerah pada nasib, tidak sanggup menghadapi
tantangan dan ancaman hidup, rendah diri dan berkompetisi.
2. Kualitas kesehatan reproduksi. Hal ini erat kaitannya dengan dampak medis
karena fisik perempuan khususnya. Sedangkan laki-laki akan memiliki resiko
terkena impotensi
3. Kualitas keberfungsian keluarga. Seandainya mereka (remaja) menikah
dengan cara terpaksa, akan mengakibatkan kurang dipahaminya peran-peran
baru yang disandangnya untuk membentuk keluarga yang sakinah
4. Kualitas ekonomi keluarga. Kualitas ekonomi yang di bangun oleh keluarga
yang menikah karena terpaksa, akan mengalami kurangnya persiapan dalam
pemenuhan kebutuhan ekonomi keluarga.
5. Kualitas pendidikan. Remaja yang terlibat perilaku seksual pra-nikah,
kemudian menikah, tentunya akan memiliki ketrbatasan terhadap pendidikan
formal.
6. Kualitas partisipasi dalam pembangunan. Karena kondisi fisik, mental dan
sosial yang kurang baik, remaja terlibat perilaku seksual pra-nikah, tidak
dapat berpartisipasi dalam pembangunan (Iriany, 2005).
2.7 Pendidikan Seksual
Menurut Sarlito (2005), pendidikan seksual adalah suatu informasi mengenai
persoalan seksualitas manusia yang jelas dan benar, meliputi proses terjadinya
kesehatan, kejiwaan dan kemasyarakatan. Masalah pendidikan seksual yang diberikan
sepatutnya berkaitan dengan norma-norma yang berlaku di masyarakat, apa yang di
larang, apa yang di lazimkan dan bagaimana melakukannya tanpa melanggar
aturan-aturan yang berlaku di masyarakat.
Pendidikan seksual merupakan cara pengajaran atau pendidikan yang dapat
menolong remaja untuk menghadapi masalah hidup yang bersumber pada dorongan
seksual. Dengan demikian pendidikan seksual ini bermaksud untuk menerangkan
segala hal yang berhubungan dengan seks dan seksualitas dalam bentuk yang wajar.
Menurut Singgh (1991), pendidikan seksual seharusnya diberikan sejak dini
ketika anak sudah mulai beratanya perbedaan kelamin antara dirinya dengan orang
lain, berkesinambungan dan bertahap, disesuaikan dengan kebutuhan, umur serta
daya tangkap anak. Idealnya pendidikan seksual diberikan pertama kali oleh orang
tua di rumah, mengingat yang paling tahu keadaan anak adalah orang tuanya sendiri.
Pendidikan seks yang benar harus disesuaikan dengan kondisi masyarakat,
guna mengurangi konflik dan mitos-mitos yang salah selama ini berkembang
dimasyarakat. Tentunya setelah mengetahui kesehatan reproduksi dan resiko-resiko
serta konsekuensi yang harus di tanggung jika melakukan hubungan seks pra-nikah,
yang kan membuat remaja lebih berjati-hati dan menjaga dirinya, termasuk ketika
memutuskan ubtuk berpacaran. Dengan adanya pendidikan seks, diharapkan mampu
2.7.1 Tujuan pendidikan seksual
Tujuan pendidikan seksual adalah untuk membentuk suatu sikap emosional
yang sehat terhadap masalah seksual dan membimbing anak dan remaja ke arah hidup
dewasa yang sehat dan bertanggung jawab terhadap kehidupan seksual. Hal ini
dimaksudkan agar mereka tidak menganggap seks itu sebagai suatu yang menjijikkan
dan kotor.
Dikatakan bawa tujuan dari pendidikan seksual adalah bukan untuk
menimbulkan rasa inin tahu dan ingin mencoba hubungan seksual antara remaja, akan
tetapi ingin menyiapkan agar remaja tahu tentang seksualitas dan akibat-akibatnya
bila di lakukan tanpa mematuhi aturan hukum, agama dan adat istiadat serta kesiapan
mental dan material seseoarang.
2.8 Keluarga
Keluarga adalah lembaga (wadah) tempat berkumpul anggota keluarga yang
terdiri dari ayah, ibu dan anak. Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat
(Nasution,2004).
Keluarga seimbang adalah keluarga yang di tandai oleh keharmonisan
hubungan antara ayah dengan ibu, ayah dengan anak. Dalam keluargaini orang tua
bertanggung jawab dan dapat dipercaya. Setiap anggota keluarga saling menghormati
dan memberi tanpa diminta. Orang tua sebagai koordinator keluarga harus
berperilaku proaktif. Jika anak mementang otoritas, segera ditertibkan karena didalam
aman,walaupun tidak selalu disadari. Di antara anggota keluarga saling
mendengarkan jika bicara bersama,melalui teladan dan dorongan orang tua. Setiap
masalah di hadapi dan diupayakan untuk di pecahkan bersama.
2.9 Kelompok Sebaya
Ketika seorang anak akan menjauhi dari orang tuanya dan lebih dekat dengan
teman sebayanya, sehingga pengaruh teman sebaya ini akan sangat lebih kuat dalam
menentukan perilaku yang akan dipilih. Masa ini juga merupakan masa pencarian
identitas diri dan membina sosialisasi dengan teman-teman sebaya dalam memperluas
lingkungan pergaulannya.
Dalam kesehariannya remaja cenderung mengikuti kata-kata teman sebayanya
dari pada kata-kata orangtuanya, sehingga kontrol dirinya menjdai kurang. Penyebab
kurangnya kontrol pada diri remaja antara lain: kurang percaya diri, kurangnya
keterampilan berkomunikasi (misalnya: kesulitan menolak teman), kurang dapat
bersifat tegas serta rendahnya kemampuan dalam mengambil keputusan (Anonim,
2005).
Teman sebaya adalah orang-orang yang seumur dan mempunyai kelompok
sosial sama, sepertiteman sekolah atau tetangga. Jenis-jenis tekanan pada kelompok
sebaya ada dua macam yaitu :
1. Tekanan kelompok sebaya positif yaitu desakan yang kuat dari seseorang atau
beberapa orang yang menyetujui dan berperilaku seperti mereka inginkan,
2. Tekanan kelompok sebaya negatif yaitu desakan kuat dari seseorang atau
beberapa orang untuk menyetujui atau berbuat seperti yang mereka inginkan
namun kegiatannya negatif (Nasution, 2004).
2.10.Kerangka Konsep
Gambar 2.1.KerangkaKonsep
Berdasarkan kerangka konsep diatas dapat dijelaskan sebegai berikut:
karakteristik (umur, jeniskelamin, tempat tinggal dan uangsaku) serta sumber
informasi (media massa, keluarga, temansebayadan guru) akan mempengaruhi
pengetahuan, pengetahuan akan mempengaruhi sikap dan sikap akan mempengaruhi
tindakan siswa tentang seks pra-nikah.
BAB III
METODE PENELITIAN
6.1Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian survei yang bersifat Deskriptif
Kuantitatif,yang menggambarkan tentang Gambaran Perilaku Siswa tentang Seks
Pra-Nikah diSMA Pencawan di Jln. Bunga Ncole 50 Kemenangan Tani Medan
Tuntungan Tahun 2014.
3.2.Lokasi dan Waktu Penelitian
3.2.1. Lokasi Penelitian
Penelitian akan di lakukan di SMA Pencawan Medan, dengan alasan :
1. Di sekolah ini belum pernah di lakukan penelitian tentang Perilaku Siswa
tentang Seks Pra-Nikah.
2. Di SMA Pencawan Medan pernah terjadi kasus kehamilan yang terjadi di
luar pernikahan. Dari observasi dan wawancaran peneliti di SMA
Pencawan Medan pada bulan Juni 2014 kepada guru, guru BP, serta
satpam. Didapat bahwa di sekolah mereka kasus kehamilan di luar nikah
selalu terjadi setiap tahun dengan persentase yang berbeda setiap
6.2.2. Waktu Penelitian
Penelitian ini di laksanakan pada bulan Juni 2014 sampai dengan September
2014.
3. 3. Populasi dan Sampel
3.3.1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh kelas X (90 Siswa) dan XI (60
siswa) dan siswa XII (60 Siswa ) SMA Pencawan Medan yaitu sebanyak 210 siswa
(Data siswa SMA Pencawan Medan TA 2013/ 2014 ).
6.3.2. Sampel
Cara menentukan jumlah sampel menurut(Lemeshow et.All,1994), sebagai
berikut:
� =d2 N− + zz2P −P N2 P −P
jadi sampel sebanyak 66 Orang
Berdasarkan perhitungan yang di lakukan dengan menggunakan rumus
diatas,maka di ketahui jumlah dari populasi 210 siswa di dapat sampel penelitian
sebanyak 66 siswa responden.
Pengambilan sampel di lakukan secara proporsional stratified random
agar setiap orang memiliki peluang yang sama untuk menjadi sampel serta mewakili
setiap peserta(kelas).
Kelas X 9 x 66= 28 Orang
Kelas XI 6 x 66= 19 Orang
Kelas XII 60 x 66= 19 Orang
6.4. Metode Pengambilan Data
Metode pengumpulan data berupa data primer yang diperoleh langsung dari
responden dengan cara menggunakan kuesioner dalam bentuk pertanyaan dan
pernyataan dan tindakan tentang seks pra-nikah di SMA PencawanMedan.
3.4.1.Data Primer
Data primer dikumpulkan melalui wawancara dengan menggunakan kuesioner
yang mencakup data karakteristik responden (umur, jenis kelamin, tempat tinggal,
uang saku,mulai pacaran), pengetahuan tentang seks pra-nikah, sikap tentang seks
pra-nikah, dan tindakan tentang seks pra-nikah.
6.4.2.Data Sekunder
Data sekunder yang diperlukan diperoleh dari kantor Tata Usaha SMA
3.5. Tehnik Pengolahan dan Analisis Data
3.5.1. Pengolahan Data
Pengolahan data dilakukan dengan cara manual dan disajikan dalam bentuk
tabel distribusi frekuensi.
3.5.2. Analisis Data
Data analisis secara deskriptif untuk mengetahui tingkat perilaku siswa-siswi
tentang seks pra-nikah di SMA Pencawan Medan.
3.6. Defenisi Operasional
1. Karakteristik Siswa
- Umur yaitu lamanya hidup seseorang responden dihitung sejak ia lahir
sampai saat penelitian berdasarkan tahun.
- Jenis kelamin yaitu perbedaan ciri biologis responden, dalam hal ini dibagi
menjadi dua kategori yaitu : laki-laki dan perempuan.
- Tempat tinggal yaitu letak wilayah tempat tinggal responden.
- Uang saku besarnya rat-rata nominal uang saku yang diberikan orang tua
kepada responden untuk uang saku satu bulan terakhir.
2. Sumber informasi adalah asal keterangan yang diperoleh SMA Pencawan
Medan tentang perilaku hubungan seksual pra-nikah, antara lain, media
- Media Elektronik yaitu media informasi bagi responden yang menjadi
sumber keterangan perihal seks pra-nikah bagi responden. Seperti
Handphone, Gadget, VCD.
- Keluarga yaitu seluruh anggota keluarga yang mempunyai hubungan
darah dengan responden
- Teman sebaya yaitu orang-orang yang ada dalam pergaulan responden
sehari-hari yang bisa jadi tempat konsultasi responden dan bisa
memberikan informasi perihal seks pra-nikah.
3. Pengetahuan yaitu tingkat pengetahuan responden tentang hubungan seks
pra-nikah.
4. Sikap yaitu tanggapan responden tentang hubungan seks pra-nikah.
5. Tindakan yaitu segala bentuk nyata aktivitas responden yang berkaitan dengan
hubungan seks pra-nikah.
3.7. Aspek Pengukuran dan Instrumen
3.7.1. Aspek Pengukuran
Aspek pengukuran dalam penelitian ini didasarkan pada jawaban responden
terhadap pertanyaan dari kuesioner yang di sesuaikan dengan skor. Nilai yang
dikumpulkan dikategorikan menjadi 3 tingkat, baik pada pengukuran pengetahua,
sikap, dan tindakan yaitu:
Baik : Jika total nilai yang di peroleh > 75%
Kurang : Jika total nilai yang diperoleh < 40%
1. Pengetahuan
Untuk mengetahui tingkat pengetahuan secara umum disusun pertanyaan
sebanyak 10, dengan skor jawaban tertinggi 3,dan skor terendah 0. Total skor=
30.
Berdasarkan jumlah nilai yang ada dapat diklasifikasikan dalam 3 (tiga) kategori
yaitu:
a. Penegtahuan baik,apabila jumlah nilai responden > 22 ( > 75%).
b. Pengetahuan sedang,apabila jumlah nilai responden 12-22 (40%-75%).
c. Pengetahuan kurang,apabila jumlah nilai koresponden <12 (<40%).
2. Sikap
Aspek pengukuran sikap dilakukan dengan menggunakan skala Likert yang
terdiri dari 4 kategori yaitu SS (Sangat Setuju), S (Setuju), TS (Tidak Setuju),
STS (Sangat Tidak Setuju) (Riduwan, 2003). Sikap diukur melalui 10 pernyataan
dengan skor maksimal 30 yaitu sebagai berikut :
Nilai 3 : Jawaban sangat setuju (SS)
Nilai 2 : Jawaban setuju (S)
Nilai 1 : Jawaban tidak setuju (TS)
Nilai 0 : Jawaban sangat tidak setuju (STS)
Adapun skor tertinggi yang dapat dicapai responden adalah berjumlah 30.
Cara menentukan kategori tingkat sikap responden mengacau pada persentase berikut
1. Sikap baik, apabila skor jawaban >75% nilai keseluruhan (23-30)
2. Sikap cukup baik, apabila skor jawaban 40%-75% nilai keseluruhan (13-22)
3. Sikap kurang baik, apabila skor jawaban <40% nilai keseluruhan (0-12)
3. Tindakan
Untuk mengetahui tindakan di susun pertanyaan sebanyak 10 pertanyaan dengan
total skor 20. Berdasarkan jumlah nilai yang didapat diklasifikasikan dalam 3
(tiga) kategori yaitu :
a. Tindakan baik,apabila jumlah nilai responden >22 (> 75%).
b. Tindakan sedang, apabila jumlah nilai responden 12-22 ( 40 % - 75%).
c. Tindakan Kurang, apabila jumlah niali responden <12 ( < 40%).
3.7.2. Instrumen
Instumen yang dipakai untuk pengumpulan data adalah berupa kuesioner yang
berisi pertanyaan tentang pengetahuan, sikap, tindakan siswa tentang hubungan seks
BAB IV
HASIL PENELITIAN
4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
SMA Pencawan Medan terletak di Jl. Bunga Ncole 50 Kemenangan Tani
Medan Tuntungan Tahun 2014. SMA Pencawan Medan memiliki beberapa fasilitas
yang berguna untuk mendukung kegiatan belajar mengajar, yaitu ruangan
laboratorium, perpustakaan, ruang komputer, auditorium, lapangan bola, lapangan
basket dan ruangan kelas yang dipakai untuk proses belajar mengajar. Adapun
ruangan untuk siswa terdiri dari:
- Kelas I : 3 kelas
- Kelas II : 2 kelas, yang terdiri dari 1 jurusan IPA, 1 jurusan IPS
- Kelas III : 2 kelas, yang terdiri dari 1 jurusan IPA, 1 jurusan IPS
4.2. Faktor Internal Dari Karakteristik
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Karakteristik Jenis
Kelamin Siswa di SMA Pencawan Medan Tahun 2014
No Jenis kelamin Jumlah (n) %
1. Laki-laki 30 45,5
2. Perempuan 36 54,5
Berdasarkan tabel 4.1 di atas bahwa sebagian besar jenis kelamin responden
yang paling banyak adalah perempuan yaitu sebanyak 36 orang (54,5%), sedangkan
sebagian kecil jenis kelamin responden adalah laki-laki yaitu sebanyak 30 orang
(45,5%).
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Karakteristik Umur Siswa di SMA
Pencawan Medan Tahun 2014
NO Umur (Tahun) Jumlah (n) %
1 15 24 36,4
2 16 27 40,9
3 17 15 22,7
Jumlah 66 100,0
Dari tabel 4.2 dapat dilihat bahwa sebagian besar umur responden yang paling
banyak berusia 16 tahun yaitu ada 27 orang (40,9%).
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Karakteristik Uang Saku Siswa di
SMA Pencawan Medan Tahun 2014
No Uang Saku Jumlah (n) %
1 < 500 37 56,1
2 >500 29 43,9
Jumlah 66 100,0
Berdasarkan tabel 4.3 di atas bahwa sebagian besar uang saku responden yaitu
sebanyak <500.000 sebanyak 37 orang (56,1%), sedangkan sebagian kecil uang saku
4.3. Faktor Eksternal Dari Sumber Informasi
Tabel 4.4 Distribusi Responden Berdasarkan Sumber Informasi
No Sumber Informasi Jumlah (n) %
Berdasarkan tabel 4.4 di atas diketahui bahwa sebagian besar responden
mendapatkan informasi tentang kesehatan yaitu dari media massa sebanyak 38 orang
(57,6%), sedangkan sebagian kecil dari keluarga sebanyak 3 orang (4,5%).
4.4. Pengetahuan Tentang Seks Pra-Nikah
Tabel 4.5. Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Tentang Pengertian
Kesehatan Reproduksi di SMA Pencawan Medan Tahun 2014.
No Pengertian Kesehatan Reproduksi Jumlah(n) %
0. Tidak Tahu 2 81,9
1 Keadaan sehat hanya pada alat reproduksi saja 2 3,0
2 Keadaan yang tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecatatan, namun juga sehat secara fungsi reproduksi
8 12,1
3. Keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial utuh bukan hanya bebas dari penyakit atau kecacatan, dalam segala aspek yang berhubungan dengan sistem, fungsi serta proses reproduksi
54 3,0
Jumlah 66 100,0
Berdasarkan tabel 4.5 diatas bahwa sebagian besar responden menjawab
sosial utuh bukan hanya bebas dari penyakit atau kecacatan, dalam segala aspek yang
berhubungan dengan sistem, fungsi serta proses reproduksi sebanyak 54 orang
(81,9,0%), dan sebagian kecil responden menjawab adalah tidak tahu sebanyak 2
orang (3,0%).
Tabel 4.6 Distribusi Responden Berdasarkan Pengenalan Dasar Tentang
Kesehatan Reproduksi di SMA Pencawan Medan Tahun 2014.
No Pengenalan Dasar Tentang Kesehatan
Reproduksi
3 Sistem reproduksi, proses reproduksi, fungsi alat reproduksi(tumbuh kembang remaja), hak-hak reproduksi, dan penyakit menular seksual, serta dampaknya terhadap kondisi kesehatan reproduksi
53 80,3
Jumlah 66 100,0
Berdasarkan tabel 4.6 diatas bahwa sebagian besar responden menjawab
pengenalan dasar kesehatan reproduksi adalah Perubahan organ reproduksi pada
manusia sebanyak 53 orang (80,3%), dan tsebagian kecil menjawab adah tidak tahu