• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Perilaku Siswa Tentang Seks Pra-nikah di SMA Pencawan Medan Tahun 2014

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Gambaran Perilaku Siswa Tentang Seks Pra-nikah di SMA Pencawan Medan Tahun 2014"

Copied!
96
0
0

Teks penuh

(1)

GAMBARAN PERILAKU SISWA TENTANG SEKS PRA-NIKAH

DI SMA PENCAWAN MEDAN TAHUN 2014

SKRIPSI

CRISTINA RITA PURBA

121021028

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

SKRIPSI

GAMBARAN PERILAKU SISWA TENTANG SEKS PRA-NIKAH

DI SMA PENCAWAN MEDAN TAHUN 2014

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

OLEH :

CRISTINA RITA PURBA

121021028

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)
(4)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Cristina R.W. Purba

Tempat/Tanggal Lahir : Pekanbaru, 17 july 1989

Agama : Khatolik

Anak ke : 3 dari 4 bersaudara

Status Pernikahan : Belum Menikah

Nama Ayah : Alm.Ir.K. Purba

Nama Ibu : D. Saragih

Alamat : Jl. Karya kasih komplek BJM .Medan

Riwayat Pendidikan

a.Tahun 1994-1995 : TK Assisi Medan

b. Tahun 1995 – 2001 : SD Assisi Medan

c. Tahun 2001 – 2004 : SMP Santa Maria Medan d. Tahun 2004 – 2007 : SMA Negeri 4 Medan

(5)

ABSTRAK

Masalah perilaku remaja merupakan suatu bahan yang menarik untuk dibicarakan karena masa remaja merupakan suatu masa di mana seseorang mengalami berbagai perubahan baik secara fisik maupun lingkungan. Pada masa remaja, rasa ingin tahu terhadap masalah perilaku seks sangat besar sehingga remaja berusaha mencari informasi mengenai hal tersebut. Mudahnya menemukan berbagi macam informasi bisa menjadikan remaja terjebak dalam perilaku yang tidak sehat.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengetahuan ,sikap dan Tindakan remaja tentang Seks Pra-Nikah. Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif. Pada penelitian ini jumlah populasi adalah seluruh siswa SMA Pencawan Medan sebanyak 210 orang dan yang menjadi sampel yaitu sebanyak 66 orang. Teknik pengambilan sampel dengan menggunakan teknik stratified random sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner, Analisis data dilakukan dengan menggunakan statistik deskriptif (univariat).

Berdasarkan analisis penelitian ditemukan pengetahuan remaja tentang seks pra-nikah berada pada kategori baik yaitu sebanyak 48,5%. Sikap siswa mengenai seks pra-nikah ada pada kategori sedang yaitu sebanyak 90,9 % dan Tindakan siswa mengenai seks pra-nikah ada pada kategori kurang 100 %.

Dari hasil penelitian tersebut maka diharapkan pihak sekolah dan orang tua siswa/i dapat berperan aktif dalam memberikan informasi mengenai kesehatan reproduksi dan pendidikan seks pada siswa/i tersebut.

(6)

ABSTRACT

Adolescent behavior problems is an interesting material for discussion because adolescence is a period in which a person experiences a variety of changes, both physically and environmentally. In adolescence, curiosity about the sexual behavior of very large problems that teenagers trying to find information about it. Easily find the sharing of information can make teenagers trapped in unhealthy behaviors.

The purpose of this study was to determine the knowledge, attitudes and actions of adolescents Pre-Marital Sex. Type of research is descriptive research. In this study the amount of the entire population is high school students Pencawan field and as many as 210 people sampled as many as 66 people. Sampling technique using a stratified random sampling technique. The data was collected using a questionnaire, data were analyzed using descriptive statistics (univariate).

Based on the analysis of the study found adolescent knowledge about marital sex is in the good category as many as 48.5%. Students' attitudes about marital sex is no middle category is as much as 90.9% and the student action on pre-marital sex is in the category of less than 100%.

From these results it is expected that the school and the parents / i can play an active role in providing information on reproductive health and sex education on student / i is.

Keywords: Pre-Marital Sex, Teen, level of knowledge, attitude, action

(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus yang telah

memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi

yang berjudul “Gambaran Perilaku Siswa Tentang Seks Pra-nikah di SMA

Pencawan Medan Tahun 2014”.

Skripsi ini penulis persembahkan kepada orang tua tercinta ayahanda Alm. Ir.

K. Purba dan ibunda D. Saragih dan juga kepada kakak dan abang saya yang tiada

henti memberikan kasih sayang, selalu mendo’akan penulis dan selalu memberikan

bimbingan, arahan serta motivasi kepada penulis dalam membuat skripsi ini.

Selanjutnya tidak lupa juga penulis mengucapkan terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada:

1. Dr. Drs. Surya Utama, M.S, selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara.

2. Drs. Tukiman, MKM selaku Ketua Departemen Pendidikan Kesehatan dan

Ilmu Perilaku Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

3. Dr.Namora Lumongga Lubis, MSc, PhD selaku Dosen Pembimbing I dan,

Drs.AlamBaktiKeloko, M.Kesselaku dosen pembimbing II yang telah banyak

meluangkan waktu dan memberikan bimbingan hingga selesainya skripsi ini.

4. Dr. Drs.R.KintokoRochadi.MKM dan Drs. Eddy Syahrial, MS selaku dosen

penguji.

5. Ir. Indra Cahaya, Msi, selaku Dosen Pembimbing Akademik.

6. Seluruh Dosen serta Staf Fakultas Kesehatan Masyarakat USU, khususnya

Dosen dan Staf Departemen Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku yang

telah memberikan bekal ilmu kepada penulis selama mengikuti perkuliahan

7. Bapak Warsito yang telah banyak membantu dalam penyelesaian skripsi ini

dalam hal segala urusan yang terkait surat menyurat di Depertemen

(8)

8. Kepala Sekolah SMA Pencawan Medan, Staf Tata Usaha yang telah

membantu dalam memperoleh data penelitian dan siswa-siswi SMA

Pencawan yang telah bersedia menjadi responden dalam penulisan skripsi ini.

9. Kakak-kakak dan Abang-abang tersayang Santi Purba, Benny Purba, Frengky

Purba ,Adi Harefa,dan keponakan tersayang Chevy dan Charoline Harefa.

10.Untuk sahabat- sahabat terbaikku Ira waty Gultom, Christine Simamora, Iwan

P, Esfrin Tarigan, Lisa Febrina, Martin Panjaitan yang selalu memberikan

semangat dan dukungan kepada penulis.

11.Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah

memberikan banruan dalam penyusunan skripsi ini.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis telah berusaha semaksimal mungkin.

Namun demikian, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari

kesempurnaan. Untuk itu, penulis menerima kritik dan saran yang bersifat

membangun agar kedepannya menjadi lebih baik.

Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita

semua.

Medan, Oktober 2014

(9)

DAFTAR ISI

HALAMAN PERSETUJUAN

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1.Latar Belakang ... 1

1.2.Perumusan Masalah ... 8

1.3.Tujuan Penelitian ... 8

1.3.1. Tujuan Umum ... 8

1.3.2. Tujuan Khusus ... 8

1.4.Manfaat Penelitian ... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 10

2.1. Defenisi Perilaku ... 10

2.2. Remaja ... 17

2.3. Perilaku Seksual Remaja... 18

2.4. Kesehatan Reproduksi ... 21

2.5. Hubungan Seksual Pra-Nikah ... 22

2.6. Dampak dari Melakukan Hubungan Seksual Pra-Nikah ... 25

(10)

2.8. Keluarga ... 29

2.9.Kelompok Sebaya ... 30

2.10. Kerangka Konsep ... 31

BAB III METODE PENELITIAN ... 32

3.1. Jenis Penelitian ... 32

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 32

3.2.1. Lokasi Penelitian ... 32

3.2.2. Waktu Penelitian ... 33

3.3. Populasi dan Sampel ... 34

3.3.1. Populasi ... 34

3.3.2. Sampel ... 34

3.4. Metode Pengambilan Data ... 34

3.4.1. Data Primer ... 34

3.4.2. Data Sekunder ... 34

3.5. Tehnik Pengolahan dan Analisa Data ... 35

3.5.1. Pengolahan Data ... 35

3.5.2. Analisis Data ... 35

3.6. Defenisi Operasional ... 35

3.7. Aspek Pengukuran dan Instrumen ... 36

3.7.1.Aspek Pengukuran ... 37

(11)

BAB IV HASIL PENELITIAN ... ... 39

4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian... 39

4.2. Faktor Internal Dari Karakteristik... 39

4.3. Faktor Eksternal Dari Sumber Informasi... 40

4.4. Pengetahuan Tentang Seks Pra-Nikah... 41

4.5.Kategori Tingkat Pengetahuan... 46

4.6.Sikap Tentang Seks Pra-Nikah... 47

4.7. Kategori Tingkatatan Sikap... 50

4.8.Tindakan Tentang Seks Pra-Nikah... 51

4.9.Kategori Tingkatatan Tindakan... 54

BAB V PEMBAHASAN ... 55

5.1 Pengetahuan Remaja Tentang Seks Pranikah... 55

5.2 Sikap Remaja Tentang Seks Pranikah ... 57

5.3 Tindakan Remaja tentang seks pra-Nikah... 60

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 62

6.1 kesimpulan ... 62

6.2 Saran ... 63

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

- Kuesioner (Instrumen Penelitian)

(12)

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Karakteristik Jenis

Siswa di SMA Pencawan Medan Tahun 2014 ... 39 Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Karakteristik Umur Siswa di SMA

Pencawan Medan Tahun 2014 ... 40 Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Karakteristik Uang Saku Siswa di

SMAPencawanMedanTahun2014 ... 40 Tabel 4.4 Distribusi Responden Berdasarkan Sumber Informasi ... 40 Tabel 4.5. Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Tentang Pengertian

Kesehatan Reproduksi di SMA Pencawan Medan Tahun 2014 ... 41 Tabel 4.6 Distribusi Responden Berdasarkan Pengenalan Dasar Tentang

Kesehatan Reproduksi di SMA Pencawan Medan Tahun 2014 ... 41 Tabel 4.7 Distribusi Responden Berdasarkan Membahayakan Kesehatan

Reproduksi di SMA Pencawan Medan Tahun 2014 ... 42 Tabel 4.8 Distribusi Responden pengertian hubungan seksual di SMA

Pencawan MedanTahun2014 ... 43 Tabel 4.9 Distribusi Responden yang tergolong dalam aktivitas seksual di

SMA Pencawan Medan Tahun 2014 ... 43 Tabel 4.10 Distribusi Responden Pengertian Aborsi di SMA Pencawan Medan

Tahun 2014 ... 44 Tabel 4.11 Distribusi Responden Tentang Pengetahuan kasus Aborsi pernah

terjadi di SMA Pencawan Medan Tahun 2014 ... 44 Tabel 4.12 Distribusi Responden Pengetahuan Tentang Jenis Penyakit Menular

Seksual di SMA Pencawan Medan Tahun 2014 ... 45 Tabel 4.13 Distribusi Responden Pengetahuan Kasus Pernah Terjadi Tentang

Jenis Penyakit Menular Seksual di SMA Pencawan Medan Tahun

2014 ... .45 Tabel 4.14 Distribusi Responden Pengetahuan Untuk Menghindar Perilaku

Seks diSMA Pencawan Medan Tahun 2014 ... 46 Tabel 4.15 Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Tingkatan

Pengetahuan ... 47 Tabel 4.16 Distribusi Responden Berdasarkan Sikap Tentang Seks Pra-Nikah

di SMA Pencawan Medan Tahun 2014 ... 46 Tabel 4.17 Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Tingkatan Sikap ... 50 Tabel 4.18 Distribusi Responden Tentang Tindakan Perilaku Seks di SMA

Pencawan Medan Tahun 2014 ... 51 Tabel 4.19 Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Tingkatan Tindakan ... 54

(13)

ABSTRAK

Masalah perilaku remaja merupakan suatu bahan yang menarik untuk dibicarakan karena masa remaja merupakan suatu masa di mana seseorang mengalami berbagai perubahan baik secara fisik maupun lingkungan. Pada masa remaja, rasa ingin tahu terhadap masalah perilaku seks sangat besar sehingga remaja berusaha mencari informasi mengenai hal tersebut. Mudahnya menemukan berbagi macam informasi bisa menjadikan remaja terjebak dalam perilaku yang tidak sehat.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengetahuan ,sikap dan Tindakan remaja tentang Seks Pra-Nikah. Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif. Pada penelitian ini jumlah populasi adalah seluruh siswa SMA Pencawan Medan sebanyak 210 orang dan yang menjadi sampel yaitu sebanyak 66 orang. Teknik pengambilan sampel dengan menggunakan teknik stratified random sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner, Analisis data dilakukan dengan menggunakan statistik deskriptif (univariat).

Berdasarkan analisis penelitian ditemukan pengetahuan remaja tentang seks pra-nikah berada pada kategori baik yaitu sebanyak 48,5%. Sikap siswa mengenai seks pra-nikah ada pada kategori sedang yaitu sebanyak 90,9 % dan Tindakan siswa mengenai seks pra-nikah ada pada kategori kurang 100 %.

Dari hasil penelitian tersebut maka diharapkan pihak sekolah dan orang tua siswa/i dapat berperan aktif dalam memberikan informasi mengenai kesehatan reproduksi dan pendidikan seks pada siswa/i tersebut.

(14)

ABSTRACT

Adolescent behavior problems is an interesting material for discussion because adolescence is a period in which a person experiences a variety of changes, both physically and environmentally. In adolescence, curiosity about the sexual behavior of very large problems that teenagers trying to find information about it. Easily find the sharing of information can make teenagers trapped in unhealthy behaviors.

The purpose of this study was to determine the knowledge, attitudes and actions of adolescents Pre-Marital Sex. Type of research is descriptive research. In this study the amount of the entire population is high school students Pencawan field and as many as 210 people sampled as many as 66 people. Sampling technique using a stratified random sampling technique. The data was collected using a questionnaire, data were analyzed using descriptive statistics (univariate).

Based on the analysis of the study found adolescent knowledge about marital sex is in the good category as many as 48.5%. Students' attitudes about marital sex is no middle category is as much as 90.9% and the student action on pre-marital sex is in the category of less than 100%.

From these results it is expected that the school and the parents / i can play an active role in providing information on reproductive health and sex education on student / i is.

Keywords: Pre-Marital Sex, Teen, level of knowledge, attitude, action

(15)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Masa Remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa

dewasa. Batasan usia remaja menurut WHO adalah mereka yang berusia 10-19

tahun, sementara PBB menyebut anak muda untuk usia 15-24 tahun. Batasan ini

kemudian disatukan dalam terminalogi kaum muda yaitu usia 10-24 tahun

(Killbourne et. All, 2000).

Pada masa peralihan tersebut, terjadi perubahan fisik yang cepat pada

remaja termasuk perubahan dan perkembangan organ-organ seks yang sering tidak

seimbang dengan perkembangan mental emosionalnya. Hal ini kerap membuat

remaja bingung dan mengalami masalah-masalah dalam kehidupan seksualnya,

terlebih jika tidak ada bimbingan dan dukungan dari orang tuanya (Depkes RI, 2004).

Pembicaraan tentang seks sangatlah menarik, apalagi dalam kehidupan

masyarakat yang penuh nilai-nilai kehidupan Timur yang didominasi oleh

ajaran-ajaran agama dan budaya. Di dalam masyarakat tersebut telah diatur tingkah laku

seksual atau nilai-nilai yang berhubunhan dengan seks secara normatif. Konsep seks

normatif adalah nilai-nilai yang telah terinsitutisional dalam kehidupan masyarakat

dan konsep ini yang dipandang sebagai etnik masyarakat dalam memperlakukan seks

(16)

Pada dasarnya perilaku seksual dapat dikelompokkan menjadi empat

kategori yaitu : berciuman, berpelukan, bercumbu dan berhubungan badan. Sebagian

besar perilaku seksual remaja dapat dilakukan di rumah, di rumah kos, di lingkungan

sekitar sekolah dan di tempat-tempat lainnya seperti di hotel, losmen dan tempat

penginapan lainnya. Bahkan ada juga yang melakukan nya di dalam mobil pada

waktu jalan-jalan.sekarang banyak remaja yang telah melakukan hubungan seks

sebelum dia menikah. Ada yang sudah melakukannya ketika masih SMP dan ada pula

yang melakukannya pada waktu SMA.

Dalam 20 tahun terakhir,terdapat peningkatan besar jumlah gadis remaja

yang pernah berhubungan kelamin. Beberapa penelitian tentang seksualitas remaja

dilakukan di Inggris, A.S, Kanada, dan Australia dalam dua dekade belakangan.

Tampak semakin banyak gadis remaja aktif secara seksual dan berhubungan kelamin

pada usia lebih dini. Penelitian terbaru menunjukkan, sekitar 17% gadis remaja

berhubungan kelamin sebelum usia 16 tahun, dan ketika mencapai usia 19 tahun, tiga

perempat gadis remaja pernah sekurang-kurangnya satu kali berhubungan kelamin

(Derek Llewellyn-Jones, 2005).

Kebanyakan gadis remaja di Inggris atau pasangan mereka menyadari

kemungkinan kehamilan dan menggunakan beberapa bentuk kontrasepsi. Bukti dari

penelitian di Inggris mengenai pengguguran kandungan tidaklah meluas di antara

gadis remaja seperti yang sering diakui. Hampir 2% dikatakan pernah aborsi.

Informasi yang di peroleh dari A.S kurang memuaskan. Lebih dari 9% remaja hamil,

(17)

lebih dari satu juta kehamilan terjadi setiap tahun di antara 3,5 juta gadis remaja yang

aktif secara seksual dan tidak menikah (Derek Llewellyn-Jones, 2005).

Ketidaktahuan remaja mengenai seks tersebut dapat dilihat dari penelitian

yang dilakukan Synovate sebuah perusahaan yang bergerak dibidang jasa dan

pemasaran atas nama DKT Indonesia, pada tahun 2004 terhadap 450 remaja dari

Jakarta, Bandung, Surabaya dan Medan membuktikan remaja tersebut tidak

mempunyai pengetahuan khusus serta komzperhensif mengenai seks. Sebesar (35%)

informasi di peroleh dari teman, (22%) dari film porno,(11%) dari buku, (8%) dari

orang tua dan selebihnya dari pacar, televisi, sekolah, pengalaman maupun film di

bioskop dan tentang perilaku seks remaja (15-24 tahun), (44%) responden mengaku

mereka sudah pernah punya pengalaman seks di usia 16-18 tahun. Sementara 16%

lainnya mengaku pengalaman seks itu sudah mereka dapat antara usia 13-15 tahun

(BKKBN, 2004) dikutip Apulina 2008.

Hasil beberapa survey (di kutip dari Ahmad 2007), seperti tahun 2002

dilakukan penelitian oleh BKKBN di enam kota di Jawa Barat tahun menyebutkan

39,65% (artinya 4 dari 10) remaja pernah berhubungan seks sebelum menikah.

Bahkan menurut survey yang pernah dimuat di detik.com tahun 2007 sebanyak

22,6% remaja Indonesia menganut seks bebas.

Aktifitas seks pra-nikah di kalangan Remaja dan pelajar dari tahun ke

tahun tidak pernah menurun, bahkan sebaliknya terus mengalami peningkatan.

Banyak kasus yang terjadi di berbagai daerah seperti yang di kutip oleh Susanto, dkk

(18)

senior Pusat Penelitian Kependudukan UGM menyatakan bahwa pada tahun 2000

terdapat sebanyak 700 orang remaja dan pelajar putri yang hamil di luar nikah datang

ke Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) Yogyakarta untuk

berkonsultasi tentang masalah kehamilan mereka. Secara nominal, angka itu tentu

mengejutkan karena jumlah itu belum terhitung bagi mereka yang tidak hamil, tetapi

melakukan hubungan seksual. Seperti di gambarkan dari hasil penelitian yang di

lakukan oleh LPM Manunggal UNDIP Semarang pada Februari 2003 yang hasilnya

aktivitas yang dilakukan saat pacaran : ngobrol 6,89%, pegangan tangan 11,63%,

kissing 44,8%, necking 9,77%, petting 8,84% intercouse 15,58% dan lainnya 2,32%

(Asti, 2005).

Akibat yang tidak di kehendaki apabila remaja melakukan hubungan

seksual Pra-Nikah akan mengakibatkan kehamilan di luar Nikah dan apabila terlalu

dini akan berdampak kanker mulut rahim ( Eni Kusmiran, 2011).

Medan sebagai ibukota provinsi Sumatera Utara termasuk kota nomor

tiga terbesar di Indonesia, bahkan sudah menjadi metropolitan. Sangat tinggi

berpotensi budaya free sex sama seperti kota-kota besar, seperti Jakarta, Bandung,

dan lainnya (Profil Kesehatan Kota Medan, 2005).

Hasil monitoring sebuah Yayasan Kelompok Kerja Sosial Perkotaan

(KKSP) bekerjasama dengan Pusat Pendidikan dan Informasi Hak Anak di Medan,

diperkirakan 1500 remaja di Medan terlibat bisnis pelacuran, baik karena kemauan

(19)

kemudian untuk kesenangan tidak dalam kerangka ketidakaktifan sebanyak 20% dan

yang ikut-ikutan sebanyak 35% (Ikhwan, 2007 dalam Apulina 2008).

Dari penelusuran Tim Pusat Kajian dan Perlindungan Anak (PKPA)

terhadap anak sekolah di Medan, di satu sekolah sudah terdapat rata-rata 10-15 anak

per kelas yang sudah membisniskan diri dan selanjutnya membantu temannya

membisniskan keperawanannya. Ada beberapa faktor pemicu yang menyebabkan

remaja melakukan hubungan seks di luar nikah, yaitu karena dia sudah terlanjur tidak

perawan lagi, desakan ekonomi, untuk bayar uang sekolah, pengaruh narkoba, dan

akibat menonton VCD porno.

Menurut penelitian yang dilakukan Helga (2008) di SMU Methodist 1

Medan terhadap 100 orang siswa, diketahui 5 orang siswa (5%) menyatakan pernah

melakukan hubungan seks di luar nikah, dan Wahyuni (2007) di SMK Negeri 8

Medan yang meneliti dengan responden sebanyak 102 orang siswa, diketahui 8 orang

siswa (8%) telah melakukan hubungan seksual di luar nikah. Untuk mengurangi

tinginya angka perilaku seks di luar nikah pada remaja perlu adanya pendidikan seks.

Namun pelaksanaannya, terkendala karena pengaruh budaya masyarakat Indonesia

yang masih menganggap seks itu adalah hal alamiah yang akan diketahui dengan

sendirinya setelah remaja menikah sehingga dianggap tabu untuk dibicarakan secara

terbuka (Mu’tadin, 2002, dikutip Apulina, 2008).

Berdasarkan hasil survey awal bahwa SMA Pencawan Medan dekat

dengan daerah stimulus seperti Hotel, Oukup, dan Cafe yang berada di jalan medan

(20)

Pencawan masuk ke oukup yang berada di sekitaran sekolah dengan menggunakan

seragam sekolah.Oukup x merupakan salah satu tempat yang banyak di datangi siswa

SMA Pencawan. Menurut dari keterangan informan bahwa siswa SMA

menyalahgunakan oukup ini menjadi tempat untuk melakukan perilaku seks yaitu

seperti berciuman, berpegangan tangan, berpelukan dan ada sampai berhubungan

badan.Lokasi ini sangat sangat jauh dari pemantauan guru-guru SMA Pencawan

Medan sehingga siswa sangat mudah untuk melakukan tindakan seks bebas.

Bukan hanya itu Para siswa dan siswi juga memperoleh informasi tentang

sex yang salah, baik dari DVD ataupun VCD dan juga majalah porno maupun media

HP yang semakin canggih sekarang ini sangat berpotensi mengarahkan siswa SMA

tersebut ke arah pengetahuan seks yang salah.

Dari observasi dan wawancara peneliti di SMA Pencawan Medan pada

bulan Juni 2014 kepada guru sekolah, guru BP serta satpam, didapat bahwa di

sekolah mereka kasus kehamilan di luar nikah selalu terjadi setiap tahun dengan

persentase yang berbeda setiap tahunnya. Menurut guru BP, kasus kehamilan di luar

nikah yang terjadi di sekolah mereka selalu terjadi setiap tahun, namun beliau tidak

bisa mengatakan berapa persentase kejadiannya, di karenakan kasus tersebut baru

bisa diketahui ketika salah satu siswi mereka yang harus keluar karena hamil di luar

nikah ataupun keluar dari sekolah, itu pun kebanyakan berasal dari teman siswinya

yang lain, namun selalu ada. Pihak sekolah langsung menindak tegas kejadian

kehamilan di luar nikah yang terjadi pada siswi mereka, karena itu dianggap kejadian

(21)

mereka nantinya setelah di keluarkan. Namun, sebegitu kerasnya peraturan yang di

buat sekolah untuk mengatasi hal itu, tetap tidak dapat mengurangi frekuensi kejadian

kehamilan di luar nikah yang kerap terjadi setiap tahun.

Adapun peran guru dalam upaya untuk mencegah angka kehamilan di

luar nikah para siswa adalah dengan sebatas mengingatkan untuk tidak

berpacar-pacaran dahulu apabila masih sekolah. Dan menurut guru BP mengatakan kalau

beliau sangat sepakat seandainya ada penelitian yang akan menggambarkan

pengetahuan ataupun sikap siswanya seputaran seks, agar nantinya dapat di putuskan

rantai kejadian kehamilan di luar nikah.

Sementara itu, hasil observasi komparasi yang di lakukan peneliti di

sekolah SMA Negri 17 yang terletak di jalan besar Pancurbatu dengan melakukan

wawancara kepada penjaga sekolah (bang ucok), diketahui bahwa kelakuan

menyimpang para siswa tidak terletak kepada perilaku seks tetapi lebih mengarah ke

kasus bolos sekolah,rokok,dan narkoba.

Beranjak dari pemaparan di atas, peneliti mengannggap perlu untuk

menegetahui bagaimana sebenarnya perilaku siswa di SMA Pencawan Medan tentang

(22)

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah di kemukakan di atas, maka yang

menjadi permasalahan adalah bagaimana Gambaran Perilaku Siswa Tentang Seks

Pra-Nikah di SMA Pencawan Medan Jln. Bunga Ncole 50 Kemenangan Tani Medan

Tuntungan Tahun 2014

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran pengetahuan, sikap,

tindakan siswa tentang Perilaku seks pra-nikah.

1.3.2 Tujuan Khusus

Berdasarkan tujuan umum di atas, maka tujuan khusus yang ingin di capai

pada penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui gambaran pengetahuan siswa tentang Perilaku seks

pra-nikah.

2. Untuk mengetahui gambaran sikap siswa tentang Perilaku seks pra-nikah

3. Untuk mengetahui gambaran tindakan siswa tentang Perilaku seks

(23)

1.4 Manfaat Penelitian

1. Sebagai masukan bagi pihak sekolah agar dapat mengenalkan pendidikan

seks pada siswa dan siswinya.

2. Sebagai masukan bagi pihak-pihak yang membutuhkan baik dari kalangan

akademis dan peneliti.

3. Sebagai masukan bagi pelakasana pelayanan kesehatan sekolah agar dapat

memberikan dan mengenalkan pendidikan seks remaja kepada anak didik.

4. Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kesahatan

(24)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Defenisi Perilaku

Perilaku adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang

mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain: berjalan, berbicara, menangis,

tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca, dan sebagainya. Dari uraian ini dapat

disimpulkan bahwa yang dimaksud perilaku manusia adalah semua kegiatan atau

aktivitas manusia, baik yang diamati langsung, maupun yang tidak dapat diamati oleh

pihak luar (Notoatmodjo, 2003).

Green mencoba menganalisis perilaku manusia berangkat dari tingkat

kesehatan. Bahwa kesehatan seseorang dipengaruhi oleh 2 faktor pokok, yaitu faktor

perilaku (behavior causes) dan faktor diluar perilaku (non behavior causes).

Faktor perilaku ditentukan atau dibentuk oleh :

1. Faktor predisposisi (predisposing factor), yang terwujud dalam pengetahuan,

sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai dan sebagainya.

2. Faktor pendukung (enabling factor), yang terwujud dalam lingkungan fisik,

tersedia atau tidak tersedianya fasilitas-fasilitas atau sarana-sarana kesehatan,

misalnya puskesmas, obat-obatan, alat-alat steril dan sebagainya.

3. Faktor pendorong (reinforcing factor) yang terwujud dalam sikap dan perilaku

petugas kesehatan atau petugas lain, yang merupakan kelompok referensi dari

(25)

WHO menganalisis bahwa yang menyebabkan seseorang berperilaku

tertentu adalah :

1. Pemikiran dan perasaan (thougts and feeling), yaitu dalam bentuk pengetahuan,

persepsi, sikap, kepercayaan dan penilaian seseorang terhadap objek (objek

kesehatan).

(1) Pengetahuan diperoleh dari pengalaman sendiri atau pengalaman orang lain.

(2) Kepercayaan sering atau diperoleh dari orang tua, kakek, atau nenek.

Seseorang menerima kepercayaan berdasarkan keyakinan dan tanpa adanya

pembuktian terlebih dahulu.

(3) Sikap menggambarkan suka atau tidak suka seseorang terhadap objek. Sikap

sering diperoleh dari pengalaman sendiri atau orang lain yang paling dekat.

Sikap membuat seseorang mendekati atau menjauhi orang lain atau objek lain.

Sikap positif terhadap tindakan-tindakan kesehatan tidak selalu terwujud

didalam suatu tindakan tergantung pada situasi saat itu, sikap akan diikuti oleh

tindakan mengacu kepada pengalaman orang lain, sikap diikuti atau tidak

diikuti oleh suatu tindakan berdasar pada banyak atau sedikitnya pengalaman

seseorang.

2. Tokoh penting sebagai Panutan. Apabila seseorang itu penting untuknya, maka

apa yang ia katakan atau perbuat cenderung untuk dicontoh.

3. Sumber-sumber daya (resources), mencakup fasilitas, uang, waktu, tenaga dan

(26)

4. Perilaku normal, kebiasaan, nilai-nilai dan penggunaan sumber-sumber didalam

suatu masyarakat akan menghasilkan suatu pola hidup (way of life) yang pada

umumnya disebut kebudayaan. Kebudayaan ini terbentuk dalam waktu yang lama

dan selalu berubah, baik lambat ataupun cepat sesuai dengan peradapan umat

manusia (Notoatmodjo, 2003).

Menurut Benyamin Bloom, Perilaku merupakan hal yang sangat kompleks

dan mempunyai bentangan yang sangat luas. Untuk itu maka Benyamin Bloom

membagi Perilaku tersebut menjadi 3 bagian yaitu: Pengetahuan, Sikap, dan tindakan.

a. Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang

terhadap objek melalui indera yang dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan

sebagainya). Sebagian besar pengetahuan seseorang diperoleh melalui indera

pendengar dan indera penglihatan. Secara garis besar, tingkatan pengetahuan

dibagi menjadi 6 bagian yaitu:

1. Tahu (know) diartikan sebagai recall (memanggil) memori yang telah ada

sebelumnya setelah mengamati sesuatu.

2. Memahami yakni mengerti suatu objek bukan hanya sekedar tahu, tidak

sekedar dapat menyebutkan tetapi harus dapat menginterpretasikan secara

benar.

3. Aplikasi diartikan apabila orang yang telah memahami objek yang dimaksud

dapat menggunakan atau mengaplikasikan prinsip yang diketahui pada situasi

(27)

4. Analisis yakni kemampuan seseorang untuk menjabarkan atau memisahkan,

kemudian mencari hubungan antara komponen-komponen yang terdapat

dalam suatu masalah atau objek yang diketahui.

5. Sintesis yakni suatu kemampuan seseorang untuk merangkum atau

meletakkan ke dalam satu hubungan yang logis dari komponen-komponen

pengetahuan yang dimiliki.

6. Evaluasi yakni kemampuan seseorang untuk melakukan penilaian terhadap

suatu objek.

b. Sikap

Sikap adalah respon tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek tertentu

yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang bersangkutan (senang-tidak

senang, setuju-tidak setuju). Seperti halnya Pengetahuan, Sikap juga mempunyai

beberapa tingkatan :

1. Menerima diartikan bahwa seseorang mau menerima stimulus yang diberikan.

2. Menanggapi diartikan memberikan jawaban atau tanggapan terhadap

pertanyaan atau objek yang dihadapi.

3. Menghargai diartikan seseorang memberikan nilai yang positif terhadap objek

atau stimulus, dalam arti, membahasnya dengan orang lain atau mengajak atau

mempengaruhi orang lain merespon.

4. Bertanggung jawab merupakan tingkatan yang paling tinggi di mana seseorang

(28)

berani mengamnil resiko bila ada orang lain yang mencemooh atau ada resiko

lainnya.

c. Tindakan

Setelah seseorang mengetahui stimulus, kemudian mengadakan penilaian

atau pendapat terhadap apa yang telah di ketahui untuk dilaksanakan atau

dipraktekan. Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan. Agar

terwujud sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung berupa

fasilitas dan dukungan dari pihak lain.

Di mana tindakan ini dapat dibedakan menjadi 3 tingkatan menurut

kualitasnya, yaitu:

1. Praktik terpimpin

Apabila subjek atau seseorang telah melakukan sesuatu tetapi masih

tergantung pada tuntunan atau menggunakan panduan.

2. Praktik secara mekanisme

Apabila subjek atau seseorang telah melakukan atau memperhatikan sesuatu

hal secara otomatis.

3. Adopsi

Suatu tindakan atau praktik yang sudah berkembang, tetapi sudah dilakukan

(29)

2.1.2 Teori mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku

2.1.2.1. Teori WHO

Tim kerja WHO menganalisis bahwa yang menyebabkan seseorang

berperilaku tertentu adalah karena adanya 6 alasan pokok, yaitu :

1. Pengetahuan

Pengetahuan di peroleh dari pengalaman sendiri atau pengalaman orang lain.

2. Kepercayaan

Kepercayaan sering atau diperoleh dari orang tua, kakek dan nenek. Seseorang

menerima kepercayaan itu berdasarkan keyakinan dan tanpa adanya pembuktian

terlebih dahulu

3. Sikap

Sikap menggambarkan suka atau tidak suka terhadap objek. Sikap sering di

peroleh dari pengalaman sendiri atau dari orang lain yang paling dekat.

4. Orang penting sebagai referensi

Perilaku orang, lebih-lebih anak kecil, lebih banyak di pengaruhi oleh

orang-orang yang di anggap penting. Apabila seseorang-orang itu penting untuknya, maka apa

yang ia katakan atau perbuat cenderung untuk di contoh.

5. Sumber-sumber daya (resource)

Maksudnya adalah fasilitas-fasilitas uang waktu tenaga dan sebagainya. Semua

itu berpengaruh terhadap perilaku seseorang atau kelompok masyarakat, yang

(30)

6. Perilaku Normal

Kebiasaan nilai-nilai, dan pengetahuan sumber-sumber didalam suatu masyarakat

akan menghasilkan suatu pola hidup yang pada umumnya disebut kebudayaan.

(Notoatmodjo,2003).

2.1.2.2. Teori Belajar Sosial ( Social Learning )

Pembentukan perilaku dapat terjadi karena proses kematangan dan proses

interaksi dengan lingkungan. Cara yang kedua merupakan cara yang paling besar

pengaruhnya terhadap perilaku manusia. Terbentuknya perubahan perilaku karena

proses interaksi antara individu dengan lingkungan terjadi melalui proses belajar

(learning proces).

Menurut Bandura dan Walter dalam Notoatmodjo (2005) bahwa tingkah laku

tiruan adalah bentuk asosiasi dari rangsangan dengan rangsangan lainnya. Apabila

seseorang melihat suatu rangsangan dan ia melihat model bereaksi secara tertentu

terhadap rangsangan itu, maka dalam khayalan atau imajinasi orang tersebut terjadi

rangkaian simbol-simbol ini merupakan pengganti dari hubungan rangsang balas

yang nyata dan melalui asosiasi, si peniru akan melakukan tingkah laku yang sama

dengan tingkah laku model. Terlepas dari ada atau tidak adanya rangsang,proses

asosiasi tersembunyi ini sangat di bantu oleh kemampuan verbal seseorang. Selain

dari itu, dalam proses ini tidak ada cara coba dan ralat (trial and error) yang berupa

tingkah laku nyata, karena semuanya berlangsung secara tersembunyi dalam diei

(31)

2.2 Remaja

Tahap-tahap perkembangan jiwa menurut Aristoteles dalam Sarwono (2006)

adalah sebagai berikut :

1. 0-7 tahun :masa kanak-kanak (infancy)

2. 7-14 tahun :masa anak-anak (boyhood)

3. 14-21 tahun :masa dewasa muda (young manhood)

Siswa SMA/sederajat ada pada masa ini. Orang muda yang punya

hasrat-hasrat yang kuat dan mereka cenderung untuk memenuhi hasrat-hasrat-hasrat-hasrat itu semuanya

tanpa membeda-bedakan dari hasrat-hasrat yang ada pada tubuh mereka, dan hasrat

seksual lah yang paling mendesak dan dalam hal ini mereka menunjukkan hilangnya

kontrol diri.

Sedangkan menurut WHO (1974)dalam Sarwono (2006), remaja adalah suatu

masa ketika :

1. Individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan tanda-tanda

seksual sekunder sampai ia mencapai kematangan seksual

2. Individu mengalami perkembangan psikologi dan pola identifikasi dari

kanak-kanak menjadi dewasa.

3. Terjadi peralihan dari ketergantungan sosial-ekonomi yang penuh kepada

keadaan yang paling relative lebih mandiri.

Menurut Sarwono, remaja adalah masa peralihan anatara tahap anak dan

dewasa yang jangka waktunya berbeda-beda tergantung faktor sosial budaya. Cirinya

(32)

mencapai puncak perkembangannya, emosi sangat labil, kesetiakawanan yang kuat

terhadap kawan sebaya dan belum menikah. Kondisinya yang belum menikah ini

menyebabkan remaja secara sosial budaya (termasuk agama) dianggap belum berhak

atas informasi dan edukasi, apalagi pelayanan medis untuk kesehatan pada alat

reproduksinya. Dampaknya adalah makin aktifnya perilaku seksual pra-nikah yang di

sertai ketidaktahuan yang pada nantinya bisa membahayakan kesehatan repoduksi.

2.3 Perilaku Seksual Remaja

Menurut Sarwono (2005), perilaku seksual adalah segala tingkah laku yang

di dorong oleh hasrat seksual, baik dari lawan jenisnya maupun dengan sesama

jenisnya. Seperti yang kita ketahui umumnya remaja laki-laki lebih mendominasi

dalam melakukan tindakan perilaku seksual bila di bandingkan dengan remaja

perempuan. Hal ini dikarenakan banyaknya faktor yang membuat remaja laki-laki

ntuk menyalurkan hasrat seksualitasnya. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan

di beberapa Negara maju menunjukkan bahwa remaja laki-laki lebih banyak

melakukan hubungan seksual pada usia lebih muda bila dibandingkan dengan remaja

perempuan.

Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku seksual yang terjadi

pada remaja, antara lain :

1) Faktor Internal

(33)

Dimana perbedaan Kematangan seksual akan menghasilkan perilaku

seksual yang berbeda pula. Misalnya anak yang berusia 4-6 tahun berbeda

dengan anak 13 tahun

b. Pengetahuan mengenai Kesehatan Reproduksi

Anak yang memiliki pemahaman secara benar dan proporsional tentang

kesehatan reproduksi cenderung memahami resiko perilaku serta alternatif

cara yang dapat digunakan untuk menyalurkan dorongan seksualnya.

c. Motivasi

Perilaku yang pada dasarnya berorientasi pada tujuan atau termotivasi

untuk memperoleh tujuan tertentu. Perilaku seksual seseorang memiliki

tujuan untuk memperoleh kesenangan, mendapatkan perasaan aman dan

perlindungan, atau untuk memperoleh uang misalnya Pekerja Seks

Seksual (PSK).

2) Faktor Eksternal

a. Keluarga

Kurangnya komunikasi secara terbuka anatara orangtua dengan emaja

dapat memperkuat munculnya perilaku menyimpang pada remaja

b. Pergaulan

Pada masa pubertas, perilaku seksual pada remaja sangat dipengaruhi oleh

lingkungan pergaulannya dimana pengaruh dari teman sebaya sebagai

(34)

c. Media massa

Kemajuan teknologi mengakibatkan maraknya timbul berbagai macam

media massa seperti televisi, radio, surat kabar, majalah, dan yang paling

dicari oleh remaja adalah internet. Dri internet, remaja dapat dengan

mudah mengakses informasi yang tidak di batasi umur, tempat dan waktu.

Informasi yang diperoleh biasanya akan diterapkan dalam kehidupan

kesehariannya.

Banyaknya perilaku seksual yang terjadi muncul karena adanya dorongan

seksual atau kegiatan yang tujuannya hanya untuk mendapatkan kesenangan organ

seksual melalui berbagai perilaku.

Hal ini sejalan dengan pendapat Wahyudi (2004), beberapa perilaku seksual

secara rinci dapat berupa :

a. Berfantasi merupakan perilaku membayangkan dan mengimajinasikan

aktivitas seksual yang bertujuan untuk menimbulkan perasaan erotisme.

b. Pegangan tangan dimana perilaku ini tidak terlalu menimbulkan

rangsangan seksual yang begitu kuat namun biasanya muncul keinginan

untuk mencoba perilaku lain

c. Cium kering berupa sentuhan pipi dengan pipi atau pipi dengan bibir

d. Cium basah berupa sentuhan bibir ke bibir

e. Meraba merupakan kegiatan pada bagian-bagian sensitive rangsang

(35)

f. Berpelukan perilaku ini hanya menimbulkan perasaan tenang, aman,

nyaman disertai rangsangan seksual (apabila mengenai daerah sensitif)

g. Masturbasi (wanita) Onani (Laki-laki) merupakan perilaku merangsang

organ kelamin untuk mendapatkan kepuasan seksual dan dilakukan

sendiri.

h. Oral seks merupakan perilaku seksual dengan cara memasukkan alat

kelamin kedalam mulut lawan jenis.

i. Peitting merupakan seluruh perilaku yang non intercourse (hanya sebatas

pada menggesekkan alat kelamin)

j. Intercourse (senggama) merupakan aktivitas seksual dengan memasukkan

alat kelamin laki-laki ke dalam alat kelamin perempuan.

2.4 Kesehatan Reproduksi

Sesuai dengan defenisi WHO (1992) dalam Anshor (2006), kesehatan

reproduksi adalah keadaan kesejahteraan fisik, mental dan sosial utuh bukan hanya

bebas dari penyakit atau kecacatan, dalam segala aspek yang berhubungan dengan

systerm reproduksi, fungsi serta prosesnya. Pengertian sehat disini tidak semata-mata

berarti bebas dari penyakit atau bebas dari kecacatan namun juga sehat secara mental

serta sosial kultural. Remaja perlu mengetahui kesehatan reproduksi agar memiliki

informasi yang benar mengenai proses reproduksi serta berbagai faktor yang ada di

(36)

tingkah laku yang bertanggung jawab mengenai proses-proses reproduksi yang di

alaminya.

Pengetahuan dasar yang perlu diberikan kepada remaja agar mereka

mempunyai wawasan kesehatan reproduksi yang baik adalah :

1. Pengenalan mengenai sistem, proses dan fungsi alat reproduksi (aspek tumbuh

kembang remaja).

2. Mengapa remaja perlu mendewasakan usia kawin serta bagaimana merencanakan

kehamilan agar sesuai dengan keinginan dan pasangannya.

3. Pengenalan mengenai Penyakit Menular Seksual dan HIV/AIDS serta dampaknya

terhadap kondisi kesehatan reproduksi.

4. Bahaya narkoba dan miras pada kesehatan reproduksi.

5. Peran dan pengaruh media terhadap perilaku seksual.

6. Kekerasan seksual dan bagaimana mengahadapinnya.

7. Mengembangkan Kemampuan berkomunikasi termasuk memperkuat kepercayaan

diri agar mampu menangkal hal-hal yang bersifat negatif.

8. Hak-hak reproduksi.

2.5 Hubungan Seksual Pra-Nikah

Hubungan seksual adalah masuknya penis ke dalam vagina. Bila terjadi

ejakulasi (pengeluaran cairan sperma) dengan posisi alat kelamin laki-laki berada

dalam vagina memudahkan pertemuan sel telur yang menyebabkan terjadinya

(37)

tindakan seksual yang dilakukan tanpa melalui proses pernikahan yang resmi menurut

hukum maupun menurut agama dan kepercayaan masing-masing individu (Anonim,

2005).

Berbagai perilaku seksual remaja yang belum saatnya untuk melakukan

hubungan seksual sevara wajar anatara lain dikenal sebagai berikut :

1. Masturbasi atau Onani yaitu suatu kebiasaan buruk berupa manipulasi

terhadap genital dalam rangka menyalurkan hasrat seksual pemenuhan

kenikmatan yang sering kali menimbulkan guncangan pribadi dan emosi.

2. Berpacaran dengan perilaku seksual yang ringan seperti sentuhan, pegangan

tangan sampai ciuman dan sentuhan-sentuhan seks yang pada dasarnya adalah

keinginan untuk menikmati dan memuaskan dorongan seksual.

3. Berbagai kegiatan yang mengarah kepada pemuasan dorongan seksual yang

pada dasarnya menunjukkan tidak berhasilnya seseorang dalam

mengendalikan atau kegagalan dalam mengalihkan dorongan tersebut

kegiatan lain yang masih dapat di kerjakan. Contohnya, menonton atau

membaca hal-hal yang berabau pornografi, dan berfantasi.

Dorongan atau hasrat untuk melakukan hubungan seksual selalu muncul pada

remaja,oleh karena itu bila ada penyaluran yang tidak sesuai (pra-nikah) maka harus

dilakukan usaha untuk memberi pengertian dan pengetahuan mengenai hal tersebut.

(Gunarsa, dkk, 2005).

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi remaja untuk melakukan hubungan

(38)

- Waktu/saat mengalami pubertas. Saat itu mereka tidak pernah memahami

tentang apa yang dialaminya

- Kontrol sosial kurang tepat yaitu terlalu ketat atau terlalu longgar

- Frekuensi pertemuan dengan pacarnya. Mereka mempunyai kesempatan untuk

melakukan, pertemuan yang makin sering tanpa kontrol yang baik sehingga

hubungan akan makin mendalam

- Kondisi keluarga yang tidak memungkinkan untuk mendidik anak-anak untuk

memasuki masa remaja dengan baik.

- Status ekonomi. Mereka yang hidup dengan fasilitas yang berkecukupan akan

mudah mendapatkan akses ke tempat-tempat rawan yang memungkinkan

adanya kesempatan melakukan hubungan seksual. Sebaliknya kelompok yang

ekonomi lemah tetapi banyak kebutuhan/tuntutan, mereka mencari

kesempatan memanfaatkan dorongan seksnya demi mendapatkan sesuatu.

- Tekanan dari teman sebaya. Kelompok sebaya kadang-kadang saling ingin

menunjukkan kematangannya. Misalnya : mereka (pria) ingin menunjukkan

bahwa mereka mampu membujuk pasangan nya untuk melakukan hubungan

seks

- Adanya keinginan untuk menunjukkan cinta pada pacarnya

- Penerimaan aktifitas seksual dari pacarnya

- Terjadi peningkatan rangsangan seksual akibat peningkatan kadar hormon

(39)

2.6. Dampak Dari Melakukan Hubungan Seksual Pra-Nikah

2.6.1 Aspek Medis

Dari aspek Medis, melakukan hubungan seksual pra-nikah memiliki banyak

konsekuensi, yaitu sebagai berikut :

1. Kehamilan yang tidak di inginkan (KTD) pada usia muda

Mudanya usia ditambah lagi minimnya informasi tenteng “bagaimana seseorang perempuan bisa hamil”, mempertinggi kemungkinan terjadinya

kasus kehamilan yang tidak di inginkan. Menurut data PKBI (perhimpunan

keluarga berencana indonesia), 37.700 perempuan mengalami kehamilan yang

tidak diinginkan. Dari jumlah itu, 30% adalah masih remaja, 27,0% belum

menikah, 12,5% masih berstatus pelajar dan sisanya adalah ibu rumah tangga

(Adinigsih, 2007).

2. Aborsi

Dengan status mereka yang belum menikah, maka besar kemungkinan

kehamilan tersebut tidak di kehendaki dan aborsi merupakan salah satu

alternatif yang kerap diambil oleh remaja. Setiap tahun terdapat sekitar 2,6

juta kasus aborsi di Indonesia, yang berarti setiap jam terjadi sekitar 300

tindakan pengguguran janin dengan resiko kematian ibu. Menurut Deputi

Bidang Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Siswanto Agus Wilopo,

sedikitnya 700 ribu di antaranya dilakukan oleh remaja (perempuan) berusia

di bawah 20 tahun. Sebanyak 11,31% dari semua kasus aborsi dilakukan

(40)

3. Meningkatnya resiko terkena kanker rahim

Boyke Dian Nugroho memgungkapkan bahwa hubungan seksual yang

dilakukan sebelum usia 17 tahun resiko terkena penyakit kanker mulutb rahim

menjadi empat hingga lima kali lipat lebih tinggi (Adinigsih, 2007).

4. Terjangkitnya Penyakit Menular Seksual (PMS)

PMS adalah penyakit yang dapat di tularkan dari seseorang kepada orang lain

melalui hubungan seksual berganti-ganti pasangan baik melalui vagina, oral

maupun anal. Bila tidak diobati dengan benar,penyakit ini dapat berakibat

serius bagi kesehatan reproduksi, seperti terjadinya kemandulan, kebutaan

pada bayi yang baru lahir bahkan kematian. Ada banyak macam penyakit

yang bisa digolongkan sebagai PMS. Di Indonesia yang banyak ditemukan

saat ini adalah gonore (GO), sifilis(raja singa), herpes kelamin, klimidia,

tikomoniasis vagina, kutil kelamin hingga HIV/AIDS (Djuanda, 2005).

2.6.2 Aspek Sosial-Psikologis

Dari aspek psiologis, melakukan hubungan seksual pra-nikah akan

menyebabkan remaja menjadi memiliki perasaan dan kecemasan tertentu, sehingga

bisa mempengaruhi kondisi kualitas sumber daya manusia(remaja) di masa yang akan

datang. Kualitas SDM remaja ini adalah :

1. Kualitas Mentalis. Kualitas mentalis remaja laki-laki dan perempuan yang

terlibat perilaku seksual pra-nikah akan rendah bahkan cenderung memburuk.

(41)

masa lalunya. Cepat menyerah pada nasib, tidak sanggup menghadapi

tantangan dan ancaman hidup, rendah diri dan berkompetisi.

2. Kualitas kesehatan reproduksi. Hal ini erat kaitannya dengan dampak medis

karena fisik perempuan khususnya. Sedangkan laki-laki akan memiliki resiko

terkena impotensi

3. Kualitas keberfungsian keluarga. Seandainya mereka (remaja) menikah

dengan cara terpaksa, akan mengakibatkan kurang dipahaminya peran-peran

baru yang disandangnya untuk membentuk keluarga yang sakinah

4. Kualitas ekonomi keluarga. Kualitas ekonomi yang di bangun oleh keluarga

yang menikah karena terpaksa, akan mengalami kurangnya persiapan dalam

pemenuhan kebutuhan ekonomi keluarga.

5. Kualitas pendidikan. Remaja yang terlibat perilaku seksual pra-nikah,

kemudian menikah, tentunya akan memiliki ketrbatasan terhadap pendidikan

formal.

6. Kualitas partisipasi dalam pembangunan. Karena kondisi fisik, mental dan

sosial yang kurang baik, remaja terlibat perilaku seksual pra-nikah, tidak

dapat berpartisipasi dalam pembangunan (Iriany, 2005).

2.7 Pendidikan Seksual

Menurut Sarlito (2005), pendidikan seksual adalah suatu informasi mengenai

persoalan seksualitas manusia yang jelas dan benar, meliputi proses terjadinya

(42)

kesehatan, kejiwaan dan kemasyarakatan. Masalah pendidikan seksual yang diberikan

sepatutnya berkaitan dengan norma-norma yang berlaku di masyarakat, apa yang di

larang, apa yang di lazimkan dan bagaimana melakukannya tanpa melanggar

aturan-aturan yang berlaku di masyarakat.

Pendidikan seksual merupakan cara pengajaran atau pendidikan yang dapat

menolong remaja untuk menghadapi masalah hidup yang bersumber pada dorongan

seksual. Dengan demikian pendidikan seksual ini bermaksud untuk menerangkan

segala hal yang berhubungan dengan seks dan seksualitas dalam bentuk yang wajar.

Menurut Singgh (1991), pendidikan seksual seharusnya diberikan sejak dini

ketika anak sudah mulai beratanya perbedaan kelamin antara dirinya dengan orang

lain, berkesinambungan dan bertahap, disesuaikan dengan kebutuhan, umur serta

daya tangkap anak. Idealnya pendidikan seksual diberikan pertama kali oleh orang

tua di rumah, mengingat yang paling tahu keadaan anak adalah orang tuanya sendiri.

Pendidikan seks yang benar harus disesuaikan dengan kondisi masyarakat,

guna mengurangi konflik dan mitos-mitos yang salah selama ini berkembang

dimasyarakat. Tentunya setelah mengetahui kesehatan reproduksi dan resiko-resiko

serta konsekuensi yang harus di tanggung jika melakukan hubungan seks pra-nikah,

yang kan membuat remaja lebih berjati-hati dan menjaga dirinya, termasuk ketika

memutuskan ubtuk berpacaran. Dengan adanya pendidikan seks, diharapkan mampu

(43)

2.7.1 Tujuan pendidikan seksual

Tujuan pendidikan seksual adalah untuk membentuk suatu sikap emosional

yang sehat terhadap masalah seksual dan membimbing anak dan remaja ke arah hidup

dewasa yang sehat dan bertanggung jawab terhadap kehidupan seksual. Hal ini

dimaksudkan agar mereka tidak menganggap seks itu sebagai suatu yang menjijikkan

dan kotor.

Dikatakan bawa tujuan dari pendidikan seksual adalah bukan untuk

menimbulkan rasa inin tahu dan ingin mencoba hubungan seksual antara remaja, akan

tetapi ingin menyiapkan agar remaja tahu tentang seksualitas dan akibat-akibatnya

bila di lakukan tanpa mematuhi aturan hukum, agama dan adat istiadat serta kesiapan

mental dan material seseoarang.

2.8 Keluarga

Keluarga adalah lembaga (wadah) tempat berkumpul anggota keluarga yang

terdiri dari ayah, ibu dan anak. Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat

(Nasution,2004).

Keluarga seimbang adalah keluarga yang di tandai oleh keharmonisan

hubungan antara ayah dengan ibu, ayah dengan anak. Dalam keluargaini orang tua

bertanggung jawab dan dapat dipercaya. Setiap anggota keluarga saling menghormati

dan memberi tanpa diminta. Orang tua sebagai koordinator keluarga harus

berperilaku proaktif. Jika anak mementang otoritas, segera ditertibkan karena didalam

(44)

aman,walaupun tidak selalu disadari. Di antara anggota keluarga saling

mendengarkan jika bicara bersama,melalui teladan dan dorongan orang tua. Setiap

masalah di hadapi dan diupayakan untuk di pecahkan bersama.

2.9 Kelompok Sebaya

Ketika seorang anak akan menjauhi dari orang tuanya dan lebih dekat dengan

teman sebayanya, sehingga pengaruh teman sebaya ini akan sangat lebih kuat dalam

menentukan perilaku yang akan dipilih. Masa ini juga merupakan masa pencarian

identitas diri dan membina sosialisasi dengan teman-teman sebaya dalam memperluas

lingkungan pergaulannya.

Dalam kesehariannya remaja cenderung mengikuti kata-kata teman sebayanya

dari pada kata-kata orangtuanya, sehingga kontrol dirinya menjdai kurang. Penyebab

kurangnya kontrol pada diri remaja antara lain: kurang percaya diri, kurangnya

keterampilan berkomunikasi (misalnya: kesulitan menolak teman), kurang dapat

bersifat tegas serta rendahnya kemampuan dalam mengambil keputusan (Anonim,

2005).

Teman sebaya adalah orang-orang yang seumur dan mempunyai kelompok

sosial sama, sepertiteman sekolah atau tetangga. Jenis-jenis tekanan pada kelompok

sebaya ada dua macam yaitu :

1. Tekanan kelompok sebaya positif yaitu desakan yang kuat dari seseorang atau

beberapa orang yang menyetujui dan berperilaku seperti mereka inginkan,

(45)

2. Tekanan kelompok sebaya negatif yaitu desakan kuat dari seseorang atau

beberapa orang untuk menyetujui atau berbuat seperti yang mereka inginkan

namun kegiatannya negatif (Nasution, 2004).

2.10.Kerangka Konsep

Gambar 2.1.KerangkaKonsep

Berdasarkan kerangka konsep diatas dapat dijelaskan sebegai berikut:

karakteristik (umur, jeniskelamin, tempat tinggal dan uangsaku) serta sumber

informasi (media massa, keluarga, temansebayadan guru) akan mempengaruhi

pengetahuan, pengetahuan akan mempengaruhi sikap dan sikap akan mempengaruhi

tindakan siswa tentang seks pra-nikah.

(46)

BAB III

METODE PENELITIAN

6.1Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian survei yang bersifat Deskriptif

Kuantitatif,yang menggambarkan tentang Gambaran Perilaku Siswa tentang Seks

Pra-Nikah diSMA Pencawan di Jln. Bunga Ncole 50 Kemenangan Tani Medan

Tuntungan Tahun 2014.

3.2.Lokasi dan Waktu Penelitian

3.2.1. Lokasi Penelitian

Penelitian akan di lakukan di SMA Pencawan Medan, dengan alasan :

1. Di sekolah ini belum pernah di lakukan penelitian tentang Perilaku Siswa

tentang Seks Pra-Nikah.

2. Di SMA Pencawan Medan pernah terjadi kasus kehamilan yang terjadi di

luar pernikahan. Dari observasi dan wawancaran peneliti di SMA

Pencawan Medan pada bulan Juni 2014 kepada guru, guru BP, serta

satpam. Didapat bahwa di sekolah mereka kasus kehamilan di luar nikah

selalu terjadi setiap tahun dengan persentase yang berbeda setiap

(47)

6.2.2. Waktu Penelitian

Penelitian ini di laksanakan pada bulan Juni 2014 sampai dengan September

2014.

3. 3. Populasi dan Sampel

3.3.1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh kelas X (90 Siswa) dan XI (60

siswa) dan siswa XII (60 Siswa ) SMA Pencawan Medan yaitu sebanyak 210 siswa

(Data siswa SMA Pencawan Medan TA 2013/ 2014 ).

6.3.2. Sampel

Cara menentukan jumlah sampel menurut(Lemeshow et.All,1994), sebagai

berikut:

� =d2 N− + zz2P −P N2 P −P

jadi sampel sebanyak 66 Orang

Berdasarkan perhitungan yang di lakukan dengan menggunakan rumus

diatas,maka di ketahui jumlah dari populasi 210 siswa di dapat sampel penelitian

sebanyak 66 siswa responden.

Pengambilan sampel di lakukan secara proporsional stratified random

(48)

agar setiap orang memiliki peluang yang sama untuk menjadi sampel serta mewakili

setiap peserta(kelas).

Kelas X 9 x 66= 28 Orang

Kelas XI 6 x 66= 19 Orang

Kelas XII 60 x 66= 19 Orang

6.4. Metode Pengambilan Data

Metode pengumpulan data berupa data primer yang diperoleh langsung dari

responden dengan cara menggunakan kuesioner dalam bentuk pertanyaan dan

pernyataan dan tindakan tentang seks pra-nikah di SMA PencawanMedan.

3.4.1.Data Primer

Data primer dikumpulkan melalui wawancara dengan menggunakan kuesioner

yang mencakup data karakteristik responden (umur, jenis kelamin, tempat tinggal,

uang saku,mulai pacaran), pengetahuan tentang seks pra-nikah, sikap tentang seks

pra-nikah, dan tindakan tentang seks pra-nikah.

6.4.2.Data Sekunder

Data sekunder yang diperlukan diperoleh dari kantor Tata Usaha SMA

(49)

3.5. Tehnik Pengolahan dan Analisis Data

3.5.1. Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan dengan cara manual dan disajikan dalam bentuk

tabel distribusi frekuensi.

3.5.2. Analisis Data

Data analisis secara deskriptif untuk mengetahui tingkat perilaku siswa-siswi

tentang seks pra-nikah di SMA Pencawan Medan.

3.6. Defenisi Operasional

1. Karakteristik Siswa

- Umur yaitu lamanya hidup seseorang responden dihitung sejak ia lahir

sampai saat penelitian berdasarkan tahun.

- Jenis kelamin yaitu perbedaan ciri biologis responden, dalam hal ini dibagi

menjadi dua kategori yaitu : laki-laki dan perempuan.

- Tempat tinggal yaitu letak wilayah tempat tinggal responden.

- Uang saku besarnya rat-rata nominal uang saku yang diberikan orang tua

kepada responden untuk uang saku satu bulan terakhir.

2. Sumber informasi adalah asal keterangan yang diperoleh SMA Pencawan

Medan tentang perilaku hubungan seksual pra-nikah, antara lain, media

(50)

- Media Elektronik yaitu media informasi bagi responden yang menjadi

sumber keterangan perihal seks pra-nikah bagi responden. Seperti

Handphone, Gadget, VCD.

- Keluarga yaitu seluruh anggota keluarga yang mempunyai hubungan

darah dengan responden

- Teman sebaya yaitu orang-orang yang ada dalam pergaulan responden

sehari-hari yang bisa jadi tempat konsultasi responden dan bisa

memberikan informasi perihal seks pra-nikah.

3. Pengetahuan yaitu tingkat pengetahuan responden tentang hubungan seks

pra-nikah.

4. Sikap yaitu tanggapan responden tentang hubungan seks pra-nikah.

5. Tindakan yaitu segala bentuk nyata aktivitas responden yang berkaitan dengan

hubungan seks pra-nikah.

3.7. Aspek Pengukuran dan Instrumen

3.7.1. Aspek Pengukuran

Aspek pengukuran dalam penelitian ini didasarkan pada jawaban responden

terhadap pertanyaan dari kuesioner yang di sesuaikan dengan skor. Nilai yang

dikumpulkan dikategorikan menjadi 3 tingkat, baik pada pengukuran pengetahua,

sikap, dan tindakan yaitu:

Baik : Jika total nilai yang di peroleh > 75%

(51)

Kurang : Jika total nilai yang diperoleh < 40%

1. Pengetahuan

Untuk mengetahui tingkat pengetahuan secara umum disusun pertanyaan

sebanyak 10, dengan skor jawaban tertinggi 3,dan skor terendah 0. Total skor=

30.

Berdasarkan jumlah nilai yang ada dapat diklasifikasikan dalam 3 (tiga) kategori

yaitu:

a. Penegtahuan baik,apabila jumlah nilai responden > 22 ( > 75%).

b. Pengetahuan sedang,apabila jumlah nilai responden 12-22 (40%-75%).

c. Pengetahuan kurang,apabila jumlah nilai koresponden <12 (<40%).

2. Sikap

Aspek pengukuran sikap dilakukan dengan menggunakan skala Likert yang

terdiri dari 4 kategori yaitu SS (Sangat Setuju), S (Setuju), TS (Tidak Setuju),

STS (Sangat Tidak Setuju) (Riduwan, 2003). Sikap diukur melalui 10 pernyataan

dengan skor maksimal 30 yaitu sebagai berikut :

Nilai 3 : Jawaban sangat setuju (SS)

Nilai 2 : Jawaban setuju (S)

Nilai 1 : Jawaban tidak setuju (TS)

Nilai 0 : Jawaban sangat tidak setuju (STS)

Adapun skor tertinggi yang dapat dicapai responden adalah berjumlah 30.

Cara menentukan kategori tingkat sikap responden mengacau pada persentase berikut

(52)

1. Sikap baik, apabila skor jawaban >75% nilai keseluruhan (23-30)

2. Sikap cukup baik, apabila skor jawaban 40%-75% nilai keseluruhan (13-22)

3. Sikap kurang baik, apabila skor jawaban <40% nilai keseluruhan (0-12)

3. Tindakan

Untuk mengetahui tindakan di susun pertanyaan sebanyak 10 pertanyaan dengan

total skor 20. Berdasarkan jumlah nilai yang didapat diklasifikasikan dalam 3

(tiga) kategori yaitu :

a. Tindakan baik,apabila jumlah nilai responden >22 (> 75%).

b. Tindakan sedang, apabila jumlah nilai responden 12-22 ( 40 % - 75%).

c. Tindakan Kurang, apabila jumlah niali responden <12 ( < 40%).

3.7.2. Instrumen

Instumen yang dipakai untuk pengumpulan data adalah berupa kuesioner yang

berisi pertanyaan tentang pengetahuan, sikap, tindakan siswa tentang hubungan seks

(53)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

SMA Pencawan Medan terletak di Jl. Bunga Ncole 50 Kemenangan Tani

Medan Tuntungan Tahun 2014. SMA Pencawan Medan memiliki beberapa fasilitas

yang berguna untuk mendukung kegiatan belajar mengajar, yaitu ruangan

laboratorium, perpustakaan, ruang komputer, auditorium, lapangan bola, lapangan

basket dan ruangan kelas yang dipakai untuk proses belajar mengajar. Adapun

ruangan untuk siswa terdiri dari:

- Kelas I : 3 kelas

- Kelas II : 2 kelas, yang terdiri dari 1 jurusan IPA, 1 jurusan IPS

- Kelas III : 2 kelas, yang terdiri dari 1 jurusan IPA, 1 jurusan IPS

4.2. Faktor Internal Dari Karakteristik

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Karakteristik Jenis

Kelamin Siswa di SMA Pencawan Medan Tahun 2014

No Jenis kelamin Jumlah (n) %

1. Laki-laki 30 45,5

2. Perempuan 36 54,5

(54)

Berdasarkan tabel 4.1 di atas bahwa sebagian besar jenis kelamin responden

yang paling banyak adalah perempuan yaitu sebanyak 36 orang (54,5%), sedangkan

sebagian kecil jenis kelamin responden adalah laki-laki yaitu sebanyak 30 orang

(45,5%).

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Karakteristik Umur Siswa di SMA

Pencawan Medan Tahun 2014

NO Umur (Tahun) Jumlah (n) %

1 15 24 36,4

2 16 27 40,9

3 17 15 22,7

Jumlah 66 100,0

Dari tabel 4.2 dapat dilihat bahwa sebagian besar umur responden yang paling

banyak berusia 16 tahun yaitu ada 27 orang (40,9%).

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Karakteristik Uang Saku Siswa di

SMA Pencawan Medan Tahun 2014

No Uang Saku Jumlah (n) %

1 < 500 37 56,1

2 >500 29 43,9

Jumlah 66 100,0

Berdasarkan tabel 4.3 di atas bahwa sebagian besar uang saku responden yaitu

sebanyak <500.000 sebanyak 37 orang (56,1%), sedangkan sebagian kecil uang saku

(55)

4.3. Faktor Eksternal Dari Sumber Informasi

Tabel 4.4 Distribusi Responden Berdasarkan Sumber Informasi

No Sumber Informasi Jumlah (n) %

Berdasarkan tabel 4.4 di atas diketahui bahwa sebagian besar responden

mendapatkan informasi tentang kesehatan yaitu dari media massa sebanyak 38 orang

(57,6%), sedangkan sebagian kecil dari keluarga sebanyak 3 orang (4,5%).

4.4. Pengetahuan Tentang Seks Pra-Nikah

Tabel 4.5. Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Tentang Pengertian

Kesehatan Reproduksi di SMA Pencawan Medan Tahun 2014.

No Pengertian Kesehatan Reproduksi Jumlah(n) %

0. Tidak Tahu 2 81,9

1 Keadaan sehat hanya pada alat reproduksi saja 2 3,0

2 Keadaan yang tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecatatan, namun juga sehat secara fungsi reproduksi

8 12,1

3. Keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial utuh bukan hanya bebas dari penyakit atau kecacatan, dalam segala aspek yang berhubungan dengan sistem, fungsi serta proses reproduksi

54 3,0

Jumlah 66 100,0

Berdasarkan tabel 4.5 diatas bahwa sebagian besar responden menjawab

(56)

sosial utuh bukan hanya bebas dari penyakit atau kecacatan, dalam segala aspek yang

berhubungan dengan sistem, fungsi serta proses reproduksi sebanyak 54 orang

(81,9,0%), dan sebagian kecil responden menjawab adalah tidak tahu sebanyak 2

orang (3,0%).

Tabel 4.6 Distribusi Responden Berdasarkan Pengenalan Dasar Tentang

Kesehatan Reproduksi di SMA Pencawan Medan Tahun 2014.

No Pengenalan Dasar Tentang Kesehatan

Reproduksi

3 Sistem reproduksi, proses reproduksi, fungsi alat reproduksi(tumbuh kembang remaja), hak-hak reproduksi, dan penyakit menular seksual, serta dampaknya terhadap kondisi kesehatan reproduksi

53 80,3

Jumlah 66 100,0

Berdasarkan tabel 4.6 diatas bahwa sebagian besar responden menjawab

pengenalan dasar kesehatan reproduksi adalah Perubahan organ reproduksi pada

manusia sebanyak 53 orang (80,3%), dan tsebagian kecil menjawab adah tidak tahu

Gambar

Gambar 2.1.KerangkaKonsep
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Karakteristik Jenis
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Karakteristik Uang Saku Siswa di
Tabel 4.5. Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Tentang Pengertian
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pelaksanaan pembelajaran anak berkebutuhan khusus tunagrahita di kelas V SD Negeri Inklusif Margosari Kecamatan Pengasih,

Sehubungan dengan telah dilakukannya Evaluasi Dokumen Kualifikasi Paket Pekerjaan Pembangunan Bandar Udara Mamit Tahap II Kode Lelang 3906041, maka dengan ini

Sebagai guru kita tentunya bangga dengan prestasi siswa yang memuaskan sesuai dengan tujuan yang direncanakan, dengan menggunakan pendekatan yang tepat dalam

This research were divided into two stages, namely (1) determining the appropriate type of biogas reactor by distributing questionnaires to 3 (three) experts

Pada penelitian utama, keberdayaan pemangku kepentingan terhadap keberhasilan proyek dengan koefisien path sebesar 0,492 menunjukkan bahwa variabel laten ini

Metode : Desain penelitian ini menggunakan rancangan eksperimen semu ( Quasi eksperimen ) rancangan pretest-posttest dengan kelompok control ( Pretest- posttest with control

Dalam kompetisi Matematika yang terdiri dari 40 soal, peserta akan mendapat skor 4 untuk jawaban benar, skor -1 untuk jawaban salah, dan skor 0 untuk soal yang tidak

Reica pada tanggal 1 Januari 2011, bergerak dalam bidang jual beli gula pasir merek “My Sugar”.. Reica mengambil uang untuk keperluan pribadi