Hotni Sari Dewi Siregar : Kebiasaan Ibu Dalam Melakukan Perawatan Nifas Di Nagori Raya Huluan, 2008. USU Repository © 2009
KEBIASAAN IBU DALAM MELAKUKAN PERAWATAN
NIFAS DI NAGORI RAYA HULUAN
HOTNI SARI DEWI SIREGAR
SKRIPSI
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Hotni Sari Dewi Siregar : Kebiasaan Ibu Dalam Melakukan Perawatan Nifas Di Nagori Raya Huluan, 2008. USU Repository © 2009
Judul : Kebiasaan Ibu Dalam Melakukan Perawatan Nifas Di
Nagori Raya Huluan
Nama : Hotni Sari Dewi Siregar
NIM : 071101083
Tahun Akademik : 2007/2008
Pembimbing Penguji
... ... Penguji 1
Erniyati, S.Kp, MNS Erniyati, S.Kp, MNS
NIP. 132 238 510 NIP. 132 238 510
... Penguji 2
Siti Saidah, S.Kp, M.Kep
NIP. 132 297 159
... Penguji 3
Yessi Ariani, S.Kep, Ns
NIP. 132 307 956
Program studi Ilmu Keperawatan telah menyatujui ini sebagai bagian persyaratan kelulusan untuk Sarjana Keperawatan
... ...
(Erniyati, S.Kp,MNS) Prof. Guslihan Dasa Tjipta,
Sp.A (K)
NIP. 132 238 510 NIP. 140 105 363
Hotni Sari Dewi Siregar : Kebiasaan Ibu Dalam Melakukan Perawatan Nifas Di Nagori Raya Huluan, 2008. USU Repository © 2009
Judul : Kebiasaan Ibu Dalam Melakukan Perawatan Nifas Di
Nagori Raya Huluan
Peneliti : Hotni Sari Dewi Siregar
NIM : 071101083
Fakultas/jurusan : Kedokteran/ Program Studi Ilmu Keperawatan
ABSTRAK
Perawatan nifas adalah perawatan terhadap ibu yang telah selesai melahirkan, perawatan nifas pada penelitian ini menggunakan standar kesehatan yang dikemukakan oleh Reeder, Martin dan Griffin yang meliputi, perawatan perineum, perawatan payudara, pemulihan kesehatan, seksualitas dan penggunaan alat kontasepsi.
Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan dan memaparkan jenis-jenis perawatan nifas dan bagaimana cara perawatan nifas yang dilakukan para ibu di Nagori Raya Huluan. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 22-25 Juli 2008 di Nagori Raya Huluan Kecamata Raya Kabupaten Simalungun.. Sampel penelitian 32 ibu nifas diambil dengan metode purposive sampling.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 20 kategori perawatan nifas yang sesuai dengan standar kesehatan mayoritas responden melakukan perawatan nifas ini (87,5-100%). diantaranya adalah terapi panas, pembilasan khusus, ibu langsung menyusui bayi paska persalinan, melakukan perawatan untuk mengurangi pembengkakan, membersihkan payudara dua kali dalam sehari, mengkonsumsi makanan khusus untuk memulihkan tenaga dan meningkatka produksi ASI. Hanya 4 kategori perawatan nifas berdasarkan standar kesehatan yang tidak dilakukan oleh ibu yaitu, terapi dingin, latihan untuk mengurangi kesulitan pada saat duduk, kegel exercise dan mandi berendam. Selain perawatan nifas yang sesuai dengan standar kesehatan responden juga memiliki kebiasaan perawatan nifas menurut kebiasaan setempat, antara lain, memakai gurita (n=32, 100%) mengolesi tubuh dengan param dan memakai tudung (n=25, 78,1%), pantangan dalam perbuatan (n=19, 59,3%).
Penelitian lebih lanjut perlu dilakukan untuk mengetahui manfaat perawatan nifas yang dilakukan responden berdasarkan kebiasaan dan budaya Nagori Raya Huluan
Hotni Sari Dewi Siregar : Kebiasaan Ibu Dalam Melakukan Perawatan Nifas Di Nagori Raya Huluan, 2008. USU Repository © 2009
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat
dan karunia-Nyalah penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Perawatan Mandiri Ibu Nifas Di Nagori Raya Huluan ”.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada Ibu
Erniyati, S.Kp, MNS selaku dosen pembimbing dan penguji I yang telah
menyediakan waktu untuk memberi bimbingan, masukan, arahan, dan kritikan
kepada penulis dalam penulisan skripsi ini.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Prof. Gontar A. Siregar,
Sp.PD-KGEH selaku Dekan FK USU, Prof. Guslihan Dasa Tjipta, Sp.A (K)
selaku Pembantu Dekan I FK USU, Ibu Erniyati, S.Kp, MNS selaku Ketua
Program Studi Ilmu Keperawatan FK USU. Selain itu, penulis juga mengucapkan
terima kasih kepada Ibu Siti Saidah S.Kp, Mkep.Sp Mat, selaku penguji II, dan
Ibu Yessi Ariani, S.Kp, Ns selaku penguji III.
Skripsi ini tidak lepas dari dukungan keluarga tersayang Ibunda Salohot
Ritonga, dan Rosima. Dan suami saya tercinta Erwinsyah Surbakti, dan adik-adik
saya, Dukungan, semangat, doa, kasih sayang, dan semua jerih payah yang
dilakukan sangat berarti untuk penulis. Semoga studi lancar dan cepat bergabung
kembali di PSIK FK USU. Tidak lupa terima kasih juga penulis ucapkan kepada
staf perpustakaan PSIK FK USU, , sahabat-sahabatku Lia, Naam, Marlon,
Yatimin, kak Evi yang sudah membantu saya dalam menyelasaikan tugas akhir
Hotni Sari Dewi Siregar : Kebiasaan Ibu Dalam Melakukan Perawatan Nifas Di Nagori Raya Huluan, 2008. USU Repository © 2009
dan bantuan serta bersama-sama berjuang di PSIK FK USU. Semoga
persahabatan kita abadi.
Semua saran dan kritik akan menjadi masukan yang sangat berarti untuk
kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua.
Medan, Desember 2009
Penulis
Hotni Sari Dewi Siregar : Kebiasaan Ibu Dalam Melakukan Perawatan Nifas Di Nagori Raya Huluan, 2008. USU Repository © 2009
DAFTAR ISI
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Nifas ... 5
2.2.4 Seksualitan Dan Penggunaan Alat Kontasepsi ... 17
2.3Perawatan Ibu Nifas Berdasarkan Aspek Budaya Dalam Berbagai masyarakat ... 18
BAB 3 KERANGKA PENELITIAN 3.1. Kerangka Penelitian ... 21
3.2. Defenisi Operasional ... 23
BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Desain Penelitian ... 24
BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Hasil Penelitian ... 29
5.1.1. Karakteristik Responden ... 29
5.1.2. Distribusi Perawatan Nifas Berdasarkan Konsep ... 30
Hotni Sari Dewi Siregar : Kebiasaan Ibu Dalam Melakukan Perawatan Nifas Di Nagori Raya Huluan, 2008. USU Repository © 2009
5.1.2.2. Perawatan Payudara ... 32
5.1.2.3. Pemulihan Kesehatan ... 32
5.1.2.4. Seksualitas Dan Penggunaan Alat Kontrasepsi ... 34
5.1.3. Perawatan Nifas Berdasarkan Kebiasaan Para Ibu Nagori Raya Huluan... 34
5.2. Pembahasan ... 35
5.2.1. Karakteristik Responden Dengan Status Demograpi ... 35
5.2.2. Karakteristik Responden Berdasarkan Perawatan Nifas ... 36
5.2.21. Perawatan Perineum ... 36
5.2.2.2. Perawatan payudara... 38
5.2.2.3. Pemulihan Kesehatan ... 38
5.2.2.4. Seksualitas Penggunaan Alat Kontrasepsi ... 40
5.2.3. Perawatan Nifas Berdasarkan Kebiasaan Ibu Di Nagori Raya Huluan ... 40
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan ... 43
1. Lembar Persetujuan Menjadi Responden 2. Instrumen Penelitian
3. Uji Realibilitas
4. Surat Izin Penelitian Dari PSIK FK USU
5. Surat pernyataan Izin Dari Kepala Puskesmas Pematang Raya Kecamatan Raya
Hotni Sari Dewi Siregar : Kebiasaan Ibu Dalam Melakukan Perawatan Nifas Di Nagori Raya Huluan, 2008. USU Repository © 2009
DAFTAR TABEL
1. Distribusi Frekuensi Dan Persentase Karakteristik Responden .. ...30
2. Distribusi Frekuensi Perawatan Perineum... 31
3. Distribusi Frekuensi Perawatan Payudara ... ...32
4. Distribusi Frekuensi Pemulihan Kesehatan ... ...33
Hotni Sari Dewi Siregar : Kebiasaan Ibu Dalam Melakukan Perawatan Nifas Di Nagori Raya Huluan, 2008. USU Repository © 2009
DAFTAR SKEMA
Hotni Sari Dewi Siregar : Kebiasaan Ibu Dalam Melakukan Perawatan Nifas Di Nagori Raya Huluan, 2008. USU Repository © 2009
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Pada saat ini di dunia setiap hari, setiap ibu meninggal oleh karena
komplikasi yang berhubungan dengan kehamilan, persalinan, dan nifas. Tragisnya
99% kematian ini terjadi di Negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Di
Negara-negara berkembang resiko kematian ibu saat hamil dan melahirkan sekitar
200 kali lebih besar di bandingkan resiko yang dihadapi ibu-ibu di Negara maju.
(WHO, 1999)
Di Indonesia Angka Kematian Ibu (AKI) saat ini masih jauh dari target yang
harus dicapai pada tahun 2015 yaitu 102/100000 kelahiran hidup. Hasil Survey
Demograpi Kesehatan Indonesia (SDKI) 2002-2003 AKI di Indonesia
menunjukkan angka 307/100000 kelahiran hidup. Untuk Sumatera Utara angka
kematian ibu menunjukkan 330/100000 kelahiran hidup (Sekjen Depkes, 2007).
Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) 2002, menyatakan bahwa
penyebab langsung kematian ibu diantaranya adalah perdarahan (28%), eklamsi
(24%), infeksi nifas (11%). Dari hasil penelitian Sustini (2001) didapatkan dari
6-23% penderita infeksi nifas 5-10% mengalami kematian. Infeksi nifas dapat
dicegah jika dilakukan perawatan nifas yang baik yang sesuai dengan standar
kesehatan
Perawatan nifas adalah perawatan terhadap ibu yang telah selesai
melahirkan, perawatan nifas meliputi, perawatan perineum, perawatan payudara
pemulihan kesehatan, seksualitas dan pemilihan kontrasepsi. Perawatan ibu nifas
Hotni Sari Dewi Siregar : Kebiasaan Ibu Dalam Melakukan Perawatan Nifas Di Nagori Raya Huluan, 2008. USU Repository © 2009
ini ditujukan untuk membantu ibu dan keluarga untuk beradaptasi terhadap masa
tansisi setelah melahirkan. (Reeder, Martin, 1997).
Perawatan nifas yang baik dapat membantu perbaikan pemulihan reproduksi
ibu, dan dapat menghindari dan mengurangi resiko terjadinya mortalitas dan
morbiditas, untuk itu perlu pengawasan dan pelayanan Asuhan Keperawatan,
namun berbagai kelompok masyarakat dan kebudayaannya memiliki aneka
persepsi, interpretasi dan respon perilaku (Swasono, 1998). Para ahli ilmu sosial
menemukan faktor sosial budaya ikut berperan terhadap pelayanan kesehatan, dan
setiap kebudayaan dapat menjadi sumber informasi dalam menentukan jenis
perawatan yang diinginkan dari pemberi pelayanan profesional, karena budaya
adalah pola kehidupan masyarakat yang berpengaruh terhadap keputusan dan
tindakan.
Menurut Sustini dan Savitri (2001) di Indonesia masih banyak para ibu
melakukan perawatan nifas berdasakan budaya dan tradisinya masing masing,
dalam penelitian mereka di daerah Lombok dan Jawa Barat menemukan ibu-ibu
yang masih melakukan perawatan nifas berdasarkan kebiasaan budaya, antara lain
ibu melakukan kompres panas pada vagina paska persalinan, untuk menjaga
kesembuhan vagina ibu membilas vagina dengan air sirih, dan mengurut daerah
rahim oleh tukang urut yang dipercaya dapat mengembalikan peranakan ke tempat
semula, selain itu agar vagina cepat kering biasanya ibu duduk diatas abu hangat
yang dibungkus kain kasa, dan menjaga kerampingan tubuh dan perut ibu dengan
Hotni Sari Dewi Siregar : Kebiasaan Ibu Dalam Melakukan Perawatan Nifas Di Nagori Raya Huluan, 2008. USU Repository © 2009
Hal yang sama juga terdapat didaerah Sumatera Utara yaitu Nagori Raya
Holuan Kecamatan Raya Kabupaten Simalungun, dimana studi pendahuluan yang
dilakukan bidan desa yang bertugas di nagori didapatkan data bahwa dari 32
proses persalinan 28,12% ditolong oleh bidan dan selebihnya 71,88% ditolong
keluarga, hal ini mereka lakukan karena tradisi dan kebudayaan masyarakat
nagori, maka perwatan nifas para ibu juga masih melakukan perawatan nifas
berdasarkan budaya dan kebiasaan Simalungun.
Begitu pentingnya informasi perawatan nifas berdasarkan budaya dan
kebiasaan, yang mana informasi ini bertujuan untuk mengetahui perawatan nifas
berdasarkan budaya dan kebiasaan masyarakat Simalungun khususnya desa Raya
Holuan ini baik atau tidak baik untuk kesehatan, maka peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian tentang bagaimana kebiasaan ibu dalam melakukan
perwatan nifas di Nagori Raya Holuan
1.2 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengeksplorasi kebiasaan ibu
dalam melakukan perawatan nifas di Nagori Raya Holuan.
1.3 Pertanyaan penelitian.
1.3.1 Apa apa saja jenis perawatan nifas yang dilakukan ibu Nagori Raya
Holuan?
1.3.2 Bagaimana kebiasaan ibu dalam melakukan perawatn nifas di Nagori
Hotni Sari Dewi Siregar : Kebiasaan Ibu Dalam Melakukan Perawatan Nifas Di Nagori Raya Huluan, 2008. USU Repository © 2009
1.4 Manfaat penelitian
Adapun manfaat pada penelitian ini adalah berguna untuk :
1.4.2. Pelayanan kesehatan
Sebagai masukan dan pertimbangan, agar sekiranya tim pelayanan
kesehatan untuk lebih aktif lagi dalam memberikan pendidikan
kesehatan dalam perawatan nifas di daerah pedesaan. Dan sebagai
bahan masukan pada para tenaga kesehatan untuk mengadaptasikan
perawatan nifas berdasarkan budaya ke keperawatn nifasyang sesuai
dengan standar kesehatan
1.4.2. Penelitian keperawatan
Dapat menambah wawasan, pengetahuan, pengalaman berharga,
bagi peneliti dalam melaksanakan penelitian, sehingga dapat
menerapkan penelitian ilmiah yang diperoleh untuk penelitian di masa
yang akan datang sebagai sumber informasi yang berhubungan dengan
perawatan ibu nifas.
1.4.3. Pendidikan keperawatan
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan bagi institusi
pendidikan keperawatan tentang perawatan nifas yang berhubungan
dengan aspek social budaya Di Desa Raya Holuan. Sehingga hal ini
dapat dijadikan pertimbangan bagi institusi pendidikan perawatan
untuk dapat menjadikan Desa Raya Holuan menjadi desa binaannya
Hotni Sari Dewi Siregar : Kebiasaan Ibu Dalam Melakukan Perawatan Nifas Di Nagori Raya Huluan, 2008. USU Repository © 2009
BAB 2
TINJAUAN TEORITIS
2.1 Nifas
Nifas berasal dari bahasa arab, yaitu istilah yang dipergunakan untuk kaum
ibu setelah melahirkan, dalam bahasa latin di sebut puerperium, dari kata puer
yang artinya bayi dan parous artinya melahirkan, jadi puerperium adalah masa
setelah melahirkan bayi, (Ibrahim, 1998)
Perawatan nifas adalah perawatan ibu yang telah selesai bersalin dimana
mengalami proses pemulihan paska persalinan, yakni kembalinya alat-alat
kandungan seperti sebelum hamil lamanya pemulihan kira-kira 6-8 minggu, akan
tetapi alat genitalia baru akan pulih kembali dalam waktu tiga bulan. (Hanafiah,
2004)
2.1.1 Fisiologi nifas
Setelah melahirkan tubuh ibu akan mengalami pemulihan dari proses hamil
dan melahirkan, pemulihan itu meliputi:
Pemulihan sistem reproduksi a. Uterus
Uterus berkontraksi dengan kuat setelah kelahiran bayi, ukurannya
mengecil lebih dari setengahnya. Uterus akan tetap sama ukurannya dimulai sejak
dua hari setelah melahirkan, perubahan secara fisiologis yang kelihatan pada
orang yang telah melahirkan yakni berat uterus 1 kg akan perlahan-lahan mengecil
yakni satu minggu pertama 500 gram, akhir minggu kedua 300 gram dan
selanjutnya 100 gram. Pada 10 hari sampai 14 hari paska persalinan uterus akan
Hotni Sari Dewi Siregar : Kebiasaan Ibu Dalam Melakukan Perawatan Nifas Di Nagori Raya Huluan, 2008. USU Repository © 2009
kembali mendekati ukuran seperti sebelum hamil dalam 4-6 minggu paska
persalinan. Tempat pelekatan plasenta membutuhkan 6-7 minggu untuk sembuh,
regenerasi endometrium memerlukan waktu enam minggu. Lochea merupakan
keluaran dari uterus selama tiga minggu pertamasetelah kelahiran terjadi. Lochea
tersebut terdiri dari tiga tipe antar lain :
1. Lochea rubra, adalah keluaran berwarna merah gelap terjadi pada 2- 3
hari pertama, lochea ini mengandung sel-sel epitel, eritrosit, dan desidua
serta memiliki bau karekteristik manusia.
2. Lochea serosa, adalah keluaran merah muda sampai kecoklatan, terjadi
3-10 hari setelah kelahiran. Ini adalah keluaran seronguineous yang
mengandung desidua, eritrosit, lender servik, dan mikroorganisme, lochea
serosa memiliki bau yang khas.
3. Lochea alba, adalah keluaran yang hampir tidak berwarna sampai krem
kekuningan, dan seharusnya tidak berbau, terjadi 10 hari sampai 3 minggu
b. Servik
Servik menjadi lebih tebal dan lebih keras, pada akhir minggu pertama
paska persalinan servik masih akan berdilatasi sekitar 1 cm. involusi servik yang
lengkap bias berlangsung 3-4 bulan, kelahiran anak bisa mengakibatkan
perubahan permanent pada ostium servik dari bulat menjadi panjang.
c. Leher rahim dan Vagina
Dengan tuntasnya involusi, leher rahim sampai keukuran sebelum hamil
(liang leher rahim tetap agak lebar). Vagina halus dan membengkak, dengan tonus
Hotni Sari Dewi Siregar : Kebiasaan Ibu Dalam Melakukan Perawatan Nifas Di Nagori Raya Huluan, 2008. USU Repository © 2009
disbanding sebelum kehamilan. Rugea tampak kembali dalam 3-4 minggu paska
persalinan
d. perineum
Perineum tampak edema dan memar setelah melahirkan bisa ditemui
episiotomi dan laserasi.
e Abdomen
sebagai akibat putusnya serat-serat elastis kulit dan distensi
berkepanjangan yang disebabkan uterus hamil, dinding abdomen masih lunak dan
kendur untuk sementara waktu, tapi pemulihan dapat dibantu denga olah raga.
Namun jika otot ototnya tetap atonikdan dinding abdomen tetap kendur, karena
terdapat pemisahan atau diastasis muskulus rektus yang jelas, pada keadaan ini
dinding abdomen di sekitar garis tengah hanya dibentuk oleh peritoneum, fasia
tipis, lemak sub kutan dan kulit.
f. payudara
Payudara juga akan mengalami perubahan meliputi, terjadinya penurunan
kadar estrogen dan progesterone dengan peningkatan sekresi prolaktin setelah
melahirkan. Kolestrum sudah ada pada waktu melahirkan, ASI diproduksi pada
hari ke-3 atau ke -4 paska persalian. Payudara lebih besar dan lebih keras terjadi
karena laktasi (pembengkakan primer). Kongesti berkurang dalam 1-2 hari.
Didalam payuda prolaktin menstimulasi, bayi baru lahir memicu pelepasan
oksitosin dan kontrktilitas sel-sel miopitelial, yang menstimulasi aliran susu, ini
dikenal sebagai reflek let-down, jumlah rata-rata ASI yang dihasilkan selama 24
jam meningkat pada minggu pertama 6-10 ons, 1-4 minggu 20 ons dan setelah 4
Hotni Sari Dewi Siregar : Kebiasaan Ibu Dalam Melakukan Perawatan Nifas Di Nagori Raya Huluan, 2008. USU Repository © 2009
g. Pemulihan system endokrin
Kadar estrogen dan progesterone menurun setelah melahirkan, penurunan
kadar estrogen dan progesterone yang cepat setelah melahirkan karena fungsi dan
perannya yang banyak terhadap perubahan anatomi dan fisiologis selama nifas.
Ovulasi dan dimulainya kembali menstruasi dipengaruhi oleh apakah klien
menyusui ASI atau tidak, kebutuhan akan istirahat tidur meningkat secara
signifikan.
h. Pemulihan sistem gastrointestinal
Motalitas dan dan tonus gastrointestinal kembali ke keadaan sebelum
hamil dan dua minggu setelah melahirkan, beberapa faktor faali menghambat
pemulihan fungsi normal usus setelah persalinan, salah satu sebabnya adalah
karena otot-otot perut yang berfungsi membantu proses pembuangan telah
mengalami peregangan selama persalinan sehingga menjadi kendur dan tidak
efektif, konstipasi umumnya terjadi selama periode paska persalinan awal, rasa
tidak nyaman dan perineum dan kecemasan, haemoroid merupakan masalah yang
umum dalam periode paska persalina karena tekanan pada dasar dan mengejan
selama persalinan.
i. pemulihan sistem muskuluskletal
Sebagian besar wanita melakukan ambulasi 4-8 jam setelah melahirkan,
ambulasi dini dianjurkan untuk menghindari komplikasi, meningkatkan involusi
dan meningkatkan cara pandang emosional. Relaksasi dan peningkatan mobilitas
Hotni Sari Dewi Siregar : Kebiasaan Ibu Dalam Melakukan Perawatan Nifas Di Nagori Raya Huluan, 2008. USU Repository © 2009
j. Pemulihan sistem integument
Melanin menurun bertahap setelah persalinan, menyebabkan penurunan
hiperpigmentasi (namun warnanya tidak akan kembali ke keadaan sebelum
hamil), perubahan vaskuler kehamilan yang tampak akan hilang dengan
penurunan kadar estrogen. (Stright, 2001)
k. Pemulihan sistem eliminasi
Distensi yang berlebihan pada kandung kemih adalah hal yang umum
terjadi karena peningkatan kapasitas kandung kemih, pembengkakan, memar
jaringan di sekitar uretra, dan hilangnya sensasi terhadap tekanan yang meningkat.
Kandung kemih yang penuh menggeser uterus dan dapat menyebabkan
perdarahan paska partum, distensi kandung kemih dapat menyebabkan retensi
urin, pengosongan kandung kemih yang adekuat umumnya kembali dalam 5-7
hari setelah terjadi pemulihan jaringan yang bengkak dan memar. Laju filtrasi
glomerulus (GFR) tetap meningkat kira-kira 7 hari setelah melahirkan. Ureter
yang berdilatasi dan pelvis renal kembali kekeadaan sebelum hamil dalam 6-10
minggu setelah melahirkan. (Cunningham, 2004).
2.2 Perawatan ibu nifas
Pada masa nifas ibu akan mengalami pemulihan pada organ tubuh, dimana
pemulihan tubuh ibu harus dilakukan perawatan agar tidak terjadi komplikasi,
Hotni Sari Dewi Siregar : Kebiasaan Ibu Dalam Melakukan Perawatan Nifas Di Nagori Raya Huluan, 2008. USU Repository © 2009
2.2.1 Perawatan perineum
beberapa metode untuk merawat daerah perineum, yang bertujuan untuk
memberikan rasa nyaman dan mengurangi resiko infeksi, beberapa metode itu
antara lain :
a. Terapi panas dingin
Terapi dingin dilakukan segera setelah kelahiran bayi, dilakukan setelah
24 sampai 48 jam, pada luka perineum yang lebar ataupun jika dilakukan
episiotomi. Terapi dingin bertujuan untuk membuat pembuluh darah vasokontriksi
yang akan mengurangi perdarahan dan edema. Gunakan kantung es didaerah
perineum selam 30 menit, diikuti istirahat 30 sampai 60 menit, tetapi jika terapi
dingin ini dilakukan terlalu lama sampai 1 jam dapat memicu terjadinya
komplikasi.
Terapi panas dilakukan untuk mengurangi ketidaknyamanan perineum dan
edema, untuk menjaga kebersihan, dan mempercepat penyembuhan luka
perineum, ada type variasi terapi panas ini, terapi panas basah, seperti mandi
berendam, ibu berendam di air yang hangat dengan suhu 380 sampai 410 celsius, 2
sampai 3 kali dalam sehari selama 20 menit. Terapi panas kering dilakukan
dengan menggunakan lampu panas dengan posisi 15 sampai 20 cm dari perineum
lakukan 20 menit 3 kali dalam sehari.
b. Perawatan
Rasa sakit pada daerah perineal yang dirasakan oleh semua wanita yang
mengalami persalinan melalui vagina, umumnya diperparah jika perineum robek
Hotni Sari Dewi Siregar : Kebiasaan Ibu Dalam Melakukan Perawatan Nifas Di Nagori Raya Huluan, 2008. USU Repository © 2009
bila dilakukan perawatan dan pemeliharaan perineal yan baik, perawatan tersebut
antara lain :
• Ganti pembalut ibu setiap 4-6 jam, atau jika pembalut sudah
terasa penuh, letakkan pembalut dengan baik sehingga tidak
bergeser maju mundur .
• Lepaskan pembalut dari arah muka ke belakang untuk
menghindari baktei dari rectum (anus) kearah vagina
• Alirkan atau bilas perineum dengan hangat dan cairan antiseptic
setelah buang air kecil dan buang air besar, keringkan dengan
kain pembalut atau kertas pembasuh, selalu dari arah muka ke
belakang
• Jangan dipegang sampai area tersebut pulih
• Jika perineum terjadi edema lakukan kompres dingin
• Untuk mengurangi nyeri local dapat dilakukan mandi berendam
dengan air hangat (Einsberg, 2002)
c. Cara duduk
Ibu yang merasa tidak nyaman karena jahitan di perineum biasanya tidak
menyenangkan untuk duduk pada beberapa hari, ibu mungkin tampak kaku pada
saat akan duduk. Perawat dapat menganjurkan pada ibu bagaimana cara duduk
yang menyenangkan, dengan cara tubuh ditegangkan dengan mengikutsertakan
pantat ( tangan menekan pantat kearah dalam), dan mengontraksikan otot otot
pelvik sebelum duduk. Cara ini dilakukan pada saat tubuh ibu terasa ringan,
tindakan ini bertujuan untuk menjaga kenyamanan dan mengurangi tekanan pada
Hotni Sari Dewi Siregar : Kebiasaan Ibu Dalam Melakukan Perawatan Nifas Di Nagori Raya Huluan, 2008. USU Repository © 2009
2.2.2. perawatan payudara a. kenyamanan dan kebersihan
Menyusui bayi merupakan aktivitas yang menyenangkan dan bermanfaat
baik bagi ibu maupun bayi, agar aktivitas menyusui dapat berjalan lancar dan ASI
dapat keluas dengan optimal, maka lakukan perawatn payudara dengan cara,
membersihkan payudara secara teratur, paling tidak dua kali sehari, pagi dan sore,
basuhlah dengan air hangat, setelah itu keringkan dengan handuk yang lembut,
jangan gunakan sabun untuk mencuci putting susu dan daerah sekitarnya , karena
sabun akan mengakibatkan putting susu kering dan lecet. Jika ibu baru pertama
kali menyusui jika putting susu peka sebaiknya memijat putting susu dengan krem
dua kali sehari. Pijatlah kedua payudara perlahan-lahan dengan cara menekan jari
jari ibu ke payudara dengan gerak mengelilinginya. Jangan memakai BH yang
terbuat dari nilon dan plastic atau memakai karet busa, BH seperti ini akan
menyebabkan payudara lembab.
b. Pembengkakan
Ibu yang menyusui dan yang tidak menyusui akan mengalami
pembengkakan dengan disertai nyeri, dan ini dapat menyebar sampai ke axilla.
Pengobatan dengan Analgesik akan mengurangi rasa nyeri sampai kondisi yang
membaik, kira-kira 1 sampai 2 hari. Bagi ibu yang tidak menyusui seharusnya
memakai BH yang tidak ketat (agak longgar), dan lakukan kompres dingin dari
payudara sampai ke axilla untuk mengurangi rasa nyeri, terapi panas dilakukan
untuk merangsang putting susu agar mengeluarkan air susu yang menggumpal.
Hotni Sari Dewi Siregar : Kebiasaan Ibu Dalam Melakukan Perawatan Nifas Di Nagori Raya Huluan, 2008. USU Repository © 2009
dari menggumpalnya air susu. Dengan cara memberika ASI sesering mungkin,
dan gunakan pompa payudara dan memassage payudara.
c. Menyusui
Menyusui bayi merupakan aktivitas yang menyenangkan dan bermanfaat
baik bagi ibu maupun bayi, ada beberapa cara menyusui yang dapat
membuat ibu dan bayi merasa nyaman :
• Mulailah secepat mungkin setelah melahirkan
• Lakukan setidaknya delapan hingga sebelas kali menyusui dalam
satu hari meski kebutuhannya tidak sebanyak itu, tapi dapat
membuat bayi bahagia dan akan meningkatka suplay air susu.
• Gunakan ibu jari dan telunjuk untuk menari putting agar berdiri,
putting agak diangkat keatas kearah langit-langit mulut bayi
• Dekatkan putting kearah pipi bayi sehingga menyentuh ujung
mulutnya, ini akan merangsang reflek menghisap bayi.
• Pastikan tidak hanya putting yang masuk ke mulut bayi, tetapi
seluruh aerola. Jika bayi hanya menghisap bagian putting susu maka
kelenjer kelenjer susu tidak akan mengalami tekanan dan dapat
menyebabkan putting nyeri dan pecah pecah
• Gunakan jari untuk menekan payudara menjauhi hidung bayi agar
pernafasannya tidak terganggu.(Eisenberg, 1998)
2.2.3. Pemulihan kesehatan a. Nutrisi
Untuk memulihkan tenaga ibu setelah melahirkan ibu harus mendapatkan
Hotni Sari Dewi Siregar : Kebiasaan Ibu Dalam Melakukan Perawatan Nifas Di Nagori Raya Huluan, 2008. USU Repository © 2009
buah-buahan dan sayuran, karena makanan yang baik mempercepat penyembuhan
ibu, makanan ibu sangat mempengaruhi produksi ASI. (Wijayanegara, 1999).
b. Istirahat dan tidur
Kehadiran bayi dalam rumah tangga pasti akan mengurangi waktu tidur
ibu, inilah yang menjadi alasan kelelahan menjadai alasan nomor satu bagi ibu-ibu
baru, ada beberapa cara untuk mengatasi rasa lelah, antara lain, makan dengan
baik karena nutrisi yang tepat bias meningkatkan energi ibu, cobalah tidur disaat
bayi juga tidur, usahan tidur lebih cepat dari biasanya, sebelum tidur jangan
makan terlalu banyak atau minum-minuman yang mengandung kafein. Kelelhan
akan lebih mudah dilawan jika membuat urutan urutan kegiatan setiap hari, ibu
dan bayi akan merasa rieks, dengan menetapakanjadwal untuk tidur, mandi,
memberi minum, dan menyeleaikan pekerjaan rumah tangga lainnya. (Wyeth,
2007)
Istirahat juga salah satu cara untuk mengurangi kekhawatiran dan
kecemasan, dan membuat ibu merasa nyaman. Dimana pada ibu yang menyusui,
kekhawatiran dan kelelahan dapat membuat produksi air susu menjadi terbatas.
c. Ambulasi
Setelah melahirkan umumnya ibu sangat lelah, karena itu ibu harus cukup
istirahat dan tidur telentang, untuk persalinan normal 8 jam sesudahnya ibu harus
sudah bias mobilisasi, ibu boleh miring ke kiri ke kanan untuk mencegah
terjadinya trombosis dan tromboemboli, dan sirkulasi darah keseluruh tubuh
Hotni Sari Dewi Siregar : Kebiasaan Ibu Dalam Melakukan Perawatan Nifas Di Nagori Raya Huluan, 2008. USU Repository © 2009
jalan-jalan, tetapi jangan melakukan mobilisasi terlalu berat karena akan
membebani jantung ibu. (Hasnah, 2005)
d. Mandi
Beberapa doter menganjurkan agar ibu mandi berendam, karena dipercaya
dapat membersihkan lochea dari perineum dari antara lipatan lipatan labia, cara
ini efesien daripada mandi di pancuran. Air hangat dapat menenangkan area
episiotomi, dan meredakan rasa nyeri dan edema di area tersebut. Dan
menenangkan wasir.
Bila ibu mandi berendam pada minggu pertama atau kedua paska
melahirkan, pastika bak mandi sudah disikat dengan bersih kemudian diisi dengan
air bersih,
e. Pencegahan konstipasi
Buang air besar pertama setelah melahirkan merupakan hal yang penting
bagi ibu, semakin lama ibu tidak buang air besar membuat ibu semakin cemas.
Beberapa faktor fisiologis mempengaruhi fungsi normal setelah melahirkan, otot
otot sekitar perut yang telah mengeluarkan kotoran telah meregang saat persalinan
sehingga tidak dapat berfungsi secara baik. Beberapa cara untuk mengatasi
kesulitan ibu buang air besar, yaitu, jangan cemas, isi perut tidak akan efektif jika
ibu cemas. Latihan kegel dan jalan jalan akan membantu mengencangkan
perineum dan rectum. Jika ingin buang air besar jangan ditahan,jika ditahan akan
menimbulkan penyakit lain, seperti ambient. Makan makanan yang berserat
seperti sayur-sayuran dan buah dan banyak minum untuk membantu melunakkan
Hotni Sari Dewi Siregar : Kebiasaan Ibu Dalam Melakukan Perawatan Nifas Di Nagori Raya Huluan, 2008. USU Repository © 2009
f. Latihan dan aktifitas
Setelah bayi melewati lubang vagina, liang vagina menjadi rata (sebelumnya
bergelembung ), bengkak dan melar, sehingga membuka selama 2-3 hari, namun
selama 34 hari kemudian akan menyusut kembali, walaupun tidak seperti semula.
Agar otot vagina pulih kembali bisa dilakukan dengan latihan kegel sesering
mungkin, yakni menggerakkan otot-otot vagina dan dubur seperti menahan
kencing, latihan ini dapat dilakukan sewaktu-waktu tanpa membutuhkan tempat
khusus, bisa pada waktu berjalan, berdiri, duduk, bahkan pada waktu berbaring.
(Musbikin, 2006)
Pernafasan diafragma dilakukan dengan cara letakkan tangan ibu diatas
perut sehingga ibu dapat merasakan perut yang menggembung saat menarik nafas
melalui hidung, kencangkan otot otot perut saat menghembuskan nafas melalui
mulut. Mulailah perlahan dengan dua atau tiga kali tarikan nafas panjang dalam
setiap latihan untuk menghindari hiperventilasi.
Sikap tubuh ibu setelah melahirkan akan berubah akibat ligament atau
jaringan yang menghubungkan tulang dengan otot, melemah dan meregang,
tulang-tulang semakin mudah bergerak, ligament mudah mengalami gangguan,
akibatnya ibu setelah melahirkan akan mengalami sakit punggung, untuk
menghindari gangguan punggung setelah melahirkan lakukan tindakan :
• Ketika menyusui duduklah bersandar pada kursi atau bantal yang
telah disusun, selipkan bantal kecil di punggung bagian bawah
sebagai pengganjal. Jika menyusui ditempat tidur naikkan kaki
ditempat tidur, dengan posisi semacam ini punggung ibu tidak
Hotni Sari Dewi Siregar : Kebiasaan Ibu Dalam Melakukan Perawatan Nifas Di Nagori Raya Huluan, 2008. USU Repository © 2009
• Memandikan, posisi bak mandi juga harus mendapatkan perhatian,
usahakan tidak terlalu rendah yang membuat ibu harus membungkuk
pada saat memandikan bayi,
• Jika ibu mengganti popok lakukan di tempat yang tida membuat ibu
membungkukan badan, misalnya diatas meja yang sejajar dengan
bagian pinggang ibu, jika ditempat rendah berlututlah sampai posisi
bayi berada sejajar dengan pinggang ibu. (Musbikin, 2006
2.2.4 Seksualitas dan penggunaan alat kontasepsi
Hubungan seks suami istri dapat dilakukan ketika ibu sudah merasa siap,
biasanya sekitar empat sampai enam minggu setelah melahirkan, tetapi bila
penyembuhan ibu berjalan lambat dan terjadi ifnfeksi, atau lokea masih mngalir,
doter atau bidan akan merekomendasikan untuk menunggu lebih lama. (Murkof,
2007). Seksualitas postpartum dipengaruhi oleh tingkat trauma perineum selama
kelahiran, dan berkurangnya hormone steroid, penyesuaian seksual setelah
melahirkan biasanya berhubungan dengan peran sebagaimana orangtua baru, dan
dapat menjadi sumber konflik dan kebingungan bagi pasangan suami istri.
Beberapa pasangan yang sudah melewati tiga minggu masa postpartum
dianjurkan untuk menggunakan kontrasepsi, walaupunibu belum mendapatkan
masa ovulasi ataupun masa subur, karena kontasepsi merupakan cara yang tepat
untuk menunda kehamilan. Pasangan suami istri bila memilih alat kontrasepsi
Hotni Sari Dewi Siregar : Kebiasaan Ibu Dalam Melakukan Perawatan Nifas Di Nagori Raya Huluan, 2008. USU Repository © 2009
2.3 Perawatan ibu nifas berdasarkan aspek budaya dalam berbagai masyarakat
Meskipun kehamilan dan kelahiran bayi secara universal dilihat dalam
pengertian dan kepentingan bersama,yakni untuk kelangsungan umat manusia,
namun dalam kehidupan berbagai kelompok masyarakat, terdapat macam-macam
titik berat perhatian dan sikap khusus dalam menanggapi proses itu. Sebagian
masyarakat lebih mementingkan aspek budaya pada perawatan kehamilan dan
kelahiran, sedangkan sebagian lagi lebih menonjolkan aspek sosialnya.
Perawatan umum yang dilakukan bagi seorang ibu yang baru melahirkan
didaerah Sulawesi Utara di kepulauan Sangie adalah mandi uap (bakukup), keika
tubuh ibu telah kuat setelah melahirkan, ibu dimandikan dengan air rebusan yang
terdiri berbagai ramuan daun-daunan, belanga air yang masih panas ditempatkan
di bawah kursi yang diduduki oleh ibu, agar uap tidak terbuang dengan percuma
maka ibu di selimui oleh kain sehingga semua uap rebusan ramuan dapat meresap
ke pori-pori ibu, perawatan ini bertujuan untuk mengembalikan panas tubuh ibu
yang suda terperas habis selama proses melahirkan. Untuk daerah Lombok ibu
tidak menjalani mandi uap tetapi menjalani masa berdiang dekat tungku atau bara
api yang terus menerus menyala selama beberapa hari agar sang ibu bayi dalam
keadaan hangat.
Di daerah Jawa dukun beranak akan melakukan perawatan pada ibu nifas,
yang lebih dahulu dilakukannya adalah mengurut tubuh ibu. Hal ini didasarkan
atas anggapan bahwa pada waktu melahirkan ibu harus mengejan, sehingga untuk
mengembalikan urat uratnya ibu harus diurut. Bagian dada dari ibu juga harus
Hotni Sari Dewi Siregar : Kebiasaan Ibu Dalam Melakukan Perawatan Nifas Di Nagori Raya Huluan, 2008. USU Repository © 2009
kesembilan sampai kesepuluh sesudah melahirkan. Untuk menjaga kerampingan
perut dan tubuh ibu diberi tapel yang terbuat dari ramu-ramuan daun tertentu pada
bagian perutnya. Setelah ditapeli ibu dibalut dengan kain dan selanjutnya diberi
sabuk dari kain yang sangat panjang, yang dikenal dengan istilah bengkung,
dengan menggunakan stagen yakni ikat pinggang khusus dari kain tenun,
bebekung ini digunakan sampai 40 hari, sepanjang hari
Pantangan makanan juga diberlakukan bagi ibu nifas, beberapa jenis
makanan yang harus dihindari ibu nifas dan menyusui di Daerah Maluku antara
lain adalah, terong dan melinjo, karena akan menyebabkan lidah bayi putih putih
dan mengalami panas tinggi (songger). Nangka akan membuat perut ibu dan bayi
kembung. Nenas, mangga, jeruk dan jambu serta makanan yang mengandung
asam dianggap tajam untuk peranakan dan menyebabkan bayi sakit perut. Ikan,
akan membuat air susu ibu menjadi amis. Cabe, karena rasanya pedas dianggap
dapat menyebabkan mata bayi berair terus menerus. Untuk makanan yang
dianjurkan adalah kacang hijau dan buah papaya, kedua jenis makanan ini sudah
di anjurkan sejak ibu hamil. Daun kelor dan jantung pisang yang di masak dengan
santan diaggap berkhasiat untuk memperbayak produksi ASI, ASI yang pertama
kali keluar (colestrum) dibuang karena dianggap tidak baik.
Pantangan tidak selalu berupa makanan, melainkan juga berupa pantangan
perbuatan atas dasar keyakinan mengenai sifat gaibnya. Karena itu terdapat
sejumlah pantangan perbuatan yang melarang wanita hamil dan nifas melakukan
hal-hal tertentu yang dapat berakibat buruk bagi ibu dan bayi. Seperti Suku
Betawi, sejak lahir hingga usia tujuh hari sang ibu dan bayi tidak boleh dipisahkan
Hotni Sari Dewi Siregar : Kebiasaan Ibu Dalam Melakukan Perawatan Nifas Di Nagori Raya Huluan, 2008. USU Repository © 2009
menyebabkan ibu dan bayi panas. Untuk mengusir roh jahat diletakkan minyak
lampu yang ditutupi keranjang, serat golok, dan sapu lidi yang ditaruh dikolong
tempat tidur. (swasono, 1999)
Ada beberapa pantangan perbuatan yang harus dihindarkan ibu nifas yang
berhubungan dengan kesehatan tubuhnya, misalnya ibu nifas tidak diperbolehkan
tidur siang karena dikhawatirkan jika kebanyakan tidur akan mengakibatkan darah
putih naik dan membuat ibu memakai kacamata karena rabun. (Ranakusumo,
2003)
Tiga hari setelah melahirkan ibu diberi minuman berupa ramu-ramuan yang
terdiri dari campuran jeruk nifis, jahe diparut gula jawa, dan lada halus.
Ramu-ramuan bias juga berasal dari kulit pepohonan, seperti, kulit pohon ketapang
(Terminalia catapa), kulit pohon turi (Sesbania grandiflora), kulit pohan jambu,
kulit manggis, kulit langsat, bunga dan biji pala, yang seluruhnya dijemur hingga
kering, kemudian setelah kering direbus dengan belang yang berasal dari tanah
dicampur dengan lada cengkeh ketumbar, kemudian diminumkan pada ibu selam
sembilan hari, yang bertujuan agar ibu menjadi kuat dan segar kembali. Ibu juga
dikompres dengan ampas daun turi di dahi untuk mencegah darah putih naik ke
Hotni Sari Dewi Siregar : Kebiasaan Ibu Dalam Melakukan Perawatan Nifas Di Nagori Raya Huluan, 2008. USU Repository © 2009
BAB 3
KERANGKA PENELITIAN
3.1 Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual pada penelitian ini adalah bertujuan untuk
mengeksplorasi perawatan mandiri ibu nifas di Nagori Raya huluan
Nifas diyakini sebagai suatu peristiwa alamiah yang harus diterima secara
positif oleh ibu. Pada masa nifas ibu akan mengalami pemulihan pada kondisi
fisiknya, dimana bentuk tubuh ibu akan kembali ke keadaan sebelum hamil,
sehingga ibu mempunyai kemampuan untuk melakukan perawatan nifas, setiap
ibu mempunya cara dan variasi untuk melakukakan perawatan nifas. Dalam
penelitian ini perawatan nifas yang dilakukan ibu dieksplorasi dengan mengacu
pada konsep yng dikemukakan oleh Reeder, Martin dan Griffi (1997), Perawatan
ibu nifas meliputi, perawatan perineum, perawatan payudara, pemulihan
kesehatan, seksualitas dan pemilihan alat kontrasepsi. Karena bentuk perawatan
nifas yang dilakukan ibu biasanya dipengaruhi oleh faktor sosial budaya, faktor
sosial budaya diyakini oleh masyarakat adalah cara yang tepat untuk
meningkatkan kesehatan ibu.
Hotni Sari Dewi Siregar : Kebiasaan Ibu Dalam Melakukan Perawatan Nifas Di Nagori Raya Huluan, 2008. USU Repository © 2009
: Variabel yang diteliti
Skema 1. kerangka konsep perawatan mandiri ibu nifas di Nagori Raya Huluan Perawatan ibu nifas di
Nagori Raya Huluan
- Perawatan ibu nifas berdasarkan standar kesehatan:
- perawatan perineum - perawatan payudara
- pemulihan kesehatan - seksualitas dan pemilihan
kontrasepsi
Hotni Sari Dewi Siregar : Kebiasaan Ibu Dalam Melakukan Perawatan Nifas Di Nagori Raya Huluan, 2008. USU Repository © 2009
3.2 Defenisi operasional
Variabel Defenisi operasionl Alat ukur Hasil
ukur perawatan ibu yang telah selesai bersalin, dimana setelah bersalin ibu akan mengalami pemulihan dalam tubuhnya yang akan
kembali kekeadaan sebelum hamil, perawatan
tubuh ibu nifas yang
menurut Reeder dan Martin, Griffit, antara lain adalah
Hotni Sari Dewi Siregar : Kebiasaan Ibu Dalam Melakukan Perawatan Nifas Di Nagori Raya Huluan, 2008. USU Repository © 2009
BAB 4
METODELOGI PENELITIAN
4.1 Desain penelitian
Desain penelitian yang digunakan adalah studi deskriptif eksploratif, yang
bertujuan untuk menggambarkan dan menggali kebiasaan para ibu dalam
melakukan perawatan nifas di Nagori Raya Huluan.
4.2 Populasi dan Sample 4.2.1 Populasi
Populasi adalah setiap subjek yang memenuhi kriteria yang telah ditetapkan
dalam penelitian (Nursalam, 2003). Populasi dalam penelitian ini adalah para
wanita usia produktif di Nagori Raya Huluan yang berjumlah 345 orang
4.2.2 Sampel
Pengambilan sampel pada penelitian ini pada penelitian ini menggunakan
metode non probability sampling jenis purposive sampling, yaitu sampel dipilih
berdasarkan ciri dan kriteria dari populasi yang sudah diketahui sebelumnya
(Notoadmojo, 2002), adapun besarnya sampel yang diambil 10% dari populasi
maka jumlah sampel adalah 35 orang. akan tetapi pada saat dilapangan peneliti
tidak mendapatkan jumlah sampel yang ditentukan, adapun jumlah sampel yang
telah peneliti dapatkan berjumlah 32 responden. Kriteria yang ditentukan untuk
subyek penelitian adalah sebagai berikut :
a) Ibu yang tinggal di Nagori Raya holuan
Hotni Sari Dewi Siregar : Kebiasaan Ibu Dalam Melakukan Perawatan Nifas Di Nagori Raya Huluan, 2008. USU Repository © 2009
b) Ibu sudah pernah melahirkan dengan interval waktu enam bulan
setelah melahirkan
c) Ibu bersedia menjadi responden dalam penelitian ini
4.3 Lokasi Dan Waktu Penelitian
Penelitian in dilakukan di Nagori Raya Holuan yang berada di Kecamatan
Raya, Kabupaten Simalungun,. Nagori Raya Huluan mempunyai tiga dusun,
dengan jumlah warga 746, dan terdapat 2 bidan desa 96% masyarakatnya
beragama Kristen Protestan, 3% Khatolik, 1% Islam. Mayoritas pekerjaan mereka
adalah petani, penelitian dilakuka pada bulan Juni-Juli 2008
4.4 Pertimbangan Etik
Penelitian ini dilakukanj setelah mendapat persetujuan proposal dari institusi
pendidikan dan rekomendasi dari Kepala Desa Raya Holuan.
Lembar persetujuan di berikan kepada responden, tujuannya adalah agar
responden mengetahui maksud dan tujuan peneliti dan prosedur pelaksanaan.
Apabila calon responden bersedia maka responden dipersilahkan untuk
menandatangani informed consent, tetapi jika calon responden tidak bersedia,
maka calon responden berhak menolak dan mengundurkan diri selama proses
pengumpulan data berlangsung, maka peneliti tidak akan memaksa dan tetap
menghormati responden sebagai subjek penelitian
Untuk menjaga kerahasiaan identitas subjek, peneliti tidak akan
Hotni Sari Dewi Siregar : Kebiasaan Ibu Dalam Melakukan Perawatan Nifas Di Nagori Raya Huluan, 2008. USU Repository © 2009
peneliti, lembar tersebut hanya nomor kode tertentu, kerahasiaan subyek di jamin
oleh peneliti. (Nursalam, 2003
4.5. Instrument Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah untuk memperoleh
informasi dari responden, peneliti menggunakan kuesioner berupa data
demograpi, meliputi inisial ibu, usia ibu, jumlah anak
Untuk instrument perawatan nifas menggunakan kuesioner dengan
menggunakan pertanyaan Dichotomi question, dengan pilihan jawaban Ya dan
Tidak, untuk mengetahui kebiasaan ibu dalam perawatan nifas dilakukan
wawancara, yaitu model wawancara dimana pewawancara memiliki daftar
petanyaan yang di persiapkan dan di yakini dapat menjadi semacam format untuk
jawaban responden yang berkaitan dengan penelitian. (Dempsey, 2002)
Kuesioner perawatan nifas berdasarkan standar kesehatan sebanyak 24
pertanyaan dimana setiap pertanyaan diselingi dengan pertanyaan perawatan nifas
para ibu di Nagori Raya Holuan. Instrumen perawatan nifas terdiri dari empat
jenis pertanyaan yang sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Reeder, Martin,
Griffit (1997), yaitu untuk perawat perineum terdiri dari 6 pertanyaan. Untuk
perawatan payudara terdiri dari 6 pertanyaan. Untuk pemulihan kesehatan terdiri
dari 9 pertanyaan. Untuk seksualitas dan pemilihan kontrasepsi terdiri dari 3
pertanyaan. Selain itu ada satu pertanyaan terbuka yang ditujukan kepada
responden untuk mengeksplorasi perawatan nifas yang dilakukan responden
Hotni Sari Dewi Siregar : Kebiasaan Ibu Dalam Melakukan Perawatan Nifas Di Nagori Raya Huluan, 2008. USU Repository © 2009
4.6 Reliabilitas Instrumen
Data kuesioner disusun oleh peneliti sendiri maka penting dilakukan uji
reabilitas yang bertujuan untuk mengetahui seberapa besar derajat atau
kemampuan alat ukur secara konsisten sasaran yang akan diukur pada kelompok
subjek yang sama.
Uji reliabelitas untuk ibu nifas menggunakan rumus KR 21, menurut
Arikunto (2006), rumus KR 21 dapat dilakukan untuk menguji instrumen dengan
jumlah pertanyaan genap. Dalam penelitian ini digunakan uji reliabilitas eksternal,
yaitu pemberian instrumen hanya satu kali saja dengan kelompok ibu nifas yang
berbeda. Uji reliabilitas dengan memberikan kuesioner kepada 10 ibu nifas,
kuesioner ini dikatakan reliabel bila hasil dari reliabilitas bernilai >0,70, maka
dalam penelitian instrumen dalam penelitian ini sudah reliabeldengan nilai 0,95
4.7 Prosedur Pengumpulan Data
Peneliti melakukan pengumpulan data secara mandiri dengan membagikan
kuesioner dan mewawancarai responden. Pengumpulan data dimulai dengan
mengajukan permohonan izin pelaksanaan penelitian pada institusi pendidikan
(Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran USU ). Surat izin
penelitian dari PSIK FK USU kemudian disampaikan kepada Kepala Puskesmas
Raya sebagai tempat panelitian, setelah mendapat izin dari Kepala Puskesmas
Raya, peneliti melaksanakan pengumpulan data sesuai dengan kriteria sample
yang sudah ditentukan. Sebelum pengisian kuesioner, calon responden yang
bersedia diminta untuk menandatangani surat persetujuan, kemudian responden
Hotni Sari Dewi Siregar : Kebiasaan Ibu Dalam Melakukan Perawatan Nifas Di Nagori Raya Huluan, 2008. USU Repository © 2009
kendala dalam bahasa maka peneliti melakukan wawancara, selanjunya data
dikumpulkan dan dianalisa Peneliti juga membuat catatan penelitian (field note)
dimana informasi didapatkan dari masyarakat setempat.
4.8 Analisa Data
Metode dalam penelitian ini adalah deskriptif eksploratif yang bertujuan
untuk mendapatkan gambaran tentang jenis-jenis perawatan nifas dan bagaimana
cara responden melakukannya, serta karakteristik reponden. Jenis analisa data
yang digunakan adalah frekuensi dan persentase, proses analisa dilakukan melalui
beberapa tahap, yang dimulai memeriksa kelengkapan data, data yang telah
lengkap diberi kode (coding) untuk memudahkan peneliti memasukkan kedalam
tabel, data dimasukkan kedalam tabel (tabulating) sesuai dengan kategori secara
Hotni Sari Dewi Siregar : Kebiasaan Ibu Dalam Melakukan Perawatan Nifas Di Nagori Raya Huluan, 2008. USU Repository © 2009
BAB 5
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Hasil Penelitian
Dalam Bab ini diuraikan tentang hasil penelitian mengenai perawat
mandiri ibu nifas di Nagori Raya Huluan yang diperoleh melalui pengumpulan
data yang dilakukan pada tanggal 22 – 25 Juli 2008 di Nagori Raya Huluan,
Kabupaten Simalungun.
Perawatan nifas dalam penelitian ini mengacu pada konsep yang
dikemukakan oleh Reeder, Martin dan Griffit (1997), tentang perawatan nifas
yang meliputi, perawatan perineum, perawatan payudara, pemulihan kesehatan,
seksualitas dan pemilihan alat kontrasepsi. Selain itu perawatan nifas yang sesuai
dengan teori penilitian ini juga mengeksplorasi perawatan mandiri nifas
berdasarkan kebiasaan yang dilakukan para ibu di Nagori Raya Huluan
5.1.1 Karakteristik responden
Pada penelitian ini, responden yang diambil adalah para ibu nifas dengan
masa paling lama 6 bulan, yang keseluruhannya berjumlah 32 orang.
Data yang diperoleh menunjukkan usia responden ibu nifas di Nagori
Raya Huluan dengan kelompok usia terbanyak berada pada rentang 21 – 30 tahun
(47%), dan pekerjaan paling banyak ibu bekerja sebagai petani (81,2%),
Berdasarkan suku, kebanyakan ibu bersuku Simalungun (53,1%). Responden
jumlah anak dengan rentang 4 – 6 orang anak (50%). Pendidikan mayoritas SMU
(40,6%). Informasi lengkap tentang karekteristik responden dapat dilihat pada
tabel 1.
Hotni Sari Dewi Siregar : Kebiasaan Ibu Dalam Melakukan Perawatan Nifas Di Nagori Raya Huluan, 2008. USU Repository © 2009
Tabel 1. Distribusi frakuensi karakteristik responden
Karakteristik Responden Frekuensi Persentasi (%)
Usia
5.1.2 Distribusi perawatan nifas berdasarkan konsep
Secara umum perawatan nifas yang dilakukan responden ibu nifas di
Nagori Raya Huluan, dari 24 pertanyaan yang menggambarkan perawatan nifas
menurut Reeder, Marteen, Griffit,( konsep yang digunakan peneliti), ada 4
kategori perawatan nifas yang tidak dilakukan oleh responden yaitu, terapi dingin,
latihan untuk mengurangi kesulitan pada saat duduk, kegel excercise dan mandi
berendam. Dari wawancara yang diperoleh alasan ibu tidak melakukan Perawatan
ini karena ketidaktahuan dan tidak mengenal tentang jenis perawatan tersebut.
Hasil analisa data perawatan nifas yang dilakukan oleh responden dapat
Hotni Sari Dewi Siregar : Kebiasaan Ibu Dalam Melakukan Perawatan Nifas Di Nagori Raya Huluan, 2008. USU Repository © 2009
5.1.2.1Perawatan Perineum
Seratus persen responden melakukan terapi panas, melakukan pembilasan
khusus, dan responden selalu membersihkan daerah jalan lahir. Sebanyak 96,8%
reponden memakai pembalut untuk menampung darah nifas dan slalu
membersihkan perineum selama masa nifas
Tabel 2. Distribusi frekuensi perawatan perineum
No Jenis perawatan Frekuensi
(%)
Merupakan terapi panas dengan
menggunakan bara api*, dimana
setelah melahirkan ibu langsung tidur disamping bara api ini selama 40 hari,
2. Duduk diatas abu hangat
Abu bekas perapian yang masih hangat dibungkus dengan daun talas hingga berlapis lapis lalu diduduki sampai abu dingin, hal ini dilakukan setiap setelah mandi sore
2 Pembilasan khusus pada
perineum untuk mencegah infeksi
32 (100%) Para ibu nifas setiap BAB BAK dan
mandi selalu membilas perineum dengan air garam hangat **
3 Memakai pembalut untuk
menampung darah nifas
31(96,8%) Para ibu menampung darah nifas
dengan memakai kain perca sebanyak 87,5% (n=28). Dan memakai pembalut yang di beri oleh bidan sebanyak 9,3% (n=3)
4 Selalu membersihkan
perineum selama masa nifas
31(96,8%) Sesuai dengan item no 2
Catatan
* Bara api sejenis perapian menggunakan kayu bakar yang bisa dijadikan arang agar bisa bertahan lama, ukuran tataring ini seluas 2x1 cm, jarak pembaringan ibu dengan tataring 1-2 cm. Tataring ini berada di dapur.
Hotni Sari Dewi Siregar : Kebiasaan Ibu Dalam Melakukan Perawatan Nifas Di Nagori Raya Huluan, 2008. USU Repository © 2009
5.1.2.2. Perawatan payudara
Semua responden (100%) melakukan semua jenis perawatan payudara,
sebagaimana yang terlihat pada tabel 3
Tabel 3. Distribusi frekuensi perawatan payudara
No Jenis perawatan Frekuensi
(%)
Cara ibu melakukan
1 Ibu langsung menyusui bayi 32 (100%) Bayi yang baru lahir dibersihkan
kemudian diberikan kepada ibu untuk disusui tanpa membuang kolestrum
2 Melakukan perawatan untuk
mengurangi pembengkakan pada payudara
32 (100%) Ibu mengompres payudara
dengan air hangat*. Dan
melakukan pemijatan pada
payudara** ,cara memijat
payudara dengan gerakan melingkar dengan arah dari dalam keluar.
3 Membersihkan payudara
sebanyak 2 kali dalam sehari
32 (100%) Para ibu nifas membersihkan
payudara pada saat mandi saja, dengan menggunakan air sabun
4 Menyusui bayi sesering
mungkin untuk meningkatkan pengeluaran ASI
32 (100%) Selain dengan menyusui ibu
mengkonsumsi tuak dan daun Bangun bangun
Catatan
* kompres hangat sebanyak 46,8% (n=15) ** Pemijatan payudara 31,2% (n=10)
*** Kompres hangat dan pemijatan 21,8% (n=7)
5.1.2.3. Pemulihan kesehatan
Seratus persen ibu memiliki makanan khusus setelah melahirkan yang
berfungsi untuk mengembalikan tenaga ibu setelah melahirkan dan untuk
meningkatkan produksi ASI, dan seratus persen juga responden mengalami
kesulitan saat BAB. responden mematuhi makanan pantangan sebanyak 40,6%.
Responden tidak melakukan aktifitas setelah beberapa hari melahirkan dan
Hotni Sari Dewi Siregar : Kebiasaan Ibu Dalam Melakukan Perawatan Nifas Di Nagori Raya Huluan, 2008. USU Repository © 2009
miring kiri dan kanan 8 jam setelah melahirkan sebanyak 96,8%. dan dapat dilihat
pada tabel 4
Tabel 4. distribusi frekuensi pemulihan kesehatan
No Jenis perawatan Frekuensi
(%)
Cara ibu melakukan pemulihan kesehatan selama masa nifas
1 Mengkonsumsi makanan
khusus untuk
memulihkan tenaga ibu setelah melahirkan
32 (100%) Para ibu mengkonsumsi daun
Bangun-bangun dicampur dengan sup daging. Makan tinuktuk yaitu berupa makanan yang terdiri dari berbagai macam bumbu yaitu bawang merah, bawang putih, bawang batak, kencur, merica, kemiri, garam, asam jinga (seperti jeruk purut) yang semua bumbu digiling kemudian dicampur dengan air rebusan daun sirih hutan kemudian dicampur dengan nasi
2 Makanan pantangan 13(40,6%) Sebagian kecil ibu nifas di Nagori
Raya Huluan mematuhi makanan pantangan seperti tidak memakan sayur nangka, durian, nenas, cabai
3 Makanan khusus untuk
meningkatkan produksi ASI
32 (100%) Para ibu mengkonsumsi tuak*
(68,7%), daun Bangun-bangun dan Tinuktuk
4 Banyak waktu istirahat
setelah melahirkan
28 (87,5%) Ibu beristirahat selama 2 minggu paska persalinan kemudian mengerjakan pekerjaan rumah tangga, 6-8 minggu paska persalinan ibu kembali bekerja diladang
5 8 jam setelah persalinan
ibu boleh miring kiri-kanan
31 (96,8%) Ibu sudah dapat miring kiri-kanan dan duduk setelah melahirkan,
6 Kesulitan untuk BAB 32 (100%) Para ibu memakan pisang manis dan
pisang yang dibakar untuk mengurangi kesulitan BAB
Catatan
Hotni Sari Dewi Siregar : Kebiasaan Ibu Dalam Melakukan Perawatan Nifas Di Nagori Raya Huluan, 2008. USU Repository © 2009
5.1.2.4 Seksualitas dan penggunaan alat kontrasepsi
Terdapat seratus persen responden sudah dapat campur dengan suaminya
setelah 6 minggu melahirkan dan tidak mengalami kesulitan saat kembali
berhubungan seksual dengan suami. Responden tidak memakai alat kontrasepsi
(KB) sebanyak 90,6%, untuk menunda kehamilan melainkan para ibu berKB
dengan alami seperti menyusui anak sampai 2 tahun dan KB denga menghitung
masa subur ibu.
Tabel 5. Distribusi frekuensi berdasarkan seksualitas dan penggunaan alat kontrasepsi
NO Seksualitas dan penggunaan alat kontrasepsi
Frekuensi (% )
Cara ibu nifas dalam mengatasi seksualitas
6-8 minggu ibu sudah dapat kembali berhubungan suami istri dan ibu tidak mengalami kesulitan untuk kembali berhubungan dengan suami
2 Penggunaan alat kontrasepsi
dan cara tertentu untuk menjarangkan kehamilan
32 (100%)
Ibu memilih alat kontrasepsi dengan metode pil sebanyak 9,3 % (n-3). 90,6% (n=29) ibu tidak memakai alat kontrasepsi, untuk menjarangkan kehamilan ibu menyusui bayi sampai 2 tahun,
5.1.3. Perawatan nifas menurut budaya dan kebiasaan para ibu nifas Nagori Raya Huluan
Selain perawatan nifas menurut stndar kesehatan terdapat beberapa
perawatan ibu nifas menurut budaya dan kebiasaan para ibu Nagori Raya huluan
dapat dilihat pada tabel 6 pada halaman berikut
Hotni Sari Dewi Siregar : Kebiasaan Ibu Dalam Melakukan Perawatan Nifas Di Nagori Raya Huluan, 2008. USU Repository © 2009
Tabel 6. Distribusi frekuensi berdasarkan perawatan nifas ibu Nagori Raya Huluan
7 Param 25
(78,1%)
Merupakan campuran dari beras pulut, kencur, merica, jahe merah, daun-daunan labu. Masing masing ditumbuk dan dicampur kemudian dijemur, lalu dilulurkan keseluruh tubuh ibu setelah mandi
8 Memakai tudung 25 (78,1%) Untuk mengurangi sakit kepala ibu
memakai tudung berupa kain selendang yang diikatkan dikepala
9 Memakai gurita/stagen
dan kain panjang
32 (100%) Gurita/Stagen atau kain panjang
dililitkan diperut ibu langsung setelah persalinan
10 Pantangan dalam
perbuatan
19 (59,3%) Selama 7 hari setelah melahirkan ibu
dilarang keramas dan menyisir rambutnya karena akan menyebabkan ibu menggigil. Pada saat martataring ibu dilarang menghadap bara api karena dipercaya menyebabkan ibu demam, yang disebut dengan demam tataring
5.2 Pembahasan
Dari hasil penelitian yang diperoleh, pembahasan dilakukan untuk
menjawab pertanyaan penelitian tentang perawatan mandiri ibu nifas di Desa
Nagori Raya Huluan.
5.2.1 Karakteristik responden dengan status demografi
Responden dalam penelitian ini kebanyakan bersuku Simalungun,
kemudian diikuti dengan suku Toba, Karo. Rentang usia terbanyak adalah >30
tahun (47,0%) , hal ini menunjukkan bahwa sebagian ibu di Nagori Raya huluan
yang menjadi responden dalam penelitian ini berada pada usia resiko tinggi untuk
melahirkan. Ibu berprofesi sebagai petani sebanyak 90,6%, kondisi pekerjaan
Hotni Sari Dewi Siregar : Kebiasaan Ibu Dalam Melakukan Perawatan Nifas Di Nagori Raya Huluan, 2008. USU Repository © 2009
pertanian (agraris). Jumlah anak mayoritas 4 – 6 anak, hal ini menunjukkan bahwa
para ibu Nagori Raya Huluan belum mengikuti program berKB, hasil ini tidak
sesuai dengan pencapaian program KB nasional sebagaimana yang dikemukakan
oleh Sugiri (2008) , Kepala Bagian Koordinasi BKKBN, yang menyatakan bahwa
secara nasional pada tahun 2007 jumlah rata-rata anak dalam satu keluarga yang
dulu mencapai rata-rata 5,8 anak per keluarga menjadi 2,6 anak per keluarga di
tahun 2007, Kabanyakan para ibu menamatkan sekolahnya pada jenjang SMU,
keadaan ini menunjukkan bahwa tingkat pendidikan ibu cukup tinggi, berbeda
dengan yang dikemukakan oleh Ramli M (2008) dalam penelitiannya yang
menyatakan bahwa pendidikan wanita pada pedesaan terbanyak adalah SD (37%)
,kemudian SMP sebayak 14%, SMA hanya 5%, dan perguruan tinggi 0,43% .
Hal ini menggambarkan bahwa faktor pekerjaan, usia, pendidikan,adat dan
kebiasaan mempengaruhi hasil penelitian terkait dengan perawatan nifas yang
dilakukan responden dalam penelitian ini.
5.2.2 Karakteristik responden berdasarkan perwatan nifas
Dari 24 pertanyaan mengenai perawatan nifas menurut standar kesehatan
yang diambil dari teori Reeder, Martin, Griffit, antara lain:
5.2.2.1 Perawatan perineum
Responden melakukan terapi panas sesuai dengan yang teori yang terkait
dalam penelitian ini, tetapi setiap masyarakat atau kebudayaan memiliki cara dan
variasi yang bereda. Ibu Nagori Raya Huluan melakukan terapi panas yang
mereka sebut dengan Martataring dan menduduki abu hangat.
Martataring adalah terapi panas dengan bara api, bara api ini berada di
Hotni Sari Dewi Siregar : Kebiasaan Ibu Dalam Melakukan Perawatan Nifas Di Nagori Raya Huluan, 2008. USU Repository © 2009
di dapur. Menurut mereka hal ini mempermudah para tetangga atau sanak saudara
untuk mengunjungi ibu sesudah melahirkan. Pada masyarakat Lombok juga
melakukan terapi panas yang mereka sebut dengan masa berdiang, dimana pada
masa nifas ibu tidur dekat tungku api yang terus menyala sampai beberapa hari,
agar ibu dan bayi dalam keadaan hangat (Swasono 1997). Tapi keadaan ini sangat
membahayakan bagi ibu dan bayi karena dapur bukan merupakan tempat yang
terjaga kebersihannya. Sehingga dapat menyebabkan infeksi bagi ibu. Begitu juga
dengan asap dari bara api dapat mengganggu pernafasan bagi ibu dan bayi. Tetapi
duduk diatas abu hangat merupakan perawatan yang hampir sama dengan konsep
yaitu berupa terapi panas kering dengan menggunakan lampu atau sinar laser.
Semua ibu melakukan pembilasan khusus pada perineum menggunakan air
garam, pembilasan ini sangat efektif untuk melenturkan dan mengurangi rasa
nyeri pad otot yang sakit pada perineum, dan garam juga dapat menghambat
pertumbuhan bakteri atau jamur pada perineum, karena garam dengan konsentrasi
lebih dari 0,9% berupa larutan hipertonis yang mempunyai tekanan osmosis yang
lebih besar dari cairan yang ada di dalam sel. Perbedaan tekanan osmosis ini dapat
menyebabkan cairan dari sel bakteri tertarik keluar sehingga bakteri lama
kelamaan akan menyusut, akibatnya sel akan mati atau tidak mapu berkembang
biak.(Irwansyah, 2007)
Responden juga memakai pembalut untuk menampung darah nifas, tetapi
pembalut yang responden gunakan adalah kain perca (kain bekas) dimana
kebersihan dari kain ini kurang terjamin, dibandingkan dengan pembalut yang
Hotni Sari Dewi Siregar : Kebiasaan Ibu Dalam Melakukan Perawatan Nifas Di Nagori Raya Huluan, 2008. USU Repository © 2009
5.2.2.2 Perawatan Payudara
Setelah melahirkan ibu sudah dapat menyusui bayinya tapi tidak langsung,
karena setelah bayi dilahirkan harus dibersihkan dahulu, setelah bersih maka ibu
sudah bisa menyusui bayinya, sementara menurut literatur peneliti setelah bayi
keluar ibu langsung menyusui bayinya. Untuk membersihkan payudara responden
menggunakan air sabun, sementara sabun ini dapat menyebabkan puting susu
kering dan lecet, maka gunakan air hangat kemudian lap dengan handuk yang
lembut. Untuk meningkatkan produksi ASI semua ibu mengkonsumsi daun
Bangun-bangun (Coleus Ambonicus) .
Menurut Dr Boorsma (1987) dalam penelitian Sentosa (2005), menyatakan
bahwa dalam daun Bangun-bangun ini mengandung minyak Atsiri (pada daun
segar mengandung 0,043%, pada daun kering 0,2%). Minyak Atsiri pada daun
Bangun-bangun berdaya sebagai antiseptik dan mempunyai aktifitas yang tinggi
untuk melawan infeksi. Hastuti, supadmi (2000), menyatakan bahwa dalam daun
Bangun-bangun terdapat berbagai macam vitamin,diantaranya, Vit C, B1, B12,
Betakaroten, Niasin, Oksalat, Asam lemak, yang sangat dibutuhkan oleh ibu
menyusui, dan infus ekstrak pada daun tersebut dapat meningkatkan volume air
susu ibu pada masa laktasi.
5.2.2.3 Pemulihan Kesehatan
Setelah melahirkan ibu selalu mengkonsumsi makanan bergizi seperti sup
ikan, sayur-sayuran untuk memulihkan tenaga setelah proses melahirkan yang
meletihkan dan untuk memperlancar produksi ASI. Makanan yang dikonsumsi
berupa, daun bangun-bangun, tinuktuk, tuak yang menurut mereka dapat
Hotni Sari Dewi Siregar : Kebiasaan Ibu Dalam Melakukan Perawatan Nifas Di Nagori Raya Huluan, 2008. USU Repository © 2009
Tuak adalah minuman yang berasal dari air nira dicampur dengan kulit raru yang
difermentasikan, tuak mengandung kadar alkohol 3-5%, tuak biasa diminum bagi
para ibu nifas di daerah batak yang menurut mereka bermanfaat untuk penambah
darah, menghangatkan tubuh, serta memperlancar pengeluaran ASI, (Robin,
2008). Sementara jika ditinjau dari segi kesehatan alkohol tidak baik untuk
dikonsumsi, karena jika zat tersebut diserap oleh lambung, masuk ke aliran darah
dan tersebar kejaringan tubuh yang mengakibatkan terganggunya semua sistem
yang ada dalam tubuh, dan jika dikonsumsi berlebihan alkohol dapat
menimbulkan gangguan mental organik (GMO), yaitu gangguan dalam berpikir,
merasakan, berperilaku. Bagi ibu menyusui alkohol dapat menghambat produksi
hormon Oksitosin, sehingga mengurangi pengeluaran ASI, dan alkohol
memberikan aroma yang tajam pada ASI, kemungkinan besar bayi menolak untuk
menyusui. (Erabaru. 2008). Swasono (1997) mengatakan bahwa setiap
kebudayaan memiliki kepercayaan mengenai berbagai makanan dan ramuan
obat-obatan yang ditujukan bagi perawatan ibu melahirkan. Bahan-bahan ramuan itu
digunakan untuk berbagai tujuan antara lain untuk mengembalikan tenaga,
memperkuat tubuh ibu, mengembalikan tubuh ibu menjadi seperti sebelum hamil,
Pantangan makanan tidak terlalu dianjurkan untuk ibu nifas di Nagori Raya
Huluan tetapi ada juga responden yang mematuhi pantangan makanan seperti
makan sayur nangka, nenas, durian, cabai. Makanan ini dipercaya mengandung
unsur panas. Makanan yang dilarang untuk dikonsumsi para ibu tidak terlalu
mengkhawatirkan bagi kesehatan, karena makanan tersebut tidak dianjurkan untuk
dikonsumsi para ibu nifas,
Hotni Sari Dewi Siregar : Kebiasaan Ibu Dalam Melakukan Perawatan Nifas Di Nagori Raya Huluan, 2008. USU Repository © 2009
5.2.2.4 Seksualitas dan penggunaan alat kontrasepsi
Semua responden sudah dapat kembali berhubungan suami istri setelah 6
minngu paska persalinan, dan responden menyatakan tidak mengalami kesulitan
untuk kembali berhubungan dengan suami. Untuk menjarangkan kehamilan hanya
9,3% ibu yang menggunakan alat kontrasepsi. Keadaan ini tidak sesuai dengan
apa yang dikemukakan oleh Sugiri (2008)bahwa peserta KB pada 2009 akan naik
dari 61 persen menjadi 63 persen, angka kesuburan setiap wanita (TFT) dari 2,6
menjadi 2,1 anak, sementara angka keseburan wanita di Nagori Raya Huluan
berjumlah 345 dan jumlah anak dalam setiap keluarga 4-6 orang (50%). Untuk
angka pertumbuhan penduduk menurun kurang dari 1,3 persen pertahun. Sugiri
menegaskan keberhasilan program KB di Indonesia bukan hanya dari pemerintah,
tapi karena kerja keras peserta KB, petugas lapangan (PL) KB, para tokoh agama,
tokoh masyarakat dan organisasi kemasyarakatan. Sementara untuk Nagori Raya
huluan petugas lapangan KB tidak ada, untuk tim kesehatan hanya ada dua bidan.
Untuk puskesmas program untuk menggalakkan KB selalu dilaksanakan, seperti
kontap, tapi hanya untuk daerah kecematan, tidak menjangkau sampai Nagori.
5.2.3 Perawatan nifas berdasarkan kebiasaan para ibu di Nagori Raya Huluan.
Perawatan yang dilakukan ibu nifas yaitu dengan mengolesi badan dengan
param, karena kulit ibu hamil akan mengalami hiperpigmentasi akibat pengaruh
hormonal yang disebut kloasma gravidarum. Kulit menjadi gelap daripada
biasanya. Noda kulit ini akan hilang dengan sendirinya meskipun membutuhkan
waktu beberapa bulan. Untuk membantu mempercepat hilangnya noda di bagian