• Tidak ada hasil yang ditemukan

Evaluasi Kesesuaian Lahan di Kecamatan Barus Jahe Kabupaten Tanah Karo untuk tanaman Apel (Malus sylvestris Mill)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Evaluasi Kesesuaian Lahan di Kecamatan Barus Jahe Kabupaten Tanah Karo untuk tanaman Apel (Malus sylvestris Mill)"

Copied!
46
0
0

Teks penuh

(1)

EVALUASI KESESUAIAN LAHAN KECAMATAN BARUS JAHE KABUPATEN TANAH KARO UNTUK

TANAMAN APEL ( Malus sylvestris Mill )

SKRIPSI

OLEH :

TULUS MANURUNG 040303006

DEPARTEMEN ILMU TANAH FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

EVALUASI KESESUAIAN LAHAN KECAMATAN BARUS JAHE KABUPATEN TANAH KARO UNTUK

TANAMAN APEL ( Malus sylvestris Mill )

SKRIPSI

OLEH :

TULUS MANURUNG 040303006

Skripsi adalah salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan

DEPARTEMEN ILMU TANAH FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

Judul : Evaluasi Kesesuaian Lahan di Kecamatan Barus Jahe Kabupaten Tanah

Karo untuk tanaman Apel(Malus sylvestris Mill)

Nama : Tulus Manurung

Nim : 040303006

Prodi : Ilmu Tanah

Disetujui Oleh Komisi Pembimbimg

( Ir. Razali, MP)

Ketua Komisi Pembimbing Anggota Komisi Pembimbing ( Ir. Gantar Sitanggang)

Diketahui Oleh

( Prof. Dr. Ir. Abdul Rauf, MP ) Ketua Departemen

DEPARTEMEN ILMU TANAH FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(4)

ABSTRACT

Land evaluation is the process of prediction about performance and various

potential land use associated with the spread of soil, slope, vegetation and associated

with compliance land. The research aims of evaluating, compability in the subdistric

barus jahe regency ginger tanah karo for the apples crop with the height of the place

800-1500 metre from the earth surface, but also in did in sentral laboratory of the

north Sumatran University school of agriculture in medan.

This research activity covered the study of book, evaluated the map unit of land was

based on the climate, topography, soil with the verification method beetwen land

characteristic and equipment. From result of the research was gotten by 4 map units of

the land in the subdistric barus ginger and that was potential for the cultivation of

apples crop measuring 613 hectare with the texture limiting factors to the root

(5)

ABSTRAK

Evaluasi lahan adalah proses pendugaaan performance dan potensi lahan

untuk berbagai penggunaan menyangkut penyebaran tanah, kemiringan lereng,

vegetasi dan yang berhubungan dengan kesesuaian lahan. Penelitian ini bertujuan

mengevaluasi kesesuaian lahan kecamatan Barus Jahe kabupaten Tanah Karo untuk

tanaman apel (Malus sylvestris Mill) dengan ketinggian tempat 800-1500 m dari

permukaan laut, dan juga dilakukan di Laboratorium Sentral, Fakultas Pertanian,

Universitas Sumatera Utara, Medan. Kegiatan penelitian ini meliputi telaah pustaka,

mengevaluasi satuan peta tanah berdasarkan iklim, topografi, tanah dengan metode

matching (pencocokan) antara karakteristik lahan dan persyaratan tumbuh tanaman.

Dari hasil penelitian ada 4 SPT di kecamatan barus jahe dan yang potensial untuk

pembudidayaan tanaman apel seluas 613 ha dengan faktor pembatas tekstur pada

(6)

RIWAYAT HIDUP

Tulus Manurung. Saya lahir pada tanggal 01 Agustus 1984, anak kedua dari empat

bersaudara, putra dari ayahanda (Alm.) Tohap Manurung dan ibunda Lenti Sinurat.

Pada tahun 1990-1996 saya menempuh pendidikan Sekolah Dasar di SD Negeri 1

Lumbanrang, Tahun 1996-1999 menempuh pendidikan Sekolah Menengah Tingkat

Pertama di SLTP Negeri 1 Lumban Julu dan Tahun 1999-2002 saya menempuh

pendidikan Sekolah Menengah Tingkat Atas di SMU Methodist-7 Medan. Tahun

2004 menempuh pendidikan di Program Studi Ilmu Tanah Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara Medan

Kegiatan Akademik :

 Melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di PTPN III di Kecamatan si pis-pis Kabupaten Deli Serdang.

(7)

DAFTAR TABEL

NO. Teks Halaman

1. Data Evaluasi Satuan Peta Tanah………...………..…..………... 23

2. Data Kelas Kesesuaian Lahan SPT 1……… 24

3. Data Ke;las Kesesuaian lahan SPT 2……… 25

(8)

DAFTAR LAMPIRAN

NO. Teks

1. Data Deskripsi Profil Kecamatan Barus Jahe

2. Data Evaluasi Iklim dan Penyebaran Tanah

3. Data Kesesuaian Lahan Untuk Tanaman Apel (Malus sylvestris Mill)

4. Data Analisis Laboratorium

5. Data Temperatur dan Curah hujan dari BMG Sampali Medan Untuk

Kecamatan Barus Jahe

6. Gambar Peta Administrasi Kecamatan Barus Jahe

7. Gambar Peta Iklim Kecamatan Barus jahe

8. Gambar Peta Kemiringan Lereng Kecamatan Barus Jahe

9. Gambar Peta Jenis Tanah Kecamatan Barus Jahe

10. Gambar Peta SPT Kecamatan Barus Jahe

(9)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas

berkat dan rahmat-Nyalah penulis dapat mengerjakan skripsi ini dengan judul “

Evaluasi Kesesuaian Lahan Kecamatan Barus Jahe Kabupaten Tanah Karo Untuk Tanaman Apel ( Malus sylvestris Mill ) ” yang merupakan salah satu syarat untuk dapat memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera

Utara, Medan.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Ir. Razali, MP

sebagai ketua komisi pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan kepada

penulis, juga kepada Ir. Gantar Sitanggang sebagai anggota komisi pembimbing yang

telah memberikan masukan dan arahan kepada penulis.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna oleh karena itu

penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan

skripsi ini.

Akhir kata penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak

yang telah banyak membantu.

Medan, November 2009

(10)

DAFTAR ISI

ABSTRAK………..……i

RIWAYAT HIDUP………...……….ii

DAFTAR TABEL………..………...iii

DAFTAR LAMPIRAN………..………...iv

KATA PENGANTAR ...…....….v

DAFTAR ISI ...…...vi

PENDAHULUAN Latar Belakang...…...…..1

Tujuan Penelitian ...…...…..2

Kegunaan Penelitian ...…...…..2

TINJAUAN PUSTAKA Survey tanah ...…...…..3

Evaluasi Lahan ...…...…..4

Karakteristik Lahan...…...…..6

Sifat Fisik Tanah ...…...…..6

Sifat Kimia Tanah ...…..….13

Botani Tanaman Apel ...…...15

Syarat Tumbuh ...…..….17

Iklim. ...…..….17

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ...…..….19

Bahan dan Alat ...…..….19

Metode Penelitian………. . ...……...19

Tahapan Kegiatan ...……...20

Tahapan Persiapan ...…..….20

Pengamatan di Lapangan ...…..….20

Analisa Laboratorium ...…..….21

Parameter………..………21

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil………..………...24

Pembahasan………..………...28

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan………...………...29

Saran………..………...29

DAFTAR PUSTAKA ...…..….30

(11)

PENDAHULUAN

Meningkatnya kebutuhan dan persaingan dalam penggunaan lahan untuk

berbagai keperluan menjadikan fungsi lahan sangat penting. Pengolahan lahan secara

efisien diharapkan dapat meningkatkan produktivitas lahan yang maksimal guna

memenuhi kebutuhan hidup. Potensi lahan didasarkan pada kemampuan atau

karakteristik lahan sehingga diketahui faktor-faktor penghambat pada lahan dan

kecocokan lahan tersebut untuk kegiatan pertanian dan non pertanian. Untuk

meningkatkan potensi lahan maka perlu dilakukan usaha perbaikan terhadap faktor

pembatas yang dimiliki suatu lahan seperti tindakan konservasi lahan..

Evaluasi lahan adalah proses penilaian keragaan atau performance lahan untuk

berbagai penggunaan yang berhubungan dengan penyebaran tanah, kemiringan,

vegetasi, dan lain-lain. Evaluasi bertujuan untuk memberikan gambaran dan informasi

tentang nilai karakteristik lahan, kelas kesesuaian lahan, dan arahan berbagai

komoditas tanaman yang potensial untuk dikembangkan.

Adapun persyaratan tumbuh tanaman yang dibutuhkan apel adalah pada suhu

16-27 0C dengan rata-rata curah hujan 1000-2600 mm/ tahun pada dataran tinggi

dengan ketinggian 700-200 m dari permukaan laut. Suhu sangat mempengaruhi

pertumbuhan tanaman apel karena semakin rendah suhu maka pertumbuhan tanaman

akan lambat dan aktivitas mikro organisme terganggu. Curah hujan yang tinggi pada

saat tanaman berbunga akan menyebabkan bunga gugur sehingga tanaman tidak akan

berbuah dan kemiringan yang sangat curam akan menyulitkan pertumbuhan tanaman

apel.

Tanaman apel tumbuh baik pada tanah yang bersolum dalam karena memiliki

perakaran yang dalam, bahan organik tinggi, tekstur halus, aerasi dan porositas baik

sehingga dapat mempertukarkan oksigen dan pergerakan hara dalam tanah yang

dibutuhkan oleh tanaman. Pertumbuhan tanaman apel membutuhkan air tersedia

(12)

optimal, kejenuhan basa tinggi yang akan mempengaruhi kemampuan koloid tanah

dalam menyerap dan mempertukarkan kation-kation dan kisaran pH 6-7.

Barus Jahe adalah salah satu daerah dengan areal pertanian yang luas dan merupakan sentra pertanian holtikultura yang banyak mengusahakan tanaman musiman dan tahunan. Tanaman yang banyak diusahakan adalah tanaman jeruk. Pengembangan tanaman apel di daerah Barus Jahe merupakan alternatif bagi tanaman lain artinya apabila nilai ekonomi tanaman lain tidak stabil maka tanaman apel diharapkan dapat menjadi pengganti karena memiliki nilai ekonomis tinggi untuk dipasarkan, banyak dibutuhkan oleh masyarakat, juga sebagai diversifikasi tanaman. Maka untuk itu perlu dilakukan evaluasi lahan di kecamatan barus jahe untuk mengetahui apakah daerah tersebut potensial atau tidak dalam upaya pembudidayaan tanaman apel.

Tujuan Penelitian

Untuk mengevaluasi kesesuaian lahan di Kecamatan Barus Jahe Kabupaten

Tanah Karo untuk tanaman Apel (Malus sylvestris Mill).

Kegunaan Penelitian

• Sebagai bahan informasi kepada petani di Kecamatan Barus Jahe Kabupaten Tanah Karo dan pihak lain yang membutuhkan tentang

kesesuaian lahan untuk tanaman Apel (Malus sylvestris Mill)

(13)

TINJAUAN PUSTAKA

Survey Tanah

Salah satu kegiatan yang dilakukan untuk mempelajari lingkungan alam dan

potensi sumber dayanya adalah survey. Berdasarkan keperluan, pelaksanaan survey

bertujuan untuk memberikan dan menyediakan informasi dalam pengambilan

keputusan tentang penyusunan lahan dan rencana pengembangan wilayah yang di

survey, misalnya untuk pembentukan areal pertanian, kehutanan dan detail

pengolahan budidaya

(Hakim, dkk,1986)

Survey merupakan pekerjaan pengumpulan data fisika, kimia di lapangan

maupun data analisis di laboratorium dengan tujuan pendugaan penggunaan lahan

tepat secara umum maupun khusus. Suatu tanah memiliki kegunaan jika tepat

pemetaannya, tepat mencari lokasi yang di survey dan didukung oleh peta dasar yang

baik, tepat dalam mendeskripsikan profil dalam menetapkan sifat morfologinya, teliti

dalam pengambilan contoh tanah dan benar dalam menganalisa dilaboratorium

(Abdullah,1993)

Menurut (Abdullah, 1993) penggunaan survey dikelompokan atas 5 jenis

yaitu:

1. Produksi tanaman pada jenis tanah tertentu, rekomendasi pengapuran dan

sebagainya .

2. Penafsiran lahan untuk kegunan perpajakan, pengajuan proyek dan jual beli

usaha tani.

3. Pengolahan penggunaan lahan

4. Perencanan penelitian tanah

5. Pendidikan umum yang menyangkut sumber daya alam

Menurut (Western,1978) survey bertujuan:

1. Studi tanah lebih lanjut, dengan survey sebagai dasar identifikasi studi lebih

mendetail.

(14)

• Membantu menyebarkan jasa lmiah kepada petani

• Pekerjaan penelitian di pusat penelitian dan bidang tanah serta perencanaan.

• Perbaikan dan perkembangan dalam mengetahui curah hujan untuk pertanian .

• Perbaikan dan perkembangan irigasi pertanian. • Drainase dan reklamasi.

• Kehutanan

Evaluasi Lahan

Evaluasi lahan adalah proses penilaian penampilan atau keragaman (Performance) lahan jika dipergunakan untuk tanaman tertentu, meliputi pelaksanan dan

interpretasi survey, studi bentuk lahan, penyebaran tanah, vegetasi, iklim dan aspek lahan lainnya agar dapat di identifikasi dan membuat perbandingan penggunaan lahan yang mungkin berkembang

(Arsyad, 1989)

Evaluasi lahan melibatkan pelaksanan survey atau penelitian bentuk bentang

lahan, sifat-sifat distribusi tanah dan evaluasi bertujuan untuk mengidentisifikasi dan

membuat perubahan-perubahan yang bersifat positif

(Abdullah,1993)

Dari segi pelaksanaan, evaluasi lahan dilakukan dengan dua cara yaitu (1)

secara langsung, yakni lahan di evaluasi melalui percoban, (2) secara tidak langsung

yakni evaluasi yang diasumsikan terhadap tanah-tanah tertentu serta sifat lain yang

ada di lokasi untuk mengukur keberhasilan penggunan lahan. Kedua cara ini

mempengaruhi kualitas dan karakteristik lahan untuk berbagai penggunaan

(Hardjowigeno, 1995)

Kegunaan dari lahan dianalisa dalam tiga aspek yaitu kesesuaian, kemampuan dan nilai unit lahan. Dimana ketiga aspek ini saling berhubungan, untuk mendukung proses pelaksanaan penggunaan lahan

(Abdullah, 1993)

Struktur klasifikasi lahan menurut sistem FAO didasarkan pada kelas- kelas kesesuaian lahan sebagai berikut:

(15)

pengolahan yang di berikan atau hanya mempunyai pembatas yang

tidak berarti secara nyata terhadap produksinya dan tidak akan

menaikkan masukan yang biasa dilakukan .

• Kelas S2 : Cukup sesuai (Moderatly Suitable) yaitu lahan mempunyai pembatas yang serius untuk mempertahankan tingkat pengelolaannya

yang harus diterapkan. Pembatas akan mengurangi produksi dari

keuntungan dan perlu meningkatkan masukan yang diperlukan.

• Kelas S3: Kurang sesuai (Marginally Suitable) yaitu lahan mempunyai pembatas yang serius untuk mempertahankan tingkat pengolahannya

yang harus diterapkan. Pembatas akan mengurangi produksi dan

keuntungan atau lebih meningkatkan masukan yang diperlukan .

• Kelas N1: Tidak sesuai saat ini (Currently Suitable) yaitu lahan mempunyai pembatas yang sangat serius, tetapi masih dapat

memungkinkan untuk diatasi hanya tidak dapat diperbaiki dengan

tingkat pengolahan model normal. Keadaan pembatas sedemikian

seriusnya sehingga mencegah kelangsungan penggunaan lahan.

• Kelas N2: Tidak sesuai untuk selamanya (Permanently not Suitable) yaitu lahan mempunyai pembatas permanen untuk mencegah segala

kemungkinan kelangsungan penggunaan lahan

(Hakim, dkk, 1986)

Karakteristik Lahan

Karakteristik lahan yang berhubungan erat dengan evaluasi kesesuaian lahan

adalah :

Sifat Fisik Tanah 1. Iklim

1.1. Temperatur

Temperatur atau suhu merupakan derajat panas atau derajat dingin yang diukur berdasarkan skala tertentu dengan menggunakan beberapa tipe termometer. Energi matahari dalam bentuk elektromagnetik hanya kira-kira 20 % yang dapat diserap oleh atmosfer, sisanya diubah dulu oleh bumi menjadi sinar gelombang panjang.

Perubahan energi ini terjadi dipermukaan daratan dan permukaan lautan yang dapat menyerap energi dari atmosfer secara jernih. Suhu merupakan energi kinetis rata-rata dari pergerakan molekul

(16)

Temperatur sangat berperan penting dalam pembentukan tanah dan

pertumbuhan tanaman. Suhu dapat mengendalikan aktivitas jasad hidup, tanaman dan

kegiatan biologisnya. Apabila suhu udara rendah maka pertumbuhan tanaman akan

lambat dan aktifitas mikroorganisme dalam menguraikan bahan organik menjadi

unsur hara terganggu. Suhu udara dapat dikendalikan dengan pembuangan air yang

berlebih dalam tanah melalui pembuatan parit-parit drainase, perlindungan tanah

dengan tanaman. Tanaman di dataran tinggi memiliki suhu udara rendah karena

makin tinggi suatu tempat maka suhu udara rata-rata makin rendah yang dihitung

dengan rumus Braak (1928) yaitu :

26,3 0 C - (0,01 x elevasi dalam meter x 0,6oC ) (Guslim, 1996)

1.2. Curah hujan

Daerah tropik dekat ekuator mempunyai sirkulasi udara rendah dan tenaga

angin dilautan minim. Iklim dipengaruhi oleh angin pusat tenggara yang basah pada

musim hujan dan angin timur dari Australia yang kering pada musim kemarau. Curah

hujan di Indonesia bagian barat tinggi, dan menuju tenggara curah hujan makin

berkurang. Berdasarkan curah hujan di Indonesia Oldeman (1975) menggelompokkan

wilayah berdasarkan jumlah bulan basah dan bulan kering dalam satu tahun. Bulan

basah adalah bulan yang mempunyai curah hujan >200mm dan bulan kering

mempunyai curah hujan <100mm, dan untuk menghitung ketersediaan air Oldeman

menggunakan persamaan yaitu Y= 0,8x-10, dimana x adalah rata-rata curah hujan per

bulan. Sedangkan Schmidt dan Fergusson (1954) membuat klasifikasi iklim

berdasarkan curah hujan yang berbeda yakni bulan basah >100mm, dan bulan kering

(17)

Q = 300-700 (sangat kering)

Q = > 700 (ekstrim)

(Guslim, 1996)

2. Tekstur

Tekstur menunjukan kasar halus tanah berdasarkan atas perbandingan

banyaknya butir pasir, debu dan liat dalam tanah. Tanah memiliki ukuran

butir-butir tanah yang berbeda. Partikel pasir ukurannya lebih besar tetapi permukaaanya

lebih kecil dibandingkan partikel debu dan liat. Bagian tanah yang berukuran lebih

dari 2 mm disebut bahan kasar (krikil sampai batu). Bahan-bahan tanah yang lebih

halus dapat dibedakan menjadi : <0,002 mm liat, 0,002-0,005 debu dan 0,005-0,2

mm pasir

(Foth, 1988)

Tekstur adalah perbandingan relatif tiga golongan partikel tanah dalam suatu

massa tanah, terutama perbandingan fraksi liat, debu, pasir. Tekstur turut menentukan

tata air dalam tanah, berapa kecepatan infiltrasi, penetrasi, dan kemampuan

pengikatan air oleh tanah. (Arsyad, 1989) mengklasifikasikan tekstur atas :

t1 = tanah bertekstur halus meliputi liat berpasir, liat berdebu, dan liat.

t2 = tanah bertekstur agak halus meliputi lempung liat berpasir, lempung

berliat,dan lempung liat berdebu.

t3 = tanah bertekstur sedang meliputi lempung, lempung berdebu, dan debu.

t4 = tanah bertekstur agak kasar meliputi lempung berpasir, lempung berpasir

halus, dan lempung berpasir sangat halus.

t5 = tanah bertekstur kasar meliputi pasir berlempung dan pasir.

3. Kedalaman efektif

Kedalaman efektif adalah kedalaman tanah yang masih dapat ditembus oleh

akar tanaman. Pengamatan kedalaman efektif dilakukan dengan mengamati

penyebaran akar tanaman. Banyakya perakaran, baik akar halus maupun akar kasar,

serta dalamnya akar-akar tersebut dapat menembus tanah, dan bila tidak dijumpai akar

tanaman maka kedalaman efektif ditentukan berdasarkan kedalaman solum taah

(18)

Cara praktis penetapan bawah (kedalaman efektif) suatu solum tanah adalah

melalui penyidikan pada kedalaman penetrasi perakaran tanaman yang tidak

mempunyai lapisan padat yang dapat menghambat penetrasi akar, maka perakaran

tanaman akan berpeluang menembus sampai perbatasan mineral tanah dan bahan

geologis atau bukan tanah. (Foth, 1994) mengklasifikasikan kedalaman efektif

sebagai berikut :

Ke1 = > 90 cm (dalam)

Ke2 = 50-90 cm (sedang)

Ke3 = 25-50 cm (dangkal)

Ke4 = < 25 cm (sangat dangkal)

4. Drainase

Drainase adalah proses meresapnya air ke dalam tanah dan pembuangan air

tanah. Kelas drainase dilapangan ditentukan dengan melihat adanya gejala pengaruh

air dalam penampang air. Gejala-gejala tersebut antara lain adalah warna pucat,

kelabu, atau bercak-bercak karatan. Warna pucat atau kelabu kebiru-biruan

menunjukan adanya pengaruh genangan air yang kuat, sehingga merupakan petunjuk

bahwa udara masih dapat masuk ke dalam tanah tersebut sehingga terjadi oksidasi di

tempat tersebut

(Hardjowigeno, 1995)

Tujuan utama drainase di lahan pertanian adalah menurunkan muka air untuk

meningkatkan kedalaman dan efektifitas perakaran. Hal ini berarti bahwa jumlah hara

yang mungkin dapat diserap oleh tanaman dapat dipertahankan pada level yang tinggi

dengan hilangnya kelebihan air karena drainase akan mengakibatkan turunnya panas

tanah sehingga menurunkan jumlah energi untuk menaikkan suhu tanah

(Hakim, dkk, 1986)

(Arsyad, 1989) mengklasifikasikan drainase sebagai berikut :

d1 = drainase cepat bila tanah berwarna homogen dan tidak dijumpai bercak

atau karatan.

d2 = drainase agak cepat bila tanah berwarna homogen dan tidak dijumpai

karatan.

d3 = drainase baik bila tanah berwarna homogen tanpa karatan pada lapisan

(19)

d4 = drainase agak baik bila tanah berwarna homogen tanpa karatan pada

lapisan 0-50 cm.

d5 = drainase agak terhambat bila tanah berwarna homogen tanpa karatan

pada lapisan 0-25 cm.

d6 = drainase terhambat bila tanah mempunyai karatan sedikit sampai pada

lapisan permukaan.

d7 = drainase sangat terhambat bila tanah mempunyai karatan yang permanen

sampai pada lapisan permukaan.

5. Topografi

Faktor topografi umumnya dinyatakan ke dalam kemiringan dan panjang

lereng, secara umum erosi akan meningkat dengan meningkatnya kemiringan dan

panjang lereng, percikan butir air hujan melemparkan partikel tanah pada lahan

miring, partikel tanah lebih banyak terlempar ke arah bawah dari pada keatas dengan

porositas yang semakin besar dengan meningkatnya kemiringan lereng

(Eng, 2002)

Land slope atau kemiringan lahan merupakan faktor yang sangat perlu di

perhatikan sejak dari penyiapan lahan pertanian, usaha penanamannya, pengambilan

produk-produk serta pengawetan lahan tersebut, karena lahan yang mempunyai

kemiringan curam dapat dikatakan lebih mudah terganggu atau rusak. Kemiringan

lahan sangat mempengaruhi tingkat erosi, karena semakin tinggi kemiringan lereng

maka tingkat erosi sangat besar yang menyebabkan banjir

(Kartasapoetra, dkk, 1991)

(Arsyad, 1989) mengklasifikasikan kemiringan lereng sebagai berikut :

L1 = < 3% (datar)

L2 = 3 sampai 8% (agak landai)

L3 = 8 sampai 15% (landai)

L4 = 15 sampai 30% (berbukit)

L5 = 30 sampai 40% (bergunung)

L6 = 40 sampai 60% (curam)

L7 = > 60% (sangat curam)

(20)

Erosi merupakan pengikisan atau kelongsoran dari proses penghanyutan tanah

akibat desakan atau kekuatan angin dan air yang terjadi secara alamiah maupun akibat

perbuatan manusia. (Kartasapoetra,dkk, 1991) menyatakan bahwa tahap-tahap erosi

yang terjadi di lapangan yaitu :

1. Pemecahan agregat-agregat tanah ke dalam partikel-partikel tanah yang

disebut butiran tanah yang kecil.

2. Pemindahan partikel-partikel tanah melalui penghanyutan atau kekuatan

angin.

3. Pengendapan partikel-partikel tanah yang terangkut ke tempat yang lebih

rendah atau dasar sungai.

(Arsyad, 1989) mengklasifikasikan kelas erosi sebagai berikut :

Sangat ringan = < 0,15% lapisan atas hilang

Ringan = 0,15 - 0,9% lapisan atas hilang

Sedang = 0,9 - 1,8% lapisan atas dan bawah hilang

Berat = 1,8 - 4,8% lapisan bawah hilang

Sangat berat = > 4,8% lapisan bawah hilang

7. Bahaya Banjir

Ancaman banjir sangat perlu diperhatikan dalam pengelolaan lahan pertanian

karena sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman. (Hardjowigeno, 1995)

mengelompokkan bahaya banjir sebagai berikut :

f0 = tidak ada banjir dalam periode satu tahun.

f1 = ringan yaitu dalam periode kurang dari satu bulan banjir bisa terjadi dan

bisa tidak.

f2 = sedang yaitu selama 1 bulan dalam setahun terjadi banjir.

f3 = agak berat yaitu selama 2-5 bulan dalam setahun dilanda banjir.

f4 = berat yaitu selama 6 bulan lebih dalam setahun dilanda banjir.

8. Penyiapan lahan 8.1. Batuan permukaan

Terdapatnya batu-batuan baik dipermukaan maupun di dalam tanah dapat

mengganggu perakaran tanaman serta mengurangi kemampuan tanah untuk berbagai

penggunaan. Oleh karena itu jumlah dan ukuran batuan yang ditemukan perlu dicatat

(21)

(Hardjowigeno, 1995)

Batuan permukaan adalah batuan yang tersebar diatas permukaan tanah dan

berdiameter lebih besar dari 25 cm berbentuk bulat atau bersumbu memanjang lebih

dari 40 cm berbentuk gepeng. (Arsyad, 1989) mengelompokkan penyebaran batuan

diatas permukaan tanah sebagai berikut :

b0 = kurang dari 0,01% luas areal (tidak ada)

b1 = 0,01 - 3% (sedikit)

b2 = 3 - 15% (sedang)

b3 = 15 - 90% (banyak)

b4 = besar dari 90% (sangat banyak)

Batuan singkapan adalah batuan terungkap diatas permukan tanah yang

merupakan bagian dari batuan besar yang terbenam di dalam tanah. (Arsyad,1989)

mengelompokkan penyebaran batuan singkapan sebagai berikut :

b0 = kurang dari 2% (tidak ada)

b1 = 2 - 10% (sedikit)

b2 = 10 - 50% (sedang)

b3 = 50 - 90% (banyak)

(22)

Sifat Kimia Tanah

1. Kapasitas Tukar Kation

Kapasitas tukar kation tanah dapat didefinisikan sebagai suatu kemampuan

koloid tanah dalam menyerap dan mempertukarkan kation. KTK biasanya dinyatakan

dalam milliekuivalen per 100 gram. Kation-kation yang berbeda dapat mempunyai

kemampuan yang berbeda untuk menukar kation yang diserap. Jumlah ion yang

diserap sering tidak setara dengan yang ditukarkan. Ion-ion divalen biasanya diikat

lebih kuat dari pada ion-ion monovalen, sehingga lebih sulit untuk dipertukarkan

(Tan, 1998)

Kapasitas tukar kation merupakan sifat kimia yang sangat erat hubunganya

dengan kesuburan tanah. Tanah dengan KTK tinggi mampu menyerap dan

menyediakan unsur hara lebih baik dibandingkan tanah dengan KTK rendah. Makin

banyak kation-kation yang dapat dipertukarkan dalam tanah maka kandungan hara

tidak akan mudah tercuci oleh air

(Hardjowigeno, 1995)

2. Kejenuhan Basa

Kejenuhan basa menunjukkan perbandingan antara jumlah kation-kation basa

dengan jumlah semua kation-kation (kation basa dan kation asam) yang terdapat

dalam kompleks jerapan tanah. Jumlah maksimum kation yang dapat diserap tanah

menunjukkan besarnya nilai kapasitas tukar kation tanah tersebut.. Kejenuhan basa

(KB) merupakan sifat yang berhubungan dengan KTK, yang dapat didefenisikan

sebagai berikut :

% x100%

KTK tukar basa Basa KB =

Kation-kation basa umumnya merupakan unsur hara yang diperlukan tanaman.

Disamping itu basa-basa umumnya mudah tercuci sehingga tanah dengan kejenuhan

basa tinggi menunjukkan bahwa tanah tersebut belum banyak mengalami pencucian

dan merupakan tanah yang subur

(23)

Kejenuhan basa sering dianggap sebagai petunjuk tingkat kesuburan tanah,

kemudahan pelepasan kation terjerap untuk tanaman tergantung pada tingkat

kejenuhan basa. Suatu tanah dianggap sangat subur jika kejenuhan basanya > 80%,

kesuburan sedang jika kejenuhan basanya antara 50-80 %, dan tidak subur jika

kejenuhan basanya < 50%. Suatu tanah dengan kejenuhan basa sebesar 80% akan

melepaskan basa-basa yang dapat dipertukarkan lebih mudah dari pada tanah dengan

kejenuhan basa 50%. Pengapuran merupakan cara yang umum untuk meningkatkan

persen kejenuhan basa

(Tan, 1998)

3. pH Tanah

Pengaruh pH yang terbesar pada pertumbuhan tanaman adalah pengaruh pH

terhadap persediaan hara. Keasaman mempunyai dua komponen yaitu H+ aktif atau

larut, dan H+ yang dapat dipertukarkan atau cadangan, kedua bentuk tersebut

cenderung berada dalam keseimbangan sehingga perubahan pada yang satu

mengakibatkan perubahan pada yang lain. Apabila basa ditambahkan pada tanah yang

asam H+ terlarut akan dinetralisasi dan sebagian H+ yang dapat dipertukarkan akan

terionisasi untuk mengembalikan keadaan menjadi seimbang. Jumlah H+ yang dapat

dipertukarkan dengan perlahan berkurang sehingga H+ terlarut akan menurun dan pH

lambat laun akan meningkat

( Foth, 1994)

Dalam pengukuran pH, elektroda acuan dan elektroda indikator dicelupkan

dalam suspensi tanah yang heterogen yang terdiri atas partikel-partikel padat yang

terdispersi dalam suatu larutan aquades. Jika partikel-partilkel padat dibiarkan

mengendap, pH dapat diukur dalam cairan supernatan atau dalam endapan.

Penempatan pasangan elektroda dalam supernatan biasanya memberikan bacaan pH

yang lebih tinggi dari pada penempatan dalam endapan. Perbedaan dalam pembacaan

pH ini disebut pengaruh suspensi

(Tan, 1998)

(Arsyad,1989) mengelompokkan kemasaman tanah (pH) sebagai berikut :

pH1 = < 4,5 (sangat masam)

pH2 = 4,5 - 5,5 (masam)

pH3 = 5,6 - 6,5 (agak masam)

(24)

pH5 = 7,6 - 8,5 (agak alkalis)

pH6 = >8,5

4. C- Organik

Bahan organik merupakan bahan penting dalam meningkatkan kesuburan

tanah, baik secara fisik, kimia, dan biologi tanah. Sekitar dari setengah kapasitas tukar

kation (KTK) berasal dari bahan organik yang merupakan sumber hara tanaman

(Hakim,dkk, 1986).

Bahan organik ditemukan dipermukaan tanah. Jumlahnya tidak besar hanya

sekitar 3-5% tetapi pengaruhnya terhadap sifat-sifat tanah besar sekali.

(Hardjowigeno, 1995) menjelaskan pengaruh bahan organik terhadap tanah dan

pertumbuhan tanaman adalah

• Granulator yaitu memperbaiki struktur • Sumber unsur hara bagi tanaman

• Menambah kemampuan tanah untuk menahan unsur hara (kapasitas tukar kation menjadi tinggi )

• Sumber energi bagi mikro organisme

• Menambah kemampuan tanah untuk menahan air

Botani Tanaman Apel

Tanaman apel berasal dari Asia Barat kemudian menyebar ke daerah-daerah

tropis di dunia seperti : Eropa, Amerika, Australia dan Indonesia. Di indonesia apel

telah di tanam sejak tahun 1934 hingga sekarang dan mengalami perkembangan yang

sangat pesat. Tanaman apel tumbuh baik di daerah dataran tinggi seperti: Malang,

Pasuruan di daerah Jawa Timur, Jawa Tengah, Bali, dan Sulawesi Selatan

(Notodimedjo, 1995)

(Soelarso, 1996) menjelaskan tanaman apel mempunyai banyak varietas dan

memiliki ciri khas tersendiri. Beberapa varietas apel unggulan antara lain : Rome

Beauty, Manalagi, Anna, Prince Noble, dan Wanglin. Jenis apel yang paling banyak

(25)

manis biarpun belum matang dan aromanya sangat kuat. Warna daging buahnya putih

kekuning-kuningan, buahnya berbentuk agak bulat dengan ujung dan pangkal

berlekuk dangkal. Diameter buah 4-7 cm dan berat 75-160 g per buah. Kulit buah

berwarna hijau muda kekuningan saat matang, produksi rata-rata per pohon 75 kg.

Menurut (Soelarso, 1996) klasifikasi tanaman apel adalah:

Divisio : Spermathopyta

Subdivisio : Angiospermae

Kelas : Dycotyledone

Ordo : Rosales

Famili : Rosaceae

Genus : Malus

Spesies : Malus sylvestril Mill

Tanaman apel merupakan tanaman tahunan yang tegak yang menyerupai

semak dengan tinggi tanaman berkisar antara 2-3 m. Tanaman ini mempunyai akar

tunggang dan akar samping yang tidak banyak, perakarannya kuat dan dalam, batang

pohon berbentuk bulat, tegak, berkayu, dengan permukaan kasar, berwarna coklat dan

bercabang sedikit

(Sunarjono, 1997)

Daun apel terdiri dari daun tunggal, dan tersebar melingkar disepanjang

cabang. Bentuk daun lonjong dan ujung meruncing, tepi daun bergerigi, daging daun

agak tebal, dan pangkal tumpul, warna daun apel hijau dan mengkilat, pertulangan

daun menyirip. Panjang daun mencapai 9-14 cm, lebar daun 3-5 cm, daun apel

memiliki stomata sebagai organ respires

(Notodimedjo, 1995)

Bunga apel merupakan bunga tunggal dengan warna putih bersih. Bunga

bertangkai pendek, bertandan dan pada tiap tandan terdapat 7-9 bunga. Bunga apel

tumbuh dari ketiak daun, mahkota bunga memiliki warna putih dan merah jambu.

(26)

Bunga akan keluar dari ujung tunas generatif (tunas tumpul) yang tumbuh dari setiap

mata ruas batang. Bunga menyerbuk silang melalui lebah madu dan lalat hijau.

Tanaman dapat berbunga setiap saat setelah daunnya digugurkan atau dirompes

(Soelarso, 1996)

Buah apel mempunyai bentuk bulat sampai lonjong, bagian pucuk buah

berlekuk dangkal, kulit buah agak kasar dan tebal. Buah apel memiliki pori-pori yang

kasar dan renggang, warnanya mengkilat, buah agak keras tetapi renyah saat dimakan

serta memiliki kandungan air yang sedikit, biji buah sangat sedikit. Buah apel

memiliki bermacam warna setelah masak yakni merah, hijau, kuning, dan lain-lain

(Soelarso, 1996)

Syarat Tumbuh

Iklim

Unsur yang mempengaruhi pertumbuhan dan produksi tanaman buah apel

adalah ketinggian tempat, berkaitan dengan suhu udara, kelembapan udara, curah

hujan dan lama penyinaran. Pada iklim basah pertumbuhan tanaman apel akan

mengalami kendala yaitu rasa buah kurang manis, tanaman mudah terserang penyakit,

bunga akan gugur, dan di dataran rendah tanaman apel tidak dapat berbunga

(Sunarjono, 1997)

Tanaman apel dapat tumbuh di dataran tinggi tropis pada ketinggian 700-2000

m dpl, dengan curah hujan antara 1000-2600 mm per tahun dan hari hujan 110-150

hari per tahun. Tanaman apel membutuhkan bulan basah 6-7 bulan dan bulan kering

3-4 bulan tiap tahunnya. Suhu udara yang ideal adalah 16-27 oC, kelembapan udara

berkisar antara 75-85 %, dan cahaya matahari 50-60 % tiap hari khususnya pada saat

pembungaan

(Soelarso, 1996)

Tanaman apel tumbuh baik pada tanah yang bersolum dalam, memilki

kandungan bahan organik yang tinggi, struktur tanah remah dan gembur, aerasi dan

porositas tanah baik, serta mampu menyerap dan menyimpan air yang dibutuhkan

(27)

membutuhkan pH antara 6-7 dan apabila pH terlalu rendah maka dapat dilakukan

pengapuran. Kandungan air tanah yang dibutuhkan adalah air tersedia. Kemiringan

lereng yang terlalu curam akan menyulitkan perawatan tanaman sehingga perlu dibuat

terasering

(28)

BAHAN DAN METODE

Tempat dan waktu

Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Barus Jahe Kabupaten Tanah Karo

dengan ketinggian tempat 800-1500 m dari permukaan laut. Daerah yang akan

diamati adalah sekecamatan Barus Jahe dengan luas 12.840 Ha. Disamping itu

penelitian juga dilakukan di Laboratorium Sentral, Fakultas Pertanian Universitas

Sumatera Utara, Medan .

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampel tanah yang diambil

dari lokasi penelitian, bahan-bahan kimia untuk menganalisa tanah, kriteria

kesesuaian lahan tanaman apel, peta topografi, peta administrasi, peta jenis tanah, dan

bahan lainnya.

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah meteran untuk mengukur

kedalaman tanah, kamera untuk mendokumentasikan profil tanah, kantong plastik

sebagai tempat sampel, clinometer untuk mengukur kemiringan lereng, pisau untuk

menentukan batas horizon dan GPS (Global Position System) untuk mengetahui

titik koordinat dan ketinggian tempat.

Metode penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah pencocokan (Matching)

antara Equipment (kebutuhan lahan untuk tanaman ) dengan Land Characteristic (sifat

atau ciri yang dimiliki oleh lahan) yang didasarkan pada faktor pembatas utama dari

(29)

Analisis Kesesuaian Lahan

Untuk kesesuaian lahan tanaman apel (Malus sylvestris Mill) disusun oleh Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat Bogor oleh (Djaenuddin,dkk, 2000), yang

mengacu pada Framework of Land Evaluation sampai pada tingkat sub-kelas.

1. Ordo : Menunjukan apakah suatu lahan sesuai atau tidak sesuai untuk

penggunaan lahan tertentu, terdiri dari:

• S : Sesuai digunakan untuk penggunaan tertentu dalam jangka waktu yang tidak terbatas .

• N : Tidak sesuai digunakan untuk penggunaan lahan tertentu . 2. Kelas : Menunjukan tingkat kesesuaian dari masing-masing ordo.

Ada 3 kelas dari S dan 2 kelas untuk N yaitu :

• S1: Sangat sesuai (Highly Suitable) yaitu lahan yang tidak mempunyai faktor pembatas yang tidak serius untuk menerapkan pengelolaan yang

akan diberikan atau hanya mempunyai pembatas yang tidak berarti

secara nyata terhadap produksinya dan tidak akan menaikkan masukan

atas yang telah biasa di lakukan.

• S2 : Cukup sesuai (Moderatly Suitable) yaitu lahan mempunyai pembatas-pembatas yang agak serius terhadap tingkat pengelolaan

yang harus diterapkan. Pembatas akan mengurangi produksi dan

keuntungan dan perlu meningkatkan masukan yang akan diperlukan. • S3 : Sesuai marginal (Marginally Suitable) yaitu lahan mempunyai

pembatas-pembatas yang serius untuk mempertahankan tingkat

pengelolaannya yang harus diterapkan. Pembatas akan mengurangi

produksi dan keuntungan dan perlu meningkatkan masukan yang

diperlukan.

• N1: Tidak sesuai saat ini (Currently Suitable) yaitu lahan mempunyai pembatas yang serius, tetapi masih dapat memungkinkan untuk diatasi

hanya tidak diperbaiki dengan tingkat pengelolaan dengan model

normal. Keadaan pembatas sedemikian seriusnya sehingga mencegah

penggunaan kelangsungaan dari lahan.

• N2 : Tidak sesuai untuk selamanya (Permanently not Suitable) yaitu lahan mempunyai pembatas permanen untuk mencegah segala

(30)

3. Sub-kelas : Menyatakan jenis faktor pembatas pada masing-masing kelas.

Dalam satu sub kelas dapat mempunyai lebih dari satu faktor pembatas,

untuk itu faktor pembatas yang paling dominan dituliskan di depan.

Pelaksanaan penelitian

Dalam pelaksanaan penelitian ini dilakukan tiga tahap kegiatan berupa : Tahap

Persiapan, Tahap Evaluasi yaitu pengamatan dilapangan dan analisis laboratorium,

dan Tahap Akhir.

Tahap Persiapan

Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah telaah pustaka, penyajian peta

dasar, kegiatan pra survey yaitu mengevaluasi penyebaran jenis tanah, pengamatan

curah hujan yang diambil dari BMG Sampali medan, melihat kondisi wilayah seperti

kondisi jalan, kemiringan lereng, penggunaan lahan, menentukan lokasi titik

pengamatan sampel, dan pembuatan satuan peta tanah.

Tahap Evaluasi

Pengamatan di lapangan

Adapun pengamatan yang dilakukan di lapangan antara lain :

● Melaksanakan evaluasi lahan pada setiap Satuan Peta Tanah (SPT) di lokasi penelitian berdasarkan kriteria kesesuaian lahan tanaman apel.

● Pengambilan sampel tanah untuk analisa dilaboratorium dari setiap satuan peta tanah (SPT) pada lapisan top soil dalam keadaan terganggu.

Analisis Laboratorium

Sampel tanah yang berasal dari lapangan kemudian diteliti di laboratorium

yang meliputi sifat fisik dan kimia berdasarkan kriteria kelas kesesuaian lahan

menurut Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat Bogor (2000) yang berhubungan

dengan faktor pembatas, karakteristik lahan dan kelas kesesuaian lahan untuk

(31)

Tahap Akhir

Berdasarkan data karakteristik lahan yang diperoleh dari hasil evaluasi lahan

di lapangan dan analisis di laboratorium maka dilakukan penilaian kelas kesesuaian

lahan pada setiap satuan peta tanah untuk tanaman apel

Parameter yang diukur

Parameter yang diukur ditentukan berdasarkan kriteria kesesuaian lahan untuk

tanaman Apel (Malus sylvestris Mill) dalam buku Pusat Penelitian Tanah dan

Agroklimat Bogor oleh Djaenuddin, dkk, (2000) yaitu :

1. Suhu

• Rata-rata suhu tahunan yang diambil dari BMG Sampali Medan untuk Kecamatan Barus Jahe Kabupaten Tanah Karo.

2. Ketersediaan air

• Curah hujan per tahun yaitu besar curah hujan dalam setahun (mm) 3. Keadaan perakaran

• Tekstur

• Fraksi kasar (%) • Kedalaman tanah (cm) 4 . Gambut

• Ketebalan (cm)

• Ketebalan (cm), bila berlapis dengan bahan mineral • Kematangan

5. Retensi hara

• Kapasitas tukar kation (KTK) dengan metode NH4OAC pH 7

• pH H2O dengan metode Hydrometer

• Kejenuhan basa (%) dengan metode NH4OAC pH 7

• C- Organik (%) dengan metode Walkey and Black 6. Toksitas

(32)

• Alkalinitas / ESP (%) 8. Toksisitas sulfidik

• Kedalaman sulfidik (cm) 9. Bahaya erosi

• Lereng (%)

• Tingkat bahaya erosi 10. Bahaya Banjir

• Genangan 11. Penyiapan lahan

(33)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Penelitian

Evaluasi Satuan Peta Tanah merupakan pencocokan antara karakteristik dan

kualitas lahan dengan persyaratan tumbuh tanaman.

Satuan peta tanah (SPT) didasarkan pada tiga faktor utama yaitu iklim, tanah,

dan topografi. Evaluasi iklim meliputi suhu dan curah hujan. Menurut Braak (1928)

rata-rata suhu kecamatan Barus Jahe Kabupaten Tanah Karo adalah 19 0C. Schmidt

dan Fergusson (1954) mengklasifikasikan iklim di kecamatan Barus Jahe adalah

sangat basah, dan Oldeman (1975) melalui persamaan Y= 0,8x-10 bahwa ketersediaan

air di kecamatan Barus Jahe adalah 1988 mm per tahun (liat lampiran 2). Untuk

kemiringan lereng dievaluasi berdasarkan kriteria kesesuaian lahan tanaman apel

yakni ada 4 kemiringan 0-8%, 8-16%, 16-30%, 40-60%. Untuk kemiringan 40-60 %

tidak diamati karena peka terhadap erosi dan tidak sesuai dengan kriteria kesesuaian

lahan tanaman apel (liat lampiran 3). Berdasarkan klasifikasi tanah Keys to Soil

Taxonomy 2006 jenis tanah di kecamatan Barus Jahe adalah tanah Andisol (liat

lampiran 2). Hasil evaluasi pada setiap satuan peta tanah akan disajikan pada tabel 1

berikut ini :

Tabel 1. Satuan Peta Tanah di Kecamatan Barus Jahe

No SPT Iklim Lereng (%) Tanah

1 1 Sangat basah 0-8 Andisol

2 2 Sangat basah 8-16 Andisol

3 3 Sangat basah 16-30 Andisol

4 4 Sangat basah 40-60 Andisol

Evaluasi Lahan

Hasil evaluasi lahan untuk tanaman Apel ( Malus sylvestris Mill) dari setiap

(34)

Tabel 2. Kelas kesesuaian lahan untuk tanaman Apel (Malus sylvestris Mill) pada

2 Ketersediaan air (wa) Curah hujan (mm)

3 Ketersediaan oksigen (oa) Drainase Kedalaman tanah (cm)

Kejenuhan basa (%) pH H2O

11 Penyiapan lahan (lp) Batuan dipermukaan (%) Singkapan batuan (%)

(35)

Tabel 3. Kelas kesesuaian lahan untuk tanaman Apel (Malus sylvestris Mill) pada SPT 2 desa Serdang Kecamatan Barus Jahe

No

2 Ketersediaan air (wa)

Curah hujan (mm) 2498 S1

S1

3 Ketersediaan oksigen(oa)

Drainase baik S1

S1

4 Media perakaran (rc) Tekstur Bahan kasar (%) Kedalaman tanah (cm)

kasar Kejenuhan basa (%)

pH H2O

Kedalaman sulfidik (cm) - 9 Bahaya erosi (eh)

11 Penyiapan lahan (lp) Batuan dipermukaan (%)

Singkapan batuan (%)

(36)

Tabel 4. Kelas kesesuaian lahan untuk tanaman Apel (Malus sylvestris Mill) pada SPT 3 desa Sukanalo Kecamatan Barus Jahe

No Karakreristik lahan Kesesuaian Lahan kec. Barus Jahe

Kelas kesesuaian lahan Aktual

2 Ketersediaan air (wa)

Curah hujan (mm) 2498 S1

S1

3 Ketersediaan oksigen (oa)

Drainase baik S1

S1

4 Media perakaran (rc) Tekstur

Bahan kasar (%) Kedalaman tanah (cm)

kasar

Kejenuhan basa (%) pH H2O

Kedalaman sulfidik (cm) - 9 Bahaya erosi (eh)

11 Penyiapan lahan (lp) Batuan dipermukaan (%) Singkapan batuan (%)

(37)

Pembahasan

Hasil evaluasi kesesuaian lahan pada setiap Satuan Peta Tanah di kecamatan

Barus Jahe kabupaten Tanah Karo untuk tanaman Apel (Malus sylvestris Mill)

menurut Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat Bogor oleh (Djaenuddin,dkk, 2000)

akan disajikan pada tabel 5 berikut ini :

No SPT Kesesuaian Lahan Aktual Kesesuaian Lahan Potensial

1 1 S3 nr,rc S3rc

2 2 Nrc Nrc

3 3 Nrc Nrc

Dari tabel diatas diperoleh bahwa kesesuaian lahan aktual pada SPT 1 adalah

S3nr,rc dengan faktor pembatas kejenuhan basa pada retensi hara dan tekstur pada

media perakaran. Untuk faktor pembatas kejenuhan basa dapat diperbaiki dengan cara

pengapuran dan pemupukan. Hal ini sesuai menurut Tan (1998), yaitu pengapuran

merupakan cara yang umum untuk meningkatkan kejenuhan basa, sehingga

kesesuaian lahan potensial untuk faktor pembatas kejenuhan basa dapat di tingkatkan

menjadi kelas S1. Untuk faktor pembatas tekstur tidak dapat dilakukan perbaikan

karena tekstur tidak dapat diperbaiki sehingga kesesuaian lahan potensial pada SPT 1

adalah S3rc dengan faktor pembatas tekstur pada media perakaran.

Dari tabel diatas diperoleh bahwa kesesuaian lahan aktual pada SPT 2 dan 3

adalah Nrc dengan faktor pembatas tekstur pada media perakaran. Tekstur tidak dapat

diperbaiki sehingga kesesuaian lahan potensial pada SPT 2 dan 3 adalah tetap pada

(38)

KESIMPULAN

1. Berdasarkan hasil evaluasi ada 4 satuan peta tanah di Kecamatan Barus Jahe

Kabupaten Tanah Karo untuk tanaman Apel ( Malus sylvestris Mill) yaitu :  Kesesuaian lahan potensial pada SPT 1 dengan luas 613 ha adalah S3rc

dengan faktor pembatas tekstur pada media perakaran pada kemiringan

0-8 %.

 Kesesuaian lahan potensial pada SPT 2 dengan luas 738 ha adalah N rc dengan faktor penbatas tekstur pada media perakaran pada kemiringan

8-16 %.

 Kesesuaian lahan potensial pada SPT 3 dengan luas 1552 ha adalah N rc dengan faktor pembatas tekstur pada media perakaran pada

kemiringan 16-30 %.

 SPT 4 tidak sesuai menurut kriteria kesesuaian lahan tanaman apel oleh Djaenuddin,dkk (2000) karena kemiringan lebih besar dari 30 %

dan peka terhadap erosi.

2. Evaluasi kesesuaian lahan yang potensial untuk pembudidayaan tanaman apel adalah seluas 613 ha.

SARAN

Pembudidayaan tanaman apel (Malus sylvestris Mill) perlu disesuaikan

dengan kegiatan usaha tani di Kecamatan Barus Jahe Kabupaten Tanah

(39)

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, T. S, 1993. Survei Tanah dan Evaluasi Lahan. Penebar Swadaya, Jakarta. hal; 57-58.

Arsyad, S, 1989. Konservasi Tanah dan Air. Institut Pertanian Bogor Press., Bogor.; hal,; 209-216.

D. Djaenuddin, Marwan H;H Subagyo, Ani Mulyani, dan N. Suharta, (2000) Kriteria Kesesuaian Lahan. Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat Bogor

Eng, M, S, 2002. Pelestarian Sumber Daya Tanah dan Air. Andi, Yogjakarta. Hal; 56

Foth, H, D. 1988. Dasar-Dasar Ilmu Tanah, terjemahan Purbayanti, E,D, Dwi Retno Lukiwati, Rahayuning Trimulatsih,.Gadjah Mada, University Press, yogjakarta,. hal; 34-36

Foth, H, D. 1994. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Erlangga . Jakarta

Guslim, 1996. Klimatologi Dasar. Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan

Hardjowigeno, S, 1995. Ilmu Tanah Akademika Pressindo, Jakarta. hal ; 6, 48, 219.

Hakim, N, M, Y, Nyakpa, A, M, Lubis. S, G. Nugroho, M, A. Diha, G, B, Hong, dan H, H, Bailey, 1986. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Universitas Lampung Press, Lampung. hal ; 102-103

Kartasapoetra, A, G, 1991.Teknologi Konservasi Tanah dan Air. Rineka Cipta. Jakarta.hal ; 16

Notodimedjo, Soewarno, 1995. Budidaya Tanaman Holtikultira Khusus Tanaman Buah-Buahan , Fak. Pertanian, Universitas Brawijaya, Malang.

Soelarso, R, Bambang, 1996. Budidaya Apel, Kanisius, Yogjakarta.

Sunarjono, Hendro, 1987. Ilmu Produksi Tanaman dan Buah-Buahan, Sinar Baru, Bandung

Tan , K , H , 1998. Dasar-dasar Ilmu Tanah , Terjemahan Didiek Hadjar Goenadi Gajah Mada University Press, Yogjakarta. Hal : 192

(40)

Lampiran 1. Deskripsi Profil A. Profil pertama

Lokasi : Desa Sinaman kecamatan Barus Jahe Kabupaten Tanah Karo Simbol : P1

Koordinat : 03003’36,4’’LU dan 98033’24,3’’BT Kemiringan : 5 %

Fisiografi : Berombak Ketinggian : 1250 m dpl Bahan induk : Andesit Drainase : Baik

Vegetasi : padi gogo, bambu, rumput Kedalaman

efektif : 100-150 cm Dideskripsi : 28 Agustus 2009

Horison Kedalaman (cm)

Uraian

O2 0-47 Warna sangat hitam (7,5YR2/2), tekstur lempung liat berdebu, struktur gumpal bersudut, tanpa karatan, perakaran banyak. Ah 47-107 Warna kuning kemerah-merahan (7,5 YR 7/8),

tekstur lempung berliat, struktur gumpal bersudut, tanpa karatan, perakaran sedang, dan adanya akumulasi illuvial humus berupa selaput partikel pasir atau debu.

Bw1 107-118 Warna coklat tua (7,5YR5/6), tekstur lempung liat berdebu, struktur gumpal bersudut, tanpa karatan, perakaran sedang, dan adanya perkembangan warna.

(41)

B. Profil kedua

Lokasi : Desa Serdang kecamatan Barus Jahe Kabupaten Tanah Karo Simbol : P2

Vegetasi : Jeruk, padi gogo, bambu, jagung Kedalaman

efektif : 100-150 cm Dideskripsi : 28 Agustus 2009

Horison Kedalaman (cm)

Uraian

O2 0-25 Warna sangat hitam ( 10 YR 2/3 ), tekstur liat berdebu, struktur remah, tanpa karatan, perakaran banyak.

Ah1 25-55 Warna coklat kekuning-kuningan (10 YR 4/6), tekstur liat berdebu, struktur gumpal bersudut, tanpa karatan, perakaran banyak, dan adanya akumulasi illuvial humus berupa selaput partikel pasir atau debu.

Ah2 55-82 Warna kuning kecoklatan ( 10 YR 5/8), tekstur liat berdebu, struktur gumpal bersudut, tanpa karatan, perakaran sedikit.

Bw1 82-107 Warna coklat kuning kemerah-merahan (7,5YR6/8), tekstur liat berdebu, struktur gumpal bersudut, tanpa karatan, perakaran sedikit, dan adanya perkembangan warna. Bw2 107-116 Warna coklat 97,5 YR 4/4), tekstur liat

berpasir, struktur gumpal bersudut, tanpa karatan, dan perakaran sedikit.

C 116-136 Warna coklat kekuningan (10 YR 5/6), tekstur lempung liat berpasir, sruktur gumpal, tanpa karatan, dan perakaran sedikit.

(42)

C. Profil ketiga

Lokasi : Desa Sukanalo kecamatan Barus Jahe Kabupaten Tanah Karo Simbol : P3

Koordinat : 03005’0,9’’LU dan 98032’45’’BT Kemiringan : 11 %

Fisiografi : Bergelombang Ketinggian : 1225 m dpl Bahan induk : Andesit Drainase : Baik

Vegetasi : padi gogo, bambu Kedalaman

efektif : 50-100 cm Dideskripsi : 28 Agustus 2009

Horison Kedalaman (cm)

Uraian

O2 0-53 Warna sangat hitam (10 YR 2/2), tekstur lempung berpasir, struktur gumpal bersudut, tanpa karatan, perakaran banyak.

Ah1 53-67 Warna coklat kekuning-kuningan (10 YR 3/4), tekstur lempung, struktur gumpal bersudut, tanpa karatan, perakaran banyak, dan adanya akumulasi illuvial humus berupa selaput partikel pasir atau debu.

Ah2 67-102 Warna kuning kecoklatan ( 10 YR 6/6), tekstur lempung berliat, struktur gumpal bersudut, tanpa karatan, perakaran sedikit.

Bw1 102-138 Warna kuning kemerah-merahan ( 7,5 YR 7/6), tekstur lempung liat berpasir, struktur gumpal bersudut, tanpa karatan, perakaran tidak ada, dan adanya perkembangan warna.

(43)

Lampiran 2. Evaluasi iklim dan penyebaran tanah Kecamatan Barus Jahe Kabupaten Tanah Karo

I. Iklim A.. Suhu

Menurut Braak (1928) rata-rata suhu dihitung dengan menggunakan rumus yaitu : 26,3 0 C - (0,1 x elevasi dalam meter x 0,6)

SPT 1 dengan ketinggian 1250 m dpl = 26,3 0 C- (0,1 x 1250 x 0,6) = 18,8 0 C

SPT 2 dengan ketinggian 1266 m dpl = 26,3 0 C- (0,1 x 1266 x 0,6) = 18,7 0 C

SPT 3 dengan ketinggian 1225 m dpl = 26,3 0 C- (0,1x 1225x 0,6) = 18,9 0 C

Berdasarkan evaluasi, maka rata-rata suhu di kecamatan Barus Jahe yang diperoleh dari Badan Meteorologi dan Geofisika Sampali Medan adalah 19 0C.

B. Curah Hujan

Menurut Schmidt dan Fergusson (1954) curah hujan dihitung dengan rumus :

%

Evaluasi curah hujan yang diperoleh dari Badan Meteorologi dan Geofisika Sampali Medan bahwa nilai Q adalah 6,86 pada interval 0>Q<14,3 yang berarti iklim sangat basah.

Sedangkan Oldeman (1975) mengelompokkan curah hujan dengan menghitung ketersediaan air dengan menggunakan persamaan:

Y = 0,8x-10

Y = ketersediaan air x = rata-rata curah hujan

sehingga ketersediaan air di kecamatan barus jahe per tahun adalah : Y= 0,8 (2498) - 10

(44)

II. Tanah

Klasifikasi tanah menurut Keys to Soil Taxonomy 2006 bahwa ketiga profil tanah di kecamatan Barus Jahe memiliki :

1. Ordo : Andisol

 Memiliki sifat penciri andik dengan ketebalan 75 cm atau lebih sampai pada kedalaman 60 cm dari permukaan tanah atau lapisan top soil.

 Bulk density < 0,90 g/cm3

 Retensi posfat sebesar 85 % atau lebih.  Memiliki kandungan C- organik < 25 %

2. Sub ordo : Udands

 Dari data curah hujan di kecamatan Barus Jahe diketahui rejim kelembapan yaitu Udik yang merupakan syarat sub ordo Udands.

3. Great group : Hapludands

 Karena memiliki sifat penciri udands yang lain yaitu rejim kelembapan tanah Udik dan rejim suhu tanah Isotermik.

4. Sub group : Typic Hapludands

 Memiliki syarat Hapludands yang lain yaitu horizon pencirinya adalah Kandik.

(45)

Lampiran 3. Kesesuaian lahan untuk tanaman apel (Malus sylvestris Mill) No Persyaratan penggunaan

lahan / Karakteristik Lahan

Kelas Kesesuaian Lahan 2 Ketersediaan air (wa)

Curah hujan (mm) 2200-2500 1800-2200 3 Ketersediaan oksigen (oa)

Drainase Baik, Kedalaman tanah (cm)

s,ah,h

Ketebalan dengan sisipan bahan mineral(cm) Kejenuhan basa (%) pH H2O 11 Penyiapan lahan (lp)

Batuan di permukaan (%) Singkapan batuan (%)

<5

(46)

Lampiran 4. Hasil analisis laboratorium

Gambar

Tabel 1. Satuan Peta Tanah di Kecamatan Barus Jahe
Tabel 2. Kelas kesesuaian lahan untuk tanaman Apel (Malus sylvestris Mill) pada            SPT 1 desa Sinaman Kecamatan Barus Jahe
Tabel 3. Kelas kesesuaian lahan untuk tanaman Apel (Malus sylvestris Mill) pada SPT 2 desa Serdang Kecamatan Barus Jahe
Tabel 4. Kelas kesesuaian lahan untuk tanaman Apel (Malus sylvestris Mill) pada SPT 3 desa Sukanalo Kecamatan Barus Jahe

Referensi

Dokumen terkait

Untuk mengetahui pengaruh pemberian jus buah apel rome beauty ( Malus Sylvestris Mill ) terhadap pencegahan ulkus lambung tikus putih ( Rattus Novergicus Strain

Pengaruh Pemberian Ekstrak Kulit Apel (Malus Sylvestris Mill) Jenis Rome Beauty terhadap Pencegahan Kerusakan Hati Tikus Putih Jantan (Rattus Norvegicus) yang

segala karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “ Pendugaan Umur Simpan Fruit Leather Apel Manalagi (Malus sylvestris

Pada satuan lahan dengan kelas keseuaian lahan Kelas N1 : Tidak Sesuai Pada Saat Ini (Currently not Suitable) , mempunyai faktor pembatas yang sangat berat sehingga pemanfaatan

PENENTUAN Cu DAN Zn PADA BUAH APEL (Malus Sylvestris Mill) DAN BUAH MELON (Cucumis melo L) DENGAN METODA.. VOLTAMMETRI STRIPPING

Pada formula berapakah yang menghasilkan formula terbaik sediaan pasta gigi ekstrak etanol buah apel ( Malus sylvestris Mill) dalam bentuk gel yang memenuhi persyaratan

Penggunaan CMC-Na Sebagai Gelling Agent dalam Formula Pasta Gigi yang Mengandung Ekstrak Buah Apel ( Malus Sylvestris Mill.. Universitas Katolik Widya

Skripsi dengan judul ”Pengaruh Umur Kultur dan Lama Fermentasi Terhadap Kadar Gula, Kadar Alkohol, Kadar Total Asam Dan Organoleptik Kombucha Apel (Malus Sylvestris Mill)”