• Tidak ada hasil yang ditemukan

Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Industri Di PT. Aventis Pharma Jakarta

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Industri Di PT. Aventis Pharma Jakarta"

Copied!
78
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI

DI

PT. AVENTIS PHARMA JAKARTA

Disusun oleh :

Irma Wani Polem., S. Farm NIM : 073202132

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI APOTEKER FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(2)

HALAMAN PENGESAHAN

LAPORAN UMUM PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI INDUSTRI FARMASI

PT. AVENTIS PHARMA JAKARTA

Laporan ini disusun untuk melengkapi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Apoteker pada Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara Medan

Oleh :

Irma Wani Polem., S. Farm NIM : 073202132

Disetujui Oleh : Pembimbing, PT. Aventis Pharma

Dra. Rica Sri Rahmawati, Apt. SIK : KP.01.01.V.5.2.00500

Disahkan Oleh : Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara

(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat melaksanakan dan menyelesaikan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Industri Farmasi PT Aventis Pharma Jakarta.

Kegiatan PKPA ini dapat berjalan dengan lancar berkat dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Mr. Ivan Chevallier, selaku Head of Industrial Affairs PT Aventis Pharma atas izin yang diberikan sehingga terlaksananya praktek kerja ini.

2. Dra. Rica Sri Rahmawati Apt. selaku Industrial Quality and Compliance (IQC) Manager PT. Aventis Pharma, atas bimbingan, kesempatan, dan fasilitas yang telah

diberikan untuk melaksanakan PKPA di PT Aventis Pharma.

3. Bapak Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Drs. Wiryanto, MS, Apt. selaku Koordinator Program Pendidikan Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara.

5. Reza Arisandi selaku Quality Assurance Supervisor PT Aventis Pharma, dan Nina Kurniawaty, selaku Quality Control Supervisor PT Aventis Pharma, Seluruh staf PT Aventis Pharma yang telah banyak membantu selama melaksanakan praktek kerja. 6. Orang tua, dan seluruh keluarga tercinta yang telah banyak memberikan bantuan

baik materil dan semangat serta doa kepada penulis selama PKPA dan penyusunan laporan ini.

7. Dosen-dosen Program Profesi Apoteker Universitas Sumatera Utara.

(4)

memberikan bantuan, saran, dan semangat bagi penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan PKPA dan penyusunan laporan ini dengan baik.

9. Teman-teman dari UNPAD dan UI selama PKP di PT Aventis Pharma special thanks buat kerjasama, canda tawa, dan kebersamaan kita.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini masih terdapat banyak kekurangan dan jauh dari sempurna. Penulis memohon maaf dan mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan laporan ini.

Penulis berharap semoga laporan ini dapat memberi manfaat bagi ilmu pengetahuan di bidang faramasi dan begitu juga dengan pengalaman dan pengetahuan yang penulis peroleh selama PKPA, semoga dapat menjadi bekal bagi penulis dalam meanjalankan profesi di masyarakat.

Jakarta, September 2009

(5)

DAFTAR ISI

HALAMAN

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR LAMPIRAN ... vii

RINGKASAN ... viii

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Tujuan Praktek Kerja Profesi Apoteker ... 3

BAB II. TINJAUAN UMUM PT. AVENTIS PHARMA ... 4

2.1 Sejarah PT. Aventis Pharma ... 4

2.2 Visi dan Misi PT. Aventis Pharma ... 6

2.3 Lokasi dan Sarana PT. Aventis Pharma ... 7

2.4 Bangunan ... 7

2.5 Karyawan ... 8

2.6 Struktur Organisasi ... 11

(6)

BAB III. TINJAUAN KHUSUS : KEGIATAN DI PT AVENTIS PHARMA

INDUSTRIAL AFFAIRS DIVISION... 16

3.1 Industrial Quality and Compliance (IQC) Department ... 16

3.1.1 Quality Assurance (QA) Unit ... 17

3.1.2 Quality Control (QC) Unit ... 28

3.2 Industrial Technology and Processing Department ... 33

3.2.1 Packaging Unit ... 35

3.3 Technical Services (TS) and Health, Safety and Environment (HSE) Department ... 36

3.3.1 Technical Services (TS) ... 36

3.3.2 Health, Safety and Environment (HSE) ... 38

3.4 Plant Logistic (PL) Departement ... 43

3.5 Purchasing Department ... 50

BAB IV. PEMBAHASAN ... 51

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 76

5.1 Kesimpulan ... 63

5.2 Saran ... 63

DAFTAR PUSTAKA ... 64

(7)

DAFTAR LAMPIRAN

HALAMAN

Lampiran 1. Peta Akses PT. Aventis Pharma ... 66

Lampiran 2. Struktur Organisasi PT. Aventis Pharma ... 67

Lampiran 3. Struktur Organisasi Industrial Affairs Division ... 68

(8)

RINGKASAN

Telah dilakukan praktek kerja profesi farmasi industri di PT Aventis Pharma untuk tahun ajaran 2007/2008 yang dimulai pada tanggal 21 Juli 2008 hingga 21 Agustus 2008. Praktek kerja profesi ini dilakukan untuk Memperoleh wawasan mengenai segala aspek dalam industri farmasi sesuai dengan konsep Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) serta memahami tugas dan fungsi apoteker dalam industri farmasi yang diharapkan dapat sebagai bekal untuk menghadapi dunia kerja yang sesungguhnya.

PT. Aventis Pharma adalah perusahaan Pemilik Modal Asing (PMA) yang merupakan hasil penggabungan dari PT Hoechst Marion Roussel Indonesia dengan PT Rhone Poulenc Rorer pada bulan Mei 2001. Proses merger terakhir adalah antara PT

Aventis Pharma Indonesia dengan PT Sanofi Synthelabo Combiphar yang dikenal sebagai Sanofi-Aventis Group.

(9)

RINGKASAN

Telah dilakukan praktek kerja profesi farmasi industri di PT Aventis Pharma untuk tahun ajaran 2007/2008 yang dimulai pada tanggal 21 Juli 2008 hingga 21 Agustus 2008. Praktek kerja profesi ini dilakukan untuk Memperoleh wawasan mengenai segala aspek dalam industri farmasi sesuai dengan konsep Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) serta memahami tugas dan fungsi apoteker dalam industri farmasi yang diharapkan dapat sebagai bekal untuk menghadapi dunia kerja yang sesungguhnya.

PT. Aventis Pharma adalah perusahaan Pemilik Modal Asing (PMA) yang merupakan hasil penggabungan dari PT Hoechst Marion Roussel Indonesia dengan PT Rhone Poulenc Rorer pada bulan Mei 2001. Proses merger terakhir adalah antara PT

Aventis Pharma Indonesia dengan PT Sanofi Synthelabo Combiphar yang dikenal sebagai Sanofi-Aventis Group.

(10)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Industri farmasi merupakan salah satu elemen yang berperan penting dalam

mewujudkan kesehatan nasional melalui aktivitasnya dalam bidang pembuatan

obat. Tingginya kebutuhan akan obat dalam dunia kesehatan dan vitalnya aktivitas

obat mempengaruhi fungsi fisiologi tubuh manusia melahirkan sebuah tuntutan

terhadap industri farmasi agar mampu memproduksi obat yang berkualitas. Oleh

karena itu, semua industri farmasi harus benar-benar berupaya agar dapat

menghasilkan produk obat yang memenuhi standar kualitas yang dipersyaratkan.

CPOB adalah pedoman pembuatan obat bagi industri farmasi di Indonesia

yang bertujuan untuk memastikan agar sifat dan mutu obat yang dihasilkan

senantiasa memenuhi persyaratan mutu yang telah ditentukan dan sesuai dengan

tujuan penggunaannya.

Salah satu upaya yang dilakukan industri farmasi dalam rangka

meningkatkan kualitas obat yang diproduksinya yaitu dengan menerapkan GMP

(Good Manufacturing Practise). Di Indonesia, istilah GMP lebih dikenal dengan

CPOB (Cara Pembuatan Obat yang Baik) yang dinamis. Melalui pedoman CPOB

semua aspek yang berhubungan dengan produksi dan pengendalian mutu obat

diperhatikan dan ditentukan sedemikian rupa dengan tujuan untuk menjamin

bahwa produk obat dibuat senantiasa memenuhi persyaratan mutu yang telah

(11)

produksi yang telah memenuhi ketentuan-ketentuan CPOB. Menurut CPOB

tidaklah cukup bila obat jadi hanya sekedar lulus dari serangkaian pengujian,

tetapi yang sangat penting adalah bahwa mutu harus dibentuk ke dalam produk

tersebut. Mutu obat dipengaruhi dari beberapa aspek, yaitu bahan awal,

personalia, bangunan dan fasilitas, peralatan, sanitasi dan higenis, inspeksi diri,

pengawasan mutu, penanganan keluhan terhadap obat, penarikan kembali obat,

dan dokumentasi. Dengan kata lain melalui CPOB kualitas dari obat tidak hanya

ditentukan dari hasil akhir, tetapi juga dipengaruhi aspek-aspek lain yang

mempengaruhi produksi.

Industri farmasi sebagai produsen obat, mempunyai kewajiban moral dan

tanggung jawab sosial untuk senantiasa menghasilkan obat yang bermutu serta

aman saat digunakan maupun disimpan. Mutu suatu obat tidak dapat ditentukan

hanya berdasarkan pemeriksaan produk akhir saja, melainkan harus dibentuk ke

dalam produk selama keseluruhan proses pembuatan. Pengawasan dan

pengendalian mutu dilakukan mulai dari pengadaan bahan awal, proses

pembuatan, berbagai faktor yang dapat mempengaruhi mutu, seperti bangunan,

peralatan, personalia sampai suatu produk siap untuk dipasarkan.

Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang kesehatan telah

mendorong penemuan obat-obatan baru yang lebih poten untuk meningkatkan

derajat kesehatan masyarakat. Untuk mendukung pelayanan kesehatan yang

optimal, suatu obat harus ditangani secara ketat dalam pembuatan sampai

(12)

1.2 Tujuan Praktek Kerja Profesi Apoteker

Adapun tujuan Praktek Kerja Profesi Apoteker Fakultas Farmasi USU di

industri PT. Aventis Pharma ini adalah:

1. Memperoleh wawasan dan pengetahuan yang lebih luas mengenai segala

aspek dalam industri farmasi sesuai dengan konsep Cara Pembuatan Obat

yang Baik (CPOB) pada industri farmasi.

2. Mengetahui penerapan dan pelaksanaan CPOB di lapangan khususnya di

PT. Aventis Pharma.

3. Mengetahui dan memahami tugas dan fungsi apoteker dalam industri

farmasi yang diharapkan dapat sebagai bekal untuk menghadapi dunia kerja

(13)

BAB II

TINJAUAN UMUM PT. AVENTIS PHARMA 2.1 Sejarah PT. Aventis Pharma

PT. Aventis Pharma merupakan suatu Perusahaan Modal Asing (PMA)

dari Sanofi-Aventis Group. PT. Aventis Pharma merupakan hasil penggabungan

dua perusahaan besar kimia-farmasi yaitu PT. Rhone-Poulenc Rorer dengan PT.

Hoechst Marion Roussel Indonesia. PT Aventis Pharma telah beroperasi di

Jakarta dan memproduksi produk-produk farmasi sejak Agustus 1972.

PT. Hoechst Marion Roussel Indonesia ini berasal dari Hoechst AG yang

didirikan pada tahun 1863 di Frankfurt, Jerman dan bergerak di bidang kimia.

Hoechst AG mulai memasuki bidang farmasi pada tahun 1883 dan memberikan

kontribusi dengan penemuan obat seperti Novalgin®, Novocain® dan Salvarsan®.

Tahun 1950 Hoechst AG mulai melakukan kegiatan penjualan obat-obatan

di Indonesia dengan membuka perwakilan perdagangannya yang berpusat di Hotel

Des Indes (sekarang Duta Merlin/Carrefour) Jakarta. Tahun 1954 perwakilan

perdagangan Hoechst di Indonesia ini menjadi PT Hoechst Indonesia dan

berkantor di sebuah pavilion Gedung Jasa Indonesia Jl. Nusantara (sekarang Jl.

Majapahit) Jakarta.

Pada tahun 1957 atas lisensi dari Hoechst AG, beberapa produk Hoechst AG

mulai diproduksi oleh PT Abdi yang beralamat di Jl. Percetakan Negara II Jakarta.

(14)

Tahun 1969 Hoechst AG membentuk perusahaan bersama dengan Bapak

Zainil Abidin (alm) dengan nama Hoechst Pharmaceuticals of Indonesia PT. (HPI

PT) yang berlokasi di Pulo Mas Jakarta Timur, yaitu lokasi kantor dan pabrik PT.

Aventis Pharma sekarang. Pabrik HPI PT ini diresmikan pada tanggal 3 Mei 1973,

sehingga pembuatan obat-obatan yang selama ini diproduksi oleh PT. Abdi

dialihkan ke HPI PT.

Tahun 1992 dalam rangka penyederhanaan nama Hoechst Pharmaceuticals

of Indonesia PT. (HPI PT) diubah menjadi PT. Hoechst Pharma Indonesia (PT.

HPI).

Tahun 1995 Hoechst AG mengakuisisi Marion Merrel Dow (suatu

perusahaan farmasi Amerika Serikat), sehingga Hoechst AG mendirikan Hoechst

Marion Roussel AG (sebuah perusahaan divisi farmasi). Karena perubahan

tersebut, setahun kemudian PT. HPI berubah nama menjadi PT. Hoechst Marion

Roussel Indonesia.

Pada akhir tahun 1999 Hoechst AG (pemilik Hoechst Marion Roussel AG)

bergabung dengan Rhone-Poulenc Rorer SA (suatu perusahaan kimia-farmasi

Perancis) membentuk Aventis SA (suatu Holding Company) yang berkedudukan di

Strassbourg, Perancis. Di Indonesia penggabungan antara PT. Hoechst Marion

Roussel Indonesia dengan PT. Rhone-Poulenc Rorer diresmikan pada tanggal 3

Mei 2001 dengan nama PT. Aventis Pharma.

Tahun 2007 saham Aventis Global sebanyak 95,47% telah dimiliki oleh

Sanofi-Synthelabo, sehingga Aventis SA memiliki nama baru Sanofi-Aventis

(15)

menggantikan PT Aventis Pharma Indonesia, maka saat ini selain PT.

Sanofi-Aventis Indonesia, PT. Sanofi-Aventis Pharma Indonesia juga masih merupakan

perusahaan afiliasi Sanofi-Aventis Group di Indonesia. Aventis Pasteur di

Indonesia (sekarang disebut juga Sanofi Pasteur) merupakan sebuah divisi dari

PT. Aventis Pharma yang memasarkan berbagai jenis vaksin untuk pencegahan

polio, campak, meningitis dan lain-lain.

2.2 Visi dan Misi PT. Aventis Pharma

Visi PT. Aventis Pharma yaitu menjadi perusahaan terkemuka yang

didorong oleh inovasi, mampu memanfaatkan kesempatan-kesempatan dalam

bidang ilmu kehidupan yang tengah berkembang pesat saat ini, bertekad untuk

berperan utama dalam peningkatan kualitas kehidupan manusia dan turut

bersumbangsih kepada pembangunan dunia, khususnya dengan mengatasi dan

menangani berbagai penyakit melalui teknik diagnosa, terapi vaksin dan cara

pengobatan yang inovatif.

Misi PT. Aventis Pharma yaitu Aventis Pharma adalah perusahaan farmasi

global yang memiliki tekad untuk memberi arti bagi para pasien, pemilik saham,

karyawan dan masyarakat luas dengan menemukan, mengembangkan dan

memasarkan produk-produk farmasi inovatif yang akan dapat memenuhi

kebutuhan medis yang belum teratasi serta menuju pelayanan kesehatan dengan

biaya lebih rendah. Perusahaan juga mempunyai tekad untuk menjadi pemimpin

(16)

2.3 Lokasi dan Sarana PT. Aventis Pharma

PT. Aventis Pharma (maupun PT. Sanofi-Aventis Indonesia) berlokasi di

Jalan Jenderal Ahmad Yani, Pulo Mas, Jakarta Timur yang merupakan kawasan

industri ringan dan berdekatan dengan daerah pemukiman penduduk. Fasilitas

bangunan yang dimiliki terbagi atas beberapa fasilitas antara lain gedung

perkantoran, laboratorium pengawasan mutu, gedung produksi, gudang, gedung

pemasok energi dan instalasi pengolahan purrified water.

Peta lokasi PT Aventis Pharma dapat dilihat pada Lampiran 1.

2.4 Bangunan

Di PT. Aventis Pharma terdapat dua gedung utama, yaitu Multi Purpose

Building dan Factory Building. Multi Purpose Building digunakan untuk Office

termasuk Industrial Quality and Compliance Departement, sedangkan Factory

Building terbagi menjadi tiga bagian yaitu bagian processing, packaging dan

warehouse.

Masing-masing bangunan telah dirancang sedemikian rupa sehingga

memiliki fasilitas keamanan (kebakaran, banjir, sekuriti) dan alur kerja

(processing, packaging dan warehouse) yang tertata sedekat mungkin untuk

menghindari terjadinya kontaminasi. Pada ruang processing, sistem tata udaranya

telah didesain dengan menggunakan sistem AHU, lantainya terbuat dari beton

bertulang yang dicat epoksi, langit-langit anti api, dicat acrylic dan dinding anti

api yang diplester dengan cat epoksi. Sudut ruangan dibuat berlekuk untuk

menghindari tempelan debu. Selain itu, terdapat pula ruang antara dengan tekanan

(17)

2.5 Karyawan

Dari 65.000 karyawan yang dipekerjakan oleh Sanofi-Aventis Group di lebih

dari 100 negara, ada sekitar 500 karyawan yang berada di PT. Aventis Pharma dan

PT. Sanofi-Aventis Indonesia. Mereka berpartisipasi dan berupaya dalam

memperbaiki dan memajukan dunia kesehatan, terutama berkomitmen untuk

berperan dalam meningkatkan kesehatan masyarakat Indonesia. Mereka

berprestasi bersama, mendukung dan membentuk grup Sanofi-Aventis untuk

menjadi salah satu perusahaan farmasi terbesar dan terkemuka di dunia.

Bagi grup di Indonesia sumber daya manusia adalah aset yang terpenting

dalam kegiatannya. Oleh karena itu, PT. Aventis Pharma mengangkat calon-calon

karyawannya dari lulusan terbaik dan berbakat dari berbagai perguruan tinggi dan

institusi pendidikan berkualitas lainnya di Indonesia. Mereka kemudian mendapat

kesempatan untuk dilatih di berbagai disiplin industri, seperti teknik, kesehatan,

keuangan, pemasaran dan teknologi informasi.

Dalam melakukan kegiatannya, Perusahaan menerapkan budaya usaha yang

digerakkan oleh nilai-nilai perusahaan, sehingga nilai-nilai ini tercermin pada

(18)

Adapun nilai-nilai perusahaan ini adalah:

1. Keberanian

Merupakan kebebasan menjajaki hal-hal baru, bertindak tidak hanya

dengan akal, tetapi juga dengan perasaan, mampu menghadirkan masa depan.

Dengan demikian, karyawan diharapkan mampu menetapkan target secara

ambisius, memanfaatkan setiap kesempatan, mencapai kemajuan dalam

ketidakpastian, serta mampu mendelegasikan dan memacu tim untuk mengambil

inisiatif.

2. Keteguhan

Merupakan kekuatan menghadapi risiko, semangat juang yang membuat

kita mampu menantang diri sendiri dan melangkah maju mencapai sasaran.

Sebagai contoh, mampu menentukan dan mengelola perubahan yang diperlukan

untuk mencapai kinerja tertinggi, mau melihat kesalahan diri sendiri dan

memperbaikinya, dapat menjelaskan posisi diri di lingkungan kerja dan di

hadapan manajemen, mampu menentukan sasaran dan meyediakan sarana untuk

mencapainya.

3. Kreativitas

Merupakan kemampuan berimajinasi: menggunakan intuisi, menciptakan

hubungan baru yang produktif, berinovasi dalam semua tindakan dan komunikasi.

Sehingga tercermin dalam tindakan-tindakan seperti berpikir terbuka menciptakan

langkah-langkah maju, membayangkan proses-proses baru, organisasi dan solusi

(19)

orisinal, mendorong kemajemukan, serta menciptakan visi yang meyakinkan

dalam situasi yang kompleks.

4. Kinerja

Merupakan dasar dari segala upaya, sumber tercapainya keunggulan,

inovasi, dan kunci menuju masa depan. Nilai ini tercermin dalam tindakan seperti

membuat tim mencapai tujuan, memastikan adanya kinerja tim memberikan

kontribusi pada kinerja Grup, menciptakan nilai tambah dalam tindakan,

mempertahankan perspektif jangka panjang yang luas, memberi arti dan koherensi

pada kegiatan yang beraneka ragam, mengerti bagaimana bisnis bekerja, bergerak

cepat dan cepat bergerak.

5. Rasa Hormat

Adalah komponen sosial dan kemanusiaan utama yang menghubungkan

antar sumber daya menusia, tidak membeda-bedakan asal-usul, budaya dan posisi,

pada saat kita bekerja mencapai pertumbuhan bersama. Sebagai contoh,

menampilkan kepemimpinan yang baik dan menjadi panutan, mendengarkan dan

mengevaluasi sebelum bertindak, sadar akan diri sendiri dan terhadap orang lain,

menciptakan suasana saling percaya.

6. Solidaritas

Merupakan dasar untuk menggerakkan rasa tanggung jawab bersama

ketika menghadapi kesulitan, memerangi penyakit dan menciptakan harapan.

Sehingga nilai ini akan tercermin dalam tindakan mengembangkan semangat tim,

(20)

bertindak sambil mematuhi kepentingan Grup, mendukung dan melaksanakan

solidaritas yang dianjurkan oleh Grup, seperti program “Berbagi dalam

Solidaritas” untuk memberikan dukungan jangka panjang kepada penduduk yang

terkena musibah di Asia Tenggara, proyek pengembaran desa-desa yang terkena

bencana, proyek pensponsoran bagi anak-anak, program reguler donor darah,

menyediakan akses terhadap obat-obatan di daerah-daerah yang lebih miskin dan

berkembang di dunia, membantu memerangi malaria, tuberkulosis, epilepsi, dan

berbagai program lainnya.

Selain mengutamakan kegiatan usahanya, perusahaan juga mengakui adanya

kepentingan yang sejajar antara pelanggan dan kesejahteraan karyawan. Sehingga,

di samping mempertahankan hubungan yang baik dengan serikat pekerja,

perusahaan juga memberikan jaminan kesejahteraan karyawan melalui berbagai

program menarik, seperti penggantian biaya kesehatan karyawan dan anak, bonus,

serta paket tunjangan hari tua. Penghargaan diberikan berdasarkan keberhasilan

individu dan tim. Semua ini menciptakan lingkungan kerja yang menyajikan

tantangan sekaligus produktif dan membanggakan.

2.6 Struktur Organisasi

PT Aventis Pharma dipimpin oleh seorang Presiden Direktur yang

membawahi 3 Business Unit (BU) dan 8 Divisi, yaitu:

1. Hospital and Oncology BU

2. Cardiovascular and Metabolism BU

(21)

4. Medical and Regulatory Division

5. Finance and Information System Division

6. Human Resource Division

7. Industrial Affairs Division

8. Institution, Market Development and Sales Training Division.

Struktur Organisasi PT. Aventis Pharma dapat dilihat pada lampiran 2.

2.7 Produk PT. Aventis Pharma

Sanofi-Aventis Group merupakan salah satu dari tiga pelaku riset terbesar di

kalangan industri farmasi, yakni dengan anggaran R&D (di Aventis Pharma R&D

dikenal sebagai Drug Innovation and Approval atau disingkat dengan DI&A)

mencapai lebih dari 4 milyar Euro setahun atau 40 trilyun Rupiah (122 milyar

sehari). Sanofi-Aventis mengkoordinasi dan megoperasikan lebih dari 20 pusat

penelitian di tiga benua. Dengan demikian, Sanofi-Aventis memiliki obat-obat

baru inovatif dan paling beragam, sedangkan produk-produk hasil riset lama telah

dipakai di bidang layanan kesehatan umum dan sudah banyak dimanfaatkan oleh

para dokter, ahli kesehatan serta para pasien.

Demikian juga di Indonesia, PT. Aventis Pharma dikenal sebagai

perusahaan farmasi yang menghasilkan obat-obat sesuai dengan kebutuhan bidang

kesehatan di Indonesia. Adapun produk-produk yang dihasilkan dan dipasarkan

oleh PT. Aventis Pharma di Indonesia, meliputi bidang anti infeksi, radang

sendi/tulang, kardiovaskular, sistem saraf pusat, gangguan metabolisme, anti

(22)

Produk-produk PT. Aventis Pharma tersebut diperoleh dengan berbagai

cara, antara lain dengan memproduksi obat tersebut menggunakan fasilitas

produksi yang ada, kontrak dengan perusahaan farmasi lain (toll manufacturing),

dan mengimpor baik produk ruahan untuk dikemas akhir maupun produk jadi

yang telah dikemas namun masih memerlukan pelabelan (penempelan stiker).

Produk PT. Aventis Pharma secara garis besar adalah :

1. Produk yang diproduksi sendiri di pabrik (Jakarta site) untuk keperluan

lokal (dalam negeri).

Adapun nama-nama produk tersebut antara lain:

a. Tablet:

1) Amaryl (anti diabetes) 1 mg, 2 mg, 3 mg, dan 4 mg.

2) Avil (anti alergi) 25 mg.

3) Daonil (anti diabetes) 5 mg.

4) Frisium (produk sistem saraf pusat) 10 mg.

5) Lasix (produk diuretika) 40 mg.

6) Novalgin (analgetik) 500 mg.

b. Tablet salut selaput

1) Flagyl Forte (anti infeksi) 500 mg.

2) Profenid E 100 (produk untuk radang tulang/sendi) 100 mg.

c. Krim/gel

(23)

d. Suppositoria dan ovula

1) Flagyl suppositoria (anti infeksi) 1 g dan 0,5 g.

2) Flagystatin ovule (anti infeksi).

3) Profenid suppositoria (anti radang) 100 mg.

2. Produk yang dikemas ulang (repackaging) di pabrik (Jakarta site)

a. Actonel (Produk metabolisme tulang) 35 mg

b. Flagyl Infusion

c. Taxotere injection 40 mg/ml

3. Produk ruahan import untuk dikemas di PT. Aventis Pharma site Jakarta

a. Amaryl tablet 2 mg, 4 mg

b. Telfast

c. Profenid gel

4. Produk toll manufacturing yang dibuat oleh PT. Boehringer-Ingelheim

Indonesia untuk PT. Aventis Pharma.

a. Flagyl suppository 1 g

b. Flagystatin ovule 500 mg

PT. Boehringer-Ingelheim Indonesia (BII) dipilih sebagai tujuan toll

manufacturing dari PT. Aventis Pharma Indonesia karena pabrik PT.

Boehringer-Ingelheim Indonesia yang ada di Bogor merupakan pabrik eks

milik PT. Rhone Poulenc Rorer, setelah PT. Rhone Poulenc Rorer melakukan

merger dengan PT. Hoechst Marion Roussel Indonesia dibuatlah kebijakan

(24)

Boehringer-Ingelheim Indonesia, karena pertimbangan biaya dan efisiensi kerja,

(25)

BAB III

TINJAUAN KHUSUS

INDUSTRIAL AFFAIRS DIVISION

Industrial Affairs Division dikepalai oleh seorang Head of Industrial

Affairs. Berikut bagian-bagian yang dibawahi oleh Industrial Affairs Division:

1. Departemen Pemenuhan Mutu Industri

2. Departemen Teknologi Industri dan Pengolahan Departemen Pengemasan

3. Departemen Pelayanan Teknik

4. Departemen Kesehatan, Keselamatan Kerja dan Lingkungan Hidup

5. Departemen Logistik

6. Departemen Pembelian

Struktur organisasi Industrial Affairs Division dapat dilihat pada Lampiran 3.

3. 1 Industrial Quality and Compliance Department

Industrial Quality and Compliance atau disingkat dengan IQC Department

adalah suatu bagian dari Industrial Affairs Division yang bertanggung jawab

terhadap pengendalian mutu menyeluruh. Dalam arti, pengendalian mutu terhadap

produk yang dihasilkan mulai dari bahan awal, produk setengah jadi (termasuk in

process control/IPC) sampai dengan produk jadi yang siap digunakan, termasuk

penilaian terhadap pemasok dan distributor. Untuk menjamin mutu produk yang

dihasilkan serta menjamin ketelitian pemeriksaan perlu dilakukan pengecekan,

(26)

untuk memeriksa produk. IQC Department juga perlu melakukan pemeriksaan

stabilitas untuk memonitor secara tidak langsung mutu obat yang telah beredar.

3.1.1 Quality Assurance (QA) Unit

Unit ini bertanggung jawab dalam menjamin mutu suatu produk mulai dari

pemesanan bahan baku dan bahan pengemas sampai obat siap dikonsumsi

konsumen, termasuk pemilihan pemasok dan distributor. Sistem mutu di PT.

Aventis Pharma ditetapkan berdasarkan Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB)

dan Aventis Global Quality Standard. Unit ini dipimpin oleh seorang manajer QA

yang bertanggung jawab kepada manajer IQC.

Beberapa aspek yang ditangani oleh unit ini adalah:

(1) Penanganan Personil

QA Unit bertanggung jawab dalam koordinasi perencanaan dan

penyelenggaraan pelatihan karyawan terhadap bidang operasional. Menurut

CPOB, seluruh karyawan yang langsung ikut serta dalam kegiatan pembuatan

obat dan yang karena tugasnya mengharuskan mereka masuk ke daerah

pembuatan obat hendaklah dilatih mengenai kegiatan tertentu yang sesuai dengan

tugasnya maupun mengenai prinsip CPOB.

(2) Penanganan dan pengaturan sistem dokumentasi

Tugas QA adalah menangani dokumen, baik dalam hal penyimpanannya,

fotokopi dokumen induk maupun menangani dokumen yang sudah tidak berlaku.

(27)

dipakai sebagai acuan atau sumber keterangan dalam pembuatan prosedur yang

diterapkan dan digunakan di PT Aventis Pharma.

Pembuatan prosedur tetap (protap) bertujuan untuk memastikan bahwa

semua proses setiap kali dilakukan dengan cara yang sama oleh petugas,

memastikan bahwa proses dilakukan sesuai dengan ketentuan CPOB (GMP) dan

HSE, memudahkan pengendalian proses baru atau perubahan dari proses yang

telah berlaku, dan membantu melatih petugas/karyawan baru.

Ada 2 macam prosedur tetap (protap), yaitu :

• Protap yang terkendali, yaitu protap yang harus selalu dipantau dan jika sudah

tidak berlaku, unit QA akan menarik kembali seluruh salinan protap yang ada. • Protap yang tidak terkendali, yaitu protap yang tidak perlu dipantau dan jika

terjadi perubahan protap, Unit QA tidak bertanggungjawab untuk menarik

kembali seluruh protap.

Pada dasarnya tiap protap dibuat departemen atau unit yang

bersangkutan dengan bekerjasama dan berkonsultasi dengan Departemen IQC

atau Unit QA dan departemen lain yang berhubungan. Departemen IQC

bertanggungjawab mengkoordinir penyiapan, penerbitan, dan implementasi

semua protap yang ada.

Protap dikaji ulang minimal setiap tiga tahun sekali. Protap diperiksa

oleh pimpinan Unit QA, pimpinan departemen yang bersangkutan dan yang

berkaitan, serta disetujui oleh pimpinan Departemen IQC. Jika unit atau

departemen yang bersangkutan tidak memiliki pimpinan departemen, maka

(28)

(3) Validasi

Menurut CPOB, validasi berarti suatu tindakan pembuktian dengan cara

yang sesuai bahwa setiap bahan, proses, prosedur, kegiatan, sistem, perlengkapan

atau mekanisme yang digunakan dalam produksi dan pengawasan akan senantiasa

mencapai hasil yang diinginkan.

a) Validasi Proses

Menurut Aventis, validasi proses adalah cara pemastian dan memberi

pembuktian terdokumentasi bahwa proses berlangsung dalam parameter desain

yang telah ditentukan, mampu dan dapat dipercaya menghasilkan produk sesuai

dengan kualitas yang diinginkan dan memiliki tingkat keberulangan yang tinggi.

b) Validasi pembersihan untuk ruangan dan peralatan

Ruangan dan peralatan setelah selesai digunakan harus segera dibersihkan

agar ruangan dan peralatan kembali bersih dan memenuhi persyaratan yang sudah

ditetapkan. Cara pembersihan, deterjen dan disinfektan yang digunakan, serta

frekuensi desinfeksi harus sesuai dengan protap pembersihan dan sanitasi yang

sudah ditetapkan. Untuk itu prosedur pembersihan dan sanitasi yang digunakan

tersebut harus divalidasi untuk memastikan bahwa prosedur tersebut tepat dan

efektif untuk menghilangkan sisa produk sebelumnya dan mengurangi jumlah

cemaran mikrobanya.

Validasi pembersihan untuk tiap ruangan dan peralatan minimal dilakukan

3 kali dimulai dengan ruangan untuk membuat/mengemas produk yang sukar larut

(29)

pembersihan ruangan dan peralatan bertujuan untuk memastikan dan

membuktikan bahwa prosedur untuk pembersihan yang dilakukan sesuai dengan

protap yang telah ditetapkan dapat menghilangkan residu bahan aktif dan deterjen

serta mengurangi jumlah cemaran mikroba sesuai dengan persyaratan yang telah

ditetapkan.

Aspek-aspek yang harus diperhatikan dalam melakukan validasi ini adalah:

1. Karakteristik bahan aktif.

2. Desain ruangan.

3. Jenis/tipe desinfektan yang digunakan.

4. Prosedur pembersihan dan sanitasi.

5. Metode analisis yang digunakan.

Validasi mikrobiologi untuk ruangan bersih dilakukan pada 2 kondisi

ruangan yaitu: pada saat ruangan kosong/istrahat setelah proses pembersihan atau

desinfeksi selesai dilakukan dan pada saat ruangan sedang digunakan/ada

karyawan yang sedang bekerja.

(4) Mengadakan audit terhadap pemasok

Pemasok meliputi pabrik pembuat, pemasok bahan yang mempunyai

gudang, atau pemasok yang tidak mempunyai gudang. Penilaian terhadap

pemasok dilakukan oleh tim yang terdiri dari IQC, Produksi, Departemen Logistik

diketuai oleh manajer QA. Pada kasus tertentu anggota tim dapat diperluas dengan

(30)

Hal-hal yang perlu dinilai dari pemasok adalah proses pengadaan bahan baku,

proses pembuatan, pemeriksaan, penyimpanan bahan baku dan produk jadi,

penanganan pesanan, dokumentasi, dan lain-lain.

Ada 3 bentuk penilaian terhadap pemasok dari hasil audit, yaitu:

1. Diterima: seluruh persyaratan audit dipenuhi

2. Diterima dengan persyaratan: seluruh persyaratan audit dipenuhi tetapi masih

ada temuan yang harus diselesaikan dalam waktu tertentu.

3. Tidak diterima: tidak memenuhi persyaratan audit dan harus melakukan

perubahan secara signifikan untuk memenuhi persyaratan.

Pemasok yang telah memenuhi syarat akan dimasukkan ke daftar pemasok

resmi yang disetujui oleh QA. Daftar ini akan memudahkan bagian departemen

pembelian dalam memilih pemasok. Seluruh barang kebutuhan hanya berasal dari

pemasok yang sudah disetujui dan ada dalam daftar pemasok resmi. Audit

kembali akan dilaksanakan minimal dua tahun sekali terhadap pemasok yang

diterima.

(5) Inspeksi diri (Self Inspection)

Inspeksi diri adalah cara untuk meninjau kembali seluruh tata kerja diri

sendiri dari setiap segi yang mungkin berpengaruh terhadap produk. Tujuan dari

inspeksi diri ini adalah untuk menilai apakah seluruh aspek produksi dan

pengawasan mutu selalu memenuhi CPOB. Dalam melaksanakan inspeksi diri

tidak cukup hanya mengenali cacat dan kelemahan, melainkan harus pula dapat

(31)

PT. Aventis Pharma Indonesia mempunyai sistem audit sendiri untuk

meyakinkan kesesuaian yang berhubungan dengan CPOB (GMP). Inspeksi diri

yang dilakukan meliputi:

a) Inspeksi di bidang GMP

1) Inspeksi diri tri wulanan

Inspeksi diri triwulan dilakukan setiap 3 bulan sekali dan jadwal inspeksi

akan dibertahukan secara tertulis oleh Quality Assurance. Inspeksi akan dilakukan

pada bulan Januari, april, Juli dan November. Dan bila dianggap perlu, satu unit

dapat diinspeksi lebih dari satu kali dalam 3 bulan.

Pada inspeksi ini dilakukan pemeriksaan terhadap lingkungan pabrik,

gudang, produksi, pengepakan, fasilitas sosial, laboratorium QC.

2) Audit CPOB (GMP audit)

Audit CPOB dilakukan satu kali setahun pada minggu terakhir bulan

November.

b) Inspeksi di bidang HSE

Inspeksi yang diadakan tiga bulan sekali ini dilakukan untuk mengetahui

apakah karyawan sudah bekerja memenuhi standar HSE perusahaan, dilakukan

untuk melihat langsung ke lapangan penyesuaian antara latihan HSE yang pernah

dilakukan dengan pelaksanaannya sehari-hari sebagai suatu cara untuk menilai

keberhasilan suatu latihan. Keluaran yang diharapkan adalah sebuah perbaikan

yang terus menerus, sehingga yang tidak benar menjadi benar, dan yang sudah

(32)

(6) Penolakan dan pelulusan terhadap obat jadi

Obat jadi yang telah siap dipasarkan harus diperiksa terlebih dahulu

sebelum dipasarkan. Pengambilan keputusan untuk meluluskan/menolak obat jadi

dilakukan berdasarkan hasil pemeriksaan dan evaluasi yang meliputi hasil

pemeriksaan selama proses pengolahan dan pengemasan, pemeriksaan produk

ruahan, pemeriksaan kelengkapan bahan pengemas, atau pemeriksaan dokumen

catatan pengolahan dan pengemasan batch serta dokumen-dokumen lain jika ada,

seperti penelusuran kegagalan atau OOS (Out of Specification). Pelulusan/

penolakan obat jadi dilakukan oleh manajer QA dan disetujui oleh manajer IQC.

(7) Penanganan Hasil Uji Di Luar Spesifikasi (Out of Specification/OOS)

Mutu suatu produk ditentukan oleh pembuatan produk tersebut atau dengan

kata lain, tahapan proses pembuatan suatu produk akan sangat mempengaruhi

hasil akhir dari mutu produk. Untuk menguji apakah produk yang dibuat

memenuhi syarat, maka perlu dilakukan pemeriksaan di laboratorium baik secara

kimia, fisika maupun mikrobiologi. Ada kalanya hasil pemeriksaan suatu produk

tidak memenuhi persyaratan (Out of Spesification/OOS) atau hasil pemeriksaan

mendekati batas spesifikasi yang telah ditetapkan. Salah satu kemungkinan

ketidaksesuaian tersebut diakibatkan oleh proses pemeriksaannya. Oleh karena itu,

sebelum diambil keputusan akhir mengenai status produk yang bersangkutan perlu

dilakukan penyelidikan yang seksama dimana ketidaksesuaian tersebut terjadi.

Hal tersebut dikenal sebagai penyelidikan hasil di luar spesifikasi (OOS). Apabila

tejadi penyimpangan hasil di luar spesifikasi pada saat analisis maka hal yang

(33)

insiden/kegagalan yang terjadi baik kegagalan pemeriksaan secara kimia, fisika,

maupun mikrobiologi. Cara kerja pada saat mempersiapkan contoh untuk

pemeriksaan, alat yang digunakan harus diperiksa kembali. Bila hasilnya masih

menyimpang maka dibuat laporan Failure Investigation.

Tindakan lanjutan yang dapat diambil sesuai dengan hasil pemeriksaan yang

diperoleh, antara lain:

a. dilakukan pemeriksaan ulang terhadap contoh yang sama dan produk yang

sudah dikeluarkan

b. dilakukan pemeriksaan ulang terhadap contoh yang sama oleh pemeriksa yang

berbeda

c. dilakukan pemeriksaan ulang terhadap contoh baru oleh pemeriksa yang

pertama (bila perlu)

d. membandingkan hasil pemeriksaan ulang di atas dengan persyaratan yang ada

di metode tes dan farmakope (EP, USP, dan FI)

Contoh untuk pemeriksaan ulang tersebut diambil sebanyak 2 kali dari

pemeriksaan normal.

Apabila dianggap perlu dilakukan pemeriksaan terhadap prosedur

pengolahan batch produk yang bersangkutan atau apabila diduga penyimpangan

tersebut berasal dari metode tes nya atau sebab-sebab lain yang tidak diketahui

(34)

(8) Penyelidikan terhadap Kegagalan (Failure Investigation)

Yang dimaksud dengan kegagalan adalah suatu kejadian atau pelanggaran

yang tidak direncanakan terhadap suatu prosedur atau spesifikasi yang telah

ditetapkan. Terdapat dua kelompok kegagalan yaitu major incident dan minor

incident.

Major incident adalah kegagalan yang secara langsung dapat

mempengaruhi mutu produk, seperti kesalahan/penyimpangan dalam melakukan

suatu tahap proses pembuatan, kesalahan dalam pemakaian bahan/material,

kesalahan penimbangan, kesalahan dalam melakukan suatu protap, hasil kalibrasi

alat tidak memenuhi syarat, dan penyimpangan-penyimpangan lainnya yang tidak

dapat ditanggulangi secara sepihak tanpa mengikut sertakan atau memperoleh

informasi tambahan dari departemen lain.

Minor incident adalah kegagalan yang dapat ditanggulangi dengan segera

dan kegagalan tidak mempengaruhi mutu produk, seperti kesalahan pencetakan

nomor bets dan tanggal daluwarsa, penutupan botol tidak sempurna, perekatan

label tidak sempurna dan penyimpangan-penyimpangan kecil lainnya yang masih

dapat ditanggulangi secara langsung.

mengundang departemen yang bersangkutan dan departemen lain yang

terkait untuk menyelesaikan permasalahan yang timbul. Hasil penilaian terhadap

langkah yang telah/akan dilakukan oleh departemen produksi, IQC department

atau departemen lainnya yang terkait akan dikirimkan kembali ke departemen

(35)

(9) Pengkajian/penilaian tahunan terhadap produk (Annual Product

Review/APR)

Untuk mempertahankan atau memperbaiki mutu produk, maka proses

pengkajian/penilaian tahunan terhadap produk (Annual Product Review/APR)

perlu dilakukan. Untuk proses ini data mengenai produk yang dihasilkan selama

satu tahun, termasuk peralatan yang digunakan, proses produksi, cara dan hasil

pemeriksaan dikumpulkan, kemudian dievaluasi.

Penyiapan APR diselenggarakan pada semua produk dimulai dengan

produk yang sering menimbulkan masalah dan merupakan produk yang kritis.

QA akan memicu persiapan APR setiap 4 bulan sekali (akhir bulan April, Agustus,

dan Desember), dengan membuat memo kepada departemen yang berkaitan. Tim

kerja terdiri dari supervisor produksi dan supervisor QC, bersama dengan QA

manager bertanggung jawab untuk menyiapkan APR. Supervisor produksi dan

supervisor QC masing-masing bertanggung jawab untuk menghimpun data yang

dibuat, mencatat dan mendokumentasikan, serta mengevaluasinya. Evaluasi dari

APR berupa kesimpulan.

Keluhan dibagi dua, yaitu menyangkut Efek Samping Obat (ESO) dan

menyangkut Keluhan Teknis Kualitas Obat (KTKO). Untuk keluhan yang

berhubungan dengan medis maka pelaporan ditujukan ke Medical and Regulatory

Division sedangkan yang menyangkut pharmaceutical/KTKO akan ditujukan ke

IQC Department.

Berdasarkan waktu pelaporan Keluhan Teknis Kualitas Obat (KTKO)

(36)

dilaporkan dalam jangka waktu 24 jam atau selambat-lambatnya pada hari kerja

berikutnya. Misalnya, kesalahan pada cetakan bahan pengemas yang mengandung

resiko bagi pasien, laporan yang bersifat negatif di media massa yang berkaitan

dengan segi medis keamanan obat, segala hal yang berkaitan dengan pemalsuan.

KTKO kategori B yang tidak berbahaya bagi pasien dilaporkan dalam waktu tiga

bulan. Misalnya kesalahan dalam petunjuk penggunaan/dalam bahan pengemas

tercetak (nomor kode tidak ada) yang tidak mengandung resiko bagi pasien,

kesalahan berkaitan dengan produk yang tidak mengandung resiko bagi pasien

(cacat estetik).

Sebelum ditindak lanjuti oleh manajer IQC atau manajer Medical and

Regulatory, perlu dilakukan penyelidikan terhadap pelaporan keluhan yang

masuk, meliputi asal dan jenis keluhan, benar atau tidaknya keluhan. Tindak lanjut

yang dilakukan dapat berupa penggantian produk atau penarikan produk.

Penarikan obat jadi dapat dilakukan karena keinginan produsen (misalnya karena

stabilitas obat tidak baik atau mau mengganti pengemasan) atau keinginan badan

POM. Produk kembalian yang ditarik akan disimpan di gudang. Penanganan

selanjutnya bisa dihancurkan, dijadikan stok kembali (misalnya jika produk masih

baik dan sudah diperiksa di QC) atau diolah kembali.

(10) Pengendalian terhadap Perubahan (Changes Control)

Pengendalian terhadap perubahan adalah persiapan dan pelaksanaan dari

suatu perubahan yang berkaitan dengan segala aspek pengolahan, pengemasan,

pemeriksaan, penyimpanan, atau distribusi yang mempengaruhi mutu produk,

(37)

perubahan adalah untuk menjamin bahwa perubahan yang dilakukan terhadap

proses produksi, jenis bahan baku yang digunakan termasuk sistem pendukung

(alat, ruangan, mesin-mesin, prosedur pemeriksaan, cara penyimpanan) maupun

perubahan protap yang mendukung proses secara keseluruhan, tidak akan

menimbulkan dampak negatif terhadap mutu produk yang dihasilkan.

3.1.2 Quality Control (QC) Unit

Unit QC dikepalai oleh seorang Quality Control Supervisor. Unit ini

bertanggungjawab kepada Manajer IQC. Supervisor QC bertanggungjawab

terhadap pelaksanaan dan pengendalian dalam kegiatan pengambilan contoh,

pemeriksaan contoh bahan baku, bahan pengemas, produk ruahan dan produk jadi,

memberikan pelatihan yang berhubungan dengan QC, menyusun, merevisi serta

memuktahirkan protap di QC, memeriksa dan memastikan kebersihan ruangan

dan peralatan yang digunakan.

Dalam pelaksanaan tugasnya, Unit QC dibagi dalam 3 bagian, yaitu

Chemical and Physical Control (all material), Packaging Material, dan

Microbiological Control.

A. Chemical and Physical Control

Bagian ini bertugas untuk melakukan pemeriksaan bahan baku, produk

(38)

a) Bahan Baku

Mula-mula bahan baku yang baru datang akan masuk ke gudang dengan

status QUARANTINE. Gudang akan mengirimkan GRS (Good Receipt Slip) ke

bagian QC. Berdasarkan GRS yang diterima, QC melakukan pengambilan contoh

terhadap bahan tersebut. Pengambilan contoh untuk semua bahan aktif dan bahan

penolong harus disertai dengan lembar permintaan material (Material Request

Form). Setiap bahan baku yang masuk harus dilengkapi dengan sertifikat analisa

(Certificate of Analysis/CA) yang akan digunakan sebagai acuan pemeriksaan

bahan.

Pengambilan contoh bahan baku secara benar merupakan faktor penting

karena hanya dari contoh yang terjamin kebenarannya, informasi/data

pemeriksaan bahan baku dapat dipertanggungjawabkan. Pengambilan contoh

dilakukan di bawah Laminar Air Flow (LAF) di ruang sampling yang berada di

gudang pada suhu tidak lebih dari 25o C. Pengambilan contoh dimulai dari bahan

pembantu dan terakhir bahan aktifnya. Wadah untuk contoh harus dilengkapi

dengan data-data mengenai contoh yang diambil yang meliputi kode barang,

nomor bets, tanggal daluarsa, dan tanggal pengambilan contoh. Wadah bahan

baku yang telah diambil contohnya harus disegel kembali secara khusus dan diberi

label kuning “SAMPLE TAKEN”. Setelah proses sampling selesai, semua

alat-alat yang telah digunakan untuk sampling, dibungkus plastik dan harus

dibersihkan. Label “Released” atau “Rejected” diserahkan ke analis untuk

ditempelkan pada wadah bahan baku yang telah diperiksa/diambil contohnya.

(39)

“QUARANTINE” pada wadah bahan baku yang diluluskan dan jika bahan baku

tidak memenuhi persyaratan maka ditempel label merah “REJECTED” beserta

label yang menyatakan penanganan selanjutnya. Bahan baku yang “REJECTED”

akan ditempatlkan pada “area rejected” yang ada di gudang dan ditutupi dengan

jaring.

Sebagian contoh bahan baku yang sudah dinyatakan lulus disimpan

sebagai contoh pertinggal (Retained Sample) sebanyak yang diperlukan untuk

pemeriksaan minimal 2 kali analisis penuh dari betsnya. Bahan baku yang telah

disimpan selama lebih dari 2 tahun sejak tanggal pelulusannya harus diperiksa

ulang (retesting). Pemeriksaan ulang dilakukan secara full analysis, berlaku untuk

semua bahan baku, baik bahan baku yang berasal dari pemasok lain maupun dari

Mother Site. Jika dari hasil pengujian ulang tersebut dinyatakan lulus, maka

dibuatkan sertifikat analisisnya dan bahan boleh digunakan untuk produksi. Jika

tidak lulus maka barang harus dimusnahkan. Pengujian ulang bahan baku yang

tidak mempunyai waktu daluarsa diperbolehkan maksimal hingga 3 kali. Masa

pakai bahan baku tersebut setelah dinyatakan lulus adalah maksimum 8 tahun,

kecuali bahan baku yang diuji tiap 6 bulan sekali, misalnya benzil alkohol,

essence, glycerol monodioleate, dan Pharmaroma (cherry flavour), maka masa

pakainya maksimum 2,4 tahun. Jika bahan baku yang bersangkutan telah

mengalami pengujian ulang sebanyak 3 kali, maka harus diterbitkan

pemberitahuan kepada Warehouse, Demand and Supply, Production Department,

dan Accounting bahwa bahan baku tersebut tidak boleh digunakan lagi dan harus

(40)

b) Produk Ruahan

Produk ruahan adalah produk yang telah selesai diolah dan siap untuk

dikemas. Terdapat dua jenis produk ruahan di PT Aventis Pharma, yaitu produk

ruahan hasil produksi PT Aventis Pharma sendiri dan produk ruahan impor. Untuk

produk ruahan hasil produksi sendiri pengambilan contoh dilakukan oleh petugas

bagian pengolahan pada saat pembuatan berlangsung yaitu pada awal, tengah, dan

akhir proses. Untuk produk ruahan impor pengambilan contoh dilakukan oleh

petugas QC setelah semi finished goods diterima di gudang. Cara pengambilan

contoh sama dengan yang dilakukan pada bahan baku.

Produk ruahan harus segera diperiksa sesuai dengan spesifikasi

masing-masing produk yang telah ditetapkan dan hasilnya dicatat dalam CHP. Jika dalam

pemeriksaan ditemukan hasil yang menyimpang dari spesifikasi, maka dilakukan

penyelidikan terhadap hasil di luar spesifikasi (Out of Spesification/ OOS). Untuk

produk ruahan impor yang sudah dikemas dalam kemasan primer cukup dilakukan

pemeriksaan terhadap identifikasinya saja. Semua hasil pemeriksaaan dicatat

dalam Catatan Hasil Pemeriksaan (CHP).

c) Produk Jadi

Produk jadi adalah produk yang telah melewati seluruh tahapan produksi,

termasuk pengemasan, dan telah siap untuk didistribusikan. Terdapat dua macam

produk jadi di PT Aventis Pharma, yaitu produk jadi hasil produksi sendiri (lokal)

dan produk jadi impor. Untuk produk jadi lokal pengambilan contoh dilakukan

(41)

Pengambilan contoh dilakukan oleh petugas bagian pengemasan untuk dikirim ke

QC. Label QUARANTINE ditempel pada master box yang disusun sedemikian

rupa, sehingga pada setiap palet harus tampak terdapat label pada kedua sisi kiri

dan kanan susunan master box.

Terhadap produk jadi dilakukan pemeriksaan kebenaran proses dan

kelengkapan kemasan (jumlah isi, cetakan, kode bets, dan tanggal daluarsa). Hasil

pemeriksaaan dicatat dalam Catatan Hasil Pemeriksaan (CHP).

Untuk obat jadi import dilakukan pemeriksaan secara visual terhadap

kelengkapan pengemas yang digunakan beserta CA yang menyertainya. Oleh

karena tidak dilakukan pengambilan contoh, maka pemeriksaan kelengkapan

bahan pengemas dan CA-nya dilakukan langsung di gudang. Penerbitan label

‘released’ atau ‘rejected’ atau label penandaan lainnya untuk obat jadi import

harus diparaf oleh Manajer QA.

B. Packaging Material

Tugas dari bagian ini adalah mengambil contoh dan memeriksa bahan

pengemas serta barang lain sesuai dengan spesifikasi dan prosedur yang telah

ditetapkan. Barang lain yang diperiksa adalah bahan-bahan pelengkap yang tidak

terlibat langsung dalam proses produksi obat, seperti masker, sarung tangan dan

(42)

Bahan pengemas digolongkan dalam 2 jenis, berdasarkan kontak atau tidaknya

dengan produk, yaitu :

1. Bahan pengemas primer (Primary Packaging Materials)

yaitu bahan pengemas yang berhubungan langsung dengan produk seperti

PVC-foil untuk blister, alufoil untuk strip dan blister, ampul, botol dan tube

aluminium.

2. Bahan pengemas sekunder (Secondary Packaging Materials)

yaitu bahan pengemas yang tidak bersentuhan langsung dengan produknya,

seperti folding box, packaging insert, label dan lain-lain.

C. Microbiological Control

Microbiological Control bertanggungjawab dalam mendukung

pengawasan mutu dalam hal mikrobiologi, seperti permeriksaan mikrobiologi

bahan baku, produk ruahan dan produk jadi, pemeriksaan cemaran partikel dan

mikroba di ruang produksi dan laboratorium mikrobiologi, serta pemeriksaan

mutu air.

3.2 Industrial Technology

Kegiatan di bagian produksi secara umum dibagi dua, yaitu pengolahan

untuk produk solid (tablet dengan atau tanpa penyalutan) dan pengolahan untuk

produk semi solid (krim, salep, supositoria). Kegiatan ini berlangsung di kawasan

E1 (Grey Area). Karyawan di kawasan E1 memakai pakaian berwarna biru muda,

(43)

Ruang-ruang di bagian pengolahan antara lain: weighing, batch staging,

bulk staging, wet granulation, office, granul staging, production manager,

tableting, semisolid mixing room, coating, airlock, IPC.

Alur produksi (khususnya pengolahan) dimulai dengan permintaan barang

ke gudang menggunakan material request list. Gudang akan mengirimkan

bahan-bahan tersebut melalui ruang transit yang mempunyai system air lock dimana saat

pintu dari arah gudang terbuka maka pintu di ruang produksi akan terkunci.

Tujuan system air lock adalah untuk menghindari pencemaran ke dalam ruang

produksi. Selain itu tekanan udara dari ruang produksi lebih tinggi dari tekanan

udara di gudang untuk memperkecil kemungkinan terjadinya kontaminasi. Dalam

ruang material transit ini bahan baku yang diberikan dari gudang diperiksa jumlah,

jenis dan label “RELEASED“-nya. Jika memenuhi persyaratan, maka bahan baku

tersebut dapat digunakan untuk proses produksi.

Selanjutnya bahan baku dibawa ke ruang penimbangan. Seluruh proses

penimbangan harus mengikuti catatan pengolahan batch. Sebelum proses

pengolahan, dilakukan pemeriksaan menggunakan check-list program pemantauan

alat dan ruangan yang digunakan, check-list tersebut akan dilampirkan pada

catatan pengolahan batch produk yang bersangkutan. Parameter yang dipantau

adalah kebersihan, suhu dan kelembaban ruangan, sedangkan seluruh peralatan

harus diberi label “BERSIH”. Pada label tersebut juga dicantumkan nama produk

yang sebelumnya dibuat dengan peralatan tersebut untuk memudahkan

penelusuran apabila terjadi hal-hal diluar ketentuan. Seluruh hasil penimbangan

(44)

digunakan untuk menampung bahan baku yang ditimbang tersebut dan pada

catatan pengolahan batch. Setelah proses penimbangan selesai, maka bahan baku

tablet yang telah ditimbang dibawa ke ruang granulasi untuk proses selanjutnya.

Untuk sediaan setengah padat dan supositoria, setelah dilakukan proses

penimbangan, maka bahan baku dibawa ke ruang pencampuran semisolid untuk

diolah menurut prosedur selanjutnya.

Selama proses pengolahan dilakukan In Process Control (IPC) apabila

hasil pemeriksaan menyimpang, maka proses pengolahan dihentikan dan

dilaporkan kepada supervisor pengolahan untuk ditanggulangi.

3.2.1 Packaging Departmen (Departemen Pengemasan)

Proses pengemasan berlangsung di kawasan E1 (Grey Area) atau kelas 3

dan E2 atau kelas 2 (Dark Grey Area), yaitu E1 untuk pengemasan primer dan E2

untuk pengemasan sekunder. Karyawan di kawasan E1 memakai pakaian

berwarna biru muda, penutup kepala berwarna biru dan sepatu berwarna putih,

sedangkan karyawan di kawasan E2 memakai baju dan penutup kepala berwarna

biru tua dan sepatu berwarna hitam. Dengan cara ini karyawan di E2 tidak bisa

langsung masuk di kawasan E1.

Persiapan operasi pengemasan perlu dilakukan dengan seksama agar tidak

terjadi salah penandaan ataupun mixed up antar produk/antar batch selama operasi

pengemasan, tidak terjadi kesalahan dalam penggunaan produk ruahan atau bahan

pengemas, sehingga dapat menjamin operasi pengemasan berjalan lancar untuk

(45)

3.3 Technical Services (TS) and Health, Safety and Environment (HSE)

Department

3.3.1 Technical Service Department (Departemen Pelayanan Teknik)

TSD merupakan departemen yang bertanggungjawab atas

penyelenggaraan seluruh perbaikan, pemeliharaan peralatan dan ruangan;

penyelenggaraan kualifikasi dan kalibrasi alat dan peralatan; serta membuat dan

merevisi protap yang ada di TSD. Selain itu, TSD juga bertanggungjawab

terhadap perubahan dan pemeliharaan fasilitas pabrik serta bangunan pabrik baik

pengendali mutu maupun di area produksi dan fasilitas penunjang produksi

(listrik, air, dan tata udara).

1. Kalibrasi

Kalibrasi dilakukan terhadap bagian dari suatu peralatan/mesin yang

digunakan untuk memonitor, mengontrol dan memeriksa parameter kritis atau

kualitas dari produk, sehingga diperoleh hasil pengukuran yang akurat. Dari hasil

kalibrasi dapat diketahui kesalahan penunjukkan instrumen ukur, sistem

pengukuran atau pembaca nilai pada tanda skala tertentu.

Kalibrasi dilakukan oleh UKT (Unit Kalibrasi TSD) atau untuk alat-alat

tertentu dilakukan oleh departemen yang bersangkutan atau oleh kontraktor yang

ditunjuk. Untuk pemantauan kalibrasi, dilakukan pemeriksaan jadwal kalibrasi

setiap awal bulan dan dibuat daftar alat yang akan dikalibrasi pada bulan

berikutnya. Setiap alat yang sudah dikalibrasi diberi label kalibrasi yang memuat

tanggal dilakukan kalibrasi, nomor identifikasi, tanggal kalibrasi berikutnya dan

(46)

2. Kualifikasi

Kualifikasi adalah pembuktian secara tertulis berdasarkan data yang

menunjukkan bahwa suatu peralatan, fasilitas, sistem penunjang, komputer dan

proses pengemasan secara otomatis bekerja sesuai dengan spesifikasi yang telah

ditetapkan sehingga secara konsisten dapat menghasilkan produk dengan standar

mutu yang telah ditetapkan.

3. Air Handling Unit (AHU)

Komponen penting yang harus diawasi secara rutin pada sistem AHU

adalah kipas, filtrasi, kompresor, kondensor dan evaporator. Unit-unit tersebut

didesain untuk mencegah terjadinya kontaminasi silang dari udara antara ruang

produksi dengan koridor dimana tekanan koridor lebih positif dibandingkan ruang

produksi. Udara yang masuk ke AHU disaring melalui beberapa tahap yaitu:

prefilter, medium dan yang terakhir adalah HEPA filter (99,97%).

4. Water System

Dalam proses produksi dan pencucian serta kegiatan lainnya yang tidak

berhubungan langsung dengan uji laboratorium, PT Aventis Pharma

menggunakan Purified Water. Sedangkan untuk uji laboratorium (kimia dan

mikrobiologi) digunakan Ultra Purified Water dari hasil pengolahan Purified

Water dalam alat MilliQ-Plus. Sumber utama Purified Water adalah air PAM atau

air sumur (digunakan bila air PAM tidak mengalir) yang telah diolah menjadi

Potable Water. Untuk menyediakan Purified Water di area produksi dikelola di

bagian Purified Water Plant dan di laboratorium mikrobiologi Purified Water

(47)

3.3.2 Health, Safety and Environment Department (Departemen Kesehatan, Keselamatan Kerja dan Lingkungan Hidup)

Departemen ini bertanggungjawab menangani masalah kesehatan,

keamanan dan lingkungan. Sebelumnya departemen ini bernama EHS

(Environmental, Health and Safety), kemudian dirubah menjadi HSE karena dari

suatu industri farmasi pengolahan,

Tujuan HSE adalah:

1. Untuk menjamin kesehatan dan keselamatan kerja, mencegah dan

menanggulangi segala macam bahaya yang mengancam seluruh karyawan,

kontraktor dan tamu.

2. Untuk meminimalkan pencemaran lingkungan selama proses produksi dari

mulai penanganan bahan baku hingga setelah produk jadi dihasilkan.

3. Meminimalkan kontaminasi produk sampingan terhadap lingkungan.

4. Mencegah kontaminasi selama proses produksi terhadap personel terkait.

5. Mencegah kontaminasi terhadap produk baik dari lingkungan maupun

karyawan.

Sasaran kebijakan program HSE di PT Aventis Pharma berpedoman pada

prinsip pengembangan yang berkesinambungan yaitu:

1. Secara aktif berusaha mencegah dampak yang merugikan terhadap udara, air

tanah, sumber daya alam dan kesehatan manusia.

2. Menghindarkan cedera terjadi pada semua karyawan, kontraktor serta

(48)

3. Memberi perhatian pada aspek HSE dalam perancangan pabrik, perancangan

dan pengembangan produk baru serta mengelola resiko HSE dari semua

produk.

4. Mengatasi dampak lingkungan yang timbul.

5. Mengukur kinerja dan menyampaikan hasilnya secara terbuka untuk

membangkitkan keyakinan dan pengakuan pada semua pihak yang

berkepentingan.

1. Kesehatan (Health)

Secara garis besar tujuan Health and Safety terbagi menjadi tujuan jangka

panjang dan tujuan jangka pendek. Tujuan jangka panjangnya adalah untuk

memberikan hak pekerja terhadap lingkungan kerja yang aman dan sehat,

sedangkan tujuan jangka pendeknya adalah untuk mencegah cedera.

Prosedur sanitasi dan higiene yang digunakan oleh PT. Aventis Pharma

selalu divalidasi dan dimonitor secara teratur dan berkala untuk memastikan

bahwa hasil penerapan prosedur yang digunakan cukup efektif dan selalu

memenuhi persyaratan. Selain itu pihak perusahaan juga mengadakan

pemeriksaan kesehatan untuk karyawan yang diadakan sekali dalam setahun.

Selain program-program di atas HSE juga mengadakan safety talk, briefing dan

training untuk meningkatkan self awareness karyawan. Penilaian terhadap

(49)

2. Keselamatan Kerja (Safety)

HSE bertanggungjawab untuk menjamin keselamatan para pekerja, tamu,

maupun kontraktor. Program yang dilakukan dalam rangka pelaksanaan

keselamatan kerja antara lain :

a. Pelaksanaan inspeksi diri dan resiko di tempat kerja

b. Penerapan hasil resiko

c. Penggunaan tangga dan pintu darurat

d. Pengadaan sistem izin kerja dan izin penggunaan peralatan untuk

semua pekerjaan yang dilakukan di lingkungan perusahaan.

e. Sosoialisasi program-program HSE dan pelatihan bagi karyawan.

Tanggung jawab HSE diantaranya adalah menyiapkan fire protection

untuk mengantisipasi terjadinya kebakaran, antisipasi banjir, dan latihan.

3. Lingkungan Hidup (Environment)

Tanggung jawab HSE dalam bidang lingkungan terbagi atas:

1) Environmental Management System

Merupakan seluruh sistem pendokumentasian standar lingkungan di PT

Aventis Pharma Indonesia. Dokumentasi yang dibuat adalah laporan

Rencana Kegiatan Lingkungan (RKL) dan Rancangan Pemantauan

Lingkungan (RPL) yang dilaporkan ke BPLHD (Badan Pemeriksaan

(50)

2). Waste Management

Adalah sistem pengolahan sampah melalui waste minimizing maupun

reduction melalui reduksi, daur ulang dan insenerasi/ditanam.

Limbah yang dihasilkan PT Aventis Pharma dapat digolongkan menjadi

dua macam, yaitu:

a. Limbah domestik, berasal dari kegiatan kantin, MCK (mandi, cuci, kakus) dan

fasilitas lainnya. Limbah domestik terdiri dari:

1) Limbah domestik cair: air dan deterjen yang berasal dari kantin, MCK

dan fasilitas lainnya. Limbah domestik cair dialirkan ke Waste Water

Treatment Plant (Instalasi Pengolahan Air Limbah).

2) Limbah domestik padat: sampah padat yang berupa kertas, tanaman,

plastik dan lain-lain yang berasal dari kegiatan kantor, pemeliharaan

taman, kantin dan lain-lain. Limbah domestik padat dikumpulkan di

kontainer pengumpul untuk selanjutnya dijual untuk didaur ulang oleh

pihak lain atau diangkut oleh Dinas Kebersihan DKI Jakarta ke tempat

pembuangan akhir seminggu 2 kali.

b. Limbah Bahan Beracun dan Berbahaya (B3), berasal dari kegiatan produksi,

Laboratorium QC dan pemeliharaan peralatan/fasilitas.

Limbah B3 adalah sisa suatu usaha dan kegiatan yang mengandung

bahan berbahaya atau beracun yang karena sifat konsentrasinya atau

jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung, dapat mencemarkan

dan merusak lingkungan hidup atau dapat membahayakan kesehatan dan

(51)

1) Limbah B3 cair:

a) Air bekas cucian mesin, peralatan, wadah yang digunakan dalam

proses produksi

b) Cairan obat yang harus dimusnahkan

c) Larutan pereaksi

d) Air cucian peralatan laboratorium

e) Cairan sisa reagen dari laboratorium

f) Oli yang sudah tidak terpakai

Limbah cair B3 disimpan di gudang penyimpanan. Limbah B3 yang

beratnya < 50 kg/hari boleh disimpan lebih dari 90 hari, tapi bila beratnya > 50

kg/hari tidak boleh disimpan lebih dari 90 hari. Nantinya limbah cair ini

dikirim ke Prasadha Pamunah Limbah Industri (PPLI). Untuk limbah cair

berupa oli disimpan dalam waste storage untuk kemudian dikirimkan ke

pengolahan limbah Wiraswasta Gemilang Indonesia (WGI), di mana limbah

oli tersebut akan diolah menjadi Bahan Baku Sintetik (BBS), yang dikenal

sebagai Pennzoil , sebagai pengganti solar.

2. Limbah B3 padat:

a) Sisa bahan, obat atau bahan pengemas yang telah terkontaminasi

bahan obat

b) Debu produk yang terkumpul dalam penampung.

(52)

d) Contoh pertinggal bahan baku dan obat jadi yang sudah kadaluwarsa.

Limbah B3 padat tidak boleh dibuang pada saluran pembuangan

melainkan disimpan dalam wadah penampung sesuai jenisnya

masing-masing untuk kemudian dikirim dan dimusnahkan di PPLI.

3.4 Plant Logistic Department

Tugas Plant Logistic adalah menerima perkiraan yang telah dibuat oleh

bagian pemasaran untuk kemudian dianalisis dengan mempertimbangkan

prioritas, Plant Cycle Time dan Track Record dari pemasaran, kemudian bersama

bagian produksi menyusun rencana produksi dan membicarakan apakah kapasitas

produkasi mampu untuk membuat produk yang direncanakan penjualannya oleh

bagian marketing tersebut. Bila rencana sudah sesuai baik permintaan, kebutuhan

dan kapasitasnya maka dibuat jadwal pemesanan hingga kapan barang harus

datang. Demikian pula dengan pengadaan barang di gudang dibuat dengan dasar

perkiraan terhadap penjualan obat jadi ke supplier atau Pedagang Besar Farmasi

(PBF). Rencana produksi disusun berdasarkan kebutuhan pasar akan

barang-barang, stok barang di gudang, dan berdasarkan jadwal penggunaan mesin untuk

produksi lain.

Alur keluar masuknya barang di gudang PT Aventis Pharma diatur

sedemikian rupa sehingga berjalan satu arah. Barang masuk dan barang yang

keluar melalui pintu yang berbeda, dan begitu barang yang masuk akan langsung

berada di daerah karantina. Setiap ada penerimaan barang dari pemasok, selalu

dilakukan pengecekan fisik barang dan dokumen yang menyertainya termasuk ada

(53)

baik internal (Processing, Packaging, QC) maupun eksternal (distributor), harus

diperiksa kelengkapan dokumannya.

Secara garis besar, kegiatan di gudang PT Aventis Pharma Indonesia

dibagi menjadi tiga, yaitu penerimaan barang, penyimpanan barang dan

pengeluaran barang.

A. Penerimaan Barang

A.1 Penerimaan bahan dari pemasok

Pemeriksaan kelengakapan dokumen, antara lain: surat pengantar

pemasok, invoice, Certificate of Analysis. Bahan yang tidak ada Purchase Order

(PO) dari PT Aventis Pharma hanya dapat diterima jika ada persetujuan dari PL

dan selanjutnya dibuatkan PO oleh Purchasing lalu dibuatkan Goods Receipt Slip

(GRS) ke dalam SAP. Periksa nomor PO yang bersangkutan, apakah sesuai

dengan PO yang ada dalam SAP dalam hal pemasok, nama barang, jumlah,

tanggal pengiriman.

Bahan yang datang dicocokkan jumlah dan waktu pemesanannya

dengan PO, lalu diperiksa keutuhan kemasan dan kebenaran label yang melekat

pada wadahnya, antara lain nama bahan, nomor batch atau lot dari pabrik atau

pemasok, nama pembuat/pemasok, jumlah bahan, nomor PO, tanggal kadaluarsa.

Untuk memeriksa kuantitasnya diperiksa berat atau jumlahnya dengan menimbang

(54)

Apabila terdapat dokumen yang tidak lengkap, kemasan rusak,

berat/jumlah tidak sesuai, harus memberitahukan kepada PL, IQC dan

Purchasing, serta diinformasikan dalam GRS yang dibuat.

Surat pengantar dari pemasok ditanda tangani dan diberi stempel

perusahaan. Barang yang sudah diperiksa diberi label karantina dengan ketentuan:

a. Untuk raw material, imported semi finished goods, dan packaging material

siapkan label sesuai dengan jumlah wadah yang diterima.

b. Untuk finished goods dan repacked finished goods, setiap pallet ditutup

dengan penutup jaring kemudian diberi satu label per pallet.

Tempatkan barang pada area karantina atau rak karantina dengan

memperhatikan persyaratan penyimpanan.

Untuk barang yang belum diberi label karantina tetapi harus

dimasukkan ke ruang karantina karena alasan tertentu, misalnya karena barang

datang pada malam hari, maka bisa dimasukkan atau disimpan di area karantina

dan diberi label karantina sementara.

A.2 Penerimaan bahan dan produk jadi dari packaging dan processing

Penerimaan produk jadi dari packaging dilakukan pemeriksaan dokumen

yang menyertai penyerahan produk yaitu GRS dan pemeriksaan penandaan label

pada wadah yang meliputi nama produk, nomor batch, berat bersih atau jumlah

satuan kemasan, label status produk, petunjuk penyimpanan. Produk yang

(55)

menimbang satu per satu, kemudian disimpan di rak penyimpanan. Produk jadi

yang diserahkan harus ditutup dengan jaring untuk menghindari terjatuh atau

bercampur/tertukar dengan produk jadi yang lain Bahan baku sisa penimbangan

harus disertai Material Return Slip dari bagian produksi.

A.3 Penerimaan obat kembalian

Obat kembalian adalah obat jadi yang kembali setelah diserah terimakan

dari PT Aventis Pharma ke pihak ketiga (distributor, ekspedisi) dan dikembalikan

ke gudang PT Aventis Pharma dengan alasan:

a. Masalah keabsahan atau salah kirim.

b. Penarikan produk dan/atau pack size dari pasaran.

c. Kerusakan obat dan pengemasnya (setelah keluar dari gudang PT

Aventis Pharma) selama pengiriman dan penyimpanan.

d. Kelainan dari segi kualitas obat (kualitas obat/kualitas bahan

pengemas).

PT Aventis Pharma menerima obat kembalian yang berasal dari:

a. Gudang yang sudah diawasi oleh PT Aventis Pharma

b. Gudang distributor yang sudah diawasi oleh PT Aventis Pharma

c. Gudang distributor yang tidak diawasi oleh PT Aventis Pharma,

termasuk lembaga rumah sakit, apotek dan la

Referensi

Dokumen terkait

1. Memastikan bahan awal memenuhi spesifikasi yang telah ditetapkan untuk. identitas, kekuatan, kemurnian, kualitas

Perubahan penting dalam proses, peralatan atau bahan hendaklah disertai dengan validasi ulang, untuk menjamin bahwa perubahan tersebut akan tetap menghasilkan produk yang

1. Memastikan bahan awal memenuhi spesifikasi yang telah ditetapkan untuk. identitas, kekuatan, kemurnian, kualitas

Penilaian hendaklah meliputi semua faktor yang relevan termasuk kondisi pembuatan, hasil pengujian atau pengawasan selama proses, pengkajian dokumen produksi termasuk

Di dalam CPOB dijelaskan peralatan untuk pembuatan obat hendaknya memiliki desain dan konstruksi yang tepat, ukuran dan penempatan, yang memadai dan disesuaikan dengan

yang dihasilkan antara lain mulai dengan pengadaan bahan baku, proses pembuatan dan pengawasan mutu, personil yang terlibat dalam proses produksi, bangunan dan peralatan..

PDAM dan sumur pompa. Bangunan penunjang lainnya terdiri dari musholla, kamar mandi dan pos jaga. Ruang produksi pada PT. Sinabung Industri Farmasi meliputi ruang produksi

Oleh karena itu, sebagai industri yang memiliki persyaratan yang ketat dalam pelaksanaannya, pabrik obat atau industri farmasi diwajibkan untuk menjamin keamanan,