TATA PAJA Un CARA PE AK RESTO ntuk Meme Program FAKUL U ELAKSANA ORAN PAD NAMA NIM enuhi Salah m Studi Dip
LTAS ILM UNIVERSI LAPOR TUGAS A AAN PENA DA DINAS O L E H : SUS : 0826 h Satu Syar ploma III A
MU SOSIAL ITAS SUM MEDA 2011 RAN KHIR AGIHAN A PENDAPA ILAWATI 600065 rat Menyel Administra
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat, berkah dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan Laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri ini dengan judul “Tata
Cara Pelaksanaan Penagihan atau Pemungutan pajak Restoran pada Dinas
Pendapatan Daerah Kota Salak”. Serta teerimakasih kepada ibu tercinta yang telah
memberikan dukungan yang sangat besar kepada ananda tercinta yang tidak
mungkin terbalas oleh apapun.
Laporan PKLM ini disusun guna memenuhi syarat untuk menyelesaikan
Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan di Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.
Penulis Menyadari sepenuhnya bahwa laporan PKLM ini masih jauh dari
sempurna. Hal ini dikarenakan keterbatasan dan pengetahuan, pengalaman, serta
kemampuan yang penulis miliki. Oleh karena itu, penulis dengan segala
kerendahan hati mohon maaf dan mengharapkan kritik dan saran dari pembaca
yang akan memberikan kesempurnaan laporan PKLM ini. Dalam penulisan
laporan PKLM ini penulis banyak menerima bantuan dari berbagai pihak, baik
secara langsung maupun tidak langsung. Maka pada kesempatan ini penulis
menyampaikan rasa terima kasih kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Badaruddin. M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
2. Bapak Drs. Alwi Hashim Batubara, M.Si selaku ketua Program Studi Diploma
III Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Sumatera Utara.
3. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si selaku dosen pembimbing dalam penulisan
laporan PKLM ini yang telah bersedia meluangkan waktu dan memberikan
masukan berupa saran, arahan, dan bimbingan dalam penyusunan laporan
PKLM ini.
4. Kepada Orang tuaku yang telah memberikan dukungan moril dan materil yang
tak henti-hentinya, juga atas semua nasehat dan kasih sayangnya.
5. Bapak Benar Baik Sembiring, SE, M.Si selaku kepala Kantor Dinas
Pendapatan Daerah(DISPENDA) Kota Salak.
6. Bapak Ahmad Manik, S.sos Kepala Bidang Perpajakan di DIPPEKADE
Kabupaten Pakpak Bharat yang memberi jawaban dari semua pertanyaan saya.
7. Buat kakakku yang rela meluangkan waktunya mendampingi aku selama
melakukan penelitian/riset.
8. Kepada abang2 yang berada di Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan
Aset Daerah Kabupaten Pakpak Bharat dan selaku supervisor yang telah
banyak memberi bimbingan, pengarahan, dan bantuan dalam pengumpulan
data yang diperlukan.
9. Semua keluarga besarku yang memberi support selama aku kuliah
10. Kepada seluruh Teman-teman Tax kelas A dan C ’08 khususnya Tax B ‘08
yang menjadi teman seperjuangan dalam menjalani masa kuliah.
12. Buat seluruh pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan
laporan PKLM ini.
Akhir kata penulis berharap semoga laporan PKLM ini dapat bermanfaat bagi
seluruh pihak.
Medan, juni 2011
Penulis
Susilawati Cibro
DAFTAR ISI
Halaman
KATAPENGANTAR………..i
DAFTARISI………...…iv
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri………1
B. Tujuan dan Manfaat Praktik Kerja Lapangan mandiri………4
C. Uraian Teoritis Tentang Pajak Restoran………6
D. Ruang Lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri………11
E. Metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri………..….11
F. Metode Pengumpulan Data Praktik Kerja lapangan mandiri………13
G. Sistematika Penulisan Laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri…14 BAB II GAMBARAN UMUM DISPENDA KOTA SALAK A. Sejarah Singkat DISPENDA Kota Salak………....16
B. Struktu Organisasi DISPENDA Kota Salak………..17
C. Uraian Tugas Pokok dan Fungsi ………...18
BAB III GAMBARAN DATA PAJAK
A. Ketentuan……….31
B. Objek, Subjek dan Wajib Pajak Restoran………..….31
C. Tata Cara Perhitungan dan Penetapan Pajak……….32
D. Pendaftaran dan Penilaian ………..35
E. Tata Cara Penagihan Pajak……….36
F. Tata Cara Pemungutan Pajak……….…39
BAB IV ANALISA DATA DAN EVALUASI A. Analisa Data………....41
B. Evaluasi……….…...…45
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan………..50
B. Saran……….53
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri
Sesuai dengan fungsi dan karakteristik pajak sebagai sumber utama bagi
penerimaan Negara dan merupakan kewajiban masyarakat untuk membayarnya
guna meningkatkan pemahaman akan hak dan kewajiban dalam melaksanakan
peraturan perundang-undangan perpajakan yang nantinya akan berpengaruh
terhadap penerimaan daerah.
Pajak yang dikelola bersama Direktorat Jendral Pajak dan Pemerintah
Daerah, dimana dalam pemungutannya memperhatikan keadaan wajib pajak
melalui penghasilan yang diperoleh oleh wajib pajak tersebut. Pajak yang
nantinya akan dipungut oleh Pemerintah Daerah akan meningkatkan Pendapatan
asli Daerah (PAD) yang merupakan salah satu modal dasar pemerintah untuk
mendanai pembangunan serta memenuhi anggaran belanja daerah, juga untuk
mengurangi ketergantungannya dalam mendapatkan dana dari pemerintah
pusat.Hal ini sesuai dengan Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 pasal 79, yang
menyebutkan bahwa Pemerintah Daerah memiliki sumber Pendapatan Asli
Daerah (PAD), yang berasal dari Hasil Pajak Daerah, Hasil Retribusi Daerah,
Hasil Perusahaan Milik Daerah (BUMD), dan Hasil Pengelolaan Kekayaan
Daerah yang dipisahkan, dan lain-lain Pendapatan Daerah yang sah.
Berdasrkan Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004, Pemerintah Daerah
tersebut pemerintah daerah mengelola jenis pajak hotel, pajak restoran, pajak
reklame, pajak hiburan, pajak penerangan jalan, pajak parkir, dan pajak
pemungutan bahan galian golongan C.
Pajak Restoran adalah salah satu pajak yang dikelola langsung oleh
Pemerintah Daerah, yang memberikan kontribusi terhadap Pendapatan Asli
Daerah (PAD), dimana pajak restoran dapat menjadi sumber pendanaan
Pemerintah Daerah guna mendukung kesinambungan kota Salak.
Seiring dengan perkembangan zaman dan kondisi social budaya
masyarakat yang semakin kritis dan mengarah lebih maju, baik dalam bidang
informasi teknologi dan khususnya industri yang berhubungan erat dengan
restoran akan mempengaruhi peningkatan penerimaan pajak restoran yang
nantinya penerimaan tersebut digunakan untuk membiayai penyelenggaraan
daerah dan menunjang kesejahteraan masyarakat dengan pembangunan yang lebih
baik.
Salah satu cara untuk meningkatkan kualitas dan mutu pendidikan di
lingkungan kampus adalah dengan meningkatakan intrakurikuler yaitu dengan
kegiatan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM). Dengan demikian mahasiswa
dapat belajar dari dunia kerja yang sesuai dengan bidangnya dan sekaligus
menjadikan mahasiswa sebagai individu yang solutif terhadap berbagai
permasalahan yang muncul di lapangan. Pajak dan Retribusi merupakan
sumber-sumber penerimaan yang sangat potensial sehingga memerlukan berbagai cara
pengeluaran negara yang pada akhirnya akan meningkatakan kesejahteraan
rakyat.
Sistem otonomi daerah yang berlaku saat ini menuntut pemerintah untuk
lebih aktif berperan serta dalam pembangunan khususnya pembangunan daerah
itu sendiri sebab daerah otonomi mempunyai kewenangan untuk mengatur dan
mengurus kepentingan masyarakat daerah menurut prakarsa sendiri berdasarkan
aspirasi masyarakat dalam ikatan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
(Siahaan,2005:88).
Penerimaan dari pajak restoran, dibutuhkan Tata cara pemungutan atau
penagihan yang lebih dari Pemerintah Daerah. Sehingga penerimaan yang berasal
dari pajak restoran dipungut atau ditagih dengan jelas dan terealisasi dengan baik,
sesuai dengan ketentuan pemungutan pajak di Indonesia. Dengan kesesuain
tersebut diharapkan hambatan atau kendala-kendala dalam hal penagihan atau
pemungutan pajak restoran dapat diatasi baik dari wajip pajak sendiri maupun
pihak pemungut.
Berdasarkan latar belakang di atas, penulis tertarik untuk melakukan Praktik Kerja
Lapangan Mandiri (PKLM) dengan judul tentang “Tata cara Pelaksanaan
B. Tujuan dan Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)
Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) merupakan suatu kegiatan
penerapan ilmu yang diperoleh mahasiswa selama bangku perkuliaahan agar
mengenal situasi dunia kerja sekaligus untuk meningkatkan kualitas mahasiswa
itu sendiri. Kegiatan PKLM ini sendiri memiliki beberapa tujuan dan manfaat bagi
mahasiswa, pihak universitas, instansi atau badan yang dijadikan tempat
melaksanakan Praktik Kerja Lapangan Mandiri tersebut.
Adapun tujuan diadakannya PKLM adalah:
1. Untuk mengetahui Tata Cara Pelaksanaan Penagihan atau Pemungutan Pajak
Restoran yang dilakukan Kantor Dinas Pendapatan Daerah (DISPENDA)
kota Salak.
2. Untuk mengetahui masalah atau kendala yang dihadapi berkaitan dengan
Penagihan atau Pemungutan Pajak Restoran serta upaya yang dilakukan.
3. Untuk mengetahui realisasi Pajak Restoran.
Adapun manfaat PKLM adalah:
Bagi mahasiswa
a. Untuk meningkatakan serta menambah wawasan di bidang perpajakan
khususnya Pajak Restoran.
c. Menyiapkan mahasiswa sebagai tenaga baru yang terampil dan
professional dalam menghadapi dunia kerja.
Bagi Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik ( Fisip) Universitas Sumatera Utara
a. Meningkatkan kurikulum tepat guna sehingga mampu mencapai standart
mutu pendidikan.
b. Membuka interaksi antara dosen Program Studi Diploma III
Administrasi Perpajakan dan Instansi Pemerintah.
Bagi Dinas Pendapatan Daerah Kota Salak (DISPENDA)
a. Diharapkan agar dapat memberi masukan terhadap instansi bersangkutan
dalam hal pelaksanaan dan pemungutan Pajak Restoran.
b. Agar dapat membantu Dinas Pendapatan Kota Salak dalam hal
mensosialisasikan pentingnya Pajak Restoran terhadap pembangunan
kota Salak kepada masyarakat.
C. Uraian Teoritis Tentang Pajak Restoran
1. Definisi Pajak
Sebelum membahas mengenai gambaran penerapan prosedur pendataan
Restoran, maka kita terlebih dahulu mengetahui definisi pajak. Menurut
rakyat kepada kas Negara berdasarkan Undang –Undang (yang dapat dipaksakan)
dengan tidak mendapat jasa timbal balik (kontraprestasi) yang langsung dapat
ditunjukkan, dan yang digunakan untuk pengeluaran umum. (Resmi,2007:1).
Menurut Prof.Dr.P.J.A. Adriani Pajak ialah iuran kepada Negara yang
dapat dipaksakan yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut
peraturan-peraturan, dengan tidak mendapat prestasi kembali, yang langsung
dapat ditunjuk, dan yang gunanya adalah membiayai pengeluaran-pengeluaran
umum berhubungan dengan tugas Negara untuk menyelenggarakan pemerintahan.
(Darwin,2011:15).
Menurut Undang – Undang Nomor 28 Tahun 2009, pengertian pajak
daerah adalah kontribusi wajib kepada daerah yang terutang oleh orang pribadi
atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang – Undang dengan tidak
mendapat imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan daerah bagi
sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
Pengertian Pajak Restoran
Restoran atau rumah makan adalah fasilitas penyedia makanan dan
minuman dengan dipungut bayaran yang mencakup rumah makan, kafetaria,
kantin, warung, bar dan sejenisnya termasuk jasa boga/catering.
(Siahaan,2005:20).
Pajak restoran ialah pajak atas pelayanan yang disediakan dengan pembayaran di
restoran. Pada Peraturan Daerah Kabupaten Pakpak Bharat Nomor 8 Tahun 2010
2. Sumber penerimaan Daerah
Berdasarkan Undang-undang No.25 Tahun 1999 yang direvisi menjadi
Undang-undang No.33 Tahun 2004 Tentang perimbangan Keuangan antara
Pemerintah Pusat dan Daerah, sumber-sumber penerimaan terdiri atas :
a. Pendapatan Asli Daerah
Sumber-sumber Pendapatan Asli Daerah terdiri atas :
1. Hasil Pajak Daerah
a. Pajak Provinsi terdiri dari:
Pajak Kendaraan Bermotor, Bea Balik Nama Kendaraan
Bermotor, Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor, Pajak Air
Permukaan dan Pajak Rokok.
b. Pajak kabupaten/kota terdiri atas:
Pajak Hotel, Pajak Restoran, Pajak Hiburan, Pajak Reklame,
Pajak Penerangan Jalan, Pajak Mineral Bukan Logam dan
Batuan, Pajak Parkir, Pajak Air Tanah, Pajak Sarang Burung
Walet, Pajak Bumi dan Bangunan Pedesaan dan Perkotaan, Bea
Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan.
2. Hasil Retribusi Daerah Yaitu:
a. Jasa Umum
b. Jasa Usaha
c. Perizinan Tertentu
3. Hasil Perusahaan Milik Daerah dan Hasil Pengelolaan Kekayaan
4. Lain-lain PAD yang sah.
b. Dana Perimbangan
Dana perimbangan terdiri dari :
1. Bagian daerah dari penerimaan pajak penghasilan perseorangan,
Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), Bea Perolehan Hak Atsa Tanah
dan Bangunan (BPHTB), dan penerimaan dari sumber daya alam
(SDA);
2. Dana Alokasi Umum (DAU).
3. Dana Alokasi Khusus (DAK).
c. Pinjaman Daerah
d. Lain-lain penerimaan yang sah. (Adisasmita,2011: 4)
3. Fungsi Pajak
Dalam kedudukannya pajak mempunyai dua fungsi yaitu:
a. Fungsi Budgetair/Anggaran yaitu pajak merupakan salah satu sumber
penerimaan pemerintah untuk membiayai pengeluaran baik rutin
maupun pembangunan.
b. Fungsi Regulared (pengatur) yaitu pajak sebagai alat untuk mengatur
atau melaksanakan kebijakan pemerintah dalam bidang sosial dan
ekonomi, serta mencapai tujuan tertentu misalnya:
1. Pajak yang tinggi dikenakan terhadap barang-barang mewah
3. Pemberlakuan tax holiday, untuk menarik investor asing agar
menanamkan modalnya di Indonesia.
4. Jenis Pajak
Terdapat berbagai jenis pajak, yang dapat dikelompokkan menjadi tiga,
yaitu pengelompokan menurut golongan, menurut sifat, dan menurut lembaga
pemungutannya.
a. Menurut Golongannya :
1. Pajak langsung yaitu pajak yang harus dipikul atau ditanggung
sendiri oleh Wajib pajak dan tidak dapat dilimpahkan atau
dibebankan kepada orang lain. Misalnya Pajak Penghasilan (PPh).
2. Pajak Tidak langsung yaitu pajak yang pada akhirnya dapat
dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain atau pihak ketiga.
Misalnya : Pajak Pertambahan Nilai (PPN).
b. Menurut Sifat
1. Pajak Subjektif yaitu pajak yang pengenaannya memperhatikan
keadaan pribadi Wajib Pajak atau pengenaan pajak yang
memerhatikan keadaan subjeknya. Misalnya: Pajak Penghasilan
(PPh).
2. Pajak Objektif yaitu pajak yang pengenaannya memperhatikan
objeknya baik berupa benda, perbuatan atau peristiwa yang
mengakibatkan timbulnya kewajiban membayar pajak. Misalnya :
c. Menurut Lembaga Pemungut
1. Pajak Negara (Pajak Pusat) yaitu pajak yang dipungut oleh
pemerintah pusat dan digunakan untuk membiayai rumah tangga
Negara pada umumnya. Misalnya : PPh, PPN, PPnBM, dan Bea
Materai.
2. Pajak Daerah yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah dan
digunakan untuk membiayai rumah tangga daerah.
D. Ruang Lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)
Ruang lingkup dari Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) ini adalah
sebagai berikut:
1. Pelaksanaan penagihan atau pemungutan pajak Restoran yang dilakukan
Kantor Dinas Pendapatan Daerah (DISPENDA) kota Salak.
2. Masalah atau kendala-kendala yang berkaitan dengan penagihan atau
pemungutan Pajak Restoran.
3. Realisasi penerimaan Pajak Restoran Tahun 2006-2010.
E. Metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)
Adapun metode yang digunakan dalam melaksanakan Praktik Kerja
Lapangan Mandiri, penulis akan metode terapan yang telah dibuat sesuai dengan
1. Tahap Persiapan
Pada tahap ini penulis melakukan penentuan tempat Praktik Kerja Lapangan
Mandiri (PKLM), mencari dan mengumpulkan bahan untuk pembuatan
proposal serta melakukan konsultasi dengan pihak dosen.
2. Studi Literatur
Dalam tahap ini penulis mencari dan mengumpulkan sumber-sumber pustaka
seperti Undang -Undang, buku-buku, majalah maupun literatur lain yang
berhubungan dengan objek PKLM.
3. Observasi Lapangan
Penulis dalam melakukan observasi lapangan sesuai dengan peraturan yang
berlaku, dimana dalam observasi ini penulis mencari data dan informasi pada
Dinas Pendapatan Daerah kota Salak. Serta mempelajari data-data yang
berhubungan dengan masalah-masalah yang akan dibahas yang nantinya di
jadikan bukti dalam daftar dokumen penulis.
4. Pengumpulan Data
Penulis melakukan pengumpulan data tata cara pendataan, pemungutan dan
penetapan pajak restoran melalui:
a. Data Primer yaitu data yang bersumber dari kantor Dinas Pendapatan Kota
Salak atau wawancara terhadap orang-orang yang dianggap mampu
b. Data Sekunder yaitu data atau informasi yang diperoleh melalui studi
literatur seperti buku, Undang -Undang, dokumentasi, maupun literatur
lain yang berhubungan dengan objek PKLM.
5. Analisis dan Evaluasi
Setelah data yang diperlukan terkumpul secara lengkap maka penulis
melakukan analisa dan evaluasi terhadap data atau keterangan mengenai tata
cara pendataan pajak restoran.
F. Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data yang akan dilakukan penulis masih berdasarkan
prosedur yang ditetapkan, yaitu dengan cara memaparkan hal-hal yang akan di
bawakan. Untuk mendapatkan data dan informasi yang dibutuhkan dalam Praktik
Kerja Lapangan Mandiri ini, penulis menggunakan 3 teknik pengumpulan data
yaitu:
1. Metode Wawancara (Interview Guide)
Yaitu dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang ditujukan kepada
pegawai yang dianggap mampu memberikan masukan data primer dan
informasi bagi penyusunan laporan ini.
2. Metode Observasi (Observation Guide)
Yaitu dengan melakukan pengamatan langsung atas kegiatan yang dilakukan
dalam pencatatan terhadap fenomena yang menjadi objek penelitian, metode
3. Metode Dokumentasi (Optional Guide)
Yaitu data yang berisikan dokumentasi yang di dapat oleh penulis selama
melakukan Praktik Kerja Lapangan Mandiri di tempat yang ditentukan.
G. Sistematika Penulisan
Adapun yang menjadi sistematika dalam penulisan laporan akhir ini adalah
sebagai berikut:
BAB I : PENDAHULUAN
Pada bab ini akan dijelaskan tentang latar belakang,tujuan, dan manfaat
dari
Praktek Kerja Lapangan Mandiri, serta sistematika penulisan laporan
PKLM.
BAB II : GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI PKLM
Bab ini berisi tentang sejarah singkat, struktur organisasi, uraian tugas
pokok dan fungsi serta gambaran pegawai.
BAB III : GAMBARAN DATA PRAKTIK
Pada bab ini akan dibahas mengenai segala hal yang berkaitan pajak
restoran. Cara penagihan atau pemungutan dan data target realisasi
BAB IV : ANALISIS DAN EVALUASI
Pada bab ini penulis akan membandingkan penerapan teori yang ada
dengan data yang diperoleh dari lapangan, yaitu mengenai prosedur
pendataan Pajak Restoran Pada Dinas pendapatan Kota Salak.
BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN
Pada bab ini berisi tentang kesimpulan dan saran yang dianggap
penting.
DAFTAR PUSTAKA
BAB II
GAMBARAN UMUM OBJEK PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI
A. Sejarah Singkat Tentang Dinas Pendapatan Kota Salak
Dinas Pendapatan, Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Asset Daerah
adalah Satuan Kerja Perangkat Daerah Pemerintah Kabupaten Pakpak Bharat
yang merupakan Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerah.
Cikal bakal dari Dinas Pendapatan, Pengelolaan keuangan dan Asset
Daerah sebelumnya adalah bagian Keuangan yang berada dibawah naungan
Sekretaris daerah sesuai dengan Peraturan Daerah Kabupaten Pakpak Bharat
nomor 1 Tahun 2003 tentang Struktur Organisasi dan Tata Kerja Sekretaris
Daerah, Sekretaris DPRD Kabupaten Pakpak Bharat.
Namun pada tahun 2006 dengan berlakunya Peraturan Pemerintah Nomor
58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah dan Peraturan Menteri
Dalam Negeri Nomor 13 tahun 2006 tentang Pedoman Umum Pengelolaan
Keuangan Daerah dirasa perlu membentuk satu organisasi perangkat daerah yang
khusus menangani pengelolaan keuangan daerah. Oleh karena itu maka
dibentuklah Organisasi Perangkat Daerah yang diberi nama Badan Pengelola
Keuangan Daerah atau yang disingkat dengan BPKD yang ditetapkan dengan
peraturan daerah kabupaten Pakpak Bharat Nomor 1 tentang Struktur Organisasi
dan Tata Kerja Sekretariat Daerah, Sekretariat DPRD, Kantor Kecamatan, Dinas
Daerah dan Lembaga Teknis Daerah Kabupaten Pakpak Bharat.
Pada tahun 2008 Pemerintah menerbitkan Peraturan Pemerintah Nomor 41
tersebut maka dilakukan perubahan kembali terhadap organisasi perangkat dearah
di Kabupaten Pakpak Bharat termasuk Badan Pengelolaan Keuangan Daerah
sehingga Badan Pengelolaan Keuangan Daerah menjadi Dinas Pendapatan,
Pengelolaan Keuangan dan Asset Daerah sebagaimana ditetapkan dengan
Peraturan Daerah Kabupaten Pakpak Bharat Nomor 5 Tahun 2008 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Kabupaten Pakpak Bharat.
B. Struktur Organisasi Dinas Pendapatan Kota Salak
Berdasarkan Peraturan Nomor 5 tahun 2008 Struktur Organisasi Dinas
Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Asset Daerah terdiri dari :
1. Kepala Dinas
2. Sekretariat terdiri dari:
a. Sub Bagian Umum dan Perlengkapan
b. Sub Bagian keuangan dan Kepegawaian
c. Sub Bagian Perencanaan dan Evaluasi
3. Bidang Pendapatan
a. Seksi Pengelolaan & Pengembangan PAD
b. Seksi Dana Perimbangan & Penerimaan
4. Bidang Anggaran
a. Seksi penyusunan & Perencanaan Anggaran
b. Seksi Pelaksanaan & Adm. Anggaran
5. Bidang Akuntansi
b. Seksi Pembukuan & Penyusunan Laporan
6. Bidang Asset Daerah
a. Seksi Pendataan & Analisa Kebutuhan Aset Daerah
b. Seksi penatausahaan & Pelaporan Aset Daerah
C. Uraian Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Pendapatan Kota Salak
Sesuai dengan Peraturan Bupati Kota Salak Nomor 1 Tahun 2010 Tentang
Rincian Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Pendapatan Kota Salak.
Dinas Pendapatan merupakan unsur pelaksanaan pemerintah daerah, yang
dipimpin oleh kepala dinas yang berkedudukan dibawah dan tanggung jawab
terhadap Bupati melalui Sekertaris Daerah. Dinas mempunyai tugas pokok
melaksanakan sebagian urusan pemerintahan daerah di bidang pendapatan daerah
berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan.
Dinas menyelenggarakan fungsi :
a. Perumusan kebijakan teknis dibidang pendapatan, pengelolaan
keuangan dan asset daerah.
b. Penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan umum dibidang
pendapatan, pengelolaan dan asset daerah.
c. Pembinaan dan pelaksanaan tugas di bidang pendapatan, pengelolaan
keuangan dan aset daerah.
d. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Bupati sesuai dengan tugas
1. Kepala Dinas
Kepala Dinas mempunyai tugas sebagai berikut:
a. Mengkoordinasikan pengelolaan administrasi umum meliputi
ketatalaksanaan, perencanaan, keuangan, kepegawaian dan urusan
rumah tangga dinas.
b. Mengkoordinasikan pengelolaan keuangan dan asset daerah .
c. Mengkoordinasikan pelaksanaan penagihan dan pemungutan
pendapatan daerah.
d. Meyelenggarakan penetapan pajak daerah.
e. Mengkoordinasikan penyusunan Rancangan APBD dan PAPBD.
f. Mengkordinasikan penatausahaan keuangan daerah.
2. Sekretaris
a. Membantu kepala dinas di bidang tugasnya.
b. Menyiapkan bahan koordinasi dalam pelaksanaan tugas dinas dan
memberikan pelayanan adminitratif dan fungsional kepada unsur
dilingkungan dinas.
c. Menyusun dan merumuskan rencana program kerja secretariat.
d. Membuat dan menyampaikan laporan hasil pelaksanaan tugas kepala
dinas.
e. Menyelenggarakan penyusunan laporan keuangan, kepegawaian dan
inventaris dinas.
f. Menyelenggarakan distribusi dan monitoring surat masuk dan surat
g. Mengadakan pembinaan dan pengendalian terhadap tugas setiap sub
bagian.
Sekretariat terdiri dari:
a. Sub bagian umum mempunyai uraian tugas dan fungsu yaitu :
Sub bagian umum dipimpin oleh kepala sub bagian yang berada dibawah
dan bertanggungjawab kepada sekretaris. Yang mempunyai tugas sebagai
berikut:
1. Membantu sekretaris dinas di bidang tugasnya.
2. Merencanakan dan menganalisis kebutuhan peralatan dan perlengkpan
kantor.
3. Melaksanakan pengurusan dan pemeliharaaan arsip surat menyurat.
4. Membuat dan menyampaiakan laporan hasil pelaksanaan tugas kepada
sekretaris.
b. Sub bagian keuangan dan kepegawaian mempunyai tugas yaitu:
1. Membantu sekretaris dibidangnya.
2. Melaksanakan tata adminitrasi keuangan dan kepegawaian .
3. Melaksanakan pegelolaan asdminitrasi perjalanan dinas.
4. Mencatat, mengelola dan menganalisis data bahan penyusunan
program pembinaan kepegawaian.
5. Menghimpun berbagai peraturan perundang-undangan berbagai
peraturan perundang-undangan di bidang keuangan dan kepegawaian.
6. Menghimpun dan memelihara berbagai dokumen keuangan dan
7. Merencanakan kegiatan social dan kesejahteraan pegawai.
8. Melakukan verifikasi harian atas penerimaan.
c. Sub Bagian Perencanaan mempunyai uraian tugas dan fungsi yaitu :
1. Membantu Sekretaris dinas dibidangnya.
2. Menyiapkan bahan penyusunan dan pengendalian rencana/program
kerja tahunan.
3. Menghimpun dan mempelajari berbagai peraturan
perundang-undangan di seksi perencanaan, evaluasi dan pelaporan.
4. Menyiapkan laporan keuangan dinas pertriwulan, semesteran dan
tahunan.
5. Memberi petunjuk kepada bawahan baik lisan maupun tulisan.
6. Menghimpun dan memelihara berbagai dokumen perencanaan,
evaluasi dan pelaporan.
7. Membuat dan menyampaikan laporan hasil pelaksanaan tugas kepada
kepala Dinas.
3. Kepala Bidang Pendapatan mempunyai uraian tugas terdiri dari :
a. Mengkoordinasikan pengumpulan bahan rencana strategis dibidang
pendataan daerah.
b. Mengumpulkan dan menganalisis data dan informasi mengenai semua
aspek yang berhubungan dengan pendapatan daerah.
c. Menyusun kebijakan dalam rangka peningkatan pendapatan daerah.
e. Melaksanakan penyusunan dasar hukum tentang pemungutan pendapatan
daerah.
f. Menyusun kebijakan atas pengajuan keberatan wajib pajak dan retribusi
daerah.
g. Membantu kepala dinas dibidangnya.
h. Melakukan penilaian dan evaluasi atas kinerja bawahan untuk bahan
pertimbangan dalam menetapkan penilaian DP-3 pegawai.
Bidang Pendapatan terdiri dari :
a. Seksi Pengelolaan Asli Daerah mempunyai tugas yaitu :
1. Membantu kepala bidang pendataan dibidang tugasnya.
2. Melaksanakan Pemungutan dan Penagihan atas pendapatan daerah yang
terdiri dari pajak dan lain-lain pendapatan daerah yang sah.
3. Melakukan pencatatan, monitoring dan evaluasi teknis operasional
pemungutan pendapatan daerah yang dilakukan SKPD pengelola PAD.
4. Menyiapkan penerbitan surat peringatan, surat teguran dan surat
lainnya yang berhubungan dengan pemungutan dan penagihan dan
pelaporan pendapatan daerah.
5. Menyusun rencana penerimaan/target pendapatan daerah berdasarkan
potensi yang ada.
6. Pembinaan teknis pelaksanaan pendataan, penetapan, penagihan dan
b. Seksi Dana Perimbangan dan Penerimaan Lain-lain fungsi yaitu:
1. Membantu kepala bidang pendapatan dibidang tugasnya.
2. Menyiapkan bahan perumusan kebijakan teknis, program dan kegiatan
penyelenggaraan dana perimbangan dan bagi hasil.
3. Mengkoordinasi realisasi penerimaan dan perimbangan, dana bagi hasil
dan lain-lain pendapatan daerah yang sah.
4. Melakukan monitoring dan evaluasi teknis operasional pemungutan
Pajak Bumi dan Bangunan (PBB).
5. Melaksanakan pemeriksaan Surat Pemberitahuan Pajak terutang (SPPT)
yang telah disampaikan kepada wajib pajak sesuai daftar ketetapan.
6. Melaksanakan konfirmasi Surat Tanda Terima Setoran PBB dengan
bank pesepsi.
4. Bidang Anggaran mempunyai tugas yaitu :
a. Membantu kepala dinas dibidang tugasnya.
b. Mengkoordinasakan pengumpulan bahan keperluan penyusunan rencana
strategis di Bidang anggaran.
c. Menyusun pedoman pengelolaan pendapatan dan belanja daerah.
d. Mempersiapkan RAPBD
e. Mengkoordinasikan rancangan APBD atas hasil evaluasi Gubernur ke
DPRD.
f. Menyiapkan usulan penetapan bendahara masing-masing SKPD di
g. Melakukan pengumpulan dan menganalisa usulan yang berhubungan
dengan anggaran.
Bidang Anggaran terdiri dari :
a. Seksi Perencanaan dan Penyusunan mempunyai tugas yaitu :
1. Membantu kepala Bidang Anggaran di bidang tugasnya.
2. Menyusun rencana kerja seksi Perencanaan dan penyusunan anggaran.
3. Mengkoordinasi penyusunan SKPD.
4. Menyusun Nota Keuangan RAPBD.
5. Menyusun rancangan peraturan daerah tentang APBD/P.APBD dan
rancangan Peraturan Bupati Pakpak Bharat tentang penjabaran APBD.
6. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh pemimpin.
b. Seksi Pelaksanaan dan Administrasi Anggaran mempunyai tugas yaitu :
1. Membantu kepala bidang Anggaran dibidang tugasnya.
2. Menyusun rencana kerja seksi pelaksanaan dan Administrasi
Anggaran.
3. Mengumpulkan, menyusun mengolah dokumen dalam rangka
penggajian PNS.
4. Memelihara data dan bahan yang berkaitan dengan anggaran untuk
dapat dipergunakan setiap saat.
5. Meberi petunjuk kepada bawahan baik lisan maupun tulisan.
5. Bidang Akutansi mempunyai uraian tugas yaitu :
a. Membantu kepala dinas dibidang tugasnya.
b. Mengkoordinasikan pengumpulan bahan keperluan penyusunan rencana
strategis di bidang akutansi.
c. Menyiapkan kebijakan teknis, program dan kegiatan bidang akutansi.
d. Mengkoordinasikan pelaksanaan verifikasi atas laporan yang diajukan ke
BUD.
e. Mengkoordinasikan pelaksanaan verifikasi atas laporan
pertanggungjawaban bendahara SKPD dan SKPKD.
f. Mengkoordinasikan pelaksanaan siklus akutansi pelaporan keuangan
daerah.
g. Mengkoordinasikan pelaksanaan evaluasi, analisi dan pelaporan atas
pelaksanaan APBD.
Bidang Akutansi terdiri dari :
a. Seksi Verifikasi Pelaksanaan APBD.
1. Menyusun rencana kegiatan seksi verifikasi pelaksanaan APBD.
2. Menyusun rancangan petunjuk system dan prosedur penatausahaan
keuangan daerah.
3. Menyusun rancangan sistem dan prosedur penatausahaan keuangan
daerah.
4. Melaksanakan verifikasi atas laporan pertanggungjawaban bendahara
5. Melaksanakan verifikasi atas laporan pertanggung jawaban lembaga
penerima subsidi, hibah, bantuan social dan bantuan keuangan.
6. Melaksanakan pembinaan penatausahaan keuangan SKPD.
b. Seksi Pembukuan dan Penyusunan Laporan.
1. Membantu kepala bidang Akutansi dibidang tugasnya.
2. Menysusun rencana kegiatan seksi pembukuan dan Penyusunan
Laporan Keuangan.
3. Menyusun rancangan Sistem akutansi Pemerintah Daerah.
4. Menyusun rancangan kebijakan akutansi pemerintah daerah.
5. Menyusun rancangan sistim informasi manajemen keuangan daerah.
6. Menyusun rancangan petunjuk teknis pelaksanaan akutansi keuangan
daerah.
7. Melaksanakan siklus akutansi dan pelaporan keuangan daerah.
6. Bidang Aset Daerah mempunyai tugas yaitu :
a. Membantu kepala dinas dibidang tugasnya.
b. Mengkoordinasikan pengumpulan bahan keperluan penyusun rencana
strategis di bidang aset daerah.
c. Menyiapkan kebijakan teknis, program dan kegiatan bidang aset daerah.
d. Mengkoordinasikan penyusunan pedoman tata cara inventaris dan petunjuk
teknis administrasi aset daerah.
e. Mengkoordinasikan pelaksanaan analisis kebutuhan, pengadaan dan
f. Mengkoordinasikan pemanfaatan, penilaian, penaksiran dan penghapusan
aset daerah.
g. Mengkoordinasikan pengelolaan administrasi dan pelaporan aset daerah.
Bidang Aset daerah terdiri dari :
a. Seksi Pendataan dan Analisa Kebutahan Aset mempunyai tugas yaitu :
1. Membantu kepala bidang aset dibidang tugasnya.
2. Menyusun pedoman dan petunjuk teknis administrasi dan inventarisasi
aset daerah.
3. Menganalisa usulan rencana kebutuhan barang dari masing-masing
satuan kerja perangkat daerah untuk dituangkan dalam APBD.
4. Meneliti usulan penghapusan aset daerah.
5. Melaksanakan pendataan dan penghapusan asset daerah.
6. Mengkoordinasikan pengadaan dan pemeliharaan aset daerah.
7. Memberi petunjuk kepada bawahan baik lisan maupun tulisan.
b. Seksi Penatausahaan dan Pelaporan Aset Daerah mempunyai tugas :
1. Membantu kepala bidang asset dibidang tugasnya.
2. Menyusun kodefikasi barang asset daerah.
3. Menyiapkan keputusan Bupati tentang pengalihan pengelolaan (sewa,
pinjam pakai, hibah) barang milik daerah oleh pihak ketiga.
4. Menyimpan dokumen atau surat-surat asli atas Aset Daerah.
5. Menghimpun dan merekapitulasi Daftar Mutasi Barang (DMB) daerah.
6. Membuat laporan atas hasil pengecekan barang inventaris yang ada
7. Menyelenggarakan administrasi distribusi dan pemakaian asset/barang
milik daerah.
D. Gambaran Umum Pegawai Dinas Pendapatan Kota Salak.
Sebagai gambaran umum mengenai Pegawai Dinas Pendapatan , Pengelolaan
Keuangan dan Aset Kabupaten Pakpak Bharat di Salak dapat dilihat pada table
[image:33.595.119.516.341.598.2]berikut :
Tabel I: Gambaran Umum Pegawai Dinas Pendapatan Kota Salak Tahun 2011
No. BAGIAN/BIDANG/SECURITY JUMLAH
1 Kepala Dinas 1 Orang
2 Sekretariat 14 Orang
3 Bidang Pendataan 7 Orang
4 Bidang Anggaran 11 Orang
5 Bidang Akuntansi 7 Orang
6 Bidang Aset Daerah 7 Orang
7 Keamanan 1 Orang
Jumlah
Sumber : Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset daerah Tahun 2011
Keterangan :
Pegawai Negeri Sipil : 44 Orang
Security/Keamanan : 1 Orang
Pegawai Honor : 3 Orang
Tabel II: Jumlah Pegawai Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Pakpak Bharat Berdasarkan Golongan
GOLONGAN JUMLAH
Golongan IV/b 1 Orang
Golongan IV/a -
Golongan III/d 2 Orang
Golongan III/c 2 Orang
Golongan III/b 6 Orang
Golongan III/a 10 Orang
Golongan II/d 2 Orang
Golongan II/c 5 Orang
Golongan II/b 15 Orang
Golongan II/a 1 Orang
BAB III
GAMBARAN DATA OBJEK PAJAK
A. Ketentuan
1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah.
2. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Peraturan Daerah.
3. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 Tentang Ketentuan Umum dan
Tata Cara Perpajakan.
4. Undang-undang No.33 Tahun 2004 Tentang perimbangan Keuangan antara
Pemerintah Pusat dan Daerah.
5. Peraturan Daerah Nomor 8 Tahun 2010 Tentang Pajak Daerah Kabupaten
Pakpak Bharat.
6. Peraturan Daerah Nomor 11 Tahun 2006 Tentang Pajak Restoran Kota
Salak.
7. Peraturan Daerah Kabupaten Pakpak Bharat Nomor 1 Tahun 2010 Tugas
Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah.
B. Objek dan Subjek Pajak Restoran
1.Objek Pajak Restoran
Objek pajak dari pajak restoran ialah pelayanan yang disediakan oleh
oleh pembeli, baik dikonsumsi ditempat pelayanan maupun di tempat lain.
Termasuk dalam objek pajak restoran adalah rumah makan, café, bar dan
sejenisnya termasuk catering. Namun demikian ada restoran atau rumah makan
tertentu yang tidak dikenakan pajak ini yaitu restoran atau rumah makan yang
ditetapkan oleh Peraturan Daerah setempat. (Darwin,2010:121).
2.Subjek Pajak
Subjek Pajak Restoran adalah orang pribadi atau badan yang membeli
makanan dan/minuman dari restoran, sedangkan yang menjadi Wajib Pajaknya
adalah orang pribadi atau badan yang mengusahakan restoran (pengusaha restoran
atau pengusaha rumah makan tersebut). Yang menjadi dasar pengenaan pajak ini
adalah jumlah pembayaran yang diterima atau seharusnya diterima restoran.
C. Cara Penghitungan dan Penetapan
Berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 8 Tahun 2010 tentang Pajak Daerah
Kota Salak pada BAB VIII tentang Perhitungan dan Penetapan Pajak yaitu:
Pasal 30
1. Berdasarkan SPTPD sebagaimana dalam pasal 28 ayat (1), Bupati
menetapkan pajak terutang dengan menerbitkan SKPD.
2. Apabila SKPD sebagaimana pada ayat (1) tidak atau kurang bayar setelah
lewat waktu paling lama 30 hari sejak SKPD diterima, maka dikenakan
sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% sebulan yang ditagih dengan
Pasal 31
1. Wajib yang mengisi sendiri, SPTPD sebagaimana pasal 28 ayat (1)
digunakan untuk menghitung, memperhitungkan dan menetapkan pajak
sendiri yang terutang.
2. Dalam jangka waktu 5 (lima) tahun sesudah saat terutangnya pajak,
Bupati dapat menerbitkan:
a. Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar (SKPDKB)
b. Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar Tambahan (SKPDKB)
c. Surat Ketetapan Pajak Daerah Nihil (SKPDN)
3. SKPDKB sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a diterbitkan
a. Apabila berdasarkan hasil pemeriksaan atau keterangan lain pajak
terutang tidak atau kurang bayar, dikenakan sanksi administrasi
berupa bunga sebesar 2% sebulan dihitung dari pajak yang kurang
atau terlambat dibayar untuk jangka waktu paling lama 24 bulan
dihitung sejak saat terutangnya pajak.
b. Apabila STPD tidak disampaikan dalam jangka waktu yang
ditentukan dan telah ditegur secara tertulis, dikenakan sanksi
administrasi berupa bunga sebesar 2% sebulan dihitung dari pajak
yang kurang atau terlambat di bayar untuk jangka waktu paling lama
24 bulan dihitung sejak saat terutang pajak.
c. Apabila kewajiban mengisi SPTPD tidak dipenuhi, pajak yang
terutang dihitung secara jabatan , dan dikenakan sanksi administrasi
administrasi berupa bunga sebesar 2% dihitung dari pajak yang
kurang atau terlambat dibayar untuk jangka waktu paling lama 24
bulan dihitung sejak saat terutangnya pajak.
4. SKPDKBT sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b, diterbitkan
apabila ditemukan data baru atau data yang semula belum terungkap yang
menyebabkan penambahan jumlah pajak yang terutang, akan dikenakan
sanksi administrasi berupa kenaikan sebesar 100% dari jumlah
kekurangan pajak tersebut.
5. SKPDN sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c diterbitkan apabila
jumlah pajak yang terutang sama besarnya dengan jumlah kredit pajak
atau pajak tidak terutang dan tidak ada kredit pajak.
6. Apabila kewajiban membayar pajak terutang dalam SKPDKB dan
SKPDKBT sebagaimana pada ayat (2) huruf a dan b tidak atau tidak
sepenuhnya dibayar dalam jangka waktu yang telah ditentukan, ditagih
dengan menerbitkan STPD ditambah dengan sanksi administrasi berupa
bunga 2% sebulan.
7. Penambahan jumlah pajak yang terutang sebagaimana dimaksud pada
ayat (4) tidak dikenakan apabila wajib pajak melaporkan sendiri sebelum
Rumus umum yang digunakan untuk menghitung pajak restoran yaitu:
Pajak Terhutang = Dasar pengenaan pajak x Tarif 10%
= Tarif Pajak x Jumlah Pembayaran yang
dilakukan Kepada Pajak Restoran
D. Pendaftaran
Untuk mendapatkan data wajib pajak, maka dilaksanakan pendaftaran terhadap
wajib pajak. Kegiatan pendaftaran ini di awali dengan proses mempersiapkan
dokumen yang diperlukan, berupa formulir pendaftaran, kemudian diberikan
kepada wajib pajak untuk di isi dengan lengkap, jelas dan benar dan
ditandatangani oleh wajib pajak, kemudian dikembalikan kepada
petugas/fiscus. Selanjutnya fiscus akan mencatat formulir pendaftaran yang
dikembalikan dan wajib pajak akan memperoleh Nomor Pokok Wajib Pajak
Daerah (NPWPD) yang akan digunakan dalam pembayaran pajak daerah.
E. Tata Cara Penagihan
Sebagai usaha penegakan hukum agar Wajib Pajak segera memenuhi
kewajibannya sesuai undang – undang yang berlaku sehingga Negara tidak
merasa dirugikan. ada 2 jenis penagihan yaitu :
a. Penagihan Aktif, yaitu penagihan yang meliputi proses paksa,
b. Penagihan Pasif, yaitu penagihan yang dimulai dari proses peringatan
sampai terbitnya Surat Teguran.
Berdasarkan Peraturan daerah Nomor 8 tahun 2010 tentang pajak daerah
Kabupaten Pakpak Bharat Kota Salak pada BAB IX Tentang Tata Cara Penagihan
Pajak Daerah yaitu :
Pasal 35
1. Surat teguran atau surat peringatan atau surat lain yang sejenis sebagai
awal tindakan pelaksanaan penagihan pajak dikeluarkan 7 hari sejak saat
jatuh tempo pembayaran.
2. Dalam jangka waktu 7 hari setelah tanggal surat teguran atau surat
peringatan atau surat lain yang sejenis, wajib pajak harus melunasi pajak
terutang
3. Surat teguran, surat peringatan, atau surat lain yang sejenis sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dikeluarkan oleh pejabat yang berwenang.
Pasal 36
1. Bupati dapat menerbitkan STPD jika :
a. Pajak dalam tahun berjalan tidak atau kurang dibayar.
b. Hasil penelitian STPD terdapat kekurangan pembayaran sebagai
akibat salah tulis/salah hitung.
c. Wajib pajak dikenakan sanksi administrasi berupa bunga/denda.
2. jumlah kekurangan pajak yang terutang dalam STPD sebagaimana
administrasi berupa bunga sebesar 2% setiap bulan untuk paling lama 15
bulan sejak saat terutangnya pajak.
Pasal 37
1. Apabila jumlah pajak yang harus dibayar tidak dilunasi dalam jangka
waktu sebagaimana ditentukan dalam surat teguran atau surat peringatan
atau surat lain yang sejenis, jumlah pajak yang harus dibayar ditagih
dengan surat paksa.
2. Pejabat menerbitkan surat paksa segera setelah lewat 21 hari sejak tanggal
surat teguran atau surat peringatan atau surat lain yang sejenis.
Pasal 38
Apabila jumlah pajak yang harus dibayar tidak dilunasi dalam jangka waktu 2
x 24 jam sesudah tanggal pemberitahuan surat paksa, pejabat segera
menerbitkan Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan.
Pasal 39
Setelah dilakukan penyitaan dan wajib pajak belum juga melunasi utang
pajaknya, setelah lewat 10 hari sejak tanggal pelaksanaan Surat Perintah
Melaksanakan Penyitaan, pejabat mengajukan permintaan penetapan tanggal
Pasal 40
Setelah Kantor Lelang Negara menetapkan hari tanggal, jam dan tempat
pelaksanaan lelang, juru sita memberitahukan dengan segera secara tertulis
kepada Wajib Pajak.
Pasal 41
Ketentuan lebihlanjut mengenai bentuk, jenis dan isi formulir yang digunakan
untuk pelaksanaan penagihan pajak daerah diatur dengan Peraturan Bupati.
E. Cara Pemungutan Pajak
Menurut penjelasan dari kepala bagian pajak daerah di Dinas Pendapatan,
Pengelolaan Kekayaan dan Aset Daerah Kabupaten Pakpak Bharat pada dasarnya
sitem digunakan yaitu self assessment system maka proses pemungutan dilakukan
dengan cara yaitu:
1. Dinas pendapatan bekerjasama dengan camat di wilayah masing-masing
untuk mendata pengusaha khususnya pajak restoran di daerah tersebut.
2. Wajib pajak akan diberi bukti surat ketetapan pajak terutang yang
kemudian dibayar ke kecamatan setempat.
3. Pembayaran pajak dilakukan dengan menggunakan Surat Setoran Pajak
Daerah (SSPD).
4. Pembayaran dilakukan oleh wajib pajak harus sekaligus atau lunas,
5. Setelah pembayaran dilakukan oleh Wajib pajak maka Camat akan
menyetor ke bank yang ditunjuk oleh pemerintah yang dilakukan oleh
bendahara dikantor camat tersebut.
6. Setelah penyetoran dilakukan maka bendahara dari pihak kecamatan
masing – masing daerah akan memberikan/melaporkan kepada Dinas
pendapatan mengenai pajak restoran yang telah dibayar Wajib Pajak.
Perbedaan antara Tata Cara Penagihan dan Tata Cara Pemungutan
Penagihan ialah tata cara atau perbuatan yang dilakukan oleh pemerintah
daerah atau yang berwenang karena wajib pajak tidak mematuhui ketentuan
undang – undang pajak khususnya pembayaran pajak. Dan penagihan pajak
hanya akan dilakukan jika wajib pajak tidak membayar pajak terutang dan
telah mengabaikan kewajibannya sebagai wajib pajak, Yang meliputi surat
peringatan, surat teguran, surat paksa, sita lelang dan lain – lain yang
berhubungan dengan penunggakan pajak.
Tata Cara pemungutan yaitu suatu cara yang digunakan atau dilakukan oleh
pemerintah daerah atau Direktorat Jendral Pajak agar wajib pajak melunasi
kewajiban sebagai wajib pajak atas jumlah pajak yang terdapat pada Surat
Pemberitahuan Pajak Daerah tanpa adanya tunggakan lain karena adanya
kelalaian dalam membayar pajak, dan biasanya hanya terdapat Surat Ketetapan
Pajak Daerah, Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar, Surat Ketetapan
BAB IV
ANALISIS DAN EVALUASI
A. Analisis Data
Sejak berlakunya otonomi daerah, pemerintah daerah sebagai salah satu
komponen pemerintah pusat secara otomatis memiliki wewenang dan tanggung
jawab dalam mengisi kas pemerintahannya. Salah satu yang dilakukan yaitu
meningkatkan pendapatan daerah khususnya dari sektor pajak, salah satunya yaitu
pajak restoran. Dengan kemajuan yang pesat sehingga banyaknya restoran atau
rumah makan yang kita temukan. Hal ini menjadikan pajak restoran sebagai salah
satu sumber penerimaan bagi Pendapatan Asli Daerah (PAD) kota Salak
Kabupaten Pakpak Bharat yang potensial. Dengan demikian pajak restoran
merupakan sumber keuangan yang dapat terus digali untuk memenuhi
pembiayaan penyelenggaraan pemerintah dan pembangunan daerah Kabupaten
Pakpak Bharat.
Seluruh proses kegiatan pemungutan Pajak Restoran tidak dapat
diserahkan kepada pihak ketiga. Walaupun demikian diharapkan adanya kerja
sama dengan pihak ketiga dalam proses pemungutan pajak, antara lain pencetakan
formulir perpajakan, pengiriman surat kepada wajib pajak, atau penghimpunan
data objek dan subjek pajak. Kegiatan yang tidak dapat dikerjasamakan dengan
pihak ketiga adalah kegiatan perhitungan besarnya pajak yang terutang,
pengawasan penyetoran pajak dan penagihan pajak, dimana hanya dapat
dilakukan oleh petugas atau fiscus yang ditunjuk oleh pihak yang berwenang.
1. Official Assesment System
Yaitu sistem pemungutan pajak yang memberi kewenangan aparatur
perpajakan untuk menentukan sendiri jumlah pajak yang terutang setiap tahunnya
sesuai dengan peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku. Dalam
system ini kegiatan menghitung dan memungut pajak sepenuhnya berada ditangan
para aparatur perpajakan. Dengan demikian berhasil atau tidaknya pelaksanaan
pemungutan tergantung pada aparatur perpajakan.
2. Selt Assesment System
Yaitu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang wajib pajak
dalam menentukan sendiri jumlah pajak yang terutang setiap tahunnya sesuai
dengan peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku. Dalam sistem
ini, inisiatif serta kegiatan menghitung dan memungut pajak sepenuhnya berada
ditangan wajib pajak. Wajib pajak dianggap mampu menghitung pajak, mampu
memahami undang-undang perpajakan yang sedang berlaku.
3. With Holding System
Yaitu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada pihak
ketiga yang ditunjuk untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh wajib
pajak sesuai dengan peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku.
Penunjukan pihak ketiga ini dilakukan sesuai peraturan perundang–undangan
perpajakan, keputusan presiden dan keputusan lainnya untuk memotong dan
memungut pajak, menyetor dan mempertanggung jawabkan melalui sarana
Dalam penerimaan pajak restoran terdapat langkah-langkah dalam
prosedur kontribusi penerimaan pajak restoran dalam meningkatkan pendapatan
asli daerah pada Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan Kabupaten Pakpak
Bharat, langkah-langkah tersebut adalah sebagai berikut :
a. Pendaftaran: Wajib Pajak Mengisi Formulir Pendaftaran untuk
mendapatkan Nomor NPWPD (Nomor Pokok Wajib Pajak Daerah).
b. Pendataan: Wajib Pajak Mengisi Formulir SPTPD (Surat Pemberitahuan
Tagihan Pajak Daerah).
c. Penetapan: Setelah Wajib Pajak yang Mengisi SPTPD selanjutnya
diterbitkan SKPD (Surat Ketetapan Pajak Daerah).
d. Penyetoran: Wajib Pajak Menyetorkan Kewajibannya berdasarkan
SKPD kepada Bendaharawan khusus penerima (BKP) atau kepada kas
daerah kemudian diterbitkan SSPD (Surat Setoran Pajak Daerah).
e. Pembukuan: Membukukan Administrasi Perpajakan.
f. Pelaporan: Mengajukan Laporan Realisasi Penerimaan Pendapatan Asli
Daerah
g.Penagihan: Dilaksanakan apabila wajib pajak belum menyelesaikan
kewajibannya.
h. Keberatan dan Banding: Wajib Pajak yang telah ditetapkan mengajukan
surat permohonan keberatan atas dasar pengenaan pajak. Kemudian
i. Angsuran: Bagi wajib pajak yang tidak mampu membayar sekaligus
dengan mengajukan permohonan angsuran kemudian keluar surat
Persetujuan/atau penolakan.
j. Lelang: Bagi wajib pajak yang tidak memenuhi kewajibannya maka
dilakukan prosedur atau aturan yang berlaku (sangsi hukum) sehingga
dilaksanakan pelimpahan ke Badan Lelang Negara.
Berikut ini adalah target dan realisasi pajak restoran pada empat tahun
[image:47.595.143.515.374.543.2]terahir yaitu dari tahun 2006-2010 :
Tabel III. Target dan Realisasi Pajak Restoran Tahun 2006-2010
Tahun Pajak Target APBD Realisasi
2006 246.358.166,79 429.763.209,42
2007 259.324.386,10 452.382.325,71
2008 272.973.038,00 476.191.921,80
2009 287.340.040,00 501.254.654,52
2010 302.463.200,00 527.636.478,45
Sumber : Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah
Kabupaten Pakpak Bharat.
Dari tabel diatas maka dapat disimpulka suatu data bahwa target dari pajak
restoran dari tahun 2006-2010 dapat direalisasikan bahkan melebihi dari target
yang diberikan atau bahkan meningkat oleh pemerintah daerah Kabupaten Pakpak
B. Evaluasi data
Setelah menjabarkan hal-hal yang melatar belakangi penelitian, teori-teori
yang telah mengukuhkan penelitian, maupun metode penelitian yang digunakan,
maka bab ini akan dipaparkan mengenai hasil dari penelitian. Hasil penelitian
tersebut berupa data-data yang ada kaitannya dengan pajak restoran dan
pendapatan asli daerah (PAD) yang didapat dari bidang pendapatan. Data-data
tersebut akan digunakan penulis untuk menjawab masalah yang terdapat dalam
penelitian sehingga tujuan penelitian ini tercapai.
Dalam melaksanakan pemungutan Pajak Restoran terkadang petugas dari
Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Pakpak
Bharat menemui berbagai kendala-kendala dilapangan yang mempengaruhi
penerimaan Pajak Restoran di Salak. ada beberapa kendala yang dihadapi oleh
pemerintah daerah setempat yaitu :
1. Kendala-Kendala yang dihadapi dalam Pemungutan Pajak
a. Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang perpajakan sehingga sulit
untuk di realisasikan. Misalnya banyak wajib pajak yang melakukan
kesalahan dalam penghitungan pajak terutang, pengisian surat yang
diberikan, bahkan wajib pajak itu sendiri juga tidak tahu tentang sanksi
yang akan mereka terima apabila mereka tidak membayar pajak dan
melakukan berbagai kesalahan yang memang sengaja sehingga dengan
menurun atau bahkan tidak terealisasi sesuai dengan yang diharapkan oleh
pemerintah daerah.
b. Setelah petugas melakukan pemeriksaan atau pendataan kembali terhadap
jumlah wajib pajak di lapangan banyak yang tidak sesuai dengan jumlah
yang ada pada data yang sebenarnya dikarenakan banyaknya yang sudah
menutup usaha atau pindah tanpa memberitahu dan melaporkan kepada
petugas Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah
Kabupaten Pakpak Bharat.
c. Kurangnya kesadaran akan pentingnya pajak khususnya pajak restoran
untuk pembangunan daerah, sehingga kadang banyak wajib pajak yang
tidak menaati peraturan dan tidak sesuai dengan harapan petugas.
Misalnya si wajib pajak tidak mau mengisi bahkan mengabaikan Surat
Tagihan Pajak Daerah (STPD) yang dikeluarkan oleh Bupati.
d. Adanya data-data yang tidak sesuai terutama yang menyangkut dengan
identitas wajib pajak, seperti nama, alamat dan Nomor Pokok Wajib Pajak
Daerah (NPWPD) yang ditemukan oleh petugas.
e. Kendala tidak hanya terdapat pada wajib pajak restoran sendiri tetapi juga
dialami oleh petugas dari Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan
Aset Daerah Kabupaten Pakpak Bharat, yaitu mengenai kelengkapan dari
sarana dan prasarana yang meliputi kurangnya media untuk pengolahan dan
penyimpanan data wajib pajak seperti komputer dan lainnya, kurangnya
2. Upaya-Upaya yang dilakukan Dalam Peningkatan Penerimaan Pajak Restoran di Salak
Agar penerimaan pajak restoran dapat mencapai target yang ditentukan maka
diperlukan upaya-upaya untuk mengatasi kendala - kendala tersebut demi
peningkatan penerimaan pajak restoran tersebut.
1. Intensifikasi Pemungutan Pajak Restoran
a. Melakukan Pemeriksaan
Hal ini dilakukan untuk menilai dan melihat apakah pajak yang
dilaporkan sudah benar atau tidak, dan juga untuk mengurangi
penyimpangan atau pelanggaran yang terjadi baik disengaja atau tidak
yang dilakukan oleh wajib pajak.
b. Melakukan Sosialisasi terhadap Wajib pajak.
Para petugas dari Dinas Pendapatan sesering mungkin melakukan
kunjungan kelapangan dalam rangka memberikan himbauan kepada Wajib
Pajak tentang pentingnya pembayaran pajak restoran untuk pembangunan
daerah dan sesegera mungkin membayar pajaknya agar tepat waktu atau
memberikan penjelasan mengenai peraturan daerah yang berlaku agar
Wajib pajak mengetahui dan memahami isi dari peraturan tersebut.
2. Meningkatkan kualitas kinerja petugas lapangan agar lebih baik, misalnya
melakukan pelatihan atau bimbingan intensif terhadap petugas tentang pajak
3. Memberikan Surat Teguran atau bahkan sanksi kepada wajib pajak yang
melakukan kecurangan atau tidak melaporkan usahanya sesuai dengan
perundang - undangan.
4. Melakukan pendataan dan pendaftaran Wajib Pajak yang baru. Demi
terwujudnya target yang ditetapkan maka petugas harus lebih bekerja keras
untuk menjaring wajib pajak yang baru dengan mendata keseluruhan dengan
melakukan pendekatan yang merata kepada masyarakat yang mempunyai
usaha di bidang restoran agar mereka mendaftarkan dirinya sebagai Wajib
Pajak Restoran.
5. Melakukan penagihan secara langsung kepada wajib pajak sesuai dengan yang
dilaporkan. Karena banyaknya wajib pajak yang mengabaikan kewajibannya
untuk membayar pajak maka petugas akan langsung mendatangi wajib pajak
untuk menagih langsung, biasanya ini dilakukan kepada wajib pajak yang
memang mengabaikan dalam membayar pajaknya.
6. Memberikan sanksi terhadap wajib pajak maupun petugas pajak jika terjadi
pelanggaran mengenai pajak restoran.
7. Upaya Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Pakpak Bharat dalam
meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD) dari sektor pajak restoran juga
dilakukan melalui ektensifikasi dengan cara mencari jenis pajak baru yang
berpotensi di daerah tersebut.
8. Meningkatkan efisiensi administrasi dan menekan biaya pemungutan dengan
admnistrasi pajak, meningkatkan efisiensi pemungutan dari setiap jenis
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari uraian dan masalah yang telah dikemukakan oleh penulis dari hasil
data yang diperoleh dari kantor Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan
Aset Daerah Kabupaten Pakpak Bharat di Salak, sebagai akhir dari penulis
menyimpulkan sebagai berikut:
1. Pajak Daerah adalah kontribusi wajib kepada daerah yang terutang oleh orang
pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang -Undang
dengan tidak mendapat imbalan secara langsunng dan digunakan untuk
keperluan daerah bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
2. Pajak restoran adalah fasilitas penyedia makanan dan minuman dengan
dipungut bayaran yang mencakup rumah makan, kafetaria, kantin, warung, bar
dan sejenisnya termasuk jasa boga/catering.
3. Pemungutan Pajak dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu Official Assessment
System, Self Assessment System dan With Holding System.
4. Dari hasil yang telah diperoleh maka target pajak restoran di Kabupaten
Pakpak Bharat terealisasi bahkan melebihi dari target yang ditetapkan.
5. Upaya yang dilakukan untuk meningkatkan penerimaan pajak yaitu :
a. Intensifikasi Pemungutan Pajak Restoran
1. Melakukan Pemeriksaan
Hal ini dilakukan untuk menilai dan melihat apakah pajak yang
penyimpangan atau pelanggaran yang terjadi baik disengaja atau tidak
yang dilakukan oleh wajib pajak.
2. Melakukan Sosialisasi terhadap Wajib pajak.
Para petugas dari Dinas Pendapatan sesering mungkin
melakukan kunjungan kelapangan dalam rangka memberikan
himbauan kepada wajib pajak tentang pentingnya pembayaran pajak
restoran untuk pembangunan daerah dan sesegera mungkin membayar
pajaknya agar tepat waktu atau memberikan penjelasan mengenai
peraturan daerah yang berlaku agar wajib pajak mengetahui dan
memahami isi dari peraturan tersebut.
b. Meningkatkan kualitas kinerja petugas lapangan agar lebih baik, misalnya
melakukan pelatihan atau bimbingan intensif terhadap petugas tentang
pajak daerah khususnya restoran.
c. Memberikan Surat Teguran atau bahkan sanksi kepada wajib pajak yang
melakukan kecurangan atau tidak melaporkan usahanya sesuai dengan
perundang - undangan.
d. Melakukan pendataan dan pendaftaran wajib pajak yang baru. Demi
terwujudnya target yang ditetapkan maka petugas harus lebih bekerja keras
untuk menjaring wajib pajak yang baru dengan mendata keseluruhan
dengan melakukan pendekatan yang merata kepada masyarakat yang
mempunyai usaha di bidang restoran agar mereka mendaftarkan dirinya
e. Melakukan penagihan secara langsung kepada wajib pajak sesuai dengan
yang dilaporkan. Karena banyaknya wajib pajak yang mengabaikan
kewajibannya untuk membayar pajak maka petugas akan langsung
mendatangi wajib pajak untuk menagih langsung, biasanya ini dilakukan
kepada wajib pajak yang memang mengabaikan dalam membayar
pajaknya.
f. Memberikan sanksi terhadap wajib pajak maupun petugas pajak jika
terjadi pelanggaran mengenai pajak restoran.
g. Upaya Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Pakpak Bharat dalam
meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD) dari sektor pajak restoran
juga dilakukan melalui ektensifikasi dengan cara mencari jenis pajak
baru yang berpotensi di daerah tersebut.
h. Meningkatkan efisiensi administrasi dan menekan biaya pemungutan
dengan cara memperbaiki prosedur administrasi pajak melalui
penyederhanaan admnistrasi pajak, meningkatkan efisiensi pemungutan
dari setiap jenis pemungutan.
B. Saran
1. Perlunya kesadaran Wajib Pajak untuk menyampaikan atau melaporkan
SPTPD tepat waktunya.
2. Meningkatkan peran serta dan keaktifan dari aparat pengelolaan pajak
restoran dalam melaksanakan ketentuan yang berlaku serta
3. Melakukan pendekatan kepada masyarakat agar lebih sadar akan
pentingnya membayar pajak.
4. Dinas Pendapatan Daerah Kota Salak perlu menambahkan sarana prasarana
yang ada dalam melakukan pemeriksaan dan pengawasan wajib pajak
Restoran.
5. Peraturan Daerah harus menjunjung tinggi azas keadilan.
6. Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Kabupaten Pakpak
Bharat perlu memberikan sanksi-sanksi perpajakan secara konsekuen bagi
wajib pajak yang melanggar atau lalai dalam kewajiban perpajakannya.
DAFTAR PUSTAKA
Adisasmita, Rahardjo, 2011, Pengelolaan Pendapatan dan Anggaran Daerah,
Graha Ilmu, Yogyakarta.
Darwin, 2010, Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, Mitra Wacana Media,
Jakarta.
Resmi, Siti,2007, Perpajakan Teori dan Kasus, Salemba Empat, Jakarta.
Siahaan, Marihot, 2005 Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, PT Raja Grafindo
Persada, Jakarta.
Undang –Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah.
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan.
Undang - Undang No.33 Tahun 2004 Tentang perimbangan Keuangan antara
Pemerintah Pusat dan Daerah.
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Peraturan Daerah
Peraturan Daerah Nomor 8 Tahun 2010 Tentang Pajak Daerah Kabupaten
Pakpak Bharat.
Peraturan Daerah Kabupaten Pakpak Bharat Nomor 1 Tahun 2010 Tugas