• Tidak ada hasil yang ditemukan

Inventarisasi dan Pemanfaatan Bambu Di Desa Sekitar Tahura Kabupaten Karo

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Inventarisasi dan Pemanfaatan Bambu Di Desa Sekitar Tahura Kabupaten Karo"

Copied!
67
0
0

Teks penuh

(1)

INVENTARISASI DAN PEMANFAATAN BAMBU DI DESA

SEKITAR TAHURA KABUPATEN KARO

Studi Kasus : Di Desa Sembahe, Sibolangit dan Tongkoh

Kabupaten Karo Bukit Barisan

SKRIPSI

OLEH

NURMALA SARI

051202037

Budidaya Hutan

(2)

ABSTRAK

NURMALA SARI : Inventarisasi dan Pemanfaatan Bambu Di Desa Sekitar Tahura KABUPATEN KARO, Dibimbing oleh BUDI UTOMO dan LUTHFI HAKIM.

Bambu merupakan tanaman yang mudah dibudidayakan dan memiliki potensi yang cukup tinggi, dikarenakan bambu mempunyai manfaat ekologis dan manfaat ekonomi bagi masyarakat. Tujuan penelitian ini adalah menginventarisasi bambu, mengetahui pemanfaatan bambu dan nilai ekonomi yang diperoleh masyarakat.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pemanfaatan bambu yang digunakan masyarakat umumnya diambil dalam kawasan hutan. Ada dua jenis bambu yang sering digunakan masyarakat dalam pemanfaatan bahan dasar kerajinan yaitu bambu hijau (Gigantochloa apus) dan bambu talang (Schizostachyum brachdladum). Jenis bambu yang digunakan untuk bahan dasar kerajinan pembuatan keranjang adalah bambu hijau ( Gigantochloa apus) dan bahan dasar pembuatan tepas adalah bambu talang (Schizostachyum brachdladum).Nilai ekonomi tertinggi dari bambu yang dimanfaatkan adalah bambu talang dan nilai ekonomi yang terendah adalah bambu hijau.

(3)

ABSTRACT

Nurmala SARI: Inventory and Utilization of Bamboo Village Tahura DISTRICT Around feat, Guided by Budi Utomo and Luthfi Hakim.

Bamboo is a plant easily cultivated and has the potential are quite high, because bamboo has ecological benefits and economic benefits for society. The purpose of this study is an inventory of bamboo, bamboo and examine the use of economic value obtained by the public.

Based on the results of research on the utilization of bamboo used by the people generally taken in the forest. There are two types of bamboo that is often used by the people in the utilization of the basic ingredients of green bamboo crafts (Gigantochloa apus) and bamboo gutters (Schizostachyum brachdladum). This type of bamboo used for the base material is a bamboo basket-making craft of green (Gigantochloa apus) and the manufacture of the bamboo gutters tepas (Schizostachyum brachdladum). The highest economic value of the bamboo used is bamboo gutters and economic value of the lowest green bamboo.

(4)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Medan 27 Maret 1987 dari ayah Mhd. Thaib. Sulaiman dan Ir. Suryati. Penulis merupakan anak kedua dari empat bersaudara.

Penulis menyelesaikan pendidikan sekolah dasar pada SDN 060856 Medan Tahun 1997, lulus dari SLTP SW BUDI SATRYA Tahun 2002 dan menamatkan sekolah di SMAN 11 Medan pada Tahun 2004 dan penulis melanjutkan perguran tinggi negeri pada tahun 2005 dan terdaftar sebagai mahasiswi Fakultas Pertanian Jurusan Kehutanan Progran Studi Budidaya Hutan melalui Jalur SPMB.

(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penyusun panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat dan rahmatNya lah sehingga penyusun dapat menyelesaikan dapat menyelesaikan penelitian ini tepat pada waktunya.

Penulis banyak mengucapkan terimakasih kepada orang tua yang telah banyak memberikan bantuan baik moril maupun materil dan bapak Dr. Budi Utomo SP. MP dan Luthfi Hakim S. Hut, M. Si selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini.

(6)

DAFTAR ISI

Hal

ABSTRAK ... ... ii

ABSTRAK ... ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR TABEL ... v

DAFTAR GAMBAR ... vi

DAFTAR LAMPIRAN ... vii

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 01

Tujuan Penelitian ... 03

Manfaat Penelitian ... 04

TINJAUAN PUSTAKA Ekologi Bambu ... 05

Syarat Tumbuh Bambu ... 05

Potensi Bambu ... 07

Manfaat Tanaman Bambu ... 08

Pengembangan Tanaman Bambu... 11

Kelebihan Tanaman Bambu ... 12

Kelemahan Tanaman Bambu... 14

Pemanfaatan Bambu ... 14

Produk Olahan Bambu ... 17

Jenis-Jenis Bambu ... 21

(7)

Kondisi Umum Tahura ... 24

METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian ... 27

Alat dan Bahan ... 27

Metode ... ... 27

Metode pengumpulan data ... 27

Pengambilan Sampel ... 27

Sampel desa ... 27

Sampel responden ... 28

Tehnik Pengambilan Data ... 28

Metode Inventarisasi Bambu ... 28

Analisis data ... 29

Analisis data inventarisasi bambu ... 29

Nilai Ekonomi Bambu ... 30

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Inventarisasi Tanaman Bambu di Desa Sembahe, Sibolangit dan Tongkoh ... ... 32

Pemanfaatan Bambu di Desa Sembahe, Sibolangit dan TAHURA. 33 Nilai Ekonomi Bambu ... 35

(8)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan . ... 45 Saran ... ... 45 DAFTAR PUSTAKA

(9)

DAFTAR TABEL

Hal 1. Inventarisasi Tanaman Bambu di Desa Sembahe, Sibolangit dan

Tongkoh ... 31 2. Jenis olahan bambu, frekuensi pengambilan, umur bambu saat

dipanen dan metode penanaman bambu... 33 3. Pola pemanfaatan bambu di desa Sembahe, Sibolangit

dan Tongkoh ... 34 4. Bentuk dan harga kerajinan di desa Sembahe, Sibolangit dan

(10)

DAFTAR GAMBAR

Hal 1. Status lahan pemanfaatan bambu di Desa Sembahe, Sibolangit

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

(12)

ABSTRAK

NURMALA SARI : Inventarisasi dan Pemanfaatan Bambu Di Desa Sekitar Tahura KABUPATEN KARO, Dibimbing oleh BUDI UTOMO dan LUTHFI HAKIM.

Bambu merupakan tanaman yang mudah dibudidayakan dan memiliki potensi yang cukup tinggi, dikarenakan bambu mempunyai manfaat ekologis dan manfaat ekonomi bagi masyarakat. Tujuan penelitian ini adalah menginventarisasi bambu, mengetahui pemanfaatan bambu dan nilai ekonomi yang diperoleh masyarakat.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pemanfaatan bambu yang digunakan masyarakat umumnya diambil dalam kawasan hutan. Ada dua jenis bambu yang sering digunakan masyarakat dalam pemanfaatan bahan dasar kerajinan yaitu bambu hijau (Gigantochloa apus) dan bambu talang (Schizostachyum brachdladum). Jenis bambu yang digunakan untuk bahan dasar kerajinan pembuatan keranjang adalah bambu hijau ( Gigantochloa apus) dan bahan dasar pembuatan tepas adalah bambu talang (Schizostachyum brachdladum).Nilai ekonomi tertinggi dari bambu yang dimanfaatkan adalah bambu talang dan nilai ekonomi yang terendah adalah bambu hijau.

(13)

ABSTRACT

Nurmala SARI: Inventory and Utilization of Bamboo Village Tahura DISTRICT Around feat, Guided by Budi Utomo and Luthfi Hakim.

Bamboo is a plant easily cultivated and has the potential are quite high, because bamboo has ecological benefits and economic benefits for society. The purpose of this study is an inventory of bamboo, bamboo and examine the use of economic value obtained by the public.

Based on the results of research on the utilization of bamboo used by the people generally taken in the forest. There are two types of bamboo that is often used by the people in the utilization of the basic ingredients of green bamboo crafts (Gigantochloa apus) and bamboo gutters (Schizostachyum brachdladum). This type of bamboo used for the base material is a bamboo basket-making craft of green (Gigantochloa apus) and the manufacture of the bamboo gutters tepas (Schizostachyum brachdladum). The highest economic value of the bamboo used is bamboo gutters and economic value of the lowest green bamboo.

(14)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Potensi bambu dalam menopang keberlanjutan hutan dinilai ekonomis di masa depan. Hutan sebagai sumber utama penghasil kayu dari waktu ke waktu kondisinya sudah sangat memprihatinkan. Keadaan ini disebabkan adanya tindakan eksploitasi dengan cara yang sangat tidak bijaksana, tanpa memperhatikan keberlangsungan dan kelestarian hutan itu sendiri. Pertambahan penduduk yang pesat, nilai ekonomis yang dikandung hutan merupakan beberapa hal pemicu semakin cepatnya kerusakan hutan (Gunardja, 1995).

Untuk menyelamatkan hutan perlu ditempuh berbagai cara, baik secara managerial, kebijakan-kebijakan, politis dan sebagainya. Satu hal yang penting dan mendesak guna memperkecil kerusakan hutan adalah mencari alternatif pengganti kayu. Diketahui bahwa substitusi terdekat kayu yang cenderung mudah dalam pengusahaannya adalah dataran rendah hingga ke dataran tinggi, mulai dari pedesaan sampai ke perkotaan. Untuk tumbuh, bambu tidak memerlukan habitat khusus sebagaimana layaknya rotan, oleh sebab itu bambu merupakan jawaban sebagai alternatif pengganti kayu di masa depan, dengan demikian percepatan kerusakan hutan dapat lebih dikurangi (Anonim, 2010).

(15)

Bambu tidak saja dipakai untuk kebutuhan di dalam negeri juga merupakan komoditi ekspor. Sebagai komoditi ekspor, menurut data Biro Pusat Statistik dalam kurun waktu selama lima tahun ( 1986- 1990) ekspor bambu dan hasil olahannya dalam bentuk mebel dan kerajinan terus menerus mengalami peningkatan. Pada tahun 1989 volume ekspor meubel bambu adalah 16.789 kg dengan nilai sebesar US 230, 714. Dengan semakin berkembangnya ilmu pengetahuan bambu memiliki keunggulan untuk memperbaiki sumber tangkapan air yang sangat baik, sehingga mampu meningkatkan aliran air bawah tanah secara nyata. Selain itu bambu merupakan tanaman yang mudah ditanam, tidak membutuhkan perawatan khusus, dapat tumbuh pada semua jenis tanah (baik lahan basah/kering), tidak membutuhkan investasi besar, pertumbuhannya cepat, setelah tanaman mantap (3 – 5 tahun) dapat di panen setiap tahun tanpa merusak rumpun dan memiliki toleransi tinggi terhadap gangguan alam dan kebakaran (Nur Berlian, 1995).

(16)

masyarakat masih mengambil bambu dikawasan hutan. Hal ini perlu diperhatikan secara serius supaya tidak terjadi kepunahan pada tanaman bambu di Desa penelitian. Oleh karena itu perlu dilakukan upaya penyelamatan hutan khususnya untuk tanaman bambu yang banyak diambil masyarakat di kawasan hutan dengan mengembangkan tanaman bambu di lahan sendiri serta memberikan informasi jenis-jenis bambu dan pola pemanfaatan bambu yang digunakan dalam membuat bahan dasar kerajinan dan nilai ekonomi yang diperoleh masyarakat. Untuk itu perlu adanya penelitian ini untuk mengatasi masalah yang ada di desa penelitian.

Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah

1. Menginventarisasi bambu yang ada di Desa Sembahe, Sibolangit dan Tongkoh di Kabupaten Karo, Bukit Barisan.

2. Mengetahui pemanfaatan bambu yang ada di Desa Sembahe, Sibolangit dan Tongkoh di Kabupaten Karo, Bukit Barisan.

(17)

Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah :

1. Memberikan informasi kepada masyarakat lokal mengenai jenis-jenis bambu pada batas kawasan Desa Sembahe, Sibolangit dan Tongkoh Kabupaten Karo, Bukit Barisan.

2. Meningkatkan pengetahuan dan wawasan pembaca mengenai pemanfaatan bambu dan pemasaran pada batas Desa Sembahe, Sibolangit dan Tongkoh Kabupaten Karo, Bukit Barisan.

(18)

TINJAUAN PUSTAKA

Ekologi Bambu

Bambu sebagai salah satu tumbuhan daerah tropis dan subtropik. Termasuk dalam devisi spermatophyta, subdevisi angiospermae, klas monocotyledonae, ordo Graminales, family graminiae, sub family bamusoideae. Secara alami bambu dapat tumbuh pada hutan primer maupun hutan skunder (bekas perladangan dan belukar). Pada umumnya bambu menghendaki tanah subur, sedangkan jenis lainnya dapat tumbuh pada tanah yang kurang merupakan jenis tanaman berkayu masuk dengan tempat tumbuhnya bambu adalah curah hujan yang cukup, minimal 1000 mm/thn ( Anonim, 1998).

Anonim (1999), mengemukan bahwa tanaman bambu dapat tumbuh mulai dari 0 – 1500 m dari permukaan laut, bahkan jenis –jenis yang berbatang kecil dijumpai tumbuh pada ketinggian antara 2000-3750 m dari permukaan laut. Pada ketinggian 3750 m dari atas permukaan laut, habitusnya berbentuk rumput.

Syarat Tumbuh Bambu

Menurut Anonim (2010), faktor-faktor yang mempengaruhi syarat tumbuh bambu adalah sebagai berikut :

1. Tanah

Bambu dapat tumbuh baik pada semua jenis tanah terutama jenis tanah asosiasi latosol cokelat dengan regosol kelabu. pH tanah yang dikehendaki antara 5,6 – 6,5.

2. Ketinggian Tempat

(19)

berbatang kecil dijumpai tumbuh pada ketinggian antara 2000-3750 m dari permukaan laut. Pada ketinggian 3750 m dari atas permukaan laut, habitusnya berbentuk rumput.

3. Iklim

Faktor uang mempengaruhi adalah curah hujan, suhu udara dan kelembapan udara. Adapun kondisi yang baik adalah sebagai berikut :– 360 C, Kelembapan : 80 %

4. Teknik Pembibitan

Perbanyakan tanaman bambu dapat dilakukan dengan cara vegetatif dan generatif, perbanyakan generatif melalui bijinya, sedangkan perbanyakan vegetatif melalui stek batang atau stek rhizoma.

5. Pola Tanam

a. Penanaman Monokultur

Penanaman bambu secara murni dilakukan dengan menanam satu jenis bambu pada seluruh areal yang luas, hasilnya untuk memenuhi kebutuhan dalam jumlah besar.

b. Penanaman Campuran

(20)

Potensi Bambu

Potensi jenis bambu didunia dikenal dalam 75 genus dan terdiri atas 1500 spesies. Di Indonesia terdapat kira-kira 10 genus yaitu Arundinaria, Bambusa, Dendrocalamus, Dinochloa, Gigantochloa, Melacanna, Nastus, Phyllostachys,

Shizostachyum dan Thyrostachys. Di asia terutama didaerah Indo-Burma dikenal kira-kira 300 species, di India kira-kira 136 spesies, di Burma kira-kira 39 spesies, Di Malaysia kira-kira 29 spesies, di Jepang 9 spesies, di Philipina 30 spesies. Selanjutnya dikatakan bahwa hanya 5 spesies saja (termasuk dalam 2 genus) yang tumbuh asli di Indonesia, sedangkan lainnya merupakan jenis eksotik. Kelima spesies ini termasuk dalam kualitas yang rendah. Adapun cirri-cirinya adalah berdinding tipis, tumbuh asli di Indonesia, sedangkan spesies yang berdinding tebal dan beruas panjang berasal dari Burma serta negara Asia lainnya (Nur Berlian, 1995).

Bambu juga memiliki potensi untuk dikembangkan menjadi bahan bakar alternatif atau biofuel yang ramah lingkungan. Pohon bambu juga berfungsi sebagai penjernih air. Oleh karena itu daerah bantaran sungai yang banyak pohon bambu, air sungai tersebut terlihat jernih. Bambu yang dimanfaatkan umumnya yang sudah masak tebang, lebih kurang berumur empat tahun dan pemanenannya dengan sistem tebang pilih. Setelah ditebang biasanya direndam dalam air mengalir, air tergenang, lumpur, air laut atau diasapkan. Kadang-kadang diawetkan juga dengan bahan kimia. Kegiatan selanjutnya adalah pengeringan (Batubara, 2002).

(21)

Widjaja (2004), cepatnya pertumbuhan bambu dibanding dengan pohon kayu, membuat bambu dapat diunggulkan untuk deforestasi. Selain itu bambu juga merupakan penghasil oksigen paling besar dibanding pohon lainnya. Bambu juga memiliki daya serap karbon yang cukup tinggi untuk mengatasi persoalan CO2 di udara, selain juga merupakan tanaman yang cukup baik untuk memperbaiki lahan kritis. Selain itu Indonesia memiliki bambu sebagai sumber daya lokal terbarukan dengan potensi yang luar biasa dari aspek lingkungan alam dan sosial ekonomi.

Manfaat Tanaman Bambu

Menurut BAPEDAL, (2010), manfaat bambu tersebut adalah sebagai berikut : 1. Manfaat Ekonomi

a. Sebagai bahan pembuatan rumah, jembatan dan alat penangkapan ikan. b. Sebagai bahan dasar bagi kerajinan rakyat untuk mebuatan alat-alat rumah

tangga seperti meuble, hiasan dan alat-alat dapur.

c. Memenuhi kebutuhan konsumen domestik dan mancanegara (Taiwan, Singapura dan Hongkong) yaitu sebagai alat bantu makan seperti sumpit dan pencukil gigi yang terbuat dari bambu

d. Rebung bambu merupakan salah satu bahan pangan dari banyak penduduk di Jawa Timur khususnya dalam bentuk sayuran bambu.

e. Bambu banyak dimanfaatkan pula sebagai bahan pembuatan pulp yang berkualitas tinggi.

(22)

daun, kulit luar dan kulit dalam dari batang dan rebungnya. Contohnya Rebung bambu kuning dapat digunakan untuk obat sakit kuning (Lever). 2. Manfaat Ekologi (Lingkungan Hidup)

a. Bambu mempunyai pertumbuhan yang cepat, sistem perakaran yang kuat dan luas sehingga dapat mencegah erosi, tanah longsor dan banjir.

b. Penanaman bambu pada hamparan lahan kritis yang luas diharapkan akan dapat meningkatkan daya dukung lingkungan.

c. Sebagai tanaman yang memiliki total luas daun yang besar dan berbulu halus serta mempunyai jaringan akar yang luas, maka tanaman bambu dapat ikut menyerap dan mengikat berbagai bahan dan gas pencemar di udara, tanah dan air.

d. Asli dari Indonesia, sehingga bambu mempunyai peranan penting dalam upaya pelestarian keanekaragaman hayati.

e. Dengan bentuk dan jenisnya yang beranekaragam bambu dapat digunakan sebagai tanaman hias pertanaman di perkotaan, sehingga dapat menambah keindahan dan kesejukan lingkungan.

f. Dalam komunitas yang luas bambu dapat menjadi habitat berbagai jenis satwa liar seperti burung, bajing dan lain-lain.

Dalam Kongres Bambu Internasional ke IV di Ubud Bali 1995 tersebut dirumuskan 6 aspek yang merupakan rekomendasi penelitian dalam pengembangan dan pemanfaatan bambu di dunia meliputi :

(23)

4. Aspek bambu dalam pembangunan dan peranan LSM 5. Aspek teknologi pasca panen

6. Aspek bambu untuk perumahan

Bambu merupakan suatu ekosistem yang unik dengan fungsi bermacam-macam dan terdiri dari :

a) Fungsi Hidrologis

Fungsi hidrologis yaitu menjaga ketersediaan sumber air tanah, sebagai penahan erosi guna mencegah bahaya banjir, serta mempertahankan kelestarian lingkungan hidup.

b) Fungsi Ekonomis

Fungsi ekonomis yaitu sebagai sumber bahan bangunan ( tiang rumah, atap rumah dan dinding rumah), bahan kerajinan tangan, makanan, obat-obatan dan bahan selolosa pembuatan kertas serta produk ekonomis lainnya.

c) Fungsi Sosial

Fungsi sosial ini berupa pemberian cuma-cuma bagi yang membutuhkannya, hal ini dapat dilihat dari pedesaan.

d) Fungsi Pertahanan

Fungsi pertahanan ini dapat dikatakan sangat tradisional dan bersifat historis, yang dialami masyarakat pada jaman penjajahan.

Nur Berlian (1995) menyatakan bahwa secara garis besar pemanfaatan batang bambu dapat dipisahkan kedalam dua golongan :

(24)

2. Berdasarkan penggunaan akhir, yaitu untuk kontruksi dan non kontruksi. Batang bambu yang masih dalam keadaan bulat dapat dimanfaatkan untuk komponen bangunan rumah, seperti dinding, atap rumah, lantai, pintu, jendela dan tiang, juga sebagai komponen kontruksi jembatan pipa saluran air dan sebagainya. Batang bambu yang sudah dibelah banyak dimanfaatkan untuk industri kerajinan dalam bentuk anyaman atau ukiran untuk keperluan hiasan, perabot rumah tangga dan lain lain.

Batang bambu bulat dan belah banyak dimanfaatkan untuk industri furniture, seperti meja, kursi, lemari, rak dan tempat tidur. Bambu dalam bentuk serat dapat dimanfaatkan dalam bentuk pulp. Pembagian berdasarkan penggunaan akhir kedalam kontruksi dan non kontruksi disebabkan oleh banyaknya penggunaan bambu dibidang kontruksi. Nur Berlian V.A. dan Estu Rahayu 1995 mengatakan bahwa di Indonesia sekitar 80% dimanfaatkan dalam bentuk lain seperti kerajinan, furniture, chostick, industri pulp, serta keperluan lainnya.

Pengembangan Tanaman Bambu

Adapun cara pengembangan bambu yaitu :

a. Sebagai pengendali erosi dan konservasi air dapat dikembangkan pada lahan kritis sekaligus sebagai tanaman penghijauan.

(25)

c. Untuk menambah keindahan, keasrian lingkungan dapat dikembangkan bambu hias tanam ditanam kota, perkarangan rumah, tepi lapangan, ditepi jalan, halaman sekolah dan halaman rumah.

d. Sebagai upaya penanggulangan polusi udara dan kebisingan dapat dikembangkan pula taman bambu dan bambu hias di lingkungan industri, halaman pabrik dan di lingkungan perumahan.

e. Pada kawasan penyangga kawasan lindung dapat dikembangkan di lahan milik rakyat sebagai pemilikan atau di kawasan hutan sebagai tanda batas hutan antara lahan milik dan lahan hutan milik Negara.

Kelebihan Bambu

Bambu mudah menyesuaikan diri dengan kondisi tanah dan cuaca yang ada, serta dapat tumbuh mulai 0- 1500 m dari di atas permukaan laut. Bambu tumbuh berumpun dan memiliki akar rimpang yaitu semacam batang bukan akar maupun tandang. Bambu memiliki ruas dan buku. Pada setiap ruas tumbuh cabang-cabang yang berukuran lebih kecil dibandingkan dengan bulunya sendiri. Pada ruas-ruas ini, tumbuh akar-akar yang memungkinkan untuk memperbanyak tanaman ini dari potongan-potongan setiap ruasnya, disamping tunas-tunas rimpangnya.

(26)

Menurut Wahyudin (2008), ada tiga kelebihan bambu jika dibandingkan tanaman kayu antara lain :

1. Tumbuh dengan cepat

Bambu merupakan tanaman yang dapat tumbuh dalam waktu yang singkat dibandingkan dengan tanaman kayu. Dalam sehari bambu dapat bertambah panjang 30-90 cm. Rata-rata pertumbuhan bambu untuk mencapai usia dewasa dibutuhkan waktu 3-6 tahun. Pada umur ini, bambu memiliki mutu dan kekuatan yang paling tinggi. Bambu yang telah dipanen akan segera tergantikan oleh batang bambu yang baru. Hal ini berlangsung secara terus menerus secara cepat sehingga tidak perlu dikhawatirkan bambu ini akan mengalami kepunahan karena dipanen. Berbeda dengan kayu, setelah ditebang akan memerlukan waktu yang cukup lama untuk menggantinya dengan pohon baru.

2. Tebang Pilih

(27)

akan didapatkan mutu bambu sesuai dengan yang diinginkan dan kelangsungan pertumbuhan bambu akan tetap berjalan.

3. Meningkatkan Volume Air Bawah Tanah

Tanaman bambu memiliki akar rimpang yang sangat kuat. Struktur akar ini menjadikan bambu dapat mengikat tanah dan air dengan baik. Dibandingkan dengan pepohonan yang hanya menyerap air hujan 35-40%. Bambu dapat menyerap air hujan hingga 90 %.

Kelemahan Bambu

Kelemahan bambu terdapat pada sifat dari keawetan/ketahanannya. Keawetan/ketahanan bambu adalah daya tahan bambu terhadap berbagai faktor perusak bambu terhadap serangan rayap, bubuk kayu kering dan jamur perusak bambu. Ketahanan alami bambu lebih rendah dibandingkan dengan kayu. Ketahanan bambu tergantung pada kondisi iklim dan lingkungan. Bambu tanpa perlakuan khusus dapat bertahan antara satu sampai tiga tahun jika berinteraksi dengan tanah dan udara. Jika berinteraksi dengan air laut usianya kurang dari satu tahun. Jika diawetkan usianya biasa mencapai 4-7 tahun dan dalam kondisi tertentu biasa mencapai 10-15 tahun (Swara, 1997).

Pemanfaatan Bambu

(28)

off air, sehingga banyak berfungsi di daerah tangkapan air. Bambu juga memiliki kemampuan peredam suara yang baikdan menghasilkan banyak oksigen sehingga dapat ditanam dipusat pemukiman dan pembatas jalan raya (Diniaty dan Sofia, 2000).

Bambu merupakan tanaman yang memiliki manfaat sangat penting bagi kehidupan, semua bagian tanaman mulai dari akar, batang, daun, kelopak, bahkan rebungnya dapat dimanfaatkan untuk berbagai macam keperluan. Menurut Departemen Kehutanan, (2004), manfaat bambu ditinjau dari setiap bagian tanamannya antara lain :

a. Akar

Akar tanaman bambu dapat berfungsi sebagai penahan erosi guna mencegah bahaya banjir, takheran bila beberapa jenis bambu yang banyak tumbuh di pinggir sungai atau jurang sesungguhnya berperan penting mempertahankan kelestarian tempat tersebut. Bambu juga dapat berperan menangani limbah beracun akibat keracunan merkuri, bagian tanaman ini menyaring air yang terkena limbah tersebut melalui serabut-serabut akarnya. Selain itu akar bambu melakukan penampung mata air sehingga bermanfaat sebagai sumber penyediaan air sumur (Departemen Kehutanan, 2004).

b. Batang

(29)

c. Daun

Daun bambu dapat digunakan sebagai alat pembungkus, misalnya makanan kecil seperti uli dan wajik, selain itu di dalam pengobatan tradisional daun bambu dapat dimanfaatkan sebagai ramuan untuk mengobati demam panas pada anak-anak. Hal ini disebabkan daun bambu mengandung zat yang bersifat mendinginkan, dengan demikian panas dalam dapat dengan mudah dihalau, dari hasil penelitian diketahui cairan bambu juga dapat menyembuhkan lumpuh badan sebelah yang diakibatkan darah tinggi (Departemen Kehutanan, 2004).

d. Rebung

Rebung merupakan tunas bambu atau disebut uga trubus bambu merupakan kuncup bambu muda yang muncul dari dalam tanah yang berasal dari akar rhizome maupun buku-bukunya, rebung dapat dimanfaatkan sebagai bahan pangan yang tergolong kedalam jenis-sayur-sayuran. Namun tidak semua jenis bambu dapat dimanfaatkan rebungnya untuk pangan, karena rasanya ada yang pahit (Departemen Kehutanan, 2004).

e. Tanaman Hias

(30)

Produk olahan Bambu

Menurut Batubara (2002), bambu dapat menghasilkan beberapa produk olahan dari bambu antara lain :

1. Bambu Lapis

Seperti halnya kayu diolah menjadi kayu lapis maka bambu juga digunakan sebagai bahan baku kayu lapis. Berbagai macam produk bambu lapis dibuat baik dari sayatan bambu maupun pelepuh bambunya. Jenis yang umum dipakai untuk bambu lapis adalah bambu tali (Gigantocloa apus). Kadang-kadang bambu lapis ini dicampur dengan veneer kayu meranti untuk lapisan dalamnya, atau sebaliknya lapisan luarnya berupa veneer kayu.

2. Bambu Lamina

Bambu lamina adalah produk olahan bambu dengan cara merekatkan potongan-potongan dalam panjang tertentu menjadi beberapa lapis yang selanjutnya dijadikan papan atau bentuk tiang. Lapisannya umumnya 2-5 lapis. Banyaknya lapisan tergantung ketebalan yang diinginkan dan penggunaannya. Kualitas bambu lamina ini sangat ditentukan oleh bahan perekatnya. Dengan bahan perekat yang baik maka kekuatan bambu lamina dapat disejajarkan dengan kekuatan kayu kelas III.

3. Papan Semen

Papan semen bambu terbuat dari bambu, semen dan air kapur. Bambu terlebih dahulu diserut, kemudian direndamkan dalam air selama dua hari. Selanjutnya dicampur ketiga bahan tersebut dan kemudian dibentuk papan pada

suhu 56

0

(31)

4. Arang bambu

Pembuatan arang dari bambu dilakukan dengan cara destilasi kering dan cara timbun skala semi pilot. Bambu yang sudah dicobakan adalah bambu tali (Gigantochloa apus), bambu ater (Gigantochloa atter), bambu andong dan bambu betung (Dendrocalamus asper). Nilai kalor arangnya rata-rata 6602 kal/gr, dan yang paling baik dijadikan arang adalah bambu ater dimana sifat arangnya yang dihasilkan relatif sama dengan sifat arang dari kayu bakau.

5. Pulp

Pabrik kertas sangat potensial dalam memanfaatkan bambu sebagai bahan kertas. Cara pembuatan bahan kertas dari bambu mula-mula bambu dipotong dan diserpih dengan ukuran 25 mm x 25 mm x 1 mm. Dengan tekanan dan suhu tertentu serpihan bambu tersebut dimasak selama 1,5 jam. Kemudian pulp dicuci dan disaring. Kemudian pulp diurai dengan pengaduk 3-4 jam. Hasil uraian disaring, dicuci dan diputihkan. Setelah dicuci pulp dibuat lembaran sebagai bahan pembuatan kertas. Bambu memiliki kandungan selulosa yang sangat cocok untuk dijadikan bahan kertas dan rayon. Pemanfaatan bambu sebagai bahan kertas di Indonesia telah diterapkan pada industri di Gowa dan Banyuwangi. Namun industri ini memiliki kendala dari segi bahan baku sehingga dibuat modifikasi yaitu campuran pulp bambu dengan perbandingan 70 % : 30 %.

6. Kerajinan dan Handicraft

(32)

7. Sumpit

Pengembangan bahan bambu sebagai bahan industri telah pula mencakup kebutuhan peralatan makan berupa supit, tusuk sate dan tusuk gigi. Perkembangannnya sangat cepat karena mudah dalam pengerjaan apalagi bila dikerjakan dengan mesin secara otomatis. Bambu yang bagus untuk dijadikan supit adalah bambu mayan dan bambu andong. Bambu yang bagus untuk supit bambu yang berumur 3 tahun dimana untuk meningkatkan kualitasnya setelah ditebang sebaiknya jangan langsung diproses tetapi dikeringkan terlebih dahulu selama kurang lebih 4 hari.

8. Furniture dan Perkakas Rumah Tangga

Bambu yang dipergunakan untuk mebel harus memenuhi beberapa syarat. Selain warna yang menarik juga dapat dibentuk secara istimewa dengan nilai seni yang tinggi tetap memenuhi kekokohannya. Olesan pengawet dan penghias, seperti pernis meningkatkan keawetan dan penampilan dengan tetap berkesan alami.

9. Komponen Bangunan Rumah

(33)

Penggunaan bambu oleh masyarakat sebagai bahan bangunan perumahan selain mudah didapat, bahan bambu dipercaya oleh masyarakat sebagai bahan yang kuat dan awet dengan catatan penggunaan terhindar untuk berhubungan langsung dengan air.

10. Rebung

Bambu dapat dimanfaatkan sebagai sayuran dalam bentuk rebung. Jenis-jenis tertentu rebungnya dapat dimakan karena kadar HCN kecil atau sama sekali tidak ada, rasanya memenuhi selera, lunak dan warnanya menarik. Kandungan gijinya cukup memadai sebagai sumber mineral dan vitamin.

11.Bahan Alat Musik Tradisional

(34)

Jenis –Jenis Bambu

1. Bambu hijau (Gigantochloa apus)

Bambu hijau secara umum berbuluh tegak, batang berwarna hijau kekuning-kuningan, tingginya mencapai 15 m, diameter batang 6-12 cm, tebal dinding batang mencapai 10 mm, dengan panjang ruas (jarak buku) 40-60 cm. Klasifikasi Bambu hijau menurut Widjaja (2001) adalah sebagai berikut :

Nama daerah : Buluh hijau (Melayu), Buluh regen (Karo), Buluh Yakyak (Gayo)

Indonesia : Bambu hijau Genus : Gigantochloa Spesies : Gigantochola apus

2. Bambu talang (Schizostachyum brachycladum)

Bambu talang berbentuk rumpun dan punya ranting banyak (manggarai), bela (jawa), berwarna hijau. Bambu talang dapat tumbuh didaerah tropis yang lembab dan juga di daerah kering, baik didataran rendah dan dataran tinggi. Dicirikan oleh kotornya pelepah buluh yang melekat pada bulunya. Tinggi buluh bias mencapai 10 meter – 15 meter, dengan diameter mencapai 7 meter, dengan panjang ruas 30 – 40 cm dengan dinding tipis, dan tebal 6 milimeter.

Klasifikasi Bambu talang menurut Widjaja (2001) adalah sebagai berikut : Nama daerah : Bambu talang sering disebut awi buluh, pereng buluh Indonesia : Bambu Talang

Genus : Schizostachyum

(35)

3. Bambu betung (Dendromus calamus asper)

Bambu ini memiliki buluh beludru cokelat pada bagian bawah buluh yang muda sedangkan bagian atasnya tertutup lilin putih yang akan hilang ketika tua. Buluh : Tinggi mencapai 30 meter dengan ujung melengkung, diameter 8-15 cm, panjang ruas 30-40 cm, tebal dinding 1 cm. buluh muda bagian bawah tertutup beludru cokelat.

Klasifikasi Bambu betung menurut Widjaja (2001) adalah sebagai berikut :

Nama daerah : Bambu betung memiliki nama daerah yaitu betung, beto (manggarai), bheto (bajawa), oopatu (bima), patung (tetun).

Indonesia : Bambu betung Genus : Dendromus

Spesies : Dendromus calamus asper 4. Bambu kuning (Bambusa vulgaris )

Dicirikan oleh buluh yang tegak, hijau atau kuning bergaris hijau mengkilat, dengan percabangan horizontal di permukaan tanah. Tinggi buluh mencapai 30 meter dengan diameter 5-10 cm dan panjang ruas 20-40 cm. Di Indonesia terdiri dari 3 varietas yaitu berbulu hijau, berbulu kuning.

Klasifikasi Bambu kuning menurut Widjaja (2001) adalah sebagai berikut : Nama daerah : Bambu Kuning

Indonesia : Bambu Kuning

Genus : Bambusa

(36)

Nilai Ekonomi Hasil Hutan

Nilai (Value) merupakan persepsi manusia tentang makna /manfaat/kegunaan yang diberikan kepada sesuatu pada tempat dan waktu tertentu. Persepsi itu sendiri merupakan ungkapan, pandangan seseorang induvidu tentang terhadap sesuatu benda, dengan proses pemahaman melalui panca indera yang diteruskan ke otak untuk proses pemikiran, kemudian disini berpadu dengan harapan atau norma-norma kehidupan yang melekat pada induvidu atau masyarakat tersebut (Ichwandi, 1996).

(37)

Kondisi Umum Penelitian a. Desa Sembahe

Secara administrarif, Sembahe termasuk dalam Desa Sembahe, Kecamatan sibolangit, Kabupaten Deli Serdang Provinsi Sumatera Utara. Berdasarkan letak geografis, Desa sembahe berada pada koordinat 3º20’29’’ LU- 98º35’6’’ BT.

Adapun batas-batas wilayah Desa Sembahe antara lain : - Sebelah Utara : Desa Bingkawan

- Sebelah Selatan : Desa Buah Nabar / Sibolangit - Sebelah Timur : Desa Buah Nabar

- Sebelah Timur : Desa Batu Mbelin

Desa Sembahe terletak ± 800 meter diatas permukaan laut (mdpl) dengan jarak sekitar 35 km dari kota Medan dan dapat ditempuh dengan perjalanan sekitar satu jam dari Medan. Desa sembahe memiliki iklim kemarau dan penghujan, hal tersebut mempunyai pengaruh langsung terhadap pola tanam yang ada di desa Sembahe. Jenis tanah

b. Desa Sibolangit

Secara administrarif, Desa Sibolangit berada pada 45°14 - 6°18 LU dan 110°33 - 120°48 BT.

Adapun batas-batas wilayah Desa Sibolangit antara lain : - Sebelah Utara : Desa Pancur batu

(38)

Desa Sibolangit Kabupaten Deli Serdang ini berjarak sekitar 50 km dari kota Medan Desa ini berada pada ketinggian 500-1000 meter dari permukaan laut. Iklim dmerupakan faktor penting yang mempengaruhi tanah maupun tanaman. Faktor iklim yang paling penting adalah curah hujan dan temperatur yang keduanya saling mempengaruhi. Lokasi penelitian ini termasuk daerah yang memiliki curah hujan yang tinggi setiap tahunnya. Tanah lokasi penelitian termasuk tanah Inseptisol dan memiliki bahan induk Andesit yang subur karena mengandung mika dan kaya kalium sebagai unsur makro.

c. Desa Tongkoh

Secara administratif Desa Tongkoh berada di titik koordinat 116 ’16 “- 019

37 LU dan 9812 ‘ 16 “ BT. Desa Tongkoh berada diantara jalan raya Berastagi-Medan, jarak dari Ibukota Kabupaten ke desa ini lebih kurang sekitar 26 km, sedangkan dari kota Berastagi hanya berkisar 5 km, sebaliknya jika berangkat dari Ibukota Propinsi menuju lokasi ini jarak yang harus ditempuh berkisar lebih kurang 59 km. Letak wilayah desa ini dikelilingi dan dibatasi oleh beberapa desa serta pegunungan.

Adapun batas-batas wilayah Desa Tongkoh antara lain :

- Sebelah Barat berbatasan dengan desa Peceren Kecamatan Berastagi. - Sebelah Timur berbatasan langsung dengan Gunung Barus yang dikelola

oleh Dinas Kehutanan sebagai hutan lindung Bukit Barisan.

- Sebelah Selatan berbatasan dengan desa Basam Kecamatan Barus Jahe. - Sebelah Utara desa ini dibatasi oleh Gunung Singkut yang juga merupakan

(39)
(40)

METODE PENELITIAN

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di Desa Sembahe, Sibolangit dan Tongkoh Kabupaten Karo Bukit Barisan. Penelitian dilaksanakan selama 2 minggu mulai bulan Juni hingga selesai 2011.

Alat dan Bahan

Adapun alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat tulis, kamera digital, tally sheet, buku identifikasi bambu dan kalkulator. Adapun bahan yang digunakan adalah kuisioner kepada masyarakat petani bambu dan pengrajin.

Metode Penelitian

Metode pengumpulan data

Dalam penelitian ini, digunakan data primer dan data skunder. Data primer adalah data yang diperoleh dengan melakukan pengamatan langsung di lapangan. Data primer yang dikumpulkan antara lain data hasil inventarisasi bambu, data sosial ekonomi. Data skunder adalah data yang diperoleh dari dinas terkait. Data skunder yang dikumpulkan antara lain adalah kondisi umum lokasi penelitian atau data umum yang ada pada instasi pemerintahan desa dan kecamatan.

Pengambilan sampel Sampel desa

(41)

metode purposive sampling (penarikan contoh secara bertujuan), teknik ini digunakan apabila anggota sampel yang dipilih secara khusus berdasarkan tujuan penelitiannya (Usman dan Purnomo, 2001).

Sampel responden

Responden kasus dalam kajian ini adalah kepala keluarga (KK) petani yang memanfaatkan bambu dan pengrajin bambu pada Desa Sembahe, Sibolangit dan Tongkoh Kabupaten Karo Bukit Barisan. Responden kunci (key informan) adalah pengerajin bambu, petani yang memanfaakan bambu, pejabat instansi terkait, tokoh masyarakat yang terdapat di Desa Sembahe, Sibolangit dan Tongkoh. Key informan diambil secara purpossive sampling yang disesuaikan dengan kebutuhan tujuan penelitian.

Tehnik Pengambilan Data

Pengambilan data dilakukan secara langsung pada lokasi penelitian sebagai berikut :

1. Inventarisasi tanaman bambu.

2. Melakukan observasi dan analisis pengelolaan bambu yang ada dilapangan.

3. Wawancara dan diskusi dengan menggunakan kuisioner terhadap para pelaku dan pihak pemangku kepentingan tanaman bambu

(42)

Tehnik untuk memperoleh informasi dan data dari responden dilakukan dengan wawancara dan dengan pengukuran langsung dilapangan. Di samping itu, dilakukan juga wawancara dengan pengrajin bambu dan petani.

Data dianalisis dengan tabulasi frekuensi dan dengan cara deskripsi. Adapun informasi yang diperoleh dari setiap responden diantaranya :

1. Identitas responden meliputi : umur responden, mata pencaharian, tingkat pendidikan, status keluarga.

2. Pemilikan lahan meliputi status kepemilikan lahan yang digunakan. 3. Pengolahan dan pemanfaatan terhadap bambu yang digunakan.

4. Pendapatan dari bambu ( dengan dijual langsung atau setelah dilakukan pengolahan).

5. Permasalahan pemasaran bambu.

Metode Inventarisasi

Penelitian dilakukan di sekitar Desa Sembahe, Sibolangit dan Tongkoh. Inventarisasi dilakukan terhadap semua jenis bambu yang masih status kawasan hutan dan yang merupakan lahan yang dimiliki masyarakat yang memiliki tanaman bambu.

Analisa Data Inventarisasi Bambu

(43)

suatu jenis bambu. Menurut Departemen Kehutanan dan Perkebunan (1998) dengan rumus :

Dimana, Kr =

Kr = Jumlah batang tiap rumpun suatu jenis bambu Bi = Jumlah batang suatu jenis bambu tiap jalur ke i Ri = Jumlah rumpun suatu jenis bambu tiap jalur ke i

Nilai Ekonomi Bambu

Data yang diperoleh dari pengamatan dilapangan baik melalui wawancara maupun kuisioner kemudian dianalisis secara kuantitatif. Nilai barang hasil dari bambu untuk setiap jenisnya per tahun yang diperoleh masyarakat dihitung dengan cara :

1. Harga barang yang dihasilkan dari bambu dianalisis dengan pendekatan harga pasar.

2. Menghitung nilai rata-rata jumlah barang yang diambil per responden per jenis. Rata-rata jumlah barang yang diambil :

Keterangan : Xi = Jumlah barang yang diambil responden n = Jumlah banyak pengambilan per jenis barang 3. Menghitung total pengambilan per unit barang per tahun

(44)

4.Menghitung nilai ekonomi barang hasil dari bambu per jenis barang per tahun. Nilai hasil hutan per jenis = Total pengambilan (unit/tahun) x Harga hasil bambu.

5.Menghitung persentase nilai ekonomi dengan cara : % NE = X 100%

Keterangan : % NE = Pesentase nilai ekonomi

(45)

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL

Inventarisasi tanaman bambu di Desa Sembahe , Sibolangit dan Tongkoh Inventarisasi bambu di Desa Sembahe, Sibolangit dan Tongkoh dilakukan untuk mengetahui jenis-jenis bambu yang terdapat di tiga desa tersebut. Hasil inventarisasi bambu di Desa Sembahe, Sibolangit dan Tongkoh dapat dilihat pada (Tabel 1).

Tabel 1. Hasil inventarisasi bambu di desa sembahe, sibolangit dan tongkoh

(46)

Pemanfaatan bambu di Desa Sembahe, Sibolangit dan Tongkoh

Berdasarkan hasil wawancara terhadap responden untuk pemanfaatan bambu yang dimanfaatkan masyarakat untuk jenis olahan bambu, frekuensi pengambilan, umur bambu saat dipanen dan metode pemanenan bambu dapat dilihat pada (Tabel 2).

Tabel 2. Jenis olahan bambu, frekuensi pengambilan, umur bambu saat dipanen dan metode pemanenan bambu

(47)

Berdasarkan hasil wawancara terhadap responden yang memanfaatkan bambu di kawasan hutan dan lahan sendiri dapat dilihat pada (Gambar 1).

Gambar 1. Status lahan pemanfaatan bambu di Desa Sembahe, Sibolangit dan Tongkoh Kabupaten Karo

Berdasarkan hasil wawancara, diketahui bahwa pemanfaatan bambu di Desa Sembahe, Sibolangit dan Tongkoh yaitu berupa kerajinan tangan seperti keranjang, tepas , kandang dan pembatas lahan dan pengobatan. Adapun pola pemanfaatan bambu di Desa Tongkoh dapat dilihat pada (Tabel 3).

Tabel 3. Pola pemanfaatan bambu di desa Sembahe, Sibolangit dan Tongkoh No Pemanfaatan Bambu Jumlah (KK) Nisbah (%)

(48)

Berdasarkan hasil wawancara diketahui beberapa jenis bambu yang digunakan masyarakat dan pengrajin dalam memanfaatkan bambu. Adapun bentuk dan harga bahan kerajinan tangan dapat dilihat pada (Tabel 4).

Tabel 4. Bentuk dan Harga Kerajinan Bambu di Desa Sembahe, Sibolangit dan Tongkoh Kabupaten Karo

No Jenis

Batang Harga Olahan Bambu

1 Bambu

Berdasarkan hasil wawancara diketahui beberapa jenis bambu yang dimanfaatkan masyarakat seabagai pemanfaatan bambu sebagai obat tradisional dapat dilihat pada (Tabel 5).

Tabel 5. Pemanfaatan bambu sebagai obat tradisional

(49)

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dapat dilihat nilai ekonomi yang didapat masyarakat setempat yang dapat dilihat pada (Tabel 6).

Tabel 6. Perhitungan nilai ekonomi pada jenis keranjang dan tepas

No Jenis Pemanfaatan Bambu Jumlah (Rp) Persentase (%)

1 Keranjang 27,360,000 25,85

2 Tepas 78,480,000 74,14

Total 105,840,000

Pembahasan

(50)

Berdasarkan hasil wawancara terhadap responden diketahui bahwa tanaman bambu yang ada dikawasan ini ditanam sejak tahun 1980 dan tumbuh sendiri. Cara penanaman bambu yang dilakukan masyarakat terdahulu dengan cara vegetative yaitu tanaman bambu ditanam dengan menggunakan stek dan untuk pemeliharaan tanaman bambu sendiri tidak dilakukan perlakuan khusus.

Dari (Tabel 2), diketahui masyarakat yang mengambil bambu umumnya dipanen umur 3 tahun dengan metode tebang pilih. Untuk sekarang ini masyarakat tidak ada yang menanam bambu, bambu yang ada dikawasan hutan yang diambil masyarakat dengan metode tebang pilih. Menurut Arianasta (2005), dalam pemanenan bambu hal penting yang harus diperhatikan yaitu waktu tebang yang tepat dan metode tebangnya. Waktu tebang yang tepat maksudnya adalah bambu yang ditebang sudah cukup tua. Misalnya bambu yang digunakan untuk barang kerajinan sebaiknya diambil setelah umur tiga tahun, jika terlalu muda maka kurang baik hasilnya.

Menurut Wahyuddin (2008), metode tebang pilih merupakan metode yang sangat efektif karena dengan metode ini akan didapatkan mutu bambu sesuai yang diinginkan dan kelangsungan pertumbuhan bambu akan tetap berjalan. Metode tebang pilih adalah metode penebangan berdasarkan umur bambu. Metode ini sangat efektif karena akan didapatkan mutu bambu sesuai yang diinginkan dan kelangsungan pertumbuhan bambu akan tetap berjalan.

(51)

dikembangkan. Dari (Gambar 1) dapat dilihat perbandingan jumlah responden yang memanfaatkan bambu dari kawasan hutan dari pada yang memanfaatkan bambu dari lahan milik sendiri ini membuktikan kawasan desa penelitian masih banyak mengambil bambu di kawasan hutan, hal ini dapat membuat jenis-jenis bambu yang ada di desa penelitian akan mengalami kepunahan dikarenakan masyarakat tidak ada yang menanam bambu di lahan sendiri. Masyarakat hanya mengandalkan tanaman bambu dari kawasan hutan. Dengan demikian perlu diadakan penyuluhan tentang pemanfaatan bambu, supaya masyarakat tidak mengambil bambu dari kawasan hutan. Menurut Anonim (2010), penanaman bambu dapat dilakukan dengan dua pola tanam yaitu masyarakat dapat mengembangkan tanaman bambu dengan metode penanaman monokultur dan penanaman campuran. Penanaman monokultur adalah penanaman bambu secara murni dilakukan dengan menanam satu jenis bambu pada seluruh areal yang luas, hasilnya untuk memenuhi kebutuhan dalam jumlah besar. Penanaman bambu campuran adalah penanaman tanaman bambu ditanam secara bersama-sama dengan tanaman lain dengan tujuan mengendalikan erosi dan mempertahankan kesuburan tanah. Dengan demikian masyarakat dapat mengelola tanaman bambu dalam skala besar dan juga menghasilkan tanaman pertanian lainnya. Hal ini dapat mengurangi masyarakat untuk tidak mengambil bambu dari kawasan hutan serta mampu mendorong masyarakat untuk memanfaatkan bambu menjadi beraneka ragam jenis kerajinan sehingga meningkatkan pendapatan masyarakat.

(52)

dengan frekuensi pembelian antara 2 sampai 4 kali per bulan. Hasil kerajinan dapat langsung dibeli kepada petani maupun pengrajin bambu. Jenis- jenis bambu yang digunakan sebagai bahan dasar kerajinan untuk membuat keranjang adalah bambu hijau (Gigantochloa apus) dan bambu talang (Schizostachyum brachyladum) tetapi di desa penelitian jenis bambu yang sering digunakan untuk pembuatan keranjang adalah bambu hijau (Gigantochloa apus). Bambu hijau ini juga dijadikan sebagai pembatas lahan atau tiang.

Jenis bambu ini digunakan karena jenis bambu yang paling baik untuk membuat anyaman karena seratnya yang panjang, lentur dan kuat, tetapi jenis bambu ini tidak bisa dimakan karena rasanya yang pahit. Dalam pembuatannya, satu batang bambu kecil dapat menghasilkan satu buah keranjang dan satu batang bambu yang besar dapat menghasilkan dua sampai tiga buah keranjang. Proses pembuatan kerajinan bambu seperti keranjang dan tepas dilakukan di lahan bambu, rumah masyarakat dan rumah pengrajin. Kerajinan masyarakat langsung dijual ke konsumen atau dijual ke pasar tradisioanal Brastagi. Harga satu keranjang adalah Rp. 10.000 -15.000 jika musim panen buah tiba, harga satu buah keranjang bisa mencapai Rp. 15.000. Salah satu proses pembuatan keranjang dapat dilihat pada (Gambar 2).

(53)

Jenis bambu yang digunakan masyarakat untuk membuat kerajinan tepas adalah bambu talang (Schizostachyum brachyladum). Jenis bambu ini digunakan karena mempunyai ruas yang panjang dan berdinding tipis sehingga mudah untuk dibelah-belah dan hasil belahannya tidak mudah patah. Dalam pembuatan satu lembar tepas diperlukan enam batang bambu dengan ukuran 2x2 m. Kerajinan masyarakat langsung dijual ke konsumen atau dijual ke pasar tradisioanal Brastagi. Harga tepas dengan ukuran 2x2 m biasanya dijual Rp. 20.000 dikarenakan dalam pembuatan tepas memerlukan waktu yang lama dalam pembuatannya .

(54)

mengobati penyakit batuk dan panas dalam adalah rebungnya. Bambu hijau mengandung saponin, aglycone, protosarsapogenin, asaparagine, glukose, fruktose, 5-methoxy-methylfurfural, beta-sitosterol. Dalam pengobatan tradisional tanaman ini mempunyai sifat rasa manis, pahit dan dingin. Fungsinya membersihkan paru-paru dan menurunkan panas dalam, merangsang produksi cairan tubuh, antitoxic, antineoplastik dan antipiretik. Sedangkan Bambu betung dapat digunakan sebagai bahan pengobatan penyakit diabetes dan hipertensi. Bagian bambu betung yang digunakan untuk mengobati diabetes dan hipertensi adalah rebungya. Rebung bambu betung kaya serat, protein, karbohidrat, lemak, vitamin A, thiamin, riboflavin, vitamin C, serta mineral lain seperti kalsium, fosfor, besi, dan kalium yang tinggi yang berkhasiat untuk mengobati hipertensi dan diabetes.

Bambu juga mempunyai nilai ekonomi yang tinggi, nilai ekonomi adalah nilai suatu barang atau jasa yang diukur dengan uang. Nilai ekonomi bambu dapat juga diartikan sebagai nilai/harga hasil bambu yang dimanfaatkan yang dapat ditukar dengan uang. Bambu juga termasuk sumberdaya hutan yang nilai ekonominya sangat menjanjikan. Ichwandi (1996), mengatakan bahwa penelitian ekonomi sumberdaya hutan adalah suatu metode atau tehnik untuk mengekstimasi nilai uang dari barang dan jasa yang diberikan oleh suatu kawasan hutan.

(55)

Jenis pemanfaatan bambu yang memberikan nilai ekonomi terbesar pada kerajinan tepas yaitu sebesar Rp 78,480,000 dengan persentase sebesar 74,14 %. Hal ini disebabkan frekuensi pengambilan sebanyak 36 kali dalam setahun dan harga jual yang tinggi yaitu Rp 20.000 persatuan unitnya. Besar kecilnya nilai ekonomi hasil pemanfaatan bambu tergantung kepada jumlah pengambilan, frekuensi pengambilan dan harga tiap jenis hasil bambu.

Upaya konservasi bambu

Pengambilan bambu pada kawasan hutan akan membuat bambu yang ada dikawasan hutan akan hilang secara besar-besaran. Kondisi ini mengakibatkan efek pemanasan global yang semakin memprihatinkan saat ini perlu segera mendapat perhatian untuk dilakukan tindakan kebijakan dalam rangka memulihkan kembali fungsi-fungsi hutan dan lingkungan alam melalui upaya konservasi alam secara baik, terarah dan cepat, sehingga kelestarian alam dan lingkungan dapat menjamin pemulihan keseimbangan ekosistem alam dan lingkungan hidup. Kondisi ini perlu mendapat perhatian untuk dilaksanakan kebijakan reboisasi dengan memilih metoda, mekanisme dan jenis yang perlu untuk meningkatkan kualitas lingkungan dalam waktu pendek. Salah satu alternatif kebijakan yang dapat dipertimbangkan adalah menggunakan bambu sebagai tanaman untuk reboisasi (Widjaja et al 2004).

(56)

fungsi pemanfaatan sebagai bahan makanan untuk manusia (rebung), kebutuhan rumah tangga dan aneka kerajinan dengan berbagai tujuan penggunaan mulai dari furniture, cinderamata, mebel, tas, topi, kotak serba guna hingga alat musik serta konstruksi untuk pembuatan jembatan, konstruksi rumah meliputi tiang, dinding, atap. Sedangkan tujuan konservasi alam sangat efektif untuk reboisasi wilayah hutan terbuka atau gundul akibat penebangan karena pertumbuhan rumpun bambu sangat cepat dan toleransinya terhadap lingkungan sangat tinggi serta memiliki kemampuan memperbaiki sumber tangkapan air sangat efektif (Tan, 2004).

Dengan demikian perlu dilakukan minat masyarakat dan pengetahuan tentang tanaman bambu agar masyarakat tidak mengambil bambu dalam kawasan hutan. Pertimbangan menggunakan tanaman bambu sebagai tanaman untuk penghijauan karena memiliki pertumbuhan sangat cepat, investasi kecil, tidak membutuhkan perawatan khusus, dalam usia 3 – 5 tahun telah memperoleh pertumbuhan mantap dan dapat dipanen setiap tahun. Selain itu dapat dilakukan dengan penanaman monokultur dan penanaman campuran bambu dengan tanaman pertanian. Dengan itu masyarakat juga dapat mengembangkan tanaman pertanian dan menanam tanaman bambu yang dapat membantu meningkatkan pendapatan masyarakat setempat tanpa masyarakat harus mengambil bambu dalam kawasan hutan. Bambu merupakan tanaman yang dapat memberikan manfaat ekonomi dan manfaat ekologi yang dapat dirasakan langsung oleh masyarakat.

Solusi untuk meningkatkan minat masyarakat untuk tanaman bambu adalah : 1. Masyarakat membuat kelompok tani hutan (KTH) dan menyediakan

(57)

2. Adanya peran serta Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dan pemerintah melakukan penyuluhan –penyuluhan tentang tanaman bambu, agar dapat meningkatkan keterampilan (skill) masyarakat dan produk yang dihasilkan lebih bervariasi.

(58)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Jenis-jenis bambu yang ada ditemukan dalam lokasi penelitian adalah bambu hijau (Gigantochloa apus), bambu kuning (Bambusa vulgaris), bambu talang (Schizostachyum brachycladum), bambu betung (Dendrocalamus asper), bambu hitam (Bambusa lako) dan bambu cina (Bambusa multiplek) dan Jenis bambu yang paling banyak ditemukan di Desa Sembahe, Sibolangit dan Tongkoh adalah bambu hijau (Gigantochloa apus).

2. Jenis-jenis bambu yang dimanfaatkan di Desa Sembahe, Sibolangit dan Tongkoh adalah bambu hijau (Gigantochloa apus), bambu talang (Schizostachyum brachycladum), bambu betung(Dendrocalamus asper), dan bambu kuning (Bambusa vulgaris).

3. Produk utama yang dihasilkan oleh masyarakat desa adalah keranjang dan tepas .

Saran

(59)

DAFTAR PUSTAKA

Arianasta, I.B.K. 2005. Keanekaragaman dan Penggunaan Jenis-jenis Bambu di Desa Tigawasa, Bali. Jurusan Biologi FMIPA UNS Surakarta. Bali.

Affandi , O. dan Pattana, P. 2002. Penelitian Nilai Ekonomi Pemanfaatan Hasil Hutan Non-Marketable oleh Masyarakat Desa Sekitar Hutan. Usu. Medan

Anonim, 1999. Sumber Daya Hutan Bambu Untuk Masa Depan Kesejahteraan dan Pembangunan Bangsa. Buletin Kehutanan No 183-184/XX/1995 Anonim 1998. Usaha Mempertinggi Resitensi Bambu Betung Terhadap Serangan

Kumbang. Buletin Fakultas Kehutanan UGM.

Anonim, 2010. Budidaya Bambu Sebagai Upaya Pelestarian Lingkungan.

Bapedal, 2010. Pelestarian Bambu dan Manfaatnya Terhadap Lingkungan Hidup http://members.fortunecity.com/

Batubara, R. 2002. Pemanfaatan Bambu di Indonesia.

Berlian, N, dan Estu Rahayu. 1995. Jenis dan Prospek Bisnis Bambu. Penebar Swadaya Jakarta

Departemen Kehutanan dan Perkebunan. 1998. Panduan Kehutanan Indonesia. Badan penelitian dan Pengembangan Kehutanan dan Perkebunan. Jakarta

Departemen Kehutanan Balai Rehabilitasi Lahan Dan Konservasi Tanah Wampu Sei Ular (2004). Sumatera Utara

Diniaty, D. dan Sofia Rahmawati. 2000. Potensi Ekonomi Pengusaan Bambu Rakyat di Desa Telagan, Sumatera Utara

(60)

Kamaluddin. 2008. Biaya dan Margin Pemasaran. Ilmu Pertanian Agrobisnis Fakultas Pertanian UNRI

http://kamaluddin86.blogspot.com/

Swara, P. 1997. Pengawetan Kayu dan Bambu. KDT. Jakarta.

Tan, L., 2004. Mengenal Bambu Dan Manfaatnya Terhadap Konservasi Alam, Kontruksi dan Kerajinan

http://www.geocities.com/ewang unpatti/

Usman, H. Dan Purnomo Setiady Akbar. 2001. Metodologi Penelitian Sosial. Penerbit Bumi Aksara. Jakarta

Wahyuddin. 2008. Pelestarian Hutan Bambu Untuk Menanggulangi Ileggal Logging dan Global Warming

Widyana, K. 2001. Bambu Dengan Berbagai Manfaatnya.

Widjaja, E. A. 2004. Jenis-Jenis Bambu Endemik dan Konservasinya di Indonesia. Prosiding Seminar Nasional Biologi XV

Widjaja, E. A. 2001. Identikit Jenis-Jenis Bambu di Kepulauan Sunda Kecil. Pusat Penelitian dan Pengembangan Biologi LIPI, Bogor, Indonesia

(61)

DAFTAR LAMPIRAN

(62)

Lampiran 2. Jenis Hasil Kerajinan yang Dihasilkan Masyarakat Desa Sembahe, Sibolangit dan Tongkoh

No Nama Responden Produk Yang Dimanfaatkan Masyarakat

A B C D E

Keterangan : A : Pemanfaatan keranjang B : Pemanfaatan tepas C : Pembatas lahan/Tiang D : Kandang

(63)

Lampiran 3. Perhitungan Nilai Ekonomi Keranjang

Keterangan. F : Frekuensi pengambilan/tahun NE : Nilai Ekonomi ( TP x Harga)

(64)

Lampiran 4. Perhitungan Nilai Ekonomi Tepas

Keterangan. F : Frekuensi pengambilan/tahun NE : Nilai Ekonomi ( TP x Harga)

(65)

Lampiran. 4 Dokumentasi Jenis- jenis Bambu Yang Ada Di Lolasi Penelitian

Gambar 3. Bambu Talang

(66)

Gambar 5. Bambu Kuning (Bambusa vulgaris)

(67)

Gambar

Tabel 1. Hasil inventarisasi bambu di desa sembahe, sibolangit dan tongkoh
Tabel 2. Jenis olahan bambu, frekuensi pengambilan, umur bambu saat dipanen
Gambar 1. Status lahan pemanfaatan bambu di Desa Sembahe, Sibolangit dan Tongkoh Kabupaten Karo
Tabel 4. Bentuk dan Harga Kerajinan Bambu di Desa Sembahe, Sibolangit dan  Tongkoh Kabupaten Karo
+6

Referensi

Dokumen terkait

Molekul air, lemak, dan gula dalam makanan akan menyerap energi dari gelombang mikro tersebut dalam sebuah proses yang disebut pemanasan dielektrik.. Kebanyakan molekul adalah dipol

Makhluk hidup Mempunyai komposisi kimia tertentu yang terdiri dari unsur – unsur Karbon , Hidrogen , Oksigen , Nitrogen , Belerang , atau Sulfur , Fosfor dan sedikit Mineral.

Download Ribuan Bank Soal Matematika di :

The focus of this study is to introduce a comprehensive technology to the development and updating of ESP manuals and means of technical support as well as

نﻣ مﺟرﺗﯾ Sutrisno Hadi, Metodologi Research II hal.. ﻴﻨﻟ ﺔﻘﻳﺮﻄﻟﺍ ﻩﺬﻫ ﺚﺣﺎﺒﻟﺍ ﻡﺪﺨﺘﺳﺍﻭ ﻞ ﻂﻴﻄﲣ ﻦﻋ ﺕﺎﻧﺎﻴﺒﻟﺍ ﻱﺃ ﺕﺎﻣﻮﻠﻌﳌﺍ ﻲﻌﻗﺍﻮﻟﺍ ﻢﻴﻴﻘﺘﻟﺍ ﺔﺳﺭﺪﳌﺎﺑ

Kondisi yang jelas dalam memberikan petunjuk untuk manipulasi suatu obyek pada prinsip desain interface disebut :..

Panitia Pengadaan Barang dan Jasa Madrasah Tsanawiyah Negeri Pantai Lunci Tahun Anggaran 2012 mengumumkan Pemenang Lelang untuk Paket Pekeijaan sebagai beriku:.. Berdasarkan

Perencanaan, Pertemuan kelima pada siklus III materi pembelajaran diawali dengan sedikit mengulang materi pada siklus II kemudian dilanjutkan pada materi Mencontohkan