• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Kelayakan Usahatani dan Pengolahan Ubi (Kasus : Kecamatan Dolok Masihul dan Kecamatan Pegajahan Kabupaten Serdang Bedagai)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Kelayakan Usahatani dan Pengolahan Ubi (Kasus : Kecamatan Dolok Masihul dan Kecamatan Pegajahan Kabupaten Serdang Bedagai)"

Copied!
140
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS KELAYAKAN USAHATANI DAN PENGOLAHAN

UBI KAYU

(Kasus : Kecamatan Dolok Masihul dan Kecamatan Pegajahan Kabupaten Serdang Bedagai)

SKRIPSI

OLEH: RANI NOVEDTRI

060304041 AGRIBISNIS

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

ANALISIS KELAYAKAN USAHATANI DAN PENGOLAHAN

UBI KAYU

(Kasus : Kecamatan Dolok Masihul dan Kecamatan Pegajahan Kabupaten Serdang Bedagai)

SKRIPSI

OLEH: RANI NOVEDTRI

060304041 AGRIBISNIS Diajukan kepada

Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Untuk memenuhi Sebagian dari Syarat-Syarat

Guna Memperoleh Derajat Sarjana Pertanian

Diketahui Oleh, Komisi Pembimbing

Ketua Komisi Pembimbing Anggota Komisi Pembimbing

(Dr. Ir. Rahmanta Ginting, MS) (Ir.Thomson Sebayang, MT) DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

ABSTRAK

RANI NOVEDTRI. 2010.” Analisis Kelayakan Usahatani dan Pengolahan

Ubi.”.Kasus : Kecamatan Dolok Masihul dan Kecamatan Pegajahan

Kabupaten Serdang Bedagai.

Selama manusia di bumi ini masih berupaya memenuhi kebutuhan dasarnya dalam menjalani kehidupan tentu kegiatan agribisnis masih mempunyai prospek yang cukup menjanjikan. Salah satu jenis agribisnis yang banyak dikembangkan di Indonesia adalah agribisnis ubi kayu. Oleh karena, banyaknya produk yang dapat di hasilkan dari ubi kayu, maka pengembangan agribisnis ubi kayu menjadi sangat penting. Program pengembangan agribisnis itu sendiri bertujuan untuk mengembangkan agribisnis yang mampu menghasilkan produk pertanian yang berdaya saing, meningkatkan nilai tambah bagi masyarakat petani, khususnya di pedesaan, mengembangkan ekonomi dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi.

Berdasarkan latar belakang tersebut, masalah penelitian ini dirumuskan sebagai berikut : (1) Bagaimana tingkat kelayakan usahatani ubi kayu (2) Bagaimana tingkat kelayakan pengolahan ubi kayu dan (3) Bagaimana strategi pengembangan agribisnis ubi kayu.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis tingkat kelayakan usahatani dan pengolahan ubi kayu serta bagaimana meyusun strategi pengembangan agribisnis ubi kayu tersebut. Penelitian ini dilakukan pada tahun 2010 di Kecamatan Dolok Masihul dan Kecamatan Pegajahan.

Secara umum penelitian ini dirancang dengan desain penelitian deskriptif . Respondennya adalah 20 Petani ubi kayu dan 10 Pengusaha pengolah ubi kayu yang menghasilkan 4 jenis produk.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara umum usahatani layak untuk diusahakan, hanya saja keuntungan yang diperoleh tidak terlalu tinggi karena besarnya biaya tenaga kerja, demikian juga halnya dengan usaha pengolahan ubi kayu yang ternyata layak dan menguntungkan untuk di usahakan.

(4)

RIWAYAT HIDUP PENULIS

RANI NOVEDTRI lahir di kota Medan , 05 November 1987. Mulai

mengenyam pendidikan pada tahun 1996 di SD Kemala Bhayangkari I Medan .

Pada tahun 2001 masuk ke SLTP N 10 Medan. Setelah itu melanjutkan

pendidikan di SMU Al-azhar Medan sampai tahun 2006. Setelah menyelesaikan

pendidikan di SMU, anak pertama dari pasangan Bapak Drs. Edward MSp. dan

Ibu Metri SH. ini melanjutkan ke jenjang pendidikan S1 dengan mengambil

jurusan Agribisnis di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

Pada akhir studi,” Analisis Kelayakan Usahatani dan Pengolahan Ubi Kayu”

dipilih untuk judul skripsi, di bawah bimbingan Bapak Dr. Ir. Rahmanta Ginting,

(5)

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulilah penulis panjatkan kehadirat Allah Swt, atas segala

rahmat dan hidayah Nya, skripsi dengan judul “Analisis Kelayakan Usahatani

Dan Usaha Pengolahan Ubi Kayu” dapat terselesaikan sebagai salah satu syarat

untuk memperoleh gelar sarjana Universitas Sumatera Utara

Pada kesempatan ini, penulis menghanturkan terima kasih yang tulus

kepada bapak Dr. Ir. Rahmanta Ginting, MS dan Bapak

Ir. Thomson Sebayang, MT yang telah membimbing, mengarahkan dan dengan

sabar dan tekun menghadapi kekurangan penulis hingga skripsi ini dapat

diselesaikan.

Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang

tidak dapat penulis sebutkan satu persatu pada kesempatan ini telah memberikan

bantuan, baik selama perkuliahan maupun dalam penyelesaian skripsi ini. Semoga

Tuhan Yang Maha Esa memberikan balasan yang berlipat ganda.

(6)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

RIWAYAT PENULIS ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 4

1.3 Tujuan Penelitian ... 5

1.4 Kegunaan Penelitian ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 6

2.1 Tinjauan Pustaka ... 6

2.2 Landasan Teori ... 9

2.3 Kerangka Pemikiran ... 18

2.4 Hipotesis ... 19

BAB III METODE PENELITIAN ... 20

3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian ... 20

3.2 Metode Penentuan Sampel ... 23

3.3 Metode Pengumpulan Data ... 25

3.4 Metode Analisis Data ... 25

3.5 Defenisi ... 30

(7)

BAB IV DESKRIPSI WILAYAH ... 32

4.1 Deskripsi Wilayah ... 32

4.1.1 Letak Daerah Penelitian... 32

4.1.1.1 Kecamatan Dolok Masihul ... 32

4.1.1.2 Kecamatan Pegajahan ... 34

4.1.2 Keadaan Penduduk ... 36

4.1.2.1 Kecamatan Dolok Masihul ... 36

4.1.2.2 Kecamatan Pegajahan ... 39

4.2 Karakteristik Sampel………..42

4.2.1 Usahatani Ubi Kayu ... 42

4.2.2 Usaha Pengolahan Ubi Kayu ... 43

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN ... 45

5.1 Hasil ... 45

5.1.1 Budidaya Usahatani Ubi Kayu ... 45

5.1.2 Tahapan Kegiatan Usaha Pengolahan Ubi Kayu52 5.2 Pembahasan ... 60

5.2.1 Tingkat Kelayakan Usahatani Ubi Kayu ... 60

5.2.1.1 Analisis Usahatani ... 60

5.2.2 Tingkat Kelayakan Usaha Pengolahan Ubi Kayu ... 63

5.2.2.1 Analisis Usaha Pengolahan Ubi Kayu ... 63

5.2.3 Strategi Pengembangan Usahatani dan Pengolahan Ubi Kayu ... 84

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 101

DAFTAR PUSTAKA ... ...

(8)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Tabel Hal

1. Luas Tanam Ubi Kayu Menurut Kabupaten/ Kota di Sumatera Utara Tahun 2008 ...20

2. Luas Panen, Produksi dan Rata-rata Produksi Ubi Kayu di Kab. Serdang Bedagai Tahun 2008 ... 21

3. Data Produk Olahan Ubi Kayu di Kecamatan Pegajahan ... 22

4. Data Produktivitas Usahatani Ubi Kayu di Kec. Dolok Masihul ... 22

5. Data Pengolahan Produk Berbahan Baku Ubi Kayu ... 22

6. Sampel Usahatani ... ... 24

7. Sampel Pengolah ... ... 24

8. Jumlah Penduduk Kecamatan Dolok Masihul ... 36

9. Jumlah Penduduk Desa Kota Tengah kecamatan Dolok Masihul... 38

10. . Distribusi Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Desa Kota Tengah Kecamatan Dolok Masihul ... 39

11. Jumlah Penduduk Kecamatan Pegajahan ... 39

12. Jumlah Penduduk Desa Pegajahan Kecamatan Pegajahan ... 41

13.Distribusi Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Desa Pegajahan Kecamatan Pegajahan ... ... 42

14. Karakteristik Petani Ubi Kayu ... 42

15. Karakteristik Pengusaha Pengolah Ubi Kayu ... 44

16. Analisis Usahatani Ubi Kayu per HA... 61

17. Analisis Usaha Pengolahan Ubi Kayu (Mie Rajang) ... 64

18. Nilai Rata-rata Menunjukkan Nilai NPV (DF 15%) ... 66

19. Analisis Usaha Pengolahan Ubi Kayu (Opak Lidah) ... 69

20 .Nilai Rata-rata Menunjukkan Nilai NPV (DF 15%) ... 71

(9)

22. Nilai Rata-rata Menunjukkan Nilai NPV (DF15%) ... 76

23. Analisis Usaha Pengolahan Ubi Kayu ( Rengginang) ... 80

24. Analisis Kelayakan Usaha Pengolahan Ubi Kayu... 83

25. Strategi Pengembangan Usaha Tani ... 89

26. Analisis Dengan Menggunakan Matiks Space Untuk Usahatani ... 91

27. Strategi Pengembangan Usaha Pengolahan ... 97

(10)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Gambar Hal

1. Pohon Industri Ubi Kayu ... 3

2. Matriks SWOT ... ... 12

3. Skema Kerangka Pemikiran ... 18

4. Kecamatan Dolok Masihul . ... 32

5. Kecamatan Pegajahan ... ... 34

6. Desa Kota Tengah ... ... 37

7. Desa Pegajahan ... ... 40

8. Pengolahan Tanah ... ... 47

9. Penanaman ... ... 48

10. Penyiangan ... ... 48

11. Pemupukan ... ... 49

12. Pengendalian Hama dan Penyakit ... 50

13. Panen ... ... 51

14. Ubi Kayu Sebagai Bahan Baku ... 53

15. Pengolahan Mie Rajang ... ... 56

16. Pengolahan Opak Lidah... ... 57

17. Pengolahan Mie Yeye... ... 58

18 .Pengolahan Rengginang ... ... 59

20. Grafik NPV (15%) (Mie Rajang ) ... 66

21. Grafik NPV (15%)(Opak Lidah) ... 71

22. Grafik NPV (15%) (Mie Yeye) ... 77

23. Matriks SWOT analisis Usahatani ... 92

(11)

ABSTRAK

RANI NOVEDTRI. 2010.” Analisis Kelayakan Usahatani dan Pengolahan

Ubi.”.Kasus : Kecamatan Dolok Masihul dan Kecamatan Pegajahan

Kabupaten Serdang Bedagai.

Selama manusia di bumi ini masih berupaya memenuhi kebutuhan dasarnya dalam menjalani kehidupan tentu kegiatan agribisnis masih mempunyai prospek yang cukup menjanjikan. Salah satu jenis agribisnis yang banyak dikembangkan di Indonesia adalah agribisnis ubi kayu. Oleh karena, banyaknya produk yang dapat di hasilkan dari ubi kayu, maka pengembangan agribisnis ubi kayu menjadi sangat penting. Program pengembangan agribisnis itu sendiri bertujuan untuk mengembangkan agribisnis yang mampu menghasilkan produk pertanian yang berdaya saing, meningkatkan nilai tambah bagi masyarakat petani, khususnya di pedesaan, mengembangkan ekonomi dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi.

Berdasarkan latar belakang tersebut, masalah penelitian ini dirumuskan sebagai berikut : (1) Bagaimana tingkat kelayakan usahatani ubi kayu (2) Bagaimana tingkat kelayakan pengolahan ubi kayu dan (3) Bagaimana strategi pengembangan agribisnis ubi kayu.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis tingkat kelayakan usahatani dan pengolahan ubi kayu serta bagaimana meyusun strategi pengembangan agribisnis ubi kayu tersebut. Penelitian ini dilakukan pada tahun 2010 di Kecamatan Dolok Masihul dan Kecamatan Pegajahan.

Secara umum penelitian ini dirancang dengan desain penelitian deskriptif . Respondennya adalah 20 Petani ubi kayu dan 10 Pengusaha pengolah ubi kayu yang menghasilkan 4 jenis produk.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara umum usahatani layak untuk diusahakan, hanya saja keuntungan yang diperoleh tidak terlalu tinggi karena besarnya biaya tenaga kerja, demikian juga halnya dengan usaha pengolahan ubi kayu yang ternyata layak dan menguntungkan untuk di usahakan.

(12)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Prospek usaha yang jelas merupakan faktor pendukung untuk mewujudkan tujuan.

Dengan demikian berlandaskan pada prospek, diharapkan semua pelaku usaha

bisa bersemangat dalam menjalankan fungsinya. Gambaran yang jelas terhadap

prospek menyebabkan semua anggota dalam suatu usaha mempunyai ambisi

dan motivasi untuk meraih prospek tersebut. Untuk kegiatan agribisnis, selama

manusia di bumi ini masih membutuhkan sandang, pangan dan perumahan dalam

kehidupannya tentu kegiatan agribisnis masih mempunyai prospek yang cukup

menjanjikan ( Krisnamurthi, 2009 ).

Persepsi agribisnis yang selama ini banyak dimengerti oleh masyarakat luas

adalah kegiatan budidaya atau non-farm activity yang sebetulnya dalam defenisi

lebih tepat dikatakan sebagai kegiatan pertanian .di bidang pertanian secara

khusus, kegiatan budi daya pertanian yang dapat digarap pun sangat bervariasi.

Rentang usaha dimulai dari skala sangat kecil atau skala hobi hingga skala

industri dengan tehnologi yang cukup canggih ( Krisnamurthi, 2009 ).

Pengembangan agribisnis mengimplikasikan perubahan kebijakan di sektor

pertanian. Produksi sektor pertanian harus berorientasi kepada permintaan pasar

domestik, tetapi juga pasar internasional. Pola pertanian harus mengalami

(13)

kebutuhan keluarga ke usahatani dalam skala yang lebih ekonomi. Hal ini

merupakan keharusan jika produk pertanian harus di jual ke pasar dan jika sektor

pertanian harus menyediakan bahan baku bagi sektor industri ( Husodo, 2004 ).

Salah satu jenis agribisnis yang banyak dikembangkan di Indonesia adalah

agribisnis ubi kayu. Ubi kayu adalah sayuran pokok penting karena kontribusinya

yang tinggi sebagai sumber kalori harian bagi jutaan orang. Seluruh produksi ubi

kayu terutama di Negara berkembang dan bagian terbesar berasal dari pertanian

kecil yang sering memiliki lahan yang di olah seadanya. Ubi kayu sangat penting

bagi penduduk pedesaan miskin sebagai tanaman tumpuan bahkan juga selama

musim kemarau dikarenakan tanaman ini toleransi terhadap kekeringan dan

periode panen yang fleksibel menjadikan ubi kayu sebagai tanaman pangan

cadangan yang sangat bernilai bagi penduduk miskin ( Rubatzky, 1998 ).

Ubi kayu merupakan makanan pokok nomor tiga setelah padi dan jagung di

indonesia. Penyebaran tanaman ubi kayu meluas ke semua propinsi di indonesia.

Dalam hal ini ubi kayu baik lokal maupun luar negeri sangat besar. Dimana ubi

kayu untuk bahan pakan ternak, farmasi dan lain sebagainya yang jumlahnya

selama ini terus meningkat secara terus menerus dengan peningkatan populasi

daripada konsumen ( Anonimous, 2009 ).

Ubi kayu merupakan tanaman umbi umbian yang dapat tumbuh di dataran rendah

dengan curah hujan yang tidak terlalu tinggi. Biasanya tanaman ini di panen

setelah berumur sekitar 10 bulan. Produksi ubi kayu Indonesia menepati urutan

kelima dunia. Ubi kayu sebagai sumber pati yang merupakan bahan baku industri

(14)

Sebagai bahan kaya pati, ubi kayu (kasava) merupakan bahan olahan penting bagi

pembuatan gula cair, khususnya sirup glukosa. Potensi pasarnya cukup kuat

karena semakin luas penggunaannya oleh berbagai industri makanan dan industri

obat obatan. Masyarakat berpeluang pula menambah nilai tambah produksi ubi

kayu mereka dengan mengolah menjadi sirup glukosa ( Anonimous, 2009 ).

Disamping itu terdapat beberapa aneka ragam produk turunan dari ubi kayu,

sebagai berikut :

Gambar 1. Pohon industri ubi kayu

Adapun produk turunan ubi kayu yang di perdagangkan di pasar dunia antara lain

adalah gaplek, tepung singkong (cassava starch), tapioka dan beberapa produk

kimia seperti alcohol, gula cair (maltose, glukosa, fruktosa) sorbitol, siklodekstrin,

asam sitrrat serta bahan pembuatan edible coating dan biodegradable serta

bioetanol. Negara tujuan ekspor RRC, UN, Eropa, Taiwan dan Korea Selatan

(Anonimous, 2009 ).

(15)

Oleh karena, banyaknya produk yang dapat di hasilkan dari ubi kayu, maka

pengembangan agribisnis ubi kayu menjadi sangat penting. Program

pengembangan agribisnis itu sendiri bertujuan untuk mengembangkan agribisnis

yang mampu menghasilkan produk pertanian yang berdaya saing, meningkatkan

nilai tambah bagi masyarakat petani, khususnya di pedesaan, mengembangkan

ekonomi dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi ( Anonimous, 2009 ).

1.2. Identifikasi Masalah

Adapun masalah yang diidentifikasi dalam penelitian ini dibuat dalam bentuk

pertanyaan penelitian berikut ini :

1. Bagaimana tingkat kelayakan usahatani ubi kayu di daerah penelitian ?

2. Bagaimana tingkat kelayakan usaha pengolahan ubi kayu di daerah

penelitian ?

3. Bagaimana strategi pengembangan agribisnis ubi kayu di daerah

penelitian?

(16)

Berdasarkan identifikasi masalah yang dikemukakan di atas, maka penelitian

diarahkan untuk mencapai tujuan :

1. Untuk menganalisis tingkat kelayakan usahatani ubi kayu di daerah

penelitian.

2. Untuk menganalisis tingkat kelayakan usaha pengolahan ubi kayu di

daerah penelitian.

3. Untuk menganalisis strategi pengembangan agribisnis ubi kayu di daerah

penelitian.

1.4. Kegunaan Penelitian

1. Penelitian ini berguna sebagai bahan masukan dan informasi bagi petani

dan pengolah ubi kayu dalam menjalankan usahanya

2. Penelitian ini berguna sebagai bahan informasi bagi pihak yang

(17)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Pustaka

Studi kelayakan yang juga sering disebut dengan feasibility study merupakan

bahan pertimbangan dalam mengambil suatu keputusan, apakah menerima atau

menolak dari suatu gagasan usaha / proyek yang direncanakan. Pengertian layak

dalam penilaian studi kelayakan adalah kemungkinan dari gagasan usaha / proyek

yang akan dilaksanakan memberikan manfaat (benefit), baik dalam arti finansial

maupun dalam arti sosial benefit ( Ibrahim, 2009 ).

Studi kelayakan bisnis merupakan gambaran kegiatan usaha yang direncanakan,

sesuai dengan kondisi, potensi, serta peluang yang tersedia dari berbagai aspek.

Dengan demikian dalam menyusun sebuah studi kelayakan bisnis harus meliputi

sekurang-kurangnya aspek-aspek berikut, diantaranya :

1. Aspek pasar dan pemasaran

2. Aspek teknis dan tehnologis

3. Aspek organisasi dan manajemen

4. Aspek ekonomi dan keuangan ( finansial)

5. Aspek legal dan perizinan ( Ibrahim, 2009 ).

Studi kelayakan bisnis/usaha biasanya menggunakan analisis kelayakan investasi

dimana pada dasarnya sama dengan kegiatan investasi. Kelayakan investasi dapat

(18)

analisis investasi, tujuan utama yang hendak dicapai adalah membandingkan

biaya ( costs ) dan manfaat ( benefit ) dengan berbagai usulan investasi

( Soetriono, 2006 ).

Analisis finansial adalah analisis dimana suatu proyek dilihat dari sudut yang

bersifat individual artinya tidak perlu diperhatikan apakah efek atau dampak

dalam perekonomian dalam lingkup yang lebih luas. Dalam analisis finansial,

yang diperhatikan adalah hasil total atau produktivitas atau keuntungan yang

didapat dari semua sumber yang dipakai dalam proyek untuk masyarakat atau

perekonomian secara keseluruhan, tanpa melihat siapa yang menyediakan sumber

tersebut dan siapa yang menerima hasil proyek tersebut ( Kadariah, 1999 ).

Sebenarnya analisis ekonomi ini juga merupakan analisis finansial, hanya saja

dalam melakukan perhitungan analisis ekonomi dan analisis finansial terjadi

perbedaan. Dalam analisis ekonomi, variable harga yang dipakai adalah harga

bayangan ( shadow price), sedangkan dalam analisis finansial, variable harga yang

digunakan adalah data harga riil yang terjadi di masyarakat ( Soekartawi, 1995 ).

Dalam mengembangkan usahatani kegiatan utama yang dilakukan adalah

peningkatan produksi barang pertanian yang dihasilkan petani, meningkatkan

produktivitas pertanian serta mendorong pengembangan komoditas yang sesuai

dengan potensi wilayah. Peningktan produksi pertanian apabila ingin

meningkatkan pendapatan petani merupakan keharusan dalam pembagunan

pertanian ( Hanani, 2003 ).

Teori produksi yang sederhana menggambarkan hubungan diantara tingkat

(19)

menghasilkan berbagai tingkat produksi barang tersebut. Dalam analisis ini

dimisalkan bahwa faktor-faktor produksi lainnya adalah tetap jumlahnya yaitu

modal dan tanah jumlahnya dianggap tidak berubah ( Sukirno, 2005 ).

Setiap petani dalam pengelolaan usahataninya mempunyai tujuan yang

berbeda-beda. Ada tujuannya untuk memenuhi kebutuhan keluarga yang disebut usahatani

subsisten, dan ada yang bertujuan mencari keuntungan disebut usahatani

komersial. Petani ubi kayu umumnya bertujuan untuk mencari keuntungan dalam

meningkatkan penghasilan/ pendapatannya bukan semata-mata untuk memenuhi

kebutuhan keluarga. Hal ini sesuai dengan pernyataan Adiwilaga (1982),dalam

Rismayani (2007), bahwa ditinjau dari kebutuhan si pengusaha pertanian yang

dijadikan tujuan dari usaha ialah untuk memperoleh keuntungan

( Rismayani, 2007 ).

Biaya usahatani merupakan pengorbanan yang dilakukan oleh produsen (petani)

dalam mengelola usahanya dalam mendapatkan hasil yang maksimal. Dalam

biaya usahatani, diklasifikasikan 2 jenis biaya :

1. Biaya tetap atau fixed cost

Umumnya diartikan sebagai biaya yang relative tetap jumahnya dan terus

dikeluarkan walaupun output yang diperoleh banyak atau sedikit.

2. Biaya tidak tetap atau variable cost

Merupakan biaya yang besar-kecilnya dipengaruhi oleh produksi

komoditas pertanian yang diperoleh ( Rahim, 2008 ).

(20)

total dan pendapatan bersih. Pendapatan kotor / penerimaan total adalah nilai

produksi komoditas pertanian secara keseluruhan sebelum dikurangi biaya

produksi ( Rahim, 2008 ).

Perkembangan industri pemberian nilai tambah ( Pengolahan ) sangat membantu

para petani memasarkan hasil usahanya, meningkatkan pendapatan daerah,

membuka lapangan kerja dan menguntungkan berbagai pihak lain. Sebaliknya,

industri pangan kita tidak akan pernah maju selama masih terus berkutat pada

tahap primer. Hal ini akan berdampak pada penghasilan yang di dapat oleh petani

tidak akan meningkat ( Husodo, 2004 ).

2.2. Landasan Teori

Hasil Perhitungan kriteria investasi merupakan indikator dari modal yang

diinvestasikan, yaitu perbandingan antara total benefit yang diterima dengan total

biaya yang dikeluarkan dalam present value selama umur ekonomis proyek.

Apabila hasil perhitungan telah menunjukkan feasible (layak), pelaksanaannya

akan jarang mengalami kegagalan. Kegagalan hanya terjadi karena faktor- faktor

uncontrollable seperti banjir, gempa bumi, perubahan peraturan pemerintah, di

samping data yang digunakan tidak relevan ( Ibrahim, 2009 ).

Adapun kriteria yang sering digunakan dalam analisis Kelayakan Finansial adalah

NPV (Net Present Value) dan IRR (Internal Rate of Return). NPV menetapkan

tingkat penerimaan yang ditargetkan seperti discount factor atau discount rate,

kemudian menentukan apakah tingkat itu dicapai dengan melihat apakah nilai nol

atau positif ( Soetriono, 2006 ).

(21)

1. Perencanaan cash flow

Perencanaan analisis kas biasanya digunakan sebagai langkah untuk

melakukan pendugaan terhadap kelayakan investasi terhadap usaha atau

kegiatan yang akaan kita lakukan. Dalam kelayakan investasi ini beberapa

indicator finansial yang digunakana yaitu perhitungan terhadap NPV ( net

present value ) dan IRR (internal rate of return ).

NPV adalah metode penilaian yang dapat menciptakan cash in flow

dibandingkan dengan opportunity cost dari capital yang ditanamkan. Jika

hasil perhitungan NVP > O maka dapat dikatakan bahwa kegiatan yang

dilakukan menghasilkan cash in flow dengan persentase yang lebih besar

dibandingkan dengan opportunity cost-nya.

IRR adalah suatu metode untuk mengukur tingkat investasi. Tingkat

investasi adalah suatu tingkat bunga dimana seluruh net cash flow setelah

dikalikan discount factor. Jika hasil IRR ternyata lebih besar dari bunga

bank maka dapat dikatakan bahwa investasi yang dilakukan lebih

menguntungkan jika dibandingkan modal yang dimiliki disimpan di bank.

2. Benefit-cost ratio ( B-C ratio )

Dalam kaitannya dengan usaha, Benefit-cost ratio dapat dikatakan sebagai

ratio perbandingan antara penerimaan yang diterima dengan biaya yang

dikeluarkan dalam usaha. JIka ratio menunjukan hasil nol maka dapat

dikatakan bahwa usaha tidak memberikan keuntungan finansial. Demikian

juga jika ratio menunjukan angka kurang dari 1 maka usaha yang

dilakukan tidak memberikan keuntungan dari kegiatan yang dilaksanakan

(22)

Proses penyusunan perencanaan strategi melalui tiga tahapan yaitu:

1. Tahap Pengumpulan Data

2. Tahap Analisis

3. Tahap Pengambilan Keputusan

Tahap pengumpulan data ini pada dasarnya tidak hanya sekedar kegiatan

pengumpulan data, tetapi juga merupakan suatu kegiatan pengklasifikasian dan

pra analisis. Pada tahap ini data dapat dibedakan menjadi dua yaitu data eksternal

yang di peroleh dari lingkungan di luar perusahaan dan data internal yang

diperoleh dari dalam perusahaan itu sendiri. Model yang dapat digunakan pada

tahap ini yaitu :

1. Matriks Faktor Strategi eksternal

2. Matriks Faktor Strategis Internal

3. Matriks Profil Kompetitif ( Rangkuti, 2003 ).

Setelah Pengumpulan semua informasi yang berpengaruh terhadap kelangsungan

usaha, tahap selanjutnya adalah memanfaatkan semua informasi tersebut dalam

model yang dapat dipergunakan adalah matrik TOWS atau matriks SWOT.

Matriks ini dapat manggambarkan dengan jelas bagaimana peluang dan ancaman

eksternal yang dihadapi dalam usaha dapat disesuaikan dengan kekuatan dan

kelemahan yang dimilikinya. matriks ini menghasilkan empat set kemungkinan

alternative, yaitu:

(23)

kuadran II (+,-) kuadran I (+,+)

ubah strategi progresif

Weakness Strength

kuadran IV (-,+) kuadran III

strategi bertahan diversifikasi strategi

Threath

Gambar 2. Matriks SWOT

Kuadran I (positif, positif)

Posisi ini menandakan sebuah organisasi yang kuat dan berpeluang, Rekomendasi

strategi yang diberikan adalah Progresif, artinya organisasi dalam kondisi prima dan

mantap sehingga sangat dimungkinkan untuk terus melakukan ekspansi, memperbesar

pertumbuhan dan meraih kemajuan secara maksimal.

Kuadran II (positif, negatif)

Posisi ini menandakan sebuah organisasi yang kuat namun menghadapi tantangan

yang besar. Rekomendasi strategi yang diberikan adalah Diversifikasi Strategi,

artinya organisasi dalam kondisi mantap namun menghadapi sejumlah tantangan berat

sehingga diperkirakan roda organisasi akan mengalami kesulitan untuk terus berputar

bila hanya bertumpu pada strategi sebelumnya. Oleh karenya, organisasi disarankan

(24)

Posisi ini menandakan sebuah organisasi yang lemah namun sangat berpeluang.

Rekomendasi strategi yang diberikan adalah Ubah Strategi, artinya organisasi

disarankan untuk mengubah strategi sebelumnya. Sebab, strategi yang lama

dikhawatirkan sulit untuk dapat menangkap peluang yang ada sekaligus memperbaiki

kinerja organisasi.

Kuadran IV (negatif, negatif)

Posisi ini menandakan sebuah organisasi yang lemah dan menghadapi tantangan

besar. Rekomendasi strategi yang diberikan adalah Strategi Bertahan, artinya

kondisi internal organisasi berada pada pilihan dilematis. Oleh karenanya organisasi

disarankan untuk menggunakan strategi bertahan, mengendalikan kinerja internal agar

tidak semakin terperosok. Strategi ini dipertahankan sambil terus berupaya

membenahi diri.

Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk

merumuskan strategi usaha tani dan pengolahan ubi kayu pada masa yang akan

datang. Analisis ini digunakan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan

(strength), peluang (opportunities) namun secara sesama dapat meminimalkan

kelemahan (weakness) dan ancaman (treaths).

2.3. Kerangka Pemikiran

Agribisnis merupakan suatu sistem dari kegiatan prapanen, panen, pasca

panen,dan pemasaran. Sebagai sistem, kegiatan agribisnis tidak dapat dipisahkan

satu dengan lain sehingga saling terkait. Agribisnis berorientasi pasar ( market

(25)

utama. Menerapkan konsep pembangunan yang berkesinambungan ( sustainable

development) yaitu dengan memperhitungkan kesinambungan supply, demand,

dan produksi jangka panjang ( Husodo, 2004 ).

Menilai agribisnis yang prosfektif bukanlah proses yang sesaat. Perlu dilakukan

pengamatan, pengumpulan informasi (pasar), dan upaya untuk mensinergiskan

dengan kemampuan internal calon pelaku (SDM, modal, keterampilan, jaringan).

Suatu kegiatan agribisnis menjadi tidak menarik atau tidak prosfektif dalam

jangka tertentu jika saat itu terlalu banyak pelaku, sedangkan permintaan sangat

sedikit sehingga jika kegiatan produksi tetap dilakukan maka kemungkinan yang

terjadi adalah produk tidak terjual. Prosfek suatu komoditas juga sangat

tergantung pada cara seorang pengusaha membaca tingkah laku pasar (Krisnamurthi, 2009 ).

Permintaan adalah keinginan yang didukung oleh daya beli dan akses untuk

membeli, artinya permintaan akan terjadi apabila didukung oleh kemampuan

yang dimiliki seseorang konsumen untuk membeli. Kemampuan tersebut diukur

dari tingkat pendapatan yang dimiliki. Permintaan komoditas pertanian

merupakan keseluruhan komoditas pertanian yang dibutuhkan dan diinginkan oleh

pembeli, berdasarkan harga yang sudah ditentukan ( Rahim, 2008 ).

Perkembangan permintaan dari suatu produk merupakan salah satu kunci

penilaian prospek produk. Prospek suatu produk atau suatu komoditas dapat

dipelajari dengan menduga kondisi pasar dan kondisi konsumen. Konsumen saat

ini atau konsumen potensial yang diduga akan mengkonsumsi produk yang

(26)

Salah satu faktor yang mempengaruhi permintaan adalah perubahan harga.

Perkembangan harga atau tren harga suatu komoditas merupakan salah satu yang

harus dipertimbangkan oleh calon pelaku usaha, jika ada kecenderungan harga

membaik atau meningkat maka dapat di artikan bahwa masih ada peluang pasar

yang dapat di isi ( Krisnamurthi, 2009 ).

Penawaran komoditas pertanian merupakan keseluruhan atau banyaknya jumlah

komoditas pertanian yang ditawarkan oleh produsen berdasarkan harga yang

sudah ditentukan kepada pembeli sehingga terjadi tawar menawar terhadap harga

komoditas pertanian ( Rahim, 2008 ).

Pemasaran pertanian adalah proses aliran yang disertai perpindahan hak milik

dan penciptaan guna waktu, guna tempat dan guna bentuk yang dilakukan oleh

lembaga-lembaga pemasaran dengan melaksanakan salah satu atau lebih

fungsi-fungsi pemasaran ( Rahim, 2008 ).

Perkembangan industri pemberian nilai tambah pada pengolahan ubi kayu sangat

membantu para petani memasarkan hasil usahanya, meningkatkan pendapatan

daerah, membuka lapangan pekerjaan dan menguntungkan berbagai pihak lain.

Sebaliknya industri pangan tidak akan pernah maju selama masih berkutat pada

tahap primer. Hal ini akan berdampak pada penghasilan yang di dapat oleh petani.

Berbagai upaya secara holistik dilakukan agar industri pangan dapat bersaing

sehingga semakin besar value add yang dihasilkan. Pada akhirnya, peningkatan

nilai produk pangan tersebut dapat meningkatkan pendapatan para pelaku di dunia

(27)

Untuk mengetahui kelayakan kedua kegiatan tersebut, baik kegiatan usaha tani

maupun usaha pengolahan pada komoditi ubi kayu ini, digunakan analisis

kelayakan finansial dengan beberapa kriteria pengambilan keputusan. Adapun

kriterria yang digunakan yaitu NPV, IRR dan Net B/C. Ketiga kriteria

pengambilan keputusan tersebut yang nantiinya menentukan apakah tingkat yang

di capai layak atau tidak layak. Layak atau tidak layaknya suatu usaha menjadi

tolak ukur dalam penentuan strategi pengembangan berikutnya, tidak terlepas juga

dari faktor eksternal maupun faktor internal yang mempengaruhi kegiatan usaha

tersebut.

Beberapa strategi yang berhasil dirumuskan dalam upaya membantu industri

pangan, diantaranya :

1. Perubahan sikap mental dan paradigma baru baik produsen, konsumen,

pejabat pemerintah pusat dan daerah, serta lembaga terkait.

2. Mengikuti dan mewaspadai perubahan sistem standarisasi, produksi,

pemasaran, dan distribusi pangan global, dan meningkatkan efisiensi agar

harga produk pertanian kompetitif.

3. Mengurangi high cost ekonomi pada distribusi, transportasi, dan marketing

sehinggga biaya operasi dapat ditekan ( Husodo, 2004 ).

Oleh karenanya, keseluruhan komponen tersebut menjadi suatu kesinambungan

dalam melihat arah pengembangan agribisnis dan pengolahan ubi kayu ke depan,

(28)

Gambar 3. Skema Kerangka Pemikiran Menunjukkan mempengaruhi Faktor internal

- Umur Petani

-Pendidikan

- Pengalaman

-Jumlah Tenaga Kerja

- Luas Lahan

- Modal

Agribisnis Ubi Kayu

Faktor eksternal

- Input

• Ketersediaan

• Harga

- Output

• Permintaan

• Penawaran

• Harga

Study Kelayakan

Analisis Finansial

NPV IRR B/C

Layak Tidak

Layak

Strategi Pengembangan

Arah Pengembangan Agribisnis Ubi Kayu

Pengolahan Ubi Kayu

(29)

2.4. Hipotesis

Berdasarkan landasan teori yang telah disusun, maka diajukan beberapa hipotesis

yang akan diuji sebagai berikut :

1. Usahatani ubi kayu layak untuk dikembangkan secara finansial.

(30)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Metode Penentuan Daerah Penelitian

Daerah penelitian ditentukan secara purposive (sengaja) yakni di Kabupaten

Serdang Bedagai berdasarkan pertimbangan bahwa daerah tersebut merupakan

salah satu daerah penghasil ubi kayu nomor tiga terbesar di Sumatera Utara,

[image:30.595.131.512.407.704.2]

sebagaimana terlihat pada tabel berikut ini :

Tabel 1. Luas Tanam Ubi Kayu Menurut Kabupaten/ Kota Di Sumatera Utara Tahun 2008

No. Kabupaten/ Kota Luas Lahan (ha)

1. Nias 288

2. Mandailing Natal 113

3. Tapanuli Selatan 928

4. Tapanuli Tengah 1.368

5. Tapanuli Utara 1.292

6. Toba Samosir 358

7. Labuhan Batu 201

8. Asahan 626

9. Simalungun 15.119

10. Dairi 230

11. Karo 127

12. Deli Serdang 6.508

13. Langkat 429

14. Nias Selatan 726

15. Humbang Hasunutan 619

16. Pakpak Barat 7

17. Samosir 414

18. Serdang Bedagai 4.643

19. Batu Bara 1.071

20. Sibolga 0

21. Tanjung Balai 19

22. Pematang Siantar 375

23. Tebing Tinggi 201

24. Medan 239

25. Binjai 162

26. Padang Sidempuan 92

Total 36.155

(31)

Dari seluruh kecamatan yang ada di Kabupaten Serdang Bedagai dipilih sebagai

daerah penelitian yaitu Kecamatan Dolok Masihul sebagai lokasi usahatani ubi

kayu dengan luas panen rata-rata sebesar 2.425 Ha dan produksi rata-rata sebesar

[image:31.595.109.516.240.522.2]

225,69 Kw/Ha. Sebagaimana dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 2. Luas Panen,Produksi dan Rata-Rata Produksi Ubi Kayu di Kab. Serdang Bedagai Tahun 2008

No. Kecamatan Luas Panen

(Ha)

Produksi (Ton)

Rata- Rata Produksi (Kw/

Ha)

1. Kotarih 311 6.891 221,59

2. Silinda 26 582 223,67

3. Bintang Bayu 122 2.816 230,78

4. Dolok Masihul 2.425 54.730 225,69

5. Serbajadi 255 5.697 223,43

6. Sipispis 311 6.912 222,25

7. Dolok Merawan 78 1.761 225,78

8. Tebing Tinggi 925 20.673 223,49

9. Tebing Syahbandar 179 3.994 223,16

10. Bandar Khalifah 28 626 223,57

11. Tanjung Beringin 70 1.505 215,00

12. Sei Rampah 1.719 38.256 222,55

13. Sei Bamban 5 108 216,00

14. Teluk Mengkudu 166 3.713 223,68

15. Perbaungan 19 426 224,18

16. Pegajahan 1.147 25.736 224,38

17. Pantai Cermin 78 1.761 225,75

Jumlah 7.864 176.187 224,04

2007 7.803 171.956 220,37

Sumber: Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Serdang Bedagai

Sedangkan untuk lokasi usaha pengolahan ubi kayu ditentukan di kecamatan

Pegajahan karena populasi unit usaha yang ada di kecamatan ini lebih banyak,

yaitu sebanyak 46 unit usaha yang meliputi 4 jenis produk olahan,sebagaimana

(32)

Tabel 3. Data Produk olahan Ubi Kayu di Kecamatan Pegajahan

No. Jenis Produk Populasi Unit Usaha

1. Opak Lidah 9

2. Mie Rajang 10

3. Renginang 12

4. Mie Yeye 15

Sumber : Kantor Kecamatan Pegajahan

Dari keseluruhan desa yang ada di kedua kecamatan tersebut, desa yang diambil

sebagai desa penelitian usahatani ubi kayu adalah desa Kota Tengah karena

letaknya yang strategis dan tingkat produktivitasnya yang tidak tinggi maupun

tidak rendah, yaitu sebesar 42,5 ton/ha, sebagaimana terlihat pada tabel berikut

ini :

Tabel 4. Data Produktivitas Usahatani Ubi Kayu di Kec. Dolok Masihul

No. Nama Desa Produktivitas

1. Dolok Manampang 45 ton/ha

2. Baja Ronggi 45 ton/ha

3. Kota Tengah 42,5 ton/ha

4. Blok 10 42 ton/ha

Sumber : Kantor Kecamatan Dolok Masihul

Sedangkan untuk lokasi usaha pengolahan ubi kayu ditentukan di desa Pegajahan,

yaitu sebanyak 10 unit usaha yang meliputi 4 jenis produk olahan, sebagaimana

terlihat pada tabel berikut ini :

Tabel 5. Data Pengolahan Produk Berbahan Baku Ubi Kayu

No. Desa Pegajahan Populasi Unit Usaha Sampel (Orang)

1. Mie yeye 2 2

2. Opak Lidah 2

3. Renginang 1

4. Mie Rajang 5

(33)

3.2. Metode Penentuan Sampel

Dalam Penelitian ini di ambil sebanyak 30 sampel, hal ini sesuai dengan teori

Bailey yang menyatakan bahwa untuk penelitian yang menggunakan analisis

statistik, ukuran responden paling minimal adalah 30 sampel (Hasan,2002).

Dari 30 sampel yang diambil dibagi menjadi 2 bagian yaitu sampel pengolahan

dan sampel usahatani. Untuk masing-masing bagian diambil 10 sampe pengusaha

dan 20 sampel petani dengan metode yang berbeda.

Sampel petani

Penentuan sampel usahatani dilakukan dengan metode cluster sampling yaitu

metode yang untuk memilih sampel yang berupa kelompok dimana setiap

kelompok terdiri atas beberapa unit yang lebih kecil ( Soekartawi, 2002 ).

Pada penelitian ini kelompok ( cluster ) dibagi berdasarkan kelompok tani. Di

desa Kota Tengah terdapat 4 kelompok tani. Ditentukan 20 petani dari 197 petani

sebagai sampel yang ditentukan secara acak dan proposional. 20 sampel petani

yang di ambil adalah 10% dari jumlah populasi yang ada. Hal ini sesuai dengan

pernyataan beberapa peneliti dalam Singarimbun M dan Sofian E (1985) , bahwa

besarnya sampel tidak boleh kurang dari 10 %, berdasarkan pertimbangan bahwa

Derajat keseragaman (degree of homogenitas) dari populasi

(Singarimbun M dan Sofian E, 1985) .

Data kelompok jumlah anggota petani keseluruhan dan sampel dapat dilihat pada

(34)

Tabel 6 Sampel Usahatani

Nama Desa Nama Kelompok Tani

Jumlah Anggota Kelompok

Sampel Petani (Orang)

Desa Kota Tengah

Subur Jaya 53

Singelang 50

Tani Jaya 65

Rahayu 25 3

Total 197 orang 20 orang

Sampel Pengusaha

Penentuan sampel usaha pengolahan ditentukan secara purposive (sengaja)

dengan metode sensus. Metode sensus adalah pencatan yang menyeluruh terhadap

elemen-elemen yang menjadi objek penyelidikan. Ini dilakukan terhadap populasi

yang jumlahnya sedikit. Ini sesuai dengan teori yang dinyatakan oleh Arikuntoro

(1998) “Jika subjek penelitian sedikit maka seluruh subjek dijadikan sampel dan

penelitian menjadi penelitian populasi dan jika subjeknya besar, sampel dapat

diambil 10-15% atau lebih (Supranto, 2003).

Data kelompok produk olahan jumlah keseluruhan dan sampel dapat dilihat pada

[image:34.595.137.508.613.708.2]

tabel berikut :

Tabel 7. Sampel Pengolah

No. Desa Pegajahan Populasi Unit Usaha Sampel (Orang)

1. Mie yeye 2 2

2. Opak Lidah 2

3. Renginang 1

4. Mie Rajang 5

(35)

3.3. Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan untuk memenuhi lampiran penelitian ini meliputi data

primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari

petani sampel, yaitu petani ubi kayu sampel kecamatan Dolok Masihul.

Pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara (interview), kuisioner.

Sedangkan data sekunder di peroleh dari lembaga serta instansi yang ada

hubungan dengan masalah penelitian, seperti : Badan Pusat Statistik Prov.

Sumatera Utara, Dinas Pertanian Kab. Serdang Bedagai, Dinas Perindustrian Dan

Perdagangan Kab. Serdang Bedagai, Kantor Kecamatan Dolok Masihul dan

Kantor Kecamatan Pegajahan.

3.4. Metode analisis data

Untuk Hipotesis 1 dan 2 menggunakan analisis studi kelayakan untuk menguji

layak tidaknya suatu usaha secara finansial.

Analisis Kelayakan secara Finansial , mengunakan beberapa analisis seperti di

bawah ini :

a. R/C Ratio (Revenue:Cost)

Merupakan perbandingan (ratio atau nisbah) antara penerimaan (revenue)

dan biaya (cost). Dengan formulasi sebagai berikut :

(36)

dimana:

R/C ratio = ratio antara penerimaan dan cost

R = Penerimaan (Revenue)

C= Biaya (Cost)

Kriteria pengambilan keputusan:

R/C >1, Layak untuk diusahakan

R/C <1, Tidak layak untuk diusahakan

b. NPV (Net Present Value)

PV adalah metode penilaian yang dapat menciptakan cash in flow

dibandingkan dengan opportunity cost dari capital yang ditanamkan. Jika

hasil perhitungan NVP > O maka dapat dikatakan bahwa kegiatan yang

dilakukan menghasilkan cash in flow dengan persentase yang lebih besar

dibandingkan dengan opportunity cost-nya. Dengan formulasi sebagai

berikut :

(37)

dimana :

NPV = Net Present Value

Ct = Cost total (Rp)

Bt = Benefit total(Rp)

n = Waktu ( tahun)

I = Tingkat bunga(%)

Kriteria pengambilan keputusan:

- NPV>O, layak untuk diusahakan

- NPV=O, tidak untung dan tidak rugi (impas)

- NPV<0,tidak layak untuk diusahakan dan tidak menguntungkan

c. B/C ratio (Benefit : Cost)

Merupakan perbandingan antara jumlah benefit dengan jumlah cost secara

keseluruhan .Dengan formulasi sebagai berikut :

B/C ratio=

= =

n

t n

t

Ct Bt

0 0

dimana:

Bt = Manfaat atau benefit pada waktu

Ct = Biaya atau cost pada waktu ke n

n= waktu ke n

(38)

Kriteria penganbilan keputusan :

- B/C >1 maka pengelolaan secara finansial layak dikembangkan

- B/C<1 maka pengelolaan secara finansial tidak layak di

kembangkan.

d. IRR (Internal Rate of Return)

IRR adalah suatu metode untuk mengukur tingkat investasi. Tingkat

investasi adalah suatu tingkat bunga dimana seluruh net cash flow setelah

dikalikan discount factor. Jika hasil IRR ternyata lebih besar dari bunga

bank maka dapat dikatakan bahwa investasi yang dilakukan lebih

menguntungkan jika dibandingkan modal yang dimiliki disimpan di bank.

IRR=

(

)(

1 2

)

2

1

1 i i

NPV NPV

NPV

i

− +

Dimana: i1= Tingkat discount rat yang menghasilkan NPV1

I2 = Tingkat discount rate yang mengahasilkan NPV2

Kriteria penganbilan keputusan :

- IRR >i (Suku bunga berlaku), layak diusahakan

- IRR <i (Suku bunga berlaku), Tidak layak diusahakan

e. PI (Profitabilitas Index)

Merupakan jangka waktu tertentu yang menunjukkan terjadinya arus

penerimaan (Cash In Flow) secara kumulatif sama dengan jumlah

(39)

PI =

dimana:

PI = Profitabilitas Index

PV cash inflow = Nilai harapan yang akan didapat dimasa akan

datang

Initial cash outlay = investasi proyek

Masalah 3 akan dianalisis dengan metode analisis SWOT yaitu dengan mengamati

kekuatan dan kelemahan yang berasal dari internal usahatani dan pengolahan,

Serta mengamati peluang dan ancaman yang berasal dari eksternal usahatani dan

pengolahan yang kemudian disusun upaya dan strategi yang diterapkan dalam

peningkatan kinerja sistem pemasaran produk didaerah penelitian. Dengan analisis

SWOT dapat dilihat jalan keluar untuk memperoleh jawaban dalam menyusun

(40)

3.5. Defenisi

1. Agribisnis merupakan kegiatan yang utuh di dalam pertanian yang terdiri

dari subsistem pra produksi, produksi dan post produksi.

2. Studi Kelayakan merupakan bahan pertimbangan dalam mengambil suatu

keputusan, apakah menerima atau menolak suatu proyek yang di

rencanakan.

3. Analisis Finansial merupakan analisis dimana suatu proyek dilihat dari

sudut yang bersifat individual artinya tidak perlu diperhatikan apakah efek

atau dampak dalam perekonomian dalam lingkup yang lebih luas.

4. Layak dalam suatu penilaian studi kelayakan merupakan kemungkinan

suatu gagasan proyek/usaha yang akan dilaksanakan memberi manfaat

(benefit), baik dalam arti financial benefit maupun dalam social benefit.

5. Harga merupakan nilai suatu barang yang di tentukan dengan uang.

6. Permintaan adalah keinginan yang didukung oleh daya beli dan akses

untuk membeli, artinya permintaan akan terjadi apabila didukung oleh

kemampuan yang dimiliki seseorang konsumen untuk membeli.

7. Penawaran merupakan keseluruhan atau banyaknya jumlah

produk/komoditas yang ditawarkan oleh produsen berdasarkan harga yang

sudah ditentukan kepada pembeli sehingga terjadi tawar menawar

terhadap harga.

8. Nilai tambah merupakan hasil bagi antara seluruh manfaat yang dapat

(41)

3.6. Batasan Operasional

1. Sampel dalam penelitian ini adalah Petani Ubi Kayu dan Pengusaha

Pengolah Ubi Kayu.

2. Lokasi Penelitian ini adalah Kecamatan Dolok Masihul dan Kecamatan

Pegajahan Kabupaten Serdang Bedagai.

(42)

BAB IV

DESKRIPSI WILAYAH DAN KARAKTERISTIK SAMPEL

4.1 Deskripsi Wilayah 4.1.1 Letak Daerah Penelitian

Penelitian ini dilakukan di dua kecamatan yaitu di Kecamatan Dolok Masihul

sebagai daerah Usahatani ubi kayu terbesar di Kabupaten Serdang Bedagai dan

Kecamatan Pegajahan sebagai daerah usaha pengolahan Kabupaten Serdang

Bedagai.

4.1.1.1.Kecamatan Dolok Masihul

[image:42.595.115.509.406.690.2]

(43)

Kecamatan Dolok Masihul adalah salah satu dari 17 kecamatan yang berada di

Kabupaten Serdang Bedagai dengan batas-batas sebagai berikut :

1. Sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Sei Rampah

2. Sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Sipispis

3. Sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Tebing Tinggi

4. Sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Serba jadi dan Kecamatan

Bintang Bayu.

Wilayah Dolok Masihul sebagian besar terletak di dataran rendah dan sebagian

kecil terletak di dataran tinggi yaitu sekitar 200 M di atas permukaan laut.

Kecamatan Dolok Masihul terdiri dari :

1. Desa : 27

2. Kelurahan : 1

3. Dusun : 110

(44)
[image:44.595.119.523.125.406.2]

4.1.1.2.Kecamatan Pegajahan

Gambar 5. Kecamatan Pegajahan

Pemerintahan Kecamatan Pegajahan mempunyai sejarah tersendiri seiring dengan

perkembangan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Ada 5 tahap perkembangan

wilayah Kecamatan Pegajahan, yaitu sebagai berikut:

1. Masa Kerajaan Negeri Serdang

Nama wilayah :Luhak Perbaungan ( Kecamatan Pegajahan +

Kecamatan Pantai Cermin)

Ibukota :Pegajahan

(45)

Nama wilayah : Luhak Perbaungan ( Kecamatan Pegajahan +

Kecamatan Pantai Cermin)

Ibukota :Pegajahan

3. Masa Pemerintahan Negara Republik Indonesia

Nama wilayah :Luhak Negara Republik Indonesia Pegajahan

Wilayah :Kecamatan Pegajahan

Ibukota :Pegajahan

4. Masa Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia

Nama wilayah :Kecamatan Pegajahan

Wilayah :Pegajahan

Ibukota :Pegajahan

Perubahan perkembangan Negara berdampak atas perkembangan daerah daerah

hingga sampai pada kecamatan, hal ini mengakibatkan terjadinya pemekaran

kecamatan Pegajahan menjadi 2 kecamatan yaitu :

1. Kecamatan pegajahan (Kecamatan induk, terdiri dari 28 desa)

2. Kecamatan pegajahan (Kecamatan pemekaran terdiri dari 13 desa

Kecamatan Pegajahan adalah salah satu dari 17 kecamatan yang berada di

Kabupaten Serdang Bedagai dengan batas-batas sebagai berikut :

1. Sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Perbaungan

2. Sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Serba jadi

3. Sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Sei- Rampah

(46)

Wilayah Pegajahan memiliki luas wilayah 10316 Ha, sebagian besar terletak di

dataran rendah dan sebagian kecil terletak di dataran tinggi yaitu kurang lebih

13-16 M di atas permukaan laut.

Kecamatan Pegajahan terdiri dari :

1. Desa : 12

2. Kelurahan : : 1

3. Dusun : 6

4.1.2 Keadaan Penduduk

4.1.2.1. Kecamatan Dolok Masihul

Jumlah penduduk Kecamatan Dolok Masihul adalah 52972 jiwa dengan jumlah

Laki-laki sebanyak 26155 jiwa dan jumlah perempuan sebanyak 26817 jiwa.

[image:46.595.111.506.523.591.2]

Untuk lebih jelasnya dapat di lihat pada tabel berikut ini:

Tabel 8. Jumlah Penduduk Kecamatan Dolok Masihul

Jenis Kelamin Jumlah Persentase

Laki-laki 26155 jiwa 49,38 %

Perempuan 26817 jiwa 50,62 %

Total 52972 jiwa 100 %

Dari tabel diketahui bahwa di Kecamatan Dolok Masihul jumlah penduduk laki-

laki dengan jumlah penduduk perempuan hampir sama hanya berbeda 1,24 %.

Jumlah penduduk perempuan lebih banyak dari jumlah penduduk laki-laki yaitu

26817 jiwa atau 50,62 % sedangkan jumlah penduduk laki-laki adalah 26155

(47)

Dalam penelitian ini, peneliti memilih Desa Kota Tengah sebagai daerah

penelitian. Desa Kota Tengah merupakan salah satu desa penghasil ubi kayu di

Kecamatan Dolok Masihul. Jarak dari Kantor Kepala desa ke Kantor Camat lebih

[image:47.595.116.515.206.493.2]

kurang 5 km.

Gambar 6. Desa Kota Tengah

Adapun data mengenai keadaan Desa Kota Tengah yaitu sebagai berikut :

1. Kependudukan

Jumlah penduduk Desa Kota Tengah Kecamatan Dolok Masihul adalah 5265

jiwa dengan jumlah kepala keluarga sebanyak 1346 jiwa. Untuk lebih jelasnya

dapat di lihat pada tabel berikut ini:

KANTOR KELURAHAN

KANTOR KECAMATAN KELOMPOK

SINGELANG KELOMPOK SUBUR KELOMPOK RAHAYU

(48)
[image:48.595.111.507.112.179.2]

Tabel 9. Jumlah Penduduk Desa Kota Tengah Kecamatan Dolok Masihul

Jenis Kelamin Jumlah Persentase

Laki-laki 2632 jiwa 67,15 %

Perempuan 1287 jiwa 32,84 %

Total 3919 jiwa 100 %

Dari tabel diketahui bahwa di Desa Kota Tengah Kecamatan Dolok Masihul

jumlah penduduk laki- laki dengan jumlah penduduk perempuan berbeda 34,31

%. Jumlah penduduk laki- laki lebih banyak dari jumlah penduduk perempuan

yaitu 2632 jiwa atau 67,15 % sedangkan jumlah penduduk perempuan adalah

1287 jiwa atau 32,84 %.

2. Mata Pencaharian

Dari hasil penelitian bahwa mayoritas penduduk Desa Kota Tengah Kecamatan

Dolok Masihul bermata pencaharian sebagai pegawai swasta yaitu 417 jiwa atau

39,00 %,yang menempati urutan kedua adalah sebagai petani yaitu 285 jiwa

atau 26,66 % dari keseluruhan jenis mata pencaharian. Kemudian diikuti

penduduk yang mempunyai mata pencaharian sebagai pedagang 174 jiwa atau

16,28 %, sedangkan penduduk yang mata pencaharian lain yaitu sepert I Buruh

Tani, Karyawan, PNS dan lain-lain berjumlah 610 jiwa atau 57,06 % dari jumlah

penduduk Desa Kota Tengah Kecamatan Dolok Masihul yang bermata

pencaharian. Dari Penjelasan di atas, maka dapat di simpulkan bahwa daerah

penelitian merupakan daerah potensial sebagai daerah pertanian. Untuk lebih

jelasnya,mengenai jumlah dan distribusi penduduk berdasarkan mata pencaharian

di Desa Kota Tengah Kecamatan Dolok Masihul dapat dilihat pada tabel berikut

(49)

Tabel 10. Distribusi Penduduk Menurut Mata Pencaharian Di Desa Kota Tengah

Kecamatan Dolok Masihul

Mata Pencaharian Jumlah Persentase

Petani 285 jiwa 26.66 %

Pedagang 174 jiwa 16,28%

Buruh Tani 103 jiwa 9,64 %

Karyawan 13 jiwa 1,22 %

PNS 37 jiwa 3,46 %

Peg.swasta 417 jiwa 39,00 %

Dan lainnya 40 jiwa 3,74 %

Total 1069 jiwa 100%

4.1.2.2. Kecamatan Pegajahan

Jumlah penduduk Kecamatan Pegajahan adalah 28970 jiwa dengan jumlah

Laki-laki sebanyak 14619 jiwa dan jumlah perempuan sebanyak 14351 jiwa. Untuk

[image:49.595.117.507.158.300.2]

lebih jelasnya dapat di lihat pada tabel berikut ini:

Tabel 11. Jumlah Penduduk Kecamatan Pegajahan

Jenis Kelamin Jumlah Persentase

Laki-laki 14619 jiwa 50,46 %

Perempuan 14351 jiwa 49,54 %

Total 28970 jiwa 100 %

Dari tabel diketahui bahwa di Kecamatan Dolok Masihul jumlah penduduk laki-

laki dengan jumlah penduduk perempuan hampir sama hanya berbeda 0.92 %.

Jumlah penduduk laki-laki lebih banyak dari jumlah penduduk perempuan yaitu

14619 jiwa atau 50,46 % sedangkan jumlah penduduk laki-laki adalah 14619

(50)

Dalam penelitian ini, peneliti memilih Desa Pegajahan Kecamatan Pegajahan

sebagai daerah penelitian. Desa Pegajahan merupakan salah satu desa penghasil

ubi kayu di Kecamatan Pegajahan. Jarak dari Kantor Kepala desa ke Kantor

[image:50.595.103.489.217.475.2]

Camat lebih kurang 0,5 km

GAMBAR 7. Desa Pegajahan

Adapun data mengenai keadaan Desa Pegajahan yaitu sebagai berikut :

1. Kependudukan

Jumlah penduduk Desa Pegajahan Kecamatan Pegajahan adalah 4452 jiwa

dengan jumlah kepala keluarga sebanyak 781 jiwa Untuk lebih jelasnya dapat di

lihat pada tabel berikut ini:

KANTOR KECAMATAN

(51)

Tabel 12. Jumlah Penduduk Desa Pegajahan Kecamatan Pegajahan

Jenis Kelamin Jumlah Persentase

Laki-laki 1824 jiwa 49,69 %

Perempuan 1847 jiwa 50,31 %

Total 3671 jiwa 100%

2. Mata Pencaharian

Dari hasil penelitian bahwa mayoritas penduduk Desa Pegajahan Kecamatan

Pegajahan bermata pencaharian sebagai petani yaitu 338 jiwa atau 42,14 % dari

keseluruhan jenis mata pencaharian. Kemudian diikuti penduduk yang

mempunyai mata pencaharian sebagai karyawan 164 jiwa atau 20,44 %, dan

pedagang 107 jiwa atau 13,34 %, sedangkan penduduk yang mata pencaharian

lain yaitu sepert I Buruh Tani, PNS, POLRI dan lain-lain berjumlah 193 jiwa atau

24,06 % dari jumlah penduduk Desa Pegajahan Kecamatan Pegajahan yang

bermata pencaharian. Dari Penjelasan di atas, maka dapat di simpulkan bahwa

daerah penelitian merupakan daerah potensial sebagai daerah pertanian dan

pengolahan. Untuk lebih jelasnya,mengenai jumlah dan distribusi penduduk

berdasarkan mata pencaharian di Desa Pegajahan Kecamatan Pegajahan dapat

(52)

Tabel 13. Distribusi Penduduk Menurut Mata Pencaharian Di Desa Pegajahan

Kecamatan Pegajahan

Mata Pencaharian Jumlah Persentase

Petani 338 jiwa 42,14 %

Pedagang 107 jiwa 13,34 %

Buruh Tani 82 jiwa 10,22 %

Karyawan 164 jiwa 20,44 %

PNS 34 jiwa 4,24 %

POLRI 6 jiwa 7,48 %

Dan lainnya 71 jiwa 8,85%

Total 802 jiwa 100%

4.2 Karakteristik Sampel 4.2.1. Usaha Tani Ubi Kayu

Berdasarkan hasil penelitian di ambil 20 sampel petani ubi kayu dengan

karakteristik petani yang meliputi: Umur, Lama berusaha, Luas Lahan, dan

Jumlah Tanggungan. Untuk Lebih Jelasnya mengenai karakteristik petani ubi

kayu dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 14. Karakteristik Petani Ubi Kayu

No. Karakteristik Satuan Rata-rata Rerata

1 Umur Tahun 44 29-60

2 Lama Berusaha Tahun 15.1 9-30

3 Luas Lahan Rante 22.1 10-50

4 Jumlah Tanggungan Orang 5 3-7

Sumber : Lampiran 10

Dari Tabel diatas terlihat bahwa rata-rata luas lahan yang digunakan petani untuk

usahatani ubi kayu adalah 22.1 rante. Hal ini menunjukkan bahwa petani

(53)

Rata-rata umur petani ubi kayu adalah 44 tahun. Ini berarti rata-rata petani ubi

kayu masih berada dalam usia produktif (15-55 tahun) sehinggga masih memiliki

tenaga kerja yang baik untuk jangka waktu yang lama.

Rata-rata lama berusaha untuk petani ubi kayu adalah 15 tahun. Ini berarti sudah

berpengalaman dalam usahatani ubi kayu, hal ini tentunya akan mempermudah

petani untuk lebih selektif dalam menetukan bibit,pupuk,pestisida dan herbisida

yang baik sesuai dengan usahatani yang petani usahakan.

Rata-rata jumlah tanggungan adalah 5 orang. Ini berarti jika rata-rata jumlah

tanggungan 4 orang tersebut berada pada umur produktif (15-55 tahun) maka dapt

diperbantukan dalam usahatani ubi kayu sehingga tidak perlu mengupah tenaga

kerja luar keluarga dan dapat menekan biaya produksi khususnya biaya tenaga

kerja.

4.2.2. Usaha Pengolahan Ubi Kayu

Berdasarkan hasil penelitian diambil 10 sampel pengusaha pengolah ubi kayu

yang terdidi dari 4 jenis produk olahan, diantaranya : Mie Rajang, Mie Yeye,

Opak Lidah dan Rengginang dengan karakteristik yang meliputi : Umur, Lama

berusaha, Luas Usaha dan Jumlah Tanggungan. Untuk lebih jelasnya mengenai

(54)

Tabel 15. Karakteristik Pengusaha Pengolah Ubi Kayu

No. Karakteristik Satuan Rata-rata Rerata

1 Umur Tahun 40 26-60

2 Lama Berusaha Tahun 4 2-8

3 Luas Lahan M2 324 60-800

4 Jumlah Tanggungan Orang 4 3-6

Sumber : lampiran 1

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa rata-rata umur pengusaha pengolah ubi kayu

adalah 40 tahun. Ini berarti rata-rata pengusaha pengolah ubi kayu masih berada

pada usia produktif (15-55 tahun).

Rata-rata lama berusaha dari pengusaha ubi kayu adalah 4 Tahun. Hal ini berarti

usaha pengolahan yang diusahakan masih dikatakan baru, permintaan akan

produk masih besar.

Rata-rata luas usaha adalah 324 m2. Ini berarti luas usaha yang dimiliki masih

bertaraf industri rumah tangga belum mencapai industri besar.

Rata-rata jumlah tanggungan adalah 4 orang. Ini berarti jika rata-rata jumlah

tanggungan 4 orang tersebut berada pada umur produktif (15-55 tahun) maka dapt

diperbantukan dalam usaha pengolahan ubi kayu sehingga tidak perlu mengupah

tenaga kerja luar keluarga dan dapat menekan biaya produksi khususnya biaya

(55)

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil

5.1.1 Budidaya Usahatani Ubi Kayu

Ubi kayu termasuk kelas Dicotyledoneae. Ubi kayu masuk dalam family

Euphorbiaceae yang mempunyai 7200 spesies, beberapa diantaranya mempunyai

nilai komersil seperti Karet (Hevea brasiliensis), Jarak (Ricinius comunis dan

Jatropha curcas), Umbi-umbian (Manihot spp), dan Tanaman Hias (Euphorbia

spp).

Klasifikasi tanaman ubi kayu sebagai berikut :

Kelas : Dicotyledoneae

Subkelas : Arhichlamydeae

Ordo : Euphorbiales

Family : Euphorbiaceaea

Subfamily : Manihotae

Genus : Manihot

(56)

Manihot esculenta Crantz mempunyai nama lain M.utilisima dan M. alpi. Semua

genus Manihot berasal dari Amerika Selatan. Brasil merupakan pusat asal dan

sekaligus sebagai pusat keragaman ubi kayu. Manihot merupakan 100 spesies

yang jelas diklasifikasikan dan mayoritas ditemukan didaerah yang relatif kering.

Tanaman ubi kayu tumbuh didaerah antara 300 lintang selatan dan 300 lintang

utara, yakni daerah dengan suhu rata-rata lebih dari 180 C dengan curah hujan

diatas 500 mm/tahun. Namun demikian, tanaman ubi kayu dapat tumbuh pada

ketinggian 2000m dpl atau didaerah subtropika dengan suhu rata rata 160 C.

Diketinggian tempat sampai 300 m dpl tanaman ubi kayu dapat menghasilkan

umbi dengan baik tetapi tidak dapat berbunga. Namun, ketinggian tempat 800 m

dpl tanaman ubi kayu dapat menghasilkan bunga dan biji.

Dari hasil penelitian diperoleh bahwa usahatani ubi kayu yang di usahakan

sebagian besar penduduk desa kota tengah adalah ubi kayu. Letak ladang mereka

berdekatan dengan perkebunan sawit milik pemerintah. Bahkan ada beberapa

penduduk yang bertanam ubi kayu di pinggiran tanaman sawit dalam jumlah yang

kecil dan ada juga yang memiliki sekian Ha Luasan lahan di belakang atau

disamping rumah. Hampir sebagian besar lahan ubi kayu terapit oleh ber Ha

luasan tanaman sawit pemerintah.

Ada beberapa kegiatan yang dilakukan petani dalam melakukan usahatani,

diantaranya :

1. Pengolahan Tanah

Pengemburan tanah di lakukan setelah lahan bersih dari gulma.

(57)

struktur tanaman agar menjadi gembur sehingga tanaman ubi kayu dapat

tumbuh subur. Pengolahan lahan dilakukan dengan menggunakan traktor

yang di sewa.

Gambar 8. Pengolahan Tanah

2. Penanaman

Pada kegiatan penanaman kebanyakkan penduduk yang berusahatani ubi

kayu mengupahkan setiap tahapan pertanaman kepada pemborong

sehingga penduduk tidak banyak membeli alat pertanian. Bagi pemilik

lahan hanya menyediakan bibit yang terkadang di beli setiap kali mau

bertani, ada yang memanfaatkan batangan hasil penen sebelumnya, ada

yang memanfaatkan batang hasil panen milik tetangga dan melakukan

barter batang hasil panen di lahannya. Hal seperti ini di percaya petani

agar hasil panen di musim berikutnya lebih baik.

Benih tanaman berupa setek batang berukuran 20-30 cm setek yang

terbaik berasal dari bagian tengah batang tanaman yang telah berumur

(58)

Gambar 9. Penanaman

3. Penyiangan

Pada kegiatan penyiangan petani dibantu oleh anggota keluarganya.

Penyiangan tidak terlalu sering dilakukan. Penyiraman dilakukan saat bibit

ubi kayu baru ditanam. Pada saat tanah mulai terlalu kering dan keras. Hal

ini dapat dilakukan waktu tanaman ubi kayu masih tidak terlalu tinggi,

selebihnya hanya bergantung dari air hujan.

(59)

4. Pemupukan

Pada kegiatan pemupukan petani di bantu oleh tenaga kerja luar keluarga,

artinya petani pemilik lahan mengupah tenaga kerja. Pada daerah

penelitian ini rata-rata petani pemilik lahan memberi upah berkisar Rp.

20.000 untuk 1 orang pekerja. Pemberian upah ini berdasarkan hitungan

rante, pekerja di beri upah Rp.20.000/ rante yang di kelolanya. Pemupukan

dilakukan 2x/sekali musim tanam, biasanya dilakukan pada saat tanaman

[image:59.595.152.508.325.470.2]

berumur 1-3 bulan dan 6-7 bulan.

Gambar 11. Pemupukan

5. Pengendalian hama dan penyakit

Pada kegiatan pengendalian Hama dan Penyakit dilakukan oleh petani

dengan melakukan penyemprotan herbisida 1x/ sekali musim tanam. Sama

halnya pada kegiatan pemupukkan, pada kegiatan ini petani memiliki

lahan juga mengupahkan kegiatan ini.

Pemilik lahan juga menyediakan pupuk serta herbisisa yang perolehan

herbisidanya juga tidak sulit. Khusus di desa Kota Tengah ini telah

(60)

letak toko tersebut berada disekitar peladangan ubi kayu. Hal ini

menjadikan petani lebih mudah untuk memperoleh bahan-bahan pertanian

Untuk pemeliharan tanaman ubi kayu ini tidak terlalu sulit dan intensif

seperti komoditi lain,sehingga tidak terlalu banyak pengawasan. Ubi kayu

merupakan tanaman yang tidak rentan terhadap penyakit tanaman

sehingga, banyak juga petani di desa lainnya yang bertanamam padi sawah

mengganti ke komodti ubi kayu. Petani merasa bertani padi sawah kurang

menguntungkan karena pada saat ini banyak serangan hama dan sulitnya

irigasi juga menjadi satu alasan. Oleh karenanya petani banyak beralih ke

[image:60.595.150.522.381.543.2]

komoditi ubi kayu.

Gambar 12. Pengendalian Hama dan Penyakit

6. Panen

Pada kegiatan pemanenan , para pemilik lahan juga menyerahkan kepada

pemborong untuk memanen. Segala macam peralatan dan tenaga kerja

serta pemasaran hasil panennya semua menjadi tanggung jawab agen.

Pemilik lahan hanya menerima hasil bersih dari penjualan. Hasil penjualan

ini berkisar Rp. 600 /kg. Pemanenan dilakukan ketika ubi kayu berumur

(61)
[image:61.595.149.507.81.400.2]

Gambar 13. Panen

Para pemborong yang memanen hasil usahatani ini merupakan agen yang

nantinya akan memasarkan hasil panen ubi kayu tersebut. Hasil panen

tersebut di kirim ke daerah lain seperti Sei Rampah, Tebing Tinggi,

Pegajahan, dan daerah lainnya untuk nantinya di olah.

Penyebaran pemasaran hasil ini juga berdasarkan pertimbangan bahwa

komoditi ubi kayu terdiri dari 2 jenis yang di sebut sebagai ubi kayu untuk

konsumsi langsung dan ubi kayu racun.

Ubi kayu untuk konsumsi memiliki batang yang tumbuh tunggal dan lurus

ke atas, sedangkan ubi racun merupakan ubi yang pertumbuhannya

memiliki cabangan. Ubi kayu racun merpakan bahan baku industri tepung

(62)

Untuk ubi kayu konsumsi sebagian kedaerah pegajahan yang merupakan

kecamatan pengolahan ubi kayu menjadi makanan ringan.

Karena lahan yang luas dan hasil panen yang banyak serta tempat pemasaran hasil

panen yang sudah jelas, maka penduduk tetap mempertahankan ubi kayu sebagai

mata pencaharian utama. Dan tidak sedikit dari petani mencari mata pendapatan

tambahan dari mendodos sawit. Banyaknya tanaman sawit yang akan di panen

menjadi peluang bagi petani menperoleh pendapatan tambahan dari upah lepas

harian mendodos sawit.

Untuk limbah hasil panen ada yang langsung di bakar ada juga dari petani yang

memanfaatkan sebagian batangan sebagai bibit untuk musim tanam berikutnya,

dan ada juga yang menjual daun daun hasil panen sebagai bahan pakan ternak.

5.1.2 Tahapan Kegiatan Usaha Pengolahan Ubi Kayu

Industri Pengolahan adalah suatu kegiatan ekonomi yang melakukan kegiatan

mengubah suatu barang dasar secara mekanis, kimia atau dengan tangan sehingga

menjadi barang jadi atau barang setengah jadi dan atau barang yang kurang

nilainya menjadi barang yang lebih tinggi nilainya, dan sifatnya lebih dekat

(63)
[image:63.595.211.412.83.244.2]

Gambar 14. Ubi Kayu Sebagai bahan baku

Desa Pegajahan merupakan sal

Gambar

Tabel 1. Luas Tanam Ubi Kayu Menurut Kabupaten/ Kota Di Sumatera Utara Tahun 2008
Tabel 2. Luas Panen,Produksi dan Rata-Rata Produksi Ubi Kayu di Kab. Serdang Bedagai     Tahun 2008
Tabel 7. Sampel Pengolah
Gambar 4. Kecamatan Dolok Masihul
+7

Referensi

Dokumen terkait

Usahatani kopi Arabika di Desa Karangpring secara finansial layak untuk diusahakan apabila terjadi kenaikan biaya produksi kurang dari 25% atau penurunan harga jual kopi

Dalam setiap usahatani petani memerlukan input produksi seperti biaya bibit, pupuk, pestisida, tenaga kerja, biaya penyusutan, biaya tambahan (sewa tanah, perawatan mesin, iuran

Pengujian secara keseluruhan menggunakan uji F, dimana F hitung (108,389) &gt; F tabel (27,279), artinya variabel luas lahan, tenaga kerja, modal, dan teknologi berpengaruh

10 Total Biaya Tetap dan Biaya Variabel yang Dikeluarkan Petani Semangka di Desa Lestari Dadi Kecamatan Pegajahan Kabupaten Serdang Bedagai. 11 Produksi, Harga Jual,

Tenaga Kerja Pembukaan Lahan Usahatani Kepiting di Desa Pantai Cermin Kiri

Masukan (input) yang digunakan dalam produksi kepiting akan menjadi biaya. produksi usahatani kepiting yaitu seluruh biaya yang dikeluarkan

Berdasarkan hasil analisis usahatani ubi jalar lokasi penelitian layak untuk diusahakan dengan hasil rasio R/C sebesar 1,86 yang berarti setiap satu rupiah biaya yang dikeluarkan

PY = Harga Y Rp/Kg Untuk menghitung pendapatan usahatani menggunakan hitungan secara matematis berikut : = TR-TC Keterangan : = Pendapatan Rp TC = Biaya Total Rp TR = Total