• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Usahatani Dan Usaha Pengolahan Sukun (Artocarpus Altilis P.) Di Kabupaten Serdang Bedagai (Studi Kasus : Desa Bantan, Kecamatan Dolok Masihul Dan Desa Bengkel, Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdang Bedagai)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Usahatani Dan Usaha Pengolahan Sukun (Artocarpus Altilis P.) Di Kabupaten Serdang Bedagai (Studi Kasus : Desa Bantan, Kecamatan Dolok Masihul Dan Desa Bengkel, Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdang Bedagai)"

Copied!
92
0
0

Teks penuh

(1)

Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdang Bedagai)

S K R I P S I

OLEH :

MUSLAINY DALIMUNTHE 040304030

SEP-AGRIBISNIS

DEPARTEMEN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(2)

ANALISIS USAHATANI DAN USAHA PENGOLAHAN SUKUN (Artocarpus altilisP.) DI KABUPATEN SERDANG BEDAGAI (Studi Kasus : Desa Bantan, Kecamatan Dolok Masihul dan Desa Bengkel,

Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdang Bedagai)

S K R I P S I

OLEH :

MUSLAINY DALIMUNTHE 040304030

SEP-AGRIBISNIS

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Dapat Memperoleh Gelar Sarjana di Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara

Disetujui Oleh : Komisi Pembimbing

( Ir. Thomson Sebayang, MT ) ( Dr. Ir. Satia Negara Lubis, MEc )

Ketua Anggota

DEPARTEMEN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN

(3)

RINGKASAN

Muslainy Dalimunthe (040304030) dengan judul skripsi ANALISIS USAHATANI DAN USAHA PENGOLAHAN SUKUN (Artocarpus altilis P.) DI KABUPATEN SERDANG BEDAGAI. Penulisan skripsi ini dibimbing oleh Bapak Ir. Thomson Sebayang, MT dan Bapak Dr. Ir. Satia Negara Lubis, MEc.

Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret sampai April tahun 2008. Pemilihan daerah penelitian dilakukan secara Purposive yaitu daerah dipilih dengan cermat sehingga sesuai dengan tujuan penelitian.

Pengambilan sampel dilakukan secara simpel random sampling dan Sensus. Teknik simpel random sampling digunakan karena karakteristik petani yang menjadi sampel relatif homogen dan teknik sensus digunakan karena hanya terdapat 8 sampel yang ada di desa tersebut. Penentuan besarnya sampel dilakukan sebanyak 13 sampel di Desa Bantan dan 8 di Desa Bengkel.

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari penduduk yang berada di Desa Bantan dan Desa Perbaungan serta lembaga atau instansi yang terkait dalam penelitian ini.

Dari penelitian diperoleh hasil sebagai berikut :

1. Jumlah produksi dan harga jual usahatani sukun telah melampaui titik impas (BEP) sebesar 15.315,17/Ha, serta BEP Harga sebesar Rp. 383,00 buah/Ha.

2. Biaya produksi dari usahatani sukun telah melampaui titik impas (BEP) sebesar Rp. 4.375.548,54 per Ha dimana BEP Produksi sebesar 445,27 buah per Ha.

3. Pendapatan petani dari usahatani sukun telah melampaui titik impas (BEP) sebesar Rp. 13.228.078,96 per Ha dimana BEP Pendapatan sebesar Rp. 479.424,36 per Ha.

4. Penggunaan input produksi (luas lahan, tenaga kerja dan pupuk) secara serempak berpengaruh nyata terhadap produksi usahatani sukun, karena input produksi sangat menentukan keberhasilan suatu proses produksi, dan secara parsial yang berpengaruh nyata terhadap produksi adalah luas lahan dan pupuk.

5. Nilai Net B/C Ratio dan IRR rata-rata usahatani sukun adalah 24,25 dan 5,92% per petani, artinya Net B/C Ratio > 1 dan IRR > suku bunga maka usahatani sukun layak secara finansial untuk diusahakan.

6. Jumlah dan harga jual hasil olahan rata-rata dari usaha pengolahan sukun telah melampaui titik impas (BEP) sebesar 381,09 buah/bulan, sedangkan harga jual sebesar Rp. 24.031,3/kg dimana BEP Harga sebesar Rp. 13.337,99/kg per bulan.

7. Biaya Pengolahan dari usaha Pengolahan sukun telah melampaui titik impas (BEP) sebesar Rp. 5.106.641,12/bulan.

(4)

9. Usaha pengolahan sukun memberikan nilai tambah dimana nilai tambah rata-rata pengolahan sukun sebesar Rp. 5.120.920,31/kg, dengan produksi rata-rata 381,09 kg keripik sukun/bulan.

(5)

RIWAYAT HIDUP

MUSLAINY DALIMUNTHE,lahir di Natal pada tanggal 04 Maret 1986 anak dari Ayah Zaiful Bahry Dalimunthe, SP dan Ibu Sahmiah. Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara.

Pendidikan formal yang pernah ditempuh penulis adalah sebagai berikut : 1. Tahun 1991 masuk TK Permata Bunda Perbaungan , tamat pada tahun 1992. 2. Tahun 1992 masuk Sekolah Dasar Negeri Perbaungan, tamat tahun 1998. 3. Tahun 1998 masuk Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri 1 Perbaungan,

tamat tahun 2001.

4. Tahun 2001 masuk Sekolah Lanjutan Tingkat Atas Negeri 1 Perbaungan, tamat tahun 2004.

5. Tahun 2004 diterima di Departemen Sosial Ekonomi Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan, melalui jalur PMP.

6. Bulan Maret 2008 melaksanakan Penelitian Skripsi di Desa Bantan Kecamatan Dolok Masihul dan Desa Bengkel Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdang Bedagai.

(6)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Judul skripsi ini adalah ANALISIS USAHATANI DAN USAHA PENGOLAHAN SUKUN (Artocarpus altilis P.) DI KABUPATEN SERDANG BEDAGAI (Studi Kasus : Desa Bantan Kecamatan Dolok Masihul dan Desa Bengkel Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai). Tujuan dari penyusunan skripsi ini adalah sebagai salah satu syarat untuk dapat memperoleh gelar sarjana pada Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Ir. Thomson Sebayang, MT selaku Ketua Komisi Pembimbing yang telah banyak meluangkan waktunya untuk mengajari, memotivasi dan membantu penulis dalam penyelesaian skripsi ini, serta Bapak Dr. Ir. Satia Negara Lubis, MEc selaku Anggota Komisi Pembimbing yang telah banyak meluangkan waktunya untuk mengajari dan membantu penulis dalam penyempurnaan skripsi ini.

Pada kesempatan ini penulis juga mengucapkan terima kasih kepada :  Bapak Ir. Luhut Sihombing, MP selaku Ketua Departemen SEP, FP-USU dan

Ibu Dr. Ir. Salmiah, MS selaku Sekretaris Departemen SEP, FP-USU yang telah memberikan kemudahan dalam hal kuliah.

(7)

pemberian data dan informasi sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

 Seluruh staf pengajar dan pegawai di Departemen SEP, FP-USU yang memberikan kelancaran dalam hal administrasi.

 Rekan-rekan mahasiswa/mahasiswi stambuk 2004 Departemen Sosial Ekonomi Pertanian, khususnya Mimi, Eci, Nisa dan Iis atas kebersamaan, motivasi dan canda tawa yang kalian berikan sehingga penulis menjadi lebih semangat dan Percaya diri dalam penyelesaian skripsi ini.

Penghargaan dan ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada : seluruh Pegawai Dinas Pertanian Kabupaten Serdang Bedagai dan seluruh responden yang menjadi sampel dalam penelitian ini, yang banyak membantu penulis dalam memberikan data dan informasi.

Segala hormat dan terima kasih secara khusus penulis ucapkan kepada Ayahanda Zaiful Bahry Dalimunthe, SP dan Ibunda Sahmiah atas motivasi, kasih sayang, dan dukungan baik secara materi maupun do a yang diberikan kepada penulis selama menjalani kuliah, tak lupa kepada Om dan Tante, adik Zaifan Abdullah Sani Dalimunthe, Ida, Dina, Desy, Devy, atas semangat yang diberikan.

Medan, Mei 2008

(8)

DAFTAR ISI

Hal

RINGKASAN ... i

RIWAYAT HIDUP... iii

KATA PENGANTAR... iv

DAFTAR ISI... vi

DAFTAR TABEL ... ... viii

DAFTAR GAMBAR...x

DAFTAR LAMPIRAN ...xi

PENDAHULUAN Latar Belakang... 1

Identifikasi Masalah ... 8

Tujuan Penelitian... 9

Kegunaan Penelitian...10

TINJAUAN LITERATUR DAN LANDASAN TEORI Tinjauan Pustaka ...12

Landasan Teori ...15

Kerangka Pemikiran...23

Hipotesis Penelitian...26

METODE PENELITIAN Metode Penentuan Lokasi Penelitian...27

Metode Penentuan Sampel...28

Metode Pengumpulan Data...29

Metode Analisis Data ...29

Defenisi dan Batasan Operasional...33

Defenisi...33

(9)

b. Keadaan Penduduk...36

c. Mata Pencaharian Penduduk...38

d. Sarana dan Prasarana...38

Karakteristik Petani Sampel ...39

Deskripsi Daerah Penelitian Desa Bengkel ...40

a. Luas dan Letak Geografis ...40

b. Tata Guna Tanah...41

c. Keadaan Penduduk...42

d. Mata Pencaharian Penduduk ...43

e. Sarana dan Prasarana ...44

Karakteristik Pengolah Sampel ...45

ANALISIS USAHATANI DAN USAHA PENGOLAHAN SUKUN 1. Analisis Usahatani Sukun...47

Biaya Produksi Sukun...47

2. Analisis Usaha Pengolahan Sukun ...50

Biaya Usaha Pengolahan Sukun...56

HASIL DAN PEMBAHASAN Titik Impas Hasil Produksi, Harga Jual dan Biaya Produksi Usahatani Sukun...60

Pengaruh Faktor Input Produksi (Pupuk, tenaga kerja dan Luas lahan) Terhadap Produksi...61

Tingkat Kelayakan Usahatani Sukun...64

Titik Impas Hasil Produksi, Harga Jual dan Biaya Produksi Usaha Pengolahan Sukun...65

Peningkatan Nilai Tambah (Value Added) Produk Dari Usaha Pengolahan Sukun ...67

Analisis Tingkat Kelayakan Usaha Pengolahan Keripik Sukun...68

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan...71

Saran ...72 DAFTAR PUSTAKA

(10)

DAFTAR TABEL

No Judul Hal

1. Komposisi Kimia dan zat Gizi buah sukun per 100 gram buah... 3

2. Luas Tanam (Ha), Produksi (Kwintal), dan Produktivitas (Kw/Ha) Komoditi Sukun Per Kecamatan di Kabupaten Deli Serdang Sebelum Pemekaran Tahun 2003-2004 ... 7

3. Jumlah Pohon (Phn), Produksi (Kwintal) dan Produktivitas (Kw/Phn) Komoditi Sukun Per Kecamatan di Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2005-2007...8

4. Jumlah Tanaman Sukun Per Desa di Kecamatan Dolok Masihul ...27

5. Jumlah Unit Usaha Pengolahan dan Pemasaran Sukun Per Dusun Di Desa Bengkel, Kecamatan Perbaungan...27

6. Distribusi Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin Tahun 2007 ...37

7. Distribusi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan Tahun 2007 ...37

8. Distribusi Penduduk Menurut Mata Pencaharian Tahun 2007 ...38

9. Sarana dan Prasarana yang Tersedia di Desa Bantan Tahun 2007 ...39

10. Karakteristik Petani Sampel di Desa Bantan Tahun 2008 ...39

11. Tata Guna Tanah di Desa Bengkel Tahun 2007 ...41

12. Distribusi Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin di Desa Bengkel Tahun 2007 ...42

13. Distribusi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan di Desa Bengkel Tahun 2007...43

14. Distribusi Penduduk Menurut Mata Pencaharian Tahun 2007 ...43

15. Sarana dan Prasarana yang Tersedia di Desa Bantan Tahun 200 ...44

16. Karakteristik Pengolah Sampel di Desa Bengkel Tahun 2008 ...45

17. Rataan Biaya Produksi, Penerimaan dan Pendapatan Usahatani Per Petani di Desa Bantan ...49

18. Rataan Biaya Produksi, Penerimaan dan Pendapatan Usahatani Per Ha di Desa Bantan ...49

(11)

21. Pengaruh Faktor Input Produksi (pupuk, tenaga kerja, luas Lahan) Terhadap Produksi ...62 22. Perbandingan antara Keuntungan Rata-rata dan Biaya Produksi Rata-rata dari

Usahatani Sukun Per Petani di Desa Bantan...65 23. Nilai Rata-rata BEP Pendapatan, BEP Produksi dan BEP Harga Dari Usaha

Pengolahan Sukun di Desa Bengkel ...66 24. Rata- rata Nilai Tambah Usaha Pengolahan Keripik Sukun di Desa

Bengkel ...68 25. Perbandingan antara Keuntungan Rata-rata dan Biaya Produksi Rata-rata dari

Usaha Pengolahan Sukun Per Hari, Per Bulan Dan Per tahun di Desa

(12)

DAFTAR GAMBAR

No Judul Hal

1. Grafik Produksi Total, Produksi Marginal dan Produksi

Rata-rata ...16

2. Grafik Biaya Total, Biaya Variabel dan Biaya Tetap ...19

3. Grafik Biaya dan Penerimaan ...19

4. Grafik Break Event Point...20

5. Skema Kerangka Pemikiran...25

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

No Judul

1. Karakteristik Petani Sampel di Daerah Penelitian ...74

2. Biaya Sarana Produksi Per Petani Usahatani Sukun...75

3. Biaya Sarana Produksi Per Ha Usahatani Sukun ...76

4. Biaya Peralatan dan Penyusutan Peralatan Per Petani Usahatani Sukun...77

5. Biaya Peralatan dan Penyusutan Peralatan Per Ha Usahatani Sukun ...79

6. Tenaga Kerja Per Petani Usahatani Sukun ...81

7. Tenaga Kerja Per Ha Usahatani Sukun...82

8. Biaya Tenaga Kerja Per Petani Usahatani Sukun ...83

9. Biaya Tenaga Kerja Per Ha Usahatani Sukun...84

10. Jumlah Produksi Per Tahun Usahatani Sukun ...85

11. Penerimaan Per Petani dan Per Ha Usahatani Sukun...86

12. Total Biaya Produksi Per Petani dan Per Ha Usahatani Sukun ...88

13. Total Penerimaan, Total Biaya Produksi dan Pendapatan Per Petani dan Per Ha Usahatani Sukun...90

14. Biaya Tetap (Biaya Penyusustan dan Peralatan), Biaya Tidak Tetap (Bibit, Pupuk, Tenaga Kerja) dan Nilai BEP Pendapatan, BEP Produksi dan BEP Harga Per Petani Usahatani Sukun ...91

15. Biaya Tetap (Biaya Penyusustan dan Peralatan), Biaya Tidak Tetap (Bibit, Pupuk, Tenaga Kerja) dan Nilai BEP Pendapatan, BEP Produksi dan BEP Harga Per Ha Usahatani Sukun...93

16. Net B/C dan IRR Usahatani Sukun Per Petani Usahatani Sukun ...95

17. Pengaruh Faktor Input Produksi (Pupuk, Tenaga Kerja, Luas Lahan) Terhadap Produksi Usahatani Sukun ...96

18. Karakteristik Pengolah Keripik Sukun...99

19. Biaya Alat Pengolahan dan Penyusutan Usaha Pengolahan Keripik Sukun Per Hari, Per Bulan dan Per Tahun 2004 ...100

20. Biaya Bahan Baku Usaha Pengolahan Keripik Sukun Per Hari, Per Bulan dan Per Tahun 2004 ...102

(14)

22. Biaya Tenaga Kerja Usaha Pengolahan Keripik Sukun Per Hari, Per Bulan dan Per Tahun 2004 ...104 23. Biaya Bahan Bakar Usaha Pengolahan Keripik Sukun Per Hari, Per Bulan dan

Per Tahun 2004 ...105 24. Biaya Bahan Pembungkus Usaha Pengolahan Keripik Sukun Per Hari, Per

Bulan dan Per Tahun 2004...106 25. Biaya Tidak Tetap Usaha Pengolahan Keripik Sukun Per Hari, Per Bulan dan

Per Tahun 2004 ...107 26. Biaya Listrik, Air dan Telepon Usaha Pengolahan Keripik Sukun Per Hari, Per

Bulan dan Per Tahun 2004...108 27. Biaya Tetap Usaha Pengolahan Keripik Sukun Per Hari, Per Bulan dan Per

Tahun 2004 ...108 28. Biaya Produksi Usaha Pengolahan Keripik Sukun Per Hari, Per Bulan dan Per

Tahun 2004 ...109 29. Total Penerimaan Usaha Pengolahan Sukun Per Hari, Per Bulan dan Per

Tahun 2004 ...109 30. Biaya Produksi, Penerimaan, Pendapatan Usaha Pengolahan Keripik Sukun

Per Hari, Per Bulan dan Per Tahun 2004 ...110 31. Nilai Tambah Usaha Pengolahan Keripik Sukun Per Hari, Per Bulan dan Per

Tahun 2004 ...110 32. Break Even Point Usaha Pengolahan Keripik Sukun Per Hari, Per Bulan dan

Per Tahun 2004 ...111 33. Biaya Alat Pengolahan dan Penyusutan Usaha Pengolahan Keripik Sukun Per

Hari, Per Bulan dan Per Tahun 2005 ...112 34. Biaya Bahan Baku Usaha Pengolahan Keripik Sukun Per Hari, Per Bulan dan

Per Tahun 2005 ...113 35. Biaya Bahan Penunjang Usaha Pengolahan Keripik Sukun Per Hari, Per Bulan

dan Per Tahun 2005 ...114 36. Biaya Tenaga Kerja Usaha Pengolahan Keripik Sukun Per Hari, Per Bulan dan

(15)

38. Biaya Bahan Pembungkus Usaha Pengolahan Keripik Sukun Per Hari, Per Bulan dan Per Tahun 2005...117 39. Biaya Tidak Tetap Usaha Pengolahan Keripik Sukun Per Hari, Per Bulan dan

Per Tahun 2005 ...118 40. Biaya Listrik, Air dan Telepon Usaha Pengolahan Keripik Sukun Per Hari, Per

Bulan dan Per Tahun 2005...118 41. Biaya Tetap Usaha Pengolahan Keripik Sukun Per Hari, Per Bulan dan Per

Tahun 2005 ...119 42. Biaya Produksi Usaha Pengolahan Keripik Sukun Per Hari, Per Bulan dan Per

Tahun 2005 ...119 43. Total Penerimaan Usaha Pengolahan Keripik Sukun Per Hari, Per Bulan dan

Per Tahun 2005 ...119 44. Biaya Produksi, Penerimaan, Pendapatan Usaha Pengolahan Keripik Sukun

Per Hari, Per Bulan dan Per Tahun 2005 ...120 45. Nilai Tambah Usaha Pengolahan Keripik Sukun Per Hari, Per Bulan dan Per

Tahun 2005 ...120 46. Break Even Point Usaha Pengolahan Keripik Sukun Per Hari, Per Bulan dan

Per Tahun 2005 ...121 47. Biaya Alat Pengolahan dan Penyusutan Usaha Pengolahan Keripik Sukun Per

Hari, Per Bulan dan Per Tahun 2006 ...122 48. Biaya Bahan Baku Usaha Pengolahan Keripik Sukun Per Hari, Per Bulan dan

Per Tahun 2006 ...123 49. Biaya Bahan Penunjang Usaha Pengolahan Keripik Sukun Per Hari, Per Bulan

dan Per Tahun 2006 ...124 50. Biaya Tenaga Kerja Usaha Pengolahan Keripik Sukun Per Hari, Per Bulan dan

Per Tahun 2006 ...125 51. Biaya Bahan Bakar Usaha Pengolahan Keripik Sukun Per Hari, Per Bulan dan

Per Tahun 2006 ...126 52. Biaya Bahan Pembungkus Usaha Pengolahan Keripik Sukun Per Hari, Per

Bulan dan Per Tahun 2006...127 53. Biaya Tidak Tetap Usaha Pengolahan Keripik Sukun Per Hari, Per Bulan dan

(16)

54. Biaya Listrik, Air dan Telepon Usaha Pengolahan Keripik Sukun Per Hari, Per Bulan dan Per Tahun 2006...128 55. Biaya Tetap Usaha Pengolahan Keripik Sukun Per Hari, Per Bulan dan Per

Tahun 2006 ...129 56. Biaya Produksi Usaha Pengolahan Keripik Sukun Per Hari, Per Bulan dan Per

Tahun 2006 ...129 57. Total Penerimaan Usaha Pengolahan Keripik Sukun Per Hari, Per Bulan dan

Per Tahun 2006 ...129 58. Biaya Produksi, Penerimaan, Pendapatan Usaha Pengolahan Keripik Sukun

Per Hari, Per Bulan dan Per Tahun 2006 ...130 59. Nilai Tambah Usaha Pengolahan Keripik Sukun Per Hari, Per Bulan dan Per

Tahun 2006 ...130 60. Break Even Point Usaha Pengolahan Keripik Sukun Per Hari, Per Bulan dan

Per Tahun 2006 ...131 61. Biaya Alat Pengolahan dan Penyusutan Usaha Pengolahan Keripik Sukun Per

Hari, Per Bulan dan Per Tahun 2007 ...132 62. Biaya Bahan Baku Usaha Pengolahan Keripik Sukun Per Hari, Per Bulan dan

Per Tahun 2007 ...134 63. Biaya Bahan Penunjang Usaha Pengolahan Keripik Sukun Per Hari, Per Bulan

dan Per Tahun 2007 ...135 64. Biaya Tenaga Kerja Usaha Pengolahan Keripik Sukun Per Hari, Per Bulan dan

Per Tahun 2007 ...136 65. Biaya Bahan Bakar Usaha Pengolahan Keripik Sukun Per Hari, Per Bulan dan

Per Tahun 2007 ...137 66. Biaya Bahan Pembungkus Usaha Pengolahan Keripik Sukun Per Hari, Per

Bulan dan Per Tahun 2007...138 67. Biaya Tidak Tetap Usaha Pengolahan Keripik Sukun Usaha Pengolahan

Keripik Sukun Per Hari, Per Bulan dan Per Tahun2007...139 68. Biaya Listrik, Air dan Telepon Per Hari, Per Bulan dan Per Tahun 2007

(17)

70. Biaya Produksi Usaha Pengolahan Keripik Sukun Per Hari, Per Bulan dan Per Tahun 2007 ...140 71. Total Penerimaan Usaha Pengolahan Keripik Sukun Per Hari, Per Bulan dan

Per Tahun 2007 ...140 72. Biaya Produksi, Penerimaan, Pendapatan Usaha Pengolahan Keripik Sukun

Per Hari, Per Bulan dan Per Tahun 2007 ...141 73. Nilai Tambah Usaha Pengolahan Keripik Sukun Per Hari, Per Bulan dan Per

Tahun 2007 ...141 74. Break Even Point Usaha Pengolahan Keripik Sukun Per Hari, Per Bulan dan

Per Tahun 2007 ...142 75. Biaya Produksi, Pendapatan dan Penerimaan Usaha Pengolahan Keripik

Sukun ...143 76. Break Even Point Usaha Pengolahan Keripik Sukun ...144 77. Nilai Net B/C dan IRR Usaha Pengolahan Keripik Sukun Per Hari, Per Bulan

dan Per Tahun ...146 78. Rata-rata Nilai Pengolah, Bahan Baku, Nilai Tambah dan Tenaga Kerja Usaha

Pengolahan Keripik Sukun...148 79. Biaya Pengolahan Keripik Sukun Per Bulan Usaha Pengolahan Keripik

(18)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Menurut Mubyarto (1989) dalam pembicaraan sehari-hari usahatani yang bagus sering dinamakan sebagai usahatani yang produktif atau efisien. Usahatani produktif berarti usahatani itu memiliki produktivitas yang tinggi. Pengertian produktivitas ini sebenarnya merupakan penggabungan antara konsepsi efisiensi usaha (fisik) dengan kapasitas tanah. Efisiensi fisik mengukur banyaknya hasil produksi (output) yang dapat diperoleh dari satu kesatuan input. Jadi secara teknis produktivitas adalah perkalian antara efisiensi (usaha) dan kapasitas.

Menurut Soekartawi (1993) dalam buku Pengantar Agroindustri bahwa pengolahan dan pemasaran hasil pertanian sebenarnya merupakan satu mata rantai yang saling berhubungan yang biasa dikenal dengan sistem agribisnis. Agribisnis merupakan satu kesatuan usaha yang meliputi salah satu atau keseluruhan sub sistem produksi, pengolahan dan pemasaran.

(19)

Di sepanjang perjalanan barang dan jasa dari sektor produksi ke sektor konsumsi terbentuk lembaga tataniaga seperti pedagang perantara, processor, pengangkutan, agen dan sebagainya. Perjalanan yang dilalui barang ini disebut mata rantai saluran tataniaga (channel of marketing) (Gultom, 1996).

Di Indonesia, daerah penyebaran sukun hampir merata di seluruh daerah, terutama Jawa Tengah dan Jawa Timur. Mengingat penyebaran sukun terdapat di sebagian besar kepulauan Indonesia, serta jarang terserang hama dan penyakit yang membahayakan, maka hal ini memungkinkan sukun untuk dikembangkan (Koswara, 2006).

Sukun dapat dijadikan sebagai pangan alternatif karena keberadaannya tidak seiring dengan pangan konvensional (beras), artinya keberadaan pangan ini dapat menutupi kekosongan produksi pangan konvensional. Sukun dapat dipakai sebagai pangan alternatif pada bulan-bulan Januari, Pebruari dan September, dimana pada bulan-bulan tersebut terjadi paceklik padi. Musim panen sukun dua kali setahun. Panen raya bulan Januari-Februari dan panen susulan pada bulan Juli-Agustus (Koswara, 2006).

Prospek usahatani sukun dapat dikatakan cukup cerah. Komoditas ini memiliki nilai ekonomi yang cukup tinggi. Tanaman sukun relatif cepat berproduksi pada umur 4-5 tahun. Harga buah dapat mencapai Rp. 4000,00/kg dan setiap buah memilki bobot maksimal 2,5 kg (Triwiyatno, 2003).

(20)

lebih baik daripada kentang dan kira-kira sama dengan yang ada dalam ubi jalar. Komposisi kimia buah sukun yang muda dan tua atau masak dapat dilihat pada Tabel di bawah ini.

Tabel 1. Komposisi kimia dan zat gizi buah sukun per 100 gram buah.

Sumber : Koswara, 2007

Tanaman sukun memilki manfaat bagi kepentingan pemenuhan kebutuhan pangan dan penghijauan. Tanaman sukun merupakan bahan pangan pokok alternatif. Di daerah Sangir Talaud, sukun dimanfaatkan sebagai pengganti nasi. Di berbagai daerah lain di Indonesia sukun di manfaatkan sebagai makanan cemilan. Potensi tanaman sukun sebagai pengganti padi memiliki keunggulan dibandingkan dengan tanaman pendamping padi yang lain karena pemanenan buah sukun dapat dilakukan setiap waktu tanpa mengenal musim. Tanaman sukun bermanfaat sebagai tanaman peneduh dan tanaman penghijauan. Sosok tanaman sukun yang tinggi, dengan perakaran tanaman yang tidak terlalu dalam tetapi kokoh, membuat tanaman sukun sangat cocok untuk digunakan sebagai tanaman penghijauan. Tajuk tanaman yang besar mampu mengurangi erosi tanah yang disebabkan oleh angin kencang. (Triwiyatno, 2003).

Hampir seluruh bagian tanaman sukun dapat dimanfaatkan untuk

Unsur-unsur Sukun muda Sukun masak

Air (g) 87.10 69.10

Vitamin B1 (mg) 0.12 0.12

Vitamin B2 (mg) 0.06 0.06

Vitamin C (mg) 21.00 17.00

Abu (g) 1.00 0.90

(21)

-untuk obat penyakit tekanan darah tinggi dan kencing manis, jantung, karena mengandung phenol, quercetin dan champorol dan juga dapat digunakan sebagai bahan ramuan obat penyembuh kulit yang bengkak atau gatal (Koswara, 2006).

Di Ambon, getah sukun (latek) digunakan sebagai bahan pembuat dempul (dicampur tepung sagu, gula merah dan putih telur bebek) untuk tong kayu atau perahu, supaya kedap air. Kayu pohon sukun tahan terhadap serangan rayap (Koswara, 2006).

Penduduk Fiji mengawetkan buah sukun dengan cara fermentasi. Buah yang telah direbus, dibuang kulitnya, kemudian dilumatkan dan difermentasi hingga menjadi pasta yang homogen. Fermentasi berlangsung dua hari sampai sembilan bulan, tergantung pada kebutuhan. Sebelum dikonsumsi sebagai mandrai (fiji bread), hasil fermentasi tersebut dibakar atau dikukus dahulu. Di Jawa Timur juga ada pengolahan sukun secara fermentasi, yaitu dibuat tape (Koswara, 2006).

Usaha pengawetan buah sukun dengan pengeringan secara tradisional banyak dilakukan oleh orang Polynesia, yaitu dengan cara membakarnya di atas bara api. Apabila sukun kering tersebut disimpan di atas para-para dapur, dapat tahan sampai satu tahun atau lebih (Koswara, 2006).

(22)

masih mampu berproduksi dengan baik. Walaupun ada hama dan penyakit yang menyerang tanaman sukun rata-rata bukanlah penyebab kegagalan panen atau bahkan sampai mematikan pohon sukun tersebut (Sudiro, 2007).

Buahnya dapat digunakan sebagai bahan makanan. Jaman dahulu di Hawai sukun digunakan sebagai makanan pokok. Di Madura digunakan sebagai obat sakit kuning. Bunganya dapat diramu sebagai obat. Bunganya dapat menyembuhkan sakit gigi dengan cara dipanggang lalu digosokkan pada gusi yang giginya sakit. Daunnya selain untuk pakan ternak, juga dapat diramu menjadi obat. Di India bagian barat, ramuan daunnya dipercaya dapat menurunkan tekanan darah tinggi dan meringankan asma. Daun yang dihancurkan diletakkan di lidah untuk mengobati sariawan. Juice daun digunakan untuk obat tetes telinga. Abu daun digunakan untuk infeksi kulit. Bubuk dari daun yang dipanggang digunakan untuk mngobati limpa yang membengkak. Getah tanaman digunakan untuk mengobati penyakit kulit. Getah yang ditambah air jika diminum dapat mengobati diare. Di Caribia sebagai bahan membuat permen karet. (Irwanto, 2007).

Bahan olahan sukun adalah beraneka ragam yaitu apabila akan dimanfaatkan dalam jangka waktu relatif lama, buah sukun perlu diproses terlebih dahulu menjadi gaplek sukun, tepung sukun atau berbagai masakan dari buah sukun seperti keripik, apem, bolu cup, cake, donat, dodol, getuk, kroket, kolak, lapis, pastel, puding, risol, tape, wajik serta bisa dibuat lauk pauk seperti bregedel, rendang, sayur lodeh dan sambal goreng (Pitojo, 1992).

(23)

yang mengandung pati. Biasanya pembuatan keripik melalui tahap pengupasan kulit, pengirisan/pemotingan tipis, perendaman air kapur, penirisan, pencelupan larutan pemanis/pemberian bumbu, pengeringan/penjemuran, penggorengan. Keripik dapat berasa dominan asin, manis, gurih atau paduan dari kesemuanya (Anonimous, 2007).

Pentingnya sukun bagi pendapatan petani yaitu dapat meningkatkan penghasilan walaupun tanaman sukun ini bukan merupakan komoditi unggulan di daerah penelitian tapi kontribusinya terhadap pendapatan petani ada walaupun tidak banyak. Kontribusi komoditi sukun bagi perekonomian daerah penelitian juga memberikan hasil, hal itu dapat dilihat dari adanya pajak yang dikutip oleh badan perpajakan dengan adanya pemasaran keripik sukun di daerah penelitian tersebut.

(24)

Tabel 2. Luas Tanam (Ha), Produksi (Kwintal), dan Produktivitas (Kwintal/Ha) Komoditi Sukun Per Kecamatan di Kabupaten Deli Serdang Sebelum PemekaranTahun 2003-2004

3. Beringin 10,0 75,0 7,5 10,0 10,0 9,6

4. Perbaungan 2,0 18,0 9,0 2,0 20,0 10,0

5. Pantai Cermin 1,0 9,0 9,0 1,0 9,0 9,0

6. Sei Rampah 5,1 48,0 9,4 5,1 50,0 9,8

7. Teluk Mengkudu - - - -

-8. Tj. Beringin - - - -

-9. Tebing Tinggi 2,5 22,0 8,8 2,5 24,0 9,6

10. Bandar Khalifah 2,0 19,0 9,5 2,0 20,0 10,0

11. Dolok Merawan - - -

-12. Sipispis 2,0 19,0 9,5 2,0 19,0 9,5

13. Dolok Masihul 12,0 116,0 9,7 12,0 120,0 10,0

14. Galang - - -

-27. Hamparan Perak 0,03 0,3 10,0 0,1 1 10,0

28. Labuhan Deli 0,4 4,0 10,0 1,0 6,0 6,0

(25)

Tabel 3. Jumlah Pohon (Phn), Produksi (Kwintal), dan Produktivitas (Kwintal/Pohon) Komoditi Sukun Per Kecamatan di Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2005-2007

2005 Tahun2006 TanamanProduktif Yang

1. Perbaungan 390 720 1,85 646 1,66 200 331 1,66

2. Pantai Cermin 335 510 1,52 551 1,64 170 280 1,65

3. Sei Rampah 950 1.829 1,93 1.558 1,64 150 246 1,64

4. Teluk Mengkudu 47 71 1,51 77 1,64 80 129 1,61

5. Tj. Beringin - - - - -

-6. Tebing Tinggi 490 882 1,8 800 1,63 700 1143 1,63

7. Bandar Khalifah 72 81 1,13 117 1,63 42 68 1,62

8. Dolok Merawan 50 - - - - 110 98 0,90

9. Dolok Masihul 1.590 1.783 1,12 2.601 1,64 2720 4449 1,64

10. Sipispis - - - - -

-11. Kotarih 19 26 1,37 31 1,63 9 15 1,67

Sumber : Dinas Pertanian Serdang Bedagai, 2008

Dari data pada Tabel 2 dan 3 dapat dilihat bahwa Kecamatan Dolok Masihul pada tahun 2003 memiliki tanaman sebanyak 12 Ha, dengan produksi sebesar 116 Kw dan produktivitas sebesar 9,7 Kw/Ha. Pada tahun 2004 memiliki tanaman sebanyak 12 Ha dengan produksi sebesar 120 Kw dan produktivitas sebesar 10 Kw/Ha. Pada tahun 2005 memiliki tanaman sebanyak 1.590 pohon dengan produksi sebesar 1.783 Kw dan produktivitas sebesar 1,12 Kw/Phn. Pada tahun 2006 Kecamatan Dolok Masihul memiliki tanaman sebanyak 1.590 pohon dengan produksi sebesar 2.601 Kw dan Produktivitas sebesar 1,64 kw/Phn. Sedangkan pada tahun 2007 memiliki tanaman sebanyak 2.720 pohon dengan produksi sebesar 4.449 Kw dan produktivitas sebesar 1,64 Kw/phn.

Identifikasi Masalah

(26)

2. Berapa biaya produksi maksimal usahatani sukun agar dapat memberi keuntungan/melampaui titik impas (Break Event Point) di daerah penelitian? 3. Berapakah besar pendapatan petani minimal dari usahatani sukun di daerah

penelitian ?

4. Apakah ada pengaruh nyata luas lahan, tenaga kerja, pupuk terhadap produksi sukun di daerah penelitian ?

5. Bagaimana tingkat kelayakan usahatani sukun di daerah penelitian ?

6. Berapakah jumlah hasil olahan minimal dan harga jual minimal agar usaha pengolahan sukun melampaui titik impas (Break Event Point) di daerah penelitian?

7. Berapa biaya pengolahan maksimal agar usaha pengolahan sukun dapat memberi keuntungan/melampaui titik impas (Break Event Point) di daerah penelitian ?

8. Berapakah besar pendapatan usaha pengolahan sukun minimal di daerah penelitian ?

9. Berapa peningkatan nilai tambah (Value Added) produk yang diperoleh dari usaha pengolahan sukun di daerah penelitian ?

10. Bagaimana tingkat kelayakan usaha pengolahan sukun di daerah penelitian ?

Tujuan Penelitian

(27)

2. Untuk mengetahui biaya produksi maksimal usahatani sukun yang memberi keuntungan/melampaui titik impas (Break Event Point) di daerah penelitian. 3. Untuk mengetahui pendapatan petani minimal dari usahatani sukun di daerah

penelitian.

4. Untuk mengetahui pengaruh nyata luas lahan, tenaga kerja, pupuk terhadap produksi sukun di daerah penelitian.

5. Untuk mengetahui tingkat kelayakan usahatani sukun di daerah penelitian. 6. Untuk mengetahui jumlah hasil olahan minimal dan harga jual minimal hasil

usaha pengolahan sukun agar melampauii titik impas (Break Event Point) di daerah penelitian.

7. Untuk mengetahui biaya pengolahan maksimal komoditi sukun yang memberi keuntungan/melampaui titik impas (Break Event Point) di daerah penelitian. 8. Untuk mengetahui pendapatan minimal dari usaha pengolahan sukun di daerah

penelitian.

9. Untuk mengetahui peningkatan nilai tambah (Value Added) produk yang diperoleh dari usaha pengolahan sukun di daerah penelitian.

10. Untuk mengetahui tingkat kelayakan usaha pengolahan komoditi sukun di daerah penelitian.

Kegunaan Penelitian

(28)

2. Sebagai bahan informasi dan studi bagi pihak-pihak yang terkait terhadap pengembangan komoditi sukun baik untuk pertimbangan akademis maupun ekonomis.

(29)

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

Tinjauan Pustaka

Tanaman sukun, Artocarpus altilis Park. Dapat digolongkan menjadi sukun yang berbiji disebut breadnutdan yang tanpa biji disebutbreadfruit. Sukun tergolong tanaman tropik sejati, tumbuh paling baik di dataran rendah yang panas. Tanaman ini tumbuh baik di daerah basah, tetapi juga dapat tumbuh di daerah yang sangat kering asalkan ada air tanah dan aerasi tanah yang cukup. Sukun bahkan dapat tumbuh baik di pulau karang dan di pantai. Di musim kering, disaat tanaman lain tidak dapat atau merosot produksinya, justru sukun dapat tumbuh dan berbuah dengan lebat. Tidak heran, jika sukun dijadikan sebagai salah satu cadangan pangan nasional (Koswara, 2006).

Tanaman sukun dalam sistematika (taksonomi) tumbuh-tumbuhan dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta Kelas : Dicotyledonae Ordo : Urticales Famili : Moraceae Genus : Artocarpus

(30)

Ada tiga spesies sukun yang banyak terdapat di lapangan yaitu :

1. Buahnya berukuran kecil, daunnya menyirip, tepi daun bercangap dengan lekuk dangkal. Kedudukan daun agak menguncup ke atas

2. Buahnya agak besar (medium). Daunnya menyirip, tepi daun bercangap dengan lekuk dangkal. Kedudukan daun agak menguncup ke atas. Spesies ini jarang didapati di lapangan

3. Buahnya besar, Daunnya menyirip, tepi daun bercangap dengan lekuk dalam, kedudukan daun mendatar (Pitojo, 1992).

Pohon sukun umumnya adalah pohon tinggi, dapat mencapai 30 m, meski umumnya di pedesaan hanya belasan meter tingginya. Hasil perbanyakan dengan klon umumnya pendek dan bercabang rendah. Batang besar dan lurus hingga 8 m, akarnya memanjang. Bertajuk renggang, bercabang mendatar dan berdaun besar-besar yang tersusun berselang-seling, lembar daun 20-40 × 20-60 cm menyirip ke dalam, liat agak keras seperti kulit, warna hijau tua mengkilap di sisi atas, serta kusam, kasar dan berbulu halus di bagian bawah. Kuncup tertutup oleh daun penumpu besar yang berbentuk kerucut. Semua bagian pohon mengeluarkan getah putih (lateks) apabila dilukai (Anonimous, 2007).

(31)

segi-4 atau segi-6 di kulitnya. Biji sukun berbentuk bulat atau agak gepeng sampai agak persegi, kecoklatan, sekitar 2,5 cm, diselubungi oleh tenda bunga. Sukun tidak menghasilkan biji, dan tenda bunganya di bagian atas menyatu, membesar menjadi 'daging buah' sukun (Anonimous, 2007).

Tanaman sukun baik dikembangkan di dataran rendah hingga ketinggian 1200 m dpl yang bertipe iklim basah. Curah hujan antara 2.000-3.000 mm per tahun. Tanah aluvial yang mengandung banyak bahan organik disenangi oleh tanaman sukun. Derajat keasaman tanah 6-7. Tanaman sukun relatif toleran terhadap pH rendah, relatif tahan kekeringan, dan tahan naungan. Di tempat yang mengandung batu karang dan kadar garam agak tinggi serta sering tergenang air, tanaman sukun masih mampu tumbuh dan berbuah (Anonimous , 2005).

Buah sukun berbentuk bulat telur atau lonjong atau bulat panjang. Kulit buah cenderung berduri, namun ada juga yang berkulit halus. Buah berwarna hijau kekuningan dan tidak berbiji (Triwiyatno, 2003).

(32)

Pohon sukun mulai berbuah setelah berumur lima sampai tujuh tahun dan akan terus berbunga hingga umur 50 tahun. Produktivitasnya cukup tinggi. Dalam satu tahun akan diperoleh buah sukun sebanyak 400 buah pada umur 5-6 tahun, dan 700-800 buah per tahun pada umur 8 tahun (Koswara, 2006).

Landasan Teori

Ilmu usahatani biasanya diartikan sebagai ilmu yang mempelajari bagaimana seseorang mengalokasikan sumberdaya yang ada secara efektif dan efisien untuk tujuan memperoleh keuntungan yang tinggi pada waktu tertentu. Dikatakan efektif bila petani/produsen dapat mengalokasikan sumberdaya yang mereka miliki (yang dikuasai) sebaik-baiknya, dan dikatakan efisien bila pemanfaatan sumberdaya tersebut menghasilkan keluaran (output) yang melebihi masukan (input) ( Soekartawi, 1995).

Usahatani adalah himpunan dari sumber-sumber alam yang terdapat di tempat itu yang diperlukan untuk produksi pertanian seperti tumbuhan, tanah dan air, perbaikan-perbaikan yang telah dilakukan atas tanah, sinar matahari, bangunan-bangunan yang didirikan diatas tanah tersebut dan sebagainya (Mosher, 1987).

Menurut Mubyarto (1989) fungsi produksi adalah suatu fungsi yang menunjukkan hubungan antara hasil produksi fisik (output) dengan faktor-faktor produksi (input).

(33)

hasil lebih yang semakin berkurang merupakan suatu hal yang tidak dapat dipisahkan dari teori produksi. Hukum tersebut menjelaskan tentang pokok dari hubungan diantara tingkat produksi dan faktor produksi untuk mewujudkan produksi tersebut (Sukirno, 2003).

Gambar 1. Grafik Produksi Total, Produksi Marjinal dan Produksi Rata-rata

Ada beberapa konsep biaya dalam ilmu ekonomi yaitu :

a) Biaya tetap total (Total Fixed Cost) adalah biaya yang tidak berubah mengikuti perubahan keluaran sebuah perusahaan. Dalam jangka pendek perusahaan tidak mampu menghindari atau mengubahnya bahkan apabila produksinya nol.

b) Biaya variabel total (Total Variable Cost) adalah biaya yang tergantung pada tingkat keluaran yang dipilih dengan kata lain biaya ini berubah-ubah mengikuti kesibukan usaha tersebut.

c) Biaya total (Total Cost) adalah penjumlahan biaya tetap total dan biaya variabel total.

AP

MP TP

Input Jumlah

(34)

d) Biaya tetap rata-rata (Average Fixed Cost) adalah biaya tetap total dibagi kuantitas keluaran. Ketika keluaran naik, biaya tetap rata-rata menurun karena total yang sama ditangung oleh kuantitas keluaran yang semakin besar.

e) Biaya variabel rata-rata (Average Variabel Cost) adalah biaya variabel total dibagi kuantitas keluaran.

f) Biaya total rata-rata (Average Cost) adalah biaya total dibagi kuantitas keluaran. ATC sama juga dengan jumlah biaya tetap rata-rata dan biaya variabel rata-rata.

g) Biaya marginal (Marginal Cost) adalah naiknya biaya total yang diakibatkan oleh memproduksi satu unit keluaran lagi. Bagi marginal mencerminkan perubahan biaya variabel serta menghitung biaya masukan tambahan yang diperlukan untuk memproduksi masing-masing unit keluaran berikutnya. h) Biaya kesempatan adalah biaya atau pengorbanan yang harus dilakukan untuk

memperbanyak produksi dengan mengorbankan produksi barang lain. Dengan kata lain semakin banyak suatu barang (misalnya barang industri), maka biaya kesempatan (yaitu penurunan produksi pertanian) untuk memperoleh satu unit tambahan barang tersebut menjadi semakin besar

(Sukirno, 2003).

Penerimaan usahatani adalah perkalian antara produksi yang diperoleh dengan harga jual. Pernyataan ini dapat ditulis sebagai berikut :

TR = Y. PY

TR = Total Penerimaan (Rp)

(35)

Pendapatan usahatani adalah selisih antara penerimaan dan semua biaya (Soekartawi, 2002).

Income statementadalah suatu ringkasan dari pendapatan dan pengeluaran untuk jangka waktu tertentu yang berfungsi sebagai alat kontrol untuk alat evaluasi suatu usaha. Ada beberapa pembagian tentang pendapatan yaitu :

1. Pendapatan bersih (Net Income) adalah pendapatan usaha dikurangi biaya. 2. Pendapatan tenaga kerja (Labour Income) adalah jumlah seluruh

penerimaan dikurangi biaya produksi kecuali biaya tenaga kerja.

3. Pendapatan tenaga kerja keluarga (Family s Labour Income) adalah total pendapatan tenaga kerja ditambah tenaga kerja dalam keluarga.

4. Pendapatan keluarga petani (Family s Income) adalah pendapatan bersih ditambah nilai tenaga kerja keluarga (Kusumo, 1990).

(36)

Gambar 2. Grafik Biaya Total, Biaya Variabel dan Biaya Tetap Penerimaan adalah total produksi yang dihasilkan dikali harga. Pendapatan bersih adalah penerimaan dikurangi dengan biaya produksi dalam satu kali periode produksi. Secara grafik pendapatan maksimum oleh suatu usaha dapat ditunjukkan dengan grafik yang menggambarkan biaya total dan hasil penjualan (penerimaan), seperti grafik di bawah ini (Samuelson, 2001).

Gambar 3. Grafik Biaya dan Penerimaan

Break Event Point (BEP) adalah titik pulang pokok dimanaTotal Revenue

sama denganTotal Cost. Dilihat dari jangka waktu pelaksanaan sebuah usahatani, terjadinya titik pulang pokok TR = TC tergantung pada arus lama penerimaan

TC VC

FC Jumlah h B

i a y a

Jumlah Produksi

TR TC

(37)

biaya modal lainnya. Perpotongan antara garis Biaya Total (TC) dan Penerimaan Total (TR) disebut dengan TitikBreak Event Point. Titik ini menunjukkan bahwa pada jumlah produksi tersebut tidak ada rugi dan untung karena jumlah biaya dan total penerimaan tepat sama besarnya (Gilarso, 1994).

Analisa Break Event Point (BEP) merupakan salah satu metode untuk mempelajari hubungan penjualan, biaya, dan laba. Jumlah pendapatan, penjualan sama besarnya dengan jumlah biaya (Wasis, 1992).

Gambar 4. GrafikBreak Event Point(BEP)

Nilai tambah adalah produk dikurangi dengan nilai bahan baku dan bahan penunjang yang dipergunakan dalam proses produksi tersebut. Dengan kata lain, nilai tambah merupakan sejumlah nilai jasa (return) terhadap faktor produksi modal tetap, tenaga kerja, keterampilan dan manajemen (Suryana, 1995).

Komponen pengolahan hasil pertanian menjadi penting karena pertimbangan sebagai berikut :

1. Meningkatkan Nilai Tambah

Jumlah Produksi

TC

BEP

0

VC

FC Jumlah

Penerimaan

(38)

Dari beberapa penelitian menunjukkan bahwa pengolahan yang baik oleh produsen dapat meningkatkan nilai tambah dari hasil pertanian yang diproses. Kegiatan petani hanya dilakukan oleh petani yang mempunyai fasilitas pengolahan (pengupasan, pengirisan, tempat penyimpanan, ketrampilan mengolah hasil, mesin pengolah, dan lain-lain). Sedangkan bagi pengusaha ini menjadikan kegiatan utama, karena dengan pengolahan yang baik maka nilai tambah barang pertanian meningkat sehingga mampu menerobos pasar, baik pasar domestik maupun pasar luar negeri.

2. Kualitas Hasil

Salah satu tujuan dari hasil pertanian adalah meningkatkan kualitas. Dengan kualitas hasil yang lebih baik, maka nilai barang menjadi lebih tinggi dan keinginan konsumen menjadi terpenuhi. Perbedaan kualitas bukan saja menyebabkan adanya perbedaan segmentasi pasar tetapi juga mempengaruhi harga barang itu sendiri.

3. Penyerapan Tenaga Kerja

Bila pengolahan hasil dilakukan, maka banyak tenaga kerja yang diserap. Komoditi pertanian tertentu kadang-kadang justru menuntut jumlah tenaga kerja yang relatif lebih besar pada kegiatan pengolahan.

4. Meningkatkan ketrampilan

Dengan ketrampilan mengolah hasil, maka akan terjadi peningkatan ketrampilan secara kumulatif sehingga pada akhirnya juga akan memperoleh hasil penerimaan usahatani yag lebih besar.

(39)

Konsekuensi logis dari pengolahan yang lebih baik akan menyebabkan total penerimaan yang lebih tinggi. Bila keadaan memungkinkan, maka sebaiknya petani mengolah sendiri hasil pertaniannya ini untuk mendapatkan kualitas hasil yang lebih baik yang harganya tinggi dan juga akhirnya akan mendatangkan total penerimaan atau total keuntungan yang lebih besar (Soekartawi (b), 1993).

Karakteristik produk pertanian yang digunakan sebagai bahan baku berbeda satu dengan yang lain. Produk pertanian mempunyai ciri khusus yaitu bersifat musiman, sehingga sulit tersedia sepanjang tahun, produk pertanian sulit disimpan dalam waktu yang relatif lama dan juga bersifat bulky, artinya volumenya besar tetapi nilainya relatif kecil. Agar bahan baku perusahaan agroindustri dapat tercukupi secara tepat jumlah, tepat waktu dan tepat kualitas serta kontiniunya terjamin maka pengusaha agroindustri perlu berpikir secara jangka panjang (Soekartawi (b), 1993).

(40)

Kerangka Pemikiran

Analisis usaha ini meliputi usahatani dan usaha pengolahan sukun. Dari usahatani sukun dapat diketahui produksi dan harga jual minimal komoditi sukun serta biaya produksi maksimal dengan menggunakan analisa titik impas (Break Event Point). Komoditi sukun belum dapat sepenuhnya dikatakan sebagai suatu usahatani, karena belum sepenuhnya diusahakan seperti komoditi pertanian lainnya, maksudnya di Kabupaten Serdang Bedagai komoditi ini masih sedikit diusahakan dapat dilihat dari jumlah pohon dan produksi di daerah tersebut. Disini petani sebagian besar bertindak sebagai pengumpul hasil. Dalam hal ini petani juga dapat dikatakan sebagai pengusaha dalam pengolahan komoditi.

Dalam pengolahan komoditi sukun juga dapat diketahui volume hasil olahan dan harga jual minimal dalam usaha pengolahan serta biaya pengolahan maksimal dengan menggunakan analisa titik impas (Break Event Point). Komoditi sukun tersebut tidak dapat dikonsumsi dalam bentuk segar. Dalam mengkonsumsi sukun harus melalui pengolahan terlebih dahulu sehingga memberikan nilai tambah dan dapat di pasarkan sesuai dengan selera konsumen.

(41)

usahatani, pengolahan dan pemasaran komoditi sukun akan diperoleh penerimaan yaitu perkalian antara produksi yang diperoleh dengan harga jual, sedangkan pendapatan adalah selisih antara penerimaan dan semua biaya.

Menilai kelayakan suatu usaha dapat digunakan analisa proyek dengan analisa finansial. Metode analisa proyek adalah analisa kuantitatif yang dapat menilai kelayakan usaha dan bagaimana baiknya usahatani, usaha pengolahan dan pemasaran sukun tersebut. Metode analisa proyek menghitung indikator-indikator proyek antara lain, Net B/C, Internal Rate of Return (IRR), sukun layak dikembangkan jika Net B/C 1 dan IRR > i (tingkat suku bunga yang berlaku).

(42)

Keterangan:

= Menyatakan Hubungan dan Keterkaitan Gambar 5. Skema Kerangka Pemikiran

Nilai Tambah

Analisis Kelayakan Usaha Net B/C, IRR, BEP

Usahatani Sukun Usaha Pengolahan

Sukun

Produksi Sukun

Penerimaan

Pendapatan Usaha Biaya Produksi

Harga Jual

Produksi Keripik Sukun

Harga Jual

Biaya Pengolahan Produktivitas

(43)

Hipotesis Penelitian

1. Jumlah hasil Produksi usahatani sukun dan harga jual hasil produksi usahatani sukun di daerah penelitian telah melampaui titik impas (Break Event Point).

2. Biaya produksi usahatani sukun di daerah penelitian telah melampaui titik impas (Break Event Point).

3. Pendapatan dari usahatani sukun di daerah penelitian telah melampaui titik impas (Break Event Point).

4. Faktor produksi luas lahan, tenaga kerja dan pupuk berpengaruh nyata terhadap produksi usahatani sukun di daerah penelitian.

5. Secara ekonomis usahatani sukun layak untuk diusahakan di daerah penelitian.

6. Jumlah dan harga jual hasil olahan usaha pengolahan sukun di daerah penelitian telah melampaui titik impas (Break Event Point).

7. Biaya pengolahan sukun di daerah penelitian telah melampaui titik impas (Break Event Point).

8. Pendapatan usaha pengolahan sukun di daerah penelitian telah melampaui titik impas (Break Event Point).

9. Ada peningkatan nilai tambah (Value added) produk yang diperoleh dari usaha pengolahan sukun di daerah penelitian.

(44)

METODOLOGI PENELITIAN

Metode Penentuan Lokasi Penelitian

Daerah penelitian ini ditentukan secara purposive yaitu berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tertentu disesuaikan dengan tujuan penelitian. Lokasi penelitian terpilih di Desa Bantan Kecamatan Dolok Masihul dan Desa Bengkel Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdang Bedagai. Penilaian daerah tersebut untuk kecamatan Dolok Masihul dikarenakan daerah tersebut merupakan salah satu sentra produksi sukun yang terbanyak dari keseluruhan Kabupaten Serdang Bedagai dan Kecamatan Perbaungan dipilih dikarenakan daerah tersebut merupakan salah satu sentra pengolahan dan pemasaran di daerah itu.

Untuk mengetahui jumlah tanaman di daerah penelitian tersebut dapat dilihat pada Tabel di bawah ini.

Tabel 3. Jumlah Tanaman Sukun Per Desa di Kecamatan Dolok Masihul

No Desa Jumlah Tanaman (Pohon)

1. Aras panjang 75

8. Bukit Cermin Hilir 65

(45)

22. Pertambatan 165

Sumber : Kantor Kepala Desa Bantan

Untuk mengetahui jumlah/unit pengolahan dan pemasaran sukun dapat dilihat pada Tabel di bawah ini.

Tabel 4. Jumlah Unit Usaha Pengolahan Sukun Per Dusun di Desa Bengkel, Kecamatan Perbaungan

No Dusun Jumlah Industri Pengolahan (unit)

1. Dusun 1 1

Sumber : Kantor Kepala Desa Bengkel

Metode Penentuan Sampel 1. Petani

Jumlah penduduk di Desa Bantan sebesar 1230 KK. Populasi petani sukun sebanyak 125 KK, pengambilan sampel dilakukan secara

Simple Random Sampling yaitu 1/10 dari jumlah populasi yaitu sebanyak 13 sampel (Black, 1999).

2. Pengolahan

Populasi industri pengolahan sukun sebanyak 8 KK. Pengambilan sampel untuk industri pengolahan sebanyak 8 KK dilakukan secara

(46)

Metode Pengumpulan Data

Adapun data yang dikumpulkan pada penelitian ini terdiri dari data primer dan data skunder. Data primer diperoleh dari data hasil wawancara langsung antara peneliti dan responden dengan menggunakan daftar pertanyaan (kuisioner) yang telah disiapkan sedangkan data sekunder merupakan data yang diperoleh peneliti dari lembaga atau instansi serta dinas yang terkait dengan penelitian ini.

Metode Analisis Data

Setelah data dikumpulkan, kemudian ditabulasi dan selanjutnya di analisis sebagai berikut :

Hipotesis 1, 2, 6, dan 7 dianalisis dengan analisis perhitungan Titik Impas (Break Event Point) yaitu keadaan kembali modal sehingga usaha tidak untung dan tidak rugi, atau hasil penjualan sama dengan biaya yang dikeluarkan. Ada tiga ukuran yang digunakan yaitu titik impas Pendapatan, Produksi, dan Harga dengan rumus sebagai berikut :

(47)

Hipotesis 3 dan 8 dianalisis dengan menggunakan rumus : Pd = TR-TC

Keterangan :

Pd : Pendapatan dari usahatani, usaha pengolahan dan pemasaran sukun (Rp)

TR :Total Penerimaan usahatani, usaha pengolahan dan pemasaran sukun (Rp)

TC : Total Biaya usahatani, usaha pengolahan dan pemasaran sukun (Rp) Kriteria uji : Untung apabila TR > TC

(Soekartawi, 1995).

Hipotesis 4 dianalisis dengan meggunakan analisis regresi linier berganda (Multiple Regresi), dengan menggunakan metode Ordinary Least Square (OLS) dengan alat bantu SPSS 13, secara matematis ditulis sebagai berikut :

Y = b0+ b1X1+ b2X2+ b3X3+ µ

Dimana :

Y = Produksi Sukun (Buah)

b0 = Intercept

X1, X2, X3 = Koefisien Regresi Input Produksi (Luas lahan (Ha), Tenaga

Kerja (HKP), Pupuk (Kg))

µ = Faktor Lain yang mempengaruhi (Sastrosupadi, 2003).

Untuk melihat apakah variabel berpengaruh terhadap produksi sukun, maka digunakan uji f, yaitu :

(48)

r2 =

(regY2) jk

Dimana :

r2 = Koefisien Determinasi

n = Jumlah Sampel

k = Jumlah Variabel Bebas Kriteria uji untuk uji F adalah :

f-hitung f-tabel... Hipotesis (Ho) diterima f-hitung > f-tabel... Hipotesis (Ho) ditolak

Untuk mengetahui secara persial dapat diuji melalui uji t, yaitu :

t-hitung =

bi = Parameter (i=1,2,3)

n-k-1 = Derajat Bebas

Sbi = Standar Error Parameter b

S2y

1 = Standar Error Estimates

Kriteria uji t adalah :

t-hitung t-tabel ... Hipotesis (Ho) diterima t-hitung > t-tabel ... Hipotesis (Ho) ditolak (Hasan, 2002).

(49)

Keterangan :

NT = Nilai Tambah (Rp/Kg)

NP = Nilai Produksi Hasil Olahan (Rp/Kg) NBB = Nilai Bahan Baku (Rp/Kg)

NBP = Nilai Bahan Pembantu yang digunakan dalam proses produksi (Rp/Kg)

(Suryana, 1995).

Untuk hipotesis 5 dan 10, dianalisis dengan menggunakan analisis kelayakan yaitu Net B/C, dan IRR yaitu :

Untuk memperoleh nilai Benefit Cost Ratio ( B/C ) yaitu :

Net B/C =

Net B/C : Net Benefit Cost Ratio

Bt : Benefit sosial kotor usaha pada waktu t

Ct : Cost sosial kotor sehubungan dengan usaha pada waktu t

i : Tingkat suku bunga yang berlaku t : Jangka waktu usahatani sukun

n : Umur ekonomis usaha

Kriteria yang dipakai adalah :

Bila B/C 1 maka usaha tersebut layak di kembangkan atau di usahakan Bila B/C < 1 maka usaah tersebut tidak layak di usahakan

(50)

IRR =

2 1

2

1 1

1 NPVNPVNPV i i

i

 

Dimana :

IRR : Internal Rate Return

NPV1 : Net Present Value yang pertama

NPV2 : Net Present Value yang kedua

i1 : Tingkat bunga yang pertama

i2 :Tingkat bunga yang kedua

Kriteria yang dipakai adalah :

Bila IRR i maka usaha tersebut layak untuk diusahakan Bila IRR < i maka usaha tersebut tidak layak diusahakan (Gray ,dkk, 2002).

Defenisi dan Batasan Operasional

Untuk memperjelas dan menghindari kesalahpahaman mengenai pengertian tentang istilah-istilah dalam usulan penelitian ini, maka dibuat defenisi dan batasan operasional sebagai berikut :

Defenisi

1. Produksi adalah hasil panen yang diperoleh dalam satu kali musim tanam. 2. Usahatani adalah suatu kombinasi penggunaan faktor-faktor produksi yaitu

(51)

3. Biaya produksi adalah biaya yang dikeluarkan dalam kegiatan untuk menghasilkan suatu produk.

4. Pendapatan adalah pendapatan yang diperoleh petani dari usahatani sukun, pengolahan dan pemasaran dikurangi dengan biaya produksi selama proses berlangsung.

5. Penerimaan adalah harga dikalikan dengan hasil produksi komoditi sukun, usaha pengolahan dan pemasaran sukun yang dihitung dalam rupiah. 6. Proses pengolahan sukun adalah proses pengolahan bahan baku menjadi

produk akhir dengan menggunakan faktor-faktor produksi seperti modal, tenaga kerja, teknologi dan bahan baku.

7. Nilai tambah (Value Added) adalah nilai produk dikurangi dengan nilai bahan baku dalam bahan penunjang yang digunakan dalam proses produksi.

8. Harga jual adalah biaya total ditambah atau dikurangi untung atau rugi dinyatakan dalam rupiah.

9. Biaya tetap adalah biaya penyusutan dan pemeliharaan alat.

10. Biaya variabel adalah biaya yang dikeluarkan untuk keperluan pengolahan sukun yang terdiri atas biaya bahan penunjang dan kebutuhan lain yang digunakan selama pengolahan.

(52)

12. Kelayakan secara finansial adalah kelayakan yang hanya dinilai pada bagian benefit dan biaya yang berhubungan langsung dengan kegiatan suatu usaha atau proyek.

Batasan Operasional

1. Penelitian di laksanakan pada bulan Maret-April tahun 2008.

2. Lokasi penelitian adalah Desa Bantan Kecamatan Dolok Masihul dan Desa Bengkel Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdang Bedagai.

(53)

DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK PETANI DAN INDUSTRI PENGOLAHAN

Deskripsi Daerah Penelitian Desa Bantan

Letak Geografis, Batas, Luas Wilayah dan Iklim

Penelitian ini dilakukan di Desa Bantan Kecamatan Dolok Masihul yang merupakan salah satu desa sentra produksi sukun di Kabupaten Serdang Bedagai. Desa Bantan terletak di wilayah dataran 150 meter di atas permukaan laut. Secara administratif, Desa Bantan mempunyai batas-batas wilayah sebagai berikut : Sebelah Utara : berbatasan dengan Pekan Kamis

Sebelah Selatan : berbatasan dengan Kebun Tanjung Maria Sebelah Barat : berbatasan dengan Martebing

Sebelah Timur : berbatasan dengan Desa Batu 12

Desa Bantan merupakan salah satu dari 28 desa di Kecamatan Dolok Masihul dengan luas desa sebesar 622,841 Ha. Desa Bantan mempunyai iklim tropis dengan suhu 260C. Posisi wilayah Desa Bantan terletak 7 Km dari ibu kota

Kecamatan Dolok Masihul.

Keadaan Penduduk

(54)

Tabel 6. Distribusi Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin Tahun 2007

No Kelompok Umur

(tahun) Laki-laki(jiwa) Perempuan(jiwa) Jumlah(jiwa) Persentase(%)

1 0-14 821 909 1.730 38,82

2 15-64 768 803 1.571 35,26

3 64 keatas 549 606 1.155 25,92

4 Jumlah 2.138 2.318 4.456 100

Sumber : Kantor Kepala Desa Bantan, 2008

Tabel 6 menunjukkan bahwa kelompok umur yang paling besar adalah kelompok umur 0-14 tahun yaitu sebesar 1.730 jiwa (38,82%). Kemudian kelompok umur 15-64 tahun sebesar 1.571 jiwa (35,26%) dan yang paling kecil kelompok umur 64 tahun keatas sebesar 1.155 jiwa (25,92%).

Distribusi penduduk berdasarkan tingkat pendidikan formal di Desa Bantan dapat dilihat pada Tabel berikut ini :

Tabel 7. Distribusi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan Tahun 2007

No Tingkat Pendidikan Jumlah (jiwa) Persentase (%)

1 Tingkat Pendidikan Dasar

 Belum Sekolah 785 36,58

 Tidak Tamat SD 160 7,45

 SD 630 29,36

Sumber : Kantor Kepala Desa Bantan, 2008

(55)

Mata Pencaharian Penduduk

Mata pencaharian utama penduduk di daerah penelitian adalah petani, tetapi ada juga bekerja sebagai pedagang, pegawai negeri/swasta, karyawan, buruh dan lain-lain. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat Tabel berikut ini :

Tabel 8. Distribusi Penduduk Menurut Mata Pencaharian Tahun 2007

No Jenis Mata Pencaharian Jumlah (jiwa) Persentase (%)

1 Bertani 855 85,5

2 Pegawai Negeri 5 0,5

3 Pengusaha/Pedagang 20 2,0

4 Karyawan 20 2,0

5 Buruh 100 10

Jumlah 1000 100

Sumber : Kantor Kepala Desa Bantan, 2008

Mayoritas penduduk Desa Bantan hidup dari pertanian. Hal itu dapat dilihat pada Tabel di atas dimana penduduk Desa yang bekerja sebagai petani sebanyak 855 jiwa (85,5%), penduduk yang bekerja sebagai pegawai negeri sebanyak 5 jiwa (0,5%), penduduk yang bekerja sebagai pedagang sebanyak 20 jiwa (2%), penduduk yang bekerja sebagai karyawan sebanyak 20 jiwa (2%) dan penduduk yang bekerja sebagai buruh sebanyak 100 jiwa (10%).

Sarana Dan Prasarana

(56)

Tabel 9. Sarana dan Prasarana yang Tersedia di Desa Bantan Tahun 2007

No Sarana dan Prasarana Jumlah (unit)

1 Sekolah Dasar 2

2 Mesjid 9

3 Puskesmas 3

4 Gedung Balai Desa dan LKMD 1

5 Kantor Kepala Desa 1

6 Tali Air 4

7 Sarana Transportasi - Jalan Tanah

- Jalan Batu 14 Km10 Km

Sumber : Kantor Kepala Desa Bantan, 2008

Sarana dan prasarana Desa Bantan saat ini dinilai relatif memadai. Hal ini dapat dilihat dari sarana yang tersedia baik sarana angkutan maupun sarana sosial. Daerah ini dapat dicapai dengan menggunakan kendaraan roda dua dan angkutan pedesaan roda empat. Sehingga petani tidak mengalami kesulitan dalam memperoleh sarana produksi juga dalam penjualan hasil karena sarana transportasi cukup tersedia.

Karakteristik Petani Sampel

Karakteristik petani sampel pada penelitian ini dicirikan oleh faktor umur, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan, luas lahan, umur tanaman dan pengalaman bertani. Karakteristik petani sampel dapat dilihat pada Tabel berikut ini :

Tabel 10. Karakteristik Petani Sampel di Desa Bantan Tahun 2008

No Uraian Range Rataan

1 Umur (tahun) 30-80 57,77

2 Tingkat Pendidikan (tahun) 6-9 6,46

3 Jumlah Tanggungan (jiwa) 0-4 1,31

4 Luas Lahan (Ha) 0,025-0,019 0,01

5 Umur Tanaman (tahun) 15-35 11,92

6 Pengalaman Bertani (tahun) 10-45 20,38

(57)

Dari Tabel 10 dapat diketahui bahwa rata-rata luas lahan yang digunakan oleh petani sukun di Desa Bantan adalah 0,01 Ha. Hal ini menunjukkan bahwa petani sukun mempunyai luas lahan yang sedikit.

Rata-rata umur petani sukun adalah 57,77 tahun. Hal ini berarti bahwa petani di daerah penelitian masih tergolong usia yang produktif sehingga petani masih potensial untuk mengembangkan usahatani sukun.

Rata-rata tingkat pendidikan petani sukun di daerah penelitian adalah 6,46 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat pendidikan petani setingkat dengan SD.

Rata-rata jumlah tanggungan petani di daerah penelitian adalah 1,31 jiwa. Hal ini menunjukkan bahwa jumlah tanggungan yang masih dalam usia produktif masih bisa dimanfaatkan untuk membantu proses usahatani sukun terutama penyediaan tenaga kerja dalam keluarga.

Rata-rata umur tanaman sukun adalah 11,92 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa tanaman sukun sudah dapat menghasilkan produksi yang cukup banyak dan berpotensial untuk menghasilkan produksi yang lebih besar lagi. Rata-rata pengalaman bertani adalah 20,38 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa petani telah memiliki pengalaman yang cukup lama dalam mengusahakan usahatani sukun, sehingga dapat menghasilkan produksi sukun yang lebih banyak.

Deskripsi Daerah Penelitian Desa Bengkel Letak Geografis, Batas, Luas Wilayah dan Iklim

(58)

Serdang Bedagai. Desa Bengkel berada pada ketinggian 11-13 meter di atas permukaan laut. Suhu berkisar antara 23-280C. Secara administratif, Desa

Bengkel mempunyai batas-batas wilayah sebagai berikut :

Sebelah Utara : berbatasan dengan Suka Beras/Pematang Sijonam Sebelah Selatan : berbatasan dengan Karang Anyer

Sebelah Barat : berbatasan dengan Pematang Sijonam/Tualang Sebelah Timur : berbatasan dengan Deli Muda Ilir

Luas wilayah Desa Bengkel adalah 1.390 km2. Posisi wilayah Desa

Bengkel terletak 5 Km dari ibu kota Kecamatan Perbaungan, 12 Km dari Desa Sei Rampah, dan 42 Km dari Kotamadya Medan.

Tata Guna Tanah

Luas wilayah desa ini adalah 350 Ha yang penggunaannya adalah areal pertanian sawah dan ladang, pemukiman penduduk dan industri, dan untuk sosial budaya (misalnya : balai desa yang berfungsi sebagai tempat pertemuan masyarakat), dapat dilihat pada Tabel berikut ini :

Tabel 11. Tata Guna Tanah di Desa Bengkel Tahun 2007

No Jenis Penggunaan Tanah Luas (Ha) Persentase (%)

1 Pertanian Sawah dan Ladang 230,50 65,86

2 Pemukiman Penduduk dan Industri 70,00 20,00

3 Sarana dan Prasarana 39,50 11,28

4 Lahan Tidur 10,00 2,86

Jumlah 350,00 100,00

Sumber : Kantor Kepala Desa Bengkel, 2008

(59)

Keadaan Penduduk

Jumlah penduduk Desa Bengkel sebanyak 4.030 jiwa. Di desa ini jumlah penduduk perempuan lebih tinggi dibanding jumlah penduduk laki-laki. Jumlah penduduk perempuan terdiri dari 2.126 jiwa dan 1.904 jiwa jumlah penduduk laki-laki dengan total kepala keluarga 992 KK. Distribusi penduduk menurut umur dan jenis kelamin dapat dilihat pada Tabel berikut ini :

Tabel 12. Distribusi Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin di Desa Bengkel Tahun 2007

No Kelompok Umur

(tahun) Laki-laki(jiwa) Perempuan(jiwa) Jumlah(jiwa) Persentase(%)

1 0-5 229 238 467 11,6

2 6-12 151 150 301 7,5

3 13-16 425 445 870 21,6

4 17-59 1.015 1.134 2.149 53,3

5 > 60 84 159 243 6,0

Jumlah 1.904 2.126 4.030 100

Sumber : Kantor Kepala Desa Bengkel, 2008

Tabel 12 menunjukkan bahwa kelompok umur yang paling besar adalah kelompok umur 17-59 yaitu sebesar 2.149 jiwa (53,3%). Kemudian kelompok umur 13-16 sebesar 870 jiwa (21,6%), kelompok umur 0-5 sebesar 467 jiwa (11,6%), kelompok umur 6-12 sebesar 301 jiwa (7,5%) dan kelompok yang paling kecil umur > 60 sebesar 243 jiwa (6,0%).

(60)

Tabel 13. Distribusi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan di Desa Bengkel Tahun 2007

No Tingkat Pendidikan Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

1 Tingkat Pendidikan Dasar

Sumber : Kantor Kepala Desa Bengkel, 2008

Tabel 13 menunjukkan bahwa tingkat pendidikan dasar (TK dan SD) sebanyak 447 jiwa (36,15%), tingkat pendidikan menengah (SLTP dan SLTA) sebanyak 729 jiwa (5,90%) dan tingkat pendidikan tinggi (D1, D2, D3, SI dan S2) sebanyak 59 jiwa (4,81%).

Mata Pencaharian Penduduk

Mata pencaharian utama penduduk di daerah penelitian adalah Petani, Pedagang, Pegawai Negeri, ABRI/POLRI, karyawan, Jasa, Buruh dan lain-lain. Unutk lebih jelasnya dapat dilihat Tabel berikut ini :

Tabel 14. Distribusi Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Desa Bengkel Tahun 2007

No Jenis Mata Pencaharian Jumlah (jiwa) Persentase (%)

1 Pegawai Negeri 71 10,7

2 ABRI/POLRI 9 1,3

(61)

Mayoritas penduduk Desa Bengkel hidup dari berdagang. Hal itu dapat dilihat pada Tabel 14 dimana penduduk Desa yang bekerja sebagai pedagang sebanyak 198 jiwa (29,7%), penduduk yang bekerja sebagai petani sebanyak 161 jiwa (24,2%), penduduk yang bekerja sebagai pegawai negeri sebanyak 71 jiwa (10,7%), penduduk yang bekerja sebagai ABRI/POLRI sebanyak 9 jiwa (1,3%), penduduk yang bekerja sebagai karyawan sebanyak 77 jiwa (11,6%), penduduk yang bekerja sebagai jasa sebanyak 27 jiwa (4,0%) dan penduduk yang bekerja sebagai buruh sebanyak 123 jiwa (18,5%)

Sarana Dan Prasarana

Sarana dan prasarana dalam suatu desa akan sangat mempengaruhi perkembangan dan kemajuan masyarakat desa. Semakin baik sarana dan prasarana maka akan semakin cepat laju perkembangan suatu desa. Keadaan sarana dan prasarana di Desa Bantan dapat dilihat pada Tabel berikut ini :

Tabel 15. Sarana dan Prasarana yang Tersedia di Desa Bengkel Tahun 2007

No Sarana dan Prasarana Jumlah (unit)

1 Sekolah Dasar 3

2 Mesjid 2

3 Mushola 7

4 Rumah Sakit 1

5 Puskesmas 1

6 Kantor Kepala Desa 1

7 Tali air 2 Sumber : Kantor Kepala Desa Bengkel, 2008

(62)

Sehingga petani tidak mengalami kesulitan dalam memperoleh sarana produksi juga dalam penjualan hasil karena sarana transportasi cukup tersedia.

Karakteristik Pengolah Sampel

Karakteristik pengolah sampel pada penelitian ini dicirikan oleh faktor umur, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan, luas bangunan, dan pengalaman bertani. Karakteristik pengolah sampel dapat dilihat pada Tabel berikut ini : Tabel 16. Karakteristik Pengolah Sampel di Desa Bengkel Tahun 2008

No Uraian Range Rataan

1 Umur (tahun) 25-56 38,38

2 Tingkat Pendidikan (tahun) 6-12 9,75

3 Jumlah Tanggungan (jiwa) 1-5 2,25

4 Pengalaman Berusaha (tahun) 5-15 8,88

Sumber : Data diolah dari lampiran 18

Dari Tabel 16 rata-rata umur pengolah sukun adalah 38,38 tahun. Hal ini berarti bahwa pengolah di daerah penelitian masih tergolong usia yang produktif sehingga pengolah masih potensial untuk mengembangkan usaha pengolahan sukun.

Rata-rata tingkat pendidikan pengolah sukun di daerah penelitian adalah 9,75 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat pendidikan pengolah sukun setingkat dengan SLTP.

Rata-rata jumlah tanggungan pengolah adalah 2,25 jiwa. Hal ini menunjukkan bahwa jumlah tanggungan yang masih dalam usia produktif masih bisa dimanfaatkan untuk membantu proses usahatani sukun terutama penyediaan tenaga kerja dalam keluarga.

(63)
(64)

ANALISIS USAHATANI DAN USAHA PENGOLAHAN SUKUN

I. Analisis Usahatani Sukun Biaya Produksi

Biaya produksi dalam usahatani sukun meliputi biaya input produksi (pupuk, tenaga kerja), dan biaya penyusutan peralatan. Setiap kegiatan usahatani membutuhkan biaya produksi untuk dapat menjalankan usahatani dengan baik. Biaya produksi adalah biaya yang dikeluarkan oleh petani sukun mulai dari kegiatan pengolahan tanah sampai pada kegiatan panen.

Biaya produksi terdiri dari biaya tetap (fixed cost) dan biaya tidak tetap (variabel cost). Total biaya produksi yang dikeluarkan petani adalah jumlah biaya tetap dan biaya tidak tetap. Yang termasuk biaya tetap adalah biaya penyusutan dan pajak tanah. Sementara biaya tidak tetap adalah biaya pupuk, bibit, dan tenaga kerja.

Biaya Tenaga Kerja

Gambar

Tabel 1. Komposisi kimia dan zat gizi buah sukun per 100 gram buah.
Tabel 2.Luas Tanam (Ha), Produksi (Kwintal), dan Produktivitas
Tabel 3. Jumlah Pohon (Phn), Produksi (Kwintal), dan Produktivitas(Kwintal/Pohon) Komoditi Sukun Per Kecamatan di KabupatenSerdang Bedagai Tahun 2005-2007
Gambar 1. Grafik Produksi Total, Produksi Marjinal dan Produksi Rata-rata
+7

Referensi

Dokumen terkait

Input produksi lahan, bibit, pupuk, obat-obatan dan tenaga kerja di daerah penelitian mempengaruhi total biaya produksi usahatani ubi kayu secara serempak dan secara parsial

Seperti usaha pada umumnya, usahatani padi juga merupakan usaha yang memiliki banyak risiko, antara lain adalah risiko produksi dan risiko harga (Hardaker et

Dalam setiap usahatani petani memerlukan input produksi seperti biaya bibit, pupuk, pestisida, tenaga kerja, biaya penyusutan, biaya tambahan (sewa tanah, perawatan mesin, iuran

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis usahatani padi organik dan non organik dan untuk mengetahui besarnya tingkat risiko produksi, risiko harga dan risiko

Pengujian secara keseluruhan menggunakan uji F, dimana F hitung (108,389) &gt; F tabel (27,279), artinya variabel luas lahan, tenaga kerja, modal, dan teknologi berpengaruh

Pengujian secara keseluruhan menggunakan uji F, dimana F hitung (108,389) &gt; F tabel (27,279), artinya variabel luas lahan, tenaga kerja, modal, dan teknologi berpengaruh

Teori Ekonomi Produksi dengan Pokok Pembahasan Analisis Faktor Produksi Cobb Douglas , Rajawali Pres, Jakarta.. Statistik Terapan dalam Penelitian Ilmu-ilmu Sosial dan Pendidikan,

Dari hasil analisis harga penjualan, titik impas penerimaan dan titik impas volume produksi, usahatani padi sawah di Desa Citra Manunggal Jaya Kecamatan kaliorang