• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penetapan Kadar Besi dan Kalsium dalam Kacang Hijau (Phaseolus radiatus L.) dengan dan tanpa Kulit Biji yang terdapat di Pasaran secara Spektrofotometri Serapan Atom

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Penetapan Kadar Besi dan Kalsium dalam Kacang Hijau (Phaseolus radiatus L.) dengan dan tanpa Kulit Biji yang terdapat di Pasaran secara Spektrofotometri Serapan Atom"

Copied!
93
0
0

Teks penuh

(1)

PENETAPAN KADAR BESI DAN KALSIUM DALAM KACANG HIJAU (Phaseolus radiatus L.) DENGAN DAN TANPA KULIT BIJI

YANG TERDAPAT DI PASARAN SECARA SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM

SKRIPSI

Diajukan untuk melengkapi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi

Universitas Sumatera Utara

OLEH:

LISDA RIMAYANI NST NIM 081501020

PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(2)

PENETAPAN KADAR BESI DAN KALSIUM DALAM KACANG HIJAU (Phaseolus radiatus L.) DENGAN DAN TANPA KULIT BIJI

YANG TERDAPAT DI PASARAN SECARA SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM

SKRIPSI

Diajukan untuk melengkapi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi

Universitas Sumatera Utara

OLEH:

LISDA RIMAYANI NST NIM 081501020

PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(3)

PENGESAHAN SKRIPSI

PENETAPAN KADAR BESI DAN KALSIUM DALAM KACANG HIJAU (Phaseolus radiatus L.) DENGAN DAN TANPA KULIT BIJI

YANG TERDAPAT DI PASARAN SECARA SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM

OLEH:

LISDA RIMAYANI NST NIM 081501020

Dipertahankan di hadapan Panitia Penguji Skripsi Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara

Pada Tanggal : 10 April 2012

Pembimbing I, Panitia Penguji,

Drs. Chairul Azhar D, M.Sc., Apt. Dra. Nurmadjuzita, M.Si., Apt.

NIP 194907061980021001 NIP 194809041974122001

Pembimbing II, Drs. Chairul Azhar D, M.Sc., Apt. NIP 194907061980021001

Drs. Fathur Rahman Harun, M.Si., Apt. Dra. Sudarmi, M.Si.,Apt. NIP 195201041980031002 NIP 19540910198332001

Dra. Siti Nurbaya, M.Si., Apt. NIP 195008261974122001

Medan, Mei 2012 Fakultas Farmasi

Universitas Sumatera Utara Dekan,

(4)

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahiim,

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas segala limpahan

rahmat dan karunianya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan

penyusunan skripsi ini, serta shalawat beriring salam untuk Rasulullah

Muhammad SAW sebagai suri tauladan dalam kehidupan. Skripsi ini disusun

untuk melengkapi salah satu syarat mencapai gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas

Farmasi Universitas Sumatera Utara, dengan judul Penetapan Kadar Besi dan

Kalsium dalam Kacang Hijau (Phaseolus radiatus L.) dengan dan tanpa Kulit Biji

yang terdapat di Pasaran secara Spektrofotometri Serapan Atom.

Pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan

terima kasih yang sebesar-besarnya kepada, Bapak Prof. Dr. Sumadio

Hadisahputra, Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi USU Medan, yang telah yang

telah memberikan fasilitas sehingga penulis dapat menyelesaikan pendidikan.

Bapak Drs. Chairul Azhar Dalimunthe, M.Sc, Apt., dan Bapak Drs. Fathur

Rahman Harun, M.Si., Apt., yang telah membimbing dan memberikan petunjuk

serta saran-saran selama penelitian hingga selesainya skripsi ini. Ibu Dra.

Nurmadjuzita, M.Si., Apt., Ibu Dra. Sudarmi, M.Si., Apt., dan Ibu Dra. Siti

Nurbaya, M.Si., Apt., selaku dosen penguji yang telah memberikan kritik, saran

dan arahan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Bapak dan Ibu staf

pengajar Fakultas Farmasi USU Medan yang telah mendidik selama perkuliahan

(5)

yang selalu memberikan bimbingan, perhatian dan motivasi kepada penulis

selama masa perkuliahan.

Penulis juga mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang tiada

terhingga kepada Ayahanda Mukhlis Nst, S.H., Ibunda (Almh) Seriannur Lubis

dan Ibunda Elliwati Hsb, M.Si., yang telah memberikan cinta dan kasih sayang

yang tidak ternilai dengan apapun, pengorbanan baik materi maupun motivasi

beserta doa yang tulus yang tidak pernah berhenti. Adik ku tercinta Ahmad

Dahlan Nst, Fauzan Alamsyah Nst dan seluruh keluarga yang selalu mendoakan

dan memberikan semangat.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan skripsi ini masih

jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu dengan segala kerendahan hati, penulis

menerima kritik dan saran demi kesempurnaan skripsi ini. Akhirnya, penulis

berharap semoga skripsi ini dapat memberi manfaat bagi kita semua.

Medan, 10 April 2012 Penulis,

(6)

PENETAPAN KADAR BESI DAN KALSIUM DALAM KACANG HIJAU (Phaseolus radiatus L.) DENGAN DAN TANPA KULIT BIJI

YANG TERDAPAT DI PASARAN SECARA SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM

ABSTRAK

Kacang hijau (Phaseolus radiatus L.) dianggap sebagai sumber bahan makanan padat gizi yang banyak dikonsumsi rakyat Indonesia. Menurut informasi, kacang hijau dapat dijadikan sebagai tambahan asupan dalam pencegahan anemia (kurang darah) dan osteoporosis (pengeroposan tulang) karena kandungan besi dan kalsium yang cukup tinggi di dalamnya. Di masyarakat dikenal dua bentuk kacang hijau yaitu kacang hijau utuh (dengan kulit biji) dan kacang hijau tanpa kulit biji. Tujuan penelitian ini adalah untuk menetapkan kadar besi dan kalsium dalam kacang hijau dengan kulit biji dan tanpa kulit biji yang terdapat di pasaran.

Penetapan kadar dilakukan menggunakan spektrofotometer serapan atom dengan nyala udara-asetilen. Analisis kuantitatif dilakukan pada panjang gelombang 248,3 nm untuk besi dan 422,7 nm untuk kalsium.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar besi dan kalsium yang diperoleh dengan kadar besi dan kalsium yang tercantum pada literatur berbeda. Hasil penelitian juga menunjukkan ada perbedaan kadar besi dan kalsium antara kacang hijau dengan kulit biji dan kacang hijau tanpa kulit biji. Kadar besi pada kacang hijau dengan kulit biji dan tanpa kulit biji berturut-turut yaitu (4,8533 ± 0,5835)mg/100g dan (3,5300 ± 0,2635)mg/100g. Kadar kalsium pada kacang hijau dengan kulit biji dan tanpa kulit biji berturut-turut yaitu (61,0591 ± 5,4910)mg/100g dan (6,8628 ± 0,0652)mg/100g.

(7)

DETERMINATION OF LEVELS IRON AND CALCIUM IN GREEN BEANS (Phaseolus radiatus L.) WITH AND WITHOUT SEED COAT ON THE MARKET BY ATOMIC ABSORPTION SPECTROPHOTOMETRY

ABSTRACT

Green beans (Phaseolus radiatus L.) is a solid food nutrient which is most consumpted by Indonesian’s people. Some informed that green beans can be food addition to prevent anemia and osteoporosis cause of its quite high iron and calcium content. Green beans with and without seed coat which is most famous in community. The aim of this research is to have a quantitative levels of iron and calcium in green beans with and without seed coat on the market.

Quantitative analysis was done by atomic absorption spectrophotometer with acetylene-air flame. Iron and calcium was quantitative analyzed at 248.3 nm and 422.7 nm wavelength.

The result of this study showed there are differences levels of iron and calcium found in green beans with level content in literature. The result of this study showed there are differences levels of iron and calcium between green beans with and without seed coat which is (4.8533 ± 0.5835)mg/100g and (3,5300 ± 0,2635)mg/100g. The calcium levels found in green beans with and without seed coat which is (61.0591 ± 5.4910)mg/100g and (6.8628 ± 0.0652)mg/100g.

Key words: Green beans (Phaseolus radiatus L), Iron (Fe), Calcium (Ca), Atomic Absorption Spectrophotometry

(8)

DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

KATA PENGANTAR ... iv

ABSTRAK ... vi

ABSTRACT ... vii

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 3

1.3 Hipotesis ... 3

1.4 Tujuan Penelitian ... 3

1.5 Manfaat Penelitian ... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 4

2.1 Kacang Hijau ... 4

2.2 Mineral ... 5

2.2.1 Besi ... 6

2.2.2 Kalsium ... 7

(9)

2.3.1 Gangguan-gangguan pada Spektrofotometri

Serapan Atom ... 11

2.4 Validasi Metode Analisis ... 11

BAB III METODE PENELITIAN ... 14

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ... 14

3.2 Bahan-bahan ... 14

3.2.1 Sampel ... 14

3.2.2 Pereaksi ... 14

3.3 Alat-alat ... 14

3.4 Pembuatan Pereaksi ... 15

3.4.1 Larutan HNO3 (1:1) ... 15

3.4.2 Larutan H2SO4 1N ... 15

3.4.3 Larutan NH4SCN 1,5N ... 15

3.4.4 Larutan K4[Fe(CN)6] 2N ... 15

3.5 Prosedur Penelitian ... 15

3.5.1 Pengambilan Sampel ... 15

3.5.2 Penyiapan Sampel ... 16

3.5.3 Proses Destruksi ... 16

3.5.4 Pembuatan Larutan Sampel ... 16

3.5.5 Pemeriksaan Kualitatif ... 17

3.5.5.1 Besi ... 17

3.5.5.1.1 Reaksi Kualitatif dengan Larutan K4[Fe(CN)6] 2N ... 17

(10)

3.5.5.2 Kalsium ... 17

3.5.5.2.1 Uji Kristal Kalsium dengan Asam Sulfat 1N ... 17

3.5.6 Pemeriksaan Kuantitatif ... 17

3.5.6.1 Pembuatan Kurva Kalibrasi Besi ... 17

3.5.6.2 Pembuatan Kurva Kalibrasi Kalsium ... 18

3.5.6.3 Penetapan Kadar Besi dan Kalsium dalam Sampel ... 18

3.5.6.3.1 Penetapan Kadar Besi dalam Kacang Hijau dengan Kulit Biji... 18

3.5.6.3.2 Penetapan Kadar Besi dalam Kacang Hijau tanpa Kulit Biji ... 19

3.5.6.3.3 Penetapan Kadar Kalsium dalam Kacang Hijau dengan Kulit Biji ... 19

3.5.6.3.4 Penetapan Kadar Kalsium dalam Kacang Hijau tanpa Kulit Biji ... 19

3.5.7 Analisis Data Secara Statistik ... 20

3.5.7.1 Penolakan Hasil Pengamatan ... 20

3.5.7.2 Pengujian Beda Nilai Rata-rata Sampel Dengan Nilai yang Terdapat di dalam Literatur ... 21

3.5.7.3Pengujian Beda Nilai Rata-rata antar Sampel... 21

3.5.8 Uji Perolehan Kembali (Recovery) ... 22

3.5.9 Simpangan Baku Relatif ... 23

3.5.10 Penentuan Batas Deteksi (Limit of Detection) dan Kuantitasi (Limit of Quantitation) ... 24

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 25

(11)

4.2 Analisis Kuantitatif ... 26

4.2.1 Kurva Kalibrasi Besi dan Kalsium ... 26

4.2.2 Analisis Kadar Besi dan Kalsium dalam Kacang Hijau dengan Kulit Biji dan tanpa Kulit Biji ... 27

4.2.3 Uji Perolehan Kembali (Recovery) ... 30

4.2.4 Simpangan Baku Relatif ... 30

4.2.5 Batas Deteksi dan Batas Kuantitasi ... 31

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... 32

5.1 Kesimpulan ... 32

5.2 Saran ... 32

DAFTAR PUSTAKA ... 33

(12)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1 Hasil Analisis Kualitatif ... 25

Tabel 2 Hasil Analisis Kadar Besi dan Kalsium

Dalam Sampel ... 28

Tabel 3 Hasil Uji Beda Nilai rata-rata Kadar Besi dan Kalsium

Pada Sampel dengan Nilai pada Literatur ... 29

Tabel 4 Hasil Uji Beda Nilai rata-rata Kadar Besi dan Kalsium

Antar Sampel ... 29

Tabel 5 Persen Uji Perolehan Kembali (recovery) Kadar Besi

(13)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1 Kurva Kalibrasi Larutan Baku Besi ... 26

(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Gambar Kacang Hijau (Phaseolus radiatus L.) ... 35

Lampiran 2. Bagan Alir Proses Destruksi Kering ... 36

Lampiran 3. Bagan Alir Pembuatan Larutan Sampel ... 37

Lampiran 4. Hasil Analisis Kualitatif Besi

dan Kalsium ... 38

Lampiran 5. Data Kalibrasi Besi dengan Spektrofotometer

Serapan Atom, Perhitungan Persamaan Garis Regresi

dan Koefisien Korelasi (r) ... 40

Lampiran 6. Data Kalibrasi Kalsium dengan Spektrofotometer Serapan Atom, Perhitungan Persamaan Garis Regresi

dan Koefisien Korelasi (r) ... 41

Lampiran 7. Hasil Analisis Kadar Besi dan Kalsium

dalam Sampel ... 42

Lampiran 8. Contoh Perhitungan Kadar Besi dan Kalsium

dalam Kacang Hijau dengan Kulit Biji ... 43

Lampiran 9. Perhitungan Statistik Kadar Besi dalam Sampel ... 44

Lampiran 10. Perhitungan Statistik Kadar Kalsium dalam Sampel ... 49

Lampiran 11. Pengujian Beda Nilai Rata-Rata Kadar Besi pada Sampel dengan Nilai yang Terdapat dalam Literatur ... 55

Lampiran 12. Pengujian Beda Nilai Rata-Rata Kadar Kalsium pada

Sampel dengan Nilai yang Terdapat dalam Literatur ... 57

Lampiran 13. Pengujian Beda Nilai Rata-Rata Kadar Besi pada

Sampel ... 59

Lampiran 14. Pengujian Beda Nilai Rata-Rata Kadar Kalsium pada

(15)

Setelah Penambahan Masing-masing Larutan Baku ... 63 Lampiran 16. Perhitungan Uji Perolehan Kembali Kadar Besi

dan Kalsium dalam Kacang Hijau dengan Kulit Biji ... 64 Lampiran 17. Perhitungan Simpangan Baku Relatif (RSD) Kadar Besi

dan Kalsium dalam Sampel ... 70 Lampiran 18. Perhitungan Batas Deteksi dan Batas Kuantitasi ... 72

Lampiran 19. Gambar Atomic Absorption Spectrophotometre

(AAS) Hitachi Z-2000 dan Tanur Nabertherm ... 74

Lampiran 20. Tabel Distribusi t ... 75

Lampiran 21. Tabel Distribusi F ... 76

(16)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kacang hijau (Phaseolus radiatus L.) dianggap sebagai sumber bahan

makanan padat gizi yang banyak dikonsumsi rakyat Indonesia, seperti: bubur, isi

onde-onde, bakpia, es puter, dan sari kacang hijau. Kacang hijau mengandung

vitamin dan mineral. Mineral seperti kalsium, fosfor, besi, natrium dan kalium

banyak terdapat pada kacang hijau (Astawan, 2009).

Selain bisa dimanfaatkan sebagai bahan dasar makanan dan minuman,

kacang hijau juga berguna untuk kesehatan dan kecantikan kulit. Untuk kesehatan

kacang hijau bisa digunakan sebagai tambahan asupan dalam pencegahan kurang

darah (anemia) dan pengeroposan tulang (osteoporosis) (Anonim, 2009).

Di masyarakat dikenal dua bentuk kacang hijau yaitu kacang hijau utuh

(dengan kulit biji) dan kacang hijau tanpa kulit biji. Umumnya kacang hijau utuh

diolah menjadi bubur, sementara kacang hijau tanpa kulit biji diolah untuk

dijadikan isi kue.

Penyebab paling umum dari anemia adalah kekurangan besi untuk sintesa

hemoglobin (Tjay, 2007). Unsur besi yang tergolong mineral mikro merupakan

komponen utama dari hemoglobin (Hb), sehingga kekurangan besi dalam tubuh

akan mempengaruhi pembentukan hemoglobin (Hb).

Pencegahan anemia dapat dilakukan dengan meningkatkan konsumsi zat

(17)

yang terdapat di dalam kacang hijau (Rukmana, 1997) diyakini dapat memberikan

kontribusi terhadap pencegahan anemia.

Osteoporosis (pengeroposan tulang) adalah suatu penyakit yang

disebabkan oleh penurunan masa tulang akibat keseimbangan kalsium negatif di

dalam tubuh. Penyakit ini dapat dicegah dengan mengkonsumsi makanan yang

susunannya baik, antara lain banyak kalsium, sebelum usia 35-38 tahun (Tjay,

2007). Kandungan kalsium sebesar 125 mg/100 g yang terdapat di dalam kacang

hijau (Rukmana, 1997) diyakini dapat memberikan kontribusi terhadap

pencegahan osteoporosis.

Zat besi dapat ditetapkan kadarnya dengan beberapa cara antara lain:

metode spektrofotometri sinar tampak, metode titrasi dan metode spektrofotometri

serapan atom, sedangkan, kalsium dapat ditentukan antara lain dengan cara:

metode titrasi, metode gravimetri dan metode spektrofotometri serapan atom

(Bassett, dkk., 1994).

Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk meneliti kandungan besi

dan kalsium yang terdapat pada kacang hijau dengan kulit biji dan tanpa kulit biji

yang dijual di pasar. Metode yang dipilih untuk penetapan kadar besi dan kalsium

adalah metode spektrofotometri serapan atom karena pelaksanaannya relatif

sederhana, mempunyai kepekaan yang tinggi (batas deteksi kurang dari 1 ppm),

interferensinya sedikit (Rohman, 2009), jika dibandingkan dengan metode

(18)

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, maka permasalahan dalam penelitian ini dapat

dirumuskan sebagai berikut:

a. Apakah kadar besi dan kalsium pada kacang hijau sesuai dengan literatur?

b. Apakah terdapat perbedaan kadar besi dan kalsium pada kacang hijau

dengan kulit biji dan kacang hijau tanpa kulit biji?

1.3 Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah:

a. Kadar besi dan kalsium pada kacang hijau sesuai dengan literatur.

b. Terdapat perbedaan kadar besi dan kalsium pada kacang hijau dengan kulit

biji dan kacang hijau tanpa kulit biji.

1.4 Tujuan

Tujuan penelitian ini adalah:

a. Untuk mengetahui kesesuaian kadar besi dan kalsium pada kacang hijau

dengan kadar yang tercantum pada literatur.

b. Untuk mengetahui perbedaan kadar besi dan kalsium pada kacang hijau

dengan kulit biji dan kacang hijau tanpa kulit biji.

1.5 Manfaat

Untuk memberikan informasi kepada masyarakat perbedaan kandungan

(19)

kulit biji, sehingga masyarakat dapat memilih kacang hijau mana yang lebih baik

dikonsumsi untuk mencegah anemia dan osteoporosis .

(20)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kacang Hijau

Kacang hijau dikenal dengan beberapa nama, seperti mungo, mung bean,

green bean dan mung. Di Indonesia, kacang hijau juga memiliki beberapa nama

daerah, seperti artak (Madura), kacang wilis (Bali), buwe (Flores), tibowang candi

(Makassar) (Astawan, 2009).

Tanaman kacang hijau termasuk suku (famili) Leguminosae yang banyak

varietasnya. Kedudukan tanaman kacang hijau dalam taksonomi tumbuhan

dikelasifikasikan sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Subdivisi : Angiospermae

Kelas : Dicotyledonae

Ordo : Leguminales

Famili : Leguminosae

Genus : Phaseolus

Spesies : Phaseolus radiatus L. (Rukmana,1997).

Susunan tubuh tanaman (morfologi) kacang hijau terdiri atas akar, batang,

daun, bunga, buah, dan biji. Perakaran tanaman kacang hijau bercabang banyak

dan membentuk bintil-bintil (nodula) akar (Rukmana, 1997).

Batang tanaman kacang hijau berukuran kecil, berbulu, berwarna hijau

(21)

30 cm-110 cm dan bercabang menyebar ke semua arah. Daun tumbuh majemuk,

tiga helai anak daun per tangkai. Helai daun berbentuk oval dengan ujung lancip

dan berwarna hijau (Rukmana, 1997).

Bunga kacang hijau berkelamin sempurna (hermaphrodite), berbentuk

kupu-kupu, dan berwarna kuning. Buah berpolong, panjangnya antara 6 cm-15

cm. Tiap polong berisi 6-16 butir biji. Biji kacang hijau berbentuk bulat kecil

dengan bobot (berat) tiap butir 0,5 mg-0,8 mg atau per 1000 butir antara 36 g -78

g, berwarna hijau sampai hijau mengilap. Biji kacang hijau tersusun atas tiga

bagian, yaitu kulit biji, kotiledon, dan embrio (Rukmana, 1997).

Tanaman kacang hijau termasuk multiguna, yakni sebagai bahan pangan

(bijinya), pakan ternak (limbahnya), dan pupuk hijau (limbahnya). Dalam tatanan

makanan sehari-hari, kacang hijau dikonsumsi sebagai bubur , sayur (taoge), dan

kue-kue. Kacang hijau merupakan sumber gizi, terutama protein nabati.

Kandungan gizi kacang hijau cukup tinggi dan komposisinya lengkap.

Kandungan gizi dalam 100 g kacang hijau adalah 345,00 kalori energi; 22,00 g

protein; 1,20 g lemak; 62,90 g karbohidrat; 10,00 g air; 125,00 mg kalsium;

320,00 mg fosfor; 6,70 mg zat besi; 157,00 SI vitamin A; 0,64 mg vitamin B1;

6,00 mg vitamin C (Rukmana, 1997); 6 mg natrium; 1132 mg kalium; 4,4 g serat

(Duke, 1981).

2.2 Mineral

Mineral merupakan bagian dari tubuh dan memegang peranan penting

dalam pemeliharaan fungsi tubuh, baik pada tingkat sel, jaringan, organ, maupun

(22)

mineral mikro. Mineral makro adalah mineral yang dibutuhkan tubuh dalam

jumlah lebih dari 100 mg sehari, sedangkan mineral mikro dibutuhkan kurang dari

100 mg sehari. Yang termasuk mineral makro antara lain: natrium, klorida,

kalium, kalsium, fosfor, dan magnesium, sedangkan yang termasuk mineral mikro

antara lain: besi, mangan dan tembaga (Almatsier, 2004).

Secara tidak langsung, mineral banyak yang berperan dalam proses

pertumbuhan. Peran mineral dalam tubuh kita berkaitan satu sama lainnya, dan

kekurangan atau kelebihan salah satu mineral akan berpengaruh terhadap kerja

mineral lainnya (Poedjiadi, 2006).

2.2.1 Besi

Besi merupakan mineral mikro yang paling banyak terdapat di dalam

tubuh manusia dan hewan. Besi mempunyai beberapa fungsi esensial di dalam

tubuh : sebagai alat angkut oksigen dari paru-paru ke jaringan tubuh, sebagai alat

angkut elektron di dalam sel, dan sebagai bagian terpadu berbagai reaksi enzim di

dalam jaringan tubuh (Almatsier, 2004).

Pada orang dewasa normal, terdapat 4-5 g besi, 75% berada dalam bentuk

hemoglobin (2,5 g), mioglobin (0,15 g),enzim heme, dan enzim nonheme. Sisanya

disimpan sebagai ferritin dan hemosiderin dalam sistem retikuloendotelial, limfa,

sumsum tulang, dan sel hepatik parenkim (Eastwood, 2003).

Tubuh sangat efisien dalam penggunaan besi. Sebelum diabsorpsi, didalam

lambung besi dibebaskan dari ikatan organik seperti protein. Sebagian besar besi

dalam bentuk feri direduksi menjadi bentuk fero. Hal ini terjadi dalam suasana

(23)

makanan. Absorpsi terutama terjadi di bagian atas usus halus (duodenum) dengan

alat angkut protein khusus (Almatsier, 2004).

Ada dua macam bentuk zat besi dalam makanan, yaitu heme dan

nonheme. Zat besi heme berasal dari hewan, penyerapannya tidak tergantung pada

jenis kandungan makanan lain, dan lebih mudah diabsorbsi dibandingkan zat besi

nonheme. Pada umumnya zat besi nonheme terdapat pada pagan nabati, seperti

sayur-sayuran, biji-bijian, kacang-kacangan, dan buah-buahan (Wirakusumah,

1999).

Kebutuhan tubuh untuk unsur besi sehari adalah 8,7 mg bagi pria dan 14,8

mg bagi wanita. Kebutuhan besi selama pertumbuhan meningkat sampai kurang

lebih 0,6 mg, dan waktu kehamilan sampai 1-2 mg/hari (Tjay, 2007).

Kekurangan darah atau anemia adalah sutu keadaan kronis dimana kadar

hemoglobin dan atau jumlah eritrosit berkurang. Penyebab paling umum dari

anemia adalah kekurangan besi untuk sintesa hemoglobin (Tjay, 2007).

2.2.2 Kalsium

Kalsium merupakan mineral yang paling banyak terdapat di dalam tubuh,

yaitu 1,5 – 2% dari berat badan orang dewasa atau kurang lebih sebanyak 1 kg

(Barasi, 2007). Dari jumlah ini, 99% berada didalam jaringan keras, yaitu tulang

dan gigi terutama dalam bentuk hidroksiapatit selebihnya kalsium tersebar luas di

dalam tubuh. Absorpsi kalsium terutama terjadi di bagian atas usus halus yaitu

duodenum. Peningkatan kebutuhan akan kalsium terjadi pada masa pertumbuhan,

kehamilan, dan menyusui. Kacang-kacangan merupakan salah satu sumber

kalsium, seperti kacang kedelai, kacang hijau, kacang merah, dan kacang tanah

(24)

Mineral kalsium dibutuhkan untuk perkembangan tulang. Kalsium sangat

penting terutama untuk anak-anak, wanita hamil, dan wanita menyusui. Jumlah

yang dianjurkan per hari untuk anak-anak sebesar 500 mg, remaja 600-700 mg,

dan dewasa sebesar 800 mg (Almatsier, 2004).

Kekurangan kalsium pada masa pertumbuhan dapat menyebabkan

gangguan pertumbuhan. Tulang kurang kuat, mudah bengkok dan rapuh. Semua

orang dewasa, terutama sesudah usia 50 tahun akan kehilangan kalsium dari

tulangnya. Tulang menjadi rapuh dan mudah patah. Ini yang dinamakan

osteoporosis yang dapat dipercepat oleh keadaan stres sehari-hari. Osteoporosis

lebih banyak terjadi pada wanita daripada laki-laki dan lebih banyak pada orang

kulit putih daripada kulit berwarna (Almatsier, 2004).

2.3 Spektrofotometri Serapan Atom

Spektrofotometri serapan atom didasarkan pada penyerapan energi sinar

oleh atom-atom netral, dan sinar yang diserap biasanya sinar tampak atau sinar

ultraviolet (Rohman, 2007)

Spektrofotometri serapan atom digunakan untuk analisis kuantitatif

unsur-unsur mineral dalam jumlah sekelumit (trace) dan sangat sekelumit (ultratrace).

Cara analisis ini memberikan kadar total unsur mineral dalam suatu sampel dan

tidak tergantung pada bentuk molekul mineral dalam sampel tersebut. Cara ini

cocok untuk analisis sekelumit mineral karena mempunyai kepekaan yang tinggi

(batas deteksi kurang dari 1 ppm), pelaksanaanya relatif sederhana, dan

(25)

Metode spektrofotometri serapan atom berprinsip pada absorpsi cahaya

oleh atom. Atom-atom menyerap cahaya pada panjang gelombang tertentu,

tergantung pada sifat unsurnya. Cahaya pada panjang gelombang ini mempunyai

cukup energi untuk mengubah tingkat elektronik suatu atom. Transisi elektronik

suatu unsur bersifat spesifik. Dengan absorpsi energi, berarti memperoleh lebih

banyak energi, suatu atom pada keadaan dasar dinaikkan tingkat energinya ke

tingkat eksitasi (Khopkar, 2008).

Bagian instrumentasi spektrofotometer serapan atom adalah sebagai

berikut:

a. Sumber Radiasi

Sumber radiasi yang digunakan adalah lampu katoda berongga (hollow

cathode lamp). Lampu ini terdiri atas tabung kaca tertutup yang mengandung

suatu katoda dan anoda. Katoda berbentuk silinder berongga yang dilapisi dengan

mineral tertentu (Rohman, 2007).

b. Tempat Sampel

Dalam analisis dengan spektrofotometer serapan atom, sampel yang akan

dianalisis harus diuraikan menjadi atom-atom netral yang masih dalam keadaan

azas. Ada berbagai macam alat yang digunakan untuk mengubah sampel menjadi

uap atom-atomnya, yaitu:

1. Dengan nyala (Flame)

Nyala digunakan untuk mengubah sampel yang berupa cairan menjadi

bentuk uap atomnya dan untuk proses atomisasi. Suhu yang dapat dicapai oleh

nyala tergantung pada gas yang digunakan, misalnya untuk gas asetilen-udara

(26)

nyala yang paling banyak digunakan. Pada sumber nyala ini asetilen sebagai

bahan pembakar, sedangkan udara sebagai bahan pengoksidasi (Rohman, 2007).

2.Tanpa nyala (Flameless)

Pengatoman dilakukan dalam tungku dari grafit. Sejumlah sampel diambil

sedikit (hanya beberapa µL), lalu diletakkan dalam tabung grafit, kemudian

tabung tersebut dipanaskan dengan sistem elektris dengan cara melewatkan arus

listrik pada grafit. Akibat pemanasan ini, maka zat yang akan dianalisis berubah

menjadi atom-atom netral dan pada fraksi atom ini dilewatkan suatu sinar yang

berasal dari lampu katoda berongga sehingga terjadilah proses penyerapan energi

sinar yang memenuhi kaidah analisis kuantitatif (Rohman, 2007).

c. Monokromator

Monokromator merupakan alat untuk memisahkan dan memilih spektrum

sesuai dengan panjang gelombang yang digunakan dalam analisis dari sekian

banyak spektrum yang dihasilkan lampu katoda berongga (Rohman, 2007).

d. Detektor

Detektor digunakan untuk mengukur intensitas cahaya yang melalui

tempat pengatoman (Rohman, 2007).

e. Amplifier

Amplifier merupakan suatu alat untuk memperkuat signal yang diterima

dari detektor sehingga dapat dibaca alat pencatat hasil (Readout) (Rohman, 2007).

f. Readout

Readout merupakan suatu alat penunjuk atau dapat juga diartikan sebagai

pencatat hasil. Hasil pembacaan dapat berupa angka atau berupa kurva yang

(27)

Gambar 1. Komponen Spektrofotometer Serapan Atom

2.3.1 Gangguan-gangguan pada Spektrofotometri Serapan Atom

Gangguan-gangguan (interference) pada Spektrofotometri Serapan Atom

adalah peristiwa-peristiwa yang menyebabkan pembacaan absorbansi unsur yang

dianalisis menjadi lebih kecil atau lebih besar dari nilai yang sesuai dengan

konsentrasinya dalam sampel (Rohman, 2007). Secara luas dapat dikategorikan

menjadi dua kelompok, yakni interferensi spektral dan interferensi kimia

(Khopkar, 2008).

Interferensi spektral disebabkan karena tumpangasuh absorpsi antara

spesies pengganggu dan spesies yang diukur. Interfernsi kimia disebabkan adanya

reaksi kimia selama atomisasi, sehingga mengubah sifat absorpsi (Khopkar,

2008).

2.4 Validasi Metode Analisis

Validasi metode analisis adalah suatu tindakan penilaian terhadap

parameter tertentu berdasarkan percobaan laboratorium untuk membuktikan

(28)

parameter analisis yang harus dipertimbangkan dalam validasi metode analisis

adalah sebagai berikut:

a. Kecermatan

Kecermatan adalah ukuran yang menunjukkan derajat kedekatan hasil

analisis dengan kadar analit yang sebenarnya. Kecermatan dinyatakan sebagai

persen perolehan kembali (recovery) analit yang ditambahkan. Kecermatan

ditentukan dengan dua cara, yaitu:

- Metode simulasi

Metode simulasi (Spiked-placebo recovery) merupakan metode yang

dilakukan dengan cara menambahkan sejumlah analit bahan murni ke dalam suatu

bahan pembawa sediaan farmasi (plasebo), lalu campuran tersebut dianalisis dan

hasilnya dibandingkan dengan kadar analit yang ditambahkan (kadar yang

sebenarnya) (Harmita, 2004).

- Metode penambahan baku

Metode penambahan baku (standard addition method) merupakan metode

yang dilakukan dengan cara menambahkan sejumlah analit dengan konsentrasi

tertentu pada sampel yang diperiksa, lalu dianalisis dengan metode yang akan

divalidasi. Hasilnya dibandingkan dengan sampel yang dianalisis tanpa

penambahan sejumlah analit. Persen perolehan kembali ditentukan dengan

menentukan berapa persen analit yang ditambahkan ke dalam sampel dapat

ditemukan kembali (Harmita, 2004).

Menurut Ermer (2005) rentang persen perolehan kembali memenuhi syarat

(29)

b. Keseksamaan (presisi)

Keseksamaan atau presisi diukur sebagai simpangan baku relatif atau

koefisien variasi. Keseksamaan atau presisi merupakan ukuran yang menunjukkan

derajat kesesuaian antara hasil uji individual ketika suatu metode dilakukan secara

berulang untuk sampel yang homogen. Nilai simpangan baku relatif yang

memenuhi persyaratan menunjukkan adanya keseksamaan metode yang dilakukan

(Harmita, 2004).

c. Selektivitas (Spesifisitas)

Selektivitas atau spesifisitas suatu metode adalah kemampuannya yang

hanya mengukur zat tertentu secara cermat dan seksama dengan adanya

komponen lain yang ada di dalam sampel (Harmita, 2004).

d. Linearitas dan rentang

Linearitas adalah kemampuan metode analisis yang memberikan respon

baik secara langsung maupun dengan bantuan transformasi matematika,

menghasilkan suatu hubungan yang proporsional terhadap konsentrasi analit

dalam sampel. Rentang merupakan batas terendah dan batas tertinggi analit yang

dapat ditetapkan secara cermat, seksama dan dalam linearitas yang dapat diterima

(Harmita, 2004).

e. Batas deteksi (Limit of detection) dan batas kuantitasi (Limit of quantitation)

Batas deteksi merupakan jumlah terkecil analit dalam sampel yang dapat

dideteksi yang masih memberikan respon signifikan, sedangkan batas kuantitasi

merupakan kuantitas terkecil analit dalam sampel yang masih dapat memenuhi

(30)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Farmasi Kualitatif

Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara dan di Laboratorium Penelitian

Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara pada bulan Agustus 2011 – Januari

2012.

3.2 Bahan – bahan 3.2.1 Sampel

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah kacang hijau utuh

(dengan kulit biji) dan kacang hijau tanpa kulit biji yang berasal dari Berastagi

Supermarket Jl. Jend. Gatot Subroto, Kecamatan Medan Petisah, Kota Medan

(Gambar dapat dilihat pada Lampiran 1, halaman 37).

3.2.2 Pereaksi

Semua bahan yang digunakan dalam penelitian ini berkualitas pro analisa

keluaran E. Merck kecuali disebutkan lain yaitu akuabides (Laboratorium

Penelitian Fakultas Farmasi USU), ammonium tiosianat, asam nitrat 65% b/v,

asam sulfat 96% v/v, etanol 96% v/v, kalium heksasianoferat (II), larutan baku

(31)

3.3 Alat – alat

Spektrofotometer Serapan Atom Hitachi Z-2000 lengkap dengan Lampu

katoda besi dan kalsium, Neraca analitik (AND GF-200), Hot plate (FISONS),

alat tanur Nabertherm, blender, kertas saring Whatman No.42, krus porselen,

spatula dan alat – alat gelas (Pyrex dan Oberol).

3.4 Pembuatan Pereaksi 3.4.1 Larutan HNO3 (1:1)

Sebanyak 500 ml larutan HNO3 65% b/v diencerkan dengan 500 ml

akuabides (Helrich, 1990).

3.4.2 Larutan H2SO4 1 N

Sebanyak 3 ml larutan H2SO4 96% v/v diencerkan dengan akuades hingga

100 ml (Ditjen POM, 1979).

3.4.3 Larutan NH4SCN 1,5 N

Sebanyak 57,09 gram ammonium tiosianat dilarutkan dalam 100 ml

akuades, diencerkan hingga 500 ml (Manan, 2009).

3.4.4 Larutan K4[Fe(CN)6] 2 N

Sebanyak 105,5 gram K4[Fe(CN)6] dilarutkan dalam akuades hingga 500

ml (Manan, 2009).

3.5 Prosedur Penelitian 3.5.1 Pengambilan sampel

Metode pengambilan sampel dilakukan dengan cara sampling purposif

(32)

dasar pertimbangan bahwa sampel yang diambil dapat mewakili populasi

(Budiarto, 2004).

3.5.2 Penyiapan Sampel

Sebanyak ±500 gram kacang hijau dengan kulit biji (yang tidak ditentukan

kadar airnya) dibersihkan dari pengotoran, dicuci bersih dengan akuabides,

ditiriskan. Selanjutnya dikeringkan di udara terbuka terhindar dari sinar matahari

langsung, setelah kering, dihaluskan dengan blender. Perlakuan yang sama juga

dilakukan untuk kacang hijau tanpa kulit biji (yang tidak ditentukan kadar airnya).

3.5.3 Proses Destruksi

Sampel yang telah dihaluskan ditimbang seksama sebanyak 50 gram

dalam krus porselen, diarangkan di atas hot plate, lalu diabukan dalam tanur

dengan temperatur awal 100 dan perlahan – lahan temperatur dinaikkan hingga

suhu 600 dengan interval 25 setiap 5 menit. Pengabuan dilakukan selama 60

jam (dihitung saat suhu sudah 600 , lalu setelah suhu tanur krus

porselen dikeluarkan dan dibiarkan hingga dingin pada desikator. Abu

ditambahkan 5 ml HNO3 (1:1), kemudian diuapkan pada hot plate sampai kering.

Krus porselen dimasukkan kembali ke dalam tanur dengan temperatur awal 100

dan perlahan – lahan temperatur dinaikkan hingga suhu 600 dengan interval

25 setiap 5 menit. Pengabuan dilakukan selama 1 jam dan dibiarkan hingga

dingin pada desikator (Horwitz, 2000, dengan modifikasi). Bagan alir proses

destruksi dapat dilihat pada Lampiran 2, halaman 38.

3.5.4 Pembuatan Larutan Sampel

Sampel hasil destruksi dilarutkan dalam 5 ml HNO3 (1:1), lalu

(33)

akuabides sebanyak tiga kali dan dicukupkankan dengan akuabides hingga garis

tanda. Kemudian disaring dengan kertas saring Whatman No. 42 dimana 5 ml

filtrat pertama dibuang untuk menjenuhkan kertas saring kemudian filtrat

selanjutnya ditampung ke dalam botol (Horwitz, 2000, dengan modifikasi).

Larutan ini digunakan untuk analisis kualitatif dan kuantitatif. Bagan alir

pembuatan larutan sampel dapat dilihat pada Lampiran 3, halaman 39.

3.5.5 Pemeriksaan Kualitatif 3.5.5.1 Besi

3.5.5.1.1 Reaksi Kualitatif dengan Larutan K4[Fe(CN)6] 2 N

Ke dalam tabung reaksi dimasukkan 2 ml larutan sampel hasil destruksi,

ditambahkan 10 tetes kalium heksasianoferat (II) 2 N. Dihasilkan larutan dengan

endapan berwarna biru tua (Vogel, 1990).

3.5.5.1.2 Reaksi Kualitatif dengan Larutan NH4SCN 1,5 N

Ke dalam tabung reaksi dimasukkan 2 ml larutan sampel hasil destruksi,

ditambahkan 3 tetes amonium tiosianat 1,5 N. Dihasilkan larutan berwarna merah

(Vogel, 1990).

3.5.5.2 Kalsium

3.5.5.2.1 Uji Kristal Kalsium dengan Asam Sulfat 1 N

Larutan sampel hasil destruksi sebanyak 1-2 tetes diteteskan pada object

glass kemudian ditetesi dengan larutan asam sulfat 1 N dan etanol 96% v/v akan

terbentuk endapan putih lalu diamati di bawah mikroskop. Jika terdapat kalsium

(34)

3.5.6 Pemeriksaan Kuantitatif

3.5.6.1 Pembuatan Kurva Kalibrasi Besi

Larutan baku besi (konsentrasi 1000 µg/ml) dipipet sebanyak 5 ml,

dimasukkan ke dalam labu tentukur 100 ml dan dicukupkan hingga garis tanda

dengan akuabides (konsentrasi 50 µg/ml).

Larutan untuk kurva kalibrasi besi dibuat dengan memipet (1; 2; 3; 4 dan

5) ml larutan baku 50 µg/ml, masing-masing dimasukkan ke dalam labu tentukur

25 ml dan dicukupkan hingga garis tanda dengan akuabides (larutan ini

mengandung (2,0; 4,0; 6,0; 8,0 dan 10,0) µg/ml dan diukur absorbansi pada

panjang gelombang 248,3 nm dengan nyala udara-asetilen.

3.5.6.2 Pembuatan Kurva Kalibrasi Kalsium

Larutan baku kalsium (konsentrasi 1000 µg/ml) dipipet sebanyak 1 ml,

dimasukkan ke dalam labu tentukur 100 ml dan dicukupkan hingga garis tanda

dengan akuabides (konsentrasi 10 µg/ml).

Larutan untuk kurva kalibrasi kalsium dibuat dengan memipet (5; 10; 15;

20; dan 25) ml larutan baku 10 µg/ml, masing-masing dimasukkan ke dalam labu

tentukur 50 ml dan dicukupkan hingga garis tanda dengan akuabides (larutan ini

mengandung (1,0; 2,0; 3,0; 4,0 dan 5,0) µg/ml dan diukur absorbansi pada

panjang gelombang 422,7 nm dengan nyala udara-asetilen.

3.5.6.3 Penetapan Kadar Besi dan Kalsium dalam Sampel

Sebelum dilakukan penetapan kadar besi dan kalsium dalam sampel,

terlebih dahulu alat spektrofotometer serapan atom dikondisikan dan di atur

(35)

3.5.6.3.1 Penetapan Kadar Besi dalam Kacang Hijau dengan Kulit Biji Larutan sampel hasil destruksi dipipet sebanyak 4 ml dimasukkan ke

dalam labu tentukur 25 ml dan dicukupkan dengan akuabides hingga garis tanda

(Faktor pengenceran = 25 ml/4 ml = 6,25 kali). Lalu diukur absorbansinya dengan

menggunakan spektrofotometer serapan atom yang telah dikondisikan dan di atur

metodenya dimana penetapan kadar besi dilakukan pada panjang gelombang

248,3 nm dengan nyala udara-asetilen. Nilai absorbansi yang diperoleh harus

berada dalam rentang kurva kalibrasi larutan baku besi. Konsentrasi besi dalam

sampel ditentukan berdasarkan persamaan garis regresi dari kurva kalibrasi.

3.5.6.3.2 Penetapan Kadar Besi dalam Kacang Hijau tanpa Kulit Biji Larutan sampel hasil destruksi dipipet sebanyak 4 ml dimasukkan ke

dalam labu tentukur 25 ml dan dicukupkan dengan akuabides hingga garis tanda

(Faktor pengenceran = 25 ml/4 ml = 6,25 kali). Lalu diukur absorbansinya

dengan menggunakan spektrofotometer serapan atom yang telah dikondisikan dan

di atur metodenya dimana penetapan kadar besi dilakukan pada panjang

gelombang 248,3 nm dengan nyala udara-asetilen. Nilai absorbansi yang

diperoleh harus berada dalam rentang kurva kalibrasi larutan baku besi.

Konsentrasi besi dalam sampel ditentukan berdasarkan persamaan garis regresi

dari kurva kalibrasi.

3.5.6.3.3 Penetapan Kadar Kalsium dalam Kacang Hijau dengan Kulit Biji Larutan sampel hasil destruksi dipipet sebanyak 0,1 ml dimasukkan ke

dalam labu tentukur 25 ml dan dicukupkan dengan akuabides sampai garis tanda

(Faktor pengenceran = 25 ml/0,1 ml = 250 kali). Lalu diukur absorbansinya

(36)

di atur metodenya dimana penetapan kadar kalsium dilakukan pada panjang

gelombang 422,7 nm dengan nyala udara-asetilen. Nilai absorbansi yang

diperoleh harus berada dalam rentang kurva kalibrasi larutan baku kalsium.

Konsentrasi kalsium dalam sampel ditentukan berdasarkan persamaan garis

regresi dari kurva kalibrasi.

3.5.6.3.4 Penetapan Kadar Kalsium dalam Kacang Hijau tanpa Kulit Biji Larutan sampel hasil destruksi dipipet sebanyak 0,5 ml dimasukkan ke

dalam labu tentukur 25 ml dan dicukupkan dengan akuabides sampai garis tanda

(Faktor pengenceran = 25 ml/0,5 ml = 50 kali). Lalu diukur absorbansinya

dengan menggunakan spektrofotometer serapan atom yang telah dikondisikan dan

di atur metodenya dimana penetapan kadar untuk kalsium dilakukan pada panjang

gelombang 422,7 nm dengan nyala udara-asetilen. Nilai absorbansi yang

diperoleh harus berada dalam rentang kurva kalibrasi larutan baku kalsium.

Konsentrasi kalsium dalam sampel ditentukan berdasarkan persamaan garis

regresi dari kurva kalibrasi.

Kadar mineral besi dan kalsium dalam sampel dapat dihitung dengan cara

sebagai berikut:

n pengencera Faktor

x (g)

Sampel Berat

(ml) Volume x

(µg/ml) i

Konsentras (µg/g)

Logam Kadar

(37)

3.5.7 Analisis Data Secara Statistik 3.5.7.1 Penolakan Hasil Pengamatan

Kadar besi dan kalsium yang diperoleh dari hasil pengukuran

masing-masing larutan sampel dianalisis dengan metode standar deviasi dengan rumus

(Sudjana, 2005):

SD =

( )

1 -n

X

-Xi 2

Keterangan : Xi = Kadar sampel

X = Kadar rata-rata sampel

n = jumlah perlakuan

Untuk mencari t hitung digunakan rumus:

t hitung =

n SD

X Xi

/ −

dan untuk menentukan kadar mineral di dalam sampel dengan interval

kepercayaan 99%, α = 0.01, dk = n-1, dapat digunakan rumus:

Kadar Mineral : µ = X ± (t(α/2, dk) x SD / √n )

Keterangan : X − = Kadar rata-rata sampel

SD = Standar Deviasi

dk = Derajat kebebasan (dk = n-1)

α = interval kepercayaan

(38)

3.5.7.2 Pengujian Beda Nilai Rata-Rata Sampel dengan Nilai yang terdapat dalam literatur

Sampel akan diuji rata-ratanya dengan nilai yang terdapat didalam literatur

dengan menggunakan rumus (Sudjana, 2005):

to =

n s x

/ 0

µ

Keterangan : x = nilai rata-rata yang pembanding

µo= nilai rata-rata sampel

s = standard deviasi sampel

n =jumlah perlakuan sampel

3.5.7.3 Pengujian Beda Nilai Rata-Rata Antar Sampel

Sampel yang dibandingkan adalah independen dan jumlah pengamatan

masing-masing lebih kecil dari 30 dan variansi (σ) tidak diketahui sehingga

dilakukan uji F untuk mengetahui apakah variansi kedua populasi sama (σ1 = σ2)

atau berbeda (σ1≠ σ2) dengan menggunakan rumus (Sudjana, 2005):

Fo = 2 2 2 1

S S

Keterangan : Fo = Beda nilai yang dihitung

S1 = Standar deviasi terbesar

S2 = Standar deviasi terkecil

Apabila dari hasilnya diperoleh Fo tidak melewati nilai kritis F maka dilanjutkan

(39)

(X1 – X2) to =

Sp √1/n1 + 1/n2

Keterangan : X1 = kadar rata-rata sampel 1 n 1 = Jumlah perlakuan sampel 1

X2 = kadar rata-rata sampel 2 n 2 = Jumlah perlakuan sampel 2

Sp = Simpangan baku

jika Fo melewati nilai kritis F, dilanjutkan uji dengan distribusi t dengan rumus :

(X1 – X2) to =

S12/n1 + S22/n2

Keterangan : X1 = kadar rata-rata sampel 1 S1 = Standar deviasi sampel 1

X2 = kadar rata-rata sampel 2 S2 = Standar deviasi sampel 2

n 1 = Jumlah perlakuan sampel 1 n 2 = Jumlah perlakuan sampel 2

Kedua sampel dinyatakan berbeda apabila to yang diperoleh melewati nilai

kritis t, dan sebaliknya.

3.5.8 Uji Perolehan Kembali (Recovery)

Uji perolehan kembali atau recovery dilakukan dengan metode

penambahan larutan standar (standard addition method). Dalam metode ini, kadar

mineral dalam sampel ditentukan terlebih dahulu, selanjutnya dilakukan

penentuan kadar mineral dalam sampel setelah penambahan larutan standar

dengan konsentrasi tertentu (Ermer, 2005). Larutan baku yang ditambahkan yaitu,

5 ml larutan baku besi (konsentrasi 50 µg/ml) dan 5 ml larutan baku kalsium

(konsentrasi 1000 µg/ml) .

Kacang hijau yang telah dihaluskan ditimbang secara seksama sebanyak

50 gram di dalam krus porselen, lalu ditambahkan 5 ml larutan baku besi

(40)

dilanjutkan dengan prosedur destruksi kering seperti yang telah dilakukan

sebelumnya.

Persen perolehan kembali dapat dihitung dengan rumus di bawah ini

(Harmita, 2004):

100% an

ditambahak yang

baku larutan Kadar

awal sampel dalam

logam rata) -Kadar(rata sampel

dalam logam total Kadar

× −

3.5.9 Simpangan Baku Relatif

Keseksamaan atau presisi diukur sebagai simpangan baku relatif atau

koefisien variasi. Keseksamaan atau presisi merupakan ukuran yang menunjukkan

derajat kesesuaian antara hasil uji individual ketika suatu metode dilakukan secara

berulang untuk sampel yang homogen. Nilai simpangan baku relatif yang

memenuhi persyaratan menunjukkan adanya keseksamaan metode yang

dilakukan.

Adapun rumus untuk menghitung simpangan baku relatif adalah (Harmita,

2004) :

RSD = ×100%

X SD

Keterangan : X − = Kadar rata-rata sampel

SD = Standar Deviasi

RSD = Relative Standard Deviation

3.5.10 Penentuan Batas Deteksi (Limit of Detection) dan Batas Kuantitasi (Limit of Quantitation)

Batas deteksi merupakan jumlah terkecil analit dalam sampel yang dapat

(41)

merupakan kuantitas terkecil analit dalam sampel yang masih dapat memenuhi

kriteria cermat dan seksama.

Batas deteksi dan batas kuantitasi ini dapat dihitung dengan rumus sebagai

berikut (Harmita, 2004):

Simpangan Baku (

X

SY ) =

(

)

2 2

− −

n

Yi Y

Batas deteksi (LOD) =

slope X SY x 3

Batas kuantitasi (LOQ) =

(42)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Analisis Kualitatif

Analisis kualitatif dilakukan sebagai analisis pendahuluan untuk

mengetahui ada atau tidaknya ion besi dan ion kalsium dalam sampel. Data dapat

[image:42.595.114.514.289.419.2]

dilihat pada Tabel 1 dan Lampiran 4, halaman 40, 41.

Tabel 1. Hasil Analisis Kualitatif No. Ion yang

dianalisis

Pereaksi Hasil Reaksi Keterangan

1. Kalsium Asam sulfat 1 N + etanol

96% Kristal jarum

+

2. Besi

Kalium heksasianoferat (II) 2 N

Larutan dengan endapan biru tua

+

Amonium tiosianat 1,5 N Larutan merah + Keterangan :

+ : Mengandung ion

Tabel di atas menunjukkan bahwa larutan sampel yang diperiksa

mengandung ion besi dan ion kalsium. Sampel dikatakan positif mengandung ion

kalsium jika menghasilkan endapan putih berbentuk kristal jarum dengan

penambahan asam sulfat 1 N dan etanol 96% v/v, mengandung ion besi jika

menghasilkan endapan berwarna biru tua dengan penambahan larutan kalium

heksasianoferat (II) 2 N dan larutan merah dengan penambahan amonium

tiosianat 1,5 N. Berdasarkan hasil reaksi warna maupun reaksi kristal dari

masing-masing kedua ion tersebut membuktikan larutan sampel mengandung ion besi dan

ion kalsium.

Hasil absorbansi dengan spektrofotometer serapan atom menunjukkan

(43)

422,7 nm. Hal ini juga membuktikan secara kualitatif bahwa sampel mengandung

mineral besi dan mineral kalsium.

4.2 Analisis Kuantitatif

4.2.1 Kurva kalibrasi Besi dan Kalsium

Kurva kalibrasi besi dan kalsium diperoleh dengan cara mengukur

absorbansi dari larutan baku besi dan kalsium pada panjang gelombang

masing-masing. Dari pengukuran kurva kalibrasi untuk kedua mineral tersebut diperoleh

persamaan garis regresi yaitu Y = 0,0317X - 0,0026 untuk besi dan Y = 0,0612X

+ 0,0063 untuk kalsium.

Kurva kalibrasi larutan baku besi dan kalsium dapat dilihat pada Gambar 1

[image:43.595.133.491.414.614.2]

dan Gambar 2.

Gambar 1. Kurva Kalibrasi Larutan Baku Besi Y= 0,0317x + 0,0026

r = 0,9994

0 0,05 0,1 0,15 0,2 0,25 0,3 0,35

0 2 4 6 8 10 12

A

bs

or

ban

si

(44)
[image:44.595.132.491.81.283.2]

Gambar 2. Kurva Kalibrasi Larutan Baku Kalsium

Berdasarkan kurva di atas diperoleh hubungan yang linear antara

konsentrasi dengan absorbansi, dengan koefisien korelasi (r) besi sebesar 0,9994

dan kalsium sebesar 0,9990. Nilai r ≥ 0,97 menunjukkan adanya korelasi linier

yang menyatakan adanya hubungan antara X (Konsentrasi) dan Y (Absorbansi)

(Ermer, 2005). Data hasil pengukuran absorbansi larutan baku besi dan kalsium

dan perhitungan persamaan garis regresi dapat dilihat pada Lampiran 5 dan

Lampiran 6, halaman 42, 43.

4.2.2 Analisis Kadar Besi dan Kalsium dalam Kacang Hijau dengan Kulit Biji dan tanpa Kulit Biji

Penentuan kadar besi dan kalsium dilakukan secara spektrofotometri

serapan atom. Konsentrasi mineral besi dan kalsium dalam sampel ditentukan

berdasarkan persamaan garis regresi kurva kalibrasi larutan baku masing-masing

mineral. Agar konsentrasi mineral besi dan kalsium dalam sampel berada pada

rentang kurva kalibrasi maka masing-masing sampel diencerkan terlebih dahulu

dengan faktor pengenceran yang berbeda-beda. Faktor pengenceran untuk

penentuan kadar besi pada kacang hijau dengan kulit biji maupun pada kacang Y = 0,0612x + 0,0063

r = 0,9990

0 0,05 0,1 0,15 0,2 0,25 0,3 0,35

0 1 2 3 4 5 6

A

bs

or

ban

si

(45)

hijau tanpa kulit biji adalah sebesar 6,25 kali sedangkan faktor pengenceran untuk

penentuan kadar kalsium pada kacang hijau dengan kulit biji adalah sebesar 250

kali, dan faktor pengenceran untuk penentuan kadar kalsium pada kacang hijau

tanpa kulit biji adalah sebesar 50 kali. Data dan contoh perhitungan dapat dilihat

pada Lampiran 7 dan Lampiaran 8, halaman 44, 45.

Analisis dilanjutkan dengan perhitungan statistik (Perhitungan dapat

dilihat pada Lampiran 9 dan Lampiran 10, halaman 46 sampai halaman 56). Hasil

analisis kuantitatif mineral besi dan kalsium pada sampel dapat dilihat pada Tabel

2.

Tabel 2. Hasil Analisis Kadar Besi dan Kalsium dalam Sampel

No. Sampel Kadar Besi

(mg/100g)

Kadar Kalsium (mg/100g)

1. KHDK 4,8533±0,5835 61,0591 ± 5,4910

2. KHTK 3,5300 ± 0,2635 6,8628 ± 0,0652

Keterangan :

KHDK: Kacang Hijau Dengan Kulit Biji KHTK: Kacang Hijau Tanpa Kulit Biji

Data yang didapat kemudian diuji kembali secara statistik untuk

mengetahui beda nilai kadar rata-rata mineral pada sampel dengan kadar yang

tercantum di literatur serta untuk mengetahui beda nilai kadar rata-rata mineral

antar kedua sampel (Perhitungan dapat dilihat pada Lampiran 11 sampai dengan

Lampiran 14, halaman 57 sampai halaman 64). Hasil perhitungan uji statistik

(46)

Tabel 3. Hasil Uji Beda nilai rata-rata kadar besi dan kalsium pada sampel dengan Nilai pada Literatur

No. Sampel Kadar t hitung t tabel Hasil

1. Literatur KHDK Besi 12,7494 4,0321 Beda

KHTK 55,2912 4,6041 Beda

2. Literatur KHDK Kalsium 53,5652 4,6041 Beda

KHTK 3704,9482 4,6041 Beda

Keterangan :

KHDK: Kacang Hijau Dengan Kulit Biji KHTK: Kacang Hijau Tanpa Kulit Biji

Tabel 4. Hasil Uji Beda nilai rata-rata kadar besi dan kalsium antar sampel

No. Kadar Sampel t hitung t tabel Hasil

1.

Besi

KHDK

88,5281 3,2498 Beda KHTK

2.

Kalsium

KHDK

45,3632 0,7129 Beda KHTK

Keterangan :

KHDK: Kacang Hijau Dengan Kulit Biji KHTK: Kacang Hijau Tanpa Kulit Biji

Berdasarkan Tabel 3 di atas dapat diketahui bahwa kadar besi dan kalsium

pada kacang hijau dengan kulit biji maupun tanpa kulit biji yang diperoleh dari

hasil analisis berbeda dengan kadar besi dan kalsium yang tercantum pada

literatur.

Berdasarkan Tabel 4 di atas dapat diketahui bahwa kadar besi pada

kacang hijau dengan kulit biji lebih besar dibandingkan kadar besi di dalam

kacang hijau tanpa kulit biji. Hal ini kemungkinan karena zat besi di dalam

kacang hijau banyak terdapat pada bagian embrio dan kulit biji (Astawan, 2009).

Jadi, saat kulit bijinya dihilangkan maka kadar besi yang terdapat di dalamnya

berkurang. Selanjutnya, kadar kalsium di dalam kacang hijau dengan kulit biji

[image:46.595.114.508.249.424.2]
(47)

kemungkinan karena kalsium pada kacang hijau paling banyak terdapat pada

bagian kulit biji (Astawan, 2009). Jadi, saat kulit bijinya dihilangkan maka kadar

mineral kalsium yang terdapat di dalamnya berkurang.

4.2.3 Uji Perolehan Kembali (Recovery)

Hasil uji perolehan kembali (recovery) kadar besi dan kalsium setelah

penambahan masing-masing larutan baku besi dan kalsium dalam sampel dapat

dilihat pada Lampiran 15, halaman 65. Perhitungan persen recovery besi dan

kalsium dalam sampel dapat dilihat pada Lampiran 16, halaman 66 sampai

[image:47.595.115.509.363.480.2]

halaman 71. Persen recovery besi dan kalsium dalam sampel dapat dilihat pada

Tabel 5.

Tabel 5. Persen Uji Perolehan Kembali (recovery) Kadar besi dan kalsium No. Mineral yang dianalisis Recovery (%)

Syarat rentang persen recovery (%)

1. Fe 93,32

80-120

2. Ca 90,29

Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa rata-rata hasil uji perolehan

kembali (recovery) untuk kandungan besi adalah 93,32%, dan untuk kandungan

kalsium adalah 90,29%. Persen recovery tersebut menunjukkan kecermatan kerja

yang memuaskan pada saat pemeriksaan kadar besi dan kadar kalsium dalam

sampel. Hasil uji perolehan kembali (recovery) ini memenuhi syarat akurasi yang

telah ditetapkan, jika rata-rata hasil perolehan kembali (recovery) berada pada

rentang 80-120% (Ermer, 2005).

4.2.4 Simpangan Baku Relatif

Dari perhitungan yang dilakukan terhadap data hasil pengukuran kadar

(48)

sebesar 5,88% untuk mineral besi; 3,32% untuk mineral kalsium dan nilai

simpangan baku relatif (RSD) sebesar 6,30% untuk mineral besi; 3,67% untuk

mineral kalsium. Menurut Harmita (2004), nilai simpangan baku relatif (RSD)

untuk analit dengan kadar part per million (ppm) adalah tidak lebih dari 16% dan

untuk analit dengan kadar part per billion (ppb) RSDnya adalah tidak lebih dari

32%. Dari hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa metode yang dilakukan

memiliki presisi yang baik.

4.2.5 Batas Deteksi dan Batas Kuantitasi

Berdasarkan data kurva kalibrasi besi dan kalsium diperoleh batas deteksi

dan batas kuantitasi untuk kedua mineral tersebut. Dari hasil perhitungan

diperoleh untuk pengukuran besi dan kalsium masing-masing sebesar 0,4505

dan 0,2000 , sedangkan batas kuantitasinya sebesar 1,5000 dan

0,8000 .

Dari hasil perhitungan dapat dilihat bahwa semua hasil yang diperoleh

pada pengukuran sampel berada diatas batas deteksi dan batas kuantitasi.

Perhitungan batas deteksi dan batas kuantitasi dapat dilihat pada Lampiran 18

(49)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

a. Terdapat perbedaan kadar kandungan besi dan kalsium di dalam kacang

hijau yang dianalisis dengan kadar yang tercantum di literatur. Kadar besi

dan kalsium yang diperoleh dari hasil analisis lebih kecil (menurun) dari

kadar besi dan kalsium yang tercantum pada literatur.

b. Hasil penetapan kadar besi dan kalsium secara spektrofotometri serapan

atom menunjukkan adanya perbedaan kadar besi pada kacang hijau dengan

kulit biji dan kacang hijau tanpa kulit biji. Kadar besi pada kacang hijau

dengan kulit biji sebesar (4,8533±0,5835) mg/100 g dan pada kacang hijau

tanpa kulit biji sebesar (3,5300 ± 0,2635) mg/100 g. Kadar kalsium pada

kacang hijau dengan kulit biji sebesar (61,0591 ± 5,4910) mg/100 g dan

pada kacang hijau tanpa kulit biji sebesar (6,8628 ± 0,0652) mg/100 g.

5.2 Saran

Disarankan kepada peneliti selanjutnya untuk meneliti mineral lain yang

(50)

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. (2009). Anemia dan Osteoporosis Bisa Dicegah dengan Mengonsumsi

Kacang Hijau. Diakses: 12 Januari 2012.http:// www.woment health

Almatsier, S. (2004). Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Hal. 235, 241, 242, 243, 247, 255.

Astawan, M. (2009). Sehat dengan Hidangan Kacang dan Biji-bijian. Jakarta: Penebar Swadaya. Hal.33-35.

Barasi, M.E. (2007). At a Glance: Ilmu Gizi. Penerjemah: Halim Hermin. Jakarta: Penerbit Erlangga. Hal. 62.

Bassett, J., Denney, R.C., Jeffery, G.H., Mendham, J. (1994). Buku Ajar Vogel

Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik. Edisi IV. Penerjemah: Setiono, L.,

Hadiyana Pudjaatmaka. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Hal. 372, 512, 973, 463, 516.

Budiarto, E. (2004). Metodologi Penelitian Kedokteran. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Hal. 46.

Ditjen POM. (1979). Farmakope Indonesia. Edisi III. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Hal. 744.

Duke, J.A. (1981). Handbook of Legumes of World Economic Importance. New York and London: Plenum Press. Hal. 294.

Eastwood, M. (2003). Principles of Human Nutrition. Edisi II. Edinburgh: Blackwell Science Ltd. Hal. 329,330.

Ermer, J. (2005). Method Validation in Pharmaceutical Analysis. Weinheim: Wiley-Vch Verlag GmbH & Co. KGaA. Hal. 171.

Harmita. (2004). Petunjuk Pelaksanaan Validasi Metode dan Cara Perhitungannya. Review Artikel. Majalah Ilmu Kefarmasian. 1 (3). 117-119, 121, 122, 127, 128, 130.

Helrich, K. (1990). Official Methods of the Association of Official Analytical

Chemist. Edisi kelimabelas. Viginia: AOAC International. Hal. 42.

Horwitz, K. (2000). Official Methods of the Association of Official Analytical

Chemist. Edisi ketujuhbelas. Arlington: AOAC International. Hal. 42.

(51)

Manan, M.H.A. (2009). Membuat Reagen Kimia Di Laboratorium. Jakarta: Bumi Aksara. Hal. 42, 46.

Pudjiadi, S. (2000). Ilmu Gizi Klinis pada Anak. Edisi Keempat. Jakrta: Penerbit FK UI. Hal. 197.

Rohman, A. (2009). Kimia Farmasi Analisis. Cetakan I. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Hal. 298, 305-307, 309, 310-312, 319.

Rukmana, R. (1997). Kacang Hijau Budi Daya dan Pascapanen. Jakarta: Penerbit Kanisius. Hal.16.

Sudjana. (2005). Metode Statistika. Edisi VI. Bandung: Tarsito. Hal. 93, 168, 239.

Tjay, T.H., dan Rahardja, K. (2007). Obat-obat Penting. Edisi VII. Cetakan I Jakarta: PT Elex Media Komputindo Kelompok Kompas-Gramedia. Hal.625, 698.

Vogel, A.I. (1990). Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro. Bagian I. Penerjemah: Setiono, L., Hadyana Pudjaatmaka. Jakarta: Kalman Media Pustaka. Hal. 262, 263, 303.

(52)

Lampiran 1. Gambar Kacang Hijau (Phaseolus radiatus L.)

Gambar 1. Gambar Kacang Hijau (Phaseolus radiatus L.) dengan kulit biji

(53)

Lampiran 2. Bagan Alir Proses Destruksi Kering

Kacang Hijau

Ditimbang 50 gram di atas krus porselen Diarangkan di atas hot plate

Diabukan dalam tanur dengan temperatur awal 100◦C dan perlahan – lahan temperatur dinaikkan hingga suhu 600◦C dengan interval 25◦C setiap 5 menit

Ditambahkan 5 ml HNO3 (1:1)

Diuapkan pada hot plate sampai kering

Hasil

Dilakukan selama 60 jam dan dibiarkan hingga dingin pada desikator

Abu

Dilakukan selama 1 jam dan dibiarkan hingga dingin pada desikator

Dibersihkan dari pengotoran

Dimasukkan kembali ke dalam tanur dengan temperatur awal 100˚C dan perlahan – lahan temperatur dinaikkan hingga suhu 600˚C dengan interval 25˚C setiap 5 menit.

Dicuci bersih

Ditiriskan

Dikeringkan di udara terbuka terhindar dari sinar matahari langsung

Dihaluskan dengan blender

(54)

Lampiran 3. Bagan Alir Pembuatan Larutan Sampel

Sampel yang telah didestruksi

Dilarutkan dalam 5 ml HNO3 (1:1)

Dipindahkan ke dalam labu tentukur 50 ml

Dipindahkan ke dalam labu tentukur 50 ml, dibiladibila

Dibilas krus porselen sebanyak tiga kali dengan 10 ml akuabides. Dicukupkan dengan akuabides hingga garis tanda

Dimasukkan ke dalam botol

Larutan sampel

Disaring dengan kertas saring Whatman No.42

Filtrat

Dibuang 5 ml untuk menjenuhkan kertas saring

Dilakukan analisis kualitatif

Dilakukan analisis kuantitatif dengan Spektrofotometer Serapan atom pada λ

248,3 nm untuk kadar besi dan pada λ

422,7 nm untuk kadar kalsium

(55)

Lampiran 4. Hasil Analisis Kualitatif Besi dan Kalsium

Gambar 3. Gambar Kristal Kalsium sulfat (Perbesaran 10x10)

Gambar 4. Hasil Analisis Kualitatif dengan Larutan Kalium heksasianoferat (II) Kalsium sulfat

Sampel + K4[Fe(CN)6]

[image:55.595.244.382.410.707.2]
(56)

Gambar 5. Hasil Analisis Kualitatif dengan Larutan Amonum tiosianat

Sampel + NH4SCN

[image:56.595.230.396.83.381.2]
(57)

Lampiran 5. Data Kalibrasi Besi dengan Spektrofotometer Serapan Atom, Perhitungan Persamaan Garis Regresi dan Koefisien Korelasi (r).

No. Konsentrasi (µg/ml) (X)

Absorbansi (Y)

1. 0,0000 0,0005

2. 2,0000 0,0627

3. 4,0000 0,1338

4. 6,0000 0,1974

5. 8,0000 0,2580

6. 10,0000 0,3149

No. X Y XY X2 Y2

1. 0,0000 0,0005 0,0000 0,0000 0,00000025 2. 2,0000 0,0627 0,1254 4,0000 0,00393129 3. 4,0000 0,1338 0,5352 16,0000 0,01790244 4. 6,0000 0,1974 1,1868 36,0000 0,03912484 5. 8,0000 0,2580 2,0640 64,0000 0,06656400 6. 10,0000 0,3149 3,140 100,0000 0,09859600

∑ 30,0000 X = 5,0000

0,9668 Y= 0,1611

7,0514 220,0000 0,22611882

a =

( )

X n

X n Y X XY / / 2 2

∑ ∑

− − =

(

)

(

30,0000

)

/6 0000 , 220 6 / ) 9668 , 0 ( 0000 , 30 0514 , 7 2 − − = 0,0317

Y = a X + b

b = Y − aX

= 0,1611 – (0,0317)(5,0000)

= 0,0026

Maka persamaan garis regresinya adalah: Y = 0,0317X – 0,0026

=

(

)(

)

(

)

{

220 30,0000 /6

}

{

0,22611882

(

0,9668

)

/6

}

6 / 9668 , 0 0000 , 30 0514 , 7 2 2 − − − = 2188 , 2 2174 , 2

= 0,9994

(58)

Lampiran 6. Data Kalibrasi Kalsium dengan Spektrofotometer Serapan Atom, Perhitungan Persamaan Garis Regresi dan Koefisien Korelasi (r).

No. Konsentrasi (µg/ml) (X)

Absorbansi (Y)

1. 0,0000 0,0000

2. 1,0000 0,0765

3. 2,0000 0,1293

4. 3,0000 0,1889

5. 4,0000 0,2478

6. 5,0000 0,3135

No. X Y XY X2 Y2

1. 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,00000000 2. 1,0000 0,0765 0,0765 1,0000 0,00585225 3. 2,0000 0,1293 0,2586 4,0000 0,01671849 4. 3,0000 0,1889 0,5667 9,0000 0,56670000 5. 4,0000 0,2478 0,9912 16,0000 0,06140484 6. 5,0000 0,3135 1,5675 25,0000 0,09828225

∑ 15,0000 X = 2,5000

0,9560 Y = 0,1593

3,4605 55,0000 0,21794104

a =

( )

X n

X n Y X XY / / 2 2

∑ ∑

− − =

(

)(

)

(

15,0000

)

/6 0000 , 55 6 / 9560 , 0 0000 , 15 4605 , 13 2 − − = 0,0612

Y = a X + b

b = Y − aX

= 0,1593 – (0,0612)(2,5000)

= 0,0063

Maka persamaan garis regresinya adalah: Y = 0,0612X + 0,0063

=

(

)(

)

(

)

{

55,0000 15,0000 /6

}

{

0,21794104

(

0,9560

)

/6

}

6 / 9560 , 0 0000 , 15 4605 , 3 2 2 − − − = 0715 , 1 0705 , 1

= 0,9990

(59)

Lampiran 7. Hasil Analisis Kadar Besi dan Kalsium dalam Sampel 1. Hasil Analisis Kadar Besi dalam Kacang Hijau dengan Kulit Biji

Sampel Berat Sampel (g) Absorbansi (A) Konsentrasi (µg/ml) Kadar (mg/100g)

1 50,190 0,2583 8,0662 5,0223

2 50,129 0,2316 7,2239 4,5033

3 50,191 0,2561 7,9968 4,9789

4 50,145 02647 8,2681 5,1526

5 50,193 0,2224 6,9338 4,3543

6 50,196 0,2646 8,2649 5,1457

2.Hasil Analisis Kadar Besi dalam Kacang Hijau tanpa Kulit Biji Sampel Berat Sampel

(g) Absorbansi (A) Konsentrasi (µg/ml) Kadar (mg/100g)

1 50,154 0,1776 5,5205 3,4397

2 50,158 0,1935 6,0221 3,7519

3 50,156 0,1851 5,7571 3,5869

4 50,151 0,1435 4,4448 2,7696

5 50,152 0,1794 5,5836 3,4792

6 50,155 0,1752 5,4448 3,3925

3. Hasil Analisis Kadar Kalsium dalam Kacang Hijau dengan Kulit Biji Sampel Berat Sampel

(g) Absorbansi (A) Konsentrasi (µg/ml) Kadar (mg/100g)

1 50,190 0,1616 2,5376 63,1998

2 50,129 0,1546 2,4232 60,4241

3 50,191 0,1590 2,4951 62,1401

4 50,145 0,1606 2,5212 62,8477

5 50,193 0,1456 2,2761 56,6837

6 50,196 0,1130 1,7435 43,4173

4.Hasil Analisis Kadar Kalsium dalam Kacang Hijau tanpa Kulit Biji Sampel Berat Sampel

(g) Absorbansi (A) Konsentrasi (µg/ml) Kadar (mg/100g)

1 50,154 0,0917 1,3954 6,9556

2 50,158 0,0890 1,3513 6,7352

3 50,156 0,0907 1,3791 6,8741

4 50,151 0,0906 1,3775 6,8668

5 50,152 0,0857 1,2974 6,4673

(60)

Lampiran 8. Contoh Perhitungan Kadar Besi dan Kalsium dalam Kacang Hijau dengan Kulit Biji

1. Contoh Perhitungan Kadar Kadar Besi

Berat sampel yang ditimbang = 50,190 gram

Absorbansi (Y) = 0,2583

Persamaan Regresi:Y= 0,0317X + 0,0026

X = 0317 , 0 0026 , 0 2583 , 0 −

= 8,0662 µg/ml

Konsentrasi Besi = 8,0662 µg/ml

(g) Sampel Berat n pengencera Faktor x (ml) Volume x (µg/ml) i Konsentras (µg/g) Logam

Kadar =

= g mlx mlx g 190 , 50 ) 25 , 6 ( 50 / µ 0662 , 8

= 50,2232 µg/g

= 5,0223 mg/100g

2. Contoh Perhitungan Kadar Kadar Kalsium

Berat sampel yang ditimbang = 50,190 gram

Absorbansi (Y) = 0,1616

Persamaan Regresi:Y= 0,06612X + 0,0063

X = 0612 , 0 0063 , 0 1616 , 0 −

= 2,5376 µg/ml

Konsentrasi Kalsium= 2,5376 µg/ml

(g) Sampel Berat n pengencera Faktor x (ml) Volume x (µg/ml) i Konsentras (µg/g) Logam

Kadar =

= g mlx mlx g 190 , 50 ) 250 ( 50 / µ 5376 , 2

= 631,9984 µg/g

(61)

Lampiran 9. Perhitungan Statistik Kadar Besi dalam Sampel

1. Perhitungan Statistik Kadar Besi dalam Kacang Hijau dengan Kulit Biji

No. Xi

Kadar (mg/100g) (Xi-X ) (Xi-X )

2

1. 5,0223 0,1690 0,02855762

2. 4,5033 -0,3500 0,12248670

3. 4,9789 0,1257 0,01579546

4. 5,1526 0,2993 0,08959246

5. 4,3543 -0,5363 0,28765845

6. 5,1457 0,2921 0,08531832

∑ 29,1196

X= 4,8533

0,062940902

SD =

( )

1 -n X -

Gambar

Tabel 1. Hasil Analisis Kualitatif No. Ion yang Pereaksi
Gambar 1. Kurva Kalibrasi Larutan Baku Besi
Gambar 2. Kurva Kalibrasi Larutan Baku Kalsium
Tabel 4.No.
+5

Referensi

Dokumen terkait

Hasil analisis kadar kromium, mangan dan zink sebelum dan sesudah penambahan masing-masing larutan baku pada buah

Hasil Analisis Kuantitatif Kadar Besi, Kalium, Kalsium dan Magnesium dalam Sampel ... Persen Uji Perolehan Kembali ( recovery ) kadar

Penelitian ini bertujuan untuk memeriksa kadar zat kalsium, kalium dan besi pada sayur buncis ( Phaseolus vulgaris L. ) varietas babud apakah sesuai dengan literatur dan

Kadar air biji kacang hijau berkisar 5-15%, pada kadar air ini kelembaban terlalu rendah untuk berlangsungnya metabolisme sehingga tahap perkecambahan adalah kadar air

PENETAPAN KADAR MINERAL BESI, KALSIUM, MAGNESIUM, DAN KALIUM PADA KACANG PANJANG (Vigna unguiculata (l) Walp.) SEGAR DAN REBUS SECARA.. SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM

Hasil Uji Recovery Kalium, Kalsium, dan Natrium Setelah Penambahan Masing-masing Larutan Baku pada Daun Kucai Segar 1. Hasil Uji Recovery Setelah Penambahan Larutan

Kadar air biji kacang hijau berkisar 5-15%, pada kadar air ini kelembaban terlalu rendah untuk berlangsungnya metabolisme sehingga tahap perkecambahan adalah kadar air

Hasil Analisis kadar protein es krim susu sapi segar dengan penambahan tepung kacang hijau dapat dilihat pada Tabel 2 dan Gambar 6... ANALISIS MUTU ES KRIM KACANG