• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja Pegawai Dengan Motivasi Sebagai Variabel Mediating Di Lingkungan Dinas Penataan Ruang Dan Pemukiman Provinsi Sumatera Utara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja Pegawai Dengan Motivasi Sebagai Variabel Mediating Di Lingkungan Dinas Penataan Ruang Dan Pemukiman Provinsi Sumatera Utara"

Copied!
113
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

KINERJA PEGAWAI DENGAN MOTIVASI SEBAGAI

VARIABEL MEDIATING DI LINGKUNGAN DINAS

PENATAAN RUANG DAN PEMUKIMAN

PROVINSI SUMATERA UTARA

TESIS

Oleh

PUTRI KEMALA DEWI LUBIS

107017029/Akt

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

KINERJA PEGAWAI DENGAN MOTIVASI SEBAGAI

VARIABEL MEDIATING DI LINGKUNGAN DINAS

PENATAAN RUANG DAN PEMUKIMAN

PROVINSI SUMATERA UTARA

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Sains dalam Program Studi Akuntansi pada Sekolah Pascasarjana

Universitas Sumatera Utara

Oleh

PUTRI KEMALA DEWI LUBIS

107017029/Akt

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

Judul Tesis : ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KINERJA PEGAWAI DENGAN MOTIVASI SEBAGAI VARIABEL MEDIATING DI LINGKUNGAN DINAS PENATAAN RUANG DAN PEMUKIMAN PROVINSI SUMATERA UTARA

Nama Mahasiswa : Putri Kemala Dewi Lubis

Nomor Pokok : 107017029

Program Studi : Akuntansi

Menyetujui Komisi Pembimbing,

(Dr. Jonni Manurung, MS) (Drs. Hasan Sakti Siregar, M.Si, Ak)

Ketua Anggota

Ketua Program Studi,

(Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, CPA)

Direktur,

(Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang, MSIE)

(4)

Telah diuji pada

Tanggal : 25 Juni 2012

PANITIA PENGUJI TESIS:

Ketua : Dr. Jonni Manurung, MS

Anggota : 1. Drs. Hasan Sakti Siregar, M.Si, Ak

2. Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, CPA

3. Drs. Idhar Yahya, MBA, Ak

(5)

PERNYATAAN

“ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KINERJA PEGAWAI DENGAN MOTIVASI SEBAGAI VARIABEL

MEDIATING DI LINGKUNGAN DINAS PENATAAN RUANG DAN PEMUKIMAN PROVINSI

SUMATERA UTARA”

Dengan ini penulis menyatakan bahwa tesis ini disusun sebagai syarat

untuk memperoleh gelar Magister Ilmu Sains pada Program Studi Akuntansi

Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara adalah benar merupakan hasil

karya penulis sendiri.

Adapun pengutipan-pengutipan yang penulis lakukan pada bagian-bagian

tertentu dari hasil karya orang lain dalam penulisan tesis ini, telah penulis

cantumkan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah, dan etika

penulisan ilmiah.

Apabila di kemudian hari ternyata ditemukan seluruh atau sebagian tesis

ini bukan hasil karya penulis sendiri atau adanya plagiat dalam bagian-bagian

tertentu, penulis bersedia menerima sanksi pencabutan gelar akademik yang

penulis sandang dan sanksi-sanksi lainnya sesuai dengan peraturan perundangan

yang berlaku.

Medan, Juni 2012

(6)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KINERJA PEGAWAI DENGAN MOTIVASI SEBAGAI VARIABEL

MEDIATING DI LINGKUNGAN DINAS PENATAAN RUANG DAN PEMUKIMAN PROVINSI

SUMATERA UTARA

ABSTRAK

Pengukuran kinerja adalah suatu proses penilaian kemajuan pekerjaan terhadap tujuan dan sasaran yang telah ditentukan. Pengukuran kinerja merupakan alat manajemen untuk meningkatkan kualitas pengambilan keputusan dan akuntabilitas. Kinerja pegawai yang baik secara langsung akan mempengaruhi kinerja lembaga, dan untuk memperbaiki kinerja pegawai merupakan suatu pekerjaan yang memakan waktu dan proses yang panjang. Penelitian ini bertujuan untuk menguji faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja pegawai dengan motivasi sebagai variabel mediating di lingkungan Dinas Penataan Ruang dan Pemukiman Provinsi Sumatera Utara. Jenis Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah explanatory research. Data dalam penelitian ini merupakan data primer, dan metode pengumpulan data menggunakan kuisioner. Pengujian hipotesis diuji dengan menggunakan metode Structural Equation Modeling (SEM) menggunakan program Amos versi 18. Sampel terdiri dari 150 (seratus lima puluh) orang pegawai. Penarikan sampel dilakukan dengan perpaduan teknik

purposive sampling dan proportionate stratified random sampling. Hasil penelitian menunjukkan kepemimpinan mempunyai pengaruh yang negatif terhadap motivasi dan kinerja pegawai. Komunikasi mempunyai pengaruh yang positif terhadap motivasi dan kinerja pegawai. Iklim organisasi mempunyai pengaruh yang positif terhadap motivasi dan kinerja pegawai. Disiplin kerja mempunyai pengaruh yang positif terhadap motivasi dan kinerja pegawai. Motivasi sebagai variabel mediating mempunyai pengaruh yang negatif terhadap kinerja pegawai.

(7)

THE ANALYSIS OF THE FACTORS INFLUENCING THE PERFORMANCE OF EMPLOYEES WITH MOTIVATION AS MEDIATING VARIABLE IN

LAND PLANNING AND SETTLEMENT SERVICE OF SUMATERA UTARA PROVINCE

ABSTRACT

The measurement of performance is an assessment process of work progress toward the determined target. The measurement of performance is management device to increase the quality of decision making and accountability. Employees’ good performance will directly influence the performance of their institution, and improving employees’ performance will take a long time and a long process. The aim of this study was to verify some factors which influenced employees’ performance with motivation as the mediating variable in the Layout and Settlement Service of North Sumatera Province. The research was explanatory research type. The data comprised of the primary data and were gathered by using questionnaires. The hypothesis was tested by using Structural Equation Modeling (SEM), using an Amos version 18 program. The samples comprised of 150 employees, using purposive sampling and proportionate stratified random sampling technique. The result of the research showed that leadership had negative influence on employees’ motivation and performance. Communication had positive influence on employees’ motivation and performance. Organization climate had positive influence on employees’ motivation and performance. Work discipline had positive influence on employees’ motivation and performance. Motivation as the mediating variable had negative influence on employees’ performance.

(8)

KATA PENGANTAR

Penulis mengucapkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan berkah-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan penulisan tesis ini.

Selama melakukan penelitian dan penulisan tesis ini, Penulis banyak memperoleh bantuan moril dan materil dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tulus kepada: 1. Bapak Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, MSc, (CTM), SpA(K) selaku

Rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang, MSIE selaku Direktur Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, CPA selaku Ketua Program Studi Akuntansi Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Dr. Jonni Manurung, MS selaku Pembimbing I yang telah banyak memberikan arahan, bimbingan dan saran bagi peneliti dari awal hingga selesainya tesis ini.

5. Bapak Drs. Hasan Sakti, M.Si, Ak selaku Pembimbing II yang telah banyak memberikan arahan, bimbingan dan saran bagi peneliti dari awal hingga selesainya tesis ini.

6. Ibu Dra. Tapi Anda Sari Lubis, M.Si, Ak dan Bapak Drs. Idhar Yahya, MBA, Ak selaku Dosen Pembanding yang telah memberikan saran dan masukan untuk perbaikan tesis ini.

7. Bapak dan Ibu dosen serta staf administrasi Program Magister Akuntansi atas segala ilmu dan bantuan yang diberikan.

8. Bapak Kepala Dinas Penataan Ruang dan Pemukiman Provinsi Sumatera Utara, khususnya kepada Abang Samsul Efendi yang telah banyak memberikan bantuan selama proses penelitian.

9. Ibunda tercinta yang selalu mendoakan dan memberikan dorongan serta motivasi sehingga penulis dapat menyelesaikan perkuliahan ini.

10. Keluarga yang kucintai abang, kakak dan adik yang telah member dukungan dan motivasi yang tak pernah henti.

11. Teman-teman seperjuangan Angkatan 19 Program Magister Akuntansi Pemerintahan atas persahabatan dan sumbangan pikiran selama perkuliahan. 12. Semua pihak yang telah memberikan masukan dan dorongan guna

penyelesaian tesis ini.

Penulis menyadari tesis ini masih banyak memiliki kekurangan dan jauh dari sempurna. Namun harapan penulis tesis ini bermanfaat kepada seluruh pembaca. Semoga kiranya Tuhan Yang Maha Esa memberkati kita semua. Amin.

(9)

RIWAYAT HIDUP

1. NAMA : PUTRI KEMALA DEWI LUBIS

2. TEMPAT/TGL LAHIR : SIBOLGA / 10 OKTOBER 1982

3. AGAMA : ISLAM

4. ORANG TUA

a. AYAH : ALM. MASJHUDDIN LUBIS

b. IBU : NURMINAH HUTAGALUNG

5. ALAMAT : JL. KARYA CILINCING NO. 16 MEDAN

6. PENDIDIKAN

a. SD : SD NEGERI 081239 SIBOLGA

b. SMP : SMP NEGERI 1 SIBOLGA

c. SMU : SMU NEGERI 1 SIBOLGA

d. S1 : FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS

SYIAH KUALA BANDA ACEH

(10)

DAFTAR ISI

1.1. Latar Belakang Masalah... 1

1.2. Rumusan Masalah... 7

2.1.1. Pengukuran kinerja pegawai...…... 10

2.1.2. Sistem pengukuran kinerja... 14

2.1.3. Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja... 14

2.2. Kepemimpinan... 16

2.2.1. Gaya kepemimpinan... 18

2.2.2. Pengukuran gaya kepemimpinan... 18

2.3. Komunikasi... 19

2.4. Iklim Organisasi... 20

2.4.1. Pendekatan iklim organisasi... 21

2.4.2. Faktor-faktor yang mempengaruhi iklim organisasi... 22

2.5. Disiplin Kerja... 24

2.6. Motivasi... 26

2.7. Tinjauan Penelitian Terdahulu... 29

BAB III KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS... 33

3.1. Kerangka Konsep... 33

3.2. Hipotesis Penelitian... 35

BAB IV METODE PENELITIAN... 36

4.1. Jenis Penelitian... 36

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian... 36

4.3. Populasi dan Sampel... 37

4.4. Metode Pengumpulan Data... 39

(11)

4.6.1. Uji validitas... 44

4.6.2. Uji reliabilitas... 45

4.6.3. Uji normalitas... 45

4.7. Analisis Structural Equation Modeling (SEM)... 47

4.8. Uji Kelayakan Model…………. ……….. 53

BAB V HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN... 56

5.1. Deskriptif Data………. 56

5.1.1. Deskripsi lokasi…..……….... 56

5.1.2. Karakteristik penelitian………... 60

5.2. Analisis Data………... 62

5.2.1. Uji kualitas data……….. 62

5.2.1.1. Uji validitas……… 62

5.2.1.2. Uji reliabilitas………..….. 64

5.2.1.3. Uji normalitas………... 64

5.2.1.4. Uji multikolinieritas……….... 66

5.2.1.5. Confirmatory factor analysis masing- masing variabel laten………... 67

5.2.1.6. Analisis structural equation modeling (SEM)…... 78

5.2.1.7. Uji kelayakan model………... 85

5.2.1.8. Analisis pengaruh variabel eksogen terhadap variabel endogen……….. 86

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN... 92

6.1. Kesimpulan……… 92

6.2. Keterbatasan Penelitian………. 93

6.3. Saran……….. 94

(12)

DAFTAR TABEL

No. Judul Halaman

1.1. Originalitas Penelitian... 9

2.1. Review Peneliti Terdahulu... 31

4.1. Sampel Pegawai Dinas Penataan Ruang dan Pemukiman Provinsi Sumatera Utara...………..……….……... 38

4.2. Definisi Operasional dan Metode Pengukuran Variabel... 43

5.1. Demografi Responden………... 61

5.2. Uji Validitas Variabel………... 63

5.3. Uji Reliabilitas Variabel………. 64

5.4. Assesment of Normality………... 65

5.5. Pengujian Outlier Multivariate………... 66

5.6. Structural Equation Model (SEM).………. 79

5.7. Uji Kelayakan Model………..……….... 85

5.8. Standardized Total Effects……….. 86

5.9. Standardized Direct Effects………..…………... 88

(13)

DAFTAR GAMBAR

No. Judul Halaman

3.1. Kerangka Konseptual... 34

5.1. Output Amos Model Pengukuran Variabel Kepemimpinan

dengan Confirmatory Analysis…………... 67

5.2. Output Amos Model Pengukuran Variabel Komunikasi dengan

Confirmatory Analysis………... 69

5.3. Output Amos Model Pengukuran Variabel Iklim Organisasi

dengan Confirmatory Analysis………... 71

5.4. Output Amos Model Pengukuran Variabel Disiplin Kerja dengan

Confirmatory Analysis………...………. 73

5.5. Model Pengukuran Variabel Motivasi dengan Confirmatory

Analysis………... 75

5.6. Model Pengukuran Variabel Kinerja dengan Confirmatory

Analysis………... 76

(14)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Judul Halaman

1. Kuisioner Penelitian... 98

2. Demografi Responden... 102

3. Rekap Kuesioner... 105

4. Hasil Uji Validitas... 106

5. Hasil Uji Reliabilitas... 107

6. Hasil Uji Normalitas... 108

7. Hasil Uji Outlier Multivariate………... 109

8. Hasil Uji Structural Equational Modeling (SEM)…... 112

9. Standardized Total Effects………... 113

10. Standardized Direct Effects………... 114

11. Standardized Indirect Effects………... 115

12. Output Amos Variabel Kepemimpinan………... 116

13. Output Amos Variabel Komunikasi………... 117

14. Output Amos Variabel Iklim Organisasi………... 118

15. Output Amos Variabel Disiplin Kerja………... 119

16. Output Amos Variabel Motivasi………... 120

17. Output Amos Variabel Kinerja………... 121

18. Output Amos Pengujian Full Model Structural Equational Modeling (SEM)………... 122

(15)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KINERJA PEGAWAI DENGAN MOTIVASI SEBAGAI VARIABEL

MEDIATING DI LINGKUNGAN DINAS PENATAAN RUANG DAN PEMUKIMAN PROVINSI

SUMATERA UTARA

ABSTRAK

Pengukuran kinerja adalah suatu proses penilaian kemajuan pekerjaan terhadap tujuan dan sasaran yang telah ditentukan. Pengukuran kinerja merupakan alat manajemen untuk meningkatkan kualitas pengambilan keputusan dan akuntabilitas. Kinerja pegawai yang baik secara langsung akan mempengaruhi kinerja lembaga, dan untuk memperbaiki kinerja pegawai merupakan suatu pekerjaan yang memakan waktu dan proses yang panjang. Penelitian ini bertujuan untuk menguji faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja pegawai dengan motivasi sebagai variabel mediating di lingkungan Dinas Penataan Ruang dan Pemukiman Provinsi Sumatera Utara. Jenis Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah explanatory research. Data dalam penelitian ini merupakan data primer, dan metode pengumpulan data menggunakan kuisioner. Pengujian hipotesis diuji dengan menggunakan metode Structural Equation Modeling (SEM) menggunakan program Amos versi 18. Sampel terdiri dari 150 (seratus lima puluh) orang pegawai. Penarikan sampel dilakukan dengan perpaduan teknik

purposive sampling dan proportionate stratified random sampling. Hasil penelitian menunjukkan kepemimpinan mempunyai pengaruh yang negatif terhadap motivasi dan kinerja pegawai. Komunikasi mempunyai pengaruh yang positif terhadap motivasi dan kinerja pegawai. Iklim organisasi mempunyai pengaruh yang positif terhadap motivasi dan kinerja pegawai. Disiplin kerja mempunyai pengaruh yang positif terhadap motivasi dan kinerja pegawai. Motivasi sebagai variabel mediating mempunyai pengaruh yang negatif terhadap kinerja pegawai.

(16)

THE ANALYSIS OF THE FACTORS INFLUENCING THE PERFORMANCE OF EMPLOYEES WITH MOTIVATION AS MEDIATING VARIABLE IN

LAND PLANNING AND SETTLEMENT SERVICE OF SUMATERA UTARA PROVINCE

ABSTRACT

The measurement of performance is an assessment process of work progress toward the determined target. The measurement of performance is management device to increase the quality of decision making and accountability. Employees’ good performance will directly influence the performance of their institution, and improving employees’ performance will take a long time and a long process. The aim of this study was to verify some factors which influenced employees’ performance with motivation as the mediating variable in the Layout and Settlement Service of North Sumatera Province. The research was explanatory research type. The data comprised of the primary data and were gathered by using questionnaires. The hypothesis was tested by using Structural Equation Modeling (SEM), using an Amos version 18 program. The samples comprised of 150 employees, using purposive sampling and proportionate stratified random sampling technique. The result of the research showed that leadership had negative influence on employees’ motivation and performance. Communication had positive influence on employees’ motivation and performance. Organization climate had positive influence on employees’ motivation and performance. Work discipline had positive influence on employees’ motivation and performance. Motivation as the mediating variable had negative influence on employees’ performance.

(17)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Negara Indonesia sebagai negara kesatuan menganut azas desentralisasi

dalam penyelenggaraan pemerintahan, dengan memberikan kesempatan dan

keleluasaan kepada daerah untuk menyelenggarakan otonomi daerah. Hal ini

diwujudkan dalam pemberian otonomi kepada daerah. Hal ini diwujudkan dalam

pemberian otonomi kepada daerah. Berdasarkan Undang-Undang No. 32 Tahun

2004 tentang Pemerintahan Daerah, menyatakan bahwa pemberian kewenangan

otonomi kepada daerah kabupaten/kota didasarkan kepada kepada azas

desentralisasi saja dalam wujud otonomi yang luas, nyata dan bertanggung jawab.

Kewenangan otonomi yang luas ini tercakup keleluasaan daerah untuk

menyelenggarakan pemerintahan yang meliputi kewenangan bidang pemerintahan

kecuali kewenangan di bidang politik luar negeri, pertahanan keamanan, keadilan,

moneter data fiskal, agama serta kewenangan bidang lainnya yang akan ditetapkan

dengan peraturan pemerintah.

Masalah kinerja tidak terlepas dari proses, hasil dan daya guna, dalam hal

ini kinerja atau prestasi kerja merupakan hasil kerja secara kualitas dan kuantitas

yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan

tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Kinerja didefinisikan sebagai

pencapaian hasil atau tingkat pencapaian tingkat organisasi, dan kinerja disebut

sebagai performance yang memiliki arti suatu hasil kerja yang dapat dicapai oleh

(18)

wewenang dan tanggung jawab masing-masing dalam rangka mencapai tujuan

organisasi secara legal, tidak melanggar hukum dan sesuai dengan moral dan

etika.

Kinerja pegawai yang baik secara langsung akan mempengaruhi kinerja

lembaga, dan untuk memperbaiki kinerja pegawai merupakan suatu pekerjaan

yang memakan waktu dan proses yang panjang. Selain dengan meningkatkan

pengawasan dan pembinaan, juga dilakukan penilaian terhadap tingkat

keberhasilan kerja yang dilakukan oleh para pegawainya. Penilaian kinerja juga

bermanfaat sebagai tolok ukur yang dapat digunakan untuk memperbaiki kinerja

pegawai yang bersangkutan. Sebagaimana dikemukakan oleh Agus Dwiyanto

(2005: 45) bahwa penilaian terhadap kinerja, maka upaya untuk memperbaiki

dapat dilakukan secara terarah dan sistimatis. Dengan adanya informasi mengenai

kinerja maka dengan mudah dapat dilakukan dan mendorong untuk memperbaiki

kinerja.

Pemberian kewenangan pemerintahan yang luas kepada daerah membawa

konsekuensi langsung berkurangnya kewenangan Pemerintah Pusat terhadap

daerah dan penambahan tanggung jawab kepada daerah. Terjadinya penambahan

wewenang membawa konsekuensi penambahan tugas kepada daerah untuk

melaksanakan semua tugas itu kemudian dilakukan restrukturisasi kelembagaan.

Kinerja pegawai yang baik secara langsung akan mempengaruhi kinerja

lembaga, dan untuk memperbaiki kinerja pegawai merupakan suatu pekerjaan

yang memakan waktu dan proses yang panjang. Selain dengan meningkatkan

pengawasan dan pembinaan, juga dilakukan penilaian terhadap tingkat

(19)

bermanfaat sebagai tolok ukur yang dapat digunakan untuk memperbaiki kinerja

pegawai yang bersangkutan. Sebagaimana dikemukakan oleh Agus Dwiyanto

(2005: 45) bahwa penilaian terhadap kinerja, maka upaya untuk memperbaiki

dapat dilakukan secara terarah dan sistimatis. Dengan adanya informasi mengenai

kinerja maka dengan mudah dapat dilakukan dan mendorong untuk memperbaiki

kinerja.

Kepemimpinan dapat didefinisikan sebagai proses mempengaruhi

aktivitas-aktivitas sebuah kelompok yang diorganisasikan kearah pencapaian tujuan.

Kepemimpinan merubah suatu yang potensial menjadi suatu kenyataan dan ini

merupakan kegiatan pokok yang memberikan kesuksesan bagi organisasi. Oleh

karena itu arti penting kepemimpinan tercermin sebagai suatu fungsi yang

memiliki nilai potensial baik secara individu maupun organisasi dalam pencapaian

tujuan. Pemimpin yang mampu untuk dapat mengarahkan bawahannya dengan

baik akan dapat membuat bawahannya dapat melakukan pekerjaan dengan baik

sehingga dapat meningkatkan kinerja dan juga apabila pemimpin dalam gaya

kepemimpinannya disukai oleh pegawainya akan menyebabkan pegawai tersebut

merasa puas dalam bekerja. Produktivitas atau kinerja pegawai juga ditentukan

oleh kualitas lingkungan kerja yang dibangun dalam organisasi, dan iklim

organisasi menjadi manifestasinya.

Faktor kepemimpinan dari atasan dapat memberikan pengayoman dan

bimbingan kepada pegawai dalam menghadapi tugas dan lingkungan kerja yang

baru. Pemimpin yang baik, akan mampu menularkan optimisme dan pengetahuan

yang dimilikinya agar pegawai yang menjadi bawahannya dapat melaksanakan

(20)

dari komunikasi dengan sesama rekan kerja, dengan atasan dan dengan bawahan.

Komunikasi yang baik dapat menjadi sarana yang tepat dalam meningkatkan

kinerja pegawai. Melalui komunikasi, pegawai dapat meminta petunjuk kepada

atasan mengenai pelaksanaan kerja. Melalui komunikasi juga pegawai dapat

saling bekerjasama satu sama lain.

Iklim organisasi yang kondusif dibutuhkan dalam meningkatkan kinerja

pegawai. Hubungan yang baik dengan atasan, sesama rekan kerja dan bawahan

dalam lingkungan kerja, akan memberi semangat kerja bagi pegawai. Selain itu

keberadaan sarana dan prasarana yang menunjang pelaksanaan kerja juga mutlak

diperlukan demi kelancaran pelaksanaan tugas. Apabila semua itu tercipta

di lingkungan kerja, maka akan meningkatkan kinerja karyawan.

Iklim organisasi yang kondusif akan membuat orang dapat bekerja dengan

lebih baik dan nantinya akan mengoptimalkan kinerja dari pegawai organisasi

tersebut. Iklim organisasi seperti ini akan membuat pegawai lebih betah dalam

bekerja dan membuat mereka merasa puas dalam melakukan pekerjaannya. Iklim

organisasi digambarkan memiliki peran besar dalam keberhasilan yang dicapai

oleh organisasi-organisasi ataupun institusi besar. Pengelolaan iklim organisasi

harus diarahkan kepada kemampuan iklim organisasi untuk mengangkat kinerja

organisasi melalui peningkatan kinerja pegawainya.

Iklim organisasi juga berfungsi sebagai fasilitator timbulnya komitmen

bersama sebagai mekanisme pembuat makna dan kendali yang memandu,

membentuk sikap serta perilaku para pegawai karena itu pengelolaan yang baik

atas iklim organisasi akan bisa mempengaruhi tercapainya kinerja pegawai yang

(21)

pegawai. Motivasi menjadi pendorong seseorang melaksanakan suatu kegiatan

guna mendapatkan hasil yang terbaik. Oleh karena itulah tidak heran jika pegawai

yang mempunyai motivasi kerja yang tinggi biasanya mempunyai kinerja yang

tinggi pula. Berkaitan dengan disiplin kerja merupakan hal yang penting dalam

meningkatkan kinerja pegawai. Pemerintah telah mengatur tentang disiplin

pegawai melalui PP No. 53 Tahun 2010 tentang penegakan disiplin dan sanksi

pegawai.

Berdasarkan Perda No. 3 Tahun 2001, Dinas Penataan Ruang dan

Pemukiman (Distarukim) adalah merupakan salah satu dinas pada Pemda Provinsi

Sumatera Utara yang mempunyai tugas pokok membantu Gubernur dalam

melaksakan tugas otonomi, tugas pembantuan serta tugas dekonsentrasi

di bidang Penataan Ruang dan Pemukiman. Pelaksanaan tugas-tugas tersebut

di atas, Dinas Penataan Ruang dan Pemukiman dituntut untuk dapat

menyelenggarakan tugas-tugas tersebut secara baik (good governance) sesuai

dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Obyek dalam penelitian ini adalah seluruh pegawai Dinas Penataan Ruang

dan Pemukiman Provinsi Sumatera Utara dengan jumlah populasi sebanyak 535

orang. Pemilihan obyek lokasi ini sangat relevan dengan konstruk-konstruk dan

kondisi permasalahan yang menyangkut kualitas kepemimpinan, komunikasi,

iklim organisasi, disiplin kerja, motivasi dan kinerja pegawai. Berkaitan dengan

pelaksanaan otonomi daerah yang menitikberatkan pada kabupaten/kota seperti

diamanatkan oleh Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Otonomi Daerah

telah terjadi banyak perubahan dalam penyelenggaraan Pemerintah Daerah baik

(22)

intinya memberikan otonomi bagi daerah untuk mandiri. Dinas Penataan Ruang

dan Pemukiman Provinsi Sumatera Utara dalam mengemban tugas membutuhkan

dukungan aparatur pegawai yang kapabel serta kredibel di mata masyarakat.

Dinas Penataan Ruang dan Pemukiman Provinsi Sumatera Utara

merupakan institusi strategis yang dalam ruang kerja berupaya meningkatkan

pendapatan asli daerah melalui pemungutan sewa kekayaan dan aset daerah.

Peningkatan pendapatan asli daerah dapat tercapai dengan baik manakala pegawai

Dinas Penataan Ruang dan Pemukiman Provinsi Sumatera Utara memiliki kinerja

yang baik, di sinilah perlunya pegawai di lingkungan Dinas Penataan ruang dan

Pemukiman Provinsi Sumatera Utara memiliki motivasi kerja yang tinggi dan

budaya organisasi yang baik.

Kesiapan pegawai Dinas Penataan Ruang dan Pemukiman Provinsi

Sumatera Utara dalam menghadapi perubahan inilah yang menjadi permasalahan,

motivasi pegawai untuk berkerja dari pola lama menuju pola baru haruslah

dilakukan, demikian halnya budaya organisasi yang ada di lingkungan Dinas

Penataan Ruang dan Pemukiman Provinsi Sumatera Utara perlu diperbaiki,

sehingga diharapkan dapat meningkatkan kinerja pegawai itu sendiri.

Permasalahan kinerja pegawai dapat dilihat dari masih adanya pegawai yang

keluar kantor di waktu jam kerja dengan kepentingan pribadi. Rendahnya disiplin

pegawai dari hasil pengamatan di lapangan menunjukkan rendahnya tingkat

kedisiplinan pegawai terlihat dari pegawai yang masuk kerja siang dan pulangnya

awal dari ketentuan jam masuk kerja dan jam pulang kerja. Di samping hal

(23)

kehadiran apel pagi dan siang. Pelaksanaan tugas rutin seperti apel pagi dan siang

yang mengikuti hanya sedikit dan orang tertentu, pulang kerja sebelum waktunya.

Dari uraian latar belakang di atas peneliti tertarik untuk meneliti tentang

“Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja Pegawai dengan Motivasi

Sebagai Variabel Mediating di Lingkungan Dinas Penataan Ruang dan

Pemukiman Provinsi Sumatera Utara”.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka rumusan

masalah penelitian adalah untuk menganalisis:

1. Apakah kepemimpinan, komunikasi, iklim organisasi dan disiplin kerja

berpengaruh terhadap motivasi pegawai Dinas Penataan Ruang dan

Pemukiman Provinsi Sumatera Utara?

2. Apakah kepemimpinan, komunikasi, iklim organisasi dan disiplin kerja

berpengaruh terhadap kinerja pegawai Dinas Penataan Ruang dan

Pemukiman Provinsi Sumatera Utara?

3. Apakah kepemimpinan, komunikasi, iklim organisasi dan disiplin kerja

berpengaruh terhadap kinerja pegawai Dinas Penataan Ruang dan

Pemukiman Provinsi Sumatera Utara dengan motivasi sebagai variabel

(24)

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk:

1. Menganalisis pengaruh kepemimpinan, komunikasi, iklim organisasi dan

disiplin kerja terhadap motivasi pegawai Dinas Penataan Ruang dan

Pemukiman Provinsi Sumatera Utara;

2. Menganalisis pengaruh kepemimpinan, komunikasi, iklim organisasi dan

disiplin kerja terhadap kinerja pegawai Dinas Penataan Ruang dan

Pemukiman Provinsi Sumatera Utara;

3. Menganalisis pengaruh kepemimpinan, komunikasi, iklim organisasi dan

disiplin kerja terhadap kinerja pegawai Dinas Penataan Ruang dan

Pemukiman Provinsi Sumatera Utara dengan motivasi sebagai variabel

mediating.

1.4. Manfaat Penelitian

Penelitian yang akan dilakukan diharapkan dapat memberi manfaat sebagai

berikut:

1. Bagi peneliti, sebagai bahan referensi dan menambah wawasan sehubungan

dengan analisis faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja pegawai;

2. Bagi pimpinan Dinas Penataan Ruang dan Pemukiman Provinsi Sumatera

Utara, sebagai bahan masukan para pimpinan dan pelaksana pemerintah

daerah khususnya Dinas Penataan Ruang dan Pemukiman Provinsi

Sumatera Utara dalam membuat kebijakan yang berkaitan dengan

pemberdayaan sumber daya manusia dalam rangka peningkatan kinerja

(25)

3. Bagi peneliti selanjutnya, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan

masukan dalam melakukan penelitian mengenai kinerja pegawai.

1.5. Originalitas Penelitian

Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian Sunarcaya (2008),

Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja Pegawai di Lingkungan Dinas

Kesehatan Kabupaten Alor Nusa Tenggara Timur. Perbedaan penelitian ini

dengan yang dilakukan oleh Sunarcaya terletak pada objek penelitian yang

dilakukan di Dinas Penataan Ruang dan Lingkungan Provinsi Sumatera Utara,

metode analisis data yang digunakan, penambahan 1 (satu) variabel baru yaitu

disiplin kerja dan menggunakan variabel mediating. Originalitas penelitian dapat

dilihat pada Tabel 1.1 berikut ini:

Tabel 1.1. Originalitas penelitian

Kriteria Peneliti Terdahulu Peneliti Sekarang

Variabel Penelitian Variabel independen: 1. Kepemimpinan

Variabel Mediating - Motivasi

Tempat Penelitian Dinas Kesehatan Kabupaten Alor Nusa Tenggara Timur

Dinas Penataan Ruang dan

Pemukiman Provinsi

(26)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teori

2.1.1. Pengukuran kinerja pegawai

Pengukuran kinerja merupakan alat manajemen untuk meningkatkan

kualitas pengambilan keputusan dan akuntabilitas. Pengukuran kinerja dilakukan

untuk memastikan apakah pengambilan keputusan dilakukan secara tepat dan

obyektif. Kita juga bisa memantau dan mengevaluasi pelaksanaan kinerja dan

membandingkannya dengan rencana kerja serta melakukan tindakan untuk

memperbaiki kinerja periode berikutnya. Terjadinya peningkatan atau penurunan

produktivitas bisa ditunjukkan dari kegiatan ini. Pengukuran kinerja adalah suatu

proses penilaian kemajuan pekerjaan terhadap tujuan dan sasaran yang telah

ditentukan sebelumnya. Informasi yang termasuk dalam pengukuran kinerja

antara lain (1) Efisiensi penggunaan sumber daya dalam menghasilkan barang dan

jasa, (2) Kualitas barang dan jasa (seberapa baik barang dan jasa diserahkan

kepada pelanggan dan sampai seberapa jauh pelanggan terpuaskan), (3) Hasil

kegiatan dibandingkan dengan maksud yang diinginkan, (4) Efektivitas tindakan

dalam mencapai tujuan.

Instansi pemerintah adalah organisasi yang pure non profit oriented. Kinerja

instansi pemerintah harus diukur dari aspek-aspek yang komprehensif baik

finansial maupun non finansial. Berbagai aspek yang harus diukur adalah:

(1) kelompok masukan (input); (2) kelompok proses (process); (3) kelompok

(27)

(6) kelompok dampak (impact). Selain itu ruang lingkup pengukuran kinerja

sangat luas. Pengukuran kinerja harus mencakup kebijakan (policy), perencanaan

dan penganggaran (planning and budgeting), kualitas (quality), kehematan

(economy), keadilan (equity), dan juga pertanggungjawaban (accountability).

Setiap organisasi atau lembaga menjalankan seluruh kegiatan

operasionalnya untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkannya. Setiap organisasi

atau lembaga tersebut terdiri dari elemen para pelaku atau pegawai yang memiliki

tugas dan tanggung jawab yang harus dilaksanakan secara sendiri-sendiri maupun

berkelompok dengan tujuan untuk mengefisienkan dan mengoptimalkan

pencapaian tujuan yang akan dicapai. Para pegawai yang terdapat dalam lembaga

sangat mempengaruhi kinerja lembaga, hal ini dikarenakan para pegawai tersebut

merupakan penggerak utama bagi setiap kegiatan yang ada dan sangat berperan

aktif dalam upaya mencapai tujuannya. Tercapainya tujuan sebuah lembaga hanya

dimungkinkan karena upaya para pegawai sebagai pelaku yang terdapat pada

lembaga tersebut.

Peran yang dimiliki oleh para pegawai sebagai penggerak utama bagi setiap

kegiatan dalam lembaga untuk mengetahui seberapa jauh tingkat pencapaian

tujuan yang telah didapat lembaga, diperlukan sebuah sistem penilaian terhadap

kinerja pegawai yang telah dilakukan. Hal ini merupakan suatu kegiatan yang

dapat menggambarkan baik buruknya hasil sebuah lembaga dapat dilihat dengan

jelas. Penilaian kinerja ini juga bermanfaat untuk lembaga agar dapat menentukan

dengan tepat apa saja yang perlu diperbaiki oleh lembaga tersebut.

Prestasi kerja merupakan hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang

(28)

tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Banyak faktor yang mempengaruhi

keberhasilan kinerja, seperti lingkungan kerja, kelengkapan kerja, budaya kerja,

motivasi, kemampuan pegawai, struktur organisasi, kepemimpinan dan

sebagainya. Hasil kerja seseorang dapat dinilai dengan standar yang telah

ditentukan, sehingga akan dapat diketahui sejauhmana tingkat kinerjanya dengan

membandingkan antara hasil yang dicapai dengan standar yang ada.

Kinerja merupakan hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau

sekelompok orang dalam suatu organisasi, sesuai dengan wewenang dan tanggung

jawab masing-masing dalam rangka upaya mencapai tujuan berkaitan kuat

terhadap tujuan-tujuan strategik organisasi. Tercapainya tujuan lembaga

merupakan salah satu wujud dari keberhasilan sebuah lembaga dalam

menjalankan tugas dan fungsinya. Keberhasilan tersebut tidak dapat dilihat begitu

saja, diperlukan penilaian terhadap kinerja lembaga tersebut. Penilaian terhadap

kinerja juga sering disebut dengan pengukuran kinerja, di mana pengukuran

tersebut dilakukan dengan menggunakan variabel-variabel yang bergantung pada

kompleksitas faktor-faktor yang membentuk kinerja tersebut. Keban (1995)

mengatakan “cakupan dan cara mengukur indikator kinerja sangat menentukan

apakah suatu lembaga publik dapat dikatakan berhasil atau tidak berhasil

kinerjanya. Lebih lanjut Keban menjelaskan bahwa ketepatan pengukuran seperti

cara atau metode pengumpulan data untuk mengukur kinerja juga sangat

menentukan penilaian akhir kinerja”. Definisi pengukuran kinerja juga telah

dikemukakan oleh beberapa ahli seperti Mahmudi (2005: 7), mengatakan bahwa:

Pengukuran kinerja merupakan suatu proses penilaian pekerjaan terhadap

(29)

mengenai efisiensi penggunaan sumber daya dalam menghasilkan barang dan

jasa, kualitas barang dan jasa, perbandingan hasil kerja kegiatan dengan target dan

efektivitas tindakan dalam mencapai tujuan.

Pengukuran kinerja perlu ditentukan apakah yang menjadi tujuan penilaian

tersebut, apakah pengukuran kinerja tersebut untuk menilai hasil kerja

(performance outcomes) ataukah menilai perilaku personal (personality). Oleh

karena itu pengukuran kinerja minimal mencakup tiga variabel yang harus

menjadi pertimbangan yaitu, perilaku (proses), output (produk langsung suatu

program) dan dampak program (outcomes). Definisi-definisi pengukuran kinerja

yang telah dikemukakan tersebut menggambarkan dengan jelas bahwa yang

dimaksud dengan pengukuran kinerja yaitu sebuah proses kegiatan penilaian

terhadap kinerja dengan variabel tertentu yang sesuai dengan faktor-faktor yang

membentuk kinerja tersebut untuk melihat apakah tujuan dari lembaga tersebut

telah tercapai dengan baik atau belum. Pegawai sebagai pelaku utama dalam

menjalankan kegiatan lembaga tersebut perlu juga dilakukan penilaian terhadap

kinerjanya.

Kinerja merupakan suatu prestasi atau tingkat keberhasilan yang dicapai

oleh individu atau suatu organisasi dalam melaksanakan pekerjaan pada suatu

periode tertentu. Menurut (Stoner: 477) kinerja (performance) merupakan

kuantitas dan kualitas pekerjaan yang diselesaikan oleh individu, kelompok atau

organisasi. Dalam sektor publik, khususnya sektor pemerintahan, kinerja dapat

diartikan sebagai suatu prestasi yang dicapai oleh pegawai pemerintah dalam

(30)

2.1.2. Sistem pengukuran kinerja

Pengukuran kinerja memiliki kaitan erat dengan akuntabilitas, untuk

memantapkan mekanisme akuntabilitas, diperlukan manajemen kinerja yang

di dalamnya terdapat indikator kinerja dan target kinerja, pelaporan kinerja, dan

mekanisme reward and punishment. Indikator pengukuran kinerja yang baik

mempunyai karakteristik relevant, unambiguous, cost-effective, dan simple

(Accounts Commission for Scotland, 1998) serta berfungsi sebagai sinyal atau

alarm yang menunjukkan bahwa terdapat masalah yang memerlukan tindakan

manajemen dan investigasi lebih lanjut.

Fokus pengukuran kinerja terdiri dari tiga hal yaitu produk, proses, dan

orang (pegawai dan masyarakat) yang dibandingkan dengan standar yang

ditetapkan dengan wajar (benchmarking) yang dapat berupa anggaran atau target,

atau adanya pembanding dari luar. Hasil pembandingan digunakan untuk

mengambil keputusan mengenai kemajuan daerah, perlunya mengambil tindakan

alternatif, perlunya mengubah rencana dan target yang sudah ditetapkan apabila

terjadi perubahan lingkungan.

2.1.3. Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja

Kinerja karyawan dipengaruhi oleh sejumlah faktor antara lain: motivasi,

kemampuan, pengetahuan, keahlian, pendidikan, pengalaman, pelatihan, minat,

sikap kepribadian kondisi-kondisi fisik dan kebutuhan fisiologis, kebutuhan sosial

dan kebutuhan egoistik. Ada beberapa elemen pokok, yaitu:

1. Menetapkan tujuan, sasaran, dan strategi organisasi;

2. Merumuskan indikator dan ukuran kinerja;

(31)

4. Evaluasi kinerja/feed back, penilaian kemajuan organisasi, meningkatkan

kualitas pengambilan keputusan dan akuntabilitas.

Menurut Mahsun (2006) dalam konteks pemerintahan sebagai sektor publik

ada beberapa aspek yang dapat dinilai kinerjanya:

1. Kelompok Masukan (Input);

2. Kelompok Proses (Process);

3. Kelompok Keluaran (Output);

4. Kelompok Hasil (Outcome);

5. Kelompok Manfaat (Benefit);

6. Kelompok Dampak (Impact).

Fokus pengukuran kinerja sektor publik justru terletak pada outcome dan

bukan input dan proses outcome yang dimaksudkan adalah outcome yang

dihasilkan oleh individu ataupun organisasi secara keseluruhan, outcome harus

mampu memenuhi harapan dan kebutuhan masyarakat menjadi tolok ukur

keberhasilan organisasi sektor publik. Menurut Mangkunegara (2006) terdapat

aspek-aspek standar pekerjaan yang terdiri dari aspek kuantitatif dan aspek

kualitatif. Aspek kuantitatif, yaitu:

1. Proses kerja dan kondisi pekerjaan;

2. Waktu yang dipergunakan atau lamanya melaksanakan pekerjaan;

3. Jumlah kesalahan dalam melaksanakan pekerjaan;

4. Jumlah dan jenis pemberian pelayanan dalam bekerja.

Aspek kualitatif, yaitu:

1. Ketepatan kerja dan kualitas pekerjaan;

(32)

3. Kemampuan menganalisis data/informasi, kemampuan/kegagalan

menggunakan mesin/peralatan;

4. Kemampuan mengevaluasi (keluhan/keberatan konsumen/masyarakat).

Kinerja tidak lepas dari proses, hasil dan daya guna. Kinerja (prestasi kerja)

merupakan hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang

pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang

diberikan kepadanya. Banyak faktor yang mempengaruhi keberhasilan kinerja,

seperti lingkungan kerja, kelengkapan kerja, budaya kerja, motivasi, kemampuan

pegawai, struktur organisasi, kepemimpinan dan sebagainya.

Hasil kerja seseorang dapat dinilai dengan standar yang telah ditentukan,

sehingga akan dapat diketahui sejauhmana tingkat kinerjanya dengan

membandingkan antara hasil yang dicapai dengan standar yang ada.

Kinerja merupakan hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau

sekelompok orang dalam suatu organisasi, sesuai dengan wewenang dan tanggung

jawab masing-masing dalam rangka upaya mencapai tujuan berkaitan kuat

terhadap tujuan-tujuan strategik organisasi. Ada 4 (empat) unsur-unsur yang

terdapat dalam kinerja adalah hasil-hasil fungsi pekerjaan, faktor-faktor yang

berpengaruh terhadap prestasi karyawan, pencapaian tujuan organisasi, dan

periode waktu tertentu.

2.2. Kepemimpinan

Kepemimpinan merupakan tulang punggung pengembangan organisasi

karena tanpa kepemimpinan yang baik akan sulit mencapai tujuan organisasi.

(33)

pemimpin untuk mengendalikan, memimpin, mempengaruhi pikiran, perasaan

atau tingkah laku orang lain untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan

sebelumnya. Kepemimpinan dapat disimpulkan adalah kemampuan seseorang

dalam mengarahkan, mempengaruhi, mendorong, mengendalikan orang lain atau

bawahannya untuk bisa melakukan sesuatu pekerjaan atas kesadarannya dan rasa

sukarela dalam mencapai suatu tujuan tertentu.

Siagian (2002: 62) mengemukakan bahwa kepemimpinan adalah

kemampuan seseorang untuk mempengaruhi orang lain (para bawahannya)

sedemikian rupa sehingga orang lain itu mau melakukan kehendak pemimpin

meskipun secara pribadi hal itu tidak disenanginya. Peranan pemimpin atau

kepemimpinan dalam organisasi atau perusahaan ada tiga bentuk, yaitu: peranan

yang bersifat interpersonal, peranan yang bersifat informasional, dan peran

pengambilan keputusan. Peranan yang bersifat interpersonal dalam organisasi

adalah bahwa seorang pemimpin dalam perusahaan atau organisasi merupakan

simbol akan keberadaan organisasi, seorang pemimpin bertanggung jawab untuk

memotivasi dan memberikan arahan kepada bawahan, dan seorang pemimpin

mempunyai peran sebagai penghubung.

Peranan yang bersifat informasional mengandung arti bahwa seorang

pemimpin dalam organisasi mempunyai peran sebagai pemberi, penerima dan

penganalisa informasi. Peran pemimpin dalam pengambilan keputusan

mempunyai arti bahwa pemimpin mempunyai peran sebagai penentu kebijakan

yang akan diambil berupa strategi-strategi bisnis yang mampu untuk

mengembangkan inovasi, mengambil peluang atau kesempatan dan bernegosiasi

(34)

2.2.1. Gaya kepemimpinan

Menurut Ermaya (1997) gaya kepemimpinan merupakan bagaimana cara

mengendalikan bawahan untuk melaksanakan sesuatu. Gaya kepemimpinan

menurut Stoner et.al (1996) adalah berbagai pola tingkah laku yang disukai oleh

pemimpin dalam proses mengarahkan dan mempengaruhi pekerja. Berdasarkan

pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa gaya kepemimpinan adalah

suatu cara yang digunakan oleh seorang pemimpin dalam mempengaruhi,

mengarahkan, mendorong dan mengendalikan orang lain dalam mencapai suatu

tujuan.

2.2.2. Pengukuran gaya kepemimpinan

Stoner et.al (1996) mengutip pendapat Paul Hersey dan Kenneth H.

Blanchard mendefinisikan bahwa Kesiapan sebagai keinginan untuk berprestasi,

kemauan untuk menerima tanggung jawab dan kemampuan yang berhubungan

dengan tugas, ketrampilan dan pengalaman. Sasaran dan pengetahuan dari

pengikut meruapakan variabel penting dalam menentukan gaya kepemimpinan

yang efektif.

Fiedler (dalam Stoner et.al, 1996) mengidentifikasikan 3 (tiga) macam

situasi kepemimpinan yang efektif, yaitu:

1. Hubungan antara pemimpin dengan bawahan (leader – member relations)

adalah bagaimana tingkat kualitas hubungan yang terjadi antara atasan dengan

bawahan. Sikap bawahan terhadap kepribadian, watak dan kecakapan atasan.

2. Struktur tugas (task structure) adalah dalam situasi kerja apakah tugas-tugas

(35)

3. Kewibawaan kedudukan kepemimpinan (leader’s position power),

kewibawaan formal pemimpin di mata bawahan.

2.3. Komunikasi

Komunikasi berasal dari bahasa latin communication dan perkataan ini

bersumber pada kata communis. Arti communis di sini adalah sama, dalam arti

kata sama makna, yaitu sama makna mengenai suatu hal (Widjaja, 2000).

Jelasnya, jika seseorang mengerti tentang sesuatu yang dinyatakan orang

kepadanya, maka komunikasi berlangsung. Sebaliknya jika ia tidak mengerti,

komunikasi tidak berlangsung maka hubungan antara orang-orang itu tidak

komunikatif.

Pola komunikasi dan aktivitas organisasi sangat tergantung pada tujuan,

gaya manajemen, dan iklim organisasi yang bersangkutan, artinya bahwa

komunikasi itu tergantung pada kekuatan-kekuatan yang bekerja dalam organisasi

tersebut, yang ditunjukkan oleh mereka yang melakukan pengiriman dan

penerimaan pesan. Berdasarkan fungsionalnya arus komunikasi yang terjadi

dalam organisasi formal terdiri dari arus vertikal (dari atas ke bawah dan dari

bawah ke atas) dan arus horizontal (lateral atau silang).

a. Arus Komunikasi Vertikal (Vertical Communication Flow)

1. Dari Atas ke Bawah (Downward Communication)

Komunikasi ini merupakan komunikasi yang paling sering digunakan dalam

organisasi. Arus komunikasi ini digunakan untuk mengirim perintah, petunjuk,

tujuan, kebijakan, memorandum untuk pekerja pada tingkat yang lebih rendah

(36)

saluran tidak menyediakan feedback (umpan balik) dari pekerja dalam

organisasi itu.

2. Komunikasi dari Bawah ke Atas (Upward Communication)

Komunikasi ini adalah komunikasi yang berasal dari bawahan (subordinate)

kepada atasan (supervisi) dalam rangka menyediakan feedback (umpan balik)

bagi manajemen. Para pekerja menggunakan saluran komunikasi ini sebagai

kesempatan untuk mengungkapkan ide-ide atau gagasan yang mereka ketahui.

Komunikasi dari bawah ke atas akan menarik ide-ide dan membantu pekerja

untuk menerima jawaban yang lebih baik tentang masalah dan tanggung

jawabnya serta membantu kemudahan arus dan penerimaan komunikasi dari

bawahan ke atasan (manajer).

b. Arus Komunikasi Horisontal

Komunikasi ini merupakan arus pengiriman dan penerimaan pesan yang terjadi

antar pimpinan maupun antar bawahan. Komunikasi horizontal dikenal sebagai

komunikasi lateral atau silang dan merupakan arus dan pemahaman yang

paling kuat dalam komunikasi. Komunikasi ini berfokus pada koordinasi tugas,

penyelesaian masalah, pembagian informasi dan resolusi konflik. Komunikasi

horizontal sangat penting bagi pekerja pada tingkat bawah untuk selalu

berkomunikasi antara atasan maupun antara bawahan.

2.4. Iklim Organisasi

Iklim organisasi memiliki banyak definisi. Definisi pertama dikemukakan

oleh Forehand and Gilmers pada tahun 1964, yang menyatakan bahwa iklim

(37)

dalam jangka waktu lama (Toulson & Smith, 1994: 455). Tulisan Litwin dan

Stringer, seperti dikutip Toulson dan Smith (1994: 457) mendefinisikan iklim

organisasi sebagai suatu yang dapat diukur pada lingkungan kerja baik secara

langsung maupun tidak langsung berpengaruh pada karyawan dan pekerjaannya

di mana tempat mereka bekerja dengan asumsi akan berpengaruh pada motivasi

dan perilaku karyawan memandang iklim organisasi sebagai kepribadian sebuah

organisasi yang membedakan dengan organisasi lainnya yang mengarah pada

persepsi masing-masing anggota dalam memandang organisasi. Iklim organisasi

dapat disimpulkan adalah serangkaian deskripsi dari karakteristik organisasi yang

membedakan sebuah organisasi dengan organisasi lainnya yang mengarah pada

persepsi masing-masing anggota dalam memandang organisasi.

2.4.1. Pendekatan iklim organisasi

James dan Jones dalam Toulson dan Smith (1994: 455) membagi iklim

organisasi dalam tiga pendekatan, yaitu:

a. Multiple measurement – organizational approach

Pendekatan ini memandang bahwa iklim organisasi adalah serangkaian

karakteristik deskriptif dari organisasi yang mempunyai tiga sifat, yaitu:

relatif tetap selama periode tertentu, berbeda antara organisasi satu dengan

organisasi lainnya, serta mempengaruhi perilaku orang yang berada dalam

organisasi tersebut. Faktor-faktor utama yang mempengaruhi adalah ukuran,

struktur, kompleksitas sistem, gaya kepemimpinan, dan arah tujuan

(38)

b. Perseptual measurement – organizational attribute approach

Pendekatan ini juga memandang iklim organisasi sebagai atribut organisasi,

tetapi pendekatan ini lebih menekankan penggunaan pengukuran persepsi

daripada pengukuran secara obyektif seperti ukuran dan struktur organisasi.

c. Perseptual measurement – individual approach

Pendekatan ini memandang iklim sebagai serangkaian ringkasan atau persepsi

global yang mencerminkan sebuah interaksi antara kejadian yang nyata dalam

organisasi dan persepsi terhadap kejadian tersebut. Pendekatan ini

menekankan pada atribut organisasi yang nyata ke sebuah ringkasan dari

persepsi individu. Pendekatan ini variabel intervensi yang disebabkan oleh

kejadian-kejadian baik yang dialami oleh individu maupun organisasi dapat

mempengaruhi perilaku individu-individu tersebut, oleh karena itu iklim

organisasi dapat berlaku sebagai variabel bebas maupun terikat.

2.4.2. Faktor-faktor yang mempengaruhi iklim organisasi

Ada empat prinsip faktor-faktor yang mempengaruhi iklim organisasi, yaitu:

a. Manajer/pimpinan

Setiap tindakan yang diambil oleh pimpinan atau manajer mempengaruhi

iklim dalam beberapa hal, seperti aturan-aturan, kebijakan-kebijakan, dan

prosedur-prosedur organisasi terutama masalah-masalah yang berhubungan

dengan masalah personalia, distribusi imbalan, gaya komunikasi, cara-cara

yang digunakan untuk memotivasi, teknik-teknik dan tindakan

pendisiplinan, interaksi antara manajemen dan kelompok, interaksi antar

kelompok, perhatian pada permasalahan yang dimiliki karyawan dari waktu

(39)

b. Tingkah laku karyawan

Tingkah laku karyawan mempengaruhi iklim melalui kepribadian mereka,

terutama kebutuhan mereka dan tindakan-tindakan yang mereka lakukan

untuk memuaskan kebutuhan tersebut. Komunikasi karyawan memainkan

bagian penting dalam membentuk iklim. Cara seseorang berkomunikasi

menentukan tingkat sukses atau gagalnya hubungan antar manusia.

Berdasarkan gaya normal seseorang dalam hidup atau mengatur sesuatu,

dapat menambahnya menjadi iklim yang positif atau dapat juga

menguranginya menjadi negatif.

c. Tingkah laku kelompok kerja

Terdapat kebutuhan tertentu pada kebanyakan orang dalam hal hubungan

persahabatan, suatu kebutuhan yang seringkali dipuaskan oleh kelompok

dalam organisasi. Kelompok-kelompok berkembang dalam organisasi

dengan dua cara, yaitu secara formal, utamanya pada kelompok kerja dan

informal, sebagai kelompok persahabatan atau kesamaan minat.

d. Faktor eksternal organisasi

Sejumlah faktor eksternal organisasi mempengaruhi iklim pada organisasi

tersebut. Keadaan ekonomi adalah faktor utama yang mempengaruhi iklim.

Contohnya dalam perekonomian dengan inflasi yang tinggi, organisasi

berada dalam tekanan untuk memberikan peningkatan keuntungan

sekurang-kurangnya sama dengan tingkat inflasi. Seandainya pemerintah

telah menetapkan aturan tentang pemberian upah dan harga yang dapat

membatasi peningkatan keuntungan, karyawan mungkin menjadi tidak

(40)

Ledakan ekonomi dapat mendorong penjualan dan memungkinkan setiap

orang mendapatkan pekerjaan dan peningkatan keuntungan yang besar,

sehingga hasilnya iklim menjadi lebih positif.

2.5. Disiplin Kerja

Menurut Simamora (1997) disiplin adalah prosedur yang mengoreksi atau

menghukum bawahan karena melanggar peraturan atau prosedur. Disiplin kerja

adalah suatu alat yang digunakan para manajer untuk berkomunikasi dengan

karyawan agar mereka bersedia untuk mengubah suatu perilaku serta sebagai

suatu upaya untuk meningkatkan kesadaran dan kesediaan seseorang menaati

semua peraturan perusahaan dan norma-norma sosial yang berlaku (Rivai, 2004).

Kedisiplinan adalah kesadaran dan kesediaan seseorang menaati semua

peraturan perusahaan dan norma-norma sosial yang berlaku.

Terdapat empat perspektif daftar yang menyangkut disiplin kerja menurut

Rivai (2004):

1. Disiplin retributif (retributive discipline) yaitu berusaha menghukum orang

yang berbuat salah;

2. Disiplin korektif (corrective discipline) yaitu berusaha membantu karyawan

mengkoreksi perilakunya yang tidak tepat;

3. Perspektif hak-hak individu (individual right perspective) yaitu berusaha

melindungi hak-hak dasar individu selama tindakan-tindakan disipliner;

4. Perspektif utilitarian (utilitarian perspective) yaitu berfokus kepada

penggunaan disiplin hanya pada saat konsekuensi-konsekuensi tindakan

(41)

Menurut Rivai (2004) ada tiga konsep dalam pelaksanaan tindakan

disipliner, yaitu:

1. Aturan tungku panas yaitu pendekatan untuk melaksanakan tindakan

disipliner;

2. Tindakan disiplin progresif yaitu untuk memastikan bahwa terdapat hukum

minimal yang tepat terhadap setiap pelanggaran;

3. Tindakan disiplin positif yaitu dalam banyak situasi, hukuman tindakan

memotivasi karyawan mengubah suatu perilaku.

Menurut Budi Setiyawan dan Waridin (2006) disiplin kerja karyawan

merupakan bagian dari faktor kinerja. Disiplin kerja harus dimiliki setiap

karyawan dan harus dibudayakan di kalangan karyawan agar bisa mendukung

tercapainya tujuan organisasi karena merupakan wujud dari kepatuhan terhadap

aturan kerja dan juga sebagai tanggung jawab diri terhadap perusahaan.

Pelaksanaan disiplin dengan dilandasi kesadaran dan keinsyafan akan terciptanya

suatu kondisi yang harmonis antara keinginan dan kenyataan. Untuk menciptakan

kondisi yang harmonis tersebut terlebih dahulu harus diwujudkan keselarasan

antara kewajiban dan hak karyawan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa disiplin

merupakan sikap kesetiaan dan ketaatan seseorang atau sekelompok orang

terhadap peraturan-peraturan baik tertulis maupun tidak tertulis, yang tercermin

dalam bentuk tingkah laku dan perbuatan. Hal demikian membuktikan bila

kedisiplinan karyawan memiliki pengaruh terhadap kinerja karyawan.

Berdasarkan pengertian di atas disimpulkan bahwa disiplin kerja merupakan

suatu sikap, tingkah laku, dan perbuatan yang sesuai dengan peraturan baik

(42)

pelanggarannya. Menurut Budi Setiyawan dan Waridin (2006), ada 5 faktor dalam

penilaian disiplin kerja terhadap pemberian layanan pada masyarakat, yaitu:

a. Kualitas kedisiplinan kerja, meliputi datang dan pulang yang tepat waktu,

pemanfaatan waktu untuk pelaksanaan tugas dan kemampuan

mengembangkan potensi diri berdasarkan motivasi yang positif;

b. Kuantitas pekerjaan meliputi volume keluaran dan kontribusi;

c. Kompensasi yang diperlukan meliputi: saran, arahan atau perbaikan;

d. Lokasi tempat kerja atau tempat tinggal;

e. Konservasi meliputi penghormatan terhadap aturan dengan keberanian

untuk selalu melakukan pencegahan terjadinya tindakan yang bertentangan

dengan aturan.

2.6. Motivasi

Robbin (2002: 55) mengemukakan bahwa motivasi adalah keinginan untuk

melakukan sebagai kesediaan untuk mengeluarkan tingkat upaya yang tinggi

untuk tujuan-tujuan organisasi, yang dikondisikan oleh kemampuan upaya itu

untuk memenuhi suatu kebutuhan individual. Motivasi merupakan hasil sejumlah

proses yang bersifat internal atau eksternal bagi seorang individu, yang

menyebabkan timbulnya sikap etusiasme dan persistensi dalam hal melaksanakan

kegiatan-kegiatan tertentu. Motivasi merupakan kekuatan, dorongan, kebutuhan,

semangat, tekanan atau mekanisme psikologi yang mendorong seseorang atau

sekelompok orang untuk mencapai prestasi tertentu sesuai dengan apa yang

diinginkannya. Dalam arti kognitif, motivasi dianggap sebagai aktivitas individu

(43)

tujuan tersebut. Dalam arti afeksi, motivasi merupakan sikap dan nilai dasar yang

dianut oleh seseorang atau bertindak atau tidak bertindak. Motivasi merupakan

fungsi inti dari manajemen. Motivasi kerja adalah keadaan kejiwaan dan sikap

mental manusia yang memberi tenaga, mengarahkan, menyalurkan,

mempertahankan, dan melanjutkan tindakan dan perilaku karyawan atau tenaga

kerja.

Motivasi bukanlah satu-satunya yang mempengaruhi tingkat prestasi

seseorang. Ada dua faktor yang terlihat, kemampuan perseorangan dan

pemahamannya tentang prilaku apa yang diperlukan untuk mencapai prestasi kerja

yang tinggi. Pengertian motivasi terdapat tiga unsur esensial, yaitu faktor

pendorong atau pembangkit motif, baik internal maupun eksternal, tujuan yang

ingin dicapai dan strategi yang diperlukan oleh individu atau kelompok untuk

mencapai tujuan tersebut. Faktor internal sebagai pendorong motif bersumber

dari dalam individu itu sendiri seperti kepribadian, intelegensi, kebiasaan,

kesadaran, minat, bakat, kemauan dan semangat, sedangkan faktor eksternal

berasal dari luar individu yaitu lingkungan, seperti lingkungan sosial, tekanan dan

regulasi keorganisasian.

Siagian (2002) mengemukakan bahwa dalam kehidupan berorganisasi,

termasuk kehidupan berkarya dalam organisasi bisnis, aspek motivasi kerja

mutlak mendapat perhatian serius dari para manajer. Karena 4 (empat)

pertimbangan utama, yaitu:

1. Filsafat hidup manusia berkisar pada prinsip “quit pro quo”, yang dalam

bahasa awam dicerminkan oleh pepatah yang mengatakan “ada ubi ada

(44)

2. Dinamika kebutuhan manusia sangat kompleks dan tidak hanya bersifat

materi, akan tetapi juga bersifat psikologis.

3. Tidak ada titik jenuh dalam pemuasan kebutuhan manusia.

4. Perbedaan karakteristik individu dalam organisasi atau perusahaan,

mengakibatkan tidak adanya satupun teknik motivasi yang sama efektifnya

untuk semua orang dalam organisasi juga untuk seseorang pada waktu dan

kondisi yang berbeda-beda.

Menurut Siagian (2002) ada enam teknik aplikasi teori motivasi, yaitu:

1. Manajemen berdasarkan sasaran atau management by objectives (MBO).

2. Program penghargaan karyawan.

3. Program ketertiban karyawan.

4. Program imbalan bervariasi.

5. Rencana pemberian imbalan berdasarkan keterampilan.

6. Manfaat yang fleksibel.

Menurut Rivai (2005) terdapat beberapa perilaku yang dapat memotivasi

karyawan:

1. Cara berinteraksi.

2. Menjadi pendengar aktif.

3. Penyusunan tujuan yang menantang.

4. Pendekatan penyelesaian masalah dan tujuan yang berfokus pada perilaku

bukan pada pribadi.

(45)

2.7. Tinjauan Penelitian Terdahulu

1. Penelitian yang dilakukan oleh Sunarcaya (2008) secara umum berdasarkan

analisis dapat dikatakan terdapat hubungan yang positif antara faktor

kepemimpinan, komunikasi, iklim organisasi dan motivasi kerja dengan

kinerja pegawai di lingkungan Dinas Kesehatan Kabupaten Alor. Dari hasil

uji regresi linier berganda dapat diketahui untuk meningkatkan kinerja

pegawai dapat digunakan variabel motivasi kerja, karena mempunyai

pengaruh signifikan terhadap kinerja. Sedangkan variabel kepemimpinan,

komunikasi, iklim organisasi, tidak dapat digunakan untuk meningkatkan

kinerja pegawai, karena terbukti tidak memberikan pengaruh yang

signifikan terhadap kinerja pegawai. Hal ini disebabkan kepemimpinan yang

diterapkan di Dinas Kesehatan Kabupaten Alor masih belum tepat, karena

terbukti masih belum dapat meningkatkan kinerja pegawai secara signifikan.

Komunikasi yang masih belum efektif dari bawahan kepada atasan,

terutama yang berkaitan dengan pemberian masukan kepada atasan,

sehingga belum dapat meningkatkan kinerja pegawai. Iklim organisasi yang

terbentuk masih belum kondusif untuk mendukung kinerja pegawai,

sehingga belum dapat meningkatkan kinerja pegawai. Faktor

kepemimpinan, komunikasi, dan iklim organisasi mutlak merupakan faktor

yang berasal dari luar individu.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Maswani (2010) hasil pengujian hipotesis

membuktikan bahwa kualitas sumber daya manusia, motivasi kerja dan

komitmen organisasi secara simultan berpengaruh signifikan terhadap

(46)

Aceh Tengah. Namun secara parsial hanya kualitas sumber daya manusia

saja yang berpengaruh signifikan terhadap kinerja Dinas Pengelolaan

Keuangan dan Kekayaan Daerah Kabupaten Aceh Tengah.

3. Penelitian yang dilakukan oleh Wirdah Rezeki (2010) hasil penelitian ini

membuktikan bahwa gaya kepemimpinan, komunikasi dan motivasi kerja

secara simultan berpengaruh signifikan terhadap kinerja kepala dinas.

Secara parsial gaya kepemimpinan, komunikasi dan motivasi kerja

berpengaruh signifikan terhadap kinerja kepala dinas, tetapi yang memiliki

pengaruh terbesar terhadap kinerja kepala dinas adalah komunikasi.

4. Penelitian yang dilakukan oleh Paianhot Sitanggang (2009) hasil penelitian

ini secara serempak variabel kompetensi, budaya kerja dan kepuasan kerja

berpengaruh terhadap variabel kinerja pegawai di Lembaga Teknis daerah

Pemerintah Kabupaten Samosir yang artinya bahwa kompetensi pegawai

yang tinggi didukung budaya kerja yang baik dan tercapainya kepuasan

kerja yang dirasakan oleh pegawai mencakup sistem promosi, pemberian

kesejahteraan, suasana kerja yang menyenangkan akan sangat

mempengaruhi capaian kinerja pegawai yang optimal dan pada akhirnya

mempengaruhi pelaksanaan program kerja dan keberhasilan pembangunan

(47)

Tabel 2.1. Review peneliti terdahulu

(48)
(49)

BAB III

KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS

3.1. Kerangka Konsep

Kinerja merupakan pencapaian hasil kerja yang dimiliki setiap pegawai

dalam rangka pencapaian tujuan organisasi. Faktor-faktor yang mempengaruhi

kinerja dapat berupa faktor internal pegawai dan faktor eksternal pegawai. Faktor

internal antara lain menyangkut perilaku pegawai itu sendiri, misalnya disiplin

kerja, motivasi dalam bekerja. Sedangkan faktor eksternal dapat berupa iklim

organisasi, komunikasi, maupun atasan atau pimpinan pegawai yang

bersangkutan.

Berdasarkan landasan teori dan rumusan masalah penelitian, penulis

mengidentifikasi 4 (empat) variabel independen (X) dan 1 (satu) variabel

intervening (Z) yang diperkirakan baik secara langsung maupun tidak langsung

berpengaruh terhadap Kinerja Pegawai. Model penelitian tersebut dapat dilihat

(50)

H2

Berdasarkan gambar kerangka konseptual dapat dijelaskan bahwa konstruk

endogen kinerja pegawai dipengaruhi oleh beberapa konstruk eksogen

kepemimpinan, komunikasi, iklim organisasi, disiplin, dan motivasi sebagai

variabel mediating. Variabel kepemimpinan, komunikasi, iklim organisasi dan

disiplin kerja secara langsung mempengaruhi kinerja pegawai, dan secara tidak

langsung mempengaruhi kinerja pegawai melalui variabel antara (variabel

mediating) yaitu motivasi, selanjutnya motivasi mempengaruhi kinerja pegawai.

Kepemimpinan

- Hubungan antara pemimpin dengan bawahan (X1)

- Struktur tugas yang ada dalam pekerjaan (X2)

- Kewibawaan pimpinan (X3)

Komunikasi

- Komunikasi dari atas ke bawah (X4)

- Penyediaan teknologi (X12)

-Konflik (X13)

Disiplin Kerja

- Waktu kerja (X14)

- Ketaatan terhadap aturan (X15)

- Jadwal pekerjaan (X16)

- Melaksanakan pekerjaan (X17)

Gambar

Tabel r Product Moment............................................................... 123
Tabel 2.1. Review peneliti terdahulu
Gambar 3.1. Kerangka konseptual
Tabel 4.1. Sampel pegawai Dinas Penataan Ruang dan Pemukiman Provinsi Sumatera Utara
+7

Referensi

Dokumen terkait

kinerja pegawai Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang

Adapun permasalahan yang dibahas adalah bagaimanakah proses pelaksanaan pekerjaan (kontrak) antara Dinas Penataan Ruang dan Permukiman Provinsi Sumatera Utara dengan

Adapun permasalahan yang dibahas adalah bagaimanakah proses pelaksanaan pekerjaan (kontrak) antara Dinas Penataan Ruang dan Permukiman Provinsi Sumatera Utara dengan

Dari hasil penelitian dalam bentuk hasil kuisioner diperoleh persepsi responden tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Dinas Pendapatan,

informasi untuk mendukung penelitian yang saya lakukan dengan judul “ Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja Audit Dengan Motivasi Auditor.. Sebagai

penelitian dengan judul “Pengaruh Perubahan Struktur Organisasi Terhadap Kinerja Pegawai Negeri Sipil (PNS) Pada Dinas Penataan Ruang dan Permukiman Provinsi

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh Motivasi dan Kompensasi terhadap Disiplin Kerja yang berdampak pada Kinerja Pegawai Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kota

Ranking variabel kinerja pegawai Ranking Faktor-Faktor yang mempengaruhi kinerja pegawai Skor Rata-rata I Kualitas pekerjaan 884 II Pengetahuan pekerjaan 880 III Kuantitas pekerjaan