• Tidak ada hasil yang ditemukan

Desain dan kinerja unit pemotongan serasah tebu dengan menggunakan pisau tipe reel

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Desain dan kinerja unit pemotongan serasah tebu dengan menggunakan pisau tipe reel"

Copied!
109
0
0

Teks penuh

(1)

DESAIN DAN KINERJA UNIT PEMOTONG SERASAH TEBU

DENGAN MENGGUNAKAN PISAU TIPE REEL

WAHYU KRISTIAN SUGANDI

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN

SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Desain Dan Kinerja Unit

Pemotong Serasah Tebu Dengan Menggunakan Pisau Tipe Reel adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa

pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau

dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain

telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir

tesis ini.

Bogor, Januari 2011

(4)

ABSTRACT

WAHYU KRISTIAN SUGANDI. Design and Performance of The Unit Sugarcane Trash Cutting With Cutter Reel Type. Supervised by RADITE P.A SETIAWAN and WAWAN HERMAWAN.

The problem of sugarcane trash after harvesting is experienced by the world's sugarcane plantations, including those in Indonesia. Large amount of sugarcane trash left in the field makes difficulties in soil management and plant maintenance. Current practice done by the sugarcane plantations was “burning before soil tillage”. However, the practice of burning cause unwanted impact to the environment and human health. Meanwhile, sugarcane trash still rich of nutrients for the land. Widely studied and has been proven that many sugarcane trash is very useful to increase the soil fertility. The trash size is still long so that it should be reduced to improve composting process. A prototype of reel type trash chopper has been designed and constructed with dimensions of 240 cm width, 268 cm length, and 133 cm height. The prototype was tested on 4 levels of reel rotational speeds (400, 450, 500, and 550 rpm) and 4 levels of trash densities (8, 16, 24, and 32 kg/m3). During the tests, cutting torque and rotational speed of the reel were measured using a torque-meter and a digital tachometer. The output of trash chopping were measured to know the quality of the chopping procces. The prototype chopped up sugarcane trash of about 1.7 - 3.2 cm length, with chopping capacity of 398 kg/hour. Results of the tests showed that cutting torque was in the range of 1.75 to 4.03 kg.m with the average of 2.88 kg.m, and average cutting power was 1.87 hp. Higher trash density caused a higher cutting torque and cutting power, while higher rotational speed caused a lower cutting torque and a higher cutting power. The highest cutting torque was 4.03 kg.m, when chopped sugarcane trash of 32 kg/m3 in trash density on 400 rotational speed. Increasing the rotational speed caused a shorter trash size.

(5)
(6)

RINGKASAN

WAHYU KRISTIAN SUGANDI. Disain Dan Kinerja Unit Pemotong Serasah Tebu Dengan Menggunakan Pisau Tipe Reel. Dibimbing oleh RADITE P.A. SETIAWAN dan WAWAN HERMAWAN.

Permasalahan serasah tebu setelah pemanenan merupakan polemik yang dialami oleh perkebunan tebu dunia termasuk perkebunan tebu yang ada di Indonesia. Bila serasah tebu dibiarkan di atas lahan dengan jumlah yang besar akan mengganggu proses selanjutnya seperti pengolahan tanah dan pemeliharaan tanaman. Penanganan saat ini yang dilakukan oleh perkebunan tebu adalah dengan cara dibakar. Namun demikian praktek pembakaran ini dapat menimbulkan efek buruk terhadap lingkungan dan kesehatan. Sementara itu pemanfaatan serasah tebu sebagai sumber hara bagi lahan sudah banyak diteliti dan terbukti bahwa serasah tebu sangat bermanfaat untuk menambah unsur hara di dalam tanah. Mengingat ukuran serasah yang ada di lahan masih panjang maka perlu adanya suatu tekonologi dalam proses pencacahan serasah tebu menjadi ukuran yang lebih pendek agar serasah tersebut dapat terdekomposisi ke dalam tanah. Salah satu mekanisme pemotongan yang paling cocok diterapkan pada mesin pencacah serasah tebu adalah pemotong tipe reel karena sifat tebu yang

bulky juga berkarakter liat. Adapun persyaratan panjang cacahan maksimal untuk pupuk organik berdasarkan SNI 7580:2010 adalah 50 mm.

Penelitian ini bertujuan untuk mendisain unit pencacah dari mesin pengangkut dan pencacah serasah tebu dan mengkaji kinerja pemotongan yang meliputi 3 hal yaitu mengkaji torsi pemotongan, daya pemotongan dan panjang hasil pemotongan.

Prosedur penelitian mencakup: (1) pengukuran karakteristik fisik dan mekanik tebu, (2) pengukuran profil guludan pada lahan, (3) analisis disain unit pencacah yang meliputi desain silinder pisau pencacah, silinder penjepit dan sistem tranmisi (4) pembuatan prototipe mesin pencacah serasah tebul, (5) uji fungsional mesin serasah tebu, (6) kalibrasi torsi pemotongan (7) pengujian torsi pemotongan dengan 4 perlakuan kecepatan putar (400, 450, 500 dan 550 rpm) dan 4 perlakuan tingkat kepadatan (8, 16, 24, dan 32 kg/m3

Karakteristik fisik dari serasah tebu hasil pengukuran diperoleh data kisaran, rata-rata dan simpangan baku masing – masing adalah sebagai berikut : lebar daun 3 - 6 cm, 4.1 cm, 0.8 ; panjang daun 117 - 195 cm, 161.5 cm, 14.5 ; berat daun 3.5 - 13 cm, 8.9 gram, 1.78 ; panjang pucuk 130 - 190, 162.5 cm, 11.66 ; lebar pucuk 4 - 6, 5 cm, 0.74 ; berat pucuk 29 - 98.1 gram, 57.3 gram, 14.87.

) (8) akusisi dan pengolahan data, (9) pengukuran panjang hasil cacahan.

Kerapatan isi (bulk density) serasah tebu adalah 7.7 kg/m3

(7)

pencacah ke unit penjepit. Pada unit penjepit jumlah silinder didesain sebanyak 4 buah. Silinder penjepit bagian atas berdiameter 270 mm, bagian bawah berdiameter 220 mm, silinder pengarah bagian atas berdiameter 180 mm dan bagian bawah berdiameter 80 mm. Secara keseluruhan dimensi dari prototipe mesin pencacah serasah tebu ini adalah sebagai berikut : lebar 240 cm, panjang 268 cm, dan tinggi 133 cm. Penggerak mula untuk mengoperasionalkan unit pencacah ini menggunakan mesin diesel dengan daya 8.5 hp. Berdasarkan hasil pengujian secara off farm diperoleh kapasitas dari mesin pencacah adalah 398 kg/jam.

Untuk mengetahui kinerja pemotongan dari unit pencacah ini maka telah dilakukan pengujian terhadap torsi pemotongan dengan menggunakan alat sensor regangan berupa strain gauge yang dipasang pada poros pencacah dan penjepit. Berdasarkan hasil pengujian diperoleh data rata – rata torsi pemotongan adalah 2.88 kg.m dengan kisaran 1.75 – 4.03 kg.m. Rata – rata daya yang dibutuhkan untuk pemotongan serasah tebu adalah 1.87 hp dengan kisaran 1.09 – 2.55 hp. Hasil pengujian menunjukkan bahwa dengan kecepatan putar silinder pemotong yang tinggi mengakibatkan torsi pemotongan yang lebih rendah, namun daya pemotongan lebih tinggi. Semakin padat serasah yang dipotong diperlukan torsi dan daya pemotongan yang semakin tinggi. Torsi pemotongan yang paling tinggi (pada selang pengujian yang dilakukan) adalah 4.03 kg.m saat mencacah serasah dengan kepadatan 32 kg/m3

Menurut perhitungan secara teoritis panjang potongan yang diharapkan pada mesin serasah tebu ini adalah 0.41 – 0.56 cm. Sedangkan rata – rata panjang potongan serasah tebu yang dihasilkan adalah 1.7 – 3.2 cm. Hal ini dikarenakan pada saat pemotongan kondisi serasah pada posisi miring sehingga ukuran potongan serasah akan lebih panjang dibandingkan dengan posisi lurus. Selain itu juga serasah baru bisa terpotong pada pisau berikutnya mengingat ukuran serasah yang tipis. Hasil pemotongan menunjukkan bahwa dengan meningkatkan kecepatan putar silinder pemotong maka ukuran serasah hasil pemotongan semakin pendek.

pada kecepatan putar 400 rpm.

(8)
(9)

@ Hak Cipta milik IPB, tahun 2010

Hak Cipta dilindungi Undang-Undang

1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya.

a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah. b. Pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB.

(10)

DESAIN DAN KINERJA UNIT PEMOTONG SERASAH TEBU

DENGAN MENGGUNAKAN PISAU TIPE REEL

Wahyu Kristian Sugandi

Tesis

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada

Program Studi Teknik Mesin Pertanian dan Pangan

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(11)
(12)

Judul Tesis : DESAIN DAN KINERJA UNIT PEMOTONGAN

SERASAH TEBU DENGAN MENGGUNAKAN PISAU TIPE REEL

Nama : Wahyu Kristian Sugandi

NIM : F151080021

Disetujui

Komisi Pembimbing

Dr. Ir. Radite P.A Setiawan, M.Agr

Ketua Anggota

Dr. Ir. Wawan Hermawan, M.S

Diketahui

Ketua Program Studi Dekan Sekolah Pascasarjana

Teknik Mesin Pertanian dan Pangan

Dr. Ir. Radite PA Setiawan, M.Agr Prof. Dr. Ir. Khairil A. Notodiputro, M.S

(13)
(14)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah dengan judul Desain Dan Kinerja Unit Pemotong Serasah Tebu Dengan Menggunakan Pisau Tipe Reel berhasil diselesaikan. Penelitian dilaksanakan mulai bulan Januari 2010 sampai dengan Agustus 2010 di Lab. Teknik Mesin Budidaya Pertanian, Departemen Teknik Mesin dan Biosistem Fateta IPB, Bogor.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr. Ir. Radite P.A Setiawan, M.Agr selaku pembimbing pertama atas segala bimbingan, arahan dan masukannya selama proses penelitian berlangsung hingga penulisan tesis ini selesai dan Bapak Dr. Ir. Wawan Hermawan, M.S selaku pembimbing kedua atas segala koreksi, bimbingan dan arahannya dalam menyusun tesis ini serta Bapak Dr. Ir. Sutrisno, M.Agr sebagai dosen penguji luar komisi. Ucapan terima kasih kepada Bapak Dr. Ir. I Nengah Suastawa, M.Agr (Alm) selaku ketua peneliti pada program DP2M DIKTI tahun 2009 dan Lab. Teknik Mesin Budidaya Pertanian atas kesempatan dan kepercayaan yang diberikan kepada penulis menjadi bagian dalam penelitian.

Penulis juga menyampaikan terima kasih kepada Departemen Pendidikan Nasional RI, khususnya DIKTI melalui program BPPS yang telah memberikan bantuan biaya pendidikan sehingga penulis bisa menyelesaikan studi S2 dengan baik. Teman-teman TMP 2008, teknisi Lab. Teknik Mesin Budidaya Pertanian Fateta IPB atas dukungan dan segala pengorbanannya penulis ucapkan terima kasih. .

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat untuk kita semua. Amien

Bogor, Januari 2011

(15)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Sumedang pada tanggal 2 Juni 1976. Penulis merupakan anak bungsu dari empat bersaudara, putra dari pasangan Sugandi A.W (Alm) dan Adriana A.R.

Penulis menyelesaikan sekolah menengah di SMA Negeri 10 Bandung dan lulus pada tahun 1995. Penulis diterima di Universitas Padjadjaran Bandung pada tahun 1995 dan lulus sebagai Sarjana Teknologi Pertanian, Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran pada tahun 2000. Selama kuliah penulis aktif dalam berbagai organisasi kemahasiswaan. Selanjutnya penulis bekerja sebagai karyawan di PT. Salim Invomas Pratama dari tahun 2001 hingga tahun 2005, dan pada tahun 2005 diterima sebagai dosen tetap di Universitas Padjadjaran hingga sekarang .

(16)
(17)
(18)

i

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR GAMBAR ... iii

DAFTAR TABEL ... v

DAFTAR LAMPIRAN ... vi

PENDAHULUAN ... 1

Latar Belakang ... 1

Tujuan Penelitian ... 2

Manfaat Penelitian ... 3

TINJAUAN PUSTAKA ... 4

Budidaya Tanaman Tebu ... 4

Batang Tebu ... 6

Daun Tebu ... 7

Pucuk Tebu dan Bunga Tebu ... 8

Sistem Pemanenan Tebu ... 8

Tipe Mekanisme Alat Pencacah ... 12

Alat Pencacah Kompos ... 12

Tub Grinders ... 12

Forage Chopper ... 13

Tipe Pisau Pemotong ... 15

Metode Pemotongan (Cutting) Bahan Pertanian... 16

Mekanisme Proses Pemotongan ... 17

Kebutuhan Daya Pemotongan ... 18

METODE PENELITIAN ... 19

Waktu dan Tempat Penelitian ... 19

Alat dan Bahan ... 19

Tahapan Penelitian ... 20

Pengukuran Karakteristik Fisik Serasah Tebu ... 21

Pengukuran Kalibrasi Strain - Torsi ... 22

Instrumen dan Perlengkapan Pengukur Torsi ... 25

Pengkuran Kalibrasi Strain – Tegangan ... 26

(19)

ii

Persamaan Torsi Terukur ... 29

Akusisi dan Pengolahan Data ... 29

Pengukuran Kapasitas ... 30

Pengukuran Panjang Potongan... 31

PENDEKATAN DESAIN ... 32

Kriteria Desain dan Gambaran Umum Proses Pencacahan ... 32

Desain Fungsional ... 33

Desain Struktural dan Analisis Teknik ... 34

Analisis Desain Silinder Pisau Pencacah ... 35

Analisis Desain Silinder Penjepit ... 36

Analisis Sistem Transmisi ... 38

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 40

Karakteristik Fisik SerasahTebu ... 40

Kerapatan Isi (Bulk Density) Serasah Tebu ... 41

Kadar Air Serasah Tebu ... 42

Elastisitas Serasah Tebu ... 42

Profil Guludan Lahan Tebu... 42

Pembuatan Unit Pencacah Serasah Tebu ... 43

Uji Kinerja Mesin Pencacah Serasah Tebu ... 45

Hasil Pengukuran Kalibrasi Strain – Torsi ... 45

Hasil Pengukuran Kalibrasi Strain – Tegangan ... 45

Persamaan Torsi Terukur ... 46

Hasil Pengujian Torsi Pemotongan ... 46

Analisis Data ... 48

Hasil Analisis Torsi Pemotongan Terhadap Tingkat Kepadatan ... 48

Hasil Analisis Daya Pemotongan Terhadap Tingkat Kepadatan ... 49

Hubungan Kecepatan Putar, Kapasitas dan Daya Pemotongan ... 49

Hasil Pemotongan Serasah Tebu ... 50

KESIMPULAN DAN SARAN ... 55

KESIMPULAN ... 55

SARAN ... 55

(20)

iii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1 Pembakaran serasah tebu sebelum panen ... 1

Gambar 2 Tanaman tebu. ... 4

Gambar 3 Skema budidaya tanaman tebu . ... 5

Gambar 4 Struktur batang tebu ... 6

Gambar 5 Tunas batang tebu ... 7

Gambar 6 Struktur daun tebu . ... 7

Gambar 7 Pucuk tebu pada masa tebu siap dipanen ... 8

Gambar 8 Bunga tebu pada masa tebu siap dipanen ... 8

Gambar 9 Penebangan dan pengangkutan tebu. ... 9

Gambar 10Sistem tebang 4 – 2 ... 10

Gambar 11 Sistem tebang 2 – 2 ... 11

Gambar 12 Tanaman tebu yang telah ditebang. ... 11

Gambar 13 Alat pencacah kompos ... 12

Gambar 14 Tub grinders ... 13

Gambar 15 Mekanime pemanenan pakan ternak ... 14

Gambar 16 Mekanisme pengambilan rumput pakan ternak . ... 14

Gambar 17 Jenis-jenis pisau pemotong rumput ... 15

Gambar 18 Beberapa mekanisme pemotongan . ... 17

Gambar 19 Tahapan proses pemotongan bahan uji ... 17

Gambar 20 Bagan alir dari tahapan penelitian kajian pemotongan sersah tebu .. 20

Gambar 21 Skema pengukuran kalibrasi strain – torsi. ... 23

Gambar 22 Pengukuran kalibrasi strain - torsi. ... 24

Gambar 23 Pembacaan strain pada saat diberi beban. ... 24

Gambar 24 Skema pengujian torsi pemotongan serasah tebu. ... 26

Gambar 25 Pengukuran kalibrasi strain – tegangan. ... 27

Gambar 26 Bak pemadatan. ... 27

Gambar 27 Posisi slip ring pada poros pencacah dan poros penjepit. ... 28

Gambar 28 Pengukuran panjang hasil pemotongan serasah. ... 31

Gambar 29 Mekanisme gerakan serasah tebu. ... 33

Gambar 30 Skema desain fungsional unit pencacah ... 34

Gambar 31 Silinder dudukan pisau pencacah. ... 35

Gambar 32 Posisi pisau. ... 36

Gambar 33 Rancangan tiga dimensi silinder penjepit dan pengarah. ... 37

Gambar 34 Rancangan dua dimensi silinder penjepit dan pengarah. ... 38

Gambar 35 Skema transmisi pada unit pencacah. ... 39

Gambar 36 Rancangan konstruksi mesin pencacah serasah tebu. ... 39

Gambar 37 Pengukuran karakteristik serasah tebu. ... 40

Gambar 38 Pengukuran serasah tebu di lahan. ... 41

Gambar 39 Pengukuran profil guludan di perkebunan tebu. ... 42

Gambar 40 Profil guludan di perkebunan tebu – PG Subang Jawa Barat. ... 43

Gambar 41 Proses pembuatan prototipe mesin pencacah. ... 44

Gambar 42 Prototipe mesin pencacah serasah tebu. ... 44

Gambar 43 Contoh data yang terekam pada saat pengukuran. ... 46

Gambar 44 Contoh data pengukuran torsi pemotongan dalam selang waktu. ... 47

(21)

iv

Gambar 46 Kebutuhan daya untuk mesin pencacah serasah tebu... 49

Gambar 47 Grafik hubungan antara kapasitas dengan daya pemotongan. ... 50

Gambar 48 Hasil pemotongan serasah tebu. ... 50

Gambar 49 Contoh serasah tebu hasil pemotongan. ... 51

Gambar 50 Panjang rata - rata pemotongan serasah tebu. ... 51

Gambar 51 Panjang potongan pada posisi miring dan lurus. ... 52

Gambar 52 Serasah yang tidak terpotong langsung. ... 52

Gambar 53 Serasah yang terpotong dan tidak terpotong. ... 53

Gambar 54 Potongan serasah dengan ketebalan di atas 0.5 mm. ... 53

(22)

v

DAFTAR TABEL

(23)

vi

DAFTAR LAMPIRAN

(24)

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Tebu merupakan tanaman utama penghasil gula yang merupakan komoditi

pangan penting baik untuk dikonsumsi langsung maupun untuk keperluan industri

di Indonesia. Pada tahun 1930-an Jawa pernah sebagai exportir gula terbesar di

dunia, namun saat ini kita selalu kekurangan gula. Gula adalah komoditi strategis

setelah BBM dan beras, masih memiliki ketergantungan terhadap impor walaupun

sejak tahun 2005 luas lahan perkebunan tebu telah meningkat dari 382 ribu hektar

dengan jumlah produksi 2.24 ton menjadi 442 ribu hektar dengan jumlah produksi

2.8 juta pada tahun 2007. Sedangkan kebutuhan nasional adalah 4 juta ton/tahun

sehingga jumlah impor gula adalah 1.2 juta ton per tahun (Ditjenbun 2007).

Pada saat pemanenan tebu, serasah tebu yang terhampar di lahan volumenya

sangat besar. Serasah tebu terdiri dari daun tebu kering, pucuk tebu, tebu muda,

tali tutus dan batang tebu. Hal ini merupakan suatu kendala yang dihadapi

perkebunan tebu di Indonesia karena jika dibiarkan di lahan akan menghambat

pertumbuhan tunas tebu pada saat ratoon cane dan juga dapat mengganggu

pengolahan tanah pada saat plant cane.

Hingga saat ini penanganan serasah tebu yang dilakukan oleh perkebunan

tebu adalah dengan cara dibakar (Gambar 1). Cara ini merupakan cara yang

kurang tepat karena dapat mengakibatkan degradasi lahan dalam bentuk

perubahan sifat fisik tanah, kesuburan tanah, mematikan biota tanah,

membahayakan pemukiman penduduk disekitar lahan perkebunan, global

warming, dan dapat mengakibatkan polusi udara serta gangguan pernafasan.

(25)

2 Serasah hasil tebangan di lahan tebu dapat mencapai 20-25 ton/ha

(Toharisman 1991). Pembakaran serasah yang jumlahnya sangat besar tersebut

hanya terbuang sia-sia, padahal jika dimanfaatkan dapat menjadi pupuk organik

bagi tanah. Menurut Dahiya dan Malik 2001 bahwa ketertarikan dalam

penggunaan bahan organik sebagai mulsa semakin meningkat karena bahan

organik memberikan keuntungan dan efek terhadap ketersediaan hara dan

perannya yang besar dalam memperbaiki produktivitas tanah. Mereka

mempelajari bahwa serasah tebu telah meningkatkan ketersediaan N dan P pada

tanah ketika digunakan sebagai mulsa hijauan.

Menurut Tan 1995 hanya dengan membiarkan daun tebu di lahan setelah

panen, ternyata dapat meningkatkan produktifitas tebu, kesuburan tanah dan

meningkatkan karbon dalam tanah. Mengingat ukuran serasah yang masih

panjang sebaiknya dicacah terlebih dahulu menjadi ukuran yang lebih pendek agar

mudah terdekomposisi di dalam tanah. Adapun persyaratan panjang cacahan

maksimal untuk pupuk organik berdasarkan SNI 7580:2010 adalah 50 mm.

Mengingat luasnya areal kebun tebu, kegiatan pencacahan hanya mungkin

dilakukan dengan mekanisasi. Spesifikasi mesin pencacah juga harus memenuhi

kebutuhan dan kondisi budidaya tebu di Indonesia. Beberapa penelitian yang

berhubungan dengan pencacahan seperti mekanisme pemotong rumput, mesin

perajang tembakau, pencacah kompos, pencacah hijauan telah dilakukan tetapi

penelitian yang khusus mengenai pencacah serasah tebu belum ada. Sehingga

perlu dilakukan penelitian tentang teknologi pencacahan serasah tebu.

Salah satu mekanisme pemotongan yang paling cocok diterapkan pada

mesin pencacah serasah tebu adalah tipe reel karena sifat tebu yang bulky juga

berkarakter liat. Untuk mendapatkan hasil potongan serasah tebu yang baik

diperlukan data – data mengenai karakteristik fisik serasah tebu yang sampai saat

ini belum diteliti dan dipublikasikan.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mendisain unit pencacah dari mesin pencacah

serasah tebu dan mengkaji kinerja pemotongan yang meliputi 3 hal yaitu torsi

(26)

3

Manfaat Penelitian

Secara umum manfaat dari penelitian ini adalah untuk membantu

perkebunan tebu yang ada di Indonesia dalam memecahkan persoalan khususnya

berkenaan dengan penanganan serasah tebu yaitu dengan mendisain unit pencacah

dari mesin pengangkut dan pencacah serasah tebu. Dengan mesin ini diharapkan

serasah tebu yang telah dicacah dapat dimanfaatkan sebagai pupuk organik dan

tidak menggangu proses pengolahan tanah maupun pemeliharaan selanjutnya.

Secara khusus manfaat dari penelitian ini adalah sebagai informasi untuk

mengetahui karakteristik fisik dan mekanik serasah tebu, kondisi lahan tebu, torsi

pemotongan, daya yang dibutuhkan untuk memotong serasah tebu dan panjang

(27)

4

TINJAUAN PUSTAKA

Budidaya Tanaman Tebu

Tanaman tebu (Saccharum officinarum L.) seperti terlihat pada Gambar 2

merupakan famili graminae yang dapat tumbuh di berbagai kondisi tanah dan

iklim. Menurut Notojoewono 1967, tebu semula dikatakan berasal dari India di

sekitar sungai Gangga dan ada lagi yang mengatakan dari kepulauan Pasifik

Selatan. Tanaman tebu tumbuh di daerah tropika dan sub tropika di sekitar

khatulistiwa sampai batas garis isotherm 20o yakni kurang lebih antara 30o lintang

utara dan 35o lintang selatan (Notojoewono 1967).

Gambar 2 Tanaman tebu. (http://arluki.files.wordpress.com)

Dalam masa pertumbuhannya tanaman tebu membutuhkan banyak air,

sedangkan ketika tebu akan menghadapi waktu masak menghendaki keadaan

kering sehingga pertumbuhan berhenti. Andaikata hujan terus menerus akan

menyebabkan tanaman tebu rendah rendemennya. Jadi jelas bahwa tebu selain

memerlukan daerah-daerah yang beriklim panas juga diperlukan adanya

perbedaan antara musim hujan dan musim kemarau (Notojoewono 1967).

Widiyoutomo 1983 mengatakan bahwa fase pertumbuhan tanaman tebu

jatuh pada umur 3 sampai 8 bulan dan fase pemasakan pada umur 9 sampai 12

bulan yang ditandai dengan tebu mengeras dan berubah warna menjadi kuning

(28)

5 dilakukan pada musim kemarau sampai akhir musim hujan. Penanaman dilakukan

di awal musim kemarau sampai menjelang musim hujan.

Menurut Khaerudin 2008 proses budidaya tanaman tebu secara garis besar

dibagi menjadi 2 cara yaitu budidaya tanaman tebu baru (Plant Cane) dan

budidaya tanaman tebu keprasan (Ratoon Cane) seperti yang terlihat pada

Gambar 3.

Mulai

Pengolahan tanah

Penanaman

Pemeliharaan

Pemanenan

Serasah Tebu Pembibitan

Pembersihan lahan (Trash Rake)

Pengeprasan

Pemeliharaan

Pemanenan

Batang Tebu

Selesai Plant Cane (PC)

Ratoon Cane (RC)

Batang Tebu

Selesai

Angkut Pembakaran

Serasah Tebu

Angkut Pembakaran

Subsoiler Penyiapan Lahan

Gambar 3 Skema budidaya tanaman tebu (Khaerudin 2008).

Plant Cane (PC) adalah budidaya tanaman tebu dengan cara menanami

lahan dengan bibit tebu baru yang berasal dari Kebun Bibit Dasar (KBD).

Sebelum proses penanaman dibutuhkan penyiapan lahan dan pengolahan tanah

terlebih dahulu agar tanah memiliki kondisi yang baik dan siap untuk ditanami

tebu. Setelah tebu ditanam proses selanjutnya adalah pemeliharaan dan

(29)

6 diangkut menggunakan truk atau trailer untuk dibawa ke pabrik tebu untuk diolah

menjadi gula sedangkan serasah tebu dibakar di lahan.

Ratoon Cane (RC) adalah budidaya tanaman tebu dengan cara

memanfaatkan tunas yang tumbuh dari tunggak pada lahan setelah tebu dipanen.

Pada budidaya tebu Ratoon Cane tidak membutuhkan proses pengolahan tanah

sehingga dapat menekan biaya opearasional. Cara budidaya Ratoon Cane

biasanya dapat dilakukan sampai 3 kali dengan indikator jarak tanaman tidak

terlalu jauh dan tunas tebunya masih bagus.

Batang Tebu

Panjang batang tebu pada saat panen berkisar antara 2 – 4 m dengan

diameter 2.5 - 5 cm. Pada kondisi ini batang tebu sudah layak untuk diproses

menjadi gula. Secara morfologi batang tebu dibagi menjadi 2 bagian yaitu node

dan internode. Bagian node terdiri dari lingkaran tumbuh (growth ring), bagian

akar (root band), bagian daun (leaf scar), sedangkan bagian internode terletak di

antara node berjumlah 20-30 ruas (Gambar 4) (James 2004).

Gambar 4 Struktur batang tebu (James 2004).

Di bagian akar (root promordia) akan tumbuh tunas baru yang berupa

kuncup yang merupakan cikal bakal batang tebu di mana batang tebu akan

tumbuh lebih dari satu batang. Mekanisme tumbuh dari batang tebu berasal dari

tunas yang tumbuh di bagian akar di mana batang tebu ditanam secara horizontal.

Apabila batang tebu dipotong maka batang tebu dibagi menjadi tiga bagian yaitu Node

(30)

7 batang primer, batang sekunder dan batang tersier seperti terlihat pada Gambar 5

(James 2004).

Daun Tebu

Posisi daun tebu melekat pada batang dan tumbuh pada pangkal node

(Gambar 6). Setiap daun terdiri dari bagian yang melekat (sheath) dan bagian

yang tidak melekat (blade or lamina). Bagian yang melekat (sheath) berbentuk

seperti pipa yang menyelimuti batang dengan panjang dari bawah sampai atas

[image:30.595.221.409.273.447.2]

batang. Daun tebu mempunyai struktur yang tipis dan mudah sobek (James 2004).

Gambar 5 Tunas batang tebu (James 2004).

[image:30.595.251.374.492.661.2]
(31)

8 Ketika tebu sudah mulai memasuki masa panen, daun tebu tumbuh sebagai

lamina. Daun tebu inilah yang merupakan salah satu serasah tebu paling banyak

jumlahnya pada saat setelah pemanenan.

Pucuk Tebu dan Bunga Tebu

Pucuk tebu terdiri dari beberapa daun tebu, untuk satu pucuk tebu terdiri

dari 3 sampai 4 daun (Gambar 7). Sedangkan bunga tebu (Gambar 8) terjadi pada

perubahan dari fase vegetative ke fase reproduktif. Menurut Steven 1965 bunga

tebu tumbuh setahun dua kali dengan penyinaran matahari yang baik (James

[image:31.595.151.469.278.604.2]

2004).

Gambar 7 Pucuk tebu pada masa tebu siap dipanen (James 2004).

Gambar 8 Bunga tebu pada masa tebu siap dipanen (James 2004).

Sistem Pemanenan Tebu

Pemanenan tebu di Indonesia mayoritas masih dilakukan dengan cara

manual. Beberapa perkebunan tebu besar, pada masa-masa tertentu telah

menerapkan mesin panen. Mesikpun pada prinsipnya, metoda pemanenan adalah

(32)

9 Menurut Khaerudin 2008 panen tebu di pabrik gula Subang Jawa Barat

dilakukan dengan cara menebang tebu secara manual. Alat yang digunakan untuk

menebang adalah sabit. Pabrik gula menyediakan sabit yang dapat dibeli oleh

penebang. Tetapi banyak juga penebang yang membawa sendiri alat sabitnya.

Tenaga tebang ada 2 macam yaitu tenaga tebang lokal dan tenaga tebang luar.

Tenaga tebang lokal adalah tenaga tebang yang berasal dari masyarakat sekitar

pabrik, sedangkan tenaga tebang luar merupakan tenaga tebang yang berasal dari

luar daerah.

Setelah ditebang, tebu diangkut dari lahan ke pabrik menggunakan trailer

atau truk. Kapasitas angkut trailer sekitar 10 – 13 ton. Sedangkan kapasitas

[image:32.595.134.474.351.650.2]

angkut truk antara 6 - 8 ton. Suasana pengangkutan tebu seperti disajikan pada

Gambar 9.

Gambar 9 Penebangan dan pengangkutan tebu.

Penebangan tebu diawali dengan membersihkan daun tebu (klaras) sampai

bersih, kemudian dilakukan pemotongan batang tebu sampai rata dengan tunggak

(33)

10 atau sekitar 30 cm dari titik tumbuh. Setelah tebu bersih dan dipotong kemudian

diikat per 12-15 batang tebu. Biasanya untuk tenaga lokal mengikat tebu dengan

menggunakan tali tulus sedangkan tenaga tebang luar menggunakan tali tebu yang

dibelah menjadi 2 atau 4 bagian.

Tebu kemudian ditumpuk di lahan untuk menunggu angkutan datang.

Sistem penebangan yang diterapkan di pabrik gula Subang Jawa Barat dikatakan

sebagai sistem tebang 4-2 (Gambar 10) atau sistem tebang 2-2 (Gambar 11).

Sistem tebang yang biasa dilakukan adalah 4-2, sedangkan untuk sistem 2-2

biasanya untuk lahan yang sulit seperti banyak tebu yang roboh atau tebu yang

melilit. Sistem tebang 4-2 artinya adalah 4 juring atau barisan digunakan sebagai

tempat meletakkan batang tebu hasil panen, dan 2 juring tempat meletakkan

sampah tebu berupa pucuk dan daun tebu yang disebut trash atau serasah. Begitu

juga untuk sistem tebang 2-2 hanya bedanya jumlah barisan tebu bersihnya hanya

2 barisan. Tujuan dari penerapan sistem 4-2 yaitu untuk menekan tunggak dan

mempermudah dalam pembersihan lahan.

Batang Tebu Serasah

[image:33.595.181.436.403.677.2]

Serasah

(34)
[image:34.595.195.440.81.300.2]

11 Gambar 11 Sistem tebang 2 – 2 (Khaerudin 2008).

Batang tebu yang telah ditebang seperti pada Gambar 12 harus segera

diangkut ke pabrik. Tebu yang telah ditebang, jika dibiarkan cukup lama di lahan

bahkan sampai menginap akan mengalami penurunan rendemen. Jika ini terjadi,

pada akhirnya akan mengakibatkan kerugian perusahaan.

Setelah pemanenan, biasanya serasah terebut dibakar untuk memudahkan

operasi persiapan lahan atau pemeliharaan tanaman selanjutnya. Pembakaran

serasah tebu yang terhampar di lahan hal ini dimaksudkan selain menghemat

biaya diharapkan lahan tersebut bersih dari serasah. Karena serasah ini sangat

mengganggu proses pengolahan tanah maupun pemeliharaan tanaman selanjutnya.

Gambar 12 Tanaman tebu yang telah ditebang.

Batang Tebu Serasah

[image:34.595.181.446.521.698.2]
(35)

12

Tipe Mekanisme Alat Pencacah

Alat Pencacah Kompos

Alat pencacah kompos (Gambar 13) merupakan salah satu alat yang dapat

membantu dalam proses pembuatan kompos secara anaerob dengan bahan baku

khususnya sampah organik. Alat pencacah kompos biasanya dipakai untuk

memperkecil ukuran sehingga proses pengomposan dapat dilakukan dengan baik

(Sudrajat 2006).

Gambar 13 Alat pencacah kompos (Sudrajat 2006).

Sistem kerja alat ini pada dasarnya sama dengan gilingan martil (hammer

mill). Menurut Kong Hwan Kim 1989 martil (hammer) pada mesin (hammer mill)

berfungsi sebagai batang pemukul atau dapat juga diganti dengan batang pisau

pemotong. Proses yang terjadi adalah bahan atau material seperti serat, dedaunan,

sayuran dimasukkan ke dalam hammer mill yang berputar kemudian produk yang

dihasilkan menjadi ukuran yang lebih kecil (size reduction). Di dalam industri

makanan, hammer mill banyak digunakan untuk menghancurkan lada, rempah –

rempah dan lain – lain.

Tub Grinders

Tub grinder (Gambar 14) adalah alat khusus yang digunakan untuk

memotong/membelah (chopping) kayu termasuk di dalamnya batang dan

dedaunan dalam jumlah yang besar. Sistem kerja dari tub grinder ini adalah

sistem kerja pisau pemotong (hammer mill) yang bergerak secara horizontal. Tub

(36)

13 semuanya terbuat dari plat baja. Tenaga penggerak menggunakan mesin diesel

[image:36.595.132.490.130.343.2]

dengan tenaga sebesar 500 hp (Robert 1995).

Gambar 14 Tub grinders (Robert 1995).

Forage Chopper

Salah satu fungsi utama dari alat pencacah tanaman pakan ternak (forage

chopper) adalah memperkecil ukuran kemudian membawa produk hasil cacahan

tersebut ke dalam bak truk. ASAE (American Society Agricultural Engineering)

Standar S472 membagi 2 tipe penanganan dalam pemanenan untuk makanan

ternak. Tipe pertama adalah pemotongan bahan dengan presisi dan tipe kedua

adalah pemotongan bahan dengan tidak presisi. Untuk tipe pemotongan dengan

presisi biasanya alat yang digunakan adalah tipe silinder pemotong (a cylindrical

cutterhead) yang dilengkapi dengan bagian pisau yang diam (stationary

countershear) (Srivastava 1993).

Pemotongan bahan pakan ternak dengan presisi dibagi menjadi 3

mekanisme pemotongan yaitu pertama tipe dipotong lalu dilempar (Gambar 15a),

kedua tipe dipotong lalu dihembuskan (Gambar 15b), dan ketiga tipe pemotongan

dengan sistim hembusan menggunakan fasilitas auger konveyor yang dipasang di

(37)
[image:37.595.117.511.86.255.2]

14 Gambar 15 Mekanime pemanenan pakan ternak (Srivastava 1993).

Dalam penanganan mesin pemanen rumput pakan ternak ada 2 tipe

mekanisme pengambilan umpan yaitu tipe pengambilan dengan silinder penjepit

yang dilengkapi pegas pengatur dan tipe pengambilan yang dilengkapi konveyor

seperti yang terlihat pada Gambar 16. Panjang pemotongan dapat dihitung

berdasarkan kecepatan roda pengumpan (feed rolls) dibagi dengan kecepatan

silinder pencacah (cutterhead). Secara teori panjang pemotongan dapat dihitung

dengan persamaan (Srivastava 1993):

c k

f c

n v L

. . 60000

λ

= ...(1)

di mana : Lc : panjang pemotongan (mm)

vf : kecepatan roda pengumpan (m/s)

λk : jumlah pisau pada cutterhead

nc : kecepatan putar cutterhead (rpm)

(38)

15 Secara teoritis panjang pemotongan berkisar antara 3 sampai 90 mm.

Panjang pemotongan aktual berkisar 50% lebih panjang dari panjang teoririts

secara perhitungan. Pengaturan panjang pemotongan dapat juga diatur dari

kecepatan silinder pengumpanan.

Kecepatan putar pada cutterhead berkisar antara 850 rpm sampai 1000 rpm.

Dengan diameter silinder 520 mm sampai 620 mm dan panjang silinder 450 mm

sampai 620 mm (Srivastava 1993).

Perhitungan kapasitas pengumpanan dapat didekati dengan persamaan

berikut (Srivastava, 1993) :

8 10 60 . . . . ×

= f t c k c

f

n L A

M ρ λ ...(2)

mana : Mf : kapasitas pengumpanan (kg/s)

ρf : berat jenis bahan dalam silinder (kg/m3)

At : luas penampang silinder (m2

Tipe Pisau Pemotong

)

Pisau pemotong rumput dibedakan menjadi dua berdasarkan tipe pisau

pemotong yaitu pisau pemotong rumput tipe reel dan tipe slasher. Kedua tipe

pisau ini memiliki perbedaan yang dapat dilihat dari konstruksi dan hasil

potongannya (Beard 1993).

Pisau pemotong rumput tipe reel terdiri dari dua buah pisau antara lain reel

dan bedknife. Reel bergerak melingkar sedangkan bedknife diam. Reel terdiri dari

beberapa pisau (blade) yang ditempelkan ke rangka (Mardison 2000). Pisau

pemotong rumput tipe reel dapat dilihat pada Gambar 17.

pisau Reel Bedknife

(a) Pisau pemotong rumput tipe reel,

(b) Tipe Slasher

(39)

16 Pisau pemotong rumput tipe slasher terdiri dari satu bilah pisau yang

digerakkan secara rotasi dengan kecepatan tinggi, sehingga menghasilkan daya

pukul yang kuat untuk memotong rumput (Mardison 2000).

Pisau pemotong rumput tipe reel memberikan hasil potongan rata pada

bagian tajuk rumput yang dipotong sehingga tidak mengganggu pertumbuhan

rumput. Pisau pemotong rumput tipe slasher memberikan hasil potongan yang

tidak baik pada bagian tajuk rumput, di mana tajuk rumput bekas potongan jadi

pecah dan hasil potongan tidak rata (Beard 1993).

Metode Pemotongan (Cutting) Bahan Pertanian

Pemotongan (Cutting) bahan – bahan hasil pertanian merupakan salah satu

kegiatan yang paling sering dilakukan, misalnya pada saat panen (harvesting),

dalam pemisahan (separation) dan juga dalam proses pengecilan (comminution)

ukuran bahan. Pemotongan (dengan kebutuhan energi yang signifikan) juga

memainkan peran dalam pemisahan bahan makanan ternak. Dalam proses operasi

– operasi yang lain, kebanyakan melibatkan proses pemotongan (Sitkey 1986).

Pada saat pemotongan, mata pisau menembus ke dalam bahan, melewati

kekuatan bahan sehingga bahan menjadi terpisah. Pada saat pemotongan

berlangsung, terjadi perbedaan deformasi pada bahan, yang tergantung pada

bentuk mata pisau dan proses kinematik pemotongan (Sitkey 1986).

Gambar 18(a) memperlihatkan proses pemotongan yang menggunakan dua

mata pisau yang saling berhadapan dan terlibat pemotongan (countermoving

blade). Contoh untuk kasus ini adalah gunting. Gambar 18(b) memperlihatkan

tipe alat potong di mana bahan diletakkan pada landasan yang diam dan pisau

pemotong bergerak. Contoh praktis pada proses ini adalah pada perajangan

keripik singkong dengan alat chipper. Gambar 18(c) mengilustrasikan

pemotongan lapisan yang tipis, di mana distribusi tegangan di sekitar mata pisau

mengalami distorsi yang sangat besar akibat permukaan bebas pada sekitar bidang

pemotongan. Gambar 18(d) menunjukkan metode pemotongan bebas (free

cutting) yang saat ini banyak dilakukan. Pada kasus ini kecepatan mata pisau

(40)

17

(a) (b) (c) (d)

Gambar 18 Beberapa mekanisme pemotongan (Sitkey 1986).

Mekanisme Proses Pemotongan

Definisi pemotongan secara mekanik suatu bahan adalah terjadinya

pemisahan bahan sepanjang garis yang sebelumnya telah ditentukan dengan

menggunakan alat pemotong yang ditandai dengan kerusakan di bagian

permukaan bahan. Proses pemotongan dimulai ketika mata pisau menyentuh

bahan (Gambar 19a). Pada saat pisau bergerak masuk ke dalam bahan terjadi

peningkatan intensitas gaya pada suatu titik hingga tercapai pada kondisi

kerusakan bahan (Gambar 19b). Apabila tekanan pisau diteruskan maka

terpisahnya bahan akan tercapai (Gambar 19c) (Person 1987).

a b c

Kontak Penetrasi Pemisahan

(41)

18 Beberapa faktor yang mempengaruhi proses pemotongan adalah tipe dan

kondisi bahan yang akan dipotong, bentuk mata pisau, jari – jari dan sudut

kemiringan mata pisau, ketebalan mata pisau, kecepatan mata pisau pada saat

memotong, material yang digunakan untuk membuat pisau dan lain - lain (Perrson

1987).

Pada proses perajangan produk umbi – umbian, pertama – tama penetrasi

pisau ke dalam bahan yang mengakibatkan kompaksi (compaction) sampai pada

suatu tekanan tertentu tercapai di mana terjadi patahan (rupture). Selanjutnya

daerah kompaksi pisau berturut turut hingga patahan terjadi lagi. Permukaaan

patahan biasanya berbentuk conchoidal. Jarak antara patahan merupakan fungsi

dari ketebalan mata pisau dan sudut kemiringan mata pisau (Sitkei 1986).

Kebutuhan Daya Pemotongan

Kebutuhan daya silinder pencacah agar dapat memotong serasah dengan

baik dapat didekati dengan persamaan (Khurmi 2002) :

60 . . .

2 nT

P= π ...(3)

di mana :

P = daya pemotongan (N.m/detik) atau Watt

T = torsi pemotongan (N.m)

n = kecepatan putar (putaran/menit)

Dari persamaan tersebut dapat dijelaskan bahwa semakin besar kecepatan

putar yang terjadi maka semakin besar pula kebutuhan daya pemotongan yang

terjadi.

Dalam menyatakan daya keluaran dianjurkan menggunakan unit S.I (Satuan

Internasional) yaitu Watt atau Kilo-Watt. Akan tetapi unit konvensional seperti

horse power (hp) masih tetap populer digunakan terutama pada perusahaan –

perusahaan manufacturing dan nilai ilmiah dari standar industri masing – masing

(42)

19

METODE PENELITIAN

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan pada bulan Januari 2010 sampai dengan bulan Agustus

2010. Tempat penelitian dilaksanakan dibeberapa tempat sebagai berikut.

1) Laboratorium Teknik Mesin Budidaya Pertanian Departemen Teknik Mesin

dan Biosistem Fateta IPB untuk kegiatan desain unit pencacah dari mesin

pencacah tebu, pengukuran sifat dan mekanik serasah tebu.

Sifat fisik : dimensi (panjang, lebar, tebal), kadar air, kerapatan isi (bulk

density) dan berat. Sifat mekanik : perlakuan pemadatan terhadap kerapatan

isi (bulk density) serasah tebu. Pengujian torsi pemotongan untuk beberapa

variasi kecepatan putar, dan tingkat kepadatan serasah tebu pada sudut

pemotongan 3o

2) Bengkel Departemen Teknik Mesin dan Biosistem Fateta IPB untuk kegiatan

rancang bangun unit pencacah dari mesin pencacah dan pengangkut serasah

tebu dan desain peralatan pengujian. .

3) Perkebunan Tebu PG Subang Jawa Barat untuk kegiatan survey kondisi lahan,

pengukuran kerapatan isi (bulk density), pengukuran profil guludan lahan,

pengambilan sampel serasah tebu, pucuk dan batang tebu.

Alat dan Bahan

Alat – alat yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Alat Konstruksi : mesin bubut, mesin bor, mesin gerinda, mesin gergaji, las

listrik, tabung oksigen, (rancang bangun unit pencacah dari pencacah serasah

tebu).

2. Alat Ukur : tachometer digital (Krisbow KW06-303), brigde box (Kyowa,

DB-120), handy strain meter, (Kyowa, UCAM-1A), multimeter digital

(Masda, DT830B), slip ring (Michigan scientific, S10 SN2866), strain gauge

tipe silang (Kyowa,KGF-6-120-D16), dynamic strain amplifier (DPM 601A),

software analog to digital converter (ADC), stop watch, seperangkat

komputer (NEC PC 980 UV), timbangan analog, timbangan digital (Libror

(43)

20 3. Alat Pendukung : solder, timah, kamera digital, motor diesel, tool kit, caliver.

Bahan yang digunakan adalah daun tebu, pucuk tebu dan batang tebu yang

diambil langsung dari perkebunan tebu subang.

Tahapan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dalam beberapa tahapan sebagaimana ditunjukkan

[image:43.595.89.488.207.727.2]

pada Gambar 20.

Gambar 20 Bagan alir dari tahapan penelitian kajian pemotongan sersah tebu dengan menggunakan pisau tipe reel.

Mulai

Analisis rancangan unit pencacah pada mesin pengangkat dan pencacah serasah tebu : rancangan silinder pisau pencacah, rancangan silinder penjepit, rancangan sistem transmisi, desain konstruksi dan mekanisme kerja

Uji fungsional mesin pencacah serasah tebu

Pengukuran karakteristik fisik serasah tebu (dimensi: panjang, lebar, berat ; kadar air, bulk density,elastisitas,) dan pengukuran profil guludan pada lahan

Kalibrasi torsi pemotongan Pembuatan prototipe mesin pencacah serasah tebu

Pengukuran torsi dengan berbagai variasi kepadatan serasah (8,16,24,32) kg/m3 Pengukuran torsi dengan

berbagai variasi kecepatan putar silinder pemotong (400 ,450, 500, 550 rpm)

Pengujian torsi pada silinder pencacah dan silinder penjepit dengan sudut pemotongan 30

Akusisi Dan Pengolahan data

Selesai

(44)

21

Pengukuran Karakteristik Fisik Serasah Tebu

Pengukuran karekteristik fisik tebu yang dilakukan terdiri dari dimensi

serasah tebu, bulk density, kadar air, elastisitas dan profil guludan pada lahan tebu

seperti yang disajikan pada Tabel 1. Data-data pengukuran tersebut sangat penting

terutama dalam menganalisis desain unit pencacah dari mesin pencacah serasah

tebu.

Tabel 1 Pengukuran karakteristik fisik dan mekanik serasah tebu.

Sifat Fisik Parameter dan cara pengukuran

1 Dimensi Serasah Tebu

Daun tebu : Panjang, lebar, ketebalan (cm), berat (gram) Pucuk tebu : Panjang, lebar, ketebalan (cm), berat (gram) Alat yang digunakan: meteran, jangka sorong, timbangan

2 Bulk Density Berat serasah tebu di lapangan

=

Alat yang digunakan patok, meteran dan timbangan gantung

3 Kadar air Pengukuran berat daun, batang dan pucuk dengan menggunakan timbangan digital. Kadar air diukur dengan metode gravimetri

KA % = W basah – W kering x 100 W kering

Kadar air yang dihutung adalah kadar air basis kering

4 Elastisitas • Pengukuran ketebalan serasah sebelum diberi tekanan (cm)

• Pengukuran ketebalan serasah setelah diberi tekanan (cm)

• Penentuan beban tekan dan luas penampang (kg) • Koefisien elastisitas (kg/cm)

• Ratio elastisitas (sebelum dan sesudah diberi tekanan)

5 Profil guludan

lahan tebu

• Lebar guludan (cm) • Jarak antar tanaman (cm) • Tinggi guludan (cm)

Adapun metode yang digunakan dalam pengukuran karakteristik serasah

tebu adalah dengan cara melakukan pengukuran langsung dengan alat ukur yaitu

mistar, jangka sorong dan timbangan digital. Jumlah data yang diukur untuk daun

(45)

22 Pengukuran kerapatan isi (bulk density) serasah tebu dilakukan langsung di

lahan tebu. Hal ini dilakukan untuk mengetahui kondisi lahan sebenarnya karena

desain mesin serasah tebu akan diaplikasikan pada lahan tebu. Pengambilan

sampel tumpukan serasah dilakukan pada luasan 2 x 2 meter secara acak. Alat

yang digunakan adalah patok, meteran dan timbangan gantung.

Kadar air serasah tebu berfungsi untuk mengetahui kandungan air yang

terdapat pada serasah setelah pemanenan. Varietas tanaman tebu yang digunakan

adalah PS 865 langsung diambil di perkebunan tebu – PG Subang 1 minggu

setelah panen. Metode pengukuran kadar air bahan dilakukan dengan cara metode

gravimetrik yaitu dengan menimbang berat bahan serasah berupa daun, pucuk dan

tebu setelah pemanenan, setelah ditimbang selanjutnya bahan tersebut dimasukkan

kedalam oven denganm suhu 100oC lalu ditimbang ulang.

Elastisitas dilakukan dengan cara menekan serasah tebu dengan beban

hingga ketinggian tertentu beban yang diberikan adalah 80 kg dan 50 kg dengan

luas penampang 448 cm2

Pengukuran Kalibrasi Strain - Torsi

sebanyak 20 kali. Pengukuran ketinggian serasah

sebelum dan sesudah ditekan di catat sehingga rasio perbandingan pemadatan

dapat diperoleh.

Pengukuran profil guludan di lahan sangat diperlukan untuk menentukan

dimensi dari rancangan mesin yang akan dibuat. Adapun alat yang digunakan

pada saat pengukuran di lahan adalah relief meter, water pas dan penggaris.

Mekanisme pengukuran dilakukan dengan cara memasang relief meter pada lahan

guludan tebu yang dilengkapi dengan water pas dengan tujuan agar posisi relief

meter dalam posisi lurus seimbang. Setelah mendapatkan posisi lurus dan

seimbang langkah selanjutnya lebar guludan, ketinggian guludan dan jarak antar

tanaman diukur menggunakan penggaris.

Kalibrasi strain – torsi dilakukan sebelum pengukuruan torsi pemotongan

dengan tujuan untuk mendapatkan persamaan regresi yang menghubungkan antara

strain dengan torsi. Alat ukur yang digunakan pada kalibrasi ini adalah strain

gauge, brigde box, timbangan, beban, handy strain meter. Untuk mengindera

perubahan strain tersebut, pada poros pisau dipasang strain gauge tipe silang yang

(46)

23 Adapun skema pemasangan sensor strain gauge dan alat ukur yang lainnya

untuk kalibrasi strain torsi dapat disajikan pada Gambar 21.

Rg1

Tampak Atas

A

Tampak Samping

Gambar 21 Skema pengukuran kalibrasi strain – torsi.

Pengukuran kalibrasi strain - torsi dilakukan pada dua titik pengukuran

yaitu pada poros pisau pencacah dan poros penjepit (Gambar 22). Sensor strain

B

C Rg2

Poros pencacah

Bantalan

Strain gauge Lengan beban

Brigde box Handy

strain

Silinder pencacah

Pisau Pencacah

A B C

Lengan beban Beban

(47)

24 gauge dipasang pada kedua poros tersebut yang berfungsi untuk mengindra

regangan yang terjadi pada saat proses puntiran dilakukan. Lengan beban

dipasang tegak lurus pada setiap poros dengan panjang 1 meter yang ujungnya

diberi beban. Pada saat beban diberikan regangan yang terjadi dibaca

menggunakan alat handy strain meter.

Gambar 22 Pengukuran kalibrasi strain - torsi.

Ukuran beban yang digantung pada ujung lengan beban dilakukan secara

bertahap dari nilai yang terkecil hingga yang paling besar dan sebaliknya. Panjang

lengan beban yang dirancang adalah 1 m sedangkan beban yang diberikan adalah

2, 4, 6, 8, 10, 12, 14, 16, 18, 20 kg. Setiap pemberian beban dibaca besarnya

strain pada alat ukur handy strain meter (Gambar 23).

Gambar 23 Pembacaan strain pada saat diberi beban.

Strain gauge pada poros penjepit

Strain gauge pada poros pisau Lengan

beban

Beban

(48)

25

Instrumen dan Perlengkapan Pengukur Torsi

Pemilihan instrumen dan perlengkapan pada pengukur torsi pemotongan

merupakan langkah awal yang harus dilakukan sebelum melakukan pengukuran

torsi pemotongan ataupun kalibrasi sensor.

Adapun instrumen dan perlengkapan yang digunakan untuk mengukur torsi

pemotongan adalah sebagai berikut :

1. Strain Gauge tipe silang berfungsi untuk mengindera perubahan regangan

pada poros pencacah dan penjepit.

2. Slip ring yang berfungsi untuk meneruskan tegangan dari sensor strain gauge

yang menuju brigde box.

3. Brigde box yang berfungsi untuk meneruskan tegangan dari strain gauge

menuju strain amplifier.

4. Strain amplifier yang berfungsi untuk menaikkan tegangan sehingga bisa

dibaca pada analog to digital converter (ADC).

5. Analog to digital converter (ADC) berfungsi untuk membaca tegangan analog

menjadi digital.

6. Tachometer untuk mengukur kecepatan putar pada poros pencacah dan poros

penjepit.

7. Komputer berfungsi untuk menampilkan grafik tegangan pada saat

pencacahan berlansung.

8. Timbangan untuk menimbang berat serasah.

9. Multimeter dalam penelitian ini hanya untuk mengukur tegangan.

10.Alat uji berupa satu unit pencacah serasah tebu yang berfungsi untuk

mencacah serasah tebu hingga potongan kecil .

11.Bak pemadatan yang berfungsi sebagai landasan serasah tebu dan

memadatkan serasah tebu.

Instrumen dan perlengkapan pengukur torsi tersebut kemudian dipasang

pada alat uji unit pencacah yang dilengkapi dengan bak pemadatan. Setelah itu

mempersiapkan bahan serasah yang akan diuji. Adapun skema pemasangan alat

(49)
[image:49.595.102.509.85.503.2]

26 Gambar 24 Skema pengujian torsi pemotongan serasah tebu.

Pengkuran Kalibrasi Strain – Tegangan

Kalibrasi strain – tegangan dilakukan untuk memperoleh persamaan regresi

yang menghubungkan antara strain dengan tegangan. Pemasangan alat ukur untuk

kalibrasi ini adalah strain gauge, dynamic strain amplifier, brigde box, slip ring,

software analog to digital converter (ADC) dan 1 unit komputer (Gambar 25).

Pengukuran kalibrasi ini dilakukan sebelum pengujian berlangsung. Variasi beban

diperoleh dengan mengatur beban strain pada dynamic strain amplifier dengan

berbagai nilai strain. Nilai beban strain yang diberikan adalah 50, 100, 150, 200,

250, 300, 350, 400, 450 dan 500 με. Setiap kali pemberian beban strain dibaca

keluaran tegangan pada komputer.

Pendorong serasah

Bak pemadatan

Silinder penjepit

Silinder pencacah

Mesin diesel Gear box

Strain gauge

Slip ring

Brigde box ADC

Dynamic Strain Amplifier

Komputer

(50)

27 Gambar 25 Pengukuran kalibrasi strain – tegangan.

Pengukuran Torsi

Parameter yang diukur dalam pengujian adalah perubahan torsi akibat

pemotongan. Pengukuran torsi pemotongan dilakukan dengan cara memotong

serasah tebu yang masuk ke dalam mesin pencacah serasah tebu lalu sensor strain

gauge akan mengindera regangan yang terjadi. Alat ukur yang digunakan dalam

pengujian torsi pemotongan adalah strain gauge, dynamicstrain amplifier, brigde

box, slip ring, software analog to digital converter (ADC), stabilizer, tachometer,

stopwatch, 1 unit komputer, alat uji berupa unit pencacah dan bak pemadatan.

Bak pemadatan dirancang dengan ukuran panjang 1.2 m, lebar 60 cm dan

tinggi 10 cm yang berfungsi untuk memasukkan serasah tebu yang akan dicacah

Ukurun tersebut dirancang untuk memperoleh kecepatan umpan 0.3 m/s dan

kerapatan isi serasah tebu yang dapat ditekan hingga ketebalan 10 cm sesuai

[image:50.595.214.409.84.244.2]

dengan jarak silinder penjepit (Gambar 26).

Gambar 26 Bak pemadatan.

Bak pemadatan

Alat uji Strain Amplifier

(51)

28 Slip ring dipasang pada ujung poros pencacah dan poros penjepit yang

berfungsi untuk meneruskan sinyal listrik dari sensor strain gauge menuju brigde

box ketika pengujian berlangsung (Gambar 27). Agar kabel listrik tidak melilit

pada poros yang sedang berputar maka sepanjang poros dibuat alur dengan cara

membubut poros dengan kedalaman tertentu. Sinyal yang telah diterima oleh

brigde box selanjutnya diteruskan ke dynamic strain amplifier. Alat ukur ini

berfungsi untuk membesarkan atau menguatkan sinyal dari sensor yang relative

masih kecil. Untuk dapat dibaca di komputer maka dibutuhkan suatu software

analog to digital converter (ADC) yang berfungsi untuk merubah data analog ke

[image:51.595.215.409.311.466.2]

digital.

Gambar 27 Posisi slip ring pada poros pencacah dan poros penjepit.

Setelah alat ukur terpasang seluruhnya pada alat uji, langkah awal adalah

melakukan kalibrasi strain - tegangan dengan tujuan agar alat ukur dapat

berfungsi dengan baik. Kalibrasi strain – tegangan selalu dilakukan setiap kali

akan melakukan pengujian. Pengujian dimulai dengan mempersiapkan serasah

tebu yang akan dicacah selanjutnya menghidupkan mesin diesel. Kecepatan putar

dari mesin diesel direduksi dengan rasio 1 : 4 dengan menggunakan belt dan puli

agar diperoleh kecepatan putar poros pencacah yang diinginkan. Adapun variasi

kecepatan putar pada saat pengujian adalah 400, 450, 500, 550 rpm dengan sudut

pemotongan pisau 3o. Mengingat serasah tebu bersifat bulky, serasah dapat

dipadatkan hingga 4 kali dengan variasi kepadatan dibuat 4 perlakuan yaitu 8, 16,

24, 32 kg/m3. Nilai tersebut diambil dengan dasar kapasitas lapang hasil

perhitungan adalah 1.9 ton/ jam yang bisa dipadatkan hingga 4 kalinya. Pada saat

(52)

29 alat uji mulai beroperasi kecepatan putar pada poros pencacah diukur dengan

menggunakan tachometer langkah selanjutnya adalah memasukkan serasah tebu

yang telah dipersiapkan ke dalam bak pemadatan. Mekanisme pengumpanan

dilakukan secara manual yaitu dengan cara mendorong serasah tebu dengan

menggunakan alat pendorong agar masuk pada silinder penjepit. Waktu yang

dibutuhkan untuk mendorong serasah tebu adalah 4 detik dengan jarak tempuh

adalah 1.2 m sehingga kecepatan maju serasah pada pengumpanan adalah 0.3 m/s.

Pengujian ini dilakukan dengan ulangan sebanyak 2 kali.

Persamaan Torsi Terukur

Kalibrasi strain – torsi dan kalibrasi strain – tegangan masing – masing

akan menghasilkan suatu persamaan regresi. Persamaan strain - tegangan yang

diperoleh kemudian disubsitusi ke dalam persamaan strain - torsi sehingga

diperoleh persamaan torsi terukur.

Akusisi dan Pengolahan Data

Akusisi data dilakukan sebelum pengujian berlangsung. Adapun dasar

dalam penentuan sampling data adalah kecepatan putar yang akan digunakan.

Kecepatan putar yang digunakan pada saat pengujian adalah 500 rpm dengan

jumlah pisau sebanyak 8 buah sehingga jumlah pemotongan setiap menitnya

adalah 500 x 8 = 4000 pemotongan/menit atau 66 pemotongan/detik. Frekuensi

sampling yang diperlukan jika 1 siklus diambil data sebanyak 5 kali adalah 5 x 66

= 333 Hertz. Frekuensi yang disetting pada software analog to digital converter

(ADC) yang digunakan adalah 500 Hertz. Nilai tersebut dipilih karena mendekati

nilai frekuensi hasil perhitungan. Adapun periode sampling untuk setiap data yang

terekam adalah T = 1/f = 1/500 = 2 ms (milli second). Skala tegangan yang

digunakan pada saat pengujian adalah 10 V dalam bentuk + 5 dan -5 V.

Data pengukuran terdiri dari 2 jenis yaitu data tegangan tanpa beban dan

data tegangan dengan beban yang dilakukan pada 2 titik sensor yaitu pada poros

pencacah dan poros penjepit. Hasil data pengukuran kemudian direkam oleh

komputer untuk keperluan analisis data.

Data hasil pengukuran selanjutnya diolah untuk memperoleh grafik torsi

pemotongan. Adapun cara pengolahan data hasil pengukuran adalah mencari

(53)

30 sebelum pembebanan, rata – rata tegangan setelah pembebanan dan rata – rata

tegangan pemotongan (Lampiran 5).

Voltase pemotongan (Vp) yang digunakan untuk torsi adalah voltase

pemotongan yang diperoleh dari persamaan berikut :

Vp = Vb – Vtb ...(4)

di mana :

Vp = voltase pemotongan (V)

Vb = voltase dengan beban (V)

Vtb = voltase tanpa beban (V)

Torsi pemotongan diperoleh dengan mensubsitusikan Vp ke persamaan yang

diperoleh dari hasil kalibrasi.

T = Vp . d . b……….….(5)

di mana :

T = torsi terukur (kg.m)

Vp

Pengukuran Kapasitas

= voltase pemotongan (V)

d = gradien kurva hasil kalibrasi strain - tegangan (με/V)

b = gradien kurva hasil kalibrasi strain – torsi (kg.m/ με)

Hasil dari akusisi dan pengolahan data pengukuran kemudian dianalisis

untuk memperoleh hubungan torsi pemotongan terhadap tingkat kepadatan

serasah dengan berbagai kecepatan putar unit pencacah, hubungan antara daya

pemotongan dengan tingkat kepadatan dengan berbagai kecepatan putar yang

terjadi untuk setiap perlakuan dan panjang serasah tebu hasil cacahan.

Kapasitas mesin dilakukan sebanyak 4 kali sesuai dengan tingkat kepadatan

yaitu 8,12,24 dan 32 kg/m3. Untuk mendekati kecepatan umpan 0.3 m/s maka

dirancang dimensi bak pemadatan dengan ukuran panjang 1.2 m, tinggi 0.1 m dan

lebar 0.6 cm dengan waktu yang dibutuhkan untuk sekali pengumpanan adalah 4

detik. Berdasarkan hasil perhitungan (Lampiran 19) berat serasah yang

diumpankan adalah 0.6 kg, 1.2 kg, 1.7 kg, 2.3 kg sehingga kapasitas teoritis untuk

masing – masing pengumpanan adalah 540 kg/jam, 1.08 ton/jam, 1.53 ton/jam

(54)

31

Pengukuran Panjang Potongan

Hasil cacahan berupa serasah tebu yang telah terpotong kemudian diambil

secara acak untuk setiap perlakuan. Adapun metode pengukuran yang dilakukan

yaitu dengan cara mengukur langsung setiap panjang potongan hasil cacahan

dengan menggunakan jangka sorong dan penggaris seperti yang disajikan pada

Gambar 28.

Gambar 28 Pengukuran panjang hasil pemotongan serasah.

Jumlah data yang diukur untuk setiap perlakuan adalah 30 potongan serasah

tebu. Perlakuan pada saat pengujian adalah 16 perlakuan sehingga total data

panjang serasah hasil pengukuran berjumlah 480 data. Data aktual panjang

pemotongan kemudian dianalisis untuk setiap kecepatan putar yang berbeda dan

(55)

32

PENDEKATAN DESAIN

Kriteria Desain dan Gambaran Umum Proses Pencacahan

Mengingat lahan tebu yang cukup luas kegiatan pencacahan serasah tebu

hanya bisa dilakukan dengan sistem mekanisasi. Mesin pencacah serasah tebu ini

dirancang khusus untuk mencacah serasah tebu yang terhampar dilahan yang

ditarik oleh traktor roda empat. Untuk itu unit pencacah yang merupakan bagian

dari mesin pencacah serasah tebu secara keseluruhan perlu dirancang dengan

dasar perancangan sebagai berikut.

1. Kecepatan maju (linier) serasah adalah 0.3 m/s yang bergerak dari unit

pengambil menuju unit penjepit dan akhirnya masuk pada unit pencacah.

Angka tersebut diambil sama dengan kecepatan maju traktor yang terendah.

2. Panjang silinder pemotong adalah 60 cm. Angka tersebut setengah dari lebar

jarak tanaman yaitu 120 cm dengan harapan serasah yang berada di antara

guludan dapat terangkat semua oleh unit pengangkat dan diteruskan menuju

unit pencacah.

3. Mekanisme pemotongan menggunkan tipe reel mengingat sifat serasah tebu

yang liat dan bulky.

4. Jumlah pisau dipasang 8 buah dengan harapan dapat memotong serasah

hingga panjang potongan 1 cm.

5. Diameter silinder pemotong adalah 429 mm dengan dasar lebar pisau

pemotong adalah 96 mm dan jarak antara pisau adalah 72 mm yang dipasang

pada silinder pemotong sebanyak 8 buah.

Secara umum proses pencacahan dimulai dengan pengambilan serasah

sambil mesin bergerak maju. Silinder pengambil serasah tebu dengan berputar

searah jarum jam kemudian mengambil serasah dari lahan dengan menggunakan

silinder batang pengait. Selanjutnya dengan arah maju traktor dan daya dorong

silinder batang pengait serasah masuk pada bagian pengangkat (konveyor). Pada

bagian konveyor, serasah bergerak menuju silinder penjepit untuk dipadatkan

hingga ketebalan yang lebih tipis. Pegas tekan dipasang di antara silinder penjepit

dan silinder pengarah dengan harapan agar tidak terjadi kemacetan pada arah maju

(56)

33 didorong menuju silinder pengumpan, dan akhirnya masuk pada silinder

pencacah. Pada bagian pencacah inilah diharapkan serasah tebu dapat dipotong

hingga panjang potongan 1 cm. Skema proses pengambilan dan pencacahan

serasah disajikan pada Gambar 29.

Pisau Pencacah SilinderPenjepit Konveyor Silinder pengambil (pengumpan)

[image:56.595.101.509.200.463.2]

Arah Maju Traktor

Gambar 29 Mekanisme gerakan serasah tebu.

Desain Fungsional

Fungsi utama dari pencacahan serasah tebu adalah untuk mencacah serasah

tebu sesuai kondisi serasah dan panjang potongan yang diinginkan. Untuk

memenuhi fungsi utama maka diperlukan fungsi penunjang yaitu mengumpankan

serasah untuk dicacah dan memotong serasah yang diumpankan dengan panjang

potongan yang dikehendaki. Pada fungsi pengumpanan diperlukan fungsi

pengambilan serasah dan pengarah serasah sehingga serasah bisa masuk ke bagian

(57)

34 Gambar 30 Skema desain fungsional unit pencacah.

Untuk memenuhi fungsi – fungsi tersebut maka dipilih komponen –

komponen yang sesuai seperti yang disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2 Komponen untuk memenuhi fungsi desain

Fungsi/sub fungsi Alternatif komponen/ mekanisme

Komponen yang dipilih

Mengambilan serasah 1. Sepasang silinder dengan arah berlawanan

2. Sistem konveyor 3. Sistem auger

Sepasang silinder dengan arah berlawanan

Mengarahkan serasah ke bagian pencacah

1. Sepasang silinder dengan arah berlawanan

2. Mekanisme curah menggunakan hoper

Sepasang silinder dengan arah berlawanan

Memotong serasah yang diumpankan pada potongan yang dikendaki

1.Slinder pemotong tipe reel dengan bed knife 2.Pisau tipe cutter bar 3.Pisau tipe slasher

Silinder pemotong tipe reel dengan bed knife

Desain Struktural dan Analisis Teknik

Desain struktural dalam penelitian ini hanya dibatasi pada unit pencacah dan

unit penjepit. Kapasitas mesin yang dirancang dihitung berdasarkan jumlah

serasah di lapangan hasil pengukuran. Berdasarkan hasil pengukuran dan

perhitungan secara teoritis kerapatan isi (bulk density) serasah tebu adalah 7.7

Memotong serasah yang diumpankan pada potongan yang dikehendaki Mengumpankan serasah untuk

dicacah

Mencacah serasah tebu sesuai kondisi serasah dan panjang potongan yang diinginkan

(58)

35 kg/m3

Analisis Desain Silinder Pisau Pencacah

, ketebalan serasah di lapangan 40 cm, kecepatan maju traktor 0.3 m/s dan

lebar alur yang dirancang adalah 60 cm sehingga jumlah serasah yang ada di

lapangan yang dapat dicacah adalah 1.9 ton/jam (Lampiran 1).

Pisau yang dipakai adalah pisau tipe reel yang ditempatkan pada dudukan

pisau yang berbentuk silinder yang berfungsi sebagai pemotong serasah tebu. Tipe

ini dipakai karena sifat serasah yang liat dan bulky dengan harapan hasil

potongannya bisa merata. Pada konstruksi silinder pencacah, pisau bergerak

(movable blade) dipasang sebanyak 8 buah dan pisau diam (stasioner blade)

dipasang sebanyak 1 buah. Bahan pisau terbuat dari bahan baja yang dikeraskan

(heat treatment). Posisi pisau bergerak (movable) ditempatkan pada silinder

berdiameter 429 mm dengan berat silinder 80 kg. Untuk meneruskan sistem

transmisi pada rangkaian unit pencacah perlu direncanakan diameter poros

silinder sehingga sistem pengoperasian pencacahan dapat berjalan dengan baik.

Berdasarkan hasil perhitungan yang disajikan pada Lampiran 2 diperoleh bahwa

diameter poros minimal silinder pencacah adalah 40 mm dengan asumsi torsi

pemotongan serasah adalah 20 kg.m. Untuk faktor keamanan maka diameter

poros silinder yang dipakai adalah 45 mm. Hal ini disesuaikan dengan ukuran

yang ada di pasaran. Adapun rancangan diameter poros dan silinder pencacah

seperti yang disajikan pada Gambar 31.

Gambar 31 Silinder dudukan pisau pencacah.

Posisi penempatan pisau pada silinder pemotong dibuat miring sekitar 30

sehingga diharapkan dapat memotong (shear) serasah menjadi ukurun kecil. Cara

kerja dari pisau pencacah ini bergerak secara berputar ke arah pisau diam

(59)

36 (bedknife). Mengingat jenis pisau yang dipasang adalah pisau lurus maka

ketinggian dudukan pisau antara ujung pisau dibuat tidak sama yaitu 15 mm dan

37 mm. Hal ini dilakukan agar pada saat pemotongan berlangsung titik pisau dari

ujung ke ujung dapat bertemu dengan pisau diam dengan jarak 1 mm. Untuk

kepentingan pengujian skala laboratoriun sumber putaran diambil dari motor

diesel melalui poros pisau pencacah. Adapun bentuk pisau pencacah seperti

terlihat pada Gambar 32.

Gambar 32 Posisi pisau.

Bentuk pisau dibuat panjang dengan sudut mata pisau adalah 27o

Analisis Desain Silinder Penjepit

, panjang

pisau 60 cm, lebar pisau 9.6 cm, ketebalan pisau 1.2 cm dan berat pisau 4.3 kg.

Untuk mendapatkan panjang pemotongan 1 cm dengan kecepatan linier

serasah tebu pada pengumpanan adalah 0.3 m/s, jumlah pisau yang dipasang

sebanyak 8 buah maka kecepatan putar yang dihasilkan adalah 225 rpm

(Lampiran 3). Kecapatan putar tersebut merupakan kecepatan tanpa slip. Untuk

kepentingan pengujian maka diambil kecepatan putar yang lebih besar dari 225

rpm yaitu 400, 450, 500 dan 550 rpm. Berdasarkan hasil perhitungan secara

teoritis panjang potongan untuk 400 rpm adalah 5.6 mm, 450 rpm adalah 5 mm,

500 rpm adalah 4.5 mm dan 550 rpm adalah 4.1 mm.

Silinder penjepit berfungsi untuk menekan bulky dari serasah tebu hingga

ketebalan serasah 10 cm yang sebelumnya ketinggian di lapangan adalah 40 cm

dengan rasio 1:4. Hal ini dikarenakan hasil pengukuran di lapangan menunjukkan

(60)

37 dipasang pada luar silinder penjepit diharapkan dapat mencengkram dan menarik

serasah masuk pada silinder penjepit. Diameter sili

Gambar

Gambar 5  Tunas batang tebu (James 2004).
Gambar 7  Pucuk tebu pada masa tebu siap dipanen (James 2004).
Gambar 9.
Gambar 10 Sistem tebang 4 – 2 (Khaerudin 2008).
+7

Referensi

Dokumen terkait

Jadi sistem informasi geografis berbasis web untuk sebaran potensi tambang di Sulawesi Selatan adalah suatu aplikasi yang menampilkan semua bentuk informasi melalui web

Pada game Tembak Matematika ini perlu didefinisikan sejauh mana pembuatan game ini dapat dikerjakan. Algoritma K-Nearest Neighbor hanya digunakan untuk mencari posisi

Mesin auto pulling jig resistor beroperasi dengan pitch time 0.8 detik setiap produk, dan berhasil mendeteksi resistor yang kekuatan tariknya kurang dari 1.1 kgf. Mesin menggunakan

[r]

Sehingga perhitungan integral dari fungsi yang berbentuk eksponensial seperti pada persamaan intensitas difraksi celah lingkaran akan lebih baik (lebih mendekati hasil eksak)

Seterusnya bagi M1, M2, M5, M6 dan M12 masing-masing mencatatkan sebanyak 16.6 peratus sahaja penyediaan di sekitar kawasan masjid-masjid tersebut dan jenis

Financial Accounting,2011.”Financial

Sistem informasi dan komunikasi, baik pembelajaran ke jaringan internet atau tidak, dapat menggunakan media tertentu dalam hal ini teknologi informasi untuk