VALUASI MANFAAT EKOLOGIS KANOPI POHON
PERKOTAAN DAN RUANG TERBUKA HIJAU
KOTA MALANG DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK GIS
MOHAMMAD ISROK NUGROHO
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
TreesCanopy and Greenery Open Space of Malang City Using GIS Techniques. Under supervision of BAMBANG SULISTYANTARA andARIS MUNANDAR
Amenity and quality of urban environment influenced by the availability and existence of the urban tree canopy of the city. This study aims to identify, analyze, predictand valuatethe ecological benefits of tree’s canopyof Malang City, andprovide possible recommendations in order to increase the capacity of its urban ecosystem.This research uses descriptive quantitative method, include valuation ofecological benefits analysis of tree canopy and recommendation development analysis. Valuation is done by spatial analysis used GIS techniques by analyze trees canopy and non trees canopy cover to predict the ecosystem capacity. CITYgreen 5.4 extention is used to calculate and predict its benefit base
on the extend of trees canopy cover.SWOT and QSPM (Quantitative Stratetig
Planning Matrix) approach is usedto analyze and develop a possible
recomendation for increasing ecosystem capacity of Malang City.
Recommendations have been prepared based on results from both types of analysis. Research result shows, the greatest benefit is the capacity of stormwater control,and concluded that pollutants removal (31.8 tons/year, with the economic value of Rp. 1,552,356,000.00) and carbon absorbance (Carbon storage capacity of 435 tons and carbon sequestration capacity is 2460 pounds/year) are less
significant impact in environmental capacity. Both of these capacities failed to
give significant benefits due to the lack of quantity of trees canopy cover in the city of Malang (only 4% of total city). Value of ecological benefits of Malang city ecosystem currently provides Rp.26.330.985.000or 30.25% of total received of city revenue (Rp. 87,115,734,710). Basedon the results of the SWOT and QSPM analysis known that strategic priorities of capacity development is the restructuring of poor urban ecosystems and change the orientation of development policies into ecosystem-based and community based to fulfill national standard of greenery open space requirement for Indonesian city.
© Hak cipta milik IPB, tahun 2011 Hak Cipta dilindungi Undang Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB
Judul Tesis : Valuasi Manfaat EkologisPohon Perkotaan dan
Ruang Terbuka HijauKota Malang dengan Menggunakan Teknik GIS
Nama : Mohammad Isrok Nugroho
NRP : A451080031
Disetujui Komisi Pembimbing
Dr. Ir. Bambang Sulistyantara, M.Agr
Ketua Anggota
Dr. Ir. Aris Munandar, MS
Diketahui
Koordinator Mayor Dekan Sekolah Pascasarjana
Arsitektur Lanskap
Dr. Ir. Siti Nurisjah, MSLADr. Ir. Dahrul Syah,M.Sc.A.gr, M.S
Puji dan syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT
atas segala nikmat dan karunia yang telah diberikan hingga penelitian ini
terselesaikan dengan baik.Judul Tesis dalam penelitian ini adalah “Valuasi
Manfaat Ekologis Kanopi Pohon Perkotaan dan RTHKota Malang Dengan Menggunakan Teknik GIS”. Tesis ini sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Departemen Arsitektur Lanskap Sekolah Pascasarjana,
Departemen Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih disertai
penghargaan kepada :
1. Komisi Pembimbing yaitu Dr. Ir. Bambang Sulistyantara, MAgr dan Dr. Ir.
Aris Munandar, MS atas bimbingan, arahan, saran serta perhatian kepada
penulis dalampenyusunan dan penyelesaian studi ini.
2. Ketua Departemen Dr. Ir. Siti Nurisjah, MSLA atas dukungan dan perhatian
nya selama penulis belajar di Program Studi Arsitektur Lanskap
3. Dr. Ir. Afra Donita Nimia Makalew, MSi selaku penguji di luar komisi
pembimbing serta Dr.Ir. Alinda M.Zein, MS selaku penguji wakil program
studi atas kritik, masukan dan saran yang membangun
4. Staff Dosen Departemen Arsitektur Lanskap IPB atas ilmu yang
bermanfaat;Staff akademik Departemen Arsitektur Lanskap atas bantuan
dan dukungan kepada penulis dalam menyelesaikan studi
5. Tim Hibah Kompetitif Penelitian Sesuai Prioritas Nasional Badge II tahun
anggaran 2009 berjudul “Model RTH Kota Bogor sebagai Solusi mengatasi
banjir kota Jakarta” (Fatimah I.S, dkk), Fakultas Pertanian – IPB atas
bantuan penggunaan software CITYgreen 5.4 sebagai penunjang
pengolahan data pada penelitian ini
6. Prof. Yoritaka Tashiro, Dr. Takeshi Kinoshita, dan Dr. Son Yong Hoon, atas
bimbingan, arahan, perhatian serta pencerahan keilmuan Arsitektur Lanskap
sewaktu studi di Chiba University, Jepang.
7. Prof. Yamagutchi, Prof. Takagaki dan Mrs. Yonemura atas perhatian,
keluarga, Muti dan keluarga serta rekan lainya atas kebersamaan, dukungan
serta bantuan nya selama penulis studi di Chiba University Jepang.
9. Rekan-rekan di Tokyo Geijutsu Daigaku International Dorm, Ronald, Lee
Ann, Aquiles, Dann, dan Alex untuk kebersamaan nya.
10. Rekan Dosen di Universitas Tribhuwana Tungga Dewi Malang, Ir. Edyson
Indawan, Ir. KGS Ahmadi, Murdaningsih, Heni Leondro dan Joko Riyanto
atas suportnya selama ini.
11. Nooril Milantara atas tutorial dalam pengolahan data CITYgreen 5.4;Imam
Sulistyanto dan Dimas atas kiriman foto-foto survey lapangan; Pak Uus atas
data spasialnya; Bapak Drasti (babeh) atas bantuan dan dukungannya.
12. Rekan-rekan angkatan 2008 di SPS PSArsitektur Lanskap IPB, Mbak Yuni,
Aan, Prima, Titi,dan Eka atas kebersamaannya selama kuliah dan segala
bantuan selama penulis studi hingga menyelesaikan tesis ini.
13. Rekan-rekan dan sahabat yang tidak dapat dicantumkan disini atas perhatian
dan bantuan selama ini.
Tak lupa karya ilmiah ini Penulis persembahkan untuk Ibunda tercinta dan
Bapak (Alm) serta keluarga atas motivasi inspirasi dan doa yang tiada
henti;Bundadan kedua belah hati ku,Rafi Alhafiz Nugroho dan Aqeela Almaghfira
Saliima, atas kasih sayang, motivasi, semangat, dan dukungannya.Penulisan tesis
ini telah mencapai tujuan yang telah ditetapkan dan diharapkan bermanfaat
sebagai panduan serta memberikan wawasan dan wacana keilmuan untuk
penelitian dasar dan aplikatif lainya. Amin, terima kasih.
Bogor, April 2011
Penulis dilahirkan di Bangil, Pasuruan pada tanggal 14 Juli 1977 sebagai
putra pertama dari pasangan Bapak Mohammad Hasyim (Alm) dan Ibu Toety Sri
Soewarti. Penulis menyelesaikan pendidikan dasar (TK, SD, SMP dan SMU) dari
tahun 1985 - 1996 di Kota Bangil, Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur. Pada tahun
1996, penulis melanjutkan pendidikan tinggi di Program Studi Arsitektur
Pertamanan, Jurusan Budi Daya Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian
Bogor melalui jalur penerimaan PMDK (USMI). Penulis menyelesaikan jenjang
pendidikan Strata-1 (S1) pada tahun 2002.
Pada tahun 2003, penulis bekerja sebagai Tenaga Pengajar (dosen) di
Program Studi Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian, Universitas Tribhuwana
Tungga Dewi Malang.Penulis juga aktif dalam kegiatan keprofesian dan bertugas
sebagai pengurus cabang Ikatan Arsitektur Lanskap Indonesia (IALI) Kota
Malang pada kurun waktu 2004 – 2008.
Penulis melanjutkan kuliah pada Program Magister di Sekolah Pasca
Sarjana, Institut Pertanian Bogor, Departemen Arsitektur Lanskappada tahun
2008.Pada tahun 2009 – 2010, Penulis mengikuti Expert Programdalam rangka
ProgramTransfer Kredit dan Pertukaran Mahasiswa Pascasarjana di Urban Disain
and Environmental Landscape Management Studio, Landscape Architecture,
Faculty of Horticulture, Chiba University, Jepang.
Demikian Riwayat Hidup ini dibuat dengan sebenar-benarnya.
Bogor, April 2011
Halaman
KATA PENGANTAR ... vi
DAFTAR TABEL ... xii
DAFTAR GAMBAR ... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ... xv
PENDAHULUAN . ... 1
Latar Belakang ... 1
Rumusan Penelitian ... 3
Tujuan Penelitian ... 3
ManfaatPenelitian ... 3
Kerangka Pemikiran ... 3
TINJAUAN PUSTAKA ... 5
Manfaat Kanopi Pohon ... 5
Ruang Terbuka Hijau (RTH) ... 9
Definisi RTH ... 9
Fungsi RTH .. ... 9
Klasifikasi dan Bentuk RTH ... 10
Struktur RTH ... 11
Bahan Pencemar Udara ... 12
Karbon Monooksida (CO) ... 12
Nitrogen Oksida (NOx Sulfur Oksida (SO ) ... 13
x Hidrokarbon (HC) ... 13
) ... 13
Partikel ... ... 14
Emisi Karbon Kendaraan Bermotor ... 15
Dampak Pencemaran Udara ... 17
Manfaat dan Imbal Jasa Lingkungan ... 17
Teknik GIS ... ... 19
Bahan dan Alat Penelitian ... 22
Metode Penelitian ... 22
Batasan Penelitian ... 23
Prosedur Pengambilan Data ... 23
Pengolahan Data ... 26
Analisis Strategi Pemecahan Masalah ... 38
Alur penelitian ... ... 43
KONDISI UMUM KOTA MALANG... 45
Bio Fisik ... ... 45
Penggunaan Lahan ... 47
Ruang Terbuka Hijau Kota Malang ... 49
Jenis Ruang Terbuka Hijau Kota Malang ... 49
Pencemaran Udara ... 54
Sumber dan Jenis Utama Pencemaran Udara... 54
Kependudukan Kota Malang ... 57
Perekonomian Kota Malang ... 58
HASIL DAN PEMBAHASAN ... 60
Analisis Manfaat Pohon Perkotaan dan RTH Kota Malang ... 60
Ekosistem Kota Malang ... 60
Layanan Terukur Ekosistem Kota Malang ... 68
Daya Serap Polutan di Udara ... 68
Kapasitas Penyimpanan Karbon dan Rosot... 76
Kapasitas Serapan Air Hujan ... 79
Kualitas Lingkungan Hidup (Udara) Kota Malang ... 82
Manfaat Imbal Jasa Lingkungan ... 90
Pelestarian Simpanan Karbon (Perdagangan Karbon) ... 90
Pelestarian Air Hujan ... 92
Analisis Strategis Pemecahan Masalahan Ekosistem Kota Malang ... 94
Skenarion Model Alternatif ... 104
Model Spasial ... 106
KESIMPULAN DAN SARAN ... 110
Simpulan ... ... 110
Saran ... ... 110
DAFTAR PUSTAKA ... 111
Halaman
1. Alat Analisis Quantitative Strategic Planning Matrix ... 42
2. Luas Kecamatan dan Persentase terhadap Luasan Kota ... 45
3. Temperatur dirinci Tiap Bulan ... 46
4. Tata Guna Lahan Kota Malang ... 47
5. Fungsi, Manfaat dan Bentuk RTH Kota Malang ... 49
6. RTH Kota Malang ... 50
7. Luas RTH Kota Malang ... 51
8. Kelompok RTH Publik ... 52
9. Kelompok RTH Privat ... 53
10.10. Baku Mutu Kualitas Udara ... 54
11.Data Partikel Polutan Kota Malang 2007 ... 56
12.Harkat Tingkat Pelayanan Jalan ... 84
13.Model Peningkatan Kapasitas Implementasi Imbal Jasa Lingkungan .. 92
14.Internal Factor Evaluation ... 97
15.Eksternal Factor Evaluation... 97
16.Matrik SWOT ... 98
Halaman
1. Skema Kerangka Penelitian ... 4
2. Pola dan Bentuk RTH Perkotaan ... 12
3. Peta Lokasi Penelitian ... 21
4. Lokasi Sampel per Ekosistem Kota Malang ... 25
5. Hasil Klasifikasi (unsupervised) Penutupan Lahan ... 28
6. Penutupan Lahan di Kota Malang ... 29
20.Kepadatan Penduduk per Kecamatan... 57
21.Peta Penutupan Lahan (Kanopi dan Non Kanopi) ... 61
22.Lokasi Sampel dan Ilustrasi Karakteristik Ekosistem Kota Malang ... 63
23.Kapasitas Tangkapan Pencemar Udara per Sampel ... 74
24.Kapasitas Simpanan Karbon per Sampel ... 78
25.Kapasitas Sequistrasi Karbon per Unit Contoh ... 78
26.Kapaistas Runoff per Unit Contoh ... 80
27.Nilai Ekonomi Stormwater Control per Unit Contoh ... 80
28.Report Kalkulasi Layanan terukur Ekosistem Kota Malang... 82
32.Pelepasan CO Beragam Jenis Kendaraan ... 87
Halaman
1. Laporan Hasil Analisis Kondisi Awal... 116
2. Laporan Hasil Analisis Sampel Perumahan Araya ... 117
3. Laporan Hasil Analisis Sampel Industri Arjosari ... 118
4. Laporan Hasil Analisis Sampel Komersil Blimbing ... 119
5. Laporan Hasil Analisis Sampel Perumahan Gadang ... 120
6. Laporan Hasil Analisis Sampel Perumahan Ijen ... 121
7. Laporan Hasil Analisis Sampel Perumahan Jodipan ... 122
8. Laporan Hasil Analisis Sampel Perumahan Kotalama ... 123
9. Laporan Hasil Analisis Sampel Perumahan Malabar... 124
10. Laporan Hasil Analisis Sampel Lapangan Rampal ... 125
11.Laporan Hasil Analisis Sampel Perumahan Sawojajar ... 126
12. Laporan Hasil Kalkulasi Model Skenario 10% ... 127
13. Laporan Hasil Kalkulasi Model Skenario 20% ... 128
14. Laporan Hasil Kalkulasi Model Skenario 30% ... 129
15. Tabel /Data Kapasitas dan Volume Jalan Utama ... 130
Latar Belakang
Pembangunan fisik di perkotaan telah menimbulkan berbagai masalah
lingkungan antara lain berubahnya kualitas lingkungan termal (pemanasan
lingkungan),pencemaran udara akibat aktivitas perkotaan, penurunan kapasitas
resapan air hujan dan permasalahan lingkungan lainya (Nowak, 2000).
Pertumbuhan penduduk dan ekonomi memberikan tekanan yang berarti pada
ketersediaan dan keberadaan pepohonan serta ruang terbuka hijau di perkotaan.
Keberadaan pepohonan dan ruang terbuka hijau kota sebagai salah satu
unsur yang dapat mengendalikan kualitas lingkungan. Pengelolaan pepohonan dan
ruang terbuka hijau kota sebagai mekanisme yang memungkinkan untuk
meningkatkan kualitas udara dan lingkungan belum sepenuhnya diteliti dan
diselidiki secara terpadu sebagai faktor penting pertumbuhan ekonomi kota.
Keseimbangan lingkungan perkotaan secara ekologi memiliki peranan yang sama
penting dengan perkembangan nilai ekonomi kawasan perkotaan.
Pohon dan ruang terbuka hijau kota memiliki fungsi ekologis berdasarkan
fungsi intrisik pohon yang dapat memperbaiki kualitas lingkungan, antara lain
penyerapan polutan udara, penyerapan karbon, penyerap dan penjerap air
limpasan hujan untuk mereduksi potensi banjir perkotaan, pendinginan kota
(cooling effect) serta penyerapan radiasi sinar matahari untuk mereduksi penggunaan energi di lingkungan perkotaan (Nowak,McHale, Ibarra, Crane,
Stevens, dan Luley, 1998).Berdasarkan beberapa studi sebelumnya, diketahui
bahwa pepohonan memiliki fungsi ekonomi yang dapat dihitung dan diukur
berdasarkan layanan ekosistem kota (American Forest,2002).
Kota Malang tumbuh dan berkembang sebagai kota pendidikan, industri
dan pariwisata. Berdasarkan data Pemerintah Kota Malang (Bappeko, 2007)
diketahui bahwa persentase ruang terbuka hijauseluas 2,9 %. Ruang terbuka hijau
publik di Kota Malang meliputi, hutan kota (71,6 ha); taman yang dikelola
masyarakat (2,8 ha), dan jalur hijau yang dikelola Dinas Pertamananan(14,1 ha),
sedangkan luasan penutupan kanopi pepohonan tidak teridentifikasikan.
yang tidak berpihak kepada lingkungan serta lemahnya pengendalian terhadap
konversi lahan ruang terbuka hijau yang beralih fungsi sebagai ruang ekonomi.
Berdasarkan evaluasi rencana umum tata ruang kota (RUTRK) tahun 2010,
diketahui bahwa tingkat deviasi pembangunan cukup tinggi. Persentase deviasi
pertumbuhan penduduk Kota Malang 15% dari yang direncanakan, sedangkan
secara kualitatif terjadi deviasi implementasi pembangunan dari perencanaan.
Deviasi tersebut terutama terjadi pada lahan – lahan konservasi dan ruang terbuka
hijau kota yang berubah dan beralih fungsi menjadi ruang ekonomi dan
perumahan.
Lingkungan perkotaan yang aman, nyaman, produktif dan berkelanjutan
adalah kota yang memiliki keseimbangan antara pembangunan lingkungan,
manusia dan pembangunan ekonomi. Untuk mencapai hal tersebut, diperlukan
penataan ruang kota yang disesuaikan dengan kondisi bio-geografi lingkungan
alami guna meminimalisir bencana dan penurunan kualitas lingkungan hidup.
Kebijakan penataan ruang harus menerapkan keseimbangan antara ruang binaan
dan ruang alam untuk mewujudkan keberlanjutan lingkungan.
Oleh karena itu, perlu adanya suatu kajian lebih lanjut terkait dengan
valuasi dari ketersediaan pepohonan dan ruang terbuka hijau di kota Malang.
Kajian tersebut dikembangkan melalui pendugaan layanan terukur dari ekosistem
kota terkait struktur perkotaan menggunakan teknik GIS (Geographic Information
System). Alat dan piranti khusus yang digunakan pada kajian ini adalah CITYgren 5.4 untuk menghitung dan menganalisis nilai manfaat ekologis dan ekonomis
tahunan yang disediakan oleh ekosistem kota. Hasil dari kajian tersebut digunakan
sebagai dasar untuk menyusun suatu kebijakan dan model skenario perbaikan
ekosistem kota gunamenunjang pembangunan lingkungan perkotaan berbasis
Rumusan Penelitian
1. Bagaimana kondisi dan komposisi penutupan lahan di Kota Malang?
2. Bagaimana kapasitas ekosistem perkotaan berkaitan dengan keberadaan
kanopi pohon perkotaan dan ruang terbuka hijau terhadap kualitas lingkungan
Kota Malang?
3. Apakah manfaat dan value dari keberadaan kanopi pohon perkotaan dan
ruang terbuka hijau terhadap lingkungan Kota Malang?
4. Bagaimana mengukur dan menduga kapasitas ekosistem kanopi pohon dan
ruang terbuka hijau kota Malang?
5. Bagaimana kondisi ideal penutupan lahan pada ruang perkotaan terhadap
kenyamanan dan peningkatan kualitas hidup di Kota Malang?
Tujuan Penelitian
1.
2.
Menganalisis dan menduga kapasitas ekosistem perkotaan sehubungan
dengan keberadaan kanopi pohon perkotaan dan ruang terbuka hijau (RTH)
terkait dengan kualitas lingkungan di Kota Malang.
Manfaat Penelitian
Memberikan rekomendasi yang mungkin terkait dengan pengembangan dan
perbaikan kualitas lingkungan kota berbasis ekosistem
Manfaat dan kegunaan yang ingin diperoleh dari kegiatan penelitian ini,
antara lain :
1. Acuan arahan pemgembangan kawasan perkotaan / wilayah
2. Dasar penentuan kebijakan penataan ruang perkotaan
3. Sebagai model pengelolaan dan perencanaan berkelanjutan berbasis
valuasi dan jasa lingkungan
Kerangka Pemikiran
Penelitian ini dilakukan sebagai suatu respon terhadap fakta dugaan
penurunan kualitas dan kenyamanan lingkungan perkotaan sebagai akibat
terjadinya pembangunan lingkungan perkotaan yang berdampak pada terjadinya
Malang.Kegiatan penelitian ini diarahkan untuk mengidentifikasikan kapasitas
lingkungan KotaMalang saat ini melalui identifikasi struktur ruang perkotaan.
Identifikasi ini bertujuan untuk mengetahui elemen pembentuk struktur perkotaan
di Kota Malang. Identifikasi tersebut merupakan dasar pendugaan kualitas
lingkungan hidup Kota Malang saat ini yang terbentuk oleh keberadaan
pepohanan dan ruang terbuka hijau serta dampak pembangunan kota.
Identifikasi ini menggunakan citra Landsat TM+7 untuk mendiskripsikan
penutupan lahan perkotaan. Identifikasi penutupan lahan (land cover) merupakan
dasar analisis untuk menduga (assessment) kapasitas ekosistem Kota Malang saat
ini, sehingga dapat disimpulkan bagaimana manfaat dari keberadaan kanopi
pohon perkotaan dan RTH terhadap kualitas kehidupan dan lingkungan. Kerangka
pikir sederhana dari kegiatan penelitian ini tersaji pada Gambar 1.
Gambar 1.Skema Kerangka Penelitian
Ruang Perkotaan Kota Malang
Citra Satelit
Kondisi saat ini Kualitas Lingkungan Kota Malang
Metode GIS ( Erdas Image Analysis, ArcView 3.2, dan ekstensi CITYgreen 5.4) Kualitas Udara, Runoff water, dan serapan
serta jerapan karbon
Layanan ekosistem terukur dari struktur kanopi dan non kanopi perkotaan
TINJAUAN PUSTAKA
Manfaat Kanopi Pohon
Pepohonan dan vegetasi merupakan faktor pembentuk ruang terbuka hijau di lingkungan perkotaan. Keberadaan pepohonan dan vegetasi lainya pada kawasan kota dapat berupa jalur maupun areal. Keberadaan pepohonan dan vegetasi merupakan salah satu unsur lanskap yang utama dan memiliki fungsi tertentu dalam suatu lanskap.Menurut Carpenter, et.all (1975) pepohonan memiliki beberapa fungsi, antara lain:
1. Kontrol Visual.
Tanaman berfungsi mengurangi sinar dan pantulan (matahari, lampu jalan, dan lampu kendaraan), penutup pemandangan yang tidak diingingkan, membentuk privacy, mengarahkan dan menegaskan pemandangan yang diinginkan.
2. Modifikasi Radiasi Matahari dan Suhu.
Vegetasi dapat meningkatkan pemantulan radiasi matahari dan menurunkan penyerapan dipermukaan sehingga akan menurunkan suhu udara. Vegetasi juga memberikan keteduhan dengan efek bayangan, memberikan naungan dan menyaring radiasi matahari 60-90 % serta mempercepat hilangnya radiasi matahari yang diserap.
3. Pengarah Angin.
Vegetasi berfungsi sebagai penahan angin dengan mengurangi kecepatan angin melalui ketinggian, kepadatan, bentuk dan lebar tanaman. Penanaman yang rapat dapat mengurangi 75-80 % kecepatan angin.
4. Kontrol kelembaban dan hujan
Tanaman dapat memberikan perlindungan sementara dari hujan dengan naungannya. Melalui proses evaporasi tanaman akan melepaskan air menuju udara yang panas dan mendinginkannya sehingga akan menurunkan suhu udara disekitarnya.
5. Mengurangi kebisingan.
dan cemara 50-100 kaki (15,24-30,48 m) mampu mengurangi suara frekuensi rendah sebesar 10 dBA.
6. Penyaring polutan
Tanaman merupakan penyaring udara yang mampu menyerap gas polutan seperti SO2 dan HF serta polutan lain di udara dalam jumlah tertentu tanpa memperlihatkan efek kerusakan. Dengan diameter 15 inci potensial untuk menghilangkan 43,5 pon SO2 per tahun jika konsentrasi SO2
7. Kontrol erosi
di atmosfer 0,25 ppm.
Tanaman mengurangi laju air hujan di tanah, disamping itu akar tanaman memegang partikel tanah sehingga run offakan dapat dikurangi dan terhindar dari erosi.
8. Habitat alami
Tanaman menyediakan makanan dan tempat berlindung kepada burung dan hewan lainnya, sehingga akan menarik mereka untuk hidup di tanaman tersebut.
9. Estetika.
Nilai estetika akan tercipta jika elemen-elemen lanskap dikombinasikan secara tepat dan baik sehingga akan memberikan perasaan senang dan tenteram kepada pemakai jalan. Penanaman vegetasi dapat berfungsi memperlunak bangunan sepanjang jalan.
Penutupan lahan (land cover) merupakan perwujudan fisik suatu objek dan menutupi lahan tanpa mempersoalkan kegiatan manusia terhadap objek tersebut.Lillseland dan Kiefer (1990) menyatakan bahwa material penutupan lahan berpengaruh terhadap lingkungan tapak.Secara umum, berdasarkan jenis materialnya, penutupan lahan terbagi atas dua yaitu penutupan alami / material tanaman (soft scape) dan penutupan buatan / material perkerasan (hard scape).
menyerap radiasi matahari dalam proses transpirasi dan fotosintesis. Radiasi yang sampai ke permukaan tanak akan digunakan sebagai materi dalam proses evaporasi tanaman.
Keberadaan pepohonan dapat berfungsi sebagai ameliorasi iklim. Simpson (1998) menyatakan bahwa suhu udara maksimum pada pertengahan hari mengalami penurunan berkisar antara 0.04oC--0.2oC seiring dengan peningkatan penutupan kanopi. Suhu udara pada pertengahan hari mengalami pendinginan berkisar 0,7oC – 1,3o
Galveston-Houston Association for Smog Prevention(GHASP, 1999) menyatakan bahwa penyebab utama banjir dilingkungan perkotaan adalah deforestasi hutan kota dan tegakan pohon. Keberadaan pepohonan dan tanaman lainya berfungsi untuk meredam dan menurunkan banjir dan kerusakan lain yang disebabkan oleh angin dengan menahan tanah dan menyerap dan menahan air hujan secara signifikan melalui perakaran dan naunganya. Pohon melepaskan kelembaban ke udara yang menstabilkan curah hujan, meminimalisir kekeringan dan mencegah bahaya banjir perkotaan akibat berkurangnya area penyerap air limpasan. RTH dengan luas minimal 0,5 ha mampu menahan aliran permukaan akibat hujan dan meresapkan air ke dalam tanah sejumlah 10.219 m
C pada ketinggian 1,5 m diatas permukaan tanah di bawah tegakan pohon dan sekumpulan pohon diatas tutupan rumput, dibandingkan pada area terbuka.Penurunan suhu udara terkait keberadaan pepohonan dapat memperbaiki kualitas udara, sebab keberadaan pepohonan dapat meredam emisi yang ditimbulkan oleh sumber pencemaran udara (Souch,1993).
3
Keberadaan pohon di perkotaan memiliki fungsi sebagai intersepsi air hujan dan mengurangi air limpasan permukaan (run off) melalui intersepsi dan mereduksinya sebelum turun ke permukaan tanah melalui dahan dan daun untuk menunda aliran air hujan (Rowntree dan Nowak, 1991). Pepohonan juga dapat mengurangi kadar karbon dioksida (CO2) di udara, dan dapat menjerap gas panas di udara (McPherson, 1995). Pepohonan yang terletak pada area jaringan jalan yang padat dapat menangkap partikel polutan lebih besar dibandingkan yang berada di kawasan perdesaan (Backett,et al.,2000).
Coder (1996) mengatakan bahwa kanopi pohon di lingkungan dan keberadaan hutan kota berfungsi sebagai filter terhadap nutrien yang hilang dan mengurangi sedimen dan meningkatkan ketersediaan air tanah. Keberadaan pepohonan dapat mereduksi sedimen tanah sebesar 95%, serta dapat mereduksi 47% polutan di permukaan pada saat 15 menit awal turun hujan(Coder, 1996).
Pohon memiliki kemampuan untuk menyerap CO2 antara 20 gramsampai dengan 36 gram per hari. Diasumsikan bahwa terdapat 10 buah pohon pada lahan perkarangan, maka kontribusi penyerapan CO2
Keberadaan pepohonan pada area parkir dapat berpengaruh terhadap konsentrasi emisi yang dihasilkan oleh kendaraan melalui naungan pepohonan. Peningkatan kanopi pepohonan pada area parkir sebesar 8% - 50% dapat mereduksi pelepasan emisi VOC kendaraan ringan 2% dan emisi Nitrogen Oksida kurang lebih 1%, berdasarkan hasil studi di Sacramento, USA (Scott, Simpson, dan McPherson, 1999).
oleh pohon sebesar 5,6 – 10,1 kg atau menyimpan 750 kg karbon per bulan (Rohman,2009). Peningkatan kanopi pepohonan dapat menurunkan emisi VOC dan pada akhirnya dapat mempengaruhi konsentrasi Ozon pada kawasan perkotaan. Penggunaan dan pembakaran bahan bakar fosil pada beberapa peralatan mendorong terjadinya emisi gas karbon dioksida (diperkirakan 0,7 kg/l bahan bakar bensin termasuk emisi yang dihasilkan pada manufaktur) dan beberapa bahan kimia lain, VOC, Karbon Monoksida, Nitrogen Oksida, Sulfur Oksida Dan Particulate Mattersebagaimana yang telah disampaikan oleh Scott, Simpson dan McPherson (1999).
Amerika Serikat diketahui bahwa keberadaan pohon memberikan nilai tambah 18% dari nilai rata-rata jual properti (Nowak,2001).
Ruang Terbuka Hijau
Definisi Ruang Terbuka Hijau
Secara definitif, Ruang Terbuka Hijau (Greenery Openspaces) adalah kawasan atau areal permukaan tanah yang didominasi oleh tumbuhan yang dibina untuk fungsi perlindungan habitat tertentu, dan atau sarana lingkungan/kota, dan atau pengamanan jaringan prasarana, dan atau budidaya pertanian. Selain untuk meningkatkan kualitas atmosfer, menunjang kelestarian air dan tanah, ruang terbuka hijau (Greenery Open Spaces) di perkotaan juga berfungsi untuk meningkatkan kualitas lanskap kota.
Ruang Terbuka Hijau (RTH) kota adalah bagian dari ruang-ruang terbuka suatu wilayah perkotaan yang diisi oleh tumbuhan, tanaman, dan vegetasi (endemik, introduksi) guna mendukung manfaat langsung dan tidak langsung RTH yaitu keamanan, kenyamanan, kesejahteraan, dan keindahan wilayah perkotaan tersebut.
Fungsi Ruang Terbuka Hijau
Ruang Terbuka Hijau (RTH) memiliki spektrum multi fungsi yang luas berkaitan dengan peranannya, dari aspek fungsi ekologis, sosial/budaya, arsitektural, dan ekonomi. Secara ekologis Ruang Terbuka Hijau dapat meningkatkan kualitas air tanah, mencegah banjir, mengurangi polusi udara, dan menurunkan suhu kota tropis. Bentuk-bentuk Ruang Terbuka Hijau perkotaan yang berfungsi ekologis antara lain seperti sabuk hijau kota, taman hutan kota, taman botani, jalur sempadan sungai dan lain-lain. Secara sosial-budaya keberadaan RTH dapat memberikan fungsi sebagai ruang interaksi sosial, sarana rekreasi, dan sebagai tetenger (landmark) kota yang berbudaya.
relaksasi dan berinteraksi dengan alam, dan mendorong masyarakat untuk beraktivitas di luar rumah (McPherson,Simpson,Peper dan Xiao, 1999).
Dalam masalah perkotaan, RTH merupakan bagian atau salah satu sub-sistem dari sub-sistem kota secara keseluruhan. RTH sengaja dibangun secara merata di seluruh wilayah kota untuk memenuhi berbagai fungsi dasar yang secara umum dibedakan, antara lain
1) fungsi bio-ekologis (fisik), yang memberi jaminan pengadaan RTH menjadi bagian dari sistem sirkulasi udara (paru-paru kota), pengatur iklim mikro, agar sistem sirkulasi udara dan air secara alami dapat berlangsung lancar, sebagai peneduh, produsen oksigen, penyerap air hujan, penyedia habitat satwa, penyerap (pengolah) polutan media udara, air dan tanah, serta penahan angin;
2) fungsi sosial, ekonomi (produktif) dan budaya yang mampu
menggambarkan ekspresi budaya lokal, RTH merupakan media komunikasi warga kota, tempat rekreasi, tempat pendidikan, dan penelitian;
3) ekosistem perkotaan; produsen oksigen, tanaman berbunga, berbuah dan berdaun indah, serta bisa mejadi bagian dari usaha pertanian, kehutanan, dan lain-lain;
4) fungsi estetis, meningkatkan kenyamanan, memperindah lingkungan kota (mulai dari skala mikro sampai dengan skala makro). Menciptakan suasana serasi, dan seimbang antara berbagai bangunan gedung, infrastruktur jalan dengan pepohonan, hutan kota, taman kota, taman pertanian kota, taman gedung, jalur hijau jalan, bantaran rel kereta api, serta jalur biru bantaran kali.
Klasifikasi dan Bentuk Ruang Terbuka Hijau Kota
diklasifikasi menjadi: (a) bentuk RTH kawasan (areal, non linear), dan (b) bentuk RTH jalur (koridor, linear).
Jenis RTH menurut tipe penggunaan lahan atau kawasan fungsionalnya diklasifikasi menjadi (a) RTH kawasan perdagangan, (b) RTH kawasan perindustrian, (c) RTH kawasan permukiman, (d) RTH kawasan pertanian, dan (e) RTH kawasan-kawasan khusus, seperti pemakaman, hankam, olah raga, alamiah. Ditinjau dari sudut kepemilikan dan tanggung jawab, maka RTH dibagi ke dalam dua jenis, yaitu
(1) RTH milik pribadi atau badan hukum, misal: halaman rumah tinggal, perkantoran, tempat ibadah, sekolah atau kampus, hotel, rumah sakit, kawasan perdagangan (pertokoan, rumah makan), kawasan industri, stasiun, bandara, pelabuhan, dan lahan pertanian kota.
(2) RTH milik umum, yaitu lahan dengan tujuan penggunaan utamanya adalah ditanami berbagai jenis tetumbuhan untuk memelihara fungsi lingkungan, yang dikelola pemerintah daerah, dan dapat dipergunakan masyarakat umum, seperti taman rekreasi, taman olahraga, taman kota, taman pemakaman umum, jalur hijau jalan; bantaran rel kereta api, saluran umum tegangan ekstra tinggi (SUTET), bantaran kali, serta hutan kota (HK) konservasi, HK wisata, HK zona industri, HK antar-zona permukiman, HK tempat koleksi dan penangkaran flora dan fauna.
Struktur Ruang Terbuka Hijau
Gambar 2 . Pola dan Bentuk RTH Perkotaan (Sumber : Lokakarya RTH,2005)
Ruang terbuka hijau (RTH) struktural merupakan pola ruang terbuka yang dibangun oleh hubungan fungsional antar komponen pembentuknya yang mempunyai pola hierarki planologis yang bersifat antroposentris.RTH tipe ini didominasi oleh fungsi-fungsi non ekologis dengan struktur RTH binaan yang berhierarkhi.RTH non struktural merupakan pola RTH yang dibangun oleh hubungan fungsional antar komponen pem-bentuknya yang umumnya tidak mengikuti pola hierarki planologis karena bersifat ekosentris.RTH tipe ini memiliki fungsi ekologis yang sangat dominan dengan struktur RTH alami yang tidak berhierarki.
Bahan Pencemar Udara
Karbon Monooksida (CO)
dibutuhkan oleh tubuh. Hal ini dapat terjadi karena gas CO bersifat racun metabolis, ikut bereaksi secara metabolis dengan darah. Seperti halnya oksigen, gas CO mudah bereaksi dengan hemoglobin.
Nitrogen oksida (NOx
Nitrogen oksida atau disebut NO )
x karena oksidasi nitrogen mempunyai dua macam bentuk yang sifatnya berbeda, yaitu gas NO2 dan gas NO. Sifatgas NO2 adalah berwarna dan berbau, sedangkan gas NO tidak berwarna dan tidak berbau. Warna gas NO2
Kadar NO
adalah merah kecoklatan dan berbau tajam menyengat hidung.
x di udara pada daerah perkotaan yang berpenduduk padat lebih tinggi dibandingkan dengan daerah perdesaan yang berpenduduk sedikit. Hal ini disebabkan karena berbagai macam kegiatan yang menunjang kehidupan manusia akan menambah kadar NOx di udara, seperti transportasi, generator pembangkit listrik, pembuangan sampah dan lain-lain. Pencemaran gas NOx di udara terutama berasal dari gas buangan hasil pembakaran yang keluar dari gas buangan hasil pembakaran yang keluar dari generator pembangkit listrik stasioner atau mesin-mesin yang menggunakan bahan baker gas alam (Wardhana, 2004).
Sulfur Oksida (SOx
Gas belerang oksida terdiri atas gas SO )
2 dan gas SO3 yang keduanya mempunyai sifat berbeda. Gas SO2 berbau tajam dan tidak mudah terbakar, sedangkan gas SO3 bersifat sangat reaktif. Gas SO3 mudah bereaksi dengan uap air yang ada di udara untuk membentuk asam sulfat. Asam sulfat ini sangat reaktif, mudah bereaksi (memakan) benda-benda lain yang mengakibatkan kerusakan, seperti proses pengkaratan (korosi) dan proses kimiawi lainnya. Konsentrasi gas SO2 di udara akan mulai terdeteksi oleh indera manusia apabila konsentrasinya mencapai antara 0,3-1 ppm (Wardhana, 2004).
Hidrokarbon (HC)
atom karbon dan atom hydrogen yang dapat terikat secara ikatan lurus (ikatan rantai) atau terikat secara ikatan cincin (ikatan tetutup). Pada suhu kamar umumnya hidrokarbon suku rendah (jumlah atom C sedikit) akan berbentuk gas, Hidrokarbon suku menengah (jumlah atom C sedang) akan berbentuk padatan (Wardhana, 2004).
Partikel
Partikel adalah pencemar udara yang dapat berada bersama-sama dengan bahan atau bentuk pencemar lainnya. Partikel dapat diartikan secara murni atau sempit sebagai bahan pencemar udara yang berbentuk padatan. Namun dalam pengertian yang lebih luas, dalam kaitannya dengan masalah pencemaran lingkungan, pencemar partikel dapat meliputi berbagai macam bentuk, mulai dari bentuk yang sederhana sampai dengan bentuk yang rumit atau kompleks yang kesemuanya merupakan bentuk pencemaran udara. Sumber pencemaran partikel dapat berasal dari peristiwa alami dan dapat juga berasal dari ulah manusia dalam rangka mendapatkan kualitas hidup yang lebih baik. Pencemaran partikel yang berasal dari alamadalah:
1) Debu tanah/pasir halus yang terbang terbawa oleh angina kencang. 2) Abu dan bahan-bahan vulkanik yang terlempat ke udara akibat letusan
gunung berapi.
3) Semburan uap air panas di sekitar daerah sumber panas bumi di daerah pegunungan.
Partikel sebagai bahan pencemar udara yang mempunyai waktu hidup, yaitu pada saat partikel masih melayang-layang sebagai pencemar di udara sebelum jatuh ke bumi.Waktu hidup partikel berkisar antara beberapa detik sampai beberapa bulan. Sedangkan kecepatan pengendapannya tergantung pada ukuran partikel, massa jenis partikel serta arah dan kecepatan angin yang bertiup.
Volatile Organic Compound
pohon dan emisi dari volatile organic compounds (VOC) dan efek energi terhadap bangunan. Emisi VOC yang ditimbulkan oleh pepohonan berkontribusi terhadap formasi ozon dan karbon monooksida. VOC memungkinkan untuk mereduksi ozon pada beberapa kawasan perdesaan dengan konsentrasi nitrogen oksida rendah di udara. Hal ini disebabkan karena emisi VOC terkait dengan suhu dan secara umum pepohonan dapat mereduksi suhu udara (Cardelino, dan Chameides, 1990).
Peningkatan kanopi pepohonan dapat menurunkan emisi VOC dan pada akhirnya dapat mempengaruhi konsentrasi ozon pada kawasan perkotaan. Penggunaan dan pembakaran bahan bakar fosil pada beberapa peralatan mendorong terjadinya emisi gas karbon dioksida (diperkirakan 0,7 kg/l bahan bakar bensin termasuk emisi yang dihasilkan pada manufaktur) dan beberapa bahan kimia lain, VOC, karbon monooksida, nitrogen oksida, sulfur oksida dan particulate matter(Scott, Simpson dan McPherson, 1999).
Emisi Karbon Kendaraan Bermotor
Emisi gas Karbon Dioksida (CO2), merupakan salah satu unsur pencemar udara yang berpotensi tinggi di masa yang akan datang apabila tidak ditindaklanjuti melalui perbaikan kapasitas ekosistem kota. Beberapa faktor yang mempengaruhi serapan karbon neto oleh ekosistem terestrial adalah adanya alih-guna lahan dan respon ekosistem daratan terhadap “pemupukan” CO2
Rohman (2009) menyebutkan bahwa pohon bertindak sebagai pelaku carbon sinks, sebatang pohon diprediksi mampu menyerap 7.500 gram karbon.Nilai cadangan karbon mencerminkan dinamika karbon dari sistem penggunaan lahan yang berbeda, yang nantinya digunakan untuk menghitung time-averaged karbon di atas permukaan tanah pada masing-masing sistem. Time-averaged karbon tergantung pada laju akumulasi karbon, karbon maksimum dan minimum yang tersimpan dalam suatu sistem penggunaan lahan, waktu untuk mencapai karbon maksimum dan waktu rotasi (Rahayu,et.al.,2007).
Peningkatan konsentrasi gas Karbon dioksida (CO2) dan beberapa gas rumah kaca (Methane (CH4), Chlorofluorocarbons, Nitrous Oxide (N2O), danGround-LevelOzone (O3)) di udara terkait dengan peningkatan suhu udara melalui penjeratan/penjebakan gelombang radiasi matahari di atmosfer. Suhu udara di permukaan bumi secara global mengalami peningkatan berkisar antara 0.3°C - 0.6°C. Diprediksikan pada tahun 2100 terjadi peningkatan temperatur udara seiring dengan meningkatnya konsentrasi gas rumah kaca (GRK) antara 1°C and 3.5°C (Hamburg,et.al., 1997). Melalui proses penyimpanan karbon seiring dengan proses pertumbuhan pepohonan dapat bertindak selaku perosot karbon dioksida (CO2
Hamburg,et.al (1997) menyebutkan bahwa peningkatan karbon monoksida di udara dipicu oleh pembakaran bahan bakar fosil (80% - 85%) dan deforestasi.Berdasarkan data tersebut, dapat dijelaskan bahwa konsentrasi emisi karbon dari hasil pembakaran kendaraan bermotor bervariasi berdasarkan level tingkat pelayanan jalan. Emisi kendaraan bermotor berbeda antara satu daerah dengan daerah lainnya disebabkan oleh perbedaan disain jalan maupun kondisi lalu lintas. Emisi kendaraan bermotor di jalan disebabkan oleh tiga faktor yaitu volume total kendaraan bermotor; karakteristik kendaraan bermotor; kondisi umum lalu lintas saat itu (Zongan,et.al., 2005). Pola jalan - berhenti yang sering, kecepatan arus lalu-lintas yang rendah secara langsung mempengaruhi besaran emisi pencemar udara yang dikeluarkan kendaraan bermotor. Jenis dan karakteristik perangkat mesin, sistem pembakaran, jenis bahan bakar merupakan faktor yang menetukan tingkat emisi pencemar udara yang keluar dari setiap jenis kendaraan bermotor (Nolasari, 2009).
). Peningkatan jumlah pepohonan secara potensial memperlambat akumulasi karbon di udara (Moulton dan Richards, 1990).
dihitung berdasarkan faktor emisi yang dihasilkan dari pembakaran 1 liter bahan bakar. Faktor emisi yang dihasilkan oleh 1 liter bahan bakar adalah 2,1 kg CO2
Penataan vegetasi pada median/separator jalan secara struktural dengan konfigurasi berjenjang yaitu pohon, perdu dan semak dapat mengoptimalkan kemampuan vegetasi dalam menyerap dan menjerap partikel debu dan polutan lainya (Nugroho,2006).Tingkat pencemaran udara dipengaruhi oleh keadaan topografi daerah, faktor meteorologi dan reaktifitas kimia setiap parameter. Sehingga didalam melakukan pengelolaan dan pengendalian pencemaran udara, faktor tersebut diatas harus dipertimbangkan.
(Nolasari, 2009).
Dampak Pencemaran Udara
Pencemaran udara pada dasarnya berbentuk partikel (debu, aerosol, timah hitam) dan gas (CO, NOX, SOX, H2
Gangguan tersebut terutama terjadi pada fungsi faal dari organ tubuh seperti paru-paru dan pembuluh darah, atau menyebabkan iritasi pada mata dan kulit.Pencemaran udara karena partikel debu biasanya menyebabkan penyakit pernafasan khronis, emfiesma paru, asma bronchical dan bahkan kanker paru.Sedangkan bahan pencemar gas yang terlarut dalam udara dapat langsung masuk kedalam tubuh sampai ke paru-paru yang pada akhirnya diserap oleh system peredaran darah.
S, Hidrokarbon). Udara yang tercemar dengan partikel dan gas ini dapat menyebabkan gangguan kesehatan yang berbeda tingkatan dan jenisnya, tergantung dari macam, ukuran dan komposisi kimiawinya.
Manfaat dan Imbal Jasa Lingkungan
semak belukar dalam kawasan hutan (reforestasi) dan bukan hutan (afforestasi) serta pengelolaan hutan dengan menggunakan sistem pengelolaan yang berkelanjutan, misalnya pemanenan dengan dampak rendah (reduced impact logging).
Penggantian bahan bakar fosil dengan energi biomassa akan mengurangi emisi Gas Rumah Kaca(GRK) secara langsung. Hutan kota mempunyai peranan aktif sebagai rosot karbon (carbon sink) yang paling efektif sehingga dapat mengurangi peningkatan emisi karbon di atmosfir. Keberadaan hutan dapat menstabilkan kadar karbon di atmosfir sesuai dengan daurnya, dan apabila dikonversi menjadi produk kehutanan maka karbon tersebut (carbon stock) dapat terikat dalam jangka waktu relatif lama. Kapasitas rosot karbon suatu hutan sangat dipengaruhi oleh daur (umur), tipe, fungsi hutan, jenis dan tingkat pertumbuhan tanaman serta kualitas tapak.
Clean Development Mechanism (CDM) merupakan suatu program dan mekanisme pengusahaan perdagangan karbon (carbon trading). Bisnis karbon mmerupakan bisnis yangmenghasilkan keuntungan besar. Perhitungan bisnis karbon berdasarkan upaya penurunan emisi karbon yang dikonfersikan dengan CER (Certified Emission Reduction). Sertifikat yang berupa surat berharga yang dikeluarkan oleh Badan Eksekutif CDM di bawah UNFCCC. Negara industry yang meratifikasi Protocol Kyoto disebut sebagai ANNEX-1. CER dapat bervariasi tergantung kesepakatan pihak-pihak yang bertransaksi, rata-rata harga CER 5-15 US $. Reduksi emisi karbon diinterpretasikan sebagai upaya menekan bertambahnya emisi GRK akibat penggunaan BBM. Fasilitator CDM di tingkat nasional yang telah dibentuk oleh pemerintah adalah Komisi Nasional Mekanisme Pembangunan Bersih (Komnas MPB) yang telah diratifikasi di dalam Undang – Undang No 17 tahun 2004. ICRAF (2005) menyebutkan beberapa isu yang harus dicermati dan secara eksplisit perlu dimasukkan dalam regulasi imbal jasa lingkungan, yaitu:
a. Penerimaan imbal jasa lingkungan langsung dapat dinikmati oleh masyarakat (tidak masuk ke kas daerah/PAD)
b. Bentuk kelembagaan
d. Penjabaran dari konvensi yang sudah ada
Mengenai definisi atau pemahaman tentang imbal jasa lingkungan, ditekankan perlunya penyamaan persepsi agar semua yang ikut terlibat memiliki landasan konseptual berfikir yang sama, misalnya mengenai definisi tentang jasa lingkungan itu sendiri, produk, pembayaran, dan tujuannya. Beberapa hal berikut termasuk isu-isu jasa lingkungan yang perlu dipahami:
a) Mekanisme imbal jasa lingkungan bukan transaksi pajak. Sehingga merupakan objek PNBP (Penerimaan Negara Bukan Pajak).
b) Imbal jasa lingkungan harus dipandang sebagai biaya kelola lingkungan dan kelola sosial, sehingga merupakan biaya produksi jasa lingkungan itu sendiri.
c) Imbal jasa lingkungan harus melebihi opportunity cost.
d) Perlu ada kelembagaan imbal jasa lingkungan tersendiri, termasuk lembaga keuangannya.
Mekanisme pembayaran jasa lingkungan termasuk didalamnya jasa air adalah salah satu inovasi yang saat ini dikenal di berbagai dunia. Hal ini sangat beralasan karena 20% penduduk dunia kekurangan akses terhadap fasilitas air bersih dan separuh penduduk dunia kekurangan akan fasiltas kesehatan (Cosgrove dan Rijsberman, 2000). Menurut Landell-Mills dan Porras (2002) perkembangan pemasaran jasa air di dunia diakibatkan memang adanya permintaan pasar (52%), karena adanya peraturan pemerintah (28%), adanya penawaran (8%) dan hal-hal lainnya (12%).
Teknik GIS
CITYgreen 5.4
CITYgren 5.4 merupakan suatu piranti perencanaan dari GIS untuk
kawasan regional, lokal dan analisis lanskap berbasis daerah aliran sungai.Piranti
ini menganalisa fungsi lingkungan dan nilai ekonomi dari pepohonan dan
perhutanan terutama di daerah perkotaan.Perangkat perencanaan lingkungan ini
dapat digunakan pada peta klasifikasi penutupan lahan berupa foto udara
dan kemiringan lahan, zona hujan regional dan intensitas curah hujan yang telah
tersedia dalam sistem piranti ini.CITYgreen® merupakan perangkat lunak yang dikembangkan oleh American Forest.CITYgreen®
CITYgreen
menyediakan fasilitas untuk memetakan, mengukur, menampilkan, dan secara statistik menganalisis jasa lingkungan yang diberikan oleh pepohonan dan vegetasi serta menghitung manfaat ekonomi (dalam dollar) berdasarkan kondisi tapak.
®
mulai dikembangkan sejak tahun 1996, yang merupakan perangkat lunak pertama yang komprehensif, mudah digunakan dalam membuat keputusan keuangan untuk hutan kota. CITYgreen® dikembangakan dengan mewakili kolaborasi antara pihak akademik dan profesional konservasi kota. CITYgreen® memiliki empat kategori untuk menilai manfaat ekosistem berdasarkan representasi dari geografis wilayah studi, yaitu: (1) Air Quality yang mendeskripsikan seberapa besar jumlah polutan yang mampu dibuang dari atmosfer; (2) Carbon Storage and Sequestration yang mendeskripsikan nilai karbon tersimpan dan rosot per tahun; (3) Residential Cooling Effects mendeskripsikan energi listrik yang mampu dihemat dengan mengurangi jumlah penggunaan energi dalam rumah; (4) Stormwater Control mendeskripsikan jumlah aliran permukaan yang mampu diserap dan menghindari aliran ke badan air. Selain itu, CITYgreen®
Analisis dalam CITYgreen
juga mampu memprediksi pertumbuhan pohon hingga 50 tahun mendatang, serta mampu membuat sebuah model atau skenario manfaat pepohonan pada lingkup ketetanggaan hingga perkotaan dengan lebih efisien (American Forest 2002).
®
Tempat dan Waktu
Penelitian direncanakan di wilayah administratif Kota Malang. Penentuan
lokasi percontoh dilakukan berdasarkankerapatan penutupan kanopi pohon
perkotaan dan RTH pada masing-masing ekosistem Kota Malang. Kegiatan
penelitian ini mulaidilaksanakan dari bulan Oktober 2010 hingga bulanJanuari
2011. Lokasipenelitian tersebut tersaji pada Gambar 3 .
Bahan dan Alat Penelitian
Penelitian ini membutuhkan data dasar berupa citra dan peta spasial
kawasan.Alat yang digunakan adalah seperangkat komputer untuk deliniasi luasan
area sampel penelitian dan pengolahan serta analisis data.Bahan dan Alat yang
digunakan terdiri dari:
1. Landsat TM+7 tahun 2009
2. Peta Administrasi dan Tata Guna Lahan Kota Malang tahun 2009
3. Software ArcView 3.2
4. Extension CITYgreen 5.4, Image Analyst, dan Spatial Analyst
5. Seperangkat Personal Computer (prosesor Intel coretm
Bahan yang dibutuhkan berupa data tentang kondisi kawasan antara lain
2 duo , hardisk 320
Gb, memory 2 Gb, VGA Intel share 1 G, DDR 5, monitor LCD 15,4
inchi).
a) Data Biofisik
a. Peta topografi
b. Tanah (jenis tanah, struktur tanah);
c. Hidrologi (sumber air, kebutuhan air, kapasitas air tanah dan run
off);
d. Iklim (suhu, kelembaban);
e. Kualitas udara
b) Data sosio-ekonomi-budaya
a. Demografi (jumlah dan tingkat pertumbuhan penduduk)
b. Sebaran penduduk dan etnis
c. Aspek legal
c) Data Teknis
a. Rencana Umum Tata Ruang Kota Malang tahun 2008-2028
b. Evaluasi Rencana Umum Tata Ruang Kota Malang tahun 2009
Metode Penelitian
Metode yang digunakan pada penelitian ini bersifat deskriptif kuantitatif,
meliputi pengambilan dan pengolahan data. Pengambilan data dilakukan melalui
meliputi keseluruhan ekosistem pepohonan dan ruang terbuka hijau padalima
wilayah administratifdi kota Malang. Metode penelitian dibagi atas tiga
komponen, yaitu ruang lingkup dan batasan penelitian, pengambilan data, serta
pengolahan data.
Batasan Penelitian
Ruang lingkup kegiatan penelitian ini meliputi keseluruhan wilayah
administratifKota Malang. Pengambilan data dilakukan secara sekunder pada
masing-masing wilayah administratif yang terdiri atas lima kecamatan (Klojen,
Belimbing, Sukun, Lowokwaru dan Kedungkandang). Pengambilan data tersebut
dilakukan melalui identifikasi citra dan vektor Kota Malang, serta pengambilan
foto terkait kebutuhan penelitian.
Penelitian ini dilakukan dengan ruang lingkup skala kota (city scale dan
large/macro scale). Sesuai dengan user manual CITYgreen 5.4. Pada skala kota diasumsikan citra memiliki informasi yang telah tersedia sehingga tidak
diperlukan pemasukan data atribut. Skala tapak memiliki tingkat kompleksitas
yang lebih dibandingkan dengan skala kota, berdasarkan jenis informasi dan
atribut ditail yang dimasukan. Untuk meningkatkan validasi dari data dalam
penelitian ini digunakan metode sampling yang berasal dari data sekunder dan
pengecekan tapak melalui desktop study sebagai verifikasi dan klarifikasi hasil
olahan data secara total kawasan kota. Sampling tersebut dilakukan berdasarkan
perbedaan karakter kerapatan penutupan lahan pada masing-masing ekosistem
kota yang berbeda-bedadi seluruh wilayah administrasi Kota Malang.
Dalam pengolahan data pada skala kota, identitas dan atribut ditail dari
vegetasi (jenis dan jumlah) dianggap sama sebagai klas vegetasi atau tutupan
pohon. Struktur, komposisi dan konfigurasi dari tipe tutupan lahan (kanopi dan
non kanopi) tetap dilakukan dengan beragam asumsi yang berdasarkan pada data
ground truth check (foto dan data sekunder lainya).
Prosedur Pengambilan Data
Pengambilan data dilakukan melalui desktop study atau studi
literatur.Desktop study dilakukan untuk mengumpulkan literatur berupa data
penelitian dibatasi pada deliniasi area penutupan lahan oleh vegetasi pada
masing-masing wilayah kecamatan di Kota Malang.Deliniasi dilakukan pada citra satelit.
Dengan mengetahui luasan lahan yang tertutup pepohonan, baik berupa jalur
ataupun area, maka dapat diprediksikan komposisi dari ruang kota. Untuk akurasi
data luasan dan jenis penutupan lahan pada lokasi studi dilakukan dengan
melaksanakan pengecekan per sampel.
Pengecekan per sampelpada penelitian ini dilakukan melalui metode
sampling.Sampling dilakukan berdasarkan keberadaan pepohonan pada
masing-masing ekosistem kotadi wilayah Kota Malang. Keberadaan pepohonan pada
masing-masing ekosistem kota di seluruh wilayah Kota Malang digunakan untuk
memberikan gambaran karakteristik ekosistem kota tersebut. Keberadaan
pepohonan di Kota Malang secara umum berupa jalur hijau jalan. Sampling yang
dilakukan pada jalur hijau pada masing-masing ekosistem kota. Pada tahapan ini,
pengecekan dilakukan dengan mengambil foto pada masing-masing area sampel
dan klarifikasi lokasi melalui Google Earth 2011.
Pengambilan foto dilakukan untuk mengklarifikasi struktur penutupan
oleh kanopi pohon. Melalui pengambilan foto tersebut dapat diidentifikasikan
komposisi penutupan pohon secara vertikal pada masing-masing area sampel.
Pengambilan foto dilakukan melalui pemotretan tipe vegetasi penutup lahan pada
masing masing area studi. Verifikasi lokasi sampel digunakan untuk menduga
posisi tutupan pohon pada masing-masing area. Dokumentasi studi ini diperlukan
sebagai data pembanding dan pelengkap.Deliniasi kanopi pohon dilakukan
melalui digitasi pada citra yang telah diolah dan dirubah format menjadi shapefile.
Keterbatasan informasi pada citra Landsat mengakibatkan proses digitasi
dilakukan dengan melihat kondisi penutupan lahan pada citra Google Earth (2011)
Gambar 4. Lokasi Sampel per Ekosistem Kota Malang (Sumber : Hasil Olahan)
Pengambilan data sekunder diperlukan sebagai data pelengkap untuk
kebutuhan pembentukan model.Data sekunder meliputi data curah hujan tahunan,
kualitas udara perkotaan, partikel polutan utama, jumlah penduduk, luasan
wilayah penelitian. RUTR (Rencana UmumTata Ruang) diperlukan untuk
mengidentifikasikan kebijakan pemanfaatan dan penggunaan lahan di Kota
Malang.
Komposisi ruang perkotaan eksisting digunakan sebagai pembanding
spasial.Komposisi ruang terbuka dan ruang terbuka hijau digunakan untuk
membandingkan tingkatan kenyamanan berdasarkan kapasitas stormwater
control, pereduksi polutan, jerapan karbon dan karbon rosot, pada lokasi studi.
PengolahanData
Analisis data dilakukan secara spasial dengan menggunakan bantuan
piranti lunak GIS (ArcView 3.2 dan CITYgren 5.4).Analisis spasial dilakukan
untuk memetakan informasi secara spasial yang menggambarkan distribusi dan
pola penutupan lahan perkotaan. Terdapat tiga jenis informasi yang perlu
dipetakan, antara lain data kanopi pepohanan, data non kanopi (ruang terbuka,
ruang terbuka hijau non tegakan pohon, semak dan perdu, tegalan, kebun dan
persawahan, serta badan air (sungai, waduk, danau)), dan data area penelitian
mencakup data curah hujan dan tipe hujan, kondisi tanah dan topografi. Data
atribut tersebut diolah pada masing-masing wilayah administratif Kota Malang.
Dengan mengetahui kondisi pada masing-masing wilayah administratif
maka dapat disusun analisis dan assessment berdasarkan atribut data.Analisis
valuasi manfaat ekologis kanopi pohon dan ruang terbuka hijau dilakukan
berdasarkan perhitungan luasan penutupan kanopi pohon (tegakan pohon) dan non
kanopi pohon (ruang terbuka hijau non tegakan pohon (sawah, tegalan, semak,
perdu dan ruang terbuka), pemanfaatan lahan perkotaan (perumahan dan
permukiman, industri, dan komersil) dan badan air) dengan menggunakan teknik
GIS.
Teknik GIS digunakan untuk mengidentifikasikan luasan penutupan lahan
perkotaan serta menghitung manfaat ekologis dari keberadaan pepohonan dan
ruang terbuka hijau melalui luasan penutupan lahan oleh kanopi pohon. Luasan
penutupan oleh kanopi pepohonan digunakan sebagai dasar perhitungan manfaat
ekologis ekosistem perkotaan terkait dengan parameter utama, yaitu penangkapan
polutan udara, penyimpanan dan penyerapan (rosot) karbon, serta pengendalian
air limpasan hujan.
Pendugaan manfaat ekologis kanopi pepohonan menggunakan bantuan
ekstensi program GIS yaitu CITYgreen 5.4 yang menghitung valuasi manfaat
tersebut berdasarkan perhitungan yang telah dibakukan di dalam model alternatif
valuasi manfaat ekologis pepohonan skala perkotaan adalah luasan kanopi
tegakan pepohonan, distribusi kelompok umur tanaman berdasarkan diameter
kanopi pohon, kemiringan tapak, tipe iklim, tipe hidrologi tanah (hydrologic soil
type), curah hujan dan biaya pembangunan saluran drainase.
Atribut ditail pohon terkait jenis, kondisi pohon, tinggi dan diameter pohon
setinggi dada (diameter brest height) tidak di identifikasikan secara rinci terkait
dengan luasan area penelitian. Sumber data yang digunakan untuk identifikasi
penutupan lahan perkotaan adalah citra Landsat TM+7. Citra tersebut diolah dan
dirubah dalam bentuk format shapefiledan termasuk sebagai tema non kanopi.
Tegakan pohon dilakukan melalui digitasi kanopi pohon yang merupakan tema
kanopi. Area penelitian di deliniasi untuk menentukan secara terukur luasan area
yang di teliti.
Pada penelitian ini, kombinasi band yang digunakan berdasarkan tujuan
untuk menganalisis penutupan lahan oleh pepohonan, serta identifikasi badan air
dan tutupan urban lainya.Kombinasi yang digunakan untuk mengidentifikasikan
dan mengklasifikasikan penutupan lahan oleh kanopi pohon yaitu band 543.
Identifikasi badan air dan penutupan bangunan menggunakan kombinasi 451.
Analisis ini dilakukan dengan menggunakan software ERDAS Imagine 9.1.
Pengolahan data dilakukan dengan mengklasifikasikan tipe penutupan lahan
dengan metode unsupervised classification(Gambar 4). Klasifikasi penutupan
lahan terdiri dari berdasarkan user manual CITYgreen 5.4:
1. Lahan Pertanian/Ladang
2. Lahan Terbuka, Padang Rumput, Sawah
3. Semak
4. Kanopi Pohon
5. Lahan Perkotaan (perumahan, industri, perdagangan)
Gambar5. Hasil Klasifikasi (unsupervised) Penutupan Lahan (Sumber : Hasil Pengolahan)
Hasil olahan klasifikasi penutupan lahan pada band 453 dan 541 di atas
dirubah (convert)dalam bentuk shapefile. Analisis ini kemudian dilanjutkan
dengan image analysisdengan menggunakan Arc View 3.2.Hasil proses tersebut
digunakan sebagai peta dasar tutupan lahan (Gambar 6)untuk analisis kapasitas
Gambar6. Penutupan Lahan di Kota Malang (Sumber : Hasil Pengolahan)
Analisis Valuasi Manfaat Ekologis Kanopi Pohon
Parameter pendugaan valuasi
CITYgreen 5.4 berfungsi sebagai alat untuk mengetahui manfaat kanopi
pohon dan RTH terhadap kenyamanan perkotaan, sesuai dengan tujuan pertama
dari penelitian ini. Prinsip dasar dalam analisis CITYgreen 5.4 yaitu kanopi pohon
sebagai komponen RTH memberikan pelayanan ekosistem yang dapat diukur
mengidentifikasikan dan mengklasifikasikan valuasi dan jasa ekosistem dari
kanopi pohon terhadap beragam atribut ekosistem (kapasitas air limpasan, kualitas
udara, jerapan dan rosot karbon, dan klas pola penutupan lahan).
A.Parameter Resapan Air Hujan
CITYgreen menghitung volume limpasan air hujan berdasarkan data hujan tahunan (dua tahun). Permukaan kedap air menghasilkan air limpasan yang
lebih tinggi dibandingkan dengan area penutupan alami yang lebih menyerap
air hujan dan mengurangi limpasan air tersebut. CITYgreen melaporkan
volume limpasan dan nilai financial yang dihubungkan dengan penyerapan
kelebihan air limpasan (stormwater) akibat dari perubahan pola penutupan
lahan. CITYgreen menghitungberdasarkan volume runoff yang harus
ditampung oleh saluran irigasi dan drainase apabila pepohonan dihilangkan.
Nilai ekonomi didapatkan dengan mengalikan nilai volume runoff dengan
biaya pembuatan saluran air.
B.Air pollutant removal
Model penyerapan polusi udara menghitung kapasitas penyerapan dan
penjerapan polutan oleh kanopi pohon. Hasil model menunjukkan prediksi
kapasitas kanopi pohon dalam menyerap dan menjerap lima partikel utama
polutan udara yang dikeluarkan ke atmosfer. CITYgreen mengestimasi jumlah
polusi kota yang digunakan sebagai benchmark. Mengestimasi laju penangkapan berdasarkan area penutupan kanopi. Nilai ekonomi dihitung
berdasarkan externality cost, atau biaya tidak langsung yang dikeluarkan oleh
masyarakat untuk meningkatkan pengeluaran biaya kesehatan dan mengurangi
biaya untuk wisata. CITYgreen melaporkan kuantitas penyerapan polutan
tahunan dan nilai finansial yang berkaitan dengan servis lingkungan, dan
dihitung berdasarkan rumus berikut,
a) The pollutant flux (F; in g/m2/s)
b) The deposition velocity (Vd; in m/s) and c) The pollutant concentration (C; in g/m3)
Nilai Pollutant Flux dikalikan dengan ukuran area penutupan pada area
contoh/lokasi untuk menduga nilai total pollutant flux. Nilai fluxes sejaman
dapat digunakan untuk menduga nilai polutan terjerap secara harian, bulanan
atau tahunan.
C.Carbon Stored and Sequestration
Model ini berfungsi untuk menghitung jumlah karbon yang tersimpan di
pepohonan. Kapasitas jerapan karbon dan rosot digambarkan pada peta dengan
menghitunglandcovertahunan terhadap penghapusan karbon oleh pepohonan.
Kapasitas Simpanan Karbon = Luasan Area (acres) x Persentase Luasan
Kanopi Pohon x Faktor Pengkali Simpanan karbon
Kapasitas Rosot Karbon = Luasan Area (acres) x Persentase Luasan Kanopi
Pohon x Faktor Pengkali Rosot Karbon
Faktor pengkali simpanan dan rosot karbon ditentukan berdasarkan jenis
distribusi kelompok umur pohon. Untuk simpanan karbon, kelompok umur tua
(tipe 3) merupakan jenis pepohonan yang memiliki nilai pengkali tertinggi
dibandingkan kelompok umur muda (tipe 1) dan dewasa/sedang (tipe 2). Untuk
rosot karbon, kelompok umur pohon muda (tipe 1) memiliki nilai pengkali
faktor pengkali pada masing-masing kapasitas simpanan dan rosot karbon
adalah sebagai berikut :
Distribusi kelompok umur pepohonan dalam model CITYgreen ditentukan
berdasarkan diameter kanopi pohon yang dihitung melalui digitasi kanopi pohon
pada tema kanopi. Persentase luasan kanopi dihitung berdasarkan total area
penutupan lahan dalam tema kanopi dan non kanopi yang dapat diketahui secara
otomatis berdasarkan deliniasi dan digitasi masing-masing tema. CITYgreen
menganalisa landcover masing-masing wilayah penelitian berdasarkan pada
petatutupan lahan (permukaan kedap air,kanopi pohon, ruang terbuka).Daerah
analisis ini dilaporkan sebagai jumlah aktual hektar dan sebagai persentase dari
total wilayah.
Tahapan pendugaan
Secara keseluruhan, CITYgreen 5.4 membutuhkan tiga tema, yaitu
kanopi, non-kanopi, dan area studi (site). Kanopi adalah tema yang mewakili
area tertutupi kanopi pohon, non-kanopi adalah tema yang mewakili area selain
kanopi pohon, dan site adalah tema yang mewakili batas studi area yang
diteliti.Pembagian area studi diperuntukan membatasi area penelitian dan
pendugaan kapasitas ekosistem menggunakan CITYgreen 5.4. Tahap awal dari
analisis ini yaitu membuat batas area penelitian dalam tema tersendiri (Gambar 7),
peta ini merupakan hasil deliniasi dari peta administrasi kawasan. Pada penelitian
Gambar7. Setting Study Site(Sumber : Hasil Pengolahan)
Tahap berikutnya adalah melakukan digitasi kanopi dan non kanopi.
Tema kanopi dan non kanopi memiliki identitas berupa data tabel yang harus
terisi agar dapat teridentifikasi oleh CITYgreen.
Gambar9. Setting ThemeNon Kanopi (Sumber : Hasil Pengolahan)
Analisis CTYgreen diawali dengan inputing data, analisis dan assessment,
serta modeling output.CITYgreen 5.4 menghitung peran dari RTH dalam
menyerap dan menyimpan karbon di udara berdasarkan data atribut pohon pada
dari citra satelit, area studi (dalam acres), persentase penutupan tajuk, dan tipe
distribusi pohon. Tahapan dalam analisis dan Valuasi manfaat ekologis kanopi
pohon perkotaan dengan menggunakan CITYgreen 5.4, antara lain
1. Spesifikasi Area Studi
CITYgreen membutuhkan informasi spesifik mengenai area studi yang telah
dibuat. Terdapat dua metode dalam pengisian informasi wilayah studi, yaitu :
A. Study Area Preferences
Tool ini terdapat di menu CITYgreen – Analyze Data. Digunakan setelah tema
canopy dan non-canopyyang telah di update dan sudah terkonfigurasi oleh CITYgreen. Metode ini digunakan untuk area studi yang lebih spefisik
(CITYgreen User Manual, 2003). Tahapan ini dilakukan dengan mengedit
data tabel dari tema area studi yang telah dibuat, lalu tambahkan kolom baru
sesuai data yang dibutuhkan. Khusus untuk analisis aliran permukaan (runoff),
data tambahan yang dibutuhkan antara lain :
a. Hidrologic Soil Group b. Precipitation
d. Slope
e. Cost contruction
Setelah penambahan field (kolom) selesai, kembali ke pilihan menu
CITYgreen, analyze data, lalu terlihat tampilan toolbar study area
preferences. Kolom yang telah dibuat akan dapat dipilih setelah kita mengklik
study area preferences, kemudian pilih sesuai kategori yang diperlukan dalam
penelitian, itu berarti tidak perlu semua option yang ada terisi, tergantung
analisis apa yang akan digunakan.
Gambar 10. Setting Site area preference(Sumber : Hasil Pengolahan)
B. CITYgreen Preferences
Metode ini digunakan untuk pengisian informasi area studi dengan cakupan
yang luas (regional). Setelah dipergunakan, analisis berikutnya secara otomatis
Gambar 11. Setting CITYgreen Preferences (Sumber : Hasil Pengolahan)
2. Running Analysis
Tahap ini adalah langkah akhir dalam menganalisis dan menduga seberapa
besarkah peran RTH yang diteliti, dengan arah studi yaitu air pollutan removal,
carbon storage and sequistration, dan stormwater management. Hasil akhir berupa laporan terkait dengan tipe dan proporsi penutupan site; nilai ekologis
berupa kapasitas serapan polutan udara dan karbon, serta kapasitas runoff; dan
nilai manfaat ekonomi total dari kawasan.
Gambar 12. Prosedur Running Analysis CITYgreen (Sumber : Hasil Pengolahan)
3. Laporan Analisis (Output Model)
Model dari hasil analisis CITYgreen memberikan laporan berupa luasan
penutupan lahan (hutan atau pohon kanopi, padang rumput / padang rumput, dan
penggunaan lahan perkotaan) sebagaimana tersaji pada Gambar 13 bagian 1.
Model CITYgreen juga berfungsi untuk memprediksi proporsi dan nilai finansial
dari penyerapan polutan udara (seperti ozon, oksida sulfur dan nitrogen, partikulat
dan karbon monooksida), serta jumlah karbon yang tersimpan di dalam hutan atau
pohon kanopi di suatu wilayah (Gambar 13, bagian 2). Model ini juga
menghasilkan perhitungan valuasi secara keseluruhan dari manfaat tahunan
kanopi pohon (Gambar 13, bagian 3).
\
Gambar 13.Model Output CITYgreen (Sumber : Hasil Pengolahan)
1
2
Analisis Strategi Pemecahan Masalah
Analisis Strength, Weaknes, Opportunity and Threat (SWOT) digunakan
untuk mendapatkan strategi pemecahan masalah atas kendala yang dihadapi
terkait pengelolaan dan kebijakan ruang terbuka hijau serta pepohonan di Kota
Malang. Analisis SWOT ini meliputi empat aspek yaitu kekuatan, kelemahan,
peluang dan ancaman yang nantinya akan mendapatkan suatu kesimpulan sebagai
upaya untuk mengoptimalkan perannya.
Analisis ini dilakukan dalam dua tahapan yaitu : (1) analisis lingkungan
internal yang meliputi komponen kekuatan dan kelemahan yang dimiliki dan
dihadapi oleh kawasan serta (2) analisis lingkungan eksternal dengan dua
komponen utamanya antara lain peluang dan tantangan / ancaman. Konteks
analisis diarahkan pada kekuatan/potensi, kelemahan, peluang dan tantangan
dalam pengembangan serta perbaikan kapasitas ekosistem kota Malang.
Proses perumusan strategi didasarkan pada kerangka tiga tahap formulasi
strategi yang terdiri dari tahap masukan (input), tahap pencocokan dan tahap
keputusan. Analisis tiga tahap formulasi strategi yang digunakan dalam penelitian
ini meliputi analisis lingkungan internal dan eksternal (IFE dan EFE), analisis
SWOT dan analisis QSPM.
Tahap Input
1. Identifikasi Faktor Internal dan Eksternal Kawasan Tahapan identifikasi
faktor-faktor internal, yaitu dengan cara mendaftarkan semua kekuatan dan
kelemahan yang ditemukenali. Dalam penyajiannya, faktor yang bersifat
positif (kekuatan) ditulis sebelum faktor yang bersifat negatif (kelemahan).
Begitu pula dengan tahap identifikasi faktor eksternal kawasan.
2. Pemberian Bobot Setiap Faktor
Penentuan bobot pada analisis internal dan eksternal kawasan dilakukan
dengan cara studi literatur terkait dengan pengembangan ruang terbuka hijau
menggunakan metode paired comparison.Penentuan bobot mengacu pada
Nurmasari (2010) dan Qomariyah (2010). Metode tersebut digunakan untuk
memberikan penilaian terhadap bobot setiap faktor penentu internal dan
eksternal. Tanpa memperdulikan apakah faktor kunci kekuatan dan