• Tidak ada hasil yang ditemukan

Strategi dan biaya adaptasi masyarakat teluk Jakarta terhadap dampak banjir rob akibat perubahan iklim

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Strategi dan biaya adaptasi masyarakat teluk Jakarta terhadap dampak banjir rob akibat perubahan iklim"

Copied!
170
0
0

Teks penuh

(1)

STRATEGI DAN BIAYA ADAPTASI MASYARAKAT TELUK

JAKARTA TERHADAP DAMPAK BANJIR ROB AKIBAT

PERUBAHAN IKLIM

DINA BERINA

DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

(2)

RINGKASAN

DINA BERINA. Strategi dan Biaya Adaptasi Masyarakat Teluk Jakarta Terhadap Dampak Banjir Rob Akibat Perubahan Iklim. Dibimbing oleh PINI WIJAYANTI

Perubahan iklim berpotensi memberikan dampak pada berbagai aspek kehidupan. Fenomena ini ditunjukkan dengan adanya pencairan es di kutub dan kenaikan permukaan air laut. Salah satu dampak yang ditimbulkan oleh kenaikan permukaan air laut adalah banjir di wilayah pesisir atau yang dikenal dalam istilah Indonesia sebagai rob. Dibutuhkan suatu upaya adaptasi sebagai bentuk tindakan responsif yang dilakukan untuk meminimalisir dan mengantisipasi dampak yang diterima. Oleh sebab itu, penelitian ini dilakukan untuk mengkaji upaya adaptasi masyarakat melalui pendekatan ekonomi sumberdaya dan lingkungan. Tujuan penelitian ini secara khusus yaitu: (1) menginterpretasikan presepsi masyarakat mengenai perubahan iklim dan dampak banjir rob; (2) mengidentifikasi strategi adaptasi yang dilakukan masyarakat dalam mengantisipasi dampak banjir rob; (3) mengestimasi besar biaya adaptasi yang ditanggung masyarakat akibat banjir rob; (4) menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi besar biaya adaptasi masyarakat terhadap dampak banjir rob; dan (5) mengkaji program dan rencana program pemerintah Provinsi DKI Jakarta dan Kotamadya Jakarta Utara untuk mengatasi banjir rob di wilayah Kelurahan Penjaringan dan kesesuaiannya dengan harapan masyarakat.

Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Penjaringan, Jakarta Utara, selama bulan April sampai dengan Mei 2011. Kenaikan permukaan air laut yang disebabkan oleh perubahan iklim berimplikasi pada terjadinya banjir rob di wilayah tersebut. Fenomena ini menimbulkan suatu strategi dan biaya adaptasi yang harus ditanggung oleh masyarakat. Proses interpretasi persepsi masyarakat, identifikasi strategi adaptasi, dan kajian program menggunakan metode analisis deskriptif. Sementara itu, biaya adaptasi diperoleh melalui pendekatan Averting Behavior Method dan analisis faktor yang mempengaruhi biaya adaptasi menggunakan regresi linear berganda dengan model double log.

Hasil dari penelitian ini menunjukkan, sebagian besar masyarakat Kelurahan Penjaringan belum memahami istilah perubahan iklim. Saat banjir terjadi, masyarakat lebih memilih menetap di rumah dibandingkan mengungsi ke tempat lain. Hal tersebut menimbulkan biaya yang harus ditanggung masyarakat untuk beradaptasi. Biaya adaptasi total yang harus ditanggung masyarakat Kelurahan Penjaringan adalah sebesar Rp 50 775 630 927.44. Faktor-faktor yang mempengaruhi besar biaya adaptasi tersebut yaitu pendapatan rumah tangga, jarak rumah ke laut, dan status kepemilikan rumah. Masyarakat berpendapat bahwa fasilitas yang telah diberikan oleh pemerintah kurang sesuai dengan kebutuhan dan kondisi lingkungan. Terdapat berbagai sudut pandang dalam menanggapi hal tersebut, mulai dari belum adanya optimalisasi program hingga moral hazard masyarakat di wilayah tersebut. Pemerintah telah menyiapkan beberapa program terkait dengan antisipasi banjir rob dan penurunan lahan, yaitu reklamasi pantai dan Giant Sea Wall sepanjang garis pantai Jakarta Utara.

(3)

STRATEGI DAN BIAYA ADAPTASI MASYARAKAT TELUK

JAKARTA TERHADAP DAMPAK BANJIR ROB AKIBAT

PERUBAHAN IKLIM

DINA BERINA H44070041

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan

DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

(4)

Judul Skripsi : Strategi dan Biaya Adaptasi Masyarakat Teluk Jakarta Terhadap Dampak Banjir Rob Akibat Perubahan Iklim

Nama : Dina Berina

NIM : H44070041

Disetujui

Pini Wijayanti, SP, M.Si. Nuva, SP, M.Sc.

Pembimbing I Pembimbing II

Diketahui

Dr. Ir. Aceng Hidayat, MT. Ketua Departemen

(5)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi Strategi dan Biaya Adaptasi

Masyarakat Teluk Jakarta Terhadap Dampak Banjir Rob Akibat Perubahan Iklim

adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan

dalam bentuk apa pun pada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang

berasal atau dikutip dari karya diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis

lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian

akhir skripsi ini.

Bogor, Juni 2011

(6)

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah

memberi bantuan dan dukungan selama proses penyusunan skripsi ini, terutama

kepada:

1. Mama (Tiominar), Bapak (T. Ruhyadi), dan adik-adik penulis (Nirwan

Hartadi dan Netya Marsheli) atas segala dukungan, doa, dan kasih sayang.

2. Pini Wijayanti, SP, M.Si. (Pembimbing I) dan Nuva, SP, M.Sc. (Pembimbing

II) selaku dosen pembimbing skripsi yang telah meluangkan waktu untuk

memberi bimbingan, saran, dan motivasi dalam penyusunan skripsi ini.

3. Dr. Ir. Ahyar Ismail, M.Agr. selaku dosen penguji utama dan Rizal Bahtiar,

S.Pi, M.Si. selaku dosen perwakilan departemen.

4. Dr. Ir. Eka Intan Kumala Putri, MS. selaku pembimbing akademik.

5. Kelurahan Penjaringan, Dinas Pekerjaan Umum Provinsi DKI Jakarta, dan

Suku Dinas Tata Kelola Air Wilayah Kotamadya Jakarta Utara, atas data dan

informasinya.

6. Rekan satu bimbingan, Andrian Irwansyah, Andika Lesmana, Desi Irnalia,

dan Nasya Fathiras, serta seluruh sahabat ESL 44 atas kebersamaan, bantuan,

(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang

selalu memberikan rahmat serta karunia-Nya. Skripsi ini disusun sebagai salah

satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ekonomi

Sumberdaya dan Lingkungan, Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut

Pertanian Bogor.

Penulisan skripsi ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai

strategi dan biaya adaptasi masyarakat dimana dalam penelitian ini adalah

adaptasi terhadap banjir rob di kawasan Teluk Jakarta. Kajian yang dilakukan

meliputi interpretasi persepsi masyarakat mengenai perubahan iklim dan dampak

banjir rob, serta identifikasi strategi adaptasi melalui analisis deskriptif. Selain itu,

dilakukan pula estimasi terhadap biaya adaptasi melalui pendekatan Averting

Behavior Method dan analisis faktor-faktor yang mempengaruhinya melalui

regresi linear berganda. Penelitian ini juga mengkaji program dan rencana

program pemerintah Provinsi DKI Jakarta dan Kotamadya Jakarta Utara terkait

banjir rob dan kesesuaiannya dengan harapan masyarakat.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna. Akhir kata,

semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak, khususnya pihak

yang terkait dengan penelitian ini.

Bogor, Juni 2011

(8)

DAFTAR ISI

Halaman

RINGKASAN ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

HALAMAN KEORISINILAN ... iii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iv

2.1.1 Pemahaman Mengenai Perubahan Iklim ... 9

2.1.2 Pengertian dan Konsep Persepsi ... 10

2.1.3 Banjir Rob ... 11

2.2 Adaptasi Terhadap Perubahan Iklim ... 11

(9)

4.4.3 Analisis Deskriptif ... 25

5.1 Keadaan Umum Lokasi Penelitian... 30

5.2 Karakteristik Responden ... 32

6.1 Persepsi Responden Kelurahan Penjaringan Terhadap Perubahan Iklim ... 41

6.1.1 Penilaian Responden Terhadap Suhu Udara ... 42

6.1.2 Penilaian Responden Terhadap Curah Hujan ... 43

6.1.3 Penilaian Responden Terhadap Jumlah Hari Hujan ... 43

6.1.4 Penilaian Responden Terhadap Banjir Rob ... 45

6.2 Strategi Adaptasi Responden Terhadap Banjir Rob... 48

6.3 Biaya Pencegahan (Preventive Expenditure) ... 52

6.3.1 Biaya Pencegahan untuk Pembuatan Tanggul ... 52

6.3.2 Biaya Pencegahan untuk Peninggian Lantai Dasar ... 53

6.3.3 Biaya Pencegahan untuk Penambahan Lantai ... 53

6.3.4 Biaya Pencegahan untuk Peninggian Jalan ... 54

6.3.5 Biaya Adaptasi Total Kelurahan Penjaringan Tahun 2011 . 55 6.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Besarnya Biaya Adaptasi Akibat Banjir Rob ... 56

6.4.1 Pendapatan Rumah Tangga ... 57

6.4.2 Jarak Rumah ke Tepi Laut ... 58

6.4.3 Status Kepemilikan Rumah ... 58

6.4.4 Jenis Bangunan ... 59

6.5 Program dan Rencana Program Pemerintah di Wilayah Kelurahan Penjaringan ... 60

VII. KESIMPULAN DAN SARAN ... 64

7.1 Kesimpulan ... 64

(10)
(11)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1 Matriks Metode Analisis Data ... 24 2 Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur Tahun 2010 ... 31 3 Mata Pencaharian Penduduk Kelurahan Penjaringan Tahun 2010.... 31 4 Perilaku Responden Kelurahan Penjaringan dalam Mengombinasi-

(12)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1 Data Sebaran Masyarakat Miskin di Jakarta Tahun 2008 ... 5 2 Diagram Alur Pikir ... 20 3 Peta Kelurahan Penjaringan ... 30 4 Karakteristik Responden Kelurahan Penjaringan Berdasarkan

Jenis Kelamin Tahun 2011 ... 32

5 Karakteristik Responden Kelurahan Penjaringan Berdasarkan

Usia Tahun 2011 ... 33 6 Karakteristik Responden Kelurahan Penjaringan Berdasarkan

Status Kependudukan Tahun 2011 ... 34

7 Karakteristik Responden Kelurahan Penjaringan Berdasarkan

Tingkat Pendidikan Tahun 2011 ... 35

8 Karakteristik Responden Kelurahan Penjaringan Berdasarkan

Mata Pencaharian Kepala Keluarga Tahun 2011 ... 36 9 Karakteristik Responden Kelurahan Penjaringan Berdasarkan

Pendapatan Rumah Tangga Tahun 2011 ... 37

10 Proporsi Status Kepemilikan Rumah Responden Kelurahan

Penjaringan Tahun 2011 ... 38 11 Proporsi Jenis Bangunan Rumah Responden Kelurahan

Penjaringan Tahun 2011 ... 39

12 Proporsi Luas Rumah Responden Kelurahan Penjaringan Tahun 2011 39 13 Sumber Pengetahuan Responden Kelurahan Penjaringan

Mengenai Perubahan Iklim Tahun 2011... 41 14 Penilaian Responden Kelurahan Penjaringan Mengenai Jumlah

Hari Hujan Tahun 2011 ... 44 15 Data Iklim Pengamatan Stasiun Meteorologi Maritim Tanjung

Priok untuk Wilayah Jakarta Utara Tahun 2001-2010 ... 44

16 Perilaku Adaptasi Responden Kelurahan Penjaringan Tahun 2011 .. 49 17 Penerapan Strategi Adaptasi Tempat Tinggal Responden

Kelurahan Penjaringan Tahun 2011 ... 49 18 Proporsi Biaya Rata-Rata Tiap Strategi Adaptasi Responden

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1 Kuesioner Penelitian ... 71 2 Biaya Adaptasi Total dan Rata-Rata Masyarakat Kelurahan

(14)

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Jakarta merupakan ibu kota yang menjadi pusat lokasi pelaksanaan fungsi

administrasi pemerintahan dan perekonomian Republik Indonesia. Hal ini memicu

pesatnya pembangunan dan pengembangan berbagai fasilitas dan sarana

pendukung kegiatan tersebut. Penyediaan fasilitas dan pembangunan di berbagai

sektor perekonomian dan bisnis menjadi daya tarik masyarakat dari berbagai

daerah untuk menetap dan memperoleh kesejahteraan di kota ini. Hal tersebut

melatarbelakangi terjadinya peningkatan jumlah penduduk yang signifikan di

Jakarta. Menurut data BPS (2011), jumlah penduduk Jakarta mencapai 9 607 787

jiwa atau lebih dari 13 000 jiwa/km2 dengan proporsi masyarakat pada garis

kemiskinkan sebanyak 331 169 jiwa.

Jakarta memiliki 40 % daratan (24 000 ha) yang letaknya lebih rendah

dibandingkan permukaan air laut (Firman et al. 2011). Kota ini dibangun oleh Jan

Pieters Zoon Coen di awal abad ke-17 dengan konsep kota air (waterfront city).

Konsep ini dipilih karena Jakarta telah diprediksi sebagai kota yang akrab dengan

permasalahan banjir sehingga dibangun kanal-kanal yang pada awalnya

direncanakan seperti yang telah dibangun di Kota Amsterdam. Namun, berselang

beberapa waktu dari pembangunan hingga awal abad ke-20 genangan air yang

lebih tinggi dari daratan Jakarta terus terjadi, dan banjir tidak dapat dihindari

(Caljouw et al. 2004).

Permasalahan banjir tersebut terus berlanjut hingga saat ini, bahkan

berdasarkan data Bappenas (2007) dalam Steinberg (2007) 60 % daratan di

(15)

Banjir ini merupakan banjir terparah di Jakarta yang menimbulkan korban jiwa

sebanyak 48 orang dan kerugian ekonomi yang diperkirakan mencapai US$ 453

juta. Kerugian ekonomi tersebut mencakup kerugian dan kerusakan aset

pemerintah, aset dunia usaha, dan aset masyarakat.

Banjir dapat disebabkan oleh berbagai faktor. Salah satu penyebab banjir

adalah perubahan iklim. Perubahan iklim berpotensi menyebabkan banjir melalui

peningkatan curah hujan, peningkatan aliran sungai gletser, dan peningkatan

permukaan air laut akibat mencairnya es di kutub bumi atau dalam istilah

Indonesia dikenal dengan rob (Satterthwaite 2008)1. Berdasarkan data kenaikan

permukaan air laut hasil pengamatan Jaringan Stasiun Pasang Surut Nasional,

variasi kenaikan permukaan laut di perairan Indonesia berkisar antara 3-8 mm per

tahun. Bahkan, kondisi kenaikan permukaan air laut di pantai utara Jawa memiliki

variasi yang lebih besar dan diperburuk dengan penurunan lahan di sejumlah kota

besar, seperti Jakarta, Semarang, dan Surabaya (Karsidi 2011)2.

Berdasarkan dari potensi dampak peningkatan permukaan air laut tersebut,

Jakarta merupakan kota yang paling berisiko mengalami banjir (Firman et al.

2011). Hal tersebut juga didukung oleh daratan yang terletak di bawah permukaan

air laut dan penurunan permukaan tanah yang semakin massive. Penurunan lahan

ini terjadi dengan tingkat yang variatif mulai 1-15 cm per tahun, hingga di

wilayah tertentu mencapai 20-25 cm per tahun, sedangkan untuk wilayah pesisir

Jakarta rata-rata tingkat penurunan lahan mencapai 12 cm per tahun (Abidin et al.

2009).

1

http://www.un.org/esa/population/meetings/EGM_PopDist/P16_Satterthwaite.pdf diakses pada tanggal 11 Februari 2011

2

(16)

Ditinjau dari aspek sosial dan ekonomi, penduduk miskin merupakan suatu

bagian dari lapisan masyarakat yang paling rentan terhadap dampak perubahan

iklim (Firman et al. 2011; Adger et al. 2003). Selain itu, lapisan masyarakat yang

berada di atasnya, yaitu penduduk yang memiliki penghasilan rendah namun

belum masuk ke dalam kriteria penduduk miskin berpotensi menjadi miskin

akibat dampak lingkungan yang harus ditanggungnya karena perubahan iklim

(Susandi 2009). Dampak lingkungan tersebut dapat berupa banjir, abrasi,

kekeringan, dan intrusi air laut (Sales Jr. 2009).

Adaptasi merupakan salah satu upaya masyarakat dalam merespon

dampak lingkungan yang mereka terima akibat perubahan iklim. Adaptasi ini

dapat bersifat swadaya seperti melindungi tempat tinggal mereka dari banjir dan

berupa inisiatif pemerintah seperti penyediaan fasilitas pertahanan banjir lainnya.

Upaya adaptasi ini juga menimbulkan biaya bagi pemerintah maupun masyarakat

(Barker 2003). Namun, dalam hal ini masih terdapat kesenjangan terkait

kemampuan beradaptasi antara masyarakat kaya dan miskin. Masyarakat lapisan

menengah ke atas memiliki lebih banyak pilihan untuk beradaptasi, misalnya

membangun tempat tinggal (menambah lantai) hingga pindah ke tempat lain.

Berbeda dengan masyarakat miskin yang cenderung tidak memiliki banyak

pilihan karena dampak lingkungan yang terjadi melebihi daya adaptasi. Hal

tersebutlah yang menjadi potensi baru pemiskinan lebih lanjut (Caljouw et al.

2004). Oleh karena itu, perlu diadakan penelitian dan pengkajian lebih lanjut

mengenai adaptasi terhadap dampak lingkungan yang diterima masyarakat

(17)

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan kompleksitas yang dimilikinya perubahan iklim global

dianggap sebagai induk dari berbagai permasalahan pasar dan non-pasar (Griffin

2003). Hal ini melatarbelakangi diangkatnya perubahan iklim sebagai isu global.

Beberapa pertemuan antar negara terkait perubahan iklim ini telah dilakukan dan

semakin intensif dalam beberapa tahun terakhir, antara lain UNFCCC Kyoto3,

UNFCCC Bali4, KTT Iklim Kopenhagen, dan KTT Iklim Cancun-Meksiko5.

Perubahan iklim dapat ditunjukkan oleh kenaikan suhu rata-rata

permukaan bumi, peningkatan permukaan air laut, banjir, dan kekeringan.

Peningkatan suhu bumi berpengaruh terhadap pencairan es di kutub sehingga

volume air laut meningkat dan berpotensi menggenangi daratan dan pemukiman

di wilayah pesisir (Paw dan Thia-Eng 1991). Hal tersebut menimbulkan dampak

lingkungan yang berimbas pada kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat

(Barker 2003).

Parry et al. (1999) dalam Nicholls et al. (1999) meninjau dari berbagai

studi, bahwa perubahan iklim secara regional maupun global berpotensi

memberikan dampak terhadap ekosistem daratan, kesehatan manusia, sumber

daya air, suplai pangan, dan wilayah pesisir. Oleh sebab itu, dibutuhkan suatu

upaya adaptasi secara global maupun lokal.

Berdasarkan UNFCCC (2004) dalam Van Aalst et al. (2008) adaptasi

secara global dilakukan melalui pendekatan top-down perspective dimana

3

http://iklimkarbon.com/perubahan-iklim/protokol-kyoto/ diakses pada tanggal 11 Februari 2011

4

http://unfccc.int/meetings/cop_13/items/4049.php diakses pada tanggal 11 Februari 2011

5

(18)

pemecahan masalah ditinjau dari upaya pengurangan risiko bencana akibat

perubahan iklim, yakni melalui penelitian dan pembentukan kebijakan.

Sedangkan, adaptasi secara lokal dilakukan melalui pendekatan bottom-up

perspective dimana prioritas utamanya adalah kebutuhan tingkat lokal untuk

mengantisipasi maupun mengatasi risiko yang ditimbulkan oleh perubahan iklim.

Kotamadya Jakarta Utara merupakan wilayah terendah di Jakarta yang

berbatasan langsung dengan Laut Jawa. Hasil studi yang dilakukan oleh Yusuf

dan Fransisco (2009) dalam (Firman et al. 2011) menyatakan wilayah Jakarta

Utara menempati posisi satu dalam urutan wilayah paling berisiko terkena banjir

se-Asia Tenggara. Selain itu, Jakarta Utara merupakan kotamadya dengan jumlah

populasi penduduk miskin tertinggi dibandingkan kotamadya lain yang terdapat di

daratan Jakarta. Hal tersebut ditunjukkan pada Gambar 1.

Sumber: Badan Pusat Statistik (2010) dalam Firman et al. (2011)

Gambar 1. Data Sebaran Masyarakat Miskin di Jakarta Tahun 2008.

Wilayah di Jakarta Utara yang memiliki populasi penduduk miskin

terpadat adalah Kelurahan Kali Baru, Kecamatan Cilincing, dan Kelurahan

Penjaringan, Kecamatan Penjaringan (Susandi 2009). Namun, di antara kedua

(19)

Ketinggian air di wilayah ini saat terjadi rob mencapai 50 cm (DPU 2008) dalam

(Firman et al. 2011).

Berdasarkan penjelasan di atas perumusan masalah dari penelitian ini

antara lain:

1. Bagaimana presepsi masyarakat mengenai perubahan iklim dan dampak

banjir rob?

2. Apa saja strategi adaptasi yang dilakukan masyarakat dalam

mengantisipasi dampak banjir rob?

3. Berapa besar biaya adaptasi yang ditanggung masyarakat akibat banjir

rob?

4. Apa saja faktor yang mempengaruhi besar biaya adaptasi masyarakat

dalam mengantisipasi dampak banjir rob?

5. Apa saja program dan rencana program pemerintah Provinsi DKI Jakarta

dan Kotamadya Jakarta Utara untuk mengatasi banjir rob di wilayah

Kelurahan Penjaringan dan bagaimana kesesuaiannya dengan harapan

masyarakat?

1.3 Tujuan

Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan

untuk mengkaji upaya adaptasi masyarakat terhadap dampak banjir rob di

Kelurahan Penjaringan, Jakarta Utara, tersebut dikaitkan dengan:

1. Menginterpretasikan presepsi masyarakat mengenai perubahan iklim dan

dampak banjir rob.

2. Mengidentifikasi strategi adaptasi yang dilakukan masyarakat dalam

(20)

3. Mengestimasi besar biaya adaptasi yang ditanggung masyarakat akibat

banjir rob.

4. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi besar biaya adaptasi

masyarakat terhadap dampak banjir rob.

5. Mengkaji program dan rencana program pemerintah Provinsi DKI

Jakarta dam Kotamadya Jakarta Utara untuk mengatasi banjir rob di

wilayah Kelurahan Penjaringan dan kesesuaiannya dengan harapan

masyarakat.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Bagi peneliti, sebagai media pembelajaran dan penerapan ilmu ekonomi

sumberdaya dan lingkungan.

2. Bagi akademisi, sebagai bahan untuk menambah khasanah ilmu ekonomi

sumberdaya dan lingkungan.

3. Bagi pemerintah, sebagai bahan acuan dalam melakukan estimasi biaya

adaptasi yang ditanggung masyarakat akibat banjir rob dan pertimbangan

dalam menentukan program dan kebijakan.

4. Bagi masyarakat, sebagai bahan informasi mengenai strategi dan

besarnya biaya adaptasi yang ditanggung masyarakat akibat banjir rob.

5. Sebagai referensi bagi penelitian terkait berikutnya

1.5 Ruang Lingkup dan Batasan Penelitian

1. Penelitian ini tidak mengestimasi nilai kerugian harta benda penduduk

(21)

2. Biaya adaptasi yang dimaksud dalam penelitian ini merupakan

aliran-aliran yang dikeluarkan untuk mencegah kerugian yang lebih besar akibat

banjir rob meliputi biaya untuk penambahan kapasitas infrastruktur, yaitu

rumah dan jalan.

3. Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Penjaringan, Kecamatan

Penjaringan, Jakarta Utara dan hanya mengkaji upaya adaptasi

masyarakat terhadap dampak banjir rob melalui presepsi masyarakat

mengenai perubahan iklim dan dampak banjir rob, identifikasi strategi

adaptasi masyarakat, estimasi besar biaya adaptasi akibat banjir rob,

analisis faktor-faktor yang mempengaruhi besar biaya adaptasi, dan

(22)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Perubahan Iklim dan Persepsi

Suatu kejadian dapat menimbulkan beragam persepsi dalam masyarakat.

Salah satunya adalah fenomena perubahan iklim dan dampak yang ditimbulkan.

Dampak ini dapat bersifat global, regional, maupun lokal. Melalui persepsi dapat

diketahui pula sejauh mana tingkat pengetahuan dan pandangan masyarakat

mengenai perubahan iklim, serta dampak lokal yang diterimanya. Hal ini

berimplikasi pada kesigapan dalam menentukan pilihan yang berkaitan dengan

kesejahteraan masyarakat dan upaya untuk mengantisipasi dampak yang lebih

besar. Oleh sebab itu, fenomena ini penting untuk dipahami.

2.1.1 Pemahaman Mengenai Perubahan Iklim

Perubahan iklim merupakan implikasi dari pemanasan global yang

mengakibatkan ketidakstabilan atmosfer di lapisan bawah terutama yang dekat

dengan permukaan bumi. Pemanasan global ini disebabkan oleh meningkatnya

gas-gas rumah kaca yang menimbulkan efek pemantulan dan penyerapan terhadap

gelombang panjang yang bersifat panas (inframerah) kembali ke permukaan bumi

(Susandi et al. 2008).

Emisi gas rumah kaca yang menyebabkan pemanasan global tersebut

dominan dihasilkan dari penggunaan bahan bakar fosil. Ada pun sektor lain yang

berkontribusi signifikan dalam proses ini antara lain sektor pertanian, sektor

industri, dan kegiatan pembukaan lahan hutan (forest clearing). Kegiatan tersebut

menimbulkan risiko signifikan yang mempengaruhi kehidupan manusia dan

sistem alam (IPCC 2007) dalam (Matson et al. 2010). Mc. Carthy et al. (2001)

(23)

perubahan iklim antara lain peningkatan suhu bumi, kenaikan permukaan air laut,

cuaca ekstrim, gangguan terhadap biodiversitas, dan kerugian properti.

2.1.2 Pengertian dan Konsep Persepsi

Nazir (1988) mendefinisikan persepsi sebagai cara responden menilai

sesuatu tentang perilakunya sendiri dalam hubungannya dengan orang lain atau

lingkungannya. Sedangkan, Rakhmat (2005) mengemukakan bahwa persepsi

merupakan pemberian makna melalui stimulasi inderawi.

Penduduk lokal Phinaya di wilayah Pegunungan Andes, Peru, dalam studi

Adger et al. (2009) mengemukakan berbagai persepsi mengenai perubahan iklim.

Fenomena alam yang disebabkan oleh ketidakstabilan atmosfer ini dianggap

sebagai suatu proses lingkungan yang menyebabkan mencairnya lapisan es di

wilayah tersebut. Proses ini beberapa kali disebut oleh masyarakat setempat

sebagai ‘tukurapunqa vida’ yang berarti akhir dari kehidupan. Makna kalimat

tersebut lebih direpresentasikan kepada kepunahan Alpaca (spesies domba di

wilayah Andes) dan kedatangan angin besar yang akan menyapu seluruh vegetasi.

Studi lain menyatakan penduduk lokal Phinaya juga memiliki berbagai persepsi

mengenai penyebab perubahan iklim, antara lain polusi, pertambangan, industri

dan perkotaan, serta kekuatan supranatural seperti kutukan Tuhan (Dewa Apus)

dan nilai spiritual yang ada pada sebuah gunung.

Ditinjau dari penyebabnya perubahan iklim merupakan hasil dari berbagai

kegiatan manusia yang memberikan timbal balik pada sejumlah aspek kehidupan.

Dampak negatif yang ditimbulkan bagi kehidupan manusia memunculkan

persepsi yang berbeda-beda dalam masyarakat. Hal ini dapat diakibatkan oleh

(24)

2.1.3 Banjir Rob

Salah satu dampak perubahan iklim adalah banjir akibat kenaikan

permukaan air laut yang dikenal dalam istilah Indonesia sebagai banjir rob.

Berdasarkan hasil studi oleh Handoko et al. (2009), hal ini disebabkan oleh

mencairnya permukaan es di kutub utara. Fenomena kenaikan tinggi permukaan

air laut ini mempercepat proses erosi pantai (abrasi), intrusi air laut, merusak

lahan basah di wilayah pantai, dan menenggelamkan pulau-pulau kecil. Beberapa

lokasi di Pulau Jawa yang rentan terhadap banjir rob merupakan wilayah yang

berbatasan langsung dengan Pantai Utara Jawa. Fauzi et al. (2010) menyatakan

beberapa wilayah yang rentan tersebut antara lain Jakarta, Pekalongan, Jepara, dan

Semarang6.

Banjir rob dan fenomena lain yang timbul sebagai efek samping dari

naiknya permukaan air laut yang telah disebutkan di atas memberikan dampak

secara langsung maupun tidak langsung terhadap perubahan kesejahteraan

masyarakat. Dampak tersebut umumnya merupakan kehilangan pendapatan atau

peningkatan jumlah pengeluaran untuk beradaptasi, misalnya biaya rekonstruksi

rumah, biaya pembelian air bersih, dan lain sebagainya.

2.2 Adaptasi Terhadap Perubahan Iklim

The 3rd Assessment Report of the IPCC (2001) dalam Adger et al. (2009)

menerjemahkan adaptasi terhadap perubahan iklim sebagai penyesuaian pada

alam maupun sistem kehidupan manusia dalam rangka merespon pergerakan

iklim dan dampaknya yang merugikan atau mengurangi peluang manfaat.

Adaptasi tersebut dibedakan ke dalam beberapa tipe yaitu adaptasi antisipatif dan

6

(25)

reaktif, adaptasi privat dan publik, serta adaptasi terencana dan otonomi. Ada pun

beberapa konsep yang berhubungan dengan adaptasi antara lain kapasitas

adaptasi, manfaat adaptasi, biaya adaptasi, dan penilaian adaptasi.

2.2.1 Strategi Adaptasi Masyarakat

Adaptasi disusun oleh berbagai tindakan dalam masyarakat yang

dilakukan oleh individu, kelompok, dan pemerintah. Adaptasi dilatarbelakangi

oleh berbagai faktor termasuk perlindungan terhadap kesejahteraan dan

keselamatan. Hal tersebut dapat dilakukan secara individu atas dasar kepentingan

pribadi, atau tersusun dalam aksi pemerintah dan publik untuk melindungi

penduduknya (Adger et al. 2004).

Burton et al. (1993) dalam Adger et al. (2005) menjelaskan klasifikasi

adaptasi yang berbasis pada strategi sering kali berfokus pada tingkat kerugian

yang diderita, kerugian yang dapat dihindari, modifikasi kejadian, pencegahan

dampak, pengubahan pemanfaatan, atau pemindahan lokasi. Klasifikasi ini

merupakan ekspansi dari tiga landasan adaptasi, yaitu (Adger 2005):

a. Mengurangi sensitivitas sistem yang terkena dampak, misalnya dengan

memastikan bangunan di kawasan banjir dibangun dengan lantai dasar yang

tahan banjir.

b. Mengubah kapasitas sistem untuk menerima dampak perubahan iklim,

misalnya meningkatkan kesigapan dan mitigasi terhadap bahaya.

c. Meningkatkan daya tahan sistem sosial dan ekologi, hal ini dapat dicapai

melalui berbagai tindakan yang tidak hanya meningkatkan kesejahteraan dan

jaminan akses terhadap sumberdaya, tetapi juga tindakan yang spesifik yang

(26)

Adaptasi merupakan salah satu bentuk respon masyarakat dalam

menyikapi perubahan lingkungan. Dibutuhkan sejumlah pengeluaran dalam

melakukan tindakan responsif ini, khususnya yang bersifat pencegahan terhadap

nilai kerugian yang lebih tinggi. Biaya adaptasi yang ditanggung masyarakat

dapat berbeda satu sama lain. Hal ini didasarkan pada berbagai faktor sosial dan

ekonomi masyarakat, serta tingkat dampak yang diterima oleh tiap individu.

2.3 Averting Behavior Method

Pendekatan yang dapat digunakan dalam mengestimasi besar biaya

adaptasi masyarakat adalah Averting Behavior Method (ABM). Metode ini

menggambarkan sejumlah biaya yang dikeluarkan oleh masyarakat dengan tujuan

mencegah atau mengurangi dampak degradasi lingkungan (Garrod dan Willis

1999). Metode ABM ini terbatas untuk kasus dimana rumah tangga mengeluarkan

sejumlah uang untuk mengimbangi dampak lingkungan yang diterima (Pearce

1993). Pendekatan ini terbagi menjadi tiga, yaitu:

1. Biaya Pencegahan (Preventive Expenditure)

Pendekatan biaya pencegahan merupakan pendekatan melalui estimasi

kesediaan individu untuk mengeluarkan biaya agar dapat terhindar dari

kerusakan akibat degradasi lingkungan (Garrod dan Willis 1999). Biaya

pencegahan dikeluarkan untuk melindungi rumah tangga dari penurunan

kesejahteraan (Hanley dan Spash 1993).

2. Biaya Pengganti (Replacement Cost)

Pendekatan biaya pengganti digunakan untuk menggantikan aset pada harga

saat ini. Penilaian dilakukan dengan mengestimasi biaya yang dikeluarkan

(27)

suatu nilai jasa lingkungan yang tidak mengalami kerusakan (Jones et al.

2000).

3. Biaya Substitusi (Substitute Cost)

Pendekatan biaya substitusi dilakukan dengan mengestimasi biaya yang

dikeluarkan masyarakat dalam mensubstitusi barang dan jasa yang hilang

(28)

III. KERANGKA PEMIKIRAN

3.1 Kerangka Pemikiran

Perubahan iklim merupakan implikasi dari kegiatan manusia yang

menyebabkan peningkatan suhu bumi. Hal ini menjadi faktor pemicu mencairnya

lapisan es di kawasan kutub bumi yang berakibat pada peningkatan tinggi

permukaan air laut (rob). Fenomena ini berdampak pada kehidupan masyarakat

yang tinggal di wilayah pesisir yang rentan terhadap pasang surut air laut (Paw

dan Thiang-Eng 1991).

Tingkat pengetahuan dan dampak perubahan iklim yang diterima oleh

masyarakat tidak selalu seragam. Oleh sebab itu, perlu dilakukan interpretasi

mengenai persepsi masyarakat terhadap perubahan iklim dan dampak lokal yang

diterima. Proses interpretasi ini dilakukan sebagai awal dari beberapa proses

identifikasi tingkat lanjut, karena melalui persepsi masyarakat tersebut peneliti

dapat memperoleh informasi mengenai dampak umum dari banjir rob yang terjadi

di lokasi penelitian.

Strategi adaptasi masyarakat pada umumnya didasari oleh persepsi setiap

individu terhadap perubahan yang terjadi. Oleh sebab itu, informasi terkait

persepsi masyarakat dapat dimanfaatkan sebagai acuan bagi proses identifikasi

selanjutnya seperti strategi dan biaya adaptasi, serta harapan masyarakat mengenai

program pemerintah terkait permasalahan banjir rob. Selain itu, hasil identifikasi

persepsi masyarakat tersebut dapat digunakan sebagai stimulan dan input

komunikasi yang efektif saat melakukan wawancara dengan tiap responden.

Ada pun tahap selanjutnya yang dilakukan dalam penelitian ini adalah

(29)

meminimalisir dampak banjir rob di lokasi penelitian. Selain untuk

mengidentifikasi jenis strategi adaptasi, hasil dari proses ini akan dikuantifikasi

dalam tahap selanjutnya. Strategi adaptasi ini akan dikonversi ke dalam bentuk

moneter yang dinilai sebagai biaya adaptasi masyarakat. Biaya adaptasi yang

dimaksud diperoleh melalui penerapan Averting Behavior Method (ABM).

Garrod dan Willis (1999) menyatakan ABM merupakan salah satu metode

yang digunakan dalam menilai kerugian ekonomi melalui estimasi nilai dari

komoditas non-market. Metode ini menggambarkan sejumlah biaya yang

dikeluarkan oleh masyarakat dengan tujuan mencegah atau mengurangi dampak

degradasi lingkungan. ABM terbatas untuk kasus dimana rumah tangga

mengeluarkan sejumlah uang untuk mengimbangi dampak lingkungan yang

diterima (Pearce 1993). Salah satu batasan dari penelitian ini adalah strategi

adaptasi infrastruktur rumah dan jalan, dimana masyarakat diindikasi

mengeluarkan sejumlah biaya untuk mencegah kerugian yang lebih besar. Oleh

sebab itu, pendekatan ABM yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah

biaya pencegahan (preventive expenditure).

Strategi yang dilakukan oleh masyarakat tidak terlepas dari tingkat

kemampuan beradaptasi yang direpresentasikan melalui biaya adaptasi yang

dikeluarkan. Tingkat kemampuan tersebut dipengaruhi berbagai faktor sosial,

ekonomi, dan lingkungan seperti pendidikan, pendapatan rumah tangga, jarak

tempat tinggal ke laut, dan sebagainya. Oleh sebab itu, identifikasi mengenai

faktor-faktor yang berpengaruh terhadap tingkat adaptasi masyarakat menjadi

(30)

data karakteristik yang diperoleh dari tiap responden yang diolah melalui proses

regresi linear berganda.

Kemampuan individu untuk mengeluarkan biaya adaptasi tidak selalu

sama. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, hal ini dipengaruhi oleh tingkat

dampak yang diterima oleh tiap individu. Selain itu, faktor lain yang diindikasi

mempengaruhi besar biaya adaptasi adalah tingkat pendapatan masyarakat,

dimana masyarakat yang berpenghasilan lebih rendah memiliki kapasitas dan

kemampuan adaptasi yang lebih rendah (terbatas) pula.

Keterbatasan adaptasi masyarakat ini harus didukung oleh inisiatif

pemerintah sebagai penyedia barang publik dan pihak yang memiliki andil dalam

menjamin kesejahteraan masyarakat. Dukungan ini dapat diberikan dalam bentuk

program adaptasi berupa pembangunan infrastruktur maupun penyediaan barang

publik lainnya yang sesuai kebutuhan masyarakat, terutama yang dapat mereduksi

peluang penurunan kesejahteraan akibat dampak banjir rob.

Hal tersebutlah yang menjadi latar belakang dilakukannya kajian

mengenai program dan rencana program pemerintah, serta kesesuaiannya dengan

harapan masyarakat. Melalui hasil yang diperoleh dari tahap ini, peneliti dapat

memberikan gambaran mengenai sejauh mana program pemerintah membantu

masyarakat dalam mengurangi dampak banjir yang diterima, serta menjembatani

harapan masyarakat agar pemerintah dapat memberikan program yang sesuai

dengan kebutuhan masyarakat.

Hal-hal yang telah disebutkan di atas erat kaitannya dengan kesejahteraan

dan proses pemiskinan masyarakat akibat kerugian yang diderita. Oleh sebab itu,

(31)

strategi dan biaya adaptasi masyarakat agar dapat menghasilkan suatu

rekomendasi dan acuan bagi penerapan kebijakan yang tepat sasaran.

3.2 Hipotesis

Persepsi yang akan dinilai dalam penelitian ini, yaitu mengenai fenomena

perubahan iklim dan dampak lokal yang dirasakan masyarakat. Peneliti menduga

bahwa sebagian besar masyarakat belum cukup memahami fenomena tersebut dan

belum menyadari bahwa banjir yang terjadi di kawasan Kelurahan Penjaringan

merupakan implikasi dari perubahan iklim. Sebagai bentuk antisipasi terhadap

penurunan kesejahteraan dan kerugian yang lebih besar masyarakat membentuk

suatu strategi adaptasi terhadap perubahan lingkungan. Bentuk adaptasi yang telah

dilakukan oleh masyarakat adalah meningkatkan daya tahan bangunan tempat

tinggal agar lebih adaptif terhadap banjir rob.

Diperlukan sejumlah biaya dalam melakukan strategi adaptasi. Namun,

dalam penerapannya terdapat berbagai faktor yang mempengaruhi besar biaya

adaptasi tersebut. Faktor yang dimaksud dimasukkan sebagai peubah bebas ke

dalam model yang akan ditentukan pada penelitian ini. Ada pun peubah yang

dimasukkan dalam model adalah pendapatan rumah tangga (X1), jarak rumah ke

laut (X2), status kepemilikan (D1), dan jenis bangunan (D2). Seluruh peubah

bebas diduga signifikan pada taraf nyata 15 %, yaitu batasan yang ditentukan

langsung oleh peneliti di bawah dari taraf nyata untuk ilmu sosial yang telah

disepakati para ahli, yaitu sebesar 20 %.

Peubah bebas yang diduga berpengaruh positif terhadap biaya adaptasi

antara lain pendapatan rumah tangga, dimana peningkatan dalam peubah tersebut

(32)

diduga berpengaruh negatif terhadap biaya adaptasi adalah jarak rumah ke laut,

dimana peningkatan dalam peubah tersebut akan menurunkan besar biaya

adaptasi. Selain itu, terdapat peubah bebas yang berlaku sebagai dummy dalam

model tersebut, yaitu status kepemilikan dan jenis bangunan, dimana penduduk

yang merupakan pemilik rumah mempunyai nilai biaya adaptasi yang lebih besar

dibandingkan penduduk yang bukan pemilik rumah, dan penduduk yang memiliki

tempat tinggal berjenis bangunan permanen mempunyai nilai biaya adaptasi yang

lebih besar dibandingkan penduduk yang memiliki tempat tinggal berjenis

(33)
(34)

IV. METODE PENELITIAN

4.1 Lokasi dan Waktu

Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Penjaringan, Kecamatan

Penjaringan, Jakarta Utara. Lokasi penelitian ini dipilih secara sengaja karena

Kelurahan Penjaringan merupakan salah satu wilayah yang paling rentan terhadap

dampak banjir rob di Provinsi DKI Jakarta. Banjir rob yang terjadi menimbulkan

berbagai persepsi dan strategi adaptasi, serta jenis biaya tertentu yang harus

ditanggung oleh masyarakat. Proses pengambilan data primer dan data sekunder

berlangsung selama bulan April sampai dengan Mei 2011.

4.2 Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data

sekunder. Data primer diperoleh melalui proses wawancara responden yang

merupakan penduduk setempat dengan menggunakan kuesioner, serta melalui

wawancara dengan perwakilan atau narasumber yang ditunjuk oleh institusi

penyedia fasilitas dan infrastruktur adaptasi terhadap dampak banjir rob untuk

wilayah tersebut, yakni Dinas Pekerjaan Umum Provinsi DKI Jakarta (DPU) dan

Suku Dinas Pekerjaan Umum Tata Kelola Air Wilayah Kotamadya Jakarta Utara.

Jumlah responden dalam penilitian ini yaitu sebanyak 50 kepala keluarga (KK).

Data sekunder diperoleh melalui berbagai sumber data yang relevan berupa buku

referensi, laporan kegiatan, jurnal ilmiah, internet, serta informasi dan sumber dari

instansi terkait seperti Kantor Walikota Jakarta Utara, Kelurahan Penjaringan, dan

(35)

4.3 Metode Pengambilan Contoh

Metode pengambilan contoh yang digunakan dalam penelitian ini adalah

stratified random sampling dan snowball random sampling. Metode stratified

random sampling diterapkan dalam pengambilan data kuesioner yang dilakukan

terhadap 50 responden, sedangkan metode snowball random sampling diterapkan

dalam pengambilan data sekunder dan wawancara dengan narasumber yang

kompeten sesuai dengan informasi yang dibutuhkan peneliti.

4.3.1 Stratified Random Sampling

Nazir (2005) menyatakan metode ini memisahkan elemen-elemen populasi

dalam kelompok-kelompok yang tidak overlapping yang disebut strata. Kemudian

sampel diambil secara random dari tiap strata yang dibentuk.

Kriteria dasar yang digunakan dalam penerapan metode stratified random

sampling pada penelitian ini adalah jarak rumah ke tepi laut. Unit satuan yang

digunakan dalam metode ini adalah satuan jarak dalam meter. Unit ini dinilai

berdasarkan jarak rumah responden ke tepi laut yang berada di wilayah Luar

Batang (RW 01), Kelurahan Penjaringan, Jakarta Utara.

Wilayah ini dipilih karena memiliki kriteria sesuai dengan ketentuan yang

dibuat peneliti untuk menilai perbedaan dampak yang diterima oleh responden

pada jarak tertentu agar data yang dihasilkan bervariasi dan dapat

merepresentasikan keadaan di lapang. Wilayah ini dibagi menjadi dua, yaitu strata

I dan strata II. Strata I merupakan wilayah dengan kelas jarak antara nol sampai

dengan 75 meter dari tepi laut. Strata II merupakan wilayah dengan kelas jarak

(36)

yang diperoleh dari warga setempat mengenai batas-batas wilayah genangan air

saat terjadi banjir.

4.3.2 Snowball Random Sampling

Teknik bola salju merupakan teknik yang dapat dimanfaatkan ketika ada

suatu kebutuhan untuk mengidentifikasi suatu populasi atau fakta yang

sebelumnya belum diketahui. Proses pada teknik ini dimulai dengan suatu

identifikasi awal dari masyarakat maupun narasumber berpengaruh lainnya yang

kemudian menentukan narasumber yang sesuai dan kompeten yang akan ditanya

selanjutnya. Proses berlanjut sampai alasan maupun fakta yang dikehendaki

diperoleh7.

Metode snowball random sampling yang diterapkan dalam penelitian ini

digunakan untuk mencari informasi mengenai program dan rencana program

pemerintah, serta data sekunder pendukung lainnya seperti gambaran program

pemerintah dan data iklim. Proses pencarian informasi mengenai program dan

rencana program pemerintah diawali dengan wawancara yang dilakukan terhadap

aparat Kelurahan Penjaringan sampai dengan tingkat Ketua Rukun Tetangga (RT)

dan beberapa tokoh masyarakat. Setelah informasi dan fakta tertentu diperoleh,

peneliti meminta narasumber tersebut merekomendasikan pihak yang lebih

berwenang dan kompeten untuk memberikan informasi mengenai hal-hal yang

dibutuhkan dalam penelitian ini, khususnya program dan rencana program

pemerintah terkait antisipasi dampak banjir rob di wilayah Kelurahan Penjaringan

dan sekitarnya.

7

(37)

4.4 Metode dan Prosedur Analisis

Data yang telah terkumpul diolah secara kualitatif dan kuantitatif. Tabel 1

menjelaskan metode yang akan digunakan dalam penelitian ini, yaitu:

Tabel 1. Matriks Metode Analisis Data

No Tujuan Penelitian Sumber masyarakat akibat banjir rob.

Data primer Averting Behavior Method

4 Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi besar biaya adaptasi masyarakat terhadap dampak banjir rob.

Data primer Regresi Linear Berganda

5 Mengkaji program dan rencana program pemerintah Provinsi DKI Jakarta dan Kotamadya Jakarta Utara untuk mengatasi banjir rob di wilayah Kelurahan

Teknik analisis statistik ini mengatur data mentah yang dimasukkan ke

dalam kategori-kategori yang telah ditentukan. Interpretasi dilakukan setelah

frekuensi pemunculan data dijumlahkan. Interpretasi dapat dilakukan dengan

menyebutkan jumlah maupun persentase kemunculan kategori tertentu (Nazir

(38)

4.4.2. Skala Perbedaan Semantik

Skala ini digunakan untuk mengukur pengertian suatu objek atau konsep

oleh seseorang. Responden akan diminta untuk menilai suatu konsep atau objek

dalam suatu skala biopolar. Skala biopolar merupakan skala yang berlawanan

seperi baik-buruk, cepat-lambat, dan sebagainya. Nilai untuk seorang responden

adalah jumlah skor dari pasangan sifat biopolar yang digunakan (Nazir 2005).

Nilai semantik secara umum adalah nilai rata-rata yang diperoleh dari total skor

seluruh responden. Skor yang diberikan pada pilihan dalam kuesioner berselang

antara 1 sampai dengan 5 atau 7. Nilai ini memperlihatkan kecondongan secara

umum sebagai opini yang merupakan suatu kesatuan dari berbagai pilihan

responden terhadap objek tertentu.

4.4.3. Analisis Deskriptif

Metode analisis data yang digunakan dalam mengkaji upaya adaptasi

masyarakat terhadap dampak banjir rob di Kelurahan Penjaringan, Jakarta Utara,

adalah metode analisis deskriptif. Nazir (2005) menyatakan bahwa analisis

deskriptif merupakan suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia,

suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran, atau pun suatu kelas

peristiwa pada masa sekarang. Analisis deskriptif merupakan metode pencarian

fakta dengan interpretasi yang tepat mengenai masalah-masalah yang ada dalam

masyarakat, tata cara yang berlaku, serta situasi-situasi tertentu termasuk tentang

hubungan, kegiatan, sikap, pandangan, serta proses yang sedang berlangsung dan

pengaruh dari suatu fenomena (Withney 1960) dalam (Nazir 2005).

Beberapa hal terkait strategi adaptasi yang akan dijelaskan melalui analisis

(39)

dampak banjir rob, strategi adaptasi, serta program dan rencana program

pemerintah Provinsi DKI Jakarta dan Kotamadya Jakarta Utara untuk mengatasi

banjir rob di wilayah Kelurahan Penjaringan dan kesesuaiannya dengan harapan

masyarakat. Penjelasan ini dilakukan untuk memberi gambaran sistematis

mengenai fakta-fakta mengenai strategi adaptasi masyarakat terhadap dampak

banjir rob di wilayah tersebut.

4.4.4. Averting Behavior Method

Averting Behavior Method (ABM) merupakan metode yang digunakan

untuk mengestimasi nilai kerugian akibat kerusakan sumberdaya alam dan

lingkungan. Metode ini menggambarkan sejumlah biaya yang dikeluarkan oleh

masyarakat dengan tujuan mencegah atau mengurangi dampak degradasi

lingkungan (Garrod dan Willis 1999). ABM terdiri dari tiga bagian yaitu biaya

pencegahan (preventive expenditure), biaya pengganti (replacement cost), dan

biaya substitusi (substitute cost). Salah satu batasan dari penelitian ini adalah

bentuk adaptasi infrastruktur rumah dan jalan, dimana masyarakat diindikasi

mengeluarkan sejumlah biaya untuk mencegah kerugian yang lebih besar. Oleh

sebab itu, pendekatan ABM yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah

biaya pencegahan (preventive expenditure).

4.4.4.1. Biaya Pencegahan (Preventive Expenditure)

Biaya adaptasi diestimasi melalui biaya yang dikeluarkan untuk

melindungi rumah tangga dari penurunan kesejahteraan. Ada pun tahapan dalam

mengestimasi biaya adaptasi dalam penelitian ini melalui pendekatan biaya

pencegahan, antara lain: (1) identifikasi dampak lingkungan akibat banjir rob; (2)

(40)

dampak yang lebih besar; dan (3) hitung biaya atau sejumlah uang yang

dikeluarkan masyarakat untuk upaya pencegahan yang dilakukan. Strategi

adaptasi pencegahan dampak ini dapat berupa penambahan daya dukung atau

kapasitas bangunan tempat tinggal dan infrastruktur penunjang lainnya. Besar

biaya rata-rata untuk upaya pencegahan tersebut dapat diperoleh melalui rumus:

PE = ………..…(4.1)

dimana:

PE = Rata-rata biaya pencegahan (Rupiah/Kepala Keluarga)

PEi = Biaya pencegahan untuk responden i (Rupiah)

n = Jumlah responden (Kepala Keluarga)

i = Responden ke-i (1, 2, 3, …, n)

Tiap biaya pencegahan yang dikeluarkan masyarakat dikonversi ke dalam

nilai saat ini (present value) sesuai dengan tingkat suku bunga Bank Indonesia per

12 Mei 2011, yaitu 6.75 %. Perhitungan present value dari biaya pencegahan

adalah sebagai berikut (Pearce 1998).

PV = PEi (1+r)-t………..………(4.2)

dimana:

PV = Nilai saat ini (Rupiah)

PEi = Biaya pencegahan untuk responden i (Rupiah)

r = Suku bunga bank (0.0675)

t = Selisih waktu saat ini dan saat biaya dikeluarkan (tahun)

4.4.4.2. Biaya Adaptasi Total

Akumulasi dari nilai yang dihasilkan oleh penjumlahan biaya pencegahan

(41)

masyarakat akibat banjir rob. Biaya adaptasi tersebut dapat diperoleh melalui

rumus:

BA = + + + ………..……(4.3)

dengan rata-rata adaptasi tiap kepala keluarga,

BA = ………...……….……….…...….(4.4)

dimana:

BA = Total biaya adaptasi (Rupiah)

BA = Rata-rata biaya adaptasi (Rupiah/Kepala Keluarga)

n = Jumlah responden (Kepala Keluarga)

i = Responden ke-i (1, 2, 3, …, n)

= Strategi adaptasi untuk rumah

m = Strategi adaptasi untuk infrastruktur penunjang

4.4.5. Analisis Regresi Linear Berganda

Biaya adaptasi merupakan fungsi dari beberapa variable bebas, yaitu:

Y = f(X1, X2, D1, D2, ε) .……….…..(4.5)

Faktor-faktor yang berpengaruh dalam besar biaya adaptasi tersebut dianalisis

melalui metode regresi linear berganda pada aplikasi Stastistical Product and

Service Solutions (SPSS) 15. Model yang digunakan dalam menganalisis

faktor-faktor tersebut adalah model double log. Persamaan tersebut adalah sebagai

berikut:

Ln Y = β0+β1 Ln X1+β2 Ln X2+β3D1+β4D2 + ε..…...(4.6)

dimana:

(42)

β1,2,3,4 = Elastisitas peubah bebas

Ln X1 = Pendapatan rumah tangga (Rp/bulan)

Ln X2 = Jarak rumah ke laut (meter)

D1 = Status kepemilikan (asli = 1; pendatang = 0)

D2 = Jenis bangunan (permanen = 1; semi permanen = 0)

= Galat

Variasi model ini dipilih karena mengubah peubah bebas menjadi Ln

membuat jarak antar data menjadi tidak terlalu lebar, sehingga dapat terhindar dari

heteroskedastisitas dan ketidakstasioneran. Hasil regresi pun berupa presentase

yang telah mencerminkan elastisitas variabel X terhadap variabel Y (Juanda

(43)

V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN

5.1 Keadaan Umum Lokasi Penelitian

Kelurahan Penjaringan terletak di Kecamatan Penjaringan, Kotamadya

Jakarta Utara. Kelurahan Penjaringan memiliki lahan seluas 395.43 ha yang

terbagi dalam 17 Rukun Warga (RW) dan 240 Rukun Tetangga (RT). Kelurahan

Penjaringan memiliki dataran yang kurang lebih satu meter lebih rendah dari

permukaan air laut dan merupakan muara dari tiga sungai sehingga memiliki

potensi banjir yang cukup tinggi apabila terjadi hujan dan pasang air laut.

Kawasan yang memiliki potensi banjir tertinggi akibat air pasang dan kenaikan

permukaan air laut adalah wilayah Luar Batang (RW 01, 02, dan 03) dan Muara

Baru (RW 17). Sebelah barat berbatasan dengan Kelurahan Pluit dan Kelurahan

Penjagalan, sebelah timur berbatasan dengan Kelurahan Ancol, sebelah utara

berbatasan dengan Laut Jawa, dan sebelah selatan berbatasan dengan Kelurahan

Roa Malaka, Kelurahan Tambora, dan Kelurahan Penjagalan. Peta Kelurahan

Penjaringan dapat dilihat pada Gambar 3.

Sumber: Kelurahan Penjaringan (2011)

(44)

Jumlah penduduk Kelurahan Penjaringan pada tahun 2011 sebesar 79 066

jiwa yang terdiri dari 46 028 (58.21 %) laki-laki dan 33 038 (41.79 %)

perempuan. Kepadatan penduduk di Kelurahan Penjaringan yaitu 1 420 jiwa/km2.

Jumlah penduduk di Kelurahan Penjaringan dikelompokkan menjadi tiga

kelompok, yaitu kelompok usia muda (0-14 tahun), kelompok usia kerja (15-64

tahun) dan kelompok usia tua (65 tahun ke atas). Kelompok usia di Kelurahan

Penjaringan dapat dilihat pada Tabel 2 di bawah ini.

Tabel. 2 Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur Tahun 2010 Kelompok Umur Jumlah Penduduk

0-14 18 289

15-64 57 553

65+ 3 224

Sumber: Kelurahan Penjaringan, 2011 (diolah)

Mata pencaharian penduduk di Kelurahan Penjaringan yaitu pegawai

swasta, Pegawai Negeri Sipil (PNS), nelayan, buruh bangunan, dan pedagang.

Mayoritas penduduk Kelurahan Penjaringan adalah sebagai pegawai

swasta/PNS/TNI yaitu 39.42 %, kemudian diikuti pedagang dengan presentase

sebesar 29.47 %. Mata pencaharian lainnya sebesar 17.01 % yang terdiri dari

wirausaha, dokter, akademisi, dan buruh pelabuhan. Daftar mata pencaharian

penduduk Kelurahan Penjaringan dapat dilihat pada Tabel 3di bawah ini.

Tabel. 3 Mata Pencaharian Penduduk Kelurahan Penjaringan Tahun 2010

Mata Pencaharian Jumlah (Orang) Presentase (%)

Swasta/PNS/TNI 20 231 39.42

(45)

Karakteristik umum responden di Kelurahan Penjaringan pada penelitian

ini diperoleh berdasarkan survei yang dilakukan terhadap 50 orang responden

yang dibagi ke dalam dua strata berdasarkan jarak rumah ke laut. Karakteristik

umum tersebut terdiri dari jenis kelamin, usia, status kependudukan, tingkat

pendidikan, mata pencaharian kepala keluarga (KK), dan pendapatan rumah

tangga.

5.2.1 Jenis Kelamin Responden

Penduduk yang menjadi responden dalam penelitian ini terdiri dari jenis

kelamin laki-laki dan perempuan. Sebagian besar responden dalam penelitian ini

berjenis kelamin perempuan, yaitu 62 %, sedangkan responden laki-laki

berjumlah 38 %. Hal ini disebabkan oleh survei yang dilaksanakan pada hari kerja

dimana pada umumnya laki-laki mencari nafkah. Proporsi tersebut dapat dilihat

pada Gambar 4 berikut.

Sumber: data primer (diolah)

Gambar 4. Karakteristik Responden Kelurahan Penjaringan Berdasarkan Jenis Kelamin Tahun 2011

Responden dengan jenis kelamin perempuan pada umumnya lebih

memahami berbagai pengeluaran rumah tangga. Hal ini membantu peneliti dalam

memperoleh informasi mengenai biaya adaptasi yang dikeluarkan oleh rumah

tangga tersebut.

5.2.2 Tingkat Usia Responden

Perempuan 62% Laki-laki

(46)

Usia menjadi salah satu faktor yang mencerminkan tingkat kedewasaan

dan pola pikir seseorang dalam menentukan berbagai hal dalam hidupnya,

misalnya jenis pekerjaan maupun alokasi pendapatan yang diterima. Responden

pada usia produktif pada umumnya lebih bijak dalam mengalokasikan pendapatan

untuk memenuhi kebutuhan hidup. Tingkat usia responden dalam penelitian ini

dapat dilihat dalam Gambar 5 berikut.

Sumber: data primer (diolah)

Gambar 5. Karakteristik Responden Kelurahan Penjaringan Berdasarkan Usia Tahun 2011

Berdasarkan data yang diperoleh, tingkat usia responden cukup bervariasi

dengan distribusi usia antara 25 tahun hingga 83 tahun. Sebagian besar responden

berada pada kelompok usia 25-34 tahun, yaitu 40 %. Sedangkan jumlah

responden terendah terdapat pada kelompok usia 55-64 tahun dan 65 tahun ke

atas, yaitu masing-masing 4 %.

5.2.3 Status Kependudukan Responden

Status kependudukan dari responden mempengaruhi tingkat kepedulian

sosial dan lingkungan tempat tinggalnya. Status kependudukan dalam penelitian

ini diklasifikasikan menjadi penduduk asli dan pendatang. Penduduk asli ialah

penduduk yang berasal (lahir) dan bertempat tinggal di Kelurahan Penjaringan.

Sedangkan, pendatang ialah penduduk yang berasal dan bertempat tinggal di luar

(47)

kependudukan responden dalam penelitian ini dapat dilihat dalam Gambar 6

berikut.

Sumber: data primer (diolah)

Gambar 6. Karakteristik Responden Kelurahan Penjaringan Berdasarkan Status Kependudukan Tahun 2011

Berdasarkan data yang diperoleh melalui survei, sebagian besar responden

merupakan penduduk asli Kelurahan Penjaringan, yaitu sebanyak 60 %.

Sedangkan, selebihnya berasal dari berbagai daerah di luar Kelurahan Penjaringan

maupun pendatang dari luar Provinsi DKI Jakarta. Jumlah responden pendatang

yaitu 40 % dan terbagi dalam beberapa daerah asal, yaitu Bekasi, Solo, Blitar,

Kebumen, Pacitan, Subang, Kuningan, Makasar, Ujung Pandang, Bone, dan

Ambon. Sebagian besar pendatang memilih berdomisili di wilayah Kelurahan

Penjaringan dengan alasan mencari mata pencaharian yang lebih baik dan

kemudahan akses fasilitas publik.

5.2.4 Tingkat Pendidikan Responden

Selain tingkat usia, tingkat pendidikan juga mempengaruhi jenis pekerjaan

dan pola pikir responden dalam menentukan pilihan demi kelangsungan hidupnya.

Jenis pekerjaan mempengaruhi tingkat pendapatan dan kesejahteraan seseorang.

Tingkat kesejahteraan berpengaruh pada daya beli seseorang, dalam hal ini daya

adaptasi terhadap kerusakan dan perubahan kondisi lingkungan. Tingkat

pendidikan responden dalam penelitian ini dapat dilihat dalam Gambar 7 berikut. Penduduk Asli

60% Pendatang

(48)

Sumber: data primer (diolah)

Gambar 7. Karakteristik Responden Kelurahan Penjaringan Berdasarkan Tingkat Pendidikan Tahun 2011

Hasil survei menunjukkan jumlah responden terbanyak terdapat pada

jenjang pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA) atau sederajat, yaitu 40 %.

Sedangkan jumlah responden terendah terdapat pada tingkat Perguruan Tinggi

(PT), yaitu 2 % yang merupakan lulusan S1. Responden lainnya menempuh

jenjang pendidikan formal Sekolah Menengah Pertama (SMP), yaitu sebanyak 26

% dan Sekolah Dasar (SD) atau sederajat, yaitu sebanyak 32 %, Artinya,

mayoritas responden berpendidikan rendah, hal ini dapat dilihat dari proporsi

lulusan SMA dan PT lebih kecil dibandingkan lulusan SD dan SMP.

5.2.5 Mata Pencaharian Kepala Keluarga Responden

Jenis mata pencaharian kepala keluarga dalam rumah tangga responden

cukup variatif. Jenis mata pencaharian tersebut antara lain pegawai swasta,

nelayan, pedagang, buruh, wirausaha, dan beberapa pekerjaan lainnya. Wirausaha

yang dimaksudkan adalah usaha yang dibangun sendiri oleh individu dalam skala

yang lebih besar dengan status hukum yang jelas, misalnya penyedia jasa,

koorporasi, dan usaha sejenisnya. Sedangkan, pedagang yang dimaksud dalam

penelitian ini adalah jenis usaha dengan skala yang lebih kecil seperti warung,

penjual makanan dan sayuran, penjual alat dapur, dan sebagainya. Jenis mata

pencaharian responden dalam penelitian ini dapat dilihat dalam Gambar 8 berikut. SD

32%

SMP 26% SMA

40%

(49)

Sumber: data primer (diolah)

Gambar 8. Karakteristik Responden Kelurahan Penjaringan Berdasarkan Mata Pencaharian Kepala Keluarga Tahun 2011

Jenis mata pencaharian kepala keluarga (KK) responden dengan jumlah

terbanyak adalah pegawai swasta, yaitu 30 %. Hal ini dikarenakan banyak industri

dan perkantoran yang beroperasi di wilayah tersebut. Jumlah mata pencaharian

KK responden dengan jumlah terbanyak kedua adalah pedagang, yaitu sebanyak

22 %. Hal ini disebabkan latar belakang pendidikan sebagian kepala keluarga

yang masih tergolong rendah dan lokasi tempat tinggal responden yang dekat

dengan pasar. Kepala keluarga responden yang menjadikan wirausaha sebagai

mata pencaharian yaitu sebanyak 10 %. Jenis usaha tersebut antara lain penyedia

jasa travel, event organizer, percetakan, dan lain sebagainya. Responden yang

memiliki jenis mata pencaharian lainnya yaitu sebanyak 20 %. Jenis pekerjaan

tersebut antara lain keorganisasian, tukang ojek, seniman (pemain lenong),

petugas keamanan, dan TNI.

5.2.6 Pendapatan Rumah Tangga

Besar jumlah pendapatan rumah tangga responden cukup variatif.

Pendapatan rumah tangga yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah jumlah

dari penghasilan utama dan sampingan kepala keluarga dengan penghasilan

anggota keluarga lainnya yang masih tinggal di rumah yang sama. Besar

(50)

mempengaruhi daya adaptasi seseorang. Variasi jumlah pendapatan rumah tangga

responden dapat dilihat pada Gambar 9 berikut.

Sumber: data primer (diolah)

Gambar 9. Karakteristik Responden Kelurahan Penjaringan Berdasarkan Pendapatan Rumah Tangga Tahun 2011

5.3 Kondisi Tempat Tinggal dan Banjir Rob

Kelurahan Penjaringan merupakan muara dari tiga sungai dan memiliki

permukaan tanah yang lebih rendah kurang lebih satu meter dari permukaan laut.

Hal tersebut memperparah potensi dampak perubahan iklim melalui kenaikan

permukaan air laut. Banjir pasang atau yang biasa dikenal dengan istilah rob

adalah peristiwa yang biasa terjadi di wilayah ini. Berdasarkan data yang

diperoleh dari responden, 84 % menyatakan terjadi peningkatan intensitas banjir

rob sejak tahun 2007, yakni sejak banjir siklus lima tahunan terakhir. Sedangkan,

responden yang menyatakan tidak terdapat perubahan sebanyak 6 % dan

responden yang menyatakan terjadi penurunan sebanyak 10 %. Hal ini disebabkan

lokasi atau jarak rumah responden dengan muara sungai yang bervariasi. Selain

itu, menurut informasi yang diperoleh dari responden intensitas rob meningkat

tetapi ketinggian air menurun pada sebagian wilayah pemukiman. Ketinggian air

terendah rata-rata di tempat tinggal responden saat terjadi air pasang adalah 0.08

(51)

5.3.1 Status Kepemilikan Rumah

Status kepemilikan merupakan faktor yang mempengaruhi keinginan dan

kepedulian seseorang untuk melakukan perlindungan maupun kemampuan

beradaptasi dari rumah yang dihuni. Berdasarkan data yang diperoleh melalui

survei responden yang merupakan pemilik dari rumah yang dihuninya yaitu

sebanyak 80 %, sedangkan responden bukan pemilik yaitu sebanyak 20 %.

Responden bukan pemilik yang diperoleh dalam survei merupakan responden

yang tinggal di rumah sewa atau mengontrak. Proporsi tersebut dapat dilihat

dalam Gambar 10 berikut.

Sumber: data primer (diolah)

Gambar 10. Proporsi Status Kepemilikan Rumah Responden Kelurahan Penjaringan Tahun 2011

5.3.2 Jenis Bangunan

Faktor lain yang diduga berpengaruh terhadap biaya adaptasi adalah jenis

bangunan. Jenis bangunan yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah

bangunan permanen dan semi permanen. Bangunan permanen merupakan

bangunan yang memiliki konstruksi kokoh atau tembok. Sedangkan bangunan

semi permanen adalah bangunan yang sebagian besar konstruksinya terbuat dari

bambu, kayu, maupun bilik. Proporsi tersebut dapat dilihat dalam Gambar 11

berikut.

Pemilik 80% Bukan Pemilik

(52)

Sumber: data primer (diolah)

Gambar 11. Proporsi Jenis Bangunan Rumah Responden Kelurahan Penjaringan Tahun 2011

Berdasarkan data yang diperoleh, responden yang menghuni tempat

tinggal jenis bangunan permanen yaitu sebanyak 86 %. Sedangkan responden

yang menghuni tempat tinggal jenis bangunan semi permanen, yaitu sebanyak 14

%.

5.3.3 Luas Rumah

Lokasi penelitian ini merupakan kawasan padat penduduk dimana

mayoritas penduduk tinggal di rumah yang berhimpitan dengan rumah lain dan

cenderung tidak terlalu luas, bahkan dapat dikatakan terlalu kecil untuk jumlah

anggota dalam keluarga tertentu. Proporsi luas rumah responden tersebut dapat

dilihat dalam Gambar 12 berikut (dalam meter persegi).

Sumber: data primer (diolah)

(53)

Mayoritas responden memiliki rumah tidak lebih luas dari 41 m2. Hal ini

dapat disebabkan oleh keterbatasan ekonomi dan luas lahan di wilayah tersebut.

Meskipun harus tinggal di rumah yang sempit, sebagian besar responden mengaku

Gambar

Gambar 2. Diagram Alur Pikir
Tabel 1. Matriks Metode Analisis Data
Gambar 3. Peta Kelurahan Penjaringan
Tabel. 3 Mata Pencaharian Penduduk Kelurahan Penjaringan Tahun 2010
+7

Referensi

Dokumen terkait

HASIL DAN PEMBAHASAN Alga epilitik yang ditemukan pada sumber air panas Rimbo Panti terdiri dari 11 jenis yang tergolong kedalam divisi Chryso- phyta dan Cyanophyta dan

Persamaan regresi (Gambar 6.) menunjukkan Jumlah biji merah tertinggi ada pada kemiringan lereng (8-16), dalam hal ini kemiringan lereng tidak berpengaruh nyata

mempengaruhi nilai uji total fenol, semakin tinggi penambahan minyak atsiri nilai total fenol meningkat. 3HQDPEDKDQ PLQ\DN DWVLUL GDXQ VLULK KLMDX SDGD HGLEOH ILOP

Faktor- faktor yang mempengaruhi kinerja fuel cell diantaranya : Variabel operasi mempengaruhi kinerja fuel cell, suhu yang terlalu tinggi dapat mempengaruhi

Verba mengandung makna inheren perbuatan (aksi), proses, atau keadaan yang bukan sifat atau kualitas. Misalnya kata ’membesar’ menyatakan perubahan dari suatu keadaan yang kecil

Implikasi yang dapat diterapkan dari kajian transformasi tokoh di dalam novel Mahabarata Jawa ke dalam pementasan Mahabarata: Asmara Raja Dewa yaitu pada pembelajaran

Dan kebanyakan orang akan lebih percaya apabila seseorang telah membuktikan kelezatannya, maka akan lebih banyak konsumen lainnya yang penasaran akan rasa Donut Kentang, dan

kepada masyarakat, serta adanya unsur masyarakat itu sendiri yang mempunyai kepentingan agar apa yang dibutuhkan dapat terlayani dengan baik. Namun demikian dalam