• Tidak ada hasil yang ditemukan

Persepsi Mahasiswa Institut Pertanian Bogor untuk Berkiprah di Bidang Kehutanan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Persepsi Mahasiswa Institut Pertanian Bogor untuk Berkiprah di Bidang Kehutanan"

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

PERSEPSI MAHASISWA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

UNTUK BERKIPRAH DI BIDANG KEHUTANAN

DITA MUWARTAMI

MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Persepsi Mahasiswa Institut Pertanian Bogor untuk Berkiprah Di Bidang Kehutanan adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Juni 2014

Dita Muwartami

(4)

ABSTRAK

DITA MUWARTAMI. Persepsi Mahasiswa Institut Pertanian Bogor untuk Berkiprah Di Bidang Kehutanan. Dibimbing oleh BAHRUNI

Peran Sumber Daya Manusia (SDM) terdidik di bidang kehutanan menjadi harapan besar dalam upaya mengatasi persoalan-persoalan dalam pengelolaan hutan di Indonesia, namun untuk mengatasinya diperlukan adanya kolaborasi, koordinasi, dan komunikasi dengan lulusan pertanian lain. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kecenderungan Mahasiswa IPB untuk berkiprah di bidang kehutanan dengan bekerja di institusi pemerintah, perusahaan swasta, atau berwirausaha serta ketertarikan Mahasiswa IPB untuk berkolaborasi dalam bisnis kehutanan. Pengambilan data menggunakan kuesioner dengan responden mahasiswa IPB angkatan 2010 dari 10 departemen yang memiliki kedekatan bidang ilmu dengan kehutanan. Hasil penelitian menunjukkan hanya sebanyak 1.6% responden yang menjadikan kehutanan sebagai prioritas utamanya dalam berkarir dan 17.5% responden memilih untuk mengembangkan wirausaha di bidang pertanian. Kecenderungan mahasiswa untuk berkolaborasi dengan lulusan kehutanan, pertanian lainnya, dan masyarakat dalam pengembangan wirausaha kehutanan tergolong tinggi dengan persentase di atas 90 %.

Kata kunci: kolaborasi, sumber daya manusia

ABSTRACT

DITA MUWARTAMI. Perception of Bogor Agricultural Institute’s Students to Work in Forestry Sector. Supervised by BAHRUNI.

Role of educated Human Resources (HR) in forestry field is becoming a great hope for effort to address the issues in forest management in Indonesia, however, it required to overcome the collaboration, coordination, and communication with other agricultural graduates. This study aims to identify the tendency of IPB students to take part in the forestry sector by working in government institutions, private companies, or entrepreneurship as well as the IPB student interest to collaborate in the forestry business. Data is collected by using questionnaires with IPB student class 2010 from 10 departments which have proximity to forest science as respondents. The result shows that only 12.2% of respondents chose to work in forestry company as their first priority and as much as 17.5% of respondents chose to develop entrepreneurship in agriculture. The tendency of students to collaborate with forestry graduates, other agricultural graduate and communities in the development of entrepreneurship is high with percentage over than 90%

.

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada

Departemen Manajemen Hutan

PERSEPSI MAHASISWA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

UNTUK BERKIPRAH DI BIDANG KEHUTANAN

DITA MUWARTAMI

MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(6)
(7)

Judul Skripsi : Persepsi Mahasiswa Institut Pertanian Bogor untuk Berkiprah di Bidang Kehutanan

Nama : Dita Muwartami NIM : E14100041

Disetujui oleh

Diketahui oleh

Dr Ir Ahmad Budiaman, MSc.F.Trop Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

(8)
(9)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Desember 2013 ini ialah persepsi, dengan judul Persepsi Mahasiswa Institut Pertanian Bogor (IPB) untuk Berkiprah di Bidang Kehutanan. Penelitian memberikan informasi mengenai kecenderungan mahasiswa IPB untuk berkiprah di bidang kehutanan, spesifikasi dalam pemilihan bidang pekerjaan, faktor yang memengaruhi pilihan karir, serta kecenderungan untuk berkolaborasi dengan lulusan kehutanan, dan lulusan pertanian lainnya, dan masyarakat dalam upaya pengembangan ekonomi masyarakat melalui pengembangan wirausaha kehutanan.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Ir Bahruni, MS selaku pembimbing. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada para pihak yang telah membantu selama pengumpulan data. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, serta seluruh keluarga, dan teman-teman Fahutan IPB terutama para sahabat dan teman seperjuangan di Manajemen Hutan 47 yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu atas segala bantuan dan dukungannya atas segala doa dan kasih sayangnya.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Juni 2014

(10)
(11)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vii

DAFTAR LAMPIRAN viii

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Kerangka Pikir 1

Tujuan Penelitian 2

Manfaat Penelitian 3

METODE 3

Waktu dan Tempat 3

Alat dan Bahan 3

Penentuan Responden 3

Jenis Data yang Dikumpulkan 4

Pengolahan dan Analisis Data 4

HASIL DAN PEMBAHASAN 6

Karakteristik Responden 6

Pengetahuan Umum di Bidang Kehutanan 6

Kecenderungan Pemilihan Karir setelah Lulus 8 Kecenderungan Mahasiswa Pertanian dalam Pengembangan Wirausaha

Pertanian dan Kehutanan 10

SIMPULAN DAN SARAN 15

Simpulan 15

Saran 15

DAFTAR PUSTAKA 16

LAMPIRAN 17

(12)

DAFTAR TABEL

1 Tingkat reliabilitas metode Alpha Cronbach 4

2 Skor pertanyaan pengetahuan umum di bidang pertanian 5 3 Kategori tingkat pengetahuan umum di bidang pertanian 5 4 Rata-rata tingkat pengetahuan umum pertanian Mahasiswa IPB 7 5 Unsur-unsur faktor internal dalam penentuan pemilihan karir 9 6 Unsur-unsur faktor eksternal dalam penentuan pemilihan karir 10 7 Minat Mahasiswa IPB dalam pengembangan usaha pertanian 12

DAFTAR GAMBAR

1 Kerangka pemikiran penelitian 2

2 Tingkat pengetahuan di bidang pertanian Mahasiswa IPB 7 3 Prioritas utama Mahasiswa IPB dalam memilih karir setelah lulus 8 4 Penghasilan yang diinginkan saat pertama kali bekerja 10 5 Pengembangan bisnis yang ingin dikembangkan responden 11 6 Kebutuhan kolaborasi antar lulusan kehutanan dan pertanian lain untuk

berkiprah dalam wirausaha kehutanan 13

7 Kebutuhan kolaborasi dengan masyarakat dalam mengembangkan

wirausaha kehutanan 14

8 Minat utuk berkolaborasi dengan masyarakat dalam mengembangkan

wirausaha kehutanan 15

DAFTAR LAMPIRAN

1 Uji validitas dan reliabilitas pengetahuan umum di bidang pertanian

dengan corrected item-correlation 17

2 Uji validitas dan reliabilitas pengetahuan umum di bidang pertanian

dengan bivariate pearson 18

(13)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pengelolaan hutan di Indonesia tidak dapat dipungkiri telah menjadi sorotan berbagai pihak. Terdapat beberapa isu yang mendasar dan menjadi permasalahan pengelolaan hutan di Indonesia. Bappenas pada tahun 2010 melakukan konsultasi regional dan analisis terhadap permasalahan mendasar kehutanan Indonsesia. Hal tersebut terkait dengan tata kelola, penataan ruang, tenurial, manajemen hutan, penegakan hukum yang pada akhirnya mempengaruhi kondisi sumberdaya hutan dan nantinya akan mengganggu pendapatan negara. Indonesia sebagai negara yang memiliki luasan hutan tropis yang besar, seharusnya dapat memberikan kontribusi terhadap pembangunan di Indonesia dan dapat mengatasi persoalan kemiskinan namun dengan permasalah pengelolaan yang tidak tepat, hal tersebut terasa sulit untuk diatasi (Indrarto et al. 2011).

Persoalan-persoalan tersebut dapat diatasi dengan berintegrasi dengan berbagai pihak salah satunya dengan peran sumber daya manusia (SDM) terdidik. Peran SDM terdidik di bidang kehutanan tentunya merupakan suatu harapan besar untuk dapat mengatasi persoalan tersebut. Permasalahan kehutanan terintegrasi dengan kebijakan-kebijakan yang ada, maka dari itu perlu juga adanya integrasi, koordinasi, dan komunikasi dengan bidang keilmuan lain untuk menyelesaikan persoalan tersebut dengan lebih efektif.

Institut Pertanian Bogor (IPB) sebagai institusi yang setiap tahunnya meluluskan SDM terdidik dengan kompetensi pertanian luas tentu turut mengambil peran dalam pendidikan SDM pertanian di Indonesia. Berdasarkan data Direktorat Pengembangan Karir dan Hubungan Alumni Institut Pertanian Bogor (DPKHA IPB) (2013), lebih dari 50% alumni IPB dari setiap fakultasnya yang lulus pada tahun 2011 bekerja sesuai dengan bidang keilmuannya.

Diperlukan kajian mengenai kecenderungan mahasiswa IPB untuk berkiprah di bidang pertanian dan di bidang kehutanan. Kajian tersebut dikembangkan dengan mengidentifikasi kemungkinan adanya kolaborasi calon lulusan pertanian dengan calon lulusan kehutanan untuk mengembangkan bisnis kehutanan pada khususnya dan bisnis pertanian pada umumnya. Kecenderungan untuk bekerja sama dalam rangka pengembangan ekonomi masyarakat melalui wirausaha kehutanan khususnya di desa sekitar hutan untuk pengamalan dan pengembangan kapasitas SDM lulusan pertanian secara luas.

Kerangka Pikir

(14)

2

Informasi kecenderungan tersebut dapat juga diketahui korelasi antara tingkat minat untuk pengamalan ilmu pengetahuan khususnya kehutanan bersama masyarakat demi kelangsungan hutan dan kehutanan di masa mendatang. Kerangka pemikiran penelitian persepsi mahasiswa kehutanan untuk berkiprah di bidang kehutanan disajikan pada Gambar 1.

Gambar 1 Kerangka pemikiran penelitian Tujuan Penelitian

1. Mengkaji kecenderungan SDM terdidik di bidang pertanian non kehutanan untuk berkiprah di bidang kehutanan.

2. Mengkaji kecenderungan sinergi SDM terdidik di bidang pertanian lainnya dengan bidang kehutanan dalam bisnis atau usaha kehutanan.

3. Mengkaji kecenderungan sinergi tenaga terdidik di bidang pertanian non kehutanan dengan masyarakat dalam rangka pengembangan ekonomi masyarakat pedesaan berbasis hutan.

Pendidikan SDM pertanian

Kajian kecenderungan mahasiswa pertanian untuk berkiprah di kehutanan

Kecenderungan kolaborasi mahasiswa pertanian

Pertanian

 Preferensi orientasi kerja  Kebutuhan IPTEK untuk

orientasi kerja

 Kebutuhan kolaborasi antar SDM terdidik

Masyarakat Desa Sekitar Hutan  Kebutuhan

pengembangan kapasitas  Peran SDM terdidik

dalam pengembangan kapasitas

Pendayagunaan SDM terdidik, kolaborasi para pihak, dan kapasitas SDM

(15)

3 Manfaat Penelitian

Penelitian ini dapat memberikan informasi mengenai kecenderungan mahasiswa kehutanan dan pertanian untuk bersinergi untuk mengembangkan bisnis kehutanan serta sinergi dengan masyarakat dalam upaya pengembangan ekonomi masyarakat pedesaan. Memberi bahan evaluasi pembentukan kompetensi

soft skill untuk mahasiswa untuk berkiprah, serta untuk memberikan bahan rumusan untuk membuka ruang kiprah nyata (usaha) atau pengembangan usaha pertanian terhadap pemerintah, swasta, dan perguruan tinggi.

METODE

Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan di Institut Pertanian Bogor pada bulan Desember 2013 sampai April 2014 untuk pengambilan data. Pengolahan data dan penyusunan laporan dilaksanakan bulan April sampai Mei 2014.

Alat dan Bahan Penelitian

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat tulis, satu unit komputer yang disertai dengan perangkat lunak pengolah angka dan pengolah data statistik untuk ilmu sosial. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner sebagai panduan wawancara.

Penentuan Responden

Responden dalam penelitian ini adalah mahasiswa IPB angkatan 2010 dari 10 departemen yang dipilih secara purposive dengan pertimbangan memiliki kedekatan bidang keilmuan dengan kehutanan. Kesepuluh departemen tersebut adalah Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan (ITSL), Agronomi dan Holtikultura (AGH), Arsitektur Lanskap (ARL), Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan (IPTP), Teknik Mesin dan Biosistem (TMB), Teknologi Industri Pertanian (TIN), Teknik Sipil dan Lingkungkan (SIL), Agribisnis (AGB), Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan (ESL), dan Komunikasi Pembangunan Masyarakat (KPM) sebagai pembanding ketertarikan untuk bersinergi dengan lulusan kehutanan dalam bisnis kehutanan. Metode yang digunakan untuk menentukan jumlah sampel adalah menggunakan rumus Slovin (Sevilla et. al. 1960:182).

N Keterangan:

n = n = jumlah sampel

1 + Ne2 N = jumlah populasi

(16)

4

Berdasarkan rumus tersebut dengan populasi mahasiswa IPB angkatan 2010 dari kesepuluh departemen tersebut berjumlah 1056 maka dipreroleh n sebesar 91,38 kemudian digenapkan menjadi 100 responden. Distribusi responden di setiap departemen ditetapkan sama yaitu 10. Pemilihan responden ditentukan secara acak dengan teknik perjumpaan kesediaan mahasiswa untuk menjadi responden.

Jenis Data yang Dikumpulkan

Data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Data primer diambil menggunakan kuesioner dan wawancara, terdiri dari data identitas responden seperti nama, jenis kelamin, angkatan, dan departemen serta data yang berkaitan dengan informasi yang ingin diperoleh pada penelitian ini. Data sekunder, terdiri dari data literatur dan data yang tersedia dari fakultas dan departemen yang terkait dengan penelitian.

Pengolahan dan Analisis Data

Kualitas data dalam penelitian yang menggunakan metode kualitatif diukur dari jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan dalam kuesioner. Kuesioner dikatakan berkualitas dan dapat dipertanggungjawabkan pemakaiannya, apabila telah diuji validitas dan reabilitasnya.

1. Uji Validitas dan Reliabilitas

Uji validitas menurut Siregar (2013) menunjukkan sejauh mana alat ukur mampu mengukur apa yang ingin diukur, menggunakan korelasi

bivariate pearson dan corrected item-total correlation menggunakan program pengolah data statistik. Uji reliabilitas dilakukan untuk mengetahui sejauh mana suatu kuesioner dapat digunakan secara berulang dan akan menghasilkan data yang sama. Uji reliabilitas menggunakan metode koefisien

Alpha Cronbach pada perangkat lunak pengolah data. Tingkat reliabilitas pada metode Alpha Cronbach disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1 Tingkat reliabilitas metode Alpha Cronbach

Alpha Tingkat Reliabilitas 2. Pengetahuan Umum di Bidang Pertanian

Pengetahuan umum di bidang pertanian diukur berdasarkan jumlah skor dari lima pertanyaan pada kuesioner dengan menggunakan skala likert. Skala

(17)

5 Tabel 2 Skor pertanyaan pengetahuan umum di bidang pertanian

Pertanyaan lainnya diukur dan dianalisis secara deskriptif, hasilnya disajikan dalam bentuk tabulasi dan grafik. Interval tingkat pengetahuan diukur menggunakan rumus yang terdapat pada Supranto (2000) yaitu

Tabel 3 Kategori tingkat pengetahuan umum di bidang pertanian

3. Kecenderungan pemilihan karir setelah lulus

Pengukuran faktor pekerjaan (internal) dan luar pekerjaan (eksternal) ataupun pengaruh kedua faktor tersebut yang mempengaruhi motivasi dalam pemilihan karir menggunakan skala prioritas 1 sampai 3. Data mengenai kecenderungan pemilihan karir setelah lulus pada unsur-unsur faktor internal maupun eksternal diukur dengan mengurutkan prioritas 1 sampai n (sesuai dengan jumlah pilihan lapangan pekerjaan yang ditawarkan).

Pengolahan data akan menyajikan jumlah responden yang memilih prioritas utama untuk jenis prioritas utama untuk jenis pekerjaan yang ditawarkan.

4. Kecenderungan minat untuk bekerja di perusahaan atau instansi kehutanan Data mengenai kebutuhan sinergi dalam bekerja di perusahaan atau instansi kehutanan diukur dengan menggunakan skala guttman. Skala

guttman yaitu skala yang digunakan untuk jawaban yang bersifat tegas (jelas) dan konsisten dengan dua pilihan misalnya ya atau tidak, perlu atau tidak perlu, maupun minat atau tidak berminat (Siregar 2013).

(18)

6

5. Kebutuhan sinergi dalam berkarir di wirausaha atau bisnis kehutanan

Data mengenai kebutuhan sinergi dalam berkarir dengan berwirausaha atau bisnis kehutanan diukur menggunakan skala guttman untuk pertanyaan mengenai kolaborasi dengan masyarakat. Sedangkan skala likert digunakan untuk pertanyaan mengenai tingkat kesanggupan dan ketertarikan berbisnis di usaha primer dan sekunder, serta jenis usaha yang diminati.

6. Uji Signifikansi

Pendekatan atau metode analisis dalam penelitian ini adalah menggunakan pendekatan gabungan metode kuantitatif deskriptif yang digunakan untuk menduga faktor-faktor yang mempengaruhi kecukupan kompetensi, tingkat pengetahuan, dan pilihan bidang berkiprah. Analisis kuantitatif digunakan uji korelasi chi-square test. Menurut Sufren dan Natanael (2013) chi-square test digunakan untuk menguji data yang mana salah satu data bersifat nominal atau berupa kategori.

.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakteristik Responden

Responden pada penelitian ini adalah 100 orang mahasiswa Institut Pertanian Bogor (IPB) dari departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan (ITSL), Agronomi dan Holtikultura (AGH), Arsitektur Lanskap (ARL), Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan (IPTP), Teknik Mesin dan Biosistem (TMB), Teknologi Industri Pertanian (TIN), Teknik Sipil dan Lingkungkan (SIL), Agribisnis (AGB), Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan (ESL), dan Sains Komunikasi Pengembangan Masyarakat (SKPM) angkatan 2010 yang merupakan mahasiswa tingkat akhir. Jumlah responden tersebar merata dengan komposisi 10 orang responden dari masing-masing departemen.

Pengetahuan Umum di Bidang Pertanian

(19)

7

Gambar 2 Tingkat pengetahuan umum di bidang pertanian mahasiswa IPB Mahasiswa IPB yang memiliki pengetahuan pertanian paling baik dengan rata-rata skor paling tinggi adalah mahasiswa Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan (ESL). Hal ini dikarenakan mahasiswa ESL mendapatkan seluruh mata kuliah pertanian luas dibandingkan dengan departemen lain (Tabel 4).

Tabel 4 Rata-rata tingkat pengetahuan umum pertanian Mahasiswa IPB Departemen Rata-rata skor Tingkat pengetahuan

Agribisnis 3,94 Baik

Komunikasi Pengembangan Masyarakat 3,48 Baik

Arsitektur Lanskap 3,52 Baik

Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan 3,86 Baik

Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan 3,58 Baik

Teknik Sipil dan Lingkungan 3,64 Baik

Agronomi dan Holtikultura 3,54 Baik

Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan 4,02 Baik

Teknik Industri Pertanian 3,54 Baik

Teknik Mesin dan Biosistem 3,82 Baik

Hasil chi-square test menunjukkan ada perbedaan yang signifikan antara departemen asal responden dengan pengetahuan umum bidang pertanian. Hasil pengolahan diperoleh p sebesar 0.049 yang artinya . Uji validitas dan reliabilitas untuk 11 pertanyaan yang diajukan dalam bentuk skala likert

menghasilkan nilai reliabilitas (Cronbach’s Alpha) sebesar 0.754 sehingga dapat disimpulkan bahwa pertanyaan tersebut valid dan reliabel.

Kecenderungan Pemilihan Karir Setelah Lulus

Setyawardani (2009) menyatakan bahwa secara umum pemilihan karir merupakan proses dari individu sebagai usaha mempersiapkan dirinya untuk memasuki tahapan yang berhubungan dengan pekerjaan. Sebelum melakukan pemilihan karir, setiap individu tentunya telah memiliki sebuah rencana karir

16

Sangat Baik Baik Cukup Kurang Sangat Kurang

(20)

8

setelah lulus dari perguruan tinggi. Perencanaan karir sendiri menurut Panggabean (2002) suatu proses yang digunakan seseorang untuk memilih tujuan karir dan jalur karir untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu.

Penelitian ini mengkaji pilihan prioritas utama pekerjaan yang dipilih responden dan didapatkan hasil sebanyak 17.5% responden memilih berkarir dengan berbisnis di bidang pertanian dan 15.1% memilih untuk bekerja di Kementrian Pertanian dan sisanya tersebar hampir merata di berbagai bidang karir yang berbeda (Gambar 3). Hal ini terjadi karena latar belakang keilmuan yang berbeda namun responden memiliki dasar ilmu pertanian. Holland dalam Panggabean (2006) menyatakan individu tertarik pada suatu karir tertentu karena kepribadiannya dan berbagai variabel yang melatarbekanginya.

Gambar 3 Prioritas utama Mahasiswa IPB dalam memilih karir setelah lulus Minat responden untuk bekerja di instansi kehutanan tergolong rendah, ini dinyatakan oleh 1.6% responden yang memilih untuk bekerja di instansi kehutanan. Hal ini dikarenakan kurangnya pengetahuan dan rendahmya kompetensi responden tentang kehutanan. Minat 1.6% mahasiswa IPB untuk bekerja di Kementrian Kehutanan perlu direspon secara positif, karena dalam melakukan pengelolaannya masih diperlukannya integrasi dengan lulusan terdidik dari bidang keilmuan lain untuk membantu mengembangkan kehutanan. Data mengenai minat mahasiswa IPB untuk berkarir dijelaskan pada Gambar 3.

Berdasarkan rincian jenis pekerjaan yang terdapat pada Gambar 3 dikelompokan menjadi 3 sektor besar yaitu sektor pemerintah, sektor swasta, dan wiraswasta. Responden lebih berminat untuk bekerja di sektor pemerintah dinyatakan oleh 43.7% responden, sebanyak 31.7% memilih untuk bekerja di sektor swasta, dan 24.6% responden memilih untuk berwirausaha. Hal ini dapat dianalisis karena kehidupan sebagai PNS kedepannya lebih terjamin, seperti

0

(21)

9 tersedianya tunjangan untuk pegawai yang telah pensiun, ini sejalan dengan undang-undang ketenagakerjaan no 13 tahun 2003.

Penelitian ini juga menganalisis sejauh mana minat mahasiswa IPB untuk berkiprah di bidang kehutanan dengan membangun sebuah kasus simulasi, jika setelah beberapa tahun lulus dari perguruan tinggi, responden belum juga memperoleh pekerjaan yang sesuai dengan keinginan, kemudian mendapat kesempatan untuk bekerja di bidang kehutanan. Hasil menunjukkan sebanyak 81% responden berminat untuk bekerja di perusahaan maupun instansi kehutanan dengan berbagai pertimbangan, sebanyak 40% beralasan bahwa bidang keilmuan mereka memiliki kemiripan dengan bidang kehutanan. Beberapa responden tidak berminat untuk bekerja di bidang kehutanan ini dinyatakan oleh 19% responden yang lebih memilih untuk membangun bisnis di bidang pertanian. Hasil chi-square test diperoleh nilai p sebesar 0.198 yang artinya ini menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara departemen asal responden dengan minat bekerja di instansi kehutanan.

Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal dalam Pemilihan Pekerjaan

Wayne F. Cascio dalam Umar 1997 menyebutkan bahwa motivasi adalah suatu usaha yang dihasilkan dari keinginan seseorang untuk memuaskan kebutuhan mereka. Pemilihan karir sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor yang dapat memotivasi.

Peranan faktor internal, faktor eksternal, maupun keduanya dapat mempengaruhi responden dalam pemilihan karir. Responden menyatakan faktor internal merupakan faktor yang paling mempengaruhi dalam pertimbangan utama dalam dalam pemilihan karir, ini dinyatakan oleh 46% responden. Faktor eksternal merupakan faktor yang hanya sedikit mempengaruhi responden dalam pertimbangan utama dalam pemilihan karir, dinyatakan oleh 5% responden, sedangkan responden yang menyatakan bahwa kedua faktor tersebut sangat mempengaruhi dalam pertimbangan utama pemilihan karir sebanyak 45%.

Unsur faktor internal yang paling mempengaruhi responden dalam memilih pekerjaan adalah penghasilan, dinyatakan oleh 35.5% responden sebagai motivasi dalam pemilihan pekerjaan (Tabel 5). Rahayu et al (2002) dalam Aprilyan (2011) mengungkapkan faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan karir terdiri dari penghargaan finansial, pelatihan profesional, nilai-nilai sosial, lingkungan kerja, pertimbangan pasar kerja, dan personalitas. Penghasilan dianggap sebagai suatu penghargaan atas jasa dan pengabdian mereka terhadap suatu pekerjaan yang mereka lakukan.

Tabel 5 Faktor internal dalam penentuan pemilihan karir

Unsur faktor pekerjaan Orang Persentase

Penghasilan 55 35.5

Lokasi kerja 30 19.4

Jenjang karir 29 18.7

Fasilitas perusahaan 12 7.7

Kenyamanan fasilitas 29 18.7

(22)

10

intrinsik pekerjaan dan gaji awal yang lebih besar serta gaji jangka panjang dan kesempatan yang lebih menjanjikan. Berdasarkan data yang diperoleh, dapat dilihat bahwa responden telah mengetahui besaran penghasilan pokok sarjana baru dan Upah Minimum Regional (UMR) serta telah dapat mengukur kompetensi yang dimilikinya. Responden memiliki harapan memperoleh penghasilan pertama sebesar Rp2 500 000-Rp4 999 000 dan Rp5 000 000-Rp7 499 000 (Gambar 4), hal ini berdasarkan pertimbangan sebagai sarjana baru dan standar UMR, tetapi responden ingin mendapatkan penghasilan yang wajar sesuai kompetensi yang mereka miliki.

Gambar 4 Penghasilkan yang diinginkan saat pertama kali bekerja Faktor eksternal memiliki unsur-unsur yang dianggap mempengaruhi dalam pemilihan karir responden. Responden memilih keluarga sebagai motivasi utama mereka dalam pemilihan karir, ini dinyatakan oleh 76.2% responden (Tabel 6). Hal ini dapat dianalisis karena keluarga merupakan orang terdekat yang mampu memotivasi dan mempengaruhi pilihan responden terhadap karir.

Tabel 6 Faktor ekternal dalam penentuan pemilihan karir

Kecenderungan Mahasiswa Pertanian dalam Pengembangan Wirausaha Pertanian dan Kehutanan

Minat responden dalam mengembangkan wirausaha kehutanan tergolong rendah, ini dinyatakan oleh 12.2% responden. Sebanyak 10 orang dari 12.2% yang tertarik untuk berbisnis di kehutanan, memilih untuk mengembangkan jenis bisnis ekowisata dan jasa lingkungan, dikarenakan responden memiliki cukup pengetahuan di bidang tersebut. Responden yang berminat dalam mengembangkan wirausaha kehutanan ini menyatakan pernah mengambil mata kuliah pendukung (supporting course) di Fakultas Kehutanan.

3.0

Unsur faktor luar Orang Persentase

Keluarga 80 76.2

Teman 8 7.6

Donatur/beasiswa 15 14.3

(23)

11

Gambar 5 Pengembangan bisnis yang diinginkan responden

Alasan responden tidak berminat untuk mengembangkan wirausaha kehutanan adalah dikarenakan resiko untuk berbisnis di kehutanan sangat besar, selain itu alasan responden tidak ingin terjun ke dalam bisnis kehutanan adalah alasan permodalan, ini dinyatakan oleh 88% responden yang memilih untuk berbisnis di bidang pertanian pada Gambar 5. Permodalan dalam bisnis kehutanan pun dirasakan sulit, karena perbankan belum bersedia untuk memberikan pinjaman modal untuk bisnis kehutanan hal ini dikarenakan daur tanaman yang cukup panjang misalnya antara enam sampai tujuh tahun untuk fast growing species (Asosiasi Pengusaha Hutan Indonesia 2010) hal ini tentu saja mengandung risiko yang tinggi pula, selain itu tingkat pengembalian dalam bisnis ini lama. Faktor lain responden enggan untuk mengembangkan bisnis kehutanan adalah birokrasi yang terlalu rumit, tingginya biaya transaksi, dan harga jual kayu yang belum stabil.

Menurut Asosiasi Pengusaha Hutan Indonesia (2012) permasalahan bisnis kehutanan yang ada di Indonesia adalah ketidakberlanjutan supply bahan baku dari hutan alam, lemahnya daya saing, harga jual kayu bulat sangat rendah, kebijakan dan skema pendanaan industri kehutanan yang kurang mendukung, ketidakpastian status kawasan hutan dan merebaknya konflik lahan dan sosial, serta penegakkan hukum sangat lemah.

Bagi responden yang berlatar belakang ilmu pertanian, kesulitan dalam pengembangan usaha kehutanan tidak hanya terjadi pada pengelolaan hutan alam, untuk mengembangkan usaha hutan tanaman berbasis masyarakat pun sulit untuk dilakukan. Walaupun kini telah ada program pendanaan untuk pengusaha hutan skala mikro, kecil, dan menengah dari pemerintah namun hal tersebut masih dirasa sulit. Waktu panen yang tergolong lama bahkan untuk tanaman fast growing yang memerlukan waktu enam tahun untuk panen. Nugroho (2011) menyatakan usaha hutan tanaman memerlukan jangka waktu investasi dan masa tunggu yang relatif lama sejak penanaman hingga usaha tersebut menghasilkan.

88% 12%

Pertanian

(24)

12

Berbeda dengan bisnis kehutanan, pengembangan bisnis pertanian dirasa lebih mudah bagi mahasiswa IPB. Risiko dalam mengembangkan usaha pertanian lebih rendah dan telah banyak perbankan yang menawarkan pinjaman modal untuk bisnis pertanian. Masa panen komoditi pertanian cenderung lebih singkat dan tingkat pengembalian modal lebih cepat.

Pengembangan wirausaha pertanian maupun kehutanan merupakan salah satu kegiatan yang berpengaruh terhadap pembangunan perekonomian nasional (Saragih 1995). Hasil penelitian, minat mahasiswa IPB dalam pengembangan bisnis pertanian cenderung baik, dengan rata-rata skor 4.05, sedangkan untuk bisnis kehutanan rata-rata skor adalah 3.1 dapat dikategorikan cukup baik dari rentang nilai 1 sampai 5. Mahasiswa yang berminat untuk mengembangkan wirausaha di bidang pertanian memiliki minat yang sama dalam pengelolaan wirausaha primer maupun sekunder seperti yang tersaji pada Tabel 7. Hal ini dapat dianalisis karena latar belakang keilmuan responden adalah pertanian dan responden lebih memahami cara-cara untuk mengembangkan usaha pertanian. Hasil chi-square test menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara departemen asal dengan minat untuk mengembangkan bisnis pertanian, hasil diperoleh p sebesar 0.089.

Tabel 7 Minat mahasiswa IPB dalam pengembangan usaha pertanian

Minat Rata-rata skor Tingkat minat

Minat mengembangkan usaha pertanian primer 3.53 Berminat Minat mengembangkan usaha pertanian sekunder 3.68 Berminat

Kolaborasi antara Lulusan Kehutanan dan Pertanian dalam Berkiprah di Wirausaha Kehutanan

(25)

13

Gambar 6 Kebutuhan kolaborasi antara lulusan kehutanan dan pertanian lain untuk berkiprah dalam wirausaha kehutanan

Responden menyatakan bahwa bidang keilmuan lain yang sangat dibutuhkan untuk mengembangkan bisnis kehutanan adalah lulusan dari bidang keilmuan agribisnis dan manajemen (35.6%), ekonomi (10.9%), dan teknik (6.8%). Bidang keilmuan agribisnis sangat diperlukan untuk memudahkan dalam strategi pemasaran, perencanaan bisnis, serta inovasi produk. Menurut responden hal ini dapat menunjang untuk meningkatkan harga jual suatu produk dari pengelolaan hilir suatu bisnis. Nugroho (2004) menyatakan produk yang dihasilkan harus dapat bersaing di pasaran internasional, sehingga harga jual produk harus kompetitif.

Tidak hanya ketiga bidang keilmuan tersebut, dalam pengembangan bisnisnya lulusan kehutanan juga memerlukan kolaborasi dengan bidang keilmuan lain seperti peternakan, komunikasi, agronomi, dan arsitektur lanskap. Hal ini diperlukan untuk memperbaiki atau memunculkan inovasi baru dalam pengembangan pengelolaan hulu dari bisnis kehutanan. Sejalan dengan pendapat Gray (1989) dalam Sumardjo (2010) yang menggambarkan bahwa kolaborasi sebagai suatu proses berpikir dimana pihak yang terlibat memandang aspek-aspek perbedaan dari suatu masalah serta menemukan solusi dari perbedaan tersebut dan keterbatasan pandangan mereka terhadap apa yang dapat dilakukan.

Kolaborasi dengan Masyarakat dalam Pengembangan Wirausaha Kehutanan

Peningkatan kesejahteraan masyarakat sekitar hutan dapat dilakukan dengan cara berkolaborasi dalam pengembangan wirausaha kehutanan. Tidak hanya untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat, kolaborasi juga dapat dilakukan untuk mencegah konflik-konflik yang mungkin muncul dari masyarakat sekitar hutan pada kegiatan usaha pengelolaan kehutanan. Inovasi yang saat ini sedang marak dikembangkan adalah manajemen kolaborasi. Menurut Theresia (2008), manajemen kolaborasi adalah suatu bentuk manajemen yang mengakomodasikan kepentingan-kepentingan seluruh stakeholder secara adil sesuai dengan peran yang dimainkannya dan ditempatkan dalam posisi yang setara dalam setiap proses pengambilan keputusan pada setiap tahapan manajemen kegiatan, dalam hal ini manajemen pengelolaan hutan. Menurut Suharjito (2004) dalam Theresia (2008), manajemen kolaborasi sudah dikembangkan dalam usaha pertanian di berbagai negara, seperti Afrika Selatan dan Filipina.

(26)

14

Sebanyak 95% berpendapat bahwa kolaborasi dengan masyarakat dalam pengembangkan wirausaha kehutanan sangatlah perlu (Gambar 7). Baik masyarakat sebagai pemilik lahan maupun masyarakat sebagai pekerja dalam bisnis kehutanan. Menurut pendapat responden, kolaborasi dengan masyarakat penting dilakukan untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat. Kolaborasi yang dapat dilakukan oleh pengusaha hutan kepada masyarakat adalah dengan membuka lapangan pekerjaan untuk masyarakat atau dapat pula dilakukan pengelolaan hutan bersama masyarakat, selain itu dengan diadakannya penyuluhan dan kolaborasi dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan masyarakat sekitar hutan. Pada dasarnya pengelolaan hutan akan sulit dilakukan tanpa partisipasi aktif dari masyarakat sekitar hutan.

Gambar 7 Kebutuhan kolaborasi dengan masyarakat dalam mengembangkan wirausaha kehutanan.

Sebaliknya, saat masyarakat sebagai pemilik lahan pun perlu adanya kolaborasi dengan mahasiswa dan lulusan kehutanan. Sebagai masyarakat awam tentunya sangat sulit untuk melakukan pengelolaan sumber daya yang dimilikinya. Sebagian besar petani hutan rakyat hanya menggunakan hasil hutan yang dimilikinya untuk memenuhi kebutuhan sendiri, tidak sedikit terjadinya kegagalan panen karena kurangnya pengetahuan dalam pengelolaan. Lulusan dan mahasiswa kehutanan diperlukan sebagai tenaga ahli dalam pengelolaan hutan dan diperlukan untuk sharing ilmu yang dimilikinya.

Sebanyak 98% responden pun berminat jika masyarakat memerlukan kolaborasi dengan mereka sebagai lulusan pertanian arti luas dalam menjalankan bisnis kehutanan yang dimiliki oleh masyarakat (Gambar 8). Mereka berpendapat, banyak petani hutan rakyat yang tidak memiliki pengetahuan dalam melakukan pemasaran produknya bahkan tidak memiliki koneksi dan informasi dalam memasarkan produknya. Wijoyo (2005) dalam Nugroho (2011) menyatakan salah satu faktor penghambat pengembangan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) adalah terbatasnya akses terhadap sumber-sumber pembiayaan dan lembaga-lembaga keuangan formal khususnya perbankan. Kolaborasi dengan lulusan non kehutanan dapat dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan petani hutan dari segi pengelolaan, teknologi, inovasi maupun pemasaran produknya.

(27)

15

Gambar 8 Minat untuk berkolaborasi dengan masyarakat dalammengembangkan wirausaha kehutanan.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Minat mahasiswa pertanian (di luar kehutanan) IPB untuk berkiprah di bidang kehutanan tergolong rendah, ini dapat dilihat hanya sebanyak 1.6% responden yang memilih bidang kehutanan sebagai prioritas utama dalam pemilihan karir. Responden lebih memilih untuk berwirausaha di bidang pertanian dalam pemilihan prioritas karir, ini dinyatakan oleh 17.5% responden, serta bekerja di Kementrian Pertanian, ini dinyatakan oleh 15.1% responden. Responden memiliki minat yang rendah dalam pengembangan wirausaha kehutanan, ini dinyatakan oleh 87.8% responden. Hal ini dikarenakan pengetahuan responden terhadap wirausaha kehutanan masih rendah, namun sebanyak 98% responden berpendapat perlu adanya kolaborasi antara lulusan pertanian lainnya dan lulusan kehutanan dalam pengembangan wirausaha kehutanan. Responden memiliki persepsi bahwa masyarakat membutuhkan kolaborasi dengan SDM terdidik di bidang pertanian dalam pengembangan wirausaha kehutanan dalam rangka peningkatan keterampilan dan kesejahteraan masyarakat, ini dinyatakan oleh 95% responden.

Saran

1. Perlu adanya kajian lanjutan mengenai minat mahasiswa untuk berkiprah setelah lulus.

2. Perlu adanya kajian mengenai dampak kolaborasi lulusan kehutanan dan lulusan pertanian lain dalam pengembangan usaha kehutanan serta efektivitasnya dalam peningkatan income serta PDB nasional.

3. Perlu adanya kajian mengenai efektivitas kolaborasi antara lulusan pertanian dengan masyarakat sekitar hutan dalam pengembangan usaha kehutanan untuk peningkatan kesejahteraan ekonomi masyarakat hutan.

(28)

16

DAFTAR PUSTAKA

[APHI] Asosiasi Pengusaha Hutan Indonesia (ID). 2012. Perkembangan Bisnis Kehutanan Indonesia dan Permasalahannya: APHI

Aprilyan L. 2011. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Mahasiswa Akuntansi dalam Pemilihan Karir menjadi Akuntan Publik [Skripsi]. Semarang (ID): Program Sarjana, Universitas Diponegoro

[DIKTI] Diretorat Jenderal Pendidikan Tinggi. 2010. Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia. Jakarta (ID): Dikti.

Djamhuri A, Harris L. 2001. Analisis Tentang Faktor-Faktor yang Melatarbelakangi Pemilihan Karir Bagi Mahasiswa Akuntansi: Antara Akuntan Publik Versus Non Akuntan Publik [Jurnal]. Malang (ID): Fakultas Ekonomi Universitas Brawijaya

[DPKHA, IPB] Direktorat Pengembangan Karir dan Himpunan Alumni, Institut Pertanian Bogor. 2012. Tracer Study Himpunan Alumni 2012 [Internet]. [diunduh pada 15 Mei 2014]. Tersedia pada: http://issuu.com/cdaipb2 /docs/tracer-study-alumni ipb2012?e=8606985/3790456.

Indrarto G, Purba C, Steni B. 2013. Potret Pelaksanaan Tata Kelola Hutan: Sebuah Studi Mendalam di Provinsi Kalimantan Tengah dan Nusa Tenggara Barat [Laporan Penelitian]. Bogor (ID): World Resource Institute.

Kusumaryani R. 2011. Membangun Sinergi Antar Profesi dalam Upaya Menghargai Keberagaman. Fakultas Ilmu Psikologi dan Bimbingan UNY. Notoatmodjo S. 2010. Pengembangan Sumberdaya Manusia. Jakarta (ID): Rineka

Cipta

Nugroho B. 2004. Ekonomi Keteknikan. Bogor (ID): Fakultas Kehutanan.

Nugroho B. 2010. Pembangunan Kelembagaan Pinjaman Dana Bergulir Hutan Rakyat [Jurnal]. Bogor (ID): Manajemen Hutan IPB.

Panggabean M. 2002. Manajemen Sumber Daya Manusia. Bogor (ID): Ghalia Indonesia.

Riduwan S. 2011. Pengantar Statistika untuk Penelitian Pendidikan, Sosial, Komunikasi, Ekonomi dan Bisnis. Bandung (ID): CV Alfabeta.

Saragih B. 1995. Pengembangan Agribisnis dalam Pembangunan Ekonomi Nasional Abad ke-21 [Orasi Ilmiah]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Siregar S. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif. Jakarta (ID): Kencana Prenada

Theresia C. 2008. Efektifitas Pengelolaan Hutan Kolaboratif antara Masyarakat dengan Perum Perhutani: Studi Kasus PHBM di KPH Kuningan dan KPH Majalengka Perum Perhutani Unit III Jawa Barat [Skripsi]. Bogor (ID): Program Sarjana, Institut Pertanian Bogor.

(29)

17 Lampiran 1 Uji validitas dan Reliabilitas pengetahuan umum bidang pertanian

Uji validitas dan Reliabilitas minat pengetahuan umum bidang pertanian dengan corrected item-correlation

Scale Mean if Item Deleted

Scale Variance

if Item Deleted

Corrected Item-Total Correlation

Cronbach's Alpha if Item

Deleted

Pengetahuan bidang karir yang sesuai 14.2800 4.830 0.273 0.821

Pengetahuan tentang kondisi pertanian 14.9800 4.363 0.571 0.723

Pengetahuan tentang peran sarjana pertanian 14.8200 3.907 0.696 0.677

Pengetahuan tentang peluang kerja di bidang

pertanian 14.6600 3.924 0.644 0.694

Pengetahuan tentang peluang bisnis 14.7000 3.990 0.582 0.716

Uji Reliabilitas

Cronbach's Alpha N of Items

(30)

18

Lampiran 2 Uji Validitas dan Reliabilitas (lanjutan)

Uji Validitas Pengetahuan umum tentang karir dengan bivariate pearson

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

(31)

19 Lampiran 3 Chi square-test

Pengetahuan umum di bidang pertanian

Ha: Mahasiswa IPB memiliki pengetahuan umum di bidang pertanian yang berbeda

Ho: Mahasiswa IPB memiliki pengetahuan umum di bidang pertanian yang sama

Karakteristik Hasil pengujian

df X2hitung X2tabel Assymp.sign Kesimpulan Departemen 99 123.369 123.225 0.049 Ho ditolak

Minat Mahasiswa IPB untuk mengembangkan bisnis

Ha : Mahasiswa IPB memiliki minat yang berbeda untuk mengembangkan bisnis Ho : Mahasiswa IPB memiliki minat yang sama untuk mengembangkan bisnis

Karakteristik Hasil pengujian

(32)

20

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 2 Desember 1991 dari ayah Achmad Muwarman dan Ibu Elita Handriyanti. Penulis adalah putri pertama dari dua bersaudara. Tahun 2010 penulis lulus dari SMAN 1 Bogor dan pada tahun yang sama penulis lulus seleksi Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) dan diterima pada Departemen Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan.

Gambar

Gambar 1  Kerangka pemikiran penelitian
Tabel 1  Tingkat reliabilitas metode Alpha Cronbach
Tabel 2  Skor pertanyaan pengetahuan umum di bidang pertanian
Gambar 2  Tingkat pengetahuan umum di bidang pertanian mahasiswa IPB
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh Implementasi Peraturan Daerah Kota Banjar Nomor 20 Tahun 2004 Tentang Ketertiban, Kebersihan dan Keindahan oleh Satuan Polisi

Masa ini dibagi kedalam dua karakteristik, yaitu karakteristik anak pada masa kelas – kelas rendah Sekolah Dasar dan karakteristik anak pada masa kelas kelas tinggi Sekolah

Dalam kesempatan ini penulis dengan tulus hati ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan baik dari segi moral

KETEPATAN PENGAKUAN PENDAPATAN DALAM HUBUNGANNYA DENGAN KEWAJ ARAN PEKYAJ I AN LAPORAN KEUANGAN PADA PT... Ar s ono

Graf G dinyatakan sebagai pasangan himpunan (V, E), ditulis dengan notasi G = (V, E), yang dalam hal ini V adalah himpunan tak kosong dari vertex , dan E

Unsur pokok terdiri dari: sutradara, naskah, pemain (aktor/aktris) dan penonton, sedangkan unsur pendukung pertunjukan meliputi: tata pakaian, set properti, tata musik,

Manajemen berharap bahwa biaya yang ditanggung, yaitu dalam bentuk underpricing tersebut dapat tertutupi pada saat perusahaan melakukan PSS dimana saham perusahaan

bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 286 ayat (1) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun